perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN REACHING PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE KEBAKKRAMAT KARANGANYAR
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh: SITI NURJANAH R.0208045
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Juni 2012
Siti Nurjanah NIM. R0208045
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan kemurahan-Nya memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari budi baik dan bimbingan berbaagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku ketua Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 3. Ibu Arsita Eka P., dr., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini 4. Ibu Seviana Rinawati., SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran 5. Bapak Sarsono., Drs., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan penulisan Skripsi ini 6. Pimpinan Perusahaan PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyaryang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Bapak Yustari selaku Pembimbing Lapangan dan Ibu Ema bagian Personalia atas bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian dalam skripsi ini 8. Seluruh tenaga kerja bagian reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar atas kesediaanya menjadi subjek penelitian dalam membantu penyelesaian skripsi ini 9. Ayah dan Ibu serta adikku yang telah memberikan dukungan setiap saat baik secara moril dan materil serta kasih sayang yang tulus kepada penulis 10. Teman-teman seperjuanganku Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Angkatan 2008 (Kesjapan) yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 11. Semua pihak yang membantu penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat dijadikan masukan . Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk menambah pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan.
Surakarta, Juni 2012 Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Siti Nurjanah. R0208045, 2012. Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar.Skripsi. Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap atau sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan pada organ pernapasan dan pencernaan. Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan sistem muskuloskeletal. Metode : Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 30 pekerja wanita di bagian reaching dengan menggunakan teknik Sampling jenuh. Data sikap kerja duduk diperoleh dengan melakukan pengamatan dan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Data keluhan muskuloskeletal diperoleh dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Analisis data yang digunakan adalah uji statistic Gamma dan Somers’D dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.00. Hasil : Hasil penelitian sikap kerja duduk menunjukkan subjek dengan tingkat aksi level 2 sebanyak 19 orang (63,33%) dan tingkat aksi level 3 sebanyak 11 orang (36,67%). Hasil penelitian keluhan musculoskeletal menunjukkan subjek dengan tingkat aksi kategori rendah sebanyak 14 orang (46,67%) dan tingkat aksi kategori sedang sebanyak 16 orang (53,33%). Hasil uji statistik dengan Gamma dan Somers’D menunjukkan p < 0,05 yang artinya terdapat korelasi bermakna antara dua variabel yang diuji. Kesimpulan : Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja bagian reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar. . Kata Kunci : Sikap Kerja Duduk, Keluhan Muskuloskeletal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Siti Nurjanah. R0208045, 2012. Correlation of Work Sitting Posture with Musculoskeletal Disorders in Reaching Section Workers at PT. Delta Merlin Kebakkramat Karanganyar. Skripsi. Occupational Health and Safety Study Program, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background : Job in a long time with a fixed position or same both standing or sitting would cause discomfort. Work sitting posture for long periods without any adjustment could cause flaccid abdominal muscles, curved spine and disorders of the respiratory and digestive organs. Poor posture at work either in sitting or standing position will increase the risk of musculoskeletal disorders. Methode : The research was an observational analytic research with cross sectional approach. Study sample was 30 women subject in reaching section used total sampling. Data obtained by sat-working posture and make observations with Rula (Rapid Upper Limb Assessment) method. Musculoskeletal Disorders data obtained used a questionnaire Nordic Body Map. The data analyzed by Gamma and Somers'D statistic test used SPSS program version 16.00. Result : The results of seated working posture show that there were 19 subject with the action level 2 (63,33%) and 11 subject with the action level 3 (36,67%). The results indicate musculoskeletal disorders show that there were 14 people (46,67%) with low levels of action category and 16 people (53,33%) with medium levels of action category. The results of statistical tests with Gamma and Somers'D indicate p <0.05, which means there is a significant correlation between two variables tested. Conclusion : This research can be concluded that there were correlation of Work Sitting Posture with Musculoskeletal Disorders in Reaching Section Workers at PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar. Kata Kunci : Work Sitting Posture, Musculoskeletal Disorders
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ABSTRAK ............................................................................................................ KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ BAB I.
i ii iii iv vi vii ix x xi
PENDAHULUAN ............................................................................... A. Latar Belakang Masalah ................................................................ B. Rumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan ............................................................................................ 1. Tujuan Umum ........................................................................... 2. Tujuan Khusus .......................................................................... D. Manfaat ..........................................................................................
1 1 3 4 4 4 4
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 1. Ergonomi ................................................................................. 2. Sikap Kerja Duduk ................................................................... 3. Keluhan Muskuloskeletal ......................................................... 4. Penilaian Sikap Kerja Duduk dengan Metode RULA ............. 5. Penilaian Keluhan Muskuloskeletal dengan NBM ................... 6. Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal ........................................................................ B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... C. Hipotesis .......................................................................................
6 6 6 11 15 25 30
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... A. Jenis Penelitian ............................................................................ B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... C. Populasi Penelitian ...................................................................... D. Teknik Sampling .......................................................................... E. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... G. Desain Penelitian .......................................................................... H. Instrumen Penelitian ...................................................................... I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................... commit to user
37 37 37 37 38 38 40 42 43 44
31 35 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. HASIL PENELITIAN ......................................................................... A. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................... B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ........................................... D. Hasil pengukuran Kursi Kerja dan Anthropometri Tenaga Kerja E. Hasil Penilaian Sikap Kerja Duduk dengan Metode RULA ......... F. Hasil Penilaian Keluhan Muskuloskeletal dengan NBM .............. G. Uji Statistik Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal
47 47 49 50 51 54 56 57
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. A. Analisa Kondisi Umum Perusahaan .............................................. B. Analisa Karakteristik Subjek Penelitian ........................................ C. Analisa Pengukuran Lingkungan Kerja......................................... D. Analisa Kursi Kerja dengan Anthropometri Tenaga Kerja .......... E. Analisa Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan ............. Muskuloskeletal F. Keterbatasan Penelitian................................................................ .
59 59 60 62 63 64
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. A. Simpulan ....................................................................................... B. Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... LAMPIRAN
66 66 67 68
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkat Aksi yang Diperlukan Berdasarkan Grand Skor............................ Tabel 2. Definisi Operasional Penilaian Nordic Body Map....................................... Tabel 3. Klasifikasi Subjektifitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu................................................................................................ Tabel 4. Distribusi Data Karakteristik Subjek Penelitian........................................... Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat untuk Area Kerja Bagian Reaching.. Tabel 6. Hasil Pengukuran Kursi Kerja...................................................................... Tabel 7. Hasil Pengukuran Anthropometri Pekerja.................................................... Tabel 8. Hasil Penilaian Sikap Kerja Duduk dengan Metode RULA....................... Tabel 9. Distribusi Data Tingkat Aksi Sikap Kerja Duduk....................................... Tabel 10.Penilaian Keluhan Muskuloskeletal dengan NBM...................................... Tabel 11.Distribusi Data Keluhan Muskuloskeletal....................................................
commit to user
29 30 31 48 50 50 52 54 55 55 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sikap Duduk.................................................................................... 11 Gambar 2. Kerangka Pemikiran......................................................................... 35 Gambar 3. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................ 39 Gambar 4. Desain Penelitian.............................................................................. 42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar Lampiran 3. Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 4. Lembar Kerja Penilaian RULA Lampiran 5. Kuesioner Nordic Body Map Lampiran 6. Tabel Identitas Pekerja Perempuan Bagian Reaching Lampiran 7. Tabel Hasil Skoring RULA Lampiran 8. Tabel Skor Penilaian Keluhan Muskuloskeletal dengan NBM Lampiran 9. Tabel Hasil Pengukuran Denyut Nadi Lampiran 10. Uji Statistik dengan Gamma dan Somers’D Lampiran 11. Dokumentasi Foto Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisation) dan GATT (General Agreement Tarifs and Trade) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Departemen Kesehatan, 2008). Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Karena tenaga kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan usaha yang produktif. Di samping itu tenaga kerja sebagai suatu unsur yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kemajuan teknologi di bidang industri, sehingga sewajarnya kepada mereka diberikan perlindungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemeliharaan kesehatan dan pengembangan terhadap kesejahteraan atau jaminan nasional (Suma’mur, 2009). Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktorfaktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja (Pangaribuan, 2009). Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap kerja duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan pada organ pernapasan dan pencernaan (Pangaribuan, 2009). Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculoskeletal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries), CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion Injury) (OHSCOs, 2007). PT. Delta Merlin Dunia Tekstil Kebakkramat Karanganyar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang textile yang beroperasi 24 jam setiap harinya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 pekerja di bagian reaching (pekerjaan memasukkan helai benang ke dalam dropper), dapat diketahui bahwa 5 pekerja tersebut terindikasi mengalami keluhan pada sistem muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah yang dilakukan oleh tenaga kerja merupakan suatu keterpaksaan karena kondisi lingkungan dan tempat kerja yang memaksa tenaga kerja mengambil sikap demikian. Pekerja dalam melakukan pekerjaannya adalah dengan posisi duduk dengan tidak menggunakan kursi yang ergonomis. Dari sikap duduk yang tidak alamiah ini yang menyebabkan pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal terutama pada bagian leher, bahu, punggung, dan pantat. Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu “Apakah ada Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada Pekerja Bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang dirasakan pekerja bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar dengan menggunakan Nordic Body Map.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar. 2. Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam melakukan penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah khususnya mengenai masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Bagi Institusi Sebagai bahan pustaka di Program Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam pengembangan ilmu Kesehatan Kerja khususnya dibidang ergonomi. c. Bagi Tenaga Kerja Sebagai pengetahuan tambahan bagi tenaga kerja tentang sikap kerja yang ergonomis sehingga dapat menghindari keluhan-keluhan akibat tempat kerja yang tidak ergonomis. d. Bagi Pengusaha Sebagai bahan masukan dan kajian bagi pengusaha dalam meningkatkan kesehatan pekerjanya dan untuk mengurangi penyakit yang berhubungan dengan muskuloskeletal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi a. Definisi ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan sebagai aturan/hokum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan atau tempat/lingkungan kerja dengan pekerjanya (Tarwaka, 2004). Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan. Ergonomi merupakan salah satu hal yang mengarah pada peningkatan kualitas kehidupan kerja. Sedangkan aspek kualitas sendiri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas kerja. Manusia dalam hal ini sebagai objek makhluk pekerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja manusia biasanya menggunakan peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu. Peralatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerja yang digunakan harus sesuai dengan manusia pemakai untuk mendukung fungsi tubuh yang sedang bekerja. Menurut Eko Nurmianto (2008) istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi juga didefinisikan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajarimanusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor modern maupun pada sector tradisional dan informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan yang tepat adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Pada sektor tradisional pada umumnya dilakukan dengan tangan dan memakai peralatan serta dalam sikapsikap badan dan cara-cara kerja yang secara ergonomi dapat diperbaiki. (Suma’mur, 2009) Menurut Sugeng Budiono (2003) sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomi adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan selamat dalam bekerja. Sikap tersebut dapat dilakukan dengan : 1) Menghindarkan sikap yang tidak ergonomis dalam bekerja. 2) Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja penggunanya. 4) Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk atau berdiri secara bergantian. b. Tujuan Ergonomi 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental dan mengupayakan kepuasan kerja. 2) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama waktu produktif maupun setelah tidak produktif. 3) Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. c. Aspek Ergonomi Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain : 1) Faktor manusia Penataan dalam sistem kerja menuntut faktor manusia sebagai pelaku/pengguna menjadi titik sentralnya. Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau perancangan berpusat pada manusia. Perancangan dengan prinsip HCD, berdasarkan pada karakter-karakter manusia yang akan berinteraksi dengan produknya. Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomis. Ada beberapa faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu : faktor dari dalam (internal factors) dan faktor dari luar (external factors). Tergolong dalam faktor dari dalam (internal factors) ini adalah yang berasal dari dalam diri manusia seperti : umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh. Sedangkan faktor dari luar (external factor) yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, dan adat istiadat. 2) Faktor Anthropometri Anthropometri yaitu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan demikian
penerapan
antropometri
mutlak
menjamin adanya sistem kerja yang baik. commit to user
diperlukan
guna
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak alamiah. 3) Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP (Standard Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. 4) Faktor Pengorganisasian Kerja Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakan kerja shift. Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena dapat
menurunkan
efisiensi
dan
produktivitas
kerja
serta
meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit (Tarwaka, 2010).
2. Sikap Kerja Duduk Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
berbeda-beda
terhadap
tubuh.
Masing-masing
posisi
kerja
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh (Tarwaka, 2004). Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan, tekanan tersebut sekitar 100%, cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau saraf belakang daripada sikap duduk yang condong kedepan (Tarwaka, 2004).
Gambar 1. Sikap Duduk commit to user Sumber : Eko Nurmianto (2008)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Posisi duduk pada otot rangka (muskuloskeletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar (Eko Nurmianto, 2008). Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk menurut Suma’mur (2009) adalah sebagai berikut : a. Kurangnya kelelahan pada kaki b. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah c. Berkurangnya pemakaian energi d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah Namun begitu, terdapat pula kerugian sebagai akibat bekerja sambil duduk menurut Suma’mur (2009), yaitu : a. Melembeknya otot-otot perut b. Melengkungnya punggung c. Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan membungkuk Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain : (Sritomo Wignjosoebroto 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
b.
Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
c.
Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan menggerakkan kaki, tangan atau leher/kepala).
d.
Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok). Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003) sikap tubuh dalam
bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk dan cara-cara harus mengoperasikan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara : a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah. b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin. c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja (meja, kursi, dan lain-lain.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya. d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri. Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta bokong menyentuh belakang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kursi. Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan lebih sebisa mungkin, tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua kaki tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar ke 2 kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi sama lebih dari 20 – 30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, juga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto, 2008). Sikap kerja duduk yang kurang baik atau keliru menurut Wahyu Purwanto (2004) akan menyebabkan berbagai masalah terutama yang berhubungan dengan tulang belakang, karena tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, bila dibandingkan dengan saat berdiri maupun berbaring. Jika tekanan tersebut diasumsikan sekitar 100%, maka besarnya tekanan pada posisi duduk yang tegang (erect posture) adalah 140% dan posisi duduk mengbungkuk ke depan tekanannya adalah 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat syaraf belakang daripada sikap duduk yang condong kedepan. Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat (Eko Nurmianto, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Fitrihana (2008) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan CTD. Sedangkan menurut Tarwaka (2004) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, keluhan tersebut segera hilang apabila pembebanan dihentikan. b. Keluhan menetap (Persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih berlanjut. Faktor Penyebab Keluhan pada Sistem Muskulosekeletal : a. Kesalahan dan lamanya waktu duduk Sakit pinggang terjadi karena kesalahan dan lamanya waktu commit to user duduk. Saat bekerja tubuh dituntut untuk berada dalam posisi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sama untuk waktu yang lama terutama pekerja dalam bidang manufaktur. Jika kondisi tidak nyaman terjadi, maka tubuh akan tertekan dan berakibat timbulnya sakit pinggang atau pegal-pegal. b. Pengaruh kursi kerja Kursi yang ergonomi adalah kursi yang dapat diatur agar sesuai dengan kondisi badan baik tinggi maupun sandarannya. Hal ini akan membuat bagian belakang tubuh seseorang merasakan rileks sebab terdapat sandaran untuk menopang bagian punggungnya. Jika kursi terlalu tinggi kita dapat menggunakan bantalan atau pijakan untuk kaki agar kaki kita tidak menggantung. Kita juga dapat menggunakan kursi yang empuk dengan meletakkan busa pada letak dudukan. Ini akan menyebabkan pinggang kita merasakan nyaman. Terakhir jika kita menggunakan kursi yang memiliki sandaran tangan kita harus memperhatikan bentuk sandaran itu agar posisi tangan tidak ketinggian. Dalam bekerja faktor tempat duduk sangat penting karena dengan tempat duduk yang nyaman kita akan dapat bekerja dengan baik dan sehat. (Suma’mur, 2009). Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut : a. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan commit to user tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi
risiko
terjadinya
keluhan
otot,
bahkan
dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. b. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi. c. Sikap kerja tidak alamiah Posisi bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal. d. Faktor penyebab sekunder Faktor
skunder
yang
juga
berpengaruh
terhadap
keluhan
muskuloskeletal adalah tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak, getaran dan mikroklimat. e. Penyebab kombinasi Risiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
faktor risiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban di bawah tekanan panas matahari. Adapun faktor penyebab sekunder antara lain : a. Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot menetap. b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 2009). c. Mikroklimat Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun (Astrand & Rodhl,1977;Pulat, 1992;Wilson & Corlett, 1992). Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut Suma’mur (1982) dan Grandjean (1993), apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. (Tarwaka, 2010) Beberapa faktor internal penyebab keluhan otot-otot skeletal, yaitu : a.
Umur Chaffin (1979) dan Guo, dkk. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai pertama dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Sebagai contoh, Betti’e, dkk 1989 telah melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20 - 29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Jenis kelamin Beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot priapun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian Betti’e, dkk (1989) menunjukkan bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang, dkk. (1993), Bernard, dkk. (1994), Heles, dkk. (1994) dan johanson (1994) yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1 : 3. Dari uraian tersebut, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas.
c.
Kebiasaan Merokok Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap risiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et.al. (1993) menemukan hubungan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. d.
Kesegaran Jasmani Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pergerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat Betti’e, dkk (1989) yang menyatakan hasil penelitian terhadap para commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerbang menunjukkan bahwa kelompok penerbang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko yang sangat kecil terhadap risiko cedera otot. Berdasarkan uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa, tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan bertambahnya aktivitas fisik. e.
Kekuatan Fisik Chaffin dan Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini, apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap risiko cidera otot.
f.
Ukuran Tubuh Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan masssa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal. Apabila dicermati, keluhan sistim muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. (Tarwaka, 2010) Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal, yaitu : a. Lama kerja/waktu kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan efesiensi dan produktivitasnya. Lamanya seorang bekerja sehari baik pada umumnya 6 – 8 jam. Dalam Seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40 - 50 jam. Lebih dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal yang negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja. Seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa pengurangan jam kerja dari 81/4 ke 8 jam disertai meningkatnya efesiensi kerja dengan kenaikan produktivitas 3 sampai 10%. Kecenderungan ini lebih terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan (Suma,mur, 2009). b. Tekanan melalui fisik (beban kerja) Beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut–larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan emosi (Sugeng Budiono, 2003). Sejumlah orang kerap kali menunjukkan gejala seperti berikut : 1) Meningkatnya ketidakstabilan jiwa 2) Depresi 3) Kelesuan umum seperti tidak bergairah kerja 4) Meningkatnya sejumlah penyakit fisik Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 - 20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Akobundu et al, 2008). Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan tersebut. Akobundu et commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
al (2008) mengungkapkan gejala terjadinya MSDs terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a.
Tahap 1 atau awal : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan pafa bagian tubuh yang tertentu selama jam kerja tapi biasanya menghilang setelah waktu kerja usai atau di malam hari. Tidak berpengaruh terhadap performa kerja. Efek ini pulih setelah istirahat.
b.
Tahap 2 atau intermediate : Gejala tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja atau sakit dan kelelahan pada bagian tubuh tertentu yang muncul pada awal shift kerja dan bertahan di malam hari. Tidur mungkin terganggu, kadang-kadang menyebabkan menurunnya performa kerja secara bertahap.
c.
Tahap 3 atau akhir : Gejala atau sakit, kelelahan dan kelemahan tidak menghilang meskipun sudah istirahat, nyeri terjadi ketika bekerja secara repetitif. Tidur terganggu, sulit melakukan pekerjaan bahkan pekerjaan yang ringan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja. Pemulihan pada tahap ini bisa berlangsung selama 6 - 24 bulan. Tidak semua orang melewati tahap ini dengan cara yang sama. Bahkan, mungkin sulit untuk kapan tepatnya satu tahap berakhir dan tahap berikutnya mulai.
4. Penilaian Sikap Kerja Duduk dengan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode RULA pertama kali dikembangkan oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett, E (1993), seorang ahli ergonomi dari Nottingham’s Institute of Occupational Ergonimics England. Metode ini prinsip dasarnya hamper sama dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) maupun metode OWAS (Ovako Postur Analysis System). Ketiga metode ini (RULA, REBA, dan OWAS) sama-sama mengobservasi segmen tubuh khususnya upper limb dan mentransfernya dalam bentuk scoring. Selanjutnya, skor final yang diperoleh akan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan saran perbaikan secara tepat. Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot skeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb disorders), seperti; adanya gerakan repetitif, pekerjaan diperlukan pengerahan kekuatan, aktivitas otot statis pada otot skeletal, dan lain-lain. Penilaian dengan metode RULA ini merupakan penilaian yang sistematis dan cepat terhadap risiko terjadinya gangguan dengan menunjuk bagian anggota tubuh pekerja yang mengalami gangguan tersebut. Analisis dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi, untuk menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan akan dapat menurunkan risiko cedera. Di dalam aplikasi, metode RULA dapat digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan berdasarkan factor risiko cedera. Hal ini dilakukan dengan membandingkan nilai-nilai tugas yang berbeda yang dievaluasi menggunakan metode RULA. Metode ini juga dapat digunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mencari tindakan yang paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki risiko relative tinggi. Analisis dapat menetukan kontribusi tiap faktor terhadap suatu pekerjaan secara keseluruhan dengan cara melalui nilai tiap faktor risiko. Disamping itu, metode RULA merupakan alat untuk melakukan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera, yaitu : a. Postur tubuh b. Kontraksi otot statis c. Gerakan repetitif d. Pengerahan tenaga dan pembebanan Di dalam aplikasi metode RULA, tentunya juga mempunyai keterbatasan. Metode ini hanya terfokus pada faktor-faktor risiko terpilih yang dievaluasi. RULA tidak mempertimbangkan faktor risiko cedera pada keadaan seperti : a. Waktu kerja tanpa istirahat b. Variasi individual pekerja, seperti : umur, pengalaman, ukuran tunuh, kekuatan, atau sejarah kesehatannya c. Faktor-faktor lingkungan kerja d. Faktor-faktor psiko-sosial Keterbatasan lain pada metode ini adalah bahwa penilaian postur pekerja juga tidak meliputi analisis posisi ibu jari atau jari-jari tersebut ikut dihitung. Tidak dilakukan pengukuran waktu, meskipun faktor waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi penting karena berhubungan dengan kelelahan otot dan kerusakan jaringan akibat kontraksi otot. Aplikasi metode RULA ini dimulai dengan mengobservasi aktivitas pekerja selama beberapa siklus kerja. Dari observasi tersebut, dipilih pekerjaan dan postur tubuh yang paling signifikan. Pada saat memilih postur tubuh saat kerja, perlu mempertimbangkan aspek-aspek seperti; durasi, atau beberapa postur tubu8h yang mengalami pembebanan berlebih, yang selanjutnya postur tubuh tersebut dinilai. Jika siklus kerja cukup panjang, akan lebih baik untuk melakukan penilaian dengan interval secara reguler. Dalam hal demikian, maka lama waktu terhadap postur tubuh yang mengalami pembebanan tersebut perlu dipertimbangkan. Pengukuran terhadap postur tubuh dengan metode RULA pada prinsipnya adalah mengukur sudut dasar yaitu susut yang dibentuk oleh perbedaan anggota tubuh (limbs) denagn titik tertentu pada postur tubuh yang dinilai. Pengukuran ini dapat secra langsung dilakukan pada pekerja dengan menggunakan peralatan pengukur sudut, seperti; busur, elektrogoniometer, atau peralatan ukur sudut lainnya atau juga dengan kamera. Metode ini, harus dilakukan terhadap kedua sisi anggota tubuh kiri dan kanan. Metode RULA membagi anggota tubuh kedalam dua (2) segmen yang membentuk dua (2) grup yang terpisah yaitu Group A dan B. Group A meliputi anggota tubuh bagian atas (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan). Sementara itu, Group B meliputi kaki, badan (trunk) dan leher. Selanjutnya skor A dan B dihitung dengan menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
table dengan memasukkan skor untuk masing-masing postur tubuh secara individu. Skor postur tubuh untuk masing-masing anggota tubuh didapatkan dari pengukuran sudut yang dibentuk oleh perbedaan anggota tubuh pekerja. Selanjutnya, skor postur tubuh total untuk group A dan B dapat dimodifikasi tergantung pada jenis aktivitas otot yang terlibat dan pengerahan tenaga selama melakukan pekerjaan. Terakhir, skor final didapatkan dari hasil modifikasi dari nilai total. Grand skor yang diperoleh merupakan proporsional dari risiko yang terjadi selama pekerjaan berlangsung, sehingga skor tertinggi mengindikasikan risiko gangguan otot skeletal yang tertinggi pula. Metode RULA ini membagi grand skor ke dalam tingkat aksi yang dilakukan (action levels) sebagai pedoman yang dibuat setelah dilakukan penilaian di dalam penentuan skor. Tingkat aktivitas ini dibuat dengan rentang nilai 1 (tidak ada risiko atau batas diperkenankan tanpa risiko yang berarti) s/d 4 (mengindikasikan perlu adanya perbaikan segera karena berada pada tingkat risiko tinggi). Tabel 1. Tingkat Aksi yang diperlukan Berdasarkan Grand Skor Level 1 2
3 4
Tingkat aksi dari RULA Apabila grand skor adalah 1 atau 2, tidak masalah dengan postur tubuh selama bekerja Apabila grand skor adalah 3 atau 4, diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja Apabila grand skor adalah 5 atau 6, diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera Apabila grand skor adalah 7+, diperlukan adanya investigasi dan perbaikan secepat mungkin
Sumber : Tarwaka (2010) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya, secara ringkas akan dijelaskan prosedur aplikasi metode RULA, sebagai berikut : a. Menentukan siklus kerja dan mengobservasi pekerja selama variasi siklus kerja tersebut. b. Memilih postur kerja yang akan dinilai. c. Memutuskan untuk menilai kedua sisi anggota tubuh. d. Menentukan skor postur tubuh untuk masing-masing anggota tubuh. e. Menghitung grand score dan action level untuk menilai kemungkinan risiko yang terjadi. f. Merevisi skor postur tubuh untuk anggota tubuh yang berbeda yang digunakan untuk menentukan dimana perbaikan diperlukan. g. Redesain stasiun kerja atau mengadakan perubahan untuk perbaikan postur tubuh saat kerja bila diperlukan. h. Jika perubahan untuk perbaikan telah dilakukan, perlu melakukan penilaian kembali terhadap postur tubuh dengan metode RULA untuk memastikan bahwa perbaikan telah berjalan sesuai yang diinginkan. (Tarwaka, 2010)
B. Penilaian keluhan muskuloskeletal dengan metode NBM (Nordic Body Map) Nordic Body Map merupakan metode lanjutan yang dapat digunakan setelah selesai dilakukan observasi dengan metode RULA. Metode NBM commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Pengukuran gangguan otot skeletal dengan menggunakan kuisioner NBM digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat merepresentasikan populasi secara keseluruhan (Tarwaka, 2010). Penilaian metode NBM menggunakan 4 skala likert, yaitu : Tabel 2. Definisi Operasional Penilaian Nordic Body Map Skor Definisi Operasional 1 Tidak ada keluhan atau kenyerian atau tidak ada rasa sakit sama sekali yang dirasakan oleh pekerja (tidak sakit) 2 Dirasakan ada sedikit rasa keluhan atau kenyerian pada otot skeletal (agak sakit) 3 Adanya keluhan atau kenyerian atau sakit pada otot skeletal (sakit) 4 Keluhan sangat sakit atau sangat nyeri pada otot skeletal (sangat sakit) Sumber : Tarwaka (2010) Setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuisioner maka langkah berikutnya adalah perhitungan skor individu dari seluruh otot skelatal (28 bagian otot skeletal). Pada desain 4 skala likert ini, maka akan diperoleh skor individu terendah 28 dan skor tertinggi 112 (Tarwaka, 2010). Setelah didapatkan total skor individu melalui perhitungan maka langkah selanjutnya adalah penentuan tingkat resiko keluhan muskuloskeletal
dan tindakan
perbaikan yang semestinya dilakukan. Penentuan tingkat risiko berdasarkan total skor individu dapat dilihat pada tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3. Klasifikasi Subjektifitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat Skor Tingkat Tindakan Perbaikan Aksi Individu Risiko 1
28 – 49
Rendah
2
50 – 70
Sedang
3 4
71 – 91 91 – 112
Tinggi Sangat Tinggi
Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan Mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari Diperlukan tindakan segera Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin
Sumber : Tarwaka (2010)
C. Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada umumnya terdapat dua posisi dalam bekerja yaitu berdiri, duduk, dan keduanya. Pada posisi duduk dapat diharapkan untuk mengurangi beban statis, untuk menjaga postur tubuh, meningkatkan sirkulasi darah. Pada posisi berdiri karyawan akan cenderung banyak mengalami beban kerja psikologis. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan cairan tubuh dan darah menumpuk di kaki. Hal ini dapat mengakibatkan varises (Anies, 2005). Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan pada organ pernapasan dan pencernaan (Anies, 2005). Menurut Meister (1976) kesalahan postur kerja dapat terjadi dalam commit to user proses operasi akibat rancangan fasilitas kerja yang buruk. Pekerjaan duduk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam waktu yang lama juga bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Nyeri otot dapat terjadi akibat beberapa hal, yaitu digunakan berulang (repetitive) dalam waktu lama, digunakan dalam posisi yang salah dalam waktu lama, akibat getaran atau akibat penggunaan dengan kekuatan yang besar misalnya mengangkat benda yang berat. Akibat adanya aktivitas yang tidak tepat tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan otot yang secara mikroskopik tampak berupa robekan jaringan disertai adanya proses peradangan, dan karena penggunaan yang terus menerus maka tidak ada waktu bagi otot tersebut untuk memperbaiki diri (recovery) (Rachmawati, 2008). Sikap kerja duduk yang kurang baik atau keliru menurut Purwanto (2004) akan menyebabkan berbagai masalah terutama yang berhubungan dengan tulang belakang, karena tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, bila dibandingkan dengan saat berdiri maupun berbaring. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat syaraf belakang daripada sikap duduk yang condong kedepan. Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum penyakit muskuloskeletal. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan sistem muskuloskeletal. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot, tendon dan syaraf (Kuntodi, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyakit sistem muskuloskeletal timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, pembengkakan dan gejala lainnya (Sugeng Budiono, 2003). Seorang pekerja bila bekerja tidak pada posisi ergonomik akan cepat merasa lelah, sering mengeluh sakit leher, sakit pinggang, rasa semutan, pegal-pegal di lengan dan tungkai serta gangguan kesehatan lainnya (Suryana, 2001). Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 - 20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Anies, 2005). Pada umumnya keluhan otot skletal juga bisa di dukung oleh faktor usia dimana keluhan skeletal mulai dapat dirasakan pada usia kerja, yaitu 25 65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Selain itu juga lama bekerja pun sangat berpengaruh dimana jika seorang pekerja melakukan pekerjaan yang dibidanginya bertahun-tahun dilakukan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadinya keluhan yang sangat fatal disbanding dengan pekerja yang baru pertama kali membidanginya (Raresputi, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Pekerjaan Reaching
Sikap duduk yang tidak benar
Pembebanan berlebih pada otot skeletal
Peredaran darah ke otot berkurang
Suplai oksigen ke otot berkurang
Penimbunan asam laktat akibat terhambatnya proses metabolisme karbohidrat
Keluhan Muskuloskeletal
Faktor internal : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Kesegaran Jasmani 4. Kekuatan fisik 5. Ukuran tubuh (anthropometri)
Faktor eksternal : 1. Lama kerja 2. Beban kerja
Gambar 2. Kerangka Pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis Ada hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 2001). Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 2002).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan PT. Delta Merlin Dunia Tekstil Kebakkramat Karanganyar dengan waktu penelitian selama 2 bulan pada bulan Mei-Juni 2012.
C. Populasi dan Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja bagian Reaching di PT. Delta Merlin Dunia Tekstil Kebakkramat Karanganyar. Populasi yang ada sebanyak 30 orang pekerja bagian reaching PT. Delta Merlin Dunia Tekstil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebakkramat Karanganyar. Subyek penelitian yang diambil adalah 30 orang pekerja bagian reaching PT. Delta Merlin Dunia Tekstil Kebakkramat Karanganyar.
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiono, 2006).
E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel
bebas
adalah variabel
yang berpengaruh atau
menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat, dan merupakan variabel pengaruh yang paling diutamakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini adalah sikap kerja duduk. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Dalam penelitian ini adalah keluhan muskulosekeletal. 3. Variabel Pengganggu Variabel
penggangu
adalah
variabel
yang
secara
teoritis
berpengaruh terhadap variabel terikat, namun tidak diingini pengaruhnya. Dalam penelitian ini ada 2 variabel pengganggu. a. Variabel pengganggu terkendali : umur, jenis kelamin, lama kerja, commit to user beban kerja, kondisi kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : mikroklimat, kesegaran jasmani, kursi kerja. Berdasarkan Identifikasi variabel penelitian maka dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :
Variabel Penganggu terkendali : a. Umur b. Jenis kelamin c. Lama kerja d. Beban Kerja e. Kondisi kesehatan
Variabel Bebas : sikap kerja duduk
Variabel terikat : Keluhan muskuloskeletal
Variabel Penganggu tidak terkendali : 1. Mikroklimat 2. Kesegaran jasmani 3. Kursi kerja
Gambar 3. Identifikasi Variabel Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Sikap kerja duduk adalah sikap dimana pekerja dalam melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk di bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Tekstil Kebakkramat Karanganyar. Alat ukur
: Metode RULA
Skala Pengukuran
: interval
Skala analisis
: ordinal
Hasil pengukuran lembar kerja penilaian RULA : Skor 1 atau 2
: postur
ini
biasa
diterima
jika
tidak
dipertahankan/tidak berulang dalam periode yang lama. Skor 3 atau 4
: diperlukan
pemeriksaan
lanjutan
dan
juga
diperlukan perubahan. Skor 5 atau 6
: pemeriksaan
dan
perubahan
harus
segera
dilakukan. Skor 7
: kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
2. Variabel Terikat Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal (pegal-pegal) yang dirasakan oleh tenaga kerja bagian Reaching mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit pada saat penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan. Cara pengisian Kuesioner Nordic Body Map dengan cara memegang dan menanyakan tiap bagian otot skeletal kepada subjek penelitian. Alat ukur
: Kuesioner Nordic body map
Satuan
: 28 - 112 (Skor)
Skala pengukuran
: interval
Skala analisis
: ordinal
Skoring pada kuesioner ini sebagai berikut : Tidak sakit
: 1 (apabila tidak ada rasa nyeri atau keluhan otototot skeletal pada bagian tubuh tertentu).
Agak sakit
: 2 (apabila timbul rasa nyeri atau keluhan otototot skeletal pada bagian tubuh tertentu, tetapi gejala yang timbul tidak terlalu parah dan masih dapat menjalankan pekerjaan).
Sakit
: 3 (apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal pada bagian tubuh tertentu dan terasa sakit untuk beraktifitas).
Sakit sekali
: 4 (apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal yang amat sangat sakit pada bagian tubuh tertentu dan mengganggu dalam beraktifitas).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor akhir : 28 – 49
: tingkat risiko rendah
: Nilai 1
50 – 70
: tingkat risiko sedang
: Nilai 2
71 – 91
: tingkat risiko tinggi
: Nilai 3
92 – 112
: tingkat risiko sangat tinggi : Nilai 4
G. Desain Penelitian Populasi Sampling jenuh Sampel
Sikap Kerja Duduk
Penilaian RULA
Keluhan Muskuloskeletal
Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Tingkat aksi
Penilaian Nordic Body Map
Skor akhir : 28 – 49 : tingkat risiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan) 50 – 70 : tingkat risiko sedang (mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari) 71 – 91 : tingkat risiko tinggi (diperlukan tindakan segera) 92 – 112 : tingkat risiko sangat tinggi (diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin)
Gambar 4. Desain Penelitian commit to user
Uji Korelasi Gamma dan Somers’D
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Instrumen Penelitian 1. Busur derajat 2. Anthropometer shet Anthropometer shet adalah alat untuk mengukur dimensi tubuh manusia baik pada posisi duduk maupun pada posisi berdiri dengan satuan cm. 3. Lembar kerja penilaian RULA adalah lembar kerja penilaian untuk menilai sikap kerja duduk tenaga kerja. 4. Kuesioner Nordic Body Map Kuesioner Nordic Body Map berupa lembaran berisi pertanyaanpertanyaan yang dikirim pada responden yang telah dipilih, dengan harapan akan dikembalikan, kemudian dinilai dengan skoring sehingga dapat digolongkan tentang keluhan muskuloskeletalnya dengan kriteria tidak sakit (28 - 49), agak sakit (50 - 70), sakit (71 - 91), sakit sekali (92 112). 5. Heat Stres Area Heat Stres Area adalah suatu termometer yang dilengkapi dengan sensor listrik (baterai) yang lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan mengetahui lama pendinginan hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan diukur. Pilih satuannya dalam °C atau °F. Lihat dan catat hasilnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Checklist kondisi kesehatan Checklist kondisi kesehatan ini digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan subjek penelitian dengan nilai 5 untuk kondisi sehat, nilai 3 untuk kondisi agak sehat dan nilai 1 untuk kondisi sakit. 7. Perlengkapan alat tulis Perlengkapan alat tulis digunakan untuk penulisan data yang diambil. 8. Kamera Untuk pengambilan gambar sebagai data pendukung.
I.
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya bagaimana proses mengolah data menjadi informasi yang benar yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Agar analisis menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam mengolah data, yaitu (Sumardiyono, 2010) : 1) Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap dan jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi berbentuk angka/bilangan. Kegunaan koding adalah mempermudah kita pada saat analisis data dan juga pada saat entry data. 3) Processing Setelah data dikoding, maka langkah selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner ke dalam program komputer. Salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS for Window. 4) Cleaning Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. 2. Teknik Analisa Data Teknik analisis data dilakukan dengan uji korelasi Gamma dan Somers’D. Digunakan uji korelasi Gamma dan Somers’D karena untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan skala pengukuran ordinal dengan ordinal dimana kategori variabel ordinal tersebut sedikit (Muhammad Sopiyudin Dahlan, 2011). Interpretasi hasil : 1. Nilai p < 0,05
maka terdapat korelasi yang bermakna antara dua
variabel yang diuji. Nilai p > 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kekuatan korelasi 0,00 – 0,199
: Sangat lemah
0,20 – 0,399
: Lemah
0,40 – 0,599
: Sedang
0,60 – 0,799
: Kuat
0,80 – 1,000
: Sangat Kuat
3. Arah korelasi + (positif)
: Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
- (negatif)
: Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT. Delta Merlin Dunia Textile II merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Dunia Textile Group yang bergerak dalam proses weaving.
Perusahaan
ini
merupakan
perusahaan
keluarga
yang
memproduksi kain Grey, berdiri pada bulan Maret 2001. Pimpinan perusahaan bernama Bapak Jau Tau Kwan. Produk yang dihasilkan PT. Delta Merlin Dunia Textile II belum merupakan produk yang siap dipasarkan ke konsumen (tahap setengah jadi). Kain yang dihasilkan masih merupakan kain putihan dari hasil tenun, oleh karena itu perusahaan ini dikenal dengan proses weavingnya. Produk kain yang dihasilkan bermacam-macam antara lain kain rayon, cotton, tetron, dan lainnya menurut strukturnya. Sistem produksi dari perusahaan ini berdasarkan metode job shop. Order yang diterima bukan dari konsumen, melainkan dari pusat yaitu dari PT. Dunia Textile. Segala permasalahan mengenai hasil produksi, manajemen, dan lainnya juga dipertanggungjawabkan kepada pusat (PT. Dunia Textile). PT. Delta Merlin Dunia Textile melalui berbagai perkembangan. Pada awal tahun 2001 memiliki mesin tenun AJL (Air Jet Loom) yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mesin tenun berkecepatan tinggi sebanyak 267, yang dioperasikan sebanyak 350 orang. Pada tahun 2006 ditambah 35 mesin. Pada akhir 2002 sampai pertengahan 2003 menambah dengan 1248 mesin shuttle (mesin mekanis biasa dengan memakai palet atau teropong). Mesin ini dioperasikan oleh 1470 orang, yang berlokasi di bangunan unit I dan II (untuk unit I ada 912 mesin dan unit II ada 336 mesin). Pada awal 2007 membangun unit III dengan menambah 149 mesin AJL. Total karyawan termasuk staf terdapat 2061 orang. 2. Produk perusahaan Hasil produksi dari PT. Delta Merlin Dunia Textile II berupa kain setengah jadi (kain putih polos) dengan jenis cotton, polyster, tetron cotton. 3. Proses Produksi Sistem produksi di PT. Delta Merlin Dunia Textile II yaitu make to order system, sehingga semua hasil produksi merupakan kesesuaian dengan spesifikasi yang ditentukan pemesan. Tahap perancangan produk mencakup perhitungan komposisi bahan (benang), yang mengarah ke komposisi kain. Perhitungan itu meliputi jumlah boom yang naik untuk memenuhi kapasitas pesanan, jumlah helai benang yang naik ke fase warping, dan jumlah pakan (garis melintang pada kain) yang dibutuhkan. Perancangan produk ditentukan oleh pemesan dan dilakukan oleh produsen. Keduanya memegang peran pada perancangan produk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses produksi pembuatan kain grey dari awal sampai akhir meliputi warping, sizing, reaching, pallet, weaving, inspecting, dan folding. 4. Bagian Reaching Bagian reaching merupakan bagian dimana terjadi proses pemisahan benang lusi pada boom satu per satu. Dalam proses ini menggunakan tenaga manusia dalam pelaksanaanya. Alat yang diperlukan adalah cucuk, sisir, palang kayu untuk menggantung benang yang sudah dikanji pada proses sizing. Satu boom tenun dikerjakan satu operator, dan dibutuhkan ketelitian. Sikap kerja dari pekerja yang bekerja di bagian reaching adalah duduk. Kursi yang digunakan oleh pekerja mempunyai ukuran yang bervariasi.
B. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian tersaji dalam tabel berikut : Tabel 4. Distribusi Data Karakteristik Subjek Penelitian No. 1.
Karakteristik Subjek Penelitian Umur
Varian
20 - 30 31 - 40 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3. Lama Kerja 8 jam/hari 4. Kondisi Kesehatan Sehat Tidak Sehat Sumber : Hasil Pendataan tanggal 17 Mei 2012
commit to user
Frekuensi
Persentase
18 12 0 30 30 30 0
60% 40% 0% 100% 100% 100% 0%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Umur Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pekerja diperoleh data umur 20 – 30 sebanyak 18 orang (60%) dan umur 31 – 40 sebanyak 12 orang (40%). Berdasarkan sebaran data tentang umur diperoleh rerata (X) ± SD adalah 29 tahun ± 5,9. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan wawancara pada tanggal 17 Mei 2012 terhadap 30 subjek penelitian di bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile didapatkan hasil bahwa semuanya berjenis kelamin perempuan. 3. Lama Kerja Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian dan survei awal PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar, pekerja memulai pekerjaan pada pukul 08.00 – 16.00 WIB dan istirahat selama satu jam pada pukul 12.00 – 13.00 WIB. Dengan demikian lama kerja dalam satu hari adalah delapan jam kerja dan satu jam istirahat. Seluruh tenaga kerja perempuan yang menjadi subjek dalam penelitian ini dinilai sikap kerja dan keluhan muskuloskeletalnya setelah bekerja sekitar 2 – 4 jam. 4. Kondisi Kesehatan Berdasarkan wawancara terhadap pekerja di bagian reaching pada tanggal 17 Mei 2012 terhadap 30 subjek penelitian, didapatkan hasil bahwa semuanya dalam kondisi sehat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja (Mikroklimat) Berdasarkan pengukuran Mikroklimat untuk area untuk lama kerja 8 jam didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat untuk Area Kerja di Bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar No 1. 2. 3.
DB (oC)
WB (oC)
Parameter GT (oC)
ISBB in (oC)
33.0 33.2 32.0
26.0 27.0 27.5
34.2 33.7 35.5
33.5 33.0 32.0
Rata-rata ISBB in : 33.2 oC SD : 0,35 Sumber : Hasil Pendataan pada tanggal 10 Juni 2012 Berdasarkan Tabel 5 maka diperoleh rerata (X) ± SD adalah 33,2 oC ± 0,35.
D. Hasil Pengukuran Kursi Kerja dan Anthropometri Tenaga Kerja 1. Kursi Kerja Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, kursi kerja yang digunakan tenaga kerja adalah kursi dengan empat kaki dan disertai alas kursi yang terbuat dari kayu. Ukuran dari kursi yang digunakan tenaga kerja bervariasi. Adapun ukuran dari kursi tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Pengukuran Kursi Kerja No 1 2 3 4 5 6
Tinggi Kursi Lebar kursi (cm) (cm) 40 27 42 25 43 24 41 25 42 22 commit 41 to user 27
Panjang kursi (cm) 30 29 30 30 31 30 Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sambungan 7 42 23 8 42 28 9 40 29 10 41 26 11 41 29 12 42 22 13 41 28 14 43 29 15 42 26 16 43 24 17 42 28 18 41 26 19 40 28 20 43 29 21 43 26 22 43 27 23 40 28 24 42 29 25 42 24 26 41 26 27 40 27 28 43 28 29 42 25 30 41 29 Rata-rata 41,6 26,46 SD 1,03 2,11 Persentile 5 42,5 26,2 Persentile 50 43 29 Persentile 95 43,5 31,8 Sumber : Hasil Pendataan tanggal 10 Juni 2012
31 31 28 28 28 30 29 29 29 29 25 31 31 30 28 27 27 31 28 29 30 30 31 30 29,3 1,47 28,95 31 33,05
Berdasarkan sebaran data pada Tabel 6 diperoleh rerata (X) ± SD tinggi kursi adalah 41,6 cm ± 1,03 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 42,5 cm, 43 cm dan 43,5 cm. Rerata (X) ± SD panjang kursi adalah 29,3 cm ± 1,47 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 28,95 cm, 31 cm dan 33,05 cm. Rerata (X) ± SD lebar kursi adalah 26,46 cm ± 2,11 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 26,2 cm, 29 cm dan 31,8 cm.
2. Anthropometri pekerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 7. Hasil Pengukuran Anthropometri Pekerja No
Lebar Tinggi Lebar Tinggi Bahu Bahu pinggul Popliteal (cm) (cm) (cm) (cm) 1 40 46 31 44 2 39 43 30 37 3 40 46 30 38 4 41 47 32 45 5 40 42 31 36 6 39 51 31 40 7 40 52 33 39 8 39 50 30 43 9 41 44 32 45 10 41 53 33 41 11 40 53 30 43 12 39 51 31 44 13 39 52 30 43 14 40 54 32 40 15 41 54 33 45 16 42 41 38 36 17 38 42 40 37 18 41 42 42 34 19 40 40 41 39 20 38 37 37 42 21 42 48 40 41 22 45 45 39 40 23 47 43 41 43 24 45 44 40 44 25 43 42 43 37 26 39 47 36 37 27 38 45 35 36 28 46 46 38 38 29 41 46 34 41 30 40 45 37 42 Rata-rata 40,8 45,5 35 40,3 SD 2,3 4,5 4,3 3,2 Persentile 5 42,37 43,43 33,43 40,38 Persentile 50 46 53 43 45 Persentile 95 49,63 62,57 52,57 49,62 Sumber : Hasil Pendataan tanggal 10 Juni 2012 Keterangan : a. Barhu
: Lebar bahu commit to user
Panjang ButtockPopliteal (cm) 36 35 36 37 36 34 35 34 36 36 37 35 34 36 39 36 34 37 32 40 39 38 39 39 35 35 34 36 40 39 36,3 2,05 36,37 40 43,63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Gihu
: Tinggi bahu
c. Bargul
: Lebar pinggul
d. Tinggi popliteal : dari alas kaki-lekuk lutut e. Panjang buttock-popliteal : dari ujung pantat-lekuk lutut Berdasarkan sebaran data pada Tabel 7 diperoleh rerata (X) ± SD barhu adalah 40,8 cm ± 2,3 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 42,37 cm, 46 cm dan 49,63 cm. Rerata (X) ± SD gihu adalah 45,5 cm ± 4,5 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 43,43 cm, 53 cm dan 62,57 cm. Rerata (X) ± SD bargul adalah 35 cm ± 4,3 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 33,43 cm, 43 cm dan 52,57 cm. Rerata (X) ± SD tinggi popliteal adalah 40,3 cm ± 3,2 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 40,38 cm, 45 cm dan 49,62 cm. Rerata (X) ± SD panjang buttock-popliteal adalah 36,3 cm ± 2,05 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 36,37 cm, 40 cm dan 43,63 cm.
E. Hasil Penilaian Sikap Kerja Duduk dengan Metode RULA Penilaian sikap kerja dilakukan dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) yaitu berupa kuesioner. Peneliti mengamati kemudian menilai sikap kerja yang dilakukan pekerja secara langsung dan ada pula dengan menggunakan dokumentasi video yang nantinya akan dianalisa. Penilaian dan pengamatan dilaksanakan pada pukul 10.00 – 12.00. Pengamatan dan penilaian dilakukan 2 kali pada hari yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap sikap kerja yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan oleh pekerja bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar diperoleh data sebagai berikut : Tabel 8. Hasil Penilaian Sikap Kerja Duduk dengan Metode RULA Subyek Tingkat Aksi A 2 B 2 C 3 D 2 E 2 F 3 G 2 H 3 I 2 J 3 K 2 L 2 M 2 N 3 O 2 P 3 Q 2 R 3 S 3 T 3 U 2 V 2 W 3 X 2 Y 2 Z 2 AA 2 AB 2 AC 3 AD 2 Rata-rata 2,36 SD 0,49 Sumber : Hasil Pendataan tanggal 8 Juni 2012
Distribusi data penilaian sikap kerja duduk adalah sebagai berikut : commit to user Tabel 9. Distribusi data tingkat aksi sikap kerja duduk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tingkat aksi
Jumlah
Persentase
1
0
0%
2
19
63,33%
3
11
36,67%
4
0
0% 100%
Jumlah Sumber : Hasil Pendataan tanggal 10 Juni 2012
F. Hasil Penilaian Keluhan Muskuloskeletal Penilaian keluhan muskuloskeletal pada subjek penelitian dilakukan dengan kuisioner Nordic Body Map (NBM). Penilaian keluhan muskuloskeletal dilakukan langsung setelah dilakukan pengamatan dan penilaian sikap kerja duduk dengan metode RULA. Berdasarkan penilaian keluhan muskuloskeletal yang telah dilakukan terhadap pekerja bagian Reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar diperoleh data sebagai berikut : Tabel 10. Penilaian Keluhan Muskuloskeletal dengan NBM Subjek A B C D E F G H I J K L M N O P
Tingkat Aksi 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 commit to user 2 Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sambungan Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD Rata-rata SD Sumber : Hasil Pendataan tanggal 10 Juni 2012
1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1,53 0,507
Ditribusi data keluhan Muskuloskelatal adalah sebagai berikut : Tabel 11. Distribusi data keluhan Muskuloskeletal Tingkat aksi
Jumlah
Persentase
1
14
46,67%
2
16
53,33%
3
0
0%
4
0
0%
Sumber : Hasil Pendataan tanggal 10 Juni 2012
G. Analisa Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan uji korelasi antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal menggunaakan uji korelasi Gamma dan Somers’D diperoleh data sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Directional Measures Value Ordinal by Ordinal
Somers' d
Symmetric sikapduduk Dependent
Asymp. Std. Error
a
b
Approx. T
Approx. Sig.
.711
.101
5.872
.000
.688
.116
5.872
.000
.737
.101
5.872
.000
keluhanmu skuloskelet al Dependent a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Symmetric Measures Asymp. Std. Value Ordinal by Ordinal
Gamma
N of Valid Cases
Error
1.000
a
b
Approx. T .000
5.872
Approx. Sig. .000
30
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Dari tabel hasil uji korelasi sikap kerja duduk dengan keluhan muskuloskeletal di atas diketahui p-value (signifikansi) ,000. Dengan demikian p-value tersebut <0,05 yang artinya terdapat korelasi bermakna antara dua variabel yang diuji. Untuk nilai kekuatan korelasinya adalah 1.000 yang berarti sangat kuat dan arah korelasinya positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Kondisi Umum Perusahaan PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang textile yang beroperasi 24 jam setiap harinya. Produk yang dihasilkan PT. Delta Merlin Dunia Textile II belum merupakan produk yang siap dipasarkan ke konsumen (tahap setengah jadi). Kain yang dihasilkan masih merupakan kain putihan dari hasil tenun (kain grey). Dalam setiap proses produksi pembuatan kain, tidak lepas dari bahaya-bahaya yang bisa menyebabkan penyakit akibat kerja maupun kecelakaan akibat kerja salah satunya yaitu pada proses reaching. Pada proses dilakukan dengan posisi duduk yang mana tenaga kerja dalam kegiatannya tidak lepas dari peralatan kerja yaitu kursi. Menurut Wignjosoebroto (2003) sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk dan cara-cara harus mengoperasikan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). Sikap kerja duduk yang kurang baik atau keliru menurut Purwanto (2004) akan menyebabkan berbagai masalah terutama yang berhubungan dengan tulang belakang, karena tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, bila dibandingkan dengan saat berdiri maupun berbaring. Menurut Sutarman 1972 dalam Tarwaka 2010, bahwa dengan mengetahui ukuran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anthropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja yang dapat meningkatkan produktivitas.
B. Analisa Karakteristik Subjek Penelitian 1. Umur Berdasarkan hasil penelitian, subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel berumur antara 20 – 40 tahun, dengan rerata (X) ± SD adalah 29 tahun ± 5,9. Menurut Bridger (2003), sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang memicu timbulnya keluhan otot. Chaffin 1979 dan Guo et al 1995 menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 – 65 tahun. Menurut Rihimaki et al dalam Tarwaka 2010 menjelaskan umur mempunyai hubungan sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti mengambil sampel pekerja dengan kisaran umur antara 20 – 40 tahun karena 30 sampel yang diambil dengan teknik sampling jenuh di bagian reaching berusia antara 20 – 40 tahun. Selain itu kisaran umur tersebut adalah termasuk usia produktif. Sampel yang diambilpun juga sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan muskuloskeletal. Hal ini telah sesuai juga dengan teori yang ada dimana pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 – 65 tahun, sehingga peneliti mengambil sampel dengan kisaran umur 25 – 65 tahun. 2. Jenis Kelamin Subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Menurut Tarwaka (2004), secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki. Menurut hasil penelitian Betti’e, dkk (1989) dalam Tarwaka (2004) menyebutkan bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya otot lengan, punggung, dan kaki. Johanson (1994) dalam Tarwaka (2004) menyatakan perbandingan otot antara pria dan wanita adalah 1 : 3. Merujuk pada penelitian-penelitia. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan tersebut diatas maka dalam penelitian ini jenis kelamin oleh peneliti dijadikan pertimbangan untuk menilai keluhan muskuloskeletal. Dari penelitian-penelitian tersebut diatas didapatkan kesimpulan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jenis kelamin berpengaruh terhadap keluhan musculoskeletal, sehingga dalam penelitian tentang hubungan sukap kerja duduk dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar dikhususkan pada pekerja perempuan. 3. Lama Kerja Dalam penelitian ini pekerja dalam melakukan pekerjaannya yaitu selama 8 jam (7 jam kerja dan 1 jam istirahat). Pekerja bekerja 6 hari dalam seminggu. Penelitian dilakukam setelah subjek penelitian bekerja selama 2 – 4 jam. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada yaitu menurut Suma’mur (2009) dimana lamanya seorang bekerja sehari pada umumnya 6 - 8 jam. Semakin panjang waktu kerja maka semakin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 4. Kondisi Kesehatan Dalam penelitian ini menggunakan subjek penelitian yang berada dalam kondisi sehat dengan pertimbangan bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut : sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Sehat dalam penelitian ini artinya terhindar dari hal-hal yang bisa menyebabkan keluhan muskuloskeletal.
C. Analisa Pengukuran Lingkungan Kerja (Mikroklimat) Rata-rata denyut nadi tenaga kerja adalah 76,33 denyut/menit. Menurut tabel kategori beban kerja berdasarkan denyut jantung, rata-rata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
denyut jantung tenaga kerja per menit termasuk dalam kategori beban kerja ringan. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil bahwa ISBB in rerata (X) ± SD adalah 33,2 oC ± 0,35. Hal ini tidak sesuai dengan tabel pengaturan waktu kerja setiap jam dalam Permenakertrans RI Nomor PER. 13/MEN/X/2011 untuk beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75% - 100% ISBB yang diperkenankan adalah 31,0oC.
D. Analisa Kursi Kerja dengan Anthropometri Tenaga Kerja 1. Kursi Kerja a. Tinggi Kursi Tinggi tempat duduk harus sesuai dengan tinggi popliteal. Pada tinggi tempat duduk menggunakan 50 persentil, artinya 50% dari populasi berada sama atau lebih rendah dari 50 persentil. Persentil 50 pada tinggi tempat duduk yaitu 43 cm dan persentil 50 untuk tinggi popliteal adalah 45 cm. Dengan demikian tinggi tempat duduk lebih pendek dari tinggi popliteal (43 cm < 45 cm) sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi tempat duduk yang digunakan oleh tenaga kerja bagian reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar dikatakan tidak ergonomis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Panjang Kursi Panjang kursi harus sesuai dengan panjang buttock-popliteal. Pada panjang kursi menggunakan 50 persentil, artinya 50% dari populasi berada sama atau lebih rendah dari 50 persentil. Hasil pengukuran panjang kursi persentil 50 adalah 31 cm dan untuk panjang buttock-popliteal menggunakan persentil 50 yaitu 40 cm. Dengan demikian panjang kursi lebih pendek dari panjang tungkai atas (31 cm < 40 cm), maka panjang kursi dikatakan tidak ergonomis. c. Lebar Kursi Lebar kursi harus sesuai dengan lebar pinggul. Pada lebar kursi menggunakan persentil 95. Hasil pengukuran lebar kursi persentil 95 adalah 31,8 cm dan lebar pinggul persentil 95 adalah 52,57 cm. Dengan demikian lebar kursi lebih pendek dari lebar pinggul (31,8 cm < 52,57 cm), maka lebar kursi dikatakan tidak ergonomis.
E. Analisa Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan hasil kuisioner penilaian sikap kerja duduk dengan metode RULA diperoleh rerata (X) ± SD yaitu 2,36 ± 0,49. Subjek bekerja dalam sikap duduk dengan tingkat aksi 2 (sedang) yaitu sebanyak 19 orang (63,33%) subjek bekerja dalam sikap duduk dengan tingkat aksi 3 (tinggi) sebanyak 11 orang (36,67%). Untuk Hasil kuisioner penilaian keluhan musculoskeletal dengan Nordic Body Map diperoleh rerata (X) ± SD yaitu 1,53 ± 0,507 dimana pekerja dengan tingkat aksi keluhan muskuloskelatal 1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(rendah) sebanyak 14 orang (46,67%) dan pekerja dengan tingkat aksi keluhan muskuloskelatal 2 (sedang) sebanyak 16 orang (53,33%). Berdasarkan hasil uji korelasi antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar diperoleh signifikansi .000 yang berarti p < 0,05. Dengan demikian ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja bagian reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar. Untuk kekuatan korelasi diperoleh angka 1.000 yang berarti bahwa hubungan antara dua variabel tersebut sangat kuat dengan arah korelasi positif yang berarti bahwa semakin tinggi
penilaian
sikap
kerja
maka
semakin
tinggi
pula
keluhan
muskuloskeletal yang terjadi.
F. Keterbatasan Penelitian 1. Peneliti melakukan penilaian keluhan muskuloskeletal terhadap pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map dengan metode wawancara. Dalam penelitian ini para pekerja hanya menjawab secara subyektif apa yang mereka rasakan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan pada saat penelitian dilakukan tidak dilengkapi dengan pemeriksaan secara medis mengenai keluhan muskuloskeletal untuk mengetahui kebenaran mengenai kesamaan apa yang pekerja rasakan dengan hasil pemeriksaan medis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama. Tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja sehingga peneliti hanya tahu kondisi subjek pada saat penelitian berlangsung, bukan berdasarkan observasi berkesinambungan ataupun hasil pemeriksaan medis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Pengukuran sikap kerja duduk dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar diperoleh signifikansi .000 yang berarti p < 0,05. Dengan demikian ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja bagian reaching di PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar. Untuk kekuatan korelasi diperoleh angka 1.000 yang berarti bahwa hubungan antara dua variabel tersebut sangat kuat. 2. Penilaian sikap kerja duduk dengan metode RULA diperoleh rerata (X) ± SD yaitu 2,4 ± 0,498. Hasil skor terendah untuk tingkat aksi berdasarkan grand score adalah 3 (action level 2) yaitu diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja dan skor tertinggi tingkat aksi berdasarkan grand score adalah 6 (action level 3) yaitu diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera. Untuk pekerja dengan tingkat aksi 2 (action level 2) adalah sebanyak 19 orang (63,33%) dan untuk pekerja dengan tingkat aksi 3 (action level 3) adalah sebanyak 11 orang (36,67%). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Penilaian keluhan mukuloskeletal dengan menggunakan Nordic Body Map, skor terendah adalah 41 (kategori rendah) sedangkan untuk skor tertinggi adalah 58 (kategori sedang). Untuk pekerja dengan keluhan muskuloskeletal kategori rendah adalah sebanyak 14 orang (46,67%) dan Untuk pekerja dengan keluhan muskuloskeletal kategori sedang adalah sebanyak 16 orang (53,33%).
B. Saran 1. Merancang kursi ergonomis yang sesuai dengan anthropometri tenaga kerja di bagian reaching PT. Delta Merlin Dunia Textile Kebakkramat Karanganyar 2. Memperbaiki metode kerja agar posisi janggal (terlalu membungkuk) pekerja pada pekerjaan reaching dapat diminimalisasi. 3. Memberikan pelatihan kerja atau training tentang ergonomi di tempat kerja dan tata-tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi. Training ini dapat dilakukan dengan metode TOT (Training of Trainer) misalnya pelatihan diberikan dahulu pada supervisor kemudian supervisor dapat memberikan pelatihan serupa kepada pekerja. 4. Olahraga atau peregangan otot untuk mengurai akumulasi asam laktat pada otot statis. 5. Bagi Peneliti-peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan tentang sikap kerja duduk dengan keluhan musculoskeletal. commit to user