MAKALAH
Hakikat Ilmu Filsafat Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
FILSAFAT ILMU Dosen :
Dr. Nandang Hidayat, M.Pd.
Disusun oleh :
AJIZ SULAEMAN NPM. 072115020
UNIVERSITAS PAKUAN PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN BOGOR 2015
“Mengapa belajar filsafat sering dirasakan begitu sulit? Itu kemungkinan karena salah memulainya. Mulailah lebih dahulu dari pengantar filsafat, lalu ketahui sistematikanya, Setelah itu barulah anda membaca buku-buku filsafat.” “Filsafat tidak sulit karena filsafat itu pemikiran, dan setiap orang mempunyai alat untuk berpikir.”
Prof. Dr. Ahmad Tafsir
FILSAFAT ILMU Hakikat Ilmu Filsafat Oleh : Ajiz Sulaeman
Dalam perjalanan kehidupannya manusia senantiasa dihadapkan dengan permasalahan dan pertanyaan tentang segala hal yang dihadapi dalam kehidupan nyata maupun menerawang dalam alam pikirannya. Seolah tak pernah berhenti manusia berpikir tentang pengetahuan yang ditemukan dalam kesehariannya. Begitu
banyaknya
sampai-sampai
ia
tidak
tahu
lagi
berapa
banyak
pengetahuannya dan tidak tahu lagi apa saja yang diketahuinya. Setiap pengetahuan yang kemudian dikembangkan dengan secara rasional dengan pembuktian secara empiris yang kemudian melahirkan pemahaman manusia akan sebuah kesimpulan bahwa pengetahuan itu benar. Penting ketika manusia mengetahui sejauh mana pemikirannya menyatakan pengetahuan itu menjadi benar atau tidak atau kegiatan berpikir seperti apa yang akan menuntun manusia pada kebenaran. Pada makalah ini akan kita bahas hakikat ilmu filsafat sebagai kegiatan berpikir. Dengan permasalahan pokok yang akan dikemukakan tentang pengertian filsafat, objek filsafat, metode filsafat, kebenaran filsafat, kegunaan filsafat dan pembagian filsafat.
A. PENGERTIAN FILSAFAT Hatta mengatakan pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu; nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu (Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1996, I:3). Langeveld juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu; mungkin dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu (Langeveld, Menudju ke Pikiran Filsafat, 1996:9)1
1
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 66
Pada kenyataannya manusia berpikir tentang sebuah keyakinan dan pengetahuan tentang bagaimana kegiatan berpikir dikategorikan sebagai kegiatan berfilsafat atau bukan. Tentu hal ini menjadi pertimbangan untuk mengetahui tentang pengertian filsafat secara etimologis sebagai titik awal perkenalan kita tentang filsafat.
Poedjawijatna (1979:1) menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata Yunaninya ialah philosophia. Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu; shopia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi menurut namanya saja filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai,cinta pada kebijakan. 2
Melalui pengertian di atas disimpulkan bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philo dan sophia yang berarti kecintaan akan rasa ingin tahu tentang pengertian yang mendalam tentang kebijakan.
Pengertian filsafat secara istilah.
Poedjawijatna
(1974:11)
mendefinisikan
filsafat
sebagai
sejenis
pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Plato menyatakan bahwa filsafat itu ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, dan
2
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005, h.9
bagi Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika; dan bagi Al-Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya; Pythagoras, orang yang mula-mula menggunakan kata filsafat, memberikan definisi filsafat sebagai the love for wisdom. Menurut Pythagoras, manusia yang paling tinggi nilainya ialah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom), sedangkan yang dimaksud olehnya dengan wisdom ialah kegiatan perenungan tentang Tuhan. Ia membagi kualitas manusia menjadi tiga tingkatan ; lover of wisdom, lover of succes,
dan
lovers
of
pleasure
(mayer,
1950:26).
Imanuel
Kant
mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan : Apa yang dapat diketahui? (jawabannya Metafisika) ; Apa yang seharusnya diketahui? (jawabannya Etika) ; Sampai dimana harapan kita? (jawabannya Agama) ; Apa itu manusia? (jawabannya antropologi) (Bakri, 1971:11) 3
Al-Kindi menyatakan filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran. Filosof Muslim, sebagaimana filosof Yunani, percaya bahwa kebenaran jauh berada di atas pengalaman; bahwa kebenaran itu abadi di alam dan dialami. Batasan filsafat dalam risalah Al-Kindi tentang Filsafat Awal, berbunyi demikian : “Filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala suatu dalam berteori
ialah
mencapai
kebenaran,
dan
dalam
berpraktek,
ialah
menyesuaikan dengan kebenaran.” 4
Al-Farabi berpendapat bahwa pada hakekatnya filsafat merupakan satu kesatuan. Karena itu, para filosof besar harus menyetujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran. Plato dan Aristoteles ýang menjadi cikal bakal filsafat dan pencipta unsur-unsur dan prinsip-prinsipnya dan penanggung jawab terakhir kesimpulan-kesimpulan dan canag-cabangnya, sangat setuju meski ada beberapa perbedaan formal dan jelas antar mereka.
3 4
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005, h.10-11 Ahmad Fuad El-Ehwani,Ph.D, Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, 1985, h.15
Maka dari itu, Al-Farabi sangat yakin banhwa hanya ada satu aliran filsafat, yaitu aliran kebenaran. 5
Melalui pendapat di atas nyata bahwa perbedaan pengertian tentang filsafat berlatar belakang atas kepercayaan, lingkungan dan masa dimana para filosof tersebut. Namun dari kesemua pengertian dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah upaya pemikiran rasional tentang kebenaran secara teoritis dan sikap yang seharusnya dinampakkan setelah mengetahui kebenaran itu dalam bentuk pola pikir dan perilaku.
B. OBJEK FILSAFAT Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistimologi dan aksiologi.6
Ontologi atau dikenal dengan teori hakikat diartikan setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. 7
Epistimologi membicarakan tentang sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuannya. Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun. Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak daripada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka masing-masing mendapat
5
Ibrahim Madkour,Ph.D, Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, 1985, h.64
6
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 80
7
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005, h.28
pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat akurasinya ? Hal-hal semacam ini dibicarakan di dalam epistimologi. 8
Aksiologi memaparkan tentang kegunaan daripada filsafat.
Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan)nya. Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat Pendidikan. Jika yang dipikirkannya hukum maka hasilnya tentulah Filsafat Hukum, dan seterusnya. Seberapa luas yang mungkin dapat dipikirkan? Luas sekali. Yaitu semua yang ada dan mungkin ada. Inilah objek filsafat. Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia Filsafat Ilmu, jika memikirkan etika jadilah Filsafat Etika, dst. 9
Pengetahuan tentang apa filsafat sebenarnya telah mencakup pemahaman apa objek materia filsafat. Objek materia filsafat, yaitu objek yang diteliti oleh filsafat, ialah semua yang ada dan yang mungkin ada, yang diselidiki ialah bagian yang abstrak tentang objek itu. Jadi, jika yang diteliti manusia, maka yang dihadapinya adalah manusia, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian yang abstrak tentang manusia itu, orang mengatakan bagian yang merupakan hakikat tentang manusia tersebut. 10
C. METODE FILSAFAT Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan filsafat? Dengan berpikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang konkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian “dibelakang” objek konkret itu. Dus abstrak juga. 11
8
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005, h.23 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 81 10 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005, h.45 11 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 85 9
Secara tekbis, untuk meneliti atau mempelajari filsafat ditempuh tiga cara: historis, sistematis, dan kritis. Para pemula sebaiknya menempuh metode historis. 12
Adapun metode filsafat sebagai disiplin ilmu dan pendidikan mempunyai metode tertentu diantaranya sebagai berikut :
a. Perenungan (Contemplative) Merenung adalah memikirkan sesuatu atau segala sesuatu, tanpa keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya, misalnya makna hidup, kebenaran, keadilan, keindahan dan sebagainya. Merenung adalah suatu cara yang sesuai dengan watak filsafat, yaitu memikirkan segalah sesuatu sedalam-dalamnya, dalam keadaan tenang hening dan sungguh-sungguh dalam kesendirian atau kapan dan dimanapun..
b. Deductive Filsafat menggunakan metode deduktif karena filsafat berusaha mencari kebenaran hakiki. Sebenarnya filsafat menggunakan semua metode agar saling komplimentasi, selain melengkapi. Filsafat melahirkan ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya perkembangan berfikir seorang pribadi, melalui proses : 1. Tingkat indra 2. Tingkat ilmiah (rasional kritis, objektif, sistematis) 3. Tingkat filosofis (reflective thinking) 4. Tingkat religius
c. Metode historis/ sejarah Metode ini baik karena dengan demikian pertumbuhan filsafat itu dapat diikuti dari jumlahnya. Akan tetapi harus agak panjang untuk penulaannya dan bisa menimbulkan kesalahpahaman. 12
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005, h.46
d. Metode Ikhtisar Metode ini membentuk soal-soal yang dibicarakan dalam filsafat dan menguraikan jawaban.
e. Metode Sistematis Metode ini mencari arti serta maksud dari kodrat manusia yaitu bagaimana manusia karena kodratnya akan penyelidikan yang biasanya disebut filsafat itu lalu dicari akibat-akibatnya
f. Metode Kombinasi Metode ini adalah kombinasi dari cara-cara tersebut yaitu sistematis, tetapi tidak lepas dari sejarah dan dengan memperhatikan soal-soal terpenting yang timbul bagi setiap manusia yang hidup sadar dan mampu menggunakan pikirannya13
D. KEBENARAN FILSAFAT Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar bila tidak logis, salah.
Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis atau tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori) itu. Fungsi argumen dalam filsafat sangatlah penting, sama dengan fungsi data pada pengetahuan sains. 14
Ibn Rusyd membuka risalahnya dengan mengajukan pertanyaan tentang apakah filsafat itu sah, dilarang, dianjurkan atau diharuskan dalam Syari’ah (hukum Islam). Jawabannya, sejak dini, yaitu bahwa filsafat diwajibkan atau paling tidak dianjurkan dalam agama (agama dalam pengertian ini dianggap 13 14
http://codehill2ra1.blogspot.co.id/2013/03/ruang-lingkupmetode-dan-pembagian.html Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 88
sama dengan Syari’ah, terutama Islam). Sebab fungsi filsafat hanyalah membuat spekulasi atas yang maujud dan memikirkannya selama membawa kepada pengetahuan akan Sang Pencipta. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk berpikir (i’tibar) dalam banyak ayatnya seperti : “Berpikirlah, wahai yang bisa melihat.” Al-i’tibar merupakan suatu ungkapan Qur’ani yang berarti sesuatu yang lebih dari sekedar spekulasi atau refleksi (nalar). Jadi Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk mempelajari filsafat, karena manusia harus membuat spekulasi atas alam raya ini dan merenungkan bermacam-macam kemaujudan. Kini kita telah lewati bidang fiqh yang absah dan menuju bidang filsafat, meskipun keduanya berbeda. Sasaran agama secara filosofis yakni: agama berfungsi sebagai pencapai teori yang benar dan perbuatan yang benar (al-’ilm al-haq wal’a’mal al-haqq). Hal ini mengingatkan kita kepada definisi filsafat Al-Kindi dan para pengikutnya, yang sampai saat ini tetap dipakai dalam filsafat Islam. Pengetahuan sejati ialah pengetahuan tentang Tuhan, tentang kemaujudan lainnya, dan tentang kebahagiaan serta kesengsaraan di akhirat. Ada dua cara untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu pencerapan dan persesuaian. Persesuaian bisa bersifat demonstratif, dialektis atau teoritis. Ketiga macam persesuaian ini digunakan dalam Al-Qur’an. Manusia terdiri atas tiga golongan: filosof, para teolog dan orang-orang awam (al-jumhur). Para filosof ialah kaum yang menggunakan cara demonstratif. Para teolog yaitu orang-orang al-sy’ariah, yang ajaran-ajaran mereka menjadi ajaranajaran resmi pada masa ibn Rusyd ialah kaum yang lebih rendah tingkatannya, karena mereka memulai dari penalaran dialektis dan bukan dari kebenaran ilmiah. Orang awam ialah “orang-orang retoris” yang hanya bisa mencerap sesuatu lewat contoh-contoh dan pemikiran puitis.15
E. KEGUNAAN FILSAFAT Apa guna pengetahuan filsafat? Atau, apa kegunaan filsafat? Tidak setiap orang perlu mengetahui filsafat. Tetapi orang yang merasa perlu
15
Ahmad Puad El-Ehwani,Ph.D Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, 1985, h.204-205
berpartisipasi dalam membangun dunia perlu mengetahui filsafat. Mengapa? Karena dunia dibangun oleh dua kekuatan: agama dan filsafat. Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan masalah, ketiga filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life).16
Filsafat sebagai philosophy of life sama dengan agama, dalam hal sama mempengaruhi sikap dan tindakan penganutnya. Bila agama dari Tuhan atau dari langit, maka filsafat (sebagai pandangan hidup) berasal dari pemikiran manusia.
Seandainya ditanyakan kepada Socrates atau Nietzsche apa guna filsafat, agaknya mereka akan menjawab bahwa filsafat dapat menjadi manusia menjadi manusia. Dengan filsafat orang akan mungkin menjadi orang bijaksana. Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Filsafat sebagai philosophy of life dalam posisi ini filsafat menjadi jalan atau petunjuk dalam menjalani kehidupan. Filsafat sebagai methodology dalam memecahkan masalah. Ada berbagai cara yang ditempuh orang bila ia hendak menyelesaikan sesuatu masalah. Masalah artinya kesulitan. Sesuai dengan sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya dari berbagai sudut pandang.
16
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007, h. 89
F. PEMBAGIAN FILSAFAT a. Menurut Pendapat ahli 1. Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad pertengahan membagi filsafat sebagai berikut : a) Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu ada. b) Bagian etika yang menentukan tata hidup. c) Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.
2. Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga bagian yaitu : a) Ilmu fisika, tingkatan terendah b) Ilmu matematika, tingkatan tengah c) Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi
3. Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan filsafat praktek.
4. Prof. DR. M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah, yaitu : a) Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-lain) b) Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori kebenaran, logika). c) Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang bernilai berdasarkan religi).
5. Prof. Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai berikut : a) Masalah theologies. b) Masalah metafisika. c) Masalah epistimologi.
d) Masalah etika. e) Masalah politik. f) Masalah sejarah.
6. H.De Vos membagi filsafat ke dalam sembilan golongan sebagai berikut : a) Logika b) Metafisika c) Ajaran tentang ilmu pengetahuan d) Filsafat alam e) Filsafat kebudayaan f) Filsafat sejarah. g) Etika h) Estetika i) Anthropologi.
7. Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut : a) Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian-pengertian umum. b) Fisika, tentang dunia materil. c) Etika, tentang kebaikan.
8. Aristoteles membagi 4 cabang yaitu : a) Logika b) Filsafat teoritis c) Filsafat praktis d) Filsafat peotika
b. Pembagian filsafat menurut bagan induktif a. Metafisika a) Metafisika fundamental, yaitu kritikan b) Metafisika sistematis, yaitu ontology dan theodyca
b. Filsafat tentang : a) Alam, yaitu kosmologia b) Manusia, yaitu anthropologi
c. Filsafat rasional-logika a) Logika umum/formal, yaitu logika b) Logika khusus/material, yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan.
d. Filsafat praktis atau tentang kebudayaan 1. Filsafat praktis (tentang keseluruhan kegiatan manusia) a) Filsafat etika, yaitu etika umum dan etika khusus b) Filsafat tentang agama
2. Filsafat kebudayaan (tentang perbuatan lahiriah manusia) a) Bagian umum : filsafat kebudayaan b) Bagian khusus : filsafat tentang bahasa, kesenian, hukum, pendidikan, manusia, dan lain-lain.
c. Pembagian filsafat menurut bagan deduktif a) Pengetahuan adalah kesadaran akan hal sesuatu, kesadaran akan diri kita sendiri. b) Pengakuan bahwa aku ini ada. Karena andaikata aku tak ada bagaimanakah aku dapat berdiri di alun-alun dan sadar akan diriku sendiri. c) Pengakuan bahwa kodrat saya adalah sadar akan diriku sendiri, mengerti akan diriku sendiri, ini adalah aspek rohani. Tetapi berdiri di suatu tempat adalah aspek jasmani. d) Pengakuan dunia yang ku injak itu yaitu di alun-alun. e) Penilaian perbuatan ini, artinya dalam kenyataan setiap perbuatan itu apakah baik atau tidak baik, sesuai dengan kodrat saya atau tidak sesuai dengan kodrat saya.
f) Dan mengenai perbuatan ini saya yakin harus memberikan pertanggungjawaban terhadap suara batin saya sebagai suatu kekuasaan yang berada di dalam maupun di atas yang akhirnya terhadap Tuhan.
Dalam eksistensinya yang baru filsafat mempunyai beberapa bagian atau cabang yaitu : a.
Logika, filsafat tentang pikiran dan cara berpikir benar atau salah.
b.
Metafisika, filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika dan hakikat yang bersifat transcendental yaitu di luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia.
c.
Etika, filsafat tentang pola tingkah laku yang baik dan yang buruk.
d.
Estetika, filsafat tentang pola cita rasa atau kreasi yang indah dan yang jelek.
e.
Epistimologi, filsafat tentang ilmu pengetahuan.
Filsafat-filsafat khususnya lainnya, yaitu filsafat bahasa, filsafat kesenian, filsafat teknik, filsafat ekonomi, filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat manusia, filsafat pendidikan, filsafat agama, filsafat pekerjaan sosial dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Rosdakarya, 2007 2. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosdakarya, 2005 3. M.M. Syarif,MA.,Para Filosof Muslim, Bandung 1985 4.
http://codehill2ra1.blogspot.co.id/2013/03/ruang-lingkupmetode-danpembagian.html