FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVENTORY TURNOVER PADA SUKU CADANG, PART DAN BAHAN, DI PT ASTRA DAIHATSU MOTOR
ESTER LESTARI dan JEDDY J. SARDJONO
LAPORAN TEKNIS
Jakarta, 24 Januari 2015 Disetujui,
Ir. Jeddy J. Sardjono, M.Sc.
ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis inventory turnover pada jenis produk yang berbeda dan untuk mengetahui apakah inventory turnover pada jenis produk yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh faktor yang sama. Data dalam penelitian ini diambil dari data penjualan dan inventory yang diperoleh dari PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci yang terletak di Jalan Otista No. 21, Gerendeng – Karawaci. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian diolah oleh penulis sehingga dapat dilakukan analisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah : 1. Secara keseluruhan inventory turnover suku cadang di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci dipengaruhi oleh faktor service level dan kelompok suku cadang. 2. Pada kelompok suku cadang part, inventory turnover dipengaruhi oleh faktor service level, harga, dan variasi produk. 3. Sedangkan pada kelompok suku cadang bahan, inventory turnover hanya dipengaruhi oleh faktor service level. Dari penelitian yang sudah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, pihak akademis sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang, dan pihak perusahaan, PT Astra Daihatsu Motor, dalam menentukan strategi dan kebijakan perusahaan dalam menyelesaikan persoalan inventory yang sedang dihadapi. Kata kunci : inventory, inventory turnover, suku cadang, service level, harga, variasi produk, analisis regresi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Astra Daihatsu Motor merupakan agen tunggal mobil Daihatsu di Indonesia yang memiliki slogan “Daihatsu Sahabatku”. Berpegang pada slogan tersebut, Daihatsu terus mengedepankan pelayanan dan inovasi untuk memanjakan dan memudahkan pelanggan layaknya sahabat yang handal dan terpercaya. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, perluasan jaringan distribusi Daihatsu di seluruh Indonesia yang berada dibawah pengelolaan Daihatsu Sales Operation (DSO) terus dilakukan agar semakin mudah dijangkau
seluruh masyarakat Indonesia. Hingga akhir tahun 2013, Daihatsu telah memiliki 211 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada setiap outlet selain melayani penjualan unit mobil juga dilengkapi dengan fasilitas layanan purna jual (after sales service) yaitu bengkel. Selain peningkatan jumlah penjualan unit mobil, salah satu kunci keberhasilan para produsen mobil juga diukur dari kemampuan mereka dalam memberikan layanan purna jual (after sales service) yang baik kepada pelanggannya sehingga pelanggan tidak merasa „diterlantarkan‟ setelah membeli produk yang telah ditawarkan. Untuk itu, apa yang menjadi kebutuhan suku cadang (spare part) mobil harus dapat terpenuhi dengan baik oleh perusahaan. Banyaknya jenis komponen suku cadang (spare part) dan ketidakpastian permintaan (uncertainty demand) yang dihadapi oleh para produsen mobil menjadikan penangganan suku cadang (spare part) menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Suku cadang (spare part) yang merupakan persediaan (inventory) perusahaan yang harus ditangani seefisien mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kelebihan barang (overstock) yang mana dapat menimbulkan peningkatan jumlah dead stock di gudang atau tidak mengalami kekurangan barang (stockout) yang mana menyebabkan perusahaan kehilangan peluang untuk memenuhi permintaan pelanggannya. 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh salah satu DSO PT Astra Daihatsu Motor yaitu PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci adalah rendahnya inventory turnover untuk persediaan suku cadang part dan bahan. Dari Analisis data tahun 2013 diketahui bahwa rata-rata rasio inventory turnover hanya 1,19 kali yang artinya bahwa dalam setahun perputaran persediaan perusahaan hanya 1,19 kali. Hal ini berdasarkan inventory benchmark yang dirilis oleh Risk Management Association dibawah ini : Tabel 1.4 Inventory Benchmark untuk Industri Kendaraan Bermotor
Upper 12,2
Middle 6,5
Lower 4,0
(Sumber Data : Risk Management Association)
Hal ini menggambarkan bahwa telah terjadinya penumpukan stock suku cadang di gudang yang mengakibatkan tingginya jumlah dead stock di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 1.3 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, diharapkan penelitian ini dapat menjawab permasalahan-permasalah sebagai berikut : 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dengan inventory turnover suku cadang (spare part) di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci?
2. Apakah masing-masing kelompok suku cadang (spare part), yang terdiri dari part dan bahan, memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover yang sama? 3. Apa implikasi faktor-faktor tersebut terhadap PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci? 1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover suku cadang (spare part) di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor inventory turnover terhadap masing-masing kelompok produk, part dan bahan. 3. Untuk mengetahui implikasi faktor-faktor tersebut terhadap perusahaan. Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan berpikir mengenai perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover untuk jenis produk yang berbeda. 2. Bagi PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang paling signifikan berpengaruh terhadap inventory turnover untuk masing-masing jenis produk sehingga dapat menetapkan strategi dan kebijakan yang lebih tepat untuk penanganan persediaan (inventory) di masing-masing gudang suku cadang (spare part). 3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut dan atau penelitian dibidang yang sama. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Data diperoleh dari salah satu Cabang PT Astra Daihatsu Motor yang berada di Jl. Otista No. 21, Gerendeng – Karawaci. 2. Data yang dianalisis adalah dalam periode Januari 2014 – Juni 2014.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan (Definition of Inventory) Berikut definisi persediaan (inventory) menurut para ahli : 1. Schroeder (2007) : stok material atau barang yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memenuhi permintaan pelanggan.
2. Jacobs dan Chase (2011) : persediaan (inventory) adalah stok dari setiap barang atau sumber daya yang digunakan oleh perusahaan. 3. Chopra dan Meindl (2010) : sumber utama dari biaya dan mempunyai pengaruh yang besar atas reaksi (responsiveness) perusahaan. 4. Heizer dan Render (2001) : salah satu asset paling mahal bagi beberapa perusahaan, mencapai 40% dari total modal yang diinvestasikan. 5. Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011) : diperhitungkan sebagai biaya (cost) yang meliputi semua pengeluaran yang dibutuhkan mendapatkan barang dan menempatkannya dalam kondisi siap untuk dijual. 2.2 Jenis – Jenis Persediaan (Classification of Inventory) Menurut Heizer dan Render (2001), jenis persediaan (inventory) adalah sebagai berikut : 1. Bahan Baku (Raw Materials) : barang yang telah dibeli tetapi belum memasuki proses produksi. 2. Bahan Sedang Dalam Proses (Work-in-Process) : komponen atau bahan baku yang mengalami beberapa perubahan dalam proses produksi tetapi belum selesai. 3. Maintenance, Repair, and Operating Supplies (MRO Supplies) : barangbarang yang diperlukan agar mesin dan prosess produksi tetap produktif. 4. Barang Jadi (Finished Goods) : produk yang sudah selesai produksi dan sedang menunggu pengiriman. 2.3 Tujuan Persediaan (Purposes of Inventory) Menurut Schroeder (2007) tujuan dari adanya persediaan (inventory) adalah : 1. Untuk menghadapi ketidakpastian (uncertainty) 2. Untuk produksi dan pembelian yang lebih ekonomis 3. Mengantisipasi perubahaan permintaan (demand) dan pasokan (supply) 4. Ketersediaan material pada saat transit 2.4 Struktur Biaya Persediaan (Inventory Cost Structures) Menurut Schroeder (2007), struktur biaya persediaan (inventory) dapat dibagi menjadi : 1. Item Cost Biaya pembelian atau produksi barang persediaan itu sendiri. Item cost biasanya diperoleh dari biaya (cost) per unit dikalikan dengan jumlah barang yang diperoleh atau diproduksi. 2. Ordering atau Setup Cost Biaya dari barang-barang (supplies), form pemesanan, dan biaya lain yang timbul dalam proses pemesanan. 3. Carrying atau Holding Cost Biaya yang timbul karena penyimpanan barang dalam periode waktu tertentu. 4. Stockout Cost Biaya yang menunjukkan konsekuensi ekonomi dari tidak adanya barang sehingga ada peluang bisnis masa depan yang hilang.
2.5 Kinerja Persediaan (Inventory Performance) Kinerja dari persediaan dapat diukur dengan : 1. Inventory Turnover Menurut Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011), inventory turnover menggambarkan frekuensi perputaran persediaan (inventory) dan kecepatan perusahaan menjual barangnya dalam setahun. Semakin tinggi inventory turnover menunjukkan perputaran persediaan (inventory) semakin cepat. Formula yang digunakan adalah :
2. Days in Inventory Menurut Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011), days in inventory menggambarkan rata-rata jumlah hari persediaan (inventory) dipegang oleh perusahaan. Semakin rendah rata-rata jumlah hari persediaan yang dipegang oleh perusahaan maka semakin cepat perputaran persediaan (inventory). Formula yang digunakan adalah :
3. Return on Assets (ROA) Menurut Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011), return on assets merupakan pengukuran profitabilitas secara menyeluruh. Hal ini menunjukkan seberapa besar pendapatan bersih (net income) yang mampu dihasilkan oleh setiap aset perusahaan. Jadi, semakin tinggi return on assets, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Formula yang digunakan adalah :
2.6 Pengendalian Persediaan (Inventory Control) 1. Fixed-Order Time Model Menurut Jacobs dan Chase (2011), dalam sistem periode fixed-time, persediaan (inventory) diperhitungkan berdasarkan waktu tertentu, misalnya per minggu atau per bulan. 2. Fixed-Order Quantity Model Model ini digunakan dengan menetapkan sejumlah barang yang akan dipesan setiap kali pemesanan dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam model ini adalah :
a. Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Vollman, Berry, Whybark, dan Jacobs (2005), EOQ digunakan untuk menentukan berapa jumlah material atau barang yang akan dipesan dalam waktu tertentu. Formula yang digunakan adalah :
Dimana, D = demand (annual) S = setup cost or cost of placing an order H = annual holding and storage cost per unit of average inventory,
b. Safety Stock Menurut Jacobs dan Chase (2011), safety stock merupakan sejumlah persediaan (inventory) yang disimpan untuk mencegah terjadinya stockout. Formula yang digunakan adalah :
Dimana, z STD L
= safety factor, tergantung pada service level = standard deviation = lead time
c. Reoder Point (ROP) Menurut Heizer dan Render (2001 : 495), Reorder Point merupakan model persediaan (inventory) untuk menentukan kapan barang atau material dipesan. Formula yang digunakan adalah :
Dimana, d = daily demand L = order lead time ss = safety stock 3. Klasifikasi ABC Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan (inventory) yang mengadopsi prinsip pareto, yang pada prinsipnya menyatakan bahwa “critical few and trivial many”. Prinsip inilah yang membangun kebijakan persediaan
(inventory) untuk fokus pada persediaan (inventory) yang few critical bukan pada yang trivial many. Menurut Schroeder (2007 : 351), analisis ABC dapat dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan besarnya value yang dihasilkan oleh persediaan tersebut, yaitu : 1. Kelas A merupakan barang-barang yang memberikan value yang tinggi. Meskipun kelompok kelas A ini hanya diwakili oleh 20% dari jumlah persediaan (inventory) yang ada, tetapi value yang diberikan adalah sebesar 80%. 2. Kelas B merupakan barang-barang yang memberikan value yang sedang. Kelompok persediaan (inventory) kelas B ini diwakili oleh 30% dari jumlah persediaan (inventory) dan value yang dihasilkan adalah sebesar 15%. 3. Kelas C merupakan barang-barang yang memberikan value yang rendah. Kelompok persediaan (inventory) kelas C diwakili oleh 50% dari total persediaan (inventory) yang ada dan value yang dihasilkan hanya 5%.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Tahapan kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dalam alur sebagai berikut : Kondisi Perusahaan Sekarang Identifikasi Permasalahan
Literature Review
Penentuan Variabel
Hipotesis
Analisis Data Uji Hipotesis
Hasil Analisis
Rekomendasi Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Pengumpulan Data
3.2 Variabel Penelitian Dalam jurnal penelitiannya, Gaur, Fisher, dan Raman (2004 : 8) menyatakan bahwa keempat karakteristik operasional, yaitu : service level (tingkat layanan), harga, variasi produk, dan panjangnya siklus hidup (lifecycle) produk mempunyai hubungan yang erat dengan inventory turnover. Untuk itu dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh antara keempat karakteristik operasional tersebut dengan inventory turnover. Berdasarkan hal tersebut diatas maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Service level (X1) Menurut Tersine (1994), service level adalah kemampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan dari persediaan yang ada. 2. Harga (X2) Menurut Schroeder (2007), harga adalah berapa nilai yang pelanggan bayar ke perusahaan untuk memperoleh suatu produk agar manfaat dari produk tersebut dapat dinikmati baik secara langsung maupun tidak langsung oleh pelanggan. 3. Variasi Produk (X3) Menurut Kotler dan Keller (2012), variasi produk adalah sekelompok produk yang mempunyai fungsi yang sama dan mempunyai satu atau beberapa bentuk yang berbeda. 4. Panjang siklus hidup produk (length of product lifecycle) (X4) Menurut Kotler dan Keller (2012), siklus hidup (lifecycle) suatu produk terdiri dari empat tahap yaitu : introduction, growth, maturity, dan decline. Panjang siklus hidup produk merupakan lama suatu produk dari pertama kali diperkenalkan kepada pelanggan (tahap introduction) sampai dengan barang tersebut mengalami penurunan (tahap decline). Namun, dalam penelitian ini panjang siklus hidup produk (length of product lifecycle) kedua kelompok jenis produk part dan bahan tidak dapat diukur karena belum memasuki tahap penurunan (tahap decline). Untuk itu, variabel X4 ini tidak akan diperhitungkan dalam penelitian ini. 3.3 Model Analisis Model analisis untuk keseluruhan kelompok suku cadang, part dan bahan, dalam penelitian ini adalah : Service Level (X1)
Harga (X2) Inventory Turnover (Y1) Variasi Produk (X3)
Kelompok Suku Cadang, Part dan Bahan (X4)
Gambar 3.2 Model Analisis 1
Model analisis untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap inventory turnover pada kelompok suku cadang part dapat digambarkan sebagai berikut : Service Level (X1) Inventory Turnover (Y2)
Harga (X2) Variasi Produk (X3)
Gambar 3.3 Model Analisis 2
Sedangkan model analisis untuk jenis produk bahan dapat digambarkan sebagai berikut : Service Level (X1) Inventory Turnover (Y3)
Harga (X2) Variasi Produk (X3)
Gambar 3.4 Model Analisis 3
3.4 Metode Penelitian dan Analisis Data Metode penelitian dan analisis data digunakan adalah analisis statistika berupa analisis regresi berganda. Persamaan model regresi berganda dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Model analisis 1 : Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε 2. Model analisis 2 : Y2 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε 3. Model analisis 3 : Y3 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Yang mana, Y1, Y2, Y3 X1 X2 X3 X4 β1, β2, β3, β4 ε
= inventory turnover = service level = harga = variasi produk = kelompok suku cadang (part = 1; bahan = 0) = koefisien regresi = faktor error
3.5 Hipotesis Penelitian Kriteria penerimaan untuk hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model Analisis 1 H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0; semua variabel tidak mempengaruhi Ha : Setidaknya ada satu beta (β) yang nilainya tidak sama dengan nol (0) berarti setidaknya minimal ada salah satu diantara variabel dalam penelitian yang memberikan pengaruh terhadap inventory turnover. 2. Model Analisis 2 H0 : β1 = β2 = β3 = 0; semua variabel tidak mempengaruhi Ha : Setidaknya ada satu beta (β) yang nilainya tidak sama dengan nol (0) berarti setidaknya minimal ada salah satu diantara variabel dalam penelitian yang memberikan pengaruh terhadap inventory turnover. 3. Model Analisis 3 H0 : β1 = β2 = β3 = 0; semua variabel tidak mempengaruhi Ha : Setidaknya ada satu beta (β) yang nilainya tidak sama dengan nol (0) berarti setidaknya minimal ada salah satu diantara variabel dalam penelitian yang memberikan pengaruh terhadap inventory turnover. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut diatas maka level of significant yang dipergunakan adalah (α) = 0,05 (5%) 3.6 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis dengan dua cara, yaitu : 3.6.1 Uji Keseluruhan Parameter (F-Test) Tahapan-tahapan dalam uji keseluruhan (F-Test) adalah sebagai berikut : 1. Membuat formulasi hipotesis nol dan hipotesis alternatif yaitu : a. Model Analisis 1 H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 Ha : paling tidak ada satu beta (β) yang tidak sama dengan nol (0) b. Model Analisis 2 H0 : β1 = β2 = β3 = 0 Ha : paling tidak ada satu beta (β) yang tidak sama dengan nol (0) c. Model Analisis 3 H0 : β1 = β2 = β3 = 0 Ha : paling tidak ada satu beta (β) yang tidak sama dengan nol (0) 2. Menentukan ftabel dengan level of significant α = 5%, df1 = k ; df2 = n-k-1 3. Mencari Fhitung dengan rumus :
Yang mana, F = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel bebas n = jumlah anggota sampel R2 = koefisien regresi Keputusan : 1. Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima, dan Ha ditolak. Artinya variabel dari modal regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. 2. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, dan Ha diterima. Artinya variabel dari model regresi berhasil menerangkan variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat. 3.6.2
Uji Individual Parameter (T-Test) Tahapan-tahapan dalam uji keseluruhan (T-Test) adalah sebagai berikut : 1. Membuat formulasi hipotesis nol dan hipotesis alternatif yaitu : a. Model Analisis 1 H0 : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0 H0 : β2 = 0 Ha : β2 ≠ 0 H0 : β3 = 0 Ha : β3 ≠ 0 H0 : β4 = 0 Ha : β4 ≠ 0 b. Model Analisis 2 H0 : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0 H0 : β2 = 0 Ha : β2 ≠ 0 H0 : β3 = 0 Ha : β3 ≠ 0 c. Model Analisis 3 H0 : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0 H0 : β2 = 0 Ha : β2 ≠ 0 H0 : β3 = 0 Ha : β3 ≠ 0 2. Menentukan ttabel dengan level of significant α = 5%; df2 = n-k-1
3. Mencari Fhitung dengan rumus :
Yang mana, rxy = koefisien korelasi xy n = jumlah sampel Keputusan : 1. Jika -ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel, maka H0 diterima, dan Ha ditolak. Artinya variabel (X) tersebut tidak berpengaruh terhadap inventory turnover (Y). 2. Jika t-hitung > t-tabel atau thitung < -ttabel, maka H0 ditolak, dan Ha diterima. Artinya variabel (X) tersebut berpengaruh terhadap inventory turnover (Y). 3.7 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci berupa data Laporan Penjualan Suku Cadang (spare part) dan Laporan Persediaan (Inventory) suku cadang (spare part) yang dimiliki oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Metode pengumpulan data diawali dengan observasi langsung ke PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci kemudian penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan persediaan (inventory) suku cadang (spare part) di lapangan. Setelah itu data yang diperlukan berupa Laporan Penjualan Suku Cadang (spare part) dan Laporan Persediaan (inventory) suku cadang (spare part) untuk penelitian ini diberikan langsung oleh pemilik otoritas PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 3.8 Populasi dan Sampel Penelitian Sample dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yang berarti berupa semua jenis part dan bahan yang dimiliki oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci yang mana berjumlah 100 jenis part dan 16 jenis bahan.
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data 4.1.1 Hasil Penelitian Model Analisis 1
1. Dari uji F-Test diperoleh diperoleh Fhitung 45,42 > Critical Fvalue 2,45 sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis Inventory Turnover = β0 + β1 Service Level + β2 Harga + β3 Variasi Produk + β4 Kelompok Suku Cadang (Part/Bahan) + ε layak untuk digunakan karena secara keseluruhan faktor service level, harga, variasi produk, dan kelompok suku cadang (Part/Bahan) memiliki pengaruh signifikan terhadap inventory turnover untuk kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 2. Hasil regresi data model analisis 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Hasil Regresi Data Kedua Kelompok Suku Cadang (Spare Part) Part dan Bahan
Coefficients Konstanta -14,32 X1 7,03 X2 -0,00 X3 -0,00 X4 10,45
Standard Error 1,44 1,39 0,00 0,04 0,81
Tstat -9,94 5,05 -0,53 -0,05 12,97
Pvalue 0,00 0,00 0,60 0,96 0,00
(Sumber : Data sekunder 2014 yang telah diolah)
3. Hasil uji T-Test dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Uji hipotesis 1 : Thitung 5,05 > Ttabel 1,98 maka service level (X1) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y1) b. Uji hipotesis 2 : - Ttabel -1,98 < Thitung -0,53 maka harga (X2) tidak memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y1) c. Uji hipotesis 3 : -Ttabel -1,98 < Thitung -0,05 maka variasi produk (X3) tidak memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y1) d. Uji hipotesis 4 : Thitung 12,97 > Ttabel 1,98 maka kelompok suku cadang (part/bahan) (X4) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y1) 4. Persamaan linier berganda model analisis 1 adalah Y1 = -14,32 + 7,03 X1* – 0,00 X2 – 0,00 X3 + 10,45 X4 * (* = signifikan 5%) 5. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover untuk keseluruhan kelompok suku cadang adalah faktor kelompok suku cadang (part/bahan) kemudian diikuti dengan faktor service level. 4.1.2
Hasil Penelitian Model Analisis 2 1. Dari uji F-Test diperoleh diperoleh Fhitung 8,78 > Critical Fvalue 2,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis Inventory Turnover = β0 + β1 Service Level + β2 Harga + β3 Variasi Produk + ε layak untuk digunakan karena secara keseluruhan faktor service level, harga, dan variasi produk memiliki pengaruh signifikan terhadap inventory turnover untuk kelompok suku cadang (spare part) part di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci.
2. Hasil regresi data model analisis 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Hasil Regresi Data Kelompok Suku Cadang (Spare Part) Part
Konstanta X1 X2 X3
Coefficients 0,73 -0,46 0,00 -0,02
Standard Error 0,14 0,22 0,00 0,01
Tstat 5,13 -2,06 2,24 -3,82
Pvalue 0,00 0,04 0,03 0,00
(Sumber : Data sekunder 2014 yang telah diolah)
3. Hasil uji T-Test dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Uji hipotesis 1 : Thitung -2,06 < -Ttabel -1,99 maka service level (X1) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y2) b. Uji hipotesis 2 : Thitung 2,24 > Ttabel 1,99 maka harga (X2) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y2) c. Uji hipotesis 3 : Thitung -3,82 < -Ttabel -1,99 maka variasi produk (X3) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y2) 4. Persamaan linier berganda model analisis 2 adalah Y2 = 0,73 – 0,46 X1* + 0,00 X2* – 0,02 X3 * (* = signifikan 5%) 5. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover untuk kelompok suku cadang part adalah faktor service level kemudian diikuti dengan faktor variasi produk dan harga. 4.1.3
Hasil Penelitian Model Analisis 3 1. Dari uji F-Test diperoleh diperoleh Fhitung 21,24 > Critical Fvalue 3,49 sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis Inventory Turnover = β0 + β1 Service Level + β2 Harga + β3 Variasi Produk + ε layak untuk digunakan karena secara keseluruhan faktor service level, harga, dan variasi produk memiliki pengaruh signifikan terhadap inventory turnover untuk kelompok suku cadang (spare part) bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 2. Hasil regresi data model analisis 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Hasil Regresi Data Kelompok Suku Cadang (Spare Part) Bahan
Coefficients Konstanta -4,03 X1 27,48 X2 -0,00 X3 0,30
Standard Error 2,18 3,62 0,00 0,17
Tstat 1,85 7,60 -0,38 1,72
(Sumber : Data sekunder 2014 yang telah diolah)
3. Hasil uji T-Test dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pvalue 0,09 0,00 0,71 0,11
a. Uji hipotesis 1 : Thitung 7,60 > Ttabel 2,18 maka service level (X1) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y3) b. Uji hipotesis 2 : -Ttabel -2,18 < Ttabel -0,49 maka harga (X2) tidak memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y3) c. Uji hipotesis 3 : Thitung 2,08 < -Ttabel -1,92,18 maka variasi produk (X3) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y3) 4. Persamaan linier berganda model analisis 3 adalah Y3 = -4,03 + 27,48 X1* - 0,00 X2 + 0,30 X3 (* = signifikan 5%) 5. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover untuk kelompok suku cadang bahan hanya faktor service level. 4.2 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Perusahaan 4.2.1 Pengaruh Kelompok Suku Cadang Terhadap Inventory Turnover Secara keseluruhan, faktor service level dan kelompok suku cadang merupakan faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing kelompok suku cadang mempunyai faktorfaktor yang berbeda yang mempengaruhi inventory turnover sehingga dalam menetapkan strategi dan kebijakan masing-masing kelompok suku cadang perlu diperlakukan berbeda oleh pihak Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Untuk kelompok suku cadang (spare part) part yang memiliki umur lebih panjang menurut Chopra dan Meindl (2010) posisi produk telah jenuh di pasar dan permintaan pelanggan menjadi lebih pasti sehingga supply produk dapat diprediksi. Jadi, semakin lama suatu produk bertahan di pasar maka inventory turnover akan semakin meningkat. Sebaliknya, pada kelompok suku cadang (spare part) bahan yang memiliki umur lebih pendek menurut Chopra dan Meindl (2010) posisi produk masih dalam fase perkenalan di pasar dan permintaan produk sangat tidak pasti sehingga supply produk tidak dapat diprediksi. Akibatnya, inventory turnover produk tersebut rendah. 4.2.2
Pengaruh Service Level Terhadap Inventory Turnover Secara keseluruhan service level cukup mempunyai pengaruh yang signifikan dan juga berpengaruh positif terhadap inventory turnover untuk kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Hal ini menunjukan bahwa hubungan trade-off antara service level dan inventory turnover perlu diperhatikan oleh Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Pada kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan, service level merupakan faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover. Pada kelompok suku cadang (spare part) part, service level berpengaruh negatif terhadap inventory turnover sedangkan pada kelompok suku cadang (spare part) bahan, service level berpengaruh positif terhadap inventory turnover.
Menurut Chopra dan Meindl (2010) service level merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan dari pelanggan secara tepat waktu. Semakin tinggi service level maka semakin tinggi juga tingkat responsiveness dan semakin tinggi juga cost yang harus dikeluarkan, begitu juga sebaliknya. Menurut Robinson (2001), kekurangan barang dapat menyebabkan penurunan pada service level sedangkan kelebihan barang menimbulkan ketidakefisienan. Pendapat Chopra, Meindl, dan Robinson tersebut diatas terjadi pada kelompok suku cadang (spare part) part. Hal ini menggambarkan bahwa pada kelompok suku cadang (spare part) part hubungan service level dan inventory turnover adalah berbanding terbalik. Target service level 100% yang ditetapkan oleh Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci akan menyebabkan tingkat inventory turnover menurun. Akibatnya, tingkat dead stock kelompok suku cadang (spare part) part akan tinggi. Sebaliknya, pada kelompok suku cadang (spare part) bahan, hubungan antara service level dan inventory turnover adalah berbanding lurus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi service level maka semakin cepat perputaran persediaan (inventory turnover). Ketersediaan kelompok suku cadang (spare part) bahan di gudang sangat perlu diperhatikan Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci agar tidak terjadi stock out. Menurut Chopra dan Meindl (2010), pelanggan yang menempatkan kebutuhan darurat (emergency order) akan suatu produk cenderung mengharapkan tingkat ketersediaan produk yang tinggi. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut maka pelanggan akan mencari dan beli produk yang mereka butuhkan di tempat yang lain. Untuk kelompok suku cadang (spare part) bahan, target service level 100% harus dicapai oleh perusahaan agar permintaan dari pelanggan dapat dipenuhi tepat waktu. Jika tidak, pelanggan akan mencari dan membeli barang yang mereka butuhkan di tempat lain. 4.2.2.1 Pengaruh Harga Terhadap Inventory Turnover Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga tidak berpengaruh signifikan terhadap inventory turnover pada kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Hal ini menggambarkan bahwa pelanggan tidak terlalu memperhatikan masalah harga dalam pembelian produk yang ditawarkan oleh di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Menurut Kotler dan Keller (2012), teknik pricing umumnya digunakan oleh pihak perusahaan sebagai salah satu strategi untuk mendongrak permintaan pelanggan dan meningkatkan penjualan. Namun, menurut Chopra dan Meindl (2010), perusahaan harus mempertimbangkan kesesuaian antara strategi yang ditetapkan dengan supply chain. Pemahaman perusahaan akan siapa pelanggannya menjadi tahap pertama yang harus diperhatikan perusahaan. Menurut Chopra dan Meindl, perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan dari segmen pelanggan yang dilayaninya. Pelanggan yang menempatkan kebutuhan darurat (emergency order) cenderung
tidak terlalu memperhatikan masalah harga dalam membeli suatu produk atau layanan. Untuk itu, biasanya mereka bersedia membayar berapapun harga yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, hal itu berlaku pada bisnis PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Kecenderungan pelanggan yang menikmati jasa after sales yang ditawarkan oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci adalah mereka ingin kendaraan roda empat mereka segera dapat beroperasi kembali. Para pelanggan PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci tidak terlalu mempertimbangkan masalah harga service maupun suku cadang (spare part) kendaraan roda empat mereka. Menurut Chopra dan Meindl (2010) harga bukanlah pertimbangan utama bagi pelanggan, akan tetapi hal yang utama adalah ketersediaan produk di pasar. Jadi, semakin cepat kendaraan roda empat pelanggan dapat beroperasi kembali atau dapat digunakan kembali semakin baik karena itu merupakan kebutuhan yang mendesak bagi pelanggan. 4.2.2.2 Pengaruh Variasi Produk Terhadap Inventory Turnover Secara keseluruhan, variasi produk tidak mempengaruhi kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan. Namun, pada kelompok suku cadang (spare part) part, variasi produk cukup berpengaruh terhadap inventory turnover dan berpengaruh negatif terhadap inventory turnover. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak variasi produk part di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci maka semakin rendah perputaran persediaannya (inventory turnover), begitu juga sebaliknya. Menurut Chopra dan Meindl (2010) variasi produk yang semakin banyak akan mempersulit peramalan permintaan karena ketidakpastian permintaan akan semakin tinggi. Hal ini akan berdampak pada efisiensi dan kemampuan respon dalam supply chain.
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan dan Rekomendasi Dari hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan dan direkomendasikan bahwa : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover pada kedua kelompok suku cadang (spare part) yaitu part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci adalah service level dan kelompok suku cadang. 2. Pada masing-masing kelompok suku cadang (spare part), inventory turnover dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Inventory turnover kelompok suku cadang (spare part) part dipengaruhi oleh faktor service level, variasi produk, dan harga sedangkan pada kelompok suku cadang (spare part) bahan inventory turnover hanya dipengaruhi oleh faktor service level.
3. Implikasi terhadap PT Astra Daihatsu Motor adalah : a. Inventory turnover masing-masing kelompok suku cadang (spare part) dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Untuk itu kebijakan dan strategi yang diterapkan oleh pihak manajemen untuk masing-masing kelompok suku cadang (spare part) juga harus berbeda. b. Target service level 100% pada kelompok suku cadang (spare part) part dapat menyebabkan semakin tingginya dead stock pada kelompok suku cadang (spare part) part. Sedangkan, pada kelompok suku cadang (spare part) bahan pihak Manajemen harus mencapai target service level 100% agar tidak terjadi stock out. Untuk itu, disarankan pihak Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci melakukan analisis pola permintaan, melakukan perhitungan Reorder Point (ROP), Economic Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock sehingga dapat meminimalisir ketidakpastian permintaan (uncertainty demand), pasokan (supply), waktu tunggu (lead time) untuk masing-masing kelompok suku cadang (spare part). c. Faktor harga tidak mempengaruhi inventory turnover pada kelompok suku cadang (spare part) bahan yang artinya bahwa dalam membeli produk yang ditawarkan oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci, pelanggan tidak terlalu mempertimbangkan faktor harga. Namun, pada kelompok suku cadang (spare part) part, pihak manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci dapat meningkatkan inventory turnover dengan strategi pricing seperti dengan memberikan diskon khusus bagi pelanggan yang melakukan pemesanan (booking) terlebih dahulu untuk layanan bengkel (after sales). Hal ini untuk meminimalisir ketidakpastian permintaan (uncertainty demand), pasokan (supply), waktu tunggu (lead time) yang dihadapi oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. d. Faktor variasi produk tidak terlalu signifikan mempengaruhi inventory turnover pada kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan. Namun, pihak manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci dapat meningkatkan inventory turnover dengan mengurangi variasi produk pada kelompok suku cadang (spare part) part. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan komponen part yang sama pada semua jenis mobil yang diproduksi oleh PT Astra Daihatsu Motor.
DAFTAR PUSTAKA a. Buku Chopra, Sunil dan Peter Meindl. (2010). Supply Chain Management Strategy, Planning, and Operation Fourth Edition. New Jersey : Pearson Education Inc. Heizer, Jay, dan Barry Render. (2001). Operation Management. United State of America : Prentice Hall, Inc. Jacobs, F. Robert dan Richard B. Chase. (2011). Operation and Supply Chain Management Global Edition. New York : McGraw-Hill. Kimmel, Paul D., Jerry J. Weygandt, dan Donald E. Keiso. (2011). Financial Accounting Tools for Business Decision Making Sixth Edition. New Jersey : John Wiley & Son (Asia) Pte. Ltd. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2012). Marketing Management Global Edition. England : Pearson Education Limited. Levine, David M., David F. Stephan, dan Kathryn A. Szabat. (2014). Statistic for Managers Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education International. Russell, Roberta S. dan Bernard W. Taylor III. (2009). Operation Management Along The Supply Chain Sixth Edition. Asia : John Wiley & Sons Pte. Ltd. Schroeder, Roger G. (2003). Operations Management Contemporary Concepts and Cases Second Edition. Singapore : McGraw-Hill. Schroeder, Roger G. (2007). Operations Management Contemporary Concepts and Cases Third Edition. Singapore : McGraw-Hill. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. (2009). Research Methods for Business a Skill Building Approach Fifth Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons Ltd. Slack, Nigel, Alistair Brandon-Jones, dan Robert Johnston. (2013). Operations Management Seventh Edition. United Kingdom : Pearson Education Limited. Tersine, R J. (2004). Principle of Inventory and Material Management. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Vollmann, Thomas E., Willian L. Berry, D. Clay Whybark, dan F. Robert Jacobs. (2005). Manufacturing Planning and Control for Supply Chain Management. New York : McGraw-Hill. b. Jurnal Artikel Aditya S.P, Wirawan, Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng.,Ph.D, dan Nani Kurniati, ST., MT. (2009). Pengendalian Spare Part dengan pendekatan Periodic Review (R,s,S) System (Studi Kasus : PT GMF Aero Asia – Unit Engine Maintenance). Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Astra Otopart. (2013). Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2013 dan 2012. Jakarta : Kantor Akuntan Publik Tanudireddja, Wibisana & Rekan. Fisher, Marshall L. (1997). What is the Right Supply Chain for Your Product?. Harvard Business Review, March – April Edition. Gaur, Vishal dan Saravanan Kesavan. (2007). The Effect of Firm Size and Sales Growth Rate on Inventory Turnover Performance in the US Retail Sector. Management Science. Gaur, Vishal, Marshall L. Fisher, dan Ananth Raman. (2004). An Econometric
Analysis of Inventory Turnover Performance in Retail Services. Management Science, 51, 181-194. Kementerian Perindustrian. (2009). Road Map Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Alat Angkut Tahun 2010 – 2014 (Buku III). Indonesia : Departemen Perindustrian. Kementerian Sekretariat Negara. (2014). Kajian Kebijakan Mencermati Perangkap Negara Berpendapatan Menengah dan Kesenjangan Kesejahteraan. Indonesia : Kedeputian Bidang Dukungan Kebijakan. Meilianasari, Mela. (2013). Analisis Peranan Penerapan Metode Economic Order Quantity dalam Meningkatkan Inventory Turnover pada PT Agronesia Divisi Industri Teknik Karet ‘INKABA’ Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia. Risk Management Association. (2007). Inventory Benchmarks. Institute of Management & Association, The Controller’s Report, 07-03 (Mar. 2007) : p.13. Robinson, James A. (2001). Inventory Profile Analysis : An Aggregation Technique for Improving Customer Service While Reducing Inventory. Production & Inventory Management Journal. 42.2 (Spring), p8. Seyedi, S. N. (2012). Supply Chain Management, Lean Manufacturing, Agile Production, and Their Combination. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4(8), 648-653. c. Internet ASEAN Automotive Federation. (2013). ASEAN Automotive Federation 2013 Statistics. Retrieved October 13, 2014, from http://www.aseanautofed.com/statistics.html Dewayana, Triwulan S., Dedy Sugiarto, dan Dorina Hetharia. (2012). Peluang & Tantangan Industri Komponen Otomotif Indonesia. Retrieved August 22, 2014, from http://journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/download/.../159 Gaikindo. (2014). Production Volume 2009 – 2013. Retrieved October 13, 2014, from http://gaikindo.or.id/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=0& Itemid=145 Indoanalisis. (2013). Studi Kinerja Industri Mobil Indonesia 2013. Retrieved October 13, 2014, from http://issuu.com/indoanalisis/docs/studi_kinerja_industri_mobil_indone Kementerian Perindustrian. (2014). Pasar Indonesia Menarik Minat Produsen Otomotif. Retrieved August 22, 2014, from http://kemenperin.go.id/artikel/7472/Pasar-Indonesia-Menarik-Minat-ProdusenOtomotif M, Bidik. (2014). Penjualan 1.25 Juta Mobil di 2014. Retrieved August 23, 2014, from http://bisnis.liputan6.com/read/801203/ri-bidik-penjualan-1.25-juta-mobildi-2014