16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Fisik Buah
Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi diameter transversal dan longitudinal (Tabel 1) serta terhadap bobot buah beserta bagian-bagiannya (Tabel 2). Hasil pengukuran pada Tabel 1 menunjukkan bahwa diameter buah tidak dipengaruhi oleh aplikasi kalsium maupun biopori. Diameter transversal buah manggis yang diamati berkisar antara 5.37 - 5.66 cm, sedangkan diameter longitunal 4.48 - 4.78 cm. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2009) buah manggis ini termasuk ke dalam kode ukuran 3 (diameter 5.3 - 5.8 cm).
Tabel 1. Diameter buah manggis
Perlakuan Kalsium (pohon/tahun) Kontrol (0 kg Ca) Dolomit 5. 33 kg 10.67 kg Kalsit 3.55 kg 7.11 kg Uji F Teknologi Biopori Tanpa biopori Dengan biopori Uji F Interaksi
Transversal
Diameter Longitudinal
…………… cm …………... 5.55 4.48 5.53 5.47
4.55 4.53
5.50 5.53 tn
4.69 4.78 tn
5.37 5.66 tn tn
4.52 4.70 tn tn
Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata
Perlakuan kalsium dan biopori juga tidak mempengaruhi bobot buah. Pada penelitian ini perbedaan dosis kalsium dan aplikasi teknologi biopori tidak berpengaruh terhadap pembentukan dinding sel baru saat perkembangan buah. Bobot buah yang diamati pada penelitian ini berkisar antara 69.97 - 82.72 g.
17
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2009) buah manggis ini termasuk ke dalam kode ukuran 3 (bobot 76-100 g) dan kode ukuran 4 (bobot 51-75 g). Menurut Primilestari (2001) pertambahan bobot dan diameter buah manggis disebabkan adanya pertambahan luas dan volume sel. Pertambahan luas dan volume sel-sel tersebut tidak dipengaruhi oleh kalsium, karena kalsium merupakan unsur yang berperan pada dinding sel dalam bentuk Ca-pektat dan berfungsi mempertahankan integritas dinding sel, sehingga kalsium tidak berpengaruh terhadap bobot maupun diameter buah.
Tabel 2. Bobot buah manggis
Perlakuan Kalsium (pohon/tahun) Kontrol (0 kg Ca) Dolomit 5. 33 kg 10.67 kg Kalsit 3.55 kg 7.11 kg Uji F Teknologi Biopori Tanpa biopori Dengan biopori Uji F Interaksi
Utuh
Aril
Bobot
Biji
Kulit
……………..….. g …………………. 80.72 27.82 0.99 51.2 71.37 76.92
26.83 25.53
0.98 1.10
48.48 50.62
75.42 82.72 tn
25.54 31.48 tn
1.02 1.23 tn
52.02 48.48 tn
69.97 84.89 tn tn
25.70 29.18 tn tn
1.00 1.13 tn tn
45.56b 54.69a * tn
Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata pada taraf 5%
Berdasarkan analisis korelasi menunjukan hubungan yang erat antara diameter buah dengan bobot buah manggis (r = 0.77**). Semakin besar diameter buah maka semakin besar pula bobot buah manggis yang diamati. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) salah satu parameter penilaian kualitas buah manggis ialah kemudahan buah untuk dibuka. Tingkat kemudahan buah untuk dibuka dapat dilihat berdasarkan hasil pengukuran terhadap ketebalan kulit, kekerasan kulit, serta resistensi buah. Pada Tabel 3 terlihat bahwa aplikasi kalsium dalam berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap ketebalan kulit, kekerasan, serta resistensi buah.
18
Tanaman manggis yang diberi perlakuan biopori memiliki resistensi kulit buah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman manggis yang tidak diaplikasikan biopori.
Tabel 3. Tebal kulit, kekerasan, dan resistensi buah manggis
Perlakuan Kalsium (pohon/tahun) Kontrol Dolomit 5. 33 kg 10.67 kg Kalsit 3.55 kg 7.11 kg Uji F Teknologi Biopori Tanpa biopori Dengan biopori Uji F Interaksi
Tebal Kulit (cm)
Kekerasan (kg/det)
Resistensi (kgf/cm2)
0.65
1.99
2.48
0.67 1.17
2.09 2.14
2.44 2.41
0.69 0.61 tn
2.39 2.16 tn
2.71 2.57 tn
0.65 0.87 tn tn
2.01 2.29 tn tn
2.35b 2.69a ** tn
Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata ; (**) berpengaruh nyata pada taraf 5%
Resistensi menunjukkan kemampuan buah dibuka setelah diberi sejumlah tekanan. Semakin besar nilai resistensi maka semakin tinggi kekerasan buah tersebut sehingga lebih sulit dibuka secara normal. Menurut Ismadi (2012) tingginya tingkat resistensi pada kulit buah manggis disebabkan oleh peningkatan kandungan lignin. Menurut Primilestari (2011) kadar kalsium yang terlalu tinggi diduga menyebabkan ikatan antara rantai pektin menguat dan kulit buah menjadi keras. Bila kulit buah keras maka akan menyebabkan buah sulit dibuka. Pengaplikasian kalsium yang dikhawatirkan dapat meningkatakan kekerasan kulit buah sehingga buah sulit dibuka, tidak terbukti pada penelitian ini.
PTT dan TAT Buah
Salah satu kriteria manggis yang disukai konsumen ialah manggis yang memiliki rasa yang manis dan tidak asam. Tingkat kemanisan dan keasaman suatu buah dapat dilihat dari nilai padatan terlarut total (PTT) dan total asam tertitrasi
19
(TAT) dari buah tersebut. Hasil pengukuran terhadap PTT dan TAT disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. PTT dan TAT buah manggis Perlakuan Kalsium (pohon/tahun) Kontrol (0 kg Ca) Dolomit 5. 33 kg C1 10.67 kg C3 Kalsit 3.55 kg C2 7.11 kg C4 Uji F Teknologi Biopori Tanpa biopori Dengan biopori Uji F Interaksi Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata
PTT (0brix)
TAT (%)
17.26
1.14
18.17 18.16
1.42 1.34
17.98 18.97 tn
1.21 1.17 tn
18.26 17.95 tn tn
1.19 1.32 tn tn
Berdasarkan hasil penelitian, aplikasi kalsium dan teknologi biopori tidak berpengaruh terhadap tingkat kemanisan dan keasaman buah. Tanaman manggis yang diaplikasikan kedua perlakuan tersebut tidak menunjukan adanya peningkatan atau penurunan rasa manis. Nilai padatan terlarut total (PTT) mengindikasikan tingkat kemanisan buah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kalsium dalam bentuk dolomit maupun kalsit dengan berbagai dosis baik dengan aplikasi biopori maupun tidak, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kemanisan buah manggis. Kandungan asam yang terdapat pada buah manggis tidak dipengaruhi oleh kandungan kalsium dari buah tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya (Wulandari, 2008; Dorly, 2011; Oktaviani, 2009; Primilestari, 2009) yang menyatakan bahwa pemupukan kalsium tidak mengurangi rasa manis (PTT) dan tidak meningkatkan rasa asam (TAT) manggis. Buah manggis yang diamati pada penelitian ini memiliki PTT 17.26 - 18.97 0brix. Menurut Dorly (2009) buah manggis yang dipanen pada umur ± 16 minggu setelah anthesis memiliki PTT berkisar antara 18 - 20 °brix. Nilai total asam tertitrasi (TAT) yang diperoleh juga tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata
20
antar perlakuan. Nilai TAT yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 1.43-1.78 %.
Cemaran Getah Kuning
Getah kuning merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas buah manggis. Cemaran getah kuning menyebabkan buah menjadi tidak layak ekspor. Getah kuning pada kulit dan daging buah dinyatakan dalam skor dan persentase buah tercemar serta persentase juring tercemar. Cemaran getah kuning yang tinggi ditandai dengan peningkatan skor dan peningkatan persentase buah tercemar getah kuning. Perlakuan kalsium dalam bentuk dolomit dan kalsit berpengaruh nyata terhadap penurunan persentase buah bergetah kuning pada kulit dan aril buah (Tabel 5). Aplikasi 5.33 kg dolomit/ pohon/ tahun dapat mengurangi kejadian getah kuning pada aril buah hingga 0% serta dapat menjadikan persentase juring bergetah hingga 0%. Aplikasi 7.11 kg kalsit/ pohon/ tahun menghasilkan persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning terkecil dibandingkan perlakuan lainnya, yakni 26.67% (Tabel 5).
Tabel 5. Persentase buah yang bergetah kuning pada kulit, aril, dan persentase juring bergetah kuning Perlakuan
Kalsium (pohon/tahun) Kontrol (0 kg Ca) Dolomit 5. 33 kg 10.67 kg Kalsit 3.55 kg 7.11 kg Uji F Teknologi Biopori Tanpa biopori Dengan biopori Uji F Interaksi
% Buah bergetah kuning Kulit Aril
% Juring bergetah kuning1
60.00a
33.33a
10.50
72.23a 72.23a
00.00b 33.33a
0.00 8.33
66.67a 26.67b **
11.11b 33.33a **
1.85 5.78 tn
63.89 57.78 tn **
19.44 23.08 tn **
4.02 4.84 tn tn
Keterangan: (1) data yang diolah adalah transformasi menggunakan √x+0.5, data yang disajikan adalah sebelum transformasi; Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
21 Pengaruh aplikasi teknologi biopori belum terlihat secara nyata pada
musim panen tahun ini. Hal ini dikarenakan biopori yang diharapkan dapat terbentuk melalui aplikasi teknologi biopori belum terbentuk dalam jangka waktu tiga bulan. Berdasarkan penelitian Wuest (2001) peningkatan jumlah biopori hingga 100% secara alami terjadi setelah satu tahun. Tidak berpengaruhnya aplikasi teknologi biopori juga diduga disebabkan oleh kurangnya jumlah lubang biopori yang diaplikasikan pada setiap tanaman. Terdapat interaksi antara aplikasi kalsium dan teknologi biopori pada kulit dan aril buah. Kombinasi perlakuan 7.11 kg kalsit/ pohon/ tahun dengan aplikasi teknologi biopori efektif menurunkan kejadian getah kuning pada kulit hingga 11.11%. Kombinasi perlakuan ini menghasilkan rataan skor getah kuning terendah dibandingkan perlakuan lainnya, yakni 1 (Tabel 7). Skor 1 menunjukkan bahwa buah tersebut bersih tanpa adanya cemaran getah kuning pada kulit buah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dorly (2009) yang menunjukkan bahwa aplikasi dolomit dapat mengendalikan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Getah kuning pada aril buah mencapai 0% apabila diaplikasikan 5.33 kg dolomit/ pohon/ tahun baik dengan teknologi biopori maupun tanpa teknologi biopori. Aplikasi 3.55 kg kalsit/ pohon/ tahun juga dapat menurunkan kejadian getah kuning hingga 0% jika diaplikasikan dengan teknologi biopori (Tabel 8). Kombinasi perlakuan tersebut menghasilkan rataan skor getah kuning terendah dibandingkan perlakuan lainnya, yakni skor 1. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Primilestari (2011) yang menyatakan bahwa dolomit efektif mencegah cemaran getah kuning pada aril buah manggis. Menurut Dorly (2008) getah kuning yang mengotori aril merupakan getah yang keluar akibat kerusakan dinding sel epitel penyusun sekretori getah kuning pada endokarp buah. Kerusakan ini terjadi akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara aril dan biji dengan kulit buah selama proses perkembangan buah. Berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kejadian getah kuning pada kulit dengan kejadian getah kuning pada aril buah (r = - 0.108). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Indriyani et
22 al. (2002) dan Mansyah et al. (2007) bahwa kedua kerusakan ini tidak berkorelasi
dan memiliki penyebab yang berbeda.
Tabel 6. Cemaran getah kuning pada kulit buah manggis
Perlakuan Teknologi biopori
Tanpa biopori Dengan biopori
Skor Getah Kuning
% getah kuning di kulit
Dosis (pohon/tahun) Rataan Peringkat Kontrol (0 kg Ca) 2.50 57.33a 83.34ab Dolomit 5. 33 kg 1.67 42.50bcd 66.67abcd 10.67 kg 1.78 46.83bc 77.78abc Kalsit 3.55 kg 1.33 29.50cd 33.33de 7.11 kg 1.50 36.00bcd 50.00bcd Kontrol (0 kg Ca) 1.44 33.83bcd 44.44cd Dolomit 5. 33 kg 1.78 46.83bc 77.78abc 10.67 kg 1.67 42.50bcd 66.67abcd Kalsit 3.55 kg 2.00 53.78ab 88.89a 7.11 kg 1.11 20.83d 11.11e
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata berdasarkan uji Dunn (skor getah kuning pada kulit) dan uji DMRT (persentase getah kuning pada kulit) pada taraf 5%
Tabel 7. Cemaran getah kuning pada aril buah manggis Perlakuan Teknologi biopori
Skor Getah Kuning
% getah kuning di aril 16.67c
Dosis (pohon/tahun) Rataan Peringkat Kontrol (0 kg Ca) 1.33 37.50ab Dolomit 5. 33 kg 1.00 30.00b 0.00c Tanpa biopori 10.67 kg 1.00 30.00b 0.00c Kalsit 3.55 kg 1.22 38.22ab 22.22bc 7.11 kg 1.67 54.67a 66.67a Kontrol (0 kg Ca) 1.44 46.44ab 44.44ab Dolomit 5. 33 kg 1.00 30.00b 0.00c Dengan biopori 10.67 kg 1.67 54.67a 66.67a Kalsit 3.55 kg 1.00 30.00b 0.00c 7.11 kg 1.11 34.11b 11.11c Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata berdasarkan uji Dunn (skor getah kuning pada kulit) dan uji DMRT (persentase getah kuning pada kulit) pada taraf 5%
23
Kalsium saling berikatan dengan pektin pada dinding sel yang menjadikan dinding sel tidak mudah pecah. Pecahnya saluran getah kuning pada manggis berkaitan dengan rendahnya konsentrasi kalsium pada dinding sel penyusun sel- sel epithelium. Menurut Dorly (2009) saluran getah kuning dikelilingi oleh sel-sel epithelium. Sel epithelium merupakn sel hidup yang dipadati oleh organel plastid, mitokondria, dan badan golgi. Pada saluran sekretori getah kuning kalsium berperan dalam mempertahankan integritas dinding sel epithelium. Kalsium merupakan unsur immobile di dalam tumbuhan yang paling banyak diserap melalui aliran masa. Aliran masa merupakan pergerakan hara di dalam tanah ke permukaan akar tanaman yang terangkut melalui aliran air sebagai aliran transpirasi (Munawar, 2011). Kalsium dalam bentuk Ca2+ diangkut ke xylem melalui dinding sel (lintasan apoplas). Pada lintasan apoplas ini air dan hara yang diangkut melewati pita kaspari yang bersifat impermeable. Oleh karena itu hanya sedikit kalsium yang dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman manggis. Transpirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Salah satu keuntungan bila terjadi transpirasi ialah mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem (Lakitan, 2008). Pada siang hari, stomata membuka dan terjadi transpirasi. Transpirasi menyebabkan kehilangan air, sehingga terjadilah pergerakan air tanah untuk menggantikan kehilangan air tersebut. Tingginya laju transpirasi menyebabkan lebih banyak kalsium yang dapat ditranslokasikan bersama dengan air pada proses transpirasi. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga banyak kalsium yang ditemukan di daun setelah terjadinya proses transpirasi. Buah juga melakukan transpirasi meski tidak sebanyak daun, oleh karena itulah hanya sedikit kalsium yang terakumulasi di buah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Primilestari (2011) dan Oktaviani (2011) yang menyatakan bahwa kalsium terdistribusi paling banyak ke daun sebagai salah satu organ tanaman dengan laju transpirasi tinggi dibandingkan dengan buah yang memiliki laju transpirasi yang rendah. Pembuatan lubang resapan biopori dapat memperbaiki aerasi di dalam tanah. Lubang resapan biopori yang dibuat menyediakan bahan makanan bagi
24
organisme yang terdapat di dalam tanah dalam bentuk serasah daun yang telah kering. Organisme ini secara tidak langsung membuat pori-pori yang akan terisi oleh udara dan menjadi tempat berlalunya air dan hara. Bila lubang ini tersedia dalam jumlah banyak, maka kemampuan tanah untuk meresapkan air akan meningkat (Sibarani dan Bambang, 2009). Pori-pori yang ada juga berfungsi menyimpan oksigen. Oksigen tersebut digunakan untuk berespirasi sehingga menghasilkan energi. Energi digunakan oleh akar untuk melakukan tekanan akar dan mengaktifkan serapan akar. Kalsium merupakan salah satu unsur yang dipasok dengan menggunakan tekanan akar (Munawar, 2011).