HUBUNGAN KADAR ALBUMIN PADA PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU SELAMA MASA PENGOBATAN DI UNIT PENGOBATAN PENYAKIT PARUPARU (UP4) PONTIANAK SLAMET Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Abstrak: Hubungan Kadar Albumin pada Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru Selama Masa Pengobatan Di UP4. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional dengan teknik Purposive sampling yang dilakukan di Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru (UP4) Pontianak mulai April-Juni 2013 pada 32 pasien TB paru dalam masa pengobatan. Pemeriksaan kadar albumin serum dilakukan di Instalasi Laboratorium RSUD dr. Soedarso Pontianak dengan menggunakan reagen komersial produksi Elitech dan dibaca pada alat Vitalab Selectra E. Hasil penelitian menunjukkan penderita TB paru memiliki kadar albumin yang normal. Dapat disimpulkan penderita TB paru memiliki status nutrisi yang baik. Dari hasil pengolahan data dengan analisa uji korelasi pearson pada derajat signifikan dengan nilai P = 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga secara statistik disimpulkan ada hubungan kadar albumin pada penderita tuberkulosis paru selama masa pengobatan di UP4 Pontianak dengan nilai R = 0,583 yang artinya memiliki tingkat hubungan yang kuat. Kata Kunci: Tuberkulosis Paru, Kadar Albumin, Masa Pengobatan Abstract: The Relations of Levels Albumin in Patients with Pulmonary Tuberculosis During The Treatment Period in UP4. This study used cross sectional design with a purposive sampling techniques performed in Unit of treatment for phthisis (UP4) Pontianak since April-June 2013 on 32 Patients with pulmonary TB during treatment. The test of level serum albumin is done in Laboratory Installation dr.Soedarso Pontianak using a commercial reagent, production Elitech and be read on the tool Vitalab Selectra E. The results showed pulmonary tuberculosis patients have normal levels of albumin. It can be concluded pulmonary tuberculosis patients had good nutritional status. From the results of data processing by Pearson correlation test analysis on the degree of significant with P = 0.000 more less than 0.05, so that statistically concluded there is a relationship of albumin levels in patients with pulmonary tuberculosis during the treatment period in UP4 Pontianak with a value of R = 0.583 which means to have levels a strong relationship. Keywords: Tuberculosis, Albumin Levels, Treatment Period
Tuberculosis (TBC) paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Pentingnya penanganan masalah penderita TB paru berkaitan dengan gizi penderita. Sebagian besar penderita TB paru diketahui mengalami kekurangan gizi sehingga ini dapat berakibat buruk tidak hanya risiko terhadap penyakitnya, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Penderita TBC yang kurang gizi akan
mengakibatkan produksi antibodi dan limfosit terhambat sehingga proses penyembuhan akan terhambat pula. Sebaliknya sebagai penyakit infeksi, TBC bisa mempengaruhi status gizi penderita karena proses perjalanan penyakitnya yang mempengaruhi daya tahan tubuh.(1) Berdasarkan Global Report World Health Organization (WHO) pada Tahun 2010 jumlah penderita tuberkulosis paru di dunia sebanyak 14,4 juta kasus. Penderita tuberkulosis paru 375
376 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.375 - 379
terbanyak terdapat pada lima negara yaitu : India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia. Pada negara-negara miskin, tingkat kematian akibat penyakit tuberkulosis atau case fatality rate (CFR) sebesar 25% dari seluruh kematian.(2) Prevalensi penderita tuberkulosis paru di Indonesia sebesar 102 per 100.000 penduduk atau sekitar 236.029 kasus tuberkulosis paru dengan BTA positif, dari jumlah tersebut terdapat 169.213 merupakan kasus tuberkulosis paru baru ( insidensi ). Secara keseluruhan prevalensi semua tipe tuberkulosis sebesar 244 per 100.000 penduduk atau sekitar 565.614 kasus semua tipe tuberkulosis. Jumlah kematian akibat penyakit tuberkulosis sebanyak 91.339 kasus (CFR sebesar 39 per 100.000 penduduk).(2) Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan TBC Paru Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010 tercatat TBC Paru dengan BTA Positif (+) sebanyak 4.634 kasus dengan angka kesakitan 105 per 100.000 penduduk. Sedang untuk persentase kesembuhan penderita TBC Paru dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) positif di Kalimantan Barat merujuk pada kasus yang diobati tahun 2009 adalah sebesar 92,90, dengan rincian dari 4.156 penderita yang diobati, sebanyak 3.733 penderita dinyatakan sembuh.(3) Status nutrisi pasien dapat diukur dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan memeriksa kadar albumin. IMT adalah perbandingan antara berat badan (kilogram) dan tinggi badan kuadrat (meter). IMT dibawah 18,5 kg/m2 menunjukan keadaan malnutrisi. Pengukuran menggunakan IMT memiliki kekurangan karena pada lansia yang mengalami pengurangan tinggi badan dapat memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat. Albumin dapat digunakan sebagai indikator klasik keadaan malnutrisi. Kadar albumin kurang dari 3,0 gr/dl menunjukkan prognosis yang lebih buruk adanya keadaan malnutrisi. Albumin adalah protein utama yang dihasilkan oleh hati. Pada dasarnya protein ini turut membantu dalam proses penyembuhan dan melawan infeksi.(4) Tuberkulosis paru dan malnutrisi sering ditemukan secara bersamaan. Infeksi tuberkulosis menimbulkan penurunan berat badan dan penyusutan tubuh, hal ini disebabkan karena menurun atau hilangnya nafsu makan. Dalam kapasitas sebagai simpanan asam amino,
albumin merupakan indikator status gizi. Dengan demikian, penurunan protein makanan akan tercermin dalam kadar albumin serum, dan kadar albumin yang rendah dijumpai pada malnutrisi akibat malabsorpsi yaitu penyerapan makanan yang tidak sempurna dari saluran pencernaan (usus halus) ke dalam aliran darah yang menyebabkan kekurangan gizi, seperti halnya pada penyakit tuberkulosis paru.(5,6) Menyadari hubungan antara perjalanan penyakit tuberkulosis paru dengan daya tahan tubuh dan bagaimana pengaruh gizi pada daya tahan tubuh, sudah saatnya kita untuk tidak melihat seorang penderita hanya dengan pengobatan atau vaksinasi semata-mata. Masalah gizi menjadi penting karena perbaikan gizi merupakan salah satu upaya untuk memutus penularan dan pemberantasan TB paru.(1) METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross-Sectional, yaitu penelitian yang dilakukan sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu ( dalam waktu yang bersamaan). Penelitian ini dilakukan pada di Instalasi Laboratorium RSUD Dr. Soedarso Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru dalam masa pengobatan. Sampel penderita TB paru di UP4 dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif (+). Dengan kriteria sampel sebagai berikut: (1) Bersedia menjadi responden. (2) Responden berusia 14-75 tahun. (3) Responden tidak mengkonsumsi obat seperti Penicilin, Sulfonamid, Aspirin, dan Vitamin C. (4) Responden tidak memiliki riwayat penyakit seperti sirosis hepar, kegagalan hepar akut, luka bakar, preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi, kolitis ulserasi, muntah, dan diare. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, dengan jumlah sampel 32 orang pasien TB paru dalam masa pengobatan selama penelitian di UP4 Pontianak. HASIL Data Hasil Pemeriksaan Kadar Albumin Dari hasil pemeriksaan kadar albumin yang dilakukan pada tanggal 19 april sampai 13 Juni 2013 pada pasien TB paru dalam masa
Slamet, dkk, Hubungan Kadar Albumin pada... 377
pengobatan di UP4, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Albumin Pada Sampel No Kode Umur sampel
Jenis Masa Kontrol Kadar kelamin Pengobatan serum Albumin P/L ( Hari ) Mg/dl
1
SY
58
P
120
4,7
4,3
2
YA
40
P
83
3
HS
33
L
112
4
RP
20
L
169
5
DA
15
P
136
6
SL
60
L
93
7
HD
24
L
82
5,0
8
BR
31
L
163
5,0
9
SN
17
P
169
5,2
10
AT
25
L
168
5,2
11
SM
32
P
142
4,9
12
CH
59
P
123
4,6
13
SK
67
L
153
4,5
14
HW
40
L
56
15
MR
17
L
25
16
BD
58
L
33
3,9
17
SS
43
L
59
4,6
18
TS
57
P
34
3,9
19
MM
51
L
38
4,1
20
HL
70
P
64
4,6
21
DW
53
L
72
4,5
22
DR
27
P
74
4,7
23
MN
49
P
50
4,3
24
SB
53
L
39
4,3
25
SZ
61
P
49
4,1
26
IW
30
L
46
4,6
27
ZK
25
L
154
4,6
28
HW
33
P
153
4,5
29
RJ
48
L
156
4,4
30
HJ
52
P
64
4,5
31
SJ
46
L
56
4,3
32
LF
38
L
64
4,5
4,4 4,8 4,8
4,8 5,2
5,1
4,7 4,6
4,8
Pemeriksaan Albumin Tabel 2. Hasil Analisa Deskriptif Umur masa_pengob atan hasil_albumin Valid N (listwise)
32
Minimu Maximu Std. Mean m m Deviation 15 70 41.63 15.843
32
25
169
93.72
48.947
32
3.9
5.2
4.584
.3446
32
Jenis Kelamin
4,9
Keterangan : Nilai normal = 3,5-5,2 mg/dl
N
Berdasarkan hasil pemeriksaan albumin pada kelompok sampel pasien TB paru dalam masa pengobatan diperoleh data sebagai berikut. Diketahui rata – rata umur pasien dari 32 sampel yaitu 41 tahun dengan umur termuda 15 tahun dan tertua 70 tahun. Rata – rata pasien berada dalam masa pengobatan 93 hari dengan masa pengobatan terendah 25 hari dan tertinggi 169 hari. Dan hasil rata – rata kadar albumin 4,5 mg/dl dengan nilai terendah 3,9 mg/dl dan nilai tertinggi 5,2 mg/dl.
Tabel 3. Hasil Analisa Kelamin
Deskriptif
Jenis
Freque Valid Cumulative Percent ncy Percent Percent 19 59.4 59.4 59.4 laki – laki Valid Perempuan 13 40.6 40.6 100.0 32 100.0 100.0 Total
Dari data di atas dapat diketahui dari 32 sampel responden yang berjenis kelamin laki – laki berjumlah 19 orang dan jenis kelamin perempuan berjumlah 13 orang. Kadar Albumin Tabel 4. Hasil Analisa Deskriptif Kadar Albumin Frequency Percent Valid
normal
32
100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh data dari 32 sampel memiliki kadar albumin 100% normal. Dengan nilai normal kadar albumin yaitu 3,5 – 5,2 mg/dl. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan masa pengobatan TB paru dengan kadar albumin maka dilakukan uji Korelasi Pearson. Setelah dilakukan uji Korelasi Pearson secara SPSS, didapatkan hasil sebagai berikut.
378 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.375 - 379
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov Test
N Mean Std. Deviation Absolute Most Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Normal Parametersa,b
Data
Masa Hasil Pengobatan Kadar Responden Albumin 32 32 93.72 4.58 48.947
.345
.166 .166 -.137 .937 .344
.107 .107 -.091 .605 .858
Dilihat dari hasil uji normalitas data Kolmogorov – Smirnov Test dapat diketahui pada Asymp.Sig.(2-tailed) variabel masa pengobatan memiliki nilai 0,344 ( p > 0,05 ) dan variabel kadar albumin memiliki nilai 0,858 ( p > 0,05 ) artinya data berdistribusi normal. Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Pearson masa_pen hasil_albu gobatan min Pearson masa_pengo Correlation batan Sig. (1-tailed) N Pearson hasil_albumi Correlation n Sig. (1-tailed) N
1
.583
32
.000 32
.583
1
.000 32
32
Jika dilihat pada hasil uji korelasi Pearson, nilai sig ( P ) adalah 0,000 (< 0,05), menunjukkan bahwa adanya hubungan masa pengobatan dengan kadar albumin dengan nilai ( R ) = 0,583 yang artinya memiliki tingkat hubungan yang kuat. Pembahasan Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit TB paru dalam masa pengobatan di Unit Pengobatan Penyakit Paru – Paru ( UP4 ) Pontianak. Jumlah sampel yaitu 32 responden. Pada penderita TB paru memiliki kadar albumin yang rendah, hal ini disebabkan karena Mycobacterium tuberculosis penyebab TB paru ini memberikan gejala penyakit seperti batuk – batuk, badan lemah, tidak nafsu makan, menurunnya berat badan sehingga mengalami malnutrisi. Kadar albumin yang rendah akan terlihat pada keadaan penyakit yang kronis, pada penyakit yang akut belum terlihat jelas penurunannya. Penyakit kronis yang dimaksud yaitu pasien TB paru yang telah lama memiliki penyakit TB paru, seperti pasien yang gagal
pengobatan sehingga mereka harus mengulang pengobatan dan bakteri dalam tubuh mereka berangsur-angsur merusak immunitas tubuh sehingga menyebabkan hipoalbumin atau kadar albumin yang rendah didalam darah.(5,6) Pada penelitian ini kadar albumin terlihat normal, tidak mengalami penurunan atau hipoalbumin. Kadar albumin yang normal dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, konsumsi OAT yang teratur, pola makan yang baik dan konsumsi makanan bergizi yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.(26) Vasantha (2008), menunjukkan bahwa kenaikan berat badan pengobatan dikaitkan dengan usia ( <45 tahun ). Pada akhir masa intensif pengobatan DOTS, ditemukan perubahan berat badan pada pasien TB secara signifikan berhubungan dengan kepercayaan dalam memilih jenis makanan tertentu pada saat sakit dan porsi makan dalam keluarga. Pada pasien TB paru laki-laki didapati peningkatan IMT sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien wanita saat pengobatan dimulai (Dodor, 2008). Sedangkan menurut Khan (2006), pasien yang memiliki berat badan rendah pada saat diagnosis, kenaikan berat badan 5% atau kurang yang terjadi setelah pengobatan dua bulan (fase intensif) berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kekambuhan.(40) Pasien TB paru yang diperiksa sebagai sampel rata-rata berumur 41 tahun berada dalam usia produktif dan usia muda, sehingga daya tahan tubuh dan metabolisme tubuhnya masih baik, mereka dapat memperbaiki dan menjaga kondisi kesehatan mereka agar status nutrisinya tetap baik sehingga kadar albumin mengalami peningkatan. Berbeda dengan lansia, daya tahan tubuh mereka lebih rendah dibandingkan usia muda, oleh karena itu jelas status nutrisi mereka memburuk dengan penurunan berat badan dan ditambah penyakit TB paru tersebut yang menyebabkan kadar albumin dalam tubuh menurun.(9) Konsumsi OAT secara teratur dan sesuai dosis yang sudah ditentukan, membantu dalam proses penyembuhan penyakit TB paru karena dengan mengkonsumsi obat yang teratur, akan dapat membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis sehingga tidak dapat merusak daya tahan tubuh kembali.(28) Saat ini telah banyak diadakan penyuluhan-penyuluhan dan seminar tentang penyakit TB paru khususnya di UP4, yang diikuti oleh warga sekitar, pelajar, maupun
Slamet, dkk, Hubungan Kadar Albumin pada... 379
penderita TB paru tersebut. Penyuluhan dan seminar ini di adakan sebanyak dua kali dalam sebulan. Pasien diinformasikan bagaimana cara untuk dapat terhindar dari penyakit tersebut dan bagaimana cara agar dapat mempercepat proses penyembuhan. Salah satunya yaitu memperbaiki pola makan dan mengkonsusmsi makanan-makanan bergizi yang banyak mengandung protein, karena protein sebagai pembentuk antibodi tubuh dan albumin merupakan sarana transportasi yang membawa unsur-unsur obat untuk penyembuhan TB paru. Salah satu penyembuhan penyakit TB paru yaitu memperbaiki status nutrisi agar daya tahan tubuh menjadi lebih baik dan bisa melawan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis tersebut. Menurut Chan (1996) dan Usman (2008), peranan protein pada pengobatan TB selain memenuhi kebutuhan gizi, meningkatkan regenerasi jaringan yang rusak juga membunuh kuman TB dalam tubuh.(40) Dalam penelitian Murtaningsih 2010 menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh dengan kesembuhan penderita Tuberkulosis paru adalah status gizi, pendapatan, dan keteraturan berobat. Penelitian Syamsul Muarif menjelaskan mengenai pengetahuan pasien, persepsi pasien terhadap sikap petugas, kepatuhan minum obat, riwayat penyakit yang menyertai dan informasi yang didapat adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan pengobatan TB Paru.(40) Status nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat proses penyembuhan selain pengkonsumsian obat
yang teratur, sebaiknya dalam keadaan penyakit infeksi seperti TB paru ini pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan bergizi khususnya protein, karena protein merupakan sumber energi dan pembentukan antibodi dalam tubuh untuk melawan penyakit infeksi tersebut. Status nutrisi yang baik dapat terlihat dari kadar albumin dalam darah. Dilihat dari fungsi albumin yaitu menyediakan protein untuk jaringan dalam membantu pembentukan jaringan tubuh yang baru. Maka albumin cukup diperlukan oleh tubuh dalam proses penyembuhan TB paru ini, karena albumin merupakan protein dalam darah yang penting. Albumin sepenuhnya diproduksi di hati, sisanya diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Albumin merupakan suatu zat yang sangat berguna dalam sistem kekebalan tubuh.(34) SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan penderita TB paru selama masa pengobatan di UP4 memiliki kadar albumin yang normal. Dari hasil pengolahan data dengan analisa Uji Korelasi Pearson menggunakan komputerisasi SPSS diperoleh data nilai sig.hitung = 0,000 dan sig.tabel = 0,05 (sig.hitung < sig.tabel) menunjukan bahwa ada hubungan antara lamanya masa pengobatan terhadap kadar albumin, dengan nilai (R) = 0,583 yang artinya memiliki tingkat hubungan yang kuat. Peneliti selanjutnya disarankan dengan melakukan pemeriksaan parameter status nutrisi yang lain untuk mengetahui perbaikan status nutrisi penderita TB paru.
DAFTAR PUSTAKA Assagaf A. 2005. Tuberkulosis Tinjauan Multidisiplin. Banjarmasin : Pusat Studi Tuberkulosis FK Universitas Lambung Mangkurat. Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis Di Indonesia. 2011. Indonesia Report 2011. Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi Kalbar. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. David C, Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC Ronald A, Sacher. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.
Wheeler Paul R, Colin Ratledge. 1994. Metabolism of tuberkulosis. Washington DC: Bloom R Barry (Eds) http://eprints.undip.ac.id/14285/1/1999F K365.pdf diakses pada 27 Januari 2013. Suryo, Joko. 2010. Herbal, Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka. Keliat N, Sugito. 2007. Pengaruh Pemberian Asam Amino Secara Parenteral Terhadap Konversi Sputum Penderita Tuberkulosis Paru. Jakarta : Maj Ken Indon. Jahari, Abas B. 2009. Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi. Jakarta : Salemvba Medika.