Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 10
EFEKTIVITAS KONSELING REALITAS UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 TEMPEL THE EFFECTIVENESS OF REALITY COUNSELING TO IMPROVE SELF ACCEPTANCE OF CLASS IX STUDENTS OF SMP NEGERI 1 TEMPEL Oleh:
Marizka Adi Winarni, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta email:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian adalah menguji efektivitas konseling realitas untuk meningkatkan signifikansi penerimaan diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tempel.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen.Desain penelitian pre experimental design dengan one-group pre test and post test design. Populasi penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tempel.Subyek penelitian adalah 10 siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tempel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling yaitu yang memiliki penerimaan diri rendah dan memenuhi kriteria yaitu suka berpikiran negatif terhadap diri sendiri, sukar menerima kritik, pendiam dan suka menghindari teman sekelas. Berdasarkan hasil uji hipotesis wilcoxon pada pretest dan posttest menunjukkan taraf signifikasi p = 0,005 < 0,05 hal ini menujukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan penelitian adalah konseling realitas efektif untuk meningkatkan penerimaan diri siswa kelas IX SMP N 1 Tempel. Kata kunci: konseling realitas, penerimaan diri. Abstract This study was conducted based on obtained data from self-acceptance scale of class IX students of SMP Negeri 1 Tempel. This study was a quantitative approach with experimental research type. The study designed preexperimental design with one-group pre-test and post-test design. The study population were students class IX of SMP Negeri 1 Tempel. The subjects of this research were 10 students of class IX of SMP Negeri 1 Tempel that were taken by using purposive sampling techniques that had a low self-acceptance and justified the criteria that are like thinking negatively about themselves, difficult to accept criticism, reserved and preferred to avoid classmates. Based on the results of hypothesis testing of wilcoxon at pre-test and post-test showed that the significance level of p = 0.005 <0.05 it showed that Ho is rejected and Ha is accepted. The final conclusion of this research was the reality counseling is effective to improve self-acceptance class IX students of SMP N 1 Tempel. Keywords: reality counseling, self-acceptance.
PENDAHULUAN
Perubahan Siswa
Sekolah
Menengah
Pertama (SMP) berada dalam tahap remaja awal dengan kisaran usia antara 12-15 tahun dan sedang berada dalam masa pubertas. Santrock (2006: 87) menyatakan masa remaja awal dimulai dengan masa pubertas (puberty), yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan
tubuh
dan
hormonal.
fisik
mempengaruhi
yang
terjadi
penampilan
tentu
fisik,
saja seperti
bertambah berat badan, tinggi badan, dan lainlain. Sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh remaja menurut Hurlock (1980: 10) yaitu menerima kondisi fisik dan psikis diri sendiri dan menggunakan tubuh
11 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
secara efektif. Menerima perubahan fisik dan
terdapat blok-blok dalam berteman, kurang
menggunakan tubuh secara efektif bukan hal
mengetahui bakat dan minat yang dimiliki, dan
yang mudah bagi remaja. Banyak remaja
masih
mengalami masalah dalam penerimaan diri,
Akibatnya mereka kurang percaya diri, kurang
remaja
menerima
pintar bergaul dengan teman, saat di kelas malu
perubahan fisik yang terjadi, karena tidak puas
bertanya, kurang memahami pelajaran dan nilai-
dengan penampilan yang dimiliki.
nilai siswa menjadi kurang bagus. Ada juga
merasa
tidak
mampu
bingung
dengan
masa
depannya.
Remaja yang memandang diri sebagai
siswa yang latar belakang ekonominya ke bawah
individu tidak berpenampilan menarik, bodoh,
dan membuatnya minder dari teman yang lain.
mereka memiliki banyak sekali kekurangan dan
Kasus
merasa
akan
penerimaan diri dapat mempengaruhi perilaku
menimbulkan penyesalan terhadap diri dan
individu yang berdampak bukan hanya pada
menjadi tidak percaya diri. Hal ini dapat
kepribadian tapi juga pada masalah belajar serta
mengakibatkan pribadi individu menjadi tertutup
pergaulannya dengan orang lain. Selama ini
sehingga perkembangan kepribadian menjadi
Guru BK sudah memberikan bimbingan saat di
tidak sehat.
kelas kepada siswa, tetapi masih sedikit siswa
diri
paling
tidak
beruntung
ini
menggambarkan
bagaimana
Individu yang menjalani masa remaja
yang datang langsung ke BK untuk menceritakan
akan menghadapi berbagai macam permasalahan
masalahnya. Sehingga konseling dilakukan pada
terutama
tugas
saat ada masalah saja dan selama ini konseling
perkembangannya. Masa remaja dapat dikatakan
masih berfokus pada pemecahan masalah, belum
masa perkembangan yang berperan penting
pernah digunakan pendekatan karena akan
dalam menentukan masa perkembangan individu
memakan waktu yang lama.
dalam
menyelesaikan
selanjutnya. Menurut Hurlock (1980: 207)
Pada tudi awal peneliti membagikan
berbagai pengaruh pada perkembangan di masa
skala
remaja dapat memberikan akibat pada masa
Cronbach (1986) kepada siswa kelas IX SMP
perkembangan
Negeri 1 Tempel, yang hasilnya terdapat 58,69
selanjutnya
terutama
masa
dewasa.
diri
berdasarkan
aspek
% berada di kategori sedang ke bawah
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Tempel,
penerimaan
sedangkan sisanya 41,30 % siswa penerimaan
dari
dirinya dikategori tinggi. Dari data tersebut dapat
wawancara Guru BK mengatakan terdapat
disimpulkan bahwa masih banyak siswa bahkan
beberapa permasalahan yang sering terjadi,
lebih dari setengah siswa kelas IX yang
beberapa siswa yang mengeluh merasa bahwa
penerimaan dirinya belum sesuai dengan harapan
dirinya kurang menarik secara fisik, sering
sehingga memerlukan penanganan yang tepat.
menyesali apa yang sudah terjadi, kurang bisa
Fenomena di atas menunjukkan bahwa
menerima apa yang sudah dimiliki sekarang,
terdapat gejala rendahnya penerimaan diri pada
tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya,
siswa. Siswa dengan penerimaan diri yang
Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 12
rendah
akan
memenuhi
mengalami
tugas
hambatan
perkembangan,
dalam
128),
yaitu
“identitas
kegagalan”.Identitas
khususnya
kegagalan itu ditandai dengan keterasingan,
dalam mencapai aktualisasi potensi diri. Jika
penolakan diridan irrasionalitas, perilakunya
tidak diberi bantuan, siswa dengan penerimaan
kaku, tidak objektif, lemah, tidak bertanggung
diri yang rendah akan kesulitan dalam menerima
jawab, tidak bisa membuat pilihan secara
kondisi diri sehingga tidak percaya diri dan
realistis, kurang percaya diri dan menolak
kesulitan mencapai prestasi secara optimal.
kenyataan.
Berdasarkan fenomena tersebut, untuk
Wawancara
dengan
siswa
pertama
mengatasi rendahnya penerimaan diri pada siswa
diketahui bahwa dia merasa minder dengan
kelas IX maka diperlukan suatu upaya layanan
teman-teman dikarenakan dia tidak memiliki
konseling dengan menggunakan pendekatan
handphone android yang canggih seperti teman-
yang tepat. Konseling perorangan menurut
temannya.
Prayitno (2004: 1) merupakan layanan konseling
android agar bisa eksis seperti teman-temannya
yang diselenggarakan oleh konselor terhadap
di media sosial seperti BBM, Tweeter, Facebook,
konseli dalam rangka pengentasan masalah
Instagram, Line, Dll. Dengan begitu dia akan
pribadi konseli. Dalam suasana tatap muka
dikenal dan dipuji teman-temannya. Apalagi
dilaksanakan interaksi langsung antara konseli
zaman sekarang yang sudah moderen, menurut
dan konselor, membahas berbagai hal tentang
dia
masalah yang dialami konseli.
mendukung akan ketinggalan zaman dan tidak
Dalam
penelitian
ini
pendekatan
Dia
apabila
keren.
ingin
tidak
Akan
memiliki
memiliki
tetapi
orang
gadget
tuanya
tidak
membelikannya
membantu
menyelesaikan
handphone yang masih bisa dipakai dan saat ini
penerimaan
diri
siswa
yaitu
dengan
masih
yang
konseling yang lebih cocok digunakan untuk permasalahan
karena
handphone
mempunyai
orang tuanya tidak mempunyai uang untuk
menggunakan konseling realitas karena tujuan
membeli
dari
Dampaknya dia ngambek dan malas-malasan
konseling
realitas
yaitu
membimbing
konseli ke arah mempelajari tingkah laku yang realistis
yaitu
menerima
android
yang mahal.
belajar.
yang
Wawancara dengan siswa kedua siswa
jawab
diketahui bahwa dia adalah anak pertama
mengembangkan
dikeluarga. Orang tua mengajarkan agar mandiri
“identitas keberhasilan”. Membantu konseli
terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi dia ingin
dalam mengambil pertimbangan nilai tentang
dimanja oleh orang tuanya seperti dulu sebelum
tingkah
dia memiliki adik. Dia ingin semua kemauannya
dihadapi
konseli
terhadap
perilaku
lakunya
dan
kenyataan
handphone
bertanggung
serta
sendiri
dan
dalam
merencanakan tindakan bagi perubahan, Pada
konseling
realitas,
dituruti, terkadang dia merasa iri dengan adiknya perilaku
yang
selalu
dinomor
satukan
dikeluarga.
bermasalah dapat disepadankan dengan istilah
Seandainya dia tidak memiliki adik pasti lah dia
yang dikemukakan Glasser (dalam Latipun 2005:
tidak akan dinomor duakan orang tuanya.
13 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
Sehingga membuat dia menentang dan bersikap
Konseli dibantu merumuskan tingkah laku apa
semaunya serta jarang di rumah.
yang akan diperbuatnya. Dengan demikian,
Wawancara dengan siswa ketiga siswa
konseli dapat mengungkapkan harapan dan
tersebut diketahui bahwa dia ingin mendapatkan
keinginannya,
nilai yang bagus dan naik kelas, selama ini
bertanggung jawab, yang pada akhirnya dapat
nilainya tidak terlalu bagus, dia tidak ingin
merubah anggapan buruk tentang dirinya sendiri
tinggal kelas seperti kakaknya dahulu. Tetapi
yang tidak berguna dan lebih optimis dalam
pada kenyataannya saat di kelas dia sering
menatap masa depan.
ngobrol dan malas belajar. Apabila ada PR dia lebih memilih mengerjakannya di sekolah. Sempat dipanggil ke ruang BK karena membolos saat jam pelajaran. Seperti
dapat
berperilaku
yang
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu
diadakan
penelitian
untuk
mengetahui
gambaran penerimaan diri pada siswa. Hasil dari gambaran penerimaan diri dalam penelitian ini akan
halnya
fenomena
dalam
penelitian ini siswa memiliki banyak keinginan yang tidak realistis, seperti ingin dibelikan
digunakan sebagai landasan dalam membuktikan bahwa apakah dengan konseling realitas dapat efektif dalam meningkatkan penerimaan diri siswa.
handphone agar terlihat keren seperti temannya
Maka, penelitian ini berjudul: “Efektivitas Konseling
dan eksis di media sosial padahal orang tua tidak
Realitas untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
memiliki uang. Kemudian ingin nilainya bagus
Kelas IX SMP Negeri 1 Tempel Tahun Ajaran
dan naik kelas tetapi malas belajar dan suka
2015/2016”.
membolos.
Siswa juga berperilaku tidak
bertanggung
jawab
untuk
memenuhi
Hipotesis penelitian adalah konseling realitas efektif untuk meningkatkan penerimaan diri siswa
keinginannya seperti ngambek dengan orang tua,
kelas IX SMP Negeri 1 Tempel.
malas belajar, menentang orang tua, bersikap
METODE PENELITIAN
semaunya, dan membolos. Dalam fenomena ini siswa
cenderung
mengembangkan
identitas
kegagalan dan sulit menerima kenyataan yang
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah eksperimen. penelitian eksperimen adalah
dialaminya. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan
suatu metode penelitian untuk mencari atau
usaha untuk mengatasi rendahnya penerimaan
menguji cobakan pengaruh dan hubungan sebab
diri siswa. Rendahnya penerimaan diri ini
akibat dari suatu perlakuan (treatment) terhadap
diharapkan dapat di atasi melalui konseling
variabel terikat.
realitas dengan melakukan perencanaan yang
Waktu dan Tempat Penelitian
rinci, matang dan tersusun secara sistematis, serta persiapan yang cukup (baik secara fisik,
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1
mental/pun emosional) dan apresiasi terhadap
Tempel Waktu Penelitian dilakukan pada22 Agustus
kelebihan
dan
kemampuan
yang
dimiliki.
- 15 September.
Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 14
Subjek Penelitian
Sugiyono
Subyek penelitian adalah 10 siswa SMP Negeri 1 Tempel yang memiliki penerimaan diri rendah
yang
diambil
menggunakan
skala
(2008:317)
menyatakan
bahwa “wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik
penerimaan diri.
tertentu.” Wawancara dalam penelitian ini
Prosedur
terdiri dari dua macam, yaitu wawancara
Prosedur penelitian atau langkah-langkah
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
yang digunakan dalam penelitian pengembangan
Wawancara
ini menurut Glasser (dalam Palmer 2011: 533-
identifikasi subyek penelitian. Sedangkan
537) yaitu WDEP. W = Wants (Keinginan)
wawancara tidak terstruktur dilakukan pada
menanyai konseli terkait keinginan, kebutuhan,
saat proses konseling dan sebagai alat
persepsi dan tingkat komitmennya.D = Doing
pengumpulan
and Direction (melakukan dan arah). E =
penelitian ini.
Evaluation
(Evaluasi)
mengevaluasi
diri
menolong
sendiri.
P
=
konseli Planning
terstruktur
data
dilakukan
yang
utama
untuk
dalam
Instrumen Penelitian 1. Skala Penerimaan Diri
(rencana) membantu konseli membuat rencana Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tindakan.
penerimaan diri adalah skala penerimaan diri yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan
Teknik Pengumpulan Data
komponen-komponen langkah-langkah
1. Kuesioner Jenis Skala
penerimaan
menyusun
diri.Adapun
instrumen,
yaitu
Skala penerimaan diri adalah salah
pertama menyusun kisi-kisi instrumen yang terdiri
satu teknik pengumpulan data pada penelitian
dari nomor soal, variabel, indikator, menyusun
ini.
tersebut
pertanyaan atau pernyataan, kemudian instrumen
dimaksudkan untuk mengungkap kriteria
jadi berupa skala yang selanjutnya direvisi dan
penerimaan diri
instrumen jadi.
Skala
penerimaan
diri
siswa. Aspek-aspek yang
diungkap dalam skala penerimaan diri adalah percaya kepada kemampuan diri, merasa
Penyusunan instrumen dalam penelitian ini menggunakan construct validity, yaitu menggunakan
sederajat dengan orang lain, menyadari
pendapat para ahli. Setelah instrumen dikonstruksi
kelebihan dan kekurangan diri, berorientasi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
keluar diri, bertanggung jawab atas perbuatan,
berlandaskan
teori
memiliki pendirian teguh, menerima penilaian
dikonsultasikan
dengan
orang lain, menyadari keterbatasan diri, dan
instrumen terdapat variabel yang diteliti, indikator,
menerima sifat kemanusiaan.
deskriptor,
2. Wawancara
dan
tertentu, ahli.
nomor
selanjutnya
Dalam
butir
kisi-kisi
pertanyaan
(item).Langkah yang ditempuh dalam penyusunan
15 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
instrumen dilakukan beberapa tahap, baik dalam
berdasarkan
pembuatan maupun uji coba.
dikehendaki yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berikut
2. Pedoman Wawancara
Penelitian
ini
tingkat
adalah
1) Menentukan
Tempel pada saat awal penelitian, proses
terendah
dan
akhir
tertinggi
dan
Skor terendah = 1 x (banyak item)
untuk studi pendahuluan dan sebagai acuan
2) Menghitung Mean Ideal (M)
dalam melakukan proses penelitian. Hal ini
M = ½ (skor tertinggi+skor
dilakukan untuk mengungkap keberhasilan
terendah)
upaya meningkatkan penerimaan diri siswa
3) Menghitung Standar Deviasi (SD)
melalui pelaksanaan konseling realitas pada
SD = 1/6 (skor tertinggi-skor
siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tempel.
terendah)
Teknik Analisis Data
Tabel 4 Kategorisasi Penerimaan Diri
Analisis data merupakan proses mencari, mencatat, mengobservasi dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil kegiatan wawancara, catatan lapangan dan
No
Batas (Interval)
Kategori
1
Skor < (M-1SD)
Rendah
2
(M-1SD) ≤ Skor ≤
Sedang
(M+ 1SD)
materi-materi lain yang dapat dijadikan data sehingga
skor
Skor tertinggi = 4 x (banyak item)
penelitian. Hasil wawancara awal digunakan
penelitian
langkah-langkah
(2012: 149) yaitu sebagai berikut :
Konselingdan siswa kelas IX SMP Negeri 1
realitas
yang
penghitungannya menurut Saifuddin Azwar
melakukan
wawancara dengan Guru Bimbingan dan
treatmentkonseling
diferensiasi
dengan
mudah
dapat
3
Skor ≥ (M+ 1SD)
Tinggi
dipahami. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Data
kuantitatif
didapatkan
dari
skala
penerimaan diri siswa sedangkan data kualitatif didapat dari hasil wawancara. Data kuantitatif dianalisis dengan membandingkan data pada siklus
awal
dan
siklus
akhir.
Adapun
penjelasannya sebagai berikut. Menurut Saifudin Azwar (2013: 49), kategorisasi
Sesuai
dengan
hipotesis
yang
diajukan yaitu untuk mengetahui dapatkah penerimaan diri rendah di atasi melalui layanan konseling realitas, maka analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik, dengan menggunakan rumus uji Wilcoxon Match Pairs Test yaitu dengan
1. Kategori Diagnostik penentuan
2. Uji Hipotesis
dilakukan
cara membandingkan hasil dari pre-test dan post-test dengan tabel bantu untuk test Wilcoxon.
Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 16
Sampel yang diteliti dalam penelitian
dengan
jadwal
konseling
ini kurang dari 25 maka cara penghitungan
kesepakatan
yang digunakan adalah membandingkan
konseling individual. Konseli 1 adalah EAP
jenjang terkecil dari pre testdan post test
memiliki penerimaan diri rendah (berdasarkan
dengan tabel harga-harga kritis dalam tes
skala penerimaan diri dengan skor 49).Konseli
Wilcoxon.
mempunyai keinginan yang tidak realistis yaitu
Guna
menggunakan signifikansi
mengambil
pedoman 5
%
keputusan
dengan
dengan
taraf
ketentuan
(Sugiyono, 2007:134): 1. Ho ditolak & Ha diterima apabila
dia
bersama
mengininkan
bertempat
berdasarkan
ibu
tirinya
di
sebaik
ruang
ibu
kandunnya yang sangat menyayanginya dan dia menginginkan keluarga ibu tiri baik seperti keluarga dia sendiri. Konseli menyadari bahwa
Thitung lebih besar atau sama dengan
keinginannya tidak realistis dan dia membuat
Ttabel.
rencana akan berperilaku baik kepada ibu tiri dan
2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila
keluarga ibu tiri agar diterima baik oleh mereka.
Thitung lebih kecil dari Ttabel.
Konseli mencoba menerima dan ikhlas dengan kehadiran ibu tiri dan keluarga ibu tiri.Setelah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
melakukan rencana tersebut konseli menjadi lebih dekat dan merasa nyaman sedirit demi
Pengambilan subyek pada penelitian ini
sedikit dengan keluarga ibu tirinya, seiring
adalah purposive sampling, jumlah subyek yang
berjalannya waktu keluarga tirinya pun secara
diambil adalah 10 siswa. Adapun anggotanya adalah
perlahan sikapnya berubah.
EAP dan DDRU adalah siswa yang masuk dalam kategori rendah, sedangkan VF, SA, RE, RDM, HFA, GAM, DES, dan ATF masuk dalam kategori sedang. Adapun proses dalam penelitian ini adalah:
Konseli 2 adalah VF memiliki penerimaan diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri dengan skor 57). Konseli mempunyai keinginan yang tidak realistis yaitu konseli ingin dianggap pintar dan
a. Pretest
mampu mengerjakan semua tugas, dia tidak ingin
Pretest diberikan pada 10 subyek
meminta bantuan pada orang lain karena dia tidak
penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 30
mau terlihat seperti orang yang bodoh dan tidak bisa
Agustus 2016. Pretest dilaksanakan di ruang
mengerjakannya, dia ingin nilainya meningkat tetapi
bimbingan kelompok pada jam istirahat.
belum ada upaya untuk meningkatkannya. Konseli
b.
Pelaksanaan Treatment (konseling realitas)
menyadari bahwa keinginannya tidak realistis dan
Peneliti memberikan treatment konseling
dia membuat rencana akan mencoba mulai bertanya
realitas sebanyak 5 kali pertemuan pada masing-
saat tidak mengerti saat pelajaran baik dengan guru
masing siswa yaitu dari tanggal 30 Agustus-15
dan teman. Setelah melakukan rencana tersebut
September 2016. Kegiatan ini diikuti oleh 10
konseli menjadi lebih mengerti dengan tugas-
siswa secara individual dan bergiliran sesuai
tugasnya, dia dapat meningkatkan nlainya karena apabila ada soal yang tidak mengerti dia tidak malu
17 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
dan tidak gengsi lagi untuk bertanya kepada orang
diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri
lain. Konseli 3 adalah SA memiliki penerimaan diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri dengan skor 53). Konseli mempunyai keinginan yang tidak realistis yaitu konseli ingin bebas tanpa diatur-atur oleh orang tuanya yang over protektif .dia menginginkan
orang
keinginannya
main
tuanya
menuruti
setiap
bersama
teman.
Konseli
menyadari bahwa keinginannya tidak realistis dan dia membuat rencana akan mencoba menurunkan egonya dan mulai disiplin menjadi anak yang menurut dengan orang tua. Setelah melakukan rencana tersebut konseli menjadi lebih disiplin dan menurut dengan orang tuanya, sikapnya pun mulai menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Konseli 4 adalah REA memiliki penerimaan diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri dengan skor 61). Konseli mempunyai keinginan yang tidak realistis yaitu dia ingin dianggap kebenarannya oleh teman sekelas, dia ingin teman sekelas tidak mengucilkannya karena dia berbeda dengan yang lain. Dia ingin teman-temannya mengakui kalau memang dia memiliki kekuatan lebih dari yang lain. Konseli
Konseli 5 adalah RDM memiliki penerimaan
menyadari
bahwa
keinginannya
tidak
realistis dan dia membuat rencana akan mulai mencoba untuk bergaul dengan teman, mulai menyapa duluan teman, dan menghilangkan rasa sombong pada dirinya. Setelah melakukan rencana tersebut konseli menjadi lebih menghargai setiap apa yang ada pada dirinya dan mulai dapat berbaur dengan teman kelasnya, sifat sombongnya pun mulai berkurang dan mengarah ke perubahan perilaku yang lebih baik.
dengan skor 56). Konseli mempunyai keinginan yang tidak realistis yaitu konseli ingin orang lain respek terhadap dia dan tidak mengolok-olok dia saat maju kedepan. Dia ingin sekelompok dengan orang yang pintar agar nilai kelompoknya bagus. Konseli menyadari bahwa keinginannya tidak realistis dan dia membuat rencana akan mulai mencoba untuk lebih serius dan berperan aktif saat kerja kelompok dan mulai belajar lebih giat lagi. Setelah melakukan rencana tersebut konseli menjadi lebih aktif saat di dalam kelompok dan teman-teman mulai respek terhadap dia, dia juga sudah belajar dengan giat, perubahan perilaku konseli mengarah ke hal yang positif. Konseli 6 adalah HFA memiliki penerimaan diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri dengan skor 56).Konseli mempunyai keinginan yang tidak realistis yaitu konseli ingin kehadiran ayahnya di tengah keluarga laigi, konseli ingin merasakan kasih saying ayahnya lagi. Konseli menyadari bahwa keinginannya tidak realistis dan dia membuat rencana akan mulai mencoba untuk menerima bahwa ayahnya sudah meninggal dan tidak akan bisa seperti dulu lagi, dia akan menjalani hidup secara normal tanpa dibayang-bayangi dengan keinginan bersama ayahnya. Setelah melakukan rencana tersebut konseli menjadi lebih menerima dan menyadari kalau ayahnya tidak dapat hadir dalam keluarga dan seiring berjalannya waktu konseli mulai bisa melupakannya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi. Konseli 7 adalah GAM memiliki penerimaan diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri dengan skor 56). Konseli mempunyai keinginan yang
Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 18
tidak realistis yaitu konseli ingin motor baru
tidak realistis dan dia membuat rencana, konseli
sementara dia masih punya, dia ingin terlihat keren
akan
dimata teman-temannya. . Konseli menyadari bahwa
kakaknya salah dan harus di penjara, konseli
keinginannya tidak realistis dan dia membuat
mencoba menerima bahwa kakaknya tidak dapat
rencana, konseli berjanji akan bersabar untuk
bebas begitu saja, karena dia harus menjalani
menunggu orang tuanya membelikan motor dan
hukuman. Setelah melakukan rencana tersebut
bersikap lebih baik terhadap orang tuanya agar
konseli akhirnya konseli dapat menerima keadaan,
orang tua juga mau menuruti keinginannya. Setelah
konseli menyadari kalau kakaknya salah dan harus
melakukan rencana tersebut konseli
akhirnya
menerima hukuman dan tidak bisa keluar dengan
konseli menjadi lebih mengerti keadaan orang tua
cepat, konseli bersabar menunggu sampai kakaknya
nya dan tidak menuntuk orang tuanya agar
keluar dari penjara.
membelikan dia motor, serta sikapnya terhadap orang tua berubah lebih baik lagi.
mencoba
menerima
Konseli penerimaan
10
diri
menyataan
adalah rendah
DDRU
bahwa
memiliki
(berdasarkan
skala
Konseli 8 adalah DES memiliki penerimaan
penerimaan diri dengan skor 46).Konseli mempunyai
diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri
keinginan yang tidak realistis yaitu konseli ingin
dengan skor 51). Konseli mempunyai keinginan yang
selalu di dengar oleh teman-teman, selalu di
tidak realistis yaitu konseli ingin sekolah tidak
perhatikan,
mengeluarkannya, tawuran bagi konseli hanya untuk
dikucilak teman-temannya dan dianggap ada oleh
gaya-gayaan saja dengan sekolah lain. Konseli
temannya. Konseli menyadari bahwa keinginannya
menyadari bahwa keinginannya tidak realistis dan
tidak realistis dan dia membuat rencana, konseli
dia membuat rencana, konseli akan berbuat baik dan
akan memcoba mendekati teman-teman, mengajak
tidak akan tawuran lagi karena dia sudah akan
ngobrol duluan, tidak malu, menyapa teman
dikeluarkan apabila dia melakukan pelanggaran lagi
mencoba ramah agar teman-teman respek dan mau
di sekolah. Setelah melakukan rencana tersebut
menerima dia. Setelah melakukan rencana tersebut
konseli akhirnya konseli tidak ikut-ikut tawuran lagi,
konseli
dan sikapnya di sekolah sudah baik, dia tidak
berbicara di depan temannya, mulai bergal dan
melakukan pelanggaran di sekolah dan manaati
berteman dengan baik, serta diterima baik oleh
setiap peraturan di sekolah.
temnnya.
Konseli 9 adalah ATF memiliki penerimaan
diterima
oleh
temn-teman,
tidak
akhirnya konseli menjadi mulai berani
c. Posttest
diri sedang (berdasarkan skala penerimaan diri
Posttest diberikan beberapa hari setelah
dengan skor 65).Konseli mempunyai keinginan yang
diberikan treatment yaitu pada tanggal, 15
tidak realistis yaitu konseli ingin kakaknya tidak di
September
penjara karena kesalahannya, konseli ingin teman-
kelompok saat jam istirahat.
teman tidak mengolok-olok dia dan kakaknya karena nakal dan masuk penjara.Dia ingin kakaknya bebas dari penjara. Konseli menyadari bahwa keinginannya
2016
di
ruangan
konseling
19 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
Perbandinganpost Skor test; Pretest post test; post test; post test; post test; post test; post test; post test; 6; 77 dan Post-test post test; 9;test; 75 postpre test; 2; 74 3; 74 4; 72 10; 72
5;pre 70 test; 1; 69test; pre test; pre 66 8; 65 pre test; pre7;test; 9; 65 pre test; 4; 61 pre test; 6; 59 7; 56 pre test; 2; 57 5; 56 pre test; 3; 53 8; 51 pre test 1; 49 10; 46 post test
Dari gambar hasil uji Wilcoxon di atas dapat diketahui bahwa taraf signifikasi p = 0,005 < 0,05 hal ini menujukkan Ho ditolak yang artinya ada perbedaan antara pretest dan posttest kelompok eksperimen. Maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen. Ranks
Dari gambar di menunjukkan lebih jelas,
N
bahwa ada perbedaan antara skor pretest dan
Rank
Ranks
0a
.00
.00
10b
5.50
55.00
skor post tes. Yang menunjukkan bahwa ada peningkatan skor penerimaan diri siswa dari
Negativ
skor pretest dengan skor post-test.
e Ranks
Mean Sum of
Berikut merupakan tabel hasil skor ratarata pretest dan posttest:
postest
Positive
– pretest Ranks
Pretest
postest
10
10
Ties
0c
Total
10
a. postest < pretest Valid
b. postest > pretest Missing
0
0
c. postest = pretest Mean
55.3000 71.4000
Std. Deviation
5.71645 3.89301
Test Statisticsa
postest pretest
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa skor rata-rata pretest adalah 55,3 sedangkan
Z
-2.807b
Asymp. Sig. (2-tailed)
.005
untuk posttest adalah 71,4. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata penerimaan diri siswa kelas IX SMP N 1
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
Tempel sebesar 16,1 setelah diberikannya treatment konseling realitas.
a. Uji Wilcoxon
b. Based on negative ranks.
-
Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 20
Penerimaan diri memiliki peranan yang
merupakan inti dalam konseling realita.” Hal
penting dalam interaksi sosial karena penerimaan
ini dimaksudkan agar konseli dapat menjadi
diri
dalam
individu
Tanpa
keadaan dirinya dan berusaha mengembangkan
dapat
membantu
bersosialisasi
dengan
seseorang orang
lain.
yang
mandiri
segala
bisa menerima orang lain sehingga akan
menghadapi segala permasalahan hidup. Sesuai
berpengaruh
perkembangan aktualisasi
dengan pernyataan di atas, berarti konseling ini
dirinya. Dengan penerimaan diri yang baik,
tepat jika diberikan pada siswa kelas IX yang
individu
sudah diharuskan bisa menghadapi tantangan
menjadi
lebih menyadari siapa
dirinya, apa yang menjadi kekurangannya,
yang
memahami
penerimaan diri, individu cenderung akan sulit
pada
potensi
dengan
dimilikinya
dalam
hidup.
apa yang menjadi kelebihannya yang ini bisa
Gambaran penerimaan diri pada siswa
digunakan untuk menghadapi masalah apa
kelas IX sebelum konseling realitas menunjukan
yang sedang dihadapinya, dan tuntutan dalam
bahwa terdapat sepuluh anak yang memiliki
menjalankan perannya di masyarakat.
penerimaan diri rendah dan sedang dan memiliki
Penerimaan diri adalah
suatu sikap
perilaku tidak bisa menerima diri. Perilaku tidak
dimana individu memiliki penghargaan yang
bisa menerima diri ditunjukan dengan sikap
tinggi
dan
seperti pendiam, suka menyendiri di dalam
kekurangan dirinya sendiri tanpa menyalahkan
kelas, suka berpikiran negatif terhadap dirinya
orang lain dan mempunyai keinginan untuk
sendiri, menghindari teman, kurang percaya diri
mengembangkan diri secara terus menerus.
atau minder, serta malu dengan latarbelakang
terhadap
Penelitian
segala
ini
kelebihan
dilakukan
untuk
dirinya sendiri.
mengetahui keefektifan konseling realitas dalam
Gambaran penerimaan diri diperoleh dari
mengubah penerimaan diri siswa kelas VIII SMP
hasil wawancara dan skala penerimaan diri yang
Negeri 1 Tempel setelah diberikan treatment.
diisi oleh masing-masing siswa. Kemudian,
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti
kesepuluh siswa tersebut diberikan treatment
menentukan
individual
melalui konseling individual pendekatan realitas.
dengan pendekatan realitas sebagai treatment
Dari hasil konseling individual yang telah
untuk mengubah penerimaan diri rendah pada
dilakukan, peningkatan penerimaan diri setiap
siswa kelas IX. Layanan konseling yang
siswa
diharapkan dapat membantu individu agar
penerimaan
mampu menentukan arah hidup yang dipilihnya
penerimaandiri setelah mendapatkan konseling
sendiri, mampu memecahkan masalah yang
individual
dihadapinya dan yang paling penting adalah
bahwa peningkatan tertinggi terdapat pada siswa
mampu
S-10
layanan
menyesuaikan
konseling
diri
secara
positif.
Glasser (dalam Corey, 2007: 269) menyebutkan bahwa
“mengajarkan
tanggung
jawab
diukur
kembali diri.
Hasil
pendekatan
merupakan
menggunakan pengisian
realitas
konseli
yang
skala skala
menunjukan
mengalami
peningkatan penerimaan diri paling banyak dari hasil pre-test dan post-test dengan perbedaan
21 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
skor 26, yaitu dari 46 menjadi 72. Sedangkan
tersebut dapat memahami dan menerima dirinya
konseli yang mengalami peningkatan skor paling
sebagai proses aktualisasi diri.
rendah ialah S-7 dan S-9 dengan perbedaan hasil
Dalam melakukan konseling individual
pre-test dan post-test S-7 sebesar 10, yaitu dari
pendekatan
56 menjadi 66. Dan perbedaan hasil pre-test dan
memperhatikan aspek-aspek penerimaan diri
post-test S-9 sebesar 10, yaitu dari 65 menjadi
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
75. Adanya peningkatan tersebut menunjukan
konselor dalam mengubah penerimaan diri
bahwa penerimaan diri siswa kelas IX SMP
konseli. Pada aspek keluasan terkait dengan
Negeri 1 Tempel dapat ditingkatkan melalui
banyaknya topik yang didiskusikan seperti
konseling realitas.
pendidikan konseli, hobby, penerimaan diri
Kemampuan konselor dalam membangun hubungan
interpersonal
dalam
realitas,
konselor
sangat
konseli secara fisik yaitu faktor ekonomi konseli.
proses
Pada aspek kedalaman, terkait bagaimana cara
komunikasi konseling merupakan elemen kunci
konselor mengenal lebih dalam konseli dalam
keberhasilan proses konseling. Komalasari,dkk.
beberapa
(2011:267) mengungkapkan “konselor harus
membicarakan orang lain dan pengungkapan
mampu menujukan sikap yang selaras dan
perasaan
keaslian
keseluruhan, hasil
(congruence
or
genuineness),
tahapan
konseli
seperti
basa-basi,
yang sebenarnya. penelitian
Secara
yang telah
penerimaan tanpa syarat (unconditional positive
dilakukan menunjukan bahwa siswa kelas IX
regard and acceptance), dan pemahaman empati
yang menjadi subjek penelitian
yang tepat (accurate emphatic understanding)”.
penerimaan diri rendah karena mereka merasa
Apabila dalam proses konseling, kondisi dan
kurang kasih sayang dan perhatian, terlebih ini
peran
maka
karena mereka berasal dari keluarga dengan
konseli pun akan merasa lebih aman dan
kondisi ekonomi lemah.Konseling dilaksanakan
nyaman
lebih
sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan.
terbuka pada saat proses konseling. Pada
Walaupun dalam pelaksanaan treatment terdapat
awalnya
untuk
beberapa hambatan, namun secara keseluruhan
menceritakan dirinya. Hal ini dapat terjadi
pelaksanaan treatment dapat berjalan dengan
karena konseli belum merasa nyaman dan
baik.
percaya
dalam
pelaksanaan kegiatan adalah menentukan waktu
penelitian ini, konseling realita memandang
pertemuan karena konseli mempunyai banyak
penerimaan
kesibukan dengan kegiatan di sekolah.
konselor
dan
dapat
konseli
konseli
dengan
diri
dimunculkan,
akan
merasa
konselor.
sebagai
menjadi
malu
Padahal
kondisi
yang
Hambatan
yang
mempunyai
ditemui
selama
merupakan bentuk penerimaan individu tentang
Hasil konseling terhadap siswa yang
segala potensi yang dimilikinya, baik itu berupa
memiliki penerimaan diri rendah memang belum
kelebihan
memberikan pengaruh yang
maupun
segala
kekurangan yang
telah melekat pada dirinya sehingga individu
besar
terhadap
penyelesaian secara keseluruhan, namun mampu meningkatkan penerimaan diri siswa khususnya
Efektivitas KonselingRealitas .... (Marizka Adi Winarni) 22
pada 10 siswa yang menjadi sampel dalam
Pengamatan
terhadap
konseli
hanya
penelitian ini.
dilakukan pada saat proses konseling.
Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu
Aktivitas konseli yang cukup banyak tidak
meningkatkan penerimaan diri melalui konseling
memungkinkan konselor untuk senantiasa
realitas diharapkan melalui layanan konseling
mengikuti dan mengamati segala aktivitas
individual tersebut mampu untuk mengatasi
yang dilakukan konseli.
masalah rendahnya penerimaan diri pada siswa
SIMPULAN DAN SARAN
kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel. Sesuai dengan uraian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
Simpulan
konseling individual pendekatan realitas dapat
Berdasarkan
hasil
penelitian
tentang
mengatasi penerimaan diri rendah, sehingga
mengubah penerimaan diri siswa kelas IX di SMP
dapat diketahui bahwa harapan dari penelitian ini
Negeri 1 Tempel diperoleh kesimpulan secara
tercapai.
umum bahwa penerimaan diri siswa
Keterbatasan Penelitian
ditingkatkan melalui konseling individual pendekatan
dapat
realitas. Adapun kesimpulan khusus diperoleh hasil Penelitian yang dilakukan sudah diupayakan
sebagai berikut:
untuk dilakukan sebaik mungkin dan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Namun
1
Gambaran penerimaan diri siswa kelas IX
hasil penelitian yang didapatkan oleh praktikan, tidak
SMP Negeri 1 Tempel sebelum diberikan
lepas dari keterbatasan yang ditemui oleh praktikan
konseling
selama di lapangan. Adapun keterbatasan tersebut
yaitu siswa kelas termasuk dalam kriteria
adalah:
individual pendekatan realitas
penerimaan diri sedang dengan rata-rata skor sebesar 55,3.
1) Keterbatasan tempat pelaksanaan Tempat pelaksanaan konseling di ruangan
2
Gambaran penerimaan diri setelah diberikan
di
konseling individual pedekatan realitas yaitu
konseling
siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tempel dalam
individual berlangsung bersamaan dengan
kriteria sedang dengan persentase sebesar
itu
71,4.
konseling ruangan
individual BK,
ada
ruangannya
saat
terletak
kegiatan
konseling di
kelompok
yang 3
Ada perbedaan penerimaan diri siswa kelas
sebelah
ruangan
sehingga
kurang
IX SMP Negeri 1 Tempel sebelum dan
konsusif. Hal tersebut sering tadi karena
setelah diberikan layanan konseling individu
hampir setiap waktu ruangan BK tidak
realita. Hal ini ditunjukan dengan adanya
pernah sepi akan siswa bahkan guru-guru
peningkatan antara skorsebelum dan setelah
yang terkadang hanya mengobrol di ruang
treatment. Sebelum treatment menunjukan
tamu.
skor rata-rata sebesar 55,3 dengan kriteria
konseling
tepat
yang
individual
2) Pengamatan saat proses konseling
sedang.
Setelah
diberikan
treatment
23 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 tahun ke-6 2017
menunjukan kriteria 16,1
rata-rata skor
sedang.
Perubahannya
ditunjukan
menghadapi
71,4 dengan
dengan
segala
sebesar
hal keyakinan
tantangan
dalam
menghadapi kehidupan meningkat, dalam hal menerima kekurangan yang ada pada
DAFTAR PUSTAKA Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:Rafika Aditama.
Hurlock, E.B. (1974). Personality Development. New delhi.Mc Graw-Hill. __________. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu
dirinya meningkat, dalam hal menerima
Pendekatan
kritik meningkat dan juga lebih merasa
Kehidupan.Jakarta:Erlangga.
Sepanjang
Rentang
kehadirannya bisa diterima oleh orang lain. 4
Berdasarkan hasil uji hipotesis wilcoxon pada pretest dan posttest menunjukkan taraf signifikasi p = 0,005 < 0,05 hal ini menujukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan akhir dalam penelitian
Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang: UMM press. Palmer, Stephen (Ed.). (2011). Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prayitno.(2004).Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang.
ini adalah konseling realitas efektif dalam meningkatkan penerimaan diri siswa kelas
Purwanto.(2011).
Evaluasi
Hasil
Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
IX SMP N 1 Tempel.
Saifuddin
Azwar.(2012).
Reliabilitas
dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Tempel maka disarankan sebagai berikut:
______________.
(2013).
Reliabilitas
dan
Valditas: Edisi 2. Yogyakarta: Rineka Cipta.
1. Para Guru BK Diharapkan
Santrock, J.W. (2006). Life-Span Development, Guru
Konselingdapat
Bimbingan
menggunakan
dan
Jilid I, (Terjemahan).Jakarta. Erlangga.
metode
_______. (2008). Metode penelitian pendidikan
konseling realitas karena menurut penelitian
(pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
ini konseling realitas efektif digunakan untuk
R&D). Bandung: Alfabeta.
meningkatkan penerimaan diri siswa.
Winkel, W.S. dan MM Sri Hastuti. (2007).
2 Peneliti Selanjutnya
Bimbingan dan konseling di institusi
Peneliti selanjutnya bersama Guru Bimbingan dan Konselingsebaiknya saling berkoordinasi untuk
memilih
ruang
yang
tepat
agar
pemberian treatment dapat berjalan lancar.
pendidikan. Yogyakarta: media Abadi.