TESIS– RE142541
EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR
MARDIA PUTRI PRASETYA 3314202202
DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp. Sc.
PROGRAM MAGISTER JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
Tesis disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember oleh : Mardia Putri Prasetya NRP. 3314 202 202 Tanggal Ujian : 9 Januari 2017 Periode Wisuda : Maret 2017 Disetujui Oleh :
1. Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, M. App. Sc NIP : 19530706 198403 2 004
(Pembimbing )
2. Dr. Ir. Ellina S. Pandebessie, MM NIP : 19560204 199203 1 001
(Penguji)
3. I. D. A. A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D NIP : 19750212 199903 2 001
(Penguji)
4. Arseto Yekti Bagastyo. ST., MT., Mphil., Ph.D NIP : 1982080 200501 1 001
(Penguji)
Direktur Program Pascasarjana,
Prof. Ir. Djauhar Manfaat, MSc., PhD NIP. 19601202 198701 1 001
i
(halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Mardia Putri Prasetya
NRP
: 3314 202 202
Program Studi : Magister Teknik Lingkunga ITS Surabaya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan tesis saya yang berjudul: “EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR”
adalah benar-benar hasil karya intelektual
mandiri,
diselesaikan tanpa
menggunakan bahan-bahan yang tidak diizinkan, dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri.
Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka.
Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Surabaya, 13 Januari 2017 Yang membuat pernyataan,
Mardia Putri Prasetya NRP. 3314 202 202
iii
(halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR Nama : Mardia Putri Prasetya NRP : 3314 202 202 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp. Sc.
ABSTRAK
Laju timbulan sampah di Kecamatan Rappocini sebesar 441.37 m3 per hari, dengan jumlah penduduk 160.499 jiwa, pelayanan pengangkutan sampah hanya sebesar 117.04 m3, yaitu 27% dari total timbulan sampah. Frekuensi pengangkutan sampah eksisting masih rendah yakni 1 trip/hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses pengangkutan sampah ditinjau dari aspek teknis, kelembagaan dan finansial. Penelitian ini dilakukan dengan observasi lapangan terhadap 8 unit kendaraan pengangkut sampah yang beroprasi di Kecamatan Rappocini. Dengan parameter yang diamati adalah waktu pengangkutan dari pool ke TPS (t1), waktu pengangkutan sampah (pc), waktu dari TPS ke TPA (h), waktu pembuangan sampah di TPA (s), waktu kembali dari TPA ke Pool (t2), jumlah lokasi yang dilayani oleh dump truk multi lokasi dan waktu istirahat (w). Pengamatan dilakukan selama 8 hari berturut–turut. Selain itu juga dilakukan perhitungan densitas sampah di gerobak dan dump truk guna menentukan faktor kompaksi. Data tentang aspek kelembagaan dan finansial diperoleh dari wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Hasil evaluasi teknis menunjukan bahwa pengangkutan sampah pada saat ini adalah 1 trip/hari untuk pengangkutan dump truk satu lokasi dan multi lokasi yang dimana dilakukan secara manual. Dibutuhkan 38 buah kontainer berukuran 8m3, 10 kendaraan jenis arm roll truk, untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan. Tidak adanya lokasi TPS maka direncanakan penentuan lokasi penempatan kontainer pada 7 Kelurahan yang belum difasilitasi dan menentukan jalur alternatif guna mempercepat waktu pengangkutan selain itu melakukan perubahan waktu pengangkutan menjadi pagi hari atau pada waktu yang tidak mengalami kemacetan. Untuk hasil evaluasi aspek finansial tahun 2017 sebesar Rp. 2.362.645.750 dari Rp. 1.530.953.000 biaya operasional pengangkutan mengalami peningkatan dikarenakan jumlah kendaraan dan kebutuhan pengangkutan ditingkatkan menjadi 2–4 trip/hari. Untuk aspek kelembagaan strategi yang dibuat adalah memperbaiki struktur organisasi pengelolaan sampah, dan mengembangkan lokasi pengangkutan menjadi TPS. Kata Kunci : efisiensi, pengangkutan, Rapocini, sampah.
v
(halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
Technical Evaluation Of Solid Waste Transport in Rappocini Districtat Makassar City, Indonesia Name NRP Supervisor
: Mardia Putri Prasetya : 3314 202 202 : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp. Sc.
ABSTRACT
Waste production in Rappocini sub district is at 441.37 m³/day, for the number of 160.499 residents, compared to the solid wastes that could be covered is many as 117.04 m³ that is only 27% from total waste. It is because in some areas, the frequencies of waste transportation are as low as 1 trip/day. The purpose of this study was to evaluate the process of transporting the garbage in terms of aspects technical, institutional and financial. This research was conducted by field observations of the 8 units of garbage vehicles that operate in the Sub-District of Rappocini. By taking into account the parameters that were measured, those were the transport time from the pool to TPS (t1), the time of transporting waste (pc), time of transfer station (TPS) to disposal station (TPA) (h), the garbage disposal in the landfill (s), time of return from the landfill to the Pool (t2), the number of locations served by multi-location dump truck and break time (w). Observations were made during 8 consecutive days - respectively. In addition, the calculation of the density of garbage in the cart and dump trucks were also taken in order to determine the compaction factor. The data on the institutional and financial aspects were obtained from interviews with the staffs of the Parks and Cleanliness Department of Makassar. The results of the technical evaluation showed that the waste transportation at this time is 1 trip / day for transporting dump trucks in one location and in multi-location which is done manually. From the evaluation, it takes procurement of 38 pieces sized containers 8m3, 10 vehicles of arm roll trucks type, to improve the efficiency of the transport. The absence of polling location, the planned siting of container placement on the 7 village that have not facilitated and determining the alternative routes to expedite transport time than that to change the transport time to the morning or at a time that is not congested. For the evaluation of the financial aspects of 2017 amounted to Rp. 2.362.645.750 from Rp. 1.530.953.000, freight operating costs have increased due to the number of vehicles and the transportation needs increased to 2-4 trips / day. For the institutional aspects, the strategy is to improve the management of organizational structure trash, and developing transportation location to become transfer station (TPS). Kata Kunci : efficiency, solid waste, transport, transfer.
vii
(halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, bersama dengan ini penulis mengucapkan puji syukur yang tiada henti kepada Allah SWT karena dengan segala limpahan rahmat dan karunianya yang berupa, kesehatan, ketabahan, dan segala curahan petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikan Tesis ini dengan baik. Laporan Tesis ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata-2 di Jurusan Teknik Lingkungan dengan judul “Evaluasi Teknis Operasional Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini, Kota Makassar”. Selama pelaksanaan dan penyusunan laporan Tesis ini saya telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp.Sc selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan membantu penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya. 2. Dr. Ir. Ellina Sitepu Pandebesie, MT., I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., PhD, Arseto Yekti Bagastyo, ST., MT., MPhil., PhD, selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan saran pada penulis untuk perbaikan dan kesempurnaan tesis ini. 3. Kedua orang tua penulis Bapak Eko Budhi Ariyanto dan Ibu Nurnaini Iriastuti beserta adik-adik penulis Muhammad Dwi Wicaksana, Anindya Arianditha Ardani dan Wiriasti Danantika yang selalu ada di belakang penulis, mendukung apapun keputusan penulis, menanamkan nilai-nilai kebaikan, mendoakan keberhasilan, dan memberikan kebahagiaan serta semangat untuk penulis. 4. Mbak Fenty, Mas Adit, Mbak Widy, dan Sakti, atas segala kritik dan saran yang diberikan hingga penulis mampu memberikan yang terbaik dalam proses pengerjaan tesis 5. Seluruh sahabat terkasih penulis, Cica, Soraya, Afifah, Sari, Rizky, Novita Sari, Nurul Husnah, Rizky Fauziah yang selalu mendukung tanpa batas hingga akhir.
ix
6. Keluarga Asemrowo atas segala bantuan dan kehangatan yang telah diberikan hingga penulis memiliki kehangatan keluarga saat melanjutkan pendidikan S2 di Surabaya. 7. Rekan – rekan S2 MTSL ITS yang menjadi rekan – rekan satu angkatan penulis sebagai partner in crime selama menjalani pendidikan S2. 8. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Jurusan Teknik Industri ITS. 9. Dan seluruh rekan, teman, dan saudara penulis yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu – persatu, terimakasih. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan sehingga nantinya dapat lebih baik dalam penulisan laporan. Akhir kata semoga proposal tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan
Surabaya, 13 Januari 2017
Mardia Putri Prasetya
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS............................................... iii ABSTRAK ………………………………………………………………………v ABSTRACT…..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix DAFTAR ISI......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 23 1.1
Latar Belakang............................................................................. 23
1.2
Perumusan Masalah..................................................................... 24
1.3
Tujuan Penelitian......................................................................... 25
1.4
Manfaat Penelitian....................................................................... 25
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 27
2.1
2.2
Pengelolaan Sampah.................................................................... 27 2.1.1
Laju Timbulan Sampah ...................................................... 29
2.1.2
Komposisi dan Karakteristik Sampah ................................ 32
2.1.3
Teknik Pengelolaan Sampah .............................................. 34
2.1.4
Sumber Sampah.................................................................. 35
2.1.5
Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah.................................. 36
Pengangkutan Sampah................................................................. 38 2.2.1
2.3
Pemilihan Prasarana dan Sarana Bidang Persampahan...... 39
Sistem Pengangkutan Sampah..................................................... 41 2.3.1
Rute Pengangkutan Sampah ............................................... 44
2.3.2
Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah .................... 48
xi
2.3.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasional Pengangkutan Sampah. .......................................................50
2.4
Aspek Pembiayaan Dalam Pengangkutan Sampah......................54
2.5
Aspek Kelembagaan ....................................................................55
2.6
Analisis SWOT ............................................................................57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................61
3.1
Metode Penelitian ........................................................................61
3.2
Tahap Penelitian...........................................................................63 3.2.1
Pengumpulan Data ..............................................................63
3.2.2
Metode Evaluasi..................................................................65
3.3
Usulan Penyelesaian Masalah ......................................................66
3.4
Kesimpulan dan Saran .................................................................66 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ..................68
4.1
Administrasi dan Letak Geografis ...............................................68
4.2
Penduduk Kecamatan Rappocini .................................................70
4.3
Gambaran
Umum
Pengangkutan
Sampah
Di
Kecamatan
Rappocini .....................................................................................70 4.3.1 4.4
Kendaraan Pengangkut Sampah Di Kecamatan Rappocini 72
Struktur Organisasi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini ......................................................................................................73
4.5
Kelembagaan Pengangkutan Sampah Dinas Kebersihan Dan Pertamanan...................................................................................74 4.5.1
Struktur Organisasi Dan Personalia Dinas Kebersihan Dan Pertamanan..........................................................................74
4.5.2
Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Pengangkutan Sampah 74
4.6
Pembiayaan Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini ...75 BAB V KONDISI EKSISTING DAN HASIL PEENGAMATAN 77
xii
5.1
Aspek Teknis ............................................................................... 77 5.1.1
Timbulan Dan Densitas Sampah ........................................ 77
5.1.2
Proyeksi Timbulan Sampah Sampai Dengan Tahun 2020 . 81
5.1.3
Tempat Pembuangan Sementara (TPS).............................. 86
5.1.4
Tempat Pembuangan Sementara (TPS).............................. 87
5.1.5
Sistem Pengelolaan Sampah............................................... 91
5.1.6
Skema Pengangkutan Sampah............................................ 92
5.1.7
Pengamatan Waktu Pengukuran Pengangkutan Sampah ... 93
5.1.8
Analisa Pengangkutan Sampah Dengan Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi............................................... 97
5.1.9
Analisis Pengangkutan Sampah Dump Truck Manual Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi................... 106
5.1.10 Alternatif Pengangkutan Sampah Dan Solusi .................. 116 5.1.11 Rute Pengangkutan Dan Waktu Kerja Alternatif ............. 129 5.2
Aspek Pembiayaan .................................................................... 129 5.2.1
Evaluasi Biaya Operasional Dan Pemeliharaan (BOP) Pengangkutan ................................................................... 130
5.2.2
Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Eksisting 130
5.2.3
Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Setelah Dilakukan Optimasi.......................................................... 133
5.3
Aspek Kelembagaan .................................................................. 138 5.3.1
Manajemen Organisasi ..................................................... 138
5.3.2
Tata Laksana Kerja Pengangkutan Sampah ..................... 139
5.3.3
Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengangkutan Sampah ............................................................................. 141
5.3.4
Penentuan Prioritas Penanganan Permasalahan Dengan Analisis SWOT................................................................. 142
5.3.5
Rekomendasi .................................................................... 147
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................... 150
xiii
6.1
Kesimpulan ................................................................................150
6.2
Saran...........................................................................................151
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................152 BIODATA PENULIS ..................................................................154
xiv
(halaman ini sengaja dikosongkan)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Alir Kesetimbangan Massa (Tchobanoglous et al., 1993)........................................................................................................30 Gambar 2.2 Hubungan Setiap Aspek Dalam Pengelolaan Sampah (Tchobanoglous et al., 1993)...................................................................35 Gambar 2.3 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individu Langsung (SNI 19-2425-2002) .........................................................................................42 Gambar 2.4 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Transfer Depo (SNI 192425-2002) ..............................................................................................43 Gambar 2.5 Pola Kontainer Angkat 1 (SNI 19-2425-2002) ...................45 Gambar 2.6 Pola Kontainer Angkat 2 (SNI 19-2425-2002) ...................46 Gambar 2.7 Pola Kontainer Angkat 3 (SNI 19-2425-2002) ...................47 Gambar 2.8 Sistem Kontainer Tetap Secara HCS (SNI 19-2425-2002 ..48 Gambar 3.1 Tahap – Tahap Pengumpulan Data......................................62 Gambar 4.1 Peta Kota Makassar .............................................................68 Gambar 4.2 Lokasi TPS di Kecamatan Rappocin ...................................71 Gambar 4.3 Dump Truck Manual Untuk 1 Lokasi .................................73 Gambar 4.4 Dump Truck Manual Multi Lokasi......................................73 Gambar 4.5 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertaman..........76 Gambar 5.1 Dump Truck Yang Telah Terisi Penuh ...............................86 Gambar 5.2 TPS Kelurahan Karunrung ..................................................87 Gambar 5.3 TPS Kelurahan Buakana......................................................88 Gambar 5.4 TPS Kelurahan Pelita ..........................................................88 Gambar 5.5 Lokasi Jl. Talasalapang........................................................89 Gambar 5.6 Lokasi Jl. Emmy Seilan .......................................................89 Gambar 5.7 Lokasi Perum Faisal ............................................................90 Gambar 5.8 Lokasi Jl. Tidung Mariolo ...................................................90 Gambar 5.9 Lokasi Jl. Rappocini ............................................................91 Gambar 5.10 Sistem Pengelolaan Kecamatan Rappocini .......................91
xvi
Gambar 5.11 Pola pengangkutan pada kendaraan Dump Truck metodepengangkutan manual multi lokasi. ............................................ 92 Gambar 5.12 Pola Pengangkutan Pada Kendaraan Dump Truck metode pengangkutan manual untuk satu lokasi. ................................................ 93
xvii
(halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Sampah Berdasarkan Sumber Sampah................. 32 Tabel 2.2 Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah ...................................... 37 Tabel 2.3 Kebutuhan Minimal Peralatan atau Bangunan dan Personil. . 38 Tabel 2.4 Proses Pemilahan Alat Angkut Sampah. ................................ 44 Tabel 2.5 Matrik Analisis SWOT ........................................................... 59 Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Makassar............. 69 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini 2010-2014 ............. 70 Tabel 4.3 Kapasitas Dump Truck Pengangkut Sampah ......................... 71 Tabel 4.4 Fasilitas di Kecamatan Rappocini .......................................... 72 Tabel 4.5 Kendaraan Pengangkut Sampah ............................................. 73 Tabel 5.1 Kegiatan Pengangkutan Sampah Tahun 2014/2015 ............... 77 Tabel 5.2 Hasil Perhitungans Sampah Gerobak Motor .......................... 78 Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Manual Satu Lokasi...................................................................................................... 79 Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi............................................................................................ 79 Tabel 5.5 Jumlah Sampah Terangkut Eksisting..................................... 80 Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Aritmatik Tahun 2010 – 2014 ............................................................................................ 81 Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Geometri Tahun 2010 – 2014 ............................................................................................ 82 Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Least Square Tahun ...................................................................................................... 82 Tabel 5.9 Perhitungan Nilai a dan b Metode Least Square Tahun ......... 83 Tabel 5.10 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini sesuai dengan Proyeksi Least Square 2015-2020................................... 84 Tabel 5.11 Hasil Proyeksi Jumlah penduduk per Kelurahan Proyeksi Least Square 2015-2020 ......................................................................... 85
xix
Tabel 5.12 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah Kecamatan Rappocini 2015-2020................................................................................................85 Tabel 5.13 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah per Kelurahan 2015-2020 …………………………………………………………………………..86 Tabel 5.14 Kendaraan pengangkutan sampah jenis dump truck metode manual 1 lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar. ................................93 Tabel 5.15 Kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck metode manual multi lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar...........................93 Tabel 5.16 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual 1 Lokasi.........................................................................95 Tabel 5.17 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi..................................................................96 Tabel 5.18 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck........................97 Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Waktu Mengisi Sampah ke Dump Truck 99 Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Waktu Buang di TPA (s) Dump Truck....99 Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) hauling time...........................................................................................100 Tabel 5.22 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) PHCS.............101 Tabel 5.23 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck ......................102 Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) di Pool Dump Truck…………………………………………………………………..103 Tabel 5.25 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd)104 Tabel 5.26 Hasil Perhitungan Evaluasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi..................................................................105 Tabel 5.27 Perbandingan Jumlah Eksisting Dengan Trip hasil Evaluas …………………………………………………………………………105 Tabel 5.28 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck Manual (SC .107 Tabel 5.29 Hasil Perhitungan Total Mengosongkan TPS (Uc).............108 Tabel 5.30 Hasil Rata-rata Ct.Uc ..........................................................109 Tabel 5.31 Hasil Perhitungan Waktu Bongkar Sampah (s) di TPA. .....110 Tabel 5.32 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) (hauling time). .......................................................................................111 xx
Tabel 5.33 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) Pscs. ........... 111 Tabel 5.34 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck (TSCS)............ 112 Tabel 5.35 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) Rata-rata............ 113 Tabel 5.36 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd)114 Tabel 5.37 Hasil Perhitungan Optimasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Manual (Nd). .............................................................................. 115 Tabel 5.38 Hasil Perhitungan Waktu Pengangkutan (Phcs) Arm roll Truck..................................................................................................... 117 Tabel 5.39 Hasil Perhitungan Pengangkutan Per Trip (Thcs) .............. 117 Tabel 5.40 Jumlah Trip Per Hari (Nd) Arm Roll.................................. 118 Tabel 5.41 Total Mengosongkan TPS (Uc) .......................................... 119 Tabel 5.42 Waktu Membuang Sampah di TPA .................................... 120 Tabel 5.43 Perhitungan Waktu Pengangkutan (Pscs) ........................... 121 Tabel 5.44 Perhitungan Waktu Pengangkutan Per Trip (Tscs) ............ 121 Tabel 5.45 Perhitungan Jumlah Trip Per Hari (Nd).............................. 122 Tabel 5.46 Kebutuhan Dump Truck Untuk Pelayanan Sistem SCS..... 123 Tabel 5.47 Kebutuhan Kontainer dan Truck Arm Roll per Kelurahan di Kecamatan Rappocini 2015-2020......................................................... 125 Tabel 5.48 Kebutuhan TPS atau Kontainer Dengan Membandingkan Jumlah Penduduk di Setiap Kelurahan di Kecamatan Rappocini......... 128 Tabel 5.49 Hasil Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Per Tahun Eksisting .................................................................................... 131 Tabel 5.50 Hasil Perhitungan Biaya Investasi dan Depresiasi Peralatan Eksisting................................................................................................ 132 Tabel 5.51. Kebutuhan Pembelian Kontainer, Dump Truck dan Arm Roll di Kecamatan Rappocini 2017-2020..................................................... 134 Tabel 5.52 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 7 Dump Truck Tahun 2017 ...................................................................................................... 135 Tabel 5.53 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 3 Arm Roll Truck Tahun 2017 ...................................................................................................... 136 Tabel 5.54 Total Perhitungan Biaya Per Tahun Kendaraan Pengangkut Sampah 2017-2020 ............................................................................... 137 xxi
Tabel 5.55 Perhitungan Biaya Total Pertahun.......................................138 Tabel 5.56 Hasil Data Wawancara Pada Personil Pengangkut Sampah142 Tabel 5.57 Matriks SWOT Intenal dan Eksternal .................................146
xxii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Rappocini terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat,
baik perekonomian maupun penduduk. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Rappocini terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 kebutuhan pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini yaitu 441.37 m³/hari (Dinas Kebersihan dan Pertamanan). Kecamatan Rappocini memiliki 8 kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi pada sore hingga malam hari. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pengelola persampahan saat ini adalah cakupan pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini masih sekitar 27% dari timbulan sampah yakni sebesar 441.37 m³/hari. Dimana masih banyaknya sampah yang tidak terangkut ke TPA menjadi menumpuk di lokasi pengangkutan (Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar). Dilihat dari pertumbuhan penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Rappocini menjadikan Rappocini sebagai Kecamatan nomor tiga terbesar dari 14 Kecamatan yang menyumbang sampah terbanyak. Dilihat dari segi kawasan strategis provinsi (KSP) yang ada di Kota Makassar dimana Pusat Bisnis Terpadu Indonesia ditetapkan disebagian wilayah Kecamatan Rappocini dan sebagian wilayah Tamalate. Wilayah Kecamatan Rappocini berbatasan langsung dengan Kecamatan Manggala dimana Kecamatan Manggala ditetapkan sebagai lokasi TPA di Kota Makassar. Dari cakupan pelayanan yang ada di kecamatan Rappocini dari segi pengangkutan, Kecamatan Rappocini memiliki jarak terdekat dengan lokasi TPA, namun cakupan pelayanan pengangkutan sampah masih belum efektif. Maka perlu dilakukan evaluasi pengelolaan persampahan pada Kecamatan Rappocini guna meningkatkan pelayanan pengangkutan sampah. Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wialayah Nomor 534/KPTS/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal, maka ritasi pengangkutan sampah yang ideal sebesar 2-6 trip/hari. Ritasi pengangkutan sampah 23
di Kecamatan Rappocini sangat rendah dibanding standar pelayanan minimal yang di tetapkan yaitu hanya 1 trip/hari. Pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini saat ini dilayani 8 unit kendaraan pengangkut sampah yang terdiri dari 5 unit dump truck (berkapasitas 11-14 m³) dan 3 unit dump truck (berkapasitas 8 m³). Pengangkutan sampah oleh dump truk rata-rata hanya 1 trip/hari. Pembagian tugas pokok dan fungsi yang kurang baik dikarenakan lemahnya manajemen kelembagaan, efisiensi waktu pengangkutan, sarana dan prasarana yang kurang memadai. Pengangkutan
persampahan
merupakan
bagian
terpenting
dalam
pengelolaan persampahan dan memerlukan biaya yang sangat besar (Ti Huang et al,. 2011). Usaha peningkatan pelayanan sampah eksisting disediakan oleh Pemerintah Daerah. Pada tahun 2015 jumlah anggaran Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar sebesar Rp 67.486.237.500. Dana untuk operasional dan pemeliharaan pengangkutan dialihkan ke Kecamatan pada Tahun 2015. Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar merupakan penggerak dari seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampah hingga TPA. Kondisi Kebersihan Kota Makassar merupakan produk dari rangkaian aktivitas manajemen pengelolaan persamsalahan. Sumber Daya Manusia (SDM) pada institusi pengelola sampah belum memadai karena belum berimbangnya antara jumlah personil dengan beban kerja petugas pengelolaan sampah, dari berbagai permasalahan tersebut, maka penelitian ini diperlukan untuk mengevaluasi sistem pengangkutan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi pengangkutan sampah di Kota Makassar terkhusus
Kecamatan
Rappocini.
Optimalisasi
yang
dilakukan
diharapkan
menghasilkan pengangkutan sampah yang baik dan efektif untuk Kecamatan Rappocini. 1.2
Perumusan Masalah Masalah dari penelitian ini: 1. Apakah teknis operasional pengangkut sampah saat ini sudah berjalan efektif bila dikaitkan dengan waktu dan jumlah ritase, jumlah kendaraan dan jumlah sampah terangkut? 24
2. Berapa besar biaya operasional pengangkut sampah serta potensi penerimaan retribusi sampah? 3. Bagaimana dukungan personil dalam menunjang pengangkutan sampah dan strategi untuk peningkatan kinerja instansi dan peningkatan pelayanan sampah ditinjau dari aspek kelembagaan? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi
teknis
operasional
pengangkutan
sampah
Kecamatan
Rappocini berkaitan dengan waktu dan efisiensi pengangkutan, jumlah kendaraan dan jumlah sampah terangkut, serta kebutuhan prasarana dan sarana untuk meningkatkan pelayanan pengangkut yang efektif. 2. Menentukan biaya operasional dan pemeliharaan pengangkutan sampah serta membuat optimasi biaya pengangkutan persampahan berdasarkan hasil evaluasi. 3. Menentukan
strategi
peningkatan
kinerja
pengangkutan
sampah
di
Kecamatan Rappocini. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran dan masukan pada perusahaan atau instansi yang mengelola sistem distribusi sejenis dalam membangun sistem distribusi yang efektif dan efisien. 2. Memberikan kontribusi ilmiah pada penelitian yang berkaitan dengan sistem distribusi dengan cross-docking untuk melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Model operasional cross-docking yang dikembangkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruanglingkup dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan pada bulan April – Juli tahun 2016 25
2. Wilayah penelitian adalah TPS yang berada di 8 Kelurahan di Kecamatan Rappocini. 3. Data kependudukan mencakup data tahun 2010 – 2015. 4. Data pengangkutan sampah meliputi data tahun 2014. 5. Proyeksi pengangkutan sampah dihitung sampai dengan tahun 2020. 6. Penelitian dibatasi pada perhitungan untuk memenuhi kebutuhan kendaraan pengangkut dan kebutuhan kontainer hingga tahun 2020. 7. Analisis SWOT hanya dilakukan secara kualitatif, untuk penentuan strategi penyediaan TPS dan kendaraan pengangkut.
26
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengelolaan Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua jenis limbah berbentuk padat yang
bersumber dari kegiatan manusia dan hewan yang dibuang karena tidak bermanfaat dan kehadirannya tidak di inginkan lagi (Tchobanoglous et al., 1993). Pengertian sampah mengalami perubahan pada tahun terakhir ini karena aspek pembuangan tidak disebutkan lagi dengan jelas. Dimana pada masa sekarang ada kecenderungan untuk tidak membuang sampah begitu saja, melainkan sedapat mungkin melakukan pengolahan atau daur ulang. Hal ini tertuang pula dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 disebutkan pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam PP No. 81 tahun 2012 disebutkan definisi dari sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi : a. Pembatasan timbulan sampah b. Pendauran ulang sampah c. Pemanfaatan kembali sampah Sedangkan kegiatan penanganan meliputi : a. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan Sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
27
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST). d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Dalam PP 81 Tahun 2012, dikatakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Selain perseorangan, prosedur juga wajib melakukan pembatasan timbulan sampah, yaitu: a. Menyusun rencana atau program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha atau kegiatannya. b. Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Pola operasional pengelolaan sampah ini kemudian berkembang karena adanya konsep 3R (reduce, reuse, recycle) yang diterapkan mulai dari sumber sampah. Pola pengelolaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Adanya program 3R diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang ditangani di TPS 3R maupun di TPST atau TPA, sehingga menurunkan beban pengelolaan sampah pada skala kota maupun skala regional. Dalam menentukan strategi pengelolaan sampah diperlukan informasi mengenai komposisi, karakteristik dan laju timbulan sampah. Misalnya, sampah yang didominasi oleh jenis sampah organik mudah membusuk memerlukan kegiatan pengumpulan dan pembuangan dengan frekuensi yang lebih tinggi dari sampah yang tidak mudah membusuk, seperti kertas, pelastik daun dan sebagainya.
28
2.1.1 Laju Timbulan Sampah Pengertian timbulan sampah dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 adalah banyaknya sampah dalam satuan berat dan volume, yaitu:
Satuan berat : Kilogram per orang per hari (kg/orang/hari) atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari (kg/m2/hari).
Satuan volume : Liter per orang per hari (L/orang/hari/) L per meterpersegi bangunan per hari (L/m2/hari).
Kota – kota di Indonesia umumnya menggunakan satuan volume. Untuk menghitung laju timbulan sampah dapat dilakukan dengan pengukuran berat dan volume atau keduannya. Menurut Tchobanoglous et al., (1993) ada beberapa cara untuk menghitung laju timbulan sampah yaitu : 1. Analisis penghitungan beban (Load Count Analysis) Analisis ini dihitung dengan mencatat jumlah masing-masing volume yang masuk ke TPA baik volume, berat, jenis angkutan dan sumber sampah kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota selama periode waktu tertentu. 2. Analisis berat volume (Weight Volume Analysis) 3. Analisis kesetimbangan bahan (Material Balance Analysis) Analisis ini menggunakan diagram kesetimbangan massa. Diagram dibuat untuk menghitung jumlah timbulan sampah dari suatu sistem yang telah ditentukan. Gambar diagram alir kesetimbangan massa dapat dilihat pada gambar 2.1.
29
Outflow Gas pembakaran dan debu
Penyimpanan bahan-bahan (bahan Inflow (bahan)
baku, produk dan sampah)
Outflow Sampah dan air imbah
Outflow Outflow
Batasan Sistem
Gambar 2.1 Diagram Alir Kesetimbangan Massa (Tchobanoglous et al., 1993)
Faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlah penduduk. Sebelum laju timbulan sampah terlebih dahulu dihitung proyeksi penduduk sampah pada tahun perencanaan (Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2011). Ada beberapa cara untuk melakukan proyeksi penduduk, antara lain metode aritmatik, geometrik dan least square. Pemilihan metode tergantung pada kecenderungan pertumbuhan penduduk dan karakteristik kota. 1. Metode Aritmatik Metode yang terutama digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara linear. Persamaan matematis yang digunakan adalah: Pn = Po + r (dn)………………………………………(2.1) Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun dn = Kurun waktu proyeksi
30
2. Metode Geometrik Metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu daerah dimana pertambahan penduduk terjadi secara eksponsial. Persamaan matematik yang digunakan adalah: Pn = Po (1 + r)dn…………………………….………(2.2) Dimana : Pn = Jumlah pada akhir tahun periode Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi r = Rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun dn = Kurun waktu proyeksi 3. Metode Least Square Rumus yang digunakan untuk proyeksi penduduk dengan metoda least square adalah: Pn = a + (b . t) …………………..……………..(2.3) Dimana : t = tambahan tahun perhitungan dari tahun dasar.
=
(∑
∑
=
).(∑ ) (∑ .∑ ∑ (∑ )
∑
∑
∑
(∑ )
.
)
……………………………....(2.4)
…………………………….…(2.5)
Penentuan metoda yang dipakai diatas, terlebih dahulu dihitung nilai korelasinya (r) untuk tiap-tiap metoda. Hasil perhitungan dengan nilai korelasi mendekati 1 yang akan dipakai rumus matematisnya. Untuk menghitung korelasi digunakan rumus : = √{
(∑
∑
∑
∑
) (∑ ) }{ (∑
……………………….(2.6).
) (∑ ) }
31
2.1.2 Komposisi dan Karakteristik Sampah 2.1.2.1 Komposisi Sampah Komposisi sampah sangat menentukan sistem penanganan yang dilakukan terhadap sampah. Komposisi menentukan jenis dan kapasitas peralatan, sistem dan bagaimana menangani sampah. Komposisi sampah adalah setiap komponen sampah yang membentuk suatu kesatuan presentase (%). Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku masyarakat serta kondisi ekonomi yang berada dan proses penanganan sampah di sumber sampah. Tabel 2.1 Komposisi Sampah Berdasarkan Sumber Sampah.
No 1
Sumber Sampah Kantor
Komposisi Sampah
Kertas
Karton
Plastik
Cartridge printer bekas
Sampah makanan
2
Rumah Sakit
Kertas
Kapas bekas
Plastik
Perban bekas
(pembungkus
Potongan
Logam (jarum spuit)
spuit bekas)
jaringan
Kaca (botol obat,
tubuh
pecahan kaca)
Sisa-sisa obat
Sampah makanan
3
Pasar
Sampah organik
sudah membusuk
4
Lapangan Olah Raga
Kayu pengemas
Plastik
Karet
Kertas/karton
Kain
kertas
sampah
32
No
Sumber Sampah
Komposisi Sampah
makanan
plastik
potongan rumput
5
Lapangan Terbuka
ranting/daun
kering 6
7
8
Jalan dan Lapangan Parkir
Rumah Tangga
Pembangunan Gedung
kertas
plastik
potongan rumput
daun kering
sampah
logam
makanan
kain
kertas/karton
daun,
plastik
pecahan bata
kayu
pecahan beton
kertas
pecahan ranting
plastik
ranting
Sumber: Direktorat Pembangunan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2013. Komposisi sampah berbeda-beda disetiap kota tergantung kondisi ekonomi suatu kota atau negara bersangkutan. Pada umumnya makin tinggi tingkat perekonomian suatu kota atau negara, komposisi sampah organik akan menurun dan komposisi sampah non organik akan meningkat. 2.1.2.2 Karakteristik Sampah Karakteristik sampah sangat menentukan metoda pengolahan yang akan digunakan. Karakteristik sampah secara umum dibedakan atas.: 1.
Karateristik Fisik, Terdiri Atas (Tchobanoglous et al., 1993) : -
Kandungan kadar air, penentuan beberapa kandungan kadar air dalam sampah dengan menggunakan metoda gravimetric
-
Specific Weight / Berat Jenis (berat/volume; kg/liter,lb/ft3) berat jenis sampah sangat penting diketahui untuk menentukan volume kontainer, fasilitas yang harus disiapkan dalam pengangkutan sampah maupun 33
pengumpulan sampah. Densitas sampah merupakan berat sampah yang dihitung dalam satuan kilogram dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3). Densitas sangat bergantung pada sampel sampah yang diukur, apakah sampah lepas, sampah dalam gerobak yang mungkin telah mengalami pemadatan atau sampah dalam truck kompactor. -
Ukuran partikel dan distribusi partikel.
-
Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat ditahan oleh sampah secara gravitasi.
-
Permeabilitas sampah, sangat penting untuk mengetahui pergerakan cairan dan gas dalam landfill.
2.
Karakter Kimiawi, Terdiri Atas (Tchobanoglous et al., 1993) : -
Proximate Analysis, yaitu merupakan analisi kelembaban sampah, kandungan Volatile dalam sampah, Fixed Carbon dan Ash di dalam sampah.
-
Fusing Point of Ash, untuk mendapatkan abu/debu (clinker) temperature yang digunakan adalah 1000oC
-
Ultimate Analysis, merupakan analisis terhadap unsur-unsur kimia penyusun sampah.
-
Energy Content (Btu/lb), merupakan analisis kandungan energy dalam sampah.
3.
Karakteristik
biologi,
diukur
dengan
cara
Biodegradability
yaitu
kemampuan sampah untuk diuraikan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. 2.1.3 Teknik Pengelolaan Sampah Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan merupakan kegiatan terpadu dimulai dari pewadahan sampai pengangkutan akhir sampah. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat hubungan keterpaduan setiap aspek dalam pengelolaan sampah.
34
. Gambar 2.2 Hubungan Setiap Aspek Dalam Pengelolaan Sampah (Tchobanoglous et al., 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan adalah (SNI 19-2454-2002) : 1. Kepadatan dan penyebaran sampah. 2. Karakteristik lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi 3. Timbulan dan karakteristik sampah 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat 5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah 6. Rencana tata ruang dan pembangunan kota 7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir sampah 8. Biaya yang tersedia 9. Peraturan daerah setempat 2.1.4 Sumber Sampah Sumber sampah seperti telah dijelaskan dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai asal timbulan sampah. Sampah yang akan dikelola dibedakan atas : 1. Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan seharihari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
35
2. Sampah jenis sampah rumah tangga sebagaian dimaksud berasal dari kawasan komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. 3. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun 2. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun 3. Sampah yang timbul akibat bencana 4. Bongkahan bangunan 5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah 6. Sampah yang timbul secara tidak priodik Sampah rumah tangga bersumber dari aktifitas rumah atau dapur serta aktifitas rumah tangga lainnya. Jenis tipe sampah yang dihasilkan terutama berupa sampah basah kering dan debu. Sampah sejenis sampah rumah tangga bersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan dan sebagainya. Sebagaian besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa sampah orgaik. Kategori sampah spesifik dikelola secara terpisah dengan jenis sampah yang lain karena mempunyai sifat spesifik yang harus ditangani secara khusus. 2.1.5 Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah Untuk melakukan pengelolaan sampah jenis peralatan yang dapat digunakan dan dapat disediakan oleh instansi terkait maupun masyarakat. Jenis peralatan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.2.
36
Tabel 2.2 Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah
No
Jenis Peralatan
Kapasitas Pelayanan
Umur
KK
Teknis
Vol
Jiwa
(Tahun) 1
Wadah Individu Kantong
10-40L
1
6
Sekali pakai
40L
1
6
2-3
0,5-1,0m3
40-50
240-300
1-2
1 m3
140
800
2-3
Kontainer/Amroll
6 m3
825
4.950
Truck
8 m3
1.100
6.600
10 m3
1.375
8.250
Pelastik Bin/Tong 2
Wadah Komunal
3
Gerobak
Sampah
/
sejenisnya 4
5
2-3
Transfer Depo Type I
(> 200 m2)
20
Type II
(60-200
20
Type III
m2 )
20 2
(10-20 m ) 6
Truck Kecil ( truk
2 m3
s/d 500
s/d 3000
5
7-10 m3
1.000
10.000
5
mini) 7
Truck Jungkit Sampah 3,5 ton
8
9
Arm-roll truck
Buldozer-caterpilar
6 m3
5-7
8 m3
5-7
10 m3
5-7
D60
Sumber : SNI 19-2425-2002
37
Tabel 2.3 Kebutuhan Minimal Peralatan atau Bangunan dan Personil. No
Jenis
I
II
III
IV
Peralatan/Klasifikasi
80
81-500
501-2000
>200
Pengelolaan
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
1
Timbulan Sampah
0,5 m3
7,5 m3
30 m3
>30 m3
2
- Wadah Individu
50-80
81-500 bh
500-2.000
>2.000 unit
3 unit
12 unit
>12 unit
4 unit
16 unit
>16 unit
1 unit
>1 unit
- Wadah Komunal 3
Alat Pengumpul -Gerobak
1
Sampah/Sejenisnya 4
Alat Angkut - Mini Truck -
Truck
1 Jungkit
1 unit
Sampah - Armroll Truck + 3 Kontainer
5
>1 unit
Transfer Depo I Transfer Depo II
1 unit
1 unit
Atau
Atau
1 unit
1 unit
4
16
>16
6
8
>8
1 unit
Transfer Depo III 6
Kebutuhan Personil -Pengumpulan
1
-Pengangkutan Pembuangan
akhir
& Staf Administrasi Sumber : SNI 19-2425-2002 2.2
Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah merupakan aspek penting dalam pengelolaan sampah,
dimanan pengangkutan adalah kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpul terakhir dari siklus pengumpul sampah ke TPA pada pengumpulan dengan pola 38
individu langsung atau dari tempat pemindahan (transfer depo atau transfer station) penampungan sementara (TPS, LPS, TPS, 3R) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan atau pemrosesan akhir (TPA). Banyak kota mengalami masalah dalam pengelolaan sampah, salah satu faktor yang kritis adalah pengangkutan, karena penggunan biaya yang tinggi dan banyak sumber daya (Ismail et al,. 2012). Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan waktu karja yang tidak efisien 2. Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat 3. Rute pengangkutan yang tidak efisien 4. Tingkah laku petugas 5. Aksesibilitas yang kurang baik Topografi daerah juga mempengaruhi kegiatan pengangkutan sampah, kaitannya dengan waktu pengangkutan sampah ke TPA dan pemakaian bahan bakar saat pengangkutan, sehingga rute pengangkutan diatur agar tidak terlalu panjang (Zsigratiova et al,. 2009). 2.2.1 Pemilihan Prasarana dan Sarana Bidang Persampahan Komponen biaya terbesar dalam pengelolaan sampah adalah penyediaan dan pengoperasian alat-alat berat dan alat-alat angkut persampahan mulai dan biaya pembelian, pengoperasian (termasuk gaji operator, bahan bakar dan lain-lain) serta peliharaan (seperti mekanik, spare parts dll). Tidak cocoknya pemilahan alat-alat angkut untuk persampahan, pemeliharaannya yang kurang baik , dan tidak terlatihnya operator dalam mengoperasikan alat angkut dapat menimbulkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada alat tersebut. Sehingga ketersediaan alat angkut yang beroperasi menjadi sangat rendah dan menimbulkan banyak biaya
untuk
perbaikannya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui alat yang cocok dan cara pengoperasian yang benar untuk alat-alat angkut persampahan. Faktor-faktor yang menentukan pemilihan alat angkut adalah sebagai berikut :
39
a. Banyaknya timbulan sampah yang akan ditangani adalah satuan ton timbulan sampah perhari serta mengetahui jenis sampah yang akan ditangani. b. Pola pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah c. Jenis, lebar, serta kondisi kualitas jalan yang akan dilalui d. Tipe dan ukuran dari fasilitas TPS e. Fasilitas yang dimiliki TPS, meliputi : 1.
Lokasi, dimensi, dan jenis TPS yang ada
2. Proses yang dilakukan di TPS 3. Pemadatan yang ingin dicapai di TPS 4. Spesifikasi alat transportasi di TPS seperti truck pengangkut sampah/Dump Truck yang memiliki alat berat pembantu untuk menaikan sampah ke Dump Truck. 5. Pengaturan operasional keluar/masuk alat angkut sampah di TPS Persyaratan alat pengangkut sampah antara lain adalah sebagai berikut (Damanhuri & Tri Padmin, 2010) : 1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring 2. Tinggi bak maksimal 1,6 m 3. Sebaiknya ada alat ungkit 4. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui 5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah. Klasifikasi pengelolaan, tipe bangunan dan TPS (SNI 3242-2008) a. Klasifikasi Pengelolaan 1. TPS tipe 1 dapat melayani sebanyak 2.500 jiwa 2. TPS tipe II dapat melayani sebanyak 30.000 jiwa 3. TPS tipe III dapat melayani sebanyak 120.000 jiwa b. Klasifikasi TPS 40
1. TPS tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah dilengkapi dengan
Ruang pemilahan
Gudang
Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
Luas lahan ± 10-50 m2
2. TPS tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah dilengkapi dengan :
Ruang pemilahan (10m2)
Pengelolaan sampah organic (200m2)
Gudang (50m2)
Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60m2)
Luas lahan ± 60-200 m2
3. TPS tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan:
Ruang pemilahan (30m2)
Pengomposan sampah organic (800m2)
Gudang (100m2)
Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60m2)
2.3
Luas lahan > 200 m2
Sistem Pengangkutan Sampah Menurut Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa
pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau dari Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) atau dari Tempat Pengelolaan Sampah 41
Terpadu (TPST) ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sebagaian besar permasalahan dalam pengelolaan sampah adalah masalah pengangkutan sampah. 1. Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan sampah. Menurut SNI 19-2425-2002 ada beberapa pola pengangkutan yaitu : a. Pola pengangkutan Sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah. b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitas. c. Selanjutnya diangkut ke TPA d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah berikut sampai terpenuhi ritasi yang di tetapkan. Selengkapnya dapat di lihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individu Langsung (SNI 19-2425-2002)
42
2. Sistem pemindahan / Transfer Depo
Gambar 2.4 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Transfer Depo (SNI 19-2425-2002)
Pada sistem ini pengangkut dari Pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke depo untuk mengambil pada rit berikutnya, sebagaimana Gambar 2.4. Berikut Tabel 2.4 proses pemilahan alat angkut sampah yang terdapat pada SNI 192425-2002.
43
Tabel 2.4 Proses Pemilahan Alat Angkut Sampah.
Pola Pengumpulan Sampah
Kondisi Jalan
Alat Angkut
Individu
Lebar dan
Compactor Truck (CV)/Armroll truck
Langsung
memadai
(ART)/Dump truck (DT)
Individu Tidak
Jalan sempit atau
Gerobak (GS)/Becak (BS)/Motor (MS)
Langsung
gang
untuk mengangkut sampah dari sumber
Komunal
Jalan sempit atau
Langsung
gang
Komunal Tidak
Jalan semoit atau
Langsung
gang
ke TPS pengangkut dari TPS ke TPA menggunakan CT/ART/DT
Sumber : SNI 19-2425-2002 2.3.1 Rute Pengangkutan Sampah Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem pemindahan (transfer depo) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Houled Kontainer Sistem = HCS) atau pun sistem kontainer tetap (Stationary Kontainer Sistem = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis menggunakan truk compactor dan kontainer yang pas dengan jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan lainnya. 2.3.1.1 Sistem Pengangkutan Dengan Kontainer Angkut (Hauled Container System = HCS) Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat HCS, pola pengangkutan yang digunakan ada tiga cara, yaitu :
44
Sistem Pengosongan Kontainer Cara 1
Gambar 2.5 Pola Kontainer Angkat 1 (SNI 19-2425-2002)
Proses pengangkutan : -
Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA
-
Kontainer kosong dilakukan ke tempat semula.
-
Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
-
Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula
-
Demikian seharusnya sampai rit akhir.
45
Sistem Pengosongan Kontainer Cara 2Proses Pengangkutan :
Gambar 2.6 Pola Kontainer Angkat 2 (SNI 19-2425-2002)
-
Kendaraan dari pola menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA
-
Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkat ke TPA
-
Demikian seterusnya sampai rit terakhir
-
Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.
46
Sistem Pengosongan Kontainer Cara 3
Gambar 2.7 Pola Kontainer Angkat 3 (SNI 19-2425-2002)
Proses Pengangkutan : -
Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA
-
Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi berikutnya demikian seterusnya sampai rit akhir.
2.3.1.2 Sistem Pengangkutan Dengan Kontainer Tetap (Station Container System = SCS) Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk kompactor secara mekanis (Gambar 2.8) atau manual (Gambar 2.9). Pola pengangkutan dengan cara mekanis adalah sebagai berikut : -
Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk kompactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong.
-
Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA
47
-
Demikan seterusnya sampai rit terakhir.
Gambar 2.8 Sistem Kontainer Tetap Secara HCS (SNI 19-2425-2002
Proses pengangkutan dengan manual adalah : -
Kendaraan dari poolmenuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam truk kompactor atau truk biasa.
-
Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA
-
Demikian seterusnya sampai rit terakhir
2.3.2 Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah Peralatan dan perlengkapan pengangkutan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : -
Sampah harus tertutup selama pengangkutan, agar sampah tidak berceceran di jalan
-
Tinggi bak maksimal 1,6 meter
-
Sebaiknya ada alat pengungkit
-
Tidak bocor, agar lindi tidak berceceran selama pengangkutan
-
Disesuaikan dengan jalan yang dilalui 48
-
Disesuaikan dengan kemampuan dana dan teknik pemilahan
Jenis peralatan pengangkitan bermacam-macam misalnya : a.
Dump Truck Dump Truck kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkut bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Masih secara manual dengan menggunakan tenaga kerja. Dump truck ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, 10m3, 14m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat diambil apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah rit atau ritasi perhari minimal 3 dan jumlah crew maksimum 3. Agar tidak menggangu lingkungan selama perjalanan ke TPA, dump truck sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal atau jaring.
b. Armroll Truck Armroll Truck Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkut bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Armroll truck ini memiliki
kapasitas
yang bervariasi
yaitu
6m3, 8m3, 10m3. Dalam
pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan armroll truck dapat dicapai apabila memenuhi bebrapa kriteria yaitu jumlah rit atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew maksimal 1. Agar tidak menggangu lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer sebaiknya memiliki tutup dan tidak rembes sehingga leachate mudah tercecer. Kontainer yang tidak memiliki tutup sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal selama pengangkutan. Pemilihan jenis peralatan yang digunakan dalam proses pengangkutan sampah dengan pertimbangan Faktor-faktor sebagai berikut : -
Umur teknis peralatan 5-7 tahun
-
Kondisi jalan daerah oparsi
-
Jarak tempuh
-
Karakteristik sampah
-
Tingkat persyaratan sanistasi yang dibutuhkan 49
-
Daya dukung pemiliharaan
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasional Pengangkutan Sampah. Sistem pengangkutan sampah merupakan kegiatan yang dipengaruhi oleh timbulan sampah dan Faktor-faktor yang lain (Tchobanoglous et al., 1993). Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengangkutan sampah: 1. Rute Pengangkutan Rute pengangkutan dibuat agar pekerjaan dan peralatan dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya rute pengumpulan dicoba-coba, karena rute tidak dapat digunakan pada semua kondisi. Pedoman yang dapat digunakan dalam membuat rute sangat tergantung dari beberapa faktor yaitu : a. Peraturan lalu lintas yang ada b. Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut c. Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir didekat jalan utama, gunakan topografi dan kondisi fisik daerah sebagai batas rute. d. Pada daerah berbukit, usahakan rute dimulai dari atas dan berakhir dibawah e. Rute dibuat agar container atau TPS terakhir yang akan diangkat yang terdekat ke TPA f. Timbulan sampah pada daerah sibuk atau lalu lintas padat diangkut sepagi mungkin g. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah terbanyak, diangkut lebih dahulu h. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah sedikit, diusahakan terangkut dalam hari yang sama. Pada langkah awal pembuatan rute maka ada beberapa langkah yang harus diikuti agar rute yang direncanakan menjadi lebih efisien, yaitu: a. Penyiapan peta yang menunjukkan lokasi-lokasi dengan jumlah timbulan sampah
50
b. Analisis dan diplot ke peta daerah pemukiman, perdagangan, industry dan untuk masing-masing area, diplot lokasi, frekuensi pengumpulan dan jumlah kontainer. c. Layout rute awal d. Evaluasi layout rute awal dan membuat rute lebih seimbang dengan cara dicoba-coba. Setelah langkah awal ini dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan rute dan
sangat dipengaruhi oleh
pengangkutan yang digunakan yaitu sistem HCS atau SCS. 2. Pendekatan Perhitungan Jumlah Rit Beberapa parameter pengangkutan sampah yang dapat didekati dengan persamaan matematis adalah : -
Waktu perjalanan
-
Pick up time
-
Jumlah perjalanan
-
Jumlah waktu kerja dalam seminggu
-
Jumlah rit per minggu
a. Perhitungan SCS -
Waktu perjalanan
Waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk setiap rit : Tscs = Pscs + s + a + b x ………………………………….………….. (2.7) Dimana : Pscs = waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi pertama sampai lokasi terakhir (jam/rit) s = waktu terpakai dilokasi untuk menunggu dan membongkar sampah di TPA a,b = konstanta, bersifat empiris, a (jam/rit) dan b (jam/rit) x = jarak rata-rata TPA ke TPS, km/rit dengan : Pscs = Ct.uc + (np – 1)dbc ………………………………...……….. (2.8) Dimana : 51
Ct = jumlah kontainer dikosongkan per rit, kontainer/rit Uc=waktu rata-rata pengosongan kontainer, jam/kontainer np = jumlah lokasi kontainer per rit dbc = waktu rata-rata antara lokasi kontainer, jam/lokasi dengan : Ct = vr / cf ………………………………..…………….…………….(2.9) Dimana : V = volume alat angkut m3/rit r = ratio pemadatan c = volume kontainer, m3/kontainer f = faktor penggunaan berat kontainer Jumlah rit per hari dapat dihitung dengan rumus : Nd = Jumlah rit per hari Vd = Jumlah sampah per hari Dari jumlah rit per hari, maka waktu sebenarnya yang dibutuhkan : H = [ (t1 + t2) + Nd.Tscs ] / (1-W) ………………………..………..(2.11) Dimana : H = waktu kerja per hari, jam/hari t1 = waktu dari garasi kelokasi pertama, jam t2 = waktu dari lokasi terakhir kegarasi, jam b. Perhitungan HCS -
Waktu perjalanan
Waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk setiap rit : THCS = PHCS + s + h …………………………………………….. (2.12) Dimana : THCS = waktu yang diperlukan per rit, jam / rit PHCS = pick up time per rit, jam/rit s = at site time, jam/rit 52
h = haul time per rit, jam/rit Haul time h = h1 + h2 …………………………………………….…. (2.13) Dimana : a = konstanta empiris, jam/rit b = konstanta empiris, jam/rit c = jarak angkut per rit, km/rit
-
Pick Up Time
PHCS = pc + uc + bdc ……………………………………..……….. (2.14) Dimana : pc = Pick up time ( waktu mengangkut kontainer ke truk ) uc = waktu pengosongan kontainer, jam/kontainer dbc = waktu rata-rata perjalanan antara lokasi kontainer, jam/rit W = faktor off route h1 = jarak dari TPS ke TPA h2 = jarak dari TPA ke TPS -
Jumlah Perjalanan
Jumlah Perjalanan (rit) per kendaraan per hari : Nd = [{H*(1-W)} – (t1+t2)]/T …………………………………...(2.15) Dimana : Nd = jumlah perjalanan H = waktu perjalanan W = faktor waktu non produktif -
Jumlah Waktu Kerja dalam Seminggu
Dw = t w ( PHCS + s + a + b.x ) / ( 1 – W ) …………………….…. (2.16) Dimana : D w = waktu pelayanan / minggu tw = nilai pembulatan N w, rit/minggu 53
-
Jumlah Rit Perminggu Nw = Vw / c.f ……………………………………(2.17) Dimana : N w = jumlah rit perminggu V w = volume timbulan sampah perminggu, m3/minggu c = rata-rata ukuran kontainer, m3/rit f = faktor utilitas kontainer/sebagai fraksi pengisian kontainer.
2.4
Aspek Pembiayaan Dalam Pengangkutan Sampah Aspek pembiayaan menjadi faktor dominan untuk berjalannya suatu kegiatan
termasuk sistem pengangkutan sampah. Dalam SNI-03-3242-1994 yang mengatur tata cara pengelolaan sampah yaitu :
Biaya pengumpulan 20 – 40 %
Biaya pengangkutan 40 – 60 %
Biaya pembuangan akhir 10 – 30 %
Komponen pembiayaan pengangkutan sampah mempunyai porsi yang paling tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan dioptimalkan dan diefektifkan
ini sangat penting
jika
maka akan diperoleh pengamatan yang cukup
signifikan. Dengan malakukan manajemen biaya yang tepat akan menghemat pengeluaran energy dan biaya tenaga kerja (Koushki et al., 2004). Struktur biaya pengelolaan sampah dapat diklasifikasi sebagai berikut : a. Biaya investasi, meliputi :
Biaya pengadaan sarana/peralatan
Biaya pembuatan studi pengelolaan sampah
Biaya penyususnan sistem/prosedur
Biaya “start up” atau suntikan dan saat penerapan sistem baru
Biaya pendidikan dan platihan awal
b. Biaya operasional dan pemeliharaan, meliputi :
Gaji dan upah karyawan/pekerja 54
Biaya transportasi (bahan bakar, oli, accu, dll)
Biaya pemeliharaan dan perbaikan sarana prasarana
Biaya utilitas lain seperti listrik, air bersih, telepon, dll
Biaya administrasi
Biaya pendidikan dan latihan
Menurut SNI 03-3242-1994 total biaya operasional pengelolaan sampah tiap tahun biaya-biaya diatas masih harus ditambah dengan penyusunan atau depresiasi dari pralatan yang digunakan. Aspek pembiayaan juga menyangkut dengan retribusi dimana penentuan tarif retribusi tersebut harus berdasarkan pada :
Biaya pengelolaan
Kemampuan Pemerintah Daerah mensubsidi ( ± 20 % )
Kemampuan Masyarakat ( ± 1% dari income ) Prinsip Cross subsidi
Klasifikasi wajib retribusi
Pembobotan yang memadai
Sedangkan untuk pelaksanaan penarikan retribusi harus dilakukan pengaturan terhadap :
Sistem pengendalian pemungutan yang efektif
Wilayah penagihan dan pelaksanaan penagihan
Publikasi pemberlakuan struktur tarif
Upaya peningkatan efisiensi penagihan
Berdasarkan tarif jasa pelayanan diorientasikan mampu menghasilkan pendapatan yang mampu membiayai penyelenggaraan pelayanan secara impas (cost recovery). Sementara retribusi dapat digunakan sebagai alat pengendali laju timbulan sampah dan pemilahan sampah. tarif retribusi sebaiknya proporsional terhadap biaya pengelolaan dan jenis layanan yang dilakukan dan proses pemilahan. 2.5
Aspek Kelembagaan Institusi pengelolaan persampahan merupakan kunci dalam suatu sistem
pengelolaan persampahan. Instansi pengelola sampah tersebut mempunyai tugas 55
tidak hanya memberikan pelayanan kebersihan kota saja tetapi juga mampu mengembangkan kapasitas dan potensi yang ada dalam
rangka menciptakan
kualitas lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat. Struktur instansi atau lembaga dan masing-masing bagian menggunakan aktifitas utama dalam pengelolaan sampah seperti pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir. Instansi atau lembaga harus memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam hal manajemen pengelolaan sampah dan teknis pengangkutan sampah. Bentuk lembaga atau instansi pengelolaan persampahan sebaiknya diseuaikan dengan status kotanya, sebagai berikut :
Kota Metro dan Besar : Dinas Kebersihan atau Perusahaan Daerah Kota
Sedang dan Kecil
: Dinas Kebersihan ( >250 ribu jiwa ) dan Dinas
Kebersihan dan Pertanaman (100-250 ribu jiwa)
Ibu Kota Kabupaten : UPTD atau Seksi di bawah PU Indikator yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan pengukuran kinerja
dari lembaga pengelolaan sampah antara lain : jumlah petugas kebersihan, struktur pembiayaan, potensi pembiayaan, subsidi pembiayaan, jumlah timbulan sampah, kapasitas
pengumpul
sampah,
kapasitas
pengangkutan
sampah,
kapasitas
pengelolaan dan pembuangan sampah. Secara umum permasalahan yang ada pada instansi pengelola sampah (DPUM 2008) sebagai berikut :
Bentuk instansi yang ada pada umumnya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, terlalu sederhana, belum sesuai dengan kewenangan pelayanan yang dibutuhkan
Sebagian besar institusi pengelolaan persampahan adalah bentuk dinas, sub dinas atau seksi dengan kewenangan yang terbatas
Massih kurangnya kerjasama antara instansi terkait
Struktur instansi kebanyakan belum sesuai dengan kapasitass dan beban kerja, belum menggunakan siklus aktivitas tahapan pengelolaan, lingkup tugas belum jelas dan fungsi pembinaan masyarakat belum optimal
56
Tata laksanan kerja pada umumnya belum dinyatakan secara jelas, termasuk prosedur penarikan retribusi. Demikian pula pencatatan administrasi rutin sering tidak ada
Tenaga ahli terbatas. Penempatan personil kurang terencana pemanfaatan kurang seimbang serta jenjang karir yang tidak jelas Motivasi karyawan yang kurang, karena ada tanggapan bahwa pekerjaan
yang berkaitan dengan sampah adalah hal yang kurang bermanfaat dan kurang menarik. 2.6
Analisis SWOT SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah didalam mengelola daerahnya. Analisis ini dapat didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Srengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2004). Analisis SWOT (Strengths S, Weaknesses W, Opportunities O, Threats T) dilakukan dengan mengidentifikasi faktor strategis internal dan faktor strategi eksternal, untuk menyusun strategi agar pelayanan pengangkutan sampah dapat dioptimalkan dan ditingkatkan, secara mampu meningkatkan kinerja institusi yang professional dan berkualitas. Pembobotan dalam analisis ini menggunakan nila 1,0 (paling tinggi ) sedangkan 0,0 (tidak penting). Selengkapnya nilai pembobotan tersebut, yaitu:
Nilai 1,0 menyatakan paling penting
Nilai 0,75 menyatakan penting
Nilai 0,5 menyatakan cukup penting
Nilai 0,25 menyatakan kurang penting
Nilai 0,0 menyatakan tidak penting Nilai Bobot diperoleh dengan perhitungan: = 57
Penilaian masing-masing faktor dengan memberikan skala nilai 1 sampai 4 dengan ketentuang sebagai berikut :
a.
Nilai 1 menyatakan pengaruh tidak kuat
Nilai 2 menyatakan pengaruh kurang kuat
Nilai 3 menyatakan pengaruh cukup kuat
Nilai 4 menyatakan pengaruh kuat
Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor-faktor dari dalam organisasi yang
mempengaruhi manajemen suatu organisasi, yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap panting. Kekuatan adalah faktor-faktor yang timbul dari dalam objek yang dapat digunakan sebagai keunggulan dengan objek pesaing. Kelemahan adalah faktor-faktor yang timbul dalam suatu objek yang dapat melemahkan keadaan objek itu sendiri atau faktor kelemahan adlah keterbatasan atau keraguan dalam hal ini sumber keterampilan atau kemampuan dan menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar, yang berkaitan dengan peluang dan ancaman. Peluang adalah faktor-faktor yang timbul dari luar organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan organisasi atau faktor peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan, dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor strategi dalam konsisi yang ada pada saat ini, hal ini disebut dengan analisis situasi. Kinerja dapat ditentukan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Alat yang dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategi instansi adalah menarik SWOT dapat dilihat pada tabel 2.10
58
Tabel 2.5 Matrik Analisis SWOT
Internal
S (Strenght)
W (Weaksness)
Tentukan faktor – faktor Tentukan faktor – faktor kekuatan internal
kelemahan internal
Eksternal O (Ipportunity)
Strategi SO:
Strategi WO:
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
Tentukan faktor – faktor
menggunakan kekuatan
meminimalkan kelemahan
peluang eksternal
untuk memanfaatkan
untuk memanfaatkan
peluang
peluang
T (Threat)
Stategi ST:
Strategi WT:
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
Tentukan faktor – faktor
menggunakan kekuatan
meminimalkan kelemahan
ancaman eksternal
untuk mengatasi ancaman
dan menghindari ancaman
Sumber : Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis, Freddy Rangkuti, 2004 Keterangan : -
Strategi SO
: Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk membuat peluang sebesar-besarnya -
Strategi ST
:
strategi
dalam
menggunakan
kekuatan
untuk
mengatasi ancaman -
Strategi WO : strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara minimalkan kelemahan yang ada.
-
Strategi WT
: strategi didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha minimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
59
(halaman ini sengaja dikosongkan)
60
3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan gambaran penelitian yang dilakukan dengan
pemodelan deskriptif. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu keadaan, gejala atau kelompok tertentu yang diteliti di lapangan (Koentjaraningrat, 2006). Gambaran dari penelitian ini mencakup kondisi pelayanan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Di Kecamatan Rappocini Kota Makassar oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. Kondisi pelayanan di lapangan merupakan kondisi teknis pengangkutan, keuangan dan kelembagaan. Dengan mengetahui kondisi eksisting di lapangan dan menganalisis berdasarkan konsep yang ada diharapkan dapat menghasilkan suatu strategi untuk mengurangi permasalahan. Ide penelitian ini muncul karena adanya masalah pengangkutan sampah yang tidak dapat berjalan dengan baik sesuai standar operasional dan harapan yang telah ditetapkan. Dengan adanya ide penelitian maka dimulailah tahapan penelitian. Tahapan penelitian ini adalah perumuasan masalah, yang dilakukan untuk mendapatkan dasar teori dari sumber-sumber seperti buku maupun penelitianpenelitian terdahulu. Penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisa untuk didapatkan kesimpulan hasil penelitian dan membuat rekomendasi serta saran bagi Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Makassar. Untuk penelitian lebih lanjut dan untuk memudahkan pengertian serta pemahaman dari setiap tahapan proses penelitian ini maka dibuat diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
61
Pengumpulan Data Data Primer Data system pengangkutan sampah yang meliputi : Kondisi TPS Waktu yang dihitung dari pool menuju ke TPS (t1) dan dari TPA menuju pool (t2). Waktu yang dibutuhkan truk untuk mengangkut container isi (pc) Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak antar TPS (dbc) Waktu bongkar muatan di TPS (s) Waktu yang dibutuhkan dari TPS menuju TPA (h1) Waktu yang dibutuhkan dari TPA menuju TPS (h2) Rute Pengangkutan wawancara
Data Sekunder
Data penduduk tahun 2010-2015 Peta administrasi dari jaringan jalan Jumlah armada pengangkutan sampah Rute pengangkutan sampah Kecamatan Rappocini Data struktur OrganisasiPelayanan Pengangkutan Sampah Data Pembiayaan
Evaluasi Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini
Evaluasi Aspek Teknis
Evaluasi teknis metode HCS & SCS Waktu dan jarak truk Jumlah trip perhari Armada pengangkutan
Evaluasi Aspek Kelembagaan
Evaluasi Aspek Finansial
Kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan (BOP)
Analisis SWOT
Usulan Penyelesaian Masalah Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini
Kesimpulan Dan Saran
Gambar 3.1 Tahap – Tahap Pengumpulan Data.
62
Evaluasi SDM pengelola sampah
3.2
Tahap Penelitian
3.2.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder dengan : 1. Merumuskan latar belakang untuk menentukan tujuan maupun sarana dalam penelitian 2. Melakukan
identifikasi
permasalahan
yang
ada
mengenai
pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini 3. Melakukan kajian pustaka untuk memperoleh dasar-dasar teori yang berasal dari sumber-sumber baik buku maupun penelitian-penelitian terdahulu 4. Menetapkan matode penelitian yang akan dilaksanakan 5. Melakukan pengumpulan data primer dan data skunder, yaitu: 3.2.1.1 Data Primer Pengumpulan data primer untuk aspek teknis, finansial dan kelembagaan dilakukan dengan cara : 1. Melakukan survey pengambilan data primer berupa pengamatan langsung terhadap kondisi fisik di lapangan, sistem pengangkutan eksisting dan sarana pengangkutan sampah yang digunakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. 2. Pengukuran waktu ritasi dan teknis operasional pengangkutan sampah di lapangan, yaitu melakukan pengamatan dengan mengikuti 8 dump truk yang ada, diikuti sebanyak 1 kali pengangkutan yang melalui rute yang sudah ada dan mencatat waktu yang diperlukan truk untuk mengangkut sampah. Data-data yang dikumpulkan adalah : a. Mengukur waktu kegiatan proses pemindahan sampah dengan menggunakan dump truck truck dari lokasi pengangkutan dan titi jalur pengangkutan sampai waktu pembongkaran di TPA. b. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk 1 kali ritasi pengangkutan dan jumlah waktu ritasi yang dapat dilakukan dalam satu hari.
63
c. Waktu pengamatan adalah waktu operasional sejak dititik yang direncanakan sebagai tempat penampungan sementara (TPS) pada masing-masing rute yang distudi. d. Parameter waktu yang dicatat adalah : -
Waktu dari pool ke Tempat Penampungan Sementara (t1)
-
Total waktu antara Tempat Penampungan Sementara (dbc)
-
Waktu dari TPS akhir ke Tempat Pemrosesan Akhir (h)
-
Waktu rata-rata pembongkaran di Tempat Pemrosesan Akhir (s)
-
Waktu dari TPA ke pool (t2)
-
Waktu kerja per hari (H)
-
Faktor/waktu off route (W)
3. Pengukuran densitas sampah dilakukan dengan gerobak motor, pengukuran dilakukan dengan mengambil sampah pada gerobak motor yang kemudian dimasukan ke dalam kantong ukur dan menimbangnya, kemudian mengukur volume kendaraan pengangkut dilakukan sebanyak 3 kali. 4. Mengukur timbulan sampah yang ada di setiap TPS dengan cara, menimbang sampah pengangkut sebelum di masukkan ke dalam kontainer yang di lakukan sebanyak 8 kali. 5. Data pengangkutan dilakukan dengan metode wawancara secara langsung kepada Dinas Kebersihan Kota Makassar, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Kepala Seksi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini, Petugas TPA, Pengawas Pengangkutan, dan Staf. Dalam wawancara ini diharapkan dapat diperoleh data mengenai sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini, yaitu : -
Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah
-
Jumlah pengemudi dan kernet truck
-
Perkiraan volume sampah yang terangkut ke TPA
-
Biaya operasional dan pemeliharaan
-
Pendanaan APBD dan Retribusi
-
Kondisi sumber daya manusia pengelola sampah
-
Hambatan-hambatan yang dihadapi dan Tugas pokok tata kerja.
64
3.2.1.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang ada berupa data dari BPS Kota Makassar, Bappeda Kota Makassar, Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar, kantor Kecamatan Rappocini dan Satuan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Kota Makassar. Data sekunder untuk aspek teknis, finansial dan lingkungan adalah sebagai berikut : a. Data timbulan sampah b. Data kependudukan c. Peta lokasi wilayah studi dan peta rute pengangkutan sampah d. Data kondisi wilayah topografi e. Data sarana pengangkutan sampah f. Data pembiayaan pengangkutan sampah Data tersebut diatas didapatka dari wawancara dengan staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. 3.2.2 Metode Evaluasi Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan melakukan tinjauan terhadap aspek teknis, finansial dan kelembagaan. 3.2.2.1 Aspek Teknis Analisis aspek teknis kondisi eksisting pengangkutan yang meliputi sistem pengangkutan sampah yang terdiri dari perhitungan waktu jumlah ritasi/hari. Kemungkinan adanya upaya peningkatan/penambahan trip, serta jumlah TPS yang bisa dilayani dalam setiap hari kerja, jarak tempuh dan karakteristik sampah. Kemampuan dana dan pemilihan serta tingkah laku, pola kerja petugas, kajian evaluasi teknis membandingkan kondisi eksisting sistem pengangkutan sampah yang menggunakan sistem HCS dan SCS dengan kondisi ideal. 3.2.2.2 Aspek Finansial Kajian finansial berpedoman pada Operasional dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana persampahan serta SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan
65
Sampah di Permukiman. Perhitungan biaya meliputi biaya investasi dan kebutuhan biaya operasional serta biaya pemeliharaan untuk pengangkutan sampah. Analisis didasarkan pada biaya yang disediakan oleh pemerintah. 3.2.2.3 Aspek Kelembagaan Analisis pada aspek kelembagaan dalam penelitian dilakukan dengan mengkaji jumlah personil pada ( DKP ) saat ini dan dibandingkan dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja berdasarkan pada SNI 19-3242-1994 tentang tatacara pengelolaan sampah di permukiman. Maka dikukan evaluasi kebutuhan dan tata laksana kerja dalam menganalisis aspek kelembagaan, perlu identifikasi berbagai faktor secara sistematis. 3.3
Usulan Penyelesaian Masalah Evaluasian studi akan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT,
dengan menentukan strategi apa yang mampu menanggulangi masalah persampah di Kecamatan Rappocini. Dengan demikian diharapkan dapat
diperoleh
pemecahan masalah berkaitan dengan aspek teknis, aspek kelembagaan, dan aspek pembiayaan. 3.4
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan akan diambil berdasarkan hasil penelitian dan analisis.
Kesimpulan yang diambil harus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah penentuan jumlah trip, biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasional pengangkutan sampah, dan strategi meningkatkan kinerja dan pelayanan pengangkutan persampahan.
66
(halaman ini sengaja dikosongkan)
67
4 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1
Administrasi dan Letak Geografis Kecamatan Rappocini merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota
Makassar yang berbatasan dengan : -
Utara
:Kecamatan Panakkukang
-
Timur
:Kecaamatan Panakkukang Kabupaten Gowa
-
Selatan
:Kecamatan Tamalanrea
-
Barat
:Kecamatan Mamajang dan Kecamatan Makassar.
Kecamatan Rappocini merupakan daerah bukan pantai. Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke Kecamatan berkisar 5-10 km (Badan Pusat Statistik Kota Makassar). Kecamatan Rappocini secara geografis terletak pada koordinat 5.16955° Lintang Selatan 119.4622° Bujur Timur. terdiri dari 10 Kelurahan, 573 RT dan 107 RW dengan jumlah penduduk tahun 2014 adalah 158.325 jiwa dengan luas wilayah 9.23 km2. Dari luas wilayah tersebut pada Tabel 4.1
Gambar 3.1 Peta Kota Makassar Gambar 4.1 Peta Kota Makassar
68
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Makassar
Penduduk
Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
(Jiwa)
(km2)
(jiwa/km²)
Mariso
55.875
1,82
30.701
2
Mamajang
58.998
2,25
26.221
3
Tamalate
170.878
20,21
8.455
4
Rappocini
151.091
9,23
16.370
5
Makassar
81.700
2,52
32.421
6
Ujung Pandang
26.904
2,63
10.230
7
Wajo
29.359
1,99
14.753
8
Bontoala
54.197
2,1
25.808
9
Ujung Tanah
46.688
5,94
7.860
10
Tallo
134.295
5,83
23.035
11
Panakkukang
141.382
17,05
8.292
12
Manggala
117.075
24,14
4.850
13
Biringkanaya
167.741
48,22
3.479
14
Tamalanrea
103.192
31,84
3.241
1.339.374
175,77
7.620
No
Kecamatan
1
Jumlah
Sumber : BPS Kota Makassar,2011
Dari tabel 4.1 Kota Makassar memiliki 3 Kecamatan yang jumlah penduduknya padat, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Rappocini. Dilihat dari segi kawasan strategis provinsi (KPS) yang ada di Kota Makassar, (Pusat Bisnis Terpadu Indonesia) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Rappocini dan sebagian wilayah Tamalate. hal tersebut dapat penyumbang timbulan sampah terbesar di Kota Makassar.
69
4.2
Penduduk Kecamatan Rappocini Jumlah penduduk Kecamatan Rappocini terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Dilihat dari tabel 4.1 bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Rappocini adalah terbesar ke tiga dari kecamatan Tamalate dan Kecamatan Biringkanaya. Laju pertumbuhah penduduk Kecamatan Rappocini tersebut terlihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini 2010-2014
Total Jumlah Penduduk (Jiwa/Tahun) No
Kelurahan 2010
2012
2013
2014
37835
38835
40032
40582
1
Gunung Sari
2
Karunrung
12339
12457
12657
13575
13761
3
Mappala
9518
9609
9109
9375
9504
4
Kassi-Kassi
16769
16929
16089
17758
18001
5
Bonto Makkio
5033
5081
5175
4956
5024
6
Tidung
14808
14949
14901
15176
15384
7
Banta-Bantaeng
20863
21062
21762
22241
22547
8
Buakana
13323
13450
13810
13724
13913
9
Rappocini
8906
8991
8061
9115
9240
10
Ballaparang
12054
12169
12109
12373
12543
151.091
151100
152532
152508
158325
Kecamatan
37487
2011
Sumber : BPS Kota Makassar 4.3
Gambaran Umum Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini saat ini dilakukan oleh
DKP dan Kecamatan Rappocini.Kecamatan Rappocini memiliki 5 TPS yaitu TPS Kel. Tidung, Kel. Mappala, Kel.Banta-Bantaeng yang diangkut langsung menggunakan dump truck menuju TPA Tamangapa. Sedangkan dump truck manual sendiri mengangkut sampah yang berada disepanjang titik jalan utama dan jalan-jalan umum yang dilalui dump truck manual dan membuangnya ke TPA Tamangapa. jumlah sampah yang terangkut terlihat pada Tabel 4.3
70
Tabel 4.3 Kapasitas Dump Truck Pengangkut Sampah
Pengangkutan
Kapasitas Armada
(trip/hari)
(m3)
No
TPS
Dump Truck
1
Kel. Banta-Bantaeng
1
8
1
2
Kel. Tidung
1
8
1
3
Kel. Mappala
1
8
1
Lokasi
Gambar 4.2 Lokasi TPS di Kecamatan Rappocin Fasilitas-fasilitas pendukung yang berada di Keacamatan Rappocini dapat dilihat pada Tabel 4.4
71
Tabel 4.4 Fasilitas di Kecamatan Rappocini
No
Fasilitas
Jumlah
1
TK
29
2
SD
90
3
SMP
19
4
SMA
11
5
SMK
10
6
Rumah Sakit Umum
2
7
Puskesmas
4
8
Pustu
4
9
Rumah Sakit Bersalin
4
10
Posyandu
97
11
Mesjid
121
12
Gereja
10
13
Hotel
7
14
Pertokoan
986
15
SPBU
7
16
Pasar
3
17
Kantor
10
Data sumber sampah dan komponen sampah di Kecamatan Rappocini dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 4.3.1 Kendaraan Pengangkut Sampah Di Kecamatan Rappocini Kecamatan Rappocini saat ini memiliki 8 unit dump truck. Terdiri dari 5 unit dump truck mengangkut sampah dari titik – titik lokasi pengangkutan ke TPS di Kecamatan Rappocini dan dibuang ke TPA Tamangapa Makassar dan 3 dump truck lainnya untung mengangkut di 3 Kelurahan yang tersebar di Kecamatan
72
Rappocini. Dengan waktu pengambilan sore hari. Kondisi kendaraan pengangkut di Kecamatan Rappocini terlihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 dan 4.4. Tabel 4.5 Kendaraan Pengangkut Sampah
No
Kendaraan Pengangkut
Jumlah (unit)
Keterangan
1
Dump Truck
7
Baik
2
Dump Truck
1
Kurang Baik
Gambar 4.4 Dump Truck Manual Multi
Gambar 4.3 Dump Truck Manual
Lokasi
Untuk 1 Lokasi
4.4
Struktur Organisasi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini Peningkatan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini harus sejalan
dengan struktur ruang Kota Makassar yang tercantum dalam Peraturan Daerah No 4 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Makassar tahun 2015-2023. Dalam rangka memperkukuh eksistensi dan pencapaian Makassar menuju Kota Dunia di tetapkan tujuan penentuan RTRW Kota Makassar 2034, yang merupakan penggambaran keinginan yang kuat mewujudkan ruang wilayah Kota Makassar sebagai Kota Tepi Air Kelas Dunia yang didasari atas keunggulan dan keunikan lokal menuju kemandirian lokal dalam rangka persaingan global demi ketahanan nasional dan wawasan nusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
73
Kecamatan Rappocini dikategorikan dalam perkotaan sedang yang mempunyai fungsi utama sebagai permukiman, perkantoran, mall, dan fasilitas skala lokal. 4.5
Kelembagaan
Pengangkutan
Sampah
Dinas
Kebersihan
Dan
Pertamanan 4.5.1 Struktur Organisasi Dan Personalia Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Seksi Kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang melayani pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini memiliki, 8 orang supir dan 24 orang petugas pengangkut sampah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu Kepala Bagian dan Kepala Seksi sampai saat staf. Struktur organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat dilihat pada gambar 4.5 4.5.2 Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Pengangkutan Sampah Seksi Angkutan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas : 1. Menyiapkan penyusunan program angkutan sampah 2. Menyiapkan bahan koordinasi dan pelaksanaan teknis angkutan sampah 3. Melaksanakan pembinaan personil angkutan sampah 4. Merencanakan dan melaksanakan pengangkutan sampah dari TPS, TPST ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) 5. Merencanakan, investasi mengatur dan mengadakan pengawasan terhadap operasional kendaraan angkutan sampah. 6. Merawat semua saranan angkutan sampah 7. Memelihara ketertiban pembuangan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) 8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya
74
4.6
Pembiayaan Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Biaya pengangkutan sampah ditanggung oleh Pemerintah Daerah Kota
Makassar yang dialokasikan dalam daftar penggunaan Anggaran (DPA) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar.
75
STUKTUR ORGANISASI DINAS PERTAMANAN DAN KEBERSIHAN KOTA MAKASSAR
KEPALA DINAS
SEKERTARIS
SUB BAGIAN UMUM DAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
PERLENGKAPAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG PERTAMANAN
SUB BAGIAN
BIDANG PENGHIJAUAN
BIDANG PENGEMBANGAN
BIDANG PENATAAN
KOTA
KAPASITAS KEBERSIHAN
KEBERSIHAN KOTA
SEKSI PENGEMBANGAN
SEKSI PEMBANGUNAN
SEKSI PEMBINAAN
SEKSI PENGEMBANGAN
TAMAN
KAWASAN HIJAU
KELEMBAGAAN
TEKNIK PENGELOLAAN
SEKSI PEMELIHARAAN
SEKSI PEMELIHARAAN
SEKSI PENGEMBANGAN
SEKSI MONITORING
TAMAN
KAWASAN HIJAU
PARTISIPASI
EVALUASI PENGELOLAAN
SEKSI PEMBIBITAN
SEKSI PENGAWASAN DAN
SEKSI PENYULUHAN DAN
SEKSI PEMELIHARAN
PENGUSUTAN
PEMBINAAN TEKNIK
PERALATAN DAN ALAT
UPTD PEMAKAMAN
UPTD TEMPAT
UPTD PENGELOLAAN
PEMBUANGAN AKHIR
DAUR ULANG SAMPAH
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertaman
76
5 BAB V KONDISI EKSISTING DAN HASIL PEENGAMATAN
5.1
Aspek Teknis Aspek teknis persampahan kondisi eksisiting dan hasil pengamatan di
Kecamatan Rapoccini meliputi timbulan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir 5.1.1 Timbulan Dan Densitas Sampah a. Timbulan Sampah Produksi sampah di Kecamatan Rappocini sebesar 441 m3/hari yang berasal dari 10 Kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini. Jika diasumsikan terdapat 365 hari dalam setahun maka jumlah timbulan sampah yang masuk adalah sebesar 161.100 m3/tahun. Tabel 5.1 Kegiatan Pengangkutan Sampah Tahun 2014/2015
No
Uraian
Satuan
Jumlah
1
Jumlah Penduduk
Jiwa
160.499
Liter
2,75
m³/Hari
441
Dump Truck
Buah
8
Arm Roll
Buah
0
2 3
Asumsi Sampah 1 Orang Per Hari Jumlah Sampah per Hari Mobil Pengangkut Sampah Kecamatan Rappocini :
4 -
b. Penentuan Densitas Sampah Penentuan sampah yang diangkut ke TPA memerlukan nilai densitas sampah lepas dan densitas sampah di atas kendaraan pengangkut. Perbandingan
77
antara densitas sampah lepas dan densitas sampah di atas kendaraan pengangkut dikenal sebagai faktor kompaksi. Penentuan densitas sampah lepas dilakukan dengan cara mengukur sampel sampah pada gerobak motor dan dump truck. pengukuran dilakukan selama 8 hari. Pengukuran dilakukan dengan cara, yaitu menuang sampah pada gerobak motor kedalam pelastik berukuran 40L kemudian di timbang. Nilai densitas sampah yang diperoleh merupakan nilai rata – rata densitas sampah hasil pengukuran. Tabel 5.2 menunjukan hasil pengukuran denistas sampah di atas gerobak Dari sampel sampah yang digunakan dari sumber sampah selanjutnya dilakukan penimbangan secara manual, pengukuran dilakukan setelah gerobak motor mengambil sampah dari sumber. Penimbangan dilakukan pada tiga gerobak motor berbeda. Besar nilai timbulan sampah yang masuk ke TPS diperoleh dari rata-rata jumlah timbulan. Hasil pengukuran sampah digerobak dapat dilihat pada Tabel 5.2. Adapun hasil pengukuran sampah dump truck dapat dilihat pada Tabel. Tabel 5.2 Hasil Perhitungans Sampah Gerobak Motor
Berat
Bak Gerobak
Kapasitas
(m)
Bak
Sampah di Gerobak
Gerobak (m3)
Densitas Sampah Gerobak
P
L
T
(2)
(3)
(4)
(5)
TPS Ballaprang
196
1.8 1.26 0.52
1.18
166.1
TPS Buakana
188
1.8 1.26 0.52
1.18
159.32
TPS Karunrung
152
1.8 1.26 0.52
1.18
128.81
Rata-rata
179
Lokasi
(kg)
(6) = (3)x(4)x(5)
(kg/m3)
(7) = (2)/(6)
151.41
78
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Manual Satu Lokasi.
Volume Kendaraan
Bak Truck (m3)
Jumlah
Berat
Gerobak
Sampah
Sampah
rata-rata
Yang
gerobak
Masuk
(kg)
Total berat
Densitas
sampah
(kg/m3)
(kg) (4) =
(5) =
(2)x(3)
(4)/(1)
179
1790
223.75
9
179
1611
201.375
8
179
1432
179
1611
201.375
Dump Truck
(1)
(2)
(3)
DD 9001 AA
8
10
DD 9005 AB
8
DD 9313 AB
8
Rata-rata
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi
Jumlah
Berat
Sampah Yang
Sampah
diangkat di
Tiap
Setiap Lokasi
Lokasi
(m3)
(kg)
(1)
(2)
(3)
DD 8268 A
14
10
DD 8030 AB
11
DD 8059 A
Volume Kendaraan
Bak Truck (m3)
Dump Truck
Total berat
Densitas
sampah
(kg/m3)
(kg) (4) =
(5) =
(2)x(3)
(4)/(1)
275
2750
196.43
9
223
2007
182.45
11
12
199
2388
217.09
DD 8257 A
14
11
261
2871
205.07
DD 8369 A
14
13
216
2808
200.57
2564.8
200.32
Multi Lokasi
Rata-rata
79
Sehingga dari Tabel 5.4 dapat diperoleh faktor kompaksi dengan membandingkan rata-rata densitas sampah dump truck dan rata-rata densitas sampah gerobak motor yaitu: Rata-rata densitas sampah dump truck
,
=
/
+
.
/
= 200,85 kg/m3 Rata-rata densitas sampah gerobak motor = 151,41 kg/m3
Faktor kompaksi
= =
.
/
.
/
= 1.33 kg/m3
Setelah memperoleh nilai faktor kompaksi tersebut, maka dapat diperoleh jumlah sampah terangkut eksisting dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Jumlah Sampah Terangkut Eksisting
Kendaraan No
Kelurahan
(unit)
Kapasitas
Volume Real
Kendaraan
Sampah Terangkut
3
(m /truk)
(1)
(m3) (3) = (1)x(2)x faktor
(2)
kompaksi
1
Karunrung
1
8
10.64
2
Buakana
1
8
10.64
3
Ballaparang
1
8
10.64
4
Antang
1
14
18.62
5
Emmy Saelan
1
11
14.63
6
Faisal
1
11
14.63
7
Tidung
1
14
18.62
8
Rappocini
1
14
18.62
Total
117.04
80
Pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini sebagian besar meliputi wilayah permukiman (domestic) dengan cakupan pelayanan pada tahun 2015/2016 mencapai 27%. 5.1.2 Proyeksi Timbulan Sampah Sampai Dengan Tahun 2020 Untuk proyeksi jumlah penduduk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020 dilakukan terlebih dahulu perhitungan koefisien korelasi dengan metode Aritmatik, Geometrik, dan least square untuk memperoleh metode yang tepat digunakan dalam proyeksi, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1A dengan penggunaan rumus sebagai berikut: Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Aritmatik Tahun 2010 – 2014
Jumlah No
Tahun
Penduduk
X
Y
X.Y
X2
Y2
(jiwa) 1
2010
150871
2
2011
152370
1
1499
1499
1
2247001
3
2012
153886
2
1516
3032
4
2298256
4
2013
158586
3
4798
14394
9
23020804
5
2014
160820
4
2136
8544
16
4762496
10
9949
27469
30
32128557
Jumlah
=
[ (
.( )−(
) − ( )( ) ) ] , [( )−(
k = 0.68
) ]
,
Di mana : X = Tahun ke-
n = Jumlah data
Y = Pertambahan penduduk
81
Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Geometri Tahun 2010 – 2014
Tahu
Jumlah Penduduk
n
(jiwa)
1
2010
150871
2
2011
152370
3
2012
4 5
No
Pertambaha X
Y
X.Y
X2
Y2
1499
1
7.321553498
7.3125
1
53.8979
153886
1516
2
7.323830566
14.647
4
53.9043
2013
158586
4798
3
8.475954443
25.427
9
71.3671
2014
160820
2136
4
7.6666902
30.666
16
58.0488
10
30.77902871
78.05
30
237.73
n Penduduk (p)
Jumlah
=
[ (
k = 0.75
.( )−(
) − ( )( ) ) ] , [( )−(
) ]
,
Di mana : X = Tahun kep = Pertambahan penduduk Y = ln p n = Jumlah data
Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Least Square Tahun 2010 - 2014
No 1
\ \ Jumlah Penduduk Tahun (jiwa) 2010 150871
X
Y
X.Y
X2
Y2
150871
1
22762058641
304740
4
23216616900
2
2011
152370
2
150871 1 152370
3
2012
153886
3
153886
461658
9
23680900996
4
2013
158586
4
158684
634736
16
25180611856
5
2014
160820
5
160820
804100
25 776631 2354502 0
25863072400
Jumlah
15
82
120703260793
=
) − ( )( ) .( ) − ( ) ] , [( )−(
[ (
k = 0.97
) ]
,
Di mana : X
= Tahun ke-
Y
= Jumlah penduduk tahun ke-n
n
= Jumlah data
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi diatas dari masingmasing metode, nilai korelasi yang paling mendekati satu (semakin mendekati angka satu maka metode tersebut sangat baik digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk karena memiliki hubungan variabel bebas dan terikat yang kuat) adalah metode Least Square dengan nilai 0.976 sehingga metoda ini yang digunakan untuk perhitungan proyeksi penduduk di Kecamatan Rappocini. Rumus yang digunakan untuk proyeksi menggunakan metode Least Square, yaitu sebagai berikut:
Y = a + bx Di mana: Y
= Jumlah penduduk hasil proyeksi
a
= Konstanta
b
= Koefisien arah regresi linear
x
= Variabel waktu
Tabel 5.9 Perhitungan Nilai a dan b Metode Least Square Tahun 2010 - 2014 No Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
t
P
P.t
t2
1
2010
150871
-2
150871
-301742
4
2
2011
152370
-1
152370
-152370
1
3
2012
153886
0
153886
0
0
4
2013
158684
1
158684
158684
1
5
2014
160820
2
160820
321640
4
0
776631
24609
0
Jumlah
83
Untuk memperoleh nilai a dan b di atas menggunakan rumus sebagai berikut: =
(
)(
) − ( )( . ) ( ) − ( )²
=
Di mana : P t
(
. ) − ( )( ) ( ) − ( )²
= Jumlah penduduk
= Variabel waktu (jumlah variabel waktu adalah nol) N
= Jumlah data
Dari data Tabel 5.9 maka hasilnya diperoleh, a = 155326.2 dan b = 2460.9 Sehingga hasil proyeksi penduduk dan timbulan sampah Kecamatan Rappocini dan per kelurahan 2015 – 2020 dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan Tabel 5.11. Tabel 5.10 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini sesuai dengan Proyeksi Least Square 2015-2020
No
Tahun
Konstanta (a)
Koefisien arah
Variabel
Jumlah Penduduk
regresi linear
waktu
(Y)
(b)
(X)
(Jiwa)
1
2015
3
163,190
2
2016
4
165,881
3
2017
5
168,432
4
2018
6
171,053
5
2019
7
173,675
6
2020
8
176,296
155326.2
2621.2
84
Tabel 5.11 Hasil Proyeksi Jumlah penduduk per Kelurahan Proyeksi Least Square 20152020
No
Total Jumlah Penduduk (Jiwa/Tahun)
Kelurahan 2015
2016
2017
2018
2019
2020
1
Gunung Sari
41356
42196
43037
43877
44718
45558
2
Karunrung
14133
14529
14926
15322
15718
16114
3
Mappala
9778
9856
9934
10012
10091
10169
4
Kassi-Kassi
18302
18631
18960
19290
19619
19948
5
Bonto Makkio
5171
5213
5255
5296
5338
5380
6
Tidung
15500
15637
15775
15913
16051
16189
7
Banta-Bantaeng
22965
23419
23874
24329
24784
25238
8
Buakana
14037
14183
14328
14474
14619
14764
9
Rappocini
9306
9385
9464
9543
9623
9702
10
Ballaparang
12643
12761
12879
12997
13115
13234
Kecamatan
163190 165811 168432 171053 173675 176296
Berdasarkan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari sesuai dengan SNI 19-3964-1994 Kota Sedang yaitu 2.75 liter/orang. hari. Maka proyeksi timbulan sampah permukiman di Kecamatan Rappocini sampai dengan tahun 2020 dan per kelurahan adalah sebagai berikut : Tabel 5.12 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah Kecamatan Rappocini 2015-2020
No
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumah timbulan sampah per org per 3
hari (m /org.hari)
Jumlah Timbulan Sampah (m3/hari)
1
2015
163,190
448,77
2
2016
165,881
455,98
3
2017
168,432
4
2018
171,053
5
2019
173,675
477,61
6
2020
176,296
484,81
2,75 x 10-3
85
463,19 470,40
Tabel 5.13 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah per Kelurahan 2015-2020
No
Kelurahan
1
Jumlah Timbulan Sampah (m3/hari) 2015
2016
2017
2018
2019
2020
Gunung Sari
113,73
116,04
118,35
120,66
122,97
125,29
2
Karunrung
38,87
39,96
41,05
42,13
43,22
44,31
3
Mappala
26,89
27,10
27,32
27,53
27,75
27,96
4
Kassi-Kassi
50,33
51,24
52,14
53,05
53,95
54,86
5
Bonto Makkio
14,22
14,34
14,45
14,56
14,68
14,79
6
Tidung
42,62
43,00
43,38
43,76
44,14
44,52
7
Banta-Bantaeng
63,15
64,40
65,65
66,90
68,15
69,41
8
Buakana
38,60
39,00
39,40
39,80
40,20
40,60
9
Rappocini
25,59
25,81
26,03
26,24
26,46
26,68
10
Ballaparang
34,77
35,09
35,42
35,74
36,07
36,39
448,77
455,98
463,19
470,40
477,61
484,81
Kecamatan
5.1.3 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Kecamatan Rappocini saat ini tidak memiliki TPS dengan pasangan batu bata disetiap Kelurahannya. Jenis TPS yang digunakan di Kecamatan Rappocini berupa dump truck terbuka dengan rata-rata kapasitas 8 m³, dan dump truck tertutup dengan rata-rata kapasitas 11 m³ dan 14 m³, tong/drum sampah kapasitas 10-20L dan plastic. Berikut dapat dilihat Pada Gambar 5.1 dump truck.
Gambar 5.1 Dump Truck Yang Telah Terisi Penuh
86
Berdasarkan data jumlah penduduk Kecamatan Rappocini tahun 2014 (160,499 jiwa) dan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari sesuai dengan SNI 19-3964-1994 yaitu 2.75 liter/orang.hari untuk Kota Sedang, maka total jumlah sampah yang terangkut untuk Kecamatan Rappocini per hari, dapat dihitung sebagai berikut: Timbulan = jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari x jumlah penduduk Kecamatan Rappocini = 2.75 liter/orang.hari x 160,499 orang = 441,372.25 liter/hari = 441.37 m3/hari 5.1.4 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) TPS merupakan tempat pembuangan sampah sementara yang berfungsi untuk menampung sampah dari sumber sampah sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Kecamatan Rappocini memiliki 3 lokasi TPS yang tersebar di Kelurahan Karunrung, Buakana, dan Pelita, dan 5 jalur lokasi pengangkutan sampah yaitu : 1. TPS di Kelurahan Karunrung, dengan Rincian : Gambar 5.2 TPS Kelurahan Karunrung
TPS menggunakan dump truck Volume dump truck 8 m3 Sampah dikumpulkan menggunakan gerobak motor Metode pengangkutan manual untuk satu lokasi. Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah dengan hidrolik
87
sistem
2. TPS di Kelurahan Buakanan dengan Rincian :
Gambar 5.3 TPS Kelurahan Buakana
TPS menggunakan dump truck Volume dump truck 8 m3 Sampah dikumpulkan menggunakan gerobak motor Metode pengangkutan manual untuk satu lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah dengan sistem hidrolik
3. TPS di Kelurahan Pelita dengan Rincian : Gambar 5.4 TPS Kelurahan Pelita
88
TPS menggunakan dump truck Volume dump truck 8 m3 Sampah dikumpulkant menggunakan gerobak motor Metode pengangkutan manual untuk satu lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah dengan sistem hidrolik.
4. Pengangkutan jalan Talasalapang dengan rincian :
Pengangkutan sampah di sepanjang titik jalan pengangkutan Volume dump truck 14 m3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual
Gambar 5.5 Lokasi Jl. Talasalapang
5. Pengangkutan jalan Emmy Seilan dengan rincian : Gambar 5.6 Lokasi Jl. Emmy Seilan
89
Pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 11 m3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual.
6. Pengangkutan Perum. Faisal dengan rincian :
Pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 11 m3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual
Gambar 5.7 Lokasi Perum Faisal
7. Pengangkutan Jalan Tidung Mariolo dengan rincian : Gambar 5.8 Lokasi Jl. Tidung Mariolo
90
Pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 14 m3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual
8. Pengangkutan Jalan Rappocini dengan rincian:
pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 14 m3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Sampah diangkut secara manual Pembuangan sampah secara manual
Gambar 5.9 Lokasi Jl. Rappocini
5.1.5 Sistem Pengelolaan Sampah Untuk sistem pengelolaan sampah yang ada di Kecamatan Rappocini secara umum tidak mengalami pemilahan dari sumber dan tidak adanya lokasi TPS. Sehingga sampah yang masuk ke Kontainer adalah sampah campuran dan sampah warga masih ada yang belum terangkut sepenuhnya..Skema sistem pengelolaan sampah yang ada di Kecamatan Rappocini dapat dilihat pada Gambar 5.10 Pengumpu l
Mobil Dump
Lokasi TPA
Truck Rumah Warga (sumber) Gambar 5.10 Sistem Pengelolaan Kecamatan Rappocini
91
5.1.6 Skema Pengangkutan Sampah Untuk pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini dari TPS ke tempat pembuangan akhir sampah TPA menggunakan dua jenis kendaraan pengangkutan yaitu : menggunakan kendaraan pengangkutan dump truck. Jumlah kendaraan yang digunakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar untuk wilayah Rappocini sebanyak 8 kendaraan yang terbagi menjadi 3 unit dump truck metode pengangkutan manual 1 lokasi dan 5 unit dump truck
metode
pengangkutan
manual
multi
lokasi.
Rincian
kendaraan
pengangkutan sampah dapat dilihat pada Gambar 5.11 dan 5.12. Jenis dump truck menggunakan metode pengangkutan manual multi lokasi. Kendaraan pengangkut dari pool membawa dump truck kosong menuju lokasi titik pengangkutan pertama, mengisi dan terus berjalan disepanjang titik pengangkutan yang telah ditentukan. Setelah dump truck terisi penuh maka truck akan menuju TPA. Dari TPA dump truck yang sudah kosong kembali menuju pool. Pengangkutan sampah hanya1 trip per hari.
Pool Kendaraa
Lokasi Titik
Lokasi Titik
pengangkutan
pengangkutan
1
2
TPA
Lokasi Titik pengangkutan
Lokasi Titik
Lokasi Titik
pengangkutan
pengangkutan
Gambar 5.11 Pola pengangkutan pada kendaraan Dump Truck metodepengangkutan manual multi lokasi. Sedangkan jenis dump truck menggunakan sistem kontainer tetap. Kendaraan dari pool membawa kontainer kosong menuju lokasi TPS. Pengisian dilakukan dari gerobak motor hingga terisi penuh, setelah dump truck terisi penuh maka dump truck akan menuju TPA. Dari TPA kendaraan dengan kontainer yang sudah kosong menuju pool. Pengangkutan sampah hanya1 trip per hari.
92
Pool
TPS
Pool
TPA
Kendaraan
Kendaraan
n Gambar 5.12 Pola Pengangkutan Pada Kendaraan Dump Truck metode pengangkutan manual untuk satu lokasi. Rincian umur kendaraan pengangkutan sampah pada Kecamatan Rappocini pada jenis dump truck dapat dilihat pada Tabel 5.14 dan 5.15. Tabel 5.14 Kendaraan pengangkutan sampah jenis dump truck metode manual 1 lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar.
Tahun
Umur
Kapasitas
Pembuatan
(thn)
(m3)
DD 9005 AB
2014
2
8
Baik
Dump Truck
DD 9313 AB
2008
2
8
Baik
Dump Truck
DD 9001 AA
2003
13
8
No
Jenis Kendaraan
Nomor Polisi
1
Dump Truck
2 3
Kondisi
Kurang Baik
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Makassar Tabel 5.15 Kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck metode manual multi lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar.
Tahun
Umur
Kapasitas
Pembuatan
(thn)
(m3)
DD 8268 A
2015
1
14
Baik
Dump Truck
DD 8030 AB
2014
2
11
Baik
3
Dump Truck
DD 8059 A
2014
2
11
Baik
4
Dump Truck
DD 8257 A
2015
1
14
Baik
5
Dump Truck
DD 8369 A
2015
1
14
Baik
No
Jenis Kendaraan
Nomor Polisi
1
Dump Truck
2
Kondisi
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Makassar 5.1.7 Pengamatan Waktu Pengukuran Pengangkutan Sampah Pengamatan waktu pengangkutan sampah untuk setiap kendaraan dilakukan selama 8 hari berturut-turut. Waktu kerja pengangkutan sampah dump
93
truck adalah 7 jam per hari, yaitu mulai jam 16.00 sampai jam 23.00. Selanjutnya data pengamatan yang dilakukan tersebut digabung dan diambil rata- rata untuk dijadikan dasar analisis lebih lanjut. Rincian data pengamatan waktu dan jarak pengangkutan sampah eksisting perhari dari masing-masing kendaraan dapat dilihat pada Lampiran 1.A. Dari delapan dump truck, tiga dump truck metode manual 1 lokasi yang beroperasi masing-masing hanya melayani sebuah TPS. Sedangkan lima dump truck metode manual multi lokasi mengangkut sampah yang diletakkan ditepi jalan yang telah dirutekan. Data rute operasional dump truck dapat dilihat pada Tabel 5.16.
94
Tabel 5.16 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual 1 Lokasi
Plat Kendaraan
Lokasi TPS
1
DD 9005 AB
TPS kel Buakana
2
DD 9313 AB
TPS kel. Balaparang
3
DD 9001 AA
TPS Kel. Karunrung
No I
Efisiensi Pengangkutan Rute (Rit/Hari) Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Jl. Antang, Jl. Borong Raya, Jl. Toddupuli, Jl. Pengayoman, Jl. Buakana. Jl. Buakana, Jl. Pettarani, Jl. 1 Boulevard, Jl. Pengayoman, Jl. Toddopuli, Jl. Borong Raya, Jl. Antang Raya, TPA Tamangapa. Jl. Tamangapa III, Tamangapa Raya, Jl. Borong Raya, Jl. Toddupuli Timur, Jl. Boulevard, Jl. Pettarani Raya, Jl. Pelita Raya. 1 Jl. Pelita Raya, Jl. Pettarani Raya, Jl. Bolevard, Jl. Toddopuli Timur, Jl. Borong Raya, Jl Antang Raya, TPA Tamangapa. Jl. Borong Raya Baru 2, Jl. Toddopuli Raya, Jl. Tamalate Raya, Skarda, Jl. Poros Talasalapang, TPS 1 Jipang. TPS Jipang, Jl. Syeck Yusuf, Jl. Muthalib, Jl. Daeng Sirua, Jl. Mustafa, Jl. Antang Raya, TPA Tamangapa.
95
Keterangan Peta
Gambar 5.13
Gambar 5.14
Gambar 5.15
Tabel 5.17 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi
No
Plat Kendaraan
Lokasi TPS
I
2
DD 8268 A
Rute Jalan Kel. Gunung sari
1
DD 8030 AB
Rute Jalan kel. Gunung sari
1
3
DD 8059 A
4
DD 8257 A
5
DD 8369 A
Rute
Keterangan Peta
Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi
I 1
Efisiensi Pengangkutan (Rit/Hari)
Rute Jalan kel. Bantabantaeng Rute Jalan kel. Bonto makio Rute Jalan kel. rappocini
1
1 1
Jl. Talasalapang, Poros Minasaupa, Kantor Lurah Karunrung, Minasaupa Blok,K,L,M,N, Aeropala I, Jl. Abdullah, Aeropala. Jl. Emmy selan III, Jl. Monument Emmy selan, Jl. Sultan Alauddin, Jl. Teduh Bersinar, Pom Bensin. Perum Faisal, Faisal raya, Jl. Parande, Jl. Banta-Bantaeng, Jl. Landak. Jl. Tidung Mariolo, Jl. Hertasning, Jl. Mapala, Jl. Emmy Seilan. Jl. Rappocini Raya.
96
Gambar 5.16
Gambar 5.17
Gambar 5.18
Gambar 5.19 Gambar 5.20
5.1.8 Analisa Pengangkutan Sampah Dengan Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Kendaraan pengangkut sampah yang berupa dump truck menggunakan metode manual satu lokasi dengan cara, yaitu keendaraan berangkat dari pool lalu menuju lokasi pengangkutan, lalu dump truck menunggu pengisian sampah hingga dump truck terisi penuh, setelah penuh dump truck membawa ke TPA dan kemudia kembali ke pool. Seluruh dump truck yang digunakan memiliki kapaitas 8m³. jam kerja operasional pengangkutan rata-rata dimulai pukul 16.00 – 23.00 WITA. Kendaraan dump truck yang melayani di Kecamatan Rappocini sebanyak 3 unit. Dump truck melayani 3 Kelurahan di Kecamatan Rappocini yaitu Kelurahan Karunrung, Buakanam dan Kelurahan Pelita. 5.1.8.1 Hasil Perhitungan Jarak Dan Waktu Pengamatan Jarak tempuh pengangkutan sampah serta kecepatan rata-rata untuk menempuh jarak TPS - TPA ditunjukkan pada pada Tabel 5.18. Tabel 5.18 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck
No
1
2
3
Kendaraan
DD 9005 AB
DD 9313 AB
DD 9001 AA
Trip /hari
1
1
1
Jarak Uraian
Waktu Tempuh (menit/hari) (
Km)
Kecepatan
1
2
3
4
5
6
7
8
(Km/jam)
Pool ke TPS
8,05
42
44
49
53
49
39
35
32
11,27
TPS ke TPA
10,35
72
73
80
76
71
65
58
46
9,18
TPA ke Pool
1,82
11
9
8
7
6
11
9
8
12,66
Pool ke TPS
9,53
38
42
42
45
42
40
33
37
14,34
TPS ke TPA
11,01
41
49
44
49
53
51
49
61
13,31
TPA ke Pool
1,82
5
6
4
5
7
4
6
6
6,92
Pool ke TPS
6,06
38
36
43
45
40
25
45
41
9,29
TPS ke TPA
9,40
56
79
65
54
61
48
50
61
9,25
TPA ke Pool
3,90
20
17
15
21
10
15
20
18
13,41
Berdasarkan data pada Tabel 5.18 dapat diketahui bahwa waktu tempuh kendaraan dump truck metode manual satu lokasi sangat rendah. Hal ini disebabkan karena jalan dan waktu yang dilewati adalah pada waktu jam sibuk.
97
Dalam hal ini dump truck tidak menurunkan kontainer sehingga = 0. Selain itu juga tidak ada lokasi TPS berikutnya sehingga (dbc) = 0. Dikarenakan dump truck hanya beroprasi 1 trip per hari (Nd) = 1. Perhitungan waktu pengisian sampah ke dump truck dan waktu buang di TPA dapat dilihat pda Tabel 5.19 dan Tabel 5.20.
98
Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Waktu Mengisi Sampah ke Dump Truck
No
Kendaraan
Trip (Rit/Hari)
Waktu Mengisi Sampah ke Dump Truk (jam/trip) Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
1
DD 9005 AB
1
2,53
3,18
2,63
2,47
2,15
2,15
2,58
2,42
2,51
2
DD 9313 AB
1
3,15
2,47
3,00
3,30
3,35
2,27
2,55
3,27
2,94
3
DD 9001 AA
1
2,38
2,67
2,33
2,02
2,33
2,02
2,53
2,53
2,35
Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Waktu Buang di TPA (s) Dump Truck
No Kendaraan
Trip (Rit/Hari)
Waktu di TPA (s) (jam/trip) Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
1
DD 9005 AB
1
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
2
DD 9313 AB
1
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
3
DD 9001 AA
1
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
99
Waktu di TPA akan dijumlahkan dengan pick up time (THCS) sehingga didapatkan waktu total pengangkutan sampah per rit dengan menggunakan dump truck. Adapun waktu pengangkutan per trip kendaraan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : THCS = PHCS + s + h Dengan, PHCS = mengisi sampah + menurunkan kontainer + dbc di mana : THCS
= Waktu per trip (jam/trip)
PHCS
= Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah (jam)
h
= Waktu tempuh dari TPS ke TPA (pp) (jam)
s
= Waktu bongkar di TPA (jam/trip)
Persamaan tersebut menggambarkan hubungan antara waktu tempuh dan jarak kendaraan dari TPS ke TPA atau hauling time (h). Menurut (Tchobanoglous et al.,1993) hubungan tersebut digunakan menentukan waktu tempuh kendaraan pengangkutan sampah terhadap jarak pengangkutan setiap trip. Nilai dengan pick up time (PHCS) merupakan hasil penjumlahan total pengosongan TPS dan total antar TPS. Selanjutnya dapat dihitung hauling time (h) masing-masing truck. Contoh perhitungan waktu per trip dump truck pada Tabel 5.21 Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) hauling time.
Kendaraan No
Dump Truck
TPS-TPA
Waktu Tempuh
(Metode Manual
Jarak (Km)
(Mnt)
Satu Lokasi)
(h) Waktu Tempuh (Jam)
1
DD 9005 AB
10,35
67,63
1,13
2
DD 9313 AB
11,01
49,63
0,83
3
DD 9001 AA
9,40
59,25
0,99
100
Diketahu data-data D 9005 AB sebagai berikut : (Waktu rata-rata mengisi sampah)
= 2.51
jam
(Waktu rata-rata menurunkan kontainer isi) = 0
jam
(Waktu untuk menempuh jarak antar TPS) = 0
jam
PHCS = ( 2.51 + 0 + 0 ) jam
jam
= 2.51
Hasil dari perhitungan PHCS waktu pengangkutan dump truck dapat dilihat pada Tabel 5.22. Tabel 5.22 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) PHCS.
No
1
Kendaraan Dump Truck
Menurunkan Mengisi
dbc
Pick Up Time
Kontainer
Sampah
(jam)
(jam)
3
4
5
6= 3+4+5
2
(PHCS)
(jam)
(jam/trip)
1
DD 9005 AB
0
2,51
0
2,51
2
DD 9313 AB
0
2,94
0
2,94
3
DD 9001 AA
0
2,35
0
2,35
Diketahui D 9005 AB sebagai berikut : (Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah)
= 2.51 jam/trip
(Waktu rata-rata pembongkaran di TPA
= 0.05 jam/trip
(Waktu antara TPS-TPA)
= 1.13 jam/trip
THCS = ( 2.51 + 0.05 + 1.13 ) jam
= 3.69 jam/trip
Untuk menghitung waktu per trip kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck dihitung dengan persamaan pada Tabel 5.23.
101
Tabel 5.23 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck
No
Kendaraan
Pick Up
Hauling
In Site Time
Waktu Total
Time (PHCS)
Time (h)
(s)
(THCS)
(jam/trip)
(jam/trip)
(jam/trip)
(jam/trip)
1
2
3
4
5
6 = 3+4+5
1
DD 9005 AB
2,51
1,13
0,05
3,69
2
DD 9313 AB
2,94
0,83
0,05
3,82
3
DD 9001 AA
2,35
0,99
0,08
3,42
Tabel 5.23 dapat diketahui bahwa total waktu tertinggi kerja pada kendaraan Dump Truck DD 9313 AB. Dimana waktu memuat sampah di TPS sangat besar. Hal ini disebabkan volume sampah yang harus dimuat kedalam truck jumlahnya cukup banyak dan dilakukan secara manual, jarak tempuh dari TPS ke TPA juga membutuhkan waktu yang lebih lama. 5.1.8.2 Jumlah Trip Pengangkutan Per Hari Kendaraan Dump Truck Jumlah trip pengangkutan per hari yang dapat dilakukan kendaraan dump truck dapat dihitung dengan persamaan : Nd = ( H (1-W) – (t1 + t2)) / THCS Kondisi pengangkutan eksisting dilaksanakan pada jam kerja 7 jam per hari sehingga perhitungan jumlah trip pengangkutan per hari dilakukan menggunakan asumsi jam kerja 7 jam per hari. Waktu off route (W) yang merupakan rasio waktu non efektif terhadap waktu kerja per hari diperoleh dari hasil pengamatan 1 trip/hari yaitu sebesar 0.23. Selengkapnya mengenai perhitungan jumlah trip pengangkutan per hari kendaraan dump truck dapat dilihat pada Tabel 5.24
102
Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) di Pool Dump Truck
Uraian Kegiatan Off Route (W) (jam) No
Kendaraan
II
I Persiapan
Menunggu Pekerja
III Istirahat
IV
Total
Gangguan
(jam)
Teknis
1
DD 9005 AB
0,07
0,07
0,05
0,04
0,23
2
DD 9313 AB
0,07
0,04
0,06
0,03
0,20
3
DD 9001 AA
0,07
0,10
0,05
0,05
0,27
Rata-rata
0,23
Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 9005 AB sebagai berikut : Diketahui: H (waktu kerja per hari)
=7
jam
t1 (waktu dari pool ke TPS)
= 0.71
jam
t2 (waktu dari TPA ke Pool)
= 0.14
jam
Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 3.69
jam
Nd
= ( H (1-W) – (t1 + t2)) /THCS = ( 7 (1 - 0.23) – ( 0.71 + 0.14 )) / 3.69
Nd
= 1.21 trip/hari = 1 trip/hari
Karena nilai W > 0.15 rata-rata yaitu 0.23 maka ketiga kendaraan dump truck tidak efisien karena hanya menjalankan 1 rit per hari. Melalui persamaan yang sama dihitung jumlah trip per hari untuk dump truck yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.25.
103
Tabel 5.25 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd).
W
t1
t2
THCS
H
Nd
(jam)
(jam)
(jam)
(jam/trip)
(jam)
(trip/hari)
2
3
4
5
6
7
8=(7*(1-3)-(4+5))/6
1
DD 9005 AB
0,23
0,71
0,14
3,69
7
1,23
2
DD 9313 AB
0,20
0,66
0,09
3,82
7
1,27
3
DD 9001 AA
0,27
0,65
0,28
3,42
7
1,22
No
Kendaraan
1
Tabel 5.25 menjelaskan bahwa dari hasil perhitungan diketahui jumlah trip per hari (Nd) yang dilakukan dump truck rata-rata hanya bisa melakukan pengangkutan 1 trip per hari. Sehingga dapat dilihat nilai off route (W) 0.23 jam dan waktu pengangkutan pertrip (Thcs) 3.69 jam per trip yang menyebabkan ratarata dump truck hanya dapat melakukan pengangkutan 1 trip per hari. 5.1.8.3 Perbaikan Waktu Off Route Pengangkutan Sampah Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Dengan waktu kerja (H) di Kecamatan Rappocini adalah 7 jam per hari. Perhitungan jumlah ritasi optimal per hari yang seharusnya dengan nilai (W) Off Route Factor = 0.15 dapat dilihat pada Tabel 5.24 Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 9005 AB sebagai berikut: Diketahui: H (waktu kerja per hari)
=7
jam
t1 (waktu dari pool ke TPS)
= 0.71
jam
t2 (waktu dari TPA ke Pool)
= 0.14
jam
Tscs (waktu pengangkutan per trip)
= 3.69
jam
Nd
= ( H (1-W) – (t1+t2)) /THCS = ( 7 (1 – 0.15) – ( 0.71 + 0.14 )) / 3.69
Nd
= 1.38 trip/hari = 1 trip/hari
104
Tabel 5.26 Hasil Perhitungan Evaluasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi
W
t1
t2
Thcs
H
Nd
(jam)
(jam)
(jam)
(jam/trip)
(jam)
(trip/hari)
2
3
4
5
6
7
8=(7*(1-3)-(4+5))/6
1
DD 9005 AB
0,15
0,71
0,14
3,69
7
1,38
2
DD 9313 AB
0,15
0,66
0,09
3,82
7
1,36
3
DD 9001 AA
0,15
0,65
0,28
3,42
7
1,47
No
Kendaraan
1
Tabel 5.26 menjelaskan bahwa jumlah trip per hari (Nd) yang dihitung dengan nilai (W) off route factor = 0.15 jam adalah 1 trip per hari. Hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan masih menggunakan sistem manual, menyebabkan waktu pengumpulan sampah per trip (THCS) sangat tinggi 3.69 jam per trip Dengan menggunakan (W) Off Route Factor = 0.15, efisiensi optimal pada dump truck tetap sebesar 1 trip per hari. Tabel 5.27 Perbandingan Jumlah Eksisting Dengan Trip hasil Evaluasi
No
Kendaraan
Jumlah Trip
Jumlah Trip
Eksisting
Hasil Evaluasi
(trip/hari)
(trip/hari)
Keterangan
1
DD 9005 AB
1
1.38
Belum Maksimal
2
DD 9313 AB
1
1.36
Belum Maksimal
3
DD 9001 AA
1
1.47
Belum Maksimal
Hasil evaluasi didapatkan bahwa perlu dilakukan penggantian kendaraan pengangkutan sampah dari dump truck menjadi arm roll dan penambahan kontainer di setiap lokasi pengangkutan, dengan merubah jam kerja menjadi pagi hari, maka diharapkan dapat mengefisiensikan sistem pengangkutan sampah. Dengan perubahan kontainer dan arm roll waktu pengangkutan sampah dapat dikurangi dari 2.51 jam per trip menjadi 0.20 jam per trip (Damanhuri dan Padmi, 2016).
105
5.1.9 Analisis Pengangkutan Sampah Dump Truck Manual Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi Kendaraan pengangkut sampah yang berupa dump truck, yang beroperasi di Kecamatan Rappocini menggunakan pola (SCS) Stationary Container System. Dimana Pola pengangkutan door to door atau dikenal juga dengan sistem pengangkutan stationary container system (SCS). Pola pengangkutan SCS dilakukan dengan cara mengambil sampah dari tiap titik pengumpulan secara satu persatu dengan kendaraan pengangkut bergerak dari satu titik ke titik yang lain. 5.1.9.1 Hasil Perhitungan Jarak Dan Waktu Per Trip Dump Truck Jarak tempuh waktu pengangkutan sampah, total jarak yang ditempuh per hari serta kecepatan rata-rata untuk menempuh jarak TPS - TPA ditunjukkan pada Tabel 5.28
106
Tabel 5.28 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck Manual (SCS)
No
1
2
3
4
5
Kendaraan
DD 8268 A
DD 8030 AB
DD 8059 A
DD 8257 A
DD 8369 A
Trip/hari
1
1
1
1
1
Uraian
Waktu Tempuh (menit/hari)
Jarak
Kecepatan
(Km)
1
2
3
4
5
6
7
8
(Km/jam)
Pool ke TPS
4,10
30
35
33
30
35
35
36
32
7,40
TPS ke TPA
12,40
12
12
13
12
15
13
12
12
58,93
TPA ke Pool
5,01
26
23
25
23
28
21
22
24
17,50
Pool ke TPS
6,25
14
17
12
15
14
18
13
14
25,64
TPS ke TPA
11,50
23
16
23
15
20
22
13
23
35,61
TPA ke Pool
1,82
5
7
8
6
6
7
5
9
16,48
Pool ke TPS
9,21
27
25
23
25
27
20
23
27
22.44
TPS ke TPA
13,02
26
27
27
19
28
20
25
21
32.33
TPA ke Pool
5,01
17
10
15
18
15
10
13
15
29.73
Pool ke TPS
6,05
32
22
14
10
13
10
20
16
21,20
TPS ke TPA
10,75
19
28
22
21
25
26
24
24
27,30
TPA ke Pool
5,01
23
28
23
26
28
23
23
22
17,14
Pool ke TPS
6,65
20
24
20
26
22
20
20
21
18,42
TPS ke TPA
10,50
29
20
22
32
24
28
25
20
25,20
TPA ke Pool
1,82
6
8
7
9
7
5
6
5
16,48
107
Berdasarkan data waktu pengangkutan eksisting untuk dump truck diketahui bahwa pengangkutan sampah pada setiap kendaraan sangat rendah. Hal ini disebabkan karena volume sampah pada tiap lokasi tidak sama dan waktu pengangkutan yang dijalani pada waktu sibuk. Perhitungan waktu pengangkutan per trip dump truck manual dapat dilihat pada Tabel 5.29 dan 5.30. Tabel 5.29 Hasil Perhitungan Total Mengosongkan TPS (Uc)
Hari ke 1
Trip No
Kendaraan
(Rit/
Ct
Hari)
Hari ke 2
Uc
Ct.Uc
(jam)
(jam)
Ct
Hari ke 3
Ct.Uc
Uc
( Ct
(Jam)
jam)
Uc
Ct.Uc
(Jam)
(jam)
1
DD 8268 A
1
10
0,22
2,17
10
0,22
2,25
10
0,22
2,23
2
DD 8030 AB
1
9
0,29
2,63
9
0,26
2,37
9
0,23
2,07
3
DD 8059 A
1
12
0,25
3,05
12
0,26
3,17
12
0,25
2,98
4
DD 8257 A
1
11
0,19
2,08
11
0,16
1,72
11
0,17
1,88
5
DD 8369 A
1
13
0,01
1,15
13
0,09
1,15
13
0,09
1,20
Lanjutan Hari ke 4
Trip No
Kendaraan
(Rit/ Hari)
Ct
Hari ke 5
Uc
Ct.Uc
(jam)
(jam)
Uc Ct
(Jam )
Hari ke 6
Ct.Uc (jam)
Ct
Uc
Ct.Uc
(Jam)
(jam)
1
DD 8268 A
1
10
0,22
2,22
10
0,23
2,32
10
0,23
2,28
2
DD 8030 AB
1
9
0,25
2,25
9
0,22
2,00
9
0,23
2,10
3
DD 8059 A
1
12
0,26
3,10
12
0,24
2,88
12
0,25
2,97
4
DD 8257 A
1
11
0,17
1,85
11
0,15
1,63
11
0,15
1,70
5
DD 8369 A
1
13
0,09
1,20
13
0,10
1,27
13
0,09
1,17
108
No
Kendaraan
Hari ke 7
Trip (Rit/Hari)
Hari ke 8
Ct
Uc
Ct.Uc
Ct
Uc
Ct.Uc
(buah)
(jam)
(jam)
(Buah)
(Jam)
(jam)
1
DD 8268 A
1
10
0,22
2,20
10
0,24
2,37
2
DD 8030 AB
1
9
0,18
1,60
9
0,26
2,32
3
DD 8059 A
1
12
0,26
3,12
12
0,25
3,07
4
DD 8257 A
1
11
0,14
1,63
11
0,15
1,73
5
DD 8369 A
1
13
0,01
1,16
13
0,09
1,20
Tabel 5.30 Hasil Rata-rata Ct.Uc
No
Kendaraan
1
Rata-rata
Trip (Rit/Hari)
Uc (Jam)
Ct.Uc (Jam)
DD 8268 A
1
0,23
2,25
2
DD 8030 AB
1
0,24
2,17
3
DD 8059 A
1
0,25
3,04
4
DD 8257 A
1
0,16
1,78
5
DD 8369 A
1
0,07
0,94
Tabel 5.30 waktu mengosongkan ditiap titik pengangkutan berkisar 0.94 – 3.04 jam per rit. Hal ini disebabkan oleh pengisian sampah yang masih dilakukan secara manual serta tidak meratanya titik pengangkutan yang dilakukan oleh dump truck. Hasil perhitungan waktu bongkar sampah di TPA selama delapan hari dapat dilihat pada Tabel 5.31
109
Tabel 5.31 Hasil Perhitungan Waktu Bongkar Sampah (s) di TPA. Waktu Penurunan Sampah (s) (menit) No
Kendaraan
Trip (Rit/Hari)
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
ke 1
ke 2
ke 3
ke 4
ke 5
ke 6
ke 7
ke 8
Rata-rata
1
DD 8268 A
1
125
127
118
123
122
128
121
123
2,06
2
DD 8030 AB
1
102
98
144
99
76
135
84
87
1,72
3
DD 8059 A
1
27
28
22
25
20
27
28
19
0,41
4
DD 8257 A
1
94
106
141
130
134
130
132
139
2,10
5
DD 8369 A
1
135
127
124
132
126
130
127
125
2,14
Tabel 5.31 menjelaskan waktu untuk sekali penurunan sampah di TPA berbeda-beda. Untuk 5 dump truck melakukan pembuangan sampah secara manual melalui petugas pengangkut. Waktu membongkar sampah di TPA (s) akan dijumlahkan dengan waktu tempuh TPS ke TPA (h) dan waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah di lokasi (Pscs) sehingga didapatkan waktu total pengangkutan sampah per rit dengan menggunakan dump truck manual (TSCS). Tscs = Pscs + s + h Dengan, Pscs = Ct.Uc + (Np-1) dbc Dimana : TSCS
: Waktu per trip (jam/trip)
PSCS : Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah dari lokasi pertama sampai
lokasi terakhir (jam)
s
: Waktu membongkar di TPA
h
: Waktu tempuh TPS ke TPA
Ct
: Jumlah kontainer yang dikosongkan
Uc
: Waktu tiap mengosongkan Kontainer
dbc
: Waktu antar lokasi
Persamaan tersebut menggambarkan hubungan antara waktu tempuh dan jarak kendaraan dari TPS ke TPA atau haul time (h). Menurut (Tchobanoglous et
110
al.,(1993) hubungan tersebut digunakan menentukan waktu tempuh kendaraan pengangkutan sampah terhadap jarak pengangkutan setiap rit. Nilai dengan pick up time (Pscs) merupakan hasil penjumlahan total pengosongan TPS dan total antar TPS dapat dilihat pada Tabel 5.32 dan 5.33 Tabel 5.32 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) (hauling time).
Waktu Tempuh
Waktu
(Mnt)
Tempuh (Jam)
12,40
12,63
0,21
DD 8030 AB
11,50
19,38
0,32
3
DD 8059 A
13,02
24,13
0,40
4
DD 8257 A
10,75
23,63
0,39
5
DD 8369 A
10,50
25,00
0,42
No
Kendaraan
Jarak (Km)
1
DD 8268 A
2
Tabel 5.33 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) Pscs.
(np-1) dbc
Pscs
(Jam/rit)
(Jam/Rit)
2,25
0,12
2,37
DD 8030 AB
2,17
0,14
2,31
3
DD 8059 A
3,02
0,12
3,16
4
DD 8257 A
1,78
0,08
1,86
5
DD 8369 A
0,94
0,07
1,00
No
Kendaraan
Ct.Uc (Jam/Rit)
1
DD 8268 A
2
Dari data pada Tabel 5.33 dapat disimpulkan bahwa mengangkut sampah tiap kendaraan dump truk manual berkisar antara 1.00 – 3.16 jam per rit. Hal ini dikarenakan waktu memindahkan sampah ke dump truck masih dilakukan secara manual. Untuk menghitung waktu per trip kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck manual dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Tscs = Pscs + S + (a + bx) dimana a + bx = h, Jadi : Tscs = Pscs + S + h
111
Pscs = Ct.Uc + (Np - 1) dbc, karena 1 kendaraan melayani 1 TPS Maka :
Pscs = Ct.Uc + (1 - 1) dbc Pcsc = Ct.Uc
dimana : Tscs
= Waktu per trip (jam/trip)
Pscs
= Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah (jam)
h
= Waktu tempuh dari TPS ke TPA (pp) (jam)
x
= Jarak rata-rata (km/trip)
s
= Waktu bongkar di TPA (jam/trip)
Contoh perhitungan waktu pengangkutan (Tscs) per trip dump truck sebagai berikut : Diketahui data-data truck DD 8268 A sebagai berikut : PSCS (waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah)
= 2.37 jam
s (waktu rata-rata pembongkaran di TPA)
= 2.06 jam
h (waktu tempuh antara TPS-TPA)
= 0.21 jam
Tscs = (2.37 + 2.06 + 0.21 ) jam
= 4.64 jam
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh waktu pengangkutan per trip masing-masing truk yang ditampilkan di dalam Tabel 5.34 Tabel 5.34 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck (TSCS)
No
Kendaraan
Pick Up
Hauling
In Site
Waktu Total
Time (Pscs)
Time (h)
Time (s)
(Tscs)
(jam/trip)
(jam/trip)
(jam/rit)
(jam/trip)
1
2
3
4
5
6 = 3+4+5
1
DD 8268 A
2,34
0,21
2,06
4,64
2
DD 8030 AB
2,31
0,32
1,72
4,35
3
DD 8059 A
3,16
0,40
0,41
3,97
4
DD 8257 A
1,86
0,39
2,10
4,35
5
DD 8369 A
1,00
0,42
2,14
3,56
112
Dari Tabel 5.34 dapat diketahui bahwa total waktu pengangkutan per trip (Tscs) tertinggi terjadi pada kendaraan dump truck DD 8268 A dengan waktu pengangkutan per trip adalah 4.64 jam per trip. Hal ini disebabkan waktu memuat sampah di TPS. Hal ini disebabkan volume sampah dan titik pengumpulan yang banyak sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. 5.1.9.2 Jumlah Trip Pengangkutan Per Hari Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi Jumlah trip pengangkutan per hari, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Nd = ( H (1-W) – (t1 + t2)) / Tscs Dari hasil pengamatan dilapanagn dapat dilihat bahwa jumlah trip per hari dump truck adalah sebesar 1 trip per hari. Maka diketahui nilai rata-rata off route factor (W) dump truck terlihat pada Tabel 5.35. Nilai W rata- rata adalah sebesar 0.17 jam. Sedangkan hasil perhitungan jumlah trip pengangkutan per hari dapat dilihat pada Tabel 5.32
Tabel 5.35 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) Rata-rata Dump Truck. Uraian Kegiatan Off Route (W) I No
II
III
Kendaraan Persiapan
Menunggu Pekerja
IV Ganggu
Istirahat
Total W (jam)
an Teknis
1
DD 8268 A
0,03
0,04
0,12
0,02
0,21
2
DD 8030 AB
0,04
0,04
0,04
0,02
0,14
3
DD 8059 A
0,03
0,04
0,07
0,02
0,16
4
DD 8257 A
0,05
0,04
0,04
0,03
0,16
5
DD 8369 A
0,05
0,16
0,07
0,02
0,20
Rata-rata
0,17
113
Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 8262 A sebagai berikut : Diketahui:
H (waktu kerja per hari)
=7
jam
t1 (waktu dari pool ke TPS)
= 0.55 jam
t2 (waktu dari TPA ke Pool)
= 0.40 jam
Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 4.64 jam Nd
= ( H (1-W) – (t1+t2) / Tscs = ( 7 (1 - 0.21) – ( 0.55 + 0.40 )) / 4.64
Nd
= 1.13 trip/hari = 1 trip/hari
Dengan prosedur yang sama seperti perhitungan diatas diperoleh jumlah trip per hari yang dapat dicapai oleh masing-masing dump truck yang dirangkum didalam Tabel 5.36. Tabel 5.36 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd)
No
Kendaraan
W
t1
t2
Tscs
(jam)
(jam)
(jam)
(jam/trip)
H(1W) (jam)
Nd (trip/hari)
1
2
3
4
5
6
7
8=(7(1-3)-(4+5))/6
1
DD 8268 A
0,21
0,55
0,40
4,64
7
1
2
DD 8030 AB
0,14
0,24
0,11
4,35
7
1
3
DD 8059 A
0,16
0,41
0,24
3,97
7
1
4
DD 8257 A
0,16
0,29
0,41
4,35
7
1
5
DD 8369 A
0,20
0,36
0,11
3,56
7
1
Rata-rata
1
Dari Tabel 5.36 dapat diketahui bahwa dari asumsi rata-rata jam kerja 7 jam per hari seluruh kendaraan dump truk dapat melakukan trip pengangkutan sebesar 1 trip per hari. Dengan demikian didapatkan nilai off route (W) rata-rata 0.17 jam, dimana nilai tersebut masih lebih tinggi dari nilaioff route yang dianjurkan yaitu 0.15 jam, selain itu waktu pengangkutan (Tscs) sebesar 4.64 jam per trip juga menjadi penyebab terjadinya pengurangan jam kerjaper hari (Nd)
114
maka unit dump truck belum mencapai jumlah trip perhari yang maksimal sebesar 2 trip/hari. 5.1.9.3 Optimasi Pengangkutan Sampah Eksisting Dump Truck Manual Waktu kerja (H) di Kecamatan Rappocini adalah 7 jam per hari. Perhitungan jumlah ritasi optimal per hari yang seharusnya dengan nilai (W) Off Route Factor = 0.15 dapat dilihat pada Tabel 5.37.
Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 8268 A sebagai berikut : Diketahui:
H (waktu kerja per hari)
=7
jam
t1 (waktu dari pool ke TPS)
= 0.55 jam
t2 (waktu dari TPA ke Pool)
= 0.40 jam
Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 4.64 jam Nd
= ( H (1-W) – (t1+t2) /TSCS = ( 7 (1 – 0.15) – ( 0.55 + 0.40 )) / 4.64
Nd
= 1.08 trip/hari = 1 trip/hari
Tabel 5.37 Hasil Perhitungan Optimasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Manual (Nd).
W
t1
t2
Tscs
H(1-W)
Nd
(jam)
(jam)
(jam)
(jam/trip)
(jam)
(trip/hari)
2
3
4
5
6
7
8=(7(1-3)-(4+5))/6
1
DD 8268 A
0,15
0,55
0,40
4,64
7
1,08
2
DD 8030 AB
0,15
0,24
0,11
4,35
7
1,29
3
DD 8059 A
0,15
0,41
0,24
3,97
7
1,34
4
DD 8257 A
0,15
0,29
0,41
4,35
7
1,21
5
DD 8369 A
0,15
0,36
0,11
3,56
7
1,43
No
Kendaraan
1
Rata-rata
1,26
Tabel 5.37 menjelasakan bahwa jumlah trip per hari (Nd) yang dihitung dengan nilai (W) off route factor adalah 1 trip per hari, hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan masih menggunakan sistem manual, jumlah titik
115
yang dilayani dan jarak tiap titik juga menyebabkan waktu pengangkutan per trip (TSCS) sangat tinggi 4.64 – 3.57 jam per trip, sangat tinggi sehingga jika nilai (W) Off Route Factor dikecilkan efisiensi optimal pada dump truck masih sebesar 1 trip per hari. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan dump truck dan kontainer agar jumlah trip dapat di tingkatkan menjadi 2 trip per hari. 5.1.10 Alternatif Pengangkutan Sampah Dan Solusi Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi lapangan, diketahui bahwa untuk metode manual 1 lokasi Hauling Time (H) yang sangat tinggi dikarenakan waktu tempuh dari TPS ke TPA pada waktu jam sibuk sehingga (H) membutuhkan banyak waktu untuk membawa sampah ke TPA, disamping itu juga Pick Up Time (PHCS) yang sangat tinggi di karenakan menunggu mengisi kontainer dilakukan secara manual, sehingga waktu yang dibutuhkan cukup banyak. Maka strategi yang dilakukan untuk sistem pengangkutan 1 lokasi adalah merubah jam kerja pengangkutan menjadi pagi hari dan dilakukan dengan penambahan lokasi TPS/kontainer di Kelurahan menggunakan sistem HCS dengan pengangkutan menggunakan Arm Roll Truck. Dari hasil pengamatan dan identifikasi lapangan, diketahui bahwa untuk metode manual muti lokasi maka strategi yang dilakukan adalah, tetap menggunakan dump truck multi lokasi namun dilakukan penambahan dump truck manual 1 lokasi. Hal ini dikarenakan dump truck multi lokasi menggunakan sistem pengangkutan dan pembuangan secara manual. Maka memakan banyak waktu untuk melakukan Pick Up (Pc) dan In Site Time (S) di lokasi. Sehingga untuk menunjang pelayanan pengangkutan dilakukan penambahan dari peralihan dump truck 1 lokasi ke multi lokasi, agar pelayana pengangkutan dapat lebih efisien. 5.1.10.1 Penggantian Pengangkutan Dump Truck Metode Manual 1 Lokasi Menjadi Arm Roll Dan Penambahan Kontainer Dari hasil pengamatan eksisting maka dapat diketahui jumlah trip per hari dump truck masih sebesar 1 trip per hari. Maka untuk meningkatkan jumlah trip per hari di Kecamatan Rappocini maka dilakukan penggantian dump truck
116
menjadi Arm Roll truck dan perubahan jam kerja menjadi pagi hari. Sehingga dapat dilihat pada Tabel 5.38, Tabel 5.39 dan Tabel 5.40. Tabel 5.38 Hasil Perhitungan Waktu Pengangkutan (Phcs) Arm roll Truck
No
Kendaraan
1
Pc*
2 Arm Roll 1
1
TPS Buakana Arm Roll 2
2
TPS Ballaparang Arm Roll 3
3
TPS Karunrung
Uc*
dbc (jam)
Pick Up Time (PHCS) (jam/trip)
3
4
5
6= 3+4+5
0,50
0,20
0
0,70
0,50
0,20
0
0,70
0,50
0,20
0
0,70
Keterangan : *Asumsi Menurut Damanhuri dan Padmi, 2016
Tabel 5.39 Hasil Perhitungan Pengangkutan Per Trip (Thcs) Arm Roll Truck
No
Kendaraan
Pick Up
Hauling Time
In Site Time
Waktu Total
Time (PHCS)
(h)*
(s)
(THCS)
(jam/trip)
(jam/trip)
(jam/rit)
(jam/trip)
1
2
3
4
5
6 = 3+4+5
1
Arm Roll 1 TPS Buakana
0,70
0,41
0,05
1,16
2
Arm Roll 2 TPS Balaparang
0,70
0,44
0,05
1,19
3
Arm Roll 3 TPS karunrung
0,70
0,37
0,05
1,12
Keterangan :* standar dari dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya
117
Tabel 5.40 Jumlah Trip Per Hari (Nd) Arm Roll
No
Kendaraan
1
2
1
2
3
Arm Roll 1 TPS Buakana Arm Roll 2 TPS Balaparang Arm Roll 3 TPS karunrung
W
t1
t2
THCS
H
Nd
(jam)
(jam)
(jam)
(jam/trip)
(jam)
(trip/hari)
3
4
5
6
7
8=(7-(4+5))/6
0,15
0,71
0,14
1,16
7
4,40
4
0,15
0,66
0,09
1,19
7
4,37
4
0,15
0,65
0,28
1,12
7
4,48
4
Tabel 5.40 menjelasakan bahwa jumlah trip per hari (Nd) kendaraan Arm Roll Truck dapat melakukan sebanyak 4.37 - 4,48 trip per hari berkisar 4 trip per hari. hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan sudah menggunkan kontainer dan rute perjalanan mengalami pengalihan rute dan waktu menjadi pagi hari. sehingga tidak melewati waktu padat pada jam kerja, sehingga waktu pengumpulan sampah per trip (THCS) menjadi rata-rata 1.15 jam per trip. Maka hasil evaluasi pada dump truck manual untuk 1 lokasi menunjukkan perlunya penggantian dump truck menjadi arm roll dan penambahan wadah kontainer sesuai dengan jumlah dan kepadatan penduduk di Kelurahan yang dilayani. 5.1.10.2 Peralihan Dump Truck Metode 1 Lokasi Menjadi Dump Truck Untuk Pelayanan Pengangkutan SCS Multi Lokasi Dari hasil perhitungan data sebelumnya terlihat bahwa kendaraan dump truck (tipe SCS) pada waktu pengamatan hanya mampu melayani 1 trip per hari. Dikarenakan waktu pengumpulan sampah di titik-titik lokasi dan pembuangan di TPA (s) yang masih dilakukan secara manual sehingga membutuhkan cukup banyak waktu. Sehingga waktu kerja 7 jam hanya mampu melakukan pengangkutan sabesar 1 trip per hari. Dibutuhkan 13 trip untuk proses pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. Sehingga dilakukan pengalihan fungsi dari dump truck (metode
118
manual satu lokasi) untuk pelayanan SCS untuk membantu proses pengangkutan. Dari 3 dump truck yang ada, 1 buah sudah berumur 13 tahun. Dengan demikian pada tahun 2017 hanya ada 2 buah truck dump truck (metode manual untuk 1 lokasi) yang dialih fungsikan menjadi dump truck SCS. Tabel 5.41 Total Mengosongkan TPS (Uc)
No 1 2 3 4 5
Kendaraan Kel. Gunungsari (DD 8268 A) Kel. Gunungsari (DD 8030 AB) Kel banta-bantaeng (DD 8059 A) Kel. Bontomakio (DD 8257 A) Kel. Rappocini (DD 8369 A) Total
Kebutuhan Trip/Hari
10
Volume Total (m3) 18,62
9
14,63
2
12
14,63
2
11
18,62
3
13
18,62
3
85,12
13
Jumlah Lokasi Sampah (Ct)
3
Rata-rata Uc Ct.Uc (Jam) (Jam) 0.,23
2,25
0,24
2,17
0,25
3,04
0,16
1,78
0,07
0,94
Sehingga jumlah total untuk pengangkutan SCS menjadi 7 buah dump truck sistem manual (Nd = 1 trip per hari) dan 2 buah dump truck (Nd = 3-4 trip per hari) untuk pelayanan 13 trip per hari untuk mempercepat peroses pengangkut sampah di Kecamatan Rappocini. Dapat dilihat perhitungan total mengosongkan TPS (Uc) Tabel 5.41 dan waktu membuang di TPA (s) Tabel 5.42.
119
Tabel 5.42 Waktu Membuang Sampah di TPA
No
1 2 3 4 5
6 7 8
Kendaraan
s (jam) Rata-rata
Kel. Gunung sari (DD 8268 A) Kel. Gunung sari (DD 8030 AB) Kel banta-bantaeng (DD 8059 A) Kel. Bonto makio (DD 8257 A) Kel. Rappocini (DD 8369 A) DD 9005 AB DD 9313 AB DD 9001 AA
2,06 1,72 0,41 2,10 2,14 0,20 0,20 0,20
Tabel 5.42 menunjukan bahwa, waktu membuang sampah di TPA untuk dump truck multi lokasi masih tetap sama di karenakan dilakukan denganmetode manual, namun dari hasil kebutuhan 13 trip/hari maka di lakukan penambahan untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan. Dump truck manual 1 lokasi dilakukan pengalihan fungsinya pada metode multi lokasi, maka waktu membuang di lokasi TPA dapat sedikit lebih cepat, dikarenakan sistem dump truck hidrolik.
120
Tabel 5.43 Perhitungan Waktu Pengangkutan (Pscs)
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kendaraan
Ct.Uc (Jam/Rit)
Kel. Gunung sari (DD 8268 A) Kel. Gunung sari (DD 8030 AB) Kel. Bantabantaeng (DD 8059 A) Kel. Bonto makio (DD 8257 A) Kel. Rappocini (DD 8369 A) DD 9005 AB DD 9313 AB DD 9001 AA
2,25
(np-1) dbc (Jam/rit) 0,12
2,17
0,14
2,31
3,04
0,12
3,16
1,78
0,08
1,86
0,94
0,07
1,00
0,19 0,19 0,19
0,10 0,10 0,10
0,29 0,29 0,29
Pscs (Jam/Rit) 2.34
Dengan hasil perhitungan waktu pengangkutan di dapatkan pengurangan waktu untuk melakukan pengangkutan sampah di setiap lokasinya, hal ini di karenakan waktu pengangkutan telah dirubah pada waktu tidak sibuk, dengan kecepatan rata-rata pada setiap dump truck adalah 25 km/jam. Sehingga di dapatkan perhitungan waktu/ trip pada Tabel 5.44 Tabel 5.44 Perhitungan Waktu Pengangkutan Per Trip (Tscs) No
Kendaraan
1
2 Kel. Gunung sari (DD 8268 A) Kel. Gunung sari (DD 8030 AB) Kel. Banta-banteng (DD 8059 A) Kel. Bonto makio (DD 8257 A) Kel. Rappocini (DD 8369 A) DD 9005 AB DD 9313 AB DD 9001 AA
1 2 3 4 5 6 7 8
Pick Up Time (Pscs) (jam/trip) 3 2,34
Hauling Time (h) (jam/trip) 4 0,49
In Site Time (s) (jam/rit) 5 2,06
Waktu Total (Tscs) (jam/trip) 6 = 3+4+5 4,89
2,31
0,46
1,72
4,67
3,16
0,52
0,41
4,09
1,86
0,43
2,10
4,39
1,00
0,42
2,14
3,56
1,86 1,65 1,90
0,46 0,46 0,48
0,20 0,20 0,20
2,52 2,31 2,58
121
Tabel 5.45 Perhitungan Jumlah Trip Per Hari (Nd)
No
Kendaraan
W (jam)
t1 (jam)
t2 (jam)
Tscs (jam/trip)
H(1-W) (jam)
1
2
3
4
5
6
7
Kel. Gunung sari (DD 8268 A) Kel. Gunung sari (DD 8030 AB) Kel. Bantabantaeng (DD 8059 A) Kel. Bonto makio (DD 8257 A) Kel. Rappocini (DD 8369 A) DD 9005 AB DD 9313 AB DD 9001 AA
0,15
0,16
0,20
4,89
7
0,15
0,25
0,07
4,67
7
0,15
0,36
0,20
4,09
7
1 2 3 4 5 6 7 8
0,15
0,24
0,20
4,39
7
0,15
0,26
0,07
3,56
7
0,15 0,15 0,15
0,24 0,26 0,26
0,20 0,07 0,07
2,52 2,31 2,58
7 7 7
Nd (trip/hari) 8=(7*(1-3)(4+5))/6 1,14
1
1,21
1
1,32
1
1,26
1
1,58
1
2,19 2,44 2,18
2 2 2
Tabel 5.45 menjelaskan bahwa jumlah trip per hari (Nd) dump truck rata-rata dapat melakukan sebanyak 1-2 trip per hari, waktu pengangkutan hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan sampah di TPA sebagian sudah menggunakan Dump Truck,dan waktu pengangkutan di lakukan pada pagi hari, sehingga tidak melewati jam padat. Sehingga waktu pembuangan sampah di TPA menjadi lebih cepat dan penggunaan pengalihan dump truck hidrolik menjadikan In Site Time (s) menjadi 0.20 jam per trip. Dari hasil perhitungan Tabel. 5.41 maka dibutuhkan 13 trip untuk proses pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. Sehingga dilakukan pengalihan fungsi dari dump truck (metode manual satu lokasi) untuk pelayanan SCS. Dari 3 dump truck yang ada, 1 buah sudah berumur 13 tahun. Dengan demikian hanya 2 buah truck dump truck (metode manual untuk 1 lokasi) yang dialih fungsikan menjadi dump truck SCS. Sehingga jumlah total untuk pengangkutan SCS menjadi 5 buah dump truck sistem manual (Nd = 1 trip per hari) dan 2 buah dump truck (Nd = 2 trip per hari) untuk pelayanan 11 trip per hari. Dapat dilihat pada Tabel 5.46
122
Tabel 5.46 Kebutuhan Dump Truck Untuk Pelayanan Sistem SCS No Jumlah Trip 1 Jumlah Truck Sistem Manual multi lokasi (Nd = 1 Trip/hari) 2 Jumlah Truck Sistem manual 1 lokasi (Nd = 2 Trip/hari)
2016 5 5
2017 12 5
2018 12 5
2019 12 5
2020 11 5
-
2
2
2
2
5.1.10.3 Analisis Kebutuhan Kontainer Dan Arm Roll Di Kecamatan Rappocini Analisis kebutuhan kontainer di Kecamatan Rappocini mengacu pada SNI 3242 – 2008 yang mengklasifikasikan kapasitas pelayanan
kontainer
kedalam 2 type sebagai berikut: o Kontainer berkapasitas 8 m3 dapat melayani 3.200 jiwa o Kontainer 10 m3 dapat melayani 5.330 jiwa Kebutuhan kontainer dapat dilihat dengan cara sebagai berikut: Jumlah kontainer
=
= Contoh perhitungan kebutuhan kontainer Kelurahan Gunung Sari : =
42.544
Jumlah kontainer = 10
2,75 /
8 117,00 = 8 14 = 1,3
Berdasarkan hasil analisis penggantian dump truck manual metode 1 lokasi menjadi sistem HCS bahwa 3 kendaraan arm roll truk jumlah ritasinya dapat ditingkatkan atau mengalami penambahan trip. Untuk mencapai tingkat pelayanan sebesar 46% di tahun 2017 tentunya tidak hanya dengan peningkatan
123
trip, tetapi dengan penambahan armada arm roll baru dan penambahan kontainer disetiap lokasi yang belum meliki kontainer maupun TPS. Dengan demikian untuk mencapai tingkat pelayanan 46% maka dibutuhkan sebanyak 3 arm roll dan 12 kontainer untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di tahun 2017. Adapun rincian kebutuhan kontainer dan arm roll tahun 2017 sampai tahun 2020 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.47.
124
Tabel 5.47 Kebutuhan Kontainer dan Truck Arm Roll per Kelurahan di Kecamatan
Rappocini 2015-2020
No
Kelurahan
2016 27%
Tahun Pencapaian 2017 2018 2019 46% 65% 84%
2020 100%
Persentase 1 Gunung Sari 2 5 8 10 2 Karunrung 1 2 3 3 3 Mapala 1 2 2 2 4 Kassi-Kassi 1 2 3 4 5 Bonto Makio 1 1 1 1 6 Tidung 1 2 3 4 7 Banta-Bantaeng 2 4 6 6 8 Buakana 1 2 3 3 9 Rappocini 1 2 2 2 10 Ballaparang 1 2 3 3 Total Kontainer 12 24 34 38 Total Truck Arm Roll* 3 6 9 10 Jumlah yang harus dibeli Kontainer 12 12 10 4 Truck Arm Roll 3 3 3 1 Keterangan: *) dihitung dari jumlah yang dilayani dibagi dengan jumlah trip per hari Tabel 5.47 menunjukkan bahwa Kecamatan Rappocini yang memiliki 10 Kelurahan pada tahun 2016 masih belum memiliki kontainer di lokasi pengangkutan. Untuk mencapai pemenuhan kebutuhan kontainer di Kecamatan Rappocini hingga tahun 2020 maka dubutuhkan sebanyak 38 kontainer dengan kapasitas 8m³ dan Arm Roll truck sebanyak 10 unit, yang direncanakan masingmasing melayani 2 – 4 trip pengangkutan sampah tiap harinya. 5.1.10.4 Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Untuk Kecamatan Rappocini di rencanakan sistem pengelolaan dengan pengumpulan sampah dari sumber sampah (rumah tangga) secara terpisah lalu membawanya ke tempat penampungan sementara (TPS). Skema pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini terlihat pada Gambar
125
Timbulan Sampah Yang Terangkut 66,83 ton/hari.(100%)
Sampah Basah 42,77 ton/hari (64%)
Sampah Kering 24,06 ton/hari (36%)
Dimanfaatkan Plastic 0,5 ton/hari (1.2%) Kertas 1 ton/hari (1.5%) Logam 0,16 ton/hari (0.22%)
Pengomposan 3,4 ton/hari (5.1%)
Residu 39,37 ton/hari (58,9%)
TPS (58.9% + 33.8%) 61,47 ton/hari
Residu 22,1 ton/hari (32.5%)
TPA 61,47 ton/hari (91.5%)
Gambar 5.13 Skema Sistem Pengelolaan Sampah Kecamatan Rappocini
Maka jumlah timbulan sampah yang terangkut/masuk ke TPA akan berbeda jika dibandingkan dengan tanpa adanya sistem penanganan sampah di sumber. Dimana dengan tanpa penanganan di sumber sampah, laju timbulan sampah terangkut/masuk akan terus mengalami kenaikan pertahunnya. Demikian juga dapat dilihat pada jumlah kualitatif sampah yang terangkut/masuk ke TPA menjadi berbeda yakni 61,47 ton/hari m3. Secara kualitatif adanya upaya reduksi sampah yang dilakukan di sumber sampah disamping dapat menurunkan biaya operasional pengangkutan sampah. 5.1.10.5 Analisis Kebutuhan TPS Di Kecamatan Rappocini TPS merupakan suatu bangunan atau tempat yang digunakan untuk memindahkan sampah dari gerobak atau alat pengumpul lainnya ke landasan, ke wadah kontainer, atau langsung ke truk sampah. Analisis kebutuhan TPS di Kecamatan Rappocini menagacu pada SNI 3242-2008 yang mengklasifikasi kapasitas pelayanan TPS kedalam 3 tipe sebagai berikut :
126
1. TPS tipe I dapat melayanai sebanyak 2.500 jiwa 2. TPS tipe II dapat melayani sebanyak 30.000 jiwa 3. TPS tipe III dapat melayani sebanyak 120.000 jiwa Kebutuhan TPS dapat dilihat dengan cara sebagai berikut: Jumlah TPS
=
= Kebutuhan TPS Tiap Kelurahan Contoh perhitungan kebutuhan TPS di Kelurahan Gunung Sari : = Jumlah TPS
42.196 30.000
= 1 TPS type II
Dari persamaan tersebut maka dapat diketahu jumlah kebutuhan TPS pada Kelurahan Gunung Sari adalah sebanyak 12 TPS. Penambahan tersebut dilakukan secara bertahap dengan persentase pencapain 100% hingga tahun 2020. Untuk mengefisiensikan anggaran kebutuhan pengelolaan sampah, maka akan difokuskan pembangunan TPS untuk Kelurahan yang padat penduduk terlebih dahulu, sehingga timbulan sampah pada Kelurahan yang padat dapat terlayani lebih maksimal di pencapaian target tahun pertama. Dengan kebutuhan TPS dapat dilihat dengan cara membandingkan kesesuaian jumlah penduduk dengan kapasitas pelayanan TPS atau kontainer. Hasil perhitungan kebutuhan TPS atau kontainer dapat dilihat pada Tabel 5.48.
127
Tabel 5.48 Kebutuhan TPS atau Kontainer Dengan Membandingkan Jumlah
Penduduk di Setiap Kelurahan di Kecamatan Rappocini No 1
Kelurahan Persentase Gunung Sari
2016 27% 42.196
Kebutuhan Kontainer 2
Karunrung
14.529
Kebutuhan Kontainer 3
Mappala
9.856
Kebutuhan Kontainer 4
Kassi-Kassi
18.631
Kebutuhan Kontainer 5
Bonto Makio
5.213
Kebutuhan Kontainer 6
Tidung
15.637
Kebutuhan Kontainer 7
Banta-Bantaeng
23.419
Kebutuhan Kontainer 8
Buakana
14.183
Kebutuhan Kontainer 9
Rappocini
9.385
Kebutuhan Kontainer 10
Ballaparang
Kebutuhan Kontainer
12.761
Jumlah Penduduk 2017 2018 2019 46% 65% 84% 43.037 43.887 44.718
2020 100% 45.558
2
5
8
10
14.926
15.322
15.718
16.114
1
2
3
3
9.9934
10.012
10.091
10.169
1
2
2
2
18.960
19.290
19.619
19.948
1
2
3
4
5.255
5.296
5.338
5.380
1
1
1
1
15.775
15.913
16.051
16.189
1
2
3
4
23.874
24.329
24.784
25.238
2
4
6
6
14.328
14.474
14.619
14.764
1
2
3
3
9.464
9.543
9.623
9.702
1
2
2
2
12.879
12.997
13.115
13.235
1
2
3
3
Kebutuhan TPS TPS Type 1 9 Unit Type II- 1 Unit TPS Type 1 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 2 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type II 1 Unit TPS Type I 1 Unit 12
Total Kebutuhan TPS Penambahan TPS baru untuk kebutuhan pelayana pengangkutan sampah dengan cakupan pelayanan 100% pada tahun 2020 bisa dilakukan secara bertahap.Untuk penyesuaian kemampuan anggaran
Kecamatan maka akan
dilakukan skala prioritas untuk sarana prasarana pengelolaan sampah di tiap
128
Tahunnya . Penambahan TPS pada Kelurahan yang belum terlayani dimulai pada Tahun anggaran 2017. 5.1.11 Rute Pengangkutan Dan Waktu Kerja Alternatif Berdasarkan observasi lapangan terhadap operasional pengangkutan, rute pengangkutan di Kecamatan Rappocini belum sesuai dengan kriteria-kriteria antara lain : 1. Kepadatan jalan eksisting 2. Kondisi lalu lintas 3. Jarak tempuh 4. Penundaaan waktu tempuh akibat sistem 5. Jam pengangkutan Hasil pengamatan di lapangan, pemilihan rute tidak menjadi masalah utama karena jalan yang dilewati kendaraan pengangkut merupakan jalan arteri dan jalan local yang semuanya merupakan jalan beraspal, namun kondisi lalu lintas yang padat mengakibatkan kemacetan sehingga pengangkutan tidak berjalan dengan baik, maka proses pengangkutan sampah tersebut menjadi terhambat. Dengan demikian, penggantian waktu kerja menjadi penting untuk meningkatkan peroses pengangkutan sampah agar lebih baik dan efisien. Waktu kerja di pindahkan di pagi hari melihat kondisi lalu lintas yang masih lancar atau tidak ada kemacetan. 5.2
Aspek Pembiayaan Analisis aspek pembiayaan ini merupakan analisis mengenai pembiayaan
yang dipengaruhi oleh aspek teknis. Analisis pembiayaan ini merupakan biaya operasional dan pemeliharaan yang harus disediakan oleh Pemerintah Kota Makassar sebagai dampak dari hasil analisis aspek teknis yang berupa optimasi dan peningkatan pelayanan. Anggaran biaya operasional dan pemeliharaan untuk pengelolaan sampah yang dikelola oleh DKP masih bersumber dari APBD Kota Makassar.
129
5.2.1 Evaluasi Biaya Operasional Dan Pemeliharaan (BOP) Pengangkutan Perhitungan
pembiayaan
dalam
pengelolaan
sampah
berdasarkan
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 dan SNI 3242 Tahun 2008 meliputi biaya investasi, depresiasi, biaya operasional (gaji/upah, BBM) dan biaya pemeliharaan. Hasil perhitungan biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 5.36 . 5.2.2 Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Eksisting Pembiayaan dalam pengelolaan sampah Kecamatan Rappocini untuk biaya operasional dan pemeliharaan per tahun mencapai 1.530.952.000,- tahun 2015 untuk biaya operasional dan pemeliharaan 8 unit dump truck dan gaji petugas. Biaya operasional dan pemeliharaan yang dikeluarkan oleh Kecamatan Rappocini adalah sebesar Rp. 2.362.645.750,- dana pengelola tersebut untuk keperluan pembiayaan, meliputi biaya bahan bakar/pelumas dan biaya suku cadang kendaraan untuk operasional pengangkutan sampah. Dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, serta honor petugas untuk pembayaran upah sopir dan upah petugas. Dari hasil evaluasi aspek teknis maka pengelola persampahan di Kecamatan Rappocini perlu dilakukan penambahan 38 buah kontainer, 10 unit arm roll truck dan 1 unit dump truck. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan biaya pembelian dan pemeliharaan yang di masukan dalam APBD untuk pengelolaan persampahan di Kecamatan Rappocini. Perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan serta tenaga kerja eksisting dapat diliihat dari Tabel 5.49
130
Tabel 5.49 Hasil Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Per Tahun
Eksisting
NO
HARGA TOTAL BIAYA PER SATUAN TAHUN (Rp) UNIT(Rp)* Biaya Operasional Dump Truck Biaya BBM
URAIAN
VOLUME
I 1 8 unit x 16 ltr solar / hr
128
Rp 5.150.00
Rp 237.312.000
2
Biaya Upah Pekerja (16 orang) 16 Rp 1.700.000 Rp 468.400.000 8 Rp 6.700.000 3 Biaya Pemeliharaan Rp 643.200.000 Total Biaya Operasional Dump Truck Rp 1.348.912.000 Keterangan : (*) Standarisasi Harga Barang dan Jasa Sesuai Kebutuhan Pemerintah Kota Makassar Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 5.49 diketahui jumlah biaya operasional untuk gaji dan biaya konsumsi bahan bakar dengan waktu operasional kerja selama 365 hari dalam setahun sebesar Rp 1.348.912.000,- Kebutuhan solar perhari didapatkan berdasarkan hasil wawancara kepada para sopir terkait jatah solar untuk operasional. Merujuk pada SNI 3242-2008, maka perhitungan nilai depresiasi peralatan yang tidak melampaui umur pakai (life time) diperhitungkan dalam biaya operasional dan pemeliharaan pengangkutan sampah. Rumusan jumlah total dari biaya operasional dan pemeliharaan sebagai berikut: Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan (total BOP) = BOP + D Dimana
: BOP = Biaya Operasional dan Pemeliharaan Pengangkutan D
= Depresiasi Peralatan
Contoh perhitungan untuk kendaraan dump truck adalah sebagai berikut : Diketahui : Jumlah Dump Truck umur 13 tahun = 1 unit Biaya beli
= Rp. 347.700.000,-
Total investasi
= Rp. 347.700.000,- x 1 unit = Rp. 347.700.000,-
Nilai depresiasi/penyusutan = (nilai investasi) / (tahun pakai kendaraan)
131
= 347.700.000,- / 13 = 24.835.714,
Contoh perhitungan kendaraan dump truck adalah sebagai berikut : Diketahui : Jumlah dump truck umur 2 tahun = 2 unit Biaya beli
= Rp. 225.000.000;-
Total Investasi
= Rp. 225.000.000,- x 2 unit = Rp. 450.000.000,-
Nilai depresiasi/penyusutan = (nilai investasi) / (tahun pakai kendaraan) = Rp. 450.000.000,- / 2 tahun = Rp 225.000.000 Perhitungan unit kendaraan lainnya dapat dihitung dengan menggunakan cara yang sama. Perhitungan biaya investasi dan depresiasi peralatan pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 5.50. Tabel 5.50 Hasil Perhitungan Biaya Investasi dan Depresiasi Peralatan Eksisting
Umur Investasi Harga (Rp.**) Depresiasi (Rp) (Thn) (Rp) Dump Truck 1 1 13 347.700.000 347.700.000 0 1 lokasi 2 2 695.400.000 69.540.000 Total Rp. 69.540.000 Dump Truck 2 2 450.000.000 45.000.000 2 225.000.000 multi lokasi 3 1 675.000.000 67.500.000 Total Rp.112.500.000 Total Jumlah Rp. 182.040.000 (**): Standarisasi Harga Barang dan Jasa Sesuai Kebutuhan Pemerintah Kota Makassar Tahun 2015 No
Peralatan
Unit
Biaya depresiasi peralatan pengangkutan sampah dihitung berdasarkan usia pakai peralatan sebagaimana tercantum dalam SNI 19-3242-1994. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.50 diperoleh bahwa biaya depresiasi kendaraan dump truck satu lokasi dan dump truck multi lokasi adalah sebesar Rp182.040.000,-
sehingga
dapat
dihitung
total
biaya
operasional
pemeliharaan (Total BOP) kondisi eksisting adalah sebagai berikut :
132
dan
Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan (Total BOP), yaitu : BOP + Depresiasi
=Rp. 1.348.912.000,- + Rp. 182.040.000,=Rp.1.530.952.000,-
5.2.3 Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Setelah Dilakukan Optimasi. Untuk menghitung biaya operasional dan pemeliharaan kendaraan pengangkutan sampah, kontainer sampah per tahun, seperti yang telah dihitung kebutuhann sarana dan prasarana sesuai tingkat pelayanannya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan aspek teknis terhadap operasional pengangkutan, didapatkan bahwa dibutuhkan penambahan
34
kontainer dan 19 kendaraan arm roll truck dan 1 buah dump truck untuk meningkatkan pelayanan Kecamatan Rappocini. Hal ini berdampak pada kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan setelah dilakukan optimasi. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.51
133
Tabel 5.51. Kebutuhan Pembelian Kontainer, Dump Truck dan Arm Roll di
Kecamatan Rappocini 2017-2020
No
2016
Tahun Anggaran 2017 2018 2019 Persentase Kebutuhan Kontainer
2020
27%
46%
65%
84%
100%
Kelurahan
1
Gunung Sari
2
5
8
10
2
Karunrung
1
2
3
3
3
Mapala
1
2
2
2
4
Kassi-Kassi
1
2
3
4
5
Bonto Makio
1
1
1
1
6
Tidung
1
2
3
4
7
Banta-Bantaeng
2
4
6
6
8
Buakana
1
2
3
3
9
Rappocini
1
2
2
2
10
Ballaparang
1
2
3
3
12
24
34
38
12
12
10
4
1
1
1
Total Kontainer
3
Pengadaan Kontainer
-
(buah) Harga per Kontainer (Rp)*
-
23.000.000
23.000.000
23.000.000
23.000.000
Total Anggaran (Rp)
-
276.000.000
276.000.000
230.000.000
92.000.000
Pengadaan Arm Roll
-
Harga Per Unit (Rp)**
-
371.250.000
371.250.000
371.250.000
371.250.000
Total Anggaran (Rp)
-
1.113.750.000
1.113.750.000
1.113.750.000
371.250.000
-
1.389.750.000
1.349.750.000
1.343.750.000
463.250.000
Total Anggaran Pengadaan Pertahun
3
3
3
1
Sumber :Standarisasi Harga Barang dan Jasa Sesuai Kebutuhan Pemerintah Kota Makassar Tahun 2015 Tabel 5.51 untuk mencapai pemenuhan kebutuhan pengangkut sampah hingga tahun 2020 100% maka pada tahun 2017 dibutuhkan 46% kebutuhan pelayanan 12 buah kontainer dan 3 arm roll, tahun 2018 kenaikan presentase sebesar 65% dengan jumlah kebutuhan 12 kontainer dan 3 dump truck, pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 84% dengan jumlah kebutuhan 10 kontainer, 3
134
arm roll, dan 1 dump truck. Sehingga akan di daptkan tahun 2020 dengan presentase kebutuhan 100% dibutuhkan jumlah kebutuhan kontainer sebanyak 38 buah dan arm roll 10 unit, untuk mencapai pemenuhan kebutuhan pengangkutan di Kecamatan Rappocini. Untuk menghitung biaya operasional dan pemeliharaan kendaraan pengangkut sampah tiap tahunnya, dilakukan analisis perhitungan suatu biaya yang meliputi biaya BBM, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja dan biaya lainlain, dapat dilihat pada Tabel 5.48 dan Tabel 5.49 . Tabel 5.52 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 7 Dump Truck Tahun 2017
No
Uraian
Rincian Perhitungan Harga Satuan Volume Satuan (Rp) Biaya Pengangkut
Jumlah (Rp) Tahun
1 Upah Pegawai Supir ( 7 orang x 356 84 Orang Rp 1.700.000 Rp 142.800.000 bulan) Pekerja (14 org x 12 168 orang Rp 1.700.000 Rp 285.600.000 bulan) 2 Belanja Bahan Bakar Minyak Solar (7 Unit) 40,880 liter Rp 6.750 Rp 210.532.000 Oli Mesin 84 Buah Rp 49.000 Rp 4.116.000 Oli Gardan 84 Buah Rp 36.500 Rp 3.066.000 Oli Transmisi 84 Buah Rp 47.300 Rp 3.973.200 Oli Hidrolik 84 Buah Rp 55.200 Rp 4.636.800 Belanja jasa 7 Kali Rp 300.000 Rp 2.100.000 3 KIR 4 Belanja Penggantian Suku Cadang Penggantian Ban Luar 15 Buah Rp 1.300.000 Rp 19.500.000 Penggantuan Ban 19 Buah Rp 73.000 Rp 1.387.000 Dalam Penggantian Baterai 7 Buah Rp 1.016.000 Rp 7.112.000 ACCU Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan Rp 684,823,000.00 Sumber : Standar Harga sesuai dengan kebutuhan pemerintah Kota Makassar Tahun 2015
135
Tabel 5.53 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 3 Arm Roll Truck Tahun 2017
No
Uraian
1 Upah Pegawai Supir ( 3 orang x 12 bulan) Pekerja (6 org x 12 bulan)
Rincian Perhitungan Harga Satuan Volume Satuan (Rp) Biaya Pengangkut 36
Orang
Rp 1.700.000
72
Orang
Rp 1.700.000
Belanja Bahan Bakar Minyak 16425 Solar (3 Unit) Liter
Jumlah (Rp) Tahun
Rp
61.200.000
Rp
122.400.000
Rp
84.588.750
Rp
5.994.000
Rp
1.314.000
Rp
1.702.800
Rp
1.987.200
2
Rp
6.750
Rp 333.000,00
Oli Mesin
18
Buah
Oli Gardan
36
buah
Rp
36.500
Oli Transmisi
36
buah
Rp
47.300
Oli Hidrolik
36
buah
Rp
55.200
Rp
300.000
Rp
2.100.000
Rp Rp
1.500.000 73.000
Rp Rp
4.500.000 438.000
Rp
1.016.000
Rp
3.408.000
Rp
288.072.750
Belanja jasa 3 kali KIR 4 Belanja Penggantian Suku Cadang Penggantian Ban Luar 3 buah Penggantuan Ban Dalam 6 buah Penggantian Baterai 3 buah ACCU 3
Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Sumber : Standar Harga sesuai dengan kebutuhan pemerintah Kota Makassar Tahun 2015 Berdasarkan
analisis
perhitungan
satuan
biaya
operasional
dan
pemeliharaan tersebut diatas, maka dapat dihitung biaya operasional dan pemeliharaan tiap tahun menurut tingkat presentase pelayanan sehingga akan didapatkan perkiraan biaya operasional pemeliharaan sarana persampahan sampai akhir tahun proyeksi (2020) dapat dilihat pada Tabel 5.54.
136
Tabel 5.54 Total Perhitungan Biaya Per Tahun Kendaraan Pengangkut Sampah 2017-2020
Perhitungan Biaya Per Tahun Kendaraan (Rp) Keterangan
2016
2017
2018
2019
2020
27%
46%
65%
84%
100%
Dump Truck Jumlah Unit
8
7
7
7
7
Kebutuhan BBM
240.608.000
210.532.000
210.532.000
210.532.000
210.532.000
Upah Supir
163.200.000
142.800.000
142.800.000
142.800.000
142.800.000
Upah Kernet
326.400.000
285.600.000
285.600.000
285.600.000
285.600.000
Pemeliharaan
52.802.000
45.891.000
45.891.000
45.891.000
45.891.000
Total Anggaran Pertahun
783.010.000
684.823.000
684.823.000
684.823.000
684.823.000
Arm Roll Truck Jumlah Unit
-
3
6
9
10
Kebutuhan BBM
-
84.588.750
169.177.500
253.766.250
281.962.500
Upah Supir
-
61.200.000
122.400.000
183.600.000
185.300.000
Upah Kernet
-
122.400.000
244.800.000
367.200.000
370.600.000
Pemeliharaan
-
19.884.000
39.768.000
59.652.000
66.280.000
Total Anggaran Pertahun
-
288.072.750
576.145.500
864.218.250
904.142.500
Total Keseluruhan Pertahun
783.010.000
972.895.750
1.260.968.500
1.549.041.250
1.588.965.500
Berdasarkan analisis perhitungan jumlah kebutuhan sarana dan prasarana pengangkutan sampah maka didapatkan pada tahun 2017 dibutuhkan Rp. 972.895.750,- untuk pemenuhan kebutuhan gaji dan biaya pemeliharaan kendaraan pengangkut sampah. Dengan demikian total pengeluaran tiap tahunnya untuk pengadaan, pemeliharaan dan upah kendaraan pengangkutan sampah dapat dilihat pada Tabel 5.55.
137
Tabel 5.55 Perhitungan Biaya Total Pertahun No 1
2 3
Uraian Pengadaan Kebutuhan Pengangkutan Biaya Operasional Pengangkutan Total
Biaya Pertahun (Rp) 2017
2018
2019
2020
1.343.750.000
463.250.000
1.260.968.500
1.549.041.250
1.588.965.500
2.362.645.750 2.610.718.500
2.892.791.250
2.042.115.500
1.389.750.000 1.349.750.000
972.895.750
Berdasarkan Tabel 5.55 diketahui bahwa total anggaran tahun 2017 pada kendaraan pengangkut sampah yang dibutuhkan dana sebesar Rp. 2.362.645.750,hal ini mengalami kenaikan dari yang semula adalah 1.530.952.000,- untuk biaya kebutuhan dan prasarana pengangkutan sampah. 5.3
Aspek Kelembagaan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar, dipimpin oleh kepala
Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dapat dilihat pada struktur organisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Untuk menghasilkan kualitas pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan sub stainable diperlukan suatu rencana yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan. Ditinjau dari bentuk instansi yang memiliki kewenangan sesuai dengan tanggung jawabnya, dan memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian yang didukung oleh tenaga yang terampil di bidang manajemen persampahan 5.3.1 Manajemen Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan organisasi pemerintah yang menangani kebersihan Kota Makassar seluruhnya. Bentuk organisasi ini pada awalnya berdiri dengan nama Dinas Kebersihan Kota Makassar. Namun berganti menjadi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. Keadaan ini berawal dengan standar yang di keluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dimana untuk kategori Kota sedang bentuk organisasinya adalah Dinas Kebersihan. Permasalahan paling mendasar dari pengelolaan sampah di Kota Makassar adalah manajemen organisasi didalam dinas itu sendiri. Kebersihan Kecamatan
138
Rappocini ditentukan oleh pengelolan persampahan yang baik oleh Dinas Kebersihan dan Persampahan Kota Makassar. Tugas yang diemban oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan berat sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk menunjang kapasitas sumber daya sampai ditingkat kelembagaan. Pada tingkat lembaga, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai struktur organisasi yang jelas dan memiliki arahan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Seksi pengangkutan sampah dibebankan kepada satu orang kepala seksi. Beban kerja atas pengangkutan persampahan yang harus ditangani oleh satu orang kepala seksi, menjadi penyebab rendahnya pelayanan pengangkutan persampahan. Fungsinya sebagai perencana, pelaksana, pengawas dan pelapor tidak dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga perlu dilakukan pembagian tugas pengawas sesuai dengan zona kecamatan agar dapat seimbang. 5.3.2 Tata Laksana Kerja Pengangkutan Sampah Penanganan kebersihan sampah Kecamatan Rappocini oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan harus ditunjang oleh tata laksana kerja yang baik. Ditinjau dari hasil evaluasi aspek teknis maka ketertarkaitan tata laksana kerja berpengaruh besar terhadap peningkatan pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pegawai dan pejabat di Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat diketahui beberapa permasalahan pengangkutan persampah yang dapat dilihat dari tata laksana kerja : 1. Kurangnya kendaraan pengangkut sampah yang memadai. 2. Kurang tegasnya pimpinan Dinas untuk memberikan sanksi kepada petugas dan sopir yang melanggar aturan 3. Tidak adanya pengawasan bagi petugas pengangkut sampah 4. Tidak adanya kontainer yang tersedia dilokasi 5. Pemindahan sampah masih dilakukan secara manual 6. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan dari sumber Permasalahan di atas memberikan gambaran secara jelas bahwa perlu adanya perubahan tata laksana yang dapat menunjang peningkatan kinerja dari petugas pengangkut sampah. Hasil pengamatan di lapangan dan wawancara
139
dengan sopir dan petugas pengangkutan sampah, dapat digambarkan bahwa pelayanan yang rendah diakibatkan oleh beberapa hal yaitu : 1.
Rendahnya pengawasan. Petugas pengangkutan sampah dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pengawas tidak maksimal. Pengawas yang telah ditunjuk dari dinas tidak melakukan tugasnya secara optimal. Akibatnya di lapangan petugas pengangkut pada gerobak motor melakukan pekerjaannya tidak sesuai jadwal dengan mengambil sampah yang harusnya 3 sampai 4 kali menjadi 1 atau 2 kali saja. Maka berakibat sampah di perumahan-perumahan menginap semalam untuk diangkut kembali pada keesokan harinya.
2.
Kedisiplinan petugas pengangkut sampah. Petugas yang mengangkut sampah datang tidak tepat waktu, sehingga waktu pengangkutan juga ikut mengalami keterlambatan. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi kerja dari atasan.
3.
Kurangnya Kendaraan Pengangkut. Berdasarkan hasil evaluasi teknis terlihat bahwa masih banyak sampah yang masih belum terangkut di akibatkan ritasi pengangkutan hanya bisa di lakukan 1 trip per hari. hal ini disebabkan kurangnya sarana pengangkutan yang memadai.
4.
Tidak tersedia kontainer Tidak tersedianya kontainer yang ditinggal di lokasi, mengakibatkan pengangkutan sampah menjadi terhambat. Sampah yang seharusnya langsung dimasukkan ke dump truck harus menunggu datangnya gerobak motor untuk memindahan sampah ke truck hingga penuh.
5.
Pemindahan secara manual Sampah yang terdapat pada gerobak motor dan atau yang berada pada titik lokasi pengangkutan masih diangkut secara manual, hal ini menyebabkan terjadinya jumlah waktu pengangkutan menjadi semakin lama.
140
6.
Anggaran yang tidak mencukupi. Pembagian bahan bakar jumlahnya sama untuk semua jenis truck yang digunakan melayani pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini menyebabkan berkurangnya kinerja pengangkutan karena tidak cukup untuk pengangkutan 2 ritasi per hari. Dari evaluasi diatas maka perlu diketahui pembebanan terhadap tata laksana kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk meningkatkan kinerja yang baik sebagai pengelola kebersihan di Kecamatan Rappocini.
5.3.3 Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengangkutan Sampah Suatu kelembagaan yang baik mempunyai beban kerja yang seimbang dan sumber daya manusia yang memadai. Pada tingkat sumber daya secara individual seorang harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi.
seorang pekerja wajib mengetahui apa yang dikerjakannya, bekerja dan mempunyai tingkat pendidikan sehingga
dapat
Artinya
terampil
dalam
bekerja
dengan
professional. Personil pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini berjumlah 8 supir ditambah 16 orang petugas pengangkut. Menurut Kepala Penanggung jawab Kebersihan di Kecamatan Rappocini, jumlah ini masih akan bertambah. Berikut Tabel 5.52 hasil data wawancara pada personil pengangkut sampah.
141
Tabel 5.56 Hasil Data Wawancara Pada Personil Pengangkut Sampah
No 1
2
3.
4
5
Pertanyaan Wawancara Jam Kerja per hari
Pendidikan Terakhir
Upah karyawan
Penambahan ABK
Prasarana pengangkutan
Pilihan Jawaban
Jawaban Responden (%)
a. Cukup b. Tidak cukup
40
a. b. c. d.
30
SMP SMA SMK Kuliah
60
50 20
a. Cukup b. Tidak cukup
68 32
a. Butuh b. Sudah cukup
50
a. Baik b. Cukup c. kurang
30
50
20 50
5.3.4 Penentuan Prioritas Penanganan Permasalahan Dengan Analisis SWOT Dalam menyusun Rencana Strategi ini menggunakan analisis SWOT yang merupakan pendekatan manajerial dalam menentukan variable-variabel yang menentukan dan berpengaruh terhadap kinerja kelembagaan baik positif maupun negative. Penilaian rating untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi analisis SWOT dilakukan setelah mengadakan pengamatan di
lapangan
dan
wawancara pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dalam hal ini di
Kecamatan
Rappocini.
Analisis
SWOT
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah dalam pengelolaan daerahnya. Analisis ini dapat didasarkan pada logika yang dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2001). Analisis dilakukan dengan cara melakukan pembobotan terhadap masing-masing aspek, bobot pada masing-masing komponen S, W, O dan T akan
menentukan posisi kuadran dalam pemilihan strategi yang tepat. 142
5.3.4.1 Strategi Pengembangan Pengangkutan Sampah Dengan Analisis SWOT Penggunaan analisis SWOT dengan memaksimalkan kakuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT ini dapat digunakan untuk menganalisis aspek kelembagaan terutama untuk mengevaluasi kinerja dari lembaga yang mengelola persampahan indikatorindikator dari hasil pengamatan dilapangan dan data yang ada. Wawancara untuk penelitian di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar dengan narasumber sebagai berikut : a. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar b. Sekertaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar c. Kepala Bidang Pengelolaan Sampah d. Kepala Kecamatan Rappocini e. Kepala Seksi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini f. Staf Kebersihan Kecamatan Rappocini I.
Faktor Internal Analisis faktor internal merupakan analisis yang menilai kinerja atau
presentasi yang menjadi faktor kekuatan dan kelemahan yang ada
dalam
mencapai tujuan organisasi. Faktor strategi adalah faktor yang dominan kekuatan, kelemahan dan peluang serta ancaman yang akan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang dapat
dan
memberikan
memberikan
bila
dilakukan tindakan yang positif. a. Kekuatan (Strength) 1. Telah ada peraturan yang terkait dengan peraturan sampah yaitu: Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah,
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.
3/PRT/M/2013 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran Prasarana & Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga 2. Telah ada ketentuan tentang struktur organisasi yang terkait dengan kegiatan pengangkutan sampah di Kota Makassar yaitu:
143
Peraturan Daerah Pemerintah Kota Makassar No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar. Ketentuan struktur organisasi telah dilengkapi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. 3. Telah ada alokasi dana yang disediakan untuk biaya operasional pengangkutan sampah setiap tahunnya untuk pengumpulan dan pengangkutan sampah. 4. Telah tersedia prasarana dan sarana pengangkutan sampah berupa kendaraan 8 dump truk dan 3 buah TPS. 5. Adanya bantuan dari Pemerintah Daerah untuk pelatihan bidang persampahan.
b. Kelemahan (Weakness) 1. Jumlah alokasi anggaran setiap tahunnya tidak mencukupi untuk pengangkutan sampah. 2. Kegiatan pengangkutan sampah masih belum efisien, hanya sebanyak 1 trip per hari untuk satu kendaraan, karena mqsih menggunakan metode manual. 3. Masih ada 7 Kelurahan yang belum difasilitasi dengan TPS, sehingga sampah masih ditempatkan di pinggir jalan. 4. Tidak ada petugas pengawas dalam kegiatan pengangkutan sampah. II.
Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal merupakan kondisi yang ada dan cenderung muncul dari luar organisasi, namun dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja Dinas Kebersihan Kota Makassar Kecamatan Rappocini sehingga dapat menentukan keberhasilan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. a. Peluang (Opportunity)
144
1. Adanya kepedulian masyarakat dalam upaya pengangkutan sampah mandiri dari perumahan ke TPS terdekat. 2. Adanya program lomba kebersihan tingkat nasional Adipura. 3. Adanya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi pengangkutan sampah sesuai ketentuan. b. Ancaman (Treat) 1. Kenaikan harga BBM serta harga suku cadang kendaraan dapat mempengaruhi biaya operasional pengangkutan sampah 2. Meningkatnya timbulan sampah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. 5.3.4.2 Matriks SWOT Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana ketertarikan komponen
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman
dapat
saling
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil analisis, kuadran berada pada strategi SO dengan Strategi yang dianggap tepat untuk penanganan pengangkutan sampah Kota Makassar Kecamatan Rappocini.
1. Strategi SO Strategi ini dibuat atas dasar memanfaatkan seluruh kekuatan dimiliki pengelolaan persampahan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya 2. Strategi ST Strategi
dengan
dasar
menggunakan
kekuatan
yang
dimiliki
pengelolaan persampahan untuk mengatasi ancaman 3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada pada sistem pengelolaan persampahan 4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
145
Tabel 5.57 Matriks SWOT Intenal dan Eksternal
Faktor Internal 1.
2.
3. 4. 5.
Kekuatan (S) Telah ada peraturan yang terkait dengan peraturan sampah yaitu: Perda No.4/2011, dan PerMen PU No. 3/PRT/M/2013. Telah ada ketentuan tentang struktur organisasi yang terkait dengan kegiatan pengangkutan sampah yaitu: Perda Kota Makassar No.3/2009. Memiliki alokasi dana untuk biaya operasional pengangkutan sampah. Telah tersedia 8 dump truck dan 3 TPS. Adanya bantuan Pemda untuk pelatihan bidang persampahan Strategi SO
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Adanya program Adipura. 1. Mengadakan lomba antar Kelurahan 2. Adanya kemauan dan dalam rangka program Adipura kesadaran masyarakat 2. Melakukan sosialisasi kepada untuk membayar masyarakat dan aparat secara berkala retribusi pengangkutan tentang pengelolaan, termasuk reduksi sampah. sampah 3. Meningkatkan pendapatan retribusi dengan memperbaiki sistem pembayarannya
1.
2.
3.
4.
Kelemahan (W) Jumlah alokasi anggaran setiap tahunnya tidak mencukupi untuk pengangkutan sampah. Kegiatan pengangkutan sampah masih belum efisien, karena masih menggunakan metode manual. Masih ada 7 Kelurahan yang belum difasilitasi dengan TPS, sehingga sampah masih ditempatkan di pinggir jalan. Tidak ada petugas pengawas dalam kegiatan pengangkutan sampah.
Strategi WO 1. Menambah fasiltas pengangkutan dan TPS memanfaatkan komitmen sektor kebersihan dalam pencapaian program 2. Meningkatkan kualitas SDM termasuk penambahan tenaga ahli dalam pengelolaan sampah melalui pelatihan maupun pendidikan formal 3. Mengembangkan lokasi –lokasi pengangkutan sampah pada pelayanan multi lokasi di setiap Kelurahan menjadi TPS
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT 1. Kenaikan harga BBM 1. Melakukan perawatan kendaraan untuk 1. Mengoptimalkan efisiensi serta harga suku mendukung kegiata pengangkutan secara pengangkutan sampah dengan cadang kendaraan rutin dan tetap memperhatikan kapasitas dan metoda dapat mempengaruhi 2. Melakukan sosialisasi kepada pengangkutan. biaya operasional masyarakat mengenai pentingnya reduksi 2. Memperbaiki struktur organisasi pengangkutan sampah sampah pengelolaan sampah dengan 2. Meningkatnya 3. Mengoptimalkan pengelolaan sampah memperhatikan kebutuhan tenaga timbulan sampah sesuai dengan perda pengelolaan sampah pengawas. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya
Berdasarkan analisis SWOT, maka strategi yang menjadi prioritas utama yaitu :
146
1. Membuat rencana kerja meningkatkan dukungan pengangkutan sampah dan memanfaatkan komitemen dalam pencapaian program. 2. Mendayagunakan kekuatan berupa kewenangan dalam otonomi daerah serta kelembagaan yang sudah cukup efektif dan efisien untuk melakukan kerjasama lintas sektor dan swasta. 3. Meningkatkan kebersihan kota dalam rangka program adipura 4. Meningkatkan kinerja lembaga dalam pengelolaan sampah kota 5.3.5 Rekomendasi Berdasarkan hasil evaluasi baik aspek teknis, finansial dan kelembagaan maka dapat diketahui permasalahan rendahnya tingkat pelayanan. Permasalahan yang ada dapat diatasi dengan melakukan efisiensi sesuai dengan hasil evaluasi. Rekomendasi sebagai masukan bagi pemerintah dalam penyelesaian masalah dalam upaya peningkatan tinjauan dari aspek teknis, finansial, dan kelembagaan. 5.3.5.1 Aspek Teknis 1. Membuat TPS di Kelurahan Antang, Emmy Saelan, Faisal, Kassi-kassi, dan Rappocini. 2. Menempatkan kontainer disetiap titik pengangkutan sampah. 3. Menambah kendaraan pengangkut sampah jenis arm roll sampai dengan tingkat target pelayanan. 4. Meningkatkan jumlah pengangkutan sampah menjadi 2 atau 3 trip per hari. 5. Menambah jumlah personil tenaga pengangkut sampah sehubungan dengan penambahan kendaraan pengangkut jenis arm roll 6. Membuat jalur alternatif pengangkutan untuk TPS yang belum mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah 7. Mengubah jam pengangkutan menjadi pagi hari 05.00 atau pada waktu dimana tidak terjadi kemacetan.
147
5.3.5.2 Aspek Finansial Memperbaiki biaya total operasional pengangkutan sampah dengan memperbaiki sistem dengan lebih mengefisiensikan pelayanan pengangkutan dan melakukan penetapan tarif pelayanan persampahan untuk menutupi/mengganti biaya penyelenggaraan pelayanan pengangkutan sampah. 5.3.5.3 Aspek Kelembagaan 1. Menambah fasilitas pengangkut dan TPS dengan memanfaatkan komitmen sector kebersihan dalam pencapaian program. 2. Meningkatkan pendapatan retribusi dengan memperbaiki sistem pembayaran 3. Mengembangkan lokasi-lokasi pengangkutan sampah pada pelayanan SCS disetiap Kelurahan menjadi TPS 4. Mengoptimalkan
efisiensi
pengangkutan
sampah
dengan
memperhatikan kapasitas dan metoda pengangkutan 5. Memperbaiki
struktur
organisasi
pengelolaan
memperhatikan kebutuhan tenaga pengawas.
148
sampah
dengan
(halaman ini sengaja dikosongkan)
149
6 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Jumlah Ritasi kendaraan dump truck metode 1 lokasi dan dump truck metode multi lokasi hanya 1 rit per hari. Disebabkan pemindahan sampah (Pc) membutuhkan waktu pengangkutan 2 jam lebih lama karena tidak adanya kontainer di lokasi sehingga pemindahan sampah dilakukan secara manual dan pengangkutan sampah dilakukan pada waktu jam sibuk. Mengakibatkan waktu pengangkutan (h) membutuhkan waktu lebih banyak. Sehingga dilakuka pergantian sistem dari SCS menjadi HCS dengan penambahan
kontainer
sebanyak 12 buah pada tahun 2017
dengan cakupan target pelayanan 46%.
Penambahan untuk cakupan
pelayanan dilakukan bertahap dengan penambahan setiap tahunnya di setiap Kelurahan yang belum terlayani. Hingga tahun 2020 dibutuhkan sebanyak 38 buah kontainer 10 dan arm roll truck. Efisiensi pengangkutan dapat ditingkatkan menjadi 2 sampai 4 trip per harinya dengan percepatan waktu mengangkut sampah di TPS dan menuju TPA dengan menggunakan rute alternatif dan waktu pengangkutan dilakukan pada pagi hari. 2. Peningkatan jumlah kendaraan dan trip pengangkutan menjadikan biaya operasional mengalami kenaikan dari Rp. 1.530.952.000,-. Menjadi Rp 2.362.645.750,- pertahunnya.
3. Hasil analisis faktor internal dan eksternal maka strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengangkutan sampah yaitu: 1. Menambah fasilitas pengangkut dan TPS dengan melihat komitmen sector kebersihan dalam pencapaian program. 2. Meningkatkan pendapatan retribusi
150
3. Menambahkan
kontainer
di
lokasi-lokasi
pengangkutan
pada
pelayanan SCS disetiap Kelurahan menjadi HCS. 4. Memperbaiki
struktur
organisasi
pengelolaan
sampah
dengan
menambah kebutuhan tenaga pengawas. 6.2
Saran Untuk pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini, maka dilakukan
penelitian lebih lanjut untu : 1. Penanganan sampah pada sumber untuk mendapatkan alternative reduksi sampah dengan potensi daur ulang dan composting. 2. Mengembangkan TPS3R untuk menunjang TPS yang sudah di rencanakan. 3. Mengembangkan pola kemitraan dalam pengelolaan sampah.
151
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2013), Penanganan Sampah di Kota Makassar, Makassar. Badan Pusat Statistik (2013), Makassar dalam angka, Makassar. Badan Pusat Statistik (2013), Kecamatan Rappocini dalam angka, Makassar. Direktorat Pembangunan Penyehatan Lingkungan Permukiman, (2013), Mekanisme Pengelolaan, Jakarta Damanhuri, E., dan Tri Padmi. (2010), Pengelolaan Sampah, Diktat Kuliah TL-3104. Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Ismail, H.A., Usman, V.Y., Chairani, L., (2012), Metropolitan Cities’s Wasre Transportation Model, Procedia-Social and Beahavioral Sciences, Vol. 65, Hal. 1046-1053. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2008). Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta Kodri, (2015), Tesis Evaluasi Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo,Sidoarjo. Koentjaraningrat. (2006), Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Keputusan Mentri Kimpraswil Nomor 534/KPTS/M/2001. Undangundang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta. Maryono, Jurnal Kajian Pengangkutan Persampahan di Kota Semarang Berdasarkan Grafik pengendalian Kecepatan,Semarang. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 21 PRT/M/2006. (2006), Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah (KSNP-SPP), Mentri Pekerjaan Umum, Jakarta.
152
Peraturan Pemerintah Nomor 81/2012. (2012), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, Jakarta. Rangkuti, F. (2004), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta SNI 19-2454-2002, (2002), Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Standar Nasional Indonesia, Jakarta SNI 3242-2008, (2008), Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman, Standar Nasional Indonesia, Badan Standaridsasi Nasional, Jakarta. Ti Huang, Y., Pan, C. T., Kao, J.J. (2011), Performance assessment for municipal solid waste collection in Taiwan. Journal of Enviroment Management, Vol 92, No. 4, Hal. 1277-1283. Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste Management, Mc.Graw Hill Inc, Internasional Editions, New York. Zsigraiova, Z., Travers, G., Semiao, V.dan Carvalho, M., (2009), Integrated
Waste-to-energy
conversion
and
waste
transportation with in island communities. InstitutoSuperior Te’cnico, Av. RoviscoPais, 1046-001 Lisbon, Portugasl. Vol. 34, Hal. 623-643.
153
7 BIODATA PENULIS Memiliki
nama
lengkap
MARDIA
PUTRI
PRASETYA, penulis dilahirkan di Jayapura,Papua, 21 July 1992. Penulis adalah putri dari pasangan Eko Budhi Ariyanto, dan Marwah Yusuf Late (Alm). Penulis merupakan anak pertama dari 4 (empat) bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu di TK Pertiwi, Fak-fak, SD Al-Ikhsan Yapis Jayapura, SMPN 5 Jayapura, dan SMAN 1 Jayapura. Setelah lulus dari SMAN 1 Jayapura pada Tahun
2009,
penulis
melanjutkan
studi
pada
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin pada Tahun 2009. Penulis pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) pada Tahun 2009-2013. Penulis melaksanakan Kerja Praktik di perusahaan Kertas Indah Kiat Pulp and Paper, Tangerang. Pada pertengahan Tahun 2013, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Pengelolaan Sampah Perkantoran dan Prospek Pengembangannya di Kota Makassar”. Pada Tahun 2014, penulis melanjutkan kuliah Pascasarjana (S2) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Bagi pembaca yang memiliki saran dan kritik dapat menghubungi penulis via e-mail
[email protected]
154