HUBUNGAN STRES PSIKOLOGI DAN OBAT-OBATAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN KRITIS DI RUANG RAWAT INTENSIF DI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Manuscript Oleh Eka Rahmawan G2A009044
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2
Hubungan Stres Psikologi Dan Obat-Obatan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Kritis Di Ruang Rawat Intensif Di RSUD Tugurejo Semarang Eka Rahmawan1, Chanif2, Ali Rosidi3
1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS,
[email protected]
2
Dosen Keperawatan Kritis FIKKES UNIMUS,
[email protected]
3
Dosen Gizi FIKKES UNIMUS,
Abstrak Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan fisiologi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis, stres psikologis, lingkungan, diet, gaya hidup dan obat-obatan. Banyak ilmuan menjelaskan pola tidur normal rata-rata yang di anjurkan 7 sampai 8 jam untuk masa dewasa. Tujuan penelitian untuk mengetahu hubungan stres psikologis dan obat-obatan dengan kualitas tidur pada pasien kritis di ruang rawat intensif, jenis penelitian Non-Eksperimental, desain deskriptif korelasional, dengan intervensi wawancara dan checks liss. Penelitian dilakukan bulan Desember-Januari 2014 di RSUD Tugurejo Semarang dengan accidental sampling, jumlah sampel 26. Hasil penelitian menunjukan rata-rata kualitas tidur mengalami tidur tidak baik, stres psikologi terbesar mengalami stres sedang, obat-obatan rata-rata menggunakan obat dan. Ada hubungan signifikan antara stres psikologi dengan kualitas tidur (p<0,05). Tidak ada hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur (p>0,05). Adanya hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur pada pasien kritis di ruang rawat intensif di RSUD Tugurejo Semarang. sedangkan obat-obatan dengan kualitas tidur tidak ada hubungan yang signifikan sehingga tidak adanya hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur pada pasien kritis di ruang rawat intensif di RSUD Tugurejo Semarang. peneliti selanjutnya dapat meneliti variable lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur misalnya status kesehatan, lingkungan, diet, dan gaya hidup. peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan kriteia sampel yang homogeny. dan jumlah sampel yang banyak agar mudah di generelisasi. Kata Kunci: stres psikologi, obat-obatan, kualitas tidur, pasien kritis. Daftar pustaka: 40 (1993-2013)
The Correlation Of Psychological Stress And Drugs With Sleep Quality In Critically Ill Patients In Intensive Care Unit Tugurejo Hospital Of Semarang
Eka Rahmawan Nursing Program Faculty of Nursing and Health Universitas Muhammadiyah Semarang Abstract Sleep is one of the basic human needs are included into the needs of physiology . There are several factors that can affect the quality of sleep , namely , physiological factors , psychological , environment , diet , lifestyle and medications . Many scientists explain normal sleep patterns mean that the recommended 7 to 8 hours to adulthood . The purpose of the study is to determine the correlation of psychological stress and drugs with sleep quality in critically ill patients in the intensive care unit, types of Non - Experimental research , descriptive correlational design , with interviews and checks list intervention . The study was conducted from December to January 2014 in Tugurejo Hospital of Semarang with accidental sampling , the number of sample are 26. The results showed the average quality of sleep is not good sleep experience , the bighett psychological stress experienced moderate stress , drugs mean using drugs . There is a significant corelation between psychological stress with sleep quality ( p< 0.05 ) . There is no corelation between the drugs with the quality of sleep ( p> 0.05 ) . The existence of a relationship between psychological stress with sleep quality in critically ill patients in intensive care unit Tugurejo hospital of Semarang. whereas the corelation drugs with sleep quality is not significant corelation so that there is not corelation between the drugs with sleep quality in critically ill patients in intensive care unit Tugurejo hospital of Semarang. next, observer can do a rescarct other variabeles can be influence sleep quality such as healty conditions, eavironment, diet, and life styles. observer must choose criteria homogeny samples. and the number of samples to be easy in many generelisation. Keywords: psychological stress, drugs, sleep quality, critically ill patients. References: 40 (1993-2013)
PENDAHULUAN Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan fisiologi. Tidur sebagai salah satu kebutuhan dasar yang bersifat Universal (Kozier, 2009). Dikatakan universal oleh karena pada umumnya semua individu dimanapun dia berada membutuhkan tidur dan tidak pernah ada individu yang selama hidupnya tidak tidur, hal ini mengindikasikan bahwa tidur memiliki peranan penting bagi manusia. Menurut Berger dan Wiliam (1992) mengatakan bahwa tidur memiliki peranan esensial bagi kualitas hidup seseorang. Hal ini dinyatakan oleh Priharjo (1996) yaitu tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup, tidur juga merupakan salah satu mekanisme untuk memperbaiki atau memulihkan tubuh dan juga berfungsi untuk mempertahankan kesehatan, selain itu Potter dan Perry (2006) juga mengatakan
bahwa kebutuhan untuk istirahat dan tidur adalah penting bagi kualitas hidup semua orang, namun demikian tiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda dalam jumlah tidurnya (Potter & Perry, 2006). Setiap orang mengunakan sekitar sepertiga dari kehidupanya, atau sebanyak 25 tahun untuk tidur. Tidur normal terdiri dari dua tahap yang pasti: NREM atau nonrapid eye movement, dan REM atau rapid eye movement. Tidur REM terjadi sekitar 90 menit ke siklus tidur. Awal mulai seseorang ingin tidur kemudian melewati tahap I (NREM) atau disebut juga tahap transisi dari sadar, kemudian tahap II (NREM) tahap ini berlangsung sekita 10-20 menit dan merupakan priode tidur bersuara, kemudian tahap III (NREM) seringkali seseorang yang mencapai tahap ini sulit untuk dibangunkan, dan tahap IV (NREM) merupakan tahap tidur terdalam, pada tahap ini sering terjadi tidur sambil berjalan dan enurasis. Selanjutnya tahap tidur (REM) pada tahap ini seseorang akan mengalami mimpi dan tidur dengan nyenyak sekali. Jika siklus tidur terputus, siklus akan dimulai lagi dengan tahap II dari tidur NREM (Potter & Perry, 2006). Potter dan Perry (2006), mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien yaitu: faktor fisiologis, psikologis, lingkungan, dan obat-obatan. Berdasarkan penelitian Nurlela (2009) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi laparatomi di ruang rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Gombong tahun 2009, didapatkan hasil ada hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur pada pasien post operasi dengan prevelensi 71,7%. Studi lain dilakukan oleh Triyanto (2006) pada pasien rawat inap terdapat hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur pada pasien yang menjalani perawatan di ruangan. Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan lainnya yang menunjang kesembuhan klien Priharjo (1997, dalam Roesmanita 2007). Dapat perkirakan bahwa apa yang terjadi jika pada pasien yang menjalani perawatan intensif di ruang prawatan kritis seperti ICU, HCU dan HND, yang menjalani perawatan yang ketat demi kesembuhan pasien. Dampak dari perawatan yang intensif tersebut tentu akan mempengaruhi emosional pasien yang mengarah ke stres psikologi karna perubahan lingkungan dan proses prawatan. Ditambah lagi dengan pemberian terapi obat-obatan yang dapat mengganggu kualitas tidur pasien itu sendiri.
HCU (High Care Unit) dan HND (High Nursing Dependent) atau ruang perawatan intensif adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat. Tujuannya adalah agar bisa diketahui secara dini perubahan-perubahan yang membahayakan, sehingga bisa dengan segera dipindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi (KEMENKES RI, 2011). Berdasarkan survey pada bulan Desember 2012 di RSUD Tugurejo Semarang, peneliti melihat pasien yang di rawat di ruang HCU dan HND, pola tidur pasien terganggu, sering kali pada malam hari pasien bangun dengan sendirinya dan sulit untuk tidur kembali, gelisah dan merasa risih dengan peralatan yang menempel di tubuh, lingkungan yang kurang sejuk dan pencahayaan yang kurang redup saat-saat waktu istirahat tidur, lingkungan yang bising dari suara alat mekanik yang membantu membaca kondisi pasien itu sendiri dan suara dengkuran dari pasien disampingnya, dan ada juga yang susah tidur dengan masalah penyakitnya itu sendiri seperti penyakit jantung, perkemihan, yang mana sering kali membuat pasien nyeri, gelisah dan menyebabkan susah untuk tidur dengan nyenyak. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non-Eksperimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional merupakan penelitian hubungan antara dua variabel yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Notoatmodjo, 2010). Variabel independen penelitian yang meliputi lingkungan dan stres psikologi dengan variabel dependen yaitu kualitas tidur. Rencana penelitian ini mengunakan cross sectional yang melakukan pengamatan pada waktu bersamaan. Pengambilan sampe menggunakan accidental sampling dimana pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia selama 4 minggu pada Desember 2013 yang di ruang rawat intensif RSUD Tugurejo Semarang. Dengan kriteria: Kriteria Inklusi 1. Bersedia menjadi responden. 2. Pasien dengan keadaan umum Composmentis. 3. Pasien dewasa berusia 18 - 60 tahun.
Kriteria Eksklusi a. Pasien yang tidak sadar/ koma. b. Pasien yang mengalami komplikasi (ventilator, asma atau sesak nafas).
HASIL DAN PEMBAHASN a. Kualitas tidur Tabel 4.2 Distribusi responden menurut kualitas tidur di ruang rawat intesif RSUD tugurejo semarang. No 1 2
Kualitas Baik (0-5) Tidak Baik (6-10) Total
Frekuensi (n) 7 19 26
Persentase (%) 26.9 73.1 100
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami tidur tidak baik dengan jumlah (73,1%).
b. Stres psikologi Tabel 4.3 Distribusi responden menurut stres psikologi di ruang rawat intesif RSUD tugurejo semarang. No 1 2 3 Total
Stres Psikologi Normal (0-14) Ringan (15-18) Sedang (19-25)
Frekuensi (n) 5 3 18 26
Persentase (%) 19.2 11.5 69.2 100
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami stres sedang dengan jumlah (69,2%).
c. Obat-obatan Tabel 4.4 Distribusi responden menurut obat-obatan di ruang rawat intesif RSUD tugurejo semarang. No 1 2 3
Obat Tidak Mengunakan obat Obat membantu Obat Mengganggu Total
Frekuensi (n) 2 2 22 26
Persentase (%) 7.7 7.7 84.6 100
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa hampir seluruh pasien menggunakan obat yang dapat mengganggu kualitas tidur dengan jumlah (84,6%). d. Hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur Tabel 4.5 Hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur di ruang rawat intesif RSUD tugurejo semarang.
Stres Psikologi
r p n
Kualitas Tidur 0,481 0,013 26
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan hasil analisis hubungan antara stres psikologi dan kualitas tidur menunjukan bahwa dari hasil corelasi Rank Spearman. Diperoleh nilai r = 0,481 dan pvalue=0,013<(0,05) sehingga Ha di terima dan Ho di tolak, artinya ada hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur pasien di ruang rawat inap kritis Rumah Sakit Umum daerah Tugurejo Semarang. Hasil analisa hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur menunjukan bahwa dari hasil diperoleh simpulan bahwa ada hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari hasil diperoleh nilai r = 0,481 dan p-value = 0,013<(0,05). Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner yang telah di isi, kebanyakan dari mereka mengalami stres sedang. Menurut Rasmun (2004),
stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama. Hal ini dapat di sebabkan dari beberapa faktor selain stres yang dialami responden yang dapat menggangu kualitas tidur diantaranya, setatus kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup dan obat-obatan (Asmadi, 2008). Kondisi pasien yang yang menjalani perawatan di ruang kritis akan merasa bingung dan cemas dengan kondisi ruangan di perawatan yang belum pernah di lihatnya, ditambah lagi dengan kondisi pasien yang perlu menjalani perawatan sehingga membuat pasien merasa cemas yang dapat mengakibatkan pasen stres dan dapat mengganggu istirahat pasien dan tentunya akan berakibat pada pola tidur pasien yang cenderung terganggu karena memikirkan kondisi fisiologis pasien. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Wicaksono (2012) yang menunjukan ada hubungan yang siknifikan antara stres dengan kualitas tidur (p=0,024). Proses kualitas tidur yang tidak baik karena stres psikologi yang dikarenakan adanya manifestasi negatif oleh pasien tentang penyakitnya. Hal ini juga sependapat dengan teori Potter dan Perry (2006) yang menyatakan bahwa kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menggangu tidur. Berdasarkan analisa peneliti responden ini kurang dapat mengontrol masalah yang dihadapinya sehingga stres yang dialami mencapai tingkatan stres sedang. Stres sedang yang tidak segera diatasi akan berakibat menjadi stres berat yang tentunya akan membuat responden terlalu keras berfikir sehingga responden tertekan dan sulit untuk mengontrol emosinya yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan tidur yang baik.
Peran perawat di sini sangat dibutuhkan meskipun banyak tenaga
kesehatan
yang
masih
kurang
mempertimbangkan
pentingnya istirahat tidur pada pasien yang masih dianggap permasalahan yang kecil, namun dari hasil penelitian ini di simpulkan bahwa hampir besar responden mengalami gangguan tidur yang di sebabkan dengan stres psikologi, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur semisal status kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup, jenis kelamin, usia. Bisa
di
jadikan
rujukan
bagi
tenaga
kesehatan
untuk
mempertimbangkan pentingnya kebutuhan tidur yang baik.
Grafik 4.1 Hubungan antara stes psikologi dengan kualitas tidur di ruang rawat intesif RSUD tugurejo semarang.
r = 0.481 p = 0.013
Berdasarkan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa data menyebar dengan pola linier positif, artinya ada kecendrungan semakin tinggi stres psikologi responden maka semakin tinggi responden mengalami gangguan tidur.
e. Hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur Tabel 4.6 Hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur di ruang rawat intesif RSUD tugurejo semarang. Obat-obatan Tidak memakai dan memakai obat membantu Obat Mengganggu Total
Kualitas tidur Kualitas baik Kualitas tidak baik n % n % 2 50 2 50
n 4
5
22,7
17
77,3
22
100
7
26,9
19
73,1
26
100
Total % 100
p 0,287
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil analisa hubungan antara obatobatan dengan kualitas tidur menunjukan bahwa dari 4 responden yang Tidak memakai dan memakai obat membantu, ada sebanyak 2 (50%) kualitas tidurnya baik dan 2 (50%) kualitas tidurnya tidak baik. Dari 22 responden yang menggunakan obat mengganggu, ada sebanyak 5 (22,7%) kualitas tidurnya baik dan 17 (77,3%) kualitas tidurnya tidak baik. Berdasarkan uji silang 2x2 menggunakan Chi-square diperoleh nilai E=expected paling kecil 0,5 maka hasil uji yang digunakan adalah menggunakan uji fisher exact dengan nilai pvalue sebesar 0,287 (>0,05) yang menunjukan bahwa korelasi antara obat-obatan dan kualitas tidur adalah tidak bermakna. artinya tidak ada hubungan antara pemakaian obat-obatan dengan kualitas tidur pasien di ruang rawat inap kritis Rumah Sakit Umum daerah Tugurejo Semarang.
Hasil analisa hubungan antara obat-obatan dengan kualitas tidur menunjukan bahwa dari hasil uji nilai p-value = 0,287 >(0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara konsumsi obat-obatan dengan kualitas tidur pasien di ruang rawat inap kritis. Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa hampir seluruh pasien menggunakan obat yang dapat mengganggu kualitas tidur dengan jumlah (84,6%). Hasil
ini
menunjukan
bahwa
banyaknya
pasien
mendapatkan terapi obat-obatan yang dapat mengganggu kualitas tidur pasien dan masih banyak lagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien, seperti umur dari hasil menunjukan bahwa responden yang berumur dewasa tua (46,2% ) dari jumlah keseluruhan responden. Hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tidur pada pasien tidak hanya obat-obatan. seperti status kesehatan, lingkungan, psikologi, diet, dan gaya hidup (Asmadi, 2008). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Wicaksono (2012) yang menunjukan tidak ada hubungan yang siknifikan antara obat-obatan dengan kualitas tidur (p=0,731). Berdasarkan analisa peneliti obat-obatan ini kurang berpengaruh terhadap kualitas tidur responden. Meski dengan tingginya komnsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu kualitas tidur pasien, dan juga dapat di pengaruhi beberapa faktok yang dapat mempengaruhi kualitas tidur: Usia, jeniskelamin, budaya, agama, lama perawatan, lingkungan, gaya hidup, status kesehatan, dan diat. Terbukti dengan tidak adanya hubungan antara obatobatan dengan kualitas tidur.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagaian besar responden mengalami stres psikologi sedang yaitu sebanyak 18 orang (69,2%), stres psikologi ringan yaitu sebanyak 3 orang (11,5%), dan normal sebanyak 5 orang (19,2%). 2. Sebagian besar frekuensi menunjukan bahwa hampir seluruh pasien menggunakan obat yang dapat mengganggu kualitas tidur dengan jumlah (84,6%), obat yang dapat membantu sebanyak (7,7%), dan yang tidak menggunakan obat sebanyak (7,7%). 3. Kualitas tidur pasien responden sebagian besar mengalami kualitas tidur tidak baik sebanyak (73,1%), dan kualitas tidur baik sebanyak (26,9%). 4. Ada hubungan antara stres psikologi dengan kualitas tidur pasien kritis di RSUD Tugurejo Semarang (p= 0,013< 0,05). 5. Tidak
ada
hubungan
antara
pemakaian
obat-obatan
yang
mempengaruhi kualitas tidur pasien kritis di RSUD Tugurejo Semarang (p= 0,287 > 0,05). Saran Bagi peneliti selanjutnya. 1.
Peneliti selanjutnya, dapat meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur misalnya status kesehatan, lingkungan, diet, dan gaya hidup.
2.
Peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan kriteria sampel yang homogen.
3.
Peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan jumlah sampel besar agar mudah di generelasikan.
DAFTAR PUSTAKA Allen, C.V. (1994). Memahami proses keperawatan dengan pendekatan latihan. Editor Setiawan. Jakarta: EGC. Anonim : http://www.rstugurejo.com/ Diunduh 19, April, 2013. Ann Isaacs. (2005). Panduan belajar: keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri. Alih bahasa: Dean praty Rahayuningsih, Editor: edisi Bahasa Indonesia Sari Kurnianingsih Skp, Jakarta : EGC. Arikunto, S (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. (6th ed). Jakarta : PT Redika Cipta. Asmadi. (2008 ). Teknik prosedural konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Brooker, C. (2005). Ensiklopedia keperawatan. jakarta: EGC. -------------. (2008), Ensiklopedia Keperawatan, jakarta: EGC. Buku panduan penulisan dan bimbingan skripsi (2013), Semarang: UNIMUS. Data rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang 2013. Dewit, Susan, C. (2001).Fundamental concept and skill for nursing. Pennsylvania: W.B Saunders Company Philadelphia. Diahwati, Diana. (2001).Serba serbi dan manfaat tidur. Bandung: Pionir Jaya. Hidayat, A.A. (2008).Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan (2th ed.). Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A.A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia, aplikasi konsep dan proses keperawatan (2th ed). Jakarta: Salemba Medika. Irwanto, (2002). Psikologi umum buku panduan mahasiswa. Jakarata: Prenhallindo. Kee, J, L. (1996).Farmakologi: Pendekatan proses keperawatan, alih bahasa, Anugrah Peter. Jakarta: EGC. Lanywati, E. (2001). Insomnia gangguan sulit tidur. Yogyakarta: Kanisius. Lovibond, S.H. & Lovibond, P.f. (1995). Manual for the Depression anxiety Stress Scales. (2nd Ed) Sydney: Psychology Foundation.
Marliani, L. & Tantan S. (2007). 100 Questions & answers hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Notoatmodjo, S. (2005).Metodologi penelitian kesehatan (1th ed.). Jakarta: Rineka Cipta. Nurlela, S., Saryono, & Yuniar, I. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi laparatomi di ruang rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Gombong.UNSOED: Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 1. Nursalam. (2008).Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan (1th ed.). Jakarta: Salemba Medika. Pangkalan Ide. (2008). Yoga insomnia 29 gerakan yoga insomnia untuk menyembuhkan susah tidur secara alami. Jakarta: Media Komputindo. Pangkalan Ide. (2008). Seri Bodytalk - Yoga Untuk Stress 50 gerakan yoga stres untuk relaksasi sepanjang hari. Jakarta: Elex media komputindo. Permadi, A (2006). Tanaman obat pelancara air seni. Jakarta: Penebar Swadaya. Potter & Perry (2006). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC. Priharjo, R. (1996).Pengkajian fisik keperawatan ( 2th ed.). Jakarta: EGC. Rafiudin, R. (2004). Insomnia dan gangguan tidur lainya Jakarta: Media Komputindo. Rasmun. (2004). Stres, Koping, dan adaptasi. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto. Rido, M. (2012). Hubungan Antara Tingkat Nyeri Post Operasi Dengan Kuantitas dan Kualitas Tidur Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, UNISSULA. Riwidikdo, H. (2010). Statistik untuk penelitian kesehatan dengan aplikasi program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihana. Roesmanita, Iswantoro, & Fidzi, L. (2007). Respon klien yang mendapatkan terapi obat antibiotik pada malam hari terhadap pemenuhan kebutuhan tidur di Rumah sakit islam Banjarmasin. STIKes Muhammadiyah Banjarmasin.Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1.
Sehmitz, G., Lapper, H., & Heidrich, M. (2003). Farmakologi dan toksikologi, (3th ed). Jakarta: EGC. Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius. Sugiono. (2008).Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologis untuk keperawatan. Jakarta: EGC. Suryatin, B. (2004). Sains materi dan sifatnya. Jakarta: Grasindo. Syamsuni. (2005). Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Jakarta: EGC. Syukur, A. (2007).The Power of Wirid rahasia dan khasiat Zikir Setelah Shalat untuk kedamaian jiwa dan kebugaran raga. Jakarta: Hikmah. Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan, (4th ed). Jakarta: Salemba Medika. Tracey Kelly. (2005). 50 Rahasia alami penambah tenaga. Jakarta: Erlangga. Triyanto, A. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola tidur pasien dewasa di instalasi rawat inap badan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang, UNIMUS. Tucker, S.M., Conobbio, M.M., Paquette, E.V., & Wells, M.F. (1993) Standar perawatan pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. vol.1 ( 5th ed.). Jakarta: EGC. Wicaksono, D.W. (2012). Analisis Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.