HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN
WULAN ANGGRAENI I34130114 Dosen: Dr. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si.
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2017
Wulan Anggraeni NIM. I34130114
ABSTRAK WULAN ANGGRAENI. Hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan. Di bawah bimbingan RATRI VIRIANITA. Perilaku agresif adalah suatu perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Perilaku agresif di Indonesia semakin marak terjadi seperti halnya perkelahian pelajar, pembunuhan, pemerkosaan dan lain-lain. Perilaku agresi remaja ditengarai karena pengaruh tayangan televisi, diantaranya tanyangan berita kriminal. Tayangan televisi bertujuan memberikan informasi ataupun menghibur penonton, di sisi lain dapat mengubah perilaku penonton khususnya remaja. Diduga tayangan berita kriminal di televisi yang mengandung adegan kekerasan dapat membuat perilaku remaja menjadi agresif. Tujuan penelitian ini untuk 1) mendeskripsikan keterdedahan tayangan berita kriminal, 2) mendeskripsikan perilaku agresif remaja pedesaan, dan 3) menganalisis hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif remaja pedesaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Penelitian ini menggunakan analisis rank spearmen. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada aspek durasi mononton (rs = 0.366*, ρ < 0.05) dan kegiatan yang dilakukan saat menonton (rs = -0.398*, ρ < 0.05) berhubungan dengan perilaku agresif remaja pedesaan. Bagi orang tua disarankan untuk membatasi waktu menonton tayangan berita kriminal di televisi pada anak remajanya. Disarankan juga bagi orang tua memberikan kegiatan lain pada saat menonton sehingga dapat mengalihakan perhatian remaja. Kata kunci: perilaku agresif, remaja, tayangan berita kriminal. ABSTRACT WULAN ANGGRAENI. The correlation of crime news exposured on television with aggressive behavior of adolescent in rural. Supervised by RATRI VIRIANITA. Aggressive behavior is a behavior intended to hurt others, either physically or verbally. Aggressive behavior in Indonesia often happens as well as student fights, murder, rape and others. Aggressive behavior of adolescents is considered because the influence of television, especially crime news.Television which aims to provide information or to entertain audience, on the other hand it influence change behavior of adolescents. Crime news exposure is precdicted to make adolescent behavior becomes aggressive. The purposes of this research are : 1) to describe crime news exposure, 2) to describe rural adolescents aggressive behavior, 3) to analyze correlation between crime news exposure and rural adolescents aggressive behavior. The results show that duration of watching crime news (rs = 0.366* ρ>0.05) and activity performed during watcing (rs = -0.398*, ρ>0.05) are corelated significan to rural adolescent aggressive behavior. It is advisen to parents to give limit of watching tv. Parens adolescent in provide another activities are also suggested to adolescent are watching to a order to distract attention. Keywords: adolescent, aggressive behavior, crime news show
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN
WULAN ANGGRAENI I34130114
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
Scanned by CamScanner
Judul Proposal
:
Hubungan Antara Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Agresif Remaja Pedesaan.
Nama NIM
: :
Wulan Anggraeni I34130114
Disetujui oleh
Dr. Ratri Virianita S.Sos, M.Si NIP. 19700617 200501 2 001
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc NIP: 19670903 199212 2 001
Tanggal Lulus
RIWAYAT HIDUP Wulan Anggraeni dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 April 1995. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Ade Purnama dan Enih Suniati. Penulis telah menjalani pendidikan formal di TK Islam Karya Mukti pada periode 1999-2001, SD Karya Mukti 2001-2007, SMP Puspa Negara pada periode 2007-2010, SMAN 1 Cibinong pada periode 2010-2013. Pada Tahun 2013, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SBMPTN. Penulis pernah bergabung pada komunitas Agria Suara pada Tahun 2015.
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya dengan memberikan segala hal terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Agresif Remaja Pedesaan”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi prasyarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ratri Virianita S.Sos, M.Si yang telah membimbing dan memberikan masukan serta saran yang luar biasa dalam penyusunan skripsi. 2. Ayahanda Ade Purnama dan Ibunda Enih Suniati serta Fauzan Adnan dan Andi Anggara sebagai saudara laki-laki kandung yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Rekan-rekan KPM angkatan 2013 yang selalu memberikan doa, motivasi, dan bantuan selama melaksanakan pembelajaran di Departemen SKPM maupun di IPB. 4. Teman satu bimbingan Alwi Nurhadi, Tania Linggarsari Dewi Sarwono dan Luki Sandi yang selalu memberi semangat, canda tawa dan menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh keluarga SKPM 50 yang telah memberikan semangat kepada penulis terutama Tania, Egi, Thesa, Annisa, Wian, Kharima Adisty. 6. Tidak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat semasa TPB yaitu Rani, Ajeng, Damayanti dan Naila atas semangat, canda tawa dan kebersamaannya. 7. Tidak lupa trimakasih juga kepada kepala desa, ketua karang taruna, danwarga Desa Karangasem Timur yang selalu membantu dalam penelitian ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2017
Wulan Anggraeni NIM. I34130114
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
Perilaku Agresif remaja pedesaan Dampak Televisi dengan Perilaku Agresif Remaja Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden dan Informan Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Demografi Desa Kondisi Sosial GAMBARAN UMUM BERITA KRIMINAL DI TELEVISI GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN Jenis Kelamin Responden Kategori Umur Responden Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Status Pekerjaan Responden Tingkat Pendapatan Responden KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Frekuensi Menonton Responden Penelitian Durasi Menonton Responden Penelitian Tingkat Perhatian Responden Kegiatan yang Di Lakukan Saat Menonton Tayangan Berita Kriminal Motif Menonton Responden Hubungan antara Umur Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Hubungan antara Pendidikan Terakhir Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Hubungan antara Status Pekerjaan Responden dengan Keterdedahan
1 1 3 3 3 5 5 5 6 8 12 13 14 14 14 14 15 15 16 18 18 18 20 22 20 23 23 24 24 25 25 25 26 26 27 27 28 29 29 30 30 31
Tayangan Berita Kriminal di Televisi Hubungan antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN Tingkat Agresi Verbal Tingkat Agresi Fisik Hubungan antara Umur Responden dengan Perilaku Agresif Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku Agresif Hubungan antara Tingkat Pendidikan Terakhir Responden dengan Perilaku Agresif Hubungan antara Status Pekerjaan Responden dengan Perilaku Agresif Hubungan antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Perilaku Agresif HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI REMAJA PEDESAAN Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Perilaku Agresi Hubungan antara Durasi Menonton dengan Perilaku Agresi Hubungan antara Perhatian Menonton dengan Perilaku Agresi Hubungan antara Kegiatan yang Dilakukan Saat Menonton dengan Perilaku Agresi Hubungan antara Motif Menonton dengan Perilaku Agresi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
32 34 34 35 35 36 37 38 39 40 40 41 42 43 44 44 46 46 46 52
DAFTAR TABEL 1. Komposisi Usia Penduduk Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Tahun 2016 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Tahun 2016 3. Jumlah dan Presentase Responden Pada Aspek Jenis Kelamin di Desa Karangasem Timur 4. Jumlah dan Presentase Responden Pada Aspek Kategori Usia Remaja di Desa Karangasem Timur 5. Jumlah dan Responden Pada Aspek Tingkat Pendidikan Terakhir Responden di Desa Karangasem Timur 6. Jumlah dan Presentase Responden Pada Aspek Status Pekerjaan Responden di Desa Karangasem Timur 7. Jumlah dan Presentase Responden Pada Kaetegori Hasil Pendapatan Responden 8. Jumlah dan Presentase Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi 9. Jumlah dan Presentase Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Berdasarkan Frekuensi Menonton Responden 10. Jumlah dan Presentase Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Berdasarkan Durasi Menonton Responden 11. Jumlah dan Presentase Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Berdasarkan Perhatian Terhadap Tayangan Berita Kriminal 12. Jumlah dan Presentase Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Berdasarkan Kegiatan yang Dilakukan Saat Menonton Tayangan Berita Kriminal 13. Jumlah dan Presentase Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Berdasarkan Motif Menonton Responden 14. Hubungan antara Umur Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Di Televisi 15. Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Di Televisi 16. Hubungan antara Pendidikan Terakhir Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Di Televisi 17. Hubungan antara Status Pekerjaan Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Di Televisi 18. Hubungan antara Pendapatan Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Di Televisi 19. Perilaku Agresif Remaja Pedesaan 20. Jumlah dan Presentase Perilaku Agresif Verbal Remaja Pedesaan 21. Jumlah dan Presentase Perilaku Agresif Fisik Remaja Pedesaan 22. Hubungan antara Umur Responden dengan Perilaku Agresif 23. Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku Agresif 24. Hubungan antara Pendidikan Terakhir Responden dengan Perilaku Agresif 25. Hubungan antara Status Pekerjaan Responden dengan Perilaku Agresif 26. Hubungan antara Pendapatan Responden dengan Perilaku Agresif 27. Hubungan antara Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Agresif 28. Hubungan antara Frekuensi Menonton Responden dengan Perilaku Agresif 29. Hubungan antara Durasi Menonton Responden dengan Perilaku Agresif 30. Hubungan antara Perhatian Menonton dengan Perilaku Agresif
19 20 22 22 23 24 24 25 25 26 27 27 28 29 30 31 32 33 33 34 34 35 38 38 38 39 40 41 41 42 43
31. Hubungan antara Kegiatan yang Dilakukan Saat Menonton dengan Perilaku Agresif 32. Hubungan antara Motif Menonton dengan Perilaku Agresif 33. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
44 44 52
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran 2 Lampiran Hasil Dokumentasi
12 71
DAFTAR LAMPIRAN 1 Denah Lokasi Penelitian 2 Jadwal Pelaksanaan 3 Kuisioner 4 Panduan Wawancara 5 Catatan Tematik 6 Hasil Uji Statistik 7 Hasil Dokumentasi 8 Kerangka Sampling
53 54 55 60 63 65 71 72
xii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan tingkatan pertumbuhan dimana seseorang beralih dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Menurut Pinasthika (2010), masa remaja biasanya berusia 12-21 tahun untuk perempuan dan 13-22 tahun untuk laki-laki. Masa remaja dikenal dengan masa storm dan stress di mana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi Diahloka (2012). Remaja juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan ingin mencoba hal baru. Biasanya remaja akan mengikuti idolanya, Pandiya (2008), bahwa remaja pada masa puber akan mencari panutan di luar lingkungan keluarga, berbeda dengan remaja yang menjadikan sosok yang ditemui di keluarganya sebagai panutan. Perubahan perilaku remaja pedesaan dapat berhubungan dengan beberapa faktor yang salah satunya yaitu media massa Suwangga (2004). Salah satu media massa yang sangat berpengaruh adalah televisi, melalui tayangan-tayangan di televisi, remaja mendapatkan pengetahuan yang selanjutnya memungkinkan untuk menjadi panutannya dalam menjalani kehidupannya. Pertumbuhan remaja yang tidak diarahkan akan menyebabkan remaja cenderung mencontoh hal-hal negatif yang ada di sekelilingnya, seperti timbulnya agresivitas pada remaja. Menurut Chaplin (1968), agresivitas adalah suatu kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan dan merupakan pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri, penuntutan atau pemaksaan diri dan merupakan suatu dominasi sosial, kekuasaan sosial, khususnya yang diterapkan secara ekstrim. Agresivitas yang dilakukan remaja banyak macamnya, mulai dari agresi berbentuk verbal, dan agresi fisik. Hal yang lebih memprihatinkan adalah perilaku remaja sudah mengarah pada kriminalitas, bahkan beberapa kasus menyatakan perilaku agresi sudah masuk dalam kategori kejahatan atau kriminal. Menurut data dari BPS, tren kenakalan dan kriminalitas remaja mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, tercatat 3145 remaja usia ≤ 18 tahun menjadi pelaku tindak kriminal, tahun 2008 dan 2009 meningkat menjadi 3280 hingga 4123 remaja (BPS 2014). Pada pertengahan tahun 2013, telah terjadi 147 tawuran antar pelajar (Lukmansyah dan Andini 2013), tahun 2014 terjadi sebanyak 255 kasus tawuran pelajar (Komnas Perlindungan Anak, 2014). Kejahatan dan tindakan kriminalitas telah menjadi masalah sosial tersendiri bagi hampir seluruh tatanan masyarakat. Pelaku tindakan kriminal saat ini tidak hanya di dominasi orang dewasa namun anak pada usia remaja juga suduah banyak yang melakukan tindakan kriminal. Peran remaja yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan diharapkan dapat melanjutkan pembangunan dan kemajuan bangsa ini pada kenyataannya melakukan hal-hal yang di larang oleh hukum banyak remaja yang melaukan perbuatan yang sangat tidak di harapkan sebagai penerus generasi bangsa. Banyak faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindakan agresi dan cenderung mengarah pada tindak kejahatan. Menurut Yusuf (2007) keluarga, tokoh idola dan peluang pengembangan diri merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pada remaja. Faktor keluarga berkaitan dengan interaksi sosio-emosional antar anggota keluarga, sikap dan perlakuan orangtua dengan anak, tokoh idola berkaitan dengan orang-orang yang menurut persepsi seorang remaja merupakan figur yang mempunyai posisi di masyarakat. Pada
umumnya, tokoh idola bagi remaja adalah seseorang yang berasal dari kalangan selebritis, yang biasa disaksikan di televisi, sedangkan peluang pengembangan diri merupakan kesempatan seorang remaja untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam adegan kehidupan yang beragam. Selain faktor di atas, keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi yang kerap ditonton oleh remaja merupakan faktor pemicu adanya perilaku agresi yang mengarah pada kriminalitas. Studi yang dilakukan Baron (1974) & Byrne (2000) menunjukkan akibat dari banyaknya menonton tayangan kekerasan, orang tidak lagi mudah merasakan penderitaan atau rasa sakit yang dialami orang lain. Secara biologis, ketika menonton tayangan yang menyakitkan atau kekerasan, aktivitas otak akan bergerak dari ranah bahasa di otak kiri ke otak kanan yang mendominasi proses emosi dan pengkodean gambaran visual. Itu sebabnya menonton memberi dampak emosional yang lebih kuat dari pada membaca. Jika hal ini terlalu banyak, maka kita akan menjadi kebal dan tidak peka lagi dengan kekerasan Flora (2004) dalam Pitaloka (2006). Kegemaran remaja dalam menonton televisi ini dapat memicu perilaku remaja, baik dari tayangan acara, berita kriminal maupun berita. Menurut Rusdi Muchtar dalam Kompas (1998), seorang pakar komunikasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, berita-berita kriminal di televisi sudah tampak begitu vulgar, sehingga dikhawatirkan memberikan dampak.buruk bagi perkembangan psikologis anak dan remaja. Contoh berita kriminal yang vulgar di televisi. Pada penelitian terdahulu Nugroho (2000) menyatakan bahwa televisi dapat memhubungani kalangan anak-anak dan remaja. Anak-anak dan remaja mulai tertarik dan mencerna apa yang ditampilkan televisi sejak umur dua tahun. Mereka menganggap apa yang tampil di layar kaca itu adalah kebenaran yang senyatanya. Bahkan anak-anak dan remaja belum bisa membedakan antara mana kenyataan yang sesungguhnya dan mana tayangan yang hanya fiksi semata. Tidak semua anak-anak dan remaja ini mendapat bimbingan hingga mereka berkembang secara utuh dewasa. Lewat televisi, mereka menerima apa yang ditayangkan sebagai norma sosial dan mereka mengintegrasikannya dalam pola perilaku ketika berhubungan dengan orang lain. Televisi sebagai salah satu sarana penyampaian informasi ternyata telah memberikan nilai yang sangat penting dalam pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan televisi merupakan salah satu sumber utama informasi dan hiburan bagi masyarakat luas. Menurut UU No. 32 tahun 2002 Pasal 4 ayat 1, televisi sebagai media penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Sebelumnya, pada Pasal 1 ayat 4 dijelaskan bahwa penyiaran televisi adalah media komunikasi massayang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Berdasarkan penelitian yayasan pengembangan media anak tahun 2006 jumlah responden menonton televisi pada anak berkisar 30-35 jam seminggu atau 4,5 jam sehari. Remaja yang khususnya berada di pedesaan, hidup dalam lingkungan kekeluargaan dan lingkungan pertanian juga mudah terkena pengaruh negatif dari berita kriminal, karena kepemilikan televisi dan waktu luang yang lebih banyak digunakan untuk menonton televisi, ditambah apabila akses ke perkotaan lebih mudah. Hal ini menjadi persoalan mendasar untuk perkembangan generasi selanjutnya, karena sarana yang mudah untuk memhubungani motivasi pada anak ataupun remaja khususnya di pedesaan adalah media massa khususnya televisi. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara
3
keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan. Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan televisi di masyarakat sudah menjadi suatu kebutuhan. Karena itu, seringkali ketika acara yang ditonton sebuah keluarga, ada juga remaja di dalamnya yang turut menikmatinya. Acara yang disuguhkan oleh pihak pengelola stasiun televisi bermacam-macam, antara lain menampilkan siaran berita (termasuk berita kriminal). Semakin banyaknya program acara televisi berupa tayangan yang di suguhkan kepada pemirsa maka meningkat pula pilihan pemirsa dalam waktu penggunaan media televisi. Semakin banyaknya program acara televisi berupa tayangan-tayangan yang disuguhkan kepada pemirsa maka meningkat pula pilihan pemirsa dalam hal penggunaan media televisi. Beragam alternatif tayangan televisi yang dapat dipilih sesuai keinginannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, maupun hiburan. Kriminalitas merupakan salah satu yang sering ditayangkan di layar televisi. Adegan kriminal ini menyebar dalam berbagai jenis program acara salah satunya berita kriminal. Secara langsung, tayangan kriminal dalam berita kriminal mampu memberikan hubungan kepada penonton, di mana pada fase ini merupakan tahap penyesuaian yang tinggi akan perubahan. Dari uraian di atas maka dapat di bentuk rumusan masalah antara lain: 1. Bagaimana keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi pada remaja pedesaan? 2. Bagaimana perilaku agresif remaja pedesaan? 3. Bagaimana hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi pada remaja pedesaan 2. Mendeskripsikan perilaku agresif remaja pedesaan. 3. Menganalisis hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk masyarakat selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang hubungan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja yang menontonnya. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat menambah informasi mengenai hubungan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif masyarakat khususnya remaja pedesaan. 3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan penyiaran berita.
5
PENDEKATAN TEORITIS Perilaku Agresif Remaja Pedesaan Remaja pedesaan Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Remaja juga dapat didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan Tahun. WHO (World Health Organization) (Sarwono 2004) memberikan definisi mengenai remaja lebih konseptual, remaja adalah suatu masa di mana: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keaadaan yang relatif lebih mandiri. Gunarsa dan Gunarsa (2000) mendefinisikan remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas. Batas usia yang digunakan adalah 12 Tahun sampai 22 Tahun. WHO (Sarwono 2000) mendefinisikan remaja ke dalam tiga kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi. Secara lengkap remaja didefinisikan sebagai suatu masa: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Remaja pedesaan adalah remaja yang bertempat tinggal di daerah pedesaan, daerah yang memiliki bentuk masyarakat bersifat komunitas kecil dengan jumlah pendududk umumnya kurang dari jumlah penduduk kota, masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, penduduknya kesederhanaan, lekat dengan nilai agama, serta sangat dekat dengan alam (Suangga 2004). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Pada masa ini remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu, karena mereka ada dalam masa peralihan dan mereka berusaha menyesuaikan perilaku baru dari fase-fase perkembangan sebelumnya. Gejolak ditimbulkan baik oleh fungsi sosial remaja dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari identitas diri dan memantapkan posisinya dalam masyarakat); oleh pertumbuhan fisik (perkembangan tanda-tanda seksual sekunder), perkembangan inteligensi (penalaran yang tajam dan kritis), serta perubahan emosi (lebih peka, cepat marah dan agresi).
Maka berdasarkan paparan di atas, yang dimaksud dengan remaja pedesaan adalah seseorang yang berusia remaja yaitu 12-21 Tahun mengalami masa peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa dan tinggal di kawasan pedesaan. Pertumbuhan remaja yang kurang diawasi dan diarahkan akan menyebabkan remaja cenderung mencontoh hal-hal negatif yang ada di sekelilingnya, seperti timbulnya perilaku agresif. Perilaku agresif remaja pedesaan Menurut kamus lengkap psikologi (1968/1995), agresivitas adalah suatu kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan dan merupakan pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri, penuntutan atau pemaksaan diri dan merupakan suatu dominasi sosial, kekuasaan sosial, khususnya yang diterapkan secara ekstrim.. Buss dan Perry (1992) mengatakan lebih lanjut bahwa terdapat dimensi agresi yang dapat digunakan untuk melihat perilaku agresif secara umum: 1. Agresi fisik, yaitu kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik sebagai ekspresi kemarahan 2. Agresi verbal, yaitu kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang tersebut secara verbal yaitu melalui kata-kata atau melakukan penolakan Selain itu menurut Koeswara 1988 yang membagi perilaku agresif dalam dua bentuk yaitu secara fisik dan secara verbal, antar lain: a) Agresif verbal yaitu agresif yang dilakukan dengan cara menyerang secara verbal seperti mengejek, membentak, menghina, dan lainlainnya. b) Agresif fisik yaitu agresif yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan fisik seperti menendang, menggigit, mencubit, melempar dan lain-lainnya. Saad (2003) menyatakan bahwa agresi adalah perilaku dengan tujuan menyakiti, menyerang atau merusak terhadap orang maupun benda-benda di sekelilingnya untuk mempertahankan diri maupun akibat dari rasa ketidakpuasan. Perilaku agresi tersebut memiliki unsur kesengajaan, obyek, serta akibat yang tidak menyenangkan bagi pihak yang terkena sasaran perilaku agresif tersebut. Bahkan, antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain. Disamping itu, menurut Priliantini (2008) Salah satu penyebab tindak kekerasan dan kejahatan didasari oleh perilaku agresif pelakunya. Perilaku agresif merupakan perilaku yang merugikan sehingga banyak masyarakat menolak jika perilaku agresif muncul, karena dapat menyebabkan luka fisik dan psikis pada orang lain, maupun terhadap benda-benda di sekitarnya, seperti perkelahian, perampokan, bahkan pembunuhan. Hasil penelitian terdahulu menurut Nando dan Panjaitan (2012) menjelaskan bahwa Pada penelitiannya dapat dilihat bahwa responden laki-laki memiliki perilaku agresi dengan intesitas yang lebih tinggi dari pada responden perempuan. Responden perempuan cenderung mengekspresikan perilaku agresi verbal seperti mengejek. Responden laki-laki cenderung mengekspresikan perilaku agresi verbal dan perilaku agresi fisik. Perilaku agresi verbal yang cenderung responden laki-laki ekspresikan adalah perilaku mengejek. Perilaku agresi fisik yang dilakukan responden laki-laki cenderung memukul sedangkan responden perempuan cenderung melakukan perilaku agresi fisik menampar. Perilaku agresi dengan menggunakan alat hanya terjadi pada responden laki-laki.
7
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud perilaku agresif remaja adalah suatu tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja. Tindakan tersebut dapat terjadi melalui agresi fisik, yaitu berupa kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik sebagai ekspresi marah. Marah yaitu representasi emosi atau afektif berupa dorongan fisiologis sebagai tahap persiapan agresi, agresi verbal yaitu kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang tersebut secara verbal yaitu melalui kata-kata atau melakukan penolakan, maupun agresi melalui permusuhan yaitu perasaan sakit hati dan merasakan ketidakadilan sebagai representasi. Dampak Televisi terhadap Perilaku Agresif Remaja Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada pada batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi ”dikendalikan” untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya heterogen dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari lapisan sosial dan kelompok yang demografis. Meskipun demikian, dalam menentukan suatu objek perhatian tertentu mereka selalu bersikap sama dan berbuat sesuai dengan persepsi orang yang akan memanipulasi mereka. Komunikasi massa memiliki media atau alat yaitu di manakan media massa. Komunikasi massa memiliki enam teori, yaitu teori peluru atau jarum hipodermik, teori komunikasi banyak tahap, teori proses selektif, teori pembelajaran sosial, teori difusi inovasi dan teori kultivasi (Ardianto dkk 2007). Dari beberapa teori di atas teori yang dapat menjelaskan hubungan keterdedahan tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif remaja adalah teori pembelajaran (social learning theory). Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyaratisyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Teori ini diaplikasikan pada perilaku konsumen yang bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa. Klapper menganggap bahwa “ganjaran” dari karakter TV diterima mereka sebagai perilaku antisosial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi. Televisi dilihat dari asal kata, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tele dan vision, yang secara harfiah dapat berarti sebagai visualisasi dari sebuah objek yang jauh. Televisi dan radio merupakan media massa elektronik. Media massa yang dalam menyampaikan pesan akan sangat bergantung pada aliran listrik. Pada masa sekarang media massa elektronik juga dapat ditayangkan melalui bantuan tenaga diesel. Membedakan media cetak dengan media televisi sebagai berikut: televisi dan radio menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu, sementara media cetak (Surat kabar/Majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Televisi sebagai media massa harus mempunyai unsur-unsur penting, yaitu: (Kuswandi 1998) a. Adanya sumber informasi b. Isi pesan c. Saluran informasi d. Khalayak sasaran e. Umpan balik
Televisi juga memberikan tayangan seperti iklan, berita kriminal, dan berita. Berita yang ditayangkan pada televisi memiliki hubungandengan hidup perilaku masyarakat khususnya masyarakat pedesaan saat ini. Pada era globalisasi ini, banyak tayangan televisi yang bersifat menghibur, menghilangkan stress, pengundang tawa, mengisi waktu luang. Fungsi penghibur itu tidak disertai dengan fungsi pendidikan sehingga kualitas tayangan menjadi kurang baik. Menurut Ardianto dkk. (2007) fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Hal tersebut didukung oleh penjelasan Morissan (2005) mengenai pengelompokan jenis program televisi yang ditayangkan di televisi sebagai berikut: 1. Program informasi yaitu segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Berdasarkan bentuknya, program informasi dibagi menjadi dua yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). 2. Program Hiburan yaitu segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk program hiburan adalah drama, musik dan permainan. Tentunya, diantara tayangan maupun program-program tersebut ada program yang paling berhubungan dan menarik perhatian masyarakat. Seperti dalam penelitian Pandiya (2008), yang menemukan bahwa program televisi favorit remaja Kota Semarang adalah berita liputan olahraga, film luar negeri, dan petualangan. Selain itu hasil penelitian Pinasthika (2010) membuktikan bahwa intensitas menonton televisi, daya tarik dan isi pesan dari berita kriminal memhubungani sikap dan perilaku remaja di Cimahi. Berdasarkan beberapa contoh hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa berita kriminal saat ini adalah salah satu tayangan yang memberikan hubungan dan diminati oleh remaja. Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Shore (1990) dikutip oleh Samsi (2005) mendefinisikan keterdedahan adalah kegiatan melihat, membaca, mendengarkan, atau memberikan sejumlah perhatian kepada suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan media sebagai perantaranya. Rodman (2006) dikutip oleh Andika (2008) juga mendefinisikan keterdedahan sebagai proses seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka dalam menentukan sikap atau perilaku. Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi diartikan bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan khalayak. Televisi sebagai salah satu media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan khalayak baik kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Namun, pada akhirnya khalayak akan memilih berbagai jenis tayangan televisi yang dapat memuaskan kebutuhan pribadinya salah satunya seperti tayangan berita. Keterdedahan khalayak terhadap tayangan kekerasan di televisi didasari adanya motif-motif khalayak menonton televisi. Umumnya khalayak menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu (Rakhmat 2004). Menurut McGuire (Rakhmat 2004) mengelompokkan motif dalam dua kelompok besar yakni motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan motif afektif (berkaitan dengan perasaan). Menurut Blumler (Rakhmat 2001) motif yang ada pada tiap individu sangat beragam, yaitu: informasi (information), pengawasan (surveillance), hiburan (entertainment), ketidakpastian (uncertainty).
9
Menurut aliran uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Lanjutnya efek media massa juga akan berlainan pada setiap anggota khalayaknya (Rakhmat 2004). Motif kognitif merupakan motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan pengetahuannya atau bersifat informatif. Motif khalayak menonton tayangan kekerasan di televisi sebatas ingin memuaskan kebutuhannya akan informasi kekerasan. Menurut Nathanson dalam Budhiarty (2004) seseorang menyaksikan tayangan kekerasan guna memuaskan keingintahuan tentang hal-hal yang mengerikan. Hal ini diperkuat oleh Romer (2003) keterdedahan menonton tayangan televisi berhubungan dengan keterdedahan informasi yang mereka terima dari berita televisi setempat serta tergantung dari karakteristik penonton. Di mana penonton mempercayai apapun isi yang disampaikan media dan pengaruhnya langsung pada personal. Khalayak yang didasari motif kognitif memiliki keterdedahan informasi yang tinggi. Motif afektif merupakan motif yang timbul berupa perasaan atau emosi khalayak akan tayangan kekerasan. Motif afektif menonton tayangan kekerasan didasari pada rasa penasaran, mengobati kegelisahan, menghibur, dan sekedar mengisi waktu luang. Menurut Budhiarty (2004) remaja menonton program berita bukan sekedar untuk memperoleh informasi. Secara praktis berita dapat didefinisikan sebagai laporan tentang suatu peristiwa yang sudah terjadi dan dipandang penting untuk menentukan sikap serta tindakan. Tetapi semua definisi yang ada selalu mengandung empat unsur dalam peristiwa berita, yaitu: peristiwa merupakan perubahan keadaan, peristiwa yang dilaporkan selalu terjadi, peristiwa tersebut dilaporkan manusia dan peristiwa tersebut berkaitan dengan kepentingan dan minat masyarakat. Kriteria berita yang baik, yaitu: (1) Akurasi, kaidah-kaidah penulisan berita dalam pengertian modern, yaitu laporan harus bersifat faktual, akurasi objektif dan berimbang. Sebagai penjabaran akurasi, maka muncul formula 5W + H (What, Who, When, Where, Why, dan How). (2) Objektif, berita harus merupakan laporan faktual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan, sebab wartawan pun memiliki keterbatasan. Untuk mengejar objektifitas ini kemudian muncul laporan komprehensif dan laporan investigatif. (3) Berimbang (balanced), berita adalah laporan yang objektif termasuk tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan1 Salah satu bentuk penelitian pembangunan di TV adalah melalui penayangan berita. Menurut Miller (Siagian 2000), berita adalah segala sesuatu yang hangat, yang dapat diseleksi oleh staf berita (redaksi), karena menarik dan penting bagi pembaca. Definisi berita yang tidak membatasi hanya untuk pembaca saja dikemukakan oleh Wahyudi (Siagian 2000) yaitu menyatakan bahwa berita adalah uraian tentang peristiwa atau fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan yang dapat disajikan melalui media massa periodik. Menurut Miller (Siagian 2000) bahwa kemasan berita berisikan fakta atau pendapat tentang sesuatu disajikan dalam bentuk berita langsung dan berita mendalam. (1) Berita langsung adalah uraian fakta yang makna beritanya kuat (penting) menarik dan harus secepatnya dengan minimal mengandung pertanyaan 5W dan 1H serta dimulai dari uraian terpenting ke kurang 1 Anonim. http://www.deliveri.org/guidelines/how/hm16/hm16_2i.htm [25 Februari 2005]
penting. (2)Berita mendalam adalah berita komprehensif, interpretatif dan investigatif. Penjelasannya sebagai berikut: 1. Berita komprehensif adalah uraian secara tereperinci tentang peristiwa atau fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita didalam suatu sistem sosial tertentu (misalnya sistem nilai). 2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta itu sebagai mata rantai dalam konteks permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat memberikan pendapat menurut interpretasi masing-masing. 3. Berita investigatif adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menyusuri jejak melalui investigasi. Perbedaan berita langsung dan berita mendalam adalah dari isi uraian, kecepatan penyajian kepada khalayak, kepadatan dan rincian fakta atau pendapat yang disajikan. Uraian berita mendalam apapun bentuknya akan memberikan informasi lebih lengkap dan menyeluruh bila dibandingkan dengan uraian berita langsung. Komponen berita terdiri dari beberapa hal, diantaranya: proximity (kedekatan), timeliness (kebaruan), novelty (aneh, jarang), consequence (besar dampak dan jumlah orang yang kena dampak), conflict (rumah tangga), sensasionalism (taboo), human interest (misal: pemenang contest), prominence, suspence dan clarity and certainty yaitu jelas dan pasti telah terjadi (Nawireja 2004). Bonger (Purwatiningsih 2004) menjelaskan kejahatan atau kriminalitas menurut definisi ilmu hukum adalah suatu perbuatan, yang oleh masyarakat (dalam hal ini negara) diberi pidana. Pada intinya suatu kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. Menurut Widiyanti (Purwatiningsih 2004) bahwa penyebab terjadinya kejahatan adalah bermacam-macam, yaitu: (1) Masalah-masalah sosial di masyarakat seperti kemiskinan dan pengangguran; (2) Efek yang tidak diharapkan dari urbanisasi dan industrialisasi, yaitu munculnya perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk memperbaiki tingkat kehidupan sosial ekonominya; (3) Kondisi lingkungan yang memudahkan seseorang melakukan kejahatan. Berita kriminal dalam penelitian ini adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai berbagai tindakan kriminal (kejahatan) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Berita ini dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan yang aktual dan mendalam. Selain itu dengan dengan berita yang bersifat komprehensif, interpretatif dan investigatif, akan menambah pengetahuan dan wawasan kahalayak secara mendalam. Menurut Wills (2010:123) mengatakan bahwa persepsi terhadap tayangan di televisi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kepada individu yang mengaitkan beberapa aspek persepsi sebagai efek dari penyiksaan, perkelahian, dan pembunuhan yang menyebabkan perilaku meniru, reaksi emisional, dan kecendrungan prilaku agresif. Lebih lanjut Menurut Taylor (2009:524-526) aspek persepsi terhadap tayangan kekerasan di televisi terdiri dari beberapa aspek, antara lain: a. Aspek kognitif Aspek kognitif mengenai tayangan kekerasan berupa citra atau persepsi yang dibangun individu saat dan sesudah menonton tayangan kekerasan di televisi. Persepsi tentang dunia dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya dalam televisi. Efek kognitif dari tayangan kekerasan di televisi meliputi pengetahuan teknis tiap individu akan tidak kekerasan individu yang menonton tayangan
11
kekerasan akan mengetahui bagaimana gaya berkelahi. Efek kognitif tayangan kekerasan berhubungan dengan penilaian individu mengenai realitas yang ditampilkan televisi dengan realitas sebenarnya. b. Aspek afektif Tayangan kekerasan dan kekerasan di layar televisi, telah lama menimbulkan kegelisahan. Menurut penelitian, remaja yang telah menonton tayangan kekerasan dilayar televisi mengalami susah tidur, karena terbayang peristiwa tersebut. Fenomena tersebut menggambarkan meningkatnya kecemasan pada diri seseorang sesudah menonton tanyangan kekerasan, hal ini berarti bagaimana empati tiap individu mengenai kekerasan yang terjadi pada realitas di televisi dengan realita nyata, terutama kepada korban atau perilaku kekerasan. Media televisi dapat memberikan efek yang tajam dari tayangan kekerasan terhadap khalayak salah satunya yakni desensitization effects. Berkurang atau hilangnya kepekaan kita terhadap kekerasan itu sendiri. Berdasarkan hasil paparan di atas maka dapat di simpulkan bahwa persepsi terhadap tayangan kekerasan yang tayang di televisi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi yang disampaikan kepada individu yang mengaitkan aspek persepsi yaitu aspek kognitif, afektif, konatif, agresi verbal dan agresi pasif. Hasil penelitian Hernawati dkk. (2014) melihat pola konsumsi media yaitu televisi melalui jumlah durasi remaja dalam menonton televisi dalam satu hari, motif penggunaan televisi, dan frekuensi menonton televisi. Menurut konsep dari Mc. Quail dan Windhal (1981) yang digunakan Parwadi (2005) mengukur penggunaan televisi yaitu menggunakan jumlah waktu rata-rata sehari yang dihabiskan untuk menonton televisi, frekuensi menonton acara televisi dan tingkat perhatian dalam menonton acara televisi. Sementara itu, Pinasthika (2012) membuktikan bahwa intensitas menonton televisi, daya tarik dan isi pesan dari berita kriminal dengan perilaku agresif. Menurut Hernawati (2014), maka keterdedahan menonton tayangan televisi dapat dilihat dari: 1. Durasi menonton berita kriminal Durasi menonton berita merupakan lama waktu individu dalam menonton berita kriminal setiap satu kali tayang. Dalam hasil penelitian Pinasthika (2012), remaja di Kota Bogor menggunakan waktunya sebanyak 15 menit sampai satu jam untuk menonton berita kriminal. 2. Frekuensi menonton berita Frekuensi menonton beritaadalah tingkat keseringan individu dalam menonton tayangan berita kriminal dalam rentan waktu tertentu. 3. Tingkat perhatian dalam menonton tayangan berita Merupakan sejauhmana individu memperhatikan tayangan yang sedang di tonton. 4. Kegiatan yang dilakukan saat menonton, merupakan suatu kegiatan yang di dilakukan responden saat menonton seperti, makan-makanan ringan, berbincang,dll 5. Motif menonton dorongan responden untuk menonton tayangan berita kriminal.
KERANGKA PEMIKIRAN Berita kriminal dalam penelitian ini adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai berbagai tindakan kriminal (kejahatan) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Berita ini dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan yang aktual dan mendalam dan variasi isi beritanya.Selain kemasan berita kriminal di televisi, ada juga karakteristik individu remaja yang berhubungan dengan keterdedahan remaja menonton berita kriminal di televisi.Karakteristik remaja dapat terlihat dari segi peringkat di kelas dan curahan waktu luang (Hurlock1978). Selain itu peranan orang tua juga turutmenentukan munculnya keterdedahan menonton tayangan berita kriminal anaknya. Tayangan yang bertemakan kriminal di televisi berpotensi mempunyai hubungan dengan perilaku agresif remaja. Perilaku agresif merupakan perilaku dengan tujuan menyakiti, menyerang atau merusak terhadap orang maupun bendabenda di sekelilingnya untuk mempertahankan diri maupun akibat dari rasa ketidakpuasan. Menurut Buss dan Perry (1992) terdapat dimensi agresi yang dapat digunakan untuk melihat perilaku agresif secara umum: 1. Agresi fisik, yaitu kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik sebagai ekspresi kemarahan 2. Agresi verbal, yaitu kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang tersebut secara verbal yaitu melalui kata-kata atau melakukan penolakan Pada penulisan ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif remaja yaitu teori pembelajaran (social learning theory). Teori ini diaplikasikan pada perilaku konsumen yang bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa. Remaja meniru apa yang mereka lihat di televisi. Dampak berita kriminal mengubah remaja menjadi agresif muncul sebagai akibat keterdedahan khalayak terhadap berita kriminal. Hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif yaitu dapat dilihat dari frekuensi, durasi menonton, perhatian, motif menonton. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut: Keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi: -
Frekuensi menonton
-
Durasi menonton
-
Tingkat perhatian terhadap berita
-
Kegiatan yang dilakukan saat menonton
-
Motif menonton berita
Perilaku agresif:
-
Agresi fisik Agresi verbal
Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan.
13
Keterdedahan tayangan berita kriminal dapat dilihat dari frekuensi lama menonton, durasi menonton, tingkat perhatian menonton tayangan berita, kegiatan yang dilakukan saat menonton, dan motif menonton berita kriminal. Frekuensi menonton adalah seberapa sering remaja menonton tayangan di televisi khususnya berita,diduga seringnya remaja yang menonton tayangan berita kriminal di televisi, maka akan mempengaruhi perilaku agresif, durasi menonton adalah lama waktu ketika menyaksikan tayangan di televisi khsusnya berita kriminal, diduga lamanya remaja menonton tayangan berita kriminal di televisi, maka akan mempengaruhi perilaku remaja menjadi agresif, tingkat perhatian adalah fokus penonton dalam memperhatikan acara tayangan televisi, maka diduga bahwa perhatian remaja yang terlalu mendalam saat menonton tayangan berita kriminal di televisi, maka akan mempengaruhi perilaku agresif remaja, dan motif menonton adalah dorongan seseorang untuk menonton, diduga dorongan remaja menonton tayangan berita kriminal di televisi, maka akan berhubungan dengan perilaku agresif. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian ini bahwa diduga ada hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan.
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survai, yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap informan. Sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan yaitu orang tua, kepala desa, dan ketua karang taruna dengan menggunakan panduan pertanyaan. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dipilih dengan perimbangan yaitu 1) Desa yang dipilih yaitu Desa Karangasem Timur Kecamatan Citeureup merupakan desa yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor yang masih mencirikan pedesaan. 2) Sebagian besar masyarakat sudah memiliki televisi, dan sinyal televisi sudah dapat diterima dengan baik pada masing-masing televisi warga. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu satu bulan, terhitung mulai bulan April 2017 sampai dengan Mei 2017. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan skripsi, uji kelayakan skripsi, kolokium penyampaian skripsi, perbaikan skripsi, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Kuesioner akan dibagikan kepada responden penelitian, sedangkan wawancara dilakukan kepada informan penelitian. Sementara itu data sekunder diperoleh melalui dukumen dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Data kualitataif di dapat dari hasil wawancara informan. Sebelum ke lokasi penelitian, sebanyak sepuluh (10) kuesioner telah dilakukan uji coba terlebih dahulu di Desa Karangasem Barat, Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor yang jaraknya berdekatan dengan lokasi penelitian dan merupakan salah satu desa yang juga melakukan adegan kekerasan, sehingga peneliti dapat melihat sejauhmana validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah dibuat. Uji reliabilitas terhadap kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data menghasilkan Cronbach’s Alpha, yaitu: keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi (α = 0.637) dan perilaku agresif (α = 0.679). Adapun uji validitas menggunakan metode corrected item-total correlation dengan nilai rtabel = 0.466, dan masing-masing item dinyatakan valid karena nilai rhitung > rtabel.
15
Teknik Penentuan Responden dan Informan Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Sasaran dalam penelitian ini adalah remaja Desa Karangasem Timur Kecamatan Citeureup. Responden akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang berusia 12-21 Tahun di Desa Karangasem, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Pengambilan sampel purposive adalah metode pengambilan sempel dengan pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat mewakili objek yang telah diteliti dan memiliki kriteria remaja berdasarkan kategori umur (yang tergolong remaja), dan remaja yang menonton tayangan berita kriminal, dan remaja yang pernah terlibat perkelahian di desa tersebut. Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 35 responden. Selain pengambilan data menggunakan kuesioner, dilakukan wawancara terhadap informan yang dipilih secara sengaja (purposive). Yaitu; Kepala Desa, ketua karang taruna, orang tua, dan responden yang terdedah menonton berita kriminal dan berperilaku agresif di Desa Karangasem Timur Kecamatan Citeureup. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang telah diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics 23 for Windows. Data di input pada Microsoft Excel 2010, lalu analisis tersebut diolah menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 23 for Windows. Analisis data digunakan untuk melihat hubungan variabel dengan data yang berbentuk skala ordinal. Data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang dan diuji dengan uji korelasi rank spearmen. Uji korelasi rank spearman dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi (X) dengan perilaku agresif remaja pedesaan (Y).
ρ =1−
6∑ d i2
n(n 2 − 1)
P = Koefisien korelasi Spearman (baca rho) d = Selisih ranking X danY n = Jumlah sampel Data kualitatif ini dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada
tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian ini akan dituliskan dalam laporan berbentuk skripsi Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterdedahan tayangan berita kriminal: suatau tayangan yang didalamnya mengandung adegan kriminal yang dapat berhubungan pada perilaku agresif remaja pedesaan. a) Frekuensi menonton berita kriminal adalah seberapa kali responden menonton tayangan berita kriminal, aspek ini dapat diukur dengan dua pernyataan indikator jumlah menonton berita kriminal oleh responden dalam waktu satu minggu terakhir, yang di bagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dengan menggunakan skala ukur ordinal, jawaban dari dua pernyataan tersebut mengandung sekor tertentu 1. Rendah 2-3 2. Sedang 4-5 3. Tinggi > 5 b) Durasi menonton berita kriminal adalah lama waktu yang digunakan dalam menonton tayangan berita kriminal di televisi, aspek ini dapat diukur dengan dua pernyataan jumlah menit yang digunakan dalam menonton tayangan berita kriminal setiap satu kali tayang dan menggunakan skala ordinal. Jawaban dari dua pernyataan tersebut mengandung sekor tertentu 1. Rendah 2-3 2. Sedang 4-5 3. Tinggi > 5 c) Perhatian terhadap tayangan berita kriminal adalah fokus responden saat menonton berita kriminal yang sedang berlangsung, dapat diukur dengan perhatian responden saat menonton berita kriminal dan menggunakan skala ordinal 1. Rendah 2-3 2. Sedang 4-5 3. Tinggi > 5 d) Kegiatan yang dilakukan saat menonton tayangan berita kriminal di televisi, merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan responden saat menonton tayangan berita kriminal. Aspek ini dapat diukur melalui jenis kegiatan responden saat menonton berita kriminal seperti, makan makanan ringan, berbicang dengan teman, membalas pesan, dll. dan menggunakan skala ordinal 1. Rendah 11-14 2. Sedang 15-18 3. Tinggi 19-22 e) Motif menonton berita kriminal adalah dorongan responden untuk menonton tayangan berita kriminal. Aspek ini dapat diukur melalui motivasi dominan responden dalam menonton tayangan berita kriminal dan menggunakan skala ordinal, yang di kategorikan sebagai berikut
17
1. Rendah 9-14 2. Sedang 15-20 3. Tinggi 21-27 Keterdedahan tayangan berita kriminal adalah suatau pemaparan akan tayangan berita kriminal yang disaksikan melalui media televisi. Aspek ini dapat diukur melelui 5 aspek yaitu frekuensi menonton, durasi menonton, perhatian menonton, kegiatan yang dilakukan saat menonton, dan motif menonton. Kelima aspek ini di kategorikan menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dan di ukur menggunakan skala ordinal. 1. Rendah 10-16 2. Sedang 19-23 3. Tinggi 24-30 2. Perilaku agresi adalah perilaku/tingkah laku untuk melukai individu lain atau menyakiti individu lain atau pengrusakan benda dengan sengaja baik itu secara verbal, fisik maupun menggunakan alat. a) Agresi fisik adalah kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik. Aspek ini dilihat melalui ekspresi kemarahan, seperti menendang, memukul, mencubit, menonjok dan lainnya, diukur menggunakan skala ordinal dan di kategotikan sebagai berikut 1. Rendah 5-8 2. Sedang 9-12 3. Tinggi 13-15 b) Agresi verbal, yaitu kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang tersebut secara verbal yaitu melalui kata-kata atau melakukan penolakan, seperti halnya memfitnah, menggosip, dll. Diukur menggunakan skala ordinal 1. Rendah 5-8 2. Sedang 9-12 3. Tinggi 13-15 Perilaku agresif adalah suatu perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, perilaku agrsif ini di bagi menjadi dua kategori yaitu agresi fisik dan agresi verbal, kedua perilaku agresif ini sama-sama bertujuan untuk menyakiti orang lain, jika agresi fisik berupa memukul, menendang, mencubut dan jika agresi verbal seperti menghina, mengadu domba, menuduh,dll. Aspek perilaku agresif ini di ukur menggunakan skala ordinal yang telah di kategorikan sebagai berikut 1. Rendah 2-3 2. Sedang 4-5 3. Tinggi > 5
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Dilihat dari letak dan keadaan geografis Desa Karangasem Timur memiliki luas wilayah sebesar 108.375 Ha . Desa Karangasem Timur terdiri dari 8 rukun warga dan 32 rukun tetangga. Batas wilayah Desa Karangasem Timur, yaitu sebelah Utara :dibatasi dengan Desa Citeureup, sebelah selatan di batasi dengan Desa Sanja, sebelah timurdi batasi dengan kelurahan Karangasem Barat, dan sebelah barat di batasi dengan Desa Tarikolot. Desa Karangasem Timur dilihat dari segi jarak kantor Desa Karangasem Timur, yaitu Kecamatan Citeureup berjarak kurang lebih 1 km, dari kantor Bupati Bogor kurang lebih 17 km, dan dari kantor Gubernur Jawa Barat kurang lebih 200 km Desa Karangasem Timur memiliki beberapa visi dan misi yang dapat di paparkan, seperti halnya Visi Desa Karangasem Timur adalah untu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri, maju, dan berlandasan iman dan taqwa, dan Misi Desa Karangasem Timur meningkatkan kesejahtraan rakyat, meningkatkan perekonomian desa, memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat, memantapkan kualitas iman dan taqwa, mewujudkan pemerintahan desa yang baik. Tak hanya itu Desa Karangasem Timur memiliki motto yaitu Sehat, Sejahtera, Ekonomis, Harmonis, Agamis, Transparan. Kondisi Demografi (1) Kependudukan Hasil sensus penduduk Desa Karangasem Timur Tahun 2016 menyatakan bahwa penduduk Desa berjumlah 11.202 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebsar 5.475 jiwa, jumlah penduduk perempuan ialah sebesar 5.475 jiwa dan usia yang di tergolong usia remaja berjumlah 2.750 jiwa. Adapun komposisi usia penduduk digambarkan dalam tabel 1 di bawah ini Berdasarkan jumlah penduduk, Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor memiliki jumlah remaja senilai 2.750 jiwa. Apabila dilihat dari komposisi umur penduduk, Desa Karangasem Timur didominasi oleh usia produktif. Selain itu, Desa Karangasem Timur juga memiliki penduduk migrasi. Para migran datang ke Desa Karangasem Timur untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam mendapatkan pekerjaan menjadi buruh. Hal tersebut dikarenakan Desa Karangasem Timur merupakan desa atau kampung industri. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Karangasem Timur ialah Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia, seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa usia remaja berjumlah 2.750 jiwa pada desa ini. Sesuai kategori umur remaja yang kita ketahui bahwa kategori umur tersebut (12-22) tahun rentan dalam pergaulan kearah yang negatif seperti salah satunya tawuran. Pada Desa Karangasem Timur ini setiap bulan puasa terjadi perang/tawuran sarung antar gang desa, tawuran sarung ini menjadi kebiasaan rutin saat bulan puasa yang dilakukan oleh remaja desa rata-rata umur 12-17 tahun. Selain perang sarung pada desa kejadian lainnya saat bulan puasa adalah perang petasan, perang petasan ini dilakukan oleh remaja yang sama usianya yaitu usia 12-17 tahun. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini akan menyebabkan perubahan perilaku remaja menjadi perilaku agresif, perilaku agresif ini dapat di artikan sebagai suatu perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain. Perilaku agresif ini dibagi menjadi dua kategori yaitu agresi fisik (menyakiti secara fisik) dan agresi verbal (menyakiti berdasarkan kata-kata).
19
Tabel 1. Komposisi usia penduduk Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Tahun 2016 N0 Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-4 620 558 1178 2 5-9 346 389 735 3 10-14 531 396 927 4 15-19 514 463 977 5 20-24 566 532 1098 6 25-29 550 529 1079 7 30-34 472 476 948 8 35-39 466 460 926 9 40-44 429 441 870 10 45-49 373 384 757 11 50-54 313 355 668 12 55-59 304 223 527 13 60-64 183 197 380 14 70 ke atas 60 72 132 Jumlah 5.727 5.475 11.202 Sumber: Profil Desa Karangasem Timur 2016. (2) Tingkat Pendidikan Tabel 2. Tingkat pendidikan penduduk Desa Karangasem Timur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Tahun 2016 Tingkat Pendidikan
Laki-laki Presentase Perempuan Presentase (Jiwa) (%) (Jiwa) (%)
Jumlah (Jiwa)
Tamat SD/sederajat 3.668 68.63 3.534 74.41 7.202 Tamat SMP/sederajat 887 16.59 698 14.69 1.585 Tamat SMA/sederajat 711 13.30 460 9.68 1.171 Tamat D-2/sederajat 13 0.24 20 0.42 33 Tamat S-1/sederajat 59 1.10 36 0.75 95 Tamat S-2/sederajat 4 0.07 1 0.02 5 Tamat S-3/sederajat 2 0.03 0 0 2 Jumlah Total 5.344 100.00 4.749 100.00 10.093 Sumber: Data Pokok Desa Karangasem Timur, Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia Tahun 2016. Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pemabagian penduduk dapat pula dikategorikan berdasarkan tingkat pendidikan yang berada di suatu wilayah. Penduduk Desa Karangasem Timur, menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel yang menunjukkan bahwa umumnya, tingkat pendidikan di Desa Karangasem Timur ialah tamat Sekolah Dasar/sederajat dengan perolehan total 7.207 jiwa
Kondisi Sosial Remaja Desa Karangasem Timur sebagian besar keseharian menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda untuk berinteraksi. Untuk mengkoordinasi kegiatan remaja, terdapat Karang Taruna yang terdiri dari Karang Taruna tingkat desa, Karang Taruna tingkat rukun warga (RW), dan Karang Taruna tingkat rukun tetangga (RT). Jumlah remaja yang berusia 12-22 Tahun di Desa Karangasem Timur berjumlah kurang lebih 2900 jiwa dengan masing-masing 1100 jiwa laki-laki dan 1800 jiwa perempuan. Setelah dilakukan penelitian di Desa Karangasem Timur ini banyak terjadi kekerasan seperti tawuran yang sebagian besarnya dilakukan oleh remaja. Hal tersebut disebabkan oleh remaja Desa Karangasem Timur mempunyai kebiasaan rutin yang dilakukan remaja pada bulan puasa. Pada bulan puasa remaja Desa Karangasem Timur melakukan tindakan yang didalamnya mengandung adegan kekerasan seperti tawuran sarung, tawuran sarung ini dilakukan setelah solat tarawih selesai. Biasanya remaja Desa Karangasem Timur melakukan hal tersebut dengan melawan gang sebelah. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu responden, seperti berikut ini: “..disini anak-anaknya agak nakal teh. Anak-anak pada perang perangan sarung sama gang pipatek, soalnya setiap bulan puasa abis tarawih langsung gang pipatek teriak teriak di ujung jalan, yang seolah-olah mancing keributan. Mereka (anak pipatek) sering banget berantem ama RW sini”... (DAA, 20 tahun) Remaja Desa Karangasem Timur yang berumur 12-22 mempunyai status pekerjaan yang beragam, karena tidaksemua remaja yang lulus sekolah menengah atas melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dan langsung bekerja. Selain itu kegiatan remaja bersama teman-teman di satu sekolah dan satu tempat kerja membuat remaja kurang mempunyai waktu untuk berinteraksi dengan teman sebayanya di lingkungan rumah. Adanya Karang Taruna mulai dari tingkat desa hingga tingkat rukun warga pun sedikit memberi pengaruh yang berarti untuk kegiatan sosialisasi antar remaja Desa Karangasem Timur, khususnya Karang Taruna tingkat desa. Saat penelitian ini dilakukan, Ketua Karang Taruna tingkat Desa sedikit banyak bercerita tentang kegiatan yang dilakukan oleh remaja desa Karangasem Timur, dari mulai tempat berkumpul, dari mulai kegiatan yang dilakukan dan masih banyak hal lainnya. Remaja desa Karangasem Timur yang sering terlibat dalam adegan tawuran adalah remaja yang berusia 12-16 Tahun yang dikarenakan usia tersebut masih kategori terbawa suasana dan belum dapat mengkontrol emosinya. Sedangkan usia 17-22 Tahun justru sudah jarang melakukan kekerasan berupa fisik di desa tersebut. Tetapi unyuk usia 17-22 Tahun lebih sering melakukan agresi atau kekerasan secara verbal. Remaja yang berusia 17-22 Tahun cenderung lebih suka menonton tayangantayangan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan untuknya, seperti tayangan berita kriminal, salah satu responden memaparkan bahwa dirinya lebih suka menonton berita di banding dengan tayangan lain seperti gosip, sinetron, kartun dll. Seperti berikut yang di paparkan oleh salah satu responden: ... “saya mah mending nonton berita politik, kriminal, ekonomi, di banding saya harus nonton kaya gosip, sinetron, karun. Kalo nonton berita tuh nambah pengetahuan saya nambah wawasan saya juga biar
21
saya tau informasi-informasi apa aja yang ada di Indonesia”. (SHD, 21 Tahun). Pemaparan lainnya menurut linmas Desa Karangasem Timur bahwa kejadian tawuran ini sudah terjadi sejak lama, dan mayoritas di ikuti oleh remaja. Remaja Desa Karangasem Timur ini selalu ada generasi penerus untuk melakukan tawuran, sehingga setiap tahynnya selalu ada adegan kekerasan yang dilakukannya dengan gang desa lainnya. Hal ini di perkuat oleh pemaparan linmas selaku informan penelitian. ...”dari taun ketaun neng ada aja yang tawuran teh, sempet di rapatin di kantor desa, udah tuh beberapa bulan ga ada tapi ada lagi aja yang tawuran, berupa perang sarung, perang petasan banting, banyak lah, ada juga tuh kemarin mah yang tangannya kena petasan anaknya Hj een tapi sekarang udah pindah ga tinggal di sini lagi, anak bawah mah kalo tawuran suka pake petasan, disini mah kalo bulan puasa abis tarawih langsung pada mainin sarung yang nantinya bakal tawuran sarung. Jadi dari tahun ketahun teh beda orangnya seolah-olah yang udah agak gede pensiun dari tawuran nanti adalagi yang anak barunya, gitu weh lah jadi kita susah ngenalinnya yang mana yang mau tawuran. Anak sekarang mah pada pinter-pinter buat ngeboongin orang tua. Malam takbiran ge suka perang sarung, perang petasan sama desa pipatek bawah, katanya mah anak pipatek yang memancing emosi mereka, jadi ujung-ujungnya tawuran. Dulu juga ada orang ngilmu terus ga kesampean jadi agak setres, tiap hari bawa-bawa golok sempet ngebacok ade saya kan, kalo di bilang anak-anak sini nakal ya justru yang masih kecilnya yang nakal yang masih SMP lah rata-rata mah yang suka ikut tawuran rutin mah”...(YYT,54 tahun)
GAMBARAN UMUM BERITA KRIMINAL DI TELEVISI Berita kriminal adalah berita atau laporan mengenai kejahatan yang diperoleh dari polisi-polisi. Berita yang termasuk ke dalam berita kejahatan seperti, pembunuhan, penipuan, pemerkosaan, pencopetan, pencurian, perampokan, narkoba, tawuran, penganiayaan dan sebagainya yang melanggar hukum. Di indonesia tindakan kriminalitas semakin meningkat, seperti tindakan tawuran pelajar yang semakin marak terjadi di kalangan remaja, awalnya tawuran dilakukan oleh pelajar yang menduduki bangku sekolah menengah atas atau sederajatnya, tetapi saat ini tawuran diikuti oleh remaja yang menduduki bangku sekolah menengah pertama atau sederajatnya. Hampir sebagian besar stasiun televisi swasta di Indonesia memiliki setidaknya satu program berita kriminal. Contoh beberapa program berita kriminal yang pernah ada yaitu program “SERGAP” di stasiun televisi RCTI , program “BUSER” di stasiun televisi SCTV, program “SIDIK JARI” di stasiun televisi AnTV, program “TKP” di stasiun televisi Trans7, program “LACAK” di stasiun TRANSTV, dan program “PATROLI” di stasiun televisi Indosiar. Akan tetapi, beberapa program kriminal tersebut sudah dihentikan penayangannya dan salah satu yang masih bertahan hingga saat ini yaitu program “PATROLI” yang ditayangkan di Indosiar. Sebagai tayangan berita yang memiliki fungsi informatif kepada penonton, program “PATROLI” memberikan informasi yang cukup jelas mengenai peristiwa kriminalitas yang terjadi di Indonesia. Sebagai sebuah program berita, tayangan berita kriminal tetap dibutuhkan oleh semua kalangan untuk mendapatkan informasi dengan cepat mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi. Akan tetapi, penyampaian pesan yang mengandung unsur kekerasan yang kuat sangat mempengaruhi tayangan berita kriminalitas tersebut. Tayangan seperti ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Karena persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Mulyana,2010:180). Sebagai sebuah media, maka televisi memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi dan edukasi untuk penonton. Program berita kriminal memang ditujukan untuk memberikan informasi kepada penonton mengenai peristiwa kriminalitas yang terjadi, sehingga penonton dapat mempersiapkan tindakan preventif untuk menghindarkan kejadian kriminalitas di sekitar mereka. Namun, tayangan berita kriminal yang selalu memberikan rekaman gambar berkaitan dengan kantor polisi, ruang jenazah, bahkan gambar jenazah dapat memberikan dampak yang berbeda pada penontonnya. Program berita kriminal yang bertahan cukup lama bahkan masih tayang hingga saat ini yaitu program “PATROLI” yang tayang di Indosiar. Tayangan “PATROLI’ di Indosiar merupakan sebuah program berita yang meliput berbagai tindak kejahatan kriminal yang terjadi di tengah masyarakat. Sebagai sebuah tayangan berita, program “PATROLI” merupakan satusatunya program berita yang konsisten dengan isi dan formatnya hingga saat ini. Banyak program berita kriminalitas yang muncul di berbagai stasiun televisi tapi tidak bertahan hingga saat ini. Oleh karena itu program “PATROLI” digunakan untuk penelitian karena konsistensinya yang terus terjaga hingga saat ini sebagai program berita kriminalitas. Sehingga dengan menyaksikan program ini, maka masyarakat dapat mempelajari serta meningkatkan kewaspadaan terhadap kejahatan. Tidak hanya itu, tayangan tersebut bisa juga dapat memberikan dampak trauma dan ketakutan yang berlebihan kepada masyarakat yang terlalu mendalami tayangan tersebut. Bagi masyarakat yang dewasa , tentu tidak akan terkena dampak negatif dari tayangan tersebut. Akan tetapi, hal tersebut bisa saja terjadi pada remaja yang masih belum
23
dapat memilah mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang tidak. Sehingga dampak positif dan negatif dari tayangan tersebut dapat terlihat dari kehidupan para remaja. Responden penelitian lebih sering menyaksikan berita patroli yang dikarenakan informasi yang di sajikan sangat jelas. Hal ini di berkual oleh pemaparan salah satu responden berikut ini. ...”entah kenapa saya lebih seneng patroli, enak aja gitu dilihatnya penyajiannya jelas, ga belit-belit, suka ada reka adegan, jadi penonton tuh ngerti gitu”... (DR, 21 tahun) ...” lebih sering nonton sih yang di indosiar teh, berita patroli, soalnya beritanya kebanyakan tentang kejahatan ya, jadi saya bisa lebih waspada lagi”...(MMY,22 tahun) ...” kalo saya sama keluarga sih kalo pas ada waktu luang kami pasti nonton berita karna tayangannya berbobot dan buat nambah informasi juga sih ya, berita yang sering saya sama keluarga tonton patroli, ga tau kenapa ya dari dulu saya sama keluarga selalu kalo berita pasti patroli atau buser”...(WWN,21 tahun)
GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITAIN Responden pada penelitian ini merupakan gambaran umum dari responden pada studi kasus penelitian. Gambaran umum pada penelitian ini tidak diuji dengan variabel lainnya. Karakteristik yang dipelajari pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan responden. Adapun respoden pada penelitian ini adalah remaja pada usia 12-22 tahun dan menonton berita kriminal. Jenis Kelamin Responden Pada penelitian ini, jenis kelamin responden terdiri dari remaja laki-laki dan perempuan yang menonton tayangan berita kriminal dan melakukan perilaku agresif di desa Karangasem Timur. Dari Tabel 3, ditunjukkan bahwa mayoritas responden yang dilibatkan pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah responden yaitu sebesar 33 atau sebesar 94.2 persen dari seluruh responden. Responden berjenis kelamin perempuan pada penelitian ini berjumlah 2 orang atau sebesar 5.8 persen dari jumlah seluruh responden. Tingginya partisipasi remaja berjenis kelamin laki-laki disebabkan karena laki-laki lebih cenderung melakukan perilaku agresif dibanding perempuan pada Desa Karangasem Timur Tabel 3. Jumlah dan presentase jenis kelamin responden di Desa Karangasem Timur Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki 33 94.2 Perempuan 2 5.8 Total 35 100 Umur Responden Kategori umur pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-22 Tahun, namun hasil pada penelitian ini umur responden yang terpilih dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok umur 12-15 Tahun, 16-18 Tahun dan 19-21 Tahun. Sebaran responden penelitian ini berdasakan kelompok umur disajikan pada Tabel di bawah ini. Tabel 4. Jumlah dan presentase umur responden di Desa Karangasem Timur Jenis Usia Jumlah (n) Persentase (%) 12-15 7 20 16-18 12 34.3 19-22 16 45.7 Total 35 100 Melalui data pada Tabel 4, diketahui bahwa remaja di Desa Karangasem Timur yang paling banyak menonton berita adalah remaja usia sekolah yaitu 19-22 tahun dengan jumlah responden sebesar 45.7 persen dari jumlah seluruh responden. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah waktu luang yang ada dan sudah mulai mengeri maksud dari isi tayangan. Pada kelompok umur 16-18 tahun memiliki jumlah responden sebanyak 12 orang atau senilai 34.3 persen dari seluruh jumlah responden.
25
Pada responden berusia 12-15 Tahun terdapat sebanyak 7 orang atau sebesar 20 persen dari seluruh responden. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Tingkat pendidikan pada penelitian ini didefinisikan sebagai pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh responden. Pada kuesioner penelitian ini, tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi lima kelompok seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini. Berdasarkan Tabel 5 di atas, tingkat pendidikan responden pada penelitian ini mayoritas adalah Tamat SMA/Sederajat. Sebanyak 18 responden atau sebesar 51.4 persen dari jumlah seluruh responden merupakan lulusan SMA dan SMK.Tingkat pendidikan responden yang paling rendah jumlahnya penelitian ini adalah remaja pada tingkat pendidikan Tamat Perguruan Tinggi dan tidak tamat SD senilai 0. Sedangkan responden yang lulus SMP berjumlah 8 responden atau senialai 22.9 persen, dan yang tamat SD bejumlah 9 orang atau senilai 25.7 persen. Tabel 5. Jumlah dan presentase pendidikan terakhir responden di Desa Karangasem Timur. Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Tidak Tamat Sekolah Dasar 0 0 Tamat Sekolah Dasar 9 25.7 Tamat SMP/Sederajat 8 22.9 Tamat SMA/Sederajat 18 51.4 Tamat Perguruan Tinggi 0 0 Total 35 100 Status Pekerjaan Responden Jenis pekerjaan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kelompok jenis pekerjaan, yaitu 1) Pelajar; 2) Mahasiswa; 3) Bekerja; dan 4) Belum bekerja. Jenis pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kemungkinan pekerjaan yang dilakukan oleh responden yaitu remaja usia 16-22 Tahun. Jumlah dan frekuensi status pekerjaan remaja di Desa Karangasem Timur disajikan pada Tabel 4.Berdasarkan data pada Tabel 6, menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini masih berstatus pelajar. Tabel 6. Jumlah dan presentase status pekerjaan responden di Desa Karangasem Timur. Status Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) Pelajar 17 48.6 Mahasiswa 3 8.6 Kerja 7 20.0 Belum Bekerja 8 22.9 Total 35 100 Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa status pekerjaan di Desa Karangasem Timur ini sangat beragam, seperti yang dipaparkan di atas bahwa jumlah responden yang berstatus pelajar senilai 17 orang atau sebersar 48.6 persen,
berjumlah 3 responden atau senilai 8.6 persen berstatus sebagai mahasiswa, sebanyak 7 orang responden atau senilai 20.0 persen berstatus kerja, dan yang terakhir sebanyak 8 orang responden atau 22.9 persen belum bekerja dengan alasan sulit mencari pekerjaan dikarenakan kawasan industri di sekitar banyak mengurangi kariawan. Tingkat Pendapatan Responden Pendapatan pada penelitian ini didefinisikan sebagai pemasukan responden berupa uang saku bagi responden yang masih pelajar, mahasiswa dan belum bekerja maupun gaji bagi responden yang sudah bekerja selama satu bulan terakhir. Tabel 7. Jumlah dan presentase hasil pendapatan responden di Desa Karangasem Timur. Jumlah Pendapatan Jumlah (n) Persentase (%) Rendah 18 51.4 Sedang 11 31.4 Tinggi 6 17.2 Total 35 100 Berdasarkan tabel 7 bawa pendapatan responden di bagi menjadi 3 kategori yaitu rendah (kurang dari 500000) sedang (500000-1500000) tinggi (lebih dari 1500000). Pendapatan responden ini berada pada kategori, yang dikarenakan responden yang berada di kategori tersebut sebagai pelajar yang masih di beri oleh orang tua, Sedangkan sebanyak 11 responden atau senilai 31.4 berada di kategori sedang, dan yang teakhir sebanyak 6 orang responden atau senilai 17.2 persen berada di kategori tinggi
27
KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI PADA REMAJA PEDESAAN Keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi pada penelitian ini merupakan suatu hal yang dilakukan oleh remaja dalam menyaksikan tayangan berita kriminal pada waktu tertentu. Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa tayangan berita yang ditonton responden adalah tayangan berita dengan tema kriminal yang tayang setiap hari dengan durasi setiap kali tayang tertentu. Tabel 8. Jumlah dan presentase keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Jumlah (n) Persentase (%) di televisi Rendah 0 0 Sedang 3 8.6 Tinggi 32 91.4 Total 35 100 Tabel 8 menjelaskan bahwa pada keterdedahan tayangan berita kriminal televisi ini terdapat pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 32 orang atau sebesar 91.4 persen yang terdedah pada tayangan berita kriminal dan pada kategori sedang sebanyak 3 orang atau sebesar 8.6 persen yang terdedah dengan tayangan berita kriminal. Hal ini dikarenakan responden mengisi waktu luang dengan menonton tayangan berita kriminal. Data ini diperkuat dari pemaparan responden berikut: ...”kalo pulang sekolah sambil tiduran nontonnya berita, soalnya sama orang tua saya ga boleh nonton sinetron takut nanti berperilaku negatif, tau sendirikan sinetron mah paling tentang percintaan gitu”...(DSA,17 tahun) Frekuensi Menonton Responden Frekuensi menonton pada penelitian ini merupakan berapa kali responden menonton berita kriminal dalam satu minggu terakhir saat penelitian dilakukan. Frekuensi menonton pada penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu frekuensi tinggi (6-7 kali dalam seminggu), frekuensi sedang (4-5 kali dalam seminggu) dan frekuensi rendah (1-3 kali dalam seminggu). Tabel 9. Jumlah dan presentase keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berdasarkan frekuensi menonton responden. Frekuensi Menonton Jumlah (n) Persentase (%) Rendah 2 5.7 Sedang 25 71.4 Tinggi 5 22.9 Total 35 100 Tabel 9 menjelaskan bahwa frekuensi menonton berita kriminal berada pada kategori sedang, sebanyak 25 responden atau senilai 71.4 persen responden menonton berita kriminal. yang dikarenakan pada karegori ini responden hanya menonton berita kriminal dalam waktu 1 minggu kebelakang sebanyak 4-5 kali saja, karena pada siang
hari responden masih beraktivitas sehingga tidak banyak memiliki banyak waktu kosong. Disamping itu, alasan lainnya adalah ketertarikan remaja terhadap berita kriminal yang dapat dikatakan rendah. Hal tersebut dikarenakan remaja menganggap berita kriminal saat ini menayangkan hal buruk dalam perilaku karena berita kriminal saat ini membuat anak khususnya remaja mengikuti adegan yang cenderung negatif dan menayangkan kekerasan pada tayangannya. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan remaja Desa Karangasem Timur: “Kalo kurang baiknya ya soalnya tayangan berita kriminal di televises bnayak yang menayangkan reka adegan, sehingga seolah-olah mengajarkan penonton hal buruknya, udah gitu kan ada adegan kekerasan juga...” (PAM, 14 tahun). Durasi Menonton Responden Durasi menonton yang diukur dalam penelitian ini adalah rata-rata jumlah menit yang digunakan responden dalam menonton berita kriminal setiap kali tayang. Dalam penelitian ini, durasi menonton dikategorikan menjadi tiga katogori durasi yaitu durasi menonton tinggi (80-120 menit), durasi menonton sedang (40-80 menit) dan durasi menonton rendah (kurang dari 40 menit). Distribusi durasi menonton berita di televisi pada responden Desa Karangasem Timur dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 10. Jumlah dan presentase keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berdasarkan durasi menonton responden. Durasi Menonton Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
11 21 3 35
31.4 60.0 8.6 100
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa durasi menonton berita kriminal pada remaja Desa Karangasem Timur tergolong pada tingkat durasi sedang,karena remaja menonton berita kriminal hanya untuk menemani waktu istirahat dan memanfaatkan waktu kosong agar menambah wawasan. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui persentase remaja yang menonton berita kriminal dengan durasi 40-80 menit setiap kali tayang adalah sebanyak 21 responden atau sebesar 60.0 persen. Diperkuat oleh pernyataan remaja Desa Karangasem Timur ...”Saya kalo nonton berita kriminal malem, soalnya pagi sampe jam 16.00 saya kerja. Saya nonton sekalian saya istirahat itung-itung nambah wawasan juga,biar tau tindakan kriminal di Indonesia itu apa dan biar kita waspada gitu”...(MFK, 19 tahun) Perhatian Menonton Berita Kriminal Tingkat perhatian menonton berita kriminal pada penelitian ini merupakan fokus responden saat menonton berita kriminal yang sedang berlangsung. Tingkat perhatian pada penelitian ini dikategorikan menjadi tiga ketegori yang bergantung pada aktivitas apa yang dilakukan responden pada saat menonton berita kriminal.
29
Tingkat perhatian responden pada kategori tinggi ketika responden tidak melakukan kegiatan lain saat menonton berita kriminal. Tingkat perhatian responden sedang ketika responden melakukan aktifitas ringan sambil menonton berita kriminal. Tingkat perhatian responden rendah ketika berita kriminal hanya dijadikan sampingan saat mengerjakan aktifitas lain. Distribusi tingkat perhatian responden saat menonton berita kriminal dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11. Jumlah dan presentase keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berdasarkan perhatian responden terhadap tayangan berita kriminal Perhatian Terhadap Berita Kriminal Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
0 30 5 35
0 85.7 14.3 100
Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat perhatian remaja Desa Karangasem Timur dalam menonton berita kriminal berada pada kategori sedang, yang mana sebanyak 30 responden atau sebesar 85.7 persen memperhatikan tayangan berita kriminal. Hal ini dikarenakan responden di Desa Karangasem Timur menonton berita kriminal kebanyakan hanya untuk menemani waktu istirahat dan mereka menonton berita kriminal dengan melakukan kegiatan lain. Data ini diperkuat dari pemaparan yang diberikan oleh salah satu responden ...”saya kalo nonton memperhatiakan sih memperhatikan tapi ya memperhatikan banget, biasa aja lah, nonton mah nonton tapi engga memperhatikan banget kadang-kadang suka ketiduran juga kalo nonton berita”...(WS, 17 tahun) Kegiatan yang Dilakukan Responden Saat Menonton Kegiatan ketika menonton adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau responden pada saat menonton tayangan berita kriminal di televisi seperti hal nya melakukan beberapa kegiatan yang ditanyakan pada remaja yang kemungkinan dilakukan saat mereka menonton berita kriminal seperti cek notifikasi telepon genggam, menerima telepon, membalas pesan, mengerjakan tugas, membersihkan rumah, memasak, menyetrika, dal lain-lain. Tabel 12. Jumlah dan persentase keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan saat menonton. Kegiatan yang Dilakukan Saat Menonton Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
16 4 5 35
45.7 40.0 14.3 100
Dapat dilihat berdasarkan tabel di atas bahwa kategori kegiatan ketika menonton ini berada pada kategori rendah, yang dikarenakan remaja menonton sambil melakukan kegiatan lain.
Remaja mempunyai tingkat perhatian yang tinggi yaitu remaja melakukan hal-hal ringan pada saat menonton berita di televisi sehingga tidak memungkinkan remaja terganggu saat menonton berita kriminal, seperti makan makanan ringan, makan berat, dan mengobrol dengan keluarga maupun teman. Adapula beberapa kegiatan lain yang ditanyakan pada remaja yang kemungkinan dilakukan saat mereka menonton berita kriminal seperti cek notifikasi telepon genggam, menerima telepon, membalas pesan, mengerjakan tugas, membersihkan rumah, memasak, menyetrika, dal lain-lain. ...” biasanya kalo nonton berita ya sambil ngelakuin hal lain suka makan juga, tiduran sambil main hp, gitu aja lah ga mantengin terus berita, ga fokus gitu ke beritanya, kasarnya mah asal ada suara suara lah”..(DS,16 tahun) Motif Menonton Responden Motivasi menonton pada penelitian ini adalah alasan yang menjadi dorongan responden untuk tertarik menonton tayangan berita kriminal. Motivasi yang diuji dalam penelitian ini mencakup tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Tabel 13. Jumlah dan presentase keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berdasarkan motif menonton tayangan berita kriminal. Motif Menonton Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
0 23 12 35
0 65.7 34.3 100
Tabel 13 menjelaskan bahwa motivasi menonton berita kriminal di televisi pada remaja Desa Karangasem Timur tergolong pada tingkat durasi sedang, sebanyak 23 orang atau sebesar 65.7 persen. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui pengkategorian penilaian yang telah di buat penulis yaitu kategori rendah, sedang, tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Budhiarty (2004) bahwa remaja menonton program berita bukan sekedar untuk memperoleh informasi saja. Rata-rata responden motif menonton berita kriminal hanya untuk mengetahui informasi dan menambah wawasan agar mereka lebih waspada tentang aksi kejahatan yang ada di Indonesia. ...”ya nonton berita kriminal ya motifasi saya buat tau lebih jauh tentang adegan kriminal yang ada di Indonesia, selain itu juga buat nambah wawasan saya mengenai kejadian atau tindakan kriminal”...(GGA, 20 tahun) ...”sama sih sama yang lain buat nambah informasi mengenai kejahatan yang ada di negara kita, tentunya agar lebih waspada tentang kejahatan yang beredar di Indonesia”...(HS,19 tahun)
31
...” kalo saya nonton berita kriminal selain ingin mengetahui informasi, saya cuman buat mengisi waktu kosong aja, lumayan buat nemenin sambil ngelakuin kegiatan lain”...(FSA,20 tahun). Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Hubungan antara Umur Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Tabel 14. Hubungan antara umur responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Total di Televisi Umur Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Rendah 0 00.0 6 85.7 1 14.2 7 100,0 Sedang 0 00.0 11 91.6 1 8.3 12 100.0 Tinggi 0 00.0 14 87.5 2 12.5 16 100.0 Total 0 0 31 88.5 4 11.4 35 100.0 Ket: p < 0.01 Rs: 0.432** Tabel 14 di atas memperlihatkan bahwa keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dan umur responden berada pada kategori sedang. Dikarenakan pada usia kategori sedang (16-18 tahun) lebih sering menonton tayangan berita kriminal dan pada usia tersebut mereka memiliki tingkat ingin tahu atau penasaran yang tinggi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukan bahwa terdapat korelasi antara variabel umur responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal sebesar 0.432**; p < (0,01). Nilai tersebut menunjukkan korelasi kedua variabel tersebut yang cukup kuat. Artinya bahwa remaja yang lebih sering menonton tayangan berita kriminal di televisi berada pada usia 16-18 tahun. Hal ini di karenakan pada usia tersebut remaja memiliki rasa ingin tahu atau penasaran yang tinggi Sarwono (2000). Data ini dapat diperkuat melalui pemaparan dari salah satu responden berikut ini …”Mendingan berita, soalnya berita bisa menambah pengetahuan saya tentang kejadian kriminal apa yang terjadi di Indonesia”…(SSU, 20 Tahun). ...” kalo suruh milih berita sama sinetron sih saya milih berita karena berita buat menambah informasi, menambah wawasan juga tapi karna saya kerja saya jarang nonton berita, paling ya kalo libur aja, kalo pas lagi ada di rumah itu juga, emang sih berita bagus banget buat kita tau lebih lanjut informasi tapi gimana ya waktunya teh susah, kalo dulu pas lagi nganggur sih saya suka nonton 2 tahun yang lalu sekarang mah susah bagi waktunya teh”...(DDS,22 tahun)
Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Tabel 15. Hubungan antara jenis kelamin responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Pendidikan Terakhir Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah 0 00.0 8 88.8 1 11.1 Sedang 0 00.0 8 87.5 1 12.5 Tinggi 0 00.0 16 77.8 2 22.2 Total 0 0 31 88.1 4 11.4 Hasil uji Chi-Square: (x2 =6.638; p =0.010)
Total n 9 8 18 35
% 100.0 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 15, laki-laki lebih dominan melakukan tindakan agresi di bandingkan dengan perempuan dan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berada pada kategori sedang. Hal ini membuktikan bahwa mayoritas responden yang dipilih adalah laki-laki, oleh karena itu maka, tidak adanya hubungan antara tingkat jenis kelamin pada kategori laki-laki dengan keterdedahan tanyangan berita kriminal di televisi. Dapat dilihat dari hasil uji statistik pada tabel 15 menunjukan uji ChiSquare antara jenis kelamin dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi, yang diperoleh nilai Chi-Square hitung yaitu sebesar 6.638 lebih besar dari pada ChiSquare tabel yaitu sebesar 3.841 ( pada df = 1) maka terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan diperoleh nilai signifikan sebesar 0.010, dikarenakan nilai signifikan 0.010 lebih kecil dari 0.05 atau 0.01, maka kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi. Hubungan antara Pendidikan Terakhir Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Tabel 16. Hubungan antara pendidikan terakhir responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Total di Televisi Jenis Kelamin Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Laki-laki 0 00.0 29 93.5 2 5.5 31 100.0 Perempuan 0 00.0 2 51.0 4 49.0 4 100.0 Total 0 00.0 31 88.5 4 11.4 35 100.0 Ket: p < 0.01 Rs: 0.504** Tabel 16 di atas memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden berada pada kategori rendah, sedangkan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan remaja yang tingkat pendidikannya rendah lebih senang menonton tayangan berita kriminal, dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tindakan kriminal di Indonesia. hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan antara tingkat status
33
pendidikan terkhir pada kategori rendah dengan keterdedahan tanyangan berita kriminal di televisi pada kategori sedang. hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji yang diperoleh nilai korelasi antara variabel pendidikan terakhir responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal sebesar 0.504** Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel merupakan korelasi yang kuat. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi lebih senang menonton tayangan berita kriminal di banding tayangan lainnya, karena tayangan berita kriminal dapat menambah informasi bagi mereka dan mereka lebih waspada pada adegan kejahatan yang ada. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.504** p < (0.01). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan, karena nilai ρ lebih kecil dari 0.01. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal dengan pendidikan terakhir responden. Dapat di perkuat dengan salah satu penjabaran responden berikut ini ...”saya lebih suka tayangan berita, ya dengan adanya tayangan berita saya bisa tau informasi mengenai tindakan kriminal yang ada di Indonesia dan juga saya bisa lebih waspada kembali mengeni kejahatan yang marak di Indonesia”...( AAN, 20 tahun) ...” saya lebih suka berita dari pada sinetron karena berita itu sumbernya jelas, jadi kita tau informasi tuh fakta bukan gosip gitu, dengan adanya berita kriminal saya lebih mengetahui aksi kejahatan apa aja yang ada di indonesia ini” ...( JJN,19 tahun) Hubungan antara Status Pekerjaan Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Tabel 17. Hubungan antara status pekerjaan responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Total di Televisi Status Pekerjaan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Pelajar/ Mahasiswa 0 00.0 18 90.0 2 10.0 20 100.0 Kerja 0 0.0 7 100.0 0 0.0 7 100.0 Belum Bekerja 0 0.0 6 75.0 2 25.0 8 100.0 Total 0 0 31 88.5 4 11.1 35 100.0 2 Hasil uji Chi-Square: (x =2.748 ; p =0.432) Berdasarkan pemaparan tabel berikut, maka dapat dilihat dari tingkat status pekerjaan yang dilakukan responden berada pada kategori kerja dan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan responden penelitian pada Desa Karangasem Timur dominan adalah pekerja dan jika ada waktu luang responden lebih senang dengan tayangan berita kriminal yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Dapat dilihat dari hasil uji statistik pada tabel 17 menunjukan uji Chi-Square antara status pekerjaan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi, yang diperoleh nilai Chi-Square hitung yaitu sebesar 2.748 lebih kecil dari pada Chi-Square tabel yaitu sebesar 7.814 ( pada df = 3) maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan
diperoleh nilai signifikan sebesar 0.432, dikarenakan nilai signifikan 0.432 lebih dari 0.05 atau 0.01, maka tidak memiliki hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan perilaku agresif Hubungan antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal di Televisi Tabel 18. Hubungan antara pendapatan responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi Keterdedahan Tayangan Berita Kriminal Total di Televisi Tingkat Pendapatan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Rendah 0 00.0 19 86.3 3 13.6 22 100.0 Sedang 0 00.0 7 100.0 0 0.0 7 100.0 Tinggi 0 00.0 5 83.3 1 16.0 6 100.0 Total 0 0 31 88.5 4 11.4 35 100.0 Ket: p > 0.01 Rs: 0326 Tabel 18 memperlihatkan bahwa tingkat pendapatan responden berada pada kategori sedang pendapatannya yang dikarenakan masih kerja serabutan yang dalam satu bulan hanya mendapatkan upah kurang lebih 1500000-2000000, dan pada keterdedahan tayangan berita kriminal berada pada kategori sedang juga. Hal ini menyebabkan responden jarang menonton tayangan televisi karena responden penelitian berdominan adalah pekerja dan pada jam tersebut masih beraktivitas sehingga kurangnya waktu kosong untuk menonton tayangan televisi. Dapat dibuktikan dari hasil uji yang diperoleh nilai korelasi antara variabel tingkat pendapatan responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal sebesar 0.326 atau 0.326 p > (0.01). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai ρ lebih besar dari 0.01. Hal ini dapat di lihat dari pemaparan salah satu responden berikut ini ...”Saya di sini kerja di pt arga karya, tapi ya cuman kuli harian, arga kan susah kalo mau jadi kariawan mah kudu ada MPWP, terus masuk tesnya juga susah, ya dari pada nganggur ga masalah lah kerja serabutan juga yang penting halal”...(IMT, 20 Tahun) Ikhtisar Berdasarkan pemaparan di atas mengenai hubungan karakteristik responden dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi pada remaja pedesaan ini membuktikan bahwa karakteristik responden pada penelitian ini berhubungan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi. Seperti hal nya umur responden berhubungan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi, hal ini dikarenakan usia remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, jenis kelamin berhubungan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi,tingkat pendidikan berhubungan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi, hal ini di karenakan bahwa remaja yang sudah mulai menduduki bangku SMP keatas, mereka sudah mulai mengerti apa maksud tayangan berita kriminal di televisi, tak
35
hanya itu ststus pekerjaan dan pendapatan juga berhubungan dengan keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi. PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN Perilaku agresi adalah perilaku/tingkah laku untuk melukai individu lain atau menyakiti individu lain atau pengrusakan benda dengan sengaja baik itu secara verbal, fisik maupun menggunakan alat. Tabel 19. Jumlah dan presentase tingkat perilaku agresif responden Perilaku Agresif Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
0 21 14 35
0 60.0 40.0 100
Tabel 19 menjelaskan bahwa pada kategori perilaku agresif ini berada pada kategori sedang yang mana dilihat dari hasil presentase yang telah di buat seperti, kategori sedang sebanyak 21 orang atau sebesar 60.0 persen yang terlibat pada perilaku agresif. Hal ini dikarenakan remaja desa tersebut sering terlibat tawuran gang, perang sarung, perang petasan pada bulan puasa. Tingkat Agresi Verbal Responden Agresi verbal adalah suatu kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang tersebut secara verbal yaitu melalui kata-kata atau melakukan penolakan, seperti halnya memfitnah, menggosip, berdebat, menuduh dll. Tabel 20. Jumlah dan presentase tingkat agresif verbal responden Agresif Verbal Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
0 16 19 35
0 45.5 54.3 100
Tabel 20 menjelaskan bahwa agresi verbal berada pada kategori tinggi sebanyak 19 orang atau sebesar 54.3 persen. Hal tersebut dikarenakan dari usia remaja yang cenderung labil dan mudah terpengaruh satu dengan yang lainnya seperti halnya ketika responden marah maka sebagian besar responden akan menyebar gosip, memaki-maki orang, menyindir orang, menuduh, bahkan melakukan perdebatan sesama. Seperti yang telah dipaparkan oleh Buss dan Perry (1992) agresi verbal, yaitu kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang tersebut secara verbal yaitu melalui kata-kata atau melakukan penolakan. ...“Kalo saya lebih sering ungkapin kemarahan sih lewat kata-kata, soalnya kalo lewat fisik mah nanti ada bukti kekerasannya, ya tapi suka juga sih pake fisik tapi jarang lah teh”... (ISY, 21 tahun)
Tingkat Agresi Fisik Responden Agresi fisik adalah kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik sebagai ekspresi kemarahan, seperti menendang, memukul, mencubit, menonjok, menampar, menjenggut, dan lain-lain. Dalam penelitian ini perilaku agresif fisik dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu sering, jarang, tidak pernah. Pengkategorian ini bertujuan untuk melihat seberapa sering responden terlibat ataupun melakukan perbuatan agresi fisik. Tabel 21. Jumlah dan presentase tingkat agresi fisik responden. Agresi Fisik Jumlah (n) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total
2 20 13 35
5.7 57.0 37.1 100
Tabel 21 menjelaskan bahwa agresi fisik terdapat pada kategori sedang, sebanyak 20 responden atau senilai 57.0 persen melakukan tindakan agresi dalam bentuk verbal. Hal tersebut dikarenakan dari usia remaja yang cenderung labil dan mudah terpengaruh satu dengan yang lainnya seperti halnya ketika responden marah maka sebagian besar responden akan menyakiti orang lain secara fisik seperti halnya, menendang orang, menjambak orang, menonjok orang, mencubit, menampar, dan lailain. “Kalo 2 minggu kemarin sih saya ikutantawuran sama gang sebrang, soalnya gang sebrang selalu mancing keributan, kata anak-anak kalo kita ga ngelawan kita terus-terusan di injek,di rendahin lah ...” (FDW,16 tahun) Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Perilaku Agresif Hubungan Tingkat Umur Responden dengan Perilaku Agresif Responden Tabel 22. Hubungan antara umur responden dengan perilaku agresif. Perilaku Agresif Umur Responden Rendah Sedang n % n % Rendah 0 00.0 1 14.2 Sedang 0 00.0 9 75.0 Tinggi 0 00.0 11 68.7 Total 0 0 21 60.0 Ket: p < 0.01 Rs: 0.472**
Total Tinggi n % 6 85.7 3 25.0 5 31.2 14 40.0
n 7 12 16 35
% 100.0 100.0 100.0 100,0
Berdasarkan kategori tingkat umur responden penelitian pada tabel 22 memperlihatkan bahwa umur responden berada pada kategori sedang, yang dikarenakan responden penelitian dominan berusia sedang (16-18) Tahun, sedangkan pada perilaku agresif berada pada kategori sedang dikarenakan pada usia tersebut remaja masih tergolong labil dan tingkat emosional tinggi. Hal ini menyebabkan responden pada usia tersebut sering melakuan tindakan agresif baik itu secara fisik
37
maupun verbal. Data ini di perkuat oleh tanggapan dari salah satu informan di Desa Karangasem Timur. Dapat dilihat dari hasil uji korelasi yang diperoleh nilai korelasi antara variabel perilaku agresif dengan umur responden sebesar 0.472**. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel merupakan korelasi yang cukup kuat. Hal ini dikarenakan responden yang berumur tinggi lebih sering berperilaku agresi, perilaku agresi responden pada usia tinggi cenderung ke arah agresi verbal. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.472**; p > (0.01). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan, karena nilai ρ lebih kecil dari 0.01. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara perilaku agresif dengan umur responden. Data ini dapat di perkuat dari salah satu pemaparan responden berikut ini ....”remaja di desa ini suka ikut tawuran gang, tapi ya ga semua remaja sih yang ikut tawuran kebanyakan anak yang usia 15-18 biasanya, soalnya mereka nongkrongnya di kios pa Mul dan biasanya kios pak Mul itu banyak anak-anak dari Desa sebrang yang suka mancing keributan”... (DDS, 45 tahun). Hubungan antara Jenis Kelamin Responden Penelitian dengan Perilaku Agresif Tabel 23. Hubungan antara jenis kelamin responden dengan perilaku agresif. Perilaku Agresif Jenis Kelamin
Rendah Sedang n % n % Laki-laki 0 00.0 18 58.1 Perempuan 0 00.0 3 75.0 Total 0 0 21 60.0 Hasil uji Chi-Square: (x2 =0.423; p =0.515)
Total Tinggi n % 13 41.9 1 25.0 14 40.0
n 31 4 35
% 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan kategori jenis kelamin responden penelitian pada Tabel 23 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori laki-laki, sedangkan pada perilaku agresif berkategori sedang, yang dikarenakan pada kategori laki-laki lebih sering melakukan agresif dan sering terlibat tawuran gang. Dapat dilihat dari hasil uji statistik pada tabel 23 menunjukan uji Chi-Square antara jenis kelamin dengan perilaku agresif, yang diperoleh nilai Chi-Square hitung yaitu sebesar 0.423 lebih kecil dari pada Chi-Square tabel yaitu sebesar 3.841 ( pada df = 1) maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan diperoleh nilai signifikan sebesar 0.515, dikarenakan nilai signifikan 0.515 lebih dari 0.05 atau 0.01, maka tidak memiliki hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku agresif. Hal ini diperkuat oleh salah satu pernyataan dari informan. ...” biasanya tawuran mah dilakuinnya ama laki-laki yang suka pada nongkrong di pak Mul, kalo malem mereka nongkrong di pos ronda sini, kemarin baru aja neng tawuran sama sebrang bawa-bawa sarung sama bawa kayu kecil tapi ga jadi kayanya soalnya di lerai ama warga bawah. (DDS, 55 tahun).
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Terakhir Responden dengan Perilaku Agresif Tabel 24. Hubungan antara pendidikan terakhir responden dengan perilaku agresif. Perilaku Agresif Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Terakhir n % n % Rendah 0 00.0 2 22.2 Sedang 0 00.0 5 62.5 Tinggi 0 00.0 14 77.5 Total 0 0 21 60.0 Ket: p < 0.01 Rs: 0.504**
Total Tinggi n % 7 77.7 3 37.5 4 22.2 14 40.0
n 9 8 18 35
% 100.0 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan Tabel 24, maka dapat dilihat dari tingkat pendidikan terakhir responden dan agresi berada pada kategori tinggi, hal ini dikarenakan rata-rata responden pendidikan terakhirnya adalah tamat sma dan beberapa ada yang baru menginjakan kaki di bangku kuliah, rata-rata responden yang berpendidikan kategori tinggi itu melakukan agresif berupa agresif verbal seperti melakukan perdebatan dengan lawan, saling menuduh atau berupa verbal lainnya. Hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan antara tingkat status pendidikan terkhir pada kategori tinggi dengan perilaku agresif yang berkategori tinggi. Dapat di buktikan dari hasil uji korelasi yang diperoleh nilai korelasi antara variabel perilaku agresif dengan tingkat pendidikan responden sebesar 0.504**. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel merupakan korelasi yang kuat. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan remaja yang membuat remaja suka melakukan agresi, oleh karena itu tingkat pendidikan berhubungan perilaku agresi. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.504**; p < (0.01). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan, karena nilai ρ lebih kecil dari 0.01. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara perilaku agresif dengan pendididkan responden. Hal ini di buktikan berdasarkan pemaparan salah satu responden seperti berikut ...” dulu mah pas saya masih SMK saya suka tawuran sekarang mah udah tua atuh malu, ya kalo adu mulut mah sering lah teh, saya mah ga suka kalo di rendahin teh makanya yang ga sepemikiran saya saya lawan”... (RML, 21 tahun). ...” iya suka tawuran teh, ya tau sih padahal bahaya tapi gimana lagi temen-temen pada ikut juga, kalo saya ga ikut nanti disangka saya takut sama lawan saya lagi, saya suka kepancing emosi juga kalo liat si gang pipatek mulai olok-olokin kita, bawaannya pengen nyerang mulu”...(DDK,16 tahun). ...” gimana ya teh udah jadi kebiasaan sih, temen-temen sekolah pada ngajak tawuran ya ikut, dari pada di bilang cari aman, jadi ya saya ikut aja gabung ama temen”... (SSA,15 tahun)
39
Hubungan antara Status Pekerjaan Responden dengan Perilaku Agresif Tabel 25. Hubungan antara status pekerjaan responden dengan perilaku agresif. Perilaku Agresif Total Status Pekerjaan
Rendah n % 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Sedang n % 10 50.0 5 71.1 6 75.0
Mahasiswa Kerja Belum Bekerja (sekolah) Total 0 0 21 2 Hasil uji Chi-Square: (x =2.373; p =0.499)
60.0
Tinggi n % 10 50.0 2 28.5 2 25.0
n 20 7 8
% 100,0 100,0 100,0
14
35
100,0
40.0
Berdasarkan Tabel 25, maka dapat dilihat dari status pekerjaan responden berada pada kategori belum bekerja, sedangkan perilaku agresif berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan rata-rata responden penelitian adalah belom bekerja. Hal ini dikarenakan responden penelitian yang masih menduduki bangku sekolah lebih cenderung berperilaku agresif, mungkin dari cara bergaul atau dari faktor lingkungan yang mempengaruhi mereka dalam melakukan tindakan agresif baik itu secara verbal ataupun fisik. Dapat dilihat dari hasil uji statistik pada tabel 25 menunjukan uji ChiSquare antara status pekerjaan dengan perilaku agresif, yang diperoleh nilai ChiSquare hitung yaitu sebesar 2.373 lebih kecil dari pada Chi-Square tabel yaitu sebesar 7.814 ( pada df = 3) maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan diperoleh nilai signifikan sebesar 0.499, dikarenakan nilai signifikan 0.499 lebih dari 0.05 atau 0.01, maka tidak memiliki hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan perilaku agresif. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Perilaku Agresif Tabel 26. Hubungan antara pendapatan responden dengan perilaku agresif. Perilaku Agresif Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah 0 00.0 10 50.0 10 50.0 Sedang 0 00.0 4 57.1 3 42.8 Tinggi 0 00.0 5 62.2 1 12.5 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 Ket: p < 0.01 Rs: 0.362** Tingkat Pendapatan
Total n 20 7 8 35
% 100.0 100.0 100.0 100,0
Berdasarkan Tabel 26, maka dapat dilihat dari tingkat pendapatan responden berada pada kategori tinggi sedangan perilaku agresif berada pada kategori tinggi, hal ini dikarenakan rata-rata responden penelitian adalah kerja dan sebagian ada yang pelajar/mahasiswa, yang setiap bulannya pendapatan yang di terima cukup besar. Terdapat beberapa responden jika tidak diberi uang saku yang cukup mereka marah. Hal ini di perkuat dengan pembuktian hasil wawancara terhadap informan yaitu orang tua. Dapat dilihat dari hasil uji korelasi yang diperoleh nilai korelasi antara variabel perilaku agresif dengan tingkat pendapatan responden sebesar 0.362**. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel merupakan korelasi yang cukup kuat. Artinya
semakin rendah pendapatan maka tindakan agresi semakin tinggi. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.362**; p < (0.01). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan, karena nilai ρ lebih kecil dari 0.01. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara perilaku agresif dengan pendapatan responden. Hal tersebut dapat dibuktikan dari pemaparan salah satu responden berikut ini ....” ya anak suka marah kalo ga dikasih uang jajan atau kalo kurang uang jajannya, ya terkadang anak ga ngerti kondisi keuangan orang tua mereka taunya minta aja sedangkan saya hanya ngandelin uang dari suami, anak kalo ga di kasih bilangnya kita ga sayang sama dia”... (STI, 56 tahun) Ikhtisar Pada pemaparan diatas mengenai hubungan atara karakeristik responden dengan perilaku agresif remaja pedesaan, menjelaskan bahwa dilihat dari segi usia, jenis kelamain, status pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan perilaku agresif baik itu fisik maupun verbal. Pada perilaku agresif remaja pedesaan dibedakan berdasarkan umur bahwa umur responden berpengaruh akan bentuk agresinya. Pada agresif verbal lebih sering dilakukan oleh remaja berusia 18-22 tahun, yang dikarenakan remaja usia tersebut sudah mulai stabil tingkat emosionalnya, sedangkan pada tingkat agresi fisik lebih sering dilakukan oleh remaja yang berusia 13-17 tahun yang di karenakan pada usia tersebut mempunyai rasa ingin tau yang tinggi dan mempunyai tingkat emosional yang masih kurang stabil,sehingga mudah terpengaruh dengan kondisi lingkungan sekitar, pada kategori jenis kelamin, rata-rata responden yang sering melkukan perbuatan agresi adalah lakilaki yang dikarena responden laki-laki memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan tindakan kekerasan, pada kategori status pekerjaan, responden yang belum bekerja lebih sering melakukan agresif dibanding yang memilki pekerjaan, di lihat pada kategori pendidikan terakhir, responden yang berpendidikan rendah sulit untuk mengkontrol emosinya di bandingkan dengan responden yang berstatus pendidikan tinggi, pada status pendapatan responden yang tinggi cenderung berperilaku agresif karena dengan pendapatan yang tinggi responden dapat membeli bahan untuk melakukan kekerasan, seperti petasan, sarung, kayu ataupun alat lainnya untuk berbuat kekrasan.
41
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF RESPONDEN PENELITIAN Tabel 27. Hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan tingkat perilaku agresif. Keterdedahan Perilaku Agresif Total Tayangan Rendah Sedang Tinggi Berita n % n % n % n % Kriminal di Televisi Rendah 0 00.0 0 00.0 0 00.0 0 100.0 Sedang 0 00.0 18 58.1 13 41.9 31 100.0 Tinggi 0 00.0 3 75.0 1 25.0 4 100.0 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 35 100,0 Ket: p > 0.05 Rs: 0.202 Tabel 27 memperlihatkan bahwa tingkat keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi berada pada kategori tinggi, sedangkan tingkat perilaku agresif berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan keterdedahan tayangan berita kriminal tidak menjadi acuan responden untuk berperilaku agresif. Dapat dilihat dari hasil uji Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel keterdedahan tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif sebesar 0.202 atau sebesar 0.202 p > (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai ρ lebih besar dari 0.05. Hal ini dapat di perkuat melalui pemaparan salah satu responden berikut ...“saya suka nonton tayangan berita, tapi bukan buat bahan ketika saya berantem atau apa ya teh, tapi cuman mau tau aja informasi kriminal yang ada di Indonesia biar lebih waspada”...(BDA, 18 tahun) ...”Tujuan nonton tayangan berita kriminal di televisi selain untuk menambah informasi tentang kejahatan atau kriminalitas, saya juga bertujuan untuk menambah wawasan”...(DS, 20 tahun) Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Perilaku Agresif Responden Tabel 28. Hubungan antara frekuensi menonton dengan perilaku agresif Perilaku Agresif Total Frekuensi Rendah Sedang Tinggi Menonton n % n % n % n % Rendah 0 00.0 2 100.0 0 00.0 2 100.0 Sedang 0 00.0 15 60.0 13 40.0 25 100.0 Tinggi 0 00.0 4 50.0 1 50.0 8 100.0 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 35 100.0 Ket: ρ > 0.05 Rs: 0.252
Dari Tabel 28 di atas dapat menjelaskan bahwa perilaku agresif dominan berada pada kategori sedang dan frekuensi menonton berada pada kategori rendah, hal ini membuktikan bahwa frekuensi menonton yang tinggi tidak mempengaruhi responden untuk berperilaku agresif. Dapat dilihat dari hasil uji Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel frekuensi menonton dengan perilaku agresif sebesar 0.252 atau sebesar 0.252 p > (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai ρ lebih besar dari 0.05, sihingga keduanya tidak memiliki hubungan . Data ini dapat diperkuat dengan pemaparan salah satu responden berikut ini. ...”Nonton berita kalo lagi mau aja, soalnya saya kapan juga punya waktu nontonnya, kan saya sekolah berangkat pagi pulang sore..” (ABW,17 tahun). Hubungan antara Durasi Menonton dengan Perilaku Agresif Responden Tabel 29. Hubungan antara durasi menonton dengan perilaku agresif Perilaku Agresif Durasi Menonton Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah 0 00.0 2 66.7 1 9.0 Sedang 0 00.0 9 42.9 12 57.1 Tinggi 0 00.0 10 90.0 1 33.3 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 Ket: p < 0.05 Rs: 0.366*
Total n 3 21 11 35
% 100.0 100.0 100.0 100.0
Tabel 29 memperlihatkan bahwa perilaku agresif berada pada kategori sedang dan durasi menonton berada pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan lamanya waktu menonton responden membuat responden terdedah dengan tayangan berita kriminal dan dapat menimbulkan perilaku agresif. Seperti yang dipaparkan oleh Andika (2008) bahwa keterdedahan sebagai proses seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka dalam menentukan sikap atau perilaku. Hal ini dapat membuktikan bahwa adanya hubungan antara durasi menonton tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif. Dapat dilihat dari hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel durasi menonton dengan perilaku agresif 0.366*. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel merupakan hubungan cukup kuat. Artinya semakin lama durasi yang di luangkan pada saat menonton tayangan berita kriminal di televisi dapat berhubungan dengan perilaku agresif responden. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.366*; p < (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan, karena nilai ρ lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang cukup kuat antara perilaku agresif responden dengan durasi menonton responden. Hal ini dapat di perkuat melalui pemaparan salah satu responden sebagai berikut ...”Saya kalo udah lama nontonnya bisa kebawa suasana, karena udah menjiwai gitu lah kasarnya, apalagi kalo adegannya pernah saya lakuin”... (DRT, 19 tahun).
43
Hubungan antara Perhatian Menonton dengan Perilaku Agresif Responden Tabel 30. Hubungan antara perhatian menonton tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif. Perhatian Perilaku Agresif Total Menonton Rendah Sedang Tinggi Berita n % n % n % n % Kriminal Rendah 0 00.0 0 00.0 0 00.0 0 100.0 Sedang 0 00.0 19 93.3 11 36.7 30 100.0 Tinggi 0 00.0 2 40.0 3 60.0 5 100.0 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 35 100.0 Ket: p > 0.05
Rs: 0.252
Tabel 30 memperlihatkan bahwa perilaku agresif berada pada kategori sedang dan perhatian menonton tayangan berita kriminal berada pada kategori sedang. Hal dikarenakan responden pada saat menonton berita kriminal mereka lebih sering melakukan kegiatan lain, yang menyebabkan pusat perhatian tidak terfokus pada tayangan berita kriminal yang di tonton. Hal ini menyebabkan tidak adanya hubungan antara perhatian menonton tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif. Dapat dilihat melalui hasil uji Rank Spearman maka,diperoleh nilai korelasi antara variabel perhatian menonton dengan perilaku agresif 0.252 atau sebesar 0.252; p > (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai ρ lebih besar dari 0.05, sihingga keduanya tidak memiliki hubungan. Data ini dapat diperkuat melalui pemaparan salah satu responden berikut ini ...”saya suka nonton tapi ya cuman biasa aja ga memperhatikan banget,nonton sambil makan siang, makannya abis udahan gitu weh paling atau sambil ngerjain pr”...(WWN,16 tahun) Hubungan antara Kegiatan yang Dilakukan Saat Menonton Tayangan Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Agresif Responden Tabel 31. Hubungan antara kegiatan yang dilakukan saat menonton tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif Kegiatan yang Perilaku Agresif Total Dilakukan Saat Rendah Sedang Tinggi Menonton n % n % n % n % Tayangan Berita Kriminal Rendah 0 00.0 4 43.8 9 56.3 13 100.0 Sedang 0 00.0 11 78.6 3 21.4 14 100.0 Tinggi 0 00.0 3 60.0 2 40.0 5 100.0 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 35 100,0 Ket: p < 0.05 Rs: -0.398* Tabel 31 memperlihatkan bahwa tingkat perhatian menonton tayangan berita kriminal dengan perilaku agresif berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan responden banyak yang menonton dengan melakukan kerjaan lain seperti makan,
bermain handpone, berbincang dengan orang tua, dan lain-lain. Sehingga tidak terfokus pada tayangan berita kriminal. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi yang diperoleh nilai korelasi antara variabel kegiatan yang dilakukan saat menonton dengan perilaku agresif -0.398* atau dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar -0.398*; p < (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut signifikan, karena nilai ρ lebih kecil dari 0.05. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel merupakan hubungan yang cukup kuat. Artinya arah negatif menunjukan semakin banyak kegiatan yang dilakukan responden pada saat menonton tayangan berita kriminal di televisi maka, dapat menurunkan perhatian akan tayangan berita kriminal di televisi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara perilaku agresif responden dengan kegiatan yang dilakukan saat menonton responden. Hal ini dapat di perkuat melalui pemaparan salah satu responden sebagai berikut. ...”Ya kalo ada kesempatan nonton juga paling sambil nemenin kekosongan aja, saya suka sambil makan siang, atau suka kalo pulang sekolah kan jam 12 berita semua acaranya nontonnya sambil ngerjain pr dari sekolah”.. (DE, 17 tahun). ...” saya nonton paling kalo pulang sekolah jam 12an di indosiar, sambil makan siang nontonnya juga”... (MSA, 15 tahun) ...” nonton berita paling kalo lagi istirahat aja ya jam 12 an lah pas pulang sekola, jadi sambil istirahat sambil nonton, kalo ga ya sambil makan siang”... (DDC, 14 tahun) Hubungan antara Motif Menonton Tayangan Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Agresif Responden Penelitian Tabel 32. Hubungan antara motif menonton tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif Motif Perilaku Agresif Total Menonton Rendah Sedang Tinggi berita n % n % n % n % kriminal Rendah 0 00.0 0 00.0 0 00.0 0 100.0 Sedang 0 00.0 15 65.2 8 34.8 23 100.0 Tinggi 0 00.0 6 50.0 6 50.0 12 100.0 Total 0 0 21 60.0 14 40.0 35 100,0 Ket: p > 0.05 Rs: 0.109 Tabel 32 memperlihatkan bahwa motif menonton tayangan berita kriminal berada pada kategori sedang dan perilaku agresif juag berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan responden menonton berita kriminal hanya sekedar ingin tau mengenai informasi akan tindakan kriminal yang ada di Indonesia, sehingga dapat waspada akan tindakan kriminal. Dapat dilihat melalui hasil uji Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel motif menonton dengan perilaku agresif 0.109 atau dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0.109; p > (0.05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai ρ lebih besar dari 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak
45
adanya hubungan antara perilaku agresif responden dengan motif menonton responden. Data ini dapat diperkuat melalui pemaparan salah stu responden berikut ini ...”suka nonton, tapi bukan pengen berbuat kasar, saya hanya ingin tau informasi mengenai tayangan berita kriminal yang ada di Indonesia, agar lebih berhati-hati”... (ASA, 20 tahun). Ikhisar Pada pemaparan mengenai hubungan antara keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan, dilihat dari variabel keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi tidak memiliki hubungan dengan perilaku agresif remaja pedesaan, tetapi jika dilihat berdasarkan beberapa indikator dari kedua variabel tersebut memilki hubungan di bagian durasi menonton, dan kegiatan yang dilakukan saat menonton. Hal ini dikarenakan responden yang menonton tayangan berita kriminal dengan durasi waktu yang lama, maka responden akan terfokus dan terdedah pada tayangan berita kriminal yang di tonton dan akan membuat perilaku responden menjadi agresif. Kegiatan yang dilakukan saat menonton tayangan berita kriminal di televisi dapat berhubungan dengan perilaku agresif, hal ini di karenakan responden yang tidak melakukan kegitan lain saat menonton tayangan berita kriminal maka responden akan terfokus terhadap tayangan berita kriminal dan sebaliknya jika responden melakukan kegiatan lain seperti makan makanan ringan, mengobrol dengan orang tua, mengecek hp, hal ini dapat membuat perhatian responden berkurang terhadap isi dari tayangan berita kriminal tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi dapat dilihat seperti frekuensi menonton, durasi menonton, perhatian menonton, kegiatan yang dilakukan saat menonton dan motif menonton. Frekuensi menonton berita kriminal pada remaja berada pada kategori sedang dengan frekuensi 4-5 kali setiap minggunya. Selang waktu yang digunakan remaja untuk menonton berita kriminal setiap minggunya adalah pada kategori durasi sedang yaitu 40-80 menit. Frekuensi dan durasi menonton pada tingkat sedang remaja menonton dengan perhatian juga berada pada kategori sedang yaitu kebanyakan remaja melakukan kegiatan lain saat berita kriminal tayang, pada tingkat motif remaja menonton berita kriminal berada pada kategori sedang juga dengan nilai 6-9 kali remaja menonton berita kriminal dengan maksud untuk menghibur, mengetahui informasi, menambah wawasan dan lain-lain. Di sisi lain dengan adanya berita kriminal yang dilihat oleh remaja dapat menimbulkan hal-hal yang dianggap negatif dan dapat merubah perilaku anak menjadi agresif. Perilaku agresif pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu agresi secara fisik dan agresi verbal. Tingkat perilaku agresi secara fisik berada pada kategori sedang hal tersebut dikarenakan remaja yang mudah terpengaruh dengan temannya. Di sisi lain pada tingkat agresi verbal berada kategori tinggi, dimana remaja yang awalnya cenderung lebih sering melakukan tindakan agresi dengan celaan ataupun ejeken untuk memancing keributan, sedangkan pada tingkat perilaku agresif itu sendiri berada pada kategori sedang, meskipun berada pada kategori sedang, sebagian besar remaja Desa Karangasem Timur berada pada tahap aktivitas perilaku agresif. Pada kategori sedang, remaja masih dapat melakukan yang bertujuan menyakiti orang lain secara verbal. Hubungan antara keterdedahan menonton berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif remaja pedesaan dapat dilihat dari adanya hubungan antara durasi, perhatian, motif dengan perilaku agresif. Durasi, perhatian dan motivasi menonton berita kriminal oleh remaja tidak mempunyai hubungan dengan perilaku agresif remaja. Pada hubungan keterdedahan menonton berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif, hubungan nyata yang ditemukan adalah antara tingkat durasi menonton dan kegiatan yang dilakukan saat menonton berita kriminal dengan perilaku agresif. Hal tersebut menunjukkan bahwa durasi menonton yang dikategorikan sedang memiliki hubungan dengan perilaku agresif dan pada kegiatan yang dilakukan saat menonton dengan kategori sedang memiliki hubungan dengan perilaku agresif. Tidak adanya hubungan antara frekuensi, perhatian dan motivasi menonton berita kriminal dengan perilaku agresif disebabkanoleh rendahnya kegiatan yang dilakukan saat menonton berita kriminal, para remaja Desa Karangasem Timur ketika menonton tayangan berita kriminal kebanyakan melakukan aktivitas lain sehingga tingkat perhatian yang diberikan pada saat menonton berkurang. Saran Bagi orang tua harus lebih memiliki peran yang aktif untuk mengawasi anakanaknya saat menonton televisi, dalam hal memberikan arahan dan bimbingan kepada anak-anaknya akan siaran televisi, khususnya saat menonton berita kriminal. Sekaligus lebih peka memahami perubahan perilaku anak-anak akibat menonton berita kriminal di televisi, sehingga mampu menetralisir dampak negatif yang akan
47
menerpa kehidupan remaja. Selain itu pihak orang tua harus mengurangi waktu menonton anak remaja nya dan juga memberikan kegiatan lain seperti menyuruh untuk mengerjakan tugas rumah, menjaga adiknya, ataupun hal lainnya pada saat anak sedang menonton tayangan berita kriminal dengan tujuan supaya anak tidak terfokus pada berita tersebut. Bagi akademisi yang mempunyai ketertarikan dengan penelitian ini, diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan jumlah responden yang lebih banyak sehingga dapat memperdalam dan memperkaya hasil dari penelitian ini, karena penelitian tentang hubungan keterdedahan antara tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku agresif ini masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan penyiaran berita kriminal di televisi.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rojat. 2001. Respon remaja pedesaan terhadap berita kriminal televisi (Kasus remaja kampung Dukuh Wiru Desa Pruwatan, Kecamatan Bumiayu, Kabupatcn Brebes, Propinsi Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian BogorSiti Sugiah Mugniesyah. 2010. Media Komunikasi dan Komunikasi Massa. Di dalam: Hubeis, editor. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. hal. 307. Agrina,. Nauli, A. Fathah & Trisnawati. J. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif di SMK Negeri 2 Pekanbaru.Jurnal Psikologi. [Internet]. [Diunduh pada tanggal 1,Desember 2016]. [diunduh pada link http://download. portalgaruda.org/article.php?article=186713&val=6447&title=FaktorFaktor%20Yang%20Mempengaruhi%20Perilaku%20Agresif%20Remaja%20Di %20Smk%20Negeri]. Andika, Jurian. 2008. Hubungan keterdedahan terhadap media massa dengan pengetahuan tentang kebijakan pemerintah mengenai flu burung (Kasus pada mahasiswa Fakultas peternakan IPB). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Amanda,A. Rika. 2016. Pengaruh Game Online Terhadap Perubahan Perilaku Agresif Remaja di Samarinda. Jurnal Komunikasi.[Internet].[Diunduh pada tanggal 2, Desember 2016].[diunduh pada link http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2016/08/JURNAL%20RIKA%20AGUSTINA%20AMANDA% 20(08-23-16-02-34-48).pdf]. Ardianto E, Lukianti K, Siti K. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung[ID]: Simbiosa Rekatama Media AVS Hubeis. 2013. Dasar-dasar Komunikasi. Jakarta (ID) : IPB Press. Asmira D. 2006. Keterdedahan iklan televisi dan perilaku khalayak (Kasus iklan produk mie instant di televisi pada dua komunitas urban dan semi urban di Kota Bogor). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggression questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63(3) 452-459. Budhiarty, D. 2004. Hubungan antara Minat Menonton Program Berita Kriminal di Televisi dengan Tingkah Laku Agresi Pemirsanya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institute pertanian Bogor Baron,R.A.,Byrne, D.,& Griffitt, W. (1974).Socialpsychology:Understanding human interaction. Boston: Allyn & Bacon. Baron, R.A., dan Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga Bawengan, Gerson W. 1991. Pengantar Psikologi Kriminalitas. Jakarta : Pradnya Paramita Chaplin, J. P. 1968. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada Dewi Primianty. 2008. Hubungan antara Persepsi Remaja Putri terhadap Citra Perempuan Cantik dalam Iklan Kosmetik di Televisi dengan Penggunaan Produk Kosmetik oleh Remaja Putri [skripsi].
49
Denis M. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengentar Edisi Kedua. Terjemahan Agus Dharma,dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1987. Diahloka C. 2012. HubunganBerita kriminal Televisi dan Film Terhadap Perkembangan Moral Remaja. Jurnal Reformasi. [internet]. Diunduh pada: 08 Desember 2015. 2(2): 23-29. Dapat diunduh di: http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/download/15/12 Dini,O.F,2014. Hubungan Antara Kesepian Dengan Perilaku Agresif Pada Anak Didik Dilembaga Permasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental. [Internet]. [Diunduh pada tanggal 29, September 2016]. [diunduh di http://journal.unair.ac.id/download-fullpappers-jpks1335a32a1afull.pdf,] Fagan, R. 2006, Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family,The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families, vol.14., no.4, hal. 326-333. Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D., ”Psikologi praktis: Anak, remaja, dan keluarga” BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995. Guswani,M.A.,& Kawuryan,F.2011.Perilaku Agresif Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Pitutur.[Internet].[Diunduh 29, September2016].[diunduhhttp://www.stikesprimanusantara.ac.id/download/jurna l%20Rina,S.Kep.Ners.pdf]. Hurlock, E. B., ”Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentan kehidupan” (edisi ke-5), Erlangga, Jakarta, 1993. Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Edisi Keenam Jilid Kesatu. Jakarta: Erlangga Hernawati R, Maya AOP. 2010. Pola Konsumsi Remaja dalam Menonton Televisi. Prosiding SnaPP2010. [internet]. Diunduh pada 07 Desember 2015. Dapat diunduh di: http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/viewFile/170/34. Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga Kartono , Kartini. 2009. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali Pers _______________.2010. Patologi Sosial 3 Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta : Rajawali Pers _______________.2013. Patologi Sosial 1. Jakarta : Rajawali Pers Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco Komisi Penyiaran Indonesia [KPI]. 2014. Anak-anak dan Remaja Rentan Terpaan Media. [internet]. Diunduh pada: http://www.kpi.go.id/index.php/lihatterkini/38dalam-negeri/32361-anak-anak-dan-remaja-rentan-terpaan-media[Diakses pada: 15 Desember 2016] Komisi Penyiaran Indonesia [KPI]. 2015. Survey Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode November-Desember 2015. Diunduh pada: 15 Desember 2016. Dapat diunduh di: http://kpi.go.id/download/Pengumuman/Handouthasil-surveiindeks-kualitas-program-siaran-televisi-novemberdesember-2015.pdf.
Lukmansyah, D & Andini, P. (2012). Data tawuran pelajar selama 20102012.Diperoleh tanggal 4 Juli 2013 darihttp:///video.tvOneNews.antaranews.tv /arsip. Mahayoni, & Lim, H. (2008). Anak vs media. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Morissan. 2005. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang[ID]: Ramdina Perkasa. Munir,Abd,N,.& Syahran,R.2016.Upaya Mengurangi Perilaku Agresif Non Verbal dengan Menggunakan Teknik Role Playing pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Palu. Jurnal Konseling & Psikoedukasi.[Internet].[Diunduh pada tanggal 1, Desember 2016].[diunduh di file:///Users/Anas/Downloads/6259-20681-1PB.pdf. Mu’tadin, Zainun. (2002). Faktor Penyebab Agresi. Http.www.spikologi.com/ remaja/ 100602htm. Diunduh tanggal 22 Desember 2013. Myers, D. G., “Social psychology” (4th ed.). Mc Graw-Hill, New York, 1993 Nuruddin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. Nisfiannoor,M & Yulianti,E.2005. Pendidikan Perilaku Agresif Remaja Yang Berasal Dari Keluarga Bercerai Dengan Keluarga Yang Utuh. Jurnal Psikologi.[Internet].[Diunduh pada tanggal,27 September 2016].[diunduh pada http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/viewFile/25/25]. Nugroho, G.(2002). TV Publik, Menggagas Media Demokratis di Indonesia. Jakarta: Yayasan Sains Estetika dan Teknologi. Nando, Panjaitan NK. 2012. Hubungan antara Perilaku Menonton Film Kekerasan dengan Perilaku Agresif. Jurnal Sosiologi Pedesaan. 6(1): 1835..[Internet].[Diunduh pada tanggal 1, Desember 2016].diunduh di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83583&val=223&title=, Pandiya. 2008. Dampak Negatif Program Telvisi pada Remaja Kota Semarang. Jurnal Pengembangan Humaniora. [internet]. Diunduh pada 07 Desember 2015. 8(1): 41-46. Dapat diunduh di: http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/paper_6%20ap. Parwadi R. 2005. Hubungan Penggunaan Media Televisi Terhadap Penyimpangan Nilai dan Perilaku Remaja (Kriminal, Seks dan Konsumtif) di Kota Yogyakarta). Jurnal Sosiohumaniora. [internet]. Diunduh pada 08 Desember 2015. 7(1): 35-50. Dapat diunduh di: https://www.dropboxstatic.com/static/javascript/external/pdfjse9072ac/build/pdf.worker-vfl7uR4US.js. Pitaloka, Ardiningtiyas RR. 2006. Pengkondisian Kekerasan oleh Media Televisi Kita. http://www.e-psikologi.com/sosial/111206.htm. Pinasthika.2010.Hubungan minat,motif dan keterdedahan menonton tayangan berita kriminal di televisi dengan perilaku remaja.[skripsi].Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.85 hal. Pratiwi, Made Meida. 1998. Hubungan Karakteristik Acara Telenovela dengan Perilaku Ibu Rumahtangga Kabupaten Badung, Bali [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Priliantini, A. 2008, Hubungan Antara Gaya Manajemen Konflik Dengan Kecenderugan Perilaku Agresif Narapidana Usia Remaja Di Lapas Anak Pria Tangerang, Jurnal Psiko-Edukasi, vol. 6, hal. 10- 20. Rakhmat, J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,
51
Bandung. Rohim, Syaiful. 2009 Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Restu Yoshi.2013.Studi Tentang Perilaku Agresif Siswa Di Sekolah. Jurnal Bimbingan dan Konseling FIP UNP.[Internet].[Diunduh pada tanggal,27 September 2016].[diunduh pada file:///Users/Anas/Downloads/1074-2422-1PB%20(2).pdf]. Rina.2011.Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Perilaku Agresif Pada Remaja Kelas II,III di SMP Pahlawan Toha Bandung.Jurnal Kesehatan.[Internet].[Diunduh pada tanggal,29 September 2016].[diunduh di http://www.stikesprimanusantara.ac.id/download/jurnal%20Rina,S.Kep.Ners.pdf ]. Rice, F. P, 1999. “The adolescent:Development, relationship, andculture”, (9th ed.). Allyn andBacon, Boston. Risakotta,M.,R.2015. Dampak Tayangan Televisi Terhadap Kejahatan Anak.Jurnal Psikologi.[diunduh pada tanggal 29, November 2016].[diunduh http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/10161/9748, ]. Saad, H. M., 2003. ”Perkelahian pelajar:Potret siswa smu di dki Jakarta”,Galang Press, Yogyakarta. Siagian, E Christina T. 2000. Analisis Isi Berita Pembangunan di Rajawali Citra Televisi Indonesia dalam Tahun 1997 [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Samsi SN. 2005. Hubungan keterdedahan siaran iklan produk susu buuk balita di televisi dengan keputusan pembelian(kasus ibu rumah tangga di Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Sarwono.1999. Psikologi Sosial: Individu dan Teori – Teori Psikologi Sosial.Jakarta: Balai Pustaka. Sarwono, Sariito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Siddiqah Laela.2010.Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan amarah. Jurnal Psikologi [Internet].[Diunduh tanggal,25 September 2016].[diunduh pada https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/viewFile/7692/5958]. Singarimbun M, Effendi S.1989. Proses penelitian. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES. 336 hlm Suangga O.2004. Persepsi Remaja Pedesaan Terhadap Tayangan Berita Kriminalitas di Televisi (Skripsi). Bogor: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor Sunarto. (2009). Televisi, kriminal, dan perempuan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Sunarto. Televisi, kriminal, dan perempuan. 2009. Jakarta. (ID): Kompas. Hal.4. Taylor E, Shelley, Dkk, Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana, 2009. Wills, R.B.H., T.H. Lee, P. Graham, W.B. McGlasson and E.G. Hall, 1981. Post Harvest : an Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetabel. New South Wales University-Press, Australia.
Yusuf S LN. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung[ID]: PT Remaja Rosdakarya
53
LAMPIRAN 1. Denah Lokasi Desa Citeureup
Keterangan Batas-batas Geografis Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat
: Kecamatan Gunung Putri : Kecamatan Klapanunggal dan Sukamakmur : Kecamatan Babakan Madang : Cibinong
Tabel 34. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 4 4 4 4 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium
Perbaikan skripsi Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
55
3. Kuisioner
KUESIONER
HUBUNGAN TAYANGAN BERITA KRIMINALDI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN I. DATA PRIBADI RESPONDEN I.1 Data Pribadi Responden
1. Nama 2. No. HP 3. Alamat 4. Umur 5. Jenis Kelamin 6. Pendidikan terakhir
7. Status Pekerjaan
RT: RW: ... Tahun 1. Laki-laki 2. Perempuan
No.:
1. 2. 3. 4.
Tidak Tamat Sekolah Dasar Tamat Sekolah Dasar Tamat SMP / Sederajat Tamat SMA / Sederajat
5. 1. 2. 3. 4.
Tamat Perguruan Tinggi Pelajar Mahasiswa kerja Belum Bekerja Jenis Pekerjaan:...............................
8. Jumlah pendapatan/uang .............................. saku dalam satu bulan terakhir
Kebiasaan Menonton 1. Apakah Anda suka menonton televisi? a. Ya b. Tidak 2. Apakah Anda suka menonton berita? a. Ya b. Tidak 3. Jika Ya, berita apakah yang Anda tonton dalam seminggu terakhir? No 1 2 3 4
Judul berita Berita kriminal Berita politik Berita ekonomi Lainnya
Prioritas
1.
Berapa kaliAnda menonton berita yang menjadi prioritas utama Anda dalam seminggu terakhir? ................ kali
II. HUBUNGAN BERITA KRIMINAL II.1 FREKUENSI MENONTON TAYANGAN BERITA KRIMINAL
Berilah tanda ceklis (v) pada jawaban yang Anda pilih. 1. Seberapa kali Anda menyaksikan tayangan berita kriminal di televisi dalam tiga hari kebelakang? 1-2 kali 4-5 kali 6-7 kali 2. Berapa kali waktu yang Anda luangkan dalam sehari terakhir untuk menonton berita kriminal di televisi? 10 menit 15-20 menit lebih dari 30 menit II.2 DURASI MENONTON TAYANGAN BERITA KRIMINAL
Berilah tanda ceklis (v) pada jawaban yang Anda pilih 1. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk menonton berita kriminal setiap satu kali tayang? <40 menit 40-80 menit 80-120 menit 2. Berapa lama waktu yang di luangkan untuk menonton berita kriminal yang disukai? <40 menit 40-80 menit 80-120 menit II.3 PERHATIAN MENONTON TAYANGAN BERITA KRIMINAL
Berilah tanda ceklis (v) pada jawaban yang Anda pilih 1. Saya memperhatikan tayangan berita kriminal di televisi Tidak memperhatikan Memperhatikan Sangat memperhatikan 2. Saya sering mengabaikan kegiatan lain ketika memperhatikan tayangan berita kriminal di televisi Tidak memperhatikan Memperhatikan Sangat memperhatikan
57 II.4 KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT MENONTON
Berilah tanda ceklis (v) pada jawaban yang Anda pilih No
Kegiatan
Ya
a.
Makan makanan ringan
b.
Makan
c.
Berbincang dengan anggota keluarga/teman
d.
Cek notifikasi telepon genggam
e.
Membalas pesan melalui telepon genggam
f.
Menerima telepon
g.
Mengakses akun media sosial
h.
Membersihkan rumah
i.
Mengerjakan tugas (sekolah/kerja)
j.
Memasak
k.
Menyetrika
l.
Lainnya (.................................)
Tidak
Keterangan
II.3 MOTIF MENONTON BERITA KRIMINAL REMAJA
Petunjuk pengisian: Beri tanda silang (x) pada salah satu jawaban pada setiap nomor yang sesuai dengan diri Anda 1. Sangat sesuai (SS) 2. Sesuai (S) 3. Tidak sesuai (TS) 1 (TS)
No.
Motif Menonton
12 13
Ada keinginan untuk mengetahui informasi Ada kenginan agar lebih banyak pengetahuan Ada keinginan karena menyukai tayangan bertema kriminal Ada keinginan mendapat bahan obrolan dengan teman-teman Menonton berita kriminal karena mengikuti teman Menonton berita kriminal bersama temanteman Untuk membantu menghilangkan stress Untuk mengisi waktu luang Untuk menemani saat mengerjakan aktivitas lain
14 15 16 17 18 19 20
2 (S)
3 (SS)
Keterangan
Apa motivasi utama Anda ketika menonton berita kriminal?
Bagaimana cerita dari berita kriminal yang Anda tonton? (Contoh: perilaku agresif (kriminal), pergaulan, nilai-nilai, dsb.)
Perilaku Agresf.
III. Kuisioner agresif
Petunjuk pengisian: Beri tanda centrang (V) pada salah satu jawaban pada setiap nomor yang sesuai dengan diri Anda Agresi fisik No. 1. 2.
3. 4. 5.
Pertayaan
Tidak pernah
Jarang
Sering
Ketika saya emosi saya akan memukul orang yang membuat saya emosi Ketika saya emosi maka saya akan menendang orang yang menjadi sumber kemarahan saya Ketika saya emosi maka saya akan menjenggut lawan saya Ketika saya emosi maka saya akan menampar seseorang yang membuat saya kesal Ketika saya marah saya akan mencubit seseorang yang membuat saya kesal
III.2 Agresi verbal No.
Pertayaan
1.
Ketika saya marah maka saya akan menyebar gosip yang tidak baik tentang lawan saya ke orang lain
2.
Ketika saya marah maka saya akan memaki-maki orang lain atau lawan saya
Tidak pernah
Jarang
Sering
59 3. 4. 5.
Ketika saya kesal saya menyindir seseorang yang membuat saya kesal Ketika saya emosi saya menuduh seseorang yang membuat saya emosi Saya suka memulai perdebatan dengan seseorang yang membuat saya emosi
Lampiran 4. Panduan Wawancara Mendalam PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN Topik : Tujuan : Informan : Orangtua responden Hari/Tanggal Lokasi Wawancara Nama No. Hp Alamat informan
: : : : :
Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana perilaku remaja di desa ini? 2. Bagaimana pergaulan remaja di desa ini? 3. Bagaimana keadaan ekonomi penduduk di desa ini? 4. Apakah Anda mendampingi anak Anda saat menonton berita? 5. Apakah Anda setuju dengan nilai-nilai yang ditayangkan dalam adegan berita kriminal yang anak Anda tonton? 6. Apakah Anda membatasi anak Anda dalam menonton berita? 7. Apakah anak Anda mencirikan perilaku seperti adegan kriminal pada berita yang di tonton? 8. Apakah remaja di desa ini sering melakukan kegiatan konsumtif? 9. Apakah anak Anda mencirikan perilaku agresif? 10. Berapa uang saku yang Anda berikan untuk anak Anda? 11. Apakah anak Anda suka meminta uang lebih? 12. Jika ya, apakah Anda berikan uanag tersebut? 13. Jika tidak,apakah anak Anda marah jika tidak diberi uang? 14. Apakah Anda mengetahui bagaimana anak Anda menghabiskan uang sakunya? 15. Bagaimana jika Anda tidak memberikan sejumlah uang yang anak Anda minta? 16. Apakah Andamemperhatikan perilaku anak Anda saat bergaul?
61
Panduan Wawancara Mendalam PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN Topik : Tujuan : Informan : Kepala desa Hari/Tanggal Lokasi Wawancara Nama No. Hp Alamat informan
: : : : :
Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana perilaku remaja di desa ini? 2. Bagaimana pergaulan remaja di desa ini? 3. Bagaimana keadaan ekonomi penduduk di desa ini? 4. Apakah remaja di desa ini sering melakukan kegiatan konsumtif? 5. Dimana biasanya remaja desa ini berkumpul/bergaul? 6. Dimana biasanya remaja desa ini melakukan aktivitas sosialisasi? 7. Apakah di desa ini ada kegiatan rutin untuk remaja? 8. Jika ya, apa bentuk kegiatannya dan kapan kegiatan tersebut berlangsung? 9. Apakah di desa ini pernah terjadi kejadian yang berawal dari permasalahan remaja desa ini? 10. Apakah didesa ini sering pernah terjadi kekerasan? 11. Apakah remaja di desa ini sering melakukan tawuran (tawuran antar gang,tauran pelajar)?
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN TAYANGAN BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU AGRESIF REMAJA PEDESAAN Topik Tujuan Informan
: : : Karang taruna/Tokoh pemuda
Hari/Tanggal Lokasi Wawancara Nama No. Hp Alamat informan
: : : : :
Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana perilaku remaja di desa ini? 2. Bagaimana pergaulan remaja di desa ini? 3. Bagaimana keadaan ekonomi penduduk di desa ini? 4. Apakah remaja di desa ini sering melakukan kegiatan konsumtif? 5. Di mana biasanya remaja desa ini berkumpul/bergaul? 6. Di manabiasanya remaja desa ini melakukan aktivitas sosialisasi? 7. Apakah di desa ini ada kegiatan rutin untuk remaja? 8. Jika ya, apa bentuk kegiatannya dan kapan kegiatan tersebut berlangsung? 9. Apakah di desa ini pernah terjadi kejadian yang berawal dari permasalahan remaja desa ini? 10. Apakah Anda suka berkelahi dengan teman antar desa? 11. Apakah Anda sering emosi terhadap teman seperkumpulan? 12. Jika ya, apakah Anda suka memukul? 13. Jika tidak, hal apa yang Anda lakukan? (marah,membenci,dendam, atau lainnya)
63
LAMPIRAN 5. Catatan Tematik Keterdedahan menonton berita kriminal pada remaja Desa Karangasem Timur termasuk pada kategori sedang. Hal init dikarenakan remaja Desa Karangasem Timur lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah seperti bekerja, sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lain. Oleh sebab itu, remaja tidak mempunyai banyak waktu untuk menonton televisi. Biasanya, remaja yang menonton berita kriminal adalah remaja yang hanya memiliki waktu luang yang bertujuan untuk menambah wawasan, informasi, pengetahuan dan lainnya. Pada saat tersebut, remaja memanfaatkan waktu luangnya bersama keluarga ataupun teman sambil menonton berita kriminal. Hal tersebut didukung dengan pernyataan ALD (17 tahun), “Kalo kata saya mah, berita bagus untuk menambah pengetahuan tentang kriminalisme yang ada di Indonesia, sehingga kita dapat mencegah terjadinya adegan kriminal yang membahayakan diri kita. Tapi karena saya masih sekolah pulang jam 16.00 sore jadi paling bisa nonton metro tv sama keluarga”. Motivasi remaja dalam menonton berita kriminal adalah menambah pengetahuan. Motivasi remaja Desa Karangasem Timur untuk menonton berita kriminal ini cukup beragam, motivasi ini terbentuk berdasarkan karakter masingmasing individu. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, ALD (17 tahun) memilih menonton berita kriminal karena ingin menambah pengetahuan tentang kriminalisme yang ada di Indonesia. Tetapi di lain sisi remaja Desa Karangasem Timur menonton tayangan berita kriminal juga sebagai hiburan dalam memanfaatkan waktu luang mereka. Seperti yang dinyatakan oleh WRY (20 tahun), “Sebenernya saya nonton berita gak setiaphari sih nontonnya, soalnya kan kalo pagi ampe siang sekolah, paling nonton kalo libur atau lagi kosong buat hiburan sama tau informasi”. Perilaku Agresif Remaja Desa Karangasem Timur Pada penelitian ini jumlah remaja yang menjadi responden di DesaKarangasem Timur sebanyak 35 orang. Meskipun begitu, cukup sulit untuk menemui remaja yang tinggal di Desa Karangasem Timur karena aktivitas yang berbeda-beda. Tetapi mereka dapat di jumpai pukul 19.00 karena pada pukul itu mereka sudah pulang beraktivitas, baik itu sekolah maupun bekerja.Remaja usia 1216 tahun biasanya berkumpul pada pos ronda. Aktivitas yang dilakukan biasanya adalah mengobrol, bermain musik. Kegiatan lainnya di Desa Karangasem Timur ini masih banyak kejadian yang berbau kekerasan dan berujung pada agresivitas, seperti halnya yang dipaparkan PAM (14 tahun) bahwa para remaja desa sering terjadi tawuran antar gang, ataupun perang sarung yang di lakukan rutin pada bulan puasa. Hal tersebut didukung dengan pernyataan PAM (14 tahun), “Di sini mah remaja emang agak susah dikumpulinkak anak-anaknya. Soalnya kan ada waktu-waktunya gitu, beda-beda waktu kadang kalo yangdisini anak-anak kecil yang umur kita (12-16 tahun) gini kumpul kalo abis magrib. Kalo anal-anak gede ada markas karang taruna ka didepan kita mah ga pernah gabung takut dimarahin soalnya kita
suka tawuran teh.Kalo anak remaja disini mah yang kategori bocah kaya kita suka pada tawuran gang ama gang pipatek, apalagi kalo bulan puasa perang sarung, taun lalu mah rame ampe perang petasan ama Desa Karan asem barat. Soalnya kalo kita ga ngeladenin gang pipatek atau gang Karangasem Barat suka di rendahin dikatain banci gitu deh”. Kegiatan karang taruna di RW 06 ini tergolong aktif, karena selalu berkumpul di tempat yang sudah disediakan. Jadi ketika ada hari-hari besar anggota karang taruna sudah siap dengan kegiatan yang akan di lakukan seperti 17 agutusan, isra mi’raj, rajaban dan sebagainya. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan ketua karang taruna RT 02 RW 06, MRM (23 tahun), “anak-anak sih biasanya suka kumpul disini (markas) kalo hari jumat, sabtu atau minggu, ya biasa sih ngobrol sama kumpul-kumpul aja, main gitar. Kadang juga anak-anak cowoknya suka pada main band kalo weekend, biasanya yang cewe juga suka ada yang ikut ke sini suka ngobrol atau suka ikut nonton band. Kalo kegiatan-kegiatan rutin paling gitu aja sih ngumpul-ngumpul buat rapat kalo ada acara hari besar kayak isra mi’raj, 17an, maulid kemarin. Kita suka jadi panitia acaranya atau kalo saya sendiri sama anak-anak cowo disini suka main ke tempat wisata gitu”. Para orang tua memaparkan bahwa anak remaja usia 19-22 tahun tidak melakukan hal negatif seperti tawuran, perang sarung ataupun lainnya yang dapat membahayakan remaja. Tetapi orang tua justru mengeluhkan kejadian tawuran gang di Desa Karangasem Timur yang setiap bulan puasa pasti kejadian tawuran ini terulang, kejadian ini dilakukan oleh remaja yang berusia 12-16 tahun. Kejadian yang berbau kekerasan dan agresivitas ini berdampak buruk bagi perilaku remaja Desa khususnya remaja Desa Karangasem Timur. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu orang tua remaja di Desa Karangasem TimurSR (51 tahun), “Remaja disini sih mah yang usia kerja (19-22) tahun alhamdulillah gak pernah ada masalah sama sekali kalo sekarang mah, dulu mah mereka juga sama tawuran sama pipatek, sekarang mag allhamdullah engga lagi mereka yang udah gede pada melakukan kegitan positif di masjid dan desa. Kebanyakan sih yang sekarang malah yang masih bau kencur yang suka tawuran, tuh kemarin tawuran rebutan bola. Anak saya juga ikutan kemarin dimarahin bapaknya gara-gara ga dikasih uang buat main futsal eh malah marah udah gitu pergi main futsal, terus pas pulang kata orang abis tawuran gara-gara kalah bola. Tau dag anak-anak sekarang kalo dilarang malah ada aja yang ngelakuin kekerasan, mungkin dari pergaulan kali”
65
lampiran 6. Hasil uji statistik Tingkat Frekuensi Menonton Frequency Percent Valid Percent
Valid
rendah sedang tinggi Total
2 25 8 35
5.7 71.4 22.9 100.0
5.7 71.4 22.9 100.0
Tingkat Durasi Menonton Frequency Percent Valid Percent
Valid
rendah sedang tinggi Total
11 21 3 35
31.4 60.0 8.6 100.0
31.4 60.0 8.6 100.0
Tingkat Perhatian Menonton Frequency Percent Valid Percent
Valid
Valid
sedang tinggi Total
30 5 35
85.7 14.3 100.0
85.7 14.3 100.0
Cumulative Percent 31.4 91.4 100.0
Cumulative Percent 85.7 100.0
Tingkat Kegiatan yang Dilakukan Saat Menonton Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent rendah 16 45.7 45.7 45.7 sedang 14 40.0 40.0 85.7 tinggi 5 14.3 14.3 100.0 Total 35 100.0 100.0 Tingkat Motif Menonton Frequency Percent Valid Percent
Valid
Cumulative Percent 5.7 77.1 100.0
sedang tinggi Total
23 12 35
65.7 34.3 100.0
65.7 34.3 100.0
Cumulative Percent 65.7 100.0
Tingkat Variabel X Frequency Percent Valid Percent
Valid
2 3 Total
3 32 35
8.6 91.4 100.0
8.6 91.4 100.0
Tingkat Agresi Verbal Frequency Percent Valid Percent
Valid
sedang tinggi Total
16 19 35
45.7 54.3 100.0
45.7 54.3 100.0
Tingkat Agresi Fisik Frequency Percent Valid Percent
Valid
rendah sedang tinggi Total
2 20 13 35
5.7 57.1 37.1 100.0
5.7 57.1 37.1 100.0
Tingkat VariabelY Frequency Percent Valid Percent
Valid
SEDANG TINGGI Total
21 14 35
60.0 40.0 100.0
60.0 40.0 100.0
Cumulative Percent 8.6 100.0
Cumulative Percent 45.7 100.0
Cumulative Percent 5.7 62.9 100.0
Cumulative Percent 60.0 100.0
Correlations
67 jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah frekuensi durasi perhatian kegiatan motif menonto menonto menonto yang menonto n n n dilakukan n saat menonto n
Correlation jumlah frekuensi Coefficient menonton Sig. (2-tailed) N jumlah durasi menonton
-.372*
.020
.252
.
.358
.
.028
.910
.144
35
35
35
35
35
35
**
.366*
.160
-.249
Sig. (2-tailed)
.358
.
.358
.149
.003
.031
35
35
35
35
35
35
*
.020
.252
.493
**
.160
1.000
-.372
.
.358
.
.028
.910
.144
35
1.000
35
35
35
35
35
*
-.249
-.372
*
1.000
-.091
-.398*
.028
.149
.028
.
.605
.018
35
35
35
35
35
35
Correlation Coefficient
.020
**
.020
-.091
1.000
.109
Sig. (2-tailed)
.910
.003
.910
.605
.
.534
35
35
35
35
35
35
Correlation Coefficient
.252
.366
*
.252
-.398
*
.109
1.000
Sig. (2-tailed)
.144
.031
.144
.018
.534
.
35
35
35
35
35
35
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
N
jumlah variabel y
1.000**
1.000
N
jumlah motif menonton
.160
.160
Correlation jumlah perhatian Coefficient menonton Sig. (2-tailed)
jumlah kegiatan yang dilakukan saat menonton
1.000
Correlation Coefficient N
Spearman' s rho
jumlah variabel y
N
-.372
.493
Tabulasi silang Tingkat Variabel X (keterdedahan tayangan berita kriminal di televisi) Tingkat VariabelY (perilaku agresif) Crosstabulation Tingkat variabelY Total SEDANG TINGGI Count 18 13 31 Sedang % within tingkat variabel x 58.1% 41.9% 100.0% Tingkat variabel x Count 3 1 4 Tinggi % within tingkat variabel x 75.0% 25.0% 100.0% Count 21 14 35 Total % within tingkat variabel x 60.0% 40.0% 100.0% Karakteristik Responden jumlah_umur Frequency Percent Valid Percent
Valid
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total
1 2 2 2 4 7 1 4 5 6 1 35
2.9 5.7 5.7 5.7 11.4 20.0 2.9 11.4 14.3 17.1 2.9 100.0
2.9 5.7 5.7 5.7 11.4 20.0 2.9 11.4 14.3 17.1 2.9 100.0
Cumulative Percent 2.9 8.6 14.3 20.0 31.4 51.4 54.3 65.7 80.0 97.1 100.0
Jenis Kelamin No 1 2 3
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah Responden 33 2 35
% 94.2 5.8 100
69
Status Pendidikan
Frequency
Valid
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Total
Percent
9 8 18 35
Valid Percent
25.7 22.9 51.4 100.0
25.7 22.9 51.4 100.0
Cumulative Percent 25.7 48.6 100.0
Jenis pekerjaan Frequency
Valid
pelajar mahasiswa kerja belum bekerja Total
Percent
17 3 7 8 35
48.6 8.6 20.0 22.9 100.0
Valid Percent 48.6 8.6 20.0 22.9 100.0
Cumulative Percent 48.6 57.1 77.1 100.0
Jumlah_pendapatan Frequency
Valid
100000 150000 250000 280000 300000 350000 400000 450000 500000 800000 1000000 1200000 1500000 2000000 3000000 3500000 5000000 Total
2 1 1 1 5 5 1 2 4 1 3 2 1 1 3 1 1 35
Percent 5.7 2.9 2.9 2.9 14.3 14.3 2.9 5.7 11.4 2.9 8.6 5.7 2.9 2.9 8.6 2.9 2.9 100.0
Valid Percent 5.7 2.9 2.9 2.9 14.3 14.3 2.9 5.7 11.4 2.9 8.6 5.7 2.9 2.9 8.6 2.9 2.9 100.0
Cumulative Percent 5.7 8.6 11.4 14.3 28.6 42.9 45.7 51.4 62.9 65.7 74.3 80.0 82.9 85.7 94.3 97.1 100.0
71
Lampiran hasil dukumentasi
Lampiran Kerangka Sampling
No 1
Nama MSR
Umur 16
2
NBM
22
3
WWN
22
4
SAA
14
5
ALD
17
6
MRRF
13
7
ADK
20
8
ISA
15
9
RM
21
10
DSP
13
11
NAR
16
12
ISY
21
13
WNR
21
14
NRU
17
15
MFA
19
16
WRY
20
17
FAA
21
18
MFK
19
19
PAR
20
20
IWW
17
21
DAP
19
22
ASL
17
23
IDK
22
Alamat Jl. Pahlawan 144 Karangasem Timur Rt 2 Rw4 Kampung Karangasem Timur Rt 4 Rw 6 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 154 Gang H sobana Desa Karangasem Timur Rt 5 Rw 6 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 102 Kampung Karangasem Timur Rt 3 Rw 6 no 111 Gang H sobana Desa Karangasem Timur Rt 5 Rw 6 NO 44 Gang H sobana Desa Karangasem Timur Rt 5 Rw 6 NO 37 Kampung Karangasem Timur Rt 4 Rw 6 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 Gang H Zen Kampung Karangasem Timur Rt 1 Rw 1 Gang H Zen Kampung Karangasem Timur Rt 1 Rw 1 Kampung Karangasem Timur Rt 4 Rw 6 Gang H Zen Kampung Karangasem Timur Rt 3 Rw 1 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 4 Kampung Karangasem Timur Rt 5 Rw 3 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 Kampung Karangasem Timur Rt 1 Rw 2 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 5 Kampung Karangasem Timur Rt 4 Rw 4 Kampung Karangasem Timur Rt 2
Pekerjaan Pelajar Karyawan Karyawan Pelajar Pelajar Pelajar Kerja Pelajar Kerja Pelajar Pelajar Kerja Kerja Pelajar Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja Pelajar Kerja Pelajar Kerja
73 24
MRK
21
25
AMM
17
26
MRD
14
27
NSA
19
28
PAM
14
29
ADI
14
30
DAA
20
31
SHD
21
32
MJF
17
33
APP
16
34
FDW
16
35
SKA
16
Rw 3 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 155 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 4 no 99 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 166 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 156 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 114 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 173 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 2 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 122 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 147 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 129 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 112 Kampung Karangasem Timur Rt 2 Rw 6 no 133
Kerja Pelajar Pelajar Kerja Pelajar Pelajar Kerja Kerja Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar