PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI Mhd. Jamil Sutarni Guru SDN 135/V Makmur Jaya Tanjung Jabung Barat, Jambi Abstrak: Setiap guru selalu berharap dapat memberikan pelajaran yang baik agar siswa mencapai kompetensi yang diharapkan dan siswa secara keseluruhan berhasil optimal mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pada kenyataannya, apabila guru hanya menggunakan metode ceramah saja, ternyata membuat hasil belajar siswa rendah. Upaya meningkatkan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi melalui penelitian tindakan kelas dalam tiga siklus di kelas VI pada semester dua 2009/2010. Setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 35 menit. Dengan demonstrasi ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, siswa terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran, terjadinya interaksi antar siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Kata Kunci: hasil belajar, metode demonstrasi.
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif, menyenangkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal siswa itu sendiri. Faktor internal antara lain minat siswa, bakat, motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal antara lain metode belajar, fasilitas, media, proses belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui penggunaan metode pembelajaran yang mampu mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, guru harus menguasai berbagai bentuk metode mengajar dan menggunakan metode yang sesuai untuk setiap materi yang akan diajarkannya. Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar (Djamarah dan Zain, 2006). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kese-
luruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Oleh sebab itu, aktivitas mempelajari bahan tersebut tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Pada dasarnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pada sisi lain, mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bantuan atau bimbingan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Pada proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa (Slameto, 2003). Pembelajaran tidak selalu sesuai dengan rencana dan harapan. Pembelajaran seringkali memunculkan masalah, baik
28
Jamil dan Sutarmi, Peningkatan Hasil Belajar dan Sikap Siswa, 29
dalam proses maupun hasilnya. Begitu pula yang penulis alami di kelas. Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN 135/V Makmur Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi, masih banyak siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan. Secara keseluruhan tingkat pemahaman siswa khususnya pada materi tentang perpindahan energi panas hanya 45%. Artinya masih 55% siswa di sekolah belum mencapai nilai ketuntasan minimal. Pada pembelajaran perpindahan energi panas, konsep yang harus dipahami siswa adalah bagaimana cara perpindahan panas itu dari suatu tempat ke tempat lain yang baik melalui zat perantara maupun tidak. Konsep ini memang sulit untuk dipahami siswa karena tingkat kognisi siswa sekolah dasar yang belum sampai pada masa berpikir abstrak (operasional formal). Siswa sulit membedakan perpindahan panas secara konveksi, dengan konduksi, dan radiasi. Tanpa percobaan atau demonstrasi yang disertai penjelasan, siswa hanya dapat menghapal definisi perpindahan energi panas tanpa memahami makna konkrit dari konsep tersebut. Berdasarkan pengalaman dan catatan hasil diskusi dengan teman pendidik tentang permasalahan diperoleh beberapa pandangan bahwa dalam pembelajaran masih banyak siswa yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal disebabkan oleh strategi atau metode, dan penggunaan alat bantu mengajar yang belum optimal dilakukan. Selama ini pembelajaran dilakukan dengan penggunakan metode ceramah atau penjelasan lebih banyak dilakukan dari pada metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pengolahan bahan ajar. Akibatnya, siswa tampak kurang bersemangat dalam menerima materi pelajaran dan pada akhirnya berakibat hasil belajar yang kurang memuaskan. Permasalahan yang ditemukan oleh penulis tersebut, dicoba diatasi dengan metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui peng-
gunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 1995). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arindawati dan Huda (2004) juga menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan sesuatu atau mendemonstrasikan sesuatu. Hal yang dipertunjukkan dapat berupa rangkaian percobaan, model, alat atau keterampilan tertentu. Metode demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau siswa secara kelompok atau klasikal. Menurut Sanjaya (2006), metode demonstrasi merupakan metode yang efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru, walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Penggunaan metode demonstrasi merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan metode demonstrasi siswa terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran, interaksi tidak saja terjadi satu arah, lebih mudah tercapainya ketuntasan minimal yang ditetapkan, dikarenakan siswa melakukan sendiri serta menemukan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang dihadapi, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom based action research). Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 135/V Makmur Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tanggal 5 Mei -
30, J-TEQIP, Tahun II, Nomor 1, November 2011
9 Juni 2010. Siswa yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga orang siswa laki-laki dan tujuh orang siswa perempuan. Kondisi geografis sekolah berada di daerah dataran rendah dan berawa-rawa yang termasuk di daerah terpencil. Latar belakang pendidikan orang tua 65% persen pendidikan dasar, dengan pekerjaan sebagai petani dengan pendapatan pas-pasan. PTK ini terdiri atas tiga siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Secara umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Zubaidah, 2008). Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, setiap pertemuan 2 x 35 menit. Pada siklus I, pembelajaran dilakukan dengan guru mendemonstrasikan pembelajaran dan menjelaskan. Selama pembelajaran diobservasi hal-hal yang terjadi di dalam kelas, terutama sikap siswa. Setelah pembelajaran, dilakukan refleksi dengan fokus hal-hal yang menjadi kelemahan atau kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi kemudian diperbaiki untuk selanjutnya digunakan pada siklus II. Pada siklus II pembelajaran dilakukan dengan guru mendemonstrasikan dan dilakukan tanya jawab. Setelah pembelajaran, dilakukan refleksi dengan fokus hal-hal yang menjadi kelemahan atau kekurangan pelaksanaan pembelajaran.
Hasil refleksi kemudian diperbaiki untuk selanjutnya digunakan pada siklus III. Pada siklus III dilaksanakan seperti halnya di siklus II, yaitu dengan guru mendemonstrasikan dan siswa menirukan yang dilakukan guru disertai tanya jawab. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar berupa ketuntasan belajar siswa, ditunjang dengan pengamatan sikap siswa. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan data pada setiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I, ketuntasan belajarnya sebesar 30%, pada siklus II sebesar 55% dan pada siklus III sebesar 71%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa memang metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagai contoh, Kusno (2009) menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Jati Sari 03 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Sikap Siswa Gambaran perubahan perilaku belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
No 1 2 3 4 5 6
Sikap Siswa pada Pembelajaran IPA Siklus I Perilaku Belajar Positif F % Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 6 30 Kesungguhan siswa mengikuti pembelajaran 7 35 Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran 5 25 Keberanian siswa mengeluarkan ide 5 25 Kemampuan siswa menjawab pertanyaan 6 30 Dinamika interaksi kelas 8 40 Rata-rata 30.8
Berdasarkan data pada Tabel 1. dapat diketahui peningkatan kualitas perilaku belajar siswa pada siklus I sebesar 30.8%
Siklus I F % 12 60 12 60 11 55 10 50 8 40 13 65 55
Siklus I F % 18 90 18 90 19 95 18 90 18 90 19 95 91.7
atau kurang, siklus II sebesar 55% (sedang) dan siklus III sebesar 91.7% (sangat baik). Hal ini membuktikan bahwa
Jamil dan Sutarmi, Peningkatan Hasil Belajar dan Sikap Siswa, 31
penggunaan metode demonstrasi mampu menumbuhkan semangat belajar siswa untuk aktif mengikuti pelajaran, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Pada tabel tersebut nampak bahwa keaktifan, kesungguhan, dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus. Begitu pula dengan keberanian siswa mengeluarkan ide, kemampuan siswa menjawab pertanyaan, dan dinamika interaksi dalam kelas. Hal tersebut sangat menggembirakan, karena ternyata metode demonstrasi telah berhasil meningkatkan kualitas sikap siswa terhadap pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006), sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: (1) melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan, (2) proses pembelajaran lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi, dan (3) dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Pada siklus III, nampak bahwa hasil belajar dan sikap siswa paling tinggi persentase dan rata-ratanya. Pada siklus III, pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi dari guru yang kemudian ditirukan oleh siswa. Oleh karena itu, dalam melaksanakan demonstrasi sebaiknya murid sendiri yang melakukannya. Beberapa pengalaman belajar yang dapat diperoleh dari metode demonstrasi adalah sebagai berikut. (1) Mengamati sesuatu pada objek sebenarnya. (2) Berpikir sistematis. (3) Pemahaman terhadap proses sesuatu. (4) Menerapkan sesuatu cara secara proses. (5) Menganalisis kegiatan secara proses. Pengalaman yang diperoleh tersebut, terkait dengan karakteristik metode demonstrasi, yaitu (1) mempertunjukan objek yang sebenarnya, 2) ada proses peniruan, 3) ada alat bantu yang digunakan, 3) memerlukan tempat yang trategis, dan 5) dapat guru atau siswa yang melakukannya.
Metode demonstrasi telah menunjukkan kelebihan, namun demikian metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti berikut ini (Sanjaya, 2006). (1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. (2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. (3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Pelaksanaan pembelajaran dengan demonstrasi, sebaiknya dimulai daengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. Guru perlu mencciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. Perlu diyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa. Siswa juga diberikan kesempatan untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan pemberian tugastugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
32, J-TEQIP, Tahun II, Nomor 1, November 2011
SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap positif siswa kelas VI SDN 135/V Makmur Jaya
kecamatan Betara kabupaten Tanjung Jabung Barat. Demonstrasi dapat dijadikan pilihan metode pembelajaran di SD untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap positif siswa.
DAFTAR RUJUKAN Arindawati, A. dan Huda, H. 2004. Beberapa Alternatif Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang: Bayumedia Publishing.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Djamarah, B. dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kusno.
2009. Penerapan metode demonstrasi pada pembahasan perambatan panas dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran pada siswa kelas VI SDN Jatisari 03 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Laporan: S-1 PGSD Universitas Negeri Malang. Tersedia pada http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/a rticle/view/6155ABSTRAK.
Nasution, N. 1998. Psikologi Pedidikan Modul 1-9. Jakarta: Univeritas Terbuka.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zubaidah, S., Chairuddin, dan Khasanah, U. 2008. Penerapan Metode Inkuiri dan Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Kelas V MI Wahid Hasyim III Malang. Jurnal Sekolah Dasar, Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Th 17 No. 2, Nopember 2008. Hal. 232-247.