FATWA MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006
אאא
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, setelah: MEMBACA DAN MEMPELAJARI : hasil Halaqah Nasional Tarjih yang dilaksanakan di Jakarta pada hari Ahad tanggal 21 Jumadalawal 1427 H yang bertepatan dengan 18 Juni 2006 M dan dihadiri oleh Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid Pusat dan wakil dari Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid Wilayah serta undangan dari Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan; MENIMBANG : 1. Bahwa sistem ekonomi berbasis bunga (interest) semakin diyakini sebagai berpotensi tidak stabil, tidak berkeadilan, menjadi sumber berbagai penyakit ekonomi modern, menggantungkan pertumbuhan pada penciptaan hutang baru, merupakan pemindahan sistematis uang dari orang yang memiliki lebih sedikit uang kepada orang yang memiliki lebih banyak uang, seperti tampak dalam krisis hutang Dunia Ketiga dan di seluruh dunia, serta merupakan pencurian uang diam-diam dari orang yang menabung, yang berpenghasilan tetap dan memasuki kontrak jangka panjang; 2. Bahwa oleh karena itu terdapat argumen kuat untuk mendukung sistem keuangan bebas bunga bagi abad ke-21 yang sejalan dengan ajaran Islam dan ajaran Kristen awal (James Robertson), perlu mengeliminir peran bunga dan bahwa absensi riba dalam perekonomian mencegah penumpukan harta pada sekelompok orang dan terjadinya mislokasi produksi, serta mencegah gangguan-gangguan dalam sertor riil, seperti inflasi dan penurunan produktifitas ekonomi makro; 3. Bahwa Ekonomi Islam yang berbasis prinsip syariah dan bebas bunga telah diperkenalkan sejak beberapa dasawarsa terakhir dan institusi keuangan Islam (syariah) telah diakui keberadaannya dan di Indonesia telah terdapat di banyak tempat; 4. Bahwa perlu mendorong Persyarikatan dan seluruh warga Muhammadiyah serta umat Islam secara umum untuk berperan aktif dalam pengembangan ekonomi yang berdasarkan prinsip syariah dan bebas bunga, dan yang tidak saja bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan kesejahteraan bersama, tetapi juga secara nyata telah menjadi wahana dakwah konkret yang efektif;
2
MENGINGAT : 1. Ayat-ayat al-Qur’an: a. Surat an-Nisa’ (4): ayat 160-161:
ﻢ ﺪ ِﻫ ﺼ ﻭِﺑ ﻢ ﻬ ﺖ ﹶﻟ ﺖ ﹸﺃ ِﺣﱠﻠ ٍ ﻴﺒﻢ ﹶﻃ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﻣﻨﹶﺎ ﺮ ﺣ ﻭﺍ ﺩ ﻫﺎ ﻦ ﻳﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﹶﻓِﺒ ﹸﻈ ﹾﻠ ٍﻢ ِﻣ ﻭﹶﺃ ﹾﻛِﻠ ِﻬﻢ ﻪ ﻨﻋ ﻮﺍ ﻬ ﻧ ﺪ ﻭﹶﻗ ﺮﺑﻮﺍ ﻢ ﺍﻟ ﺧ ٍِﺬ ِﻫ ﻭﹶﺃ [١٦٠] ﺮﺍ ﻴﻴ ِﻞ ﺍﷲ ﹶﻛِﺜﺳِﺒ ﻦ ﻋ .[١٦١] ﻴﻤﹰﺎﻋ ﹶﺬﺍﺑﹰﺎ ﹶﺃِﻟ ﻢ ﻬ ﻨﻦ ِﻣ ﻳﺪﻧﹶﺎ ِﻟ ﹾﻠﻜ ِﻔ ِﺮ ﺘﻋ ﻭﹶﺃ ﺱ ِﺑ ﹾﺎﻟﺒﹶﺎ ِﻃ ِﻞ ِ ﻨﺎﻮﺍ ِﻝ ﺍﻟ ﻣ ﹶﺃ Artinya: Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami
haramkan atas mereka memakan makanan yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya meereka telah dilarang daripadanya, dan karena memakan harta orang dengan jalan batil. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. b. Surat Ali Imran (3): 130,
ﻢ ﻌﱠﻠ ﹸﻜ ﻮﺍ ﺍﷲ ﹶﻟ ﺗ ﹸﻘﻭﺍ ﻌ ﹶﻔ ﹰﺔ ﻣﻀ ﻌﺎﹰﻓﺎ ﺿ ﺮﺑﻮﺍ ﹶﺃ ﻮﺍ ﺍﻟ ﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠ ﻮﺍ ﹶﻻ ﻨﻣ ﻦ ﺁ ﻳﻳﻬﹶﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﺂ ﹶﺃ . [١٣٠ : ﻮ ﹶﻥ ]ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﺤ ﺗ ﹾﻔِﻠ Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan riba dengan
berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan [Q. 3: 130]. c. Surat al-Baqarah (2): 275 dan 278-279,
ﻪ ﺒ ﹸﻄﺨ ﺘﻳ ﻱ ﻡ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻮ ﻳ ﹸﻘ ﻤﺎ ﻮ ﹶﻥ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻛ ﻣ ﻮ ﻳ ﹸﻘ ﺮﺑﻮﺍ ﹶﻻ ﻮ ﹶﻥ ﺍﻟ ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠ ﻦ ﻳﹶﺍﱠﻟ ِﺬ ﺣ ﱠﻞ ﺍﷲ ﻭﹶﺃ ﺮﺑﻮﺍ ﻊ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﺍﻟ ﻴﺒﻧﻤﹶﺎ ﹾﺍﻟﻮﺍ ِﺇ ﻢ ﹶﻗﺎﹸﻟ ﻬ ﻧﻚ ِﺑﹶﺄ ﺲ ﺫِﻟ ﻦ ﹾﺍ ﹶﳌ ﻴ ﹶﻄﺎ ﹸﻥ ِﻣﺸ ﺍﻟ ﻭﺍ ﻣﹶﺎ ﺭ ﻭ ﹶﺫ ﻮﺍ ﺍﷲ ﺗ ﹸﻘﻮﺍ ﺍ ﻨﻣ ﻦ ﺁ ﻳﻬﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻳ ﻳﺂ ﹶﺃ... ... ... ﺮﺑﻮﺍ ﻡ ﺍﻟ ﺮ ﺣ ﻭ ﻊ ﻴﺒﹾﺍﻟ ﻦ ﺏ ِﻣ ٍ ﺮ ﺤ ﻮﺍ ِﺑ ﻧﻮﺍ ﹶﻓ ﹾﺄ ﹶﺫ ﻌﹸﻠ ﺗ ﹾﻔ ﻢ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻟ. ﻦ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻣ ﻢ ﺘﻨﺮﺑﻮﺍ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻛ ﻦ ﺍﻟ ﻲ ِﻣ ﺑ ِﻘ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺗ ﹾﻈﹶﻠ ﻭ ﹶﻻ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺗ ﹾﻈِﻠ ﻢ ﹶﻻ ﻮﺍِﻟ ﹸﻜ ﻣ ﺱ ﹶﺃ ﻭ ﺅ ﺭ ﻢ ﻢ ﹶﻓﹶﻠ ﹸﻜ ﺘﺒﺗ ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻮِﻟ ِﻪ ﺳ ﺭ ﻭ ﺍﷲ . [٢٧٩ - ٢٧٨ ﻭ٢٧٥ : ]ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ Artinya: Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila. Hal itu disebabkan mereka berkata (berpendapat): sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, pada hal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba … … … Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu adalah orang-orang yang
3
beriman. Maka jika tidak kamu lakukan, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya [Q. 2: 275 dan 278-279]. 2. Hadis-hadis Rasulullah saw, a. Hadis Ab− Hurairah,
ﻊ ﺒﺴ ﻮﺍ ﺍﻟ ﺒﺘِﻨﺟ ﻢ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﺍ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﹼﻠﻰ ﺍ ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ ﺳ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻳﺮ ﻫ ﻦ ﹶﺃﰊ ﻋ ﺘ ﹸﻞﻭﹶﻗ ﺮ ﺤ ﺴ ﻭﺍﻟ ﷲ ِ ﻙ ﺑﺎ ﺮ ﺸ ﻦ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ ﻫ ﻭﻣِﺎ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻴ ﹶﻞ ﻳﹶﺎﺕ ِﻗ ِ ﻮِﺑ ﹶﻘﺎ ﹾﺍ ﹸﳌ ﻮﱢﻟﻲ ﺘﻭﺍﻟ ﺮﺑﹶﺎ ﻭﺃ ﹾﻛ ﹸﻞ ﺍﻟ ﻴ ِﻢﻴِﺘِﻣﺎ ِﻝ ﹾﺍﻟ ﻭﹶﺃ ﹾﻛ ﹸﻞ ﻖ ﺤ ﻡ ﺍﷲ ِﺇ ﱠﻻ ﺑِﺎﹾﻟ ﺮ ﺣ ﺲ ﺍﱠﻟﱵ ِ ﻨ ﹾﻔﺍﻟ ﺕ ]ﺭﻭﺍﻩ ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ ِ ﻨﺎﺆ ِﻣ ﺕ ﹾﺍ ﹸﳌ ِ ﻼ ﻐﺎِﻓ ﹶ ﺕ ﹾﺍﻟ ِ ﺼﻨﹶﺎ ﺤ ﻤ ﻑ ﺍﹾﻟ ِ ﻭﹶﻗ ﹾﺬ ﻒ ِ ﺣ ﺰ ﻡ ﺍﻟ ﻮ ﻳ . [ﻭﺍﻟﻠﻔﻆ ﳌﺴﻠﻢ Artinya: Dari Ab− Hurairah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw
bersabda: Hindarilah tujuh dosa besar yang mencelakakan! Kepada Rasulullah ditanyakan: Apa dosa-dosa besar dimaksud wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Menyekutukan Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya secara tanpa hak, makan harta anak yatim, makan riba, lari dari medan pertempuran, dan mencemarkan nama baik wanita mukmin yang lengah [Riwayat jamaah ahli hadis, dan lafal ini adalah lafal Muslim].
b. Hadis ‘Amr riwayat Ab− D±w−d,
ﰲ ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ )ﺹ( ِ ﹾ ﺳ ﺭ ﺖ ﻌ ﺳ ِﻤ ﻴ ِﻪ ﹶﻗﺎ ﹶﻝﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ ﻤﺮ ٍﻭ ﻋ ﺑ ِﻦ ﻤﺎ ﹶﻥ ﻴﺳﹶﻠ ﻦ ﻋ ﻢ ﻉ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻮ ﺿ ﻮ ﻣ ﻴ ِﺔﻦ ِﺭﺑﹶﺎ ﹾﺍﳉﹶﺎ ِﻫِﻠ ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺇ ﱠﻥ ﹸﻛ ﱠﻞ ِﺭﺑﹰﺎ ِﻣ: ﻮ ﹸﻝ ﻳ ﹸﻘ ﻉ ِ ﺩﺍ ﻮ ﺠ ِﺔ ﹾﺍﻟ ﺣ . [ﻮ ﹶﻥ ]ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻤ ﺗ ﹾﻈﹶﻠ ﻭ ﹶﻻ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺗ ﹾﻈِﻠ ﻢ ﹶﻻ ﻣﻮﹶﺍِﻟ ﹸﻜ ﺱ ﹶﺃ ﻭ ﺅ ﺭ Artinya: Dari Sulaim±n Ibn ‘Amr, dari ayahnya (dilaporkan bahwa) ia
berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda pada waktu Haji Wadak: Ketahuilah bahwa setiap bentuk riba Jahiliah telah dihapus; bagimu pokok hartamu, kamu tidak menzalimi dan tidak dizalimi [HR Ab− D±w−d].
c. Hadis ‘Ub±dan Ibn a¡-¢±mit,
ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺻﹼﻠﻰ ﺍﷲ ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ ﺳ ﺭ ﺖ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ِ ﺼﺎ ِﻣ ﺑ ِﻦ ﺍﻟ ﺩ ﹶﺓ ﺒﺎﻋ ﻦ ﻋ ﺮ ﻤ ﺘﻭﺍﻟ ﻴ ِﺮﺸ ِﻌ ﺮ ﺑِﺎﻟ ﻴﺸ ِﻌ ﻭﺍﻟ ﺮ ﺮ ِﺑ ﹾﺎﻟِﺒ ﺒﻭﹾﺍﻟ ﻀ ِﺔ ﻀ ﹸﺔ ِﺑ ﹾﺎﻟ ِﻔ ﻭﹾﺍﻟ ِﻔ ﺐ ِ ﻫ ﺐ ِﺑﺎﻟ ﱠﺬ ﻫ ﺍﻟ ﱠﺬ ﺖ ﺘﹶﻠ ﹶﻔﺧ ﻴ ٍﺪ ﹶﻓِﺈ ﹶﺫﺍ ﺍﺪﺍ ِﺑ ﻳ ﻮﺍ ٍﺀ ﺴ ﺳﻮﹶﺍ ًﺀ ِﺑ ﻼ ِﺑ ِﻤﹾﺜ ٍﻞ ﺢ ﺑِﺎﹾﻟ ِﻤ ﹾﻠ ِﺢ ِﻣﹾﺜ ﹰ ﻭﺍﹾﻟ ِﻤ ﹾﻠ ﻤ ِﺮ ﺘِﺑﺎﻟ
4
ﻴ ِﺪ ]ﺭﻭﺍﻩ ﺍﳉﻤﺎﻋﺔﺪﺍ ِﺑ ﻳ ﻢ ِﺇ ﹶﺫﺍ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ ﺘﻒ ِﺷﹾﺌ ﻴﻮﺍ ﹶﻛ ﻌ ﻴﻑ ﹶﻓِﺒ ِ ﺻﻨﹶﺎ ﻫﺬﻩ ﹾﺍ َﻷ . [ﻭﻫﺬﺍ ﻟﻔﻆ ﻣﺴﻠﻢ
Artinya: Dari ‘Ub±dah Ibn a¡-¢±mit (diriwayatkan bahwa) ia berkata:
Rasulullah saw bersabda: [Pertukarkanlah] emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jawawut dengan jawawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam secara sama jumlahnya dan secara tunai. Apabila macamnya berbeda, maka perjualbelikanlah sesuai kehendakmu asalkan secara tunai [HR Jamaah ahli hadis, dan ini adalah
lafal Muslim].
d. Hadis Ab− Hurairah
ﺻﹼﻠﻰ ﺍﷲ ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ ﺳ ﺭ ﺗﻘﹶﺎﺿﻰ ﻼ ﺟ ﹰ ﺭ ﻪ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻨﻋ ﻲ ﺍﷲ ﺿ ِ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﻫ ﻦ ﹶﺃﰊ ﻋ ﻖ ﳊ ﺐ ﹾﺍ ﹶ ِ ﺼﺎ ِﺣ ﻩ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ِﻟ ﻮ ﻋ ﺩ ﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺑﺤﺎ ﺻ ﻢ ﹶﺃ ﻬ ﻪ ﹶﻓ ﻆ ﹶﻟ ﻢ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻏﹶﻠ ﹶ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻦ ﻀ ﹶﻞ ِﻣ ﺪ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻓ ﺠ ِ ﻧ ﻮﺍ ﹶﻻ ﻭﹶﻗﺎﹸﻟ ، ﻩ ﻩ ِﺇﻳﱠﺎ ﻮ ﻋ ﹸﻄ ﺮﺍ ﹶﻓﹶﺄ ﻴﺑ ِﻌ ﻪ ﻭﺍ ﹶﻟ ﺮ ﺘﺷ ﻭﺍ ﻣ ﹶﻘﺎ ﹰﻻ ﻢ ﹶﻗﻀﹶﺎ ًﺀ ]ﺭﻭﺍﻩ ﻨ ﹸﻜﺴ ﺣ ﻢ ﹶﺃ ﺮ ﹸﻛ ﻴﺧ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ، ﻩ ﻩ ِﺇﻳﱠﺎ ﻮ ﻋ ﹸﻄ ﻩ ﹶﻓﹶﺄ ﻭ ﺮ ﺘﺷ ﻨ ِﻪ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﺍِﺳ . [ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ
Artinya: Dari Ab− Hurairah r.a. (diriwayatkan) bahwa seorang laki-laki menagih hutang kepada Rasulullah saw dengan kasar sehingga geramlah para Sahabatnya, lalu Rasulullah saw bersabda: Biarkanlah dia, karena pemilik hak mempunyai hak untuk bersuara, dan belikan untuknya seekor unta kemudian serahkan kepadanya. Para Sahabat mengatakan: Kami tidak mendapatkan unta yang sama dengan untqanya, yang ada adalah unta yang lebih baik dari untanya. Rasulullah saw bersabda: Berikan kepadanya, sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik melakukan pembayaran [HR al-Bukh±ri dan Muslim]. e. Hadis Ibn ‘Abb±s (juga diriwayatkan dari ‘Ub±dah Ibn a¡-¢±mit, ‘Aisyah dan Ab− Hurairah),
ﺭ ﺮ ﺿ ﻢ ﹶﻻ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺻﹼﻠﻰ ﺍﷲ ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ ﺳ ﺭ ﺱ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ٍ ﻋﺒﱠﺎ ﺑ ِﻦﻋ ِﻦ ﺍ [ﺭ ]ﺭﻭﺍﻩ ﺃﲪﺪ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﲏ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﺮﺍ ﺿ ِ ﻭ ﹶﻻ Artinya: Dari Ibn ‘Abb±s (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah
saw bersabda: Tidak ada tindakan mudarat dan membalas kemudaratan
[HR Ahmad, Ibn M±jah, M±lik, D±raqu¯n³ dan al-Baihaq³]. 3. Kaidah-kaidah Hukum Islam (al-qaw±‘id al-fiqhiyyah) a. b.
ﺰﺍ ﹸﻝ ﻳ ﺭ ﺮ ﻀ ( ﹶﺍﻟKemudaratan dihilangkan) ﻊ ﺴ ﺗﻕ ﺍ ﺿﺎ ﺮ ِﺇ ﹶﺫﺍ ﻣ ( ﹾﺍ َﻷSuatu hal apabila
mengalami kesulitan diberi
5
kelapangan).
c.
ﻴ ِﺮﺴ ِ ﻴﺘﺐ ﺍﻟ ﺠِﻠ ﺗ ﺸ ﱠﻘ ﹸﺔ ﻤ ( ﹶﺍﹾﻟKesukaran membawa kemudahan).
4. Fatwa, keputusan dan kesepakatan para fukaha dalam berbagai forum yang mengharamkan bunga: a. Keputusan Muktamar II Lembaga Penelitian Islam (Majma‘ al-Bu¥−£ alIsl±miyyah) al-Azhar, Kairo, Muharam 1385 H/Mei 1965 M. b. Keputusan Muktamar Bank Islam II, Kuwait, 1403 H/1983 M. c. Keputusan Muktamar II Lembaga Fikih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI), Jeddah, 10-16 Rabiulakhir 1406 / 22-28 Desember 1985. d. Keputusan Sidang IX Dewan Lembaga Fikih Islam, Rabitah Alam Islami, Mekah, 19 Rajab 1406 H / 1986 M. e. Fatwa Komite Fatwa al-Azhar tanggal 28 Februari 1988. f. Fatwa D±r al-Ift±’ Mesir tanggal 20-02-1989 yang ditandatangani oleh Mufti Negara Mesir yang menyatakan, “Setiap pinjaman (kredit) dengan bunga yang ditetapkan di muka adalah haram.” 5. Penegasan para ulama, a. Al-Ja¡¡±¡ dalam A¥k±m al-Qur’an (I: 635 dan 637),
ﺭﺍ ِﻫ ِﻢ ﺪ ﺽ ﺍﻟ ﺮ ﻧﻤﹶﺎ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ ﹶﻗﻪ ِﺇ ﻌﹸﻠ ﺗ ﹾﻔﻭ ﻪ ﻌ ِﺮﹸﻓ ﺗ ﺏ ﺮ ﻌ ﻧﺖ ﹾﺍﻟﻱ ﻛﹶﺎ ﺮﺑﹶﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻭﺍﻟ ﻮ ﹶﻥ ﺿ ﺮﺍ ﺘﻳ ﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺽ ﺘ ﹾﻘ ِﺮﺳ ﺪﺍ ِﺭ ﻣﹶﺎ ﺍ ﻋﻠﻰ ِﻣ ﹾﻘ ﺩ ٍﺓ ﺟ ٍﻞ ِﺑ ِﺰﻳﹶﺎ ﻴ ِﺮ ِﺇﱃ ﹶﺃﺪﻧﹶﺎِﻧ ﻭﺍﻟ . ﻢ ﻬ ﻨﻴﺑ ﺭ ﻮ ﻬ ﺸ ﻤ ﻑ ﺍﹾﻟ ﺭ ﺘﻌﹶﺎﻤ ﻫﺬﹶﺍ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ... ِﺑ ِﻪ Artinya: Riba yang dikenal dan dipraktikkan oleh masyarakat Arab
(Jahiliah) itu sesungguhnya adalah mengkreditkan (meminjamkan) uang dirham atau dinar untuk jangka waktu tertentu dengan tambahan atas jumlah yang dipinjam sesuai dengan kesepakatan mereka …. Inilah praktik yang populer di kalangan mereka [I: 635].
ﺩ ٍﺓ ﻼ ِﺑﺰﻳﹶﺎ ﺟ ﹰ ﺆ ﻣ ﺿﺎ ﺮ ﻧﻤﹶﺎ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ ﹶﻗﻴ ِﺔ ِﺇﺠﺎ ِﻫِﻠ ﻡ ﹶﺃ ﱠﻥ ِﺭﺑﹶﺎ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻌﹸﻠ ﻣ ﻪ ﻧﻭﺍﻟﱠﺜﺎﱐ ﹶﺃ ﻪ ﻣ ﺮ ﺣ ﻭ ﻌﺎﱃ ﺗ ﻪ ﺍﷲ ﺑ ﹶﻄﹶﻠﺟ ِﻞ ﹶﻓﹶﺄ ﻦ ﹾﺍ َﻷ ﺪ ﹰﻻ ِﻣ ﺑ ﺩ ﹸﺓ ﺰﻳﹶﺎ ﺖ ﺍﻟ ِ ﻧﻭ ﹶﻃ ٍﺔ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﺮ ﺸ ﻣ ﻦ ﻲ ِﻣ ﺑ ِﻘ ﻭﺍ ﻣﹶﺎ ﺭ ﻭ ﹶﺫ ﻌﺎﱃ ﺗ ﻭﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﻢ ﻮﺍِﻟ ﹸﻜ ﻣ ﺱ ﹶﺃ ﻭ ﺅ ﺭ ﻢ ﻢ ﹶﻓﹶﻠ ﹸﻜ ﺘﺒﺗ ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻭﹶﻗﺎ ﹶﻝ .ﺮﺑﹶﺎ ﺍﻟ Artinya: Kedua, diketahui bahwa riba Jahiliah itu sesungguhnya adalah
suatu kredit berjangka dengan tambahan pengembalian yang disyaratkan. Jadi tambahan itu merupakan imbalan atas jangka waktu yang diberikan. Maka Allah Yang Maha Tinggi membatalkan dan mengharamkannya, serta menegaskan ‘Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu’ dan menegaskan juga ‘… dan tinggalkanlah sisasisa riba’[I: 637].
6
b. Ar-R±z³ dalam at-Tafs³r al-Kab³r [VII: 85],
ﻮ ﹶﻥ ﻳ ﹸﻜﻭ ﻴﻨﹰﺎﻌ ﻣ ﺭﺍ ﺪ ﻬ ٍﺮ ﹶﻗ ﺷ ﻭﺍ ﹸﻛ ﱠﻞ ﺧ ﹸﺬ ﻳ ﹾﺄ ﻋﻠﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻮ ﹶﻥ ﹾﺍﳌﹶﺎ ﹶﻝ ﻌ ﺪﹶﻓ ﻳ ﻮﺍ ﻧﹶﻛﺎ ﺱ ﹾﺍﳌﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ِ ﺮﹾﺃ ﻮ ﹶﻥ ِﺑ ﻳﺪ ﻮﺍ ﹾﺍ ﹶﳌ ﺒﻦ ﹶﻃﹶﺎﻟ ﻳﺪ ﺣ ﱠﻞ ﺍﻟ ﻢ ِﺇ ﹶﺫﺍ ﺑﺎِﻗﻴﹰﺎ ﹸﺛ ﺱ ﹾﺍﳌﹶﺎ ِﻝ ﺭﹾﺃ .ﺟ ِﻞ ﻭﹾﺍ َﻷ ﻖ ﳊ ﰲ ﹾﺍ ﹶ ِ ﻭﺍ ﺩ ﺯﺍ ﺩﺍ ُﺀ ﻴ ِﻪ ﹾﺍﻵﻋﹶﻠ ﺭ ﻌ ﱠﺬ ﺗ Artinya: Mereka [di zaman Jahiliah] menyerahkan harta dengan ketentuan akan mengambil sejumlah imbalan tertentu setiap bulan, sementara pokok modal tetap, kemudian apabila hutang itu telah jatuh tempo mereka menagih debitur untuk mengembalikan modal tadi, dan apabila ia tidak dapat mengembalikannya, mereka memberi tambahan sebagai imbalan penangguhan [VII: 85].
c. Syeikh Mu¥ammad Ab− Zahrah,
ﺱ ﻨﺎﻣ ﹸﻞ ِﺑ ِﻪ ﺍﻟ ﻌﺎ ﺘﻳﻭ ﻑ ﺼﺎ ِﺭ ﻴ ِﻪ ﹾﺍ ﹶﳌﻋﹶﻠ ﺮ ﻴﺴ ِ ﺗ ﻱ ﺮﺑﹶﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻮ ﺍﻟ ﻫ ﺮﺁ ِﻥ ﺑﺎ ﹾﺍﻟ ﹸﻘﻭ ِﺭ . ﻴ ِﻪﻚ ِﻓ ﺷ ﻡ ﹶﻻ ﺮﺍ ﺣ ﻮ ﻬ ﹶﻓ
Artinya: Dan riba [yang dilarang dalam] al-Qur’an itu adalah riba yang
berlaku pada bank-bank dan dipraktikkan oleh masyarakat; itu tidak ragu lagi adalah haram. d. Syeikh Y−suf al-Qar±«±w³,
ﻡ ﺮ ﺤ ﻤ ﺮﺑﹶﺎ ﺍﹾﻟ ﻲ ﺍﻟ ﻮ ِﻙ ِﻫ ﻨﺒﺪ ﹾﺍﻟ ﻮﺍِﺋ ﹶﻓ
(Bunga bank adalah riba yang
diharamkan).
MEMPERHATIKAN : 1. Putusan Tarjih tentang “Kitab Beberapa Masalah” No. 19 a dan b; 2. Putusan Tarjih di Sidoarjo Tahun 1968 tentang Masalah Bank, khususnya angka 4 yang, “Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga perbankan yang sesduai dengan qaidah Islam;” 3. Putusan Tarjih di Wiradesa Tahun 1972 tentang Perbankan angka 1 yang “Mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk segera dapat memenuhi keputusan Muktamar Tarjih di Sidoarjo tahun 1968 tentang terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam;” 4. Keputusan Tarjih di Malang Tahun 1989; 5. Putusan Tarjih di Padang Tahun 2003. MENDENGARKAN : 1. Penyajian makalah oleh para narasumber dan diskusi serta pendapat yang berkembang dalam halaqah, 2. Usulan-usulan yang disampaikan para peserta,
7
MENCERMATI Menetapkan:
Pertama Kedua
Ketiga
: Tugas dan fungsi Majelis Tarjih dan Tajdid MEMUTUSKAN: Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
: Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berbasiskan nilai-nilai syariah antara lain berupa keadilan, kejujuran, bebas bunga, dan memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan bersama. : Untuk tegaknya ekonomi Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar dan tajdid, perlu terlibat secara aktif dalam mengembangkan dan mengadvokasi ekonomi Islam dalam kerangka kesejahteraan bersama. : Bunga (interest) adalah riba karena (1) merupakan tambahan atas pokok modal yang dipinjamkan, pada hal Allah berfirman, Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; (2) tambahan itu bersifat mengikat dan diperjanjikan,
Keempat
:
Kelima
:
Keenam
:
Ketujuh : Kedelapan :
sedangkan yang bersifat suka rela dan tidak diperjanjikan tidak termasuk riba. Lembaga Keuangan Syariah diminta untuk terus meningkatkan kesesuaian operasionalisasinya dengan prinsip-prinsip syariah. Menghimbau kepada seluruh jajaran dan warga Muhammadiyah serta umat Islam secara umum agar bermuamalat sesuai dengan prinsipprinsip syariah, dan bilamana menemui kesukaran dapat berpedoman kepada kaidah “Suatu hal bilamana mengalami kesulitan diberi kelapangan” dan “Kesukaran membawa kemudahan.” Umat Islam pada umumnya dan warga Muhammadiyah pada khususnya agar meningkatkan apresiasi terhadap ekonomi berbasis prinsip syariah dan mengembangkan budaya ekonomi berlandaskan nilai-nilai syariah. Agar fatwa ini disebarluaskan untuk dimaklumi adanya; Segala sesuatu akan ditinjau kembali sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam fatwa ini. Difatwakan di Yogyakarta, Pada tanggal 1 Jumadilakhir 1427 H bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2006 H Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ketua,
Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA
Sekretaris, Drs. H. Dahwan, M. Si.