FAKTOR.FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes Aegpti DI LINGKUNGAFI SEKOLAII DASAR KECAMATAN PONTIANAK UTARA KOTA PONTIANAK Siti Fatimah, Suharno, dan Nurul Amaliyah Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E - m a i I : Sity I 80293 @yahoo. com
Abstrak Faktor-F'aktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegpti di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Penelitian bersifat observasional dengan tipe penelitian cross sectional dengan melakukan pengujian terhadap hipotesa untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. Hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang bertrubungan dengan keberadaan
jentik Aedes aerypti di Lingkungan Sekolah Dasar yaitu faktor jenis
tempat penampungan air, keberadaan tempat penampungan air, penutup tempat penampungan air, sumber air, sampah padat dan kegiatan 3M. Adapun nilai p value yang berhubungan dengan keberadaan jentik adalah keberadaan TPA (p value: 0,010), penutup TPA (p value= 0,001), sampah padat(p value:0,004), dan kegiatan 3M (p value= 0,006).
Kata Kunci: Jentih Lingkungan, Sekolah Dasar
Abstract: Factors Associated With The Presence of Aedes Aegypti in The Elementary Schools Sub-District of North Pontianako Pontianak Cify. An observational research with cross sectional study types with a test of hypothesis to determine the relationship between two variables. The survey results revealed the factors that associated with the presence of Aedes Aegipti in Elementary Schools Environrnent :
types of water reservoirs, place of water reservoirs, cover of water reservoirs, water resources, solid waste and 3M activities. The p value associated with the presence of larvae is the place of TPA (p value 0,010), cover of TPA (p value 0,001), solid waste ( p value :0,0A4), and 3M acitivity (p value :0,006).
:
:
Keywords: I-,xva. Environment, Elementary School
Menurut Notoatmodjo (2005), derajat kesehatan
maka perlu diadakan perbaikan mutu lingkungan
dapat di pengaruhi oleh empat faktor, diantaranya yaitu faktor lingkungan, faktor
yang tidak sehat menjadi sehat. Lingkungan
perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Keempat faktor tersebut tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kesehatan, namun masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain misalnya. faktor lingkungan selain langsung
plece (tempat beristirahat) nyamuk
mempengaruhi kesehatan
juga
yang tidak sehat dapat mempengaruhi breeding yang menyebabkan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk sehingga dapat
menularkan berbagai penyakit berbasis lingkungan. Salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh buruknya lingkungan yang
turut
mempengaruhi tingkah laku, dan perilaku juga
mempengaruhi pelayanan kesehatan,
ditularkan oleh vektor penyakit nyamuk adalah DBD (demam berdarah dengue).
dan
Penyakit Demam Berdarah
seterusnya. Kempat faktor tersebut sakng Grkait dan faktor lingkungan dan perilaku adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Notoatmodj o, 2005 ). Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatafl,
Dengue
(DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena tersebar disebagian besar wilayah di Indonesia. Di
daerah endemis penyakit ini
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). 95
sering
Siti, dkh Faktor-Faldor yang Berhubungan... 96
Terjadinya Endemis DBD di suatu wilayah itu bisa diakibatkan karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku sehat. Selain itu, faktor kepadatan penduduk dan suhu panas juga ikut menyuburkan berjangkitnya jenis penyakit ini. Pada umumnya masyarakat yang tidak berperilaku hidup sehat dalam wilayah yang padat penduduk dan cuaca panas, sehingga penyakit DBD banyak menjangkiti di daerah-daerah datar dan perkotaan (Sugianto, 2012). Menurut Notoatmojo (2003), perilaku hidup bersih sehat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor presdiposisi dimana ada kepercayaan, faktor lingkungan, dan dari individu (pengetahuan, sikap, tindakan). Untuk
terdiri dari tersedianya fasilitas kesehatan dan tingkat ekonomi
faktor
pendukung
keluarga serta faktor pendorong terdapat sikap dan perilaku petugas kesehatan" sikap dan perilaku tokoh masyarakat serta sikap dan perilaku keluarga itu sendiri (Notoadmojo, 2003).
Kejadian DBD di kota-kota besar dengan adanya musim penghujan yang identik dengan
musim penyakit. Penularan penyakit
sangat
cepat terutama pada anak-anak usia kurang lebih 5-9 tahun dikarerrakan daya tahan tubuh anak usia ini tidak sekuat orang dewasa. Nyamuk le.
Aeygtti betina
dervasa suka menggigit pada jam balita masih perlu tidur pagi dimana waktu jam-jam anak sekolah dasar masih belajar dan dikelasnya. Nyamuk merupakan serangga yang sangat menggangu karena selain menyebabkan rasa gatal dan sakiq serangga juga dapat
menimbulkan penyakit
yang
berbahaya
misalnya demam berdarah.
Provinsi Kalimantan Barat kasus DBD yang terjadi setiap tahun cenderung meningkat. Jumlah kasus dan penyebarannya pada tahun 2011 sebanyak 741 kasus dan meninggal 10 orang. Tahun 2012 sebanyak1664 kasus dengan
2l oratg meninggal. Tahun 2013 sebanyakTT3
kasus dan 13 orang diantaranya meninggal. Dan
data kasus pada tahun 2014 merupakan data
sampai dengan tanggal 3l Desember sebanyak 5055 kasus dan telah meninggal 62 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan tc{adi siklus 3
atau 4 tahunan peningkatan kasus DBD di Kaimantan Barat (Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Kalbar, 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun2014 mengenai tingginya angka kesakitan atau kematian yang disebabkan oleh DBD di Kota Pontianak tiga tahun terakhir dan
diperoleh hasil rata-rata tingginya kasus DBD dari setiap kecamatan. Angka rata-rata kasus DBD di Kecamatan Pontianak Utara adalah 48,66yo, Kecamatan Pontianak Timur adalah 25o/o, Kecamatan Pontianak Tenggara adalah l033aA, Kecamatan Ponfianak Selatan adalah 25,33oh, Kecamatan Pontianak Kota adalah 38% dan Kecamatan Pontianak Barat adalah 4lo/o (ProfiI Dinas Kesehatan Kota Pontianak,20|4)Angka rata-ratfl tertinggi kasus DBD di
Kota Pontianak adalah pada
kecamatan
Pontianak Utara yaitu 48,66yo dengan 22 kasus pada tahun 2AL2,24 kasus pada tahun 2013 dan
101 kasus pada tahun 2014. Hal ini
menunjukkan dalam kurun 3 tahun kasus DBD di Kecamatan Pontianak Utara meningkat (Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak, 20 I 4). Data yang Peneliti peroleh dari wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pontianak Utara dari tahun 2012 hingga 2014 data kasus demam berdarah dengue (DBD) tertinggi berdasarkan uinur dengan jumlah kasus menyerang rentang
umur 5-9 tahun sebesar 32 kasus dengan persentase 44,44yo kasus (Profil Puskesmas Pontianak Utara, 2014). Berdasarkan uraian masalah tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti "Faktor-faktor yang berhubungan
dengan
Keberadaan Jentik Aedes aegtpti di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontionak Utara Kota Pontianak 2015.
METODE PEIIELITIAN
Penelitian bersifat analitik
dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan untuk mencari adanya hubungan antara variabel
bebas (enis tempat penampungan air,
keberadaan tempat penampungan air, penutup tempat penampungan air, sumber air, sampah padat dan kegiatan 3M dengan variabel terikat (Keberadaan jennk Aedes ae gtpti). Pelaksanaan penelitian ini di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. Populasi Dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak dengan jumlah sebanyak 45 Sekolah Dasar Negeri dan Swasta. (Dinas
Pendidikan Kota Pontianak, 2014). Sampel penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh sekolah dasar yang ada di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.
Uji yang digunakan Chi-Square, yaitu asyntopsignifikansi kurang atau sama dengan 5a/o ataa 0,05 (p < 0,05) maka (Ho ditolak) Ha
97 Sanitarian, Valume 8 Nomor
I, April20l6, hlm.95 - 104
diterinra artinya ada hubungan. Apabila asymtop signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka (Ho diterima) Ha ditolak artinya tidak ada hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.
26 sekolah dengan persentase 56,5
ada
Yo
dan tidak
di temukan sampah padat sebanyak 20
sekolah dengan persentase 43.5 %. Dan total semua sampel Sekolah Dasar yang di teliti adalah 46 Sekolah.
HASIL Kegiatan 3M JenisTempat Penampungan air (TPA)
Hasil penelitian menunjukan batrwa jenis tempat penampungan air (TPA) yang digunakan
di
lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan
Pontianak Utara adalah pennanen sebanyak 20 sekolah dengan persentase 43,5Vo dan jenis
tempat penampungan air yang tidak permanen
Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan 3M yang dilakukan di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota
Pontianak adalah kegiatan
3M (tidak lengkap)
sebanyak 19 sekolah dengan persentase 41,3 yo dan kegiatan 3M (Iengkap) sebanyak 27 sekolah dengan persentase 58,7 Vo.
sebanyak 26 buah dengan persentase 53,5yo.
Keberadaan Jentik Keberadaan Tempat Penampungan
Air
Hasil penelitian
menunjukan bahwa keberadaan tempat penampungan afu (TPA) di Iingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak adalah di luar sebanyak 38
sekolah dengan persentase 82,6yo dan keberadaan tempat penampungan air di dalam sebanyak 8 sekolah dengan persentase 17,4yoPenutup Tempat Penampungan
Air
Hasil penelitian menunjukan bahwa penutup tempat penampungan air (TPA) yang digunakan di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak adalah yang tidak tertutup dengan baik sebanyak 19 buah dengan persentase 41,3 yo dan penutup tempat penampungan air yang terhrtup dengan baik sebanyak 27 bvah dengan persentase 58,7 %.
Sumber
Air
Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber air yang digunakan di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak adalah air hujan sebanyak 24 sekolah
dasar dengan persentase 52,2 Yo dan PDAM sebanyak 22 sekolah dasar dengan persentase 47,8.
Sampah Padat
Hasil penelitian menunjukan
bahwa keberadaan sampah padat di lingkungan Sekolah
Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak adalah tada sampah padat sebanyak
Hasil penelitian menunjukan
.
bahwa
jentik di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak adalah ada di temukan keberadaan jentik keberdaan
sebanyak 12 sekolah dengan persentase 26,1 yo
di temukan keberadaan jentik sebanyak 34 sekolah dengan persentase 73,V/o.
dan tidak ada
Ilubungan Jenis Tempat Penampungan Air Dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegpti Di
Lingkungan Sekolah l)asar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015 Tabel
l.
Hubungan
Jenis
Tempat I)engan Keberadaan Jeatik Aedes AceJ,pti Di Lingkungan Sekolah Dasar
Penampungan
Keberdaan
Jenis
Ada
Tempat Penampun ean Air Permanen
o/o
5
41,7o/o
Air
ientik Jumla
Tidak ,
15
ada o/o
44,1 o/o
Tidak
7
58,30h
permanen
|
2
t9
%
h
55,9
20 26
43,5
s6,5
%
26,1 34 739 o/"
46
o/o
P:0,883
oR:0.905 CI = 239 -3.429
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas, rnenyatakan bahwa jenis tempat penampungan air yang tidak permanen memiliki risiko lebih banyak di temukan kebaradaan jentik sebanyak 7 sekolah dasar dengan persentase 58,3yo. Sedangkan jenis tempat penampungan air permanen memiliki risiko lebih kecil di temukan keberadaan ientik
Siti, dkh Faloor-Fqldor yang Berhubungan.- 98
sebanyak
5
sekolah dasar dengan persentase
Tabel3.
41,7Yo.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Continuity Correction di dapat hasil pvalue : 0,883 (p > 0,05) dengan OR: 0,905 maka (Ho diterima) Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan antara jenis tempat penampungan air dengan keberadaan jentik.
Ilubungan Penutup Penampungan Air
Tempat dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegtpti Di Lingkungan Sekolah Dasar Keberdaan ientik
Penutup Tempat Penampungan
Tidak Ada
Air Tidak
IYo
l0 83,30 9
26,5Yo
19
41,3
2
16,70/o
25
73,5Yo
27
58,7
12
26.10/o
34
73.9o/o
46
100
tertutup
Hubungan keberadaan tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes eegpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015
Tabel2. Hubungan keberadaan tempat
penampungatr air
lingkungan Sekolah Dasar Tidak ada
Iv"
Air Di luar Di dalam
31 4l,7%o 3 12 26,l%0 34
7 5
58,3o/o
p = 6,010
0R=
P=0.ffi1
13,889
CI=2541 -75923 Sumber: Dara Primer,20l5
Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa tempat penampungan afu yang tidak tertutup
dengan baik memiliki risiko lebih tinngi di
Keberdaan jentik
Penampungan
Tertutup denpan baik
dengan
keberadaan jentik Aedes oegpti di Keberadean Tempat
dengan baik
IY"
38 8 8,89/o 13,9Vo 46 91,2%
temukan kebaradaanjentik sebanyak
l0 sekolah
17,4
dasar dengan persentase 83,3yo. Sedangkan tempat penampungan air yang tertutup dengan baik memiliki risiko lebih kecil di temukan keberadaan jentik sebanyak 2 sekolah dasar
tOO
dengan persentase I 6,7Yo-
82,6
OR = 0,135
Cl=LXi-745 Sumbei: Data Primer, 20I 5
Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa keberadaan tempat penampungah air di luar
memiliki risiko lebih tinggi di temukan kebaradaan jentik sebanyak 7 sekolah dasar dengan persentase 58,3yo. Sedangkan keberadaan tempat penampungan air di dalam memiliki risiko lebih kecil di temukan keberadaan jentik sebanyak 5 sekolah dasar dengan persentaso 4l,7Yo.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Continuity Correction di dapat hasll pvalue : 0,010 (1, < 0,05) dengan OR : 0,135 maka (Ho ditolak) Ha diterima, berarti ada hubungan antara keberdaan tempat penampunga air dengan keberadaan jentik.
Hubungan Penutup Tempat Penampungan Air Dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015
tlasil analisis dengan menggunakan uji Continuity Correction di dapat hasil pvalue : 0,001 (p < 0,05) dengan OR: 13,889 maka (Ho ditolak) tla diterima" berarti ada hubungan antara penutup tempat penampunga air dengan keberadaanjentik. Nilai Odds Rotio menyatakan bahwa tempat penampungan air yang tidak tertutup dengan baik memiliki berisiko 13,889 kali lebih besar untuk ditemukan keberadaa jentik di bandingkan dengan tempat penampungan air yang tertutup dengan baik. Hubungan sumber air dengan keberadaan
jentik Aedes aegpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015
Tabel4. Hubungan sumber air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di lingkungan Sekolah Dasar Keberdaan jentik
Sumber
Air llujan PDAM Total
tY"tV"
Tidak Ada
6 6
50,V/o 18 50,tr/o 16
12
26,10/o
52,9o/o
41,1o/o
34 73,9V" 46
P:0,86I CI=238-3,317 Sumber: Dala Primer, 2015
24 22
OR = 0,889
52,2
47,8
f00
99
Sanitarian, Volume I Nomor I, April2016, hlm.95
Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa sumber air yang di gunakan baik air hujan maupun air PDAM memilikii risiko yang sama untuk di temukan keberdaan jentik sebanyak 6
Hasil analisis dengan menggunakan uji Continuity Correction di dapat hasil pvalue : 0,861 (.1, < 0,05) dengan OR: 0,889 maka (Ho diterima) Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan
di
104
Tabel6. Ilubungan kegiatan 3M dengan ketreradaan jentik Aedes uegpti di lingkungan Sekolah Dasar
gunakan dengan
Tidak 9
Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015
Tabel5. Ifubungan Sampah Padat I)engan Keberadaan Jentik Aedes Aegpti Di Lingkungan Sekolah Dasar
Lengkap
3 25,0% 24 12 26.t%o 34 P=0.fi16
Lenskap Total
Tidak ada
Tidak ada
Total
o/o t 9l,7Yo 15
I 1 8,3% 19
I
12 26.10A P:0.ffi4
70,60/o 73.9o/o
27 46
41,3 58,7 100
OR=7.200
Yo
44,l%o
55,9/o
26 20
ffiGr5ataffi€rjdit
di atas, menyatakan bahwa kegiatan 3M tidak lengkap memiliki risiko lebih tinggi di temukan keberadaan jentik sebanyak 9 sekolah dasar dengan persentase 75,ff/o. Sedangkan kegiatan 3M lengkap memliki risiko lebih kecil untuk di temukan keberadaa jentik sebanyak 3 sekolah dengan persentase 25,0yo. Berdasarkan tabel
Hasil analisis dengan menggunakan uji Continuity Cotection di dapat hasll pvalue : 0,006 (p < 0,05) dengan OR : 7,200 maka (Ho
Keberdaan ientik
Ada
%Io1o 75,Ao/o l0 29,4c 19
CI:1,5M-32,285
Ifubungan Sampah Padat dengan Keheradaan Jentik Aedes Aegpti di
Padat
Tidak Ada
3M
keberadaanjentik.
Sampah
Keberdaan ientik
Kegiatan
sekolah dasar dengan persentase 50,Ayo.
antara sumber air yang
-
56,5 43,s
34 73So/c 6
100
OR= 13933
CI=1.613-f20.353
ditotak) Ha diterima, berarti ada hubungan antara kegiatan 3M dengan keberadaan jentik. Nilai Odds Ratio menyatakan bahwa ada
kegiatan 3M (tidak lengkap) berisiko 7,200 kali lebih besar untuk ditemukan keberadaa jentik di bandingkan ada kegiatan 3M (lengkap).
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa ada di temukan sampah padat di lingkungan
PEMBAIIASA}I
sekolah dasar mempunyai risiko lebih besar
Penelitian yang di lakukan di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara di
untuk di temukan keberadaan jentik sebanyak
11
sekolah dengan persentase 9l,7yo. Sedangkan
tidak ada di temukan sampah padat di lingkungan sekolah dasar memiliki resiko lebih kecil untuk di temukan keberdaan jentik sebanyak
I
sekolah dengan persentase 8,30lo.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Continuity Correction di dapat hasil pvalue : 0,004 (p < 0,05) dengan
OR: 13,933
ditolak) Ha diterima, berarti ada
maka (Ho hubungan
antara sampah padat dengan keberadaanjentik. Nilai Odds Ratio menyatakan bahwa ada sampah padat berisiko 13,933 kali lebih besar untuk ditemukan keberadaa jentik di bandingkan tidak ada ditemukan sampah padat.
Ilubungan Kegiatan 3M dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegtpti di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015
temukan
12 sekolah dasar positif ada
jentik. Responden dalam penelitian adalah Guru sekolah dasar di Kecamatan Pontianak Utar:a yaltu sebanyak 46 sekolah dasar masing-masing satu responden mewakili. Berdasarkan jabatan responden yang mewakili menunjukan bahwa responden dengan jabatan Kepala Sekolah adalah sebanyak 6 orang dengan persentase l3,0Yo, Wakil Kepala Sekolah sebanyak 9 orang dengan persentasi 19,6%o dan Guru kelas sebanyak 3 I orang dengan persentasi
keberadaan
ini
67,40. Kondisi sekolah dasar padat dan banyak
yang menggunakan lebih dari satu
tempat penampungan air, secara teoritis yang seperti ini
sangat potensial untuk tempat perindukan nyamuk Aedes aegtpti. Di karenakan sebagaian sebasar jentik Aedes aegypti berkembangbiak di tempat penampungan air yang di gunakan untuk keperluan sehari-hari seperti drum, viber, tempayan, bak mandi dan ember. Jenis tempat-
Siti, dkk, Faldor-Fahor yang Berhubungan... 100
di lingkungan sekolah dasar kebanyakan adalah berupa bak mandi
tempat penampungan air
(permanen) dan viber (tidak permanen). Keberadaan jenis ternpat penampungan air
baik yang berada
di dalam maupun di
luar
lingkungan sekolah dasar mempunyai resiko yang tinggi sebagai tempat perindukau nyamuk Aedes aegtptL Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fathi et.al (2005) dimana faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air baik yang berada di dalam maupun di luar rumatr merupakan faktor yang sangat berperan terhadry penularan ataupun terjadinya (KLB) penyakitDBD.
Dari hasil penelitian menunjukan keberadaan tempat penampungan air di luar lingkungan sekolah dasar memilki risiko yang tinggi sebagai tempat perindukan nyamukAedes aegtpti dapat di lihat dari data yang di peroleh yaitu keberadaan tempat penampungan air di luar sebanyak 38 sekolah dengan persentase 82,6aA dan keberadaan tempat penampungan air di dalam sebanyak 8 sekolah dengan persentase 17,4o/o. Dari total semua sampel sekolah dasar yang di teliti adalah 46 sekolah. Penutup tempat penampungan air juga
beperan penting sebagai
tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegpti. Tempat penampungan air yang tertutup dengan baik memiliki risiko lebih kecil sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegtpti, sedangkan tempat penampungan air yang tidak tertutup dengan baik memiliki risiko lebih besar sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegttpti.
Sampah padat juga banyak ditemukan di sekitar lingkungan sekolah dasar, sampah padat ini letaknya dibelakang sekolah tanpa penutup atau dalam keadaan terbuka. Sampah padat ini
dilihat dari jumlahnya kebanyakan
adalah
berupa botol bekas, kaleng bekas, dan bekas plastik minuman. Sedangkan dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan keberadaan
jentik
Aedesaegtpti pada kaleng
bekas.
Keberadaan sampah padat di lingkungan sekolah
dasar mempunyai resiko yang cukup tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aesypti.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari^ 46 sampel sekolah
dasar, hanya 27 Sekolah Dasar yang melaksanakan kegiatan 3M (lengkap). Pelaksanan kegiatan 3M (tidak lengkap) ini diketahui dari perilaku responden yang tidak menutup tempat-tempat penampungan ait
seperti tempayan, viber, drum dan jarang menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air lebih dari 2 minggu. Pelaksanaan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) DBD (demam berdarah dengue) yang buruk ini akan memberikan peluang bagi nyamuk Aedes aegtpti untuk bertelur dan berkembangbiak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti dan
Vidiyani (2005) bahwa perilaku masyarakat yaitu pengetahuan dan tindakan dalam mengurangi atau menekan kepadatan jentik nyamuk Aedes oegpti mempunyai hubungan dengan keberadaan jentik nyarnuk Aedes aegtpti.
Hubuugan Jenis Tempet Penamprrgan Air dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegpti Di Liugkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Hasil analisis uji Chi-Square didapatkan : 0,883 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti di bahwa nilai p
lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015. Hasil penelitian meneganai jenis tempat penampungan
air di lingkungan sekolah dasar
menunjukan bahwa jenis tempat penampungan
air (TPA) yang
digunakan adalah tidak perrnanen sebanyak 26 sekolah dengan persentase 56,5yo. Jenis tempat penampungan air tidak pennanen yang di gunakan merupakan viber/container, ember, dan drum dengan sumber air baku yang di gunakan di antaranya air PDAM dan air hujan yang di tampung di
dalamnya. Sedangkan jenis
tempat
air pennanen sebanyak 20 buah persentase 43,5yo. Jenis tempat dengan penampungan air permanen adalah bak mandi penampungan
dan tempayan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari di lingkungan sekolah dasar. Tempat penampungan air tidak perrnanen yang digunakan dalam keadaafl tertutup dengan baik. Akan tetapi tempat penampungan air ini lebih banyak di temukan keberadaan jentik, hal ini dikarenakan tempat penatnpungan air ada yang tertutup dengan baik dan ada pula yang tidak tertutup dengan baik. Lama waktu pengurasan tempat penampungan air ini juga
menjadikannya sebagai
tempat
jentik. Sedangkan
untuk perkembaikbiakan pemampungan air tidak permanen seperti bak
mandi di
lingkungan sekolah
dasar
l0l
Sanitarian, l/olume
I
Nomor l, April 2016, hlm.95
kemungkinan kecil rnemiliki resiko adanya keheradaan jentik karena air yang digunakan terus menerus untuk keperluan sehari-hari di
lingkungan sekolah sehingga air tidak tertampung dengan waktu yang relatif lama. Sehingga memungkinkan memiliki risiko lebih meqjadi tempat perkembanganbiakan jentik.
Hubungan keberadaan tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak
Utara
tlasil analisis uji Chi-Squore didapatkan
p = 0,010 dan disimpulkan ada hubungan antara keberadaan tempat
penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar keberadaan tempat penampungan air di luar lingkungan sekolah dasar sebanyak 38 sekolah dengan persentase 82,6yo. Dan di temukan ada keberadaan jentik sebanyak 7 sekolah dengan persentase 58,3yo. Sedangkan tempat penampungan air di dalam lingkungan sekolah dasar sebanyak 8 sekolah dasar dengan persentase l7,4yo dan di temukan ada keberadaan jentik sebanyak persentase 4l,7oA.
5
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
menyatakan bahwa sebagian besar penutup tempat penampungan air yang tertutup dengan baik mimiliki persentase lebih rendah untuk di temukan keberadaan jentik sebanyak 2 sekolah dengan persentase l6,7yo di bandingkan dengan sekoalh dasar yafig penutup tempat penampungan aimya tidak tertutup dengan baik sebanyak 10 sekolah dasar dengan persentase 83,3Yo.
Banyak dan beragam jenisnya tempat air di lingkungan sekolah dasar sangat berpotensi bagi nyamuk Aedes aegtpti untuk bertelur dan berkembangbiak. Hal ini menjadi lebih buruk lagi dengan perilaku tidak menutup tempattempat peftLmpungan air. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dan Ambarita (2004) yang menunjukkan bahwa perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk Aedes aegtpti memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur.
Ilubungan Sumber Air dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegpti di Lingkungan Sekolah Ilasar l(ecamatan Pontianak Utara
sekolah dengan
temukannya keberadaan jentik di tempat penar,npungan air adalah sebagian besar di luar lingkungan sekolah dasar. Tempat penampungan air di luar lingkungan sekolah dasar mempunyai risiko lebih tinggi sebgai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aerypti. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fathi et.al (2005) dimana faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air baik yang berada di dalam maupun di luar rumah merupakan faktor yang sangat
Di
berperan terhadap penularan ataupun terjadinya
(KLB) penyakit DBD.
Hubungan Penutup Tempat Penampungan
di
104
penampungan
bahwa nilai
Air
-
dengan Keberadaaa JentikAedes Aegypti
Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Utara Hasil analisis uji Chi-Square didapa*an bahwa nilai p : 0,001 dan disimpulkan ada hubungan antara penutup tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti di lingkungan sekotah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015.
Hasil analisis uji Chi-Square di dapatkan bahwa nilai p: 0,861 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara sumber air dengan keberadaan jentikAedes aegtpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa sumber air hujan yang di gunakan di lingkungan sekolah dasar sebanyak 24 sekolah dengan persentase 52,2yo dan di temukan keberadaan jentik sebanyak 6 sekolah dengan persentase 50,0yo. Sedangkan sumber air PDAM yang di gunakan sebanyak 22 sekolah dengan persentase 47,8Yo dan di temukan keberadaan jentik sebanyak 6 sekolah dengan persentase 50,004.
Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan yang besar antara sumber
air hujan
atau PDAM dalarn mempengaruhi adanya ditemukan jentik. Karena bak mandi atau
viber/tangki reservoir sebagai tempat penampungan air ini selain di gunakan untuk menampungan air PDAM juga di gunakan untuk menampung air hujan apabila musim penghujan.
Siti, dkh Faktor-Faldor yang Berhubungan.. 102
Hubungan Sampah Padat dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegpti di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan
Hubungan kegiatan 3M dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara
Pontianak Utara Hasil analisis uji Chi-Square di dapatkan bahwa nilai p : 0,004 dan disimpulkan ada
hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes oegtpti di lingkungan sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015.
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebagran besar ada sampah padat di lingkungan sekolah dasar sebanyak 26 sekolah dengan persentase 56,50 . Dan di temukan ada keberadaanjentik sebanyak 11 sekolah dengan persentase 9I,7Yo. Sedangkan tidak ada sampah padat di lingkungan sekolah dasar sebanyak 20 sekolah dasar dengan persentase 43,5yo dan di temukan ada keberadaan jentik sebanyak 1 sekolah dengan persentase 8,302. Keberadaan sampah padat
sekolah dasar secara teori
hubungan antara kegiatan 3M dengan keberadaan jentik Aedes aegpti di lingkungan
sekolah dasar Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak 2015. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan 3M (lengkap) di lingkungan sekolah dasar memiliki persentase lebih besar sebanyak 27 sekolah dengan persentase 58,7Yo. Dan di temukan keberadaan jentik sebanyak 3 sekolah dengan persentase 25,V/o. Sedangkan kegiatan 3M (tidak lengkap) di lingkungan sekolah dasar
sebanyak
t9 sekolah dasar dengan
4l,3yo dan sebanyak
9
di
persentase
temukan keberadaan jentik
sekolah dasar dengan persentase
75,00h.
di
lingkungan sangat berisiko
sebagai tempat bertelur dan perkembangbiakan ini dapat
bagi nyarnuk Aedes aeglpti. Hal
diketahui dad hasil penelitian
yang
menunjukkan banyaknya jenis sampah padat
yang berupa kaleng bekas, botol bekas, ember bekas dan bekas plastik minuman. Jenis sampah padat tersebut banyak tersebar disekitar lingkungan sekolah dasar dan berada dalam posisi yang dapat terisi air ketika musim penghuj an. Sehingga dapat diprediksikan bahwa pada musim penghujan keberadaan sampah padat mempunyai resiko yang cukup besar sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegtpti.
Menurut \MHO (1999)
upaya
pengendalian vektor harus mendorong penanganan sampah yang efektif dan
memperhatikan lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar mengurangi,
menggunakan ulang dan daur ulang. Sampah padat kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar lingkungan sekolah dasar harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Perlengkapan sekolah dan alat
perkebunan (ember, mangkok dan alat penyiram) harus disimpan terbalik untuk mencegah tertampungnya air hujan (Depkes, Rl 2003). Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes aeglpti di perkotaan sehingga terdapatnya ban bekas di sekitar lingkungan juga akan menjadi masalah kesehatan.
Hasil analisis uji Chi-Square didapatkan bahwa nilai p : 0,006 dan disimpulkan ada
Responden
di
lingkungan sekolah dasar
melaksanakan kegiatan menguras lebih dari dua
minggu. Mayoritas responden di lingkungan sekolah dasar juga belum melakukan kegiatan menutup tempat-tempat penampungan air. Sehingga perilaku ini sangat berisiko bagi nyamuk Aedes oeglpti untuk bertelur pada tempat-tempat penampungan air. Selain belum
menguras
dan menutup
ternpat-tempat
penampungan air, banyak responden yang menempatkan tempat-tempat penampungan air diluar lingkungan sekoah dasar. Perilaku ini juga memberikan peluang bagi nyamuk Aedes ae gtpt i untuk bertelur. Berdasarkan hasil penelitian banyak responden yang belum melaksanakan PSN DBD secara kimia dan biologi. Cara ini memang belum banyak dapat dilakukan di lingkungan sekolah dasar. Secara kimia PSN DBD biasanya dilakukan dengan menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air, akan tetapi bubuk abate belum bisa didapatkan secara mudah sehingga belum dapat melakukan PSN DBD secara kimia. Hal ini tentunya juga dapat menambah resiko bagi jentik nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air. PSN DBD secara biologi yang dilakukan dengan cara memelihara ikan pada tempat-tempat penampungan air juga belum dilakukan. Sebenarnya cara ini adalah cara alamiah dan cara yang cukup efektif untuk membasmi jentik Aedes aeglpti, akan tetapi di lingkungan sekolah dasar tidak melaksanakannya karena ikan yang
103
Sanitariun, l/olume
I
Nomor I, April 2016, hlm.95
dipelihara akan menyebabkan bau amis pada tempat penampungan air responden. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Widagdo et.al (2008) di Kelurahan Srondol Wetan Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara PSN 3M Plus di bak mandi, ember dan gentong plastik dengan jumlah jentik ditempat penampungan air tersebut. Menurut (Depkes RI, 2005) caru yang dianggap paling tepat untuk memberantas vektor (nyamuk Aedes aegpti) adalah dengan PSN DBD. Apabila kegiatan PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat secara terus menerus dan berkosinambungan maka keberadaan jentik Aedes aegtpti dapat dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi (Depkes RI, 2005).
Untuk itu maka perlu dilalrukan kegiatandi dalam masyarakat seperti kegiatan bulan bakti gerakan 3-M, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga atau kegiatan
masyarakat
SIMPT]I,AN Tidak ada hubungan faktor jenis tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aeglpti di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamataan Pontianak Utara Kota Pontianak Tahun 2015 dengan nilaip value:0,883. Ada hubungan faktor keberadaan tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti Lingkungan Sekolah Dasar di
-
104
Kecamataan Pontianak Utara Kota Pontianak Tahun 20i5 dengan nilai p value: 0,010.
Ada hubungan faktor penutup tempat penampungan ait dengan keberadaan jentik Aedes aerypti Lingkungan Sekolah Dasar di Kecamataan Pontianak Utara Kota Pontianak Tahun 2015 dengan nilai p volue : 0,00 1. Tidak ada hubungan faktor sumber air dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti Lingkungan Sekolah Dasar di Kecamataan Pontianak Utara Kota Pontianak Tahun 2015 dengan nilai p vdlue : 0,86 1. Ada hubungan faltor sampah padat dengan keber,adaan jentik Aedes aegpti Lingkungan Sekolah Dasar di Kecamataan Pontianak Utara Kota Pontianak Tahun 2015 dengan nilai p value:0,004. Ada hubungan faktor kegiatan 3M (menufup, menguras, mengubur), abatesasi, dan ikan dengan keberadaan jentik Aedes aegtpti di Lingkungan Sekolah Dasar
Kecamataan
Pontianak Utara Kota Pontianak Tahun 2015 dengan nilai p value : 0,006. Bagr sekolah dasar yang di temukan keberdaan jentik maupun yang tidak di temukan kebradaan jentik masih perlu di tingkatkan dan di perhatikan faktor-faktor yang memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan jentik. Misalnya menutup tempat penampungan air dengan bailq tidak membiarkan air tergenang di lingkungan sekolah dasar, melakukan kegiatan 3M rutin guna mencegah terjadinya penularan DBD (demam berdarah dengue) di lingkungan sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI
2003. Pencegahan dan Penanggulangwt Penyakit Demam Berdarah Dengte Dan Demam Berdarah
2005.
Pencegahan
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. 2005.
Dengue. Jakarta: Depkes Rl
Depkes RI
Notoaftnodjo, 2A$. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
dan
Promosi
Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka
Pemberantasan demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Ditjen P2PL. Dipkes Provinsi Kalbar, 20L4. Profil Kesehata
Cipt420a5 Sitorus, H & Ambarita, LP.2004. Pengamatan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat 2014. Pontianak: Depkes Provinsi
Kabupaten Oku dan di Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun 2A}4.Media
Kalbar Depkes R.I, 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2414- Jakarta: Depkes RI Fathi, Keman S, Wahyuni CU.2005. Persn
Faktor Linghtngan dan
Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarqh Dengte di Kota Mataram. Kesehatan Lingktmgan Vol.2.Juli 2005: I - I 0.
Larva Aedes di Desa
Penelitian Dan
Sukaraya
Pengembangan
Kesehatan.Vol.XV[.
Sugiyono, 20A3. Metode Penelitian bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas
WHO. (1999). Demam Berdarah Dengue. [n
WHO,
Diagnosa,
pengobatan, pencegahan dan pengendalian- Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
I
Siti,
Widagdo
tn
Husodo
BT, Bhinuri
Kepadatan Jentik Aedes
Aegpti
2008. Sebagai
Indilrator Keberhosilan Pemberaitasan Sar*tg Nyamuk (iM Plus): di Kelarahan Srondol Wetan, Semarang. Makara Kesehatan
t;
dl*, Faldor-Faldor yang Berlrubungaru.. 104
& Vidiyani A. 2A05. Habungan Kondisi Linglcwngon, Kontainer, dan
Yudhastuti R
Perilaku Masyarakat dengan Keberodaan Jentik Nyamuk Ades Aegtpti di Daerah Endemis Demam. Berdarah Dengue, Swobal,a. Kesehatan Lingkuugan