perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN GETARAN MESIN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (SUBYEKTIF) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PASAR MEBEL SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Sains Terapan
Himmatul Munawaroh R.0208023
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,………………….
Himmatul Munawaroh NIM. R.0208023
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Himmatul Munawaroh, R.0208023, 2012. Hubungan Getaran Mesin Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) pada Pekerja Bagian Produksi di Pasar Mebel Surakarta. Skripsi. Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Pasar mebel Surakarta merupakan sebuah pasar yang bergerak di bidang pembuatan mebel dan dalam proses produksi menggunakan mesinmesin yang menimbulkan getaran yang melebihi nilai ambang batas. Getaran mesin yang melebihi nilai ambang batas dan terpapar dalam waktu yang lama dapat menyebabkan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengkaji hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di pasar mebel Surakarta. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Observasional Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian adalah 50 tenaga kerja di bagian produksi dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengukuran langsung di tempat penelitian dan dengan melakukan wawancara terhadap tenaga kerja. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan uji statistik Koefisien Kontingensi dengan menggunakan program SPSS. Hasil : Hasil uji statistik terhadap hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada tenaga kerja bagian produksi di pasar mebel Surakarta menunjukkan hasil signifikan yaitu p-value = 0,038 dan korelasi (r) = 0,380. Dengan distribusi hasil pengukuran keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) yaitu sebesar 40% mengalami keluhan parah, sedang sebesar 32%, ringan sebesar 16%, dan tidak mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) sebesar 12%, adapun distribusi hasil pengukuran getaran mesin yaitu 72% melebihi nilai ambang batas dan 28% kurang dari nilai ambang batas. Simpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di pasar mebel Surakarta.
commit to user Kata Kunci : Getaran Mesin, Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Himmatul Munawaroh, R.0208023, 2012. Correlation Between Machine Vibration and Subjective Complains of Carpal Tunnel Syndrome on Production Division Employees In Furniture Market Surakarta. Mini Thesis, Diploma IV Safety and Occupational Health Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background : Furniture market Surakarta is a market operating in furniture sector and in production process uses machine that cause vibration and it exceeds the threshold limit value.The machine vibration which exceeds threshold limit value and exposed in long time can cause subjective complains of carpal tunnel syndrome. This research was aimed to inspect and analyze the correlation between machine vibration and subjective complains of carpal tunnel syndrome on production division employees in furniture market Surakarta . Methods : This research was an Observational study and Cross Sectional approach. The samples were 50 labors in Production unit and used Simple Random Sampling technique. The data was obtained from machine vibration measurement, interview, and check-list. The data was analyzed by Contingency Coefficient with SPSS programme to analyze the correlation strength between variables. Result :The result of this research showed the correlation between machine vibration and subjective complains of carpal tunnel syndrome are significant, pvalue = 0,038 and strength correlation (r) = 0,380. With distributions of subjective complains of carpal tunnel syndrome measuring result were 40% in serious condition complains, 32% in average complains, 16% in minor complains, and 12% none complains, the distributions of machine vibration measuring result were 72% > threshold limit value dan 28% < threshold limit value. Conclution : From the result, it could be concluded that there were significant correlation between machine vibration and subjective complains of carpal tunnel syndrome on production division employees in furniture market Surakarta.
commit toComplains user Keyword : Machine Vibration, Subjective of Carpal Tunnel Syndrome.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih tiada pilih kasih dan maha pemurah pencurah rahmah atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya, skripsi yang berjudul ” Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) pada Pekerja Bagian Produksi di Pasar Mebel Surakarta” ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ipop Sjarifah, Dra, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Seviana Rinawati S.K.M selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Lusi Ismayenti, ST, M.Kes. selaku Penguji yang telah memberi masukanmasukan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan asisten dosen Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama selama perkuliahan. 6. dr. Retno Erawati Wulandari selaku Kepala Puskesmas Gilingan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini. 7. Ketua Paguyuban Pasar Mebel Surakarta yang telah memberikan ijin dan arahan untuk melaksanakan penelitian. 8. Segenap Subjek Penelitian yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. 9. Ayahanda Abdul Hadi Siswoyo, Ibunda Khasanah, dan adinda Heni Masfufah, yang tak henti-hentinya memberikan doa, semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis. Terimakasih, selalu mengajarkan cinta dalam kemasan apapun, semoga karya ini menjadi doa yang yang takkan pernah putus amalannya. 10. Sahabat-sahabat penulis, Okmeiarna Ambarwati, Susilowati, Wayan Dwiana Putri serta sahabat-sahabat Kesjapan 2008. Terimakasih atas kebersamaan dalam melukis kenangan dengan warna pelangi kesempurnaan. 11. Atik Murdiyati, Ummi I’anatul Khakim, Endah S. Terimakasih atas motivasi, doa, dan kasih sayang yang semuanya terlukis indah. 12. Semua pihak yang telah membantu memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis menyadari segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik selalu penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Surakarta, Juni 2012 Penulis commit to user
Himmatul Munawaroh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... PERNYATAAN ............................................................................................ ABSTRAK .................................................................................................... PRAKATA ................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... A. Latar Belakang Masalah .......................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................... BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................... A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... B. Kerangka Pemikiran ................................................................ C. Hipotesis .................................................................................. BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... A. Jenis Penelitian ........................................................................ B. Lokasi dan Waktu penelitian .................................................. C. Populasi Penelitian .................................................................. D. Teknik Sampling ...................................................................... E. Sampel Penelitian .................................................................... F. Desain Penelitian ..................................................................... G. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................... H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................ I. Alat dan Bahan Penelitian........................................................ J. Cara Kerja Penelitian ............................................................... K. Teknik Analisis Data ............................................................... BAB IV. HASIL .......................................................................................... A. Gambaran Umum Pasar Mebel Surakarta .............................. B. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. C. Hasil Pengukuran Getaran Mesin di Bagian Produksi Pasar Mebel Surakarta ....................................................................... D. Hasil Pengukuran Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pasar Mebel Surakarta .................................................................................. E. Uji Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) .................................................. BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................. A. Karakteristik subjek Penelitian ............................................... commit to user B. Analisa Univariat .....................................................................
i ii iii iv vi vii ix x xi 1 1 5 5 5 7 7 25 25 26 26 26 26 26 28 28 29 29 31 32 33 35 35 36 38
39 40 41 41 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Analisa Bivariat ....................................................................... BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... D. Simpulan ................................................................................. E. Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN
commit to user
47 52 52 53 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. NAB Getaran Untuk Pemajanan Lengan dan Tangan ..................... Tabel 2. Hasil Uji Korelasi didasarkan pada Nilai P, Kekuatan Korelasi, Serta Arah Korelasinya ................................................................... Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Responden ........................................... Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden .................................. Tabel 5. Distribusi Hasil Pengukuran Getaran Mesin ................................... Tabel 6. Distribusi Hasil Pengukuran Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) ...................................................................................... Tabel 7. Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) di Pasar Mebel Surakarta ...........................
commit to user
11 34 36 37 38 39 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Carpal Tunnel Syndrome ............................................................... Gambar 2. Penekanan pada Nervus Medianus ................................................. Gambar 3. Tes Phallen ..................................................................................... Gambar 4. Tes Tinnel ....................................................................................... Gambar 5. Kerangka Pemikiran ....................................................................... Gambar 6. Desain Penelitian ............................................................................
commit to user
12 13 22 23 25 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.
Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10.
Kuesioner Carpal Tunnel Syndrome. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Penjelasan Kuesioner symptom severity scale. Data Hasil Pengukuran Getaran Mesin di Pasar Mebel Surakarta. Data Hasil Pengukuran Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) di Pasar Mebel Surakarta. Hasil Uji Hubungan Getaran Mesin dan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) dengan Uji Statistik Koefisien Kontingensi dengan Menggunakan Program SPSS. Surat Pengantar Penelitian Skripsi. Surat Ijin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Surakarta. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Pasar Mebel Surakarta. Dokumentasi pada Waktu Penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), proses kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin komplek dan modern dapat menjadi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan pekerja (Tarwaka, 2008). Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur P.K., 1996). Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan peralatan kerja mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseimbangannya. Getaran ini menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat ditempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis. Berbeda dengan getaran udara yang pengaruhnya adalah akustik, getaran mekanis menyebabkan resonansi organ dan jaringan tubuh, sehingga pengaruhnya kepada tenaga kerja yang terpapar kepada getaran mekanis bersifat mekanis (Suma’mur P.K., 2009). Getaran yang dihasilkan oleh mesin apabila terpapar oleh manusia atau pekerja dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan antara lain : angioneurosis jari-jari tangan, gangguan tulang, sendi, dan otot, neuropati, dan carpal tunnel syndrome. Getaran pada mesin yang digunakan dengan
bantuan
tangan
untuk
mengoperasikan
dapat
menyebabkan
penyakit carpal tunnel syndrome dimana adanya gangguan pada syaraf yang disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus medianus yang melewati terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (J.F. Gabriel, 1996). Menurut Rambe (2004) dalam Tirsa Iriani (2010), carpal tunnel syndrome yaitu suatu istilah medis untuk gejala mati rasa, ngilu dan lemah pada ibu jari atau jari tengah sebagai akibat dari iritasi pada bagian tengah otot disekitar pergelangan tangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hamidah Fadhil mengungkapkan dalam koran tempo hari senin tanggal 14 februari 2005 bahwa sekarang jumlah pasien carpal tunnel syndrome semakin bertambah. Ia mencontohkan di Amerika Serikat terdapat 17 penderita carpal tunnel syndrome berusia 25 - 34 tahun setiap 10 ribu pekerja pabrik. Di Indonesia, khususnya di Klinik Neurologi RSCM Jakarta pada 2001 terdapat 238 pasien, pada 2002 sempat turun menjadi 149 pasien. Dari 46 pasien yang diteliti, Hamidah mendapatkan 36 penderita carpal tunnel syndrome yang dapat memenuhi kriteria penelitian setelah dilakukan proses tanya jawab, pemeriksaan laboratorium, dan kecepatan hantar syaraf. Dari 36 pasien, 20 orang merasakan nyeri pada tangan kanan, 6 orang pada tangan kirinya, serta 10 orang pada kedua tangannya, (www.republika.co.id). Pasar mebel Surakarta adalah salah satu pasar industri pengolahan kayu di Surakarta. Dalam melakukan proses produksi selama 8 jam kerja perhari, industri mebel Surakarta menggunakan mesin seperti : mesin gerinda, mesin pasah, dan mesin bur, dimana mesin-mesin tersebut dipegang langsung oleh tangan pekerja dan menghasilkan getaran yang dapat mengganggu kesehatan para pekerja yang menjalankan mesin tersebut, salah satunya yaitu carpal tunnel syndrome yang gejalanya berupa keluhan pada pergelangan tangan seperti sensasi rasa berkurang dan mati rasa pada jari-jari tangan. Berdasarkan data yang diperoleh pada survei awal,
7 dari 10
pekerja khususnya di bagian produksi pasar mebel Surakarta, merasakan keluhan (subyektif) pada pergelangan tangan diantaranya nyeri pada malam hari, pagi hari, dan setelah melakukan pekerjaan, tremor yang dirasakan pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
malam hari, pagi hari, dan saat melakukan aktivitas, dan pembengkakan pada pergelangan tangan dan jari tangan serta sensasi rasa berkurang, dan bahkan mati rasa jari-jari tangan, sedangkan 3 pekerja tidak mengalami keluhan. Dari jenis kegiatan yang sering terpapar getaran mesin seperti ini, apabila tidak diimbangi dengan tindakan pengendalian yang memadai salah satunya seperti penggunaan alat pelindung tangan berjenis busa maka tenaga kerja akan mengalami carpal tunnel syndrome. Berdasarkan keluhan (subyektif) tersebut dan dari data pengukuran getaran mekanis di bagian produksi dengan hasil 5 m/det2 apabila dibandingkan dengan Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2 untuk 8 jam kerja, intensitas getaran di bagian produksi pasar mebel Surakarta adalah tidak sesuai. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) pada Pekerja Bagian Produksi di Pasar Mebel Surakarta”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Adakah Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) pada Pekerja Bagian Produksi di Pasar Mebel Surakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di Pasar Mebel Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur dan mendeskripsikan getaran mesin pada pekerja bagian produksi di Pasar Mebel Surakarta. b. Mengukur dan mendeskripsikan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) di Pasar Mebel Surakarta. c. Mendeskripsikan dan mengkaji hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di Pasar Mebel Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Menambah pengetahuan dan memberikan informasi tentang hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome commit to user (subyektif) pada pekerja bagian produksi dan diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuktikan teori bahwa ada hubungan getaran mesin dengan carpal tunnel syndrome. 2. Aplikatif a. Bagi Pekerja Bagian Produksi Memberi masukan dan menambah pengetahuan pekerja bagian produksi tentang hubungan pekerjaan yang dilakukannya dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) yang dialami, sehingga pekerja dapat melaksanakan upaya pencegahan dari dirinya sendiri. b. Bagi Pihak Pasar Mebel Surakarta Sebagai bahan pertimbangan bagi industri mebel Surakarta untuk melakukan upaya pengendalian dan pencegahan terhadap keluhan carpal tunnel syndrome yang berhubungan dengan getaran mesin sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri mebel dan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, dan selamat. c. Bagi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menambah referensi dan informasi di kepustakaan program, terutama mengenai hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di Pasar Mebel Surakarta. d. Bagi Peneliti Merupakan sarana untuk melatih diri cara dan proses berfikir ilmiah serta praktis sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Getaran a. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono dkk, 2003). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002). b. Jenis Getaran 1) Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terutama pada akustik. Menurut Gierke dan Nixon (1976) dalam J.F. Gabriel (1996), getaran udara disebabkan oleh benda bergetar dan diteruskan melalui udara sehingga akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1 - 20 Hz tidak akan menyebabkan gangguan vestibular yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan, dan mual-mual. Akan tetapi dapat menimbulkan nyeri pada telinga, nyeri dada, dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Getaran karena getaran mekanis, mengakibatkan resonansi atau turut bergetarnya alat-alat tubuh. Menurut Wignjosoebroto (2000) yang dikutip oleh Arif Budiono (2005) Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getarangetaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Getaran mekanis dapat dibedakan berdasarkan pajanannya. Terdapat dua bentuk yaitu getaran seluruh badan dan getaran pada lengan dan tangan. c. Efek Getaran Mekanis Menurut Suma’mur P.K. (2009), penyebab terjadinya keluhan atau gangguan kesehatan dari getaran mekanis pada tenaga kerja adalah : 1) Efek mekanis getaran mekanis kepada jaringan tubuh. 2) Rangsangan oleh getaran mekanis kepada reseptor saraf didalam jaringan. Ciri utama getaran adalah frekuensi (dalam Hz) dan intensitas (diukur sebagai amplitude, kecepatan atau percepatan). Getaran dapat dihantarkan ke seluruh tubuh (getaran seluruh tubuh) atau hanya ke lengan yang memegang perkakas atau alat yang sedang bergetar (getaran lokal) (Joko Suyono, 1995). Menurut Suma’mur P.K. (2009), pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya terganggu. Pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rangsangan reseptor, gangguan terjadi melalui saraf sentral atau langsung pada sistem saraf otonom. Kedua mekanisme demikian terjadi secara bersama-sama. Untuk maksud praktis, dibedakan tiga tingkat efek getaran mekanis kepada tenaga kerja sebagai berikut : 1) Gangguan kenyamanan kerja; dalam hal ini, pengaruh getaran mekanis
kepada tenaga
kerja
hanya
terbatas pada
tidak
dimungkinkannya bekerja secara nyaman. 2) Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepatnya timbul kelelahan. 3) Gangguan dan bahaya terhadap kesehatan. Getaran mekanis dibedakan atas : a) Getaran seluruh badan (whole body vibration) Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasannya yang menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalah sebesar 5 - 20 Hz (Emil Salim, 2002). Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Efek pada organ tertentu bergantung pada resonansi alamiah organ tersebut : dada (3 - 6 Hz), kepala (20 - 30 Hz), rahang (100 - 150 Hz). Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama menimbulkan osteoarthritis tulang belakang (Harrington, 2003). b) Getaran tangan-lengan (tool-hand vibration) Menurut Emil Salim (2002), getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar disebut juga getaran setempat, frekuensinya biasanya antara 20 - 500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti : (1) Operator gergaji rantai. (2) Tukang semprot, potong rumput. (3) Gerinda. (4) Penempa palu. Getaran lengan tangan dapat terjadi akibat dari merambatnya getaran dari sumber getaran yang diteruskan pada bagian tangan dan lengan melalui telapak dan jari-jari tangan. Pekerja yang tangannya secara terus menerus terpapar getaran dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan pembuluh darah dan sistem syaraf pada jaringan tangan dan lengan, yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang dikenal sebagai sindrom getaran tangan. Gejala sindrom getaran lengan ditandai dengan hilangnya indra perasa pada ujung jari-jari tangan. Bila hal ini dibiarkan terus terjadi maka dapat menimbulkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerusakan pada seluruh bagian telapak tangan dan dapat menimbulkan tukak pada tangan (gangren)
(Pusat K3
Menakertrans RI, 2010). d. Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran Mekanis Berikut ini adalah tabel Nilai Ambang Batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan : Tabel 1. NAB getaran untuk pemajanan lengan dan tangan Jumlah waktu pemajanan Nilai percepatan pada frekuensi per hari kerja dominan Meter per detik Gram (1 gram = kuadrat (m/det2) 9,81 m/det2) 4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40 2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61 1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81 Kurang dari 1 jam 12 1,22 Sumber : Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, menyebutkan bahwa nilai ambang batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2. e. Pengendalian Getaran Efek-efek berbahaya dari paparan kerja terhadap getaran paling baik dicegah dengan memperbaiki desain alat yang bergetar tersebut, dan pemakaian sarung tangan pelindung “anti getaran”. Risiko dapat juga dikurangi dengan memperpendek waktu paparan. Pemeriksaan sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala commit to user mempermudah pengenalan dini individu-individu yang terutama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rentan dan membantu mengurangi meluasnya masalah (Joko Suyono, 1995). 2. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) a. Pengertian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan gangguan pada syaraf yang disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Ronald E. Pakasi, 2007) Penyebab Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah tekanan yang luar biasa pada syaraf medianus pada pergelangan tangan. Syaraf medianus memasuki telapak tangan melalui celah yang dibentuk oleh tulang pergelangan (carpal bones) dan sebuah membran kasar. Celah ini disebut carpal tunnel. Daerah ini bersifat kaku sehingga pembengkakan dibeberapa jaringan dapat menyebabkan tekanan pada syaraf (Syaiful Saanin, 2009).
Gambar 1. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) commit to user Sumber : Ronald E. Pakasi, 2007
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Menurut Habes D.J (1996) yang dikutip oleh Arief Budiono (2005) menyatakan bahwa patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah ischemia (sumbatan pada suplai darah) dan atau demyelination (kerusakan pada mukosa syaraf) akibat trauma mekanik. Cedera seperti ini dapat terjadi jika nervus medianus mengalami penekanan dan melakukan gerakan secara berulang-ulang yang terjadi pada tangan, pergelangan tangan, dan siku yang sering digunakan dalam melakukan pekerjaannya. Pembengkakan pada tendon dan mukosa karena melakukan pekerjaan yang berat sehingga menyebabkan adanya penekanan pada nervus medianus, tekanan terhadap nervus medianus akan berlanjut jika tekanan tersebut terjadi secara berulang, melakukan gerakan yang membutuhkan kekuatan penuh yang dapat menyebabkan penyempitan terowongan karpal (pada gerakan siku dan arthritis), melebarnya nervus medianus (trauma yang menyebabkan pembengkakan) atau pembesaran struktur terowongan yang lain (tendinitis atau tenosinovitis).
Gambar 2. Penekanan Nervus Medianus commitpada to user Sumber : Ronald E. Pakasi, 2007
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Faktor-Faktor Penyebab Utama Terjadinya CTS Faktor-faktor penyebab utama terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebagai berikut : 1) Getaran lokal berfrekuensi bebas menjalar ke pergelangan tangan dari perkakas keras seperti gerinda, chainsaw, pneumatic hammer, vibrator (sering dipakai membongkar-perbaikan jalan). Getaran ini merangsang kontraksi tendon, mengurangi kelenturan, mencederai saraf perifer, menyebabkan mati rasa jari-jari atau mengurangi sensasi tangan sebagai akibat konstriksi vaskuler atau vasospasme mikrosirkulasi ke saraf perifer. Cedera mikroskopik, mikrosikulasi, arteriosklerosis lokal menyebabkan pembengkakan lokal berisi cairan dan fibrin yang menekan nervus medianus (PT Kalbe Farma, 2003). 2) Tekanan mekanik pada tendon akibat kontraksi muskulus yang kuat, akibat penggunaan perkakas tangan yang keras bertepi tajam, atau karena pegangan perkakas pendek. Semakin kuat perkakas digunakan akan semakin kuat pula dipegangnya, yang menyebabkan tekanan mekanik makin besar menekan jaringan lunak palmar tangan yang akhirnya menekan ramus superficialis nervus medianus (PT Kalbe Farma, 2003). 3) Gerakan berulang dengan kontraksi sangat kuat. Gerakan berulang apalagi dilakukan sangat kuat menimbulkan pembengkakan sarung tendon menimbulkan tekanan pada tendon commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pergelangan tangan (National Institute of Occupational and Safety NIOSH Facts, 1997). Kegagalan memulihkan tekanan menyebabkan peradangan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera. Peradangan meliputi tendon, sarung tendon, perlekatan tendon pada sendi, dan bursae yang disebut tendosynovitis (Weeks et al, 1991). Selain itu gerakan tersebut meregangkan dan memanjangkan tendon, menekan mikrostruktur dan merobek amat halus, serat tendon dapat tergelincir dari perlekatannya. Tekanan di dalam tunnel meningkat nervus medianus lebih tertekan, lalu menjadi iskemik (National Institute of Occupational and Safety NIOSH Facts, 1997). 4) Sarung tangan karet sempit akan menekan jaringan lunak pergelangan tangan (PT Kalbe Farma, 2003). d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian CTS 1) Jenis Kelamin National Women’s Health Information Centre (2008) dalam Tirsa Iriani (2010) menyebutkan bahwa tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih kecil, sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat untuk dilalui saraf dan tendon. Wanita juga menghadapi perubahan hormonal yang kuat selama kehamilan dan menopause yang membuat wanita lebih mungkin untuk menderita carpal tunnel syndrome. Secara umum, wanita lebih berisiko terhadap carpal tunnel syndrome antara usia 45 – 54 tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Umur Pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya carpal tunnel syndrome, dimana usia terjadinya penyakit ini berkisar antara 29 - 62 tahun. Dengan bertambahnya umur dapat dipastikan bahwa paparan dengan alat kerja tangan makin lama pula karena penggunaan tiap hari pada waktu kerja dan kemampuan elastisitas tulang, otot ataupun urat semakin berkurang sebagai peredam dari getaran yang dirambatkan ke tubuh (Syaiful Saanin, 2009). 3) Masa kerja Gangguan yang disebabkan oleh getaran dapat muncul dalam waktu yang berbeda-beda sejak pertama terpapar, tetapi kadang-kadang gejala ini timbul dalam beberapa bulan setelah paparan berat. Perubahan rangka biasanya timbul tidak lebih awal dari 10 tahun atau lebih. Dengan masa kerja yang lama maka paparan yang sampai ke tubuh makin sering pula. Hal itu akan mempermudah pekerja terkena carpal tunnel syndrome dimana efek yang ditimbulkan getaran dalam jangka waktu lama (Syaiful Saanin, 2009). 4) Riwayat Pekerjaan Penyakit carpal tunnel syndrome erat kaitannya dengan ketiga faktor penyebab utama yaitu : a) Kompresi berulang yang menyebabkan iskemia, pembentukan edema pada ruang subendoneurial dan sinovium yang akhirnya menjadi fibrosis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Perlekatan saraf yang disebabkan oleh jaringan parut berakibat pada menurunnya hantaran saraf dan iskemia. c) Tekanan mekanis setempat dari struktur-struktur seperti misalnya FR yang menyebabkan kerusakan saraf setempat. Teori ini dapat tumpang-tindih, contohnya suatu peningkatan tekanan ekstra neurial dapat mendorong saraf melawan jaringan yang kaku dan menyebabkan suatu cedera setempat disebabkan karena tekanan mekanis. (PT Kalbe Farma, 2003). 5) Penyakit-Penyakit Degeneratif. Menurut Ronald E. Pakasi (2007), carpal tunnel syndrom dapat terjadi akibat adanya penyakit lain yang memicunya. Berbagai penyakit degeneratif dapat menyebabkan munculnya carpal tunnel syndrome sebagai salah satu bentuk komplikasi. Kondisi-kondisi medis penyebab carpal tunnel syndrome diantaranya : arthritis reumatoid, dislokasi dan fraktur, diabetus militus, hipertensi. a) Arthritis Reumatoid Gejala di terowongan carpal ini juga umum terjadi pada lansia penderita reumatik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan berubah bentuk. Reumatik juga menimbulkan kesemutan, biasanya gejala terjadi pada pagi hari dan menghilang pada siang hari. Gejala commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesemutan karena reumatik hilang sendiri bila reumatiknya sembuh (Lily Wibisono, 2007). b) Fraktur/Dislokasi Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi sinovial serta fibrosis (seperti pada tenosinivitis), fraktur tulang carpal, dan cedera termal pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan carpal tunnel syndrome (Syaiful Saanin, 2009). c) Diabetus Mellitus Carpal tunnel syndrome ini juga sering terjadi berkaitan dengan kelainan yang menimbulkan demielinasi atau kelainan saraf iskemik seperti diabetes mellitus (Syaiful Saanin, 2009). Timbulnya neuropati pada penderita diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada lamanya si penderita mengidap diabetes. Semakin lama menderita diabetes maka semakin tinggi pula rasa kesemutan itu muncul. Jadi bisa saja seorang penderita merasakan kesemutan meskipun diabetesnya sendiri terkontrol dengan baik, yang dirasakan biasanya kesemutan pada ujung jari terus-menerus, kemudian disertai rasa nyeri yang menikam seperti tertusuk-tusuk diujung telapak kaki atau tangan terutama pada malam hari (Lily Wibisono, 2007 & Ronad E. Pakasi, 2007). d) Hipertensi Carpal tunnel syndrome juga dapat terjadi akibat penyakit lain sebagai salah satu bentuk komplikasi. Orang yang tidak teratur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
olahraga juga terancam penyakit ini karena tubuh yang kurang terlatih menyebabkan sirkulasi darah dan otot kurang bisa bertoleransi dengan stress, serta kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi memicu timbulnya hipertensi sebagai faktor resiko terjadinya penyakit carpal tunnel syndrome (Daryono Soemitro, 1992). e) Tumor Semua
lessi
masa
didalam
terowongan
karpal
mungkin
mengganggu saraf median seperti neurofibroma, ganglion, dan tumor jinak lainnya. Ada pula kesemutan yang tidak bisa hilang sendiri, gejala awal yaitu kesemutan di telapak kaki, lambat laun telapak kaki terasa tebal. Rasa tebal itu manjalar ke betis lalu ke lutut. Setelah beberapa waktu kaki yang terasa terganggu mulai lemah dan sukar berjalan. Gejala di perparah dengan sakit kepala yang hebat dan saat batuk pun kepalanya terasa sakit. Lambat laun, kedua kakinya terasa lumpuh dan penglihatan jadi kabur. Ternyata hal tersebut di karenakan ada tumor pada bagian kepala depan otak. Sebuah penyakit serius dengan gejala awal sepele (Lily Wibisono, 2007). 6) Pemakain APD Alat pelindung diri yang cocok untuk getaran yang dirambatkan melalui alat kerja tangan adalah sarung tangan dengan bahan busa dan pemberian damping atau peredam dari karet pada alat yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhubungan langsung dengan tangan pekerja, dengan demikian getaran yang merambat ketangan dapat dikurangi hingga dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 4 m/det2 (Tarwaka, 2008). 7) Aktivitas Fisik Selain Pekerjaan Untuk paparan 8 jam kerja maka nilai ambang batas yang ditetapkan menurut Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 yaitu 4 m/det2. Apabila jam kerja pada perusahaan sudah 8 jam kerja dan pada saat pulang ditambah dengan aktivitas yang dapat menimbulkan getaran yang merambat ke tubuh dapat dipastikan akan ada penambahan waktu kerja lebih besar dari 8 jam kerja. Hal tersebut akan memperbesar risiko terkena penyakit CTS (Yusuf Rusdi, 2007). e. Deteksi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Diagnosa kejadian CTS sebagai akibat pekerjaan juga dapat dilakukan dengan kriteria diagnostik yang ditetapkan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) pada tahun 1989 berupa : 1) Terdapat salah satu atau lebih gejala parestesia, nyeri, sakit, mati rasa atau baal pada jari tangan atau tangan yang berlangsung sedikitnya satu minggu atau bila tidak terjadi terus-menerus, sering terjadi pada berbagai kesempatan. 2) Secara objektif dijumpai hasil tes tinnel positif atau tes phallen positif atau berkurangnya sampai hilangnya rasa pada kulit telapak dan jari tangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Adanya riwayat pekerjaan seperti melakukan pekerjaan berulang (repetitif), pekerjaan yang disertai kekuatan tangan, fleksi, ekstensi dan deviasi gerakan pergelangan dari jari tangan, menggunakan alat dengan getaran tinggi serta terjadinya tekanan pada pergelangan atau telapak tangan. Pada pemeriksaan tangan oleh dokter atau ahli fisioterapi biasanya hanya menggunakan tes phallen dan tes tinnel karena sudah dapat mendeteksi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien pada daerah telapak tangan. Hasil pemeriksaan fisik berupa tes tinnel dan tes phallen positif pada salah satu atau keduanya mengindikasikan bahwa terjadi CTS. Hal itu juga didukung dengan gejala sensorik dan motorik yang di alami pasien yang merupakan manifestasi klinis CTS (Syaiful Saanin, 2009). Menurut Suroto (2004), penjelasan tentang tes-tes obyektif carpal tunnel syndrome (CTS) sebagai berikut : 1) Tes fungsi tangan yakni untuk menguji kekuatan menggenggam. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk menggenggam kunci diantara bagian volar ibu jari tangan dan jari telunjuk (posisi key grip). Mintalah pasien untuk menggenggam kunci itu dengan kuat, kemudian pemeriksa berusaha membuka jari-jari tangan pasien. 2) Tes Allen Tes ini dilakukan dengan meminta pasien mengepalkan tinjunya sementara kita menekan arteri ulnaris dan radialis pada pergelangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tangan. Mintalah pasien membuka kepalan tinjunya dan lepaskan tekanan pada satu arteri saja, darah harus segera mengisi kembali kapiler seluruh jari dan telapak tangan. Tidak adanya atau kelambanan pengisian darah tersebut penunjang adanya obstruksi. Penyebaran warna merah normal hanya akan terjadi pada setengah tangan
bila
arteri
palmaris
tersumbat.
Mintalah
pasien
mengosongkan kembali pembuluh darah permukaan dengan mengepalkan tinjunya dan memperhatikan penekanan arteri lainnya ketika anda mengulangi urutan yang sama dan perhatikan pengisian pembuluh darah tersebut. 3) Tes Phallen Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk melakukan fleksi dan hiperfleksi pergelangan tangan menetap berlawanan satu sama lain selama 30 detik. Tes ini dikatakan baik jika punggung telapak tangan satu dengan yang lain saling menempel dan adanya penekanan dari kedua tangan dengan keadaan horisontal. Tes phallen dilakukan oleh dokter hiperkes atau ahli fisioterapi.
Gambar 3. Tes Phallen Sumber : Ronald commit to userE. Pakasi, 2007
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Tes Tinnel Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan, kemudian pemeriksa akan mengikuti perjalanan syaraf dan selanjutnya pemeriksa akan mengetuk dengan jari tangan. Pada saat jari tangan pemeriksa mengetuk pada syaraf yang rusak, pasien akan mengalami paresthesia pada tangan yakni pada tiga jari pertama.
Gambar 4. Tes Tinnel Sumber : Ronald E. Pakasi, 2007 f. Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Siti Badriah (2001) menyebutkan cara pencegahan carpal tunnel syndrome adalah sebagai berikut : 1) Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran peralatan tangan pada saat bekerja. 2) Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja. 3) Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan. 4) Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta mengupayakan rotasi kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini carpal tunnel syndrome sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala carpal tunnel syndrome lebih dini. 3. Hubungan Getaran Mesin dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan gangguan pada syaraf yang disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Ronald E. Pakasi, 2007). Getaran lokal berfrekuensi bebas menjalar ke pergelangan tangan dari perkakas keras seperti gerinda, chainsaw, pneumatic hammer, vibrator (sering dipakai membongkar-perbaikan jalan). Getaran ini merangsang kontraksi tendon, mengurangi kelenturan, mencederai saraf perifer, menyebabkan mati rasa jari-jari atau mengurangi sensasi tangan sebagai akibat konstriksi vaskuler atau vasospasme mikrosirkulasi ke saraf perifer. Cedera mikroskopik, mikrosikulasi, arteriosklerosis lokal menyebabkan pembengkakan lokal berisi cairan dan fibrin yang menekan nervus medianus (PT Kalbe Farma, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Getaran Mekanis
Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)
Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration)
Pergelangan Tangan
Nervus medianus, pembuluh darah terowongan karpal Faktor yang Mempengaruhi : 1. Jenis Kelamin. 2. Umur.
Terjadi : Rangsangan pada kontraksi tendon sehingga kelenturan berkurang.
3. Masa kerja 4. Riwayat pekerjaan. Gangguan sensasi rasa, nyeri, mati rasa jari-jari tangan.
5. Penyakit Degenaratif. 6. Pemakaian APD. 7. Aktivitas
fisik
selain pekerjaan.
Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif)
Gambar 5. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Ada Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) pada Pekerja Bagian Produksi di Pasar Mebel Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang berupaya mencari hubungan antar variabel yang kemudian
dilakukan
analisis
terhadap
data
yang telah
terkumpul,
(Sastroasmoro dan Ismael, 2008). Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi yang sama, (Hastono, 2001).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Mebel Surakarta, pada bulan Februari, Mei, dan Juni 2012.
C. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja bagian produksi di pasar mebel Surakarta sejumlah 96 pekerja laki-laki.
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak (dengan cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
diundi)
digilib.uns.ac.id
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut
(Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini sejumlah 96 pekerja yang diperoleh dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Pekerja bagian produksi. 2. Bekerja dengan menggunakan mesin yang menghasilkan getaran. 3. Jenis kelamin laki-laki. 4. Usia 20 - 40 tahun. 5. Masa kerja lebih dari 5 tahun. 6. Tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. 7. Tidak mengalami penyakit degeneratif (reumatik, hipertensi, diabetes mellitus, fraktur, tumor). 8. Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). 9. Bersedia menjadi subjek penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang menolak untuk dijadikan responden penelitian. Dari 96 populasi target di atas, ditentukan jumlah sampel dengan rumus : λ².N.P.Q s = d2 (N-1) + λ².P.Q s=
1².96.0,5.0,5 0,052 (96 -1) +1².0,5.0,5
24 s = 0,24 + 0,25 s=
24 0,49
s = 48,99 = 49 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10% N = populasi P = Q = 0,5 d = 0,05 s = jumlah sampel (Sugiyono, 2011) Sampel sebesar 49 orang pekerja diambil dengan teknik Simple Random Sampling, yakni pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan cara diundi tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2011).
E. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja laki-laki bagian produksi di pasar mebel Surakarta sebanyak 49 pekerja.
F. Desain Penelitian Populasi (N) Simple Random Sampling Sampel (n)
Getaran Mesin
Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) commit to user
Analisa Korelasi Koefisien Kontingensi
Gambar 6. Desain Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan getaran mesin. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). 3. Variabel Penganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu : a. Variabel penganggu terkendali : jenis kelamin, umur,
masa kerja,
riwayat pekerjaan, jenis penyakit degenaratif, pemakaian APD. b. Variabel pengganggu tidak terkendali : aktivitas fisik selain pekerjaan.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Getaran Mesin Getaran mesin adalah getaran yang dihasilkan oleh peralatan kerja yang dipegang langsung oleh tangan pekerja bagian produksi di pasar mebel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, seperti : mesin gerinda, mesin pasah, mesin srekel, mesin gergaji, dan mesin bor. Alat Ukur
: Vibration Meter
Satuan
: m/det2
Hasil
: Hasil pengukuran intensitas getaran mesin dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu intensitas getaran mesin yang kurang dari nilai ambang batas (< 4 m/det2) dan intensitas getaran mesin yang melebihi nilai ambang batas (> 4 m/det2).
Skala pengukuran
: Nominal
2. Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) Keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) adalah penyempitan pada terowongan karpal akibat pemakaian peralatan yang bergetar seperti : mesin gerinda, mesin pasah, dan mesin bur berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh pekerja bagian produksi secara subyektif di pasar mebel Surakarta. Alat Ukur : Kuesioner Symptom Severity Scale (Skala Keparahan Gejala). Hasil : Hasil pengukuran keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu : a. Tenaga kerja yang tidak mengalami keluhan carpal tunnel syndrome. b. Tenaga kerja yang mengalami keluhan carpal tunnel syndrome ringan. c. Tenaga kerja yang mengalami keluhan carpal tunnel syndrome sedang. d. Tenaga kerja yang mengalami keluhan carpal tunnel syndrome parah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Tenaga kerja yang mengalami keluhan carpal tunnel syndrome sangat parah. Skala pengukuran : Ordinal.
I.
Alat dan Bahan Peneitian 1. Vibration Meter Vibration Meter yang digunakan yaitu merk : Rion, model : Riovibro VM63, buatan : Jepang. Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Mula-mula mengecek baterai dengan menekan tombol MEAS. Bila muncul titik dobel pada display berarti baterai harus diganti. b. Menekan MEAS atau power ON kurang lebih 10 detik. Memilih skala pengukuran yang sesuai. Alat siap untuk pengukuran. c. Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan ditahan. Ujung alat ditempelkan pada objek yang diukur dengan posisi tegak lurus. Nilai getaran mekanik ditunjukkan pada display. Setelah itu, alat dapat dilepas dari objek. Membaca dan mencatat angka pada display. d. Menekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu menit setelah tombol MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis. 2. Kuesioner Symptom Severity Scale (Skala Keparahan Gejala) Symptom severity scale adalah gabungan antara lembar kuesioner dan diagram untuk mengukur keluhan carpal tunnel syndrome berisi tentang 11 pertanyaan mengenai keluhan tenaga kerja selama 24 jam terakhir yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diisi berdasarkan tingkat keparahan gejala dan diagram yang terdiri dari 8 gambar bagian tangan, sehingga dapat diketahui tingkat keluhan tenaga kerja, berdasarkan sumber Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire, Hand Clininc Dartmouth-Hitchcock Medical Centre, Lebanon. 3. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran. 4. Kamera digital, yaitu alat untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti penelitian selama penelitian berlangsung.
J.
Cara Kerja Penelitian Cara Kerja penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi : ijin survei awal, survei awal, penyusunan proposal penelitian dan ujian proposal penelitian. Survei awal dilakukan untuk melihat kondisi tempat kerja, cara kerja, serta kondisi pekerja bagian produksi di pasar mebel Surakarta secara langsung. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini : a. Proses permohonan ijin dan penjelasan tentang tujuan serta manfaat penelitian kepada Ketua paguyuban pasar mebel Surakarta. b. Observasi dan wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti. c. Pengukuran getaran mesin dan pengisian kuesioner symptom severity scale.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi : Pengumpulan semua data yang diperoleh dan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji korelasi Koefisien Kontingensi dengan SPSS.
K. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis univariat dan bivariat. Analisis statistik yang dilakukan adalah dengan uji statistik Koefisien Kontingensi dengan menggunakan program komputer SPSS. a. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini adalah getaran mesin dan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). b. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua variabel yang berhubungan atau berkorelasi, yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji korelasi Koefisien Kontingensi, dengan pertimbangan skala data nominal dan ordinal (Sopiyudin Dahlan, 2011) dengan rumus : C=
x2 commit to user n + x2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya. No Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 0,00 - 0,199 Sangat lemah 0,20 - 0,399 Lemah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat kuat 2. Nilai p P < 0,05 Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. P > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. 3. Arah korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. - (negatif) Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya. Sumber : Sopiyudin Dahlan, 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pasar Mebel Surakarta Pasar Mebel Surakarta yang beralamat di Bibis Kulon RT : 004 RW : 18 Ngemplak Surakarta sudah berdiri sejak tahun 1972, dengan hasil produksinya berupa berbagai macam mebel dengan bahan baku kayu. Pasar mebel Surakarta mengolah barang setengah jadi yang dipasok dari Jepara dan Solo Raya, terdapat berbagai jenis pekerjaan yang dibagi dalam beberapa proses produksi antara lain pembenahan, pemotongan kayu, penambahan lem dan paku, pendempulan, amplas, pengecatan, dan proses finishing. Aktivitas yang terjadi pada waktu pembenahan, pemotongan kayu, amplas, dan pengecatan adalah pekerja harus menggunakan mesin yang menimbulkan getaran, diantaranya adalah mesin gerinda, mesin pasah, dan mesin bur. Mesin-mesin tersebut menimbulkan getaran yang tinggi, dan terpapar langsung pada tangan pekerja. Proses produksi di pasar mebel Surakarta beroperasi selama 8 jam sehari selama 6 hari dalam satu minggu dengan waktu istirahat 1 jam. Total jumlah pekerja di pasar mebel Surakarta yaitu kurang lebih sebanyak 450 pekerja harian dan terdapat pula pekerja borongan yang sebagian besar terdiri dari pekerja laki-laki. Pasar mebel Surakarta mempunyai luas sekitar 5700 m2 dengan jumlah kios 18 dan luas perkios yaitu 28 m2, sedangkan jumlah loss yaitu 68 ditambah dengan kantor paguyuban. Setiap loss memiliki 1 – 3 mesin yang menimbulkan getaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tindakan pengendalian terhadap getaran dari pihak pemilik kios dan Puskesmas selama ini belum ada, tapi pengendalian dilakukan oleh masingmasing pekerja yang terpapar getaran, misalnya dengan menggunakan kain sebagai alas untuk mengurangi intensitas getaran yang ditimbulkan oleh mesin dan terpapar langsung pada tangan pekerja.
B. Karakteristik Subjek Penelitian Penentuan karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada waktu penelitian, diketahui bahwa jenis kelamin 50 responden yang diteliti adalah laki-laki. 2. Umur Daftar distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di bagian produksi pasar mebel Surakarta dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Responden No Umur Frekuensi (Tahun) 1. 20 – 30 27 2. 31 – 40 23 Total = 50 Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 4 Juni 2012
Persentase (%) 54 46 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa umur responden yang terendah adalah 20 tahun dan yang tertinggi adalah 40 tahun. 3. Masa Kerja Daftar distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja di bagian produksi pasar mebel Surakarta dapat dilihat pada tabel 4 berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden No Masa Kerja Frekuensi (Tahun) 1. 5 – 10 41 2. 11 – 15 5 3. 16 – 20 4 Total = 50 Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 4 Juni 2012
Persentase (%) 82 10 8 100
Masa kerja terendah dari 50 responden yang diteliti di bagian produksi pasar mebel Surakarta adalah 5 tahun dan tertinggi adalah 20 tahun. 4. Riwayat Pekerjaan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada waktu penelitian, diketahui bahwa 50 responden yang diteliti tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. 5. Jenis Penyakit Degeneratif Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada waktu penelitian, diketahui bahwa 50 responden yang diteliti, tidak menderita penyakit degeneratif (diabetus mellitus, hipertensi, fraktur, reumatik, dan tumor). 6. Pemakaian Alat pelindung Diri (APD) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada waktu penelitian, diketahui bahwa tidak ada responden yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, pada waktu bekerja dengan menggunakan mesin yang menimbulkan getaran dan terpapar langsung pada tangan responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hasil Pengukuran Getaran Mesin di Bagian Produksi Pasar Mebel Surakarta Pengukuran getaran mesin di bagian produksi pasar mebel Surakarta dilakukan dengan menempelkan alat (Vibration Meter) pada mesin yang menimbulkan getaran dan terpapar langsung pada tangan pekerja, seperti mesin gerinda, mesin pasah, dan mesin bur. Distribusi hasil pengukuran getaran mesin di pasar mebel Surakarta dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Distribusi Hasil Pengukuran Getaran Mesin No Getaran Mesin Frekuensi 1. > NAB (4 m/det2) 36 2 2. < NAB (4 m/det ) 14 Total = 50 Sumber: Hasil pendataan pada tanggal 4 Juni 2012
Persentase (%) 72 28 100
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat 72% intensitas getaran mesin di bagian produksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dengan lama paparan 8 jam perhari, seperti yang tertera dalam Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2, untuk jumlah pemajanan perhari kerja yaitu 4 jam dan kurang dari 8 jam.
D. Hasil Pengukuran Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pasar Mebel Surakarta Distribusi hasil pengukuran keluhan CTS (subyektif) pada 50 responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner Symptom Severity Scale (Skala Keparahan Gejala) dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 6. Distribusi Hasil Pengukuran Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) No Keluhan Carpal Tunnel Frekuensi Persentase Syndrome (Subyektif) (%) 1. Sangat Parah 0 0 2. Parah 20 40 3. Sedang 16 32 4. Ringan 8 16 5. Tidak Mengalami Keluhan 6 12 Total = 50 100 Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 4 Juni 2012 Berdasarkan tabel 6, dari 50 responden yang diteliti, 40% responden mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) parah, 32% responden mengalami keluhan sedang, 16% responden mengalami keluhan ringan, dan 12% responden tidak mengalami keluhan CTS (subyektif).
E. Uji Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) Berdasarkan hasil uji stastistik dengan menggunakan uji Koefisien Kontingensi dengan program SPSS didapatkan hasil bahwa ada hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). Tabel 7. Hubungan Getaran Mesin dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) di Pasar Mebel Surakarta. Getaran Mesin r p >NAB
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di pasar mebel Surakarta adalah signifikan dengan nilai p-value 0,038 sehingga p < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji, sedangkan untuk kekuatan korelasinya adalah nilai r sebesar 0,380, dan nilai arah korelasi bernilai + (positif) yang berarti searah, yaitu semakin tinggi NAB getaran mesin maka semakin besar kemungkinan terjadinya keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin yang dipilih untuk sampel penelitian ini adalah laki-laki dengan persentase sebesar 100 %. Hal ini dikarenakan laki-laki memiliki tulang pergelangan yang lebih besar daripada perempuan, sehingga perempuan lebih mungkin untuk menderita keluhan carpal tunnel syndrome dari pada laki-laki. National Women’s Health Information Centre (2008) dalam Tirsa Iriani (2010) menyatakan bahwa tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih kecil, sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat untuk dilalui saraf dan tendon. Wanita juga menghadapi perubahan hormonal yang kuat selama kehamilan dan menopause yang membuat
wanita
lebih
mungkin
untuk
menderita
carpal
tunnel
syndrome. Secara umum, wanita lebih berisiko terhadap carpal tunnel syndrome antara usia 45 – 54 tahun. 2. Umur Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja dengan batasan umur 20 – 40 tahun. Dari hasil penelitian, umur responden yang paling banyak muncul adalah 20 – 30 tahun dengan persentase sebesar 54 %. Hal tersebut dikarenakan jumlah tenaga kerja muda lebih banyak, commit to user dengan kisaran umur 31 – 40 sedangkan sisanya merupakan responden
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun dengan persentase 44%. Semakin bertambah umur responden maka semakin tinggi pula tingkat keluhan carpal tunnel syndrome. Menurut Syaiful Saanin (2009), pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya carpal tunnel syndrome, dimana usia terjadinya penyakit ini berkisar antara 29 - 62 tahun. Dengan bertambahnya umur dapat dipastikan bahwa paparan dengan alat kerja tangan makin lama pula karena penggunaan tiap hari pada waktu kerja dan kemampuan elastisitas tulang, otot ataupun urat semakin berkurang sebagai peredam dari getaran yang dirambatkan ke tubuh. Dalam penilitian ini sampel yang digunakan yaitu umur 20 – 40 tahun dan masih dalam rentangan 29 – 62 tahun. 3. Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden memiliki masa kerja antara 5 – 20 tahun. Masa kerja responden yang paling banyak muncul adalah 5 – 10 tahun dengan persentase sebesar 82 %, karena semakin lama masa kerja, maka paparan getaran mesin yang diterima tenaga kerja juga semakin besar. Hal tersebut akan meningkatkan keluhan carpal tunnel syndrome pada tenaga kerja. Apabila masa kerja lama, maka dapat dipastikan bahwa pekerja tiap harinya akan terpapar alat kerja dengan intensitas getaran yang ada dan akan menyebabkan gangguan kesehatan berupa rasa kurang nyaman pada bagian tangan pada waktu bekerja. Dalam The Wienslandes (1989), faktor risiko pekerjaan akan sangat berpengaruh terhadap terjadinya carpal tunnel syndrome yang dipengaruhi oleh masa kerja. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor risiko commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbesar setelah masa kerja lebih dari 20 tahun untuk jenis pekerjaan yang sama (Tri Widjajani, 2008). Dalam penilitian ini sampel yang digunakan yaitu umur 5 - 20 tahun dan tidak lebih dari 20 tahun. 4. Riwayat Pekerjaan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya dengan persentase sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena keluhan carpal tunnel syndrome erat kaitannya dengan getaran yang merambat ke tubuh pekerja. Apabila sebelum tenaga kerja bekerja di pasar mebel Surakarta sudah terpapar getaran alat tangan oleh alat kerja diluar, maka kemungkinan besar tenaga kerja akan dengan mudah terkena carpal tunnel syndrome karena tangan semakin sering terkena getaran alat kerja. 5. Jenis Penyakit Degeneratif a. Arthritis Reumatoid Rematik dapat menyebabkan pembengkakan dan tekanan dalam carpal tunnel (http://indonesian.orthopaedicclinic.com, 2010) b. Fraktur/Dislokasi Fraktur tulang carpal, dan cedera termal pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan carpal tunnel syndrome (Syaiful Saanin, 2009). c. Diabetus Mellitus Penderita diabetus mellitus berpotensi mengalami gejala carpal tunnel syndrome, yang mungkin masalahnya berasal dari saraf (disebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
neuropati)
digilib.uns.ac.id
atau
dari
tekanan
aktual
pada
saraf
median
(http://indonesian.orthopaedicclinic.com, 2010). d. Hipertensi Orang yang tidak teratur olahraga juga terancam penyakit ini karena tubuh yang kurang terlatih menyebabkan sirkulasi darah dan otot kurang bisa bertoleransi dengan stres, serta kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi memicu timbulnya hipertensi sebagai faktor resiko terjadinya penyakit carpal tunnel syndrome (Daryono Soemitro, 1992). e. Tumor Semua lessi masa di dalam terowongan karpal mungkin mengganggu saraf median seperti neurofibroma, ganglion, dan tumor jinak lainnya. Ada pula kesemutan yang tidak bisa hilang sendiri, gejala awal yaitu kesemutan di telapak kaki, lambat laun telapak kaki terasa tebal. Rasa tebal itu manjalar ke betis lalu ke lutut. Setelah beberapa waktu kaki yang terasa terganggu mulai lemah dan sukar berjalan. Gejala di perparah dengan sakit kepala yang hebat dan saat batuk pun kepalanya terasa sakit. Lambat laun, kedua kakinya terasa lumpuh dan penglihatan jadi kabur. Hal tersebut dikarenakan ada tumor pada bagian kepala depan otak. Sebuah penyakit serius dengan gejala awal sepele (Lily Wibisono, 2007). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang tidak memiliki penyakit degeneratif berdasarkan pengisian data responden dengan persentase sebesar 100 %. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pemakaian Alat pelindung Diri (APD) Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden dalam penelitian ini tidak menggunakan APD seperti sarung tangan untuk mengurangi paparan getaran mesin yang langsung diterima oleh tangan selama waktu kerja dengan persentase sebesar 100%. Yusuf Rusdi (2007) menyatakan bahwa dengan adanya alat pelindung diri diharapkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat diminimalkan. Alat pelindung diri yang cocok untuk getaran yang dirambatkan melalui alat kerja tangan adalah sarung tangan dengan bahan busa dan pemberian damping atau peredam dari karet pada alat yang berhubungan langsung dengan tangan pekerja, dengan demikian getaran yang merambat ke tangan dapat dikurangi hingga dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 4 m/det2 untuk lama paparan 4 jam dan kurang dari 8 jam perhari. Dikarenakan pihak pemilik kios tidak menyediakan APD khusus untuk tenaga kerja, maka hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 14 (c) yang berbunyi “pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya.
B. Analisa Univariat Analisis univariat adalah analisis dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini adalah getaran mesin dan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). 1. Pengukuran Getaran Mesin Hasil pengukuran pada setiap mesin pada bagian produksi di pasar mebel Surakarta yang menimbulkan getaran diperoleh data bahwa 72% intensitas getaran mesin di bagian produksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dengan lama paparan 8 jam perhari, seperti yang tertera dalam Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2, untuk jumlah pemajanan perhari kerja yaitu 4 jam dan kurang dari 8 jam. Apabila paparan yang ada tiap hari terkena oleh pekerja maka akan dapat menyebabkan pekerja merasa tidak nyaman karena adanya keluhan-keluhan atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh getaran alat kerja. Penyakit yang biasanya muncul pada pekerja dengan paparan getaran yang tinggi adalah carpal tunnel syndrome dimana alat yang digunakan terpapar pada pekerja dalam jangka waktu yang lama, (Wijaya, 1995). Alatalat yang digunakan pada perusahaan akan bergetar dan getaran tersebut akan disalurkan pada lengan tangan, getaran yang dihasilkan oleh alat kerja dalam waktu singkat tidak berpengaruh atau menimbukan efek pada tangan, tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan atau gangguan kesehatan pada tangan pekerja (J.F. Gabriel, 1996). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengukuran Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Subyektif) Tenaga Kerja Berdasarkan penilaian kuesioner Symptom Severity Scale (Skala Keparahan Gejala) sumber dari Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire, Hand Clininc Dartmouth-Hitchcock Medical Centre, Lebanon, yang telah dibagikan kepada 50 responden penelitian, terhadap 50 responden yang diteliti diketahui responden yang mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) parah sebesar 40%, sedang sebesar 32%, ringan sebesar 16%, dan tidak mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) sebesar 12%. Dari penilaian kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tenaga kerja mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) karena paparan getaran mesin yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
C. Analisa Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas dan variabel terikat, dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara getaran mesin dengan keluhan CTS (subyektif) pada pekerja bagian produksi di Pasar Mebel Surakarta. Berdasarkan hasil pengukuran getaran mesin di Pasar Mebel Surakarta diketahui bahwa sebesar 72% intensitas getaran mesin melebihi NAB dengan rata-rata 5,2 m/det2 untuk lama paparan 8 jam perhari, sehingga intensitas getaran mesin di tempat kerja tersebut melebihi NAB yang diperkenankan untuk lama paparan 8 jam perhari, hal ini tidak sesuai dengan Permenaker No. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Per.13/MEN/X/2011 menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2, untuk jumlah pemajanan perhari kerja yaitu 4 jam dan kurang dari 8 jam, sehingga tenaga kerja yang terpapar getaran mesin tersebut memiliki kemungkinan mengalami keluhan CTS (subyektif). Hasil pengukuran getaran mesin di pasar mebel Surakarta dapat dilihat di lampiran 4. Selain karena intensitas getaran mesin diatas NAB juga karena tidak adanya peredam atau damping yang dipasang pada bagian mesin yang berhubungan langsung dengan pekerja yang dapat menghambat terjadinya penyakit carpal tunnel syndrome, karena dengan adanya damping atau peredam maka intensitas getaran yang disalurkan akan berkurang dan diharapkan berada pada ambang batas getaran yang ditetapkan yaitu 4 m/det2. Apabila tidak adanya peredam pada alat kerja dapat dipastikan getaran yang ada akan langsung disalurkan tanpa adanya hambatan atau pengurangan nilai intensitas getaran yang ada pada alat, hal tersebut akan mempermudah terjadinya penyakit carpal tunnel syndrome. Di satu sisi kurangnya kesadaran akan pentingnya dalam penggunaan alat pelindung diri seperti sarung sarung tangan disebabkan karena ketidaktahuan pekerja akan bahaya yang ditimbulkan oleh getaran terutama pada bagian lengan tangan pekerja. Tingkat kesadaran yang rendah tentang penggunaan alat pelindung diri yaitu sarung tangan dapat juga berpengaruh memperparah pemaparan getaran yang menjalar ke lengan tangan pekerja, dimana getaran yang ada langsung merambat ke lengan tangan pekerja tanpa adanya pengurangan intensitas getaran dari alat kerja. Pekerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada umumnya waktu melakukan pekerjaan, posisi tubuh atau bagian tubuh sering bersifat monoton sehingga pada daerah telapak tangan terjadi penekanan pada nervus medianus dan akan menyebabkan CTS (Yusuf Rusdi, 2007). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di pasar mebel surakarta. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi Koefisien Kontingensi yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dengan nilai koefisien p-value sebesar 0,038, dimana nilai pvalue tersebut < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji (Sopiyudin Dahlan, 2011). Hal ini sesuai dengan teori bahwa Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan gangguan pada syaraf yang disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Ronald E. Pakasi, 2007). Hasil uji statistik Koefisien Kontingensi dengan program SPSS didapatkan harga korelasi (r) hitung sebesar 0,380 yang berarti memiliki korelasi yang lemah antara 2 variabel yang diuji. Hal ini disebabkan karena adanya pekerja yang kurang memberikan informasi yang sebenarnya pada saat pengisian kuesioner dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti : masa kerja responden yang masih dalam rentangan 5 – 20 tahun, padahal faktor risiko terbesar terjadinya carpal tunnel syndrome adalah setelah masa kerja 20 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun dan adanya pekerja yang menggunakan kain untuk mengurangi paparan getaran mesin yang langsung terpapar pada tangan pekerja. Jumlah tenaga kerja di bagian produksi pasar mebel Surakarta yang terpapar getaran mesin melebihi NAB lebih banyak mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) dibandingkan dengan tenaga kerja yang terpapar getaran mesin yang tidak melebihi NAB. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terpapar getaran mesin dibawah NAB lebih sedikit mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). Dengan distribusi hasil pengukuran keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) yaitu sebesar 40% mengalami keluhan parah, sedang sebesar 32%, ringan sebesar 16%, dan tidak mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) sebesar 12%, adapun distribusi hasil pengukuran getaran mesin yaitu 72% melebihi NAB dan 28% kurang dari NAB. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, Getaran lokal berfrekuensi bebas menjalar ke pergelangan tangan dari perkakas keras seperti gerinda, chainsaw, pneumatic hammer, vibrator (sering dipakai membongkar-perbaikan jalan). Getaran ini merangsang kontraksi tendon, mengurangi kelenturan, mencederai saraf perifer, menyebabkan mati rasa jari-jari atau mengurangi sensasi tangan sebagai akibat konstraksi vaskuler atau vasospasme mikrosirkulasi ke saraf perifer.
Cedera
mikroskopik,
mikrosirkulasi,
arteriosklerosis
lokal
menyebabkan pembengkakan lokal berisi cairan dan fibrin yang menekan nervus medianus (PT Kalbe Farma, 2003). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hasil signifikan bahwa terdapat hubungan antara keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pekerja bagian produksi dengan paparan getaran mesin yang melebihi NAB. Arah korelasi penelitian bernilai + (positif) hal ini berarti hasil penelitian searah, sehingga semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya yang artinya semakin tinggi NAB getaran mesin maka semakin besar kemungkinan terjadinya keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif). Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan dengan hasil yang juga signifikan antara lain : Yusuf Rusdi (2007), dengan judul “Hubungan antara Getaran Mesin pada Pekerja Bagian Produksi dengan Carpal Tunnel Syndrome di Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit.1 Jawa Tengah”. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 33 orang, dengan analisis uji Chi-square test dengan hasil p-value sebesar 0,001 yang berarti signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa getaran mesin memiliki hubungan terhadap keluhan carpal tunnel syndrome, dan Siti Badriyah (2001), dengan judul “Beberapa Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada Tenaga Kerja Laki-laki Bagian Produksi di Industri Pengolahan Kayu dan Meubel CV. Bakti-Batang
Bulan
September
Tahun
2001”.
Rancangan
penelitian
menggunakan cross sectional, dengan hasil terdapat hubungan antara umur, masa kerja, paparan getaran lengan tangan, gerakan tangan dan kekuatan, posisi tangan statis, gerakan tangan berulang, ergonomi kerja dengan kejadian carpal tunnel syndrome pada pekerja laki-laki bagian produksi di industri pengolahan kayu dan meubel CV. Bakti-Batang Bulan September Tahun 2001. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengukuran getaran mesin di bagian produksi pasar mebel Surakarta sebesar 72% melebihi NAB dengan rata-rata sebesar 5,2 m/det2 untuk lama paparan 8 jam perhari, hasil pengukuran ini tidak sesuai apabila dibandingkan
dengan
Permenaker
No.
Per.13/MEN/X/2011
yang
menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det 2, untuk jumlah pemajanan perhari kerja yaitu 4 jam dan kurang dari 8 jam. 2. Hasil penilaian kuesioner Symptom Severity Scale (Skala Keparahan Gejala) terhadap 50 responden yang diteliti menunjukkan responden yang mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) parah sebesar 40%, sedang sebesar 32%, ringan sebesar 16%, dan tidak mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) sebesar 12%. Sehingga dapat disimpulkan mayoritas tenaga kerja mengalami keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) karena paparan getaran mesin yang melebihi NAB. 3. Berdasarkan hasil uji statistik Koefisien Kontingensi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) pada pekerja bagian produksi di Pasar Mebel Surakarta, commit to user ditunjukkan dari hasil uji Kontingensi Koefisien, nilai p-value 0,038 yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berarti terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji, dan untuk kekuatan korelasinya adalah
nilai r sebesar 0,380 yang berarti
memiliki korelasi lemah antara variabel yang diteliti. Adapun nilai arah korelasi bernilai + (positif) yang berarti searah, yaitu semakin tinggi nilai ambang batas getaran mesin maka semakin besar kemungkinan terjadinya keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif).
B. Saran Pada penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi pekerja pasar mebel Surakarta, sebaiknya memberikan informasi yang sebenarnya pada waktu pengisian kuesioner maupun pengisian data, supaya diperoleh hasil pengukuran yang benar dan akurat. 2. Bagi pihak pasar mebel Surakarta, Hasil penelitian menunjukan bahwa sebesar 72% intensitas getaran mesin adalah melebihi NAB (4 m/det2) sehingga perlu diadakan pengendalian terhadap getaran yaitu dengan cara memberi peredam dan perbaikan pada alat yang sudah rusak (maintenance). 3. Hasil pengukuran getaran mesin dengan keluhan carpal tunnel syndrome (subyektif) diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pasar mebel Surakarta untuk melakukan upaya pengendalian dan pencegahan terhadap keluhan carpal tunnel syndrome yang berhubungan dengan getaran mesin misalnya dengan menyediakan sarung tangan busa, pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali dan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Arif Budiono. 2005. Hubungan Antara Getaran Mekanis Alat Kerja dengan Syndrome Getaran Lengan Tangan pada Operator Mesin di Bagian Moulding Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Daryono Soemitro. 1992. Komputer dan Kesemutan. Diambil dari http://www.medicastore.com. diunduh tanggal 5 Februari 2012. Emil Salim. 2002. Green Company. Jakarta : PT Astra Internasional Tbk. Group PT. Kalbe Farma. 2003. Cermin Dunia Kedokteran. International Standard Serial Number : 0125 – 913X. http://www.kalbe.co.id/cdk. diunduh tanggal 5 Februari 2012. Hamidah Fadhil. Laser Dapat Kurangi Nyeri pada Pergelangan Tangan. Diambil dari http:// www.republika.co.id. diunduh tanggal 1 Februari 2012. Harrington J. M. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.
Hastono. 2001. Analisis Data. Jakarta : FKM UI. J.F. Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC. Joko Suyono. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. EGC : Jakarta Klinik Olah Raga dan Orthopedi Singapura. 2010. Seorang Pasien’s Guide to Carpal Tunnel Syndrome. http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/? P: 232. diunduh tanggal 1 Februari 2012. Lily Wibisono. 2007. Kesemutan Jangan Disepelekan. Diambil dari http://www.medicastore.com. diunduh tanggal 5 Februari 2012. National Institute of Occupational and Safety NIOSH Facts. 1997. Carpal Tunnel Syndrome. Doc//705001. June. http://www.cdc.gov/niosh/ctsfs.html. diunduh tanggal 1 Februari 2012. Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menakertrans RI. 2010. Panduan Teknis Instruksi Pengoperasian Alat Pengukuran Getaran Kerja (QsVi 400 Pro). Pertamina RU IV Cilacap : 2012 Ronald E. Pakasi. 2007. Nyeri dan Kebas Pergelangan Tangan Akibat Pekerjaan Hati-hati CTS. http:// www.medicastore.com. diunduh tanggal 5 Februari 2012. Sastroasmoro S. dan Ismael S. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto. Siti Badriyah. 2001. Beberapa Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada Tenaga Kerja Laki-laki Bagian Produksi di Industri Pengolahan Kayu dan Meubel CV.BaktiBatang Bulan September Tahun 2001. Skripsi S-1. Universitas Diponegoro Semarang. Soekidjo Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta. Sopiyudin Dahlan. 2011. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Sugeng Budiono, R.M.S Jusuf, Pusparini Adriana. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Surakarta : PT. Tri Tunggal Tata Fajar.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Sagung Seto. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Suroto. 2004. Pathofisiologi Nyeri Neuropati in Suroto et.al.. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf Edisi 1. Surakarta : FK UNS Press. Syaiful
Saanin. 2009. Syndrome Terowongan http://www.angelfire.com. diunduh tanggal 1 februari 2012 .
Karpal.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, “Manajemen dan Implementasi K3 di tempat Kerja” cetakan ke-1. Harapan Press. Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tirsa Iriani. 2010. Hubungan Repetitive Motion dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerjaan Menjahit di Bagian Konveksi PT Dan Liris Sukoharjo. Skripsi. Surakarta : Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS. Tri Widjajani. 2008. Hubungan Sikap Kerja Dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi Rumah Sakit Tegalrejo Semarang. Skripsi. Surakarta : Diploma IV Fisioterapi Fakultas Kedokteran UMS. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 14 (c) Tentang Kewajiban Penyediaan Alat Pelindung Diri Secara CumaCuma. Weeks JL, Levy BS, Wagner GR. (eds.) 1991. Carpal Tunnel Syndrome. Part 2 : Occupational Disease and Injuries. Washington : American Public Health Association. Wijaya C. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC. Yusuf Rusdi. 2007. Hubungan antara Getaran Mesin pada Pekerja Bagian Produksi dengan Carpal Tunnel Syndrome Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit.1 Jawa Tengah. Skripsi. Semarang : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.
commit to user