1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara maju. Diperkirakan empat dari 15 juta kematian pada anak yang menderita ISPA pada usia di bawah 5 tahun dan sepertiga dari kematian ISPA adalah bayi. Dari hasil penelitian fungsi paru pada anak di negara berkembang biasanya disebabkan oleh bakteri, biasanya Streptococcus pneumoniae atau Haemophillus influenzae (Susi, 2002). Infeksi saluran nafas akut (ISPA) jarang ditemukan yang berakibat fatal. Infeksi saluran pernafasan dapat dicegah sidini mungkin. Beberapa yang menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan akut seperti influenza, otitis media, faringitis (Erlien, 2008). ISPA juga berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 ISPA menepati urutan sembilan yaitu dengan jumlah kasus 17.918 sedangkan, data dari penyakit rawat jalan dirumah sakit 2010 ISPA menepati urutan pertama dengan jumlah 291.356 kasus (Kemenkes RI, 2012). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan akut hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek tidak memerlukan pengobatan antibiotik. Tetapi banyak masyarakat menggunakan antibiotik pada anak yang menderita infeksi saluran pernapasan ringan seperti faringitis dan bronkitis. Pemberian antibiotik pada saluran pernapasan ringan atau demam (tanpa tanda gejala klinis pernapasan yang serius). Akan pengakibatkan penggunaan antibiotik secara luas tanpa manfaat dan akan mengakibatkan efek samping yang besar serta meningkatkan resistensi antibiotik. Antibiotik sebaiknya tidak diberikan kepada infeksi saluran pernapaan atas agar mencegah perkembangan infeksi tersebut menjadi pneumonia 1
2
bakterialis. Pneumonia bakterialis yang tinggi pada anak yang berkujung ke tenaga kesehatan dan faktor risiko terhadap pneumonia, seperti kurang gizi dan bayi berat lahir rendah relatif banyak. Sehingga angka kematian bayi akibat pneumonia menjadi tinggi dan penggunaan terapi antibiotik untuk situasi terjadinya pneumonia bakterialis (Susi, 2002). Madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai kuman patogen penyebab penyakit. Beberapa penyakit infeksi oleh berbagai kuman patogen yang dapat dicegah dan disemmbuhkan dengan meminum madu secara teratur diantaranya: infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), batuk, demam (Aden,2010). Penelitian Rasmaliah (2004) merekomendasikan seseorang Ibu yang merawat anaknya yang terkena ISPA dirumah menggunakan obat tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok dan dicampur dengan madu ½ sendok teh, dan diberikan tiga kali sehari. Kandungan madu yang mampu melawan bakteri dan virus didalam tubuh manusia penyebab timbulnya berbagai macam penyakit dalam tubuh, madu bagian yang penting untuk obat dan madu diyakini sebagai asupan gizi dan nutrisi yang baik bagi tubuh manusia. Madu mempunyai manfaat diantaranya sebagai antimikroba yang bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme, mempercepat persembuhan luka, sebagai energi dan daya tahan tubuh. Contohnya dalam mengobati penyakit gangguan pernapasan dan paru-paru seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Rostita, 2008). Menurut peneliti Cohen et al (2012) madu dapat diberikan pada anak yang mengalami infeksi pernapasan atas untuk mengurangi frekuensi batuk dan kesulitan tidur. Berdasarkan penelitian survei Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal pada tahun 2011 yang pernah dilakukan bahwa angka kesakitan ISPA masih tinggi di daerah Kaliwungu Utara yaitu pada anak balita didapat sebanyak 538 kasus (Dinkes Kendal, 2012). Peneliti melakukan studi pendahuluan di Desa Wonorejo, balita yang menderita ISPA pada tahun
3
2012 sejumlah 127 orang dan pada bulan Januari – Maret 2013 terdapat 34 orang. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua memberikan obat dari warung, pukesmas dan bidan untuk menyembuhkan balita mereka yang menderita ISPA. Jarang orang tua yang menggunakan terapi lain misalnya madu untuk mengobati anaknya. Terkait dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Frekuensi Napas Pada Balita Dengan ISPA Di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Frekuensi Napas Pada Balita Dengan ISPA Di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap frekuensi napas pada balita dengan ISPA di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik penderita meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. b. Mendiskripsikan frekuensi napas pada balita dengan ISPA di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal sebelum diberikan madu.
4
c. Mendiskripsikan frekuensi napas pada balita dengan ISPA di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal sesudah diberikan madu. d. Menganalisis pemberian madu terhadap frekuensi napas pada balita dengan ISPA di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Diharapkan madu dapat menjadi alternatif pengobatan ISPA pada bailita. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam penatalaksanaan keperawatan ISPA balita dengan menggunakan terapi madu. 3. Bagi Profesi Keperawatan Bagi tenaga kesehatan dimana penilitian ini dapat memberikan gambaran tentang perawatan balita penderita ISPA menggunakan terapi madu sehingga meningkatkan keterampilan terutama di bidang kesehatan. 4. Bagi Penelitian Dengan diadakan penelitian ini penggunaan terapi madu dapat diaplikasikan pada balita yang menderita ISPA, karena madu memiliki manfaat untuk penyembuhan pada penderita ISPA. Bagi peniliti selanjutnya metode pengobatan dengan madu perlu di coba apakah bisa digunakan pada balita yang penderita pneumonia.
5
E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan. Khususnya keperawatan anak, serta ilmu-ilmu yang terkait dengan penelitian.
F. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
No
Nama dan tahun Cohen et al 2012
Judul
Jenis penelitian
Variabel penelitian
Hasil
Pengaruh madu pada batuk malam hari dan kualitas tidur
Analitik
Madu yang diberikan adalah 10 gram saat 30 menit sebelum tidur dan diberikan selama 6 hari.
2.
Ika Wahyu Budi Astuti et al 2004
Deskriptif
3.
Sayono et al 2011
Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan akut anak usia bawah lima tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas 1 Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara 2004 Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaa n ISPA terhadap pengetahuan keterampilan ibu merawat balita ISPA di rumah 2011
Variabel ependen yaitu batuk pada malam hari dan kualitas tidur, sedangkan variabel independen madu Variabel (tunggal) Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan akut anak usia bawah lima tahun (balita) rawat jalan
Independen yaitu pengaruh pendidikan kesehatan dan variabel dependen yaitu penatalaksanaa n ISPA
Pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan keterampilan dengan nilai p= 0,000. Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan ibu-ibu lebih memperhatikan kesehatan balitanya dan mengetahui tanda-tanda awal dari penyakit yang sering menyerang balita.
1.
Eksperimenta l Design
120 kasus yang terjadi pada balita usia 0– 59 bulan, seluruhnya terdiagnosa sebagai penderita infeksisaluranpernafasa n akut pneumonia, terdiri dari 55,8% anak laki-laki dan 44,2%anak perempuan.
6
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain pada tabel originalitas penelitian diatas: 1. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Frekuensi Napas Pada Balita Dengan ISPA Di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal”. 2. Variabel yang digunakan adalah variabel dependen Frekuensi Napas Pada Balita Dengan ISPA, dan variabel independen pemberian madu. 3. Lokasi penelitian adalah Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu Utara Kabupaten Kendal.