DUKUNGAN EKOLOGI SEBAGAI KONSTRUKSI PERLINDUNGAN ANAK Oleh:
Putu Aditya Antara Dosen Jurusan PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali E-Mail:
[email protected]
Abstract This study aims to find the child's condition-related support to the ecological protection of children's rights. This research is a case study in East Jakarta. The future of a generation is on the quality of life of early childhood at the moment. Protection and early childhood care is a strategic effort to realize the future of a better world. The best conditions in the child's life should be made by all parties that there is an environment that can guarantee the rights of children. To achieve the best conditions protection concept refers to all activities aimed at ensuring respect for the personal rights of the child in accordance rights law and international humanitarian law. Child protection can be done in the fields of education, social, health and religion. Child protection can be done by preparing a good social support as well as comprehensive. Social support-oriented child protection can be understood as a form of interpersonal relationship that is helping with the emotional aspects involved, information, assistance and assessment instruments in an effort to keep the child's needs are always met. Keywords: child protection, ecological support Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kondisi anak terkait dukungan ekologi yang memberi perlindungan pada hak anak. Penelitian ini sebuah studi kasus di Jakarta Timur. Masa depan sebuah generasi berada pada kualitas kehidupan anak usia dini saat ini. Perlindungan dan perawatan anak usia dini merupakan usaha strategis untuk mewujudkan masa depan dunia yang lebih baik. Kondisi terbaik dalam kehidupan anak harus dilakukan oleh semua pihak sehingga lingkungan yang ada bisa menjamin hakhak anak. Untuk mewujudkan kondisi terbaik konsep perlindungan mengacu pada semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin dihormatinya hak-hak pribadi anak sesuai perangkat hukum hak asasi dan hukum kemanusiaan internasional. Perlindungan anak bisa dilakukan dalam bidang pendidikan, sosial, kesehatan dan agama. Perlindungan anak bisa dilakukan dengan mempersiapkan dukungan sosial yang baik sekaligus komprehensif. Dukungan sosial yang berorientasi pada perlindungan anak dapat dipahami sebagai bentuk hubungan interpersonal yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
41
emosi, informasi, bantuan instrumen dan penilaian sebagai usaha menjaga agar anak selalu terpenuhi semua kebutuhannya. Kata Kunci: Perlindungan Anak, Dukungan Ekologi I.
Pendahuluan
Salah satu paradoks pembangunan manusia modern adalah diakuinya hak anak-anak sebagai masa depan kemanusiaan, akan tetapi sekaligus sebagai kelompok yang paling rentan. Kelompok yang rentan dan rawan untuk dieksploitasi secara fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Anak usia dini berada dalam kategori kelompok ini. Isu tentang anak usia dini telah menjadi wacana internasional. Pertemuan Forum Pendidikan Dunia di Dakar Senegal tahun 2000 (Napitulu, 2000), menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka Aksi Pendidikan untuk Semua. Salah satu kesepakatan memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, utamanya bagi anak-anak rawan yang memerlukan perlindungan khusus. Memperhatikan dokumen PBB, situasi yang dianggap rawan bagi anak sehingga memerlukan perlindungan khusus, yaitu jika anak berada dalam lingkungan di mana hubungan antara anak dengan orang-orang dewasa di sekitarnya, penuh dengan kekerasan, tidak peduli atau menelantarkan (The United Nations Children‟s Fund, 2001:7). Berada dalam lingkungan yang sedang mengalami konflik senjata, kerusuhan, pengungsian, dan bencana alam. Situasi di mana tidak ada dukungan perlindungan, pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak mengalami kesulitan dalam mengapresiasikan partisipasinya. Melihat fenomena tersebut merupakan sebuah strategi yang tepat guna jika perlindungan pada anak dilakukan dengan penataan pada dukungan ekologi anak. Ada beberapa keuntungan strategis yang didapat jika memberikan perlindungan pada anak dengan memanfaatkan dukungan ekologi seperti perlindungan pada anak bisa berakar pada permasalahan yang ada, konsistensi kualitas perlindungan anak bisa berlangsung lama, dan mudah melakukan perbaikan jika terjadi kasus-kasus pada perlindungan anak. II.
42
Pembahasan
2.1 Perlindungan anak Semua anak berhak memperoleh perlindungan dan perawatan menurut berbagai perangkat hukum nasional, regional dan international. Berbagai hak anak seperti hak memperoleh perlindungan fisik dan hukum, makanan untuk kelangsungan hidup, perawatan dan bantuan sesuai dengan umur dan kematangan jiwa. Hak tidak dipisahkan dari orang tua, memiliki nama, identitas akte kelahiran, dan pendidikan atas masa depan. SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
A.
Pengertian Perlindungan Anak Perlindungan anak adalah kegiatan menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Konsep perlindungan mengacu pada semua kegiatan ditujukan untuk menjamin dihormatinya hak-hak pribadi anak sesuai perangkat hukum hak asasi dan hukum kemanusiaan international (ICRC, 1999). B. Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dan Pemerintah 1. Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dan Pemerintah; Negara dan pemerintah berkewajiban menghormati dan menjamin hak-hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, etnik, budaya, bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran dan mental. Memberikan dukungan sarana dan prasarana perlindungan anak seperti sekolah, taman bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, balai kesehatan, gedung kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, taman penitipan anak, dan rumah tahanan anak. Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. Menjamin anak mempergunakan hak menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan kecerdasan anak. 2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Masyarakat; Masyarakat berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap perlindungan anak yang dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak. 3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Orang Tua dan Keluarga; Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak. Menumbuhkembangkan anak sesuai minat, bakat dan kemampuan serta mencegah pernikahan usia anak. C. Penyelenggaraan Perlindungan Anak Penyelenggaraan perlindungan anak mengacu pada asas Pancasila dan UUD 45, prinsip dasar Konvensi Hak Anak dan Undang Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002. Sedangkan prinsip Konvensi Hak Anak adalah nondiskriminasi, kepentingan terbaik anak, hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan. Konvensi mengutamakan penghargaan terhadap anak. Nondiskriminasi dimaksudkan tidak membedakan anak berdasarkan asal-usul, budaya, suku, agama, ras, sosial dan ekonomi. Kepentingan terbaik untuk anak adalah dalam semua tindakan terkait anak yang dilakukan pemerintah, masyarakat, legislatif, yudikatif menggunakan kepentingan anak sebagai arus utama. Sedangkan prinsip hak hidup, kelangsungan hidup, dan SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
43
44
perkembangan adalah hak asasi paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Penghargaan pendapat anak adalah penghormatan atas hakhak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapat dalam mengambil keputusan terutama menyangkut hal yang bertaut erat dengan kehidupannya. 1. Perlindungan Anak di Bidang Pendidikan; Perlindungan anak dilaksanakan dengan mewajibkan belajar sampai dengan 9 tahun. Akses pendidikan yang setara untuk anak cacat fisik dan mental. Pendidikan khusus untuk anak yang memiliki keunggulan. Anak yang berada dalam institusi pendidikan harus dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah, atau temannya. Tanggung jawab perlindungan pendidikan yang utama adalah orang tua dan pemerintah. Orang tua wajib memberikan hak pendidikan untuk anaknya. Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dasar 9 tahun. Memberikan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa, layanan khusus bagi anak kurang mampu dan anak yang tinggal di daerah terpencil. Pemerintah juga mendorong masyarakat berperan aktif dalam upaya penyelenggaraan perlindungan anak di bidang pendidikan. 2. Perlindungan Anak di Bidang Sosial; Perlindungan sosial meliputi pemeliharaan dan perawatan anak terlantar yang dilakukan pemerintah. Upaya dimaksudkan agar anak dapat berpartisipasi, bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai hati nurani dan agamanya, bebas menerima informasi lisan dan tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan, bebas berserikat dan berkumpul, bermain, istirahat, rekreasi, kreasi, berkarya seni budaya termasuk di dalamnya memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Pelaku perlindungan sosial didukung oleh masyarakat, dan lembaga kemasyarakatan. 3. Perlindungan Anak di Bidang Kesehatan; Perlindungan kesehatan dilakukan secara komprehensif, mulai dari peningkatan kesehatan bagi anak yang sehat, pencegahan penyakit bagi anak yang beresiko, pengobatan bagi anak sakit serta rehabilitasi. Perlindungan juga mencakup penghindaran pengambilan organ atau jaringan tubuh anak. 4. Perlindungan Anak di Bidang Agama; Mencakup perlindungan beribadah menurut agamanya. Jika anak belum mampu menentukan agamanya maka mengikuti agama orang tuanya. Mencakup pembinaan, bimbingan, dan pengamalan ajaran agama.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
D.
Peran Masyarakat dalam Perlindungan Anak Masyarakat berhak memperoleh kesempatan luas berperan dalam perlindungan anak dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku. Masyarakat dimaksud adalah orang-perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha, dan media masa. 2.2 Dukungan Ekologi Perkembangan Sosial Anak A. Pengertian Ekologi Perkembangan Sosial Anak Dukungan ekologi perkembangan sosial anak dimaksudkan sebagai pandangan sosiokultural dari Bronfenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan, mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial yang berkembang baik hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas (Santrock, 1995:50-53). Berdasarkan analisis Bronfenbrener yang telah dikembangkan dalam Santrock, ke lima sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Bronfenbrenner mengutarakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya. Lingkungan anak digambarkan sebagai rangkaian struktur yang meliputi interaksi yang saling berhubungan antara di dalam dan di luar rumah, sekolah dan tetangga dari kehidupan anak setiap hari. Oleh karenanya anak tidak pernah terpisah dari lingkungan tersebut dan secara terusmenerus anak berinteraksi dalam kurun waktu yang sangat lama. Interaksi ini menjadi motor penggerak dari perkembangan anak. Teori ekologi perkembangan anak menekankan bahwa anak merupakan pusat dari lingkaran, dikelilingi oleh berbagai sistem interaksi yang terdiri dari sistem mikro, sistem meso, sistem exo dan sistem makro. Masing-masing lingkaran atau sistem akan mempengaruhi perkembangan anak. Ketika anak masih bayi, lingkungan mikronya hanya meliputi orang tua dan saudara-saudara kandungnya, atau para pengasuhnya. Dengan bertambahnya usia anak menjadi usia sekolah, sistem mikronya berkembang yaitu di samping keluarganya, juga meliputi tempat penitipan anak dan sekolah. Hal yang paling penting dari sistem mikro adalah kontak dan interaksi langsung orang dewasa dengan anak dalam jangka waktu yang cukup panjang dan intensif. Perkembangan anak ditentukan oleh apa yang dialami dan situasi anak menghabiskan waktunya. Ada orang yang berbicara, mendengarkan, bermain dan membacakan buku untuk anak. Pengalaman-pengalaman ini merupakan wahana utama dari perkembangan anak. Jumlah dan kualitas interaksi yang dimiliki anak juga berdampak besar terhadap perkembangan anak. Lebih lanjut Bronfenbrenner menekankan bahwa anak dapat mengalami perkembangan yang positif jika anak berkembang SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
45
46
secara intelektual, emosional, sosial dan moral, memiliki hubungan interpersonal yang sangat kuat. Upaya dukungan pemantapan dan pemeliharaan pola-pola interaksi dan kedekatan emosi antara pengasuh dan anak. Agar anak dapat berkembang secara intelektual, emosional, sosial dan moral. anak membutuhkan interaksi timbal balik yang semakin kompleks. Interaksi tersebut dilakukan selama hidup anak dengan seseorang atau beberapa orang dewasa, di mana anak dapat mengembangkan kedekatan emosi yang kuat dan pada saat yang sama dengan orang tersebut. Hubungan interpersonal yang sangat kuat tersebut, hendaknya dapat meningkatkan respons anak terhadap lingkungan fisik dan sosial terdekatnya sehingga mempercepat pertumbuhan psikologis anak. Upaya pemantapan dan pemeliharaan pola-pola interaksi dan kedekatan emosi antara pengasuh dan anak perlu didukung, dibantu dan dihargai, agar anak mampu mewujudkan sikap dan perilakunya dalam partisipasi. Menurut Fakih (2000:XXV), orang dewasa di sekitar anak acapkali sering meremehkan dan mengabaikan suara anak. Keberadaan partisipasi anak ditiadakan dalam politik, sosial, dan budaya. Anak dianggap belum perlu diminta atau didengar pandangannya tentang bagaimana proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan anak. Melibatkan dan mendengarkan suara anak dalam proses pengambilan keputusan merupakan pemberian penghargaan masyarakat kepada anak. Anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh kembang, terhindar dari kekerasan dan partisipasi atas masa depan. Telah tiba saatnya anak menjadi subyek perubahan sosial yang sesuai untuk kepentingan terbaik anak. Sementara itu belum banyak literatur mengenai pembangunan dan perubahan sosial yang dalam pembahasannya meletakkan anak sebagai subyek, atau paling tidak memperhitungkan partisipasi anak. Namun demikian, bukan berarti anak memiliki hak otonomi, sehingga mengabaikan hak orang tuanya, dan berhak mengatur semua keputusan tanpa memandang dampaknya terhadap diri atau orang lain. Lansdown cenderung melihat bahwa pengakuan pemegang hak bukan berarti kemudian orang dewasa lepas tangan terhadap kewajiban terhadap anak. Juga tidak membiarkan anakanak berjuang menggapai hak mereka. Berusaha bekerja sama dengan anak-anak lebih erat untuk membantu anak mengekspresikan pandangannya tentang hidup, membangun strategi bagi perubahan dan perwujudan hak anak. Keberadaan anak-anak tidak hanya sekadar untuk melihat dan mendengarkan, bukan hanya objek tapi subjek. Hadir untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan pandangan dan opini melalui kaca mata anak sendiri melalui kejelasan informasi, kesediaan anak, nondiskriminasi, keselamatan dan perlindungan, cukup sumber daya, etika, saling hormat, lingkungan anak, dan yang terbaik untuk anak. SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
Kejelasan informasi menjadi penting jika anak diharapkan berpartisipasi aktif. Memberikan gambaran pada anak atas apa yang akan dihadapi dan mendorong untuk lebih percaya diri. Kesediaan anak dimaksudkan bahwa selain hak untuk berpartisipasi, anak juga memiliki hak untuk menentukan apakah mereka akan berpartisipasi atau tidak. Nondiskriminasi merupakan upaya yang dilakukan harus menjamin keterlibatan semua kelompok anak tanpa memandang latar belakang sosial dan ekonomi. Upaya keberpihakan pada kelompok minoritas menjadi suatu unsur yang harus dilaksanakan. Keselamatan dan perlindungan merupakan upaya pemenuhan hak partisipasi tidak mengurangi hak perlindungan. Memperkecil peluang terjadinya kekerasan pada anak selama berpartisipasi. Cukup sumber daya, partisipasi anak memerlukan sumber daya yang cukup agar mencapai hasil yang berkualitas. Memberikan dukungan, memahami hak anak, dan keunikan anak, serta pengalaman bekerja bersama anak. Etika, yang harus dipahami ketika bersama orang dewasa dan anak sebagai nilai yang harus dijunjung saat melakukan kegiatan partisipasi. Etika yang dimaksud adalah saling hormat dan lingkungan yang terbaik untuk anak. Berfungsinya dukungan sosial dipengaruhi oleh persepsi terhadap dukungan yang diberikan. Cobb dalam Gottlieb (1983:89) menyatakan bahwa setiap informasi apapun dari lingkungan sosial yang menimbulkan persepsi anak bahwa ia menerima efek positif, penegasan ataupun bantuan menandakan suatu ungkapan dari adanya dukungan sosial. Brehm dan Kassin (1990:68) menyatakan arti dukungan sosial melalui kontak sosial, tersedianya bantuan. Dengan demikian anak mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai. Belle (1989:35) mengemukakan dukungan sosial sebagai sumber daya yang didukung oleh orang-orang lain dan yang muncul dalam konteks dari hubungan interpersonal, mencakup individu-individu melalui hubungan jaringan sosial. Sumber daya dukungan meliputi informasi bantuan material, perhatian, fisik, mendengarkan, bantuan pemecahan masalah dan jaminan yang memadai. Ada tiga pengaruh dasar dari dukungan sosial yang menonjol dikemukakan oleh Brownell dan Schumaker dalam Yuti (2002:5358) di antaranya, pengaruh langsung, tidak langsung dan interaktif. Pengaruh langsung, yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat memfasilitasi terbentuknya perilaku yang lebih sehat. Pengaruh tidak langsung yaitu membantu individu menghadapi dan mengatasi stresor yang datang dengan cara membantu individu mempelajari cara pemecahan masalah dan mengontrol masalah kecil sebelumnya menjadi masalah besar. Pengaruh interaktif adalah berupa dampak yang diinterpretasikan untuk meredam atau memperbaiki dampak yang merugikan dengan SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
47
mempengaruhi rekognisi, kualitas dan kuantitas terhadap sumber coping. Untuk menjelaskan konsep dukungan sosial, kebanyakan penelitian sependapat untuk membedakan jenis-jenis yang berlainan (Soorner, 1988:58). House dalam Sarafino (1994:78) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial, yaitu: 1. Dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (umpan balik, penegasan). 2. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain. Misalnya orang-orang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri). 3. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung seperti kalau orang memberikan pinjaman kepada orang atau menolong dengan pekerjaan. 4. Dukungan informatif mencakup memberi nasihat, petunjukpetunjuk, saran-saran atau umpan balik. Senada dengan pendapat ini Schefer dan Lazarus dalam Ronald dan Paul, (1984:156-163) menetapkan ada tiga dimensi dalam dukungan sosial, yaitu: pertama, dukungan emosional yang melibatkan adanya keakraban dan penerimaan yang memberi keyakinan; kedua, dukungan sosial yang berwujud atau memberi pelayanan atau bantuan secara langsung; ketiga, dukungan informasi yang meliputi pemberian nasihat, pemecahan masalah yang dihadapi individu dan penilaian terhadap perilaku individu. Aspek dukungan sosial yang disadur dari House dan Kahn (1985:101), seperti dalam tabel II.2. Tabel 1. Aspek-aspek Dukungan Sosial Aspek a. Informatif
b. Emotional
c. Instrumental
48
d. Penilaian dan Penghargaan
Bentuk Dukungan Pemberian nasehat Mendapat informasi yang dibutuhkan Menyampaikan informasi kepada yang lain. Empati Cinta dan kasih sayang Kepercayaan Perhatian Mendengarkan Bantuan materi Peluang waktu Bantuan pekerjaan Pekerjaan Perbandingan sosial Peranan sosial Afirmasi Umpan balik Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2009
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
Mengacu pada uraian di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa anak menerima dukungan sosial merupakan suatu pengalaman pribadi yang melibatkan penghayatan dirinya dan hubungan sosialnya dengan orang lain. Berfungsinya dukungan sosial dipengaruhi oleh adanya persepsi yang diberikan pada anak, memiliki hubungan interpersonal timbal balik yang sangat kuat. Menekankan bahwa anak dapat mengalami perkembangan yang positif jika anak berkembang secara intelektual, emosional, sosial dan moral dalam lingkungan mikro, mezo, eko, makro dan kronosistem. B.
Perspektif Dukungan Sosial Wills (1985:95) mengemukakan model teori untuk menerangkan dukungan sosial ini. Teori-teori pertukaran (social exchange theory) dan teori perbandingan sosial (social comparison theory). Teori pertukaran sosial menekankan hubungan timbal balik perilaku sosial. Dengan menggabungkan konsep-konsep dari teori perilaku dan teori ekonomi dapat dijelaskan bahwa hubungan interpersonal merupakan sistem pertukaran reward antar individu. Pertukaran reward dalam sistim ini dapat diasumsikan dalam beberapa hal yaitu sebagai alat ekonomi atau servis, sebagai interpersonal reward seperti ekspresi suka dan sebagai sosial reward seperti peningkatan status. Pertukaran reward dapat berupa cinta, status, informasi uang, alat-alat dan servis. Myers (1983:56) memberikan pandangan yang sama mengenai bentuk pertukaran sosial ini. Hasil penelitian Myers menunjukkan bahwa reward yang diperoleh individu akan sesuai antara reward yang diberikan dengan reward yang diterima. Senada dengan konsep di atas Rakhmat (1986:67) mengatakan bahwa teori pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Selanjutnya Thibault dan Killey dalam Rakhmat, menyimpulkan bahwa model pertukaran sosial adalah setiap individu yang secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi biaya dan hadiah. Keseimbangan dalam pertukaran sosial akan menghasilkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain menyediakan bantuan. Model teori yang kedua adalah teori perbandingan sosial. Wills (1985) mengutip pandangan Festinger yang mengemukakan bahwa seseorang dimotivasi untuk mensahkan dugaan atau idenya dari kenyataan sosial dengan membandingkan keadaan dirinya dan pendapat orang lain. Mekanisme teori ini mengarah pada hubungan interpersonal yang menekankan bahwa di dalam hubungan sosial seseorang membuat perbandingan atas informasi yang diterima.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
49
Berdasarkan teori perbandingan sosial konsep dukungan sosial dapat diterangkan melalui interaksi, individu mendapat pengalaman yang melibatkan penilaian kognitifnya. Penilaian kognitif tersebut adalah bahwa seseorang membutuhkan dukungan, informasi, masukan dari lingkungannya. Seperti misalnya jika anak menghadapi masalah dan masalah tersebut sulit dipecahkan, maka anak akan mencari orang lain untuk mendapatkan informasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Anak akan menggunakan kognitifnya dalam membandingkan informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah.
50
2.3 Pembahasan Empirik Pandangan sosiokultural dari Bronfenbrenner tentang perkembangan sosial anak dimana tinggal dan bermukim mengacu pada lima sistem dukungan lingkungan yaitu mikro, mezo, eko, makro dan kronosistem yang tersarang dalam kesatuan sinergis. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh dukungan sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya semata-mata pandangan tradisional yang mengasumsikan anak sebagai aspek biologis dan mental saja, yang menekankan pada sisi psikologis dengan perkembangan individual yang bersifat linier. Sementara dukungan lingkungan anak lebih menggambarkan wujud dari rangkaian struktur interaksi yang saling berhubungan di seputar anak tinggal dan bermukim. Dimana anak tidak pernah terpisah dari lingkungan tersebut dan secara terus menerus berinteraksi dalam kurun waktu yang sangat lama. Selanjutnya interaksi akan menjadi lokomotif penggerak perkembangan anak. Ekologi perkembangan sosial anak di wilayah Jakarta Timur juga menekankan bahwa anak merupakan pusat dari lingkaran, dikelilingi oleh berbagai sistem interaksi yang terdiri dari lima dukungan sistem lingkungan. Merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Masingmasing lingkaran atau sistem akan mempengaruhi perkembangan anak. Ketika anak masih bayi, lingkungan mikronya adalah seting dimana anak banyak menghabiskan waktunya dengan orangtua, wali, saudara kandung, dan pengasuhnya. Memasuki usia sekolah, sistem mikronya berkembang pada latar meso berupa dukungan teman sebaya, tempat penitipan anak, tetangga, children centre, meunasah dan sekolah. Tataran meso meliputi lingkungan sekolah, meunasah, dan berbagi cerita dan pengalaman dengan teman sebaya yang senasib-sepenanggungan. Memasuki tahapan berikutnya ekosistem, dimana anak-anak secara langsung atau tidak terlibat dalam konflik masyarakat dimana tinggal dan bermukim. Anakanak memperoleh pengalaman yang berasal dari berbagai peristiwa yang dialaminya, dari tuturan teman sebaya dan ujaran orang-orang dewasa disekitarnya. Anak-anak dengan mudah mencerna berbagai ujaran dan tuturan atas sosok antagonis. SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
Ekosistem terjadi ketika pengalaman diseting lain (dimana anak tidak berperan aktif) mempengaruhi pengalaman anak dalam konteks mereka sendiri. Konteks ketika anak berada dalam situasi darurat, situasi yang bukan merupakan pilihan namun tidak dapat dihindarinya lagi yang biasa disebut dengan situasi batas. Memasuki tataran makro sebagai kultur yang lebih luas. Dimana kultur menekankan peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas di mana anak tinggal dan bermukim, termasuk didalamnya nilai dan adat istiadat masyarakat. Perhatian pada tataran kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting dalam situasi darurat mempertimbangkan masalah banyaknya anak-anak yang berada dalam situasi darurat yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga yang tidak utuh (single-parent) dan penurunan nilai-nilai. Anak-anak terlibat dalam mengkonstruksi budaya lokal dan dari luar. Anak-anak mempelajari tarian Saman, dan Seudati sebagai suatu keharusan untuk dipertontonkan pada acara tertentu. Jenis-jenis budaya lain seperti syair, didong kurang begitu diminati. Anak-anak menaruh minat pada berbagai permainan modern yang telah menjadi sebuah industri kapital. Industri ini dengan sangat mudah mendekat pada anak-anak tanpa halangan, bahkan memperoleh dukungan penuh dari orangtua dan orang dewasa disekitarnya sebagai atribut kebanggaan. Berbagai macam jenis alat permainan berupa senapan laras panjang lengkap dengan peluru dijual di berbagai tempat, dari kios-kios rokok sampai lapak-lapak disekitar lokasi pengungsian. Demikian pula penyewaan Game Wacth, telepon selular, Play Station, DVD, Game Online sangat marak dalam wilayah yang padat penduduk, sehingga dengan sangat mudah dan murah dapat diakses oleh anak-anak. Beberapa anak-anak berkembang menjadi Generasi Pertama yang sangat melek teknologi melampaui orang tuanya yang masih konservatif. Secara sadar sepenuhnya anak-anak tergiring memasuki generasi Digital Natif, generasi yang tidak dapat lagi dipisahkan dari tekhnologi komunikasi dan hiburan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara orang tua walinya masih belum beranjak dari tataran Digital Immigrant, suatu kondisi dimana mereka belum atau cenderung tidak terlibat dalam dunia teknologi. Karena sebagian orangtua anak masih terseok-seok dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. III. Kesimpulan Perlindungan anak adalah kegiatan menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Konsep perlindungan mengacu pada semua kegiatan SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
51
ditujukan untuk menjamin dihormatinya hak-hak pribadi anak sesuai perangkat hukum hak asasi dan hukum kemanusiaan international. Perlindungan anak bisa dilakukan dalam bidang pendidikan, sosial, kesehatan dan agama. Penerimaan anak atas dukungan sosial yang ada merupakan suatu pengalaman pribadi yang melibatkan penghayatan dirinya dan hubungan sosialnya dengan orang lain. Berfungsinya dukungan sosial dipengaruhi oleh adanya persepsi yang diberikan pada anak, memiliki hubungan interpersonal timbal balik yang sangat kuat. Menekankan bahwa anak dapat mengalami perkembangan yang positif jika anak berkembang secara intelektual, emosional, sosial dan moral dalam lingkungan mikro, mezo, eko, makro dan kronosistem. Perlindungan anak bisa dilakukan dengan mempersiapkan dukungan sosial yang baik sekaligus komprehensif. Dukungan sosial yang berorientasi pada perlindungan anak dapat dipahami sebagai bentuk hubungan interpersonal yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumen dan penilaian sebagai usaha menjaga agar anak selalu terpenuhi semua kebutuhannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial yang diberikan kepada anak akan memberikan dampak atau pengaruh positif bagi perkembangan dan perbaikan kehidupannya. Sebagai sebuah tujuan masa depan yang lebih baik, anak yang berada dalam situasi tidak mendapat perlindungan yang baik atau dalam kondisi darurat akan dapat hidup normal seperti anak-anak lainnya sehingga kebutuhan mereka baik fisik, psikis maupun sosial dapat terpenuhi. Daftar Pustaka
52
Allison James and Alan Prout (Ed), Constructing and Reconstructing Childhood: Contemporary issues in the Sociology Study of Chilhood, Second Edition. London-washington DC: Falmer Press, 1977 Belle, Deborah, Children‟s Social Network and Social Supports. New York: John Wiley & Sons, 1989. Brehm, S.S. dan S.M. Kassin, Social Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company, 1990. Cohen, S. and S.L. Syme, Social Support and Health. London: Academic Perss, 1985. Corsaro, William A. The Sociology of Chilhood, Second Edition. Thousand Oaks, 2005. Defares, P.B. and De Soomer, Social Support. Amsterdam/Lisse Wetz & Zeitlinger, B.V.(ed), New Delhi: Prentice Hall of India, 1988. Fakih, Mansour. Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis. Read Book : Yogyakarta, 2000 Goldberger, L. and S. Breznitz, Hand Book of Stress: Theoritical and Clinical Aspects. New York: The Free Perss, 1982. SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
Goslin, David A (Ed). The Handbook of Socialization Theory and Boys from Early Through Middle Chilhood . In Belle(1989) , New York: John Wiley & Sons, 1989. Gottlieb, B. H. Social Support Strategies: Guidelines for Mental Health Practice. Beverly Hills, California: Sage Publications, Inc, 1983 House, Kahn Measures and Concept of Social Support. 1985. Ismudiati, Yuti Sri Perilaku dan Depresi Anak Jalanan, Thesis (Program Studi Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2002. Jenks, Chris. Childhood. USA: 1996. Johnson, Victoria C.S., Anak-anak membangun Keasadaran Kritis. Johnson, 2000. Johnson, D.W. dan F.P. Johnson, Joining Together : Group Theory and Group Skill(4th ed) (Englewood Cliffs, New Jersey: PrenticeHall.Inc, 1991. Landsdown, G. Promoting Children‟s Partipation in Democratic Decision making (UNICEF). Myers, Social Psychology (2th ed), Singgapore: McGrwa Hill Co., 1983. Napitupulu, W. P. “The Dakar framework for Action Education for All”, 2000. Obrioux, Degree of Participation: A Spherical Model The Possiilities for Girl in Kabul Afganistan, in Johnson, V., et al. 1998. Prasadja, Heru. Activities, Relationship and Role of Children, as well as Social Support for Urban Children: Exploration of Development Ecology Theory, 2008. Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986. Santrock, John W. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup . Jakarta: Erlangga, 1995. Sarafino, E.P. Health Psychology Biopsychososial Interactions. Singapore: John Wiley and Sons, Inc., 1994. Setiadi, Agus. Partisipasi Anak Indonesia. Jakarta: diterbitkan bersama Departemen Sosial, KPP, CCF, Plan Internasional, Save the Children US dan UK, Terre des Hommes Netherlands, UNICEF, WVI, YKAI, YPHK). Strauss, G. and L.R. Sayless, Personal Human Problem of Management .1980. The State of The World‟s Children 2000: Early Chilhood, New York: The United Nations Children‟s Fund, 2001 Thoit, P.A. Social Support and Coping Assistance Journal of Consulting and Clinical Psychology, 1986. Watson, R.L. and G. deBertoli-Tregerthon, Social Psycology Science and Application . New York: Scoot & Forestman.Co., 1984. Wills, T.A. Supportives Function of Interpersonal Relationship (New York: Academic Press Inc., 1985.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
53