PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh : Badingatus Solikah 3351403053
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada : Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646
Drs. Subowo, M.Si. NIP. 131404311
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman, M.Si. NIP. 131967646
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada : Hari
:
Tanggal
:
Penguji I
........................................ NIP Penguji II
Penguji III
Drs. Subowo, M.Si. NIP. 131404311
Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP. 131658236
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip ataupun dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2007 Yang membuat pernyataan
Badingatus Solikah N I M 3351403053
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
A little knowledge that acts is worth infinitely more than much knowledge that is idle. (Kahlil Gibran) Progress is not merely improving the past, it’s moving forward toward the future. (Kahlil Gibran) Tuhan tidak menjanjikan langit selalu biru, namun Tuhan akan mengubah segalanya menjadi indah di waktu yang tepat. (penulis)
SPECIAL DEDICATE TO : 1. My Lovely Family 2. Honorable Mr. Amrullah, SH and His Family 3. Lovely Papa
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan berkah serta rahmat-Nya yang tiada henti sehingga penulisan Skripsi dengan
judul
“PENGARUH
KONDISI
KEUANGAN
PERUSAHAAN,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN” dapat terselesaikan sesuai harapan penulis. Seiring harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu akuntansi. Skripsi ini juga diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan bagi pembaca. Dalam penulisan Skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta kerja sama berbagai pihak. Oleh karen itu tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada : 1. Drs. Sukirman, M.Si. Dosen pembimbing I sekaligus Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran. 2. Drs. Subowo, M.Si. Dosen Pembimbing II atas kesabaran dalam memberikan masukan serta petunjuk. 3. Seluruh Pegawai Pojok BEJ Undip yang telah memberikan Data, Jurnal, konsultasi serta masukan. 4. Seluruh Dosen serta Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi. 5. Teman – teman Akuntansi A & B angkatan 2003, thanks for your support and books lend to me.
vi
6. Seluruh penghuni Emerald Kost, sahabat seperjuangan, mari bersama – sama kita songsong hari esok yang cerah. 7. Kak Aris yang telah memberi live spirit, fight spirit dikala Bety terjatuh. 8. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi, UNNES. 9. Prof. Dr. Sudijono Sastroadmojo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang. 10. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran serta masukan yang membangun guna perbaikan di masa mendatang sangat penulis harapkan. Semarang,
Agustus 2007
Penulis
vii
ABSTRAK
Solikah, Badingatus. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Z Score Altman, Rasio Pertumbuhan Penjualan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Opini Audit Going Concern, Logistic Regression. Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh perusahaan, berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan kedepan. Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari kreditur akan menyulitkan perusahaan apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana guna membiayai operasional usahanya. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan (Jones, 1996). Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi. Sesuai dengan permasalahan yang hendak dikaji, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern (GCAO). Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2005 dan 2006 yaitu sebanyak 147. Sampel penelitian berjumlah 40 perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Dengan periode pengamatan 2 tahun, data dikumpulkan dengan metode content analysis dan metode dokumentasi. Data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) tersebut kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis Regresi Logistik. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bukti empiris bahwa kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sementara itu variabel pertumbuhan perusahaan tidak terbukti berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan persamaan Regresi Logistik OPINI = 0.585 – 1.391 ZSCORE – 1.605 SALES + 1.961 OPINI + ∈ , Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z Score, menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.391 dengan tingkat signifikansi 0.028 dibawah 0.05 (alpha 5%) yang berarti Ha1 dapat diterima. Dengan demikian terbukti bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif
viii
terhadap opini going concern sebesar e1.391 atau senilai dengan 0.249 (24.9%). Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan (Sales Growth ratio) menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.605 dengan tingkat signifikansi 0.140 > 0.05. Artinya dapat disimpulkan bahwa Ha2 tidak berhasil didukung, dengan demikian terbukti bahwa rasio pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Sedangkan variabel Opini tahun sebelumnya mempunyai angka probabilitas signifikansi 0.02 dibawah tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan nilai koefisien positif sebesar 1.961 yang berarti Ha3 diterima. Angka ini memberikan makna bahwa log of odd perusahaan akan menerima opini going concern searah dengan opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya. Apabila pada tahun lalu auditee menerima opini going concern, maka resiko perusahaan menerima kembali opini going concern pada tahun sekarang akan naik dengan faktor 7.106 (e1.961) atau 7 kali lebih besar dibandingkan dengan auditee yang menerima opini non going concern. Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan maka disarankan kepada investor agar tidak berinvestasi pada perusahaan yang menerima opini going concern. Sedangkan untuk auditee yang terkena opini going concern hendaknya segera mengambil tindakan perbaikan guna menyelamatkan perusahaan.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .........................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
10
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
11
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ..........................................................
12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................
13
2.1 Landasan Teori .................................................................................
11
2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7 2.1.8 2.1.9
Opini Audit ........................................................................... Going Concern ...................................................................... Manfaat Informasi Going Concern ....................................... Opini Audit Going Concern .................................................. Tanggung Jawab Auditor terhadap Going Concern ............. Prosedur Audit dalam Menilai Going Concern .................... Pertimbangan Going Concern atas Kondisi dan Peristiwa ... Pertimbangan Going Concern atas Rencana Manajemen ..... Pertimbangan Dampak Informasi Going Concern terhadap Laporan Keuangan ................................................................ 2.1.10 Kondisi Keuangan Perusahaan ............................................. 2.1.11 Pertumbuhan Perusahaan ...................................................... 2.1.12 Opini Audit Tahun Sebelumnya ........................................... i
11 17 19 20 24 28 29 30 31 32 38 40
2.2 Penelitian Terdahulu ..........................................................................
41
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................
43
2.4 Hipotesis ............................................................................................
48
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................
49
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................
49
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................
49
3.2.1 Populasi .................................................................................... 3.2.2 Sampel .....................................................................................
49 50
3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukuran .............
52
3.4 Jenis dan Sumber Data ......................................................................
55
3.5 Metode Pengumpulan Data ...............................................................
56
3.6 Metode Analisis Data ........................................................................
57
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................................... 3.6.2 Analisis Z Score ...................................................................... 3.6.3 Analisis Inferensial ..................................................................
57 57 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................
64
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................
64
4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4
Deskripsi Obyek Penelitian .................................................... Deskripsi Sampel Penelitian ................................................... Deskripsi Variabel Penelitian .................................................. Analisis Data ...........................................................................
64 66 71 96
4.2 Pembahasan .......................................................................................
109
4.2.5 Kondisi Keuangan Perusahaan ............................................... 4.2.6 Pertumbuhan Perusahaan ........................................................ 4.2.7 Opini Audit Tahun Sebelumnya .............................................
110 112 114
BAB V PENUTUP ...............................................................................................
117
5.1 Simpulan ..........................................................................................
117
5.2 Keterbatasan ....................................................................................
118
5.3 Saran ................................................................................................
118
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
120
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................
122
i
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 1.1 Harga Saham Perusahaan dengan GCAO ....................................... 9 2. Tabel 2.1 Kriteria titik cut off Model Z Score ................................................ 37 3. Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ................................. 52 4. Tabel 3.2 Kriteria titik cut off Model Z Score ............................................... 58 5. Tabel 4.1 Perusahaan Manufaktur di BEJ tahun 2005 & 2006 ...................... 65 6. Tabel 4.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ................................. 67 7. Tabel 4.3 Daftar Sampel Penelitian ............................................................... 68 8. Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha .................................. 69 9. Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tahun Berdiri .............................. 69 10. Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Tahun Listing ............................... 70 11. Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit ................................. 72 12. Tabel 4.8 Ringkasan Penerimaan Opini Audit .............................................. 73 13. Tabel 4.9 Ringkasan Auditee penerima GCAO Tahun 2005 ......................... 74 14. Tabel 4.10 Ringkasan Auditee penerima GCAO Tahun 2006 ........................ 75 15. Tabel 4.11 Nilai Z Score Auditee .................................................................... 85 16. Tabel 4.12 Nilai Z Score Berdasarkan Kelompok Auditee ............................. 86 17. Tabel 4.13 Rasio Pertumbuhan Penjualan Auditee ......................................... 88 18. Tabel 4.14 Rasio Pertumbuhan Penjualan Berdasarkan Kelompok Auditee .. 90 19. Tabel 4.15 Opini Audit Tahun Sebelumnya Auditee ...................................... 92 20. Tabel 4.16 Opini Audit Tahun Sebelumnya Berdasarkan Kelompok Auditee
94
21. Tabel 4.17 Ringkasan Variabel Penelitian ...................................................... 95 22. Tabel 4.18 Kriteria titik cut off Model Z Score .............................................. 96 23. Tabel 4.19 Hasil Analisis Z Score Altman ...................................................... 97 24. Tabel 4.20 Hasil Analisis Z Score Altman ...................................................... 100 25. Tabel 4.21 Iteration History 0 ......................................................................... 102 26. Tabel 4.22 Iteration History 1 ......................................................................... 103 27. Tabel 4.23 Hosmer and Lemeshow Test ......................................................... 104 28. Tabel 4.24 Correlation Matrix ......................................................................... 105
ii
Lanjutan Daftar Tabel Halaman 29. Tabel 4.25 Model Summary ............................................................................ 106 30. Tabel 4.26 Classification Table ...................................................................... 107 31. Tabel 4.27 Variables in the Equation .............................................................. 108 32. Tabel 4.28 Ringkasan Pengujian Hipotesis ..................................................... 110
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern ........................... 23 2. Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................... 47 3. Gambar 4.1 Grafik Variabel Penelitian ........................................................... 95
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lampiran 1. Data Keuangan & Nilai Z Score Auditee ..................................... 122 2. Lampiran 2. Data Penjualan Auditee ................................................................ 126 3. Lampiran 3. Modal Kerja, Laba/Rugi, dan Laba Ditahan Auditee .................. 127 4. Lampiran 4. Output Logistic Regression ......................................................... 128 5. Lampiran 5. Sales Growth Ratio, Laba/Rugi, dan Laba Ditahan Auditee ....... 132
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada pertengahan tahun 1997 sampai sekarang, membawa dampak yang
signifikan
terhadap
perkembangan
dunia
bisnis
di
Indonesia.
Perekonomian mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar tidak bisa meneruskan usahanya. Tidak hanya perusahaan kecil yang mengalami pailit, namun perusahaan kelas kakap juga tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar. Kelangsungan hidup suatu entitas, selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen membawa satuan usaha tersebut untuk survive selama mungkin. Oleh karenanya, adalah wajar jika tudingan pertama ditujukan kepada manajemen. Namun tudingan itu juga berpotensi besar melebar hingga kepada auditor. Auditor, melalui opininya yang terangkum dalam laporan audit, mulai diminta tanggung jawabnya untuk mengungkap kelangsungan usaha entitas. Menurut Arens dan Loebbecke dalam buku edisi Indonesia (1996), bahwa laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan audit menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa dari sudut pandang pemakai, laporan audit dianggap sebagai
1
2
produk utama dari proses atestasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Munawir (1996) bahwa hasil akhir dari proses pemeriksaan oleh auditor adalah laporan audit yang merupakan alat komunikasi antara auditor dengan pihak pemakai yang sekaligus merupakan pertanggungjawaban auditor atas penugasan yang diterimanya. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report. Yang menjadi tanggung jawab auditor adalah opini yang diberikan, sementara isi dari laporan keuangan yang diaudit adalah merupakan tanggung jawab manajemen sepenuhnya. Terdapat lima opini yang diberikan oleh auditor berdasarkan hasil pengauditan atas laporan keuangan kliennya yaitu unqualified opinion, unqualified opinion with explanation language, qualified opinion, adverse opinion, and disclaimer opinion. Opini ini diberikan oleh auditor berdasarkan kondisi-kondisi tertentu yang harus dapat dipahami oleh auditor. Selama dalam proses pengauditan hingga pemberian opininya, auditor dalam melaksanakan setiap tahapan auditnya dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan. Para pemakai laporan keuangan, dalam hal ini adalah investor terkadang tidak dapat memahami makna yang terkandung dalam laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Investor akan lebih mudah membaca serta lebih mempercayai laporan keuangan auditan. Laporan Auditor Independen yang memuat opini atas laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan, terutama bagi investor untuk menentukan investasi yang akan ditanam. Oleh karena itu auditor sangat
3
diandalkan dalam memberikan informasi yang relevan bagi investor (Levitt, 1998). Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberi opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (SPAP, 1994 : 410.2). Berdasarkan pernyataan ini, dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat hal-hal lain seperti : masalah eksistensi dan kontinuitas entitas sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan secara cermat adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu entitas (going concern) untuk suatu periode, sehingga opini yang dihasilkan menjadi berkualitas sebagai produk utama akuntan publik. Going
concern
adalah
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (SPAP, 1994 : 341.2). Opini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut dimungkinkan mengalami masalah untuk survive. Laporan audit dengan
4
modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Kegagalan auditor dalam memodifikasi opini terhadap perusahaan yang mengalami kebangkrutan adalah suatu kasus dimana suatu perusahaan yang mengalami kebangkrutan tidak menerima opini dengan pengecualian. Kasus seperti ini sangat menarik perhatian publik dan para peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Menon dan Schwartz tahun 1986 bahwa kurang dari 50% perusahaan yang mengalami kebangkrutan menerima opini dengan going concern opinion dari auditor untuk laporan keuangan terakhir sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari perusahaan yang berpotensi bangkrut menerima opini non going concern. Para auditor disyaratkan untuk memodifikasi laporan audit untuk ketidakpastian-ketidakpastian yang mungkin mempengaruhi kemampuan klien untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Auditor harus mengungkap ketidakpastian yang demikian di dalam alinea penjelas mengiuti alinea opini. Selanjutnya, dalam SAS Nomor 59 auditor disyaratkan untuk mengevaluasi prospek dimana suatu klien akan mampu untuk melanjutkan keberadaannya untuk periode waktu yang layak sebagai bagian dari setiap keterlibatan. Opini
audit
dengan
modifikasi
mengenai
going
concern
mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis normal. Di lain pihak, perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik atau sehat memperoleh opini
5
”standart” atau ”unqualified”. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahapan analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan perusahaan dalam membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang (Lenard et.al., 1998). Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern adalah sebagai berikut: 1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penjualan sebagai besar aktiva. 3. Masalah Intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu proyek. 4. Masalah Extern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang – undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, bencana yang tidak diasuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama. Ramalan bahwa suatu perusahaan akan bangkrut atau tidak, termasuk dalam salah satu pertimbangan dalam penerbitan keputusan going concern. Ross et al (2002) menyatakan bahwa indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah suatu perusahaan mengalami suatu kesulitan keuangan (financial distress) yaitu suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak
6
mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya dan perusahaan dipaksa untuk mengambil suatu langkah perbaikan. Kesulitan keuangan akan mengakibatkan perusahaan mengalami arus kas negatif, gagal bayar (default) pada perjanjian hutang, dan akhirnya mengarah kepada kebangkrutan maka going concern perusahaan tersebut diragukan. Beaver (1966) melakukan penelitian tentang kerentanan perusahaan terhadap kegagalan dengan jangka waktu lima tahun sebelum perusahaan itu betul-betul mengalami kesulitan keuangan. Sementara itu Altman (1968) melakukan penelitian serupa dengan menggunakan pendekatan multivariate untuk memprediksi probabilitas kebangkrutan suatu perusahaan berdasarkan pada pengaruh secara bersama-sama dari rasio-rasio keuangan perusahaan. Hasil riset tersebut kemudian dikenal sebagai Altman Z Score . Pertumbuhan kekuatan
penjualan
perusahaan
mengindikansikan
perusahaan
menunjukkan
dalam
operasinya.
Pertumbuhan
kemampuan
perusahaan
dalam
pertumbuhan penjualan
mempertahankan
kelangsungan usahanya. Sebuah perusahaan yang mempunyai sales growth pisitif mempunyai kecenderungan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (going concern). Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang
7
telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Penelitian-penelitian tentang opini going concern yang dilakukan di Indonesia antara lain dilakukan oleh Hani dkk. (2003) yang memberikan bukti bahwa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berhubungan negatif terhadap penerbitan opini audit going concern. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Petronela (2004) memberikan bukti bahwa profitabilitas berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap penerbitan opini audit going concern. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Setyarno (2006) menguji bagaimana pengaruh rasio-rasio keuangan auditee (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktifitas, rasio leverage dan rasio pertumbuhan penjualan), ukuran auditee, skala auditor dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa rasio likuiditas dan opini audit tahun sebelumnya signifikan secara signifikan berpengaruh terhadap opini going concern. Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh perusahaan, berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan
8
kedepan. Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari kreditur akan menyulitkan perusahaan apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana guna membiayai operasional usahanya. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan ( Jones, 1996 ). Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi. Namun fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak dari perusahaan yang go public menerima opini audit going concern. Bahkan tidak sedikit dari auditor yang gagal memberikan opini going concern kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang tidak sehat namun menerima pendapat unqualified. Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan tersebut sudah barang tentu akan mengambil tindakan / kebijakan yang salah pula. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal – hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup suatu entitas meskipun dalam batas waktu tertentu
yaitu
satu
(SPAP, 1994 : 341.2).
tahun
sejak
tanggal
penerbitan
laporan
auditor
9
Tabel 1.1 Harga Saham Perusahaan dengan GCAO No
Nama Perusahaan
Harga Saham Maret
April
Mei
Juni
Juli
1.
Mayora Indah Tbk
1.280
1.110
1.100
1.090
1.020
2.
Kimia Farma Tbk
200
185
190
180
175
3.
Indorama Syntetics Tbk
690
610
600
580
570
4.
Tunas Baru Lampung Tbk
275
220
225
215
200
5.
Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk
2.525
2.525
2.500
2.440
2.375
6.
Intan Wijaya Internasional Tbk
500
455
425
420
400
Sumber : jsx Monthly Tahun 2003 Tabel diatas merupakan contoh perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun 2003. Dari tabel tersebut terlihat bahwa perusahaan yang menerima opini going concern cenderung akan mengalami penurunan harga saham. Sebagai contoh adalah Tunas Baru Lampung Tbk, perusahaan ini pada bulan April 2003 mempublikasikan Laporan Auditor Independen yang dikeluarkan oleh Kantor akuntan Publik (KAP) Aria & Jonardi. Dari tabel terlihat bahwa 1 bulan sebelum perusahaan mempublikasikan Laporan Auditor Independen yaitu pada bulan Maret 2003 harga penutupan saham di bursa untuk perusahaan tersebut adalah Rp 275.00. Sementara pada bulan April 2003 yaitu saat perusahaan mempublikasikan Laporan Auditor Independen, harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan drastis yaitu sebesar 55 point menjadi Rp 220.00. Harga tersebut terus menurun pada bulan – bulan berikutnya hingga mencapai harga Rp 200.00 pada bulan Juli 2003. Mengingat begitu besar pengaruh diberikannya opini audit going concern atas laporan keuangan auditee yaitu hilangnya kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam mengelola bisnisnya, serta minimnya
10
penelitian mengenai opini audit going concern yang memasukkan variabel non keuangan maka peneliti tertarik untuk mengkaji sekali lagi mengenai opini audit going concern, sehingga peneliti mengambil judul ” PENGARUH KONDISI
KEUANGAN
PERUSAHAAN,
PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan mengenai apakah kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini audit going concern (GCAO) ?
1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empirik pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO). 2. Untuk menguji secara empirik pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO). 3. Untuk menguji secara empirik pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO).
11
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis Secara
Akademis,
hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai masalah going concern. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan, bahan diskusi, dan bahan kajian lanjut bagi pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan Opini Audit Going Concern. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Investor dan calon investor Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi informasi dan
sebagai
bahan
pertimbangan
mengenai
going
concern
(kelangsungan usaha suatu perusahaan) sehingga para investor dan calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan investasi. b. Bagi Auditor Independen Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pedoman, bahan pertimbangan dan bahan referensi bagi auditor dalam melaksanakan proses auditnya terutama dalam hal pemberian opini audit terhadap klien yang menyangkut masalah pemberian opini audit going concern.
12
c. Bagi Manajemen Perusahaan Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi wacana serta referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan. d. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan – kebijakan ekonomi.
1.5 Sistematika Skripsi Sistematika skripsi direncanakan sebagai berikut : HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN KELULUSAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
13
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang teori-teori yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya untuk selanjutnya digunakan sebagai landasan dalam menarik hipotesis, serta memaparkan penelitian terdahulu dan kerangka berfikir. BAB III METODE PENELITIAN Berisi cara-cara pelaksanaan penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan pembahasannya. BAB V PENUTUP Berisi simpulan, keterbatasan, dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Opini Audit Pendapat Auditor (opini audit) merupakan bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Opini Audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens (1996) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor dalam memberikan pendapat sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan semua catatan kaki serta penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam standar pelaporan yang ketiga tersebut diatas, auditor diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporannya mengenai informasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan.
14
15
Tujuan dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk memungkinkan pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menentukan seberapa jauh laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor dalam laporan audit dapat dipercaya. Opini Auditor terdiri atas 5 jenis (Mulyadi, 2002 :416) yaitu : a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan
audit
dengan
pendapat
wajar tanpa pengecualian
diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi : 1. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. 2. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. 3. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. 4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. 5. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
16
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language) Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah: 1. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. 3. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4. Penekanan atas suatu hal 5. Laporan audit yang melibatkan auditor lain. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
17
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan : 1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit. 2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang
berlingkup memadai untuk memungkinkan
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.2 Going Concern Going concern menurut Belkaoi (1997 : 135) adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dalil ini memberi gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu
18
yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi. Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut
dan berkesinambungan untuk
menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu periode mempunyai sifat sementara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. Mewujudkan proyek, tanggung jawab, dan aktivitas merupakan petunjuk adanya operasi suatu entitas. Dampak dari operasi itu akan tergambar pada
laporan
keuangan.
Dengan
demikian,
laporan
keuangan
juga
mencerminkan kebijakan yang dipilih atau ditetapkan manajemen untuk menjalankan operasinya. Going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut menjadi bermasalah. Kajian atas going concern dapat dilakikan dengan melihat kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang going concern (Lenard et al., 2000). Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka sauatu entitas dianggap akam mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan
19
dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestrukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain, hal yang demikian akan menimbulkan keraguan besar terhadap giong concern perusahaan. 2.1.3 Manfaat Informasi Going Concern Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini: 1. Pemberi pinjaman (Kreditur) Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. 2. Investor Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3. Pihak pemerintah Pada beberapa sektor usaha , lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN)
20
yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tidakantindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. 4. Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan melihat kemampuan ging concern suatu perusahaan. 5. Manajemen Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11% – 17% dari nilai perusahaan. Contohnya biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasehat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan - tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan
merger
atau
restrukturisasi
keuangan
sehingga
biaya
kebangkrutan bisa dihindari. 2.1.4 Opini Audit Going Concern Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
21
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (SPAP, 1994 : 341.3). SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut : a. jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus : 1. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. 2. menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
22
b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat. c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana tersebut. 1. jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. 2. jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. 3. jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar. Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe Going Concern Report yang harus dipilih. Karena pemberian status Going Concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Jika auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA 30 membolehkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat karena adanya kesangsian atas kelangsungan hidup.
23
Mc Keown et. al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan kepada suatu perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang dalam posisi ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usahanya. Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Auditor sangsi atas kelangsungan hidup satuan usaha ?
Ya
Tidak
Apakah ada rencana manajemen ?
Tidak Tidak Memberikan Pendapat
Ya
Apakah rencana manajemen dapat efektif dilaksanakan?
Tidak Tidak Memberikan Pendapat
Ya
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Ya
Apakah cukup pengungkapan ?
Tidak Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Pendapat Tidak Wajar
Sumber : IAI : SPAP 1994
24
2.1.5 Tanggung Jawab Auditor terhadap Going Concern Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberi opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (SPAP, 1994 : 410.2). Berdasarkan pernyataan ini, auditor memiliki tanggung jawab atas opini yang diberikannya terhadap laporan keuangan baik yang tampak maupun tidak. Auditor harus menilai hal – hal dibalik yang tampak tersebut seperti masalah eksistensi kontinuitas entitas. Sebab seluruh aktivitas / transaksi yang telah dan akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Oleh karenanya, juga ikut untuk diaudit. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal – hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu patas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor. Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan usaha (going concern) perusahaan, yaitu dengan membuat keputusan etis tentang laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Keputusan etis (ethical decision) adalah sebuah keputusan yang baik secara legal maupun moral dapat diterima oleh masyarakat luas (Trevini, 1986, Jones, 1991). Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan etis seorang akuntan ketika menghadapi dilemma etika adalah:
25
1. Pengalaman Kerja Audior Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor (Sularso dan Na’im, 1999). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing. Larkin (2000) melakukan penelitian yang melibatkan auditor di lembaga keuangan dan menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai hubungan yang positif dalam pengambilan keputusan etis. 2. Komitmen Profesional Komitmen professional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesinya. Definisi komitmen professional banyak digunakan dalam literature akuntansi adalah sebagai berikut: 1) suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam organisasi profesi, 2) kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi, 3) gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi (Jeffrey dan Weatherholt, 1996). Dia menguji hubungan antara komitmen professional, pemahaman etika dan sikap ketaatan terhadap aturan. Hasilnya menunjukka bahwa akuntan dengan komitmen professional yang kuat maka perilakunya lebih mengarah kepada ketaatan terhadap
aturan
dibandingkan
professional yang rendah.
dengan
akuntan
dengan
komitmen
26
3. Orientasi Etika Orientasi etika (ethical orientation) berarti mengenai konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika. Tujuan utama akuntan sebagai sebuah profesi audit adalah juga termasuk menghindari kerugian yang diterima oleh pengguna laporan keuangan, sehingga seorang auditor yang memiliki orientasi etika idealis akan selalu merujuk kepada tujuan dan arahan yang ada pada standar profesionalnya. 4. Nilai Etika Organisasi Nilai etika organisasi (corporate ethical value) adalah sebuah system nilainilai etis yang ada di dalam organisasi. System nilai ini dihasilkan dari proses akulturisasi dari berbagai nilai-nilai yang ada, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. Nilai etika organisasi dapat digunakan untuk menetapkan dan sebagai patokan dalam menggambarkan apa-apa yang dikerjakan merupakan hal yang ‘baik’ atau ‘etis’ dan hal yang ‘tidak baik’ atau ‘tidak etis’ dalam organisasi. Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu kepada Statement On Auditing Standard (SAS, 1988) Nomor 59, auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang. Pernyataan Standar Akuntansi (PSA) Nomor 29
27
paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan besar tetang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor. IAI disamping menerbitkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No.4, juga menerbitkan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) No.30.01 tentang “Laporan Auditor Independen tentang Dampak Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia Terhadap Kelangsungan Hidup Entitas”. ITSA tersebut menganggap auditor perlu untuk mempertimbangkan tiga hal yaitu : 1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya 2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang timbul sebagai akibat kondisi ekonomi tersebut 3. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut berdampak pada kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya Walaupun auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai kelangsungan hidup entitas, namun auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa satuan
28
usaha kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, bahkan dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti menunjukkan kinerja auditor tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan satuan usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. 2.1.6 Prosedur Audit dalam Menilai Going Concern Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengidentifikasi kondisi going concern. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut. Berikut adalah contoh prosedur
yang dapat
mengidentifikasi kondisi going concern : 1. Prosedur analitis 2. Penelaahan peristiwa kemudian 3. Penelaahan kepatuhan terhadap syarat – syarat utang dan perjanjian penarikan utang 4. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia penting yang dibentuk 5. Pengajuan pertanyaan kepada penasehat hukum auditee tentang perkara pengadilan, tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan auditee
29
6. Konfirmasi dengan pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan. 2.1.7 Pertimbangan Going concern atas Kondisi dan Peristiwa Dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama – sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini beberapa contoh, namun tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa berikut : a. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan penting yang jelek. b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penjualan sebagai besar aktiva. c. Masalah Intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu proyek. d. Masalah Extern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang – undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan
30
franchise, lisensi atau paten yang penting, bencana yang tidak diasuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama. 2.1.8 Pertimbangan Going concern atas Rencana Manajemen Jika setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar
mengenai
kelangsungan
kemampuan
hidupnya
satuan
dalam
usaha
jangka
dalam
waktu
mempertahankan
pantas,
ia
harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan dampak negatif rencana tersebut dapat dikurangi dalam jangka waktu pantas, serta apakah rencana tersebut dapat secara efektif dilaksankan. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi : 1. Rencana untuk menjual aktiva 2. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang 3. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran 4. Rencana untuk menaikkan modal pemilik Dalam mengidentifikasi
mengevaluasi
rencana
manajemen,
auditor
harus
unsur – unsur yang terutama signifikan untuk mengatasi
dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus merencanakan serta melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau
31
tidaknya
dukungan tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
tambahan pembelanjaan aktiva yang telah direncanakan. Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan informasi tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor harus menaruh perhatian khusus atas asumsi yang : 1. Material bagi informasi keuangan prospektif 2. Rentan atau mudah sekali berubah 3. Tidak konsisten dengan trend masa lalu Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai satuan usaha, bisnis, dan manajemennya dan harus meliputi : 1. membaca informasi keuangan prospektif dan asumsi yang melandasinya. 2. membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan hasil sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor – faktor yang dampaknya tidak tecermin dalam informasi keuangan prospektif tersebut, ia harus membicarakan faktor – faktor tersebut dengan manajemen dan jika perlu, auditor harus meminta perbaikan atas informasi keuangan prospektif tersebut. 2.1.9 Pertimbangan
Dampak
Informasi
Going
concern
terhadap
Laporan Keuangan Bila
setelah
mempertimbangkan
rencana
manajemen,
auditor
berkesimpulan terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha
32
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Beberapa informasi yang dapat diungkapkan meliputi : 1. Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. 2. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut. 3. Evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa dan faktor – faktor yang melemahkan dampak negatifnya. 4. Kemungkinan dihentikannya operasi satuan usaha. 5. Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan). 6. Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha, atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang.
2.1.10 Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode / kurun waktu tertentu. Kondisi keuangan merupakan gambaran atas kinerja sebuah perusahaan. Media yang dapat dipakai
untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba
33
yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Mc Keown dkk (1991) menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno (2006) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Dengan menggunakan model prediksi Zscore Altman, hasil penelitian Ramadhany (2004) selaras dengan penelitian Mc Kweon, Carcello dan Neal. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005), dalam penelitian ini digunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu The Altman Model. Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut (Altman dan McGough,1974; Koh dan Killough,1990; Koh,1991). Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960 menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah menyeleksi 22 rasio
keuangan,
Altman
menemukan
lima
jenis
rasio
yang
dapat
34
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukannya adalah : Z = 0,012Z1 + 0,014Z2 + 0,033Z3 + 0,006Z4 + 0,999Z5 Dimana : Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan – perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan – perusahaan di sektor swasta baik yang go public maupun non go public. Persamaan baru yang diperoleh sebagai berikut : Z = 0,717Z1 + 0,847Z2 + 3,107Z3 + 0,420Z4 + 0.998Z5 Dimana : Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset (Edward I Altman, 1983 : 106) Z Score
yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan
untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan, dapat juga digunakan sebagai
35
ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan
bagaimana
ukuran
perusahaan.
Meskipun
seandainya
perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan tajam, lonceng peringatan harus berdering. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score bisa
digunakan
untuk
membantu
mengevaluasi
dampak
yang
telah
diperhitungkan dari perubahan upaya – upaya manajemen perusahaan. Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah sebagai berikut: a. Rasio X1 = Modal kerja terhadap total harta / ratio working capital to total assets digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya. Aktiva liquid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat dari pada total aktiva menyebabkan rasio ini turun. b. Rasio X2 = Laba ditahan terhadap total harta / ratio retained earnings to total assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bias yang menguntungkan perusahaan – perusahaan yang lebih berumur ini tidak mengherankan, karena pemberian tingkat kegagalan yang tinggi kepada perusahaan yang lebih muda merupakan hal yang wajar. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai
36
dari total laba mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai laba ditahan dan rasio X2 akan menjadi negatif. c. Rasio X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta / ratio earning before interest and tax to total assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata – rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak dari pada bunga pinjaman. d. Rasio X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang / ratio market value of equity to book value of total debt digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar dari pada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya. e. Rasio X5 = Penjualan terhadap total harta / ratio sales to total assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Untuk menghitung Z Score dapat dilakukan dengan menghitung angkaangka kelima rasio yang diambil dari laporan keuangan. Dengan cara
37
mengalikan angka-angka tersebut dengan koefisien yang diturunkan Altman, kemudian hasilnya dijumlahkan (Sawir, 2005 : 24). Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana dikategorikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Kriteria titik cut off Model Z Score Kriteria
Nilai Z
Tidak bangkrut jika Z >
2,99
Bangkrut jika Z <
1,81
Daerah rawan bangkrut (grey area)
1,81 – 2,99
Sumber : Sawer, 2005 : 24 Menurut Altman, semua perusahaan yang mempunyai Z Score lebih besar dari 2,99 menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai permasalahan (non bankrupt company). Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 2,67 sampai 2,99 menunjukkan indikasi sedikit masalah (meskipun tidak serius). Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 1,8 sampai 2,67 memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu 2 tahun. Dan Z Score dibawah 1,8 menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius sehingga para investor dan kreditur seharusnya berhati – hati dalam melakukan investasi.
38
2.1.11 Pertumbuhan Perusahaan Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Sales growth ratio atau rasio pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1992). Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa Auditee dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern).
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ketahun akan memberikan peluang Auditee
untuk
memperoleh
peningkatan
laba.
Semakin
tinggi
rasio
pertumbuhan penjualan Auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (GCAO).
39
Menurut Fabozzi (2000 : 881), pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata – rata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata – rata dengan jalan meningkatkan pangsa pasar dari permintaan industri keseluruhan. Analisis dalam menghitung pertumbuhan penjualan dilakukan dengan menghitung tingkat pertumbuhan penjualan tahun majemuk pada saat mempelajari tren jangka panjang dalam hal penjualan dan variabel – variabel lain. Tingkat pertumbuhan tahun majemuk merupakan tingkat yang jika diterapkan setiap tahun selama kurun waktu tertentu pada saldo awal akan menyebabkan neraca berkembang sehingga
mencapai nilai akhir yang
maksimal. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu melakukan inovasi, hal ini bermakna bahwa dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan melalui pengembangan produk yang diminati konsumen. Pertumbuhan penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut : Pertumbuhan Penjualan =
PenjualanBersiht − PenjualanBersiht −1 x100% PenjualanBersiht −1
Dimana : Penjualan Bersih t
= Penjualan bersih sekarang
Penjualan Bersih t-1
= Penjualan bersih tahun lalu
(Budi , 2006 : 10)
40
2.1.12 Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
41
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian tentang opini going concern yang dilakukan di Indonesia antara lain dilakukan oleh Hani dkk. (2003) yang memberikan bukti bahwa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berhubungan negatif terhadap penerbitan opini audit going concern. Petronela (2004) memberikan bukti bahwa profitabilitas berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap penerbitan opini audit going concern. Penelitian Setyarno (2006) menguji bagaimana pengaruh rasio-rasio keuangan auditee (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktifitas, rasio leverage dan rasio pertumbuhan penjualan), ukuran auditee, skala auditor dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa rasio likuiditas dan opini audit tahun sebelumnya signifikan secara signifikan berpengaruh terhadap opini going concern. Meskipun penelitian-penelitian tentang going concern opinion telah banyak dilakukan namun penelitian yang menghubungkan antara variabel keuangan dengan variabel non keuangan masih terbatas. Sebagai contoh adalah penelitian yang dilakukan oleh Ruiz Barbadillo et. al. pada tahun 2004, dimana dalam penelitian tersebut menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern. Sedangkan penelitian di Indonesia yang selaras dengan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian Eko Budi Setyarno Penelitian ini menggunakan 4 variabel, yaitu 2 variabel keuangan (kondisi keuangan perusahaan dan pertumbuhan penjualan) serta 2 variabel
42
non keuangan (kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2000 - 2004. Sedangkan sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan terpilih sebanyak 295 perusahan. Dengan menggunakan alat analisis Regresi Logistik , hasil dari penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Setyarno ini, penelitian yang akan dilakukan kali ini menggunakan beberapa variabel depeden yang sama yaitu kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya. Namun periode penelitian yang akan dilakukan berbeda, yaitu tahun 2005 dan 2006 dimana pada tahun tersebut pada saat kondisi ekonomi normal.
2. Penelitian Alexander Ramadhany Penelitian yang dilakuakn oleh Alexander Ramadhany ini menggunakan 1 variabel non keuangan yaitu opini audit tahun sebelumnya dan 5 variabel keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 perusahaan manufaktur. Dengan alat analisis regresi
43
logistik diperoleh hasil terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian terhadap penerimaan opini audit going concern. Sementara variabel non keuangan yaitu opini audit tahun sebelumnya tidak dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian kali ini, yaitu kondisi keuangan perusahaan dalam penelitian kali ini diproksikan dengan analisis diskriminan Alman Z Score. Dan sampel yang digunakan lebih banyak yaitu 288 perusahaan manufaktur. Namun serupa dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan variabel dependen non keuangan opini audit tahun sebelumnya.
2.3 Kerangka Berfikir Seorang auditor sesuai dengan SPAP tahun 1994 : 410.2 memiliki tanggung jawab atas opini yang diberikannya terhadap laporan keuangan baik yang tampak maupun tidak. Auditor harus menilai hal – hal dibalik yang tampak tersebut seperti masalah eksistensi kontinuitas entitas. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal – hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu patas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor.
44
Dalam memberikan opini atas kelangsungan hidup auditee, seorang auditor harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah : kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan serta opini audit yang diterima tahun sebelumnya. Pemberian opini audit going concern tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dengan kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan analisis prediksi kebangkrutan Altman Z Score, pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan sales growth ratio, dan opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya. Keterkaitan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hubungan antara prediksi kebangkrutan Altman Z Score dengan opini audit going concern. Analisis diskriminan untuk memprediksi kebangkrutan merupakan peringatan
awal
bagi
perusahaan
akan
keberlanjutan
usahanya.
Kebangkrutan adalah suatu kondisi di saat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan Z Score ini selain berguna untuk memprediksi kebangkrutan, dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Total skor Z dari perhitungan lima kategori rasio keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Semakin tinggi nilai Z yaitu diatas 2,99 menunjukkan bahwa perusahaan tidak berpotensi bangkrut (non bankrupt company). Perusahaan yang
45
mempunyai Z Score antara 2,67 sampai 2,99 menunjukkan indikasi sedikit masalah (meskipun tidak serius). Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 1,8 sampai 2,67 memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu 2 tahun. Dan Z Score dibawah 1,8 menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan. Dari kriteria tersebut, perusahaan dengan Z Score yang rendah berpotensi besar menerima opini going concen dari auditor, sedangkan perusahaan dengan Z Score yang tinggi tidak berpotensi menerima opini going concen dari auditor. 2. Hubungan antara sales growth ratio dengan opini audit going concern. Rasio meningkatkan
ini
menunjukkan
penjualannya
kemampuan
serta
perusahaan
mempertahankan
dalam
penjualannya
ditengah – tengah kondisi perasaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
46
Trend penjualan yang cenderung meningkat menunjukkan kinerja manajemen yang bagus, yang berarti pula peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini akan menurunkan resiko penerimaan opini audit going concern. Sementara sales growth ratio yang negatif menunjukkan ketidakmampuan perusahaan untuk bertahan ditengah kondisi persaingan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan tidak tumbuh dan kemungkinan akan mengalami defisit laba sehingga berpotensi menerima opini audit going concern. 3. Hubungan antara opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya dengan opini audit going concern. Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan ( Jones, 1996 ). Perusahaan dengan opini going concern akan semakin mengalami keterpurukan baik dari segi keuangan maupun eksistensinya dimata masyarakat. Kesulitan keuangan (financial distressed) pada perusahaan yang menerima opini audit going concern akan semakin parah apabila tidak ada tindakan perbaikan yang radikal dan efektif sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapai perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini going concern, berpotensi menerima opini going concern pada tahun
47
sekarang. Sementara perusahaan dengan opini
non going concern atas
laporan keuangan pada tahun sebelumnya tidak berpotensi menerima opini going concern pada tahun sekarang. Karena pada dasarnya eksistensi sebuah perusahaan dapat diprediksi dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut mengalami kegagalan dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya (Muslich, 2003 : 57). Hubungan antar variabel tersebut tampak dalam gambar dibawah ini. Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Rasio ZScore Altman
-
Tinggi
Rendah
NGCAO Rasio Pertumbuhan Pemjualan
-
Tinggi Opini Audit Rendah GCAO
Opini Audit Tahun Sebelumnya
+
Non Going Concern Going Concern
48
2.4 Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan (Arikunto, 2002 : 64). Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : Ha1 :
Kondisi
Keuangan
Perusahaan
berpengaruh
negatif
terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Ha2 :
Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Ha3 :
Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antara variabel-variabel yang bersangkutan kemudian mencoba untuk dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan variabel – variabel dalam penelitian.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002 : 108). Populasi menurut Gaspersz (1989) adalah keseluruhan unsur-unsur yang akan diteliti atau yang dijadikan sebagai obyek penelitian. Sedangkan menurut Hadi (2001) populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai 1 sifat yang sama. Populasi juga dapat diartikan sebagai totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya (Sudjana, 2002 : 6). Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi dan sampel, karena populasi dan sampel penelitian merupakan sumber data yang
49
50
akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi penelitian yang bersifat ilmiah dapat diperoleh dengan motede yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah pula. Metode penelitian adalah hal penting dalam suatu penelitian karena merode penelitian dapat memberikan petunjuk bagaimana melakukan penelitian untuk memperoleh hasil yang baik, sistematis, dan ilmiah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun 2005 dan tahun 2006. Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain. Tahun 2005 dan 2006 dipilih dikarenakan pada tahun tersebut keadaan ekonomi di Indonesia stabil sehingga dapat mencerminkan keadaan di BEJ. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 147 perusahaan.
3.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi (Hadi, 1988 : 220). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 : 109). Dengan demikian sampel lebih kecil dari populasi. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun 2005 dan tahun 2006 yang dipilih dengan metode purposive sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan kelompok subyek didasarkan pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang
51
sudah diketahui sebelumnya. Menurut Arikunto (2002 : 15) purposive sampling adalah menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut : 1. Auditee sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebelum 1 Januari 2004. 2. Auditee tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006). 3. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2004 – 2006. 4. Mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya 1 periode laporan keuangan (1 tahun) selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak positif (McKeown et.al., 1991). Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria tersebut diatas, tampak sebagai berikut:
52
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No
Kriteria
1.
Total perusahaan manufaktur yang
Pelanggaran Akumulasi Kriteria
listing di BEJ pada tahun 2005 dan
147
2006 2
Auditee sudah terdaftar di Bursa Efek
-2
145
-1
144
-1
143
-103
40
Jakarta (BEJ) sebelum 1 Januari 2004 3
Auditee tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006)
4.
Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006)
5.
Mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya 1 periode laporan keuangan (1 tahun) selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006)
Jumlah perusahaan sampel
40
Tahun Pengamatan (tahun)
2
Jumlah sampel total selama periode penelitian
80
3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel adalah semua ciri atau faktor yang dapat menunjukkan variasi (Zainudin, 1988 : 47). Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002 : 96). Variabel yang dimaksud dalam penelitian dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
53
1. Variabel Independen (bebas) Variabel Independen (bebas) adalah faktor yang menjadi pokok permasalahan yang ingin diteliti atau penyebab utama suatu gejala (Arikunto, 2002 : 102). Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari : kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya. Definisi operasional serta pengukuran dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Keuangan Perusahaan Dalam penelitian ini Kondisi Keuangan Perusahaan diproksikan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman Z Score. Rumus yang digunakan adalah : Z = 0,012Z1 + 0,014Z2 + 0,033Z3 + 0,006Z4 + 0,999Z5 Dimana : Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset Nilai Z diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan data pada neraca dan laporan laba/rugi dikalikan dengan koefisien masing – masing rasio kemudian dijumlahkan hasilnya. Hasil perhitungan Z Score ini berupa skala rasio.
54
2. Pertumbuhan Perusahaan Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan. Pertumbuhan Penjualan =
PenjualanBersiht − PenjualanBersiht −1 x100% PenjualanBersiht −1
Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan laporan laba/rugi masing – masing auditee. Hasil perhitungan rasio pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio. 3. Opini Audit tahun sebelumnya Didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Variabel dummy digunakan, Opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0. Data ini diperoleh dari Laporan Auditor Independen pada tahun sebelum tahun pengamatan yaitu tahun 2004 dan 2005. Data opini audit tahun sebelumnya disajikan dalam skala nominal. 2. Variabel Dependen (terikat) Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang besarnya tergantung dari variabel bebas yang diberikan dan diukur untuk menentukan ada tidaknya pengaruh (kriteria) dari variabel bebas (Arikunto, 2002 : 102). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah variabel dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau dikotomi (Ghozali, 2002 : 49), Dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern
55
(GCAO) dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non going concern (NGCAO). Definisi operasional variabel terikat dalam penelitian ini yaitu opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001). Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer opinion. Data ini diperoleh dengan cara menganalisa Laporan Auditor Independen pada tahun pengamatan yaitu tahun 2005 dan 2006. Data opini audit ini disajikan dalam skala nominal.
3.4 Jenis dan Sumber Data Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2004 – 2006 yang telah dipublikasikan dan tersedia di database Pojok BEJ UNDIP, JSX Statistics 2004 – 2006 serta Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2004 – 2006. Data dalam penelitian ini juga diperoleh dari homepage BEJ yaitu www.jsx.co.id. Pemilihan BEJ sebagai sumber pengambilan data dengan alasan BEJ merupakan bursa efek terbesar dan representative di Indonesia, dimana dalam tahun 2005 dan 2006 dianggap cukup mewakili kondisi BEJ yng relative normal.
56
3.5 Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Content Analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan tehnik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen (antara lain : iklan, kontrak kerja, laporan, notulen, rapat, surat, jurnal, majalah, surat kabar dll). Tujuan Content Analysis adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan sistematik (Indriyantoro & Supomo, 2002). Content Analisys dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atas laporan keuangan auditee sektor manufaktur yang menjadi sampel penelitian. Observasi dilakukan dengan objek penelitian laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independent tahun 2004 – 2006. Dengan metode Content Analisys, Laporan Keuangan yang telah diidentifikasi sesuai dengan kriteria yang dijadikan data dalam penelitian ini kemudian dianalisis guna mengelompokkan perusahaan menjadi perusahan dengan opini audit going concern (GCAO) dan perusahaan dengan opini audit non going concern (GCAO). Selain menggunakan metode Content Analisys, dalam pengumpulan data juga digunakan metode dokumentasi. Dengan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi ini data dalam neraca dan laporan laba/rugi dikumpulkan guna menghitung nilai dari Z Score dan sales growth ratio.
57
3.6 Metode Analisis Data Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari statistik deskriptif dan uji statistik inferensial untuk pengujian hipotesis. 3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan diolah, kemudian dianalisis dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian statistik desktiptif digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Statistik deskriptif juga bermanfaat untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian Peneliti menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, nilai maksimum dan nilai minimum. Data yang diteliti akan dikelompokkan berdasarkan opini audit yang diterimanya dalam dua kategori, yaitu auditee yang menerima opini audit going concern (GCAO) dan auditee yang menerima opini audit non going concern (NGCAO). 3.6.2 Analisis Z Score Selain statistik deskriptif juga digunakan analisis Z Score untuk menentukan perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan sehat (non bankrupt company) atau perusahaan bangkrut (bankrupt company) dengan cara menganalisis nilai dari Z Score tiap perusahaan. Dalam menghitung nilai dari Z Score, yaitu dengan cara mengalikan koefisien tiap variabel dengan kelima rasio yang sudah dihitung terlebih dahulu berdasarkan neraca dan laporan laba/rugi masing – masing perusahaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
58
Z = 0,012Z1 + 0,014Z2 + 0,033Z3 + 0,006Z4 + 0,999Z5 Dimana : Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset dengan Kemudian nilai dari Z Score tersebut dianalisis dan dikelompokkan kedalam 3 kelompok dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.2 Kriteria titik cut off Model Z Score Kriteria
Nilai Z
Kategori
Tidak bangkrut jika Z >
2,99
Sehat
Bangkrut jika Z <
1,81
Bangkrut
1,81 – 2,99
Rawan Bangkrut
Daerah rawan bangkrut (grey area) Sumber : Sawer, 2005 : 24
Tabel 3.2 tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Jika perusahaan memperoleh nilai Z > 2,99 maka perusahaan masuk dalam kategori perusahaan sehat. Hal tersebut dapat diartikan perusahaan dalam keadaan baik tanpa ada masalah keuangan. b. Jika perusahaan memperoleh nilai Z < 1,81 maka perusahaan masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori ini sedang mengalami kesulitan keuangan dan diindikasikan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius.
59
c. Jika perusahaan memperoleh nilai Z = 1,81 – 2,99 maka perusahaan masuk dalam kategori rawan bangkrut. Perusahaan dalam kategori ini menunjukkan indikasi sedikit masalah dan apabila perusahaan tidak segera melakukan tindakan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu dua tahun. 3.6.3 Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2002 : 120). Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan (ZSCORE), pertumbuhan perusahaan (SALES) dan opini audit tahun sebelumnya (OPINI) terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi ( ) 5 persen. Model regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : Ln
GC = α − β 1 ZSCORE − β 2 SALE + β 3 OPINI + ∈ 1 − GC
Notasi : Ln
GC 1 − GC
= Dummy variabel opini audit (kategori 1 untuk auditee dengan opini audit going cocern (GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini audit non going concern (NGCAO)).
60
α
= Konstanta
ZSCORE
= Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan lima model prediksi kebangkrutan Altman Z Score untuk perusahaan manufaktur.
SALES
= Rasio Pertumbuhan Penjualan Auditee.
OPINI
=
Dummy variabel Opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya (kategori 1 bila opini audit going concern (GCAO) dan 0 bila opini audit non going concern (NGCAO)).
∈
= Kesalahan Residual Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan
menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennnya. Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
61
Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah parameter dalam model, output SPSS akan memberikan dua nilai -2LogL, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data. 2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data. Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error" pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.
62
b. Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah : H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006). c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. d. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table.
63
e. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi ( α ). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi / α ) maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi / α ) maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2005 dan 2006. Sektor manufaktur dipilih karena sektor ini memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan sektor usaha lain. Sektor ini juga memiliki jumlah saham beredar dan volume perdagangan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis usaha lain di BEJ. Pemilihan BEJ sebagai populasi dalam penelitian ini dengan alasan BEJ merupakan bursa efek terbesar dan representatif di Indonesia, dimana dalam tahun 2005 dan 2006 dianggap cukup mewakili kondisi BEJ yng relatif normal. Perusahaan – perusahaan pada sektor manufaktur ini memiliki perubahan harga saham yang sangat dinamis. Namun harga saham perusahaan ini paling rentan terhadap kondisi eksternal dan perubahan – perubahan pada kondisi makro ekonomi negara. Saham perusahaan manufaktur juga merupakan saham paling favorit yang banyak diincar oleh para investor, karena dapat memberikan keuntungan yang berlipat dalam sekejab, tetapi diwaktu yang lain dapat memberikan kerugian yang sangat besar pula. Pada akhir tahun 2005 perusahaan manufaktur yang listing di BEJ adalah 147 yang terbagi menjadi 20 kelompok, dan pada tahun 2006 sebanyak
64
65
146 yang terbagi dalam 19 kelompok. Hasil ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Perusahaan Manufaktur di BEJ tahun 2005 & 2006 No
Jenis Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Food and Beverage Tubacco Manufacturers Textile mill Products Apparel and Other Textile Products Lumber and Wood Products Paper and Allied Products Chemical and Allied Products Adhesive Plastics and Glass Products Cement Metal and Allied Products Fabricated Metal Products Stone, Clay, Glass and Concrete Products Machinery Cable Electronic and Office Equipment Automotive and Allied Products Photographic Equipment Pharmaceuticals Consumer Goods Total Akumulasi
Jumlah 2005 2006 20 20 4 4 9 9 14 14 5 5 5 5 8 8 4 4 13 13 3 3 11 11 2 2 4 4 1 0 6 6 3 3 20 20 3 3 9 9 3 3 147 146 293
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2005 &2006
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jenis usaha yang jumlahnya terbesar dalam kelompok usaha manufaktur adalah kelompok usaha Food and Beverage dan Automotive and Allied Products yaitu masing-masing berjumlah 20 perusahaan. Sedangkan jenis usaha yang paling sedikit adalah Machinery yaitu berjumlah 1 perusahaan pada tahun 2005 dimana pada tahun 2006 perusahaan ini delisting dari BEJ.
66
4.1.2 Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling, dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Sampel dipilih bagi perusahaan yang mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya 1 periode laporan keuangan (1 tahun) selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak positif atau tidak mengalami financial distress (McKeown et.al., 1991) Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.2. Berdasarkan proses seleksi tersebut terpilih sebanyak 40 perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan periode pengamatan dua tahun, sehingga total sampel keseluruhan adalah 80 perusahaan.
67
Tabel 4.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No
Kriteria
1.
Total perusahaan manufaktur yang
Pelanggaran Akumulasi Kriteria
listing di BEJ pada tahun 2005 dan
147
2006 2
Auditee sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebelum 1 Januari 2004
3
-2
145
-1
144
-1
143
-103
40
Auditee tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006)
4.
Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2004 – 2006
5.
Mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya 1 periode laporan keuangan (1 tahun) selama periode penelitian (tahun 2005 – 2006)
Jumlah perusahaan sampel
40
Tahun Pengamatan (tahun)
2
Jumlah sampel total selama periode penelitian
80
Dari 40 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian tersebut dapat dipaparkan pada Tabel 4.3 sesuai dengan nama perusahaan berikut kode listing di BEJ berdasarkan urutan alfabetis kode sebagai berikut :
68
Tabel 4.3 Daftar Sampel Penelitian NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
ADES AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS DSUC GDYR IKAI INAI INCI INDS INTD JECC JKSW KARW KDSI
Ades Alfindo Putrasetia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Daya Sakti Unggul Corp Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri IndTbk Indal Alumunium Industry Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Inter Delta Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel W Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Sumber : ICMD berdasarkan hasil seleksi
KODE KICI KONI LAPD LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL SUBA SUDI SUGI SULI TBMS TEJA
NAMA PERUSAHAAN Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Lapindo International Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Inter Tbk Surabaya Agung Ind Pulp Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Texmaco Jaya Tbk
Dari 40 perusahaan tersebut terbagi menjadi 16 jenis usaha yang komposisinya terlihat dalam Tabel 4.4. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sampel yang terpilih tersebar secara merata dalam 16 jenis usaha dari 20 jenis usaha yang ada di BEJ pada periode penelitian. Perusahaan yang paling banyak berasal dari jenis usaha Food and Beverages yaitu sebanyak 6 perusahaan atau 15.00%, dimana komposisi ini cukup representatif karena jumlah perusahaan pada sektor ini menempati posisi paling banyak yaitu 20 perusahaan.
69
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha No
Jenis Usaha
Frekuensi
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Food and Beverages Tobacco Manufacturers Textile mill Products Apparel and Other Textile Products Lumber and Wood Products Paper and Allied Products Chemical and Allied Products Adhesive Plastics and Glass Products Metal and Allied Products Fabricated Metal Products Stone, Clay, Glass and Concrete Products Cable Automotive and Allied Products Photographic Equipment Pharmaceuticals Jumlah
6 1 2 3 3 1 2 2 5 3 2 2 1 4 2 1 40
15.00% 2.50% 5.00% 7.50% 7.50% 2.50% 5.00% 5.00% 12.50% 7.50% 5.00% 5.00% 2.50% 10.00% 5.00% 2.50% 100.00%
Sumber : ICMD berdasarkan hasil seleksi
Dilihat dari tahun berdirinya perusahaan, sampel dalam penelitian ini terlihat dalam Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tahun Berdiri No 1 2 3 4 5 6
Tahun Berdiri 1901 - 1917 1918 - 1934 1935 - 1951 1952 - 1968 1969 - 1985 1986 - 2002 Jumlah
Sumber : www.jsx.co.id Mei 2007
Frekuensi
Persentase
4 0 0 1 23 12 40
10.00% 0.00% 0.00% 2.50% 57.50% 30.00% 100.00%
70
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa paling banyak perusahaan berdiri pada tahun 1969 – 1985, yaitu sebanyak 23 perusahaan atau 57.50%, selanjutnya pada urutan kedua yaitu berdiri pada tahun 1986 – 2002 sebanyak 12 perusahaan atau 30.00%, pada tahun 1901 – 1917 sebanyak 4 perusahaan atau 10.00% dan yang terakhir berdiri tahun 1952 – 1968 sebanyak 1 perusahaan atau 2.50%. Dari 40 perusahaan manufaktur yang menjadi sampel tersebut, perusahaan yang berdiri paling awal yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk yang berdiri pada tanggal 11 Januari 1901, sedangkan perusahaan yang berdiri terakhir yaitu PT Sugi Samapersada pada tanggal 26 Maret 2002. Rata – rata perusahaan tersebut berdiri antara tahun 1969 – 2002. Sementara itu jika dilihat dari tanggal pencatatan sahamnya di BEJ (listing) tampak sebagai berikut : Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Tahun Listing No 1 2 3 4 5 6
Tahun Listing 1979 - 1983 1984 - 1987 1988 - 1991 1992 - 1995 1996- 1999 2000 - 2003 Jumlah
Sumber : www.jsx.co.id Mei 2007
Frekuensi
Persentase
2 0 11 13 9 5 40
5.00% 0.00% 27.50% 32.50% 22.50% 12.50% 100.00%
Dari Tabel 4.6, perusahaan mencatatkan sahamnya (listing) di BEJ paling banyak pada tahun 1992 – 1995 yaitu 13 perusahaan atau 32.50%, selanjutnya pada tahun 1988 – 1991 sebanyak 11 perusahaan atau 27.50%, pada tahun 1996 – 1999 sebanyak 9 perusahaan atau 22.50%, pada tahun 2000 – 2003
71
sebanyak 5 perusahaan atau 12.50% dan pada tahun 1979 – 1983 sebanyak 2 perusahaan atau 5.00%. Perusahaan yang listing paling awal adalah PT BAT Indonesia Tbk pada tanggal 20 Desember 1979, sedangkan yang listing paling akhir adalah PT Sugi Sama Persada pada tanggal 19 Juni 2002. Rata – rata perusahaan tersebut listing di BEJ antara tahun 1988 – 1995.
4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian 4.1.3.1 Opini Audit Going Concern Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer opinion. Opini audit going concern unqualified / qualified adalah opini audit yang diberikan kepada auditee dimana selain terdapat opini atas laporan keuangan, juga dimodifikasi dengan pertimbangan auditor terhadap ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan going concern disclaimer opinion adalah opini audit dimana auditor tidak memberikan opini atas laporan keuangan auditee dikarenakan pertimbangan auditor terhadap ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan hasil analisis terhadap Laporan Auditor Independen yang diterima oleh auditee pada tahun 2005 dan 2006, dapat diketahui jenis opini yang diterima masing – masing perusahaan. Jenis opini tersebut kemudian
72
digolongkan menjadi dua jenis opini audit yaitu opini audit going concern yang dilambangkan dengan kode GCAO dan opini audit non going concern yang dilambangkan dengan kode NGCAO. Hasil analisis terhadap perusahaan sampel nampak sebagai berikut : Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit No
Kode
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
ADES AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS DSUC GDYR IKAI INAI INCI INDS INTD JECC JKSW KARW KDSI KICI KONI LAPD LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL SUBA
Ades Alfindo Putrasetia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Inter Delta Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Lapindo International Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet International Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Suba Indah Tbk
Tahun 2005 2006
GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO
GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO
73
Lanjutan Tabel 4.7 No 36 37 38 39 40
Kode SUDI SUGI SULI TBMS TEJA
Tahun 2005 2006
Nama Perusahaan Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Texmaco Jaya Tbk
Jumlah Penerima Opini Audit Going Concern (GCAO) Jumlah Penerima Opini Audit Non Going Concern (NGCAO) Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Total
GCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO 16 24 40
GCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO 22 18 40
Berdasarkan data pada Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2005, perusahaan yang menerima opini audit going concern berjumlah 16 perusahaan, sedangkan sisanya yaitu 24 perusahaan tidak menerima opini audit going concern. Sedangkan pada tahun 2006 perusahaan yang menerima opini audit going concern berjumlah 22 perusahaan. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan pada tahun 2005. sekilas dapat terlihat bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun 2005 cenderung akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun 2006. Secara ringkas, perusahaan yang menerima opini audit going concern dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern dapat digambarkan dengan tabel berikut : Tabel 4.8 Ringkasan Penerimaan Opini Audit
GCAO NGCAO Jumlah
2005 Jumlah % 16 40% 24 60% 40 100%
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
2006 Jumlah % 22 55% 18 45% 40 100%
Total Jumlah % 38 47.5% 42 52.5% 80 100%
74
Pada tahun 2005, 40% perusahaan menerima opini audit going concern. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah penerima opini audit going concern mencapai 55% yaitu sebanyak 22 perusahaan. Pada tahun 2006 ini terdapat peningkatan penerima opini audit going concern sebesar 31.25%. Jumlah keseluruhan penerima opini audit going concern selama 2 tahun adalah 38 perusahaan atau 47.5%, sedangkan sisanya sebesar 42 perusahaan atau 52.5% menerima opini audit non going concern. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun 2005 adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Ringkasan Auditee penerima GCAO Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode
ADES CEKA DSUC INTD JKSW KARW KDSI KICI KONI LPIN MLIA SUBA SUDI SUGI SULI TEJA Jumlah
Nama Perusahaan
Ades Alfindo Putrasetia Tbk Cahaya Kalbar Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk 16 perusahaan
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Sedangkan perusahaan dengan opini audit going concern pada tahun 2006 nampak pada Tabel 4.10 berikut ini.
75
Tabel 4.10 Ringkasan Auditee penerima GCAO Tahun 2006 No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
ADES DSUC IKAI INTD JKSW KARW KDSI KONI LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SIMM SIPD SUBA SUDI SUGI SULI TEJA
Jumlah
Nama Perusahaan Ades Alfindo Putrasetia Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet International Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
22 perusahaan
Sebagian besar, opini audit going concern yang diterima baik pada tahun 2005 dan 2006 tersebut adalah termasuk dalam jenis opini going concern unqualified / qualified. Walaupun ada beberapa perusahaan yang menerima opini going concern disclaimer, namun jumlahnya tidak banyak. Berikut adalah penjelasan mengenai penyebab pemberian opini going concern oleh auditor kepada masing – masing auditee baik pada tahun 2005 maupun 2006. Jumlah keseluruhan auditee yang menerima opini going concern tersebut adalah 24, yaitu :
76
1. PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk Perusahaan ini menerima opini going concern selama dua tahun berturutturut, yaitu tahun 2005 dan 2006. opini going concern yang diterimanya baik tahun 2005 maupun 2006 termasuk dalam jenis opini going concern unqualified. PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk menerima opini going concern dikarenakan mengalami kerugian yang berulang kali dari operasinya, arus kas yang negatif dari aktivitas operasi, dan mengalam idefisit modal kerja serta defisit total equitas.
2. PT Cahaya Kalbar Tbk Pada tahun 2005, perusahaan ini menerima opini going concern unqualified dikarenakan
pada
tahun
2005
ini
mengalami
kerugian
sebesar
Rp 21.594.230.577,00. Kerugian yang cukup besar tersebut mengakibatkan hutang perusahaan membengkak dan perusahan tidak mampu melunasi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. 3. PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Perusahaan ini telah menerima opini going concern unqualified selama dua tahun berturut – turut. Kondisi perekonomian di Indonesia yang tidak mendukung berdampak pada kesulitan perusahaan dan anak perusahaan mendapatkan
bahan
baku
produksi
berupa
kayu
bulat
sehingga
mengakibatkan penghentian sementara kegiatan pabrik. Perusahaan dan anak perusahaan juga mengalami kerugian
secara terus menerus, defisit modal
kerja, serta ketidakmampuan yang signifikan dalam menyelesaikan pembayaran utang perusahaan. Sampai dengan tahun 2006 keadaan ini
77
belum bisa tertangani sehingga berakibat pada penerimaan kembali opini going concern pada tahun ini. 4. PT Intikeramik Alamasri Industry Tbk Oleh karena perusahaan dan anak perusahaan mengalami kerugian yang signifikan dan mengakibatkan kerugian kumulatif pada tanggal 31 Desember 2006 sebesar 557 Miliar serta penurunan laba bersih sebesar 4.1 miliar sehingga pada tahun 2006 perusahaan menerima opini going concern unqualified. 5. PT Inter Delta Tbk Perusahaan ini menerima opini going concern pada tahun 2005 dan 2006 dikarenakan mengalami defisit equitas selama bertahun – tahun, defisit kas serta banyaknya piutang yang macet. Keadaan tersebut menyebabkan keraguan yang signifikan akan keberlanjutan usahanya. 6. PT Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Opini going concern unqualified yang diterima pada tahun 2005 dan 2006 disebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal sebesar Rp 359 miliar pada tahun 2005 dan Rp 354 miliar pada tahun 2006 sehinga timbul keraguan atas kemampuan perusahaan dalam merealisasikan aktiva dimasa mendatang serta ketidakmampuan perusahaan dalam menyelesaikan hutang yang semakin membengkak dan sudah jatuh tempo. Hal tersebut menyebabkan ketidakpastian yang signifikan akan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan operasinya.
78
7. PT Karwell Indonesia Tbk Baik pada tahun 2005 maupun 2006, perusahaan ini mengalami defisit modal masing – masing sebesar Rp 252 miliar dan Rp 327 miliar serta kerugian pada tahun 2006 Rp 74 miliar. Kegiatan usaha perusahaan dan anak perusahaan sangat terpengaruh oleh keadaan ekonomi di Indonesia. Walaupun rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini dinilai efektif, namun ketidakpastian akan kemampuan perusahaan dapat merealisasikan aktiva dan melunasi hutang – hutangnya membuat perusahaan ini menerima kembali opini going concern pada tahun 2006. 8. PT Kedawung Setia Industrial Tbk Perusahaan ini mengalami defisit modal kerja yang berulang serta ketidakmampuan dalam menyelesaikan utang yang sudah jatuh tempo meskipun perusahaan telah melakukan restrukturisasi utang. 9. PT Kedaung Indah Cantik Tbk Perusahaan dan anak perusahaan yaitu Borneo Enamel Industrial Sdn. Bhd (BEISB) telah mengalami kerugian yang berulang serta defisit modal kerja dan defisit kas. Pada tahun 2005 BEISB telah menghentikan operasinya karena keugian terus menerus serta gagal bayar atas hutang bank sejumlah Rp 29 miliar dan Rp 27 miliar. 10. Perdana Bangun Pusaka Tbk Perusahaan dan anak perusahaan telah mengalami rugi bersih konsolidasi secara terus menerus pada tahun 2005 dan 2006 sebesar Rp 698 juta dan Rp 2.803 juta, defisit konsolidasi masing – masing
Rp 23.660 juta dan Rp
79
25.188 juta, kewajiban lancar yang melebihi aktiva lancar serta adanya informasi bahwa supplier utama perusahaan yaitu Konica Minolta Jepang akan segera mentransfer bisnis kamera ke sony Corporation Jepang sehingga perusahaan kehilangan supplier utama. 11. PT Multi Prima Sejahtera Tbk Pada tahun 2005 dan 2006 perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi usaha konsolidasi Rp 3.37 miliar dan Rp 1.98 miliar serta defisit Rp 55.9 miliar dan Rp 56.8 miliar 12. PT Mulia Industrindo Tbk Perusahaan dan anak perusahaan telah mengalami defisit modal akibat kerugian yang berulang dan mengalami kesulitan keuangan dalam menyelesaikan pinjaman yang telah jatuh tempo sebagaimana disyararkan dalam perjanjian restrukturisasi pinjaman. 13. PT APAC Citra Centertex Tbk Perusahaan dan anak perusahaan pada tahun 2006 mempunyai defisit sebesar Rp 980 miliar yang disebabkan adanya selisih kurs dan beban bunga tahun sebelumnya. Jumlah kewajiban lancar yang melebihi hutang lancar memnyebabkan keraguan besar terhadap kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan hutang tepat pada waktunya. 14. PT Panasia Filament Inti Tbk Pada tahun 2005 dan 2006 perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi bersih Rp 34 miliar dan Rp 42 miliar yang mengakibatkan akumulasi defisit semakin besar dari tahun ketahun.
80
15. PT Polysindo Eka Perkasa Tbk Perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi berturut – turut, modal kerja yang negatif pada tahun 2006 Rp 9.771 miliar serta defisiensi modal pada 31 Desember 2006 sebesar Rp 6.048 miliar. Perusahaan juga tidak mampu membayar hutang yang sudah jatuh tempo pada tahun 2006 sebesar Rp 9.024 miliar. 16. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk Aktivitas utama perusahaan ini adalah usaha penyedia makanan dan minuman dengan menggunakan merk dagang California Fried Chicken (CFC), Sapo Oriental, dan Cal Donat. Penjualan bersih perusahaan ini mengalami penurunan dari tahun ketahun, terlebih lagi dengan maraknya isu flu burung, munculnya usaha – usaha yang sejenis, serta bencana alam yang terjadi di Indonesia semakin memperkeruh kondisi keuangan perusahaan ini sehingga pada tahun 2006 perusahaan ini menerima opini going concern unqualified atas laporan keuangannya. 17. Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Perusahaan dan anak perusahaan telah mengalami defisit modal akibat kerugian yang berulang, modal kerja yang negatif, serta mengalami kesulitan keuangan guna penyelesaian utang yang sudah jatuh tempo. 18. PT Surya Intrindo Makmur Tbk Perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi berturut – turut pada tahun 2005 Rp 10 miliar dan tahun 2006 Rp 15 miliar, modal kerja yang negatif, serta defisit yang terus meningkat pada 31 Desember 2006 sebesar Rp 57
81
miliar. Perusahaan juga tidak mampu membayar hutang yang sudah jatuh tempo beserta bunganya pada tahun 2006 sebesar Rp 55 miliar. 19. Sierad Produce Tbk Kondisi perekonomian terutama bidang peternakan yang melemah mengakibatkan penjualan perusahaan mengalami penurunan drastis dan mengakibatkan kerugian Rp 122 miliar pada tahun 2005. Keadaan ini belum bisa pulih sampai tahun 2006 yang berakibat pada kekurangan modal kerja perusahaan sehingga perusahaan tidak bisa melunasi utang yang jatuh tempo pada tahun 2006. 20. PT Suba Indah Tbk Perusahaan mengalami rugi bersih yang berulang serta defisit yang terus meningkat. Perusahaan wanprestasi atas hutangnya kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar Rp 215 miliar pada tahun 2006 dan Rp 75 miliar pada tahun 2005 sehingga sewaktu – waktu bank dapat mengambil alih semua jaminan ataupun melakukan tindakan yang dapat menyebabkan operasi perusahaan terhenti. Oleh karena ketidakpastian yang signifikan tersebut auditor telah memberi opini going concern disclaimer. 21. Surya Dumai Industri Tbk Perusahaan telah mengalami rugi selama beberapa tahun terakhir sehingga saldo defisit tanggal 31 Desember 2006 Rp 1.181 miliar serta adanya pajak kurang bayar pada tahun 2003 dan 2004 sejumlah 110 miliar yang belum terbayar.
Pada tahun 2006 ini perusahaan terancam berhenti beroperasi
dikarenakan penghentian operasi dan eksplorasi sejumlah Hak Pemilikan
82
Hutan (HPH) anak perusahaan. Oleh karena ketidakpastian yang signifikan tersebut auditor telah memberi opini going concern disclaimer. 22. PT Sugi Samapersada Perusahaan dan anak perusahaan telah mengalami defisit modal akibat kerugian yang berulang dan mengalami kesulitan keuangan dalam menyelesaikan pinjaman yang telah jatuh tempo sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian restrukturisasi pinjaman. 23. PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk Perusahaan dan anak perusahaan telah mengalami defisit modal akibat kerugian pada tahun 2006 Rp 53 miliar dan mengalami kesulitan keuangan dalam menyelesaikan pinjaman yang telah jatuh tempo sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian restrukturisasi pinjaman. 24. PT Texmaco Jaya Tbk Perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi berturut – turut selama beberapa tahun terakhir, pada tahun 2005 Rp 144 miliar dan tahun 2006 Rp 33 miliar, modal kerja yang negatif, serta defisit yang terus meningkat pada 31 Desember 2006 sebesar Rp 1.592 miliar. Perusahaan juga tidak mampu membayar hutang yang sudah jatuh tempo beserta bunganya pada tahun 2006, sementara piutang kepada debitur banyak yang macet. Sampai saat ini divisi yang masih bertahan hanya divisi fleece, sementara divisi fabtig di kerawang dan pemalang berhenti beroperasi karena kekurangan modal kerja. Oleh karena ketidakpastian yang signifikan tersebut auditor telah memberi opini going concern disclaimer pada tahun 2005 dan 2006.
83
4.1.3.2 Z Score Altman Z Score Altman atau yang biasa kita kenal dengan analisis diskriminan Altman Z Score adalah suatu analisis yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Guna mencapai tujuan yang hendak dicapai,
dalam
penelitian
kali
ini
perusahaan
yang
dianalisis
akan
dikelompokkan menjadi dua yaitu perusahaan bangkrut dan perusahaan sehat. Namun untuk pengujian hipotesis, angka yang digunakan adalah nilai dari Z Score tersebut. Nilai Z Score ditentukan dari hitungan standar atau koefisien kali nisbah – nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kelangsungan usaha suatu perusahaan. Z Score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan, dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Perhitungan Z Score dengan menggunakan lima rasio keuangan dapat dirumuskan sebagai berikut : Z = 0,012Z1 + 0,014Z2 + 0,033Z3 + 0,006Z4 + 0,999Z5 Dimana : Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset dengan Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan auditee serta dari jsx tahun 2005 dan 2006 kemudian diperoleh nilai dari kelima rasio tersebut
84
yang dapat dilihat pada lampiran 1. Kemudian hasil perhitungan rasio – rasio tersebut dikalikan dengan koefisien tiap rasio dari rumus yang diturunkan Altman diatas dan menghasilkan nilai Z Score pada Tabel 4.11. Berdasarkan Tabel 4.11, dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 nilai Z Score terendah adalah 0.05 yaitu PT Texmaco Jaya Tbk. Perusahaan ini dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami kesulitan keuangan dan bahkan diperkirakan akan segera bangkrut. Sedangkan pada tahun 2006 nilai Z Score terendah diperoleh oleh PT Suba Indah Tbk yaitu sebesar 0.02. Nilai Z Score tertinggi pada tahun 2005 dan 2006 diraih oleh PT Tembaga Mulia Semanan Tbk yaitu masing – masing 3.43 dan 4.09. Dari Tabel tersebut dapat diketahui pula bahwa rata – rata nilai Z Score dari seluruh perusahaan sampel adalah 0.99 pada tahun 2005 dan 0.93 pada tahun 2006. Rata – rata nilai Z Score ini tergolong rendah dikarenakan perusahaan yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah perusahaan – perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak negatif atau perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Auditee sektor manufaktur yang terpilih sebagai sampel kemudian dikelompokkan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya yaitu kelompok dengan opini audit going concern (GCAO) dan kelompok dengan opini audit non going concern (NGCAO). Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran serta mengetahui perbedaan nilai Z Score dari perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern. Pengelompokan auditee ini nampak dalam Tabel 4.12.
85
Tabel 4.11 Nilai Z Score Auditee NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
KODE ADES AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS DSUC GDYR IKAI INAI INCI INDS INTD JECC JKSW KARW KDSI KICI KONI LAPD LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL SUBA SUDI SUGI SULI TBMS TEJA
NAMA PERUSAHAAN Ades Alfindo Putrasetia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Inter Delta Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Lapindo International Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet International Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Texmaco Jaya Tbk Z Score Maksimal Z Score Minimal Z Score Rata-rata
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Z Score 2005 2006 0.64 0.52 0.64 0.92 1.14 0.97 0.91 0.61 2.23 2.25 0.71 0.76 1.05 1.16 0.74 1.39 0.60 0.62 1.22 1.22 1.93 2.18 0.36 0.34 0.99 1.05 0.91 0.70 0.94 0.80 1.09 1.40 1.33 1.24 0.36 0.46 1.45 0.83 1.64 0.40 0.57 0.53 0.93 0.88 1.78 1.74 0.37 0.27 0.64 0.62 0.95 0.99 0.63 0.54 0.42 0.47 1.95 1.86 0.15 0.19 1.79 1.25 0.59 0.95 1.22 0.99 0.99 0.82 0.22 0.02 0.36 0.10 0.86 0.69 0.66 0.47 3.43 4.09 0.05 0.06 3.43 4.09 0.05 0.02 0.99 0.93
86
Tabel 4.12 Nilai Z Score Berdasarkan Kelompok Auditee KELOMPOK GCAO No
Kode
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ADES CEKA DSUC INTD JKSW KARW KDSI KICI KONI LPIN MLIA SUBA SUDI SUGI SULI TEJA ADES DSUC IKAI INTD JKSW KARW KDSI KONI LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SIMM SIPD SUBA SUDI SUGI SULI TEJA
Ades Alfindo Putra Tbk Cahaya Kalbar Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel W Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Ind Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk Ades Alfindo Putra Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Intikeramik Alamasri Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel W Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Ind Tbk Perdana Bangun P Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Tbk Surabaya Agung Ind Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk
KELOMPOK NGCAO Z Score 0.64 0.74 1.22 1.09 0.36 1.45 1.64 0.57 0.93 0.37 0.64 0.22 0.36 0.86 0.66 0.05 0.52 1.22 0.34 1.4 0.46 0.83 0.4 0.88 0.27 0.62 0.99 0.54 0.47 1.86 0.19 0.95 0.99 0.02 0.1 0.69 0.47 0.06
Z Score Maximal 1.86 Z Score Minimal 0.02 Z Score Rata-rata 0.69 Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
No
Kode
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI DPNS GDYR IKAI INAI INCI INDS JECC LAPD MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL TBMS AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS GDYR INAI INCI INDS JECC KICI LAPD SCPI SMPL TBMS
Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Tbk Indal Alumuniium Ind Tbk Intan Wijaya Intern Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk Lapindo International Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Tbk Surabaya Agung Ind Tbk Schering Plough Indo Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Tembaga Mulia Sem Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat G Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Goodyear Indonesia Tbk Indal Alumuniium Ind Tbk Intan Wijaya Intern Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Lapindo International Tbk Schering Plough Indo Tbk Summiplast Interbenua Tbk Tembaga Mulia Sem Tbk Z Score Maximal Z Score Minimal Z Score Rata-rata
Z Score 0.64 1.14 0.91 2.23 0.71 1.05 0.60 1.93 0.36 0.99 0.91 0.94 1.33 1.78 0.95 0.63 0.42 1.95 0.15 1.79 0.59 1.22 0.99 3.43 0.92 0.97 0.61 2.25 0.76 1.16 1.39 0.62 2.18 1.05 0.70 0.80 1.24 0.53 1.74 1.25 0.82 4.09 4.09 0.15 1.21
87
Berdasarkan hasil pengelompokan auditee kedalam 2 kategori yaitu auditee dengan GCAO dan auditee dengan NGCAO dapat diketahui bahwa rata-rata nilai Z Score auditee dengan GCAO adalah 0.69 dan untuk auditee dengan NGCAO adalah 1.21. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara nilai Z Score auditee dengan GCAO dan nilai Z Score auditee dengan NGCAO. Nilai Z Score tertinggi untuk auditee dengan GCAO adalah 1.86, sedangkan untuk auditee dengan NGCAO adalah 4.09. Nilai Z Score terendah untuk auditee dengan GCAO adalah 0.02, sedangkan untuk auditee dengan NGCAO adalah 0.15. 4.1.3.3 Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan ini merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan dari tahun ke tahun yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Pertumbuhan Penjualan =
PenjualanBersiht − PenjualanBersiht −1 x100% PenjualanBersiht −1
Dimana : Penjualan Bersih t
= Penjualan bersih tahun sekarang
Penjualan Bersih t-1
= Penjualan bersih tahun lalu
Dari Laporan Laba Rugi auditee kemudian diperoleh data penjualan dari tahun 2004 – 2006 yang dapat dilihat pada lampiran 2. Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung rasio pertumbuhan penjualan (sales growth ratio) tahun 2005 dan 2006 dengan hasil sebagai berikut :
88
Tabel 4.13 Rasio Pertumbuhan Penjualan Auditee NO
KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
ADES AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS DSUC GDYR IKAI INAI INCI INDS INTD JECC JKSW KARW KDSI KICI KONI LAPD LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL SUBA SUDI SUGI SULI TBMS TEJA
NAMA PERUSAHAAN
Ades Alfindo Putrasetia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Inter Delta Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Lapindo International Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet International Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Texmaco Jaya Tbk Sales Growth Ratio Maximal Sales Growth Ratio Minimal Sales Growth Ratio Rata-Rata Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Sales Growth Ratio 2005 2006 0.14 -0.06 0.01 0.45 0.18 -0.10 0.10 -0.39 1.63 -0.09 0.05 0.10 0.10 0.05 0.44 0.62 0.05 0.07 -0.07 -0.18 0.14 0.12 0.16 -0.08 0.01 0.18 -0.01 -0.26 0.42 -0.10 -0.40 0.15 0.19 0.05 0.26 0.14 0.23 -0.62 0.16 -0.72 0.06 -0.19 0.05 -0.05 -0.10 0.03 0.12 -0.33 0.06 -0.09 0.06 -0.04 0.09 -0.19 1.19 0.04 -0.07 -0.05 0.41 0.06 0.25 -0.07 -0.18 0.81 0.05 -0.22 -0.07 -0.19 -0.51 -0.82 -0.07 -0.71 -0.27 -0.13 0.07 -0.15 0.57 0.36 -0.54 -0.05 1.63 0.81 -0.54 -0.82 0.12 -0.07
89
Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa rata – rata rasio pertumbuhan penjualan untuk tahun 2005 adalah 0.12 (12%) yang berarti bahwa pada tahun 2005 auditee mengalami peningkatan penjualan rata – rata sebesar 12% dari penjualan tahun 2004. Sedangkan rata – rata rasio pertumbuhan penjualan untuk tahun 2006 adalah -0.07 (-7%). Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2006 auditee mengalamai penurunan penjualan rata – rata sebesar 7% dari penjualan tahun 2005. Pada tahun 2005 auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan tertinggi adalah PT BAT Indonesia Tbk yaitu sebesar 1.63 (163%), dan pada tahun 2006 adalah PT Indal Alumunium Industry Tbk yaitu sebesar 0.81 (81%). Sedangkan auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan terendah pada tahun 2005 adalah PT Texmaco Jaya Tbk yaitu sebesar -0.54 (-54%), dan pada tahun 2006 adalah PT Suba Indah Tbk yaitu sebesar -0.82 (-82%). Keseluruhan Auditee tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya yaitu kelompok dengan opini audit going concern (GCAO) dan kelompok dengan opini audit non going concern (NGCAO). Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran serta mengetahui perbedaan rasio pertumbuhan penjualan dari perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern. Pengelompokan auditee ini nampak dalam Tabel 4.14 sebagai berikut :
90
Tabel 4.14 Rasio Pertumbuhan Penjualan Berdasarkan Kelompok Auditee KELOMPOK GCAO
KELOMPOK NGCAO
No
Kode
Nama Perusahaan
SGR
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ADES CEKA DSUC INTD JKSW KARW KDSI KICI KONI LPIN MLIA SUBA SUDI SUGI SULI TEJA ADES DSUC IKAI INTD JKSW KARW KDSI KONI LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SIMM SIPD SUBA SUDI SUGI SULI TEJA
Ades Alfindo Putra Tbk Cahaya Kalbar Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel W Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Ind Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk Ades Alfindo Putra Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Intikeramik Alamasri Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel W Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Ind Tbk Perdana Bangun P Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Tbk Surabaya Agung Ind Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk
0.14 0.44 -0.07 -0.4 0.26 0.23 0.16 0.06 0.05 0.12 0.06 -0.51 -0.07 -0.27 0.07 -0.54 -0.06 -0.18 -0.08 0.15 0.14 -0.62 -0.72 -0.05 -0.33 -0.09 -0.04 -0.19 0.04 -0.05 0.06 0.81 -0.22 -0.82 -0.71 -0.13 -0.15 -0.05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI DPNS GDYR IKAI INAI INCI INDS JECC LAPD MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL TBMS AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS GDYR INAI INCI INDS JECC KICI LAPD SCPI SMPL TBMS
Sales Growth Ratio Maximal 0.81 Sales Growth Ratio Minimal -0.82 Sales Growth Ratio Rata-Rata -0.09 Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Nama Perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Tbk Indal Alumuniium Ind Tbk Intan Wijaya Intern Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk Lapindo International Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Tbk Surabaya Agung Ind Tbk Schering Plough Indo Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Tembaga Mulia Sem Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat G Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Goodyear Indonesia Tbk Indal Alumuniium Ind Tbk Intan Wijaya Intern Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Lapindo International Tbk Schering Plough Indo Tbk Summiplast Interbenua Tbk Tembaga Mulia Sem Tbk Sales Growth Ratio Maximal Sales Growth Ratio Minimal Sales Growth Ratio Rata-Rata
SGR 0.01 0.18 0.10 1.63 0.05 0.10 0.05 0.14 0.16 0.01 -0.01 0.42 0.19 -0.10 0.06 0.09 1.19 -0.07 0.41 0.25 -0.18 0.05 -0.07 0.57 0.45 -0.10 -0.39 -0.09 0.10 0.05 0.62 0.07 0.12 0.18 -0.26 -0.10 0.05 -0.19 0.03 -0.07 -0.19 0.36 1.63 -0.39 0.14
91
Dari Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa rata – rata rasio pertumbuhan penjualan untuk kelompok penerima opini going concern adalah negatif yang berarti terjadi penurunan penjualan, sedangkan untuk kelompok penerima opini non going concern bernilai positif yang berarti ada kenaikan penjualan dari tahun ke tahun. Untuk kelompok penerima opini going concern mengalami penurunan penjualan rata – rata sebesar 9%, sementara itu untuk kelompok penerima opini non going concern mengalami peningkatan penjualan rata – rata sebesar 14%. Rasio pertumbuhan penjualan tertinggi pada kelompok penerima opini going concern adalah 0.81 (81%) yaitu PT Surya Intrindo Makmur Tbk, sedangkan pada kelompok penerima opini non going concern adalah 1.63 (63%) yaitu PT BAT Indonesia Tbk. Rasio pertumbuhan penjualan terendah pada kelompok penerima opini going concern adalah -0.82 (-82%) yaitu PT Suba Indah Tbk, dan pada kelompok penerima opini non going concern adalah
-0.39 (-39%) yaitu PT Asiaplast Industries Tbk.
4.1.3.4 Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Variabel ini merupakan variabel dummy, dimana opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0.
92
Laporan Auditor Independen masing – masing auditee pada tahun 2004 dan 2005 dianalisis kemudian dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu GCAO dan NGCAO. Hasil analisis tersebut nampak dalam Tabel 4.15 sebagai berikut : Tabel 4.15 Opini Audit Tahun Sebelumnya Auditee NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
ADES AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS DSUC GDYR IKAI INAI INCI INDS INTD JECC JKSW KARW KDSI KICI KONI LAPD LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP
Ades Alfindo Putrasetia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Indal Alumuniium Industry Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Inter Delta Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Lapindo International Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet International Tbk
Opini Tahun Sebelumnya 2005 2006 NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
93
Lanjutan Tabel 4.15 NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL SUBA SUDI SUGI SULI TBMS TEJA
Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Texmaco Jaya Tbk Jumlah
Sumber : Laporan Auditor Independen setelah dianalisis
Opini Tahun Sebelumnya 2005 2006 GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO 10 16
Auditee yang menerima opini going concern pada tahun 2004 berjumlah 10, dan sisanya sebanyak 30 perusahaan pada tahun 2004 tidak menerima opini going concern. Sementara itu pada tahun 2005 terdapat 16 auditee penerima opini going concern, sedangkan sisanya sebanyak 24 perusahaan tidak menerima opini going concern. Dari 40 perusahaan sampel tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya yaitu kelompok dengan opini audit going concern (GCAO) dan kelompok dengan opini audit non going concern (NGCAO). Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran serta mengetahui perbedaan jenis opini audit yang diterima tahun sebelumnya antara perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern. Pengelompokan auditee ini nampak dalam Tabel 4.16 sebagai berikut :
94
Tabel 4.16 Opini Audit Tahun Sebelumnya Berdasarkan Kelompok Auditee No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kode ADES CEKA DSUC INTD JKSW KARW KDSI KICI KONI LPIN MLIA SUBA SUDI SUGI SULI TEJA ADES DSUC IKAI INTD JKSW KARW KDSI KONI LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SIMM SIPD SUBA SUDI SUGI SULI TEJA
KELOMPOK GCAO Nama Perusahaan Ades Alfindo Putrasetia Tbk Cahaya Kalbar Tbk Daya Sakti Unggul Corp. Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel W Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk Ades Alfindo Putrasetia Tbk Daya Sakti Unggul Corp.Tbk Intikeramik Alamasri Ind Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel W Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Intern. Tbk Surabaya Agung Ind Pulp Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk
O 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Jumlah penerima GCAO 21 Jumlah penerima NGCAO 17 Total 38 Sumber : Laporan Auditor Independen setelah dianalisis
Kode AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI DPNS GDYR IKAI INAI INCI INDS JECC LAPD MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SCPI SIMM SIPD SMPL TBMS AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS GDYR INAI INCI INDS JECC KICI LAPD SCPI SMPL TBMS
KELOMPOK NGCAO Nama Perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas F Glass Co Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Ind. Tbk Indal Alumuniium Ind Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk Lapindo International Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gour Intern.Tbk Surabaya Agung Ind. Pulp Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas F Glass Co Ltd Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Goodyear Indonesia Tbk Indal Alumuniium Ind Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Lapindo International Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Summiplast Interbenua Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Jumlah penerima GCAO Jumlah penerima NGCAO Total
Keterangan : 0 1
= Opini audit Non Going Concern (NGCAO) = Opini audit Going Concern (GCAO)
O 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 37 42
95
Dari Tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada kelompok penerima opini going concern yang pada tahun sebelumnya juga menerima opini going concern sebanyak 21 perusahaan dari total 38 perusahaan atau 55%. Sementara itu pada kelompok penerima opini non going concern yang pada tahun sebelumnya menerima opini going concern hanya sebanyak 5 perusahaan dari total 42 perusahaan atau 12%. Dari keseluruhan variabel dalam penelitian ini dapat disajikan secara ringkas dalam Tabel 4.17 berikut ini : Tabel 4.17 Ringkasan Variabel Penelitian No
Variabel
1. 2. 3.
Rata-rata Z Score Rata-rata Pertumbuhan Penjualan Opini Tahun Sebelumnya
Kelompok GCAO 0.69 -0.09 0.55
Kelompok NGCAO 1.21 0.14 0.12
Dari Tabel diatas dapat dibuat grafik guna mempermudah pemahaman terhadap variabel penelitian, grafik tersebut adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Grafik Variabel Penelitian 1.4
1.21
1.2 N i l a i
GCAO
1 0.8
NGCAO
0.69 0.55
0.6 0.4 0.14
0.2 0 -0.2
0.12
-0.09 Rata-rata Z Score
Rata-rata Pertumbuhan Penjualan
Variabel
Opini Tahun Sebelumnya
96
4.1.4 Analisis Data 4.1.4.1 Analisis Z Score Altman Dalam penelitian ini, selain digunakan statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran profil variabel – variabel penelitian seperti yang telah dilakukan diatas, juga digunakan analisis Z Score untuk menentukan perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan sehat (non bankrupt company) atau perusahaan bangkrut (bankrupt company) dengan cara menganalisis nilai dari Z Score tiap perusahaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian akan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu perusahaan sehat, perusahaan bangkrut, dan perusahan rawan bangkrut. Dari hasil perhitungan nilai Z Score yang telah dilakukan kemudian hasilnya diklasifikasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Altman. Kriteria yang digunakan untuk penggolongan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.18 Kriteria titik cut off Model Z Score Kriteria
Nilai Z
Kategori
Tidak bangkrut jika Z >
2,99
Sehat
Bangkrut jika Z <
1,81
Bangkrut
1,81 – 2,99
Rawan Bangkrut
Daerah rawan bangkrut (grey area)
Berikut adalah hasil analisis Z Score Altman dari hasil perhitungan nilai Z Score dengan menggunakan Exel 2003 :
97
Tabel 4.19 Hasil Analisis Z Score Altman NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
KODE
NAMA PERUSAHAAN
Z Score 2005
ADES Ades Alfindo Putrasetia Tbk 0.64 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food 0.64 AMFG Asahimas Flat G Co Ltd Tbk 1.14 APLI Asiaplast Industries Tbk 0.91 BATI BAT Indonesia Tbk 2.23 BRNA Berlina Co Ltd Tbk 0.71 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 1.05 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 0.74 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0.60 DSUC Daya Sakti Unggul Corp Tbk 1.22 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 1.93 IKAI Intikeramik Alam Ind Tbk 0.36 INAI Indal Alumuniium IndTbk 0.99 INCI Intan Wijaya Intern Tbk 0.91 INDS Indospring Tbk 0.94 INTD Inter Delta Tbk 1.09 JECC Jembo Cable Company Tbk 1.33 JKSW Jakarta Kyoei S W Ltd Tbk 0.36 KARW Karwell Indonesia Tbk 1.45 KDSI Kedawung Setia Ind Tbk 1.64 KICI Kedaung Indah Cantik Tbk 0.57 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk 0.93 LAPD Lapindo International Tbk 1.78 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 0.37 MLIA Mulia Industrindo Tbk 0.64 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 0.95 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 0.63 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk 0.42 PTSP Pioneerindo Gour Intern Tbk 1.95 SAIP Surabaya Agung I Pulp Tbk 0.15 SCPI Schering Plough Ind Tbk 1.79 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 0.59 SIPD Sierad Produce Tbk 1.22 SMPL Summiplast Interbenua Tbk 0.99 SUBA Suba Indah Tbk 0.22 SUDI Surya Dumai Industri Tbk 0.36 SUGI Sugi Samapersada 0.86 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk 0.66 TBMS Tembaga Mulia Sem Tbk 3.43 TEJA Texmaco Jaya Tbk 0.05 2005 Jumlah Perusahaan Bangkrut Jumlah Perusahaan Sehat Jumlah Perusahaan Rawan Bangkrut Total Perusahaan Sumber : Data Olahan yang telah dianalisis
Kategori Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut
Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut
Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut
Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut 36 1 3 40
Z Score 2006
0.52 0.92 0.97 0.61 2.25 0.76 1.16 1.39 0.62 1.22 2.18 0.34 1.05 0.70 0.80 1.40 1.24 0.46 0.83 0.40 0.53 0.88 1.74 0.27 0.62 0.99 0.54 0.47 1.86 0.19 1.25 0.95 0.99 0.82 0.02 0.10 0.69 0.47 4.09 0.06 2006
Kategori Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut
Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut
Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut
Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut 36 1 3 40
98
Pada tahun 2005 dan tahun 2006, 36 (90%) perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan bangkrut karena nilai Z Scorenya kurang dari 1.81. Hal ini menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan sehingga investor dan kreditur seharusnya berhati – hati dalam melakukan investasi. Banyaknya perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut ini dikarenakan sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang mengalami laba negatif (defisit). Sebagian besar dari perusahaan tersebut mempunyai laba ditahan (Retained Earning) yang negatif yang dapat dilihat pada lampiran 3. Perusahaan – perusahaan tersebut cenderung memiliki total hutang yang lebih besar dari pada total aktivanya serta modal kerja yang negatif. Tanpa modal kerja yang cukup, aktivitas perusahaan dapat terancam karena perusahaan tidak dapat membiayai operasinya serta tidak dapat membayar kewajiban – kewajibanya tepat pada waktunya. Sedangkan perusahaan yang masuk kategori sehat adalah PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. Walaupun pada tahun 2005 perusahaan ini mengalami rugi bersih sebesar Rp 17.210.856.228,00 namun keadaan tersebut masih bisa tertutup dengan laba ditahan yang ada sehingga perusahaan masih tetap memiliki modal kerja yang cukup guna membiayai operasinya. Pada tahun 2006 perusahaan
ini
mampu
meningkatkan
penjualan
hingga
mencapai
Rp 3.722.396.260.701,00 sehingga pada tahun 2006 mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 24.477.226.063,00. Perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut, baik pada tahun 2005 maupun 2006 adalah 3 perusahaan yaitu : PT BAT Indonesia Tbk, PT Goodyear
99
Indonesia Tbk, dan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk dengan skor Z pada tahun 2005 masing – masing 2.23, 1.93, dan 1.95 dan pada tahun 2006 2.25, 2.18, dan 1.86. Perusahaan dengan nilai Z Score
antara 1.81 – 2.99
memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu dua tahun. Perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut tersebut diduga memiliki kecenderungan untuk menerima opini audit going concern. Berikut disajikan analisis Z Score dengan mengelompokkan perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun 2005 dan 2006 yang nampak dalam Tabel 4.20. Dari 38 auditee penerima opini going concern hanya ada 1 perusahaan yang termasuk dalam kategori rawan bangkrut yaitu PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. Aktivitas utama perusahaan ini adalah usaha penyedia makanan dan minuman dengan menggunakan merk dagang California Fried Chicken (CFC), Sapo Oriental, dan Cal Donat. Penjualan bersih perusahaan ini mengalami penurunan dari tahun ketahun, terlebih lagi dengan maraknya isu flu burung, munculnya usaha – usaha yang sejenis, serta bencana alam yang terjadi di Indonesia semakin memperkeruh kondisi keuangan perusahaan ini sehingga pada tahun 2006 perusahaan ini menerima opini going concern unqualified atas laporan keuangannya.
100
Tabel 4.20 Hasil Analisis Z Score Altman KELOMPOK GCAO No
Kode
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
ADES CEKA DSUC INTD JKSW KARW KDSI KICI KONI LPIN MLIA SUBA SUDI SUGI SULI TEJA ADES DSUC IKAI INTD JKSW KARW KDSI KONI LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP SIMM SIPD SUBA SUDI SUGI SULI TEJA
Ades Alfindo Putra Tbk Cahaya Kalbar Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Ind Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Tbk Texmaco Jaya Tbk Ades Alfindo Putra Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Intikeramik Alamasri Tbk Inter Delta Tbk Jakarta Kyoei Steel Ltd Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Ind Tbk Perdana Bangun Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Tbk Surabaya Agung Pulp Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Texmaco Jaya Tbk
Z Score 0.64 0.74 1.22 1.09 0.36 1.45 1.64 0.57 0.93 0.37 0.64 0.22 0.36 0.86 0.66 0.05 0.52 1.22 0.34 1.4 0.46 0.83 0.4 0.88 0.27 0.62 0.99 0.54 0.47 1.86 0.19 0.95 0.99 0.02 0.1 0.69 0.47 0.06
Jumlah Perusahaan Bangkrut 37 Jumlah Perusahaan Sehat Jumlah Perusahaan Rawan Bangkrut 1 Total Perusahaan 38 Sumber : Data Olahan yang sudah dianalisis
Kategori Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut
KELOMPOK NGCAO No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Kode
Nama Perusahaan
AISA Tiga Pilar Sejahtera Food AMFG Asahimas Flat Glass Tbk APLI Asiaplast Industries Tbk BATI BAT Indonesia Tbk BRNA Berlina Co Ltd Tbk BUDI Budi Acid Jaya Tbk DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk GDYR Goodyear Indonesia Tbk IKAI Intikeramik Alamasri Tbk INAI Indal Alumuniium Ind Tbk INCI Intan Wijaya Intern Tbk INDS Indospring Tbk JECC Jembo Cable Company Tbk LAPD Lapindo International Tbk MYTX APAC Citra Centertex Tbk PAFI Panasia Filament Inti Tbk POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk PTSP Pioneerindo Gourmet Tbk SAIP Surabaya Agung Tbk SCPI Schering Plough Ind Tbk SIMM Surya Intrindo MakTbk SIPD Sierad Produce Tbk SMPL Summiplast Interbenua Tbk TBMS Tembaga Mulia Tbk AISA Tiga Pilar Sejahtera Food AMFG Asahimas Flat Glass Tbk APLI Asiaplast Industries Tbk BATI BAT Indonesia Tbk BRNA Berlina Co Ltd Tbk BUDI Budi Acid Jaya Tbk CEKA Cahaya Kalbar Tbk DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk GDYR Goodyear Indonesia Tbk INAI Indal Alumuniium Ind Tbk INCI Intan Wijaya Intern Tbk INDS Indospring Tbk JECC Jembo Cable Company Tbk KICI Kedaung Indah Cantik Tbk LAPD Lapindo International Tbk SCPI Schering Plough Ind Tbk SMPL Summiplast Interbenua Tbk TBMS Tembaga Mulia Sem Tbk Jumlah Perusahaan Bangkrut Jumlah Perusahaan Sehat Jumlah Perusahaan Rawan Bangkrut Total Perusahaan
Z Score 0.64 1.14 0.91 2.23 0.71 1.05 0.60 1.93 0.36 0.99 0.91 0.94 1.33 1.78 0.95 0.63 0.42 1.95 0.15 1.79 0.59 1.22 0.99 3.43 0.92 0.97 0.61 2.25 0.76 1.16 1.39 0.62 2.18 1.05 0.70 0.80 1.24 0.53 1.74 1.25 0.82 4.09 35 2 5 42
Kategori Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Rawan Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat
101
Sementara pada kelompok NGCAO auditee yang termasuk dalam kategori bangkrut adalah 35 perusahaan, sedangkan sisanya 2 perusahaan termasuk dalam kategori sehat dan 5 perusahaan lainnya masuk dalam kategori rawan bangkrut. Sebagian besar dari perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut tersebut memiliki saldo laba yang negatif serta total hutang yang cenderung lebih besar dari pada total aktivanya. Namun mereka tidak menerima opini going concern dikarenakan masalah keuangan yang mereka hadapi tidak begitu serius dan sebagian besar dari mereka diperkirakan masih dapat meneruskan operasinya. Lain halnya dengan perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut pada kelompok GCAO. Nilai Z Score dari perusahaan tersebut cenderung rendah dan perusahaan – perusahaan tersebut memang sedang dalam kesulitan keuangan yang serius. Rata – rata dari mereka kekurangan modal kerja guna pembiayaan operasi perusahaan serta kesulitan likuiditas guna penyelesaian kewajiban jangka pendek mereka sehingga sebagian besar dari perusahaan dalam kategori ini melakukan restrukturisasi terhadap utang mereka. Tidak sedikit dari perusahaan pada kelompok ini yang terpaksa menghentikan operasinya dikarenakan tidak adanya modal. Modal kerja yang negatif, defisit laba yang terus meningkat, kesulitan likuiditas, serta kerugian yang berulang menyebabkan rasio Z Score perusahaan rendah sehingga merekapun tak luput dari penerimaan opini going concern.
102
4.1.4.2 Analisis Inferensial Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2006 : 71). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas, heteroscedasitiy, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan (ZSCORE), pertumbuhan perusahaan (SALE) dan opini audit tahun sebelumnya (OPINI) terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi ( ) 5 persen. a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan kedalam model. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Tabel 4.21 Iteration History 0 Iteration Step 0
-2 Log likelihood
1 110.703 2 110.703 Initial -2 Log Likelihood: 110.703
Coefficients Constant -.100 -.100
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
103
Output SPSS pada Tabel 4.21 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood pertama sebesar 110.703, angka ini secara matematik signifikan pada alpha ( α ) 5% dan hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi). Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005). Tabel 4.22 Iteration History 1 Iteration Step 1
1 2 3 4
-2 Log Coefficients likelihood Constant ZSCORE .056 -.671 83.498 .435 -1.180 80.684 .573 -1.374 80.475 .585 -1.391 80.474
-2LL awal (Block Number = 0)
110.703
-2LL akhir (Block Number = 1)
80.474
SALES -.835 -1.396 -1.589 -1.605
OPINI 1.575 1.851 1.951 1.961
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Setelah keseluruhan variabel bebas yaitu Z Score (ZSCORE), Rasio pertumbuhan penjualan (SALES), dan Opini audit tahun sebelumnya (OPINI) dimasukkan ke dalam model, -2 Log Likelihood menunjukkan angka 80.474, atau terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood sebesar 30.230. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke
104
dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. b. Pengujian Kelayakan Model Regresi Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikasi ( ) 5 %. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah : H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Tabel 4.23 Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 6.741
df 8
Sig. .565
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Tabel 4.23 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow. Dengan probabilitas signifikasi menunjukkan angka 0,565, nilai signifikansi yang diperoleh ini jauh lebih besar dari pada 0,05 ( α ) 5%, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.
105
c. Pengujian Multikolinearitas Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Walaupun dalam regresi logistik tidak lagi memerlukan uji asumsi klasik seperti multikolineartilitas, namun tidak ada salahnya apabila dilakukan uji multikolineartilitas. Pengujian multikolinearitas dalam model ini dengan menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen di dalam penelitian ini yaitu kondisi keuangan perusahaan (ZSCORE), pertumbuhan perusahaan (SALES), dan Opini audit tahun sebelumnya (OPINI). Tabel 4.24 menunjukkan korelasi antar variabel independent di dalam penelitian ini. Matrik korelasi dibawah menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas yang serius antar variabel bebas, sebagaimana terlihat dari nilai korelasi antar variabel bebas masih jauh di bawah 0.8. Korelasi antar variabel bebas menunjukkan angka negatif (-) yang berarti antar variabel bebas terdapat korelasi tak langsung atau korelasi negatif. Korelasi tertinggi antar variabel independen terjadi antara variabel SALES dan OPINI yaitu -0.16. Tabel 4.24 Correlation Matrix Step 1
Constant ZSCORE SALES OPINI
Constant ZSCORE 1.000 -.857 -.857 1.000 .134 -.188 -.203 -.068
SALES .134 -.188 1.000 -.016
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
OPINI -.203 -.068 -.016 1.000
106
d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. Tabel 4.25 Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square 1 80.474 .315 Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Nagelkerke R Square .420
Tabel 4.25 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,420 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 42%, sisanya sebesar 58 % dijelaskan oleh variabilitas variabel - variabel lain di luar model penelitian. Atau secara bersama-sama variasi variabel kondisi keuangan (Z SCORE), pertumbuhan perusahaan (SALES), dan opini audit tahun sebelumnya (OPINI) dapat menjelaskan variasi variabel opini going concern sebesar 42%. e. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee.
107
Tabel 4.26 Classification Table Observed Step 1
GCAO
NGC GC
Predicted GCAO NGC GC 36 6 11 27
Overall Percentage a The cut value is .500 Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Percentage Correct 85.7 71.1 78.8
Dari Tabel 4.26 dapat dibaca bahwa menurut prediksi, auditee yang menerima opini going concern adalah 38, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini going concern adalah 27. Jadi ketepatan model ini adalah 27 /38 atau 71.1%. Dan menurut prediksi, auditee yang menerima opini non going concern adalah 42, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini non going concern adalah 36. Jadi ketepatan model ini adalah 36/42 atau 85.7%. Ketepatan prediksi keseluruhan model ini adalah 78.8%. f. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas yaitu kondisi keuangan perusahaan (Z SCORE), pertumbuhan perusahaan (SALES), dan Opini audit tahun sebelumnya (OPINI) terhadap Opini Audit Going Concern dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat Variables in the Equation, pada kolom Significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0.05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka Ha diterima.
108
Tabel 4.27 Variables in the Equation Independent Variabel B Wald S.E. ZSCORE -1.391 4.816 Step 1 .634 SALES -1.605 2.174 1.088 OPINI 1.961 9.865 .624 Constant .585 .897 .617 Variable(s) entered on step 1: ZSCORE, SALES, OPINI. Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
df 1 1 1 1
Sig. .028 .140 .002 .034
Exp(B) .249 .201 7.106 1.794
Tabel 4.27 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikasi 5 persen. Dari pengujian dengan regresi logistik diatas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut : OPINI = 0.585 – 1.391 ZSCORE – 1.605 SALES + 1.961 OPINI + ∈ Ha1
: Kondisi Keuangan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z Score, pada
Tabel 4.27 menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.391 dengan tingkat signifikansi 0.028 < 0.05 yang berarti Ha1 dapat diterima. Dengan demikian terbukti bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini going concern. Ha2
: Pertumbuhan
Perusahaan
berpengaruh
negatif
terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan, pada Tabel 4.27 menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.605 dengan tingkat signifikansi 0.140 > 0.05 yang berarti Ha2 ditolak atau Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
109
Ha3
: Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Variabel Opini audit tahun sebelumnya menunjukkan koefisien positif
sebesar 1.961 pada signifikansi 0.034 < 0.05 yang berarti Ha3 diterima. Dengan demikian terbukti bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern. Keseluruhan hasil pengolahan data dengan regresi logistik dan menggunakan program SPSS 13.0 tersebut terangkum dalam Lampiran 4.
4.2 Pembahasan Penelitian ini merupakan studi mengenai penerbitan opini going concern dan non going concern oleh auditor. Penelitian ini mengamati dua variabel keuangan (kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z Score Altman dan pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan) dan satu variabel non keuangan yaitu opini audit tahun sebelumnya. Penelitian terhadap 80 perusahaan manufaktur dari 294 perusahaan sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling selama tahun 2005 dan 2006 diperoleh hasil 38 auditee menerima opini going concern dan sisanya sebanyak 42 auditee menerima opini non going concern. Berdasarkan opini yang diterima tersebut, auditee yang terpilih menjadi sampel penelitian kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok dengan GCAO dan kelompok dengan NGCAO.
110
Ringkasan hasil pengujian ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.28 sebagai berikut : Tabel 4.28 Ringkasan Pengujian Hipotesis No Hipotesis 1. Kondisi Keuangan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern 2. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern 3. Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern
Hasil Diterima Ditolak Diterima
Pengaruh dari masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 4.2.1 Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z Score, pada Tabel 4.27 menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.391 dengan tingkat signifikansi 0.028 < 0.05 yang berarti Ha1 dapat diterima. Dari hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z Score Altman berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern. Dalam penelitian ini kondisi keuangan menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.391. Angka ini dapat diartikan bahwa log of odd perusahaan akan menerima opini going concern berbanding terbalik dengan Z Score Altman. Semakin tinggi nilai dari Z Score Altman ini akan semakin memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern. Jika variabel lain yaitu rasio pertumbuhan
111
penjualan dan opini audit tahun sebelumnya dianggap konstan, setiap unit kenaikan nilai Z Score Altman akan mengurangi log of odd perusahaan menerima opini going concern sebesar 1.391 atau dengan kata lain, resiko perusahaan menerima opini going concern akan turun dengan faktor 0.249 (e1.391). Dari 80 perusahaan sampel yang diamati, nilai rata – rata dari rasio Z Score kelompok auditee dengan GCAO menunjukkan angka 0.69, sedangkan pada kelompok auditee dengan NGCAO adalah 1.21. Rasio Z Score pada kedua kelompok ini menunjukkan range yang cukup tinggi yaitu mencapai 75%, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio Z Score pada kedua kelompok. Dalam memberikan opini going concern, seorang auditor tentu saja sangat memperhatikan kondisi keuangan auditee. Auditee yang tidak mempunyai permasalahan keuangan yang serius, tidak mengalami kesulitan likuiditas, mempunyai modal kerja yang cukup, serta tidak mengalami defisit equitas sudah barang tentu luput dari penerimaan opini going concern. Sementara perusahaan yang mengalami permasalah keuangan, kesulitan likuiditas, kekurangan modal kerja, serta kerugian terus menerus yang mengakibatkan rasio Z Score rendah berpeluang besar menerima opini going concern. Pada dasarnya rasio Z Score ini mengindikasikan kondisi keuangan suatu perusahan yang sebenarnya serta merupakan peringatan dini bagi suatu perusahaan akan ancaman kebangkrutan usahanya. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan keadaan yang semakin baik atau tidak terdapat permasalahan.
112
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Setyarno (2005), dimana kondisi keuangan perusahaan diproksikan dengan empat rasio keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan laverage. Selain itu, temuan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany, Fanny dan Saputra (2004). Temuan empiris ini juga mendukung teori dari Mutchler dan Mc Keown et al (1984) yang menyatakan bahwa auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (financial distress). 4.2.2 Pertumbuhan Perusahaan Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan (Sales Growth ratio) menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.605 dengan tingkat signifikansi 0.140 > 0.05. Artinya dapat disimpulkan bahwa Ha2 tidak berhasil didukung, dengan demikian terbukti bahwa rasio pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Tanda koefisien variabel SALES ini negatif yang menunjukkan hubungan berlawanan arah, yang berarti semakin tinggi rasio pertumbuhan pejualan auditee semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Walaupun tanda koefisien variabel SALES ini negatif, namun peningkatan penjualan tersebut tidak menjamin auditee untuk tidak menerima opini going concern. Peningkatan penjualan yang tidak seimbang dengan peningkatan beban operasional, atau peningkatan beban operasional yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
peningkatan
penjualan
akan
113
mengakibatkan laba bersih setelah pajak yang negatif dan selanjutnya akan berdampak pada berkurangnya saldo laba ditahan. Dari 80 auditee yang menjadi sampel penelitian baik auditee dengan opini GCAO maupun NGCAO mengalami peningkatan penjualan rata-rata sebesar 0.03 (3%), namun peningkatan penjualan tersebut juga diikuti dengan peningkatan beban usaha yang tinggi sehingga menghasilkan laba bersih setelah pajak yang negatif. Hal ini berarti auditee yang menjadi sampel baik auditee dengan opini GCAO maupun NGCAO mengalami peningkatan dalam penjualan bersihnya, tetapi peningkatan penjualan bersih ini tidak diikuti dengan kemampuan auditee untuk menghasilkan laba serta meningkatkan saldo labanya. Bukti ini dapat terlihat pada lampiran 5. Sementara itu berdasarkan hasil pengelompokkan auditee, pada kelompok auditee dengan opini going concern menunjukkan rasio pertumbuhan penjualan sebesar -0.09 yang berarti terjadi penurunan penjualan sebesar 9%, sedangkan pada kelompok auditee dengan opini non going concern 0.14 yang berarti terjadi peningkatan penjualan sebesar 14%. Walaupun terdapat perbedaan besaran rasio pertumbuhan penjualan pada kedua kelompok, namun ternyata peningkatan ataupun penurunan penjualan bukan merupakan alasan bagi auditor untuk memberikan opini going concern maupun non going concern. Hal tersebut dikarenakan peningkatan penjualan belum tentu akan meningkatkan laba dan penurunan penjualan juga tidak selalu mengakibatkan penurunan laba. Seorang auditor
akan
lebih
mempertimbangkan
kemampuan
menghasilkan laba dalam hal pemberian opini going concern.
perusahaan
untuk
114
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Setyarno (2005), Temuan empiris pada penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Fanny dan Saputra (2005). Fanny dan Saputra (2005) menemukan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan yang lain yaitu rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin auditee untuk tidak menerima opini audit going concern. 4.2.3 Opini Audit Tahun Sebelumnya Pengujian atas variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINI) ditemukan bukti empiris bahwa opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern pada tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji regresi logistik pada Tabel 4.26 dimana variabel OPINI mempunyai angka probabilitas signifikansi 0.02 dibawah tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan nilai koefisien positif sebesar 1.961. Angka ini memberikan arti bahwa log of odd perusahaan akan menerima opini going concern searah dengan opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya. Apabila pada tahun lalu auditee menerima opini going concern, maka besar kemungkinan untuk menerima opini going concern lagi pada tahun sekarang. Jika variabel lain yaitu kondisi keuangan perusahaan dan rasio pertumbuhan penjualan dianggap konstan, setiap kali penerimaan opini going concern pada tahun lalu akan menambah log of odd perusahaan menerima kembali opini going concern pada tahun sekarang sebesar
115
1.961 atau dengan kata lain, resiko perusahaan menerima opini going concern akan naik dengan faktor 7.106 (e1.961). Angka ini memberikan arti bahwa perusahaan yang tahun lalu menerima opini going concern beresiko menerima kembali opini going concern pada tahun sekarang 7 kali lebih besar dibandingkan dengan auditee yang menerima opini non going concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cancello & Neal (2000). Penelitian dari Cancello & Neal (2000) menemukan bukti bahwa opini going concern yang diterima pada tahun sebelumnya mempengaruhi keputusan auditor untuk menerbitkan kembali opini going concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini going concern yang diterima pada tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Muthcler (1985) bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Walaupun sebenarnya penerbitan kembali opini going concern ini tidak didasarkan kepada opini going concern yang diterima pada tahun sebelumnya semata, namun lebih kepada efek yang disebabkan oleh pemberian opini going concern tersebut yaitu hilangnya kepercayaan dari publik akan keberlanjutan usaha auditee termasuk dari investor, kreditur, dan konsumen sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk dapat bangkit kembali dari kondisi keterpurukan. Hal ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Jones (1996) bahwa suatu laporan yang dimodifikasi mengenai going concern
116
dapat mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan. Auditee yang menerima opini going concern biasanya mempunyai permasalahan keuangan yang serius, kesulitan likuiditas, tidak mempunyai modal kerja yang cukup, serta mengalami defisit equitas. Tanpa adanya tindakan penanggulangan yang radikal guna mendongkrak posisi keuangan perusahaan sudah barang tentu semakin lama kondisi keuangan perusahaan akan semakin memburuk dan semakin memperbesar kemungkinan penerimaan opini going concern kembali.
BAB V PENUTUP 5.1 SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 80 perusahaan sampel, dimana 38 perusahaan menerima opini going concern dan sisanya 42 perusahaan menerima opini non going concern. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern dengan nilai koefisien negatif sebesar 1.391 pada tingkat signifikansi 5%, atau sebesar 0.249 (e1.391). 2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik diperoleh bukti empiris bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern dengan nilai koefisien positif sebesar 1.961 pada tingkat signifikansi 5%. Angka ini memberikan arti bahwa perusahaan yang tahun lalu menerima opini going concern beresiko menerima kembali opini going concern pada tahun sekarang 7 kali lebih besar dibandingkan dengan auditee yang menerima opini non going concern. 3. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik diperoleh bukti empiris bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern pada tingkat signifikansi 5%.
117
118
5.2 KETERBATASAN Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel, yaitu 2 variabel keuangan (kondisi keuangan perusahaan dan pertumbuhan penjualan) serta 1 variabel non keuangan (opini audit tahun sebelumnya). 2. Periode pengamatan hanya 2 (dua) tahun dan pada saat kondisi ekonomi normal, sehingga belum bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang serta pada saat kondisi ekonomi tidak normal.
5.3 SARAN Dengan berbagai telaah dan analisa yang telah penulis lakukan, serta berdasarkan keterbatasan dari peneliti, maka dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi sebaiknya berhati – hati dalam memilih perusahaan dan sebaiknya tidak berinvestasi pada perusahaan yang mendapat opini audit going concern. 2. Kepada manajemen perusahaan hendaknya dapat mengenali lebih dini tandatanda kebangkrutan usaha dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangannya sehingga dapat mengambil kebijakan sesegera mungkin guna mengatasi masalah tersebut dan terhindar dari penerimaan opini going concern.
119
3. Bagi Auditor hendaknya mewaspadai kondisi keberlanjutan usaha auditee serta berhati-hati dalam memberikan opini going concern. 4. Bagi Peneliti yang akan datang, dapat memasukkan variabel tambahan seperti rasio keuangan yang lain, size, dan Kualitas Auditor serta dapat memperpanjang tahun pengamatan sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan pembedaan antara periode krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal.
120
DAFTAR PUSTAKA
Arens dan Loebecke. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Belkaoui, Ahmed. R. 2000. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Empat Chen, K.C.W. and Church. 1992. Default on Debt obligations and Auditor Report. Auditing : A Journal of Practice & Theory. Fall. pp. 30 – 49. Erich, Helfert A. 1997. Teknik Analisis Keuangan (Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan). Edisi ke-8. Jakarta : Penerbit Erlangga. Fabozzi, J. Frank. 2002. Manajemen Investasi. Buku II. Jakarta : Salemba Empat. Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Edisi Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hani., Clearly,. dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit : Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI. 1221 - 1233. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. Koh, H dan Killough, L, 1990. The Use of Multiple Discriminant Analysis in the Assesment of the Going-concern Status of an Audit Client. Journal of Business, Finance and Accounting. Spring. 179-192.
121
Manao, H. dan Nursetyo, Y. 2002. An Audit Quality Comparison Between Large and Small CPA Firms in Indonesia in the Context of "Going Concern" Opinion : Evidence Based On Auditees Financial Ratio. Simposium Nasional Akuntansi V. 36-45.. Media Akuntansi. 1999. Artikel. Going Concern dan Tanggung Jawab Auditor. Edisi 02/Agustus/Th.I Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Yogyakarta : Salemba Empat. Munawir. 1996. Auditing Modern. Edisi Pertama. Yogyakarta : Badan Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM Muslich, Mohamad. 2000. Manajemen Keuangan Modern (Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta : PT Bumi Aksara. Mutchler, J.F. 1984. Auditor Perceptions of the Going-Concern Opinion Decision. Auditing : A Journal of Practice & Theory 3. Spring. pp. 17 – 30. Petronela, Thio. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance. 47 - 55. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak Dipublikasikan. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Setyarno, Eko Budi, 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Tidak dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Edisi ke-6. Bandung : Penerbit Tarsito.
122
Lampiran 1 Data Keuangan Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) No
KODE
NAMA PERUSAHAAN
Current Assets 2005
1
ADES
Ades Alfindo Putra Tbk
2
AISA
3
AMFG
4
APLI
Asiaplast Industries Tbk
5
BATI
BAT Indonesia Tbk
6
BRNA
Berlina Co Ltd Tbk
7
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk
8
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
9
DPNS
Duta Pertiwi NusanTbk
10
DSUC
11
Total Assets
2006
Current Liabilities 2005
2006
Total Liabilities 2005
Retained Earning
2005
2006
2006
210,052
233,253
278,891
427,199
297,953
449,948
2005
Sales
EBIT
2006
2005
2006
-244,214
-373,008
143,751
135,043
2005
Market Cap 2006
2005 248,535
2006 166,189
60,794
50,039
-111,632
-111,358
Tiga Pilar Sejahtera Food
142,050
170,645
357,786
363,933
173,794
157,840
262,622
268,636
-174,695
-174,565
229,973
Asahimas Flat Glass Tbk
706,638
765,759
1,565,679
1,629,669
218,973
345,203
364,829
481,616
818,729
765,970
1,719,320
333,456
24,632
33,610
224,675
182,875
1,541,551
313,191
-6,013
1,443,050
1,269,450
82,009
61,290
292,309
267,424
101,776
86,801
157,487
132,536
454
520
264,850
161,450
1,335
7,456
39,000
52,000
514,365
424,917
681,787
611,963
236,961
233,646
263,019
260,992
138,372
76,249
1,510,386
1,372,102
30,756
-81,321
495,000
264,000
190,882
187,435
398,392
408,108
60,386
108,738
238,455
241,644
104,966
112,165
280,043
306,651
31,250
16,630
69,000
53,130
373,905
283,895
978,597
931,614
335,639
226,590
745,362
664,155
1,736
32,484
1,024,621
1,072,908
52,108
106,118
116,993
190,883
150,317
186,290
328,249
280,807
90,794
53,675
146,720
84,234
-74,528
-529,237
240,713
391,062
-4,421
24,019
178,500
175,525
97,970
98,256
143,512
146,045
12,648
20,048
22,707
31,723
28,503
24,981
79,130
84,661
5,060
-7,035
155,688
154,147
Daya Sakti Unggul Tbk
187,345
129,846
396,039
322,076
299,999
237,042
367,101
554,249
-89,596
-113,665
485,599
397,009
-23,665
-634
85,000
80,000
GDYR
Goodyear Indonesia Tbk
317,634
309,609
458,737
454,851
139,391
139,029
182,811
173,618
234,926
240,233
875,047
982,428
-1,799
36,643
328,000
270,600
12
IKAI
Intikeramik Alamasri Tbk
241,069
244,173
703,629
682,345
270,443
374,421
597,446
472,063
-342,213
-339,449
259,270
238,491
-7,537
-18,300
36,000
49,500
13
INAI
Indal Alumuniium Tbk
275,035
330,309
476,734
534,462
211,622
181,538
435,543
480,734
-41,749
-29,210
473,506
557,583
7,527
44,301
23,760
31,680
14
INCI
Intan Wijaya InterTbk
135,674
134,798
179,211
172,782
17,584
19,543
18,729
20,550
69,161
60,911
157,178
116,715
16,860
-4,965
66,078
44,354
15
INDS
Indospring Tbk
278,846
238,116
459,703
490,604
230,694
241,924
392,920
421,649
27,664
29,835
432,282
390,976
-2,862
15,900
18,750
18,750
16
INTD
Inter Delta Tbk
22,798
21,694
31,328
28,270
60,372
56,555
65,767
62,208
-51,297
-50,796
35,461
40,742
-520
1,585
4,828
3,923
17
JECC
Jembo Cable Com Tbk
219,029
251,178
322,662
362,467
236,762
266,299
259,572
299,054
-16,410
-15,907
428,123
448,021
16,320
60,360
40,824
33,264
18
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Tbk
110,097
103,196
289,447
263,493
25,717
12,967
648,612
617,095
-439,011
-433,448
110,185
125,853
-1,408
25,212
9,750
21,750
19
KARW
Karwell Indonesia Tbk
265,736
164,572
492,063
321,196
435,422
331,537
455,145
335,525
-253,038
-327,043
720,097
273,123
20,266
-49,363
117,430
61,651
20
KDSI
Kedawung Setia IndusTbk
227,475
227,985
384,928
439,737
252,098
232,015
305,626
283,815
-71,199
5,421
631,079
173,900
7,051
15,120
24,080
42,140
21
KICI
Kedaung Indah Cantik Tbk
6,528
4,849
161,454
140,214
50,760
45,765
84,097
81,629
4,622
-13,715
93,144
75,092
-10,237
-18,083
26,910
14,490
22
KONI
Perdana Bangun Tbk
34,274
35,865
66,232
66,230
38,165
38,422
44,252
45,112
-24,358
-25,188
61,922
58,720
965
1,009
9,880
9,880
23
LAPD
Lapindo International Tbk
26,331
29,162
46,793
49,198
25,461
25,249
25,869
25,812
-5,910
-3,448
81,927
84,303
-1,376
3,495
125,589
132,199
24
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
25
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
26
MYTX
27
PAFI
28
41,792
35,991
117,059
108,746
52,907
45,166
54,673
47,299
-8,476
-9,415
43,329
29,235
-10,659
-382
10,625
12,750
1,453,704
1,275,463
4,115,990
3,780,131
5,344,081
6,815,539
6,795,780
6,969,786
-3,496,090
-4,005,955
2,718,511
2,464,573
6,536
3,807
205,065
205,065
APAC Citra Centertex Tbk
572,052
512,137
2,399,773
2,234,513
864,680
833,804
2,059,881
1,670,334
-635,014
-573,299
2,303,027
2,216,605
-31,443
116,110
110,000
117,333
Panasia Filament Inti Tbk
301,320
213,824
693,615
664,011
289,350
197,765
531,951
486,048
68,965
177,963
438,777
355,162
-43,026
-48,544
61,275
64,443
POLY
Polysindo Eka Perkasa Tbk
991,068
1,298,542
6,093,780
5,848,629
11,461,786
11,070,187
12,115,828
11,897,173
-13,891,802
-13,918,297
2,937,332
3,060,830
-875,433
-24,835
197,726
1,426,145
29
PTSP
Pioneerindo Gourme Tbk
33,177
33,143
76,412
75,759
16,266
36,865
69,445
71,202
-114,203
-116,218
149,346
142,149
7,307
1,245
88,323
88,323
30
SAIP
Surabaya Agung Indus Tbk
160,602
168,566
2,121,633
2,202,306
4,246,652
4,061,177
4,499,865
4,364,815
-2,672,232
2,456,508
412,976
438,659
-401,803
53,711
117,600
117,600
31
SCPI
Schering Plough Indo Tbk
47,106
61,698
74,023
98,874
66,528
93,688
72,985
100,328
-2,562
-5,055
132,729
123,758
7,263
10,196
39,600
32,400
123
Lanjutan Tabel 1 No
KODE
NAMA PERUSAHAAN
Current Assets 2005
2006
Total Assets
Current Liabilities
2005
2006
2005
2006
Total Liabilities 2005
Retained Earning
2006
2005
Sales
2006
2005
EBIT
Market Cap
2006
2005
2006
2005
2006
32
SIMM
Surya Intrindo MakTbk
33
SIPD
Sierad Produce Tbk
34
SMPL
35
SUBA
36
SUDI
Surya Dumai Industri Tbk
37
SUGI
Sugi Samapersada
10,167
10,569
49,729
53,465
19,458
24,051
25,875
25,978
-54,015
-53,745
42,773
37,110
-8,499
3,480
101,134
48,545
38
SULI
Sumalindo Lestari Tbk
304,670
458,703
1,242,449
1,520,602
223,702
382,680
1,024,136
1,079,649
-916,024
-969,133
829,104
703,992
10,427
33,773
634,629
2,970,234
39
TBMS
Tembaga Mulia Sema Tbk
703,332
840,903
835,562
955,614
743,532
837,515
744,660
840,235
28,427
52,904
2,869,151
3,913,279
-6,773
50,371
60,611
55,101
40
TEJA
Texmaco Jaya Tbk
82,161
44,257
525,499
442,471
1,095,305
1,051,933
2,085,078
2,034,701
-1,737,129
-1,769,780
65,406
62,016
-151,321
-37,394
1,062,000
1,062,000
69,180
86,410
130,829
145,922
71,486
98,333
72,499
100,015
-46
-56
76,189
137,624
-13,489
-14,886
155,000
155,000
393,050
436,225
1,157,773
1,113,796
199,383
115,042
213,911
128,990
-2,478,140
-2,437,186
1,425,223
1,111,242
-118,235
71,188
845,200
469,555
Summiplast Interbe Tbk
67,355
63,373
204,173
200,247
79,158
64,661
90,537
85,393
20,156
21,374
199,610
161,105
-2,484
4,636
146,125
187,875
Suba Indah Tbk
23,766
25,244
838,121
793,953
827,120
796,208
928,408
936,338
-633,371
-685,297
208,936
37,722
-180,228
-30,757
42,508
28,844
110,757
75,288
676,689
567,579
807,333
691,462
1,127,096
1,078,020
-1,019,466
-1,077,940
267,857
77,586
-119,576
-39,509
1,140,000
1,140,000
Sumber : Laporan Keuangan Auditee tahun 2006
124
Nilai Z Score Auditee NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
ADES AISA AMFG APLI BATI BRNA BUDI CEKA DPNS DSUC GDYR IKAI INAI INCI INDS INTD JECC JKSW KARW KDSI KICI KONI LAPD LPIN MLIA MYTX PAFI POLY PTSP SAIP
Ades Alfindo Putrasetia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industries Tbk BAT Indonesia Tbk Berlina Co Ltd Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Daya Sakti Unggul Tbk Goodyear Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Ind Tbk Indal Alumuniium Industry Tbk Intan Wijaya International Tbk Indospring Tbk Inter Delta Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Tbk Karwell Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Cantik Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk Lapindo International Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Pioneerindo Gourmet Inter Tbk Surabaya Agung Ind Pulp Tbk
Z1 2005 -0.0125 -0.0011 0.0037 -0.0008 0.0049 0.0039 0.0005 0.0022 0.0071 -0.0034 0.0047 -0.0005 0.0016 0.0079 0.0013 -0.0144 -0.0007 0.0035 -0.0041 -0.0008 -0.0033 -0.0007 0.0002 -0.0011 -0.0113 -0.0015 0.0002 -0.0206 0.0027 -0.0231
Z2 2006 -0.0194 0.0004 0.0031 -0.0011 0.0038 0.0023 0.0007 0.0057 0.0064 -0.0040 0.0045 -0.0023 0.0033 0.0080 -0.0001 -0.0148 -0.0005 0.0041 -0.0062 -0.0001 -0.0035 -0.0005 0.0010 -0.0010 -0.0176 -0.0017 0.0003 -0.0200 -0.0006 -0.0212
2005 -0.0163 -0.0068 0.0073 0.0000 0.0028 0.0037 0.0000 -0.0032 0.0028 -0.0032 0.0072 -0.0068 -0.0012 0.0054 0.0008 -0.0229 -0.0007 -0.0212 -0.0072 -0.0026 0.0004 -0.0051 -0.0018 -0.0010 -0.0119 -0.0037 0.0014 -0.0319 -0.0209 -0.0176
Z3 2006 -0.0224 -0.0067 0.0066 0.0000 0.0017 0.0038 0.0005 -0.0264 0.0024 -0.0049 0.0074 -0.0070 -0.0008 0.0049 0.0009 -0.0252 -0.0006 -0.0230 -0.0143 0.0002 -0.0014 -0.0053 -0.0010 -0.0012 -0.0148 -0.0036 0.0038 -0.0333 -0.0215 0.0156
2005 -0.0175 0.0023 0.0066 0.0002 0.0015 0.0026 0.0018 -0.0004 0.0012 -0.0020 -0.0001 -0.0004 0.0005 0.0031 -0.0002 -0.0005 0.0017 -0.0002 0.0014 0.0006 -0.0021 0.0005 -0.0010 -0.0030 0.0001 -0.0004 -0.0020 -0.0047 0.0032 -0.0062
Z4 2006 -0.0158 0.0030 -0.0001 0.0009 -0.0044 0.0013 0.0038 0.0028 -0.0016 -0.0001 0.0027 -0.0009 0.0027 -0.0009 0.0011 0.0019 0.0055 0.0032 -0.0051 0.0011 -0.0043 0.0005 0.0023 -0.0001 0.0000 0.0017 -0.0024 -0.0001 0.0005 0.0008
2005 0.0050 0.0051 0.0237 0.0015 0.0113 0.0017 0.0009 0.0073 0.0411 0.0014 0.0108 0.0004 0.0003 0.0212 0.0003 0.0004 0.0009 0.0001 0.0015 0.0005 0.0019 0.0013 0.0291 0.0012 0.0002 0.0003 0.0007 0.0001 0.0076 0.0002
Z5 2006 0.0022 0.0041 0.0158 0.0024 0.0061 0.0013 0.0017 0.0125 0.0292 0.0009 0.0094 0.0006 0.0004 0.0130 0.0003 0.0004 0.0007 0.0002 0.0011 0.0009 0.0011 0.0013 0.0307 0.0016 0.0002 0.0004 0.0008 0.0007 0.0074 0.0002
2005 0.6837 0.6421 1.0970 0.9052 2.2131 0.7022 1.0460 0.7326 0.5508 1.2249 1.9056 0.3681 0.9922 0.8762 0.9394 1.1308 1.3255 0.3803 1.4620 1.6378 0.5763 0.9340 1.7491 0.3698 0.6598 0.9587 0.6320 0.4815 1.9525 0.1945
2006 0.5784 0.9153 0.9450 0.6031 2.2399 0.7506 1.1505 1.3912 0.5791 1.2314 2.1577 0.3492 1.0422 0.6748 0.7961 1.4397 1.2348 0.4772 0.8495 0.3951 0.5350 0.8857 1.7118 0.2686 0.6513 0.9910 0.5343 0.5228 1.8745 0.1990
Z Score 2005 2006 0.64 0.52 0.64 0.92 1.14 0.97 0.91 0.61 2.23 2.25 0.71 0.76 1.05 1.16 0.74 1.39 0.60 0.62 1.22 1.22 1.93 2.18 0.36 0.34 0.99 1.05 0.91 0.70 0.94 0.80 1.09 1.40 1.33 1.24 0.36 0.46 1.45 0.83 1.64 0.40 0.57 0.53 0.93 0.88 1.78 1.74 0.37 0.27 0.64 0.62 0.95 0.99 0.63 0.54 0.42 0.47 1.95 1.86 0.15 0.19
125
Lanjutan Tabel 2 NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
SCPI SIMM SIPD SMPL SUBA SUDI SUGI SULI TBMS TEJA
Schering Plough Indonesia Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Summiplast Interbenua Tbk Suba Indah Tbk Surya Dumai Industri Tbk Sugi Samapersada Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Texmaco Jaya Tbk
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
Z1 2005 -0.0031 -0.0002 0.0020 -0.0007 -0.0115 -0.0124 -0.0022 0.0008 -0.0006 -0.0231
Z2 2006 -0.0039 -0.0010 0.0035 -0.0001 -0.0117 -0.0130 -0.0030 0.0006 0.0000 -0.0273
2005 -0.0005 0.0000 -0.0300 0.0014 -0.0106 -0.0211 -0.0152 -0.0103 0.0005 -0.0463
Z3 2006 -0.0007 0.0000 -0.0306 0.0015 -0.0121 -0.0266 -0.0141 -0.0089 0.0008 -0.0560
2005 0.0032 -0.0034 -0.0034 -0.0004 -0.0071 -0.0058 -0.0056 0.0003 -0.0003 -0.0095
Z4 2006 0.0034 -0.0034 0.0021 0.0008 -0.0013 -0.0023 0.0021 0.0007 0.0017 -0.0028
2005 0.0033 0.0128 0.0237 0.0097 0.0003 0.0061 0.0235 0.0037 0.0005 0.0031
2006 0.0019 0.0093 0.0218 0.0132 0.0002 0.0063 0.0112 0.0165 0.0004 0.0031
Z5 2005 2006 1.7913 1.2504 0.5818 0.9422 1.2298 0.9967 0.9767 0.8037 0.2490 0.0475 0.3954 0.1366 0.8593 0.6934 0.6666 0.4625 3.4304 4.0909 0.1243 0.1400 Z Score Minimal Z Score Maximal Z Score Rata-rata
Z Score 2005 2006 1.79 1.25 0.59 0.95 1.22 0.99 0.99 0.82 0.22 0.02 0.36 0.10 0.86 0.69 0.66 0.47 3.43 4.09 0.05 0.06 0.05 0.02 3.43 4.09 0.99 0.93
KODE
Lampiran 2
NO
Total Penjualan 2004 2005 125,554 143,751 228,437 229,973 1,457,267 1,719,320 241,690 264,850 573,426 1,510,386 267,546 280,043 929,548 1,024,621 167,612 240,713 75,717 79,130 521,462 485,599 767,891 875,047 223,074 259,270 470,542 473,506 158,640 157,178 304,887 432,282 58,738 35,461 360,916 428,123 87,332 110,185 583,340 720,097 542,754 631,079 93,144 87921 59,092 61,922 91,161 81,927 38,762 43,329 2,571,695 2,718,511 2,165,991 2,303,027 403,333 438,777 1,341,276 2,937,332 160,100 149,346 293,451 412,976 106,524 132,729 93,136 76,189 1,353,621 1,425,223 213,726 199,610 429,440 208,936 288,517 267,857 58,955 42,773 773,559 829,104 1,823,215 2,869,151 140,703 65,406
Data Penjualan Auditee (Dalam Jutaan Rupiah) NAMA PERUSAHAAN
1 ADES Ades Alfindo Putrasetia Tbk 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food 3 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 4 APLI Asiaplast Industries Tbk 5 BATI BAT Indonesia Tbk 6 BRNA Berlina Co Ltd Tbk 7 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 8 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 9 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 10 DSUC Daya Sakti Unggul Tbk 11 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 12 IKAI Intikeramik Alamasri Ind Tbk 13 INAI Indal Alumuniium Industry Tbk 14 INCI Intan Wijaya International Tbk 15 INDS Indospring Tbk 16 INTD Inter Delta Tbk 17 JECC Jembo Cable Company Tbk 18 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 19 KARW Karwell Indonesia Tbk 20 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 21 KICI Kedaung Indah Cantik Tbk 22 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk 23 LAPD Lapindo International Tbk 24 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 25 MLIA Mulia Industrindo Tbk 26 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 27 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 28 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk 29 PTSP Pioneerindo Gourmet Inter Tbk 30 SAIP Surabaya Agung Ind Pulp Tbk 31 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 32 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 33 SIPD Sierad Produce Tbk 34 SMPL Summiplast Interbenua Tbk 35 SUBA Suba Indah Tbk 36 SUDI Surya Dumai Industri Tbk 37 SUGI Sugi Samapersada 38 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk 39 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk 40 TEJA Texmaco Jaya Tbk Sumber : Laporan Laba Rugi Auditee tahun 2004 - 2006
122
2006 135,043 333,456 1,541,551 161,450 1,372,102 306,651 1,072,908 391,062 84,661 397,009 982,428 238,491 557,583 116,715 390,976 40,742 448,021 125,853 273,123 173,900 75,092 58,720 84,303 29,235 2,464,573 2,216,605 355,162 3,060,830 142,149 438,659 123,758 137,624 1,111,242 161,105 37,722 77,586 37,110 703,992 3,913,279 62,016
123
Lampiran 3 Data Keuangan Auditee (Dalam Jutaan Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
KODE
NAMA PERUSAHAAN
Modal Kerja 2005
Ades Alfindo Putra Tbk -218,097 Tiga Pilar Sejahtera Food -31,744 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG 487,665 Asiaplast Industries Tbk APLI -19,767 BAT Indonesia Tbk BATI 277,404 Berlina Co Ltd Tbk BRNA 130,496 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 38,266 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 59,523 Duta Pertiwi Nus Tbk DPNS 85,322 Daya Sakti Unggul Tbk DSUC -112,654 Goodyear Indonesia Tbk GDYR 178,243 Intikeramik Alamasri Tbk IKAI -29,374 Indal Alumuniium Ind Tbk INAI 63,413 Intan Wijaya Intern Tbk INCI 118,090 Indospring Tbk INDS 48,152 Inter Delta Tbk INTD -37,574 Jembo Cable Comp Tbk JECC -17,733 Jakarta Kyoei Steel Tbk JKSW 84,380 Karwell Indonesia Tbk KARW -169,686 Kedawung Setia Ind Tbk KDSI -24,623 Kedaung Indah Cantik Tbk KICI -44,232 Perdana Bangun Tbk KONI -3,891 Lapindo International Tbk LAPD 870 Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN -11,115 Mulia Industrindo Tbk MLIA -3,890,377 APAC Citra Centertex Tbk MYTX -292,628 Panasia Filament Inti Tbk PAFI 11,970 Polysindo Eka Perkasa Tbk -10,470,718 POLY Pioneerindo Gourmet Tbk PTSP 16,911 Surabaya Agung Pulp Tbk SAIP -4,086,050 Schering Plough Ind Tbk SCPI -19,422 Surya Intrindo Mak Tbk SIMM -2,306 Sierad Produce Tbk SIPD 193,667 Summiplast Inter Tbk SMPL -11,803 Suba Indah Tbk SUBA -803,354 Surya Dumai Industri Tbk SUDI -696,576 Sugi Samapersada SUGI -9,291 Sumalindo Lestari Tbk SULI 80,968 Tembaga Mulia Sem Tbk TBMS -40,200 Texmaco Jaya Tbk TEJA -1,013,144 Sumber : Data Sekunder yang telah diolah
2006
Laba/Rugi Bersih 2005 2006
Laba Ditahan 2005
2006
ADES
-377,160
-119,256
-128,794
-244,214
-373,008
AISA
12,805
129
-34
-174,695
-174,565
420,556
212,553
-17,220
818,729
765,970
-25,511
-4,346
66
454
520
191,271
19,082
-62,123
138,372
76,249
78,697
3,322
-5,447
104,966
112,165
57,305
-28
20,678
1,736
32,484
132,615
-21,594
15,291
-74,528
-529,237
78,208
4,477
-2,625
28,503
24,981
-107,196
-50,726
-24,069
-89,596
-113,665
170,580
-6,690
25,397
234,926
240,233
-130,248
6,854
-12
-342,213
-339,449
148,771
-20,774
12,539
-41,749
-29,210
115,255
11,590
-4,630
69,161
60,911
-3,808
-5,837
2,172
27,664
29,835
-34,861
-1,432
501
-51,297
-50,796
-15,121
-2,044
593
-16,410
-15,907
90,229
10,621
-5
-439,011
-433,448
-166,965
1,361
-74,430
-253,038
-327,043
-4,030
-7,398
1,815
-71,199
5,421
-40,916
-10,164
-14,819
4,622
-13,715
-2,557
-698
-830
-24,358
-25,188
3,913
-3,479
1,105
-5,910
-3,448
-9,175
-11,305
-939
-8,476
-9,415
-5,540,076
-792,946
-509,864
-3,496,090
-4,005,955
-321,667
-94,912
3,951
-635,014
-573,299
16,059
-34,179
-42,781
68,965
177,963
-9,771,645
-841,805
-25,430
-13,891,802
-13,918,297
-3,722
4,658
-1,851
-114,203
-116,218
-3,892,611
-601,188
18,260
-2,672,232
2,456,508
-31,990
-864
-2,493
-2,562
-5,055
-11,923
-14,775
-10,526
-46
-56
321,183
-122,480
40,954
-2,478,140
-2,437,186
-1,288
-4,323
1,727
20,156
21,374
-770,964
-328,969
-51,925
-633,371
-685,297
-616,174
-130,746
-59,014
-1,019,466
-1,077,940
-13,482
-8,499
3,480
-54,015
-53,745
76,023
12,847
-53,109
-916,024
-969,133
3,388
-17,211
24,477
28,427
52,904
-1,007,676
-143,668
-32,651
-1,737,129
-1,769,780
124
125
126
127
128
Lampiran 5 Data Keuangan Auditee (Dalam Jutaan Rupiah) NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
Ades Alfindo Putra Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Asahimas Flat Glass Tbk 3 AMFG Asiaplast Industries Tbk 4 APLI BAT Indonesia Tbk 5 BATI Berlina Co Ltd Tbk 6 BRNA Budi Acid Jaya Tbk 7 BUDI Cahaya Kalbar Tbk 8 CEKA Duta Pertiwi Nus Tbk 9 DPNS Daya Sakti Unggul Tbk 10 DSUC Goodyear Indonesia Tbk 11 GDYR Intikeramik Alamasri Tbk 12 IKAI Indal Alumuniium Ind Tbk 13 INAI Intan Wijaya Intern Tbk 14 INCI Indospring Tbk 15 INDS Inter Delta Tbk 16 INTD Jembo Cable Comp Tbk 17 JECC Jakarta Kyoei Steel Tbk 18 JKSW Karwell Indonesia Tbk 19 KARW Kedawung Setia Ind Tbk 20 KDSI Kedaung Indah Cantik Tbk 21 KICI Perdana Bangun Tbk 22 KONI Lapindo International Tbk 23 LAPD Multi Prima Sejahtera Tbk 24 LPIN Mulia Industrindo Tbk 25 MLIA APAC Citra Centertex Tbk 26 MYTX Panasia Filament Inti Tbk 27 PAFI Polysindo Eka Perkasa Tbk 28 POLY Pioneerindo Gourmet Tbk 29 PTSP Surabaya Agung Pulp Tbk 30 SAIP Schering Plough Ind Tbk 31 SCPI Surya Intrindo Mak Tbk 32 SIMM Sierad Produce Tbk 33 SIPD Summiplast Inter Tbk 34 SMPL Suba Indah Tbk 35 SUBA Surya Dumai Industri Tbk 36 SUDI Sugi Samapersada 37 SUGI Sumalindo Lestari Tbk 38 SULI Tembaga Mulia Sem Tbk 39 TBMS Texmaco Jaya Tbk 40 TEJA Sumber : Data Sekunder yang telah diolah 1
ADES
2
AISA
SGR 2005 0.14 0.01 0.18 0.10 1.63 0.05 0.10 0.44 0.05 -0.07 0.14 0.16 0.01 -0.01 0.42 -0.40 0.19 0.26 0.23 0.16 0.06 0.05 -0.10 0.12 0.06 0.06 0.09 1.19 -0.07 0.41 0.25 -0.18 0.05 -0.07 -0.51 -0.07 -0.27 0.07 0.57 -0.54
2006 -0.06 0.45 -0.10 -0.39 -0.09 0.10 0.05 0.62 0.07 -0.18 0.12 -0.08 0.18 -0.26 -0.10 0.15 0.05 0.14 -0.62 -0.72 -0.19 -0.05 0.03 -0.33 -0.09 -0.04 -0.19 0.04 -0.05 0.06 -0.07 0.81 -0.22 -0.19 -0.82 -0.71 -0.13 -0.15 0.36 -0.05
Laba/Rugi Bersih 2005 2006
2005
2006
-119,256
-128,794
-244,214
-373,008
129
-34
-174,695
-174,565
212,553
-17,220
818,729
765,970
Laba Ditahan
-4,346
66
454
520
19,082
-62,123
138,372
76,249
3,322
-5,447
104,966
112,165
-28
20,678
1,736
32,484
-21,594
15,291
-74,528
-529,237
4,477
-2,625
28,503
24,981
-50,726
-24,069
-89,596
-113,665
-6,690
25,397
234,926
240,233
6,854
-12
-342,213
-339,449
-20,774
12,539
-41,749
-29,210
11,590
-4,630
69,161
60,911
-5,837
2,172
27,664
29,835
-1,432
501
-51,297
-50,796
-2,044
593
-16,410
-15,907
10,621
-5
-439,011
-433,448
1,361
-74,430
-253,038
-327,043
-7,398
1,815
-71,199
5,421
-10,164
-14,819
4,622
-13,715
-698
-830
-24,358
-25,188
-3,479
1,105
-5,910
-3,448
-11,305
-939
-8,476
-9,415
-792,946
-509,864
-3,496,090
-4,005,955
-94,912
3,951
-635,014
-573,299
-34,179
-42,781
68,965
177,963
-841,805
-25,430
-13,891,802
-13,918,297
4,658
-1,851
-114,203
-116,218
-601,188
18,260
-2,672,232
2,456,508
-864
-2,493
-2,562
-5,055
-14,775
-10,526
-46
-56
-122,480
40,954
-2,478,140
-2,437,186
-4,323
1,727
20,156
21,374
-328,969
-51,925
-633,371
-685,297
-130,746
-59,014
-1,019,466
-1,077,940
-8,499
3,480
-54,015
-53,745
12,847
-53,109
-916,024
-969,133
-17,211
24,477
28,427
52,904
-143,668
-32,651
-1,737,129
-1,769,780
129
130