Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
Efektifitas Terapi Penghentian Pikiran, Relaksasi Otot Progresif dan Psikoedukasi Keluarga pada Klien Nyeri dan Ansietas di Rumah Sakit Umum Ira Ocktavia Siagian1, Budi Anna Keliat2 & Ice Yulia Wardhani3 1
Mahasiswa Ners Spesialis Ilmu Keperawatan Kekhusussan Keperawatan Jiwa – FIK-UI Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424 Email:
[email protected] 2,3 Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK-UI
Abstrak Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan yang ansietas dan dapat terjadi bila seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologi (seperti harga diri, gambaran diri, atau identitas diri). Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah mengetahui hasil efektifitas terapi penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga pada klien nyeri dan ansietas melalui pendekatan model adaptasi Roy. Jumlah klien yang dikelola sebanyak 90 orang. Hasil karya tulis ilmiah ini adalah ada pengaruh tindakan keperawatan ners dan ners spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga) terhadap penurunan tanda gejala serta peningkatan kemampuan klien dan keluarga dalam mengurangi nyeri dan mengatasi ansietas. Karya tulis ilmiah ini merekomendasikan terapi penghentian pikiran, terapi relaksasi otot progresif dan terapi psikoedukasi keluarga sebagai terapi keperawatan pada ansietas. Kata kunci: Nyeri, ansietas, terapi penghentian pikiran, terapi relaksasi otot progresif, psikoedukasi keluarga
Abstract Knowledge and experience of pain is an unpleasant emotional result of tissue damage that actual or potential. Pain occurs along much of the disease process or together with some diagnostic examination or treatment. The relationship between pain and anxiety are complex. Ansietas can increase the perception of pain, but pain can also cause a feeling of anxiety and can occur when a person feel threatened both physically and Psychology (such as self-esteem, self, or a picture ID). This scientific paper objective is to know the results of the effectiveness of thought stopping therapy, progressive muscle relaxation and family psikoeducation on the client ansietas and pain through the adaptation of the model approach to Roy. The number of clients that are managed as many as 90 people. The results of this scientific paper is there influence nursing actions ners and ners specialists (thought stopping, progressive muscle relaxation and family psychoeducation) against a decrease in symptoms and signs of increased the ability of clients and families in reducing pain and cope with ansietas. This scientific paper recommends therapy thought stopping, progressive muscle relaxation therapy and family psychoeducation therapy as a family on anxiety. Keywords: Pain, anxiety, thought stopping therapy, progressive muscle relaxation therapy, family psychoeducation therapy
715
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
pasien dengan penyakit fisik khususnya penyakit kanker cenderung mengalami ansietas dan kondisi tersebut dapat memperburuk kondisi pasien. Berdasarkan data tersebut penyakit fisik dapat menyebabkan ansietas dari tingkat ringan, sedang, berat dan panik. Setiap orang sangat berbeda terhadap nyeri diantaranya ada yang disertai takut, gelisah cemas dan optimis. Ansietas pada pasien post operasi perlu mendapatkan perhatian yang serius karena ansietas akan meningkatkan pelepasan rennin, angeotensin, aldosteron dan kortisol yang mengakibatkan terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah sehingga dapat mengurangi suplay pembuluh darah ke miokard. Ansietas dapat merangsang melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus, pitiutari dan adrenal). Stress akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan produksi CRF (corticotrophin releasing factor). CRF selanjutnya akan merangsang pituitary anterior untuk dapat meningkatkan produksi ACTH (Adeno Cortico Tropin Hormon). Hormon tersebut yang akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol ini selanjutnya yang akan menekan sistem imun tubuh sehingga memperberat kondisi klien. Nyeri ini akan mempengaruhi status kesehatan pasien secara keseluruhan. Dengan demikian maka akan menurunkan produktifitasnya dalam beraktivitas karena nyeri juga dapat
Pendahuluan Kesehatan jiwa harus dimiliki oleh individu sesuai dengan Mental Health Action Plan dari WHO (2013-2020) bahwa tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa dimulai dari rentang adaptif ke maladaptif terdiri dari sehat jiwa, orang dengan masalah kejiwaan dan gangguan jiwa. Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan dan atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa (Undang-undang Kesehatan Jiwa, 2014). Prevalensi ansietas di Amerika sebesar 18,1% yang banyak dialami usia dewasa (National Institute Mental Health, 2015). Menurut WHO-PPGHC (World Helath Organization-Psychiatric Prevalence in General Health Care) bahwa ansietas dialami pada klien dengan gangguan fisik yaitu sebesar 10,2% dari masalah mental emosional lainnya (Dirjen Med, 2012). Data ansietas di Indonesia untuk prevalensinya belum diketahui secara pasti. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013 mengidentifikasi prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0%. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,6%) dan untuk Provinsi Jawa Barat (9,3%). Penelitian Hinz et al (2010) menemukan bahwa pada
716
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
mengganggu system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan imunologik. Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan yang ansietas. Banyak faktor yang mempengaruhi ansietas seseorang diantaranya adalah karakteristik stimulus (Intensitas, lama, jumlah), karakteristik Individu. Ansietas dapat terjadi bila seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologi (seperti harga diri, gambaran diri, atau identitas diri). Manifestasi ansietas yang terjadi tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, perasaan sakit/nyeri dan mekanisme koping (Long, 2000). Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas, sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Paice (2010) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yaitu memperburuk atau menghilangkan nyeri.
keperawatan pada klien nyeri dan ansietas sebanyak 90 orang. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan adalah tindakan ners dan ners spesialis yang secara terintegrasi dimana tindakan ners dilakukan oleh ketua tim dan perawat ruangan di ruangan Antasena, sedangkan tindakan ners spesialis dilakukan oleh mahasiswa penulis. Rata-rata lama rawat selama 1-5 hari di ruang Antasena. Jumlah pertemuan dengan klien nyeri dan ansietas untuk melakukan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis sebanyak 3-4 kali pertemuan. Sebagian proses perpindahan klien cukup cepat di Ruang Antasena, dikarenakan sebagian klien memilih ruangan kelas 1. Asuhan keperawatan yang dilakukan bersama sama dengan ketua tim dan perawat ruangan dilakukan pada klien nyeri dan ansietas dimana ketua tim dan perawat ruangan melakukan tindakan ners kemudian mahasiswa residensi melakukan tindakan ners spesialis. Integrasi yang dilakukan dengan 3 orang perawat ruangan bersamaan dengan melakukan research one case yaitu melakukan asuhan keperawatan melalui kesepakatan sebelumnya dan memberikan role play kepada perawat ruangan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengambil 2 klien setiap hari pada masing-masing ketua tim dan perawat ruangan, kemudian dilakukan pengkajian pre dan post untuk tanda gejala dan kemampuan serta tindakan ners dilakukan oleh perawat ruangan.
Bahan dan Metode Pelaksanaan pemberian tindakan ners dan ners spesialis dilakukan selama 9 minggu di ruang rawat inap Antasena tanggal 16 Februari-18 April 2016 dengan merawat 95 klien dan asuhan
717
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
mendapat dukungan dari kelompok dan masyarakat. Material asset yang dimiliki sebagian besar klien adalah BPJS. Pengaruh tindakan keperawatan ners, terapi, penghentian pikiran, relaksasi otot progresif pada kelompok pertama dapat dilihat pada tabel 1. Tindakan dilanjutkan dengan tindakan ners, terapi, penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga oleh penulis dengan diawali tindakan ners, tindakan terapi penghentian pikiran dan dilanjutkan dengan relaksasi otot progresif serta psikoedukasi keluarga. Setelah tindakan ners dan ners spesialis selesai diberikan, kemudian hari ke 3 atau ke 4, perawat ruangan dan penulis mengevaluasi tanda gejala dan mengukur kemampuan klien.
Hasil Karakteristik klien nyeri dan ansietas dalam karya tulis ilmiah ini adalah rata-rata klien dalam rentang usia 25-60 tahun, jenjang pendidikan paling banyak adalah SD, status perkawinan paling banyak menikah dan status pekerjaan paling banyak tidak memiliki pekerjaan. Faktor predisposisi biologis paling banyak adalah riwayat penyakit fisik lain, predisposisi psikologis paling banyak adalah pengalaman tidak menyenangkan, predisposisi sosial paling banyak adalah penghasilan rendah/kurang. Sumber koping berupa kemampuan personal sebagian besar klien belum memilki kemampuan cara mengatasi masalah. Dukungan sosial dari keluarga sebagian besar tidak mampu merawat, sebagian besar klien tidak
Tabel 1 Pengaruh Tindakan Ners, Penghentian Pikiran dan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tanda dan Gejala Ansietas.(n=40) No Tanda dan gejala Pre Post Kognitif 1 Sulit mengambil keputusan 38 12 2 Sulit berfikir 27 10 3 Mudah lupa 35 8 4 Tidak mampu menerima informasi dari luar 36 11 5 Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik 25 7 6 Merasa kurang berharga 32 8 Rata-rata tanda gejala 4.83 1.4 Afektif 1 Merasa tidak bahagia 28 10 2 Sedih dan sering menangis 34 15 3 Sulit menikmati kegiatan harian 33 7 4 Kehilangan minat/gairah 22 8 Rata-rata tanda gejala 2.93 1
718
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5
1 2 3
ISSN 1410-234X
Tanda dan gejala Fisiologis Nadi dan tekanan darak naik Tidak nafsu makan Diare/konstipasi Gelisah Berkeringat Tangan gemetaran Sakit kepala Sulit tidur Mudah lelah Rata-rata tanda gejala Perilaku Gerakan meremas tangan Bicara berlebihan dan cepat Perasaan tidak aman Pekerjaan sehari-hari terganggu Tidak mampu melakukan kegiatan Rata-rata tanda gejala Sosial Ketidakmampuan untuk berkomunikasi Acuh dengan lingkungan Penurunan kemampuan bersosialisasi Sulit berinteraksi dengan orang lain Rata-rata tanda gejala
Tanda dan gejala kognitif paling banyak ditemukan sebelum dilakukan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis adalah sulit mengambil keputusan sebanyak 38 klien. Secara keseluruhan, rata-rata tanda gejala kognitif yang dialami klien sebanyak 5 dari 6 tanda gejala kognitif. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala kognitif yang masih ada adalah sulit mengambil keputusan sebanyak 12 klien, dengan rata-rata mengalami 1.4 dari 6 tanda gejala kognitif. Tanda dan gejala afektif sebelum diberikan tindakan keperawatan yang paling banyak terjadi adalah sedih dan sering menangis yaitu sebanyak 34 klien. Secara keseluruhan, rata-rata tanda
Pre
Post
28 38 22 28 25 21 29 24 31 6.15
12 15 10 8 9 8 10 5 5 2.05
36 28 24 28 25 3.53
16 8 8 6 7 1.13
25 29 37 28 2.98
8 9 16 9 1.05
gejala afektif yang dialami klien sebanyak 3 dari 4 tanda gejala afektif. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala afektif yang masih ada adalah sedih dan sering menangis sebanyak 15 klien, dengan rata-rata mengalami 1 dari 4 tanda gejala afektif. Tanda dan gejala fisiologi yang paling banyak terjadi sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah tidak nafsu makan yaitu sebanyak 38 klien dengan rata-rata sebesar 6 dari 9 tanda gejala fisiologis. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala afektif yang masih ada adalah tidak nafsu makan sebanyak 15 klien. Tanda dan gejala perilaku yang paling banyak terjadi sebelum
719
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
diberikan tindakan keperawatan adalah gerakan meremas tangan yaitu sebanyak 36 klien dengan ratarata mengalami 3 dari 5 tanda gejala perilaku yang ditemukan. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala perilaku yang masih dialami klien adalah gerakan meremas tangan sebanyak 16 klien dengan rata-rata mengalami 1 dari 5 tanda gejala perilaku. Tanda dan gejala sosial yang banyak terjadi sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah penurunan kemampuan bersosialisasi
sebanyak 37 klien dengan rata-rata mengalami 3 dari 4 tanda gejala sosial. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala sosial yang masih dialami klien adalah penurunan kemampuan bersosialisasi sebanyak 16 klien dengan rata-rata mengalami 1 dari 4 tanda gejala sosial. Pengaruh tindakan keperawatan ners, penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga pada kelompok kedua dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Pengaruh tindakan keperawatan ners, penghentian pikiran, relaksasi psikoedukasi keluarga terhadap tanda dan gejala ansietas.(n=50) No Tanda dan gejala Kognitif 1 Sulit mengambil keputusan 2 Sulit berfikir 3 Mudah lupa 4 Tidak mampu menerima informasi dari luar 5 Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik 6 Merasa kurang berharga Rata-rata tanda gejala Afektif 1 Merasa tidak bahagia 2 Sedih dan sering menangis 3 Sulit menikmati kegiatan harian 4 Kehilangan minat/gairah Rata-rata tanda gejala Fisiologis 1 Nadi dan tekanan darak naik 2 Tidak nafsu makan 3 Diare/konstipasi 4 Gelisah 5 Berkeringat 6 Tangan gemetaran 7 Sakit kepala 8 Sulit tidur 9 Mudah lelah Rata-rata tanda gejala
720
otot progresif dan Pre
Post
48 37 35 46 35 42 4.86
13 6 7 8 4 8 0.92
38 46 43 32 3.18
10 12 10 8 0.8
28 48 32 38 35 31 39 34 31 6.26
8 12 9 7 12 10 8 10 6 1.64
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
No 1 2 3 4 5
1 2 3
ISSN 1410-234X
Tanda dan gejala Perilaku Gerakan meremas tangan Bicara berlebihan dan cepat Perasaan tidak aman Pekerjaan sehari-hari terganggu Tidak mampu melakukan kegiatan Rata-rata tanda gejala Sosial Ketidakmampuan untuk berkomunikasi Acuh dengan lingkungan Penurunan kemampuan bersosialisasi Sulit berinteraksi dengan orang lain Rata-rata tanda gejala
Tanda dan gejala kognitif paling banyak ditemukan sebelum dilakukan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis adalah sulit mengambil keputusan sebanyak 48 klien. Secara keseluruhan, rata-rata tanda gejala kognitif yang dialami klien sebanyak 5 dari 6 tanda gejala kognitif. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala kognitif yang masih ada adalah sulit mengambil keputusan sebanyak 13 klien, dengan rata-rata mengalami 0.92 dari 6 tanda gejala kognitif. Tanda dan gejala afektif sebelum diberikan tindakan keperawatan yang paling banyak terjadi adalah sedih dan sering menangis yaitu sebanyak 46 klien. Secara keseluruhan, rata-rata tanda gejala afektif yang dialami klien sebanyak 3 dari 4 tanda gejala afektif. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala afektif yang masih ada adalah sedih dan sering menangis sebanyak 10 klien, dengan rata-rata mengalami 0.8 dari 4 tanda gejala afektif.
Pre
Post
46 38 34 38 35 3.82
12 8 9 7 8 0.88
36 29 42 38 2.88
10 9 10 8 0.74
Tanda dan gejala fisiologi yang paling banyak terjadi sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah tidak nafsu makan yaitu sebanyak 45 klien dengan rata-rata sebesar 6 dari 9 tanda gejala fisiologis. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala fisiologis yang masih ada adalah tidak nafsu makan sebanyak 12 klien, dengan rata-rata mengalami 2 dari 9 tanda gejala fisiologis. Tanda dan gejala perilaku yang paling banyak terjadi sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah gerakan meremas tangan yaitu sebanyak 46 klien dengan ratarata mengalami 4 dari 5 tanda gejala perilaku yang ditemukan. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala perilaku yang masih dialami klien adalah gerakan meremas tangan sebanyak 12 klien dengan rata-rata mengalami 0.88 dari 5 tanda gejala perilaku. Tanda dan gejala sosial yang banyak terjadi sebelum diberikan tindakan keperawatan adalah penurunan kemampuan bersosialisasi
721
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
sebanyak 42 klien dengan rata-rata mengalami 3 dari 4 tanda gejala sosial. Setelah diberikan tindakan keperawatan, tanda gejala sosial yang masih dialami klien adalah penurunan kemampuan bersosialisasi
sebanyak 16 klien dengan rata-rata mengalami 0.74 dari 4 tanda gejala sosial. Perbedaan tanda dan gejala antara klien kelompok pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perbedaan tanda dan gejala antara klien kelompok pertama dengan kelompok kedua. No Tanda dan gejala n Mean SD SE P value Kognitif 1 Kelompok 1 40 3.43 3.33 0.53 3.94 2 Kelompok 2 50 3.94 4.23 0.6 Afektif 1 Kelompok 1 40 1.93 3.63 0.57 2 Kelompok 2 50 2.38 4.55 0.64 2.38 Fisiologis 1 Kelompok 1 40 4.1 3.22 0.51 4.62 2 Kelompok 2 50 4.62 4.18 0.6 Perilaku 1 Kelompok 1 40 2.4 3.54 0.56 2.94 2 Kelompok 2 50 2.94 4.49 0.63 Sosial 1 Kelompok 1 40 1.93 3.63 0.57 2.14 2 Kelompok 2 50 2.14 4.51 0.64
Berdasarkan tabel 3, didapatkan hasil bahwa pada semua respons nilai p value>0.05, berarti nilai alpha 5% tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata pemberian terapi paket 1 dan 2 yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara paket tindakan ners dan ners spesialis : terapi penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dengan tindakan ners dan ners spesialis : penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga terhadap penurunan tanda dan gejala pada klien nyeri dan ansietas.
Pembahasan Perubahan tanda dan gejala klien ansietas sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan ners, penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga dijelaskan dibawah ini. Respon kognitif dihasilkan dari kemampuan klien dalam menghadapi stressor.respon kognitif bisa bersifat positif atau negatif. Kemampuan klien terdiri dari kemampuan secara kognitif, afektif dan psikomotor. Konsep ini sejalan dengan hasil penerapan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis pada klien ansietas yang mampu
722
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
menurunkan rata-rata tanda gejala kognitif yang dialami klien. Tanda gejala afektif yang dialami klien ansietas seringkali berkaitan dengan pengalaman klien pada saat berinteraksi dengan orang lain serta respon emosi pada saat menghadapi stressor (Herdman, 2012). Perubahan fisiologis tubuh sebagai akibat dari kerja sistem saraf simpatis pada saat klien mengalami ansietas. Perubahan fisiologis dapat berupa peningkatan tanda-tanda vital, ketegangan otot, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan nyeri (Perry & Potter, 2005). Tindakan keperawatan bertujuan untuk menurunkan ansietas yang dialami klien sehingga dapat mengendalikan gejala-gejala yang muncul termasuk gejala fisiologis. Respon perilaku pada saat klien mengalami ansietas lebih didominasi oleh pengaruh sistem saraf otonom. Pada saat cemas, perilaku yang sering terjadi pada klien adalah perilaku waspada karena tidak bisa tenang dan gerakan yang sering kali tidak terarah. Tindakan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan klien dalam berperilaku yang adaptif ketika menghadapi stressor (Hunt, 2004). Pada saat klien berperilaku adaptif maka kecemasan yang dialami tidak akan berpengaruh terhadap aktifitas sehari-hari. Kondisi ansietas memungkinkan klien untuk memusatkan pada hal-hal yang dirasa sebagai stressor dan
mengesampingkan hal lain sehingga klien mengalami perhatian yang selektif dan mempengaruhi klien dalam melakukan hubungan sosial (Tomey, 2006). Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien terdiri dari tindakan keperawatan ners dan ners spesialis untuk klien dan keluarga. Perbedaan pada kelompok klien yang mendapat tindakan keperawatan ners, terapi penghentian pikiran dan terapi relaksasi otot progresif sejumlah 40 klien menunjukkan perubahan yang sangat optimal baik penurunan tanda dan gejala maupun peningkatan kemampuan klien dan keluarga. Pada kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, terapi penghentian pikiran, terapi relaksasi otot progresif, dan psikoedukasi keluarga sejumlah 50 klien juga menunjukkan perubahan baik penurunan tanda gejala maupun peningkatan kemampuan klien yang lebih optimal. Pada kelompok klien dengan pemberian tindakan keperawatan ners, penghentian pikiran dan relaksasi otot progresif, penurunan tanda dan gejala yang terjadi lebih didominasi pada aspek fisiologis (6.15), kemudian aspek kognitif (4.83). Penurunan tanda dan gejala pada klien dengan pemberian tindakan keperawatan ners, terapi penghentian pikiran, terapi relaksasi otot progresif, dan psikoedukasi keluarga keseluruhan aspek mengalami perubahan yang optimal
723
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
4. Karakteristik klien nyeri dan ansietas di rumah sakit umum untuk jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan, usia dewasa, pendidikan SD, tidak bekerja dan status menikah
Simpulan 1. Tindakan keperawatan ners dan ners spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif) berpengaruh terhadap penurunan tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan klien dalam mengurangi nyeri dan mengatasi ansietas di rumah sakit umum 2. Tindakan keperawatan ners dan ners spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga) berpengaruh terhadap penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan klien dan keluarga dalam mengurangi nyeri dan mengatasi ansietas di rumah sakit umum 3. Tidak ada perbedaan yang yang signifikan antara ratarata pemberian terapi antara tindakan keperawatan ners dan ners spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga) dengan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga) terhadap penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan pada klien nyeri dan ansietas
Saran 1. Menetapkan kebijakan dalam pelayanan keperawatan jiwa di tingkat puskesmas untuk mewujudkan continuity of care perawatan dari rumah sakit ke masyarakat 2. Memberdayakan semua perawat di ruang rawat inap umum untuk mengurangi nyeri dan mengatasi ansietas 3. Klien yang mengalami ansietas diharapkan tetap mengenali tanda dan gejala ansietas serta mampu melaksanakan tindakan ners dan ners spesialis yang telah diajarkan perawat dan penulis sehingga klien nantinya mampu mencegah terjadinya ansietas berulang dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi ansietas. DAFTAR PUSTAKA Agustarika, B. Keliat, B.A & Susanti, Y. (2009).Pengaruh Terapi thought stoping terhadap ansietas klien dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Tesis.Tidak dipublikasikan.
724
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Lolak. S, Connors. L.G, Sheridan.J.M, Wise.N.T, (2008).Effect of progressive muscle relaxation training on anxiety and depression in patient enrolled in an outpatient pulmonary rehabilitation programe. Psychotherapy and psychosomatic. 77, 119-125.
Boyes A.W, Girgis A, D’Este C & Zucca a.c. (2011). Prevalence and correlates of anxiety and depression among a population based sample of adult cancer survivors 6 months after diagnosis. Journal of affective disorders. 135. 184-192
Murthy, S. (2008).Family interventions and empowermwnt as an approach to enhance mental health resources in developing countries. http://www.pubmedcentral.nih. gov
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Dirjen Med & WHO (2012).Word Health Organization – Psychiatric Prevalence in General Health Care. Jakarta
Nanda. (2007). NANDA-I Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2007-2008. Philadelphia: NANDA International
Hunt.R, (2004).A resource kit fot self help/support groups for people affected by an eating disorder. Available from: http://www.medhelp.org/njgro ups/volunteerguide.pdf
Papathanasiou, I. Sklavou M. Kourkouta L. (2013).Holistic Nursing Care: Theories and Perspectives. American Journal of Nursing Science.http://article.sciencepu blishinggroup.com/pdf/10.1164 8.j.ajns.20130201.11.pdf
Kozier at al. (2007).Fundamental Nursing: Concepts, Process, and Practice. Eight Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc
Sadock BJ. Sadock VA. Kaplan & Sadock’s.(2007). Synopsis of Psychiatry.Behavior Sciences/Clinical Psychiatry.10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.
LeMone. P, Burke. K. (2008).Medical Surgical Nursing: Critical Thinking in Client Care, 4th Ed. New Jersey: Persone Prentice Hall.
725
Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016
ISSN 1410-234X
Semiun, Yustinus. (2007). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
Nursing.Philadelphia:Lippincot t Williams & Wilkins
Spiegel, D., & Giese-Davis, J., (2008).Depression and anxiety in metastatic cancer.Minerva Psichiatrica,49(1), 61. Strom, J.L & Egede, L.E. (2013) The Impact of Social Support on Outcomes in Adult Patients with Type 2 Diabetes: A Systematic Review. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc/articles/PMC3490012/ Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (9thed). St Louis: Mosby Year Book Suliswati.(2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Townsend, M.C. (2010). Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in EvidenceBased Practice. Six edition. Philadelphia: FA Davis Company. Varcarolis, Elizabet. M et al. (2006).Foundations of pshychiatric mental health nursing a clinical approach. Edisi 5.Sounders Elsevier, St Louis Missouri. Videbeck, S.L. (2010). Psychiatric Mental Health
726