HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT PERTAMINA RU VII KASIM SORONG TAHUN 2013 Heinsye F. Loblobly , *Ricky C. Sondakh, *Johan Josephus Bidang Minat Kesehatan Kerja *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam ratulangi Manado ABSTRACT PT Pertamina RU VII Kasim Sorong is the only one of the biggest refinery company in West Papua region especially in Sorong City, which has been purposed to improve development and availability of oil fuel in East region of Indonesia.Most of the frequency of machines and tools which have been used with higher noise intensity at PT Pertamina RU VII Kasim Sorong, so that the exposed risk of noise at employees is very abundant. Production department is a company’s activity which related to the handling or production of crude oil that processed in oil tanks to be processed became many kinds of oil fuel which has been ready to circulate at Maluku and Papua regions. The aim of study is to know the relationship between noise level and hearing loss at employees of production department at PT Pertamina RU VII Kasim Sorong in 2013. This study was an analytical survey with cross-sectional design. The amount of sample are 34 of department production workers. The studied variables are noise level and hearing loss at workers of production department. Data collection of noise level and hearing loss used sound level meter and audiometer.Data collection with purposive sampling based upon the inclusion and exclusion criteria through using chi-square test. The result of study showed that 61.76% of workers have a hearing loss at right ear and 14.7% at left ear (p value = 0.05). The statistical result showed that there is a relationship between noise level and hearing loss at production department workers at Pertamina RU VII Kasim sorong. It is suggested that the during of company’s recruitment it should conduct the ear health test, manage the schedule of worker shift and more discipline in using the ear protective device. Keywords: noise level, hearing loss, production department worker
ABSTRAK PT Pertamina RU VII Kasim Sorong adalah satu-satunya perusahaan minyak kilang terbesar di daerah Papua Barat terutama di kota Sorong, yang di maksudkan untuk memacu pembangunan dan pengadaan BBM di kawasan Timur Indonesia.Banyaknya frekuensi mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan dengan intensitas bising yang cukup tinggi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong, maka risiko terpapar bising bagi tenaga kerja sangatlah besar.Bagian produksi adalah aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan penanganan atau produksi minyak mentah yang diolah di tangki-tangki minyak untuk di produksi menjadi berbagai jenis bahan bakar minyak yang siap di edarkan di daerah Maluku dan Papua.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian produksi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong tahun 2013. Jenis Penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 34 orang pekerja bagian produksi. Variabel yang diteliti yaitu tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di bagian produksi. Pengambilan data tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran menggunakan alat Sound level meter dan Audiometer. Pengambilan sampel secara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi diolah menggunakan uji chi square. Hasil yang diperoleh 61,76% pekerja mengalami ganguan pendengaran pada telinga kanan dan 14,7% pada telinga kiri dengan (nilai p = 0.05). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian produksi di PT Pertamina RU VII Kasim sorong. Disarankan saat seleksi masuk pihak perusahaan melakukan tes kesehatan telinga, mengatur jadwal shift kerja pekerja dan lebih disiplin memakai alat pelindung telinga. Kata kunci : Tingkat kebisingan, Gangguan pendengaran, Pekerja bagian produksi
PENDAHULUAN Dalam rangka memasuki era industrialisasi, masalah kesehatan kerja makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya UUD 1945 no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Seperti diketahui bahwa era industrialisasi menuntut dukungan penggunaan teknologi maju dan peralatan canggih Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hygiene industri karena kebisingan dapat mengakibatkan kerusakanpada kesehatan dan menurunnya produktivitas pekerja.Kerusakan yang terjadi diantaranya adalah kerusakan pendengaran secara sementara maupun secara permanen.Selain itu, kebisingan yang terus menerus juga dapat menurunkan konsentrasi pekerja dan mengakibatkan stress sehingga kecelakaan karena kerja dapat terjadi. Kerusakan kesehatan yang diakibatkan harus sangat diperhatikan mengingat kerusakan yang terjadi akibat kebisingan adalah ireversibel atau tidak dapat disembuhkan (Anizar, 2009). Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah. Kebisingan merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya stress dalam kehidupan dunia modern. Sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, tempat-tempat umum, dan tempat niaga (Chandra, 2006). Bising berpengaruh terhadap tenaga kerja, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan secara umum, antara lain gangguan pendengaran, fisiologi lain serta gangguan psikologi. Gangguan fisiologi dapat berupa penigkatan tekanan darah,percepatan denyut nadi, peningkatan metabolismebasal,vasokonstriksi pembuluh darah, penurunan peristaltic usus serta peningkatan keteganangan otot. Gangguan psikologi dapat berupa stress tambahan apabila
bumyi tersebut tidak di inginkan dan mengganggu, sehingga menimbulkan perasaan tidak menyenang kan dan melelahkan. PT Pertamina RU VII Kasim Sorong adalah satu-satunya perusahaan minyak kilang terbesar yang terdapat di daerah Papua Barat terutama di kota Sorong yang di maksudkan untuk memacu pembangunan dan pengadaan BBM di kawasan Timur Indonesia.Banyaknya frekuensi mesin-mesin atau alat-alat yang di pergunakan dengan intensitas bising yang cukup tinggi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong, maka risiko terpapar bising bagi tenaga kerja sangatlah besar. Bagian produksiadalah aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan penanganan atau produksi minyak mentah yang diolah di tangki-tangki minyak untuk di produksi menjadi berbagai jenis bahan bakar minyak yang siap di edarkan di daerah Maluku dan Papua. Selain bising mesin tangki minyak yang terdapat di bagian produksiada pula bising yang di keluarkan oleh mesinDiesel Engine Generator Central (Genset) atau PLTD, Compressor, dan finfan yang dapat mengeluarkan kebisingan yang sangat berpengaruh pada pendengaran tenaga kerja di PT PERTAMINA RU VII Kasim Sorong. Menurut penelitian yang telah di lakukan oleh bagian Kesehatan,Keselamatan Kerja, Dan Lindungan Lingkungan ( K3LL ) PT PERTAMINA RU VII Kasim Sorong intensitas kebisingan di daerah Genset, Compressor, Dan Finfan berada pada tingkat kebisingan 85 dBA (minimum)– 101.0 dBA (maksimum), dan untuk presentase gangguan pendengaran bagi pekerja bagian produksi sangatlah besar karena di sebabkan oleh suara mesin-mesin yang mengeluarkan suara sangat bising. Maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian produksi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong tahun 2013.
METODE PENELITIAN
Tingkat Pendidikan
Jenis penelitian
Responden yang tamat SMK / SMK sebanyak 18 responden (53%) di mana semuanya merupakan responden berjenis kelamin lakilaki. Sebanyak 7 responden (20,5%) lulusan D2 berjenis kelamin laki-laki. Responden yang lulusan D3 9 responden (26,5%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuholeh para respoden yaitu tamatan SMA/SMK .
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik, dengan pendekatan cross sectional study (potong lintang),
Waktu dan Tempat Penelitian PT Pertamina RU VII Kasim Sorong. Dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2013. Populasi dan Sampel Pekerja bagian Produksi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong yang berjumlah 34 orang.Sampel yang diambil berdasarkan criteria inklusi dan criteria eksklusi Pengumpulan Data dan Instrumenyang digunakan Pengumpulan datamerupakan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan alat Audiometer dan Sound Level meter Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 19. Data yang telah diolah selanjutnya di analisis dengan menggunakan uji statistik yang digunakan adalah chi square pada tingkat kemaknaan 95 % atau nilai α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Responden seluruhnya berjenis kelamin lakilaki yang berjumlah 34 responden (100%).
Analisis Hubungan Antara Tingkat Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran pada Telinga Kanan dan Kiri Pada Pekerja di Bagian Produksi PT Pertamina RU VII Kasim Sorong Berdasarkan analisis Pada telinga kanan terdapat 10 (29,42%) pekerja berada pada lingkungan kerja dibawah nilai tingkat kebisingan dan 3 (8,82%) pekerja berada pada lingkungan kerja diatas nilai tingkat kebisingan dan pada telinga kiri 12 (35,3%) pekerja berada pada lingkungan kerja dibawah nilai tingkat kebisingan dan 5 (14,7%) pekerja berada pada lingkungan kerja diatas nilai tingkat kebisingan. Pada telinga kanan terdapat 21 (61,76%) pekerja mengalami gangguan pendengaran dan 13 (38,24%) pekerja tidak mengalami gangguan pendengaran (normal) dan pada telinga kiri terdapat 5 (14,7%) pekerja mengalami gangguan pendengaran dan 12 (35,3%) pekerja tidak mengalami gangguan pendengaran (normal).
hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat gangguan pendengaran sebesar 75% pada seluruh pekerja, hasil analisis bivariat menunjukan ada hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan tingkat intensitas bising dengan p = 0.032 (Tjan,2013).
PEMBAHASAN Hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di PT Pertamina RU VII kasim sorong. Dari hasil analisis bivariat hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran baik pada telinga kiri ataupun telinga kanan mendapatkan p value yang berbeda namun masih terdapat hubungan dianta keduanya yakni 0,016 dan 0,019. hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara nilai ambang batas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja PT. Pertamina RU VII Kasim Sorong.
Gangguan pendengaran telinga kiri Di bawah tingkat kebisingan ≤ 85 dB
Gangguan pendengaran
Normal
N P value
n
(%)
n
(%)
n
(%)
12
35,3
5
14,7
17
50
0,016 Di atas tingkat kebisingan > 85 dB
5
14,7
12
35,3
17
50
Total
17
50
17
50
34
100
Gangguan pendengaran telinga kanan
Di bawah tingkat kebisingan ≤ 85 dB
Normal
Gangguan pendengaran
N
Pvalu e
n
(%)
n
(%)
N
(%)
10
29,42
4
11,76
14
41,2
0,019 Di atas tingkat kebisingan > 85 dB
3
8,82
17
50
20
58,8
Total
13
38,24
21
61,76
34
100
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardini Tjan dengan judul efek bising mesin elektronika terhadap gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di kecamatan Sario kota Manado Sulawesi Utara dengan
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan maka di dapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat tingkat kebisingan yang tinggi di lokasi kerja bagian produksi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran pada para pekerja. 2. Pada telinga kanan terdapat 10 (29,42%) pekerja berada pada lingkungan kerja dibawah nilai ambang batas kebisingan dan 3 (8,82%) pekerja berada pada lingkungan kerja diatas nilai ambang batas kebisingan dan pada telinga kiri 12 (35,3%) pekerja berada pada lingkungan kerja dibawah nilai ambang batas kebisingan dan 5 (14,7%) pekerja berada pada lingkungan kerja diatas nilai ambang batas kebisingan. 3. Pada telinga kanan terdapat 21 (61,76%) pekerja mengalami gangguan pendengaran dan 13 (38,24%) pekerja tidak mengalami gangguan pendengaran (normal) dan pada telinga kiri terdapat 5 (14,7%) pekerja mengalami gangguan pendengaran dan 12 (35,3%) pekerja tidak mengalami gangguan pendengaran (normal). 4. a. Terdapat hubungan antara nilai ambang batas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri dengan p = 0,016 b. Terdapat hubungan antara nilai ambang batas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada telinga kanan dengan p = 0,019
Saran 1.
2.
3.
4.
5.
Pada seleksi masuk tenaga kerja sebaiknya dilakukan tes kesehatan telinga dan melakukan pemeriksaan audiometri secara berkala dan teratur guna mengetahui dampak yang diakibatkan oleh kebisingan. Perlu di lakukan pengendalian kebisingan di daerah kerja yang langsung terpapar dengan kebisingan. Melakukan perawatan atau pemeliharan engine sehingga suara yang timbul dapat dikurangi. Mengatur jadwal shift kerja untuk mencegah terpaparnya kebisingan yang lebih lama pada pekerja setiap hari. Tenaga kerja harus disiplin dan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan terutama dalam hal pemakaian alat pelindung telinga. Bila perlu diterapkan sanksi oleh perusahaan kepada pekerja jika pekerja bertugas tanpa menggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA Anizar.2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: aaaaGraha Ilmu Yulianto A.R. 2013.Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan nonauditory akibat kebisingan pada musisi rock.Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP Semarang, Vol. 2, No. 1, 2013. Baharuddin, J. 2009. Program Konservasi Pendengaran Pada Pekerja Yang Terpajan Bising. Majalah kedokteran Indonesia Volume 59, nomor : 1 januari 2009 Buchari.2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.aaaaUniversitas Sumatera Utara
Chandra, B. 2006.Pengantar Lingkungan. Jakarta: EGC
Kesehatan
Kusmindari. 2008.Pengaruh intensitas kebisingan pada proses sugu dan proses ampelas terhadap pendengaran tenaga kerja di bengkel kayu X. Jurnal Ilmiah Tekno Universitas Bina Darma, Vol. 5, No. 2 Oktober 2008 :8796. Habsari, N. D. 2009. Aspek Penerangan, Kebisingan dan Getaran di Tempat Kerja aaaadan Pengendaliannya. Dalam: A M S Budiono, R M S Jusuf dan Adriana aaaaPusparini (Eds). Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Higiene Perusahaan, aaaaErgonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas aaaaDipenogoro Tjan H. 2013. Efek Bising Mesin Elektronika Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Di Kecamatan Sario KotaManado, Sulawesi Utara. E- Journal Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Vol 1 No 1 Maret 2013 : 34-39. Tana L. 2002.Gangguan pendengaran akibat bisisng pada pekerja perusahaan baja di pulau jawa.Jurnal Kedokteran Universitas Trisakti, Vol.21, No. 3 September-Desember 2002. Mukono. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pearce, E C. 2011. Anatomidan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 718 tahun 1987 Tentang Kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan Suma’mur.2009.Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).Jakarta: Sagung Seto Tarwaka. 2004. Ergonomi Kesehatan Dan Produktivitas Kerja.