HUBUNGAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL-MUKHLISHIN CISEENG BOGOR
Oleh
AHMAD FATONI NIM: 104011000002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL-MUKHLISHIN CISEENG BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: Ahmad Fatoni
Di bawah Bimbingan
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag NIP. 131 682 377
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skripsi berjudul “HUBUNGAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL-MUKHLISHIN CISEENG BOGOR” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 18 Desember di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan agama Islam. Jakarta, 18 Desember 2008 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)
Tanggal
Tanda Tangan
Dr. H. Abdul Fattah Wibisono. M.A NIP.150 236 009
................
......................
................
......................
................
......................
................
......................
Sekretaris Jurusan PAI Drs. Sapiuddin Shiddiq. M.Ag NIP. 150 299 477 Penguji I Prof. Dr. Salman Harun NIP. 150 062 568 Penguji II Drs. Ghufron Ihsan. M.A NIP. 150 202 340
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada. M.A NIP. 150 231 356
ABSTRAK HUBUNGAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL-MUKHLISHIN CISEENG BOGOR Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepribadian guru pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor, motivasi belajar siswa dan hubungan antara keduanya. Penelitian ini tergolong kedalam penelitian korelasional. Terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (x) kepribadian guru pendidikan agama Islam dan variabel terikat (y) motivasi belajar siswa. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional. Hasil penelitian kepribadian guru pendidikan agama Islam menunjukkan kepribadian yang sangat baik, dengan rentangan perolehan nilai 70% dari angket responden 40 orang siswa. Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan motivasi yang sangat baik pula, dengan rentangan perolehan nilai 72,5% dari angket. Dari uji hipotesa dan koefisien determinasi memperoleh hasil hitung 0,304<0,561>0,393, dengan df sebesar 38 diperoleh r tabel pada tarap signifikan 5% sebesar 0,304; sedangkan pada tarap signifikan 1% diperoleh rtabel sebesar 0,393. ternyata rxy atau ro (yang besarnya= 0,561) jauh lebih besar dari pada rtabel (yang besarnya 0,304 dan 0,393). Karena ro lebih besar dari rtabel maka hipotesa nihil ditolak. Berarti terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel (x) dan variabel (y). Dengan demikian dapat diketahui bahwa kepribadian guru pendidikan agama Islam terdapat hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa. Maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siswa SMP Islam AlMukhlishin Ciseeng Bogor termotivasi oleh kepribadian guru pendidikan agama Islam.
KATA PENGANTAR
ِ%ْ2ِ-./0ِ ا1ٰ,ْ-./0ِ ا)ِ ا%ْ'ِ( Alhamdulillah, puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul ”Hubungan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor” ini dapat terselesaikan. Dengan selesainya naskah skripsi ini ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada: 1. Ayah (H. Ahmad Zakaria) dan Ibu (Hj. Siti Fauziah) yang telah memberikan do’a, cinta, dan kasih sayang, serta dorangan selama menjalankan pendidikan dasar hingga kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada adikku Fajar Sodik, dan Eni Fitria calon pendamping hidup penulis yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan petunjuk, arahan serta bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. H. Ahmad Ghalib. M.A selaku dosen penasihat akademik yang senantiasa memberikan wejangan-wejangannya kepada penulis ketika kuliah sampai selesainya skripsi ini. 6. Segenap dosen jurusan pendidikan agama Islam yang telah memberikan ilmunya. 7. Kepala Sekolah dan guru-guru SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor serta para siswanya, terkhusus Bapak Suprayitno. SE. S.Pd yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.
8. M. Rizqi Noval (Noval), Rahmat Mulyadi (Mamot), Ahmad Fahmi (Mimot), Sa’aduddin (Samot) dan Syarif Hidayat (Rifmot) yang tergabung dalam Oriental Musik Gambus El-Hiqma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Teman-teman seperjuangan di PAI, khususnya kelas A angkatan 2004 yang telah bersama penulis selama empat tahun dalam duka gembira. 10. Teman sidang munaqasyah Zul Medan, Imas Sukabumi, Hasnah Padang yang bersama penulis dalam bebarapa jam di ruang sidang dengan kondisi yang bermacam-macam. 11. Mardiansyah (Bule) yang telah mengantar penulis bolak-balik Harko Mas Mangga Dua untuk membeli komputer dan perangkat-perangkatnya. 12. Teman-teman kost yang telah memberikan keramaian dikala sepi, kegembiraan dikala sedih, dan semangat dikala putus asa (Saiful Bahri, Mujahidin Syah, Ade Irawan). 13. Creenz B 6366 UCR yang setia membawa penulis ketempat penelitian dan kemanapun tanpa lelah dan keluh untuk menyelesaikan skripsi ini. 14. Hatake Inter(R) Core(TM)2 Duo yang selalu dapat menghilangkan kejenuhan hari-hari penulis ketika pembuatan sripsi. 15. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya serta memiliki banyak manfaat bagi semua. Semoga amal bapak, ibu dan saudara-saudariku sekalian mendapat imbalan dan pahala yang melimpah dari Allah SWT.
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
iii
ABSTRAK ..................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .................................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Permasalahan ...............................................................................
6
1. Identifikasi Masalah .................................................................
6
2. Pembatasan Masalah ................................................................
7
3. Perumusan Masalah .................................................................
7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .....................................
8
1. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
2. Manfaat Penelitian ....................................................................
7
D. Metode Pembahasan dan Teknik Penulisan ..................................
9
1. Metode Pembahasan .................................................................
6
2. Teknik Penulisan.......................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 11 A. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam .............................. 11 1. Pengertian Kepribadian .......................................................... 11 2. Aspek-aspek Kepribadian ...................................................... 14 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru ............ 15 4. Kepribadian Guru dalam Proses Belajar Mengajar ................. 17 5. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ............................. 19
6. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam ................................... 20 B. Motivasi Belajar Siswa .............................................................. 24 1. Pengertian Motivasi ............................................................... 24 2. Macam-macam Motivasi Belajar ............................................ 26 3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ............................................... 27 4. Upaya Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar ............ 28 C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 30 D. Hipotesis ................................................................................... 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 32 A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 32 B. Variabel Penelitian .................................................................. 32 C. Populasi dan Sampel ................................................................ 33 D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 33 1. Observasi ............................................................................. 33 2. Wawancara .......................................................................... 34 3. Angket ................................................................................. 34 E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 35 1. Teknik Pengolahan Data ...................................................... 35 2. Teknik Analisa Data ............................................................ 36 BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 38 A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor .. 38 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Mukhlishin ........ 38 2. Visi, Misi dan Strategi ......................................................... 39 B. Deskripsi Data ......................................................................... 40 C. Analisa dan Interpretasi Data ................................................... 47
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 57 A. Kesimpulan ............................................................................... 57 B. Saran ......................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL TABEL 1
Kisi-kisi Angket Hubungan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Siswa
TABEL 2
Ketentuan Skor Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa
TABEL 3
Persentase Sikap dan sifat dari prilaku guru
TABEL 4
Persentase Profesi sebagai guru
TABEL 5
Persentase Motivasi intrinsik pada siswa
TABEL 6
Persentase Upaya-upaya guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa
TABEL 7
Persentase Motivasi yang diberikan orang tua kepada siswa
TABEL 8
Nilai Variabel (X) Kepribadian Guru Menurut Pandangan Siswa
TABEL 9
Nilai Variabel (Y) Motivasi Belajar Siswa
TABEL 10
Uji Korelasi Antara Kepribadian Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa
TABEL 11
Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Surat Izin Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Islam AlMukhlishin
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian dari Sekolah
Lampiran 4
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 5
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Lampiran 6
Angket Hubungan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap usaha maupun kegiatan yang dilakukan dalam mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar dan landasan tempat berpijak yang kokoh. Pendidikan Islam, ungkap Zakiah Daradjat, sebagai suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai landasan keimanan, dan landasan itulah semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan. Ungkapan ini mengindikasikan urgensi “dasar pendidikan” dalam menentukan orientasi dan arah pendidikan Islam itu sendiri.1 dasar dan landasan tempat berpijak yang kokoh itu adalah Al-Qur’an dan Hadits.
ِ^َ_ْ`َR اaُbَ_ْc Wَc ِdِVWَeَfV اgِc اaُbU_َ`َh ْiُjَV َkْlِm ْا اِذَاaُ\َ]َٰ اPْRِTUV اWَXYRَWR َPْRِTUVْۙ وَاiُjْ\ِ] ْاaُ\َ]َٰ اPْRِTUVُ اoِ اqَcْrَR ُواtُuْﻥWَc ُواtُuَْ اﻥkْlِm ْۚ وَاِذَاiُjَV ُoا ( 11 :
VدWefVٌ )اrْlَِ َْنaُ}َfْ~َh Wَfِ ُoتٍۗ وَاWََ دَرَﺝiْ}ِ~Vْااaُhْاُو Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan kepada derajat yang tinggi. Dan Allah maha tahu apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah: 11)2 Ayat di atas mengindikasikan bahwa orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan berakhlak mulia lebih utama dibandingkan orang-orang yang tidak memilkinya. Pengetahuan ilmu dan akhlak yang mulia itu dapat 1 Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam dan Umum), Proyek Pengadaan Buku Ajar/Daras, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. hlm. 109 2 Depertement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2005), Cet. Ke-10, hlm. 543
mengantarkan seseorang kejenjang kemuliaan, karena dengan ilmu itu dia akan dapat menyadari mana perbuatan yang baik yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dan mana pula perbuatan yang jahat yang dapat menjerumuskan kepada kesesatan dan kecelakaan. 3 Dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah: “Meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama Islam dan bertaqwa kepada Allah s.w.t., serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”.4 Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan, sehingga hanya orang yang berilmu pengetahuan sajalah yang dapat mencapai taraf kesempurnaan hidup beragama setinggi-tingginya. Sedangkan yang bodoh dipandang sebagai manusia yang tiada memiliki derajat yang tinggi dan mulia5 Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut, maka jalan yang digunakan salah satunya melalui jalur pendidikan yang diselenggarakan dengan baik dan terencana. Pendidikan
merupakan
salah
satu
faktor
penting
dalam
upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan tingginya mutu sumber daya manusia akan menjadi kemajuan dan peradaban suatu bangsa, dan sebaliknya suatu bangsa akan sulit untuk maju jika sumber daya manusianya rendah dan terbelakang, oleh karena itu masalah pendidikan haruslah mendapat perhatian yang sungguh-sungguh demi terciptanya perubahan dan kemajuan mutu pendidikan. Pendidikan akan menghasilkan mutu yang baik jika semua komponen pendidikan itu dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya, komponen-komponen pendidikan itu dituntut untuk saling menunjang satu sama lain, sehingga dapat tercapai suatu hasil pendidikkan yang optimal. Adapun komponen itu diantaranya
3 4
hlm. 87
5
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2, hlm. 32 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. Ke-II,
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet-4, hlm. 129
seperti faktor guru sebagai tenaga proporsional, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sebagainya. Belajar mengajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses belajar mengajar. Belajar menujukkan pada apa yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sedangkan mengajar menujukan pada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai tenaga pengajar. Hal tersebut menjadi kegiatan belajar mengajar yang baik apabila terjadi interaksi untuk mencapai pengajaran yang efektif. Pada dasarnya, fungsi atau peranan yang penting guru dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) ialah sebagai ”Director of Learning” (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin
meningkat
dari
sekedar
pengajar
menjadi
direktur
pengajar.
Kosekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat pula.6 Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor yang paling dominan dalam membantu mewujudkan hasil pendidikan yang baik. Merekalah yang bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam mentransfer ilmu pengetahuan, pengalaman-pengalaman, dan membina kepribadian peserta didik kearah yang lebih baik. Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Kepribadian Guru menyatakan bahwa kepribadian itulah yang akan membentuk apakah ia akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya atau menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya, terutama bagi anak didik yang masih kecil (setingkat Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (setingkat Sekolah Menengah). Guru memiliki kepribadian yang baik akan selalu dihormati, dikagumi, dan disayangi oleh peserta didik, hal itu pula yang dapat menimbulkan kecintaan 6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-7. hlm. 250
mereka terhadap ilmu pengetahuan dan membentuk sikap dan tingkah laku mereka yang baik. Di samping itu pula peserta didik akan menaruh rasa simpati karena kewibawaan dan berusaha menunjukkan hal-hal yang positif di hadapannya. Dan ada pula sebaliknya jika seorang guru tersebut tidak atau kurang memiliki kepribadian yang baik, maka ia akan kurang dihormati, dihargai, dan disayangi oleh peserta didik. Dari hal ini terkadang akan menimbulkan kurangnya kecintaan mereka terhadap ilmu tersebut. Kepribadian guru tersebut dapat tercermin dari sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dimasyarakat. Seorang guru harus memiliki sifat dan tingkah laku terpuji, karena mereka adalah teladan bagi siswa dan masyarakat. Sifat dan tingkah laku itu seperti penyabar, baik hati, ramah terhadap orang lain dan sebagainya. Dengan demikian tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru cukup besar, dan amanat yang oleh orang tua murid titipkan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, karena pasti akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Dalam kehidupan manusia untuk mencapai dan meraih cita-cita dan tujuan hidup maka seseorang membutuhkan adanya daya pendorong, penggerak atau bahasa psikologinya motivasi. Untuk membuat sesuatu sesuai dengan tujuan yang diinginkan, tumbuhnya motivasi tersebut di samping berasal dari dalam diri seseorang juga ada yang berasal dari luar dirinya.7 Seperti halnya dalam proses belajar mengajar di sekolah, motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena motivasi itu dapat menimbulkan kegairahan dan ketekunan dalam belajar. Adapun motivasi dalam diri peserta didik itu dapat merupakan bakat dan minatnya dalam belajar, sedangkan yang berasal dari luar seperti guru, maka guru bagaimanakah yang dapat menumbuhkan motivasi belajar tersebut. Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor imtelektual, tetapi juga faktor-faktor yang non-intelektual, termasuk salah satunya ialah motivasi. Oleh sebab itu, motivasi belajar dapat 7
Alisuf sabri, Psikologi berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet ke-1, hlm. 85
diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.8 Motivasi juga sangat erat hubungannya dengan hasil belajar, karena sebagaimana fungsi motivasi itu sendiri disamping sebagai penentu arah mencapai tujuan, juga sebagai penentu hasil perbuatan atau hasil belajar siswa. Dengan demikian maka bagi peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajarnya, maka akan mendapat hasil yang optimal, sedangkan peserta didik yang mempunyai motivasi rendah, akan mendapatkan pula hasil yang tidak optimal. Dalam bukunya Ngalim Purwanto yang berjudul Psikologi Pendidikan disebutkan beberapa aspek kepribadian yaitu sifat kepribadian, intelegensi, pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan, kesehatan, bentuk tubuh, dan sikap terhadap orang lain.9 Peneliti tidak melihat semua aspek yang ada melainkan membatasi kepribadian ini hanya pada aspek sifat, sikap dan prilaku. Kepribadian guru dalam skripsi ini dilihat dari persepsi siswa. Adapun motivasi ekstrinsik terkait dengan guru yang merupakan salah satu faktor timbulnya motivasi belajar yang berasal dari luar siswa. Motivasi belajar ini dapat dilihat dari kemauan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam yang berada di SMP Islam AlMukhlishin Ciseeng Bogor. SMP Islam Al-Mukhlishin merupakan lembaga pendidikan formal. Seperti kebanyakan Sekolah Menengah Pertama (SMP) lainnya,
SMP Islam Al-
Mukhlishin mempunyai 2 jam pelajaran untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam setiap minggunya. Guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Mukhlishin sebanyak 2 orang. Seorang guru mengajar di dua kelas yaitu kelas 1 dan 2, sementara guru yang mengajar di kelas 3 tidak mengajar di kelas 1 dan 2, begitupun sebaliknya. 8 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke-4, hlm. 114-115 9 Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994), Cet ke-5, hlm. 157
Apakah guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Mukhlishin dapat memotivasi siswanya dengan kepribadiannya dalam hal ini, berkenaan dengan sifat, sikap, dan prilaku dalam kesehariannya, dengan jam pelajaran yang sedikit dan porsi pertemuan di kelas yang sedikit pula. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut yang kemudian dituangkan dalam skripsi dengan judul “Hubungan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor”. Pemilihan judul di atas berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Guru merupakan figur sentral dalam proses belajar mengajar di tangan gurulah terletak berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan. 2. Guru dituntut mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dalam upaya menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif. 3. Motivasi sangat erat hubungannya dengan hasil belajar, jika peserta didik mempunyai motivasi tinggi dalam belajarnya, maka akan mendapat hasil yang optimal. 4. SMP Islam Al-Mukhishin Ciseeng Bogor merupakan lembaga Pendidikan formal. Penulis tertarik untuk mengetahui tentang kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang ditampilkan dalam proses belajar mengajar apakah berhubungan dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa. B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Setiap guru menginginkan pelajaran yang disampaikannya dapat diserap dan
diterima
dengan
baik
oleh
siswanya.
Guru
dituntut
mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa dalam upaya menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif. Dalam latar belakang masalah disebutkan bahwa kepribadian guru sangat berpengaruh pada motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Di samping
mengajar pengetahuan, guru juga mempunyai peran untuk mendidik, yaitu menanamkan nilai-nilai moral pada siswa. Oleh karena itu sebagai seorang guru dituntut memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Apabila guru memiliki kepribadian yang buruk. Contohnya guru yang terlalu galak, maka hal itu akan membuat siswa takut dan enggan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian
dan
latar belakang masalah
di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yaitu: a. Apakah guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Mukhlishin mempunyai kepribadian yang baik? b. Apakah model pembelajaran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? c. Apakah guru pendidikan agama Islam mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif? d. Apakah guru pendidikan agama Islam dapat berkomunikasi dengan siswa secara baik? e. Bagaimana respon siswa terhadap kepribadian guru pendidikan agama Islam? f. Apakah ketika mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam siswa bersemangat karena termotivasi oleh gurunya? g. Faktor apakah yang mempengaruhi kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa ? 2. Pembatasan Masalah Agar masalah dalam skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas. Pembatasan tersebut mengenai masalah sebagai berikut: a. Guru yang dimaksud adalah guru pendidikan agama Islam kelas 2 SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. b. Indikator kepribadian seperti: sifat, sikap, dan prilaku dalam PBM.
c. Indikator motivasi seperti: semangat, kemauan dan kesungguhan siswa dalam PBM pendidikan agama Islam. d. Materi pelajaran dibatasi hanya mata pelajaran pendidikan agama Islam. e.
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor.
3. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Bagaimana kepribadian guru di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor? b. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor? c. Adakah hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Untuk mengetahui kepribadian guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar mengajar. b. Untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. c. Mengetahui hubungan antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor.
2. Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka manfaat penelitiannya adalah: a. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam kependidikan. b. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi para akademisi atau pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang jelas, serta turut mengembangkan wacana kependidikan dalam aplikasi di dalam kehidupan. c. Bagi instansi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber masukan dan evaluasi mengenai berbagai persoalan yang dihadapi para pendidik dalam mengembangkan usahanya dibidang pendidikan. D. Metode Pembahasan dan Teknik Penulisan 1. Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis yaitu menganalisa keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu fenomena yang diteliti dan menguraikan data-data yang ada untuk kemudian disimpulkan. Metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan penelaahan hubungan antara variabel-variabel pada satu situasi atau kelompok subjek yang dilakukan untuk melihat hubungan antara fenomena atau hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan skripsi ini sehingga dapat diketahui apakah terdapat korelasi yang positif antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa. Adapun, sifat dari penelitian ini adalah: a. Library Research yaitu dengan cara yaitu dengan cara membaca bukubuku yang ada hubungannya dengan permasalahan ini. b. Field Research yaitu dengan cara meneliti langsung ke objeknya.
2. Teknik Penulisan Adapun teknik yang penulis gunakan dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mengacu dan berpedoman pada teknik penulisan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul buku Pedoman Penulisan Skripsi tahun 2007.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Kepribadian Secara etimologi kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin personare yang berarti mengeluarkan suara (to sound through), istilah ini digunakan untuk menujukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakai oleh pemain itu.10 Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia kepribadian adalah pembawaan, perilaku, atau sifat.11 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain”.12 Menurut istilah, banyak fakta yang mengemukakan definisi kepribadian antara lain: Menurut Ahmad D. Marimba definisi kepribadian meliputi kualitas keseluruhan dari seseorang. Kualitas ini akan nampak dalam cara-caranya berbuat, berfikir, mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaan-kepercayaannya.13 G.W Allport sebagaimana dikutip oleh Sumadi Surjabrata dalam bukunya. Mendifinisikan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu, sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.14
10
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994), Cet ke-10, hlm. 154 11 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet-1, hlm. 487 12 Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet ke-1, hlm. 701 13 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. al-Ma’arif, 1998), Cet ke-7, hlm. 62 14 Sumadi Surjabrata, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: Rakepress, 1974), Cet ke-7, hlm. 278
Kata dinamis di atas menunjukkan bahwa kepribadian bisa berubah-ubah, dan antar berbagai komponen kepribadian (yaitu sistem-sistem psikofisik) atau dapat disebut juga sifat, sikap dan perilaku terdapat hubungan yang erat. Hubungan-hubungan itu terorganisir sedemikian rupa sehingga secara bersama-sama mempengaruhi pola perilakunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.15 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, ada beberapa karakteristik untuk mengenali kepribadian, yaitu: a. b. c. d. e. f. g.
Penampilan fisik. Temperamen. Kecerdasan dan kemampuan. Arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai. Sikap sosial. Kecenderungan dalam motivasi. Cara-cara pembawaan diri.16
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kepribadian merupakan suatu kebulatan yang ada dalam diri seseorang yang bersifat kompleks yang satu sama lain saling mempengaruhi dan berhubungan. Adapun kekomplekkan itu disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri orang tersebut. Kepribadian adalah suatu totalitas psikopsikis yang kompleks dari individu sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Adapun pendidik atau guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muruidnya.17 Pengertian di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya seorang guru dapat dikatakan seorang pemimpin bagi anak didiknya, oleh karenanya, maka ia harus memikul tanggung jawab terhadap yang dibebaninya karena semua itu pasti akan diminta pertanggung jawabannya. 15
Irwanto, Psikologi Umum Buku Panduan Untuk Mahasiswa, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), Hlm. 227 16 Zikri Neni Iska, Diktat Psikologi Umum, 2004. Hlm 98 17 Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet ke-2, hlm. 266
Dalam pengertian lain guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan mengajar yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Ketika menjelaskan pengertian guru maka akan selalu dikaitkan dengan bidang tugas atau pekerjaannya. Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut: a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya. b. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik. c. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam belajar dan mengembangkan potensinya.18 Penjelasan mengenai tugas guru di atas dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa guru selain harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas juga harus memiliki kepribadian yang baik. Jadi kepribadian guru merupakan suatu kualitas pribadi yang dimiliki oleh seorang guru yang bersifat unik dalam berintraksi dengan orang lain (siswa) yang tercermin dalam kehidupannya sehari-hari, baik di sekolah maupun masyrakat. Secara sederhana dapat disimpulkan kepribadian guru merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan peranannya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing. 2. Aspek-aspek Kepribadian Dikatakan bahwa kepribadian itu mengandung pengertian yang kompleks. Ia terdiri dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun psikis. Beberapa aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan, dalam rangka pembentukan pribadi anak didik adalah sebagai berikut:
18
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-7, hlm. 79
a. Pengetahuan. Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis pengetahuan apa yang lebih dikuasainya, semua itu turut menentukan pribadinya. c. Keterampilan. Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, sangat mempengaruhi bagaimana cara orang itu bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu. d. Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan. Ada orang yang pandai menguasai perasaan yang timbul dari dalam dirinya, dan ada yang tidak. Ada orang yang pemarah dan ada pula orang yang sabar. Seseorang mudah merasa tersinggung dan yang lain tidak. Dengan demikian pula intensitas atau kuat lemahnya perasaan tidak sama pada tiap orang. Keadaan perasaan yang berbeda tiap individu sangat mempengaruhi kepribadiannya.19 Menurut Ngalim Purwanto, ada enam aspek keribadian yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu: a. Sifat kepribadian b. Intelegensi atau kecerdasan c. Pernyataan diri dari cara menerima kesan-kesan d. Kesehatan e. Bentuk Tubuh f. Sikap Terhadap Orang Lain. 20 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru Setiap orang yang akan melaksanakan tugas sebagai seorang guru hendaklah mempunyai prilaku atau kepribadian yang baik, karena kepribadian yang dimiliki guru akan menjadi dan dijadikan contoh oleh siswa serta sangat erat hubungannya dengan pengelolaan proses pembelajaran di sekolah khususnya di kelas. 19
Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam dan Umum), hlm. 164-165 20 Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, hlm. 157-158
Sementara yang kita ketahui bahwa kepribadian itu dapat berubah, hal ini menunjukkan bahwa kepribadian itu mudah dipengaruhi oleh sesuatu. Karena itu diperlukan usaha dalam membentuk diri dan pribadi. Setiap orang memiliki sikap dan sifat yang unik, oleh sebab itu maka tak heran jika ditemukan adanya sikap dan sifat guru yang berbeda-beda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan prilaku pada masingmasing guru, diantaranya: a. Faktor-faktor yang ada dalam diri guru, yang mencakup keadaan dan kondisi tubuh (fisik), keadaan psikis. b. Faktor-faktor yang ada di luar diri guru, yang mencakup subjek didik (siswa), pimpinan sekolah, teman sejawat, pegawai tata usaha dan orang tua siswa serta situasi lingkungan.21 a. Faktor yang ada dalam diri guru 1) keadaan dan kondisi tubuh (fisik) Sebagai contoh calon guru syarat kesehatan, karena kesehatan adalah syarat yang tidak bisa diabaikan. Seorang guru yang berpenyakit menular akan membahayakan kesehatan anak-anak didiknya dan membawa akibat yang tidak baik dalam tugasnya sebagai pengjar dan pendidik. Jika seorang guru merasa dirinya normal, maka dimata siswa sikap dan prilakunya akan mantap. Dengan demikian, kesehatan merupakan syarat utama bagi guru, sebagai orang yang setiap hari bekerja dan bergaul diantara anak-anak. 2) keadaaan psikis Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap sikap dan prilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila ia penggugup, kurang sabar, kurang teliti, pendendam, tidak adil, dan lain-lain sifat negatif, akan dapat mengganggu arus komunikasi belajar mengajar dengan siswa.
Akibatnya
sudah
dengan
mudah
dapat
ditebak,
kualitas
pembelajaran tidak akan didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Satu
21
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1990), hlm. 254
faktor psikis yang paling penting adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru. b. Faktor yang ada diluar guru 1) Subjek didik (siswa) Siswa adalah manusia biasa yang tak lepas dari berbagai perasaan simpati, empati dan antipati pada orang lain. Bagaimana seorang guru bersikap dan berprilaku kepada siswa ditentukan oleh keadaan siswa sendiri, guru dan interaksi antara keduanya. Keadaan siswa itu sendiri bergeser dari waktu ke waktu. Siswa yang biasanya menyenangkan, mengkin juga pada suatu saat menjengkelkan atau mungkin sebaliknya. Dengan keadaannya itulah siswa dapat menjadi penyebab perubahan sikap dan prilaku negatif sebaliknya ditekan oleh guru sampai pada tingkat frekuensi yang paling minim. 2) Pimpinan sekolah Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya, secara langsung maupun tidak langsung meruapkan ”motor penggerakan” bagi guru untuk bersikap dan berprilaku. Jika pemimpin sekolah bersikapbaik kepada guru, memberikan dorongan atau motivasi untuk halhal yang berkenan dengan pelaksanaan tugas mengajar dan tugas-tugas lain di sekolah, maka guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugastugasnya dengan mantap. Sebaliknya, jika pimpinan sekolah kurang memberikan motivasi atau bahkan tidak menyetujui apa yang sedang dan akan dilaksanakan oleh guru, maka pelaksanaan tugasnya tidak akan mantap. Maka dari itu kemantapan kerja guru akan berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran. 3) Teman sejawat. Kesetiakawanan antar guru, selain dapat memberikan dorongan atau motivasi kerja, terutama dalam menyiapkan dan menciptakan proses belajar mengajar yang diinginkan.
4) Pegawai TU Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran, guru mungkin berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk meminta atau meminjam alat-alat pembelajaran, buku pegangan atau media pendidikan. 5) Wali murid/Wali siswa Dalam proses pembelajaran, baik itu dilingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga, orang tua merupakan salah satunya faktor pendukung berhasilnya siswa dalam belajar, oleh karena itu hubungan guru dan orang tua harus berhubungan dengan baik. Agar terjalin hubungan yang harmonis antara guru dengan orang tua siswa. Hal-hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran di sekolah. 6) Situasi lingkungan Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti letak geografis, kenyamanan, keamanan, dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, akan mempunyai pengaruh langsung bagi pandangan guru terhadap lingkungan tersebut. 4.
Kepribadian Guru dalam Proses Belajar Mengajar Pengertian guru adalah orang yang pekerjaannya mendidik. Hal itu
ditegaskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional bahwa ”tenaga pendidik (guru) adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik”.22 Kedudukan guru sebagai pendidik tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Seorang guru mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang ia sampaikan, tetapi dengan seluruh kepribadianya.
22
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT: Kreasi Jaya Utama, 1989), Cet. Ke-2, hlm. 9
اaYَ`َْ}ِْ َﻥVَْ اlِ}َWَc َْ\ُْآaَVَْۚ وiُXَV َْ\ِV ِoَ اPِ] ٍ
َfْ رَﺡWَfَِc ِذَاWَc ِۚrْ]َWْV اgِc ْiُوِرْهWَْ وَﺵiُXَV ْrِ`َْْْ وَاﺱiXُ ْ\َ ُْWَc َِۖVْaََ ﺡPِ] َ )الPِْ}َآaَُfV اYِbُR َo اUِۗ اِنo اgَ}َ َkUَآaََc َْ]َtَ (159:انrf Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (Q.S. Ali ’Imran: 159)23 Ayat di atas mengindikasikan bahwa seorang guru menjadi pembimbing dan penyuluh terhadap siswanya. Hal tersebut akan membuat siswa mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup dan kesulitan dalam belajar atas dasar iman dan takwa kepada Yang Maha Menjadikan.24 Pada kata-kata
ْiُXَV َْ\ِV yang berarti lemah lembut merupakan salah satu
kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. Hendaklah dalam membimbing seorang guru bersifat lemah lembut terhadap siswanya. Jangan keras hati dan kasar (galak), karena hal tersebut dapat menyebabkan siswa menjauhkan diri dari gurunya, dan akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, hal itu pula akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Sejalan dengan ayat di atas, guru mendapat penghormatan dan kedudukan yang tinggi. Karena besar jasa dalam membimbing, mengarah, memberi pengetahuan, membentuk akhlak, dan menyiapkan diri siswa agar dapat menghadapi masa depan. Dikalangan umat Islam terdapat pandangan bahwa status guru sangat tinggi nilainya, karena mempunyai fungsi kepemimpinan.
23 24
hlm. 116
Depertement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 71 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2,
Kepribadian yang terpancar dari sifat-sifat pendidik yang telah disebutkan di atas, hendaknya dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sehingga dimungkinkan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Kepribadian merupakan ciri khas yang ada dalam setiap individu dalam interaksi dengan orang lain. Kepribadian itu bersifat unik dan menjadikan setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, maka setiap guru memiliki ciri khas masing-masing dalam mengajar dan membimbing siswa sesuai dengan kepribadian yang dimilikinya. Guru yang berkepribadian baik adalah pendidik yang berinteraksi dan manjalankan hubungan dengan siswa secara baik dalam rangka tujuan pendidikan. Kepribadian gurulah yang akan menjadi contoh dan idola bagi siswa, yang selanjutnya menjadikan siswa, memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa akan merasa senang melakukan semua kegiatan yang dapat memuaskan hati gurunya, hal tersebut dapat berupa kegairahan dan kesungguhan dalam mengikuti setiap pelajaran yang dajarkan oleh guru. Sehingga dengan itu kemungkinan berpengaruh pula pada hasil belajarnya. 5.
Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.25 Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
25
ajaran
agama
Islam,
dibarengi
dengan
tuntunan
untuk
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2006), hlm. 4.
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama.26 Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.27 Guru bila disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, mempunyai tugas bukan saja mengajar dan memberi ilmu yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Guru selain mengajar juga harus mendidik dan memberi contoh yang baik untuk muridnya. Begitu juga dengan guru Pendidikan Agama Islam, mereka harus mengajar dan mendidik siswanya sesuai dengan ajaran Islam dan menjaga kerukunan antar umat beragama tidak ada perbedaan satu sama lainnya. 6.
Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru/pendidik biasa disebut
sebagai Ustadz, Mu’allim, Murabby, Mursyid, Mudarris, Mu’addib.28 Kata Ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang profesor. Katakata tersebut biasa digunakan di Saudi Arabia sebagai panggilan untuk guruguru besar di sana. Di Indonesia kata-kata ustadz biasa digunakan untuk memanggil guru mengaji atau guru pendidikan agama Islam di sekolah. Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Kata mu’allim berasal dari kata dasar ’ilm yag berarti menangkap hakikat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya. Di Indonesia, masyarakat biasa
26
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-2, hlm. 130 27 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hlm. 130 28 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 44
menggunakan kata-kata mu’allim sebagai panggilan untuk seseorang yang tinggi ilmu agamanya. Kata Murabby berasal dari kata dasar Rabb. Tuhan adalah sebagai Rabb al-’alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam seisinya termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya diberi tugas untuk menumbuhkembangkan kreativitasnya agar mampu mengkreasi, mengatur dan memelihara alam seisinya. Di lihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapeteka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. Kata mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah (Tasawuf). Seorang mursyid (guru) berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan/atau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya maupun dedikasinya yang serba Lillahi Ta’ala. Kata mudarris berasal dari akar kata darasa - yadrusu - darsan wa durusan wa dirasatan, yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, dan mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan
atau
memberantas
kebodohan
mereka,
serta
melatih
keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Sedangkan kata mu’addib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin), sehingga guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa depan. Dari hasil telaah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur kependidikan Islam, ditemukan bahwa bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan karakteristik serta tugas-tugas sebagai berikut:
FUNGSI GURU/PENDIDIK SERTA KARAKTERISTIK DAN TUGASNYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
NO.
FUNGSI GURU/PENDIDIK
KARAKTERISTIK DAN TUGAS Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada
1.
Ustadz
dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta setiap continous improvement. Orang yang menguasai Ilmu dan mampu
mengembangkannya
menjelaskan 2.
Mu’allim
kehidupan,
serta
fungsinya
dalam
menjelaskan
dimensi
teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi,
serta
amaliah
(implementasi). Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, 3.
Murabby
serta mampu mengatur dan memlihara hasil
kreasinya
untuk
tidak
menimbulkan petaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. Orang yang mampu menjadi model atau sentral indentifikasi diri, atau 4.
Mursyid
menjadi pusat aturan, teladan dan konsultasi bagi peserta didik.
Orang
yang
intelektual
memilki
dan
memperbarui
kepekaan
informasi,
serta
pengetahuan
dan
keahliannya secara berkelanjutan, dan 5.
Mudarris
berusaha didiknya,
mencerdaskan memberantas
peserta kebodohan
mereka, serta melatih keterampilan sesuai
dengan
bakat,
minat
dan
kemampuan. Orang yang mampu mempersiapkan 6.
Mu’addib
peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Dilihat dari keenam karakteristik tersebut, maka karakteristik pertama mendasari karakteristik-karakteristik lainnya. Dalam konteks pendidikan nasional, tugas pokok guru yang profesional adalah mendidik, mengajar dan melatih,
yang
ketiga-tiganya
diwujudkan
dalam
kesatuan
kegiatan
pembelajaran. Dalam konteks pendidikan Islam, karakteristik ustadz (guru yang profesional) selalu tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai Ustadz, Mu’allim, Murobby, Mursyid, Mudarris, Mu’addib. Dengan demikian, guru/pendidik PAI yang profesional adalah orang yang mneguasai ilmu pengetahuan (agama Islam) sekaligus mampu melakukan ilmu/pengetahuan (agama Islam), internalisasi, serta amaliah (implementasi); mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan
informasi,
intelektual
dan
moral
spiritual
serta
mampu
mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik; dan mampu
menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhoi oleh Allah.29 B. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian Motivasi Kata "motif" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut pola atau corak.30 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mengartikan kata motif sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.31 Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, motif adalah suatu pernyataan yang kompleks, didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan suatu tujuan atau perangsang.32 Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu sehingga terbentuklah motivasi. Di dalam kamus Filsafat dan Psikologi Drs. Sudarsono, motivasi adalah tenaga yang mendorong seseorang berbuat sesuatu keinginan, kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu. Sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan, diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya, sifatnya sebagai alat pengontrol terhadap diri sendiri.33 Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah: M. Alisuf sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.34
29
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, hlm. 50-51 Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 593 31 Frista Artamanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2003), 30
hlm. 829
32
Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994), Cet ke-10, hlm. 60 33 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Cet. Pertama, hlm. 160 34 H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet Ke- 3, hlm. 85
Mc. Donald, sebagaimana dikutip oleh Sardiman AM dalam bukunya. Mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan.35 M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan.36 M.
Utsman
Najati,
motivasi
adalah
kekuatan
penggerak
yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.37 Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.”38 Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu: a. Bahwa motivasi itu diawali terjadinya perubahan energi pada setiap diri individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem "Neurophysiological" yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan manusia, penampilannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 35
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1996), Cet. Ket-6, hlm. 71 36 Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, hlm. 71 37 Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 132 38 Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 593
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan.39 Dengan demikian yang dimaksud motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. 2. Macam-macam Motivasi Belajar Motivasi
merupakan
pendorong
dari
perbuatan
seseorang,
yang
menyangkut soal mengapa seseorang berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Untuk mencari jawaban pertanyaan tersebut, mungkin kita harus mencari apa yang mendorongnya (intrinsik) dan pada perangsang atau stimulus (ekstrinsik) yang menariknya untuk melakukan suatu perbuatan. a. Motivasi intrinsik Adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku lain motivasi instrinsik ialah motivasi yang timbul dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Misalnya: ingin memahami sebaginya.
sesuatu
konsep,
ingin
memperoleh
pengetahuan
40
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: a. Adanya kebutuhan. b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri.
39 40
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 73 H. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, hlm. 85
dan
c. Adanya cita-cita atau aspirasi. 41 b. Motivasi Ekstrinsik Adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar yaitu pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan
aktivitas
dan
inisiatif,
dapat
mengarahkan
dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajarnya. 3. Fungsi Motivasi dalam Belajar Belajar sangat diperlukan adanya motivasi. ”Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungi motivasi: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah kegiatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
41
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1996), Cet ke-1, hlm. 75
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Disamping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkatan pencapaian prestasi belajarnya.42 Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tersebut, dalam Agama Islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu ”niat”, seperti yang dikemukakan oleh Rosulullah SAW dalam sebuah Hadits ”sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya, dan dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatya”.43 Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi yang akan mendorong orang untuk bekerja dan siswa untuk belajar, atau melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya niat/motivasi itulah yang akan menentukan balasan sebagai hasil pebuatannya. 4. Upaya Guru dalam Membangkitkan Motivasi belajar Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah: a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan. b. Mengakitkan materi pekajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah. c. Menujukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang. 42 43
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Hlm. 82-84 H. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, hlm. 86
d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin g. Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi atau persaingan antar siswa h. Menggunakan pujian, hadiah secara wajar. Menurut Saiful Bahri Djumarah, ada beberapa bentuk motivasi yang dapat digunakan guru untuk mempertahankan minat anak terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi tersebut, diantaranya: a. b. c. d. e. f. g. h.
Memberi angka Hadiah Pujian Gerakan tubuh Memberi tugas Memberi ulangan Mengetahui hasil Hukuman44
Menurut Sardiman AM, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Memberi angka Hadiah Saingan/kompetisi Egi-involvement/Harga diri Memberi ulangan Mengetahui hasil Pujian Hukuman Hasrat untuk belajar Tujuan yang diakui45
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar siswa merupakan keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan 44
Saiful Bahri Djumarah dan Aswan zain, Stategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, hlm. 168-177 45 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Hlm. 90-92
belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Didalam kegiatan belajar peranan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. C. Kerangka Berfikir Kepribadian merupakan ciri khas yang ada dalam setiap individu dalam interaksi dengan orang lain, kepribadian itu bersifat unik dan mejadikan setiap individu berbeda dengan yang lainnya, dengan demikian maka setiap guru memiliki ciri khas masing-masing dalam mengajar dan membimbing siswa sesuai dengan kepribadian yang dimilikinya walaupun mereka mengajar bidang studi yang sama. Guru yang berkepribadian baik adalah guru yang berintraksi dan menjalin hubungan dengan siswa secara baik dalam rangka tujuan pendidikan. Kepribadian gurulah yang akan menjadi contoh dan idola bagi siswa, yang selanjutnya menjadikan siswa memiliki kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan tugastugas yang diberikan oleh guru, siswa akan merasa senang melakukan semua kegiatan yang dapat memuaskan hati gurunya dapat berupa kegairahan dan kesungguhan dalam mengikuti setiap pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga dengan itu kemungkinan akan berpengaruh pula pada hasil belajarnya. Motivasi belajar siswa merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Kesiapan dan kematangan guru dalam membaca karakter anak dalam belajar adalah bagian yang sangat penting guna menarik perhatian anak tehadap pelajaran, karena dengan kematangan dalam persiapan yang mencakup rancangan sikap dari kepribadian yang akan ditampilkan didepan kelas dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tertarik pada pelajaran. Jika seseorang guru pendidikan agama Islam memiliki kepribadian yang baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka akan terdapat hubungan pula dengan motivasi belajar siswa. E. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan ditarik berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya. Maka dugaan sementara penelitian ini berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, mengenai hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor adalah: Hipotesis Alternatif (Ha)
: Ada hubungan positif yang signifikan antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa.
Hipotesis Nihil (Ho)
: Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2008. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang diteliti.46 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang merupakan variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel penelitian adalah perubahan prilaku yang bisa diukur. Adapun yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas atau variabel independent (variabel X) adalah variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya dengan variabel terikat. Dalam hal ini variabel bebasnya adalah kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam. 2. Variabel terikat atau variabel dependent (variabel Y) adalah variabel yang sedang dianalisis tingkat hubungannya oleh variabel independent dalam hal ini variabel dependentnya adalah motivasi belajar siswa. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian, artinya secara sederhana sampel adalah bagian dari populasi.47
46
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kwantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Cet ke-1, hlm. 156 47 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kwantitatif dalam Penelitian. hlm. 156
Mengenai populasi guru, penulis mengambil guru di SMP Islam AlMukhlishin Ciseeng Bogor. Karena jumlah guru tersebut cukup banyak, maka untuk memudahkan penulis dalam penelitian ini, guru yang dijadikan sampel adalah guru pendidikan agama Islam kelas 2A dan 2B. Adapun populasi siswa yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas 2A dan 2B SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. Tidak semua siswa dijadikan sampel penelitian, tetapi yang dijadikan sampel penelitian adalah kelas 2A sebanyak 20 siswa terdiri dari 20 siswa putri, dan kelas 2B sebanyak 20 siswa terdiri dari 20 siswa putra, dari jumlah keseluruhan siswa kelas 2 SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor sebanyak 77 siswa, jadi total seluruh responden sebanyak 40 siswa. Siswa yang dijadikan sampel penelitian dipilih secara acak (random sampling) dari masing-masing kelas dengan batas jumlah sampel ditentukan banyaknya sesuai ketentuan di atas. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. D. Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam rangka mengumpulkan data yang kemudian akan dianalisis dan diuji kebenarannya adalah dengan menggunakan metode field research dan library research sebagai tambahan informasi data, yaitu: 1.
Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena
yang
diselidiki.
Observasi
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian dan merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi langsung, mengamati dan mencatat. Observasi ini dilakukan dengan cara mendatangi sekolah yang menjadi tempat observasi.
2.
Wawancara Yang dimaksud dengan wawancara atau interview adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan dari laporan verbal, pada wawancara ini terdapat dialog yang dilakukan oleh penulis dengan yang diwawancara. Untuk mendapatkan data yang objektif penulis mengadakan wawancara kepada Kepala Sekolah SMP Islam ALMukhlishin dan Guru Pendidikan Agama Islam. 3.
Angket Yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa kelas 2A dan 2B
SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor yaitu kelas 2A sebanyak 20 siswa terdiri dari 20 siswa putri, dan kelas 2B sebanyak 20 siswa terdiri dari 20 siswa putra, dari jumlah keseluruhan siswa kelas 2 SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor sebanyak 77 siswa, jadi total seluruh responden sebanyak 40 siswa dari seluruh jumlah siswa kelas 2 SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. Mengenai kisi-kisi angket kepribadian guru pendidikan agama Islam dan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Kisi-kisi Angket Hubungan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Siswa No 1.
Dimensi Kepribadian
Indikator
No. Item
Frekuensi
Sikap guru
1, 2, 3, 4
4
Sifat guru
5, 6
2
Profesi guru
7, 8, 9, 10
4
2.
Motivasi
Intrinsik
11, 12, 13
3
Ekstrinsik
14, 15, 16, 17,
7
18, 19, 20
Data yang diperoleh penulis merupakan data yang bersifat kuantitatif, maka untuk menguraikan pertanyaan angket dari kisi-kisi di atas tersebut perlu diberi skor. Untuk pertanyaan positif diberi skor secara berurut 4.3.2.1, sedangkan untuk pertanyaan negatif diberi skor secara berurut 1.2.3.4, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 2 Ketentuan Skor Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa NO
Alternatif Jawaban
Positif
Negatif
1
Selalu
4
1
2
Sering
3
2
3
Kadang-kadang
2
3
4
Tidak Pernah
1
4
E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1.
Teknik Pengolahan Data Data yang nantinya akan diperoleh dari angket, kemudian dipilih dan
disusun sehingga data yang tidak berguna dapat ditinggalkan. Kemudian penulis melakukan klasifikasi data, yaitu menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu, sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dibuat berdasarkan analisa variabel.
2.
Teknik Analisa Data Setelah data diklasifikasikan, kemudian diadakan analisa data. Adapun
rumus yang digunakan penulis untuk mencari dan mengetahui persentase setiap data adalah: a. Editting, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diolah. b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. c. Tabulating, yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban, dimasukkan dalam tabel-tabel sesuai dengan item pertanyaan yang diajukan. Penggunaan teknik analisa data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistik, yaitu dengan menggunakan rumus statistik (prosentase) dengan rumus: P= f x 100% N Keterangan: P = Prosentase yang dicari F = Frekuensi N = Number of cases48 Dalam penelitian ini juga digunakan rumus korelasi, sehubungan dengan data ini membahas dua varibel yang saling berhubungan, maka data tersebut diolah dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson: Rumus: rxy
= N∑xy – (∑x)(∑y) √ [N∑x² - (∑x²)] [N∑y² - (∑y)²]
48
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), Cet. Ke-6, Hlm 193
Keterangan: r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y N = Jumlah Responden ∑ = Jumlah Skor x = Variabel Bebas y = Variabel Terikat
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Mukhlishin SMP Islam Al-Mukhlishin adalah sekolah formal yang bernaung di bawah Yayasan Yatim Piatu/Pondok Pesantren Al-Mukhlishin yang didirikan pada tanggal 23 Desember 1983 oleh DR. H. Zaenal Abidin, MM. SMP Islam Al-Mukhlishin mulai menerima murid baru pada tahun pelajaran 1984/1985 dengan surat Izin Operasional Nomor: 364/102.4/R.1986. Tanggal 18 April 1986. Pada tahun pelajaran 1986/1987 SMP Islam Al-Mukhlishin berstatus “TERDAFTAR” dengan izin pendirian Nomor: 188/102/Kep/E/1986. Nomor statistik sekolah (NSS): 204.020.519 dan Nomor Data Sekolah (NDS): 2002050075. Setahun
kemudian
SMP
Islam
Al-Mukhlishin
melaksanakan
Akreditasi ulang dan hasilnya dinyatakan “DAPAT MANDIRI” dan berstatus “DIAKUI” dengan Surat Keputusan Kepala Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat Nomor: 1083/102.07/D.87 tanggal 23 November 1987. Sejak itu SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor dapat menyelenggarakan Ujian Nasional/Ujian Sekolah mandiri. Pada tahun 1998 Nomor NSS dan NDS ada perubahan sehingga nomor (NSS) terbaru adalah: 204.020.519.134 dan nomor (NDS): 2002050075, pada bulan Desember 1998
diadakan
kembali Akreditasi ulang
yang hasilnya
“DISAMAKAN” dengan SK Kepala Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat Nomor: 1658a/102.7/MN/1999, Tanggal 15 Maret 1999. Kemudian pada tahun 2005 BASNAS Mengakreditasi dengan terakreditasi “B” Sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, ditetapkan tiga mata pelajaran yang diujikan dalam ujian Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris. Sedangkan ujian mata pelajaran yang lainnya yang diajarkan
sampai kelas III (Kurikulum 2004) menjadi wewenang dan tanggung jawab sekolah. 2. Visi, Misi Dan Strategi a. Visi Menjadikan SMP Islam Al-Mukhlishin yang: 1) Unggul dalam prestasi. 2) Penggerak Semangat kerjasama. 3) Suri tauladan dalam mengamalkan keilmuan, ketaqwaan, dan pelayanan. b. Misi 1) Mewujudkan tercapainya mutu pendidikan. 2) Membina prestasi kerja, prestasi ibadah dengan landasan moral terhadap iptek dan imtaq. 3) Saling menghormati perbedaan. 4) Membina hubungan baik yang harmonis dengan meningkatkan pelayanan terhadap semua pihak. c. Strategi 1) Peningkatan mutu proses pembelajaran, peningkatan mutu profesi tenaga pendidik untuk mempersiapkan para alumnus melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan cinta almamater. B. Deskripsi Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, untuk memperoleh data tentang pandangan siswa terhadap kepribadian guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Angket disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari variabel yang diteliti, yaitu pandangan siswa terhadap sifat, sikap, dan prilaku guru. Dan motivasi siswa yang meliputi adanya motivasi dari dalam (intrinsik) pada siswa,
upaya guru membangkitkan motivasi dan dorongan orang tua terhadap belajar siswa. Angket terdiri dari 20 pertanyaan, 10 pertanyaan mengenai pandangan siswa terhadap kepribadian guru dan 10 pertanyaan berikutnya mengenai motivasi siswa dalam belajar. Pembahasan mengenai hasil angket dengan membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel 3 Sikap dan sifat dari prilaku guru N=40 No Sikap Baik Guru
F
%
Selalu
23
57,5
Sering
15
37,5
Kadang-kadang
2
5
Tidak Pernah
-
No Sikap Adil Guru
F
%
Selalu
19
47,5
Sering
11
27,5
Kadang-kadang
10
25
1
2
Tidak Pernah No Sikap fleksibel guru terhadap siswa 3
F
%
Selalu
14
35
Sering
19
47,5
Kadang-kadang
6
15
Tidak Pernah
1
2,5
F
%
Selalu
12
30
Sering
18
45
No Sikap ekspresif guru terhadap siswa 4
-
Kadang-kadang
8
20
Tidak Pernah
2
5
F
%
Selalu
28
70
Sering
12
30
No Keikhlasan dan kejujuran guru dalam mengajar 5
Kadang-kadang
-
Tidak Pernah
-
No Siswa mencontoh prilaku guru yang baik 6
F
%
Selalu
15
37,5
Sering
20
50
Kadang-kadang
5
12,5
Tidak Pernah
-
Tabel 3, No. 1 di atas, menujukkan bahwa pada umumnya siswa selalu setuju apabila guru dapat merespon masalah yang dialami oleh siswa baik kesulitan dalam belajar maupun masalah pribadi (57,5%) dan hanya hanya sebagian siswa yang kurang setuju atau kadang-kadang (5%). No 2 di atas, apakah guru bersikap adil terhadap seluruh peserta didik, sebanyak (47,5%) siswa menjawab guru selalu bersikap adil, sering bersikap adil sebanyak (27,5%), dan kadang-kadang bersikap adil sebanyak (25%). No 3 di atas, apakah guru bersikap fleksibel terhadap seluruh peserta didik, hanya (35%) siswa menjawab selalu bersikap fleksibel, sebanyak (47, 5%) siswa menjawab sering setuju, (15%) siswa menjawab kadang-kadang besrsikap fleksibel, dan (5%) siswa menjawab tidak perneh bersikap fleksibel. No 4 di atas, apakah guru anda bersikap ekspresif, jawaban siswa bervariatif ada sebagian kecil siswa menjawab (5%) guru tidak pernah bersikap ekspresif, (20%) siswa menjawab kadang-kadang bersikap ekspresif, dan mayoritas siswa menjawab sering bersikap ekspresif (45%), dan (30%) siswa menjawab selalu bersikap ekspresif. No 5 di atas, guru memiliki sifat ikhlas dan jujur dalam melaksanakan tugas, pada umumnya siswa menjawab selalu bersifat ikhlas dan jujur (70%),
(30%) siswa menjawab sering bersikap ikhlas dan jujur dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak ada siswa yang menjawab kadang dan tik pernah. No 6 di atas, siswa mencontoh prilaku guru yang baik, pada umumnya siswa menjawab sering mencontohkan prilaku guru yang baik, (37,5%) siswa menjawab selalu mencontoh prilaku baik guru, dan (12,5%) siswa menjawab kadang-kadang siswa mencontoh prilaku baik guru. Tabel 4 Profesi sebagai guru N=40 No Ketepatan waktu Guru 7
F
%
Selalu
15
37,5
Sering
15
37,5
Kadang-kadang
10
25
Tidak Pernah No Penguasaan materi ajar 8
F
%
Selalu
28
70
Sering
8
20
Kadang-kadang
4
10
Tidak Pernah
-
No Mengetahui bakat, minat dan watak siswa 9
-
F
%
Selalu
14
35
Sering
6
15
Kadang-kadang
20
50
Tidak Pernah
-
No Kreatifitas dan keterampilan guru dalam mengajar
F
%
10
Selalu
16
40
Sering
15
37,5
Kadang-kadang
9
22,5
Tidak Pernah
-
Tabel 4, No 7 di atas, guru selalu masuk ke kelas tepat waktu, (37,5%) siswa menjawab selalu dan sering guru selalu masuk tepat pada waktunya dan (25%) siswa menjawab kadang-kadang guru masuk tepat pada waktunya. No 8 di atas, guru dapat menguasai materi, sebagian umu siswa menjawab guru selalu menguasai materi (70%), (20%) siswa menjawab guru sering menguasai materi, dan (10%) siswa menjawab kadang-kadang guru menguasai materi. No 9 di atas, guru mengetahui bakat, minat, dan watak siswa, sebagian siswa menjawab kadang guru mengetahui bakat, minat, dan watak siswa (50%), sebanyak (35%) siswa menjawa guru selalu mengetahui minat, bakat, dan watak siswa, dan (15%) siswa menjawa guru sering mengetahui minat, bakat, dan watak siswa. No 10 di atas, guru mempunyai kecerdikan dan ketrampilan dalam menciptakan metode pengajaran, minoritas siswa menjawab guru mempunyai kecerdikan dan ketrampilan dalam menciptakan metode pengajaran (22,5%), sebanyak (40%) siswa menjawab geru selalu menciptakan metode pengajaran dengan kecerdikan dan ketrampilan, dan (37,%%) siswa menjawab guru sering mempunyai kecerdikan dan ketrampilan dalam menciptakan metode pengajaran. Tabel 5 Motivasi intrinsik pada siswa N=40 No Semangat siswa dalam belajar
F
%
11
Selalu
12
30
Sering
18
45
Kadang-kadang
10
25
Tidak Pernah
-
No Kegemaran siswa dalam membaca
F
%
12
4
10
Selalu
Sering
10
25
Kadang-kadang
26
65
Tidak Pernah
-
No Menggunakan waktu belajar dengan baik
F
%
13
Selalu
8
20
Sering
11
27,5
Kadang-kadang
21
52,5
Tidak Pernah
-
Tabel 5, No 11 di atas, semangat siswa dalam belajar, (30%) siswa menjawab selalu bersemangat dalam belajar, mayoritas siswa menjawab sering semangat dalam mengikuti balajar, dan (25%) siswa menjawab kadang-kadang bersemangat dalam mengikuti belajar. No 12 di atas, kegemaran siswa dalam membaca, pada umumnya siswa kadang-kadang gemar membaca (65%), (25%) siswa menjawab sering gemar membaca, dan (10%) siswa selalu gemar membaca hal yang kontras dalam minimnya minat siswa dalam membaca. No 13 di atas, siswa menggunakan waktu belajar dengan baik, hanya (20%) siswa selalu menggunakan waktu belajar dengan baik, (27,5%) siswa menjawab sering menggunakan watu belajar dengan baik, dan (52,2%) siswa menjawab kadang-kadang menggunakan waktu belajar dengan baik. Tabel 6 Upaya-upaya guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan motivasi belajar siswa N=40 No Metode yang digunakan guru menyenangkan
F
%
14
Selalu
5
12,5
Sering
25
62,5
Kadang-kadang
10
25
Tidak Pernah
-
No Guru menyuruh siswa belajar
F
%
15
Selalu
29
72,5
Sering
11
27,5
Kadang-kadang
-
Tidak Pernah
-
No Guru memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah
F
%
16
Selalu
7
17,5
Sering
21
52,5
Kadang-kadang
9
22,5
Tidak Pernah
3
7,5
No Pujian guru kepada siswa
F
%
17
Selalu
18
45
Sering
15
37,5
Kadang-kadang
7
17,5
Tidak Pernah
-
No Pemberian evaluasi
F
%
18
Selalu
3
7,5
Sering
15
37,5
Kadang-kadang
22
55
Tidak Pernah
-
Tabel 6, No 14 di atas, metode yang digunakan guru menyenangkan, pada umumnya siswa menjawab (62,5%) guru sering menggunakan metode belajar yang menyenangkan, (25%) siswa menjawab kadang-kadang guru menggunakan metode yang menyenangkan, dan (12,5%) siswa menjawab selalu menggunakan metode yang menyenangkan. No 15 diatas, guru suka menyuruh belajar, lebih dari setengah guru menyuruh belajar (72,5%), sebanyak 927,5%) siswa menjawab guru sering
menyuruh siswa belajar, dan tidak ada siswa menjawab guru kadang-kadang dan tidak pernah menyuruh siswa belajar. No 16 di atas, guru memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah, (7,5%) siswa menjawab guru tidak pernah memberi motivasi ke siswa untuk belar di luar sekolah, (22,5%) siswa menjawab kadang-kadang guru memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah, mayoritas guru sering memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah (52,5%), dan hanya (17,5%) siswa menjawab guru selalu memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah. No 17 di atas, guru memberi pujian ke siswa yang berprestasi, (45%) siswa menjawab guru selalu memuji siswa yang berprestasi, (37,5%) siswa menjawab sering guru memuji siswa yang berprestasi, dan hanya (17,5%) siswa menjawab kadang-kadang guru memuji siswa yang berprestasi. No 18 di atas, guru suka memberi ulangan harian, pada umumnya siswa menjawab kadang-kadang guru suka memberi ulangan harian (55%), (37,5%) siswa menjawab sering guru suka memberikan ulangan harian, dan hanya (7,5%) siswa menjawab guru selalu suka memberi ulangan harian. Tabel 7 Motivasi yang diberikan orang tua kepada siswa N=40 No Orang tua menyuruh siswa belajar
F
%
19
Selalu
27
67,5
Sering
9
22,5
Kadang-kadang
4
10
Tidak Pernah
-
No Keterlibatan orang tua dalam mengajar siswa
F
%
20
Selalu
5
12,5
Sering
12
30
Kadang-kadang
16
40
Tidak Pernah
7
17,5
Tabel 7, No 19 di atas, orang tua suka menyuruh belajar, pada umumnya siswa menjawab orang tua selalu menyuruh siswa belajar (67,5%), (22,5%) siswa menjawab orang tua sering menyuruh siswa belajar, dan (10%) siswa menjawab orang tua kadang-kadang menyuruh belajar. No 20 di atas, (17,5%) siswa menjawab orang tua tidak pernah terlibat dalam mengajar siswa dengan alasan berada di pondok pesantren, (40%) siswa menjawab kadang-kadang orang tua terlibat dalam mengajar siswa, (30%) siswa menjawab sering orang tua terlibat dalam mengajar siswa, dan (12,5%) siswa menjawab orang tua selalu terlibat dalam mengajar siswa. C. Analisa dan Interpretasi Data Analisa dan interpretasi data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk memberi arti dan makna dalam menjawab masalah penelitian. Langkah awal dalam menganalisa dan menginterpretasikan data adalah proses kuantifikasi data atau memberi nilai terhadap jawaban angket, mengenai kepribadian guru pendidikan agama Islam (variabel X) dan motivasi belajar siswa (variabel Y). Untuk mengetahui pandangan siswa tentang kepribadian (sifat, sikap, dan tingkah laku/prilaku) dapat diperlihat pada tabel berikut:
Tabel 8 Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Pandangan Siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor NOMOR RESPONDEN 1.
NILAI 37
2.
38
3.
32
4.
38
5.
22
6.
23
7.
28
8.
38
9.
33
10.
29
11.
34
12.
36
13.
32
14.
38
15.
33
16.
38
17.
38
18.
28
19.
28
20.
29
21.
29
22.
30
23.
29
24.
35
25.
39
26.
33
27.
38
28.
34
29.
29
30.
27
31.
34
32.
33
33.
26
34.
33
35.
23
36.
27
37.
30
38.
34
39.
32
40.
34
Jumlah
1281
Untuk mengetahui nilai rata-rata kepribadian guru menurut pandangan siswa yang telah memberi jawaban umum dari suatu pengamatan, maka digunakan dengan rumus: Mx
= ∑x N
Mx
= Mean
∑x
= Jumlah nilai variabel x
N
= Number of class
Mx
= 1281 = 32.05 40
Nilai rata-rata kepribadian guru pendidikan agama Islam menurut pandangan siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor adalah 32.05. Sedangkan nilai tertinggi adalah 39.
Tabel berikut mengenai nilai motivasi belajar siswa di SMP Islam AlMukhlishin Ciseeng Bogor. Tabel 9 Motivasi belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin NOMOR RESPONDEN
NILAI
1.
31
2.
31
3.
31
4.
29
5.
29
6.
26
7.
28
8.
30
9.
23
10.
25
11.
29
12.
32
13.
31
14.
31
15.
31
16.
31
17.
30
18.
31
19.
25
20.
34
21.
24
22.
26
23.
22
24.
35
25.
33
26.
31
27.
31
28.
31
29.
29
30.
26
31.
34
32.
28
33.
29
34.
28
35.
19
36.
26
37.
29
38.
34
39.
27
40.
32
Jumlah
1162
Data tingkat motivasi belajar siswa bila dikelompokkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah rata-ratanya dapat diketahui dengan menggunakan rumus: My
= ∑y N
My
= Mean
∑y
= Jumlah nilai variabel y
N
= Number of class
My
= 1162 = 29.05 40
Nilai rata-rata motivasi belajar siswa SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor adalah 29.05. Sedangkan nilai tertinggi adalah 35.
Selanjutnya untuk melihat hubungan yang terjadi antara variabel-variabel dalam penelitian, maka teknik analisa menggunakan analisa kuantitatif teknik analisa product moment Karl person, untuk mencari koefisien korelasi antara dua variabel, yaitu: 1. variabel independent (x) adalah kepribadian guru yang meliputi pandangan siswa tentang sifat, sikap, dan prilaku guru yang ideal. 2. variabel dependent (y) adalah motivasi belajar siswa yang meliputi adanya
kesadaran
siswa
untuk
belajar,
upaya
guru
dalam
membangkitkan motivasi belajar siswa dan tugas orang tua memberikan motivasi. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada rekaputilasi data berikut: Tabel 10 Uji Korelasi Antara Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor No
x
y
x²
y²
xy
1
37
31
1369
961
1147
2
38
31
1444
961
1178
3
32
31
1024
961
992
4
38
29
1444
841
1102
5
22
29
484
841
638
6
23
26
529
676
598
7
28
28
784
784
784
8
38
30
1444
900
1140
9
33
23
1089
529
759
10
29
25
841
625
725
Responden
11
34
29
1156
841
986
12
36
32
1296
1024
1152
13
32
31
1024
961
992
14
38
31
1444
961
1178
15
33
31
1089
961
1023
16
38
31
1444
961
1178
17
38
30
1444
900
1140
18
28
31
784
961
868
19
28
25
784
625
700
20
29
34
841
1156
986
21
29
24
841
576
696
22
30
26
900
676
780
23
29
22
841
484
638
24
35
35
1225
1225
1225
25
39
33
1521
1089
1287
26
33
31
1089
961
1023
27
38
31
1444
961
1178
28
34
31
1156
961
1054
29
29
29
841
841
841
30
27
26
729
676
702
31
34
34
1156
1156
1156
32
33
28
1089
784
924
33
26
29
676
841
754
34
33
28
1089
784
924
35
23
19
529
361
437
36
27
26
729
676
702
37
30
29
900
841
870
38
34
34
1156
1156
1156
39
32
27
1024
729
864
40
34
32
1156
1024
1088
Σ
1281
1162
41849
34232
37565
Dari data tersebut, maka dapat dicari nilai koefisien korelasi: rxy
= N∑xy – (∑x)(∑y) √ [N∑x² - (∑x) ²] [N∑y² - (∑y)²] = 40 . 37565 – (1281)(1162) √ [40 . 41849 – (1281) ²] [40 34232 – (1162) ²] = 40 . 37565 – 1488522 √ [40 . 41849 – 1640961] [40 . 34232 – 130244] = 1502600 – 1488522 √ [1673960 – 1640961] [1369280 – 130244] = 14078 √ 32999 . 19036 = 14078 √ 628168964 = 14078 25063,29914 = 0,561 Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi, maka dapat dilihat
kriteria korelasi koefisien besar R didalam buku Anas Sudijono, sebagai berikut:
Nilai “r” 0,00 – 0,20
Interpretasi Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan variabel y).
0,20 – 0,40
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70 – 0,90
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai indeks korelasi sebesar 0,561. jika dikonsultasikan pada tabel di atas, angka r (0,561) yang berada antara 0,40 – 0,70 termasuk dalam kategori adanya korelasi yang tergolong sedang atau cukupan dan tidak bertanda negatif, berarti terdapat hubungan yang positif antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. Sedangkan untuk interpretasi terhadap angka indeks koefisien korelasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut: Hipotesa Alternatif (Ha)
: Ada korelasi positif yang signifikan antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa.
Hipotesa Nihil (Ho)
: Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa.
Untuk hipotesa maka “r” observasi yang didapat dari perhitungan statistik dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r” product moment (r). Dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedomnya (df) angka yang diperoleh adalah: df = N – nr = 40 – 2 = 38 ro = 0,561 rt = pada taraf signifikansi 5% = 0,304
rt = pada taraf signifikansi 1% = 0,393 Tabel 11 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df
df (degrees of freedom) atau: db (derajat bebas)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Banyak variabel yang dikorelasikan
Banyak variabel yang dikorelasikan
2 Harga “ r “ pada taraf signifikansi 5% 0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388 0,381 0,374 0,367 0,361
2 Harga “ r “ pada taraf signifikansi 1% 1,000 0,990 0,959 0,917 0,874 0,834 0,798 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,590 0,575 0,561 0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496 0,487 0,478 0,470 0,463
29 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 125 150 200 300 400 500 1000
0,355 0,349 0,325 0,304 0,288 0,273 0,250 0,232 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159 0,138 0,113 0,098 0,088 0,062
0,456 0,449 0,418 0,392 0,372 0,354 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208 0,181 0,148 0,128 0,115 0,081
Hasil yang didapat; 0,304<0,561>0,393, dengan df sebesar 38 diperoleh r tabel
pada tarap signifikan 5% sebesar 0,304; sedangkan pada tarap signifikan 1%
diperoleh rtabel sebesar 0,393. ternyata rxy atau ro (yang besarnya = 0,561) adalah jauh lebih besar dari pada rtabel (yang besarnya 0,304 dan 0,393). Karena ro lebih besar dari rtabel maka hipotesa nihil ditolak. Berarti terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel x dan variabel y. Dengan demikian tinggi rendahnya kepribadian guru dan motivasi belajar siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor (secara matematik) memiliki hubungan korelasi positif yang searah. Setelah uji hepotesa dilakukan, untuk mengetahui berapa besar hubungan antara variabel x dengan variabel y yang dinyatakan dalam persen, maka digunakan rumus koefisien penentu (determinasi) sebagai berikut: Kp = r2 x 100% r
= 0,561 dibulatkan menjadi 0,6
Kp = 0,62 x 100 = 0,36 x 100 = 36%
Angka koefisien penentu sebesar 36% menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa. Sisanya 64% merupakan variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Metode yang digunakan guru, keterampilan guru dalam menggunakan media pelajaran dan sebagainya.
BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian mengenai kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor, yang dibahas pada bab dan sub bab sebelumnya. Maka dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan Kepribadian (sikap, sifat, dan perilaku) guru pendidikan agama Islam yang biasa terlihat, baik itu dilingkungan sekolah terutama di kelas, merupakan bagian penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Dari hasil angket, kepribadian guru dalam proses pembelajaran menunjukkan kepribadian yang sangat baik, dengan rentangan perolehan nilai 70% dari angket responden 40 orang siswa. Perbandingannya, sangat tinggi 70%, tinggi 50%, sedang 30%, dan rendah 5%. Begitu juga dengan motivasi belajar siswa. Dari hasil angket, motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan morivasi yang sangat baik, dengan rentangan perolehan nilai 72,5% dari angket. Perbandingannya, sangat tinggi 72,5%, tinggi 62,5%, sedang 55%, dan rendah 17,5%. Adapun hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa, memiliki nilai koefisien korelasi 0,561 yang berarti terdapat korelasi yang positif, hasil korelasi ini adalah korelasi sedang. Hubungan kepribadian guru pendidikan agama Islam (x) dengan motivasi belajar siswa (y) mendapat angka koefisien determinasi sebanyak 36%, sedangkan sisanya 64% merupakan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. B. Saran Kepribadian guru di sekolah menjadi contoh bagi siswa, guru yang berkepribadian kurang baik, cenderung tidak disukai oleh siswa apalagi termotivasi. Untuk itu hendaklah sebagai guru terlebih guru pendidikan agama
Islam agar dapat memilki kepribadian yang baik, karena kepribadian seorang guru yang tercermin dalam kesehariannya menjadi salah satu faktor berhasilnya proses belajar mengajar. Siswa akan senang, semangat dan termotivasi untuk belajar di kelas karena kepribadian gurunya. Dalam hal memotivasi para siswanya, hendaklah seorang guru terlebih guru pendidikan agama Islam lebih memotivasi siswanya agar dapat memotivasi dirinya sendiri. Semangat dalam belajar, gemar membaca adalah motivasi dari dalam diri siswa sendiri, motivasi mereka, sehinga tidak hanya menunggu motivasi dari gurunya. Belajar tidak hanya ketika berada di sekolah. Di rumah, bahkan dimanapun berada, siswa diharapkan mempunyai motivasi untuk belajar. Itulah tugas guru terlebih guru pendidikan agama Islam untuk memotivasi siswanya, agar dapat menimbulkan motivasi belajar dalam diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Abror, Abd Rachman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke-4 AM, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1996), Cet. Ke-6 Arifin, H.M, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet ke-4 Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran secara Mahasiswa, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1990) Artamanda, Frista, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2003) Daradjat, Zakiah, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet ke-2 Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet ke-1 Departement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2005), Cet. Ke-10 Djamarah, Saiful Bahri dan Zain, Aswan, Stategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1 Endarmoko, Eko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet-1 Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian kwalitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) Irwanto, Psikologi Umum Buku Panduan Untuk Mahasiswa, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002) Iska, Zikri Neni, Diktat Psikologi Umum, 2004 Majid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-2 Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. alMa’arif, 1998)
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. Ke-II Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) Mujib, Abdul, Fitrah dan kepribadian Islam, (sebuah pendekatan psikologi), (Jakarta: Darul Falah, 1999), Cet-1. Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam dan Umum), Proyek Pengadaan Buku Ajar/Daras, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003 Mustofa, A, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2 Purwanto, Ngalim, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 1994) Sabri, H.M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet Ke3 Saleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004) Shihabudin (ed), Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995) Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Cet. Pertama Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), Cet. Ke-6 Sujanto, Agus, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1982) Surjabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: Rakepress, 1974) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-7 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2006) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT: Kreasi Jaya Utama, 1989), Cet. Ke-2
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN ANGKET HUBUNGAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMPI AL-MUKHLISHIN CISEENG BOGOR NAMA
:.................................
JENIS KELAMIN
:.................................
KELAS
:.................................
HARI/TANGGAL
:.................................
B.
PETUNJUK PENGISIAN 1. Kami mengharapkan kesediaan Anda untuk menjawab pertanyaan dengan sebenarnya, karena kejujuran anda dapat membantu kami dalam mengumpulkan data yang dapat dipertanggung jawabkan dalam pelatihan. 2. Kami juga memberitahukan bahwa angket ini untuk keperluan ilmiah dan semua dan semua jawaban anda kami jamin kerasiaannya. 3. Jawablah pertanyaan tersebut dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang ada dengan membubuhkan tanda lingkar (O) sesuai dengan keadaan dan pendapat anda.
C.
PERTANYAAN 1. Apakah guru anda masuk ke ruang kelas tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 2. Apakah guru anda bersikap baik terhadap diri anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
3. Apakah guru anda bersikap adil terhadap seluruh peserta didik? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 4. Apalah guru anda menguasai bidang studi yang diajarkan kepada anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 5. Apakah guru anda mengetahui bakat, minat, dan watak muridnya sehingga tidak salah mengarahkan muridnya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 6. Apakah guru anda mempunyai kecerdikan dan keterampilan dalam menciptakan metode pengajaran? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 7. Apakah guru anda memiliki sikap fleksibel terhadap anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 8. Apakah guru anda memiliki sikap ekspresif terhadap anda di kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 9. Apakah guru anda memiliki sifat ikhlas dan jujur dalam melaksanakan tugas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
10. Apakah anda suka mencontoh perilaku yang baik pada guru anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 11. Apakah anda selalu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 12. Apakah anda selalu gemar membaca? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 13. Apakah anda menggunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 14. Apakah metode yang digunakan oleh guru anda menyenangkan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 15. Apakah guru anda suka menyuruh anda belajar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 16. Apakah orang tua anda suka menyuruh anda untuk belajar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
17. Apakah orang tua anda suka membantu kesulitan belajar anda di rumah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 18. Apakah guru anda memotivasi siswa untuk belajar di luar sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 19. Apakah guru anda memberi pujian terhadap siswa yang berprestasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 20. Apakah guru anda suka memberikan ulangan harian di kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Lampiran BERITA WAWANCARA DENGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Hari/Tanggal
: Selasa, 20 Mei 2008
Intervewee
: Muhsoni, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al-Mukhlishin
Pertanyaan-pertanyaan : 1. Bagaimana pendapat bapak/Ibu tentang propesi guru? 2. Metode apakah yang Bapak/Ibu guru untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam nengikuti pelajaran yang Bapak/Ibu berikan? 3. Apa yang Bapak/Ibu lakukan ketika menemukan siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar? 4. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kualitas kepribadian (sikap, tingkah laku, dan penampilan) guru sehari-hari? 5. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk menciptakan komunikasi yang harmonis dengan siswa? 6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah sifat, sikap dan tingkah laku (kepribadian) guru yang baik maupun tidak baik?
Lampiran BERITA WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
Hari/Tanggal
: Jum’at, 16 Mei 2008
Intervewee
: Tatang Nasrudin RM, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah SMP Islam Al-Mukhlishin
Pertanyaan-pertanyaan : 1. Bagaimana latar belakang berdirinya SMP Islam Al-Mukhlishin! 2. Apa saja visi dan misi juga strategi yang ada di SMP Islam Al-Mukhlishin! 3. Bagaimana keadaan guru dan siswa yang ada di SMP Islam Al-Mukhlishin! 4. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah kepribadian guru yang baik maupun tidak baik! 5. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk menciptakan komunikasi yang harmonis dengan guru dan siswa? 6. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kualitas kepribadian (sikap, tingkah laku, dan penampilan) guru sehari-hari?