Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK Sri Muryanti (10261617) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan menyimak; (2) peranan media gambar dalam meningkatkan kemampuan menyimak; dan (3) meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok A di TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok A di TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak. Pra siklus sebanyak 5 anak atau 25% yang mampu menyimak dengan baik, yang cukup terdapat 4 anak atau 20% sedangkan yang kurang ada 11 anak atau 55%. Siklus I sebanyak 8 anak (40%) yang mempunyai kemampuan baik, kemampuan cukup sebanyak 7 anak (35%), dan kemampuan rendah sebanyak 5 anak (25%). Pada siklus II menjadi 16 anak (80%) yang mempunyai kemampuan baik sedangkan yang cukup sebanyak 4 anak (20%). Kata kunci: menyimak, metode bercerita, media gambar. PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang mengupayakan pembinaan bagi anak yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). Guru
Taman
Kanak-Kanak
sebelum
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
perlu
mempersiapkan diri. Salah satu bentuk persiapan adalah menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan fisik dan psikologis anak TK, keadaan lingkungan sekitar, dan ketersediaan sarana prasarana pendidikan. Anak pada usia dini memiliki kemampuan belajar luar biasa khususnya pada masa awal kanakkanak. Keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu dan dalam waktu singkat anak beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkunganlah yang terkadang menjadi penghambat dalam mengembangkan kemampuan belajar anak. Era global didominasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membutuhkan individuindividu kreatif dan produktif serta memiliki kemampuan daya saing yang tinggi dan tangguh yang dapat terwujud jika anak didik memiliki kreativitas, kemandirian dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat. 93
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Kemampuan berbahasa lisan yang meliputi menyimak dan berbicara merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru agar guru dapat berkomunikasi secara timbal balik dengan anak, sehingga proses-proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Anak yang pasif dan tidak percaya diri, tidak melakukan kegiatan kalau tidak diingatkan guru secara langsung, atau karena kurang memahami sehingga tidak berani menyampaikan pendapat dan idenya. Untuk anak tersebut perlu diadakan pendekatan dengan memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, diberikan motivasi dan rangsangan percakapan agar dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Seperti contoh guru menerangkan kegiatan yang akan dilaksanakan misalnya anak diberi tugas menggambar bebas binatang yang ada disekitarnya. Kemudian guru memberikan rangsangan pertanyaan “binatang apa saja yang ada disekitarmu?”. Anak yang mendengar atau menyimak dan memahami pasti bisa menjawab. Ada yang menjawab: ayam, burung, kucing, kambing, kelinci dan sebagainya. Lalu guru memberikan tugas untuk mengambil buku gambar, pensil, pensil warna untuk menggambar sesuai keinginan anak. Namun anak yang kurang memahami dan pasif, mereka diam saja. Guru harus mendekati perlahan-lahan, dijelaskan lagi, baru mau mengambil buku dan peralatan. Metode bercerita merupakan salah satu pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK, karena melalui bercerita guru dapat memberikan pesan tentang nilai-nilai budaya, nilai-nilai sosial, keagamaan, mengembangkan bahasa, fantasi dan kreativitas anak dalam berbahasa. melalui kegiatan bercerita anak dapat menyimak apa yang diceritakan oleh guru. Kegiatan bercerita menggunakan media gambar diharapkan dapat menarik perhatian anak. Dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Metode Bercerita dengan media Gambar pada Anak Kelompok A di TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal”.
KAJIAN PUSTAKA Kemampuan Menyimak Sabarti (Dhieni, 2006:4.7) berpendapat bahwa menyimak adalah proses mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak adalah suatu operasi psikologis yang rumit yang merupakan sarana untuk merasakan bukti-bukti/bagian lambang dan tanda yang telah disandikan oleh sistem saraf pusat dan sistem saraf otomatis yang diubah menjadi pesan-pesan yang dapat dipahami. (Tarigan, 2008:132)
94
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Dari pendapat-pendapat tersebut, disimpulkan bahwa keterampilan menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta mengerti makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Pengertian Metode Bercerita Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan, (Moeslichatoen, 2004:7). Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak di taman kanakkanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar, (Moeslichatoen, 2004:7). Berdasarkan pengertian metode tersebut dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara, teknik atau alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu classroom action research, yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa, (Arikunto, 2010 : 3). PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi anatara guru dengan siswa yang sedang belajar. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Siswo Utomo yang berlokasi di Desa Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2014. Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok A TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang berjumlah 20 anak. Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester II tahun pelajaran 2013/2014, yaitu pada bulan April sampai bulan Juni 2014. 95
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah pada kemampuan menyimak pada anak kelompok A TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal melalui metode bercerita dengan media gambar. Sumber Data Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini didapat dari anak didik kelompok A dan guru TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif, yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan konsteksual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di TK Siswo Utomo Bulugede. Untuk mengetahui kemampuan anak sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal sebelum dilakukan siklus I, disebut dengan pra siklus. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menyimak. Sedangkan hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak setelah dilakukan penelitian melalui melalui metode bercerita dengan media gambar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode observasi, menggunakan lembar observasi dan dokumentasi sebagai alat pengumpul data. 1. Observasi partisipatif 2. Wawancara mendalam 3. Dokumentasi
HASIL PENELITIAN Deskripsi Siklus I Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 2-7 Juni 2014. Pada siklus I, peneliti menyampaikan cerita yang sederhana. Proses pembelajaran pada siklus I meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Adapun tindakan yang direncanakan pada siklus I, adalah : 1) Peneliti mempersiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan yaitu media gambar. 2) Peneliti mengkondisikan anak atau mensetting kelas. Dimana peneliti bekerjasama dengan guru pendamping yang berperan sebagai observatory dengan duduk melingkar. 3) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do’a dan lagu “Lingkaran Kecil”. 4) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama pembelajaran berlangsung. 5) Peneliti memulai kegiatan dengan membacakan cerita dengan media gambar yang berjudul “Aku Taat Peraturan”. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh kolaborator yang mengamati 96
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
semua aktivitas anak selama kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian mencatatnya dalam pedoman observasi yang telah disiapkan peneliti. 6) Peneliti mengulas kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini peneliti memberi pertanyaan. 7) Penutup. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan siklus I ini, terlebih dulu peneliti memulai kegiatan dengan mengucap salam, berdoa, dan menyanyi yang sesuai dengan tema kegiatan yang akan dilaksanakan, selanjutnya peneliti memberikan penjelasan pada anak tentang pembelajaran menyimak, mengarahkan anak agar mendengarkan dengan baik dan seksama cerita yang akan dibacakan guru. Berikut cerita yang akan dibacakan peneliti pada siklus I: Gambar 1. Cerita “Aku Taat Peraturan”
1) Pelaksanaan hari pertama, Senin 2 Juni 2014 Peneliti mensetting kelas untuk kegiatan mendengarkan cerita yang akan di bacakan dengan duduk membuat lingkaran. Kegiatan inti, yaitu peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis dalam RKH. Pada kegiatan ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan harian yang telah disusun bersama kolaborator. Peneliti membacakan cerita “Aku Taat Peraturan”. Anak memperhatikan dengan seksama. Kegiatan penutup, pada kegiatan ini peneliti mengulas cerita, peneliti memberikan pertanyaan pada anak, “Siapa tokoh dalam cerita?”. Kemudian peneliti kembali menjelaskan pada anak tentang manfaat menyimak agar anak mengetahui cerita yang dibawakan. Pada pertemuan pertama terdapat 6 anak yang dapat menjawab pertanyaan dari peneliti, artinya terdapat 6 anak menyimak cerita yang dibacakan dengan baik, persentase yang dicapai pada pertemuan pertama sebesar 30%, kondisi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh peneliti. 2) Pelaksanaan hari kedua, Rabu 4 Juni 2014 Pada pertemuan kedua peneliti membacakan cerita dengan judul yang sama yaitu Aku Taat Peraturan. Setelah selesai membcakan cerita peneliti memberikan tugas pada anak untuk 97
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
menirukan 3-4 urutan kata. Pada Pertemuan kedua terdapat 7 anak yang dapat menirukan 3-4 urutan kata yang ada dalam cerita Aku Taat Peraturan, 13 anak yang lainnya belum bisa menirukan dengan benar, hal ini dikarenakan pada saat peneliti membacakan cerita anak bermain sendiri, dan kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung. 3) Pelaksanaan hari ketiga, Jumat 6 Juni 2014 Peneliti mengkondisikan anak duduk di bangku, peneliti masih menggunakan buku cerita yang sama, karena peneliti merasa anak belum mampu menyimak cerita dengan baik. Pada pertemuan ketiga anak yang mampu menyimak cerita dengan baik terdapat 8 anak atau sebesar 40%, hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak menceritakan kembali secara sederhana. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan melibatkan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Adapun aspek yang diobservasi meliputi aktivitas guru dan aktivitas anak. Setelah dilakukan obserasi, secara umum proses pembelajaran guru dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui metode bercerita dengan media gambar termasuk kategori cukup. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Aktivitas anak pada pertemuan pertama termasuk kategori kurang. Pada pertemuan pertama anak-anak, kurang aktif mengikuti kegiatan menyimak, beberapa anak tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung. 2) Pada pertemuan kedua anak mulai tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak cerita yang dibacakan. 3) Pada pertemuan ketiga, anak mulai terlihat bosan dalam pembelajaran karena cerita yang dibacakan sama. Peningkatan kemampuan menyimak pada anak setelah mendapat tindakan pada siklus I meningkat. Hal ini dapat diketahui dari kondisi awal 25% setelah pelaksanaan siklus I meningkat menjadi 40%. Adapun hasil observasi pada siklus I pertemuan 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada diagram berikut ini: Tabel 1. Kemampuan menyimak Anak Siklus I Indikator: Menirukan kembali 3-4 urutan kata (bahasa 2) Kegiatan: Menyimak cerita yang dibacakan No. 1. 2 3.
Nilai Pengembangan menyimak Anak Baik (●) Cukup (√) Kurang (o). Jumlah
98
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Jumlah Anak 8 7 5 20
Tingkat Keberhasilan % 40 35 25 100
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan menyimak pada anak setelah menggunakan metode bercerita dengan media gambar ada 8 anak (40%) yang termasuk kategori baik, sehingga masih perlu diadakan siklus selanjutnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat grafik sebagai berikut: Grafik 1. Kemampuan Menyimak pada Siklus I
Persentase Kemampuan menyimak
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
40%
35% 25%
Baik
Cukup
Kurang
d. Refleksi Proses pembelajaran yang dilaksanakan dan diamati peneliti berlangsung dengan baik, namun masih ada anak yang tidak menyimak cerita dengan baik, ada anak yang dapat menyimak, juga masih ada anak yang kurang memahami cerita. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan teman sejawat melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan menyimak anak usia dini. Analisis ini dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu peneliti dan teman sejawat, juga berpedoman pada hasil observasi peningkatan kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media gambar menggunakan pedoman observasi. Adapun hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa : 1) Kurangnya minat dalam mendengarkan cerita, karena anak hanya menyimak cerita. 2) Secara garis besar aktivitas anak pada siklus I sudah lebih baik dibandingkan pada kondisi awal. Aktivitas anak pada siklus I termasuk kategori kurang berarti belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. 3) Kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media gambar yang dimiliki anak dalam satu kelas masih belum merata. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti merencanakan untuk mengganti cerita yang akan dibacakan dan membacakan cerita dengan lebih kreatif pada siklus II, agar anak tidak merasa bosan. Berdasarkan hasil pencapaian yang diperoleh, pada siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 75%, maka perlu diadakan tindakan pada siklus berikutnya.
99
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Deskripsi Siklus II Siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 10-14 Juni 2014. Pada siklus II, peneliti menyampaikan cerita yang sederhana. Proses pembelajaran pada siklus II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Adapun tindakan yang direncanakan pada siklus II, adalah : 1) Peneliti mempersiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan yaitu buku cerita bergambar. 2) Peneliti mengkondisikan anak atau mensetting kelas. Dimana peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang berperan sebagai observator. 3) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do’a dan lagu “Desaku”. 4) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama pembelajaran berlangsung. 5) Peneliti memulai kegiatan dengan membacakan cerita dengan media gambar yang berjudul “Aku Tidak Mau Buang Sampah ke Sungai”. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh kolaborator yang mengamati semua aktivitas anak selama kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian mencatatnya dalam pedoman observasi yang telah disiapkan peneliti. 6) Peneliti mengulas kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini peneliti memberi pertanyaan. 7) Penutup. b. Pelaksanaan Pada siklus II terlebih dulu peneliti memulai kegiatan dengan mengucap salam, berdoa, dan menyanyi yang sesuai dengan tema kegiatan yang akan dilaksanakan, selanjutnya peneliti memberikan penjelasan pada anak tentang pembelajaran menyimak, mengarahkan anak agar mendengarkan dengan baik dan seksama cerita yang akan dibacakan guru. Berikut cerita yang akan dibacakan peneliti pada siklus II: Gambar 2. Cerita “Aku Tidak Mau Buang Sampah ke Sungai”
100
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
1) Pelaksanaan hari pertama, Selasa 10 Juni 2014 Peneliti mensetting kelas untuk kegiatan mendengarkan cerita yang akan di bacakan dengan duduk membuat lingkaran. Kegiatan inti, yaitu peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis dalam RKH. Pada kegiatan ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan harian yang telah disusun bersama kolaborator. Peneliti membacakan cerita “Aku Tidak Mau Buang Sampah ke Sungai”. Anak memperhatikan dengan seksama. Kegiatan penutup, pada kegiatan ini peneliti mengulas cerita, peneliti memberikan pertanyaan pada anak, “Siapa yang tidak mau buang sampah ke sungai?”. Kemudian peneliti kembali menjelaskan pada anak tentang manfaat menyimak agar anak mengetahui cerita yang dibawakan. Pada pertemuan pertama terdapat 9 atau 45% anak yang dapat menjawab pertanyaan dari peneliti, artinya terdapat 9 anak menyimak cerita yang dibacakan dengan baik, persentase yang dicapai pada pertemuan pertama sebesar 30%, kondisi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh peneliti. 2) Pelaksanaan hari kedua, Kamis, 12 Juni 2014 Pada pertemuan kedua peneliti membacakan cerita dengan judul yang sama yaitu Aku Taat Peraturan. Setelah selesai membcakan cerita peneliti memberikan tugas pada anak untuk menirukan 3-4 urutan kata. Pada Pertemuan kedua terdapat 10 anak yang dapat menirukan 3-4 urutan kata yang ada dalam cerita Aku Taat Peraturan, 10 anak yang lainnya belum bisa menirukan dengan benar, hal ini dikarenakan pada saat peneliti membacakan cerita anak bermain sendiri, dan kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung. 3) Pelaksanaan hari ketiga, Sabtu, 14 Juni 2014 Peneliti mengkondisikan anak duduk di bangku, peneliti masih menggunakan buku cerita yang sama, karena peneliti merasa anak belum mampu menyimak cerita dengan baik. Pada pertemuan ketiga anak yang mampu menyimak cerita dengan baik terdapat 16 anak atau sebesar 80%, hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak menceritakan kembali secara sederhana. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan melibatkan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Adapun aspek yang diobservasi meliputi aktivitas guru dan aktivitas anak. Setelah dilakukan obserasi, secara umum proses pembelajaran guru dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui metode bercerita dengan media gambar termasuk kategori cukup. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Aktivitas anak pada pertemuan pertama termasuk kategori kurang. Pada pertemuan pertama anak-anak, kurang aktif mengikuti kegiatan menyimak, beberapa anak tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung. 101
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
2) Pada pertemuan kedua anak mulai tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak cerita yang dibacakan. 3) Pada pertemuan ketiga, anak mulai terlihat bosan dalam pembelajaran karena cerita yang dibacakan sama. Peningkatan kemampuan kognitif mengenal bentuk geometri pada anak setelah mendapat tindakan pada siklus I meningkat. Hal ini dapat diketahui dari kondisi awal 25% setelah pelaksanaan siklus I meningkat menjadi 40%. Adapun hasil observasi pada siklus II pertemuan 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada diagram berikut ini: Tabel 2. Kemampuan menyimak Anak Siklus II Indikator: mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana (bahasa 1) Kegiatan: Menyimak cerita yang dibacakan Jumlah Tingkat No. Nilai Pengembangan menyimak Anak Anak Keberhasilan % 1. Baik (●) 16 80 2 Cukup (√) 4 20 3. Kurang (o). 0 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan menyimak pada anak setelah menggunakan metode bercerita dengan media gambar ada 16 anak (80%) yang termasuk kategori baik, sehingga tidak perlu diadakan siklus selanjutnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat grafik sebagai berikut: Grafik 2. Kemampuan Menyimak pada Siklus II
Persentase Kemampuan menyimak
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
80%
20%
Baik
Cukup
Kurang
d. Refleksi Proses pembelajaran siswa yang dilaksanakan dan diamati peneliti berlangsung dengan baik, namun masih ada anak yang tidak menyimak cerita dengan baik, ada anak yang dapat menyimak, juga masih ada anak yang kurang memahami cerita.
102
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan teman sejawat melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan menyimak anak usia dini. Analisis ini dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu peneliti dan teman sejawat, juga berpedoman pada hasil observasi peningkatan kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media gambar menggunakan pedoman observasi. Adapun hasil refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa : 1) Anak mulai berminat dalam mendengarkan cerita, cerita yang dibacakan lebih menarik. 2) Secara garis besar aktivitas anak pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan pada siklus I. Aktivitas anak pada siklus II termasuk kategori baik berarti sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. 3) Kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media gambar yang dimiliki anak dalam satu kelas sudah merata. Berdasarkan hasil pencapaian yang diperoleh, pada siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 80%, maka tidak perlu diadakan tindakan pada siklus berikutnya. Kondisi Akhir Setelah penelitian berakhir, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran menyimak, setelah peneliti membacakan cerita peneliti memberikan beberapa pertanyaan, kemudian peneliti meminta anak untuk menceritakan kembali secara sederhana, anak sangat antusias untuk memjawab pertanyaan dan menceritakan kembali secara sederhana. Dari hasil pengamatan setelah penelitian usai, bahwa kemampuan menyimak anak termasuk kategori baik. Tabel 3. Kemampuan menyimak kondisi akhir Indikator: mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana (bahasa 1) Kegiatan: Menyimak cerita yang dibacakan Jumlah Tingkat No. Nilai Pengembangan menyimak Anak Anak Keberhasilan % 1. Baik (●) 18 90 2 Cukup (√) 2 10 3. Kurang (o). 0 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel kemampuan menyimak pada kondisi akhir dapat diketahui bahwa kemampuan menyimak pada anak setelah menggunakan metode bercerita dengan media gambar pada kondisi akhir terdapat 18 anak (90%) yang termasuk kategori baik, hal ini sesuai dengan harapan peneliti. Dari tabel tersebut dapat dilihat grafik sebagai berikut:
103
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Grafik 3. Kemampuan Menyimak pada kondisi akhir
Persentase Kemampuan menyimak
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
90%
10% Baik
Cukup
Kurang
KESIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK), bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada anak kelompok A di TK Siswo Utomo Bulugede Patebon dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak sehingga dapat berpengaruh pada beberapa hal, antara lain sebagai berikut : 1. Anak mulai menunjukkan ketertarikannya pada kegiatan bercerita dan berusaha untuk menyimak. 2. Anak dapat menirukan kembali 3-4 urutan kata. 3. Anak dapat mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana. 4. Anak lebih termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak
dengan cerita
bergambar. 5. Anak tidak merasa bosan mengikuti selama proses pembelajaran berlangsung, karena media gambar menarik bagi anak. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas bahwa kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I termasuk cukup, sedangkan pada siklus II kinerja guru dan aktivitas siswa sudag baik. Pada siklus I anak yang menyimak dengan baik terdapat 8 anak atau mencapai 40%, yang cukup ada 7 anak atau 35% dan yang kurang ada 5 anak atau mencapai 25%. Pada siklus II dari 20 anak yang dapat menyimak dengan baik terdapat 16 anak atau mencapai 80%, dan yang cukup ada 4 anak atau 40%Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini pada TK Siswo Utomo Bulugede Patebon Kendal Tahun Ajaran 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Hana Jasmin, 2011. Terapi Kecerdasan Anak dengan Dongeng. Yogyakarta : Berlian Media
104
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Henry Guntur Tarigan. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Jasa Ungguh Muliawan. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media Lia Noviana (2013) dengan judul ”Pengaruh Metode Bercerita terhadap Kemampuan menyimak pada Anak Kelompok Bermain Tunas Bangsa di Desa Wotansari Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik”, dapat diakses di http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/paudteratai/volume/139/vol-2-nomer-1-2013 Masitoh, dkk, 2008, Strategi Pembelajaran TK, Jakarta : Universitas Terbuka Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: PT. Rineka Cipta Nurbiana Dhieni. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Nurjamal. 2011. Kesulitan Berbahasa pada Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media Siti Aisyah, dkk., 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Siti Zubaedah (2013) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyimak melalui Permainan Bisaik Berantai Siswa kelompok A di TK Mahardhika Simokerto Surabaya”, dapat diakses di http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/paud-teratai/volume/139/vol-2-nomer-1-2013 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Zainal Aqib, dkk.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CY. Yrama Widya
105
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang