Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 2, No. 2, November2010, 291 - 311
TINJAUAN PENERAPAN TARGET COSTING DAN UPAYA COST REDUCTION PADA INDUSTRI GARMEN
Iyeh Supriatna Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
ABSTRACT Target costing not only as a tool of cost reduction and cost management, but it is also as an integral part of profit management process and part of the design of new products. Target costing starts with establishing market price, followed by establishing desired profit, and then determining target costs. Cost reductions are performed by the efforts in costs and products design phase, value engineering and continuous improvements in manufacturing phase by kaizen costing.Target costing has succeeded to be applied to assembly-oriented industries in Japan and has had beneficial effects on costs reductions and meeting customer’s need. Then, it is applied more extensively to others, such as services, constructions, and processoriented industries. It is possible to apply target costing in apparel and textile companies. This paper describes the concept of target costing, its process, beneficial effects and the efforts of cost reductions by value engineering and kaizen costing in general perspective. Especially, it describes the possibility of target costing application in apparel industries. Keywords: target costing, cost reduction, value engineering, kaizen costing
PENDAHULUAN Industri tekstil dan pakaian merupakan bidang industri yang telah lama ada.Ia tumbuh dan berkembang untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok setiap orang, yaitu kebutuhan sandang. Oleh karena itu tingkat persaingan dalam bidang industri ini sangat ketat. Kemampuan perusahaan-perusahaan untuk dapat bertahan bahkan memenangkan persaingan dalam bidang industri apapun, termasuk industri tekstil dan pakaian, sangat tergantung kepada penawaran produk yang tepat, dari aspek fungsionalitas dan kualitas, dan pada harga jual yang tepat, yaitu harga yang diterima oleh konsumen, tetapi dapat memberikan laba yang dikehendaki atau ditargetkan perusahaan. Oleh karena itu,untuk memenuhi harapan tersebut perlu disain produk dan manajemen biaya yang dapat menekan harga pokok atau menurunkan biaya pada tingkat kualitas dan kebutuhan produk yang diterima konsumen.
291
Ekspansi
Akuntansi Sejak permulaan tumbuhnya industri-industri, industri tekstil dan garmen telah menjadi pelopor dalam hal perhatiannya terhadap masalah harga pokok
sebagaimana juga perhatian terhadap inovasi produk.Untuk industri garmen, pengembangan terhadap inovasi-inovasi dan mode telah lama menjadi faktor utama yang menggerakkan pertumbuhannya, sedangkan industri tekstil telah diperoleh penemuan-penemuan yang berulang-ulang melalui produk-produk baru dan pangsa
pasar yang baru.Pada era terakhir, industri-industri menggunakan teknik-teknik penentuan harga pokok yang baru untuk mengendalikan biaya produksi dan untuk menentukan harga pokok produk.Dengan banyaknya alternatif pilihan transportasi biaya yang lebih efektif dan lebih baik serta komunikasi yang lebih cepat, dengan maka persaingan menjadi semakin ketat, dan dalam banyak kasus industri-industri
lebih memperhatikan keunggulan dalam harga pokok.Ketepatan waktu dalam pengembangan produk juga telah menjadi faktor yang semakin menentukan, apakah perusahaan-perusahaan mampu menghasilkan atau mengenalkan produkproduk pada tingkat harga dan kualitas yang tepat. Sekali suatu perusahaan menawarkan produknya pada tingkat harga jual dan kualitas yang tidak diterima konsumen, maka ia akan kalah dalam persaingan. Target costing adalah salah satu di antara alat-alat yang tersedia bagi industri-industri agar dapat mencegah penentuan harga jual yang keliru dan membantu pengembangan produk lebih cepat dan terfokus. Beberapa masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini, adalah:
Bagaimana target costing digunakan untuk membantu manajemen stratejik
Bagaimana value engineering berperan dalam penurunan biaya pada tahap disain produk
Bagaimana konsep kaizen costing dalam menurunkan biaya
Bagaimana kemungkinan penerapan target costing pada perusahaan garmen.
PENENTUAN HARGA POKOK DAN HARGA JUAL TRADISIONAL DAN PERBANDINGAN DENGAN TARGET COSTING Pada pengembangan produk tradisional biasanya dimulai dengan suatu disain produk dasar yang dikembangkan oleh bagian penelitian dan pengembangan (R&D) suatu perusahaan. Pengembangan disain produk ini mungkin dibuat oleh satu kelompok disainer, laboratorium penelitian, dan tim ahli teknik, atau sekelompok orang yang bertanggung jawab untuk mengembangkan produk baru. Ide awal disain produk 292
tersebut
bisa
muncul dari
pasar,
yaitu
menangkap
selera
atau
Iyeh Supriatna harapankonsumen, atau bisa muncul dari usaha-usaha peneltitian dan pengembangan, yang kemudian akan ditawarkan. Setelah disain produk dasar
dikembangkan, harga jualnya ditentukan dengan menambahkan semua komponen biaya dengan marjin laba yang diharapkan.Pendekatan ini dikenal sebagai traditional cost-plus pricing.Harga jual ini dapat diterima oleh konsumen di pasar, hanya dialami ketika produk benar-benar dikenalkan dan ditawarkan ke konsumen
yang potensial.Jika harga jual untuk produk tersebut lebih tinggi dari harga pasar, maka produk tersebut harus didisain ulang sampai harga pasar dapat dipenuhi, atau produk khusus tersebut tidak diteruskan.Mendisain produk agar mencapai biaya yang lebih rendah adalah perkara yang sulit, pada saat sebagian besar biaya (meliputi biaya bahan, biaya pengolahan, dan pemasaran dan distribusi) ditentukan
dan tetap selama tahap disain awal. Metode-metode penentuan harga pokok tradisional berguna dalam menjamin bahwa biaya sesungguhnya berada dalam batas-batas yang dianggarkan, tetapi metode-metode ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan realitas pasar, juga tidak memberikan arahan apapun terhadap usaha-usaha penurunan biaya. Alternatif dari metode penentuan harga jual tradisional (cost-based pricing) adalah metode penentuan harga jual dan harga pokok, yang sekaligus juga merupakan bagian dari manajemen biaya, yaitu target costing.Dalam target costing, harga jual ditentukan lebih dahulu berdasarkan antisipasi pasar, baru kemudian dikurangi dengan laba target untuk menentukan biaya atau harga pokok target (target cost) yang harus dicapai. Di bawah ini adalah gambar perbandingan penentuan harga pokok dan harga jual tradisional dan target costing. Arrive at target cost
Subtract target income
Design of goods and services Determine cost
Determine target selling price
Marketpl
Establish aceprice selling Add
Markup
Gambar 1 : Penentuan Harga Jual Target Costing dan Traditional Costing(Hilton et. Al., 2000 : 566)
293
Ekspansi
Akuntansi
TARGET COSTING Berdasarkan hasil survey 1993, dilaporkan adanya kecenderungan peralihan dari
penentuan harga jual berbasis harga pokok (cost-based pricing) ke penentuan harga jual berbasis pasar (market-based/competitive pricing), yang dikenal dengantarget costing. Target costing merupakan harga pokok jangka panjang yang akan ditanggung oleh konsumen atau harga pokok yang didasarkan pasar yang
dihitung dengan menggunakan harga jual tertentu untuk menangkap pangsa pasar
yang ditentukan di muka (Shim and Sudit, 1995) Cooper, seperti yang dikutip oleh Bird, mendefinisikan target costing sebagai berikut: “Target costing is a disciplined process for determining and realizing a total cost at
which a proposed product with specified functionality must be produced to generate the desired profitability at its anticipated selling price in the future” (Target costing adalah suatu proses yang disiplin untuk menentukan dan merealisasikan biaya keseluruhan pada suatu produk yang diusulkan dengan fungsionalitas yang ditentukan harus diproduksi untuk menghasilkan keuntungan yang dikehendaki pada harga jual yang diantisipasi pada masa yang akan datang). Dengan substansi yang sama, Creese (2003) menjelaskan pengertian target costing sebagai suatu pendekatan yang sistematik terhadap perencanaan biaya produk dalam hal mana produk yang diusulkan pada fungsionalitas yang ditetapkan, pada kualitas yang ditetapkan dan pada kuantitas produksi yang ditetapkan, biayanya (harga pokoknya) ditentukan untuk memberikan tingkat laba tertentu pada harga jual yang diantisipasi. Biaya target adalah biaya keseluruhan mencakup biaya langsung, biaya tak langsung, dan biaya siklus hidup. Penurunan biaya dalam target costing umumnya terfokus pada biaya langsung karena kebanyakan sistem-sistem biaya tidak menentukan biaya tak langsung secara akurat. Bahkan pada beberapa jenis biaya tidak ada ruang untuk penurunan seperti biaya penyusutan. Target costing harus dipandang sebagai suatu bagian yang integral dari disain produk baru, sebagai bagian dari proses manajemen laba secara keseluruhan, sebagai alat penurunan biaya dan manejemen biaya (Cresee, 2003) Menurut Bird, target costing digunakan untuk membantu perusahaan dalam hal:
Menjamin bahwa produk-produk lebih memenuhi kebutuhan para konsumen.
Menyelaraskan biaya-biaya pokok dengan kesanggupan konsumen untuk membayarnya.
294
Iyeh Supriatna
Menurunkan siklus pengembangan suatu produk. Menurunkan biaya-biaya produk secara signifikan.
Meningkatkan kerja tim di antara elemen-elemen organisasi internal yang
berhubungan dengan perancangan, pemasaran, perencanaan, pengembangan, produksi, penjualan, distribusi dan instalasi produk. Mengikutsertakan konsumen dan pemasok dalam mendisain produk yang tepat
dan memadukan secara lebih efektif keseluruhan rantai nilai. ALASAN PENGGUNAAN TARGET COSTING Kebijakan pertama perusahaan agar diterima oleh konsumen dan perusahaan tetap
eksis dan mampu bersaing adalah penurunan harga sampai pada titik yang dapat menghasilkan penjualan.Harga yang baru menekan pada penurunan biaya,
sehingga menghasilkan laba.Masalahnya adalah walaupun kita dapat menghitung semua biaya yang dikeluarkan, tetapi tidak seorangpun bisa mengetahui berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan. Berapapun biaya untuk suatu produk atau kegiatan yang dianggarkan, besar dan longgar atau ketat, akan dikeluarkan, tanpa mengetahui secara pasti berapa biaya paling efisien yang seharusnya dikeluarkan. Salah satu caranya adalah menentukan harga serendah-rendahnya untuk memaksa setiap orang mencapai efisiensi yang tertinggi. PENENTUAN BIAYA TARGET Ada dua metode dalam target costing, yaitu: metode penambahan atau aditif (additive method) dan metode pengurangan atau deduktif (deductive method) (Bayau, 1997). Dalam metode aditif, biaya target (target cost) merupakan penjumlahan
biaya
komponen-komponen
yang
membentuk
produk.Dengan
demikian target biaya memfokuskan pada komponen-komponen produk secara individual. Biaya Target = Biaya komponen 1 + Biaya komponen 2 + …+ Biaya komponen n Dalam bentuk rumus matematika dapat dituliskan : TCi = Ci1 + Ci2 + …. + Cin Dimana : TCi = Target cost (biaya target) pada produk i Ci1 = Biaya (cost) komponen 1 pada produk i Ci2 = Biaya (cost) komponen 2 pada produk i Cin = Biaya (cost) komponen n pada produk i
295
Ekspansi
Akuntansi Dengan menurunkan biaya beberapa komponen walaupun mungkin menaikkan yang lainnya, perusahaan dapat menurunkan biaya produk secara keseluruhan,
ketika memperbaiki disainnya. Metode
aditif
ini
tidak
banyak
disinggung
dalam
literatur-literatur
buku
teks.Tampaknya metode ini sebagai penurunan, yaitu pemecahan ke biaya target komponen-komponen, dari biaya target setelah ditentukan melalui metode deduktif.
Metode yang lebih popular dan banyak ditulis dalam buku teks adalah metode
deduktif (metode pengurangan). Dalam metode ini biaya target ditentukan dengan mengurangkan laba produk yang dikehendaki (target profit), yang dihitung berdasarkan pengembalian atas penjualan (return on sales = ROS), terhadap harga jual yang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan antisipasi pasar (target
price). Biaya Target = Harga pasar – Laba yang diharapkan Dalam bentuk persamaan matemetis dapat dituliskan sebagai berikut: TCi = Pi – mi Dimana : TCi= Target cost (biaya target) per unit produk i Pi = Harga jual per unit produk i mi = Laba per unit produk i Selanjutnya target penurunan biaya ditentukan dengan mengurangi biaya target dengan biaya yang wajar saat ini. Target Penurunan Biaya = Biaya Target – Biaya Wajar Saat ini Usaha-usaha penurunan biaya terfokus pada angka target penurunan biaya tersebut. Untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas, berikut ini disajikan contoh perhitungan biaya target dan target penurunan biaya dengan angka-angka. Tabel1 : Contoh Penentuan Biaya Target A 1
1. Harga pasar (target) per unit yang diharapkan
2
2.
C $
100
Biaya Target = harga pasar dikurangi pengembalian atas penjualan (ROS) yang dikehendaki
3
Prosentase pengembalian atas penjualan (ROS) yang dikehendaki
4
Nilai $ pengembalian atas penjualan (ROS) yang dikehendaki (B3 x C1)
296
B
20%
20
Iyeh Supriatna A
5
Biaya target per unit (C1 – C4)
6
Jumlah penjualan dalam unit diharapkan selama dua tahun
8
80
1,000,000 $ 80,000,000
3. Biaya wajar saat ini
9
C $
Jumlah biaya target selama dua tahun (B6 x C5)
7
B
10
Biaya-biaya produk (tenaga kerja, bahan, peralatan)
$ 39,000,000
11
Biaya-biaya administrative, pemasaran dan distribusi
50,000,000
Jumlah biaya-biaya wajar saat ini untuk dua tahun (C10 + C11)
12
$ 89,000,000
13 4. Target penurunan biaya(cost reduction) selama dua tahun (B12 – B7)
14
$ 9,000,000
Diadopsi dari Hilton (2000 : 53) TAHAPAN-T AHAPAN PROSES TARGET COSTING Menurut Robin Cooper dan R. Slagmulder, yang dikutip Herget (2002) dan Seuring (2001), ada tiga fase atau tingkatan pokok dalam proses target costing, yaitu:
Tingkatan pasar (market level atau market-driven costing)
Tingkatan produk (product level atau product-level target costing)
Tingkatan komponen (component-level target costing)
Proses-proses target costing sangat interaktif dan idealnya sebagian besar aktivitas dalam prroses tersebut terjadi secara simultan atau paralel. Meskipun terdapat saling ketergantungan di antara macam-macam aktivitas yang berbeda ini, kita perlu lebih memahami proses ini secara lebih jelas. Di bawah ini disajikan gambar grafik ketiga fase proses target costing diikuti penjelasan yang rinci masing-masing fase.
297
Ekspansi
Akuntansi
Market-driven Costing
Market conditions
Target selling price
Target profit margin
Allowable cost
Strategic cost reduction challenge
Component -Level Target Costing
Product -Level Target Costing
Productlevel target cost
Functionlevel target cost
Componentlevel target cost
Target cost reduction objectives Current cost
Gambar 2 : Gambar Proses Target Costing Menurut Cooper, Slagmulder (Seuring, 2001)
PROSES TARGET COSTING TINGKATAN PASAR (MARKET LEVEL) Fase pertama dari proses target costing berhubungan dengan menganalisi kondisi pasar menuju pada penetapan harga jual target (target price) dari produk. Ini yang menjadi perbedaan utama dengan metode penentuan harga pokok tradisional, yaitu target costing menentukan harga pokok didasarkan atau diturunkan dari harga pasar (yang diantisipasi), dan karena itu dicari dasarnya di pasar. Dalam banyak kasus, penentuan ini mungkin terjadi suatu harga pasar untuk produk baru, atau mungkin terjadi untuk evaluasi ulang harga untuk produk lama yang telah ada. Dalam kasus lain titik awal untuk harga jual tersebut adalah dalam pasar dibandingkan standar biaya internal atau perkiraan-perkiraan biaya. Untuk produk 298
Suppliers
Iyeh Supriatna lama, harga pasarnya telah ada, dan harus dievaluasi dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas pesaing.
Kemungkinan penurunan harga di pasar harus diantisipasi perlu diambil segera tindakan-tindakan untuk menghindari anggapan tidak siap. Penting sekali untuk menganalisis ketersediaan produk di pasar secara pasti, karena perbedaan fungsional produk dan pasar-pasar regional mungkin akan membutuhkan strategi-
strategi
mempertimbangkan strategi perusahaan jangka panjang untuk masalah harga
penentuan
harga
yang
berbeda.
Pada
akhirnya,
penting
untuk
pasar ini.Dalam banyak kasus, pangsa pasar atau volume pasar (penawaran dan permintaan) dibandingkan dengan hubungan harga perlu ditetapkan untuk menemukan kisaran harga jual yang optimal.
Untuk produk baru, proses menemukan harga pasar dimulai dengan penentuan posisi dan pangsa pasar yang dijadikan sasaran.Kebutuhan-kebutuhan dasar terhadap produk untuk kelompok konsumen yang ditujudidefinisikan dengan baik. Analisis kompetitif yang rinci mengevaluasi jenis-jenis produk apa yang tersedia saat ini untuk konsumen potensial melalui pesaing, dan perubahan-perubahan apa yang mungkin diharapkan pada pengenalan produk baru ke pasar ini. Dua aktivitas ini kemudian membimbing pada penentuan posisi pangsa pasar yang spesifik dan kelompok konsumen yang menjadi target. Sekali kelompok target tersebut telah teridentifikasi dan terdefinisi jelas, maka kebutuhan-kebutuhan konsumen terhadap produk dapat
ditentukan. Memahami dan mengurutkan bermacam-macam
kebutuhan yang relevan adalah elemen utama dalam target costing dan pengembangan produk secara umum. Dalam aktivitas berikutnya, ciri-ciri khas keistimewaan produk ditentukan yang memenuhi kebutuhan konsumen pada tingkat kualitas tertentu. Aktivitas akhir dalam fase tingkatan pasar target costing adalah menetapkan laba target (target profit). Laba target untuk suatu produk tertentu didasarkan baik atas strategi-strategi laba jangka panjang untuk perusahaan maupun strategi-strategi pangsa pasar jangka pendek untuk produk tersebut. Khusus laba target ini ditentukan berdasarkan pada tingkat pengembalian atas penjualan (return on sales = ROS) (Lee, 1994; Hilton, et.al, 2000). Lee (1994) menyebutkan dua alasan mengapa menggunakan tingkat pengembalian atas penjualan (ROS) dibandingkan tingkat pengembalian atas investasi (return on investment = ROI) dalam menentukan laba target yang dikehendaki, yaitu :
299
Ekspansi
Akuntansi
Alasan teknis, yaitu tidak mungkin untuk menghitung profitabilitas setiap produk dengan ROI, karena kondisi pasar sekarang ini cepat berubah, dan perusahaan
perlu keragaman produk dalam volume yang rendah agar bisa bertahan dalam persaingan; dan
Alasan strategis, yakni dalam implementasi strategi jangka panjang, perusahaan perlu memfokuskan profitabilitas gabungan produk-produk yang berhubungan dan setiap produk memainkan peran terhadap profitabilitas produk secara
kelompok. Untuk keperluan ini, ROS memberikan ukuran yang lebih baik. Dari penetapan harga pasar dan penetapan laba target pada fase tingkata pasar, biaya target dapat ditentukan berdasarkan rumus sederhana: Biaya target = Harga target (pasar) – Laba target yang diharapkan
PROSES TARGET COSTING TINGKATAN PRODUK (PRODUCT LEVEL) Fase kedua dari proses target costing menurut Cooper dan Slagmulder, adalah tingkatan produk (product level).Fase kedua ini berhubungan dengan disain produk sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi biaya target. Langkah pertama dalam fase ini adalah menentukan keadaan biaya yang wajar saat ini dan meghitung biaya-biaya apa dari keseluruhan biaya yang harus terjadi untuk produk baru yang didasarkan pengalaman-pengalaman biaya yang terjadi dari produk-produk lama. Data biaya ini sering diperoleh dari sistem penentuan harga pokok standar tradisional, dan tambahan pekerjaan yang mungkin harus dilakukan agar bisa memecah atau merinci biaya tersebut berdasarkan komponen-komponen. Untuk produk-produk baru secara lengkap, estimasi biaya ini dilakukan melalui jumlah perkiraan biaya melalui pembandingan dengan produk yang ada atau produk yang setara atau sejenis. Pembandingan perkiraan biaya wajar saat ini dengan biaya target memberikan jurang perbedaan yang menunjukkan kepada perusahaan tersebut berapa besar biaya produk harus diturunkan, atau yang disebut target penurunan biaya atau cost reduction target. (Hilton, 2000).Dalam langkah ini biaya harus didisain di samping produknya. Ini berarti bahwa ketika merancang produk, pertimbangan-pertimbangan biaya menggerakkan proses tersebut. Pilihan disain dipengaruhi oleh kemungkinan pengaruhnya atas semua faktor-faktor biaya.Penting diperhatikan bahwa semua biaya perlu dipertimbangkan dalam fase ini, termasuk biaya-biaya pasokan, pengolahan pabrik, pemasaran, distribusi dan pelayanan kepada konsumen.Biaya-biaya dalam semua bidang ini perlu dianalisis dan
300
Iyeh Supriatna dibicarakan sebelum setiapsumber-sumber daya dalam masing-masing bidang ini ditetapkan.
Teknik-teknik yang penting dalam disain biaya untuk penurunan biaya di samping disain produk mencakup antara lain rekayasa nilai (value engineering). PROSES TARGET COSTING TINGKATAN KOMPONEN (COMPONENT LEVEL)
Fase ketiga target costing adalah tingkatan komponen, dan dalam banyak kasus fase ini berjalan paralel dengan tingkatan produk (fase kedua target costing). Tergantung pada produknya komponen-komponen individual dipecah ke sub-sub fungsi, dan suatu proses yang sama dalam fase kedua juga mulai. Khusus tingkatan komponen mencakup keterlibatan yang erat dengan para pemasok, khususnya
ketika melengkapi sub-sub sistem yang dilimpahkan ke pihak luas.Semua aspekaspek pemilihan pemasok dan menejemen pemasok merupakan bagian dari fase ini. Perbedaan antara fase kedua dan ketiga menjadi kurang jelas ketika menganalisis beberapa perusahaan berorientasi proses. Pada tingkatan kesatu, banyak tekanan penurunan biaya dalam industri-industri perakitan komponen dapat dilangsungka ke sejumlah besar pemasok.Banyak usaha-usaha penurunan biaya dilaksanakan dalam perusahaan seperti menurunkan pemborosan, mendisain ulang prosesproses dan aspek-aspek disain produk. Blocher, Chen dan Lin (2000 : 170) menyebutkan tahapan implementasi target costing 1. Menentukan harga pasar Menentukan laba yg diharapkan 2. Menghitung target cost 3. Menggunakan rekayasa nilai (value engineering)untuk mengidentifikasi cara untuk menurunkan biaya produk. 4. Menggunakan Kaizen Costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya. KELEMAHAN TARGET COSTING Target costing telah diterapkan secara meluas di Jepang sebagai pelopor metode ini. Pengaruh target costing merata pada perusahaan-perusahaan di Jepang hingga mempengaruhi penganggaran, penentuan harga jual, perencanaan laba, struktur organisasi dan pertanggungjawaban serta evaluasi. Target costing dipandang memiliki pengaruh yang bermanfaat terhadap penurunan biaya dan mampu 301
Ekspansi
Akuntansi memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen. Tetapi di samping itu, target costing menimbulkan beberapa efek samping yang merugikan sebagaimana hasil penelitian
Yutaka Kato, Germain Boer dan Chee Chow yang dikutip oleh Hilton. Beberapa pengaruh yang merugikan tersebut dalam laporan di Jepang adalah sebagai berikut (Hilton, 2000 : 54): 1. Waktu pengembangan yang bertambah lama, karena keterbatasan mengenai
pertimbangan-pertimbangan disain dan pertimbangan biaya. 2. Kinerja dan motivasi para tenaga kerja menjadi kurang karena besarnya tekanan untuk mencapai target-target. 3. Segmentasi pasar yang ekstrim menyebabkan kebingungan. 4. Konflik-konflik organisasional yang terjadi, misalnya antara disainer (perancang) produk yang bekerja sungguh-sungguh untuk menurunkan biaya dengan bagian
pemasaran yang mengeluarkan biaya-biaya dalam jumlah yang besar untuk kegiatan yang bersifat promosi. Masalah-masalah tersebut bukan kelemahan yang sifatnya permanen, tanpa pemecahan,
melainkan
harus
dapat
diantisipasi
dan
dicarikan
alternatif
pemecahannya. Misalnya, pemecahan tersebut antara lain melalui usaha-usaha manajemen sumberdaya. KEBERHASILAN TARGET COSTING Agar target costing dapat berhasil, maka target-target biaya harus diturunkan dan disusun secara valid, dan orang-orang yang terlibat juga melihatnya valid (Cooper, 1996). Target-target tidak boleh diturunkan sebagai hasil suatu proses bersifat politis, melainkan betul-betul sebagai hasil analisis pasar yang bersifat antisipatif. Analisis pasar yang menghasilkan harga-harga target, analisis keuangan yang menghasilkan
biaya
target,
serta
prosedur-prosedur
pemecahan
yang
mengalokasikan biaya-biaya tersebut di antara komponen-komponen, semuanya harus dipercaya. Oleh karena itu target costing harus dilakukan dengan sangat transparan.Selain itu, sasaran penurunan biaya, harus memungkinkan dicapai sepanjang waktu. Penetapan sasaran terlalu tinggi dapat merugikan, sebagimana juga kalau tidak mempunyai sasaran sama sekali. Perusahan-perusahaan Jepang menetapkan serangkaian sasaran yang mereka sebut “sasaran berjinjit” (tiptoe objectives), yaitu sasaran-sasaran yang dapat dicapai dengan “berdiri pada ujung jari kaki” (Cooper, 1996).
302
Iyeh Supriatna Di samping itu, persyaratan-persyaratan untuk fungsionalitas produk harus dibicarakan secara jelas dan secara umum, sehingga tidak seorangpun melakukan
usaha mencapai biaya target dengan mengurangi fungsionalitas produk di bawah tingkat yang dapat diterima konsumen.Tidak dibenarkan untuk menurunkan biaya dengan mengurangi hak konsumen. Jika target costing berjalan baik, maka sasaran-sasaran kuantitatif yang ditetapkan dalam suatu proses yang transparan,
akan berusaha dicapai dengan kesadaran sendiri oleh para manajer. Para insinyur menerima tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang jelas dan dapat dicapai, dan jika setiap orang yang mengikuti aturan yang ditetapkan suatu perusahaan yang memenuhi persyaratan-persyaratan itu belum dijamin akan memperoleh kemenangan
dalam
pasar-pasar
yang
dimasukinya.
Ia
betul-betul
hanya
mendapatkan hak untuk berkompetisi. PENCAPAIAN TARGET PENURUNAN BIAYA DENGAN VALUE ENGINEERING Untuk mendisain barang atau jasa berkualitas yang diterima pasar dan dapat diproduksi dengan biaya (harga pokok) yang tidak melebihi biaya yang ditargetkan, para insinyur teknik, manajer biaya dan yang lainnya bekerja bersama-sama. Proses mendisain produk produk yang memenuhi harapan tersebut dikenal sebagai Value Engineering (rekayasa nilai). Hilton (2000) menyebutkan bahwa value engineering adalah suatu evaluasi yang sistematis terhadap semua aspek dari rantai nilai (value chain).Usaha value engineering yang melibatkan tim dari berbagai fungsi, bahkan jika cocok dapat melibatkan anggota dari luar perusahaan, yaitu perwakilan perusahaan-perusahaan pengiriman dan pemasok bahan, bertujuan untuk mencari setiap peluang untuk penurunan
biaya(cost
reduction)
dengan
tanpa
mengorbankan
kualitas.
Benchmarking, penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas (activity based costing), menghapuskan aktivitas biaya yang tidak menambah nilai, dan mempreteli produk pesaing untuk dikaji, merupakan bagian dari keseluruhan proses value engineering.
Value engineering dapat menghasilkan perbaikan dalam disain
produk, perubahan dalam spesifikasi bahan dan modifikasi dalam metode proses. Pada akhirnya, tim diharapkan menemukan strategi-strategi penghematan biaya. Merealisasikan penurunan biaya itu lebih lanjut berlangsung setelah proses value engineering berakhir. Kaizen costing, atau perbaikan terus-menerus dilakukan pada berbagai tugas (seperti penetapan waktu, pemrosesan transaksi, pelayanan kepada konsumen) sepanjang waktu selama barang-barang diproduksi dan pelayanan
303
Ekspansi
Akuntansi kepada konsumen diberikan. Jadi value engineering berperan pada saat disain produk dan disain proses sepanjang rantai nilai.
Value engineering dapat berperan yang lebih besar dalam mencapai sasaran biaya target (target cost goal) untuk barang dan jasa yang mempunyai siklus hidup produk yang lebih pendek, dibandingkan dengan produk dengan siklus hidup yang panjang.
PENCAPAIAN TARGET PENURUNAN BIAYA DENGAN KAIZEN COSTING
Dalam usaha mencapai biaya target (target cost), perusahaan harus mencari caracara yang terus-menerus untuk menurunkan biaya produksi setiap tahun bahkan setiap bulan. Usaha itu antara lain melalui kaizen costing. Yasuhiro Monden dan Kazuki Hamada, yang dikutip oleh Hilton, mendefinisikan
kaizen costing sebagai berikut: “Kaizen costing is the process of cost reduction during the manufacturing phase of a product.”(Hilton, 2000). Jadi proses kaizen costing adalah usaha-usaha untuk menurunkan biaya atau harga pokok produk selama fase pengolahan. Kata kaizen dalam bahasa Jepang menunjukkan perbaikan yang terus-menerus dan berangsur-angsur melalui aktivitas-aktivitas perbaikan yang kecil; kebalikan dari perbaikan-perbaikan besar dan radikal yang dilakukan melalui loncatan-loncatan inovasi besar atau melalui investasi-investasi yang besar dalam teknologi.Gagasan kaizen ini sederhana, yaitu bahwa perbaikan-perbaikan dalam perusahaan adalah salah satu sasaran atau target yang harus dicapai dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh pegawai, mulai dari pimpinan puncak sampai kepada para pekerja operasional, dalam setiap aktivitas dan sepanjang waktu.Kesadaran ini harus tersosialisasi dan dimiliki oleh semua elemen perusahaan, dan setiap orang melakukan
usaha-usaha
perbaikan.Implementasi
konsep
ini
membutuhkan
komitmen dan disiplin yang kuat. Melalui usaha-usaha perbaikan setiap anggota organisasi walaupun kecil tetapi terus-menerus, penurunan biaya-biaya yang berarti dan signifikan dapat dicapai sepanjang waktu. Untuk membantu mencapai penurunan biaya yang terus-menerus dan berangsurangsur melalui penerapan konsep kaizen costing, perusahaan perlu menetapkan sasaran atau target penurunan biaya yang disebut kaizen cost goal untuk jangka waktu tahunan atau bulanan (Hilton, 2000). Selanjutnya, biaya sesungguhnya yang dicapai sepanjang waktu dibandingkan dengan sasaran kaizen untuk evaluasi dan memotivasi serta memberi feedback kepada seluruh anggota organisasi.Sebuah perusahaan bisa memfokuskan usaha-usaha penurunan biaya melalui kaizen 304
Iyeh Supriatna costing pada satu segmen biaya tertentu dari keseluruhan struktur biaya. Ini tergantung pada sifat proses produksi dan lingkungan persaingannya. Suatu
perusahaan mungkin memusatkan program penurunan biaya kaizen pada biaya bahan baku, atau mungkin pada biaya tenaga kerja langsung. Gambar 4 di bawah ini adalah bagan yang menjelaskan proses kaizen costing. Dalam bagan tersebut tampak bahwa dasar biaya, atau titik referensi biaya, adalah
pencapaian biaya aktual pada akhir tahun sebelumnya. Sasaran biaya kaizen
ditetapkan untuk
taraf laju
dan jumlah
penurunan
biaya
untuk
tahun
berjalan.Pencapaian biaya actual sepanjang tahun tersebut dibandingkan dengan sasaran biaya kaizen.Pada akhir tahun berjalan, biaya actual tahun tersebut dasar biaya atau titik referensi biaya untuk tahun berikutnya. Selanjutnya, menjadi
sasaran biaya kaizen baru yang lebih rendah ditetapkan, dan usaha penurunan biaya akan terus berlangsung. Bagaimana sasaran kaizen costing dapat dicapai? Sasaran kaizen dicapai melalui usaha-usaha pengurangan aktivitas-aktivitas dan penurunan biaya yang tidak memberi
nilai
tambah
(non-value
added),
menghindari
dan
mengurangi
pemborosan, serta perbaikan-perbaikan dalam waktu siklus produksi. Dorongan dan motivasi untuk perbaikan dan usaha-usaha kaizen dari seluruh karyawan dilakukan dan diimplementasikan pada saat yang tepat.
Current year cost base
Cost per product unit Actual cost performance at the end of last year
Kaizen goal : cost reduction rate
Actual cost performance of the current year
Kaizen goal: cost reduction amount
Actual cost reduction achieved
Cost base for next year
Time 12/31/x0
12/31/x1
Gambar 3 : Bagan Kaizen Costing(Hilton et.al., 2000)
305
Ekspansi
Akuntansi PENERAPAN TARGET COSTING PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN Semula penerapan target costing dipelopori oleh perusahaan-perusahaan mobil di
Jepang dan kemudian perusahaan-perusahaan elektronik. Ciri yang menonjol pada industri jenis ini adalah perakitan dan sifat produk yang modis, yaitu siklus hidup produk dipengaruhi oleh perubahan gaya (mode). Biasanya dalam literatur-literatur, proses target costing yang banyak dijadikan contoh adalah kasus pada industri
perakitan. Jenis industri ini memang lebih mudah untuk memberikan gambaran
mengenai proses penurunan biaya melalui rekayasa nilai pada tahap disain. Tetapi, konsep target costing memberikan peluang untuk diterapkan pada jenis perusahaan di luar industri perakitan, misalnya pada perusahaan-perusahaan berorientasi proses atau bahkan pada perusahaan jasa, seperti yang dinyatakan
Cooper dan Chew (Cooper, 1996). Pada perusahaan-perusahaan pemrosesan, di mana karakteristik prosesnya (yaitu waktu, temperatur dan tekanan) akan menentukan kinerja produk yang dihasilkan, fokus target costing bergeser dari produk ke prosesnya. Perusahaan pabrik kertas akan memfokuskan pada biaya-biaya yang berhubungan dengan pengaruh kecepatan dan kerusakan. Masalah-masalah utamanya adalah memahami kebutuhan-kebutuhan pasar, menjamin kinerja keuangan (penurunan biaya-biaya) yang memuaskan pada harga yang diberikan, yang tidak melebihi biaya target. Demikian pula target costing dapat diterapkan pada perusahaan-perusahaan jasa, terutama yang memfokuskan pada sistem pengiriman jasa. Baik pada perusahaan pemrosesan maupun perusahaan jasa, proses tidak bisa dipisahkan dari produk (barang).Perbedaannya
pada
sisi fleksibilitasnya. Pada
perusahaan
kertas
misalnya, akan sangat mahal untuk mengganti mesin sehingga dapat menghasilkan suatu kualitas atau berat yang tidak ditentukan pada awal disain. Pada perusahaan jasa yang padat kerja, lebih fleksibel dan memungkinkan untuk menambah jasa atau pelayanan baru.Pada perusahaan restoran atau hotel, menu mudah untuk ditambah atau dikurangi; pelayanan kamar dapat dengan mudah ditambah.Dalam perusahaan jasa, masalah khusus yang kritis adalah dalam hal waktu tunggu, yaitu pengaruh-pengaruh dari layanan baru, yang menentukan apakah penjualannya dan nilai yang diberikan kepada konsumen yang mau mengganti biaya jasa-jasa itu.Dalam industri-industri jasa seperti pada industri lainnya, target costing dapat membantu perusahaan menahan dorongan untuk menciptakan tawaran-tawaran pasar yang baru.
306
Iyeh Supriatna STUDI ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING DAN KAIZEN COSTING PADA PERUSAHAAN GARMEN
KARAKTERISTIK OPERASI PRODUKSI Perusahaan garmen memiliki beberapa karakteritik yang sama dengan industri perakitan (yang menjadi pelopor penerapan target cosing), yaitu: perubahan terhadap produk sering terjadi karena perubahan mode atau gaya, umur siklus hidup produk yang pendek dan sensitif dalam harga karena persaingan. Ini memungkinkan untuk penerapan metode target costing. Penting untuk mengevaluasi tahap-tahap pemrosesan produksi untuk menentukan fokus kinerja produk dan biaya target. Berbeda dengan industri tekstil hulu (benang dan kain), perusahaan garmen mempunyai karakteristik yang serupa dengan perusahaan perakitan dalam proses produksi, yaitu menggunakan komponenkomponen dan menghasilkan produk untuk konsumen akhir. Oleh karena itu, fokus target costingadalah pada komponen-komponen produk, bukan pada prosesnya. Rantai Nilai Pemahaman rantai nilai berguna untuk melakukan manajemen biaya, melalui analisis aktivitas value added
Pemasok
Pembelian Bahan
Penggudangan Disain dan pola
Praproduksi
Penjahitan
Pemasang kancing dan asesoris
Finishing
Penyetrikaa n
Pengemasa n
Distributor
Gambar 4 : Rantai Nilai Perusahaan Garmen
307
Ekspansi
Akuntansi PROSES TARGET COSTING PADA PERUSAHAAN GARMEN
PROSES TARGET COSTING PADA FASE TINGKATAN PASAR (MARKET LEVEL) Menentukan Harga Jual. Dalam menentukan harga jual, perlu dilakukan penelitian pasar untuk : menentukan urutan kebutuhan atau persyaratan konsumen untuk menyusun
kondisi minimum yang dipersyaratkan, seperti menyangkut fungsi, kelembutan
bahan, ketahanan, dan keindahan. Ini akan dijadikan masukan untuk tahap disain produk. menentukan kisaran harga yang diterima konsumen dan juga harga yang ditawarkan oleh pesaing untuk produk sejenis. Perusahaan perlu sering
melakukan analisis ekonomis untuk menentukan hubungan harga produk dengan dan pangsa pasar dengan harga target pada pangsa pasar yang dijadikan sasaran Untuk harga pasar tekstil dan garmen biasanya sudah tersedia dengan mudah, paling tidak untuk produk standar. Meskipun begitu, akan sangat bermanfaat untuk menganalisis nilai produk yang dirasakan untuk konsumen yang berbeda. Pada akhirnya perusahaan harus menetapkan harga jual lebih rendah atau paling tidak sama dengan harga pasar. Menentukan Laba Target. Laba target yang dikehendaki perusahaan untuk periode ke depan perlu ditetapkan. Penetapan ini bisa mengacu pada tingkat pengembalian atas penjualan (return on sales = ROS) produk garmen periode yang lalu, atau ROS yang umum untuk jenis produk yang sama. Berdasarkan penentuan harga jual berdasarkan konsumen (pasar) dan laba target yang dikehendaki, selanjutnya dihitung biaya yang ditargetkan (target cost) harus dicapai untuk periode yang akan datang. PROSES TARGET COSTING PADA FASE TINGKATAN PRODUK (PRODUCT - LEVEL) Perlu penentuan biaya-biaya yang wajar saat ini untuk menentukan biaya-biaya apa yang seharusnya terjadi untuk produk garmen yang baru yang dikehendaki konsumen. Data biaya untuk perusahaan-perusahaan produksi garmen biasanya tersedia.Data ini sering dihasilkan dari sistem harga pokok standar tradisional, dan tambahan pekerjaan yang harus dilakukan untuk memecah atau menurunkan biaya ke komponen-komponen produk. Biaya hasil penentuan ini akan dibandingkan dengan target biaya untuk menentukan target penurunan biaya yang harus diupayakan.
308
Iyeh Supriatna Perlu menganalisis hubungan antara kebutuhan-kebutuhan konsumen dan kepentingan relatif konsumen dengan fungsi-fungsi produk atau komponen-
komponen produk. Ini akan digunakan untuk disain produk dan rekayasa nilai (value engineering). KAIZEN COSTING SASARAN
Kaizen costing adalah proses penurunan biaya melalui perbaikan-perbaikan yang
terus-menerus dan bertahap selama fase proses produksi. Setelah menetapkan target biaya dan angka target penurunan biaya keseluruhan, selanjutnya disusun sasaran kaizen costing yang merupakan target penurunan biaya secara bertahap atau berangsur-angsur. Target penurunan biaya dan sasaran kaizen ini harus
dikomunikasikan
kepada
seluruh
elemen
di perusahaan
disertai motivasi
pencapaiannya. UPAYA-UPAYA PENURUNAN BIAYA (COST REDUCTION) Upaya-upaya penurunan biaya untuk mencapai biaya target dan sasaran kaizen dilakukan
sejak
tahap
disain
melalui rekayasa
nilai
(value
engineering),
mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai dari rantai nilai, mengurangi pemborosan-pemborosan dan perbaikan-perbaikan proses yang terus menerus. Pada tahap disain perlu ditentukan alternatif disain dan penggunaan alternatif komponen misalnya penggantian penggunaan kancing, resluiting, asesoris, kemasan dan bahan lain yang lebih murah dan hemat, tetapi masih mencapai tingkat fungsionalitas dan kualitas yang diterima. Demikian juga disain proses yang memperpendek waktu proses produksi. Rantai nilai dan aktivitas-aktivitas sepanjang rantai nilai, mulai dari disain sampai pengiriman produk ke pelanggan dan pelayanan pelanggan, perlu dianalisis untuk menentukan mana aktivitas-aktivitas yang tidak menambah yang harus dieliminasi, misalnya perlu dievaluasi apakah aktivitas inspeksi penerimaan bahan diperlukan dan menambah nilai. Untuk perusahaan garmen skala besar mungkin perlu dipertimbangkan penerapan activity based costing untuk mendukung upaya ini. Mengurangi pemborosan-pemborosan.Kemungkinan-kemungkinan pemborosan beserta biaya yang diakibatkannya perlu diidentifikasi dan dicari penyebabnya, untuk
selanjutnya
dilakukan
upaya
mengeliminasi
pemborosan
309
Ekspansi
Akuntansi tersebut.Kemungkinan pemborosan pada usaha produksi garmen bisa terjadi pada beberapa tempat:
Pemborosan pada pengadaan dan penyimpanan bahan baku. Pemborosan bisa terjadi dari biaya komunikasi, transportasi dan administrasi saat pemesanan. Demikian juga pemesanan bahan tidak pada saat yang tepat menimbulkan pemborosan dalam biaya pengangkutan, penyimpanan dan biaya modal yang
tertanam. Semua pemborosan itu harus ditekan dengan perencanaan yang
tepat, dan bila memungkinkan penerapan “just in time”. Pemborosan pada pemakaian bahan dan proses produksi. Pemborosan bisa terjadi karena kesalahan saat pemotongan bahan kain sehingga banyak terjadi bahan sisa, kegagalan penggunaan resluiting, penghamburan bahan kancing
dan asesoris (karena berukuran kecil) dan kegagalan dalam proses penjahitan. Pemborosan
ini
dieliminasi
dengan
mengurangi
kegagalan-kegagalan,
penghamburan dan pengawasan atau pengendalian. Pemborosan pada proses pengemasan. Pemborosan dalam kemasan terjadi karena kegagalan penggunaan kemasan, penghamburan, ukuran kemasan yang tidak efisien. Perbaikan terus-menerus (continuous improvement). Perlu dilakukan perbaikan yang terus-menerus dalam proses produksi dengan mencari alternatif-alternatif proses yang dapat menurunkan biaya untuk mencapai sasaran kaizen costing, misalnya dengan melakukan kajian waktu dan gerak (time and motion study), perubahan layout, mencari alternatif penggunaan bahan, asesoris dan kemasan. Kesimpulan Target costing adalah suatu alat manajemen yang sangat efektif untuk menjamin suatu perusahaan dapat menawarkan produk pada harga yang diterima konsumen dan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan tetapi memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen.
310
Iyeh Supriatna Garmen dan tekstil merupakan produk yang memiliki karakteristik sering berubah karena mode, siklus hidup yang pendek dan sensitif di pasar, sehingga
memungkinkan penerapan target costing. Khusus industri garmen memiliki karakteristik proses produksi yang serupa dengan industri perakitan, penurunan biaya dengan target costing memfokuskan pada biaya-biaya komponen. Upaya penurunan biaya dengan rekayasa nilai (value engineering) produk pada
tahap disain sangat menentukan karena sebagian besar biaya produk ditentukan
dan diantisipasi pada tahap disain. Kaizen costing adalah proses perbaikan yang terus-menerus pada tahap produksi dalam rangka penurunan biaya(cost reduction) yang pada akhirnya berakhir pada meningkatnya laba perusahaan. akan
Penerapan target costing dan usaha-usaha penurunan biaya dengan kaizen costing akan berhasil bila target-target biaya disusun secara valid, transparan dan didukung oleh seluruh elemen organisasi. Usaha-usaha penurunan biaya pada tahap produksi garmen dapat dilakukan dengan
menekan
pemborosan-pemborosan
pada
saat
pengadaan
dan
penyimpanan bahan, proses pemakaian bahan dan penjahitan, dan pada proses pengemasan dan penyerahan produk ke pasar. DAFTAR PUSTAKA Bayau, Mohamed E.. Alan Reinstein, 1997, Formula for Success: Target Costing for Cost-Plus Pricing Companies, Journal of Cost Management (September/October 1997) Blocher, Edward J. Kung H. Chen. Thomas W. Lin, 2000, Manajemen Biaya, Salemba Empat – McGraw Hill Companies, Jakarta Bird, H.M.B., R.E. Albano, W.P. Townsend, _________, Target Costing : Delighting Your Customers While Making a Profit, Creese, Robert C., 2003, Cost Management in Lean Manufacturing Enterprice and the Effects Upon Small and Medium Enterprises, Manufacturing Information Systems, Proceedings of The Fourth SMESME International Conference. Garrison, Ray H. Eric W. Noreen, 2001, Akuntansi Manajerial, Salemba Empat – Irwin McGraw - Hill, Jakarta Hilton, Ronald W.. Michel W. Maher. Frank H. Selto, 2000, Cost Management: Strategies for Business Decissions, Mc Graw-Hill Companies, Inc, USA. Seuring, Stefan, 2001, Greening Products by Supply Chain Target Costing: The Example of Polyester Linings, Proceedings of the Twelfth Annual Conference of the Production and Operatios Management Society POM-2001, March 30 – April 2, 2001, Orlando Fl. Shim, Eunsup, and Ephraim F. Sudit, 1995, “How Manufacturers Price Product”, Management Accounting (February 1995) 311
Ekspansi
Akuntansi
312
Iyeh Supriatna
313