Volume 6 No. 2-September 2014
FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU (Vigna radiata, L.) DI KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN Oleh: Yudhit Restika Putri, Siswanto Imam Santoso, Wiludjeng Roessali
Program Studi Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana UNDIP
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui farmershare, marjin pemasaran dan saluran pemasaran kacang hijau yang efisien dan menguntungkan di Kecamatan GodongKabupaten Grobogan. Metode penelitian dan pengumpulan data pada penelitian ini adalah survei, observasi dan wawancara. Lokasi penelitian berada di Desa Werdoyo, Desa Kopek, Desa Anggaswangi dan Desa Dorolegi. Responden terdiri dari petani dan pedagang kacang hijau. Jumlah responden petani sebanyak 80 responden yang ditentukan dengan kuota, masing – masing desa 20 responden yang dipilih melalui metode Accidental Sampling. Jumlah responden pedagang sebanyak 14 responden dengan Snowball Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai farmer share yang diperoleh dari hasil analisis pada pola saluran pemasaran I sebesar 89,29%, pola saluran II 50,28% dan pola saluran III 49,86%. Pada nilai margin pemasaran diperoleh hasil saluran I Rp 1.500,00, saluran II Rp 9.000,00 dan saluran III Rp 9.150,00, serta pola saluran yang paling efisien yaitu pola saluran I. Kata kunci :kacang hijau, farmershare, marjin pemasaran, saluran pemasaran.
PENDAHULUAN Agribisnis berbasis palawija memiliki peranan sentral dengan argumentasi dan antisipasi sebagai berikut : (1). Peningkatan kebutuhan pangan dan industri berbasis palawija; (2). Kebutuhan keseimbangan nutrisi dalam mencapai pola pangan harapan; (3). Peranannya dalam memenuhi produk olahan, sejalan dengan peningkatan sadar gizi dan pendapatan masyarakat; (4). Pemantapan ketahanan rumah tangga, karena peranannya dalam peningkatan pendapatan melalui pengembangan diversifikasi usaha tani; (5). Peranannya dalam menjaga keberlanjutan usaha tani, kaitannya dengan pengembangan pola tanam yang tepat dan ramah lingkungan; (6). Peranannya dalam mengatasi masalah kemiskinan, khususnya bagi petani berlahan sempit dan petani di daerah lahan marginal dengan basis usaha tani palawija (Suryana, 2006). FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas didaerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kacang hijau sebagai bahan pangan sumber protein nabati sudah sangat populer di dalam kehidupan manusia sehari-hari. Di Indonesia, kacang hijau merupakan komoditas kacang-kacangan yang penting setelah kacang kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau memiliki bermacam-macam manfaat di dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan makanan manusia, untuk pengobatan dan bahan pakan ternak. Sedangkan kegunaan kacang hijau adalah dapat diolah menjadi bermacam-macam produk makanan yang lebih sempurna (Cahyono, 2007). Permintaan kacang hijau dipengaruhi adanya pendapatan penduduk yang 28
Volume 6 No. 2-September 2014
meningkat sehingga memicu adanya peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan biasanya ditandai dengan pola konsumsi makan yang berubah, yakni dengan peningkatan konsumsi jumlah protein serta pengurangan konsumsi karbohidrat. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan (2013), kebutuhan kacang hijau semakin meningkat untuk setiap tahunnya. Peningkatan kebutuhan ini juga diimbangi dengan peningkatan produksi, sehingga masih tetap terpenuhi. Nilai dari produksi terhadap kebutuhan juga masih terpaut cukup jauh, dimana jumlah produksi jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa jumlah produksi dengan jumlah kebutuhan memiliki selisih yang sangat besar, dimana jumlah produksi jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang ada. Jumlah produksi yang banyak ini memungkinkan untuk Kabupaten Grobogan menjadi pemasok kacang hijau di Jawa Tengah. Produksi kacang hijau terbesar di Jawa Tengah berada di Kabupaten Demak, sedangkan Kabupaten Grobogan menduduki peringkat kedua dengan produksi terbesar pertama yakni Kecamatan Godong. Sumbangan produksi kacang hijau Jawa Tengah terhadap produksi kacang hijau seluruh Indonesia pada tahun 2013 sebesar 0,34%, sedangkan Grobogan terhadap Jawa Tengah sebesar 0,36%, dan Godong terhadap Grobogan sebesar 0,26% (BPS, 2013). Kesesuaian geografis yang dimiliki oleh Kabupaten Grobogan, khususnya Kecamatan Godong memiliki potensi juga untuk dikembangkan produksi kacang hijau, selain jagung dan kedelai.berdasarkan potensi tersebut, maka Kabupaten Grobogan khususnya Kecamatan Godong berpeluang untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau baik di
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
pasar domestik maupun nasional. Tataniaga merupakan salah satu faktor terpenting ketika produsen/petani telah dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Pemasaran merupakan suatu sistem dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang yang telah diproduksi untuk bisa sampai ke tangan konsumen, baik konsumen akhir maupun konsumen yang potensial dimana barang tersebut untuk dijual kembali. Semua keputusan yang diambil pada proses pemasaran harus ditujukan untuk menentukan produk, pasar, harga, promosi dan sistem produksinya (Pasaribu, 2012). Tinggi rendahnya efisiensi saluran pemasaran juga ikut mempengaruhi harga di tangan petani Selain faktor penawaran dan permintaan. Saluran pemasaran yang dilakukan semakin pendek maka akan semakin tinggi pula harga suatu produk tersebut di tangan petani, sedangkan semakin panjang rantai saluran pemasaran maka harga di tangan petani akan semakin rendah. Efisiensi saluran pemasaran juga perlu diketahui sampai seberapa besar margin dari sebuah saluran pemasaran dapat dinikmati oleh petani, selain berdasarkan ukuran teknis panjang pendeknya saluran pemasaran. Saluran pemasaran dapat dikatakan efisien secara ekonomis jika total keuntungan yang diambil oleh pedagang relatif lebih kecil terhadap biaya pemasaran (Muslim dan Darwis, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai farmershare, marjin pemasaran dan saluran pemasaran kacang hijau yang efisien dan menguntungkan di Kecamatan GodongKabupaten Grobogan. Sehingga dapat memperhitungkan pengembangan usahatani kacang hijau secara optimal.
29
Volume 6 No. 2-September 2014
Tabel 1. Produksi, Ketersediaan dan Kebutuhan Kacang Hijau No 1 2 3 4 5
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Produksi Ketersediaan Kebutuhan Plus/Minus ------------------------------ Ton -----------------------------18.456 18456 1.534 16.922 24.279 24.279 1.545 22.733 23.611 23.611 1.555 22.056 24.523 24.523 1.566 22.957 25.829 25.829 1.577 24.252
Sumber : Dispertan Kabupaten Grobogan, 2013 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada tahun 2014 dengan lokasi survey adalah Desa Werdoyo, Desa Kopek, Desa Dorolegi dan Desa Anggaswangi Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Data terdiri dari data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner terhadap responden yang diwakili masing-masing desa ada 20 petani kacang hijau, 4 pedagang pengumpul desa, 2 pedagang pengumpul kecamatan, 2 pedagang pengumpul kabupaten dan 6 pedagang pengecer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, baik ditingkat pusat maupun daerah. Analisis Data Pada bagian farmer shareakan dibahas tentang harga yang terjadi pada setiap rantai dan rantai tataniaga utamanya. Marjin pemasaran merupakan selisih hargaditingkat konsumen dan harga ditinggkatprodusen.Pada bagian efisiensi akan dibahas mengenai indeks efisiensi teknis dan ekonomis. a. Farmer’s Share Pendekatan untuk menjawab mengenai farmer shareyang dibahas mengenai rantai tataniaga utama dan harga yang terjadi pada setiap rantai. Farmer share (FS) = x 100%..... 1) Dimana : FS = Farmer share atau bagian harga yang diterima petani kacang hijau (%) FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Pf = Harga pembelian di tingkat petani (Rp/kg) Pr= Harga eceran di tingkat konsumen (Rp/kg) Kaidah keputusan menurut Downey dan Erickson (1992) : FS ≥ 40% = efisien FS < 40% = tidak efisien b. Marjin Pemasaran Menurut Widiastuti dan Harisudin (2013) untuk menghitung marjin dari setiaplembaga pemasaran digunakan rumus : Mp = Pr – Pf .................... 2) atau Mp = Bp + Kp .................. 3) Keterangan: Mp = Marjin pemasaran (Rp/kg) Pr = Harga ditingkat konsumen (Rp/kg) Pf = Harga ditingkat produsen (Rp/kg) Bp = Biaya Pemasaran (Rp/kg) Kp = Keuntungan Pemasaran (Rp/kg) c. Efisiensi Pemasaran Menurut Roesmawaty (2011), efisiensi pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : EP = x 100% Dimana : EP = Efisiensi pemasaran (%) TB = Total biaya pemasaran (Rp) TNB = Total Nilai Produk (Kg) Kaidah keputusan pada efisiensi pemasaran ini adalah : 1. 0 – 33% = efisien 2. 34 – 67% = kurang efisien 3. 68 – 100% = tidak efisien 30
Volume 6 No. 2-September 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemasaran Kacang Hijau Kegiatan pendistribusian kacang hijau dari petani ke konsumen memerlukan pedagang perantara atau yang disebut juga sebagai lembaga pemasaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pemasaran. Pedagang atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kacang hijau di Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan meliputi pedagang pengumpul desa (PPD), pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten/propinsi, dan pengecer. Saluran Pemasaran Saluran pemasaran kacang hijau di Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan untuk sampai ke konsumen terlihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui pola saluran pemasaran kacang hijau di Kecamatan Godong ada tiga yaitu sebagai berikut : 1. Saluran I : Petani – Pengecer (tingkat kecamatan) – Konsumen 2. Saluran II : Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pengecer (tingkat kabupaten) – Konsumen
3. Saluran III : Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Pengumpul Kecamatan – Pedagang Pengumpul Kabupaten/Propinsi – Pengecer – Konsumen Pola saluran pemasaran diatas dapat dilihat jika petani menjual hasil kacang hijau kepada pedagang, baik itu pedagang pengecer maupun pedagang pengumpul. Hal ini dikarenakan untuk wilayah kecamatan tidak ada industri pengolahan kacang hijau dengan skala besar. Pengolahan kacang hijau biasanya hanya pedagang kecil, seperti bubur kacang hijau, onde-onde, tauge, dan lain-lain. Para pengrajin makanan dan bahan makanan ini lebih memilih membeli di pedagang pengecer, sebab kebutuhan mereka yang tidak terlalu banyak sehingga petani tidak direpotkan dengan pembelian yang hanya beberapa kilogram saja. Pola Saluran Pemasaran Pada pola saluran pemasaran kacang hijau terdapat beberapa distribusi produk kacang hijau dari petani kepada pedagang hingga sampai kepada konsumen. Berikut distribusi pola saluran pemasaran kacang hijau dari petani disajikan pada Tabel 2.
Petani I
III
II Pengecer Pedagang Pengumpul Desa Konsumen Pengecer
Pedagang Pengumpul Kecamatan
Pedagang Pengumpul Kabupaten/Propinsi
Pengecer Konsumen Konsumen
Gambar 1. Saluran Pemasaran Kacang Hijau di Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
31
Volume 6 No. 2-September 2014
Tabel
2.
Distribusi Pola Saluran Pemasaran Kacang Hijau
Saluran
Jumlah
Pemasaran
Pengrajin
Persentase
Orang
%
Pola I
53
66,25
Pola II
7
8,75
Pola III
20
25,00
Jumlah
80
100,00
Sumber : Data primer yang diolah, 2014 Pada Tabel 2 terlihat bahwa distribusi pola saluran pemasaran kacang hijau paling banyak pada pola I yaitu sebanyak 53 orang atau 66,25%, kemudian pada pola III sebanyak 20 orang atau 25% dan 7 orang atau 8,75% pada pola I. Pada umumnya petani menjual hasil kacang hijau kepada pedagang yang telah menjadi langganannya. Pedagang membeli langsung kepada petani dengan mendatangi rumah petani dan bertransaksi langsung di rumah petani, jika terjadi kesepakatan harga maka kacang hijau yang sudah berupa bulir dibawa oleh pedagang. Rata-rata pedagang pengecer membeli langsung dengan mendatangi rumah petani, hal ini juga dikarenakan petani tidak memerlukn tenaga serta biaya untuk menjual kacang hijau produksinya. Pedagang pengecer yang membeli kacang hijau langsung kepada petani ini adalah pedagang pengecer di sekitar desa sentra produksi dan menjual kacang hijau di pasar tingkat kecamatan seperti Pasar Truko, Pasar Godong, Pasar Penawangan dan Pasar Gubug, hal ini terlihat pada pola I. Pada pola saluran pemasaran II, petani menjual kacang hijau kepada pedagang pengumpul tingkat desa dan kemudian menjual kepada pengecer di tingkat kabupaten ataupun propinsi. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Pada pola saluran pemasaran III, pedagang pengumpul desa membeli kacang hijau dari petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul kecamatan kemudian pedagang pengumpul kabupaten, dan dijual kepada pengecer di berbagai kabupaten/propinsi, misalnya di Pati, Kudus, Demak, Blora serta Semarang. Pola saluran pemasaran II dan III ini yang membedakan yaitu, jika pada pola saluran pemasaran II pedagang pengumpul desa ini menjadi pemasok langsung bagi pedagang pengecer di tingkat kabupaten tanpa melalui pedagang pengumpul kabupaten, sedangkan pada pola pemasaran III kacang hijau sebelum sampai pada pengecer melalui pedagang pengumpul di tingkat kabupaten terlebih dahulu. Perbedaan pola saluran pemasaran ini menyebabkan adanya perbedaan tingkat harga serta margin pemasaran yang diterima oleh masing-masing pelaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudiyono (2002), bahwa semakin panjang atau banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran, maka akan semakin besar total margin dan laba yang didapat lembaga pemasaran dan juga berlaku sebaliknya. Margin Pemasaran, Efisiensi Pemasaran dan Farmer Share Hasil analisis margin pemasaran, efisiensi pemasaran dan farmer share ditunjukkan pada Tabel 3. Margin pemasaran merupakan selisih harga jual ditingkat petani terhadap harga beli konsumen. Besar kecilnya nilai margin pemasaran pada masing-masing saluran berbeda-beda, hal ini tergantung dari panjang pendeknya lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Berdasarkan analisis margin pemasaran yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai margin pemasaran pada saluran I sebesar Rp 1.500,00, saluran II sebesar Rp 9.000,00 dan saluran III sebesar Rp 9.150,00. 32
Volume 6 No. 2-September 2014
Tabel 3. Analisis Margin Pemasaran,Efisisensi Pemasaran dan Farmer Share Kacang Hijau Keterangan Petani Biaya prod Harga jual Keuntungan PP Desa Harga Beli Biaya Keuntungan Harga jual PP Kecamatan Harga Beli Biaya Keuntungan Harga jual PP Kab/Prop Harga Beli Biaya Keuntungan Harga jual Pengecer Harga Beli Biaya Keuntungan Harga jual Biaya (Rp/kg) Marjin (Rp/kg) Efisiensi (Rp/kg)
Saluran I Jml Share Rp/kg % 2300 9000 6700
64,29
Saluran II Jml Share Rp/kg % 2300 9100 6800
50,28
Saluran III Jml Share Rp/kg % 2300 9100 6800
-
9100 1650 4500 15250
9100 400 1000 10500
-
-
10500 625 1375 12500
-
-
12500 1000 2500 16000
9000 445 4555 14000 445 5000 3,18
15250 525 2325 18100 2175 9000 12,02
16000 350 1900 18250 2375 9150 13,01
49,86
Sumber : Data primer yang diolah, 2014 Berdasarkan analisis margin tersebut dapat diketahui bahwa nilai margin terbesar terjadi pada pola saluran pemasaran III. Nilai margin yang besar ini dikarenakan semakin banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat didalam proses pemasaran tersebut, sehingg menambah nilai pada masing-masing pelakunya. Margin pemasaran yang semakin besar akan berpengaruh pada harga jual ditingkat konsumen, dimana harga ditingkat konsumen akan semakin mahal.
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Menurut Muslim dan Darwis (2012), suatu sistem pemasaran komoditas pertanian yang efisien itu harus memenuhi duasyarat yaitu: (1) Mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya; dan (2)mampu mengadakan pembagian balas jasayang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegitan produksi dan pemasaran komoditas pertanian tersebut. 33
Volume 6 No. 2-September 2014
Efisiensi pemasaran juga dapat dilihat dari panjang pendeknya distibusi barang, dimana semakin panjang rantai pemasarannya maka semakin tidak efisien. Sejalan dengan pendapat Burharman dalam Widiastuti dan Harisudin (2013) yang menyatakan bahwa, panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil pertanian tergantung oleh beberapa faktor yakni : 1. Jarak antara produsen dan konsumen, semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen maka akan semakin panjang pula saluran pemasaran yang ditempuh. 2. Cepat tidaknya produk rusak, jika produk yang dihasilkan semakin cepat mengalami kerusakan maka produk tersebut harus cepat sampai ke konsumen, sehingga hal ini menghendaki saluran pemasaran yang pendek. 3. Skala produksi, jika skala produksi yang dihasilkan itu kecil maka tidak akan menguntungkan jika dijual ke pasar, karena akan melalui saluran pemasaran yang panjang. 4. Posisi keuangan pengusaha, produsen yang memiliki posisi keuangan yang kuat maka mereka akan cenderung memperpendek saluran pemasaran. Berdasarkan hasil analisis efisiensi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada pola saluran pemasaran I efisiensi pemasaran sebesar 3,18%, pola saluran pemasaran II sebesar 12,02% dan pola saluran pemasaran III sebesar 13,01%. Menurut Roesmawaty (2011), kaidah keputusan pada efisiensi pemasaran adalah 0 – 33% termasuk efisien, 34 – 67% adalah kurang efisien, dan 68 – 100% adalah tidak efisien. Hasil analisis efisiensi pemasaran kacang hijau yang telah dilakukan termasuk dalam kategori efisien. Nilai farmer share yang diperoleh dari hasil analisis yaitu pada pola saluran pemasaran I sebesar 89,29%, pola saluran II sebesar 50,28% dan pada pola saluran III sebesar 49,86%. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai farmer share yang FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
diperoleh termasuk dalam kategori efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Downey dan Erickson (1992), bahwa pemasaran hasil pertanian jika ditinjau dari bagian yang diterima oleh petani produsen dapat dikatakan efisien jika harga jual petani lebih dari atau sama dengan 40% dari harga beli ditingkat konsumen. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini antara lain: 1. Pola saluran pemasaran kacang hijau paling banyak dilakukan oleh petani pada pola I yaitu sebanyak 53 orang atau 66,25%, kemudian pada pola III sebanyak 20 orang atau 25% dan 7 orang atau 8,75% pada pola I. 2. Nilai farmer share yang diperoleh dari hasil analisis yaitu pada pola saluran pemasaran I sebesar 89,29%, pola saluran II sebesar 50,28% dan pada pola saluran III sebesar 49,86%. Pada nilai margin pemasaran diperoleh hasil saluran I sebesar Rp 1.500,00, saluran II sebesar Rp 9.000,00 dan saluran III sebesar Rp 9.150,00. Apabila dilihat berdasarkan efisiensi, semua pola saluran pemasaran termasuk dalam kategori yang efisien, namun pola saluran yang paling efisien yaitu pola saluran I. Saran Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan usahatani kacang hijau di Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan yaitu petani sebaiknya masuk kedalam pola pemasaran I, karena memiliki nilai share yang paling tinggi serta paling efisien. Hal ini akan bisa lebih menguntungkan bagi petani.
34
Volume 6 No. 2-September 2014
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah dalam Angka. Semarang. Cahyono, B. 2007. Kacang Hijau, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu, Semarang. Dinas
Pertanian. 2013. Produksi, Ketersediaan dan Kebutuhan Kacang Hijau. Grobogan.
Downey, W. D., dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribsnis. Erlangga, Jakarta. Muslim,
C. dan V. Darwis. 2012. Keragaan Kedelai Nasional dan Analisis Farmer Share serta Efisiensi Saluran Pemasaran Kedelai Di Kabupaten Cianjur. Jurnal Sepa. 1(9) : 7 – 9.
Pasaribu, A. M. 2012. Perencanaan & Evaluasi Proyek Agribisnis. Andi, Yogyakarta. Roesmawaty, H. 2011. Analisa Efisiensi Pemasaran Pisang di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Agrobsnis. 3(5) : 1-9. Suryana, A. 2006. Strategi Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Palawija. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Berbasis Palawija di Indonesia : Peran Palawija dlam Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Ketahanan Pangan, Bogor. Widiastuti, N. dan M. Harisudin. 2013. Saluran dan Marjin Pemasaran Jagung di Kabupaten Grobogan. Jurnal SEPA 9 (2) : 231 – 239.
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
35