PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI NATRIUM BIKARBONAT DAN CAMPURAN ASAM TARTRAT-ASAM FUMARAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh: Made Dwi Rantiasih NIM : 038114120
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tanggal 6 Februari 2007 ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hidup adalah perjuangan....... berjuanglah Hidup adalah roh/atma....... sadarilah Hidup adalah teka-teki....... pecahkanlah (Sabda Gita tentang Hidup)
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK: Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang senantiasa melimpahkan rahmatnya untukku Ayah- Ibuku, keluargaku tercinta Sebagai ungkapan rasa hormat dan baktiku Adex atas cinta dan kasih sayangnya selama ini Sahabat-sahabatku selama berjuang....... Serta almamaterku......
iii i
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan dan berkat-Nyalah skripsi yang berjudul “Optimasi Natrium Bikarbonat dan Campuran Asam Tartrat-Asam Fumarat sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara Granulasi Basah dengan
Metode
Desain
Faktorial”
ini
dapat
diselesaikan.
Skripsi
ini
dipersembahkan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terma kasih kepada segenap pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada : 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si.,Apt., selaku Pembimbing yang telah membantu membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, S.Si.,Apt., selaku pemimpin proyek penelitian yang telah membantu, membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt., selaku Penguji yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Penguji yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt., atas sumbangan kurkumin síntesis yang digunakan dalam penelitian ini serta masukan-masukan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Bapak Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., dan Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk memberi pengarahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibuku yang tercinta, seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang serta doanya 9. Tyas Ayu Puspita dan Lucia Esti Purwandari, teman-teman yang selalu berjuang bersama dalam suka dan duka, semangat kalian menjadi motivasi bagi penulis 10. Mas Wagiran, Pak Musrifin, Mas Otok, Mas Agung, yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian di Laboratorium 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang optimasi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya efek faktor natrium bikarbonat dan campuran asam tartratasam fumarat serta interaksi keduanya, yang bersifat dominan terhadap sifat fisik granul effervescent, serta mengetahui area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien untuk menghasilkan granul effervescent yang sesuai dengan persyaratan. Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor (natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat) dan dua level (level rendah dan level tinggi) untuk menentukan efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Respon yang dikehendaki yaitu kecepatan alir, waktu larut dan kandungan lembab granul. Dari hasil yang diperoleh kemudian dibuat contour plot sifat fisik granul yang dikehendaki. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa efek interaksi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat diprediksi dominan berpengaruh terhadap kecepatan alir dan waktu larut. Efek campuran asam tartratasam fumarat diprediksi dominan berpengaruh terhadap kandungan lembab granul. Dari contour plot super imposed yang terbentuk diperoleh area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat terbatas pada level yang diteliti. Kata kunci: natrium bikarbonat, asam tartrat, asam fumarat, granul effervescent, ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), desain faktorial
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Have been done research about the optimization between sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination as excipients in effervescent granules formulation of Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) extract. This research represent to know the effect of the factor of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination or their interaction that dominant to influence physical properties of granules, and also to know the optimal composition area of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination as excipients which can be make the physical properties of effervescent granules desired. This research represent the pure research experimental use designed factorial, with two factor (sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination) and two level (low level and high level) to specify effect from several significant factor and interaction. Categorize repon desired that is flow rate, disintegration time, and moisture content of granules. Then make the contour plot of the physical properties of granules desired. From the result of the research known that interaction effect between sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination dominantly predicted in determine flow rate and disintegration time of granules. Tartaric acidfumaric acid combination effect dominantly predicted in determine moisture content of granules. From contour plot super imposed formed obtained a optimum composition of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination finite at level which have been determined. Keyword : sodium bicarbonate, tartaric acid, fumaric acid, effervescent granules, Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) extract, design factorial
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................
v
KATA PENGANTAR..............................................................................
vi
INTISARI ................................................................................................
viii
ABSTRACT ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xix
BAB I. PENGANTAR.............................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
1. Permasalahan .................................................................................
3
2. Keaslian Penelitian ........................................................................
3
3. Manfaat Penelitian .........................................................................
3
B. Tujuan Penelitian.................................................................................
4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................
5
A. Temulawak ………...............................................................................
5
1. Klasifikasi ............………………………………………………..
x
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Nama daerah ............……………………………………..............
5
3. Ciri-ciri morfologi ............………………………………..............
5
4. Kandungan kimia ............………………………………...............
6
5. Khasiat temulawak ............……………………………………….
6
B. Kurkumin ...........…………………………………………….............
7
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri ...................................
8
D. Maserasi ...........…………...................................................................
10
E. Ekstrak ...........……………..................................................................
12
F. Granul Effervescent ...........………………………………………......
13
G. Metode Pembuatan Granul Effervescent ...........……………………..
13
1. Metode granulasi basah …………………………………………..
14
2. Metode granulasi kering ............…………………………………
15
H. Uji Sifat Fisik Granul ..........................................................................
15
1. Sifat alir ............…………………………………………………..
15
2. Kandungan lembab ............………………………………............
16
3. Waktu larut ……………………………………….........................
16
I. Bahan-Bahan Pembuatan Granul Effervescent………………..............
16
1. Sumber karbonat ............…………………………………............
17
2. Sumber asam ............……………………………………..............
17
3. Bahan pengisi ............…………………………………….............
18
4. Bahan pengikat ....………………………………….......................
18
5. Bahan tambahan .…………………………………………............
19
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
J. Pemerian Bahan ...……………………………………............………
19
1. Natrium bikarbonat anhidrat ..........................................................
19
2. Asam tartrat anhidrat ......................................................................
20
3. Asam fumarat anhidrat ...................................................................
20
4. Laktosa ...........................................................................................
20
5. Polivinilpirolidon (PVP) ................................................................
21
6. Aspartam ........................................................................................
21
K. Desain Faktorial ...........……………………………………...............
22
L. Landasan Teori ...........……………………………………….............
24
M. Hipotesis ...........…………..................................................................
27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………
28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……...……………………...............
28
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………………..
28
1. Variabel penelitian ……………………………………………….
28
2. Definisi operasional ……………………………………...............
29
C. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………………………
31
D. Skema Kerja Penelitian ………………………………………………
33
E. Tata Cara Penelitian ………………………………………………….
34
1. Determinasi tanaman temulawak …………………………..……
34
2. Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk rimpang temulawak ………………………………………………………
34
3. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak ………………………
35
4. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak ………………………...
35
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak ….......…………….
38
6. Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ………..………………………………
38
7. Pembuatan granul effervescent……….. …………………………..
40
8. Uji kualitas granul effervescent ………………………………….
41
9. Penentuan efek …………………………………………………...
42
1 0 . P e n e n t u a n p r o f i l s i f a t fi s i k g r a n u l d a n a r e a optimum …………………………………………………..……
42
F. Analisis Hasil …………………………………………………………
42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….
43
A. Hasil Determinasi Rimpang Temulwak ……………………………..
43
B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan serbuk Rimpang Temulwak …………………………………………………
43
C. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak ..............................................
45
D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak ...........……………
46
1. Uji organoleptik ............………………………………………….
46
2. Uji daya lekat ............…………………………………………….
46
3. Uji viskositas ............……………………………………..............
47
4.Uji kandungan lembab ............……………………………............
48
5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak ………………………..
49
6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak ……....………………
52
E. Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak .................................
53
F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak ......
54
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak ..........................................................................
55
1. Kecepatan alir ................................................................................
55
2. Waktu larut .....................................................................................
58
3. Kandungan lembab ........................................................................
61
H. Prediksi Formula Optimum Granul .....................................................
64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
69
A. Kesimpulan .........................................................................................
69
B. Saran ....................................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
70
LAMPIRAN .............................................................................…………
74
BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………….
104
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Notasi formula desain faktorial………………………………..
23
Tabel II. Formula granul effervescent………………………….. ............
40
Tabel III. Hasil uji sifat fisik ekstrak rimpang temulawak ...…...............
46
Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulwak …………...............
49
Tabel V. Hubungan kadar kurkumin baku dengan AUC ....…….............
52
Tabel VI. Penetapan Recovery dan nilai CV ...........................................
53
Tabel VII. Hasil uji sifat fisik granul…………………………………….
55
Tabel VIII. Efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartratasam fumarat terhadap sifat fisik granul………………………
55
Tabel IX. Data recovery 0, 12 µg/µl ……………………………………
75
Tabel X. Data recovery 0, 14 µg/µl .....…………………………………
75
Tabel XI. Data recovery 0, 18 µg/µl ….…………………………………
76
Tabel XII. Data recovery 0, 23 µg/µl ....………………………………… 76 Tabel XIII. Data recovery 0, 35 µg/µl …………………………………..
77
Tabel XIV. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak ………………………..........................................
78
Tabel XV. Uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak ...........................
80
Tabel XVI. Uji viskositas ekstrak rimpang temulawak ...........................
80
Tabel XVII.Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ………
81
Tabel XVIII. Nilai Rf kurkumin standar, bercak 1, dan bercak 2............
82
Tabel XIX. Uji kecepatan alir granul .......................................................
87
Tabel XX. Uji waktu larut granul ............................................................
87
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXI. Uji kandungan lembab granul ..............................................
88
Tabel XXII. Nilai efek kecepatan alir granul ..........................................
89
Tabel XXIII. Nilai efek waktu larut granul .............................................
91
Tabel XXIV. Nilai efek kandungan lembab granul .................................
94
Tabel XXV.Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul ...........................................................................
97
Tabel XXVI. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir granul .……………………………………
97
Tabel XXVII. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul ..............................................................................
98
Tabel XXVIII. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut granul ..............................................................
98
Tabel XXIX. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul .....................................................................
99
Tabel XXX. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kandungan lembab granul ..................................................
xvi
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur kurkumin…………………………………………..
7
Gambar 2. Skema kerja penelitian………………………………………
33
Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm……………………………….....
50
Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm……………………………….....
51
Gambar 4. Kurva baku hubungan antara kadar kurkumin standar dengan AUC ..........................................................................
52
Gambar 5a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir……..
56
Gambar 5b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir……………………………………………......
56
Gambar 6a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut......…....
59
Gambar 6b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut………………………………………………....
59
Gambar 7a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab…..............................................................................
62
Gambar 7b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kandungan lembab…………………………………………..
62
Gambar 8. Contour plot kecepatan alir granul………………………….
65
Gambar 9. Contour plot waktu hancur granul………………………..…
66
Gambar 10. Contour plot kandungan lembab granul……………………
67
Gambar 11. Contour Plot Super Imposed...…………………………….
68
Gambar 12. Kromatogram kurva baku …………………………………
74
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 13. Kromatogram sampel ……………………………………...
78
Gambar 14. Tanaman temulawak ……………………………………....
101
Gambar 15. Rimpang temulawak ………………………………………
101
Gambar 16. Ekstrak rimpang temulawak untuk granul effervescent …...
101
Gambar 17. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ………….
102
Gambar 18. Larutan dan granul effervescent …………………………...
102
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hubungan antara kadar kurkumin standar dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ... ............
74
Lampiran 2. Data recovery ......................................................................
75
Lampiran 3. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang Temulawak ..………………………………………………
78
Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak …...............
79
Lampiran 5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak ..…….………….
80
Lampiran 6. Perhitungan level tinggi dan level rendah campuran asam tartrat-asam fumarat ……………………………...
83
Lampiran 7. Perhitungan level tinggi dan level rendah natrium bikarbonat ………………………………………
84
Lampiran 8. Uji sifat fisik granul effervescent …………………………
87
Lampiran 9. Perhitungan desain faktorial ..……………………..............
89
Lampiran 10. Perhitungan kecuraman kurva …………………...............
97
Lampiran 11. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) …………….
101
Lampiran 12. Larutan dan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ………………………………………………
102
Lampiran 13. Surat determinasi tanaman temulawak …………. ………
103
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Temulawak merupakan salah satu bahan obat tradisional yang sudah sering digunakan untuk pengobatan karena memiliki banyak khasiat. Penelitian mengenai manfaat temulawak sebagai obat tradisional serta pengembangan bentuk sediaan yang berasal dari temulawak telah banyak dilakukan. Termasuk penelitian yang dilakukan oleh Chrystyani (2005), yang berjudul Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Secara Granulasi Basah Aplikasi Desain Faktorial. Dalam penelitian tersebut dikembangkan bentuk sediaan granul effervescent dari ekstrak rimpang temulawak, dengan melakukan optimasi pada campuran asam tartrat dan asam fumarat sebagai sumber asam. Keuntungan dari pemilihan bentuk sediaan berupa granul effervescent dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain adalah proses penyajian yang cepat dengan dosis yang tepat, serta adanya gas CO2 yang dihasilkan dari reaksi asam dan basa akan memberikan sensasi menyegarkan saat digunakan. Selain itu keberadaan gas CO2 dapat menutupi rasa pahit dan pedas dari temulawak hal tersebut dapat menambah kenyamanan konsumen saat menggunakan sediaan obat. Penelitian Chrystyani (2005), menghasilkan campuran optimum asam tartrat dan asam fumarat, penggunaan campuran asam lebih dipilih dibandingkan dengan menggunakan asam tunggal karena pada penggunaan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran yaitu akan menghasilkan granul yang menggumpal
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
(Ansel,1989). Kemudian dicoba dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai sumber basa dan sumber asam dalam sediaan granul effervescent. Campuran asam dan basa perlu dioptimasi karena campuran asam dan basa inilah yang jika bereaksi dengan adanya air akan melepaskan gas CO2, yang berfungsi sebagai penghancur dalam granul effervescent. Untuk mendapatkan perbandingan jumlah natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang tepat sehingga dapat menghasilkan sediaan granul effervescent yang berkualitas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan optimasi formula granul effervescent berikut kontrol kualitasnya yaitu uji sifat fisik meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul effervescent. Optimasi formula dalam penelitian ini menggunakan metode desain faktorial. Dipilih metode optimasi desain faktorial karena metode ini lebih sederhana dibandingkan metode optimasi yang lain, selain itu metode ini juga dapat menggambarkan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Persamaan umumnya: Y= bo + b1(A) + b2 (B) + b12 (A)(B). Melalui desain faktorial akan didapat efek dan interaksi yang dominan dari natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam menentukan masing-masing sifat fisik granul pada berbagai perbedaan jumlah komposisi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat, terbatas pada level yang diteliti. Area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ditentukan berdasarkan kurva contour plot super imposed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
1. Permasalahan Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. manakah efek yang diprediksi memberikan pengaruh dominan terhadap sifatsifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak, natrium bikarbonat, campuran asam tartrat-asam fumarat, atau interaksi? 2. apakah dapat ditemukan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang dikehendaki dalam contour plot super imposed pada pembuatan granul effervescent
ekstrak rimpang
temulawak?
2. Keaslian Penelitian Berdasarkan sumber informasi yang diperoleh, penelitian ilmiah tentang ekstrak rimpang temulawak dan formulasi granul effervescent ekstrak rimpang temulawak sudah pernah dilakukan. Namun penelitian tentang optimasi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak secara granulasi basah dengan metode desain faktorial belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memperkaya ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, pada khususnya tentang penggunaan natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
asam fumarat sebagai eksipien dalam formula pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. 2. Manfaat Praktis. Memperkenalkan kepada masyarakat sediaan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak yang dapat dikonsumsi dengan aman, manjur, dan nyaman, serta dapat diterima oleh masyarakat.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang : 1. pengaruh natrium bikarbonat, campuran asam tartrat-asam fumarat
serta
interaksi keduanya dalam menentukan kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. 2. komposisi optimum natrium bikarbonat dengan campuran asam tartrat-asam fumarat yang dapat menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
BAB II PENELAAHAAN PUSTAKA
A. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 1. Klasifikasi : Suku : zingiberaceae (Dalimartha, 2000). 2. Nama daerah Sumatera: temulawak. Jawa: koneng gede, temu raya, temu besar, aci koneng, koneng tegel, temulawak. Madura: temolabak. Bali: tommo. Sulawesi Selatan: tommon. Ternate: karbanga (Dalimartha, 2000) 3. Ciri-ciri morfologi Terna tahunan (perennial) ini tumbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Batang semu berasal dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2 meter. Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat memanjang atau lanset, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau, pada sisi kiri dan kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah keunguan. Perbungaan termasuk termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunganya keluar langsung dari rimpang yang panjangnya mencapai 40-60 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah, bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari. Sejauh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
temulawak belum pernah dilaporkan menghasilkan buah atau biji. Rimpang dibedakan atas rimpang induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk bentuknya jorong atau gelendong, berwarna kuning tua atau coklat kemerahan, bagian dalam berwarna jingga coklat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil, tumbuh ke arah samping, bentuknya bermacam-macam, dan warnanya lebih muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil. Rimpang temulawak termasuk yang paling besar diantara semua rimpang marga Curcuma (Dalimartha, 2000). 4. Kandungan kimia Rimpang temulawak mengandung 48-64% zat tepung, 1,6-2,2% kurkumin dan 1,48-1,63% minyak atsiri (Karden, 2003). Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 48-54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh maka kadar pati makin rendah dan kadar minyak atsiri makin tinggi (Dalimartha, 2000). 5. Khasiat temulawak Khasiat temulawak adalah sebagai kholeretik, kholagoga, anti inflamasi, dan antipiretik (Afifah, 2003). Rimpang temulawak juga dapat digunakan untuk mengatasi radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice), radang ginjal, radang kronis kandung empedu (kolesistitis kronik), meningkatkan aliran empedu ke saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan (anoreksia) akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis), kolesterol darah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
(hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di muka, jerawat, wasir, dan produksi ASI yang sedikit (Dalimartha, 2000).
B. Kurkumin
O
O
H3CO
OCH3
OH
HO
1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione (Kurkumin)
Gambar 1. Struktur kurkumin
Kurkumin (C21H20O6), titik didih 184-185°C diisolasi pertama kali pada tahun 1815. Pada tahun 1910 Daube telah berhasil menemukan bentuk kristal dari kurkumin (Majeed, Badmaev, Shivakumar, and Rajendran, 1995). Kurkumin merupakan zat warna kuning utama (0,5-6%) yang terdapat dalam beberapa spesies Curcuma seperti Curcuma longa L atau Curcuma domestica Val. Kurkumin beserta turunan demetoksinya yaitu demetoksi kurkumin dan bis demetoksi kurkumin dikenal dengan nama kurkuminoid (Martono, 1996). Warna larutan kurkumin tidak selalu konstan, terkait dengan degradasi kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange kemerahan dalam suasana basa. Pada suasana basa, kurkumin akan terdegradasi menjadi asam ferulat dan feruloylmethane (Tonnesen and Karlsen, 1985). Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan adanya cahaya (Tonnesen, Vries,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Henegouwen, Gerard, and Karlsen, 1986). Kurkumin adalah senyawa yang sukar larut air dengan kelarutan 0,1 mg/ml (Anonim, 2006), larut dalam etanol dan aseton. (Tonnesen and Karlsen, 1985). Kurkuminoid di dalam rimpang temulawak merupakan campuran dari kurkumin dan demetoksikurkumin (Paris and Moyse, 1981). Kurkumin dan analognya mempunyai aktivitas biologi antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan dan kolagen. Di samping itu kurkumin mempunyai aktivitas biologi spektrum luas yaitu sebagai hipokolesteremik, antiinflamasi, antireumatik, antibakteri, antihepatotoksik, menurunkan glukosa darah dan hipotensif (Tonnesen and Karlsen, 1985).
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri Pemakaian kurkumin sebagai bahan obat atau campuran obat harus diberikan dengan dosis yang tepat, untuk itu harus diketahui kadar kurkumin dalam sediaan yang diberikan. Untuk mengetahui kadar dengan tepat, diperlukan metode analisis yang tepat, mengingat kurkumin dalam sediaan obat atau makanan umumnya bukan kurkumin murni, namun sebagai kurkuminoid. Apabila kurkumin merupakan zat aktif utama dalam sediaan maka harus dipilih metode penetapan yang dapat memisahkan kurkumin dari turunan demetoksinya (Martono, 1996). KLT-Densitometri merupakan salah satu metode analisis KLT kuantitatif dengan cara kerja yang sederhana dan cepat. Pada metode ini diperlukan adsorben dan fase gerak yang murni. Untuk memperoleh hasil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
baik lazimnya digunakan adsorben siap pakai yang telah mengalami pra pencucian (Gritter, Bobit, dan Schwarting, 1991). Menurut Hardjono (1985), penetapan suatu kadar dengan metode densitometri dilakukan dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi secara bersama-sama. Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometri. Pertama, setiap kali ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi bersamasama dalam satu lempeng, kemudian Area Under Curve (AUC)
sampel
dibandingkan dengan harga AUC baku. Yang kedua, dengan membuat kurva baku hubungan jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh dengan membuat totolan zat baku pada KLT dengan bermacam-macam konsentrasi (minimal tiga macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari nilai AUC nya dengan alat densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan Y = bX + a, X adalah banyaknya zat yang ditotolkan dan Y adalah AUC (Supardjan, 1987). Alat KLT Scanner memiliki sumber sinar yang dapat digerakkan di atas bercak-bercak pada lempeng KLT atau lempeng KLT dapat digerakkan menyusuri berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Teknik pengukurannya dapat didasarkan atas sinar yang diserap (absorbansi), sinar yang dipantulkan (reflaktansi), atau sinar yang difluoresensikan (fluoresensi). Sinar yang datang sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Banyaknya sinar yang diserap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
sebanding dengan jumlah zat pada bercak yang terkena sinar tersebut (Wardani, 2003). Penelusuran bercak dapat pula dilakukan secara horisontal maupun vertikal (scanning horizontal atau scanning vertical). Penelusuran bercak secara horisontal dapat dilakukan satu per satu atau apabila bercak yang diperoleh pada pelat segaris, dapat dilakukan penelusuran semua bercak sekaligus (Wardani, 2003). Berdasarkan jalannya sinar, penelusuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penelusuran lurus dan zig-zag (naik turun). Pada penelusuran lurus, sinar yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ke kanan. Sedangkan pada penelusuran zig-zag, sinar mengenai bercak berjalan zig-zag dari kiri ke kanan. Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang maksimum (Wardani, 2003).
D. Maserasi Menurut Voigt (1994), maserasi (macerare = mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan jamu yang dihaluskan sesuai syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Penyarian dalam proses maserasi berdasarkan pada prinsip osmolalitas. Penyarian ini dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif ini akan terlarut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel, maka larutan encer akan masuk ke dalam sel. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi di dalam dengan konsentrasi di luar sel (Anonim,1986). Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air,
maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan
bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana (Anonim, 1986). Dibandingkan dengan proses perkolasi pada maserasi tidak memerlukan keahlian tertentu dalam pengoperasiannya, perkolasi juga lebih mahal karena memerlukan peralatan yang khusus dan menghabiskan lebih banyak waktu (Ansel, 1989). Di satu sisi, banyak proses ekstraksi menggunakan metode maserasi, terutama untuk bahan-bahan yang mengandung mukus dan memiliki sifat mengembang yang kuat. Metode maserasi dapat dibuat dalam skala laboratorium dan dapat dilakukan dengan proses yang sama secara teknik dan untuk produk dengan batch yang sama (List and Schdmit, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
E. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979). Menurut Voigt (1994), pada ekstrak tumbuhan (umumnya konsentrasi etanolnya berbeda-beda), jika bahan pengekstraksinya diuapkan sebagian atau seluruhnya, maka diperoleh ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi : 1. ekstrak cair (extractum fluidum), merupakan suatu ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sebanding dengan dua (kadang – kadang lebih) bagian ekstrak cair. 2. ekstrak encer (extractum tenue), sediaan seperti itu memiliki konsistensi madu dan dapat dituang. 3. ekstrak kental (extractum spissum), sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan suatu instabilitas sediaan obat (kontaminasi bakteri) dan bahkan instabilitas bahan aktifnya (penguraian secara kimia). Selain itu, ekstrak kental sulit untuk ditakar (penimbangan dan sebagainya) . 4. ekstrak kering (extractum siccum), ekstrak ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan terbentuk suatu produk yang memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
F. Granul Effervescent Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari unsur asam (asam sitrat, asam tartrat, asam fumarat) dan unsur basa (natrium karbonat, natrium bikarbonat) bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989). Keuntungan granul effervescent sebagai bentuk sediaan adalah penyiapan larutan dalam waktu yang cepat dan mengandung dosis obat yang tepat. Menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa obat tertentu, mudah dan nyaman untuk digunakan oleh konsumen (Lindberg, et al., 1992). Kerugian dari granul effervescent adalah harganya yang relatif mahal, hal ini disebabkan karena jumlah yang besar dari eksipien yang harganya mahal dan fasilitas produk yang khusus (Lindberg, et al., 1992). Menurut Lachman dan Liebermann (1989), untuk menjaga kualitas granul effervescent pada penyimpanan perlu pengemasan secara khusus ke dalam kantong lembaran aluminium kedap udara.
G. Metode Pembuatan Granul Effervescent Proses pembuatan granul effervescent memerlukan penanganan yang sangat hati-hati terutama untuk faktor lingkungannya (Lindberg, Engfors, and Ericsson, 1992). Proses pembuatan produk effervescent memerlukan batas maksimum lembab sebesar 25% pada suhu 25oC. Hal ini untuk menghindari pengaruh kelembaban terhadap reaksi asam basanya (Mohrle, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
1. Metode granulasi basah Menurut Mohrle (1980), pada prinsipnya proses granulasi untuk granul effervescent memiliki dasar yang sama dengan granulasi pada granul konvensional. Teknik-teknik granulasi basah melibatkan pencampuran bahanbahan kering dengan cairan penggranul untuk membuat massa (adonan) yang dapat dibentuk. Granulasi basah pada effervescent dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu dengan penggunaan panas, dengan cairan non reaktif, dan cairan reaktif. a. Penggunaan panas. Metode ini meliputi pelepasan air dari bahanbahan hidrat dalam formulasi pada suhu tinggi membentuk massa yang dapat dibentuk. Proses ini sulit untuk dikontrol agar mendapatkan hasil yang reprodusibel (Mohrle, 1980). Pengulangan pengadukan diperlukan untuk menghasilkan keseragaman komponen dalam formulasi (Lindberg, et al., 1992). b. Dengan cairan nonreaktif. Metode ini lebih sering digunakan dan memiliki cara yang sama dengan granulasi pada granul konvensional. Cairan granulasi secara perlahan-lahan ditambahkan dalam campuran komponen formula hingga cairan granulasi terdistribusi merata. Bahan pengikat larut alkohol seperti PVP dilarutkan ke dalam cairan granulasi kemudian ditambahkan ke dalam campuran komponen. Massa yang terbentuk dikeringkan ke dalam oven. Setelah granul kering kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran partikel yang diperlukan dan dapat langsung ditablet (Mohrle, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
c. Dengan cairan reaktif. Cairan atau pelarut yang sering digunakan dalam metode ini adalah air. Proses ini sulit dikendalikan saat massa granul
yang
terbentuk
harus
dengan
cepat
dikeringkan
guna
menghentikan reaksi effervescent yang terjadi (Mohrle, 1980). 2. Metode granulasi kering Granulasi dengan metode slugging atau dengan mengkompresi masa tablet yang berukuran besar menggunakan heavy-duty mesin atau roller compactor cocok digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat diproses secara granulasi basah. Slug dan bahan dari roller compactor akan mengalami pengurangan ukuran. Bahan pelicin sangat diperlukan selama proses slugging, komponen asam dan basa dapat digranulasi secara terpisah ataupun secara bersama-sama (Lindberg, et al., 1992).
H. Uji Sifat Fisik Granul 1. Sifat alir Sifat alir bahan dihasilkan dari beberapa gaya, antara lain gaya gesekan, tegangan permukaan, mekanik, elektrostatik, dan Van der Waals. Pengujian sifat alir dengan metode langsung adalah mengukur kecepatan alir. Menurut Guyot, granul sebanyak 100 gram dengan waktu alir lebih dari 10 detik atau dengan kecepatan alir kurang dari 10 gram/detik akan mengalami kesulitan dalam packing dan dalam proses pentabletan, jika granul hendak dicetak dengan mesin pembuat tablet (Cit., Fudholi, 1983).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
2. Kandungan lembab Kandungan lembab dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan padat. Keseimbangan kandungan lembab dapat mempengaruhi aliran dan karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat (Lachman dan Liebermann, 1989). Kandungan lembab granul effervescent perlu diketahui untuk melihat apakah ada reaksi effervescent yang prematur sehingga dapat mengakibatkan jumlah gas karbondioksida yang dihasilkan berkurang sehingga berpengaruh terhadap kenyamanan orang yang mengkonsumsi sediaan granul effervescent. Menurut Dash (2000), persyaratan kandungan lembab untuk granul effervescent antara 0,4%-0,7% dan mudah larut dalam air. 3. Waktu larut Menurut Wehling and Fred (2004), granul effervescent yang baik diharapkan larut dalam waktu kurang dari 2,5 menit (< 150 detik) menggunakan 200 ml air membentuk larutan jernih, dengan kata lain residu yang tidak larut harus seminimal mungkin.
I. Bahan-Bahan Pembuatan Granul Effervescent Pemilihan bahan dalam pembuatan granul effervescent lebih rumit dibandingkan dengan bahan dalam pembuatan granul konvensional. Hal ini terkait dengan kandungan lembab. Sumber asam dan sumber karbonat dalam granul effervescent dengan adanya air akan bereaksi membebaskan CO2, hal ini akan menyebabkan granul hancur. Reaksi ini dapat berlangsung dengan adanya sejumlah kecil air yang terikat atau diserap oleh bahan penyusun granul. Jika hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
ini terjadi setelah pembuatan granul, akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, bahan penyusun granul dipilih dalam bentuk anhidrat yang sedikit atau tidak menyerap lembab atau bentuk hidrat (mengikat air dalam molekulnya) yang stabil dianjurkan untuk dipakai. Kelarutan bahan merupakan sifat lain yang penting dalam pembuatan granul effervescent. Jika bahan tidak larut, maka reaksi effervescent tidak akan terjadi dan granul tidak akan larut secara cepat (Mohrle, 1980). 1. Sumber karbonat Sumber
karbonat
digunakan
sebagai
sumber
timbulnya
gas
karbondioksida pada produk effervescent. Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam produk effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium karbonat (Na2CO3) (Mohrle, 1980). 2. Sumber asam Dalam pembuatan sediaan effervescent pada umumnya diolah dengan kombinasi dua jenis sumber asam, mengingat penggunaan asam tunggal dalam sediaan effervescent akan menimbulkan kesukaran, yaitu akan menghasilkan granul yang menggumpal (Ansel, 1989). Menurut Mohrle (1980) asam yang dibutuhkan dalam reaksi effervescent berasal dari 3 jenis sumber asam yaitu food acid (soda kue), asam anhidrat, dan garam-garam asam. Sumber asam yang paling sering digunakan adalah dari jenis food acid. Yang termasuk food acid antara lain asam tartrat, asam sitrat, asam suksinat, asam malat dan asam fumarat. Bentuk anhidrat dari food acid dapat digunakan dalam produk effervescent. Ketika dicampur dengan air, asam anhidrat akan terhidrolisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
menjadi bentuk asamnya, yang kemudian dapat bereaksi dengan sumber karbonat untuk menghasilkan reaksi effervescent (Mohrle, 1980). 3. Bahan pengisi Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan bahan pengisi, untuk memungkinkan suatu pengempaan. Bahan pengisi ini menjamin granul memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994). Pengisi juga dapat ditambah karena alasan yang lain yaitu untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung jika ingin dibuat menjadi tablet atau untuk memacu aliran (Banker and Anderson, 1986). 4. Bahan pengikat Bahan pengikat yaitu bahan yang dapat membantu untuk mengikat bahan-bahan lain menjadi satu biasanya digunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul. Kebanyakan bahan pengikat yang digunakan sama untuk pembuatan tablet maupun granul. Penggunaan bahan pengikat pada granul effervescent dibatasi karena dapat menimbulkan reaksi karbonasi. Bahan pengikat seperti gom selulosa, gelatin dan pasta tidak banyak digunakan karena larutnya lama dan meninggalkan residu. Pengikat kering seperti laktosa, dekstrosa dan manitol sering digunakan tetapi tidak efektif pada konsentrasi rendah. Sifat bahan pengikat yang digunakan untuk granul effervescent adalah memiliki kelarutan yang baik dalam air (water soluble), contohnya adalah polyvinylpyrrolidone atau polyvinylpyrrolidone-poly (vinyl acetate)-copolymer (Lindberg, et al., 1992). Polyvinylpyrolydone (PVP) merupakan bahan pengikat yang paling efektif untuk granul effervescent (Mohrle,1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
5. Bahan tambahan Dalam tablet effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis dan pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa tablet. Tetapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahan tersebut harus mudah larut dalam air agar tidak meninggalkan residu (Mohrle, 1980).
J. Pemerian Bahan 1. Natrium bikarbonat anhidrat Natrium bikarbonat merupakan
sumber utama penghasil karbon
dioksida pada sistem effervescent. Bersifat mudah larut dalam air, tidak higroskopis, murah, jumlahnya banyak, dan dalam perdagangan terdapat dalam lima tingkatan berdasarkan ukuran partikelnya dari yang berbentuk serbuk halus sampai dengan bentuk granul yang free-flowing. Penggunaan yang lain yaitu sebagai antasida ataupun sebagai salah satu komponen dalam produk antasida. Dalam produksi makanan digunakan sebagai baking soda. Merupakan basa natrium yang paling ringan, memiliki pH 8,3 pada larutan berair dengan konsentrasi 0,85%. Reaksi natrium bikarbonat dengan asam dapat menghasilkan 52% karbon dioksida (Mohrle, 1980). Natrium bikarbonat berupa serbuk hablur putih, stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai. Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang kuat atau dipanaskan. Larut dalam air, tidak larut dalam etanol (Anonim, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
2. Asam tartrat anhidrat Asam tartrat merupakan sumber asam yang selalu digunakan dalam pembuatan produk effervescent karena mudah didapatkan di pasaran, lebih mudah larut dibandingkan asam sitrat, dan juga lebih higroskopis dibandingkan asam sitrat. Kekuatan asamnya sama dengan asam sitrat (Mohrle, 1980). Asam tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5% C4H6O6. Berat molekul dari asam tartrat adalah 150,9. Asam berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur halus sampai granul, aroma tidak berbau, rasa asam, dan stabil di udara. Kelarutan sangat mudah larut air dan mudah larut etanol (Anonim, 1995). 3. Asam fumarat anhidrat Kekuatan asam dari asam fumarat sama kuat dengan asam sitrat, hanya saja asam fumarat jarang digunakan dalam pembuatan produk effervescent karena kelarutannya yang rendah dalam air. Asam fumarat bersifat tidak higroskopis dibandingkan sumber asam lain. Kelarutan asam fumarat dapat meningkat jika ditambahkan 0,3% dioctyl sodium sulfosuccinate (Mohrle, 1980). Asam fumarat
berwarna putih, berbau atau sedikit berbau, serbuk
kristal, kelarutan dalam air 4,5 g/L, dalam etanol (100%) sebesar 36 g/L pada suhu 20°C (Lindberg, et al., 1992). 4. Laktosa Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu, dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul hidrat. Laktosa berupa serbuk atau masa hablur, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
menyerap bau. Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klorofom dan dalam eter (Anonim, 1995). 5. Polivinilpirolidon (PVP) PVP adalah bahan pengikat yang efektif dalam pembuatan granul effervescent. Bahan ini biasa ditambahkan pada serbuk untuk digranulasi basah yang kemudian dibasahkan dengan cairan penggranul. Penambahan air harus sangat hati-hati dan dikontrol untuk mencegah terjadinya reaksi effervescent dini (Mohrle, 1980). Polivinilpirolidon (PVP) merupakan polimerisasi dari 1-vinilpirolid-2on. Bentuknya berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau dan higroskopis. PVP mudah larut dalam air, etanol (95%), dan dalam kloroform P. Kelarutan tergantung dari bobot rata-rata dan tidak larut dalam ester P (Anonim, 1995). 6. Aspartam Aspartam merupakan pemanis yang kekuatannya dua ratus kali lebih manis dibandingkan sukrosa dan penggunaannya sangat luas di masyarakat. Stabil ketika kering, tetapi dapat terhidrolisis pada saat ada lembab. Dapat terdegradasi selama pemanasan, menggunakan suhu yang tinggi dalam jangka waktu pendek, diikuti oleh pendinginan yang cepat dapat memperkecil kemungkinan aspartam terdegradasi. Aspartam dapat digunakan bersama-sama dengan sakarin, sukrosa, glukosa dan siklamat, rasanya dapat ditingkatkan jika digunakan dengan natrium bikarbonat, garam-garam glukosa, dan laktosa. Tidak menimbulkan rasa pahit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
setelah dimakan, akan tetapi stabilitasnya tergantung pada pH dan suhu. Stabil pada pH antara 3,4-5 dan pada suhu pendingin (Allen, 2002). Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, penggunaan aspartam
masih
diperbolehkan
tetapi
wajib
mencantumkan
peringatan
fenilketonuria: mengandung fenilalanin, yang ditulis dan terlihat jelas pada label makanan atau minuman atau sediaan lain yang menggunakan pemanis buatan aspartam (Anonim, 2004). Menurut PerMenKes RI No: 208/Men.Kes/PER/IV/85 tentang Pemanis Buatan, ADI (Acceptable Daily Intake) atau penggunaan aspartam yang diperbolehkan dalam 1 hari adalah
0-40 mg/kg BB (Anonim,
1985). Sejak tahun 1980, WHO dan FDA menyarankan penggunaan aspartam (dibandingkan sakarin dan siklamat) sebagai pengganti sukrosa bagi yang diet kalori (penderita diabetes), dan aspartam tidak menyebabkan kanker (Muchtaridi, 2006).
K. Desain Faktorial Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan (Bolton, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor), yaitu (1) A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi. Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990). Rancangan percobaannya termuat dalam tabel sebagai berikut: Tabel I. Notasi formula desain faktorial
Formula
Faktor A
Faktor B
Interaksi
1
-
-
+
a b ab
+ +
+ +
+
Besarnya interaksi dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata respon pada level maksimum dengan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1990). Konsep dari perhitungan efek adalah sebagai berikut: Efek A
=
{ab + a} − {b + 1} 2
Efek B
=
{ab + b} − {a + 1} 2
Interaksi A dan B
=
{1 + ab} − {a + b} 2
Menurut Bolton (1990), adanya interaksi dapat juga diketahui dengan cara membuat grafik hubungan respon dan level faktor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antar eksipien dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis tidak sejajar atau berpotongan, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12 (A)(B) Y
= respon hasil atau sifat yang diamati
(A),(B)
= level bagian A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1
b0,b1,b2,b12
= koefisien, dapat dihitung dari hail percobaan
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan, metode ini memiliki efisiensi yang maksimal untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utamanya bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis dalam arti mampu mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti 2 efek faktor secara terpisah (Muth, 1999).
L. Landasan Teori
Temulawak merupakan salah satu tanaman berkhasiat yang terdapat di Indonesia. Khasiat temulawak untuk mengobati berbagai macam penyakit mengakibatkan munculnya berbagai jenis sediaan obat yang mengandung temulawak utamanya kurkumin. Kurkumin pada temulawak berkisar antara 1,6-2,2%. Ekstrak rimpang temulawak yang digunakan diperoleh dengan metode maserasi. Keunggulan metode maserasi dibandingkan metode ekstraksi yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
adalah lebih mudah dalam pengoperasiannya sehingga tidak membutuhkan suatu keahlian khusus, lebih murah karena tidak memerlukan peralatan yang khusus dan dapat menghemat waktu. Bentuk granul effervescent dari temulawak memiliki beberapa keuntungan yaitu menghasilkan gas CO2 yang memberikan sensasi menyegarkan saat digunakan serta dapat menutupi rasa pahit dan pedas dari temulawak sehingga bentuk sediaan ini menjadi satu pilihan untuk meningkatkan minat konsumen. Kerugian dalam granul effervescent ialah kesulitan untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia karena sistem effervescent tidak stabil dengan adanya lembab. Keberadaan lembab akan menghasilkan reaksi asam dan basa yang terlalu awal sehingga terjadi reaksi effervescent prematur. Untuk mengurangi keberadaan lembab maka semua pekerjaan untuk pembuatan granul effervescent termasuk uji sifat fisik granul dilakukan di dalam ruangan dengan kelembaban relatif maksimal 25% pada suhu ruangan 25°C. Metode yang digunakan dalam pembuatan granul effervescent adalah metode granulasi basah dengan penambahan cairan non reaktif. Keuntungan dari granulasi dengan cairan non reaktif adalah tidak semua bahan dalam formula perlu kontak dengan cairan penggranul atau panas pada proses pengeringan. Namun metode ini masih memerlukan beberapa proses setelah granul dikeringkan sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang cukup rumit. Selain itu uap dari cairan penggranul, biasanya etanol atau isopropanol, seringkali berbahaya sehingga harus dihilangkan dan dikumpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak diperlukan bahan-bahan yang dapat menghasilkan reaksi effervescent. Natrium bikarbonat dan asam tartrat-asam fumarat dipilih sebagai sumber basa dan sumber asam karena diharapkan campuran antara basa dan asam ini jika bereaksi dengan adanya air akan menghasilkan gas CO2 sebagai hasil reaksi effervescent. Gas CO2 ini yang kemudian berfungsi sebagai penghancur dalam granul effervescent. Campuran asam lebih dipilih dibandingkan dengan menggunakan asam tunggal karena pada penggunaan asam tunggal dalam sediaan effervescent akan menimbulkan kesukaran, yaitu akan menghasilkan granul yang menggumpal sehingga akan mempengaruhi kualitas granul effervescent yang dihasilkan. Asam tartrat bersifat higroskopis, mudah larut dalam air, kekuatan asamnya cukup baik. Dengan sifat asam tartrat yang sangat higroskopis akan menyulitkan dalam pembuatan granul effervescent, sehingga asam tartrat kemudian dikombinasikan dengan asam fumarat yang bersifat kurang higroskopis dibandingkan sumber asam yang lain sehingga jumlah lembab yang masuk ke dalam bahan dapat dikurangi. Untuk bagian basa dipilih natrium bikarbonat karena memiliki sifat mudah larut dalam air serta dapat menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar yaitu sebanyak 52% dibandingkan dengan sumber basa yang lain. Metode desain faktorial digunakan untuk menentukan contour plot sifat fisik tablet dengan rumus Y = b0 +b1(A) + b2(B) + b12(A)(B). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui komposisi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat tertentu untuk menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dengan sifat fisik yang dikehendaki, selain itu dengan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
desain faktorial dapat juga dicari eksipien yang mempunyai pengaruh dominan terhadap sifat fisik granul effervescent serta ada tidaknya interaksi antar eksipien yang mempengaruhi sifat fisik granul effervescent yaitu kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul.
M. Hipotesis
1. Diduga antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat serta interaksinya ada yang merupakan faktor dominan yang menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. 2. Diduga dapat ditemukan area optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat pada komposisi tertentu untuk menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dengan sifat-sifat fisik yang dikehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian menggunakan desain faktorial.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas : 1). Level tinggi dan level rendah natrium bikarbonat yaitu: i. Level tinggi
: 900 mg
ii. Level rendah
: 563 mg
2). Level tinggi dan level rendah campuran asam tartrat-asam fumarat yaitu, level tinggi : 800 mg (496 mg asam tartrat dan 304 mg asam fumarat) dan level rendah : 500 mg (310 mg asam tartrat dan 190 mg asam fumarat). b. Variabel tergantung. Sifat fisik granul yaitu: kecepatan alir, waktu larut granul, dan kandungan lembab granul. c. Variabel pengacau terkendali. Sifat fisik ekstrak, kadar ekstrak rimpang temulawak, suhu, lama pengeringan, dan kelembaban ruangan penelitian.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
2. Definisi operasional a. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak adalah sediaan padat dalam bentuk granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebagai bahan obat dengan kombinasi sumber basa (natrium bikarbonat) dan sumber asam (asam tartratasam fumarat) sebagai eksipien, bila ditambah dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan buih. b. Ekstrak rimpang temulawak adalah ekstrak yang diperoleh dari maserasi serbuk rimpang temulawak dalam pelarut etanol 96%, yang kemudian dipurifikasi dengan heksan dan diuapkan pada suhu 50-60o C sampai 1/9 berat serbuk kering rimpang temulawak yang digunakan. c. Eksipien adalah bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. d. Komposisi sumber basa dan asam adalah banyaknya natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang digunakan dalam formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak, dapat dinyatakan dalam level rendah sampai level tinggi. e. Faktor adalah besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon (Voigt, 1994). Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu natrium bikarbonat sebagai faktor pertama dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai faktor kedua. f. Level adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya (Bolton, 1990). Nilainya dinyatakan secara numerik, dalam penelitian ini ada 2 level, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
level rendah natrium bikarbonat sebesar 563 mg dan level tinggi sebesar 900 mg. Level rendah dengan notasi untuk campuran asam tartrat-asam fumarat dinyatakan dalam jumlah bahan 500 mg dan level tinggi dengan notasi sebesar 800 mg. g. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dari faktor (Bolton, 1990). Dalam penelitian ini terdapat 3 efek yaitu efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat. h. Interaksi adalah peristiwa berubahnya hasil pengaruh suatu faktor karena keberadaan faktor lain. Nilainya dapat ditentukan oleh perhitungan efek ratarata atau dapat diamati dengan terjadinya perpotongan garis atau dua garis yang tidak pararel pada grafik hubungan respon-natrium bikarbonat dan grafik hubungan respon-campuran asam tartrat-asam fumarat. i. Kecepatan alir adalah kecepatan granul effervescent dengan bobot 100 gram untuk mengalir melewati hopper. Kandungan lembab adalah jumlah lembab yang terdapat dalam granul effervescent. Waktu larut adalah waktu yang dibutuhkan granul effervescent untuk larut atau meninggalkan residu tidak larut seminimal mungkin dalam 200 ml air dengan pengadukan ringan sebanyak 20 kali. j.
Formula optimum adalah formula yang memiliki komposisi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam jumlah tertentu sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak yang menghasilkan sifat fisik granul yang memenuhi persyaratan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
kecepatan alir granul lebih dari 10 gram/detik, kandungan lembab granul antara 0,4% - 0,7%, dan waktu larut granul dengan waktu kurang dari 2,5 menit (< 150 detik). k. Contour plot : grafik yang memuat nilai respon sifat fisik granul effervescent berdasarkan pada persamaan desain faktorial. l. Contor plot super imposed : gabungan dari masing-masing contour plot sifat fisik granul effervescent yang digunakan untuk menentukan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat.
C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian Serbuk rimpang temulawak, etanol 96% (kualitas teknis), etanol 96% (kualitas pro analisis, E.Merck), aquadest, toluen (kualitas teknis), chloroform (kualitas pro analisis, E.Merck), kurkumin baku (hasil sintesis Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta), TLC Aluminium sheets precoated silica gel 60 F254 (20x20 cm) dan tebal 0,2 mm (E.Merck), asam tartrat (kualitas farmasetis, Brataco), asam fumarat (kualitas farmasetis, Brataco), natrium bikarbonat (kualitas farmasetis, Brataco), laktosa (kualitas farmasetis, Brataco), aspartam (kualitas farmasetis, Brataco), PVP (kualitas farmasetis, Brataco). 2. Alat penelitian Alat-alat gelas (Pyrex), neraca analitik (Metler Toledo 603002), stopwatch (Alba), termometer (Celcius), waterbath (Memmert), bejana stainless, pengayak granul (Laboratory Sieve Mesh 12, 16, 30, 40), oven (Memmert),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
viscosimeter (Type Stromer), alat pengukur waktu alir granul (Modifikasi Laboratorium Teknologi Sediaan Padat), stopwatch (Alba), dual wavelength chromatoscanner (Shimadzu CS-930) digabungkan dengan data recorder (Shimadzu DR-2), direct reading microbalance (Shimadzu Type LM-20), pipet volume 0,2-2µl (Gilson P2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
D. Skema Kerja Penelitian Pengumpulan dan determinasi rimpang temulawak
Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk Pembuatan ekstrak rimpang temulawak dengan proses maserasi menggunakan pelarut etanol 96 %
-
Standarisasi ekstrak rimpang temulawak: uji organoleptis - uji kandungan lembab uji daya lekat - uji kualitatif ekstrak uji viskositas - uji kuantitatif ekstrak
Pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak granul asam
granul basa
Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak: - uji kecepatan alir - uji waktu larut - uji kandungan lembab
Penentuan profil sifat fisik granul dengan metode desain faktorial
Penentuan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam contour plot super imposed Kesimpulan Gambar 2. Skema kerja penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman temulawak Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menurut buku acuan Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Dalimartha, 2000) untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
Curcuma
xanthorrhiza Roxb. 2. Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk rimpang temulawak Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berumur ± 2 tahun sebanyak 200 kg diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo. Rimpang dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan rimpang temulawak dari kemungkinan adanya campuran rimpang lain atau dari bagian tanaman lain. Rimpang dikupas kulitnya lalu diiris tipis-tipis dengan ketebalan ± 3 mm. Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam, untuk menyempurnakan pengeringan maka dilakukan pengeringan dengan oven sebelum simplisia diserbuk, menggunakan suhu 50oC sampai simplisia kering ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Setelah simplisia kering, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan kemungkinan pengotor yang masih tertinggal dan simplisia yang rusak. Setelah simplisia cukup kering ditandai dengan mudah patah/hancur saat diremas, simplisia tersebut diserbuk dengan menggunakan mesin penyerbuk. Selanjutnya diayak dengan pengayak no 8/24 (Anonim, 1986). Serbuk yang diperoleh kemudian ditempatkan dalam wadah plastik yang diluarnya ditutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
dengan kertas aluminium foil agar cahaya tidak dapat tembus, serta diberi silica gel sebagai pengawet. 3. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak Perbandingan pelarut dan serbuk yang digunakan adalah 1 bagian serbuk dengan 5 bagian pelarut (Voigt, 1994), menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk yang ditimbang sebanyak 12 kg dilarutkan dengan 60 liter pelarut, lalu dimaserasi selama 4 hari (Ansel, 1989).
Setelah 4 hari maserat disaring dengan
menggunakan kain penyaring tambahkan etanol pada ekstrak ad 200 ml kemudian didiamkan selama 2 hari lalu didekantasi sehingga diperoleh cairan ekstrak yang terpisah dari endapan hasil pendiaman. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipurifikasi atau pemurnian ekstrak temulawak dengan metode ekstraksi pelarut menggunakan pelarut heksan. Perbandingan untuk proses purifikasi adalah 1 bagian ekstrak cair dengan 1 bagian heksan diamkan selama 10 menit untuk memaksimalkan pemisahan. Bagian ekstrak (bagian bawah pada corong pisah) diambil lalu diuapkan di atas waterbath pada suhu 50-60oC sampai 1/9 bagian berat serbuk temulawak kering (±1,33 kg), ekstrak yang diperoleh kemudian ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat. 4. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak a. Pemeriksaaan organoleptis. Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, rasa, dan konsistensi ekstrak. b. Uji daya lekat. Uji ini dilakukan menggunakan dua buah gelas objek. Gelas objek ditandai seluas 2,5 x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakkan di titik tengah luasan tersebut, kemudian ditutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
dengan gelas objek yang lain dan ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Kedua objek gelas yang saling berlekatan itu dipasang pada alat uji dengan beban 80 gram. Dicatat waktu yang diperoleh sampai terpisahnya kedua objek gelas tersebut (Voigt, 1994). c. Uji viskositas. Uji ini menggunakan viscotester. Ekstrak dimasukkan ke dalam bejana stainless steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi ekstrak. Rotor dipasang pada alat uji dan diatur sehingga rotor tercelup dalam ekstrak dan alat uji dihidupkan. Dicatat skala yang ditunjukkan oleh jarum sesuai nomor rotor yang dipakai (Voigt, 1994). d. Uji kandungan lembab. Uji ini menggunakan metode gravimetri, ekstrak rimpang temulawak ditimbang seberat 10 g, dikeringkan dalam oven pada suhu 105º C selama 5 jam. Setiap 60 menit ekstrak rimpang temulawak ditimbang hingga mencapai bobot konstan yakni sampai perbedaan kadar air antara dua penimbangan berturut – turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995). Berikut rumus kadar air menurut Voigt (!994) :
MC =
Bobot ekstrak awal − Bobot ekstrak akhir x 100% Bobot ekstrak akhir
e. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak. Uji ini dilakukan dengan menimbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak secara seksama kemudian larutkan dalam etanol sampai volume 5,0 ml, ditotolkan sebanyak 1µl pada lempeng silica gel 60 F254 kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi fase gerak. Setelah dikembangkan segera keluarkan lempeng silica gel, dikeringkan kemudian dideteksi dengan UV 254 nm dan UV 365 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Fase diam
: Lempeng silica gel 60 F254
Fase gerak
: Kloroform : etanol : air suling (25 : 0,96 : 0,04)
Pendeteksi
: Sinar UV 254 nm dan UV 365 nm
Sampel
: Ekstrak rimpang temulawak
Baku
: Kurkumin hasil sintesis Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada Yogyakarta. Jarak pengembangan yang digunakan adalah 6,5 cm. (Martono, 1996). Ukur nilai Rf dari sampel kemudian dibandingkan dengan nilai Rf baku.
Rf =
jarak rambatan bercak (cm) jarak pengembangan ( cm)
f. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak. 1). Pembuatan kurva baku, penetapan recovery dan koefisien variasi (CV) Timbang kurkumin sintesis lebih kurang 25,0 mg secara seksama, larutkan dalam etanol ad 25,0 ml (larutan induk = 1,0 g/l). Buat pengenceran larutan induk dengan etanol hingga diperoleh seri larutan baku (masing-masing 4 kali) yang mengandung kurkumin 0,12; 0,14; 0,18; 0,23; dan 0,35 μg/μl dengan volume pengambilan sebanyak 1,2 ml; 1,4 ml; 1,8 ml; 2,3 ml; dan 3,5 ml ad etanol sampai 10,0 ml. Semua larutan baku harus terlindung dari cahaya. Larutan ditotolkan sebanyak 1μl pada lempeng silica-gel 60 F254 kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan campuran kloroform : etanol : aquadest (25:0,96:0,04). Pengembangan dilakukan setinggi 6,5 cm, segera dikeringkan dan secepatnya discanning dengan densitometer pada λ 420 nm. Kemudian dipilih salah satu dari 4 seri larutan baku untuk digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
sebagai kurva baku. Selanjutnya dihitung nilai perolehan kembali dan koefisien variasinya dari 3 seri larutan baku yang lain. 2). Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak Timbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak temulawak secara seksama kemudian larutkan dalam 5,0 ml etanol. Ulangi sebanyak 6 kali, lakukan pemisahan secara kromatografi lapis tipis diikuti scanning densitometri seperti pada larutan baku. Kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak dihitung berdasarkan kromatogram yang memiliki Rf sama dengan Rf kurkumin baku menggunakan persamaan regresi linier dari kurkumin baku. Selanjutnya dihitung kadar rata-rata dan standar deviasinya (SD) (Martono, 1996) 5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak Khasiat yang diharapkan dalam sediaan granul effervescent ekstrak temulawak ini adalah sebagai penciutan volume kandung empedu. Dosis kurkumin sebagai penciutan volume kandung empedu untuk 1 kali minum adalah sebesar 20 mg (Lelo, Rasyid, Zain, 1998). Perhitungan dosis kurkumin berdasarkan kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak yang ditetapkan secara KLT-Densitometri. Dosis ekstrak temulawak dihitung sebagai dosis kurkumin dalam ekstrak. 6. Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat Pada penelitian ini metode granulasi yang digunakan adalah metode granulasi basah. Bahan aktif yang digunakan adalah ekstrak temulawak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
dosis 327 mg (sekali minum) dengan asam tartrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Formula optimum diperoleh berdasarkan penelitian Chrystyani (2005), yang berjudul Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Secara Granulasi Basah Aplikasi Desain Faktorial, didapatkan perbandingan optimum untuk asam tartrat : asam fumarat = 425: 260. Jumlah asam yang digunakan untuk pembuatan sediaan effervescent berkisar antara 25%-40% (Wehling and Fred, 2004). Asam sejumlah 25% merupakan asam level rendah dan 40% sebagai asam level tinggi.
Jumlah asam level rendah yang digunakan = 500 mg - asam tartrat = 310 mg - asam fumarat=190 mg
Jumlah asam level tinggi yang digunakan = 800 mg - asam tartrat = 496 mg - asam fumarat= 304 mg Perhitungan level rendah dan level tinggi natrium bikarbonat yang
digunakan berdasarkan pada jumlah asam yang digunakan melalui perhitungan secara stokiometri. Jumlah total natrium bikarbonat level rendah= 563 mg Jumlah total natrium bikarbonat level tinggi = 900 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
7. Pembuatan granul effervescent Tabel II. Formula granul effervescent
Bahan
Formula 1 327 563 310 190 816 9 90 2304
a 327 900 310 190 816 9 90 2641
b 327 563 496 304 816 9 90 2604
ab 327 900 496 304 816 9 90 2941
Ekstrak temulawak (mg) NaHCO3 (mg) Asam tartrat (mg) Asam fumarat (mg) Laktosa (mg) Larutan PVP 3% (mg) Aspartam (mg) Bobot total granul tiap sajian (mg) Berikut tahapan granulasi effervescent (masing-masing formula dibuat untuk 100 sajian) dengan metode granulasi basah dengan cairan non reaktif: a. granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa. Granul asam dibuat dengan mencampur ekstrak temulawak, sumber asam (asam tartrat–asam fumarat), laktosa (616 mg), dan larutan PVP 3% sebagai cairan pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, laktosa (200 mg), aspartam, dan larutan PVP 3% sebagai pengikat. Adonan lembab tersebut kemudian diayak pada ayakan no. 12 hingga terbentuk massa granul, lalu granul dikeringkan. b. granul asam dan basa dikeringkan dalam oven dengan suhu 45oC selama 3 hari. Setelah kering, granul diayak dengan ayakan ukuran mesh no. 30/40. Granul diayak dengan ayakan yang derajat kehalusannya cukup untuk menghindari kemungkinan terjadinya penggumpalan (Ansel, 1989). Sebelum diuji sifat fisik nya granul asam dan basa dicampurkan terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
8. Uji kualitas granul effervescent a. Kecepatan alir. Granul ditimbang 100 gram kemudian dituang perlahan-lahan ke dalam corong pengukur lewat tepi corong, biarkan granul mengalir keluar. Waktu mengalirnya granul sampai granul berada di corong keluar semua dicatat dengan menggunakan stopwatch (Voigt,1994). b. Waktu larut. Sejumlah granul (sesuai bobot tiap formula) dilarutkan ke dalam 200 ml air. Dilakukan pengadukan sebanyak 20 kali dengan bantuan stopwatch dicatat waktu yang dibutuhkan oleh granul sampai terbentuk larutan dengan residu tidak larut seminimal mungkin. Menurut Wehling and Fred (2004), syarat waktu larut granul kurang dari 2,5 menit (< 150 detik). Untuk menyempurnakan kelarutan dan mempercepat terjadinya reaksi effervescent terkadang diperlukan suatu pengadukan yang ringan (Mohrle, 1980). c. Kandungan lembab granul. Pemantauan kandungan lembab granul dilakukan secara langsung menggunakan oven. Alat dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit. Ditimbang granul seberat 5 gram dimasukkan ke dalam alat untuk masing-masing formula dalam cawan petri yang tersedia yang sebelumnya sudah ditara (Ansel, 1989). Atur waktu pengeringan hingga bobot konstan yakni sampai perbedaan bobot antara dua penimbangan berturut–turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim,1995). Kandungan lembab granul =
bobot awal - bobot akhir x 100 % bobot akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
9. Penentuan efek Penentuan eksipien natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang dominan mempengaruhi sifat fisik granul menurut Bolton (1990) dapat dicari dengan menggunakan persamaan: Efek faktor = rata-rata respon level tinggi – rata-rata respon level rendah 10. Penentuan profil sifat fisik granul dan area optimum Respon untuk semua kombinasi dapat dihitung dengan persamaan: Y = b0 + b1 (A) + b2 (B) + b12 (AB) Y = respon hasil atau sifat yang diamati (A), (B) = level bagian A, bagian B, yang nilainya antara -1 sampai +1 b0,b1, b2, b12= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan (Bolton,1990)
F. Analisis Hasil Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara matematis menggunakan desain factorial. Dari persamaan didapatkan contour plot dari masing-masing sifat fisik granul. Dari masing-masing contour plot disatukan menjadi contour plot super imposed dan dapat ditentukan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat, terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Rimpang Temulawak Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat, harus dipastikan bahwa tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan herbal yang salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau keracunan. Oleh karena itulah perlu dilakukan determinasi terhadap tanaman yang akan digunakan untuk membuat sediaan obat. Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, dengan cara membuat herbarium basah dari rimpang temulawak kemudian disesuaikan dengan buku acuan “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia” (Dalimartha, 2000). Dari hasil determinasi dapat dipastikan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar tumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Serbuk Rimpang Temulawak Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berumur ± 2 tahun diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo, yang diambil pada bulan Oktober 2005. Rimpang temulawak yang digunakan sebanyak 200 kg kemudian rimpang dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang
masih melekat pada bahan simplisia. Selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
memisahkan rimpang temulawak dari kemungkinan adanya campuran rimpang lain atau dari bagian tanaman lain. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan airnya sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri dan zat aktif lainnya. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kandungan lembab dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Setelah simplisia kering, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan kemungkinan pengotor yang masih tertinggal dan simplisia yang rusak. Penyerbukan simplisia bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel rimpang temulawak. Ekstraksi akan dipermudah dengan pengecilan ukuran partikel. Waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi juga dipersingkat dengan menaikkan luas permukaan kontak antara pelarut dan zat padat karena jarak tembus oleh pelarut ke dalam zat padat diperkecil (Parrot, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
C. Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak Serbuk rimpang temulawak yang diperoleh dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96 % selama 4 hari. Sifat kurkumin yang kurang polar serta larut dalam etanol mendasari penggunaan etanol 96% sebagai cairan penyari. Diharapkan dengan menggunakan etanol 96% kurkumin dapat tersari secara optimum. Pemilihan metode maserasi dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lain karena metode maserasi dapat menyari bahan dalam jumlah besar sekaligus. Selain itu proses maserasi dapat untuk menstandarisasi ekstrak berdasarkan pada prinsip osmolalitas atau kelarutan jenuh. Dengan demikian diharapkan jumlah kurkumin yang tersari dapat ditentukan sehingga menjamin reprodusibilitas ekstrak yang dihasilkan. Ekstrak yang diperoleh didiamkan selama 2 hari dengan tujuan untuk mengendapkan amilum yang terdapat di dalam ekstrak sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni (Anonim, 2000). Amilum perlu dihilangkan karena keberadaan amilum dalam ekstrak akan mempengaruhi waktu larut granul effervescent yang dihasilkan. Selain itu dengan adanya amilum dalam ekstrak, maka amilum akan terikut saat menimbang ekstrak yang akan digunakan untuk membuat granul effervescent. Hal ini tentunya mengakibatkan dosis kurkumin yang digunakan menjadi tidak seragam. Untuk menghilangkan resin dan senyawa lain dalam ekstrak yang tidak dapat dipisahkan melalui pengendapan maka dilakukan proses purifikasi dengan menggunakan heksan dengan perbandingan 1 bagian ekstrak dipurifikasi dengan 1 bagian
heksan
dalam
corong
pisah.
Proses
selanjutnya
adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
menguapkan/memekatkan ekstrak cair sampai diperoleh ekstrak dengan berat 1/9 berat serbuk kering yang digunakan. Pemekatan berarti peningkatan jumlah parsial solut (senyawa terlarut) melalui proses penguapan pelarut sampai menjadi kondisi kering atau ekstraknya menjadi lebih kental (Anonim, 2000).
D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak Tabel III. Hasil uji sifat fisik ekstrak rimpang temulawak
Uji Daya lekat (detik) Kekentalan (d.Pas) Kandungan lembab (%)
X ±SD 0,34 ± 0,01 1,68 ± 0,06 32,88 ± 7,56
Keterangan: X = Rata-rata dari 6 kali replikasi SD = Standar Deviasi 1. Uji organoleptik Konsistensi
: cairan agak kental dan lengket
Bau
: khas aromatis
Warna
: coklat kehitaman
Rasa
: pahit
2. Uji daya lekat Uji daya lekat dilakukan untuk mengkarakterisasi sifat fisik ekstrak rimpang temulawak agar kualitas bahan yang digunakan seragam. Standarisasi terhadap daya lekat ekstrak kental rimpang temulawak dilakukan karena daya lekat dapat mempengaruhi daya ikat terhadap serbuk. Kelengketan ekstrak rimpang temulawak dalam formulasi dapat berperan sebagai bahan pengikat pada pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Daya lekat ekstrak diukur menggunakan parameter waktu lekat. Waktu lekat adalah waktu yang diperlukan untuk memisahkan 2 gelas objek yang telah dilekatkan dengan ekstrak rimpang temulawak. Semakin besar waktu lekat maka daya lekat semakin tinggi, dan kekentalan ekstrak semakin tinggi. Untuk uji daya lekat berat ekstrak yang digunakan adalah 50 mg, berat ini dibuat sama untuk tiap kali uji, dengan tujuan agar tidak terjadi variasi hasil akibat perbedaan berat. Berdasarkan data yang diperoleh seperti yang tertera pada tabel VI, hasil rata-rata uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak sebesar 0,34 ± 0,01 detik, dihitung dari rata-rata yang dibutuhkan untuk melepaskan gelas objek. 3. Uji viskositas Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan ekstrak yang diperoleh. Alat yang digunakan adalah viscotester tipe VT-04 dengan mekanisme kerja berdasarkan hambatan pemutaran rotor, semakin kental bahan yang diuji hambatan putar rotornya juga semakin besar sehingga rotor yang digunakan adalah rotor dengan nomor yang semakin besar. Pengujian viskositas ekstrak rimpang temulawak yang dihasilkan menggunakan rotor nomor 3, berdasarkan dari hasil uji (tabel VI) didapatkan viskositas ekstrak rimpang temulawak sebesar 1,68 ± 0,06 d.Pas. Kekentalan ekstrak utamanya berpengaruh terhadap formulasi sediaan granul effervescent, jika ekstrak yang digunakan terlalu kental maka akan menyulitkan dalam penuangan ekstrak dan pada saat dicampur dengan bahanbahan lain saat granulasi. Jika terlalu encer maka granul yang dihasilkan akan terlalu lembek. Viskositas menggambarkan kemampuan ekstrak untuk mengikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
bahan menjadi granul, sehingga kekentalan ekstrak secara tidak langsung berpengaruh terhadap waktu larut sediaan. 4. Uji kandungan lembab Sediaan dari bahan alam perlu diketahui kadar airnya untuk menjaga stabilitasnya dalam penyimpanan. Kadar air yang tinggi dalam suatu ekstrak dapat mengaktifkan enzim-enzim dalam bahan alam sehingga bahan tersebut tidak stabil dalam penyimpanan. Selain itu, keberadaan air didalam ekstrak yang terlalu tinggi dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi jamur, bakteri, dan mikroorganisme lainnya. Salah satu cara untuk menjaga stabilitas bahan alam adalah dengan cara menghilangkan air atau pelarut sampai kandungan lembab tertentu melalui proses pemanasan menggunakan suhu di atas 60ºC. Suhu ini mampu merusak enzim dalam bahan alam secara irreversible, sehingga mampu menjamin stabilitasnya (Voigt, 1994). Pengujian kandungan lembab disini bertujuan untuk menstandarisasi ekstrak rimpang temulawak yang digunakan. Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak dilakukan dengan cara menimbang berak ekstrak rimpang temulawak sebelum dan sesudah pemanasan 105oC sampai perbedaan bobot dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995). Tetapi pada ekstrak rimpang temulawak yang dihasilkan tidak dapat mencapai bobot konstan dan perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut tidak bisa mencapai 0,25%. Hal ini disebabkan karena pengaruh pemanasan yang terlalu tinggi mengakibatkan bahan organik terutama yang mengandung rantai karbon akan terurai menjadi H2O dan CO2 yang ikut menguap sehingga bobot ekstrak tidak pernah konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Oleh karena itu pemanasan dihentikan pada saat perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut mendekati 0,25% atau pada saat perbedaannya paling kecil. Berdasarkan hasil perhitungan (tabel VI) didapatkan kandungan lembab pada ekstrak rimpang temulawak sebesar 24,56 ± 4,01 %. 5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulawak
Rf Kurkumin baku
0,54
Bercak 1
0,54
Bercak 2
0,39
Visible kuning kuning kuning
Warna bercak UV 254 nm kuning kecoklatan kuning kecoklatan kuning kecoklatan
UV 365 nm putih kekuningan putih kekuningan putih kekuningan
Uji kualitatif kurkumin bertujuan untuk memastikan bahwa di dalam ekstrak rimpang temulawak terkandung senyawa kurkumin. Selain itu keberhasilan metode densitometri sangat dipengaruhi keberhasilan teknik pemisahan. Pemisahan dilakukan dengan KLT menggunakan fase gerak yang dapat memisahkan senyawa dari sampel yang ditotolkan sehingga dihasilkan bercak kurkumin yang utuh dan mempermudah dalam scanning. Pengukuran dilakukan terhadap bercak yang mempunyai warna dan harga Rf yang sama dengan kurkumin baku. Untuk dapat melihat bercak dengan jelas dan untuk memastikan bahwa bercak tersebut tunggal maka dilakukan deteksi dengan menggunakan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm. Berdasarkan hasil pengukuran (tabel VII) didapatkan nilai Rf untuk kurkumin baku sebesar 0,54 dengan warna kuning (visible), kuning kecoklatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
(UV 254 nm), dan putih kekuningan (UV 365 nm). Sedangkan pada sampel ditemukan 2 bercak yang diduga merupakan kurkumin serta turunannya yaitu demetoksikurkumin. Nilai Rf bercak 1 sebesar 0,54, dan nilai Rf bercak kedua sebesar 0,39 warna yang dihasilkan oleh kedua bercak tersebut sama dengan warna kurkumin baku, dari hasil Rf maka dapat disimpulkan bahwa bercak 1 adalah kurkumin karena nilai Rf nya sama dengan Rf kurkumin baku sedangkan bercak 2 diduga sebagai bercak demetoksikurkumin. Hasil uji kualitatif kurkumin ekstrak rimpang temulawak tersaji dalam gambar berikut:
B
B
B
X
X
X
B
B
B
Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
B
B
B
1
1
1
2
2
2
X
X
X
B
B B
Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm
Keterangan gambar KLT B = baku X = sampel 1 = bercak 1 (kurkumin) 2 = bercak 2 (demetoksikurkumin) Fase diam : silica gel 60 F254 nm Fase gerak : Kloroform : etanol : aquadest (25 : 0,96 : 0,04)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak a. Pembuatan kurva baku, penetapan recovery, dan koefisien variasi (CV) . Tabel V.Hubungan kadar kurkumin baku dengan AUC
Kadar kurkumin (µg/µl)
AUC (x 105)
0,12
0,27107
0,14
0,32107
0,18
0,50799
0,23
0,70440
0,35
1,20423
a = -0,2369 b = 4,1110 r = 0,9995
Hasil analisis hubungan antara kadar kurkumin vs kromatogram dengan persamaan regresi korelasi, diperoleh persamaan garis regresi untuk kurva baku Y = 4,1110X-0,2369 dengan nilai koefisien korelasi r = 0,9995. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kadar kurkumin dengan kromatogram karena nilai r > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). Kurva hubungan antara kadar kurkumin dengan AUC dapat digambarkan sebagai berikut:
Area Kromatogram x 105
1.3 1.1 0.9 0.7
Y = 4.1110X -0.2369
0.5 0.3 0.1 0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Kadar Kurkumin (µg/µl)
0.35
0.4
Gambar 4. Kurva baku hubungan antara kadar kurkumin dengan AUC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Tabel VI.Penetapan recovery dan nilai CV
Kadar (µg/µl) 0,12
Rata-rata Recovery (%) 98,67
CV (%) 0,34
0,14
101,38
0,35
0,18
99,65
1,62
0,23
99,48
0,74
0,35
100,94
0,96
Berdasarkan tabel VI menunjukkan bahwa metode analisis ini cukup valid dan dapat digunakan untuk analisis kadar kurkumin dalam suatu sampel. Hal ini didasarkan pada koefisien variasi kurang dari 2 %, nilai perolehan kembali masuk rentang 98-102 %, dan r > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). b. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak. Zat aktif yang berperan dalam temulawak adalah senyawa kurkumin. Untuk mengetahui berapa banyak ekstrak rimpang temulawak yang harus ditimbang, maka perlu untuk mengetahui kadar kurkumin yang terdapat dalam ekstrak yang
digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar kurkumin
dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 %.
E. Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak Berdasarkan hasil
KLT-Densitometri
didapatkan
kadar
rata-rata
kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 % (tabel VIII). Dosis kurkumin sebagai penciut volume kandung empedu untuk 1 x minum sebesar 20 mg (Lelo,A., Rasyid,A., Zain-Hamid,R., 1998). Sehingga berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah 327 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Studi formulasi suatu sediaan obat mempunyai cakupan yang cukup luas, meliputi pemilihan bahan-bahan obat baik bahan aktif sampai bahan tambahannya. Pada formulasi ini digunakan bahan baku berupa ekstrak rimpang temulawak dan bentuk sediaan yang dipilih adalah granul effervescent. Proses pembuatan granul effervescent memerlukan penanganan yang sangat hati-hati terutama untuk faktor lingkungannya (Lindberg, Engfors, and Ericsson, 1992). Proses pembuatan produk effervescent memerlukan batas maksimum lembab sebesar 25% pada suhu 25oC. Hal ini untuk menghindari pengaruh kelembaban terhadap reaksi asam basanya (Mohrle, 1980). Pembuatan granul effervescent perlu memperhatikan interaksi antara asam dan basa sehingga dalam pembuatannya dilakukan pemisahan antara granul asam dan granul basa. Tujuan melakukan pemisahan ini untuk meminimalkan terjadinya interaksi antara asam dan basa, karena kelembaban ruangan hanya berkisar 50-53 % dan suhu 25oC sehingga dikhawatirkan air dari lingkungan dapat masuk ke granul yang dapat mengakibatkan terjadinya reaksi effervescent dini. Masing-masing granul yang sudah kering diayak dengan pengayak no 30/40. Ukuran ini masih dikategorikan sebagai granul karena menurut Allen (2002), suatu sediaan masih merupakan granul effervescent jika granul tersebut berukuran dari 5 sampai 40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Tabel VII. Hasil uji sifat fisik granul
Uji granul
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
Kecepatan alir (gram/detik)
70,44 ± 2,83
57,63 ± 2,71
63,35 ± 2,03
67,04 ± 2,53
Waktu larut (detik)
129,66 ± 5,24
148,97 ± 4,94
146,54± 4,78
146,32± 3,54
Kandungan lembab (%)
0,81 ± 0,08
0,70 ± 0,06
0,60 ± 0,07
0,50 ± 0,06
Berdasarkan perhitungan desain faktorial sifat fisik granul, besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap sifat fisik granul adalah sebagai berikut : Tabel VIII.Efek natrium bikarbonat, campuran asam tartratasam fumarat, dan efek interaksi terhadap sifat fisik granul
Uji granul Kecepatan alir Waktu larut Kandungan lembab
Natrium bikarbonat
Campuran asam tartrat-asam fumarat
Interaksi
| -4,56 |
1,16
8,25
9,54
7,11
| -10,77 |
| - 0,11 |
| - 0,21 |
| 0,005 |
1.Kecepatan alir Pengukuran sifat alir granul pada penelitian ini dilakukan secara langsung yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
mengalir keluar dari corong pengukur waktu alir. Waktu alir untuk 100 gram granul sebaiknya tidak melebihi 10 detik, atau dengan kata lain kecepatan alir granul sebaiknya tidak kurang dari 10 gram/detik. Tabel VII di atas menunjukkan kecepatan alir granul untuk mengalir keluar dari corong pengukur waktu alir. Keempat formula dalam percobaan memiliki kecepatan alir yang memenuhi persyaratan, yaitu lebih dari 10 gram/detik. Sifat alir granul ini digunakan sebagai parameter baik atau tidaknya granul mengalir saat packaging dan saat akan dikempa jika ingin dibuat menjadi tablet. Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level eksipien terhadap kecepatan alir granul, dibuat grafik : Uji Kecepatan Alir Kecepatan Alir (g/dtk)
Kecepatan Alir (g/s)
Uji Kecepatan Alir 80 70 60 50 40 500
600
700
800
900
70 60 50 40 450
Natrium Bikarbonat (m g) LR camp.asam
80
550
650
750
850
Cam puran Asam Tartrat-Asam Fum arat (m g)
LT camp.asam
LR Basa
(a)
LT Basa
(b)
Gambar 5. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam tartrat-asam fumarat (b) terhadap kecepatan alir
Berdasarkan
gambar
5a
dapat
dilihat
bahwa
dengan
semakin
meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, kecepatan alir granul akan semakin menurun pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah dan kecepatan alir granul akan semakin meningkat pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Kurva kecepatan alir granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar – ׀0,04 ׀dibandingkan dengan kurva kecepatan alir granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kecepatan alir granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level tinggi. Berdasarkan gambar
5b
dapat
dilihat
bahwa
dengan
semakin
meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke level tinggi, kecepatan alir granul akan semakin menurun pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah dan kecepatan alir granul akan semakin meningkat pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Kurva kecepatan alir granul pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi lebih curam dengan nilai b sebesar 0,03 dibandingkan dengan kurva kecepatan alir granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah dengan nilai b sebesar ׀-0,02 ׀. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level tinggi lebih mempengaruhi perubahan kecepatan alir granul dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah. Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap kecepatan alir granul dapat dilihat dari perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa efek natrium bikarbonat sebesar | -4,56 | yang berperan dalam menurunkan kecepatan alir, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar 1,16 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
berperan dalam meningkatkan kecepatan alir, dan efek interaksi sebesar 8,25 yang berperan dalam meningkatkan kecepatan alir. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi kecepatan alir adalah efek interaksi karena efek interaksi menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan efek campuran asam asam tartrat-asam fumarat. Gambar 5a dan gambar 5b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar atau berpotongan, hal ini juga dapat memperlihatkan bahwa antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ada interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul. 2. Waktu larut Waktu larut granul effervescent menggambarkan cepat atau lambatnya granul effervescent larut dalam air. Proses larutnya granul effervescent diawali oleh penetrasi air ke dalam granul effervescent. Digunakannya bahan pengikat berupa PVP 3% yang bersifat hidrofilik akan mempermudah penetrasi air ke dalam granul sehingga granul effervescent mudah larut dalam air. Pengamatan waktu larut granul dilakukan dengan melarutkan sejumlah granul sesuai dengan formula ke dalam 200 ml air. Pada pengujian ini juga dilakukan pengadukan ringan sebanyak 20 kali untuk mempercepat terjadinya reaksi effervescent. Waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk larut dihitung dengan bantuan stopwatch dan dicatat sebagai waktu larut granul dalam air. Hasil pengamatan waktu larut granul dalam air dapat dilihat pada tabel VII. Menurut Wehling and Fred (2004), waktu larut granul sebaiknya kurang dari 2,5 menit (<150 detik). Tabel VII di atas menunjukkan waktu larut granul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
dalam air, dan dapat dilihat bahwa dari keempat formula di atas memiliki waktu larut granul yang memenuhi persyaratan, yaitu kurang dari 2,5 menit (<150 detik) Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level eksipien terhadap waktu larut granul, dibuat grafik : Uji Waktu Larut Granul
Uji Waktu Larut Granul Waktu Larut G ranul (detik)
Waktu Larut Granul (detik)
150 145 140 135 130 125 500
600 700 800 900 Natrium Bikarbonat (m g)
LR camp. asam
155 150 145 140 135 130 125 400 500 600 700 800 900 Campuran Asam Tartrat-Asam Fum arat (mg) LR Basa
LT camp.Asam
(a)
LT Basa
(b)
Gambar 6. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam tartrat-asam fumarat (b) terhadap waktu larut
Berdasarkan
gambar
6a
dapat
dilihat
bahwa
dengan
semakin
meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, waktu larut granul akan semakin lama pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah dan waktu larut granul akan semakin cepat pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi. Kurva perubahan waktu larut granul lebih curam pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah dengan nilai b sebesar 0,05 dibandingkan dengan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar
׀-0,01
׀.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih mempengaruhi perubahan waktu larut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi. Berdasarkan gambar
6b
dapat
dilihat
bahwa
dengan
semakin
meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke level tinggi, waktu larut granul akan semakin lama pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah dan waktu larut granul akan semakin cepat pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Kurva waktu larut granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar 0,06 dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level tinggi dengan nilai b sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan waktu larut granul dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap waktu larut granul dapat dilihat dari perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa efek natrium bikarbonat sebesar 9,54 yang berperan dalam meningkatkan waktu larut granul, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar 7,11 yang berperan dalam meningkatkan waktu larut granul, dan efek interaksi sebesar | -10,77 | yang berperan dalam menurunkan waktu larut granul. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi waktu larut granul adalah efek interaksi karena efek interaksi menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan efek campuran asam asam tartrat-asam fumarat. Gambar 6a dan gambar 6b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar, hal ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
dapat memperlihatkan bahwa antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat ada interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul. 3. Kandungan lembab Pengukuran kandungan lembab dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada granul kering. Kandungan lembab granul dapat mempengaruhi sifat alir granul, dan stabilitas granul selama penyimpanan. Kandungan lembab yang terlalu rendah akan menghasilkan granul yang sangat rapuh, sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi menyebabkan granul sulit mengalir dan tidak stabil dalam penyimpanan (Voigt, 1984). Tetapi untuk granul effervescent kandungan lembab yang rendah justru memberikan keuntungan. Karena dalam granul effervescent kandungan lembab yang cukup tinggi dapat mengakibatkan terjadi reaksi effervescent dini. Granul effervescent yang baik memiliki kandungan lembab 0,4%-0,7% (Dash, 2000). Pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini menggunakan oven. Proses pemanasan dilakukan pada suhu 105º C, sampai bobot granul konstan atau dalam penimbangan dua kali berturut-turut perbedaan kedua penimbangan tidak lebih dari 0,25%. Hasil pengukuran kandungan lembab granul dapat dilihat pada tabel VI. Dari hasil pengukuran tersebut hanya formula 1 yang kandungan lembabnya lebih dari 0,7%, sedangkan ketiga formula (a, b, dan ab) kandungan lembabnya berada pada range 0,4-0,7%. Untuk melihat hubungan level eksipien dan respon kandungan lembab granul, dibuat grafik sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Uji Kandungan Lem bab Granul Kandungan Lembab Granul (%)
Kandungan Lembab Granul (%)
Uji Kandungan Lem bab Granul 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 500
600 700 800 900 Natrium Bikarbonat (m g)
LR camp.Asam
LT camp.Asam
(a)
0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 450 550 650 750 850 Cam puran Asam Tartrat-Asam Fum arat (m g) LR Basa
LT Basa
(b)
Gambar 7. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam tartrat-asam fumarat (b) terhadap kandungan lembab
Berdasarkan gambar 7a dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, kandungan lembab granul akan semakin menurun baik pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah maupun pada level tinggi. Kurva kandungan lembab granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar
׀-3,4x10-4
׀
dibandingkan dengan kurva kandungan lembab granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar
׀-
3,1x10-4 ׀. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kandungan lembab granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi. Berdasarkan gambar 7b dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke level tinggi, kandungan lembab granul akan semakin menurun pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Kurva kandungan lembab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar 7,0x10-4 dibandingkan dengan kurva kandungan lembab granul pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi dengan nilai b sebesar 6,7x10-4. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kandungan lembab granul dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat pada level tinggi. Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap waktu larut granul dapat dilihat dari perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa efek natrium bikarbonat sebesar | - 0,11 | yang berperan dalam menurunkan kandungan lembab granul, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar | - 0,21 | yang berperan dalam menurunkan kandungan lembab granul, dan efek interaksi sebesar | 0,005 | yang berperan dalam meningkatkan kandungan lembab granul. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi kandungan lembab granul adalah efek campuran asam tartrat-asam fumarat karena menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan efek interaksi. Prinsip perhitungan kandungan lembab granul berdasarkan pada jumlah lembab yang dilepaskan oleh bahan-bahan dalam granul dalam hal ini natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat. Bentuk hidrat dan anhidrat berpengaruh terhadap jumlah air yang terikat pada bahan, oleh karena itu natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam fumarat yang digunakan adalah dalam bentuk anhidrat. Lembab yang terdapat dalam bahan tersebut diperkirakan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
kandungan lembab awal (sebelum formulasi) dari bahan-bahan tersebut. Kemungkinan kandungan lembab awal campuran asam tartrat-asam fumarat lebih kecil dibandingkan kandungan lembab awal dari natrium bikarbonat sehingga dalam pengujian kandungan lembab granul ini efek campuran asam tartrat-asam fumarat lebih dominan dalam menurunkan kandungan lembab granul.
H. Prediksi Formula Optimum Granul Granul effervescent sebelum dipasarkan harus melalui serangkaian uji kontrol kualitas untuk melihat apakah granul tersebut layak untuk dipasarkan atau tidak dan sudah memenuhi persyaratan sifat fisik yang baik. Uji sifat fisik granul yang sering dilakukan adalah kecepatan alir granul, waktu larut granul, dan kandungan lembab granul. Sifat fisik granul ini akan mempengaruhi kualitas granul yang diperoleh. Kecepatan alir granul yang memenuhi persyaratan adalah lebih dari 10 gram/detik. Kandungan lembab granul yang memenuhi persyaratan untuk granul effervescent adalah 0,4% - 0,7%. Untuk sediaan effervescent harus memenuhi waktu larut kurang dari 2,5 menit (< 150 detik). Dari hasil pengukuran sifat fisik granul yang meliputi kecepatan alir granul, waktu larut granul, dan kandungan lembab granul dibuat contour plot. Dari masing-masing contour plot hasil uji sifat fisik granul ditentukan area optimum dari masing-masing respon eksipien. Contour plot yang terbentuk kemudian digabungkan menjadi satu menjadi contour plot super imposed sifat fisik granul. Dari contour plot super imposed diprediksi area komposisi optimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
eksipien yang diprediksi sebagai formula optimum granul, terbatas pada level yang diteliti. Dari perhitungan respon dengan desain faktorial didapatkan contour plot yang dapat memperkirakan area optimum dari masing-masing kecepatan alir granul, waktu larut granul, kandungan lembab granul yang dikehendaki. Dari persamaan kecepatan alir granul Y = 149,5680 – 0,1196 (A) – 0,1155 (B) +1,632x10-4 (A)(B). Y adalah kecepatan alir granul (gram/detik) , (A) adalah level natrium bikarbonat, dan (B) adalah level campuran asam tartrat-asam fumarat. Berdasarkan persamaan kecepatan alir granul, didapatkan contour plot kecepatan alir granul sebagai berikut:
Gambar 8. Contour plot kecepatan alir granul
Dari contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum granul, terbatas pada level yang diteliti. Dari contour plot dapat dilihat bahwa dari keempat formula untuk setiap 100 gram granul memiliki kecepatan alir lebih dari 10 gram/detik, berarti granul effervescent yang diperoleh sudah memenuhi kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
mudah mengalir. Dapat diamati pada contour plot bahwa dari percobaan diperoleh area untuk kecepatan alir granul yang memenuhi persyaratan pada level yang diteliti. Kurva kecepatan alir yang terbentuk semua memenuhi persyaratan kecepatan alir granul, sehingga semua area yang berwarna biru diprediksi sebagai area kecepatan alir granul yang optimal. Dari persamaan desain faktorial respon waktu larut granul Y = 14,9267 + 0,1538 (A) + 0,1650 (B) –1,931x10-4 (A)(B). Y adalah waktu larut granul (detik), (A) adalah level natrium bikarbonat, dan (B) adalah level campuran asam tartratasam fumarat. Dari persamaan tersebut didapatkan contour plot waktu larut granul sebagai berikut:
Gambar 9. Contour plot waktu larut granul
Dari contour plot tersebut dapat ditentukan area optimum waktu larut granul yang dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh waktu larut yang memenuhi persyaratan untuk keempat formula yang diteliti yaitu kurang dari 2,5 menit (<150 detik). Berarti granul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
diperoleh telah memenuhi persyaratan sebagai sediaan effervescent yang baik. Dapat diamati dari contour plot yang terbentuk, bahwa dari perhitungan desain faktorial didapatkan area yang memenuhi persyaratan pada level yang diteliti. Area yang berwarna oranye dipilih sebagai area optimum untuk waktu larut granul yang dikehendaki. Persamaan desain faktorial dari respon kandungan lembab granul Y = 1,3817 – 3,850 x10-4 (A) –7,576 x 10-4(B) + 1,008 x10-7 (A)(B).Y adalah kandungan lembab granul (%), (A) adalah level natrium bikarbonat, dan (B) adalah level campuran asam tartrat-asam fumarat. Dari persamaan desain faktorial kandungan lembab granul dapat dibuat contour plot untuk kandungan lembab granul sebagai berikut:
Gambar 10. Contour plot kandungan lembab granul
Dari percobaan diperoleh granul dari formula 1 tidak memenuhi persyaratan kandungan lembab untuk granul effervescent yaitu 0,4% - 0,7%, sedangkan ketiga formula yang lain sudah memenuhi syarat. Dapat diamati dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
area yang memenuhi persyaratan pada level yang diteliti. Area yang berwarna hijau dipilih sebagai area optimum untuk waktu larut granul yang dikehendaki. Optimasi terhadap formula dilakukan untuk mendapatkan formula optimum granul effervescent terbatas pada level yang diteliti. Formula optimum granul effervescent dapat diperkirakan dengan cara menggabungkan contour plot dari seluruh uji sifat fisik granul effervescent yang dilakukan. Grafik pada area optimum dari masing-masing uji yang telah dipilih digabungkan menjadi satu dalam contour plot super imposed sebagai berikut:
Gambar 11. Contour plot super imposed
Melalui contour plot super imposed sifat fisik granul effervescent (Gambar 11), dapat diperkirakan area komposisi optimum eksipien untuk mendapatkan formula granul effervescent dengan respon sifat fisik granul effervescent yang dikehendaki dalam batas level bahan yang diteliti, yaitu pada area yang berwarna merah muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Campuran asam tartrat-asam fumarat diprediksi dominan dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent, sedangkan efek interaksi diprediksi dominan dalam menentukan kecepatan alir granul, dan waktu hancur granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. 2. Berdasarkan contour plot super imposed diperoleh area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat terbatas pada level yang diteliti.
B. Saran Perlu dikembangkan sediaan tablet effervescent berdasarkan komposisi optimum formula granul effervescent yang dihasilkan dari penelitian ini.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta. Allen, L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed, 99, American Pharmaceutical Association, Washington DC. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-9, 400, 782, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1985, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 722/ Men.Kes/PER/ IX/1988 tentang Pemanis Buatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1-6, 10-11, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6,53, 354, 400, 510, 601,782, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cet. Pertama, 8-11, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.5.1.4547, tentang Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, Available from: http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan, accessed on April, 20, 2006. Anonim,
2006, Product Information, Available http://www.caymanchem.com, accessed on January, 15, 2007.
from:
Ansel., H., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 214, 244-245, 249, 255, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Aulton, M. E., 2002, Pharmaceuticals the Science of Dosage Form Design, 2nd Edition, 307-312, 618-619, 662-666, ECBS, Philadelphia. Banker and Anderson, 1986, Tablet, in Lachman, L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, terjemahan Siti Suyatmi, Edisi 3, 647-677, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd Ed., 308-553, Marcell Dekker, Inc., New York. Chrystyani, N. B., 2005, Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, 182-186, Trubus Agriwidyo, Jakarta. Dash, Alekha, K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate Tablets, Available from: http://www.pharmscitech.com, Accessed on April,15,2006. Fassihi, A. K., and Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 22, 1947-1968, Marcell Dekker, New York. Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika 7, 9, 586-593. Gritter, R.J., Bobit, J.M., dan Schwarting, A.G., 1991, Pengantar Kromatografi, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 107-155, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hardjono, S., 1985, Kromatografi, 23-34, Laboratorium Analisis Kimia Fisika Pusat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Karden, M., 2003, Temulawak, Available from: http://warintek.progressio.or.id, accessed April, 20, 2006. Lachman, dan Liebermann, A., 1989., Teori dan Praktek Farmasi Industri, terjemahan Soendani Noerono, Bagian II, Edisi III, 646-647, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Lelo, A., Rasyid, A., Zain-Hamid, 1998, Efek Kurkumin Pada Kandung Empedu Manusia: dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul, dan Bubuk, Majalah Kedokteran Unibraw, Volume XIV, No.3, Desember 1998. Lindberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Effervescent Pharmaceuticals, in Swarbricck, J., Boylan, J.C., (e d s.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol 5, 45-71, Marcell Dekker, Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
List, P.H., and Schdmit, P.C., 1989, Phytopharmaceutical Technology, CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida, U.S.A. Majeed, Muhammed, Vladimir, B., Uma, S., Rajendran, M. S., 1995, Curcuminoids Antioxidant Phytonutrients, Nutriscience Publishers, New Jersey. Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis TipisDensitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, 2, 4, 11-21. Mohrle, R., 1980, Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Volume 1, 284-362, Penerbit Warner Lambert Company, Morris Planis, New Jeresy. Muchtaridi, 2006, Klarifikasi Mengenai Bahaya Bahan Tambahan Dalam Makanan, Available from: http://www.pikiran-rakyat.com, accessed on April, 20, 2006. Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik, Majalah Farmasi Airlangga, III (2), 72. Muth, J.E, De., 1999, Basic Statistica and Pharmaceutical Statistical Application, 265-294, Marcel Dekker, Inc. New York. Paris, R.R., and Moyse, M.H., 1981, Precis De Matiere Medicale, 775-779, Deuxieme Edition, Revises Masson, Paris. Parrot, E.L., 1989, Penggerusan, In Lieberman, H.A., Lachman, L., J.L., (Eds), The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, terjemahan Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Ed.2, Jilid I, 41-100, UI Press, Jakarta. Supardjan, A.M.,1987, Pemisahan Tetrasiklin dan Hasil Uraiannya dalam Sediaan Tetrasiklin secara KLT Densitometri, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tonnesen, H.H., and Karlsen, Jan., 1985, Studies on Curcumin and Curcuminoids, Alkaline Degradation of Curcumin, Original Papers, Departement of Galenical Pharmacy, Institute of Pharmacy, University of Oslo, Norway. Tonnesen, Vries, de Henk., Henegouwen, Gerard, and Karlsen, J., 1986, Studies on Curcumin and Curcuminoid, Investigation of the Photobiological Activity of Curcumin Using Bacterial Indicator System, Journal of Pharmaceutical Sciences, 76, 5, 371-373.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani Noerono, Edisi 5, 165-167, 179, 202, 206-208, 223, 564, 568, 577578, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wardani, T., 2003, Pengaruh Penambahan EM-4 (Effective Microorganism-4) Terhadap Kadar Kurkumin Pada Maserasi Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Wedke, D.A., Serajudin, A.T.M., and Jacobson, H., 1989, Preformulation Testing, in Lieberman, H. A., Lachman, L., and Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dossage Form : Tablets, Vol 1, 2nd Edition, 53-57, Marcell Dekker, Inc., New York. Wehling and Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia, Available from: http://www.pharmcast.com, Accessed April, 16, 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Lampiran 1. Hubungan antara kadar kurkumin standar dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku
Gambar 12. Kromatogram kurva baku
Tabel V. Kadar kurkumin Baku dengan AUC
AUC (x 105) Kadar kurkumin (µg/µl) 0,12
0,27107
0,14
0,32107
A= -0,2369
0,18
0,50799
B = 4,1110
0,23
0,70440
r = 0,9995
0,35
1,20423
Persamaan garis regresi Y = 4,1110X-0,2369
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Lampiran 2. Data recovery -
Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,12 µg/µl Tabel IX. Data recovery 0,12 µg/µl
AUC
Kadar
X
(105)
(µg/µl)
(µg/µl)
1
0,25323
0,1192
2
0,25030
0,1185
3
0,25113
0,1187
Replikasi
SD
CV
Recovery
(%)
(%)
Rata-rata Recovery (%)
99,33 0,1188 0,0004
0,34
98,75
98,67
98,92
Keterangan: X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi
SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
-
Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,14 µg/µl Tabel X. Data recovery 0,14 µg/µl
AUC
Kadar
X
(105)
(µg/µl)
(µg/µl)
1
0,34572
0,1417
2
0,34675
0,1420
3
0,34986
0,1427
Replikasi
SD
CV
Recovery
(%)
(%)
Recovery (%)
101,21 0,1421 0,0005
0,35
101,43 101,93
Keterangan: X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi CV = Koefisien Variasi
Rata-rata
SD = Simpangan Deviasi
101,38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
-
Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,18 µg/µl Tabel XI. Data recovery 0,18 µg/µl
AUC
Kadar
X
(105)
(µg/µl)
(µg/µl)
1
0,50084
0,1795
2
0,51193
0,1822
3
0,48841
0,1764
Replikasi
SD
CV
Recovery
(%)
(%)
Rata-rata Recovery (%)
99,72 0,1794 0,0029
1,62
101,22
99,65
98,00
Keterangan: X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi
SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
-
Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,23 µg/µl Tabel XII. Data recovery 0,23 µg/µl
AUC
Kadar
X
(105)
(µg/µl)
(µg/µl)
1
0,71065
0,2305
2
0,70359
0,2288
3
0,69668
0,2271
Replikasi
SD
CV
Recovery
(%)
(%)
Recovery (%)
100,22 0,2288 0,0017
0,74
99,48 98,74
Keterangan: X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi CV = Koefisien Variasi
Rata-rata
SD = Simpangan Deviasi
99,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
-
Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,35 µg/µl Tabel XIII. Data recovery 0,35 µg/µl
AUC
Kadar
X
(105)
(µg/µl)
(µg/µl)
1
1,20151
0,3499
2
1,21533
0,3533
3
1,22949
0,3567
Replikasi
SD
CV
Recovery
(%)
(%)
Recovery (%)
99,97 0,3533 0,0034
0,96
100,94 101,91
Keterangan: X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi CV = Koefisien Variasi
Rata-rata
SD = Simpangan Deviasi
100,94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Lampiran 3. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak
Tabel XIV. Kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak
Replikasi 1 2 3 4 5 6
AUC (105) 1,13544 1,04244 1,04803 0,98238 1,09248 1,16177
Kadar (%) 6,23 6,04 5,98 5,50 6,22 6,70
X (%)
SD
CV (%)
6,11
0,39
6,38
Keterangan: X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi SD = Simpangan Deviasi CV = Koefisien Variasi
Gambar 13. Kromatogram sample
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak Berdasarkan hasil KLT-densitometri didapatkan kadar rata-rata kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 %. Dalam 40 gram serbuk rimpang temulawak menjadi 1/9 berat serbuk mula-mula, sehingga kadar kurkumin
dalam
rimpang
kering
temulawak
sebesar:
6,11gram kurkumin = 0,68% . 900 gram serbuk Dosis kurkumin untuk penciutan volume kandung empedu 1 x minum sebesar 20 mg (Lelo,A., Rasyid,A., Zain-Hamid,R., 1998). Dari hasil tersebut, maka berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah: 20mg x100mg = 327,33mg ~ 327 mg 6,11mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Lampiran 5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak 1. Uji daya lekat Tabel XV. Uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 X SD
Kelengketan (detik) 0,34 0,35 0,34 0,35 0,34 0,32 0,34 0,01
Keterangan X
= Rata-rata
SD
= Standar Deviasi
2. Uji Viskositas Tabel XVI. Uji viskositas ekstrak rimpang temulawak
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 X SD
Keterangan X
= Rata-rata
SD
= Standar Deviasi
Kelengketan (dPa.S) 1,75 1,70 1,70 1,70 1,60 1,60 1,68 0,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
3. Uji kandungan lembab Tabel XVII. Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak
Penimbangan (gram) Cawan (C) Ekstrak (E) C+E Stlh 5 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam 7 jam 8 jam 9 jam % X SD Keterangan
1
2
84,3736 10,0651 94,4387 92,2311 91,9894 91,7317 91,6044 91,5218 91,4527 91,3528 91,2880 91,2281 91,1986 47,47
85,4820 10,0358 95,5178 93,9559 93,7800 93,6401 93,5560 93,4804 93,4076 93,3212 93,2639 93,1907 93,1683 30,57
X
= Rata-rata
SD
= Standar Deviasi
NA
= Not Available
3
4
76,4438 87,1474 10,0336 10,0094 86,4774 97,1568 85,1770 NA 85,0150 NA 84,8546 NA 84,7600 NA 84,6592 NA 84,5980 NA 84,4858 NA 84,4305 NA 84,3698 NA 84,3429 94,6349 27,02 33,68 32,88 % 7,56
5
6
96,2843 89,8713 10,0150 10,0270 106,2993 99,8983 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA 104,1386 97,5226 27,51 31,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
4. Uji kualitatif ekstrak Tabel XVIII. Nilai Rf kurkumin standar,bercak 1,dan bercak 2
Panjang rambatan (cm)
Nilai Rf
Rata-rata Rf
Rf =
Kurkumin standar 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 0,54 0,54 0,54 0,54 0,54 0,54 0,54
Bercak 1
Bercak 2
3,5 3,6 3,6 3,5 3,5 3,5 0,54 0,55 0,55 0,54 0,54 0,54 0,54
2,6 2,5 2,6 2,5 2,5 2,5 0,40 0,39 0,40 0,39 0,39 0,39 0,39
jarak rambatan bercak jarak pengembangan (6,5 cm)
Contoh perhitungan Rf - Rf Standar Kurkumin =
3,5 cm = 0,54 6,5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Lampiran 6. Perhitungan level tinggi dan level rendah campuran asam tartrat-asam fumarat Formula optimum diperoleh berdasarkan penelitian Natalya Betty Chrystyani didapatkan perbandingan optimum untuk asam tartrat : asam fumarat = 425: 260. Asam sejumlah 25 % merupakan level rendah dan 40% sebagai level tinggi dengan perhitungan sebagai berikut: Level Rendah Jumlah asam yang digunakan =
25 x 2000 mg = 500 mg 100
- asam tartrat 425 x500 mg = 310,22 mg ~ 310 mg 685
- asam fumarat 260 x500 mg = 189,78 mg ~ 190 mg 685
Level Tinggi Jumlah asam yang digunakan =
40 x 2000 mg = 800 mg 100
- asam tartrat 425 x800 mg = 496,35 mg ~ 496 mg 685
- asam fumarat 260 x800 mg = 303,65 mg ~ 304 mg 685
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Lampiran 7. Perhitungan level tinggi dan level rendah natrium bikarbonat Perhitungan level rendah dan level tinggi natrium bikarbonat yang digunakan berdasarkan pada jumlah asam yang digunakan, melalui perhitungan secara stokiometri. Jumlah level tinggi campuran asam tartrat-asam fumarat = jumlah level tinggi (asam tartrat + asam fumarat) = (496 + 304)mg = 800 mg Jumlah level rendah campuran asam tartrat-asam fumarat = jumlah level rendah (asam tartrat + asam fumarat) = (310 + 190)mg = 500 mg Reaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat: 2 NaHCO3 + C4H6O6 Æ C4H4O6Na2 + 2 CO2 + 2 H2O Reaksi antara asam fumarat dan natrium bikarbonat 2 NaHCO3 + C4 H4O6 Æ C4H2O6Na2 + 2CO2 + 2 H2O Berdasarkan kedua reaksi diatas maka dapat dihitung jumlah natrium bikarbonat yang digunakan sebagai level rendah dan level tinggi a. Natrium bikarbonat untuk campuran asam level rendah 1). Jumlah natrium bikarbonat untuk 310 mg asam tartrat adalah 1 mol asam tartrat = ½ mol natrium bikarbonat gram berat =½ BM asam tartrat
⎛ ⎞ gram berat ⎜⎜ ⎟⎟ ⎝ BM natrium bikarbonat ⎠
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
0,31 gram ⎛ X gram ⎞ =½ ⎜ ⎟ 150,09 ⎝ 84,01 ⎠ 2,065 x 10-3 =
X gram 168,02
X = 2,065 x 10-3 gram x 168,02 = 0,347 gram = 347 mg 2) Jumlah natrium bikarbonat untuk 190 mg asam fumarat adalah 1 mol asam fumarat = ½ mol natrium bikarbonat gram berat =½ BM asam fumarat
⎛ ⎞ gram berat ⎜⎜ ⎟⎟ ⎝ BM natrium bikarbonat ⎠
⎛ X gram ⎞ 0,19 gram =½ ⎜ ⎟ 148 ⎝ 84,01 ⎠ 1,284 x 10-4 =
X gram 168,02
X = 1,284 x 10-3 gram x 168,02 = 0,216 gram = 216 mg Jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam level rendah adalah = 347 mg + 216 mg = 563 mg (digunakan sebagai level rendah) a. Natrium bikarbonat untuk campuran asam level tinggi 1). Jumlah natrium bikarbonat untuk 496 mg asam tartrat adalah 1 mol asam tartrat = ½ mol natrium bikarbonat gram berat =½ BM asam tartrat
0,496 gram =½ 150,09
⎛ ⎞ gram berat ⎜⎜ ⎟⎟ ⎝ BM natrium bikarbonat ⎠
⎛ X gram ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ 84,01 ⎠
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
3,305 x 10-3 =
X gram 168,02
X = 3,305 x 10-3 gram x 168,02 = 0,555gram = 555 mg 2) Jumlah natrium bikarbonat untuk 304 mg asam fumarat adalah ½ mol asam fumarat = 1 mol natrium bikarbonat 1 mol asam fumarat = ½ mol natrium bikarbonat gram berat =½ BM asam fumarat 0,304 gram =½ 148
2,054 x 10-3=
⎛ ⎞ gram berat ⎜⎜ ⎟⎟ ⎝ BM natrium bikarbonat ⎠
⎛ X gram ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ 84,01 ⎠
X gram 168,02
X = 2,054 x 10-3 gram x 168,02 = 0,345 gram = 345 mg Jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam level tinggi adalah = 555 mg + 345 mg = 900 mg (digunakan sebagai level tinggi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Lampiran 8. Uji sifat fisik granul effervescent 1. Uji kecepatan alir Tabel XIX. Uji kecepatan alir granul
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 X SD Keterangan
Formula 1 72,46 68,03 74,63 68,03 68,03 71,43 70,44 2,83
X
= Rata-rata
SD
= Standar Deviasi
Kecepatan alir granul (gram/detik) Formula a Formula b 54,05 66,67 55,25 62,50 60,61 62,50 60,61 63,69 57,14 60,61 58,14 64,10 57,63 63,35 2,71 2,03
Formula ab 71,43 66,67 65,36 64,10 68,03 66,67 67,04 2,53
2. Uji waktu larut granul Tabel XX. Uji waktu larut granul
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 X SD Keterangan
Formula 1 121,63 130,69 131,22 125,96 131,61 136,87 129,66 5,24
X
= Rata-rata
SD
= Standar Deviasi
Waktu larut granul (detik) Formula a Formula b 145,44 140,96 141,27 142,35 148,15 152,31 152,27 144,47 152,88 151,78 153,79 147,37 148,97 146,54 4,94 4,78
Formula ab 146,69 147,50 144,09 140,72 147,86 151,06 146,32 3,54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
3. Uji kandungan lembab
Tabel XXI. Uji kandungan lembab granul
Pengulangan uji 1 2 3 4 5 6 X SD
Formula 1 0,9006 0,8289 0,8873 0,7382 0,8319 0,6954 0,81 0,08
Keterangan X
= Rata-rata
SD
= Standar Deviasi
Kandungan lembab granul (%) Formula a Formula b 0,6778 0,6119 0,7727 0,5833 0,6650 0,6419 0,7439 0,5855 0,6094 0,7030 0,7338 0,4952 0,70 0,60 0,06 0,07
Formula ab 0,6012 0,4932 0,5193 0,4936 0,4638 0,4313 0,50 0,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Lampiran 9. Perhitungan desain faktorial 1. Uji kecepatan alir Tabel XXII. Nilai efek kecepatan alir granul
Formula (1) (a) (b) (ab)
Persamaan :
(A) -1 +1 -1 +1
(B) -1 -1 +1 +1
(A)(B) +1 -1 -1 +1
Y = b0 +b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)
(1). 70,44 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 (a). 57,63 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12 (b). 63,35 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 (ab). 67,04= b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12 Efek Interaksi Efek A
= (ab + a) - (b + 1) / 2 = -4,52
Efek B
= (ab + b) – (a + 1) / 2 = 1,16
Interaksi A dan B
= (1 + ab) – (a + b) / 2 = 8,25
Eliminasi persamaan (1) dan (a) 70,44 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 57,63 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12 12,81 = -337 b1 – 168500 b12 …………. ( I ) Eliminasi persamaan (b) dan (ab) 63,35 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 67,04 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12 - 3,69 = -337 b1 – 269600 b12 …………. ( II )
Respon 70,44 57,63 63,35 67,04
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Eliminasi persamaan (I) dan (II) 12,80
= -337 b1 – 168500 b12
- 3,69
= -337 b1 – 269600 b12
16,49
= 101100 b12 b12
= 1,631804316 x 10-4
Substitusi nilai b12 ke persamaan ( I ) 12,81 = -337 b1 – 168500 b12 12,81 = -337 b1 – 168500 (1,631804316 x 10-4) 12,81 = -337 b1 – 27,49590272 12,81 + 27,49590272 = -337 b1 40,30590272 = -337 b1 b1
= -0,119574217
Eliminasi persamaan (1) dan (b) 70,44
= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
63,35 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 7,09
= -300 b2 – 168900 b12 ………… (III) Substitusi nilai b12 ke persamaan (III)
7,09
= -300 b2 – 168900 b12
7,09
= -300 b2 – 168900 (1,631804316 x 10-4)
7,09
= -300 b2 – 27,5611749
7,09 + 27,5611749 = -300 b2 34,6511749 b2
= -300 b2 = - 0,115499071
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Substitusi nilai b1, b2, dan b12 ke persamaan (1) 70,44= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 70,44=b0 + 563 (-0,119574217)+ 500 (-0,11549907) + 281500 (1,63180432x10-4) 70,44= b0 – 67,32028023 – 57,74953566 + 45,9352915 70,44= b0 – 79,13452439 b0
= 149,5679974
Persamaan Umum Y =149,5679974 – 0,119574217(A) – 0,11549907 (B) + 1,631804316x10-4 (A)(B) Y – 149,5679974 + 0,119574217(A)=(B)(- 0,11549907 + 1,631804316x10-4 (A)) B=
(Y - 149,5679974 + 0,119574217(A)) (-0.115499071 + 1,631804316 x 10- 4 (A))
2. Uji waktu larut granul Tabel XXIII. Nilai efek waktu larut granul
Formula (1) (a) (b) (ab)
Persamaan :
(A) -1 +1 -1 +1
(B) -1 -1 +1 +1
(A)(B) +1 -1 -1 +1
Y = b0 +b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)
(1). 129,66= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 (a). 148,97= b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12 (b). 146,54= b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 (ab). 146,32= b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
Respon 129,66 148,97 146,54 146,32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Efek Interaksi Efek A
= (ab + a) - (b + 1) / 2 = 9,54
Efek B
= (ab + b) – (a + 1) / 2 = 7,12
Interaksi A dan B
= (1 + ab) – (a + b) / 2 = -9,76
Eliminasi persamaan (1) dan (a) 129,66 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 148,97 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12 -19,31 = -337 b1 – 168500 b12 …………. ( I ) Eliminasi persamaan (b) dan (ab) 146,54 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 146,32 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12 0,22
= -337 b1 – 269600 b12 …………. ( II ) Eliminasi persamaan (I) dan (II)
-19,31
= -337 b1 – 168500 b12
0,22
= -337 b1 – 269600 b12
-19,53
= 101100 b12 b12
= -1,931091335 x 10-4
Substitusi nilai b12 ke persamaan ( I ) -19,31 = -337 b1 – 168500 b12 -19,31 = -337 b1 – 168500 (-1,931091335 x 10-4) -19,31 = -337 b1 + 32,538889 -19,31- 32,538889
= -337 b1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
-51,848889 b1
= -337 b1 = 0,153834487
Eliminasi persamaan (1) dan (b) 129,66 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 146,54 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 -16,88 = -300 b2 – 168900 b12 ………… (III) Substitusi nilai b12 ke persamaan (III) -16,88 = -300 b2 – 168900 b12 -16,88 = -300 b2 – 168900 (-1,931091335 x 10-4) -16,88 = -300 b2 + 32,61613265 -16,88- 32,61613265= -300 b2 -49,49613265 = -300 b2 b2
= 0,164975997
Substitusi nilai b1, b2, dan b12 ke persamaan (1) 129,66= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 129,66= b0 + 563(0,153834487)+500 (0,164975997)+ 281500 (-1.93109134x10-4) 129,66= b0 + 86,60881618 + 82,4879985 -54,36022108 129,66= b0 + 114,7365936 b0
= 14,9267397
Persamaan Umum Y =14,9267397+0,153834487 (A) + 0,164975997 (B) – 1,93109134 x10-4 (A)(B) Y – 14,9267397 – 0,153834487 (A) = (B)(0,164975997 – 1,93109134 x10-4 (A)) B=
(Y - 14,9267397 - 0,153834487 (A) ) 0,164975997 - 1,93109134 x10- 4 (A)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
3. Uji kandungan lembab granul Tabel XXIV. Nilai efek kandungan lembab granul
Formula (1) (a) (b) (ab)
Persamaan :
(A) -1 +1 -1 +1
(B) -1 -1 +1 +1
(A)(B) +1 -1 -1 +1
Y = b0 +b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)
(1). 0,81 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12 (a). 0,70 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12 (b). 0,60 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12 (ab). 0,50 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12 Efek Interaksi Efek A
= (ab + a) - (b + 1) / 2 = -0,10
Efek B
= (ab + b) – (a + 1) / 2 = -0,21
Interaksi A dan B
= (1 + ab) – (a + b) / 2 = 0,005
Eliminasi persamaan (1) dan (a) 0,81
= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
0,70
= b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
0,11
= -337 b1 – 168500 b12 …………. ( I ) Eliminasi persamaan (b) dan (ab)
0,60
= b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
0,50
= b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
0,10
= -337 b1 – 269600 b12 …………. ( II )
Respon 0,81 0,70 0,60 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Eliminasi persamaan (I) dan (II) 0,11
= -337 b1 – 168500 b12
0,10
= -337 b1 – 269600 b12
0,01
= 101100 b12
b12
= 1,008347379 x 10-7 Substitusi nilai b12 ke persamaan ( I )
0,11
= -337 b1 – 168500 b12
0,11
= -337 b1 – 168500 (1,008347379 x 10-7)
0,11
= -337 b1 – 0,016990635
0,11+ 0,016990635
= -337 b1
0,126990635 = -337 b1 b1
= -3,864949802 x 10-4
Eliminasi persamaan (1) dan (b) 0,81
= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
0,60
= b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
0,21
= -300 b2 – 168900 b12 ………… (III) Substitusi nilai b12 ke persamaan (III)
0,21
= -300 b2 – 168900 b12
0,21
= -300 b2 – 168900 (1,008347379 x 10-7)
0,21
= -300 b2 – 0,017030987
0,21+ 0,017030987= -300 b2 0,227030987 = -300 b2 b2
= - 7,576186008 x 10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Substitusi nilai b1, b2, dan b12 ke persamaan (1) 0,81
= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
0,81
= b0 + 563 (-3,864949802 x 10-4) + 500 (-7,576186008 x 10-4) +281500(1,008347379 x 10-7)
0,81 = b0 – 0,217596673 – 0,3788093 + 0,028384978 0,81 = b0 – 0,568020995 b0
= 1,381727325
Persamaan Umum Y = 1,381727325 – 3,864949802 x 10-4(A) -7,576186008 x 10-4 (B) +1,008347379 x10-7 (A) (B) Y-1,381727325+3,864949802x10-4(A) = (B) (-7,576186008x10-4 +1,008347379x10-7 (A)) B=
(Y - 1,381727325 + 3,864949802x10-4 (A)) (-7,576186008x10- 4 + 1,008347379x10- 7 (A))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Lampiran 10. Perhitungan kecuraman kurva 1. Kecepatan alir
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul Tabel XXV. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul
Natrium bikarbonat LR (563) LT (900) a b r
Campuran asam tartrat-asam fumarat LR (500) LT (800) 70,44 57,63 91,82 -0,04 0,99
63,35 67,04 57,17 0,01 0,99
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan berpengaruh dominant terhadap perubahan kecepatan alir, dari data dapat dilihat bahwa campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan kecepatan alir.
Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir granul Tabel XXVI. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir granul
Campuran asam tartrat-asam fumarat LR (500) LT (800) a b r
Natrium bikarbonat LR (563) LT (900) 70,44 63,35 82,25 -0,02 -0,99
57,63 67,04 41,95 0,03 0,99
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan berpengaruh dominant terhadap kecepatan alir granul dari data dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
bahwa natrium bikarbonat level tinggi lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan kecepatan alir. 2. Waktu larut
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul Tabel XXVII. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul
Natrium bikarbonat LR (563) LT (900) a b r
Campuran asam tartrat-asam fumarat LR (500) LT (800) 129,66 146,54 101,47 0,05 0,99
148,97 146,32 153,39 -0,007 -1
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan berpengaruh dominant terhadap perubahan waktu larut granul, dari data dapat dilihat bahwa campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan waktu larut granul.
Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut granul Tabel XXVIII. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut granul
Campuran asam tartrat-asam fumarat LR (500) LT (800) a b r
Natrium bikarbonat LR (563) LT (900) 129,66 148,97 97,49 0,06 0,99
146,54 146,32 146,91 0,0007 -1
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan berpengaruh dominant terhadap waktu larut granul, dari data dapat dilihat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
natrium bikarbonat level rendah lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan waktu larut granul. 3. Kandungan lembab
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul Tabel XXIX. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul
Natrium bikarbonat LR (563) LT (900) a b r
Campuran asam tartrat-asam fumarat LR (500) LT (800) 0,81 0,70 1,00 -0,0003 -1
0,60 0,50 0,78 -0,0003 -1
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan berpengaruh dominant terhadap perubahan kandungan lembab granul, dari data dapat dilihat bahwa campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan kandungan lembab granul.
Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir Tabel XXX. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kandungan lembab granul
Campuran asam tartrat-asam fumarat LR (500) LT (800) a b r
Natrium bikarbonat LR (563) LT (900) 0,81 0,60 1,16 0,0007 -1
0,70 0,50 1,03 0,0006 -1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan berpengaruh dominant terhadap perubahan kandungan lembab granul, dari data dapat dilihat bahwa natrium bikarbonat level rendah lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan kandungan lembab granul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Lampiran 11. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 20. Tanaman temulawak
Gambar 21. Rimpang temulawak
Gambar 22. Ekstrak rimpang temulawak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Lampiran 12. Larutan dan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak
Gambar 23. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak
Gambar 24. Larutan dan granul effervescent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis
bernama
Made
Dwi
Rantiasih
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir di Singaraja, Bali pada tanggal 15 Juni 1985 dari pasangan Bapak Drs. I Nyoman Sukarma dan Ibu Ketut Ariasih, S.Sos. Pendidikan yang telah ditempuh yaitu pada tahun 1991 lulus dari Taman Kanak - Kanak (TK) Mutiara Singaraja. Tahun 1991-1997 melanjutkan di SD 1.6 Banjar Jawa, Singaraja. Tahun 2000 lulus dari SLTP Negeri 1 Singaraja. Pada tahun 2003 lulus dari
SMU Negeri 1 Singaraja dan penulis langsung
melanjutkan studinya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis pernah menjadi asisten Praktikum Farmasetika, asisten Praktikum Sedian Solid, dan asisten Praktikum Sediaan Cair Semi Solid.