FOOD COMBINING, DIET GOLONGAN DARAH DAN VEGETARIAN DARI SUDUT PANDANG ILMU GIZI* Setyaningrum Rahmawaty Prodi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, University Muhammadiyah Surakarta
Abstrak Siapakah yang tidak menginginkan memiliki berat badan ideal (minimal normal) dan terbebas dari masalah kesehatan? Banyak orang menempuh berbagai cara untuk mencapai dan dan mempertahankan berat badan ideal/normal dan kesehatannya. Mulai dari fitness, obatobatan pelangsing hingga yang paling populer dan mudah dilaksanakan, yaitu dengan menerapkan berbagai diet yang menjanjikan penurunan berat badan. Food combining, diet berdasarkan golongan darah dan diet vegetarian adalah beberapa contoh diet dari banyak diet penurunan berat badan yang populer dewasa ini. Meskipun ke-3 diet ini sudah tidak asing lagi di sebagian besar kalangan masyarakat dan terbukti memberikan efek penurunan berat badan bagi penganutnya, namun dari segi ilmiah (ilmu gizi dan kesehatan), konsep diet ini masih menjadi kontroversi. Makalah ini akan menguraikan singkat konsep ke-3 diet tersebut dan mencoba menelaah dari sudut pandang ilmu gizi. Dengan harapan masyarakat dapat memahami konsep balance energi yang benar, sehingga dapat menyikapi dan menerapkan diet untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan benar dan tepat.
PENDAHULUAN
F
ood Combining, pengaturan pola makan yang diilhami dari pengalaman Dr.
William Howard Hay (1866-1940), seorang ahli bedah di Amerika Serikat ini pada dasarnya beranggapan bahwa usus manusia memiliki kemampuan terbatas. Oleh karena itu ada jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan secara bersamaan, agar proses pencernaan dapat berlangsung aman. Hal yang paling menonjol dalam food combining adalah tidak disarankan menyantap nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah sekaligus dalam satu jam makan. Dikutip dari www.sedap-sekejap.com, inti food combining pada dasarnya mencakup 4 hal. Pertama, disarankan mengonsumsi makanan segar dan alami, serta menjauhi makanan yang telah diproses. Sayuran dan buah segar menjadi bagian utama menu sehari-hari. Sekalipun demikian, jangan takut kelaparan, karena kita dibebaskan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, yang bisa membuat kenyang. Yang tidak disarankan adalah makanan olahan, yang tidak lagi alami, seperti makanan kalengan, makanan awetan dan makanan mengandung food additives. Kedua, food combining menegaskan pentingnya menyantap kombinasi makanan mengikuti siklus alami metabolisme tubuh. Berbeda dari kebiaasan selama ini yang hanya mementingkan mendapatkan energi dari asupan makanan, dengan makan semuanya sekaligus secara campur aduk. Pengaturan kombinasi makanan membuat tubuh lebih hemat menggunakan energi untuk memproses makanan. Dampaknya, tubuh menjadi lebih bugar, bertenaga, dan menghambat kerusakan sel akibat ekploitasi sel dan organ tubuh secara berlebihan. Ketiga, food combining mementingkan keseimbangan asam-basa tubuh. Proses pencernaan makanan berjalan paling efektif jika jaringan tubuh dan darah (bukan lambung) dalam kondisi netral cenderung basa, dengan pH 7,35-7,45. Jika tubuh dalam kondisi asam, kita menjadi mudah kembung dan diare.
Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
1
Keempat, food combining tidak memerlukan takaran konsumsi makanan. Kita bisa makan dalam jumlah lebih bebas, sejauh kombinasinya serasi. Menurut konsep ini, penurunan berat badan yang baik dianggap berkaitan erat dengan pencernaan yang baik. Jadi bila kita mengetahui kapan waktu makan yang tepat serta berhasil menghindari makanan tertentu yang tidak boleh dikonsumsi pada saat yang bersamaan, maka pencernaan akan bekerja lebih baik, dan berat badan pun akan turun dengan sendirinya. Untuk itu, seseorang tidak perlu menghitung kalori atau mengurangi porsi makannya ketika ingin menurunkan berat badan. Cukup dengan mengetahui kapan harus makan dan bagaimana kombinasi makanannya, tubuh akan secara alami mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
D
iet menurut golongan darah, dikenalkan pertama kali pada tahun 1996
oleh Dr. Peter J D’Adamo, seorang naturopatis dari Stamford, Connecticut, Amerika Serikat. Pola pengaturan makan ini meyakini bahwa golongan darah dapat memberi petunjuk tentang kerentanan tubuh terhadap jenis penyakit tertentu sekaligus memandu jenis makanan yang cocok untuk mencegah penyakit tersebut. Menurut D'Adamo, perbedaan golongan darah manusia berasal dari perbedaan nutrisi yang dikonsumsi manusia sejak zaman prasejarah. Pada zaman itu, semua manusia memiliki golongan darah O, sebab mereka makan banyak daging, sedikit sayuran dan produk bukan dari ternak. Ini terjadi karena pada saat itu manusia menggantungkan hidupnya dari berburu. Ketika revolusi pertanian dimulai, pemilik darah golongan A mulai berkembang, sebab mereka mengonsumsi hampir semua makanan untuk vegetarian. Kemudian muncul pemilik darah golongan B, yang merupakan percampuran dari berbagai ras. Di era modern makin banyak orang memiliki darah golongan AB yang bisa mengonsumsi segala jenis makanan. Diet golongan darah menunjukkan efek fisiologis dari lektin, yaitu protein yang umumnya terdapat pada makanan, yang masuk ke dalam tubuh. Tiap jenis makanan dapat mempengaruhi metabolisme dan komposisi darah sehingga mempengaruhi keseimbangan daya tahan tubuh, sebab darah mempunyai 2 komponen penting yaitu antigen dan antibodi. Alasan pentingnya penggolongan darah adalah golongan darah mampu mengidentifikasi dengan tanda permukaan yaitu antigen sehingga bila sel darah merah mentransport benda asing seperti virus dan bakteri, maka akan segera ditandai sebagai kawan atau musuh. Sama halnya dengan makanan, bila lektin makanan tidak cocok dengan tipe darah, maka akan terjadi penggumpalan sel darah merah, sehingga menyebabkan masalah terhadap sistem pencernaan dan metabolisme makanan terhadap produksi insulin dan gangguan hormon. Hal inilah yang menyebabkan kenapa tiap golongan darah perlu memiliki penggolongan makanan. Penggolongan makanan dibedakan menjadi makanan yang sangat bermanfaat, makanan yang netral, dan makanan yang dihindari. Makanan yang sangat bermanfaat adalah makanan yang bereaksi sebagai obat, dianalogikan sebagai vitamin. Makanan netral adalah makanan yang bereaksi sebagai makanan, yaitu makanan yang menyediakan kalori dan nutrisi tubuh, sedangkan makanan yang harus dihindari adalah makanan yang bereaksi sebagai racun. Berikut adalah saran menu diet berdasarkan golongan darah: 1. Golongan darah A: diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak. - Makanan yang sangat bermanfaat: bayam, brokoli, wortel, jamur ikan mas, kacang tanah, kacang buncis, kacang/susu kedelai, tahu, tempe, tepung beras, blueberry, minyak zaitun, ikan mas, ikan sardine. - Makanan yang netral: ikan tuna, telur ayam dan bebek, telur puyuh, minyak wijen, biji bunga matahari, kacang ercis/kapri, jagung, tapioca, roti gandum, labu, bawang merah, mentimun, talas, anggur, melon, blewah, pir, delima, kurma, stroberi, kesemek, jambu biji, daging ayam. - Makanan yang dihindari: daging (sapi, bebek, kelinci, ayam hutan, lobster, gurita, kepiting, belut, kodok, udang, cumi), mentega, susu sapi, keju, es krim, susu murni, acar, terong, tomat, ubi, kentang, jeruk, kelapa/santan, melon, madu, pisang (raja), pepaya, pare, air soda. - Olahraga yang cocok dilakukan: yoga, tai chi, meditasi. 2. Golongan darah B: dianjurkan mengonsumsi susu dan produk susu. Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
2
- Makanan yang sangat bermanfaat: ikan laut, susu sapi, keju, bubur, gandum, roti essene, kue beras, brokoli, ubi, wortel, kembang kol, terong, teh hijau. - Makanan yang netral: cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah, kacang buncis, tepung beras, roti beras, bayam, brokoli, selada, mentimun, labu, kentang, sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji, daging sapi. - Makanan yang dihindari: daging (ayam, babi, bebek, keong, kepiting, siput, belut, kodok, gurita, lobster), es krim, telur (bebek, angsa, puyuh), kacang tanah, roti gandum, tomat, jagung, alpokat, pare, delima, kelapa/santan, kesemek, belimbing, pir, air soda, minuman beralkohol. - Olahraga yang cocok dilakukan: renang, tenis, jalan kaki, dan meditasi. 3. Golongan darah AB: diet sesuai dengan kecocokan masing-masing indivdu terhadap jenis makanan tertentu. - Makanan yang sangat bermanfaat: ikan sardine, tuna, susu kambing, putih telur (ayam), keju ricotta, krim asam (rendah kalori), teh hijau, anggur merah. - Makanan yang netral: cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah, kacang buncis, tepung beras, roti beras, brokoli, bayam, selada, mentimun, labu, kentang, sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji. - Makanan yang dihindari: daging (sapi, ayam, bebek, babi, angsa, lobster, kepiting, kodok), mentega, es krim, telor bebek, kacang hitam, acar, jagung, belimbing, delima, pare, pisang, kelapa, kesemek, jambu biji, mangga, saus tomat, kopi, soda, minuman beralkohol. - Olahraga yang dicocok dilakukan: olahraga di pagi hari. 4. Golongan darah O: diet tinggi protein dan rendah karbohidrat. - Makanan yang sangat bermanfaat: brokoli, ubi, waluh, selada, ganggang laut, lobak cina, blueberry, cerry, jambu biji, bumbu kari, kacang polong, kacang merah, semua jenis bawang, rumput laut, jahe, kunyit, daging sapi. - Makanan yang netral: ikan mas, belut, lobster, ikan tuna, ikan sardine, udang, telur (ayam dan bebek), mentega, kacang (hitam, merah, buncis, kedelai), tempe, tahu, susu kedelai, bubur gandum, beras, kue beras, roti beras, tepung gandum, terong, tomat, labu, daging ayam, daging bebek. - Makanan yang dihindari: daging babi, cumi, sotong, kerang, kodok, gurita, telur angsa, telur puyuh, es krim, keju, susu sapi, yoghurt, minyak kelapa, penyu, minyak jagung, jagung, bunga brokoli, kacang tanah, kacang mede, kuaci, laichi, kentang, mentimun, kembang kol, jamur, blewah, jeruk mandarin, pisang raja, pare, anggur putih, kecap, kopi, minuman keras. - Olahraga yang cocok dilakukan: aerobic.
V
egetarian adalah pola hidup yang berpantang terhadap makanan yang berasal
dari mahluk hidup (bernyawa) seperti daging, ikan dan telur. Terdapat beberapa tipe vegetarian: 1) lacto-vegetarian, masih mengonsumsi susu, 2) ovo-vegetarian, masih mengonsumsi telur, 3) lacto-ovo vegetarian, masih mengonsumsi susu dan telur, 4) semi vegetarian, hanya menghindari daging merah seperti daging sapi dan babi tetapi masih mengonsumsi ikan dan susu, 5) vegan atau lactarian atau vegetarian murni, tidak mengonsumsi produk hewani dalam dietnya, 6) pescovegetarian, mengonsumsi ikan tetapi tidak mengonsumsi unggas. Banyak alasan seseorang mengubah pola makan menjadi vegetarian seperti alasan kesehatan, ekonomi, etika, rasa sayang terhadap hewan dan alasan spiritual. Bila hanya untuk alasan kesehatan, biasanya akan memilih menjadi semi-vegetarian, namun jika alasannya karena ahimsa (tidak menyakiti sesama mahluk) atau alasan spiritual, maka vegan atau biasa dikenal sebagai vegetarian ketat (strict vegetarian) akan menjadi pilihan.
Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
3
TINJAUAN DARI SUDUT PANDANG GIZI Sepintas food combining seperti ilmu gizi yang selama ini kita kenal. Istilah-istilah gizi, seperti protein, vitamin, serat dan lain-lainnya juga digunakan. Namun beberapa konsep gizi yang ditawarkan ada yang menyesatkan. Whitney dan Rolfes (2005) dalam bukunya Understanding Nutrition menyebutkan bahwa food combining adalah mitos. Seni mengatur pola makan dalam food combining yang sebenarnya adalah menekankan pada pemisahan makanan, melambangkan logika yang salah dan underestimation terhadap kemampuan tubuh. Kenyataannya, makanan yang dikonsumsi bersama-sama dapat meningkatkan penggunaannya di dalam tubuh. Contohnya vitamin C dalam jeruk atau nenas dapat meningkatkan absorbsi besi (Fe) yang terdapat dalam daging, ikan atau bahan-bahan makanan lain yang mengandung besi yang dikonsumsi bersamaan. Pencetus food combining juga kurang mengenal dengan baik komposisi bahan makanan dan proses pencernaan zat gizi di dalam tubuh. Kemampuan beberapa enzim yang terkait dalam pencernaan zat gizi seperti enzim-enzim golongan amilase (enzim yang mencerna hidrat arang), protease (mencerna protein), dan lipase (mencerna lemak) telah diabaikan. Penekanan lebih pada lama waktu makanan berada di lambung. Walaupun selama ini dikenal penggolongan bahan makanan berdasarkan kandungan zat gizinya, seperti sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, namun bukan berarti bahwa bahan-bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari hanya mengandung satu jenis zat gizi saja. Contohnya, ketika kita mengonsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat, di dalamnya terkandung protein, lemak, dan zat gizi lain dengan kadar yang bervariasi. Demikian halnya daging, susu dan sumber protein lainnya, juga mengandung karbohidrat dengan kadar yang bervariasi. Ide mengonsumsi buah dan sayur yang masih segar/alami dan selalu ada buah dan sayur dalam menu sehari, merupakan ide yang baik. Beberapa zat gizi terutama yang mudah rusak karena proses pemasakan/pengolahan yang salah dapat dipertahankan kandungan zat gizinya dengan meminimalisir teknik pemasakan atau dengan mengonsumsinya dalam keadaan masih segar. Namun, perlu difahami bahwa tidak semua zat gizi akan rusak karena proses pengolahan (tergantung dari sifat zat gizi tersebut), bahkan sebaliknya dapat meningkatkan nilai cerna dan menonaktifkan beberapa senyawa yang sebelumnya merugikan yang terdapat dalam bahan makanan tersebut. Contohnya adalah fermentasi kedelai menjadi tempe. Buah dan sayur merupakan sumber fitokimia yang kaya antioksidan serta serat yang terbukti bermanfaat untuk beberapa penyakit degeneratif. Ide menjauhi makanan yang telah diproses, diawet dan menggunakan food additive juga merupakan hal yang baik. Namun yang perlu difahami, bahwa selama fungsi hati dan ginjal berfungsi dengan normal, maka sistem detoksifikasi di dalam tubuh juga akan berjalan dengan baik, mengeluarkan bahan-bahan yang beracun dari dalam tubuh. Mengapa praktek food combining terlihat sukses dalam menurunkan berat badan? Tidak lain karena banyaknya pembatasan tentang apa yang dapat dikonsumsi dan waktu mengonsumsinya, sehingga semua asupan zat gizi berkurang. Selain sangat rendah kalori, dalam jangka panjang diet ini bisa menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh, terutama vitamin D, kalsium, Zn dan zat besi. Food combining akan sangat berbahaya bila diterapkan pada mereka yang hanya memiliki cadangan tubuh yang pas-pasan, apalagi jika sedang sakit. Dalam kondisi seperti ini, kekurangan zat-zat gizi akan diambilkan dari jaringan-jaringan yang seharusnya tidak boleh digunakan, yakni jaringan organ-organ tubuh vital. Jika dalam kondisi tersebut dipaksakan menerapkan food combining, akan merusak badan dan bisa menimbulkan akibat fatal. Food combining juga tidak boleh diterapkan pada anak dan remaja dalam masa pertumbuhan. Seperti halnya food combining, diet golongan darah juga masih menimbulkan kontroversi. Dikutip dari www.gizi net., John McMahon, seorang naturopatis dari Connecticut, Amerika Serikat, mengatakan bahwa penelitian D’Adamo atas pengaruh lektin terhadap makanan dijalankan di luar tubuh, yaitu dalam sebuah tabung uji. Padahal, seharusnya hal tersebut diteliti di dalam tubuh. Efek lektin makanan yang sudah dimasak juga belum terbukti dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dr. Geoff Daniels, haematologist dari Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
4
International Blood Group Reference Laboratory, Bristol mengatakan, "Saya tidak melihat adanya penelitian yang credible untuk diet ini. Salah satunya, soal lektin yang katanya bereaksi berbeda terhadap tiap golongan darah. Namun ia mengesampingkan fakta bahwa hampir semua lektin telah hancur atau terserap dalam sistem pencernaan jauh sebelum kontak dengan darah. John Foreyt, Ph.D, ilmuwan dari Baylor College of Medicine di Houston, AS, mengatakan hal yang senada, "Walaupun teori ini sudah lama dibicarakan dan diteliti, tidak ada kesimpulan yang didapat. Tidak ada kaitannya antara tipe darah dan penyakit tertentu. Ini adalah loncatan kesimpulan yang masih perlu diteliti lebih lanjut," tutur Andrea Wiley, Ph.D, profesor antropologi dari James Madison University di Harrisonburg. Demikian halnya dengan pembagian bahan makanan yang tergolong bermanfaat, netral maupun yang dihindari kurang jelas dalam batasan pengelompokannya. Diakui bahwa setiap idividu memiliki keunikan tersendiri, termasuk dalam respon terhadap bahan makanan yang dikonsumsi. Contohnya orang yang memiliki riwayat alergi terhadap bahan makanan tertentu. Di bidang kedokteran memang telah diakui adanya reaksi simpang makanan yang dialami oleh banyak individu manusia. Judarwanto, dokter spesialis anak, Children Allergy Clinic dari Rumah Sakit Bunda Jakarta menjelaskan bahwa reaksi simpang makanan adalah reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini merupakan kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh paparan terhadap makanan. Berbagai organ tubuh yang terganggu dapat menimbulkan gejala berupa diare, nyeri perut, konstipasi (sulit buang air besar), asma, nyeri tulang, berat badan sulit naik, sakit kepala dan badan lemas. Bahkan berbagai temuan ilmiah menyebutkan bahwa reaksi simpang makanan ternyata dapat menganggu otak dan perilaku manusia, seperti sakit kepala, migrain, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, agresifitas meningkat, ganguan tidur dan gangguan perilaku lainnya. Penelitian biomolekular tentang penghindaran makanan pada penderita autism dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), ternyata menghasilkan perbaikan gejala yang bermakna. Reaksi simpang makanan bisa juga timbul karena alergi makanan, intoleransi makan, celiac disease (ketidak cocokan terhadap gluten atau terigu) dan lain-lain. Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini terjadi melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1. Intoleransi makanan adalah reaksi makanan non-imunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan akibat kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi laktase, maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu. Sebenarnya di bidang kedokteran sering terjadi perbedaan pendapat tentang hal ini, karena untuk memastikan makanan penyebab alergi dan intoleransi sangat sulit. Mencari penyebab makanan yang mengganggu tersebut bukan berdasarkan tes alergi, tes darah atau berbagai tes lainnya. Untuk memastikannya, harus berdasarkan eliminasi provokasi atau trial and error. Selama 3 minggu makanan yang dicurigai harus dihindari, kemudian setelah keluhan membaik dilakukan provokasi tiap jenis makanan yang dicurigai sambil diamati gejala yang timbul. Walaupun dikatakan bahwa konsep diet food combining maupun golongan darah berdasarkan hasil penelitian, namun penelitian yang dilakukan D’Adamo maupun Dr. Hay tidak memenuhi standar penelitian ilmiah, karena hanya berdasar bukti empiris atau pengalaman yang dijalankan orang, yaitu mereka yang pernah datang ke kliniknya. Seharusnya teori yang hendak dijadikan acuan telah melewati proses penelitian tingkat tertinggi, yang disebut Prospectif Double Blind Randomize Clinical Trial. Artinya, penelitian tersebut mesti dilakukan dengan objek yang diambil secara acak. Melakukan diet vegetarian rasanya kurang tepat jika dikaitkan dengan tujuan menurunkan berat badan. Penurunan berat badan lebih dipengaruhi asupan kalori dari makanan dan keluaran kalori dari aktivitas fisik. Diet vegetarian tidak berarti kandungan kalori makanan yang dikonsumsi rendah. Semuanya bergantung jenis bahan makanan, cara mengolah dan jumlah yang dikonsumsi. Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
5
Penganut vegan yang membatasi seluruh produk hewani memiliki risiko tinggi menderita defisiensi vitamin B12, mengingat sumber vitamin B12 hanya terdapat pada produk hewani. Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan meningkatnya kadar homosistein di dalam darah, yaitu asam amino yang merupakan salah satu faktor risiko yang kuat bagi penyakit jantung dan stroke. Hasil penelitian didapatkan bahwa kadar homosistein yang tinggi menyebabkan meningkatnya sumbatan arteri yang dapat terjadi setiap saat yang mengakibatkan timbulnya penyakit jantung dan stroke. Vitamin B12 juga berfungsi untuk meningkatkan kesehatan saraf, membentuk sel-sel darah merah, dibutuhkan untuk pembentukan DNA, dan sangat penting bagi wanita hamil dan menyusui. Defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemi. Gejala-gejala defisiensi vitamin B12 biasanya terjadi secara perlahanlahan, yaitu lesu, lemah, tidak nafsu makan dan susah buang air besar. Kekurangan vitamin B12 yang lama dan berat menyebabkan perubahan pada saraf, misalnya masalah keseimbangan tubuh, daya ingat dan depresi.
GIZI SEIMBANG Saat ini, para ahli gizi internasional baru menyepakati cara diet terbaik adalah dengan gizi seimbang. Jumlah energi yang masuk melalui makanan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh setiap hari harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral sesuai porsi masing-masing untuk memenuhi kebutuhan dan mengoptimalkan fungsinya di dalam tubuh. Pemilihan bahan makanan juga dianjurkan bervariasi sehingga tidak membosankan dan dapat saling melengkapi kandungan zat gizi yang kurang dari bahan makanan yang lain. Kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang harus disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berat badan, aktivitas fisik yang dijalankan, tingkat stres dan penyakit yang diderita. Pada prinsipnya, total kebutuhan energi pada individu dalam keadaan keseimbangan metabolik sama dengan kebutuhan energi expenditure) yang digunakan untuk: 1) metabolisme basal, yaitu energi minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melaksanakan hayat hidup biologis, seperti untuk denyut jantung, gerak alat pernafasan, alat pencernaan, sekresi kelenjar-kelenjar, dsb, 2) aktivitas fisik, 3) thermic effect of food, yaitu energi yang digunakan untuk pencernaan makanan, serta 4) faktor stress. Faktor-faktor primer yang mempengarui metabolisme adalah luas permukaan tubuh, usia, komposisi tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, dan kelenjar endokrin khususnya kelanjar thyroid. Adapun faktor sekunder yang mempengaruhi metabolisme basal meliputi status gizi, demam, temperatur lingkungan, tidur, kehamilan, siklus menstruasi, dan olahraga. Disadari bahwa setiap individu itu unik dan berbeda, oleh karenanya, apa yang cocok untuk seseorang belum tentu cocok untuk orang lain. Walaupun secara genetik memiliki kesamaan hingga 99,9%, semua manusia masih menyisakan 0,1% perbedaan yang justru menjadi pembeda antar individu. Dengan kata lain, bisa dipahami bahwa tidak ada dua individu yang semuanya sama persis sekalipun mereka saudara kembar. Dalam perjalanan usia tidak ada dua individu yang memiliki "sejarah" makan dan kegiatan yang sama persis. Demikian pula kondisi psikologis dan fisiologis tubuh manusia tidaklah stabil selama 24 jam. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa dengan diet yang sama tetapi respon individu berbeda. Referansi: Anonim, Food combining, jurus baru untuk langsing dan sehat. http://www.sedap-sekejap.com Brown J.E., et all. (2005). Nutrition Through the Life Cycle. Second edition. International student edition. Thomson Wadsworth. US. Judarwanto, W. Benarkah Diet Golongan Darah Bermanfaat?. Inovasi online. http://io.ppi-jepang.org Gropper S.S., Jack L.M., James L.G. (2005). Advanced Nutrition and Human Metabolism. Fourth edition. International student edition. Thomson Wadsworth. US. Gsianturi. Food Combining, Betulkah Berbahaya? http://www.gizi.net Williams. 2005. Nutrition for Health, Fitness, & Sport. McGraw-Hill International Edition.
Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
6
7
Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
CURRICULUM VITAE
Nama Alamat Pekerjaan Alamat kantor
: : : :
Riwayat Pendidikan
:
Setyaningrum Rahmawaty Sambirejo RT 02/RW 09, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta, 57136 Dosen Prodi Gizi FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani, Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasuro, Surakarta 57102 Telp. 0271 717417 ext 140/141, Fax. 0271 715448 1. SDN 148 Surakarta 2. SMP N 1 Surakarta 3. SMU N 3 Surakarta 4. Akademi Gizi Depkes RI Semarang, lulus 1996 5. D4 Gizi Klinik FK Unbraw, Malang, lulus 1999 6. AKTA IV FKIP UMS, lulus 2000 7. S2 Gizi Kesehatan Minat Gizi Klinik FK UGM, lulus 2005 8. Juni 2009, melanjutkan study Ph.D in Nutrition and Health, University of Wollongong, NSW, Australia (beasiswa DIKTI Indonesia) Hidup untuk ibadah dan berkarya
Motto Hidup : Course/Workshop : 2007 Super Intensive English Course, International Education Centre, Bandung. 2006 National Workshop of Clinical Instructor for Register Dietitian, UGM. 2005 National Workshop of Superior Research for Building Human Resources Competence, Ministry of Research and Technology, UMS. 2005 Short Course of Clinical Nutrition, UGM. 2004 Short Course of Learning Active Strategies for Student in University, UMS. 2002 Short Course of Hospital Nutrition Management, UGM. 2000 Workshop of Hospital Clinical Instructor for Diploma Nutrition Students, Semarang. Working Experience : 1997 - now Dosen Prodi Gizi UMS 2007 - 2008 Sekretaris Prodi Gizi UMS 2005 - 2007 Quality Assurance Officer, Prodi Gizi UMS 2001 - 2003 WD II, Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 1997 - 2000 Ketua Laboratorium Prodi Gizi UMS Research Grant : 2008 Efek fortifikasi Fe-Zn pada Biskuit Tempe Bekatul terhadap pertumbuhan dan perkembangan motorik anak kurang gizi yang anemia (Th. II): Clinical study (Hibah Bersaing DP2M DIKTI) 2008 Pembuatan kecap dan cookies ampas tahu sebagai upaya peningkatan potensi masyarakat di sentra industri tahu kampung Krajan Mojosongo Surakarta (Pengabdian Kopertis VI) 2007 Efek fortifikasi Fe-Zn pada Biskuit Tempe Bekatul terhadap pertumbuhan dan perkembangan motorik anak kurang gizi yang anemia (Th. I): pre-clinical study (Hibah Bersaing DP2M DIKTI) 2006 Evaluasi Portofolio untuk Peningkatan Kompetensi Dietisien dan Lifelong Learning. (Hibah Teaching Grant: Modeling Teaching Learning System, TPSDP, Indonesia. Publikasi: Proceeding of the Research and Studies V, Dirjen PT Depdiknas. ISBN: 978-979-1188-24-1. 2005 Evektivitas Leaflet DM Modifikasi terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 (UMS). Publikasi: Sain Kesehatan, Vol. 19 (3) July, pp. 291-305. 1999 Studi Kasus: Terapi Diet pada Pasien DM dengan Sirosis Hepatis paska Perdarahan Saluran Cerna dan Asites (UMS).
Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,
8
9
Disampaikan pada Seminar Nasional “Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree” | Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,