Unsur-Unsur Emosi yang Mendasari Perilaku Tokoh Utama Dalam Novel Week-end de chasse à la mère Karya Geneviève Brisac Oleh Kika Adriani Juniastika*
Abstrak Skripsi yang berjudul Unsur-Unsur Emosi Yang Mendasari Perilaku Tokoh Utama dalam novel Week-end de chasse à la mère karya Geneviève Brisac ini, bersumber pada novel yang terbit pada tahun 1996. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penyebab timbulnya unsurunsur emosi di dalam diri tokoh utama serta dampak yang dihasilkan dari unsurunsur emosi tersebut terhadap hubungan tokoh utama dengan sang anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan analisis struktural karya sastra yaitu analisis alur, analisis tokoh dan hubungan antar tokoh, analisis latar juga analisis sudut pandang yang ditunjang oleh penerapan teori kebutuhan Abraham Maslow. Dari seluruh rangkaian analisis di dalam skripsi ini, ditemukan bahwa unsur-unsur emosional yang timbul di dalam diri tokoh utama merupakan sebuah reaksi yang timbul dari kegagalan pernikahan yang kemudian berujung pada hubungan yang tidak stabil dengan sang anak serta dirinya sendiri. Hal tersebut, memicu tokoh utama untuk melarikan diri daripada menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya. Dari penelitian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa emosi merupakan faktor penggerak manusia yang utama. Emosi bisa memberikan sisi positif dan negatif, tergantung bagaimana kita memberikan reaksi terhadap suatu keadaan. Kata kunci : Novel, emosi, Perilaku, analisis alur, analisis tokoh, analisis latar, analisis sudut pandang, teori kebutuhan Abraham Maslow.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Pendahuluan Apa itu emosi? Bagaimana emosi berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari? Karya sastra adalah hasil pemikiran dan imajinasi pengarang yang menyentuh hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan sifat karya sastra yang mimesis, pembaca hampir selalu dapat menemukan elemen-elemen yang mungkin diangkat dari kehidupan nyata, termasuk tentang diri manusia. Hal yang menonjol yang sering dituangkan ke dalam karya sastra adalah elemen psikologis dari manusia, yang menyangkut berbagai perasaan seperti sedih, senang, marah, atau pun takut. Perasaan-perasaan tersebut sering dianggap sebagai ekspresi emosi manusia. Emosi adalah hasil reaksi manusia terhadap situasi yang spesifik. Emosi merupakan perasaan intens atau reaksi yang ditujukan kepada seseorang atau kejadian (Frieda, NH, 1993 hal 381- 403). Emosi sangat berguna karena dapat memotivasi seseorang untuk terlibat di dalam tindakan penting agar dapat bertahan hidup (Robbins,Stephen P, 2008 hal 311-315). Namun demikian, di sisi lain, sering pula emosi menjadi faktor penghambat seseorang untuk melakukan perubahan di dalam kehidupannya. Saat hendak melakukan suatu perubahan, biasanya ada perasaan takut dan ragu dengan apa yang akan terjadi, muncul rasa cemas, ada pula rasa khawatir dan marah. Beberapa orang dapat saja memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi tertentu secara lebih intens dibandingkan pada orang lain pada umumnya. Seperti yang tergambar pada novel Week-end de chasse à la mère, karya Geneviève Brisac, yang menyinggung hal-hal yang sudah diuraikan di dalam paragrafparagraf sebelumnya. Novel ini bercerita tentang kehidupan tokoh utama, yang bernama Nouk, dalam menjalani kehidupannya sebagai orang tua tunggal untuk anak satu-
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
satunya. Yang menarik untuk dianalisis khususnya adalah reaksi berlebihan dalam berbagai bentuk emosi yang meluap-luap pada diri tokoh tersebut. Emosi merupakan unsur manusiawi yang pasti dimiliki oleh setiap individu. Emosi bukanlah semata rasa marah, benci, atau pun sedih, melainkan seluruh perasaan yang dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Emosi sendiri memegang peranan penting di dalam kehidupan sehari-hari dan turut menentukan hubungan yang kondusif antara manusia dengan manusia lainnya. Cara setiap individu merespon emosi yang dirasakannya, sangatlah penting dalam menjaga kestabilan hubungannya dengan individu di sekitarnya. Novel Week-end de chasse à la mère karya Geneviève Brisac, menyoroti unsur-unsur emosional yang berlebihan pada diri tokoh utama, serta dampak yang timbul dari emosinya pada perilaku tokoh tersebut dalam membesarkan anaknya. Emosi dapat dipicu oleh beragam hal, salah satunya adalah sebagai bentuk adaptasi terhadap suatu keadaan atau pun perubahan lingkungan di sekitar kita. Emosi juga bisa membantu manusia tetap termotivasi untuk bertahan hidup, meskipun terkadang kadar emosi yang muncul menjadi tidak terkontrol. Hal tersebut bergantung kepada individu yang merasakan gejolak emosi di dalam dirinya, serta apa yang sebenarnya yang ia butuhkan. Emosi bisa saja timbul secara berlebihan di dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengungkap fenomena tersebut, penulis akan membuat analisis dengan menggunakan teori-teori sastra. Teori hubungan sintagmatik yang dilengkapi dengan analisis alur berdasarkan teori pembagian cerita secara sekuensial, akan penulis gunakan untuk memperlihatkan struktur cerita secara keseluruhan. Selanjutnya, untuk memahami karakter tokoh secara lebih mendalam, penulis akan menggunakan analisis hubungan paradigmatik yang ditunjang dengan analisis tokoh. Untuk mengungkap pengaruh dari situasi sosial, dalam hal ini yaitu keluarga sebagai unit pembentuk karakter awal, penulis menggunakan analisis latar. Kemudian, untuk mendapatkan ide-ide dan nilai universal yang tersirat dalam roman tersebut, penulis akan menggunakan analisis
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
sudut pandang yang akan ditunjang dengan teori Hirarki Kebutuhan, untuk menjabarkan kebutuhan-kebutuhan apa sebenarnya yang ingin dipenuhi oleh tokoh utama.
Pembahasan Emosi sangat mempengaruhi tindakan atau perilaku dari satu individu ke individu lain di sekitarnya. Week-end de chasse à la mère merupakan novel karya Genevieve Brisac yang diterbitkan pada tahun 1996 oleh penerbit Édition de l’Olivier. Novel ini berhasil mendapatkan penghargaan Prix Femina di tahun yang sama. Brisac lahir di Paris pada tanggal 18 Oktober 1951. Geneviève Brisac mengenyam pendidikan di sekolah tinggi sastra yang secara alami membuatnya menjadi seorang penulis. Dia menghabiskan beberapa tahun mengajar di SeineSaint-Denis. Dia juga menjadi editor penerbit Gallimard serta memiliki pendapat unik bahwa menghabiskan waktu bersama sesama penulis adalah akar dari kesehatan. Pada tahun 1987, Geneviève Brisac menerbitkan roman pertamanya yang berjudul Les Filles yang berhasil memenangkan Prix de l’Académie française. Saat itu, dia mengepalai bagian ulasan buku-buku untuk anak-anak dengan membuat koleksi Page Blanche berkolaborasi dengan Monde des Livres. Pada tahun 1994, dia bergabung dengan penerbit Édition de l’Olivier dimana dia mempublikasikan sebuah buku autobiografi fenomenal tentang anoreksia yang pernah diidapnya, yang berjudul Petite. Bersamaan dengan itu, Geneviève Brisac juga menjadi editor untuk penerbit l’École des Loisirs dan berkecimpung dalam kesusastraan untuk para remaja. Pada tahun 1989 di penerbit yang sama, dia juga mendirikan koleksi Mouche, Neuf et Médium.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Selain menjadi penulis dan editor, Brisac juga menjadi asisten penulis skenario dan pernah turut serta di dalam pembuatasebuah karya yang dipentaskan di teater. Novel Week-end de chasse à la mere bercerita mengenai kehidupan seorang wanita muda yang bernama Nouk dalam membesarkan anak tunggalnya setelah masa perceraian yang dialaminya. Nouk mengalami beragam kesulitan dalam membesarkan sang anak, dan hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor. Novel ini juga memaparkan bagaimana pada akhirnya Nouk berhasil melewati rintangan dan kesulitan tersebut dan menemukan arti dari kebahagiaan sejati. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ada empat tahapan analisis struktural karya sastra yang dipakai dalam menganalisis novel ini. Pertama adalah analisis alur, berlanjut dengan analisis tokoh, kemudian analisis latar, dan terakhir adalah analisis sudut pandang yang dilengkapi dengan teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow. Alur merupakan salah satu unsur penting pembentuk cerita yang terdiri atas rangkaian sekuen atau cerita. Alur dapat dikatakan sebagai pemberi jiwa pada semua kejadian yang terdapat di dalam setiap cerita, karena di dalam setiap kejadian selalu terdapat penyebab atau alasan tertentu yang menghidupkan cerita. Alur yang baik membuat pembaca memahami cerita secara kronologis dan logis, sehingga dapat diketahui dan dipahami apa yang menjadi inti dari berbagai permasalahan yang terjadi di dalam cerita. Dalam analisis alur ini, penulis memilih teori sekuen karena penyusunan rangkaian cerita secara sekuensial bisa memperlihatkan sebab dan akibat dari sebuah peristiwa yang terjadi dengan lebih terperinci. Selain itu, melalui analisis tersebut, penulis akan dapat melihat hubungan sintagmatik yang dapat membentuk suatu jalinan peristiwa. Untuk melihat alur cerita secara lebih terperinci, penulis akan memakai teori sekuen yang meliputi dua fungsi, yaitu fungsi utama dan fungsi katalisator. Analisis alur juga didukung dengan teori tindakan, karena tindakan (action) berhubungan langsung dengan setiap tokoh, khususnya tokoh utama,
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
yang ada di dalam cerita. Tindakan-tindakan tokoh tersebut, dapat terlihat di dalam sekuen-sekuen yang telah tersusun dengan baik, yang terdiri atas Perbuatan (acte), Situasi (situation), Peristiwa (événement), serta Suasana (état). Keempat jenis sekuen yang telah disebutkan di atas, berfungsi untuk memperlihatkan dinamika cerita yang bergulir. Dengan menyusun sekuen serta menempatkan setiap sekuen sesuai dengan jenisnya, maka pembaca dapat mengetahui secara pasti apakah novel yang dibaca merupakan jenis novel petualangan yang sarat akan peristiwa dan perbuatan, atau novel psikologi yang lebih sarat akan situasi dan suasana. Penyusunan sekuen-sekuen di dalam novel ini menunjukkan bahwa terdapat 55 sekuen fungsional yang ditandai dengan angka (1,2,3,...dan seterusnya) dan 160 sekuen katalisator (penjelasan) yang ditandai dengan huruf (a, b, c,...dan seterusnya). Selanjutnya, penulis akan mulai menelaah sekuen-sekuen tersebut untuk menyingkap fenomena unsur-unsur emosional yang mendasari perilaku tokoh utama. Fokus dari analisis ini adalah alur itu sendiri, karena itu maka penelaahan akan lebih ditekankan kepada tahapan-tahapan perkembangan alur di dalam sekuen-sekuen tersebut. Pokok permasalahan di dalam roman Week-end de chasse à la mère terletak pada tokoh utama, yaitu Nouk yang memiliki kecenderungan emosi yang berlebih dibandingkan dengan orang lain dan hal tersebut memiliki pengaruh yang besar bagi anak satu-satunya yaitu Eugenio. Rangkaian alur dibagi menjadi tiga bagian besar yang mewakili tahapan kehidupan yang dijalankan oleh Nouk. Mulai dari masa kecil, masa kehidupan pernikahan bersama Alfonso, dan masa pascaperceraian yang dijalankan oleh Nouk hanya berdua saja dengan sang anak, Eugenio. Pembagian ketiga tahapan tersebut berfungsi untuk memperlihatkan perubahan emosi yang terjadi di dalam diri tokoh utama pada masa sebelum perceraian dan masa sesudah perceraian. Untuk memperkuat analisis sekuen, maka diperlukan pengelompokan sekuen-sekuen yang telah dipaparkan di atas ke dalam fungsi-fungsi cerita. Hal ini diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan dominan dari genre
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
novel ini dan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik tokoh utama melalui sekuen-sekuen di atas. Dari analisis sekuen yang telah dipaparkan tadi, seluruh sekuen di dalam novel ini dikelompokkan menjadi 55 sekuen fungsional dan 160 sekuen katalisator dengan total keseluruhan sebanyak 215 sekuen. Selanjutnya, sekuensekuen tersebut telah dikelompokkan ke dalam empat jenis sekuen yaitu : perbuatan (acte), suasana hati (état), situasi (situation), dan peristiwa (événement). Tabel di bawah ini merupakan persentase kemunculan keempat jenis sekuen tersebut dalam novel Week-end de chasse à la mère. Jenis sekuen
Jumlah sekuen
Persentase
1. Perbuatan (acte)
45
20, 93%
2. Suasana hati (état)
76
35, 35%
3. Situasi (situation)
82
38, 14%
4. Peristiwa (événement)
12
5, 58%
215
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, terlihat bahwa sekuen yang paling mendominasi adalah sekuen situasi (situation) dengan jumlah persentase sebesar 38, 14% yang mencerminkan bahwa jalinan cerita dalam novel ini didominasi oleh hubungan satu tokoh dengan tokoh lainnya. Disusul dengan sekuen suasana hati (état) dengan jumlah persentase sebesar 35, 35% yang berkesinambungan dengan sekuen situasi. Sekuen suasana hati mencerminkan kekerapan atau tingginya kemunculan ekspresi atau nuansa kejiwaan tertentu pada tokoh utama yang muncul karena dipicu oleh situasi tertentu. Hal tersebut mengakibatkan perbedaan jumlah yang cukup besar antara kedua sekuen tersebut dengan sekuen perbuatan (acte) yang hanya berjumlah 20, 93% dan sekuen peristiwa (événement) yang berjumlah 5, 58%.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Minimnya sekuen perbuatan dan juga sekuen peristiwa menunjukkan bahwa novel Week-end de chasse à la mère merupakan sebuah novel dengan jalinan cerita yang terpusat kepada situasi dan kondisi kejiwaan tokoh itu sendiri dibandingkan dengan perbuatan maupun peristiwa. Dengan demikian secara otomatis, apabila sekuen situasi dan suasana hati lebih mendominasi, maka novel ini termasuk ke dalam genre novel psikologi. Setelah mengkaji analisis alur beserta sekuen dan tindakan, analisis berikutnya adalah analisis tokoh yang terbagi ke dalam analisis ciri pembeda serta hubungan antar tokoh. Tokoh adalah elemen penggerak cerita. Tokoh merupakan aspek penting dalam karya sastra. Tokoh merupakan media untuk pengarang dalam menyampaikan suatu ide melalui tokoh yang diciptakannya. Setiap tokoh selalu dilengkapi dengan identitas, ciri fisik, sifat, pandangan, dan pemikiran. Meskipun memang tidaklah selalu dalam satu karya sastra, hal-hal yang disebutkan di atas dipaparkan secara lengkap. Karakteristik tokoh di dalam sebuah karya sastra, biasanya mirip dengan manusia dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tokoh bukan hanya berfungsi sebagai penggerak cerita, melainkan juga sebagai elemen yang menghidupkan sebuah cerita. Dalam analisis ciri pembeda, ada empat tokoh yang dikaji dan analisis ini lebih menekankan kepada ciri-ciri dan karakteristik setiap tokoh. Keempat tokoh tersebut dipandang sebagai tokoh yang memiliki peranan besar dalam menggulirkan cerita. Mereka adalah Nouk, sang tokoh utama, Eugenio yang merupakan anak Nouk, Martha yaitu sahabat Nouk, dan Alfonso yaitu mantan suami Nouk. Dalam analisis hubungan antar tokoh, analisis lebih ditekankan kepada bagaimana hubungan satu tokoh dengan tokoh lainnya. Dalam analisis ini, ada lima hubungan yang dikaji, yaitu hubungan Nouk dengan Eugenio, Nouk dengan Alfonso, Nouk dengan Martha, Eugenio dengan Martha, dan Eugenio dengan Alfonso. Dari analisis tokoh, terungkap bagaimana rapuhnya Nouk dalam menghadapi sang anak. Emosi yang dirasakannya juga berpengaruh besar dalam
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
hubungannya dengan lingkungan di sekitarnya dan hal tersebut menghambat Nouk dalam usahanya melangkah ke arah kehidupan yang lebih positif. Analisis berikutnya adalah analisis latar. Analisis latar ini difokuskan pada latar sosial, karena novel ini lebih menekankan kepada salah satu aspek dari latar sosial itu sendiri, yakni keluarga. Adapun latar waktu dan latar tempat tidak menjadi hal yang akan dibahas secara terpisah, karena keberadaan kedua faktor tersebut dalam cerita tidaklah dominan dalam menggulirkan cerita. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Tetapi tidak semua keluarga memiliki bentuk yang utuh, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dewasa ini, semakin banyak orang tua yang membesarkan anak mereka sendirian dan menjadi orang tua tunggal. Novel ini membahas hal tersebut. Tokoh utama, yaitu Nouk mengalami perceraian dan peristiwa itu membuat Nouk terpaksa harus menjalani perannya sebagai orang tua tunggal untuk anak laki-laki satu-satunya. Analisis terakhir adalah analisis sudut pandang yang dilengkapi dengan teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow. Setiap pengarang memiliki sudut pandang tertentu dalam menyampaikan sebuah cerita. Sudut pandang tersebut dipakai sesuai dengan keinginan pengarang sendiri. Keefektifan dan kejelasan dari penggunaan sudut pandang ini sangat berpengaruh terhadap interpretasi dan pemahaman isi cerita. Pembaca dapat melihat seberapa banyak pengetahuan seorang pengarang mengenai apa yang diceritakannya melalui analisis sudut pandang. Selain itu, analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui kedudukan pencerita dalam menyajikan cerita tersebut, serta melihat bagaimana pandangan pengarang mengenai tema atau hal-hal yang ingin disampaikan melalui karya tersebut. Dalam novel Week-end de chasse à la mère, Geneviève Brisac hanya sudut pandang terbatas (vision limitée). Sudut pandang tersebut lebih bersifat subyektif untuk memperlihatkan semua permasalahan yang terjadi di dalam novel ini.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Dalam hal ini, sudut pandang terbatas digunakan oleh narator-tokoh (narrateur-personnage) yang diwakili tokoh utama Nouk. Sepanjang cerita, ia menggunakan kata ganti orang pertama tunggal (je) yang mengacu pada dirinya sendiri. Ia juga bertugas menjadi seorang pengamat (observateur) untuk menceritakan semua yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Dengan keterbatasan wilayah pandang narator ini, ada sisi positif yang mendukung tersampaikannya ide-ide penting dalam cerita, yaitu efek nyata (vraisembable). Pembaca akan mampu merasakan atau membayangkan kejadian yang terjadi di dalam cerita sehingga suasana yang tercipta di dalamnya akan terasa lebih hidup. Peran pelaku pencerita juga memberikan kemampuan kepada pembaca untuk dapat menangkap unsur-unsur emosi yang menjadi kajian utama di dalam penulisan karya ilmiah ini. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, novel ini memaparkan unsurunsur emosional yang tumbuh secara berlebihan di dalam diri tokoh utama sebagai suatu bentuk dari tidak terpenuhinya kebutuhan sang tokoh utama terhadap beberapa hal. Tokoh utama berupaya keras memenuhi kebutuhannya dan menyalurkan kebutuhan tersebut ke dalam bentuk lain yang justru kemudian memicu munculnya kondisi emosional yang sering meledak-ledak dalam diri tokoh utama. Manusia selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Oleh karena itu, untuk mendukung analisis-analisis sebelumnya, penulis akan menjabarkan kebutuhan-kebutuhan tokoh utama. Berikut ini adalah bagan piramida kebutuhan yang diungkap oleh Abraham Maslow :
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
Kebutuhan Fisiologi
Penerapan teori kebutuhan Maslow, berhasil mengungkap serta memperjelas beragam kebutuhan yang dipendam di dalam diri tokoh utama dan sang anak. Penerapan bagan tersebut, berbeda-beda antara satu dengan lainnya, karena sesuai dengan teori Maslow yang menyebutkan bahwa kebutuhan manusia berbeda dan urutan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu sama. Yang menjadi persamaan di antara kedua tokoh yang diungkap di atas adalah keduanya sama-sama menginginkan pemenuhan kebutuhan untuk dicintai dan disayangi (Belongingness and love needs) dari orang yang mereka butuhkan. Hal tersebut menjadi kebutuhan paling mendasar untuk kedua tokoh yang kemudian memicu serangkaian pemenuhan kebutuhan lainnya sebagai pelampiasan dari tidak tercukupinya kebutuhan mereka akan cinta dan kasih sayang.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Simpulan Dari keempat analisis yang dilakukan serta ditunjang dengan teori kebutuhan, maka kita dapat disimpulkan bahwa tokoh utama merupakan sosok yang peka, rapuh, serta menyimpan begitu banyak ketakutan dan kegelisahan dalam dirinya. Ia tidak mampu melawan keadaan dan malah beralih dengan menciptakan sebuah benteng perlindungan diri dari beragam hal yang dirasanya menakutkan di luar dirinya. Namun demikian, hal tersebut tidak hanya berdampak kepada kehidupan tokoh utama saja, melainkan membawa situasi yang tidak menyehatkan bagi anak tunggalnya yang masih kecil. Nouk seolah membutakan pikiran serta perasaannya akan kondisi yang dihadapinya serta bersikeras untuk mempertahankan gaya hidupnya, dan memonopoli putera tunggalnya tanpa berminat untuk membagi hak asuh dengan mantan suaminya. Langkah-langkah yang diambil oleh Nouk dalam menjalankan kehidupannya bersama anak tunggalnya menyebabkan timbulnya beragam kekhawatiran dari tokoh lainnya, yang pada akhirnya membuat tokoh utama mengambil langkah besar bagi kebaikan kehidupannya sendiri maupun kesejahteraan dan kebahagiaan sang anak. Daftar Sumber : http://kitabkeilmuan.wordpress.com/2010/07/19/abraham-maslow-teorikebutuhan-bertingkat/. Diakses pada tanggal 21 April 2012. http://genevievebrisac.com/bio.htm . Diakses pada tanggal 12 Maret 2012 http://psikologi-online.com/apakah-arti-emosi. Diakses pada tanggal 21 April 2012 Abraham H. Maslow. 1968. Toward a Psychology of Being, 2d ed. New York: D. Van Nostrad. Hlm. 25. Barthes, Roland. 1981. Introduction à l’Analyse Structurale du Récit. Paris : Seuil. Bénac, H. 1988. Guide des idées littéraires. Paris: Hachette Éducation. Brisac, Geneviève. 1996. Week-end de chasse à la mère. Paris : Édition de l’Olivier.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis
Evaraert-Desmedt, Nicole. 1989. Sémitotique du Recit. Bruxelles : De BoeckWesmael. Frieda, NH. (Inggris). 1993. Moods, Emotion Episodes and Emotions. New York : Guilford Press. Goldenstein, J. P. 1988. Pour Lire le Roman. Brussel-Paris : De Boeck-Duculot. Hoffman, Edward. 1988. A Biography of Abraham Maslow. Los Angeles: Jeremy P. Tarcher. Hlm. 174. Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat. Hal.311-315 Schmitt & Viala. 1982. Savoir lire. Paris: Didier.
*Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Univ.Padjadjaran, Jurusan Sastra Perancis