PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL 50% DAUN JARONG (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) TERHADAP AKTIVITAS ALANIN AMINOTRANSFERASE DAN ASPARTATE AMINOTRANSFERASE PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
oleh : Hosianna Yossi Agustina NIM: 128114060
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
ũSerahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara Engkau!Ū (Mazmur 55:23a)
ũTetaplah berdoa.Ū (1 Tesalonika 5:17)
Kupersembahkan tulisan kecil ini untuk, Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya dalam hidupku Papah, Mamah, Kakak, dan Adikku yang selalu memberikan cinta dan dukungannya Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji Syukur kepada Tuhan atas kasih, anugerah, dan damai sejahtera yang selalu tercurah dan melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang
berjudul
“EFEK
HEPATOPROTEKTIF
EKSTRAK
ETANOL 50% DAUN JARONG (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) TERHADAP AKTIVITAS ALANIN AMINOTRANSFERASE DAN ASPARTATE
AMINOTRANSFERASE
PADA
TIKUS
JANTAN
GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam keseluruhan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi, terdapat bantuan dari berbagai pihak sehingga meskipun terdapat beberapa kendala namun seluruhnya dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan dan Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Pembimbing, atas segala arahan, dukungan, motivasi, nasihat, pengertian, kesabaran, dan ketulusannya selama membimbing penulis penyusunan naskah skripsi.
vii
dalam penelitian dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing, atas segala arahan, dukungan, motivasi, nasihat, pengertian, kesabaran, dan ketulusannya selama membimbing penulis
dalam penelitian dan
penyusunan naskah skripsi. 4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D, Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi. 5. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi. 6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan
fasilitas
laboratorium
Biofarmasetika-Farmakokinetika,
Farmakologi-Toksikologi,
Anatomi-Fisiologi,
Farmakognosi-
Fitokimia, Imunologi, dan Kimia Organik demi kepentingan penelitian ini. 7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., atas bantuannya dalam determinasi tanaman Stachytarpheta indica (L.) Vahl. 8. Komite Etik Universitas Gajah Mada, atas izin penggunaan hewan uji dalam penelitian. 9. Bapak Heru selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi dan Laboratorium
Biofarmasetika-Farmakokinetika,
Bapak
Supardjiman
selaku laboran Laboratorium Imunologi, Bapak Kayatno selaku laboran Laboratorium
Anatomi-Fisiologi,
Bapak
Wagiran
selaku
laboran
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran Laboratorium
Kimia
Organik,
dan
viii
Bapak
Sigit
selaku
laboran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Laboratorium Kebun Tanaman Obat atas kerja sama dan segala bantuan selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium. 10. Papah, Mamah, Kakakku Ria “rehe”, dan Adikku Ijoy “konjoy” yang senantiasa ada untuk mendukung, mendoakan, memberi nasihat, dan selalu memberikan cinta kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan melewati berbagai rintangan yang ada. 11. Rekan-rekan Tim Stachytarpheta indica : Etheldreda Everest Norutama, Jonathan Wijaya Setiawan, dan Bartolomeus Widiasta yang telah setia dan rela hati dalam membantu penulis dalam setiap dinamika penelitan dan penyusunan skripsi. 12. Keluarga PMK Apostolos tercinta : Imas, Cece, Nenu, Lika, Dovan, Yere, Priscill, Kiki, dll., atas doa, motivasi, cinta, dan tawa yang tiada habis menyertai perjuangan penulis. 13. Patner segala tugas praktikum serta diskusi selama dinamika perkuliahan : Valent, Agnes, Pho, Domo, Feli, Gita, Cik Fel. 14. Teman luar biasa penulis : Oyot, Dora, Dewi, dan Vitha yang selalu memberikan semangat dan menjadi rekan berbagi suka dan duka. 15. Teman-teman FSM B 2012 dan FST A 2012 atas kebersamaannya, khususnya angkatan 2012 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki keurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran, dan masukan
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang membangun untuk kemajuan di masa mendatang. Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang farmasi, maupun masyarakat.
Yogyakarta,
Desember 2015
Penulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................................ vi PRAKATA ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ....................................................... ................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... .............................. xix INTISARI ............................................................................................................. xx ABSTRACT ......................................................................................................... xxi BAB I PENGANTAR ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 1. Perumusan masalahan ................................................................................ 3 2. Keaslian penelitian .................................................................................... 3 3. Manfaat penelitian ..................................................................................... 4 B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 1. Tujuan umum ............................................................................................... 4 2. Tujuan khusus .............................................................................................. 4 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA..................................................................... 5
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Anatomi Hati ..................................................................................................... 5 1. Anatomi hati manusia .................................................................................. 5 2. Anatomi hati tikus ........................................................................................ 6 B. Jenis Kerusakan Hati ......................................................................................... 7 1. Steatosis ...................................................................................................... 7 2. Nekrosis ...................................................................................................... 7 3. Kolestasis .................................................................................................... 7 4. Sirosis .......................................................................................................... 8 C. Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) ....................................................... 8 1. Taksonomi ................................................................................................... 9 2. Nama lain .................................................................................................... 9 3. Morfologi .................................................................................................. 10 4. Kandungan kimia ..................................................................................... 10 D. Alanine Aminotransferase (ALT) dan Aspartate Aminotransferase (AST) .. 11 E. Hepatotoksin .................................................................................................. 11 1. Hepatotoksin intrinsik ................................................................................ 11 2. Hepatotoksin idiosinkratik ......................................................................... 12 F. Karbon Tetraklorida ....................................................................................... 12 G. Metode Ekstraksi ........................................................................................... 14 H. Landasan Teori ............................................................................................... 15 I. Hipotesis ........................................................................................................ 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 18 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................................... 18
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Variabel dan Definisi Operasional .................................................................. 18 1. Variabel utama ............................................................................................ 18 2. Variabel pengacau ...................................................................................... 18 3. Definisi operasional .................................................................................... 19 C. Bahan Penelitian.............................................................................................. 20 1. Bahan utama ................................................................................................ 20 2. Bahan kimia ............................................................................................... 20 D. Alat Penelitian ................................................................................................ 21 1. Alat preparasi dan pembuatan ekstrak etanol daun S. indica (L.) Vahl. ... 21 2. Alat pengujian hepatoprotektif ................................................................. 22 E. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 22 1. Determinasi tanaman jarong ..................................................................... 22 2. Pengumpulan bahan uji ............................................................................ 22 3. Pembuatan serbuk daun jarong ................................................................. 22 4. Penetapan kadar air serbuk daun jarong ................................................... 23 5. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong ............................... 23 6. Pembuatan etanol 50% ............................................................................. 23 7. Pembuatan ekstrak kental daun jarong ..................................................... 24 8. Pembuatan CMC-Na 1% ........................................................................... 24 9. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ................................... 25 10. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong ..................................... 25 11. Penetapan waktu pencuplikan darah ........................................................ 26 12. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ............................................... 26
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13. Pembuatan serum ..................................................................................... 27 14. Pengukuran aktivitas ALT-AST ............................................................... 27 F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................................. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 30 A. Hasil Determinasi Tanaman Jarong ................................................................ 30 B. Penyiapan Bahan Uji ....................................................................................... 31 1. Pembuatan serbuk daun jarong ................................................................. 31 2. Penetapan kadar air serbuk daun jarong................................................... 31 3. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong ................................ 31 C. Pembuatan Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong ............................................... 33 D. Uji Pendahuluan ............................................................................................. 35 1. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida .................................... 35 2. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong .................................... 35 3. Penetapan waktu pencuplikan darah ......................................................... 35 E. Efek Hepatoprotektif Pemberian Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida ..................................... 39 1. Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB ......................................................... 43 2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida.................................................. 46 3. Kontrol perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB .. 47 4. Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100; 200; dan 400 mg/kgBB ............................................................................................. 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 53 A. Kesimpulan .................................................................................................... 53
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Saran ............................................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54 LAMPIRAN .......................................................................................................... 58 BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 83
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Komposisi dan konsentrasi reagen ALT ............................................. 21
Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen AST .............................................. 21 Tabel III. Purata kadar ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) ..................................................................................................... 36 Tabel IV. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) ......................................................................... 37 Tabel V. Purata kadar AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) ..................................................................................................... 37 Tabel VI. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) ......................................................................... 39 Tabel VII. Purata ± SE kadar ALT dan AST tikus jantan galur Wistar pada kelompok perlakuan ............................................................................ 40 Tabel VIII. Hasil uji post hoc Tuckey kadar ALT praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ............................................................................................ 42 Tabel IX. Hasil uji post hoc Mann Whitnry kadar AST praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB................................................................................ 43
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel X.
Purata kadar ALT dan AST tikus setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ..................................................... 44
Tabel XI. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ................................................. 44 Tabel XII. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ......................................................... 44
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur dasar lobulus hati..................................................................... 5 Gambar 2. Tanaman Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)............................. 8 Gambar 3. Struktur karbon tetraklorida ................................................................ 12 Gambar 4. Biotransformasi karbon tetraklorida.................................................... 13 Gambar 5-8. Hasil uji kualitatif kandungan polifenol dalam serbuk daun Jarong 32 Gambar 9. Ekstrak kental etanol 50% daun Jarong .............................................. 34 Gambar 10. Ekstrak etanol 50% daun Jarong ....................................................... 34 Gambar 11. Diagram batang purata kadar ALT pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ......... 36 Gambar 12. Diagram batang purata kadar AST pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ......... 38 Gambar 13. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar pada kelompok perlakuan ........................................................................ 41 Gambar 14. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar pada kelompok perlakuan ........................................................................ 41 Gambar 15. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 .................. 45 Gambar 16. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ................. 45
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil determinasi Jarong ..........................................................
Lampiran 2.
Surat pengesahan determinasi Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) .................................................................................
Lampiran 3.
65
Analisis statistik kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol olive oil 2 mL/kgBB .................................................................
Lampiran 7.
64
Analisis statistik kadar ALT dan AST pada penetapan waktu pencuplikan darah .....................................................................
Lampiran 6.
63
Surat keterangan penggunaan program IBM SPSS Statistics 22 Lisensi UGM .......................................................................
Lampiran 5.
62
Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC) ...............................................................
Lampiran 4.
59
67
Analisis statistik kadar ALT pada perlakuan ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ...................................
Lampiran 8.
69
Analisis statistik kadar AST pada perlakuan ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ...................................
71
Perhitungan efek hepatoprotektif .............................................
79
Lampiran 10. Perhitungan konversi dosis ekstrak etanol 50% daun Jarong...
80
Lampiran 11. Perhitungan rendemen ekstrak etanol 50% daun Jarong ..........
81
Lampiran 12. Penetapan kadar air serbuk daun Jarong ..................................
82
Lampiran 9.
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida serta untuk mengetahui dosis efektif ekstrak sebagai senyawa hepatoprotektif. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar sebanyak 30 ekor yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160250 gram dibagi secara acak kedalam 6 kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) diberi minyak zaitun dosis 2 mL/kgBB. Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun (1:1) dosis 2 mL/kgBB. Kelompok III (kontrol ekstrak etanol) diberi ekstrak etanol 50% daun S. indica dengan dosis 400 mg/kgBB. Kemudian setelah enam jam, dilakukan pengambilan darah dari daerah sinus orbitalis mata. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan uji) diberi ekstrak etanol 50% daun S. indica dengan dosis bertingkat yakni 100; 200; dan 400 mg/kgBB. Dilakukan pengambilan darah pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT (Alanin Aminotransferase) dan AST (Aspartat Aminotransferase) pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida. Data aktivitas serum ALT dan AST dianalisis menggunakan one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji Post Hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% daun Jarong memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgB dan dosis efektif yang diperoleh yaitu pada dosis 100 mg/kgBB. Kata kunci : Efek hepatoprotektif, Stachytarpheta indica (L.) Vahl., Ekstrak etanol 50%, ALT, AST.
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The aim of study research to determine the hepatoprotective effect of 50% ethanol extract of Jarong leaves (Stachytarpheta indica (L.) Vahl. to alanine aminotransferase and aspartate aminotransferase activities in male Wistar rats induced carbon tetrachloride and to know the effective dose in giving extraction. This research is purely experimental research with randomized complete direct smpling design. This research used 30 male Wistar rats, aged 2-3 months, 160-250 grams weight, and divided randomly into 6 groups. Group I (negatif controlled-group) was given olive oil at a dose of 2 mL/kgBW. Group II (hepatotoxins controlled-group) was given carbon tetrachloride dissolved in olive oil (1:1) at a dose of 2 mL/kgBW. Group III (ethanol extract group) was given 50% ethanol extract S. indica at dose 400 mg/kgBW. Six hours later, blood was collected from the orbital sinus eye. Group IV, V, and VI (treatment group) were given 50% ethanol extract S. indica with doses level 100,; 200; and 400 mg/kgBW. Blood samples from all group were taken through the eyes orbital sinus for measuring the Alanine Aminotransferase (ALT) and Aspartate Aminotransferase (AST) activities at 24th hour after administration of carbon tetrachloride. The data were analyzed by one way ANOVA with 95% significancy level and continued with post hoc test. The results showed that administration of 50% ethanol extract of Jarong leaves had a hepatoprotective effect by reducing ALT and AST activities in male Wistar rats induced carbon tetrachloride at a dose of 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW and effective dose is 100 mg/kgBW. Keywords : Hepatoprotective effect, Stachytarpheta indica (L.) Vahl., 50% ethanol extract, ALT, AST.
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sejak
lama
manusia
menggunakan
tanaman
untuk
mencegah,
mengurangi dan menyembuhkan dari penyakit tertentu (Sari, 2006). World Health Organization merekomendasikan penggunaan tanaman obat dalam pemeliharaan kesehehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit (WHO, 2003). Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.). Daun jarong diketahui memiliki kandungan kimia berupa terpenoid, flavonoid, glikosida (Chowdhury, 2003). Hati merupakan salah satu organ vital pada tubuh manusia. Fungsi utama dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Salah satu bentuk kerusakan hati yang sering dijumpai adalah perlemakan hati (steatosis). Pada perlemakan hati terjadi penumpukan trigliserida dalam bentuk droplet di dalam sitoplasma sel hepatosit (Schattner and Knobler, 2008). Karbon tetraklorida (CCl4 ) merupakan hepatotoksin yang dapat memberikan kerusakan sel hati berupa perlemakan hati (Geregus, 2008).
Sebuah penelitian dari Joshi et al. (2010), menjelaskan bahwa ekstrak etanol daun jarong dengan metode ekstraksi sokhletasi memiliki aktivitas hepatoprotektif yang ditunjukkan dengan tikus yang telah diinduksi hepatotoksik CCl4 mengalami penurunan nilai Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), Serum Alkaline Phosphatase (SALP) dan serum bilirubin. Adanya senyawa flavonoid dari 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
tanaman diketahui menjadi salah satu komponen yang dapat melindung hati. Flavonoid merupakan golongan fenolik yang memiliki sifat polar. Flavonoid dapat mudah tersari oleh pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu etanol. Karena itu dalam penelitian ini digunakan etanol sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak daun jarong. Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena merupakan jenis ekstraksi yang sederhana dan mudah dilakukan. Salah satu tingkatan konsentrasi yang dapat digunakan dalam ekstraksi adalah konsentrasi 50%. Menurut Wijesekera (1991) etanol 50% sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas berarti tetapi seringkali dapat menimbulkan masalahmasalah farmasetis seperti misalnya terjadi pengendapan yang sulit untuk dihilangkan. Selain itu, pada pilot scale di pabrik-pabrik digunakan pelarut etanol 50% untuk ekstraksi bahan alam (Javaplant, 2000). Berdasarkan pemaparan diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. 1. Perumusan masalah a. Apakah ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) mempunyai efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas AST-ALT pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
b. Berapakah dosis efektif pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) untuk memberikan efek hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ? 2. Keaslian penelitian a. Penelitian menggunakan tanaman Stacytarphyta indica (L.) Vahl. pernah dilakukan oleh Sahoo et al. (2014), yang melaporkan mengenai aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol Stacytarpheta indica (L.) Vahl. dengan menggunakan metode DPPH. b. Joshi et al. (2010) yang melakukan penelitian tentang skrining ekstrak etanol daun Stacytarpheta indica (L.) Vahl. menggunakan metode sokhlet dengan pelarut yang kepolaritasanya meningkat. Uji efek hepatoprotektif dilakukan dengan menggunakan kontrol positif liv 52 dengan jangka waktu penelitian 10 hari. c. Gayatri
et
al.
(2011)
melakukan
penelitian
tentang
efek
hepatoprotektif ekstrak etanol herba Stachytarpheta indica (L.) Vahl. pada tikus galur Wistar. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode sokhlet. Uji aktivitas hepatoprotektif dilakukan dalam jangka waktu 7 hari. Berdasarkan jurnal penelitian diatas maka penelitian efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. dengan metode ekstraksi maserasi belum pernah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait ilmu pengetahuan khususnya bidang kefarmasian mengenai pengaruh ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) sebagai hepatoprotektor. b.
Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan
sebagai bahan pertimbangan masyarakat untuk menggunakan daun Jarong dengan dosis yang diperoleh dalam penelitian sebagai alternatif pengobatan penyakit hati.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui efek hepatoprotektif pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. 2. Tujuan khusus Mengetahui dosis pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) yang efektif terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Anatomi Hati 1. Anatomi hati manusia Organ hati di dalam tubuh memiliki berat sekitar 2% dari berat badan dewasa normal atau rata-rata sebesar 1500 g, terletak dalam rongga perut sebelah kanan pada bawah diafragma (Pearce, 2009). Fungsi utama dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Jaringan hati terdiri atas kumpulan sel-sel yang tersusun dalam lobus yang teratur. Setiap lobus hati terbagi dalam struktur yang disebut lobulus, yang terdiri dari lempeng-lempeng sel hati yang bentuknya menyerupai kubus dan mengelilingi vena sentralis (Pearce, 2009). Gambar struktur dasar lobulus hati adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur dasar lobulus hati (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2008)
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Terdapat sinusoid (gambar 1) yang letaknya berada diantara lempenganlempengan tersebut. Sinusoid merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika (Ganong dan McPhee, 2011). Pada setiap sinusoid terdapat pembatas yang disebut sel Kupffer, yang berfungsi untuk menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang melewatinya dalam darah (Sherwood, 2007). 2. Anatomi hati tikus Hati tikus terdiri dari empat lobus utama yang saling berhubungan di sebelah belakang. Lobus tengah dibagi menjadi kanan dan kiri oleh bifurcatio yang dalam. Lobus sebelah kiri tidak terbagi sedangkan lobus sebelah kanan terbagi secara horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Lobus belakang terdiri dari dua lobus berbentuk daun yang berada di sebelah dorsal dan ventral dari oesophagus sebuah kurvatura dari lambung. Tikus tidak mempunyai kantung empede. Struktur dan komponen hati tikus sama dengan mamalia lainnya (Hebel, 1989). Lobus hati tikus dibagi menjadi tiga zona yang terdiri dari zona 1, zona 2, dan zona 3 yang sama dengan area periportal, midzona, dan centrilobular. Hepatosit di zona 1 dekat dengan pembuluh aferen yang mendapat suplai darah yang kaya akan nutrien, sedangkan zona 3 yang terdapat pada bagian ujung mikrosirkulasi menerima darah yang sudah mengalami pertukaran gas dan metabolit dari sel-sel zona 1 dan 2. Zona 3 selnya lebih sensitif daripada zona lainnya terhadap gangguan sirkulasi seperti iskemik, anoksia atau kongesti dan defisiensi nutrisi. Zona 2 merupakan daerah transisi antara zona 1 dan 3 yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
mempunyai respon yang berbeda terhadap keadaan hemodinamik di dalam asinus dengan ditingkatkannya mikrosirkulasi (Hebel, 1989).
B. Jenis Kerusakan Hati Macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi sebagai akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain : 1. Steatosis Steatosis ditandai dengan adanya peningkatan kandungan lemak seperti trigliserida di hati lebih dari 5% dari berat hati manusia. Terjadinya steatosis digambarkan dengan terjadinya akumulasi lemak yang tidak normal pada hepatosit dan terjadi penurunan kadar lipid plasma dan lipoprotein (Hodgson dan Levi, 2004). 2. Nekrosis Nekrosis merupakan suatu keadaan hati yang ditandai dengan kematian dari hepatosit yang termasuk dalam kerusakan akut. Kematian sel ini ditandai dengan peningkatan eosinofil pada bagian sitoplasma disertai neutrofil pada daerah yang terjadi kerusakan hepatosit (Hodgson dan Levi, 2004). 3. Kolestasis Kolestasis adalah salah satu jenis kerusakan hati yang bersifat akut dan jarang ditemukan (Lu, 1995). Kolestasis ditandai dengan adanya peningkatan asam empedu di dalam plasma dan mengakibatkan kadar bilirubin menjadi tinggi (Kumar, Abbas, dan Fausto, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
4. Sirosis Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya kolagen di seluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Hal ini dapat terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang mengakibabtkan akumulasi di matriks ekstra seluler yang menghambat aliran darah, metabolisme normal hepar, dan proses detoksifikasi (Hodgson, 2010).
C. Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) Jarong merupakan jenis tumbuhan liar yang berasal dari bagian benua Amerika yang beriklim panas dan dapat ditemukan di Indo-Cina, Semenanjung Malaka, dan Indonesia (Dharma, 1996). Berikut ini adalah gambar dari tanaman jarong :
Gambar 2. Tanaman Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) (Dokumentasi pribadi, 2015)
Bagian dari jarong pada umumnya yang sering digunakan yaitu daun. Daun jarong memiliki rasa agak pahit. Secara tradisional tumbuhan ini dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
digunakan untuk mengobati penyakit kencing nanah, berak darah, amandel, disentri, ambeien, haid tidak teratur, nifas, luka memar, bisul (Soedibyo, 1998), rematik hepatitis A (Dalimartha, 2001), pembersih darah, anti radang, dan diuretik (Dalimartha, 2000). Namun, pada ibu hamil yang menderita keluhan-keluhan seperti yang telah disebutkan diatas tidak diperbolehkan mengkonsumsi tanaman ini karena dapat mengakibatkan keguguran (Soedibyo, 1998). 1. Taksonomi Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Stachytarpheta
Spesies
: Stachytarpheta indica Vahl. (Plantamor, 2012).
Sinonim nama ilmiah : Spesies
: Stachytarpheta indica (L.) Vahl.
2. Nama lain Di Indonesia, jarong dikenal dengan nama remek getih (Jawa), jarongan (Jakarta), jarong lelaki, pecut kuda (Sunda), rum jarum, roem jharum (Madura),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
selasih hutan (Sumatera) (Dharma, 1996; Soedibyo, 1998). Masyarakat China menyebut tanaman ini yu long bian. Di Malaysia tanaman ini dikenal dengan nama gajihan. Di Negara Filipina, tanaman ini dikenal dengan nama ratstail (Plantamor, 2012). 3. Morfologi Jarong adalah rumput-rumputan yang tegak, tinggi 0,3-0,9 m. Memiliki daun berhadap-hadapan, bertangkai sangat panjang, berbentuk elips memanjang atau bulat telur, dengan kaki yang menyempit, di atas bagian kaki yang bertepi rata berigigi beringgit, berambut jarang atau tidak yang ukurannya 4-9 cm dan 2,5-5 cm. Bulir bertangkai pendek, panjang 15-30 cm. Daun pelindung menempel kuat pada kelopak, bertepi lebar serupa selaput. Kelopak bergigi empat, panjang 0,5 cm. Tabung dasar bunga berbentuk bantal. Buah berbentuk garis baji, panjang 0,5 cm, pecah dalam 2 kendaga. Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di tempat yang cerah atau sedikit, 1-1,250 m (van Steenis, 1992). 4. Kandungan kimia Jarong mengandung senyawa kimia berupa terpenoid, flavonoid, glikosida (Chowdhury, 2003). Flavonoid sendiri diketahui dapat melindung hati. Konsentrasi 1-100 μg/mL pada flavonoid mampu meningkatkan kelangsungan hidup sel hepatosit dan menghambat terjadinya pelepasan ALT dan AST serum sel hepatosit yang disebabkan oleh karbon tetraklorida (Rohdiana, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
D. Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST) ALT dan AST serum sering digunakan dalam uji fungsi hati. Jika kedua enzim ditemukan di dalam serum, maka mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati (Ganong dan McPhee, 2011). Kadar aminotransferase dalam level tinggi menunjukkan adanya infeksi virus, iskemik, atau keracunan pada hepar (Dipiro et al, 2005). Konsentrasi enzim ALT terbesar terdapat pada hati yag merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis hati dibandingkan AST yang terdapat pada hampir semua jaringan, otot rangka, dan hati (Zimmerman, 1999). Keberadaan enzim ALT pada hewan primata, anjing, tikus, kucing, dan kelinci terpusat pada sel hepatosit sehingga terjadinya peningkatan kadar ALT pada serum merupakan indikator yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan hati (Stockham & Scott, 2002). Kadar AST dan ALT pada serum tikus putih normal berkisar antara 19,3-68,9 U/L dan 29,8-77,0 U/L (Pilichos et al, 2004) sedangakan menurut Girindra (1989) kadar AST dan ALT pada tikus normal masing-masing sebesar 45,7-80,0 U/L dan 17-30,2 U/L.
E. Hepatotoksin Hepatotoksin diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Hepatotoksin intrinsik Senyawa yang mempunyai efek hepatotoksik hampir pada seluruh populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Senyawa ini bergantung pada dosis pemberian. Contohnya : karbon tetraklorida, parasetamol, dan alkohol.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
2. Hepatotoksin idiosinkratik Senyawa yang mempunyai efek hepatotoksik pada sebagian kecil populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Beberapa bergantung pada dosis pemberian. Contohnya : fenitoin, sulfonamida, valproat, dan isoniazid (Friedman and Keeffe, 2012).
F. Karbon Tetraklorida Salah satu senyawa yang dapat menyebabkan nekrosis hati adalah karbon tetraklorida, bila digunakan dengan dosis rendah maka akan menyebabkan terjadinya steatosis. Karena karbon tetraklorida bergantung pada metabolisme aktivasi dari sitokrom P-450 (CYP2E1) yang ada di hati, maka hati menjadi target utama dari ketoksikan yang ditimbulkan oleh senyawa ini (Timbrell, 2008). Struktur karbon tetraklorida adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Struktur karbon tetraklorida (ATSDR, 2005)
Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang sebelumnya pernah digunakan sebagai penghilang noda, pembersih karpet, pelarut, pemadam api, serta sebagai antihelmintik pada pengobatan hewan. Penggunaan karbon tetraklorida saat ini terbatas untuk perantara bahan kimia dalam produksi senyawa organik terklorinasi. Karbon tetraklorida memiliki kelarutan dalam lemak tinggi, sehingga apabila terserap tubuh akan tinggal di jaringan lemak, hati, sumsum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
tulang, ginjal, serta otak (Wexler, Anderso, Peyster, Gad, Hakkinen, Kamrin, dkk., 2005). Berikut ini adalah gambaran biotransformasi karbon tetraklorida :
Gambar 4. Biotransformasi karbon tetraklorida (McGregor and Lang, 1996)
Sitokrom P-450 (CYP2E1) memiliki fungsi sebagai agen pereduksi dan mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin yang hilang sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa triklorometil (•CClз) (Geregus, 2008). Radikal bebas triklorometil (gambar 4) dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi lipid. Terjadi penghambatan sintesis protein akibat dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
terbentuknya lipid dalam hati yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi lipoprotein. Lipoprotein ini bertanggungjawab dalam transport lipid keluar dari hepatosit dan terjadi steatosis (Timbrell, 2008). Kerusakan hati oleh karbon tetraklorida dapat dilihat dengan adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST. Pada saat steatosis terjadi peningkatan aktivitas serum ALT sebesar 3x normal dan aktivitas serum AST sebesar 4x normal (Zimmerman, 1999).
G. Metode Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dengan menggunakan medium pengekstraksi yang tertentu yang dapat dilakukan dengan berbagai cara (Agoes, 2009). Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan pada umumnya menggunakan sistem maserasi dengan pelarut organik. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung cahaya (Sudjadi, 1986). Dalam penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah etanol 50%. Menurut Javaplant (2000), pada proses pilot scale dapat digunakan etanol 50% untuk ekstraksi bahan alam. Pilot scale biasanya dilakukan oleh pabrik-pabrik yang memproduksi ekstrak, dengan tujuan mengantisipasi terbuangnya banyak produk karena tidak memenuhi serangkaian pengujian. Hal yang diujikan dalam proses pilot scale salah satunya yaitu pengujian untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang dapat menghasilkan efek farmakologis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
tertentu, misalnya efek hepatoprotektif. Selain itu, menurut Wijesekera (1991), etanol 50% sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas berarti tetapi seringkali dapat menimbulkan masalah-masalah farmasetis seperti misalnya terjadi pengendapan yang sulit untuk dihilangkan
H. Landasan Teori Sebagai salah satu organ terbesar pada tubuh manusia, hati memiliki peran penting dalam metabolisme (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2005). Hati memiliki kerja terberat karena berhubungan dengan zat berbahaya yang tidak diperlukan oleh tubuh, sehingga kemungkinan mengalami kerusakan sangat besar. Beberapa keruskaan hati akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan antara lain steatosis, nekrosis, kolestasis, dan sirosis (Lu, 1995). Kerusakan hati dapat dideteksi dengan pengujian secara biokimiawi, yaitu dengan menguji aktivitas dari enzim aminotransferase (ALT dan AST), dimana apabila terjadi kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar dari enzim tersebut (Geregus, 2008). Karbon tetraklorida (CCl4 ) dapat memberikan kerusakan sel hati berupa
perlemakan hati. Sitokrom P-450 (CYP2E1) memiliki fungsi sebagai agen pereduksi dan mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin
yang hilang sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa triklorometil (•CClз) (Geregus, 2008). •CClз dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi lipid (Timbrell, 2008). Kerusakan hati oleh karbon tetraklorida dapat dilihat dengan adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST. Pada saat steatosis terjadi peningkatan aktivitas serum ALT sebesar 3x normal dan aktivitas serum AST sebesar 4x normal (Zimmerman, 1999). Oleh karena itu diperlukan suatu senyawa untuk melindungi hati dari senyawa yang toksik. Salah satu senyawa yang dapat digunakan adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid hampir terdapat pada semua tanaman, salah satunya adalah tanaman jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) (Chowdhury, 2003). Sebuah penelitian dari Joshi et al. (2010), menjelaskan bahwa ekstrak etanol daun jarong dengan metode ekstraksi sokhletasi memiliki aktivitas hepatoprotektif yang ditunjukkan dengan tikus yang telah diinduksi hepatotoksik CCl4 mengalami penurunan nilai Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), Serum Alkaline Phosphatase (SALP) dan serum bilirubin. Adanya senyawa flavonoid dari tanaman diketahui menjadi salah satu komponen yang dapat melindung hati. Flavonoid merupakan golongan fenolik yang memiliki sifat polar. Flavonoid dapat mudah tersari oleh pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu etanol. Salah satu tingkatan konsentrasi etanol yang dapat digunakan dalam proses pilot scale di pabrik-pabrik adalah konsentrasi 50%, yang mana dengan konsentrasi 50% diharapkan flavonoid dapat tersari dengan baik dan spesifik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
I. Hipotesis Ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantang galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama a. Variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini adalah variasi dosis dalam pemberian ekstrak etanol 50% daun Jarong. b. Variabel tergantung. Variabel tergantung penelitian ini adalahnilai aktivitas ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian ekstrak etanol 50% daun Jarong. 2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali. Hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g, cara pemberian ekstrak secara per oral, frekuensi waktu pemberian ekstrak, dan tempat tumbuh daun jarong. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar.
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
3. Definisi operasional a. Daun Jarong. Daun jarong yang diambil dari tanaman jarong adalah daun yang berwarna hijau, segar, dan sudah memiliki bunga. b. Ekstrak etanol 50% daun Jarong. Ekstrak etanol 50% daun Jarong didapatkan dengan cara merendam (memaserasi) simplisia kering daun jarong ke dalam
etanol
dengan
konsentrasi
50%,
kemudian
dipekatkan
dengan
menggunakan vacuum rotary evaporator dan diuapkan dengan waterbath hingga bobot tetap. c. Efek hepatoprotektif. Efek hepatoprotektif merupakan kemampuan ekstrak etanol 50% daun Jarong dengan dosis tertentu yang melindungi hati dari hepatotoksin. d. Jangka waktu 24 jam. Jangka waktu 24 jam didefinisikan sebagai waktu pengukuran yang dilakukan 24 jam sejak pemejanan karbon tetraklorida, dimana enam jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida dilakukan pemberian ekstrak etanol 50% daun Jarong kepada hewan uji. e. Dosis efektif. Dosis efektif didefinisikan sebagai besaran dosis tertentu yang dapat memberikan efek hepatoprotektif. f. ALT-AST. ALT-AST adalah enzim yang ditemukan di dalam serum, yang mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
C. Bahan Penelitian 1.
Bahan utama a.
Hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tikus jantan galur Wistar yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g yang diperoleh dari daerah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. b.
Bahan uji. Bahan uji yang digunakan yaitu serbuk daun S. indica
yang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bahan kimia a.
Hepatotoksin.
Hepatotoksin
yang
digunakan
adalah
karbon
tetraklorida Merck® yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b.
Kontrol negatif dan pelarut hepatotoksin. Kontrol negatif dan pelarut
hepatotoksin yang digunakan adalah olive oil Cesar® yang diperoleh dari PT Prambanan Kencana. c.
Pelarut pengekstraksi. Pelarut pengekstrasi yang digunakan adalah
etanol 96% yang diperoleh dari Toko Progo Mulyo, Yogyakarta dan aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. d.
Pelarut ekstrak kental. Pelarut ekstrak kental yang digunakan adalah
CMC-Na 1%. CMC-Na diperoleh dari CV General Labora, Yogyakarta. e.
Reagen ALT. Reagen ALT yang digunakan adalah reagen ALT
DiaSys. Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT adalah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen ALT
Komposisi R1 :
R2
TRIS L-Alanine LDH (lactate dehydrogenase) 2-Oxoglutarate NADH Pyridoxal-5 phospate FS Good’s buffer Pyridoxal-5 phospate
pH 7,15
Konsentrasi 140 mmol/L 700 mmol/L ≥ 2300 U/L 85 mmol/L 1 mmol/L
9,6
100 mmol/L 13 mmol/L
f. Reagen AST. Reagen AST yang digunakan adalah reagen AST DiaSys. Komposisi dan konsentrasi dari reagen AST adalah sebagai berikut : Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen AST
Komposisi R1 :
R2
TRIS L-Aspartate MDH (malate dehydrogenase) LDH (lactate dehydrogenase) 2-Oxoglutarate NADH Pyridoxal-5 phospate FS Good’s buffer Pyridoxal-5 phospate
pH 7,15
Konsentrasi 110 mmol/L 320 mmol/L ≥800 U/L ≥1200 U/L 65 mmol/L 1 mmol/L
9,6
100 mmol/L 13 mol/L
D. Alat Penelitian 1. Alat preparasi dan pembuatan ekstrak etanol daun S. indica (L.) Vahl. Oven, mesin penyerbuk dan ayakan, moisture balance, cawan porselen, termometer, stopwatch, gelas Beaker, gelas ukur, batang pengaduk, penangas air, timbangan analitik, rotary evaporator,dan shaker.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
2. Alat pengujian hepatoprotektif Gelas Beaker, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik (Mettler Toledo®), vortex (Genie Wilten®), spuit injeksi per oral untuk tikus, spuit injeksi intraperitonial, pipa kapiler, tabung Eppendorf, sentrifuge, microvitalab 200 Merck®, blue tip, dan yellow tip. E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman jarong Tanaman jarong dideterminasi dengan mencocokkan morfologi tanaman jarong dengan buku acuan Flora untuk Indonesia karangan van Steenis (1992). Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang dipilih adalah daun dari tanaman jarong yang masih berwarna hijau, terhindar dari penyakit di daerah daunnya, serta bukan merupakan daun jarong yang telah jatuh di tanah ataupun layu. Daun tanaman jarong dipanen dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Agustus 2015. 3. Pembuatan serbuk daun jarong Daun jarong dicuci bersih dengan air mengalir dan diangin-anginkan. Selanjutnya, pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 40 ºC selama 48 jam. Penetapan suhu berdasarkan pada aturan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (1985) di mana disebutkan bahwa pengeringan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
simplisia dilakukan pada suhu antara 30-90 ºC. Serbuk yang telah kering kemudian dihaluskan dan diayak dengan ayakan mesh nomor 40. 4. Penetapan kadar air serbuk daun jarong Serbuk daun jarong dimasukkan ke dalam alat moisture balance lalu diratakan. Setelah itu dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995). Serbuk yang telah dipanaskan ditimbang kembali lalu dihitung sebagai bobot setelah pemanasan. Kadar air serbuk simplisia yang baik adalah <10%. Kadar air serbuk diperoleh menggunakan rumus: ⌈
Bobot sampel sebelum pemanasan − Bobot sampel setelah pemanasan ⌉X Bobot sampel sebelum pemanasan
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995).
5. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong Uji kandungan polifenol dilakukan dengan menambahkan 10 mL aquadest pada sebuah tabung berisi 2 g serbuk daun jarong dan 10 mL etanol 50% pada tabung lain yang juga berisi 2 g serbuk daun jarong. Kedua tabung didihkan di atas tangas air, kemudian dilakukan penyaringan. Setelah dingin, filtrat diteteskan FeCl3 sebanyak 3 tetes, terbentuknya warna hijau-biru menunjukkan hasil positif adanya polifenol (Wulandari dan Hartini, 2015). 6. Pembuatan etanol 50% Dengan menggunakan rumus V1.C1 = V2.C2, etanol 96% diencerkan dengan menggunakan aquadest sehingga konsentrasinya menjadi 50%.
%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
7. Pembuatan ekstrak kental daun jarong Serbuk daun jarong diekstraksi dengan etanol 50% secara maserasi. Proses maserasi dilakukan dengan memasukkan 30 g serbuk simplisia ke dalam labu erlenmeyer, yang kemudian direndam dengan pelarut 300 mL selama 24 jam dengan bantuan shaker (Gunawan, Soegihardjo, Mulyani, Wahyuningsih, dan Sudarto, 1993). Setelah itu dilakukan remaserasi dengan penambahan pelarut ke dalam ampas dari proses maserasi yang dilakukan sebelumnya, dengan jumlah pelarut dan waktu ekstraksi yang sama seperti maserasi pertama. Filtrat hasil saringan dipindahkan dalam LAB untuk dievaporasi untuk menguapkan cairan penyari pada proses maserasi. Hasil evaporasi dituangkan dalam cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya agar mempermudah perhitungan rendemen ekstrak kental yang akan diperoleh. Parameter standarisasi ekstrak etanol 50% daun jarong dilihat dari bobot tetap yang bertujuan untuk menghitung sisa zat dengan bobot tetap setelah dilakukan pengeringan. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2013), bobot tetap telah tercapai bila sudah ditandai dengan selisih penimbangan sebesar 0,5 mg. Ekstrak dalam cawan ditimbang setiap satu jam hingga bobot tetap. Bobot ekstrak dihitung dengan rumus : Bobot ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong 8. Pembuatan CMC-Na 1% CMC-Na 1% dibuat dengan mendispersikan lebih kurang 1,0 g CMC-Na yang telah ditimbang secara saksama dan digerus, kemudian dilarutkan dengan 100 mL aquadest. CMC-Na yang dibuat digunakan untuk melarutkan ekstrak kental etanol 50% daun jarong.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
9. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Penetapan dosis hepatotoksin dilakukan melalui studi literatur yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie (2002) yang menyebutkan bahwa dosis hepatotoksin karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hati tikus jantan galur Wistar adalah 2 mL/kgBB dimana volume CCl 4 sama dengan volume olive oil (1:1). Pemilihan dosis hepatoksin ini karena pada dosis tersebut telah menyebabkan kerusakan sel-sel hati dari tikus jantan galur Wistar yang terdeksi dengan kenaikan serum ALT dan AST, namun tidak sampai menyebabkan kematian pada tikus jantan sebagai subjek penelitian tersebut (Janakat, Al-Merie, 2002). 10. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong dihitung berdasarkan berat badan tertinggi tikus yaitu 250 g dan ½ volume maksimal secara per oral pada tikus yaitu 2,5 ml. Penetapan dosis tertinggi dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: D x BB = C x V D x BB tertinggi tikus (kg/BB) = C ekstrak (mg/mL) x ½ Vmax (2,5 ml) D = x mg/kg BB Dua peringkat dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 kalinya dari dosis tertinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
11. Penetapan waktu pencuplikan darah Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi pada tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke-0, 24, 48. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata sebanyak 1 cc. Kemudian nilai aktivitas ALT-AST diukur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie (2002) peningkatan kadar maksimal terjadi pada jam ke-18 dan jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida secara injeksi dan kemudian berangsur menurun pada jam ke-48 dan terjadi perbaikan sel hati setelah 3 hari pemberian hepatotoksin. 12. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji Tikus jantan galur Wistar yang diperlukan sebagai hewan uji adalah sebanyak 30 ekor yang kemudian akan dibagi kedalam 6 kelompok secara acak sama banyak. Kelompok I (kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal, kemudian setelah 24 jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun (1:1) dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal, kemudian setelah 24 jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok III (kontrol ekstrak etanol) diberi ekstrak etanol 50% daun jarong dengan dosis tertinggi yaitu 400 mg/kgB secara peroral, kemudian setelah enam jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan uji) diberi ekstrak etanol 50% dengan dosis bertingkat yaitu 100; 200; dan 400 mg/kgBB. Kemudian enam jam setelah pemberian ekstrak etanol 50% dilakukan induksi karbon tetraklorida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal (Janakat dan Al-Merie, 2002). Setelah 24 jam dari pemejanan dilakukan pengambilan darah pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST. Pada penelitian ini pemberian ekstrak dilakukan sebagai praperlakuan dengan mengacu pada model penelitian yang dilakukan oleh Eviani (2015) yaitu ekstrak diberikan dalam jangka waktu enam jam. 13. Pembuatan serum Setiap tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata menggunakan pipa kapiler kemudian ditampung di tabung Eppendorf. Darah yang telah diambil kemudian didiamkan selama 15 menit, lalu disentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm selama 15 menit. Bagian supernatan diambil menggunakan micropipette, lalu disentrifugasi kembali pada kecepatan 8000 rpm selama 10 menit. Bagian supernatan diambil menggunakan micropipette (Gomes, 2015). 14. Pengukuran aktivitas ALT-AST Pengukuran
aktivitas
serum
ALT-AST
dilakukan
menggunakan
Microlab-200 Merck® di Laboratorium Biokimia Fisiologi Manusia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Aktivitas serum ALT-AST diukur pada panjang gelombang 340 nm, dan dinyatakan dengan satuan U/L. Kisaran nilai ALT serum kontrol DiaSys Trulab N series yakni 29,8-77,0 U/L. Tahap analisis ALT dilakukan dengan mengambil sejumlah 100 µL serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I dan divortex selama 5 detik. Campuran didiamkan selama 5 menit selanjutnya dicampur dengan 250 µL reagen II dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
divortex selama 5 detik. Campuran kemudian dibaca serapannya setelah 1 menit berselang dari pemberian reagen II (Gomes, 2015). Tahap analisis ALT dilakukan dengan mengambil sejumlah 100 µL serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I dan divortex selama 5 detik. Campuran didiamkan selama 5 menit selanjutnya dicampur dengan 250 µL reagen II dan divortex selama 5 detik. Campuran kemudian dibaca serapannya setelah 1 menit berselang dari pemberian reagen II. Tahap analisis AST dilakukan dengan cara yang sama, yakni dengan mengambil sejumlah 100 µL serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I dan divortex selama 5 detik. Campuran didiamkan selama 5 menit selanjutnya dicampur dengan 250 µL reagen II dan divortex selama 5 detik. Campuran kemudian dibaca serapannya setelah 1 menit berselang dari pemberian reagen II. F. Tata Cara Analisis Hasil Data aktivitas dari ALT dan AST serum diperoleh, selanjutnya diolah dan kemudian diuji normalitasnya menggunakan Saphiro Wilks. Kemudian dilakukan uji Levene’s Test untuk mengetahui homogenitas varian data antar kelompok sebagai syarat parametrik. Data yang terdistribusi normal dilakukan uji One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing kelompok. Post Hoc Tukey selanjutnya dilakukan guna melihat kebermaknaan perbedaan data antara masing-masing kelompok untuk data berdistribusi normal dan variansi homogen. Post Hoc Games Howell selanjutnya dilakukan guna melihat kebermaknaan perbedaan data antara masingmasing kelompok untuk data berdistribusi normal dan variansi tidak homogen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Perbedaan dikatakan bermakna (signifikan) bila memiliki nilai p<0.05, sedangkan tidak bermakna (tidak signifikan) bila p>0,05. Bila data aktivitas ALT dan AST yang diperoleh tidak normal, maka dilakukan uji Kruskall-Wallis. Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk melihat kebermaknaan perbedaan data antar kelompok. Perbedaan dikatakan bermakna (signifikan) bila memiliki nilai p<0,05, sedangkan tidak bermakna (tidak signifikan) bila p>0,05. Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon tetraklorida diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
ALT = ( − AST = ( −
purata ALT perlakuan − purata ALT kontrol negatif )x purata ALT kontrol hepatotoksin − purata ALT kontrol negatif
purata AST perlakuan − purata AST kontrol negatif )x purata AST kontrol hepatotoksin − purata AST kontrol negatif
% %
(Wakchaure, Jain, Singhai, Somani, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan adanya efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dan mengetahui besar dosis efektif hepatoprotektif dari ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida, dengan melihat pengaruh pemberian ekstrak tersebut dalam kurun waktu 24 jam terhadap kadar ALT dan AST. Pada penelitian ini aktivitas serum ALT dan AST digunakan sebagai parameter uji kuantitatif.
A. Hasil Determinasi Tanaman Jarong Tanaman jarong merupakan tanaman yang digunakan sebagai tanaman uji pada penelitian tersebut. Determinasai tanaman digunakan untuk memastikan bahwa daun yang digunakan adalah benar daun yang berasal dari tanaman jarong. Tanaman jarong diperoleh dari kebun obat Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo. Proses determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia
Fakultas
Farmasi
Universitas
Sanata
Dharma.
Determinasi dilakukan hingga tingkat spesies dengan cara mencocokkan kesamaan makroskopis tanaman). Hasil determinasi (lampiran 6) menunjukkan bahwa daun yang digunakan adalah benar daun dari tanaman jarong.
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
B. Penyiapan Bahan Uji 1. Pembuatan serbuk daun jarong Daun jarong dibuat menjadi serbuk kering supaya kandungan fitokimia yang terdapat pada daun jarong lebih mudah tersari oleh pelarut dan senyawa yang diperoleh lebih banyak karena luas permukaan kontak dengan pelarutnya semakin besar. Hasilnya didapatkan serbuk halus daun jarong yang melewati ayakan nomor mesh 40. 2. Penetapan kadar air serbuk daun jarong Tujuan penetapan kadar air adalah untuk melihat kandungan air yang masih ada pada serbuk daun jarong, apakah memenuhi syarat kualitas serbuk simplisia yang baik atau tidak. Menurut BPOM RI (1995), kadar air pada serbuk simplisia adalah tidak lebih dari 10%. Penetapan kadar air serbuk daun jarong dilakukan dengan metode Gravimetri dengan menggunakan alat moisture balance. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar air serbuk daun jarong sebesar 8,26%. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa serbuk daun jarong telah memenuhi persyaratan kadar air sebagai serbuk simplisia yang baik. 3. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong Uji kandungan polifenol menunjukkan hasil positif adanya polifenol. Dari gambar nomor 5-6 menunjukkan urutan perubahan warna yang terjadi pada filtrat simplisia dalam air, dari warna kuning bening menjadi hijau pekat yang menandakan hasil positif (+) pada uji polifenol (flavonoid termasuk dalam polifenol). Sedangkan pada gambar 7-8 menunjukkan urutan perubahan warna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
yang terjadi pada filtrat simplisia dalam etanol 50% yang disaring dalam keadaan panas, dari warna cokelat bening menjadi biru pekat yang menandakan hasil positif (+) pada uji polifenol (flavonoid termasuk dalam polifenol).
5.
7.
6.
8.
Gambar 5-8. Hasil uji kualitatif kandungan polifenol dalam serbuk daun Jarong (Dokumentasi pribadi, 2015)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
C. Pembuatan Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong Pembuatan ekstrak etanol 50% daun jarong dilakukan menggunakan metode penyarian yaitu maserasi. Metode maserasi merupakan metode yang dilakukan dengan memasukkan serbuk simplisia ke dalam labu erlenmeyer, yang kemudian direndam dengan pelarut selama 24 jam dengan bantuan shaker. Dan re-maserasi dilakukan dengan menambahan pelarut ke dalam ampas dari proses maserasi yang dilakukan sebelumnya. Tujuannya adalah supaya zat-zat yang belum tersari di maserasi sebelumnya dapat tersari dalam re-maserasi. Maserasi dipilih sebagai metode penyarian karena peralatan yang digunakan sederhana dan cara pengerjaan serta pengoperasian alat yang mudah. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 50% karena senyawa hipotesis yang diketahui adalah glikosida fenolik yang dapat larut dalam pelarut polar. Etanol 50% dipilih karena bersifat polar dan sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas berarti namun seringkali menimbulkan masalah farmasetis seperti terjadinya pengendapan yang sulit dihilangkan pada ekstrak (Wijesekera, 1991). Hasil dari maserasi dan re-maserasi didapatkan ekstrak etanol cair yang kemudian dicampur dan diuapkan menggunakan vacum rotary evaporator. Selanjutnya diuapkan kembali dalam cawan porselen diatas waterbath sehingga didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap. Dari hasil pengeringan di atas waterbath didapatkan bahwa perubahan bobot ekstrak etanol 50% daun Jarong telah mencapai kurang dari 0,5 mg sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak telah mencapai bobot tetap. Ekstrak kental yang diperoleh dari perhitungan rata-rata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
yaitu sebesar 5,14 g. Gambar 9 menunjukkan gambar ekstrak etanol 50% daun jarong yang diuapkan diatas waterbath dan gambar 10 menunjukkan gambar ekstrak kental etanol 50% daun jarong yang sudah dilarutkan dengan CMC-Na 1%.
Gambar 9. Ekstrak kental etanol 50% daun Jarong (Dokumentasi pribadi, 2015)
Gambar 10. Ekstrak etanol 50% daun Jarong (Dokumentasi pribadi, 2015)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
D. Uji Pendahuluan 1. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Penetapan dosis hepatoksin bertujuan untuk menentukan besar dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati berupa steatosis (perlemakan hati) tanpa menyebabkan kematian pada tikus. Janakat dan Al-Merie (2003) menyebutkan bahwa karbon tetraklorida dengan dosis 2,0 mL/kgBB mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST yang menyebabkan kerusakan sel-sel hati tetapi tidak menyebabkan kematian pada tikus. 2. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong Penentuan dosis ekstrak etanol 50% mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al (2010) yang menyebutkan bahwa dosis efektif ekstrak etanol daun jarong adalah 200 mg/kgBB. Dosis 200 mg/kgBB dijadikan sebagai dosis tengah, sehingga pada penelitian ini digunakan tiga peringkat dosis dengan faktor kelipatan 2 dan diperoleh dosis rendah 100 mg/kgBB, dosis tengah 200 mg/kgBB, dan dosis tinggi 400 mg/kgBB. 3. Penetapan waktu pencuplikan darah Penetapan dosis hepatoksin bertujuan untuk mengetahui waktu ketika karbon tetraklorida pada dosis 2,0 mL/kgBB memberikan efek hepatotoksis maksimal, yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST paling tinggi. Pada penelitian ini, senyawa diujikan pada tikus jantan galur Wistar secara i.p dengan dosis 2,0 mL/kgBB., kemudian dilakukan pencuplikan darah pada sinus orbitalis hewan uji pada selang waktu jam ke-0, 24, dan 48.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Data hasil pengujian aktivitas serum pada tiap waktu pencuplikan darah dapat dilihat pada tabel III dan gambar 11. Tabel III. Purata kadar ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)
Waktu pencuplikan jam ke- Purata aktivitas serum ALT ± SE (U/L) 0 60,80 ± 2,26 24 181,40 ± 6,40 48 74,20 ± 1,98 Keterangan : SE = Standart Error
Gambar 11. Diagram batang purata kadar ALT pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Hasil pengukuran kadar ALT pada jam ke-0, 24, dan 48 berturut-turut adalah 60,80 ± 2,26; 181,40 ± 6,40; dan 74,20 ± 1,98 U/L. Perbandingan kadar ALT dilakukan dengan analisis statistik uji T berpasangan untuk melihat perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
antara kondisi sebelum menerima pelakuan (pencuplikan jam ke-0) serta jam 24 dan 48 jam setelah menerima perlakuan hepatotoksin CCl4. Hasil statistik uji T berpasangan menunjukkan kadar ALT serum pada jam ke-24 terjadi peningkatan yang signifikan dan berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Selain itu terjadi peningkatan nilai ALT sebesar 3 kali terhadap nilai ALT pada jam ke-0. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian karbon tetraklorida pada jam ke-24 terbukti menyebabkan kerusakan hati paling maksimal. Kemudian pada jam ke-48 terjadi penurunan, tetapi belum mencapai keadaan normal (p=0,000). Hasil uji T berpasangan kadar ALT ditunjukkan pada tabel IV. Tabel IV. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)
Waktu pencuplikan (jam ke-) Jam ke-0
Jam ke-0
Jam ke-24
BB
Jam ke-48
BB
Jam ke-24
Jam ke-48
BB
BB BB
BB
Pengujian juga dilakukan terhadap kadar AST tikus. Data kadar AST tertera pada Tabel V dan Gambar 12. Tabel V. Purata kadar AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)
Waktu pencuplikan jam ke- Purata aktivitas serum AST ± SE (U/L) 0 141,20 ± 5,15 24 452,40 ± 32,45 48 156,80 ± 4,61 Keterangan : SE = Standart Error
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
Gambar 12. Diagram batang purata kadar AST pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Hasil pengukuran kadar AST pada jam ke-0, 24, dan 48 berturut-turut adalah 141,20 ± 5,15; 452,40 ± 32,45; dan 156,80 ± 4,61 U/L. Perbandingan kadar AST dilakukan dengan analisis statistik uji T berpasangan untuk melihat perbedaan antara kondisi sebelum menerima pelakuan (pencuplikan jam ke-0) serta jam 24 dan 48 jam setelah menerima perlakuan hepatotoksin CCl4. Hasil statistik uji T berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Pada jam ke-24 terjadi peningkatan yang signifikan dan berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Selain itu terjadi peningkatan nilai AST sebesar 4 kali terhadap nilai AST pada jam ke-0. Sedangkan pada jam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
ke-48 mengalami penurunan meskipun belum mencapai keadaan normal (p=0,001). Hasil uji T berpasangan ditunjukkan pada tabel VI. Tabel VI. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)
Waktu pencuplikan (jam ke-) Jam ke-0
Jam ke-0
Jam ke-24
BB
Jam ke-48
BB
Jam ke-24
Jam ke-48
BB
BB BB
BB
Berdasarkan hasil diatas, karbon tetraklorida diketahui memiliki efek hepatotoksis yang paling tinggi pada jam ke-24, sehingga waktu pencuplikan darah yang digunakan adalah jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara i.p. E. Efek Hepatoprotektif Pemberian Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan adanya efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong serta mengetahui besar dosis efektif hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong pada tiga peringkat dosis yang berbeda. Evaluasi efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong dilihat dari ada tidaknya penurunan kadar ALT dan AST. Pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong dilakukan secara per oral dengan tiga peringkat dosis, yaitu dosis I sebesar 100 mg/kgBB; dosis II sebesar 200 mg/kgBB; dan dosis III sbesar 400 mg/kgBB. Senyawa hepatoksin yang dipejankan adalah karbon tetraklorida yang diberikan secara intraperitoneal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
dengan dosis 2 mL/kg BB. Pencuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 pada sinus orbitalis hewan uji dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar ALT dan AST. Hasil analissi statistik menunjukkan bahwa efek hepatoprotektif paling efektif terjadi pada dosis 100 mg/kgBB. Data kadar ALT dan AST ditampilkan dalm bentuk purata ± SE pada tabel VII, gambar 13, dan gambar 14. Tabel VII. Purata ± SE kadar ALT dan AST tikus jantan galur Wistar pada kelompok perlakuan
Kel.
Purata aktivitas serum ALT ± SE (U/L)
Purata aktivitas serum AST ± SE (U/L)
Efek hepatoprotektif (ALT)
Efek hepatoprotektif (AST)
I
49,20 ± 1,06
127,00 ± 2,30
-
-
II
178,80 ± 7,47
451,00 ± 32,20
0%
0%
III
55,00 ± 2,64
120,00 ± 13,40
-
-
IV
82,20 ± 3,10
268,40 ± 6,94
74,54%
56,36%
V
111,40 ± 4,38
286,40 ± 2,52
52,01%
50,80%
VI
168,80 ± 3,38
430,80 ± 3,95
7,72%
6,23%
: kelompok kontrol negatif olive oil dosis 2,0 mL/kgBB : kelompok kontrol hepatotoksin CCl4 dosis 2,0 mL/kgBB : kelompok kontrol perlakuan ekstrak daun jarong 400 mg/kgBB : kelompok perlakuan ekstrak daun jarong dosis 100 mg/kgBB (dosis I) + CCl4 2,0 mL/kgBB V : kelompok perlakuan ekstrak daun jarong dosis 200 mg/kgBB (dosis II) + CCl4 2,0 mL/kgBB VI : kelompok perlakuan ekstrak daun jarong dosis 400 mg/kgBB (dosis III) + CCl4 2,0 mL/kgBB SE = Standart Error
I II III IV
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Gambar 13. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar pada kelompok perlakuan
Gambar 14. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar pada kelompok perlakuan
Data kadar ALT dan AST dianalisis dengan uji Shapiro Wilk menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan signifikansi (p>0,05) untuk data ALT. Sedangkan untuk data AST menunjukkan bahwa terdapat kelompok data yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
tidak terdistribusi normal (p<0,05). Data kadar ALT menunjukkan bahwa variansi data homogen (p>0,05) pada Levene’s test. Dengan demikian kadar ALT dianalisis dengan analisis variansi satu arah, dilanjutkan dengan analisis menggunakan post hoc Tukey (yang diperuntukkan untuk asumsi data homogen). Kadar AST dianalisis menggunakan Kruskal Wallis, yang kemudian dilanjutkan dengan
analisis menggunakan Mann Whitney. Hasil uji ALT dan AST
ditampilkan pada tabel VIII, dan tabel IX. Tabel VIII. Hasil uji post hoc Tuckey kadar ALT praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Kontrol CCl₄
Kontrol CCl₄
Kontrol Olive Oil
BB
Kontrol Ekstrak ekstrak 100 tertinggi mg/kgBB + CCl₄
Ekstrak 200 mg/kgBB + CCl₄
Ekstrak 400 mg/kgBB + CCl₄
BB
BB
BB
BTB
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
Kontrol Olive Oil
BB
Kontrol ekstrak tertinggi
BB
BTB
Ekstrak 100 mg/kgBB + CCl₄
BB
BB
BB
Ekstrak 200 mg/kgBB + CCl₄
BB
BB
BB
BB
Ekstrak 400 mg/kgBB + CCl₄
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Tabel IX. Hasil uji post hoc Mann Whitnry kadar AST praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Kontrol CCl4
Kontrol CCl4
Kontrol Olive Oil
BB
Kontrol Ekstrak ekstrak 100 tertinggi mg/kgBB + CCl₄
Ekstrak 200 mg/kgBB + CCl₄
Ekstrak 400 mg/kgBB + CCl₄
BB
BB
BB
BTB
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
Kontrol Olive Oil
BB
Kontrol ekstrak tertinggi
BB
BTB
Ekstrak 100 mg/kgBB + CCl₄
BB
BB
BB
Ekstrak 200 mg/kgBB + CCl₄
BB
BB
BB
BB
Ekstrak 400 mg/kgBB + CCl₄
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
Keterangan: BB = berbeda bermakna (p<0,05); BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05) 1.
Kontol negatif olive oil 2 mL/kgBB Pada penelitian ini kontrol negatif bertujuan untuk melihat pengaruh
pemberian olive oil sebagai pelarut pada senyawa karbon tetraklorida terhadap peningkatan aktivitas serum ALT dan AST. Kontrol negatif yang digunakan adalah olive oil dengan dosis 2 mL/kgBB, karena senyawa hepatotoksin karbon tetraklorida dibuat dengan konsentrasi 50% atau dengan perbandingan campuran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
1:1 dalam pelarut olive oil yang diberikan pada dosis 2 mL/kgBB. Oleh karena itu, pengukuran kadar ALT dan AST dilakukan pada jam ke-0 (sebelum diberi perlakuan, digunakan sebagai nilai normal) dan pada jam ke-24 (untuk melihat kondisi setelah diberikan olive oil). Purata kadar ALT dan AST tikus setelah pemberian olive oil ditunjukkan pada tabel X. Hasil statistik uji T berpasangan menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT pada jam ke-0 berbeda tidak bermakna (p=0,716) dengan kadar ALT pada jam ke-24 setelah mendapat perlakuan olive oil. Pada aktivitas serum AST jam ke-0 juga memiliki perbedaan tidak bermakna (p=0,345) dengan kadar AST pada jam ke-24 setelah mendapat perlakuan olive oil. Hasil uji T berpasangan ditampilkan pada tabel XI, tabel XII, gambar 15, dan gambar 16. Tabel X. Purata kadar ALT dan AST tikus setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24
Waktu pencuplikan (jam ke-) Jam ke-0 Jam ke-24
Purata kadar ALT ± SE (U/L) 47,80 ± 2,74 49,20 ± 1,06
Purata kadar AST ± SE (U/L) 129,00 ± 2,49 127,00 ± 2,30
Tabel XI. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24
Waktu pencuplikan (jam ke-) Jam ke-0 Jam ke-24
Kadar ALT jam ke-0
Kadar ALT jam ke-24 BTB
BTB
Tabel XII. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24
Waktu pencuplikan (jam ke-) Kadar AST jam ke-0 Jam ke-0 Jam ke-24 BTB Keterangan: BB = berbeda bermakna (p<0,05) BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Kadar AST jam ke-24 BTB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Gambar 15. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24
Gambar 16. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24
Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa olive oil yang berperan sebagai pelarut hepatotoksin karbon tetraklorida tidak memiliki pengaruh dalam peningkatan kadar ALT dan AST, sehingga kelompok kontrol negatif ini dapat dijadikan acuan nilai normal kadar ALT dan AST dalam penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
46
Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida Pada penelitian ini kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida bertujuan
untuk melihat pengaruh pemberian karbon tetraklorida tetraklorida 2 mL/kgBB terhadap kerusakan hati yang ditandai dengan peningkatan kadar ALT dan AST. Pencuplikan darah untuk pengukuran aktivitas serum ALT dan AST dilakukan pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Pada jam ke-24 kadar ALT dan AST secara berturut-turut sebesar 178,8±7,47 U/L dan 451,00±32,20 U/L (tabel VII). Hasil pengukuran tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan kadar ALT sebesar 3,6 kali lipat dan kenaikan kadar AST mencapai 3,55 kali lipat (mendekati 4 dengan pembulatan) dari nilai kontrol negatif, dimana nilai ALT kontrol negatif sebesar 49,20±1,06 U/L dan nilai AST kontrol negatif sebesar 127,00±2,302 U/L. Menurut Zimmerman (1999), perlemakan hati (steatosis) pada manusia ditandai dengan meningkatnya nilai serum ALT sebanyak tiga kali lipat dan serum AST sebanyak empat kali lipat. Hasil analisis serum ALT dan AST menunjukkan bahwa kadar ALT dan AST pada kontrol hepatotoksin berbeda signifikan (p=0,000 untuk ALT dan p=0,003 untuk AST) dengan kontrol negatif. Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa telah terjadi kerusakan hati pada hewan uji setelah pemejanan karbon tetraklorida. Hasil yang diperoleh dari pengukuran kontrol hepatotoksin dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perhitungan untuk melihat efek hepatoprotektif yang dihasilkan oleh ekstrak etanol 50% daun jarong.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
47
Kontrol perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB Pada penelitian ini kontrol kontrol ekstrak etanol 50% daun jarong dosis
400 mg/kgBB bertujuan untuk memastikan bahwa ekstrak tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST sebagai indikator tidak adanya efek hepatoksik sebelum diinduksi senyawa hepatotoksin karbon tetraklorida. Digunakan dosis sebesar 400 mg/kgBB sesuai dengan dosis terbesar ekstrak etanol 50% daun jarong dengan harapan hasil kelompok ini berlaku untuk praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dari dosis rendah 100 mg/kgBB hingga dosis tertinggi 400 mg/kgBB. Kontrol ekstrak etanol 50% daun jarong memiliki nilai kadar ALT dan AST secara berturut-turut sebesar 55,00±2,64 U/L dan 120,00±13,40 U/L. Secara statistik, lewat uji One Way Anova diperoleh bahwa kadar ALT dan AST pada kontrol ekstrak memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol negatif olive oil 49,20 ± 1,06 U/L (p=0,919) untuk ALT dan 127,00 ± 2,30 U/L (p=0,117) untuk AST. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong 400 mg/kgBB praperlakuan enam jam tidak memberikan pengaruh terhadap kadar ALT maupun AST. 4. Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100; 200; dan 400 mg/kgBB Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida didasarkan pada ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
tidaknya penurunan aktivitas ALT dan AST akibat perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong. Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100 mg/kgBB menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST masing-masing sebesar 82,20±3,10 U/L dan 268,40±6,94 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok perlakuan dosis 100 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Dosis ini juga memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol negatif olive oil. Sehingga diketahui bahwa dosis 100 mg/kgBB dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dengan % hepatoprotektif sebesar 74,54% dan sebagai data pendukung efek hepatoprotektif berdasarkan aktivitas serum AST sebesar 56,36%. Tetapi penurunan kadar tersebut belum mencapai kontrol (karena menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol). Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 200 mg/kgBB menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST masing-masing sebesar 111,40±4,38 U/L dan 286,40±2,52 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok perlakuan dosis 200 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Dosis ini juga memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol negatif olive oil. Sehingga diketahui bahwa dosis 200 mg/kgBB dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dengan % hepatoprotektif sebesar 52,01% dan sebagai data pendukung efek hepatoprotektif berdasarkan aktivitas serum AST sebesar 50,80%. Tetapi penurunan kadar tersebut belum mencapai kontrol (karena menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol). Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB menunjukkan aktivitas serum ALT sebesar 168,80±3,38 U/L dan AST sebesar 430,80±3,95. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok perlakuan dosis 400 mg/kgBB memiliki perbedaan tidak bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol ekstrak, dosis 400 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000). Sehingga diketahui bahwa dosis 400 mg/kgBB tidak dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Pada penelitian ini, kadar AST dari ketiga dosis pemberian menunjukkan purata yang tinggi. Hal ini disebabkan karena AST tidak hanya terdapat di dalam hati, melainkan juga ditemukan pada rangka, otot jantung, ginjal, otak, pankreas, paru, lekosit, dan eritrosit (Pratt and Kaplan, 2000). Meskipun bukan sebagai penanda spesifik kerusakan hati, pengukuran kadar AST dilkukan pada penelitian ini karena AST merupakan enzim yang memiliki kadar metabolik tinggi, dapat mengkatalisis konversi bagian nitrogen dari asam amino menjadi energi dalam siklus Krebs. Pada kerusakan hati, kadar AST dan ALT serum mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
kenaikan maupun penurunan secara seirama. Namun, AST lebih sering dijadikan sebagai data pendukung karena tidak spesifik untuk menandakan terjadinya kerusakan hati (Pratt and Kaplan, 2000). Pada ekstrak etanol 50% daun jarong yang diduga memberikan efek hepatoprotektif
adalah
senyawa
flavonoid.
Senyawa
flavonoid
dapat
meningkatkan kadar GSH (gluthatione), yang merupakan antioksidan alami didalam tubuh. Senyawa flavonoid juga dapat menurunkan aktivitas enzim stokrom
P450. Kedua mekanisme
yang diduga berperan dalam
efek
hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas metabolit triklorometik dalam menyebabkan steatosis. Ketika diserang oleh radikal hidroksil, flavonoidflavonoid akan membentuk radikal bebas baru yang lebih stabil, yaitu radikal fenoksil (FIO•) dan molekul air yang stabil. Radikal fenoksil kemudian akan mengalami efek resonansi pada cincin aromatiknya, hal ini yang menyebabkan radikal fenoksil memiliki stabilitas yang lebih tinggi daripada OH•. Radikal fenoksil ini akan mengalami reaksi terminasi untuk menstabilkan diri, yaitu bergabung dengan radikal bebas lain. Karbon tetraklorida dapat
menaikkan
aktivitas
ALT-AST serum
dikarenakan adanya enzim sitokrom P-450 didalam hati maka karbon tetraklorida akan diubah menjadi metabolit reaktif triklorometil. Radikal bebas triklorometil dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi lipid. Terjadi penghambatan sintesis protein akibat dari terbentuknya lipid dalam hati yang mengakibatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
terjadinya penurunan produksi lipoprotein. Lipoprotein ini bertanggungjawab dalam transport lipid keluar dari hepatosit dan terjadi steatosis (Timbrell, 2008). Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan kerusakan mitokondria. Kerusakan ini berupa gangguan integritas membran yang menyebabkan keluarnya isi sitoplasma seperti enzim ALT. Enzim ALT yang berada di dalam sel akan keluar dan masuk ke dalam peredaran darah sehingga jumlah enzim ALT di dalam darah meningkat (Wahyuni, 2005). Pada penelitian ini digunakan model hepatoksin karbon tetraklorida yang menyebabkan kerusakan hati berupa steatosis. Sering kali toksin yang menginduksi steatosis adalah reversible dan tidak menyebabkan kematian hepatosit. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Jarong dengan menggunakan hepatoksin lainnya seperti galaktosamin yang menyebabkan hepatitis akut pada hewan uji. Toksisitas galaktosamin berkaitan
dengan
insufisiensi
UDP-glukosa
dan
UDP-galaktosa
serta
terganggunya homeostasis sel. Perubahan ini juga mengganggu sintesis protein dan asam nukleat (Kepler dan Decker, 2003). Dari hasil penelitian tersebut selanjutnya dapat dibandingkan besarnya efek hepatoprotektif yang dihasilkan. Penelitian Joshi et al. (2010) menunjukkan gambaran histopatologi yang menggambarkan bahwa dengan pemberian ekstrak etanol dosis 200 mg/kgBB pada tikus yang telah terinduksi karbon tetraklorida mengalami regenerasi kembali pada sel-sel hepatosit. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian struktural histologi yang dapat digunakan sebagai data pendukung dalam menguji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
fungsi hati, sehingga efek hepatoprotektif yang dilihat dari penurunan kadar ALT dan AST dapat ditegaskan dengan uji histopatologi kondisi hati. Pada dosis tertinggi, yaitu 400 mg/kgBB terjadi penurunan efek hepatoprotektif. Hal ini disebabkan karena flavonoid pada dosis yang lebih tinggi dapat memicu aktivitas pro-oxidant (Rietjens et al., 2002). Pro-oxidant terbentuk karena adanya senyawa flavonoid yang teroksidasi setelah menangkap radikal bebas (Anzenbacher and Zanger, 2012). Senyawa inilah yang menyebabkan penurunan efek hepatoprotektif karena senyawa ini memicu terjadinya reaksi oksidasi yang menyebabkan kerusakan sel. Beberapa hal disampaikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu disarankan untuk melakukan penelitian efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Jarong menggunakan dosis dibawah 200 mg/kgBB untuk melihat seberapa besar efek hepatoprotektif yang dapat dihasilkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong dengan waktu pemberian 24 jam memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB. Dosis efektif hepatoprotektif yang diperoleh adalah sebesar 100 mg/kgBB yang ditunjukkan dengan persen hepatoprotektif sebesar 74,54% berdasarkan aktivitas serum ALT dan 56,36% berdasarkan aktivitas serum AST.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong dengan waktu pemberian 24 jam memiliki efek hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB. 2. Dosis efektif pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida adalah sebesar 100 mg/kgBB.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1. Uji efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus jantan galur Wistar terinduksi galaktosamin. 2. Uji hispatologi hati sebagai penegasan. 3. Penelitian efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Jarong dengan variasi dosis dibawah 200 mg/kgBB untuk mengetahui nilai hepatoprotektif yang dapat dihasilkan.
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
DAFTAR PUSTAKA Anzenbacher, P., Zanger, U.M., 2012, Metabolism of Drugs and Other Xenobiotics, Wiley-VCH, Germany, hal. 563. Agoes, G., 2009, Seri Farmasi Industri-2, Teknologi Bahan Alam, ITB, Bandung, hal. 31, 43. ATSDR., 2005, Toxicology Profile for Carbon Tetrachloride, Departement of Health and Humas Services, Atlanta, Georgia, hal. 172. Baredero, M., Dayrit, M. W., dan Siswadi, Y., 2005, Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 1-10. Chowdhury, R., 2003, Ipolamiide and α-spinasterol from Stachytarpheta urticaefolia. Biochemical Systematics and Ecology, (31), 1209–1211. Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Cetakan kedua, Tribus Agriwidya, Jakarta, hal. 146-147. Dalimartha, S., 2001, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis, Cetakan kelima, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 56, 118. Dharma, A.P., 1996, Indonesian Medical Plants, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 99, 204. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1985, Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. xx, xxii. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid 5, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. xxii. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1036. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee., G.I., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., 2005, Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach, 7th edition, McGrraw Hill, USA, hal. 636. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2013, Suplemen III :Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, hal. xxii. Friedman, L.S., and Keefe, E. B., 2012, Handbook of Liver Disease, 3rd edition, Elsevier, Philadelphia, hal. 67.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Ganong, W., dan McPhee, S.J., 2011, Patofisiologi penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, Edisi kelima, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 419-462. Gayatri, G., Ramesh, B. J., Sumalatha, N., Venkates, J., and Vidyadhara, S., 2011, Hepatoprotective Activity of Ethanolic of Stachytarpheta indica on Wistar Rats, Pharmacie Global, (2), 1-2. Geregus, Z., 2008, Mechanism of Toxicity, in Klaaseen, C. D., Casarett& Doull’s Toxicology: the Basic Science Poisons, 7th edition, McGraw-Hill, New York, hal. 57-64. Girindra, A., 1989, Biokimia Patologi Hewan, Bogor: IPB Pr. Gomes, A., 2015, Efek Hepatoprotektif Pemberian Jangka Panjang Infusa Herba Bidens Pilosa L. Terhadap Aktivitas ALT-AST Serum pada Tikus Betina Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 31, Universitas Sanata Dharma. Hebel, R., 1989, Anatomi of the Laboratory Rat, The William & Wilin Company, Baltimore, hal. 50. Hodgson, E., dan Levi, P.E., 2004, Hepatotoxicity, in Hodgson, E., A Textbook of Modern Toxicology, 3rd edition, John Wiley & Sons Inc., New Jersey, hal. 262-272. Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern Toxicology, 4th edition, John Wiley & Sons Inc., New Jersey, hal. 281, 282. Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of The Dose And Route Of Injection, and Characterization of The Time Course of Carbon Tetrachloride induced Hepatotoxicity In The Rat, J. Pharm. Tox. Methods, (48), 41-44. Javaplant, 2000, Javaplant Extraction Methodology, http://www.javaplant.co.id, diakses tanggal 10 Mei 2015. Joshi, V. G., Sutar, P. S., Karigar, A. A., Patil, S. A., Gopalakrishna, B., and Sureban, R. R., 2010, Screening of Ethanolic Extract of Stachytarpheta indica L. (Vahl) Leaves for Hepatoprotective Activity, IJRAP, 174-179. Keppler, D., Decker, K., 2003, Experimental hepatitis induced by Dgalactosamine. Exp Mol Pathol., (2), 279–290. Kumar, V., Abbas, A. K., dan Fausto, N., 2007, Robbins & Cortan Basic Pathology, Edisi 7, Philadelphia, USA, hal. 649. Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology Fundamental Target Organ, and Risk Assesment, Edisi 2, alih bahasa oleh : Nugroho Edi., UI Press, Jakarta, hal. 85-97.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Maradjo, M., 1985, Flora Indonesia : Tumbuhan Liar, Cetakan ke-2, PT. Gita Karya, Jakarta, hal. 30-31. McGregor, D., and Lang, M., 1996, Carbon tetrachloride: Genetic Effects and Other Modes of Action, Mutat Res, 366: 181–195. Pearce, E.C., 2009, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia, Jakarta, hal. 243-244. Pilichos, C.J., Kouerinis, I.A., Zografos, G.C., Korkolisa, D.P., Prexa, A.A., Gazouli, M., Menenakos, E.I., 2004, Management of Carbon Tetrachlorideinduced Acute Liver Injury in Rats by Syngeneic Hepatocyte Transplantation in Splen and Peritoneal Cavity, World J Gastroenterol 10(14), 2099-2112. Plantamor, 2012, Stachytarpetha, http://www.plantamor.com/index.php?plant=1187, diakses tanggal 10 Mei 2015. Rietjens, I.M.C.M., Boersma, M.G., Haan, L.D., Spenkelink, B., Awad, H.M., Cnubben, N.H.P., 2002, The Pro-oxidant Chemistry of The Natural Antioxidants Vitamin C, Vitamin E, Carotenoids and Flavonoids, Environmental Toxicology and Pharmacology, 6, 321-333. Rohdiana, D., 2001, Aktivitas daya tangkap radikal polifenol, Majalah Jurnal Indonesia, 12:53-8. Sahoo, S. R., Dash, R. R., and Bhatnagar, S, 2014, Phytochemical Screening and Bioevaluation of Medicinal Plant Stachytarpheta indica Vahl, Pharmacology & Toxicology Research, hal.1-5. Sari, L.O., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanan, Majalah Ilmu Kefarmasian UI, 03:01-07. Schattner, A., Knobler, H., (Eds), 2008, Metabolic Aspects of Chronic Liver Disease, Nova Publisher, New York, hal.37. Sherwood, 2007, Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi Keenam, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 669-671. Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, hal. 71. Stockham, SL., Scott, MA., 2002, Fundamentals of Clinical Veterinary Pathology, Iowa: Iowa State University Pr. Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta, hal. 53. Sumantri, S., 2013, Penggunaan Trasient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 40 (2), 97-101.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Tawekijpokai, J., Pimsamarn, J., 2011, Determination of Flavonoid Content and Antioxidant Activity from Ferns by Ultrasonic Extraction, TIChE International Conference 2011, 2. Timbrell, J. A., 2008, Principles of Biochemical Toxicology, 4th edition, Informa Healthcare USA, New York, hal. 308, 311. Van Steenis C.G.G.J. 1992, Flora : untuk sekolah di Indonesia, Cetakan keenam, PT Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 348. Wahyuni, S., 2005, Pengaruh Daun Andrographis paniculata Ness. Terhadap Kadar ALT dan AST Tikus Putih, GAMMA, 1 (1), hal. 45-53. Wakchaure, D., Jain, D., Singhai, A. K., Somani, R., 2013, Hepatoprotective Activity of Symplocos racemosa Bark on Tetrachloride-Induced Hepatic Damage in Rats, Journal of Ayurveda & Integrative Medicine, 2 (3), hal. 137-143. Watson, L.J., 2014, Hepatocelluler Carcinoma, http://www.geekmedics.com/2014/03/14/hepatocelluler-carcinoma, diakses tanggal 12 Mei 2015. Wexler, P., Anderson, B., Peyster, A., Gad, S., Hakkinen, P. J., Kamrin, M., Locey, B., Mehendale, H., Pope, C., Shugart, L., 2005, Encyclopedia of Toxicology Second Edition, Elsevier, USA, hal. 426. WHO, 2003, Traditional Medicine, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/eml, diakses tanggal 23 Oktober 2015. Wibowo dan Paryana, 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Indonesia, hal. 347, 348, 351, 352. Wijesekera, R.O.B, 1991, The Medicine Plant Industry, Washington DC : CRC Press, pp.85-90. Wulandari, E.T. dan Hartini, Y.S., 2015, Panduan Praktikum Farmakognosi Fitokimia, Universitas Sanata Dharma, hal. 11. Zimmerman, H. J, 1999,Hepatototoxicity : the Adverse Effectst of Drugs and others Chemical on the Liver, 2nd edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, hal. 126.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Lampiran 1. Hasil determinasi Jarong 1b.
Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikti-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga
2b.
Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun, atau tangkai daun)
3b.
Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas
4b.
Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan diatas
6b.
Dengan daun yang jelas
7b.
Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupai
9b.
Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit
10b.
Daun tidak tersusun demikian rapat menadi rozet
11b.
Tidak demikian ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan serong ke atas
12b.
Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali
13b.
Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain
14b.
Semua daun duduk berhadapan
16a.
Daun tunggal berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap
239b.
Tumbuh-tumbuhan tanpa getah
243b.
Tidak hidup dari tumbuh-tumbuhan lain
244b.
Susunan pertulangan daun tidak demikian, seluruhnya atau sebagian besar tulang daun tersusun menyirip menjari atau sejajar
248b.
Daun bertulang menyirip atau menjari, susunan urat daun seperti jala
249b.
Daun tidak mempunyai serabut demikian, bunga berbentu lain
250b.
Rumput-rumputan. Setidak-tidaknya cabangnya tidak berkayu
266b
Bunga tak tersusun dalam bongkol dengan pembalut yang demikian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
267a.
60
Bunga berjejal dalam karangan bunga yang menyerupai bongkol pedek terletak di ujung atau di ketiak daun, duduk atau bertangkai
268a.
Karangan bunga jelas bertangkai
269b.
Daun tidak berbentuk ginjal. Setidak-tidaknya ujung batangnya tegak
270a.
Bunga berbilangan 4-5. Daun kelopak dan daun mahkota masingmasing berlekatan 109. Verbenaceae
286b.
Masing-masing bunga panjangnya 1 cm
288a.
Daun menjari majemuk berbilangan 3-5 109. Verbenaceae
1b.
Daun Tunggal
2b.
Tanaman lain
3a.
Bunga dalam bulir, kadang-kadang seolah-olah dalam bongkol
4a.
Buah dan bunga sebelum mekar tersembunyi dalam rongga dari poros bulir.
Bulir
tipis,
memanjang
berbentuk
ekor
panjang
…………………………………3 Starchytarpheta 3 Starchytarpheta 1a. Daun berwarna hijau cerah, tidak jelas berlekuk-lekuk, tulang daun sisi dari orde kedua dari sisi bawah tidak menonjol. Tepi bawah dari gigi daun yang tengah paling tidak dua kali panjang tepi atas. Mahkota bunga ungu cerah (Stachytarpheta indica) Rumput-rumputan yang tegak, tinggi 0,3-0,9 m. Daun berhadap-hadapan, bertangkai sangat panjang, berbentuk ellips memanjang atau bulat telur, dengan kaki yang menyempit demi sedikit, di atas bagian kaki yang bertepi rata bergigi beringgit, berambut jarang atau tidak yang ukurannya 4-9 dan 2,5-5 cm. Bulir bertangkai pendek, panjang 15-30 cm. Daun pelindung dengan kuat menempel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
kelopak, bertepi lebar serupa selaput. Kelopak bergigi 4, panjang lk 0,5 cm. tabung dasar bunga berbentuk bantal. Buah berbentuk garis baji, panjang lk 0,5 cm, pecah dalam 2 kendaga. Terutama di daerah dengan musi kemarau yang tegas, di tempat cerah atau sedikit; 1-1.250 m. Jarong, J, S, Gajihan, J, Roem jharum, Md.
Stachytarpheta indica Vahl.
Sinonim dalam penulisan: Stachytarpheta indica (L.) Vahl.
Determinasi dilakukan di Yogyakarta pada tanggal 4 Maret 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi Jarong
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Surat keterangan penggunaan program IBM SPSS Statistics 22 Lisensi UGM
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Lampiran 5. Analisis statistik kadar ALT dan AST pada penetapan waktu pencuplikan darah Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic Delta_ALT1
Sig. 5
.267
Delta_AST1
Sig.
.942
5
.679
*
.877
5
.294
*
.967
5
.855
*
.944
5
.696
.200
5
Df
*
.200
5
.245
Statistic .200
5
.225
Delta_AST2
Shapiro-Wilk
Df
.239
Delta_ALT2
a
.200
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
ALT0
60.80
5
5.070
2.267
ALT24
181.40
5
14.311
6.400
ALT0
60.80
5
5.070
2.267
ALT48
74.20
5
4.438
1.985
ALT24
181.40
5
14.311
6.400
ALT48
74.20
5
4.438
1.985
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
ALT0 -120.600
9.555
4.273
-132.464
-108.736
-28.223
4
.000
-13.400
7.162
3.203
-22.293
-4.507
-4.183
4
.014
107.200
15.595
6.974
87.836
126.564
15.371
4
.000
ALT24 Pair 2
ALT0 ALT48
Pair 3
ALT24 ALT48
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
AST0
141.20
N
Std. Deviation 5
11.520
Std. Error Mean 5.152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pair 2
Pair 3
AST24
452.40
5
72.555
32.448
AST0
141.20
5
11.520
5.152
AST48
156.80
5
10.305
4.609
AST24
452.40
5
72.555
32.448
AST48
156.80
5
10.305
4.609
66
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
AST0 -311.200
65.124
29.125
-392.063
-230.337
-10.685
4
.000
-15.600
6.465
2.891
-23.628
-7.572
-5.395
4
.006
295.600
70.213
31.400
208.420
382.780
9.414
4
.001
AST24 Pair 2
AST0 AST48
Pair 3
AST24 AST48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Analisis statistik kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol olive oil 2 mL/kgBB Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
Shapiro-Wilk
Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
deltaALT
.182
5
.200*
.974
5
.901
deltaAST
.300
5
.161
.868
5
.257
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
ALT_0
47.80
5
6.140
2.746
ALT_24
49.20
5
2.387
1.068
AST_0
129.00
5
5.568
2.490
AST_24
127.00
5
5.148
2.302
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
ALT_0 & ALT_24
5
-.713
.177
Pair 2
AST_0 & AST_24
5
.698
.190
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
of the Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
Pair 1
ALT_0 - ALT_24
-1.400
8.019
3.586
-11.357
8.557
-.390
4
.716
Pair 2
AST_0 - AST_24
2.000
4.183
1.871
-3.194
7.194
1.069
4
.345
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Lampiran 7. Analisis statistik kadar ALT pada perlakuan ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Descriptives
N ALT
1 Kontrol Olive Oil 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB Total
5 5 5 5 5 5 30
Mean 49.20 178.80 55.00 82.20 111.40 168.80 107.57
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .292 5 .188 .199 5 .200* .201 5 .200* .214 5 .200* .204 5 .200* .311 5 .130
Kelompok ALT 1 Kontrol Olive Oil 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic ALT
2.583
df1
df2 5
Sig. 24
.053
Std. Deviation 2.387 16.709 5.916 6.943 9.813 7.563 52.636
Shapiro-Wilk Statistic df .877 5 .942 5 .941 5 .916 5 .922 5 .911 5
Std. Error 1.068 7.473 2.646 3.105 4.389 3.382 9.610
Sig. .294 .683 .672 .504 .544 .476
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
ANOVA
ALT
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 78258.967
df 5
Mean Square 15651.793
2086.400
24
86.933
80345.367
29
F 180.044
Sig. .000
Multiple Comparisons
Dependent Variable ALT Tukey HSD
(I) Kelompok 1 Kontrol Olive Oil
(J) Kelompok 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 2 Kontrol CCl4 1 Kontrol Olive Oil 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 3 Kontrol Ekstrak Dosis 1 Kontrol Olive Oil Tertinggi 2 Kontrol CCl4 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 1 Kontrol Olive Oil 100mg/kgBB 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 1 Kontrol Olive Oil 200mg/kgBB 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 1 Kontrol Olive Oil 400mg/kgBB 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Mean Difference (I-J) -129.600* -5.800 -33.000* -62.200* -119.600* 129.600* 123.800* 96.600* 67.400* 10.000 5.800 -123.800* -27.200* -56.400* -113.800* 33.000* -96.600* 27.200* -29.200* -86.600* 62.200* -67.400* 56.400* 29.200* -57.400* * 119.600 -10.000 * 113.800 86.600* 57.400*
Std. Error 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897 5.897
Sig. .000 .919 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .547 .919 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .547 .000 .000 .000
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound -147.83 -111.37 -24.03 12.43 -51.23 -14.77 -80.43 -43.97 -137.83 -101.37 111.37 147.83 105.57 142.03 78.37 114.83 49.17 85.63 -8.23 28.23 -12.43 24.03 -142.03 -105.57 -45.43 -8.97 -74.63 -38.17 -132.03 -95.57 14.77 51.23 -114.83 -78.37 8.97 45.43 -47.43 -10.97 -104.83 -68.37 43.97 80.43 -85.63 -49.17 38.17 74.63 10.97 47.43 -75.63 -39.17 101.37 137.83 -28.23 8.23 95.57 132.03 68.37 104.83 39.17 75.63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Lampiran 8. Analisis statistik kadar AST pada perlakuan ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Descriptives
N AST
1 Kontrol Olive Oil 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB Total
Kelompok AST 1 Kontrol Olive Oil 2 Kontrol CCl4 3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
5 5 5 5 5 5 30
Mean 127.00 451.00 120.00 268.40 286.40 430.80 280.60
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .181 5 .200* .287 5 .200* .392 5 .011 .341 5 .058 .198 5 .200* .219 5 .200*
Std. Deviation 5.148 72.017 29.967 15.534 5.639 8.843 135.401
Statistic .960 .909 .685 .825 .950 .902
Std. Error 2.302 32.207 13.401 6.947 2.522 3.955 24.721
Shapiro-Wilk df 5 5 5 5 5 5
Sig. .809 .461 .007 .127 .739 .419
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic AST
df1
df2
8.947
5
Sig. 24
.000
Kruskall-Walis Test Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontol olive oil
5
3,00
15,00
kontrol CCl4
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontol olive oil
5
7,00
35,00
Kontrol ekstrak tertinggi
5
4,00
20,00
Total
10 b
Test Statistics
ast Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis
,117 ,151
a
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontol olive oil
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 100mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontol olive oil
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 200 mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis
,009 ,008
a
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontol olive oil
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 400mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
kontrol CCl4
5
8,00
40,00
Kontrol ekstrak tertinggi
5
3,00
15,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,009 ,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
kontrol CCl4
5
8,00
40,00
Dosis ekstrak 100mg/kgBB
5
3,00
15,00
Total
10
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
kontrol CCl4
5
8,00
40,00
Dosis ekstrak 200 mg/kgBB
5
3,00
15,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Sum of Ranks
kontrol CCl4
5
6,00
30,00
Dosis ekstrak 400mg/kgBB
5
5,00
25,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
10,000
Wilcoxon W
25,000
Z
Mean Rank
-,522
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Asymp. Sig. (2-tailed)
,602
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,690
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol ekstrak tertinggi
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 100mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol ekstrak tertinggi
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 200 mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,009 ,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
Kontrol ekstrak tertinggi
N
Mean Rank 5
3,00
Sum of Ranks 15,00
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dosis ekstrak 400mg/kgBB
5
Total
8,00
40,00
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Dosis ekstrak 100mg/kgBB
5
3,20
16,00
Dosis ekstrak 200 mg/kgBB
5
7,80
39,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
1,000
Wilcoxon W
16,000
Z
-2,402
Asymp. Sig. (2-tailed)
,016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,016
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: jenis Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Dosis ekstrak 100mg/kgBB
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 400mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
Ranks Jenis ast
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Dosis ekstrak 200 mg/kgBB
5
3,00
15,00
Dosis ekstrak 400mg/kgBB
5
8,00
40,00
Total
10 b
Test Statistics
Ast Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,009 ,008
a
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 9. Perhitungan efek hepatoprotektif ALT
−
� � �� � � ��
ℎ
�
�
� −
� � �� � − � � ��
� �
� �
x 100%
Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 100 mg/kgBB =
−
,
,
− , − ,
x 100%
= 74,537%
Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 200 mg/kgBB =
−
, ,
− −
, ,
x 100%
= 52,006%
Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 400 mg/kgBB =
−
, ,
− −
, ,
x100%
= 7,716% AST −
� �� � ��
ℎ
�
�
� −
� �� � − � ��
� �
� �
x 100%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 100 mg/kgBB =
−
, ,
− −
, ,
x 100%
= 56,358%
Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 200 mg/kgBB =
−
, ,
− −
, ,
x 100%
= 50,802%
Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 400 mg/kgBB =
−
, ,
− −
, ,
x 100%
= 6,234% Lampiran 10. Perhitungan konversi dosis ekstrak etanol 50% daun Jarong Nilai konversi tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56 Dosis untuk manusia 70 kg = dosis tikus 200 g x nilai konversi Maka dosis ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)
untuk manusia yaitu :
Ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100 mg/kgBB
= 0,02 g/200gBB x 56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
= 1,12 g/70kgBB = 0,016 g/kgBB
Ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 200 mg/kgBB
= 0,04 g/200gBB x 56 = 2,24 g/70kgBB = 0,032 g/kgBB
Ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB
= 0,08 g/200gBB x 56 = 4,48 g/70kgBB = 0,064 g/kgB Lampiran 11. Perhitungan rendemen ekstrak etanol 50% daun jarong Replikasi I 5,56 g
Replikasi II 4,52 g
Replikasi III 6,25 g
Bobot ekstrak yang diperoleh (rata-rata) =
SD perolehan ekstrak kental = 0,80 CV perolehan ekstrak kental = 0,92 Persen rendemen ekstrak kental =
,
�
,
g+ ,
% = 7,
Replikasi IV 4,26 g g+ ,
%
g+ ,
g
= ,
g
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 12. Penetapan kadar air serbuk daun Jarong Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri dengan menggunakan alat moisture balance. Sampel dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit. Hasil penetapan kadar air yaitu:
Replikasi I X 100%
= 7,865%
Replikasi II X 100%
= 9,047%
Replikasi III X 100%
= 8,218%
Replikasi IV X 100%
= 7,912% Rata-rata kadar air adalah 8,26%, telah memenuhi persyaratan kurang dari 10%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
BIOGRAFI PENULIS
Penulis Skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong (Stachytarpheta indica
(L.)
Vahl.)
Terhadap
Aktivitas
Alanin
Aminotransferase dan Aspartate Aminotransferase Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan nama lengkap Hosianna Yossi Agustina lahir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada tanggal 24 Januari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Drs. Fredie Anderson, S.Sos dan Eny Jenan. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu TK Afiat Bina Palangkaraya (1999-2000), SDN
1
Kapuas
Tengah
(2000-2006),
SMPN
8
Palangkaraya (2006-2009), SMAN 4 Palangkaraya (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan, seperti Action Plan Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia Wilayah Yogyakarta sebagai anggota divisi perlengkapan (2013), Pharmacy Competition sebagai anggota divisi hubungan masyarakat (2013), Inisiasi Sanata Dharma sebagai anggota divisi medis (2013) dan sekretaris bidang acara (2014), Sumpahan Apoteker angkatan XXVI sebagai anggota divisi konsumsi (2014), Live in Persekutuan Mahasiswa Kristen Apostolos sebagai koordinator divisi medis (2014), Malam Penghargaan Mahasiswa Berprestasi Universitas sebagai among tamu (2014), Soft Opening Peresmian Auditorium Universitas sebagai among tamu (2015), serta dalam kepengurusan Persekutuan Mahasiswa Kristen Apostolos sebagai sekretaris (2013-2014) dan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas sebagai sekretaris II (2014-2015). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Farmakologi-Toksikologi (2014) dan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) lolos didanai Kemenristek Dikti (2015).