FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DUSUN KALIMANJUNG AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
NINNDA DWI KURNIASARI 20100320163
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013-2014
i
LEMBAR PENGESAHAN Naskah Publikasi FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DUSUN KALIMANJUNG AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 28 Mei 2014
Oleh: NINNDA DWI KURNIASARI NIM 20100320163
Penguji
Nurul Hidayah, S.Kep., Ns., M.Nurs
(……………………..)
Catur Budi Susilo, S.Pd., S.Kp., M.Kes
(……………………..)
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat., HNC)
ii
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Nama
: Ninnda Dwi Kurniasari
No Mahasiswa
: 20100320163
Judul
: Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada lansia didusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta
Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author. Demikian harap maklum
Yogyakarta, 28 Mei 2014 Pembimbing
Mahasiswa
Nurul Hidayah, S.Kep., Ns., M.Nurs
Ninnda Dwi Kurniasari
*) Coret yang tidak perlu
iii
Ninnda Dwi Kurniasari. (2014). Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Depresi Pada Lansia di Dusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pembimbing : Nurul Hidayah, S.Kep., Ns INTISARI Latar belakang: Lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang beresiko mengalami masalah kesehatan, meliputi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Masalah kesehatan jiwa yang paling sering dialami oleh lansia yaitu depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur, fungsi kognitif, tingkat pendidikan, jenis kelamin, riwayat penyakit, status perkawinan dan status pekerjaan dengan depresi pada lansia didusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah non eksperimental yaitu deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode cross sectional dengan teknik simple random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuisioner. Analisa data menggunakan Spearman Rank. Hasil: Hasil uji Spearman rank menunjukkan faktor umur (p=0,033), faktor jenis kelamin (p=0,045), faktor status perkawinan (p=0,043), faktor status pekerjaan (p=0,009) dan fungsi kognitif (p=0,039) ada hubungan dengan depresi pada lansia sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,269), faktor riwayat penyakit (p=0,275) tidak ada hubungan dengan depresi pada lansia. Kesimpulan: Umur, faktor jenis kelamin, faktor status perkawinan, faktor status pekerjaan dan fungsi kognitif ada hubungan dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Kata kunci : Faktor Sosial Demografi, depresi, dan lansia
iv
Ninnda Dwi Kurniasari. (2014). Factors relate with depression on the elderly in Kalimanjung village, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Adviser : Nurul Hidayah, S.Kep., Ns Abstract
Background: The elderly is being seen as a group in society who is at risk on experiencing health issues, which are physical health and mental health. Mental health problem that commonly experienced by the elderly is depression. The aim of this research is to examine the relation of age, cognitive function, education level, sex, history of disease, marital status, and occupation status with depression on the elderly in Kalimanjung village, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Method: This research study was non-experimental research, which means it was descriptive-quantitative. Cross-sectional was the main method that used for conducting the research with simple random sampling technique. The main instrument was questionnaire. In addition, the Spearman Rank was the ways analyze the gathered data. Result: The result of Spearman rank was age factor (p=0.033), sex (p=0.045), marital status (p=0.043), occupation status (p=0.009) and cognitive function (p=0.039) have a correlation with depression on the elderly. Meanwhile, the education level (p=0.269) and history of disease (p=0.275) have no correlation with depression on the elderly. Conclusion: Age, sex, marital status, occupation and cognitive function have correlation with depression on the elderly in Kalimanjung village, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Keyword: Factors Demography Social, Depression, Elderly
v
A. PENDAHULUAN Peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa (Hawari, 2007). Dimana peningkatan usia harapan hidup dipengaruhi oleh multi faktor, salah satunya yaitu faktor kesehatan (Dinkes DIY, 2012). Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang beresiko mengalami masalah kesehatan, meliputi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia yaitu terjadinya kemunduran dalam berbagai fungsi dan perubahan fisik seperti menurunnya ketajaman panca indera, berkurangnya daya tahan tubuh, sedangkan masalah kesehatan jiwa yang paling sering yaitu depresi (Depkes RI, 2004). Depresi pada lanjut usia merupakan interaksi antara aspek biologis dan psikososial. Berdasarkan aspek biologis, lansia mengalami ketidakseimbangan zat – zat kimia di otak yang menyebabkan sel – sel di otak tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, pada lansia yang mengalami masalah gangguan fisik menahun, misalnya hipertensi, DM, rematik dan lain – lain. Berdasarkan aspek psikososial yang berperan dalam timbulnya depresi adalah perubahan status ekonomi, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu dan teman – temannya (Santoso & Ismail, 2009). Menurut Kaplan (2009) faktor psikososial lainnya meliputi hilangnya peranan sosial, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial dan penurunan fungsi kognitif. Selain itu, faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, cidera kepala dikaitkan dengan gejala depresi (Gao et al, 2009). 1
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu deskriptif kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling pada populasi 141 lansia dengan sampel sebanyak 58 lansia. Instrumen peneitian menggunakan data sosial demografi: Nama, Umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan serta menggunakan kuisioner Mini Mental State Examination (MMSE) dan Geriatric Depression Scale (GDS). C. HASIL dan PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sosial Demografi Lansia Karakteristik lansia berdasarkan umur yang paling banyak yaitu umur 60-74 tahun (Elderly) sebanyak 39 responden (67,2%), jenis kelamin perempuan sebanyak 41 responden (70,7%), tingkat pendidikan tidak sekolah sebanyak 33 responden (56,9%), lansia yang memiliki riwayat penyakit 0-2 penyakit sebanyak 36 responden (62,1%), lansia dengan status perkawinan duda/ janda/ tidak kawin sebanyak 34 responden (58,6%) dan lansia yang tidak bekerja sebanyak 30 responden (51,7%) jumlahnya hampir sama dengan lansia yang bekerja (buruh, petani, swasta dll) sebanyak 28 responden (48,3%). 2. Fungsi Kognitif Pada Lansia Frekuensi lansia berdasarkan fungsi kognitif paling banyak yaitu lansia dengan kemungkinan gangguan kognitif ( skor 17-24) sebanyak 23 2
responden (39,7%) dan sebaliknya paling sedikit ditemukan yaitu terdapat gangguan kognitif (skor >24) sebanyak 13 responden (22,4%). 3. Depresi Pada Lansia Frekuensi lansia berdasarkan tingkat depresi yang paling banyak yaitu lansia depresi sedang dengan skor GDS (5-9) sebanyak 30 responden (51,8%) sedangkan lansia yang tidak ada depresi dengan skor GDS (0-4) dan depresi berat dengan skor GDS (10-15) memiliki jumlah responden yang sama yaitu 14 responden (24,1%). 4. Hubungan Sosial Demografi dengan Depresi Pada Lansia di Dusun Kalimanjung a. Hubungan Umur dengan Depresi Pada Lansia Tabel 1. Hasil Hubungan Umur dengan Depresi Pada Lansia di Dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Umur 60-74
75-90
>90
Total
Tidak depresi
12
2
-
14
DepresiSedang
20
10
-
30
Depresi Berat
7
7
-
14
Total
39
19
-
58
r
p
0,243
0,033
Hasil data pada tabel 1 menunjukkan bahwa lansia dengan usia 6074 tahun sebagian besar mengalami depresi sedang dengan jumlah 20 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukkan nilai signifikasinya 0,033 (p<0,05) artinya hubungan antara umur dengan depresi pada lansia adalah signifikan.
3
Menurut Pudji Astuti (2003) yang dikutip oleh Efendi (2009) mengungkapkan bahwa lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Hal ini karena pada proses penuaan akan terjadi berbagai perubahan dimulai dari perubahan fungsi fisik, kognitif sampai perubahan psikososial yang akan mempermudah terjadinya depresi pada lansia (Kaplan & Sadock, 2007). Bertambahnya usia maka secara alamiah juga akan mempengaruhi terjadi penurunan kemampuan seperti fungsi perawatan diri sendiri, berinteraksi dengan orang lain disekitar dan semakin bergantung dengan yang lain (Rinajumita, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Heo et al. (2011) terjadi peningkatan pada populasi lansia yang berusia ≥65 tahun dibanding dengan populasi dengan usia ≤65 tahun. Terjadinya peningkatan depresi dalam kehidupan akhir seseorang dipengaruhi oleh gangguan fungsional, kecacatan, kualitas hidup yang buruk, beban personal, masalah sosial, ekonomi yang buruk dan peningkatan mortalitas. b. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia Tabel 2. Hasil Hubungan Jenis kelamin dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
Total
Tidak depresi
6
8
14
Depresi sedang
7
23
30
Depresi berat
4
10
14
Total
17
41
58
4
r
0,225
p
0,045
Hasil tabel 2 menunjukkan bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami depresi sedang dengan jumlah 23 responden (39,7%). Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukan nilai signifikasinya 0,045 (p<0,05) artinya hubungan antara jenis kelamin dengan depresi pada lansia adalah signifikan. Perempuan lebih sering mengalami depresi, hal ini karena perempuan sering terpajan dengan stressor lingkungan dan memiliki tingkatan ambang stressor lebih rendah dibanding dengan laki - laki. Selain itu, adanya depresi pada perempuan juga erat kaitannya dengan ketidakseimbangan hormon sehingga depresi lebih sering terjadi pada perempuan (Amir, 2005). Menurut Ibrahim (2011) perempuan dua kali lebih sering terdiagnosa depresi dari pada pria karena perubahan hormonal dalam siklus menstruasinya yang berhubungan dengan kehamilan, kelahiran dan menopouse. Pada penelitian yang dilakukan oleh Seifert et al. (2012) bahwa berdasarkan jenis kelamin, didapatkan nilai (p=0,043) hal ini berarti hubungan antara jenis kelamin dengan depresi adalah signifikan. Dimana resiko peningkatan depresi lebih banyak pada wanita tetapi tidak pada pria, karena pada wanita terjadinya disregulasi sistem hormonal dan mengakibatkan aktivasi trombosit lebih besar sehingga mempengaruhi tingkat depresi pada wanita. Penelitian lain juga dilakukan oleh Colangelo et al. (2013) insiden gejala depresi pada wanita terkait dengan post menopause dan faktor hormonal. Dimana 5
hormon ekstrogen dan androgen yang berperan menekan depresi pada wanita akan berkurang pada saat post menopause, selain itu pada wanita post menopause sistem ovariumnya tidak mampu lagi merespon sinyal hormonal yang dikirim dari otak, hal itu menyebabkan hormon ekstrogen menjadi
berkurang sehingga
wanita
terutama
post
menopause lebih rentan terhadap depresi. c. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Depresi pada Lansia Tabel 3. Hasil Hubungan Tingkat pendidikan dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Tingkat pendidikan Tidak sekolah
SD&
SMA&
SMP
PT
Total
Tidak depresi
6
6
2
14
Depresi sedang
19
11
-
30
Depresi Berat
8
6
-
14
Total
33
23
2
58
r
p
-0,083
0,269
Hasil data pada tabel 3 menunjukkan bahwa lansia sebagian besar dengan tingkat pendidikan tidak sekolah mengalami depresi sedang
dengan
jumlah
19
lansia.
Berdasarkan
uji
analisis
menggunakan Spearman Rank menunjukkan nilai signifikasinya 0,269 (p>0,005) artinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan depresi pada lansia adalah tidak signifikan. Keadaan ini mengikuti pola pendidikan dari golongan lanjut usia di Indonesia yang umumnya sekitar 71,2% belum mengenal pendidikan formal, sehingga lansia sudah
bisa
menyesuaikan
diri 6
sejak
dahulu
dengan
tingkat
pendidikannya sehingga tidak mempengaruhi keadaan mood, perasaan dan harapan hidupnya (Darmojo, 2006). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lievre, Alley & Crimmins (2010) pendidikan yang rendah berkaitan dengan depresi terutama pada usia lanjut, hal ini karena orang-orang dengan pendidikan yang lebih rendah akan mencapai usia tua dengan penurunan kognitif dan kesehatan fisik yang buruk. Proporsi gangguan depresi pada usia 70 tahun atau lebih tua dengan tingkat pendidikan yang rendah adalah 11,5% sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi hanya 3,5%. Hasil penelitian ini berbeda karena pada jurnal dijelaskan bahwa lansia dengan tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi fungsi kognitif, kesehatan fisik dan kualitas hidupnya. d. Hubungan riwayat penyakit dengan Depresi Pada Lansia Tabel 9. Hasil Hubungan Riwayat Penyakit dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Riwayat Penyakit 0-2 penyakit
>2 penyakit
Total
Tidak Depresi
9
5
14
Depresi Sedang
20
10
30
Depresi Berat
7
7
14
Total
36
22
58
r
p
0,080
0,275
Hasil data pada tabel 9 menunjukkan bahwa lansia dengan riwayat penyakit 0-2 penyakit sebagian besar mengalami depresi sedang dengan jumlah 20 responden (34,5%). Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukkan nilai signifikasinya 0,275 7
(p>0,05) artinya hubungan antara riwayat penyakit dengan depresi pada lansia adalah tidak signifikan. Menurut Mary Ann et al (1993) yang dikutip oleh Mubarak dkk (2009) Timbulnya berbagai macam penyakit pada lansia, akibat penurunan fungsi organ-organ tubuh. Perubahan pada organ tubuh dijelaskan pada teori penuaan yaitu teori biologis. Dalam teori biologis mengungkapkan bahwa penuaan merupakan perubahan struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya yang pada akhirnya menimbulkan perubahan generatif. Teori penurunan imunitas juga berperan penting terhadap terjadinya berbagai penyakit pada lansia. Dalam teori imunitas dengan bertambahnya usia, pertahanan dengan organisme asing juga mengalami penurunan, sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi (Stanley, M & beare, P., 2007). Orang yang lanjut usia akan lebih menggunakan fasilitas kesehatan untuk mempertahankan derajat kesehatannya dibanding dengan orang muda sehingga memiliki riwayat kesehatan yang lebih baik (Czaja, 2009). penelitian yang dilakukan oleh Tanaka et al (2011) bahwa penyakit kronis merupakan faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan depresi baik pada wanita maupun pria. Jika pada pria penyakit kronik juga dipengaruhi oleh mereka yang belum menikah, mereka yang tinggal sendiri dan kurang aktivitas sedangkan pada wanita dipengaruhi oleh mereka yang tidak memiliki teman, BMI > 25, tidur lebih dari 9 jam dan merokok. 8
e. Hubungan Status Perkawinan dengan Depresi Pada Lansia Tabel 5. Hasil Hubungan Status perkawinan dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Status perkawinan Janda/duda/tidak kawin
kawin
Total
Tidak Depresi
8
6
14
Depresi Sedang
16
14
30
Depresi Berat
10
4
14
Total
34
24
58
r
p
-0,227
0,043
Hasil data pada tabel 5 menunjukkan bahwa lansia dengan status perkawinan janda/duda/tidak kawin sebagian besar mengalami depresi sedang dengan jumlah 16 responden (27,6%). Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukkan nilai signifikasinya 0,043 (p<0,05) artinya hubungan antara status perkawinan dengan depresi pada lansia adalah signifikan. Menurut Kaplan & Sadock (2007) salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya depresi adalah status perkawinan dimana orang yang tidak memiliki pasangan terutama perempuan atau berstatus janda lebih rentan terhadap depresi, sehingga seseorang yang kehilangan pasangan hidupnya maka berkurang pula dukungan keluarga terhadapnya. Dimana dukungan keluarga sangat penting bagi lansia karena kurangnya dukungan keluarga dapat mencetuskan depresi, seperti perasaan ditelantarkan atau tidak mendapat perhatian yang memadai dari keluarga (Santoso & Ismail, 2009).
9
Menurut Gao et al. (2009) seseorang yang memiliki status perkawinan duda atau janda beresiko hidup sendiri, dalam studi ini juga menyebutkan bahwa hidup sendiri merupakan faktor resiko terjadinya depresi berat pada lansia (30,7%). Hal ini dipengaruhi oleh mereka yang tinggal di daerah pedesaan dengan pilihan pelayanan kesehatan yang terbatas, kurangnya dukungan sosial dan mengalami kesulitan untuk rutinitas sehari-hari pada lansia. f.
Hubungan Status Pekerjaan dengan Depresi Pada Lansia Tabel 6. Hasil Hubungan Status Pekerjaan dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Pekerjaan Bekerja
Tidak bekerja
Total
Tidak depresi
3
11
14
DepresiSedang
17
13
30
Depresi Berat
10
4
14
Total
30
28
58
r
p
-0,311
0,009
Hasil data pada tabel 6 menunjukkan bahwa lansia yang bekerja (buruh, petani, swasta dll) sebagian besar mengalami depresi sedang dengan jumlah 17 responden (29,3%). Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukkan nilai signifikasinya 0,009 (p<0,05) artinya hubungan antara status pekerjaan dengan depresi pada lansia adalah signifikan. Menurut teori aktifitas menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak kegiatan sosial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wong & Almeida (2012) bahwa status pekerjaan berhubungan depresi. Dimana lansia yang masih bekerja 10
memiliki resiko terhadap depresi karena waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk bekerja diluar rumah setiap harinya sehingga waktu bagi lansia untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial, berkumpul dengan keluarga dan rekreasipun menjadi berkurang. g. Hubungan Fungsi Kognitif dengan Depresi pada Lansia Tabel 7. Hasil Hubungan Fungsi kognitif dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung Februari 2014 (n=58). Fungsi kognitif Gangguan fungsi kognitif
Kemungkinan terdapat gangguan kognitif
Tidak ada gangguan kognitif
Total
Tidak Depresi
4
5
5
14
Depresi Sedang
10
16
5
30
Depresi Berat
8
3
3
14
Total
22
23
13
58
r
p
0,233
0,039
Hasil data pada tabel 7 menunjukkan bahwa lansia dengan kategori kemungkinan terdapat gangguan kognitif sebagian besar mengalami depresi sedang dengan jumlah 16 responden (27,6%). Berdasarkan uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukkan nilai signifikasinya 0,039 (p<0,05) artinya hubungan antara fungsi kognitif dengan depresi pada lansia adalah signifikan. Penurunan fungsi kognitif akan berakibat pada meningkatnya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari – hari, seperti mengabaikan kebersihan diri dan sering lupa dengan kejadian yang dialami (Maryam dkk, 2008). 11
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dotson, Resnick dan Zonderman (2009) menyatakan bahwa penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan depresi terutama dengan bertambahnya umur. Hal ini karena orang yang lebih tua mengalami penurunan kontrol neuropsikologi, termasuk penurunan perhatian, pengolahan memori, kecepatan pemrosesan informasi dan fungsi kognitif secara keseluruhan sehingga dikaitkan dengan perubahan motivasi seperti kurang minat, kehilangan energi, sulit berkonsentrasi dan timbulnya depresi. D. KESIMPULAN Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan februari-Maret 2014 dengan jumlah 58 responden di Dusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan dan fungsi kognitif dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung, Ambarketawang Gamping, Sleman, Yogyakarta. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan riwayat penyakit dengan depresi pada lansia di dusun Kalimanjung, Ambarketawang Gamping, Sleman, Yogyakarta. E. SARAN 1. Bagi Warga Dusun Kalimanjung
12
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan support atau dukungan bagi lansia maupun keluarganya agar lebih memperhatikan lansia yang mengalami depresi maupun lansia yang tidak depresi agar tidak mengalami depresi. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan informasi ilmiah tentang hubungan antara umur, fungsi kognitif, tingkat pendidikan, jenis kelamin, riwayat penyakit, status perkawinan dan status pekerjaan dengan depresi pada lansia. Khususnya dapat diterapkan pada mata kuliah gerontik. 3. Bagi Peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada lansia didusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. F. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Ibunda dan ayahanda tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya, dukungan dan semangat serta doa restu sehingga kuliah yang saya jalani terselesaikan dan berjalan dengan lancar. 2. Ibu Nurul Hidayah, S.Kep., Ns., M.Nurs. selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan. 3. Bapak Catur Budi Susilo, S.Pd., S.Kp., M.Kes selaku dosen penguji saya yang telah memberikan saran, waktu dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan. . 13
A. RUJUKAN DAFTAR PUSTAKA Amir, N. (2005). Depresi: neurobiology, diagnosis, tata laksana. Jakarta: balai penerbit FK UI. Colangelo, L.A., Craft, L.L., Ouyang, P., Liu, K., Schreiner, P.J., Michos, E.D. (2013). Association of Sex Hormones and SHBG with Depressive Symptoms in Post-menopausal Women: the Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis. NIH Public Access, Author Manuscript, 2013 August ; 19(8): 877–885. doi:10.1097/gme.0b013e3182432de6. Czaja, S. & Sharit, J. (2009). The Aging of Population: Opportunities and Challenges for Human Faktors Engineering. Dikutip dari: http://www.nae.edu/Publications/Bridge/TechnologiesforanAging/populati on/thcAgingofthe Population.aspx Darmojo, B. (2006). Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FK UI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Pedoman kesehatan jiwa usia lanjut (psikogeriatrik). Jakarta: Puskesmas Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Dinas Kesehatan DIY. (2012). Prevalensi Penduduk diwilayah Yogyakarta. Dotson, V.M., Resnick, S.M., Zonderman, A.B. (2009). Differential Association of Concurrent, Baseline, and Average Depressive Symptoms with Cognitive Decline in Older Adults. Am J Geriatr Psychiatry. 2009 April; 16(4): 318–330. Effendi dkk. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Gao, S., Jin, Y., Unversagt, F. W., Liang, C., Hall, K., Ma, F., et al. (2009). Correlates of Depressive Symptoms in Rural Elderly in Chinese. Int J Geriatry Psychiatry. 24(12): 1358–1366. Hawari, D. (2007). Ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa. Heo, M., Murphy, C.F., Fontaine, K.R., Bruce, M.L., Alexopoulos, G.S. (2011). Population projection of US adults with lifetime experience of depressive disorder by age and sex from year 2005 to 2050. Int J Geriatr Psychiatry . 2011 November ; 23(12): 1266–1270.
Ibrahim, A. S. (2011). Gangguan Alam Perasaan. Tangerang: Jelajah Nusa. Kapplan dan Saddock. (2007). Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry. Philadelphia: Lippincot Williams and Willkins. Lievre. A., Alley. D., Crimmins. E.M. (2010). Educational Differentials in Life Expectancy With Cognitive Impairment Among the Elderly in the United States. J Aging Health. 2010 June; 20(4): 456–477. doi:10.1177/0898264308315857. Maryam, R dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Mubarak, W dkk. (2009). Ilmu keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba medika. Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia wilayah kerja puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Andalas. Dikutip dari: http://repository.unand.ac.id/16884/1/FAKTORFAKTOR_YANG_BERHUBUNGAN_DENGAN _KEMANDIRIAN_LANSIA.Pdf. pada tanggal 1 juni 2013. Santoso, H & Ismail, A. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian Medisdan Pedagogis-Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Seifert, C.R., Poppert, H., Sander, D., Faurer, R., Etgen, T., Ander, K.H. (2012). Depressive Symptoms and the Risk of Ischemic Stroke in the Elderly—Influence of Age and Sex. PLoS ONE 7(11): e50803. doi:10.1371/journal.pone.0050803. Stanley, M & beare, P. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta : EGC. Tanaka, H., Sasazawa, Y., Suzuki, S., Nakazawa, M., Koyama, H. (2011). Health status and lifestyle factors as predictors of depression in middleaged and elderly Japanese adults: a seven-year follow-up of the Komo-Ise cohort study. BMC Psychiatry. Wong, J. D., Almeida, D.M. (2012). The Effects of Employment Status and Daily Stressors on Time Spent on Daily Household Chores in MiddleAged and Older Adults. The Gerontologist society of America, Cite journal as: The Gerontologist Vol. 53, No.1, 81-91 doi:10.1093/geront/gns04.
2