HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : INDAH MA’RIFATUN HASANAH F100 110 169
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh: INDAH MA’RIFATUN HASANAH F100 110 169
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA Indah Ma’rifatun Hasanah Wiwien Dinar Pratisti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstrak Kenakalan Remaja dari tahun ke tahun semakin menunjukkan peningkatan seiring dengan kemajuan zaman. Seharusnya ketika persepsi keharmonisan keluarga tinggi maka kenakalan remaja rendah. Pada kenyataannya kenakalan remaja semakin meninggkat, bagaimana persepsi keharmonisan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kembali persepsi keharmonisan keluarga berperan terhadap kenakalan remaja. Peneliti memilih metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Batur Jaya 1 Ceper Klaten yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X TPM B, X TPL B, dan X TKR D yang berjumlah 87 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala persepsi keharmonisan keluarga dan kenakalan remaja yang dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment Pearson. Hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,641 dengan p value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel persepsi keharmonisan keluarga mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 65,98 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5 yang berarti persepsi keharmonisan keluarga subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel kenakalan remaja mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 25,44 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5 yang berarti kenakalan remaja pada subjek penelitian tergolong sangat rendah. Sumbangan efektif persepsi keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja sebesar 41%. Hal ini menunjukkan variabel persepsi keharmonisan keluarga mempengaruhi variabel kenakalan remaja. Kata kunci : kenakalan remaja, keharmonisan keluarga, persepsi kanak-kanak dan masa dewasa yang
PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa
pada umumnya dimulai pada usia 12
transisi perkembangan antara masa
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua 1
puluhan tahun (Feldman,Papalia &
493 ribu lebih masyarakat di Jateng
Olds, 2008). Masa remaja sebagai
yang positif menggunakan narkoba.
usia
Kasus narkoba di Jateng memang
bermasalah
karena
ketidakmampuannya mengatasi
untuk
sendiri
memprihatinkan,
tahun
2008
masalahnya
prevalansinya berjumlah 2,11 persen
menurut cara yang mereka yakni,
penggunanya, ini melebihi prevalensi
banyak remaja akhirnya menemukan
nasional yang hanya 1,9 persen.
bahwa penyelesaiannya tidak selalu
Secara
sesuai
mengindikasikan bahwa pengguna
dengan
harapan
mereka
(Hurlock, 2012).
umum
survei
itu
narkoba di Jawa Tengah makin
Berbagai kasus kenakalan
mengkhawatirkan (Sindonews, 22
remaja pada tahun ke tahun semakin
Agustus 2013). Kasus tawuran dan
meningkat. Komnas
Berdasarkan
catatan
penggunaan narkoba pada remaja
Perlindungan
Anak,
merupakan contoh kenakalan pada
sepanjang 2013 terjadi 255 kasus
remaja.
tawuran pelajar di Indonesia. Angka
Juvenile delinquency
tersebut dinilai meningkat dibanding
kenakalan remaja adalah perilaku
tahun
jahat
2012
sebanyak
sebelumnya
147
kasus
yakni dengan
muda,
atau
kenakalan
merupakan
atau
anak-anak
gejala
sakit
menewaskan 12 siswa. Tawuran
(patologis) secara sosial pada anak-
remaja
sudah
anak dan remaja yang disebabkan
menjalar ke daerah (Tribunnews, 22
oleh satu bentuk pengabaian sosial,
Desember 2013).
sehingga mereka mengembangkan
tersebut
bahkan
Sebuah survei yang dilakukan
bentuk perilaku yang menyimpang.
BNN (Badan Narkotika Nasional)
Istilah kenakalan remaja mengacu
tahun
pada suatu rentang yang luas, dari
2013,
sebanyak
22
melaporkan persen
bahwa
pengguna
tingkah
laku
yang
tidak
dapat
narkoba di Indonesia berasal dari
diterima sosial sampai pelanggaran
kalangan pelajar. Kasus pengguna
status
narkoba di Jawa Tengah juga cukup
(Kartono, 2014).
tinggi. Hingga tahun ini, sebanyak 2
sehingga
tindak
sosial
Keluarga merupakan suatu
berkeluarga
antara
suami
istri
organisasi sosial yang paling penting
dituntut adanya hubungan yang baik
dalam kelompok sosial dan keluarga
dalam
merupakan
lembaga
masyarakat
yang
arti
diperlukan
suasana
di
dalam
harmonis yaitu dengan menciptakan
paling
utama
saling pengertian, saling terbuka,
bertanggung jawab untuk menjamin
saling menjaga, saling menghargai
kesejahteraan
dan saling memenuhi kebutuhan.
sosial
dan
kesejahteraan biologis anak manusia
Berdasarkan hasil beberapa
( Kartono, 2014).
penelitian ditemukan bahwa salah
Secara
terminologi
keharmonisan
berasal
dari
satu
kata
faktor
kenakalan
penyebab remaja
timbulnya
adalah
tidak
harmonis yang berarti serasi, selaras.
berfungsinya orang tua sebagai figur
Titik berat dari keharmonisan adalah
teladan bagi anak (Hawari, 1997).
keadaan
selaras
keharmonisan
atau
serasi,
Banyak
penelitian
bertujuan
untuk
dilakukan para ahli
yang
menemukan
mencapai keselarasan dan keserasian,
bahwa remaja yang berasal dari
dalam kehidupan rumah tangga perlu
keluarga
menjaga kedua hal tersebut untuk
hangat, dan harmonis mempunyai
mencapai
rumah
kemampuan dalam menyesuaikan
Bahasa
diri dan sosialisasi yang baik dengan
tangga
keharmonisan (Kamus
Besar
Indonesia, 1989).
yang
penuh
perhatian,
lingkungan sekitarnya. Anak yang
Sedangkan menurut Hawari
mempunyai penyesuaian diri yang
(1997) keharmonisan keluarga itu
baik di sekolah, biasanya memiliki
akan
latar
terwujud
apabila
masing-
belakang
keluarga
yang
masing unsur dalam keluarga itu
harmonis, menghargai pendapat anak
berfungsi dan berperan sebagaimana
dan hangat. Hal ini disebabkan
mestinya dan tetap berpegang teguh
karena anak mempersepsi rumah
pada nila-nilai agama, maka interaksi
sebagai
sosial yang harmonis antar unsur
membahagiakan
dalam
dapat
sedikit masalah antara orang tua,
kehidupan
maka semakin sedikit masalah yang
keluarga
diciptakan.
itu
Dalam
akan
3
suatu
tempat karena
yang semakin
dihadapi anak, dan begitu sebaliknya
(kenakalan remaja) dan Variabel
jika anak mempersepsi keluarganya
Bebas
berantakan atau kurang harmonis
keluarga). Dari beberapa kelas X
maka menjadi terbebani masalah
yang berada di SMK Batur Jaya 1
yang sedang dihadapi oleh orang
Ceper Klaten, terpilihlah tiga kelas
tuanya
yang menjadi subjek penelitian yaitu
tersebut
(Maria
dalam
Purnomo, 2011).
keharmonisan
kelas X TPM B, X TPL B, dan X
Bila hubungan remaja muda dengan
(persepsi
anggota-anggota
TKR D yang berjumlah 87 orang.
keluarga
Teknik pengambilan sampel yang
tidak harmonis selama masa remaja,
digunakan
biasanya kesalahan terletak pada
adalah cluster random sampling.
kedua belah pihak. Seringkali orang tua
tidak
menolak
dalam
penelitian
ini
Skala kenakalan remaja yang
untuk
digunakan
disusun
oleh
peneliti
memperbaiki konsep mereka tentang
sendiri. Berdasarkan pada bentuk-
kemampuan anak mereka setelah
bentuk
anak-anak
besar.
kenakalan yang melawan status,
Akibatnya, mereka memperlakukan
perilaku yang membahayakan diri
anak remaja mereka seperti ketika
sendiri dan orang lain, perilaku yang
anak-anak itu masih kecil. Sekalipun
menimbulkan
demikian
mengharapkan
perilaku yang mengakibatkan korban
anak “bertindak sesuai dengan usia”
fisik. Terdapat 21 aitem yang valid
terlebih bila berhubungan dengan
dan 11 aitem yang gugur. Aitem
masalah tanggung jawab (Hurlock,
kenakalan
2012).
mempunyai koefisien daya beda
menjadi
mereka
lebih
Penelitian ini bertujuan untuk
kenakalan
remaja
korban
remaja
yaitu
materi,
yang
sahih
aitem (item-total correlation) sebesar
mengetahui apakah ada hubungan
0,304 sampai
dengan 0,516 batas
antara
kritis
sebesar
persepsi
keharmonisan
(rtabel)
0,30
dan
keluarga dengan kenakalan remaja.
koefisien reliabilitas Alpha (α) =
METODE PENELITIAN
0,786.
Variabel dalam penelitian ini adalah
Variabel
Skala persepsi keharmonisan
Tergantung
keluarga 4
yang
digunakan
yaitu
modifikasi dari skala yang disusun
hubungan negatif yang signifikan
oleh Ariani (2011). Aspek-aspek
antara
persepsi keharmonisan keluarga ini
keluarga dengan kenakalan remaja.
berdasarkan
Korelasi
konsep
teori
yang
persepsi
yang
bertanda
negatif
semakin
tinggi
persepsi
dikemukakan oleh Hawari (1997)
artinya
yaitu
keharmonisan
menciptakan
beragama
kehidupan
dalam
keharmonisan
keluarga
maka
keluarga,
semakin rendah kenakalan remaja.
mempunyai waktu bersama keluarga,
Sebaliknya semakin rendah persepsi
mempunyai komunikasi yang baik
keharmonisan
antar
saling
semakin tinggi kenakalan remaja. Ini
menghargai antar anggota keluarga,
berarti ada persepsi positif terhadap
kualitas dan kuantitas konflik yang
keluarga dapat diwujudkan dengan
minim, adanya hubungan atau ikatan
terciptanya
yang erat antar anggota keluarga.
dalam keluarga, waktu yang cukup
Terdapat 21 aitem valid dan 11 aitem
bersama
anggota
gugur. Indek daya beda bergerak
komunikasi
yang
antara 0,314 s/d 0,583 dan koefisien
menghargai, intensitas konflik yang
reliabilitas alpha (α) = 0,854.
rendah, dan ikatan yang erat antar
anggota
keluarga,
Penelitian ini menggunakan
keluarga
kehidupan
maka
beragama
keluarga, baik,
saling
anggota keluarga. Sehingga remaja
analisis
statistik
teknik
korelasi
tumbuh kembang secara seimbang,
product
moment
untuk
menguji
menjadi
orang
dewasa
yang
hipotesis.
bertanggung jawab dan terhindar dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
perilaku anti sosial/amoral.
Berdasarkan yang
telah
hasil
analisis
dilakukan
dengan
teknik
korelasi
menggunakan product diperoleh
moment hasil
Pearson nilai
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa siswa SMK Batur Jaya 1 Ceper memiliki persepsi keharmonisan keluarga secara umum
maka
termasuk
koefisien
dalam
kategori
tinggi
berdasarkan rerata empirik sebesar
korelasi (r) sebesar -0,642 dengan p
65,98. Ini berarti siswa SMK Batur
value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada
Jaya 1 Ceper mempersepsikan hidup 5
di
keluarga
harmonis
kebutuhan
terpenuhi
biologis
anak-anak itu masih kecil. Sekalipun
dan
demikian
mereka
mengharapkan
psikologisnya, hubungan yang erat
anak “bertindak sesuai dengan usia”
dengan anggota keluarga.
terlebih bila berhubungan dengan
Penelitian ini juga diperkuat
masalah tanggung jawab.
dari hasil penelitian Hawari (1997)
Berdasarkan
yang meneliti tiga kondisi keluarga
skala
yang
keluarga tidak terdapat subjek yang
berbeda
yaitu
:
keluarga
persepsi
kategorisasi keharmonisan
harmonis, keluarga berantakan (tidak
berada
harmonis), dan keluarga biasa-biasa
terdapat 0% siswa, tidak ada siswa
saja. Dari hasil penelitiannya tersebut
yang
menunjukkan bahwa remaja yang
terdapat 0 % siswa, sejumlah 12,6%
dibesarkan
(11
dari
berantakan
keluarga
(tidak
yang
harmonis)
dikategori
berada
siswa)
sangat
dikategori
memiliki
keharmonisan
keluarga
rendah
rendah
persepsi dalam
mempunyai resiko lebih besar untuk
kategori sedang. Kategori tinggi
terganggu
jiwanya,
sebesar 59,78% (52 siswa) yang
mempunyai
kecenderungan
selanjutnya untuk
memiliki
persepsi
keharmonisan
menjadi remaja yang nakal dengan
keluarga dalam kategori tinggi dan
melakukan tindakan anti sosial.
persepsi
keharmonisan
keluarga
Menurut teori dari Hurlock
dalam kategori sangat tinggi sebesar
(2012) Bila hubungan remaja muda
27,6% (24 siswa). Hasil tersebut
dengan
menunjukkan
anggota-anggota
keluarga
bahwa
frekuensi
tidak harmonis selama masa remaja,
persepsi
keharmonisan
keluarga
biasanya kesalahan terletak pada
tertinggi
terdapat
kategori
kedua belah pihak. Seringkali orang
tinggi.
tua
tidak
menolak
untuk
Penerapan
pada
persepsi
memperbaiki konsep mereka tentang
keharmonisan keluarga yang tinggi
kemampuan anak mereka setelah
ini sesuai dengan teori dari Harlock
anak-anak
besar.
(1973) menyatakan bahwa anak yang
Akibatnya, mereka memperlakukan
hubungan perkawinan orang tuanya
anak remaja mereka seperti ketika
bahagia akan mempersepsikan rumah
menjadi
lebih
6
mereka
sebagai
tempat
yang
rendah. Sedangkan retata empirik
membahagiakan untuk hidup karena
kenakalan remaja tergolong sangat
makin sedikit masalah antar orang
rendah
tua, semakin sedikit masalah yang
membuktikan
dihadapi
keharmonisan keluarga yang positif
anak,
dan
sebaliknya
(RE
=
25,44)
hal
bahwa
ini
persepsi
hubungan keluarga yang buruk akan
dapat
berpengaruh kepada seluruh anggota
keharmonisan keluarga yang tinggi.
keluarga. Suasana keluarga yang
menimbulkan
Berdasarkan
persepsi
hasil
analisis
tercipta adalah tidak menyenangkan
yang menunjukkan bahwa variabel
sehingga anak ingin keluar dari
persepsi
rumah sesering mungkin karena
memberikan
secara emosional suasana tersebut
sebesar
akan mempengaruhi masing-masing
kenakaln
anggota keluarga untuk bertengkar
menunjukkan
dengan lainnya.
keharmonisa keluarga mempengaruhi
Berdasarkan skala kenakalan
kategorisasi remaja
terdapat
kategori
remaja
66,7%
(58
siswa),
sebesar
siswa
yang
(27
siswa),
remaja.
variabel
Hal
bahwa
remaja
ini
persepsi
sebesar
41%
mempengaruhi selain
kenakalan
variabel
persepsi
Menurut
Hurlock
(2012)
dalam
menambahkan bahwa remaja yang
kategori sedang sebesar 2,3% (2
hubungan keluarganya kurang baik
orang), sedangkan untuk kategori
juga
tinggi sebesar 0% siswa dan siswa
hubungan yang buruk dengan orang-
yang kenakalan remaja berada di
orang yang di luar rumah, apabila
kategori sangat tinggi sebesar 0%
didukung dengan lingkungan yang
siswa.
tersebut
kurang kondusif dan kepribadian
kenakalan
kurang baik maka akan memicu
Hasil
menunjukkan remaja termasuk
siswa
terhadap
keharmonisan keluarga.
termasuk kategori rendah sebesar 31%
efektif
sehingga hanya ada 59 % faktor lain yang
rendah
keluarga
sumbangan
41%
kenakalan
subjek penelitian yang berada di sangat
keharmonisan
penelitian bahwa
siswa dalam
sebagian
besar
kategori
sangat
dapat
mengembangkan
timbulnya berbagai penyimpangan perilaku 7
dan
perbuatan-perbuatan
negatif yang melanggar aturan dan
4. Sumbangan
norma yang ada di masyarakat.
efektif
persepsi
keharmonisan keluarga terhadap
Keterkaitan antara persepsi
kenakalan remaja sebesar 41%.
keharmonisan keluarga sebagai salah
Hal ini menunjukkan variable
satu faktor penyebab kecenderungan
persepsi keharmonisan keluarga
perilaku kenakalan remaja itulah
mempengaruhi
yang menjadi minat penulis. Penulis
kenakalan remaja.
tertarik untuk mengetahui apakah
SARAN
benar terdapat hubungan negatif
1. Bagi orang tua
antara
persepsi
keharmonisan
variabel
Disarankan kepada orang tua agar
keluarga dengan kenakalan pada
dapat
remaja.
mempertahankan hubungan yang
KESIMPULAN
harmonis dalam keluarga, waktu
Berdasarkan
hasil
menjaga
dan
analisis
yang cukup untuk kelurga, saling
dan pembahasan yang telah diuraikan
mengahargai, dan penuh kasih
sebelumnya
sayang.
dapat
diambil
kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada
hubungan
negatif
Sehingga
anak
mempersepsikan yang
harmonis
sangat signifikan antara persepsi
akan
keluarganya
sebagai
upaya
pencegahan kenakalan remaja.
keharmonisan keluarga dengan
2. Bagi Guru
kenakalan remaja. Hal ini dapat
Disarankan
dapat
membantu
dilihat dari nilai korelasi sebesar
siswa
menciptakan
lingkungan
-0,641 dengan p value = 0,000 <
yang
kondusif,
0,01.
terjadinya kenakalan dengan cara
2. Persepsi keharmonisan keluarga
membantu
pada siswa SMK Batur Jaya 1
3. Bagi Subjek
3. Kenakalan remaja pada siswa Batur
Jaya
menyalurkan
potensi/bakat yang dimiliki siswa.
Ceper tergolong tinggi.
SMK
meminimalisir
1
Bagi
Ceper
siswa
kenakalan
tergolong sangat rendah
mengurangi positif 8
yang
mempunyai
tinggi
hendaknya
melalui
seperti
terlibat
kegiatan dalam
Hurlock. 2012. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
ekstakurikuler dan meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik. 4. Bagi peneliti selanjutnya
Kartono,K. 2014. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Bagi peneliti lain yang akan melakukan tema
penelitian
yang
sama
dengan
diharapkan Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. 2008. Human Development (Perkembangan Manusia) Buku 2. Jakarta : Salemba Humanika
mampu memperbaiki kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu dengan memperluas sampel penelitian dan dapat melakukan
Prabowo,A(2013). 22 persen pengguna narkoba adalah pelajar. Artikel http;//sindonews.com [18 Maret 2013]
proses pengambilan data dengan situasi yang kondusif agar skala yang diisi oleh siswa benar-benar mewakili
atau
sesuai
dengan Purnomo, Asep.2011.”Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Kenakalan Remaja.” Skripsi. Surakarta: UMS Tim Penyusun Kamus.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
karakteristik siswa. DAFTAR PUSTAKA Aji,W (2013). Kasus tawuran pelajar terus meningkat tahun ini. Artikel.http;//tribunnews.co m [18 Maret 2014] Ariani, N.W. 2011. Hubungan Persepsi Anak terhadap Keharmonisan Keluarga dengan Prestasi Belajar. Skripsi. Surakarta: UMS Hawari,D.1997. Alqu’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha Ltd. 9