perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
ACCELERATED
TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN KELAS X SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika
Oleh : SRI HARTINI NIM : S.850208023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
ACCELERATED
TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN KELAS X SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI Disusun Oleh : SRI HARTINI NIM : S.850208023 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal : …………………………
Pembimbing I
Pembimbing II
( Drs. Tri Atmojo K, M.Sc,Ph.D)
( Drs. Suyono, M.Si )
NIP. 131791750
NIP. 130529726 Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
( Dr. Mardiyana, M.Si ) NIP. 132046017 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
ACCELERATED
TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN KELAS X SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI Disusun Oleh : SRI HARTINI NIM : S.850208023 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal : ………………………… Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Mardiyana, M.Si
………………………
Sekretaris
: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc
………………………
Anggota Penguji
: 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ……………………… 2. Drs. Suyono, M..Si
……………………… Surakarta,
2009
Mengetahui Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 131472192
Dr. Mardiyana, M.Si commit to user iii
NIP.132046017
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
●
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
● “Kunci kesuksesan adalah disiplin dan menghargai waktu yang merupakan perpaduan antara usaha dan do’a, selagi ada usaha pasti ada jalan”. ● “Keberhasilan masa depan anda terletak pada tekad dan keberanian anda dalam perjuangan hidup”.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, karunia, kemudahan dan hidayahNya sehingga penyusunan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan Tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, saran, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp KJ (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Mardiyana, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan saran serta bantuan dalam memecahkan masalah dalam rangka penyusunan Tesis ini. 5. Drs. Suyono, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan saran serta bantuan dalam memecahkan masalah dalam rangka penyusunan Tesis ini.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.. 7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga di Boyolali yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di lingkup Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Boyolali. 8. Kepala Sekolah SMA Negeri Teras, SMA Negeri Simo, SMA Negeri Banyudono dan SMA Negeri Ngemplak Boyolali yang telah memberikan kesempatan dan membantu hingga terlaksananya penelitian ini. 9. Khaerul Anwar, S.Pd dan Sulasno S.Pd, yang telah membantu dan menjadi validator instrument uji coba angket dan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini. 10. Suamiku Rohman Widodo dan anak-anakku Dhzofirotul Milla dan Nidaul Fauzna Rahman, yang selalu memberikan dorongan, bantuan dan pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. 11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008/2009 Program Studi pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan motivasi, dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan di nilai sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala. Amin. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Demikian Tesis ini disusun, semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan sedikit masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta, Penulis
commit to user vii
Juni 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ......................................................
iii
PERNYATAAN.... ....................................................................................
iv
PERSEMBAHAN . ....................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
DAFTAR ISI ........ ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
ABSTRAK ............ ....................................................................................
xiv
ABSTRACT .......... ....................................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
8
D. Perumusan Masalah ................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
10
F. Manfaat Penelitian ..................................................................
11
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori ............................................................................ commit to user viii
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Prestasi Belajar Matematika.................................................
12
a. Pengertian Prestasi ........................................................
12
b. Pengertian Belajar .........................................................
13
c. Pengertian Prestasi Belajar ............................................
14
d. Pembelajaran Matematika .............................................
14
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ........................
17
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .....
18
2. Model pembelajaran ...........................................................
22
a. Pengertian Model Pembelajaran .....................................
22
b. Model Accelerated Teaching .........................................
23
1).Pengertian dan Karakteristik Model Accelerated Teaching ......................................................................
23
2). Prinsip-prinsip Belajar Cepat .....................................
25
3). Strategi Cara Belajar Cepat........................................
27
c. Setting Cooperative Learning .............................................
31
1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................
33
2). Prosedur pembelajaran Kooperatif ...............................
35
3). Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
36
d. Penerapan Model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning .........................................................
37
e. Penerapan Model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperaive Learning .......................................................... commit to user ix
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Respon Siswa Pada pembelajaran ........................................
41
B. Penelitian Yang relevan.............................................................
42
C. Kerangka Berpikir .....................................................................
43
D. Hipotesis ...................................................................................
44
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..........................................................................
46
1. Rancangan Penelitian ...........................................................
47
2. Prosedur penelitian ...............................................................
49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
49
1. Tempat Penelitian ................................................................
49
2. Waktu Penelitian ..................................................................
50
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................
50
1. Populasi ................................................................................
50
2. Sampel ..................................................................................
51
3. Teknik Pengambilan Sampel................................................
51
D. Variabel Penelitian ....................................................................
54
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
56
1. Metode Dokumentasi ...........................................................
56
2. Metode Angket .....................................................................
56
3. Metode Tes ...........................................................................
57
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
57
to user 1. Penyusunan Instrumencommit Penelitian ........................................
57
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Coba Instrumen ..............................................................
58
G. Teknik Analisa Data ..................................................................
63
1. Uji Keseimbangan ................................................................
64
2. Uji Prasyarat .........................................................................
65
3. Pengujian Hipotesis..............................................................
68
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instruyen ...........................................................
78
B. Deskripsi Data ...........................................................................
83
1. Data Prestasi Relajar Trigonometri ......................................
83
2. Data Respon Siswa Pada Pembelajaran ...............................
84
C. Hasil Analisa Data .....................................................................
86
1. Uji Prasyarat Analisis...........................................................
86
2. Uji Keseimbangan ................................................................
89
3. Hasil Pengujian Hipótesis ....................................................
89
a. Hasil Uji Hipótesis ...........................................................
89
b. Hasil Uji Komparasi Ganda .............................................
91
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
93
BAB V.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................
99
B. Implikasi ................................................................................... 100 1. Implikasi Teoritis ................................................................. 100 2. Implikasi Praktis .................................................................. 102 C. Saran
commit to user ................................................................................... 102 xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kepada Guru Mata Pelajaran Matemática ........................... 102 2. Lepada Siswa ....................................................................... 103 3. Lepada Kepala Sekolah ........................................................ 103 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 104 LAMPIRAN
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Silabus ............................................................................. 106
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................... 107
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa ........................................................ 121
Lampiran 4
Jawaban Lembar Kerja Siswa ......................................... 143
Lampiran 5
Kisi-kisi Draft Angket Respon Siswa ............................. 152
Lampiran 6
Draft Angket Respon Siswa ............................................ 153
Lampiran 7
Lembar Jawab Angket .................................................... 157
Lampiran 8
Lembar Validasi Instrumen Angket Respon Siswa ........ 158
Lampiran 9
Uji Validitas, Reliabilitas Angket Respon Siswa............ 162
Lampiran 10
Kisi-kisi Angket Respon Siswa....................................... 166
Lampiran 11
Angket Respon Siswa Pada Pembelajaran ...................... 167
Lampiran 12
Kisi-kisi Draft Instrumen Soal Uji Coba......................... 171
Lampiran 13
Draft Instrumen Soal Uji Coba ....................................... 172
Lampiran 14
Lembar Jawab Tes Prestasi ............................................. 175
Lampiran 15
Lembar Validasi Instruyen Tes Prestasi.......................... 176
Lampiran 16
Indeks Reliabilitas Uji Coba Tes Prestasi ....................... 178
Lampiran 17
Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran.......... 182
Lampiran 18
Kisi-kisi Instruyen Soal Uji Coba ................................... 186
Lampiran 19
Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................ 187
Lampiran 20
Data Induk Penelitian ...................................................... 190
Lampiran 21
to user Uji Keseimbangancommit ........................................................... 194 xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22a
Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ......... 198
Lampiran 22b
Uji Normalitas Prestasi Relajar Kelas control ................ 202
Lampiran 22c1 Uji Normalitas Kelompok Respon Tinggi ...................... 206 Lampiran 22c2 Uji Normalitas Kelompok Respon Sedang ..................... 209 Lampiran 22c3 Uji Normalitas Kelompok Respon Rendah ..................... 212 Lampiran 22d1 Uji Homogenitas Metode Pembelajaran ......................... 215 Lampiran 22d2 Uji Homogenitas Respon Belajar Siswa ......................... 220 Lampiran 23
Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama........ 224
Lampiran 24
Metode Scheffe Analisis Variansi Dua Jalan .................. 230
Ijin Penelitian
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sri Hartini. S. 850208023. Efektivitas Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Respon Siswa Pada pembelajaran Kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali. Tesis. Surakarta. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2009. Masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning akan memberikan prestasi belajar siswa lebih baik pada materi pokok Trigonometri dari pada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning?. (2) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon sedang atau rendah dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai respon sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon rendah pada materi pokok Trigonometri?, (3) apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar? Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2 x 3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Banyak anggota sampel pada penelitian ini adalah 227 siswa, 112 siswa untuk kelas eksperimen diambil dari (1 kelas SMA Negeri Teras, 1 kelas SMA Negeri Simo dan 1 kelas SMA Negeri Banyudono ) dan 115 siswa untuk kelas control diambil dari (1 kelas SMA Negeri Teras, 1 kelas SMA Negeri Simo dan 1 kelas SMA Negeri Banyudono ). Teknik untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket, metode tes dan metode dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah tes pilihan ganda. Untuk menguji validitas instrumen dilakukan oleh pakar atau validator, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kruder-Richardson - 20. Dari masingmasing soal obyektif sebanyak 30 butir soal yang digunakan 25 butir, sebab yang 5 butir tidak valid. Hasil uji reliabilitas ( = 0,837 ). Prasyarat analisis menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji homogenitas menggunakan uji Bartlet. Dengan taraf signifikan = 5 % disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari perhitungan uji homogenitas disimpulkan bahwa penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi homogen. Teknik analsis data pada penelitian ini adalah variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikan = 5 %, menunjukkan (1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning terhadap prestasi belajar materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA negeri Kabupaten Boyolali ( = 16,7138 > 3,84 = , (2) , ; ; ada pengaruh respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali ( = 5,5380 > 3,00 = commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
) dan (3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan respon siswa pada pembelajaran materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten = 0,67768 < 3,00 = , ; ; ). Boyolali ( Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik pada materi pokok Trigonometri dari pada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning, (2) Respon siswa pada pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Trigonometri kelas X tahun pelajaran 2008/2009. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai respon sedang, prestasi belajar siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon rendah dan prestasi siswa yang mempunyai respon sedang sama dengan siswa yang mempunyai respon rendah, (3) pada model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning prestasi belajar siswa lebih baik daripada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning baik secara umum maupun ditinjau dari tingkat respon siswa pada pembelajaran. ,
; ;
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sri Hartini . S. 850208023. The Effectiveness of Accelerated Teaching Learning Model by setting Cooperative Learning Viewed From The Students’ Learning Response of Grade X SMA Negeri in Boyolali Regency. Thesis. Surakarta. Mathematics Education Program Study of Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2009. The objective of research is to find out (1) whether the Accelerated Teaching model by setting Cooperative Learning Approach will provide the better students, learning achievement than the Accelerated Teaching model without Cooperative Learning one in the subject matter of Trygonometry?, (2) Whether or not the mathemamics learning achievement of students having high response is better than those of the students having medium or low respons, and whether or not the mathematic learning achievement of students having medium respons is better than those of the students having low respons?, (3) Whether or not there is an interaction between the use of learning approach and the students’ learning response on the learning achievement? This study was categorized into a quasi experimental research with 2 x 3 factorial design. The population of research was grade X students of SMA Negeri in Boyolali. The sampling technique used was cluster random sampling. The sample consisted of 227 students: 112 students for the experiment class were taken from ( 1 class of SMA Negeri Teras, 1 class of SMA Negeri Simo and 1 class SMA Negeri Banyudono ) and 115 students for the control class were taken from (1 class of SMA Negeri Teras, 1 class of SMA Negeri Simo and 1 class SMA Negeri Banyudono ). Technique of collecting data used in the study are questionnaire, test and documentation methods. The instrument used to find out the students’ learning achievement was multiple choice test. For testing the data validity, of instrument was used by the practitioner or validator, meanwhile in order to find out the test reliability used the Kruder-Richardson 20 formula was used. From 30 objective items, only 25 items were used because other five items were not valid. The result of reliability ( = 0.837 ). The analysis prerequisites employed Lilliefors test for the normality test and Bartlet test for homogeneity test. At the significance level = 5 %, it can be concluded that the sample deriving from the population is distributed normally. From the homogeneity calculation, it can be concluded that the research derives from the homogenous-distributed population. Technique of analyzing data of this study was two-way variance analysis with different cells. The result of two-way analysis at significance level = 5 %, shows that (1) there is an effect of usage Accelerated Teaching Model by setting Cooperative Learning on the students’ learning achievement of grade X of SMA Negeri in Boyolali in the subject matter of Trygonometry ( = 16.7138 > 3.84 ), (2) there is an effect of students’ respons to the students learning = . ; ; commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
achievement of grade X of SMA Negeri in Boyolali in the subject matter of Trygonometry ( = 5.5380 > 3.00 = ), and (3) thereis no interaction . ; ; between the learning approach and the students learning response on the students’ learning achievement of grade X of SMA Negeri in Boyolali in the subject matter of Trygonometry ( = 0.67768 < 3.00 = . ; ; ). The conclusions of research are ; (1) the Accelerated Teaching Learning Model by setting Cooperative learning results in the students’ learning achievement better than the Accelerated Teaching without setting Cooperative Learning, (2) the students learning response has an effect on the students’ mathematics learning achievement in the subject matter of Trygonometry in the grade X in school years of 2008/2009. The mathematics learning achievement of students having high response is as high as those of students having medium response, the mathematics learning achievement of students having high response is higher than those of students having low response; and the mathematics learning achievement of students having medium response equals to those of students having low response, (3) In the Accelerated Teaching by setting Cooperative Learning approach, the students’ learning achievement is better than that in the Accelerated Teaching without setting Cooperative learning approach in general or viewed from the students’ learning approach in general or viewed from the students’ learning response level.
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan termasuk didalamnya bidang pendidikan. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam konteks peningkatan kualitas sumber daya manusia ini kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan, dan secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Keberhasilan pada saat ini akan tergantung terutama pada sejauh mana kita dan anak-anak kita dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian, yang saling berhubungan satu sama lain (Rose dan Nicholl, 2003:11). Kecepatan dunia berubah menuntut dan mensyaratkan kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang sesuai untuk menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan masalah secara kreatif. Prioritas utama bagi lembaga pendidikan adalah mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berpikir. Dengan demikian, para siswa harus dapat mengembangkan keterampilan dasar mereka dan sekaligus belajar mengembangkan ketrampilan berpikir kreatif dan kritis. Dengan kata lain,
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
kita membutuhkan perubahan, baik dalam apa yang dipelajari dan dalam cara bagaimana ia dipelajari. Menurut Colin Rose dan Nicholl, belajar bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban, belajar juga tidak hanya diukur dengan nilai ujian saja, akan tetapi belajar adalah petualangan seumur hidup. Belajar harus dimulai sedini mungkin dan terus berlangsung seumur hidupnya, serta mengimplementasikan apa yang dipelajari. Seseorang akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan ketika orang tersebut mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan yang paling kuat. Hal tersebut disebabkan karena sebagian orang mungkin kurang mampu dalam suatu jenis kecerdasan. Akan tetapi karena gabungan dan paduan ketrampilan khusus yang dimilikinya, dia mungkin mampu mengisi dengan baik beberapa kekurangannya secara baik. Tapi umumnya semakin baik seseorang mengembangkan kecerdasannya yang lain, maka akan semakin luwes orang tersebut memenuhi tantangan dalam kehidupan yang luas aspeknya. Pentingnya ilmu matematika tidak lepas dari perannya dalam kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep dan prinsip matematika banyak digunakan dan diperlukan, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. Dalam pendidikan selalu dituntut adanya suatu perbaikan atau pembaharuan yang bersifat terus menerus yang bertujuan
untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan.
Karena
pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas , damai , terbuka dan demokratis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Untuk meningkatkan respon siswa dalam mempelajari matematika, para guru matematika diharapkan dapat memperkenalkan materi matematika dengan lebih menarik dan bersahabat. Oleh karena itu guru harus mampu berinovasi dan berkreativitas dalam mengembangkan metode mengajarnya. Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya . Suatu metode pembelajaran mempunyai spesifikasi tersendiri, artinya metode yang cocok untuk suatu materi tertentu belum tentu cocok digunakan pada materi yang lain. Metode pembelajaran yang diterapkan tidak hanya mampu secara materi saja, tetapi diharapkan juga dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin. Metode mengajar yang bervariasi diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Yaitu dengan cara menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Sehingga metode mengajar yang bervariasi dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Berdasarkan observasi, khususnya pada mata pelajaran matematika dijumpai sebagian besar siswa memiliki pamahaman konsep matematika yang rendah dan banyak siswa yang masih beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, membosankan dan banyak rumus. Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat yang siap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
pakai, Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep, sifat maupun teori serta cara penggunaannya. Pembelajaran menjadi terpusat pada guru, siswa kurang dapat mengembangkan dan mengekpresikan potensi diri. Akibat yang terjadi siswa seringkali hanya menghapal rumus, bahkan tak jarang siswa juga menghapal cara penyelesaian pada setiap soal. Siswa kurang mampu menganalisis setiap permasalahan secara cermat, mencari hubungan antar kalimat untuk kemudian menyelesaikan masalah dengan baik Berkaitan dengan masih rendahnya prestasi belajar matematika sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang kurang tepat. bahwa strategi belajar mengajar yang baik adalah yang dapat menjamin tercapainya tujuan pengajaran secara efektif, efisien dan ekonomis dan yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa baik secara intelektual maupun fisik. Berkaitan dengan uraian di atas, maka perlu dipikirkan strategi atau cara penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang membuat siswa terlibat aktif dan merasa senang dalam belajar matematika. Sebagai
guru
matematika
hendaknya
dapat
menerapkan
strategi
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif, baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Model Accelerated Teaching sepertinya cocok untuk pembelajaraan yang seperti itu. Model Accelerated Teaching merupakan pembelajaran yang membuat siswa termotivasi, membuat belajar lebih bermakna dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan siswa terlibat langsung baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran serta menciptakan interaksi yang saling asah, asih,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
asuh sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Accelerated Teaching tidak hanya memfokuskan pada apa yang dipelajari siswa, tetapi mengajarkan siswa bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berfikir. Metode belajar dalam Accelerated Teaching mengakui bahwa masingmasing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknikteknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang alamiah bagi diri sendiri. Sebab yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat. Pada saat ini ada beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada pandangan konstruksivistik yang berkembang, antara lain cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Pembelajaran Kooperatif merupakan metode belajar yang mana siswa bekerja dalam suatu tim ( kelompok kecil ) yang saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan. ( Robert E.Slavin, 2008:4). Pada metode pembelajaran kooperatif yang didalamnya mengandung saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dalam memecahkan masalah serta mampu membangun hubungan interpersonal dan memungkinkan materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. siswa. (http:///www.edubenchmark.com)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Sesuai dengan berkembangnya pandangan konstruksivistik, akan lebih baik jika model Accelerated Teaching diterapkan dengan setting Cooperative Learning. Penerapan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning
diharapkan memberikan pembelajaran yang lebih bermakna, lebih
menyenangkan, dapat membangun rasa percaya diri dan siswa diharapkan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya materi pokok Trigonometri, di samping menggunakan model pembelajaran yang tepat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor luar yang meliputi lingkungan ( alam dan sosial ) dan instrumen ( kurikulum, guru, sarana dan administrasi ), dan faktor dalam yang meliputi fisik ( kondisi fisik dan panca indra ) dan psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif). Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan penggerak tingkah laku dan salah satu unsur yang menumbuhkan motivasi adalah sejauh mana merespon suatu proses kegiatan. Menurut Suyono (dalam Hasratuddin, 2002 : 1) mengatakan bahwa bila dilihat dari faktor pembelajaran, kelemahan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru di sekolah adalah (1) rendahnya kemampuan guru menggunakan metode pembelajaran atau strategi pembelajaran yang bervariasi, (2) kemampuan mengajar guru hanya sebatas menjawab soal-soal tanpa memahami konsep materi yang diajarkan, (3) guru enggan merubah metode mengajar yang terlanjur dianggap benar dan efektif, dan (4) guru hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
menggunakan metode pembelajaran konvensional tanpa memperhatikan aspek berpikir siswa. Respon dapat diartikan sebagai tanggapan seseorang terhadap pengaruh atau reaksi dari luar sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku. Respon siswa terhadap proses pembelajaran merupakan tanggapan siswa selama mengikuti proses pembelajaran, sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa dapat diungkapkan ke dalam bentuk pernyataan dari siswa tersebut. Dalam pembelajaran dengan metode Accelerated Teaching siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akan banyak dihadapkan komponen-komponen pembelajaran, sehingga sangat dimungkinkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh respon siswa terhadap proses pembelajaran. Mengingat pentingnya prestasi belajar
matematika bagi siswa dalam
proses belajar selanjutnya maka masalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa, dan respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang cenderung negatif perlu diupayakan pemecahannya Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya kajian tentang penerapan Model Accelerated Teaching di sekolah-sekolah lain di Boyolali dan sebagai alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran matematika di SMA. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Untuk itu penulis mencoba menerapkan dan mengkajinya dengan mengadakan penelitian tentang “Efektivitas
Model
Pembelajaran
Accelerated
Teaching
dengan Setting
Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Respon Siswa Pada Pembelajaran Kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di muka tentang hasil belajar matematika
menggunakan model Accelerated Teaching yang ditinjau dari
respon belajar siswa dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika cenderung terpola berpusat pada guru dengan pembelajaran konvensional. Ada kemungkinan metode pembelajaran tersebut merupakan penyebab rendahnya prestasi belajar matematika dan respon siswa terhadap pembelajaran yang cenderung rendah. Terkait dengan ini, dapat diteliti: apakah jika model pembelajaran guru diubah maka prestasi belajar matematika dan respon siswa terhadap pembelajaran menjadi lebih baik 2. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa ada kemungkinan disebabkan dalam pembelajaran matematika tidak ada keinginan siswa untuk terlibat secara aktif. Apakah dengan pemilihan model pembelajaran yang tidak hanya memfokuskan pada apa yang dipelajari siswa, tetapi mengajarkan siswa bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berpikir dapat meningkatkan prestasi belajar matematika 3. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan kurangnya rsepon siswa pada pembelajaran matematika
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar Belakang Masalah dan Identifikasi Masalah, masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah Efektivitas Model Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Accelerated Teaching dengan Setting Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Respon Siswa Pada Pembelajaran. Agar penelitian dapat dicapai tujuan dan arah yang jelas perlu beberapa batasan sebagai berikut : 1. Cara penyajian materi yang digunakan adalah model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
yaitu
pembelajaran dengan model yang didalamnya terdapat unsur-unsur koordinasi ke dalam kelompok belajar, saling ketergantungan positip, diskusi kelompok, presentasi kelompok, tanggung jawab perseorangan dan evaluasi, dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen. 2. Prestasi belajar matematika diartikan sebaga hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran matematika. 3. Respon Siswa pada pembelajaran yang dimaksud adalah tanggapan siswa terhadap serangkaian proses selama kegiatan belajar mengajar. 4. Penelitian dilaksanakan terhadap siswa kelas X yang mempunyai respon tinggi, sedang dan rendah di SMA Negeri Boyolali tahun ajaran 2008/2009. D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dari pada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning pada materi pokok Trigonometri 2. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon sedang, dan apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon rendah pada materi pokok Trigonometri? 3. Apakah perbedaan prestasi belajar matematika dengan menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan dengan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning konsisten pada tiap-tiap kategori respon siswa dan apakah perbedaan prestasi belajar matematika antara tiap-tiap kategorirespon siswa konsisten pada pembelajaran menggunakan Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan dengan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di muka, maka tujuan yang hendak dcapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah cara penyajian materi dengan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dalam pembelajaran akan memberikan prestasi yang lebih baik pada materi pokok Trigonometri daripada cara penyajian materi dengan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2. Untuk mengetahui
apakah prestasi balajar matematika siswa yang
mempunyai respon tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai respon sedang dan siswa yang mempunyai respon sedang mempunyai prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai respon rendah dalam mempelajari materi pokok Trigonometri. 3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi belajar matematika dengan model
pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning konsisten pada tiap-tiap kategori respon siswa dan apakah perbedaan prestasi belajar matematika antara tiap-tiap
kategori
respon
siswa
konsisten
pada
pembelajaran
menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning ? F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Memberi masukan kepada guru atau calon guru matematika dalam menentukan model pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 2. Bagi peneliti, sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan tentang ilmu yang ditekuni. 3. Memberikan sumbangan pemikiran khususnya kepada para guru matematika untuk bahan penelitian yang relevan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
BAB II KAJIAN TEORI , KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka berpikir serta pengujian hipotesis. Tinjauan pustaka adalah hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian.Kajian teori yang akan dibahas adalah teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kerangka berpikir adalah konsep dasar untuk menjawab permasalahan yang diangkat dari tinjauan pustaka dan kajian teori.
A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi Istilah
prestasi
biasanya
muncul
setelah
diberlakukan
suatu
pengukuran atau penilaian atau sering dikatakan sebagai evaluasi. Dengan kata lain hasil pengukuran atau penilaian yang dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek yang melingkupinya disebut prestasi. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2001:895) prestasi adalah hasil yang dicapai atau dilakukan atau dikerjakan, jadi prestasi merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilakukan usaha yang sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan usaha tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2003 : 159) prestasi adalah hasil yang merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah usaha yang telah dilakukan dengan kemampuan dan ketrampilan sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan usahanya.
b. Pengertian belajar Pengertian belajar menurut beberapa ahli pendidikan memang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena adanya sudut pandang yang berbeda, akan tetapi perbedaan itu bukan merupakan suatu hal yang prinsip. Slameto (1995:2) menyatakan bahwa ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dar pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Winkel ( 2004 : 58) belajar adalah suatu aktifitas mental yang dilakukan seseorang, yang tidak dapat dilihat dari luar. Seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui apa yang terjadi dalam diri seseorang tersebut hanya dengan mengamatinya. Menurut Oemar Hamalik (1986:60),”pengertian belajar (learning)
dalam konteks ilmu pendidikan
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan”. Dari pengertian di atas dapat dikemukakan tentang pengertian belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri seseorang yang ditandai perubahan tingkah laku pada individu untuk mendapatkan kemampuan baru yang diperoleh melalui usaha yang tidak dapat dilihat dari luar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
c. Pengertian Prestasi Belajar Dari prestasi belajar yang dicapai seeorang akan nampak keseluruhan kepribadiannya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan polapola kepribadian tertentu sesuai dengan yang telah ditetapkan, sebaliknya siswa yang tidak berhasil dalam belajar akan menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Sutratinah Tirtonegoro (1984:43) mengemukakan, ”Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang. Lebih lanjut Sutratinah Tirtonegoro (1984:43) mengatakan bahwa, ”Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar, yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak dalam periode tertentu:. Dari pengertian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.
d. Pembelajaran Matematika Menurut kamus besar bahasa indonesia (20014:723) dikemukakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau pemecahan masalah ( Depdiknas , 2002:8 ). Menurut wikipedia Indonesia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/matematika yaitu ”Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang; secara informal dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka. Menurut Margono (1996:29) Matematika adalah ilmu pengetahuan yang berisfat rasional yang kebenarannya tidak tergantung pembuktian secara empiris tetapi secara deduktif. Herman Hudoyo (1990:4) mengatakan bahwa hakikat matematika adalah ide, struktur dan hubungan yang diatur menurut urutan logis dan suatu obyek langsung yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan ketrampilan. Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang memfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan sacara praktis dimaksudkan menerapkan pada bidang-bidang lain. Soedjadi ( 2000) mengemukakan menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan setapak demi setapak dan berkesinambungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan, dan berkesinambungan berdasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Menurut Herman Hudoyo ( 1990 : 6 ) menyatakan bahwa seseorang dikatakan belajar matematika apabila pada diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu konsep menjadi tahu konsep, dan mampu menggunakannya dalam mempelajari materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar materi matematika bukan hanya pengenalan yang dicapai, tetapi juga perlu pemahaman terhadap materi tersebut. Dari pendapat di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang berkaitan dengan bilangan, ide, struktur, fakta dan konsep dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan materi pelajaran agar dapat mencapai tujuan tertentu. Dalam Standar Nasonal Kompetensi 2006, tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah. 5. Memiliki
sikap
menghargai
kegunaan
matematika
dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ngin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika. Serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Depdiknas, 2006:2). Dalam
proses
pembelajaran,
guru
juga
harus
memiliki
keterampilan dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada cara belajar yang aktif dan dipandang lebih efektif sehingga pengetahuan matematika dapat dikuasai siswa dengan baik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah Model Accelerated Teaching .
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar seseorang dapat diukur dari keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Dalam pendidikan sekolah tujuan belajar telah ditentukan oleh guru dengan berpedoman pada GBPP yang ada. Dengan demikian prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang dimiliki seseorang dalam mencapai tujuan belajar matematika dalam selang waktu tertentu setelah orang tersebut melakukan kegiatan belajar matematika. Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran diperlukan alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan di sekolah biasanya berupa tes. Tes yang biasa digunakan berupa tes obyektif maupun tes essai.
commit to user
Pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar matematika adalah nilai yang dicapai dari hasil tes prestasi belajar setelah mengikuti proses pembelajaran, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada kompetensi dasar Trigonometri.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar sangat penting dalam rangka membantu siswa untuk dapat mencapai prestasi belajar yang sebaikbaiknya. Supaya belajar dapat berhasil, yaitu mencapai perubahan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan, maka proses belajar mengajar harus terjadi dengan baik. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar hendaknya diperhatikan. Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempunyai potensi berpengaruh terhadap proses belajar mengajar meliputi : a. Faktor Internal. b. Faktor Eksternal. Secara terperinci kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi: 1. Faktor Jasmaniah a) Kesehatan. Kesehatan adalah faktor penting di dalam belajar, sebab dengan kesehatan yang prima akan menjaga konsentrasi belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
b) Cacat tubuh. Cacat tubuh dapat juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi belajar. 2. Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah. Termasuk dalam faktor ini adalah: i) Intelegensi atau kecerdasan yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa. Intelgensi yang tinggi memungkinkan siswa mendapat perstasi belajar yang tinggi dan intelgensi yang sedang atau rendah juga memungkinkan siswa mendapat prestasi belajar yang sedang atau rendah. ii) Perhatian yang datang dari diri sendiri terhadap pelajaran maupun perhatian dari
orang lain dalam belajar juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. iii) Minat atau keinginan atau ketertarikan pada bahan pelajaran bisa menjadi penyebab keberhasilan belajar. iv) Bakat . Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah”the capacity to learn. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Dapat juga diartikan bakat sebagai bentuk-bentuk kecakapan khusus yang dimiliki seseorang. Kecakapan khusus ini umumnya berasal dari pembawaan atau hereditas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
v) Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai karena dapat menjadi daya dorong/daya gerak untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. vi) Kematangan adalah suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. vii) Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness Toerspond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. 3. Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan mejadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah dan kelelahan rohani. b. Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi: 1. Faktor lingkungan keluarga yang terdiri dari: a) Cara Orang tua Mendidik. Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orangtua dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan pendidikan dan perhatian yangcukup agar siswa mendapat prestasi yang baik. Sebaiknya orangtua yangtidak mengindahkan pendidikan anaknya, acuh tak acuh atau bahkan tidak memperhatikan sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
sekali, tentu berakibat anak tidak akan berhasil dalam belajarnya. Di lain pihak, orangtua yang
memanjakan anak-anaknya juga bisa menjadi
penyebab rendahnya prestasi belajar anaknya. Anak yang terlalu dimanjakan menjadi sukar untuk diarahkan, hanya semuanya sendiri. b) Faktor suasana rumah yang tidak kondusif, yaitu terlalu gaduh atau terlalu ramai bisa menghemat konsentrasi belajar yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar. c) Faktor ekonomi keluarga juga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak yang berasal dari tidak mampu tidak dapat membeli alatalat sekolah dengan lengkap, dan sebagai akibatnya anak tidak dapat meraih prestasinya secara optimal. 2. Faktor Lingkungan Sekolah. Lingkungan sekolah kadang-kadang juga menjadi penyebab rendahnya prestasi hasil belajar anak. Termasuk dalam faktor ini adalah: a) Metode mengajar atau cara penyajian pelajaran yang kurang baik dari guru, misalnya guru kurang persiapan atau kurang menguasai materi pelajaran. b) Hubungan guru dengan murid yang kurang baik, berakibat guru kurang disenangi murid sehingga murid tidak secara optimal dalam mengikuti pembelajaran. c) Hubungan antar siswa yang tidak menyenangkan, misalnya seorang siswa yang dikucilkan/diasingkan temannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
d) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran normal kemampuan anak. e) Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak lengkap. f) Jam-jam pelajaran yang kurang baik, misalnya sekolah yang masuk siang dengan udara yang panas mempunyai pengaruh yang melelahkan. 3. Faktor Lingkungan Masyarakat. Beberapa hal yang termasuk dalm faktor lingkungan masyarakat yang juga dapat meningkatkan kemajuan belajar antara lain: a) Teman bergaul yang tepat akan memberikan pengaruh pada prestasi belajar yang baik. b) Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang mendidik dapat menambah wawsan atau pengetahuan anak sehingga menyebabkan prestasi belajar yang meningkat
2. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran. Dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Srategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk megimplementasikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran. ( Wina Sanjaya; 2006 : 126 ) Istilah model pembelajaran berbeda dengan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru. Menurut Wina Sanjaya (2006) menyebutkan bahwa istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau model tertentu yaitu : -
Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
-
Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil
-
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai. (http://smacepiring,wordpress.com)
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan, antara lain : Model penemuan terbimbing, Model pemecahan masalah, Model pembelajaran kooperatif, pembelajaran Kontekstual, Model Accelerated Teaching dan Model pengajaran Langsung. Dalam penelitian ini yang akan diuraikan adalah model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
b. Model Accelerated Teaching 1. Pengertian dan Karakteristik Model Accelerated Teaching Dalam bidang pendidikan, paradigma belajar sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting, diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat cepat, adalah penting untuk mengikuti laju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
perubahan dunia yang demikian.Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Konsep belajar dan pembelajaran nampaknya harus pula berubah. Orientasi pendidikan tidak hanya tertuju pada upaya mengembangkan kemampuan berpikir, tetapi lebih dari itu
juga mencetak manusia yang mampu berbuat dan selalu berusaha
meningkatkan kualitas kehidupannya. Meskipun kesadaran tentang pentingnya perubahan dalam orientasi belajar ini sudah semakin meluas, tetapi harus dipahami pula bahwa aktivitas belajar setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Kadang-kadang aktivitas itu dapat berjalan dengan lancar, dan kadang-kadang lambat. Ketika belajar, seseorang terkadang mengalami situasi yang disebut ”jenuh belajar”. Kejenuhan belajar dapat melanda siapapun yang kehilangan semangat dan motivasi belajar. Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan cara belajar yang lebih cepat yang dikenal dengan konsep ”Accelerated Teaching” Tehnik belajar baru ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar lebih cepat dari sebelumnya Melalui penerapan Accelerated Teaching di kelas, anak-anak walau memiliki kemampuan kurang tampak seperti benih yang hendak tumbuh. http://uin-suka info/e jurnal/index-php.com
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Model Accelerated Teaching adalah suatu model mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara alamiah dengan menggunakan teknikteknik belajar yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka akan merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, efektif, dan cepat . Dalam model pembelajaran ini,
guru harus merancang berbagai aktivitas yang dapat
menggabungkan berbagai jenis gaya belajar siswa. Untuk menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru antara lain: a. Menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks). Lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi. b. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Melihat manfaat dan pentingnya subyek pelajaran c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Pada umumnya belajar dilakukan ketika bersama dengan orang lain, ketika ada dorongan semangat dan dukungan antusias d. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan (Rose dan Nicholl, 2003:93) 2. Prinsip-Prinsip Belajar Cepat Percepatan belajar adalah sebuah konsep pembelajaran yang berupaya untuk mengoptimalkan proses internal dalam diri siswa ketika sedang belajar, sehingga terjadi perolehan pengetahuan baru. Upaya percepatan belajar yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dikenal dengan Accelerated Teaching dalam penerapannya didasarkan pada prinsip-prinsip berikut : 1. Belajar bagaimana belajar dan belajar bagaimana berpikir Belajar bagaimana belajar menjadi begitu penting, karena ketika seseorang mempelajari cara belajar, kepercayaan dan
keyakinan dirinya akan
meningkat. Belajar bagaimana belajar berarti mempelajari cara otak bekerja, cara menyimpan informasi, mengambilnya, menghubungkannya dengan konsep lain, dan mencari pengetahuan baru dengan cepat kapanpun memerlukannya.(Gordon Dryden & Dr. Jeannete Vos : 1999:99) 2. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri. Menjadikan proses belajar menjadi sangat menyenangkan adalah sangat penting. Karena belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar. Untuk mencapai tujuan belajar dengan mudah, maka lingkungan kelas harus ditata sedemikian rupa menjadi lingkungan yang kondusif, yang dapat mempengaruhi siswa secara positip dalam belajar. Lingkungan belajar yang kondusif dapat menumbuhkan motivasi anak dalam belajar, penyajian materi dapat disampaikan dengan penuh makna serta memberi kesan tersendiri kepada siswa. 3. Orang tua dan masyarakat harus terlibat dalam pendidikan anak Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga. ( Raymond J. Wlodkowski ). Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl berpendapat tentang pentingnya peranan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan anak-anak. Orang tua harus dilibatkan secara penuh dalam pendidikan anak-anak. Oleh karena itu rumah menjadi lembaga pendidikan terpenting dan orang tualah yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama. 4. Sekolah harus menjadi ajang persiapan yang sebenarnya bagi kehidupan dunia nyata. Menurut Nasution, dalam Accelerated Learning, sekolah memegang peranan penting untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi kehidupan yang akan dijalani. Masa-masa sekolah harus mempersiapkan para siswa untuk tantangan-tantangan yang pasti akan mereka hadapi ketika keluar dari sekolah. http://uin-suka info/e jurnal/index-php.com
3. Strategi Cara Belajar Cepat. Strategi cara belajar cepat dalam Accelerated Teaching merupakan paduan dari metode-metode pembelajaran yang dibagi menjadi enam langkah dasar. Keenam langkah dasar itu dapat diingat dengan mudah yaitu dengan menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R. 1. M adalah Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran) Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
belajar,
motivasi sangat penting, karena motivasi belajar tidak hanya
mendorong atau membangkitkan individu untuk giat dalam belajar tetapi dapat juga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu
Dengan demikian,
motivasi berfungsi sebagai penentu prioritas untuk keberhasilan seseorang. Dalam memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan pikiran yang ”kaya akal”, itu berarti harus dalam keadaan yang relaks, percaya diri dan termotivasi. Jika mengalami stress atau kurang percaya diri atau tidak dapat melihat manfaat dari sesuatu yang dipelajari, maka ia tidak akan bisa belajar dengan baik. Seseorang harus mempunyai keinginan untuk memperoleh ketrampilan atau pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya betul-betul mampu belajar, bahwa informasi yang didapatkan akan mempunyai dampak yang bermakna bagi kehidupannya. Berikut cara-cara untuk memotivasi pikiran siswa: a) Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan Musik merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk menciptakan keadaan yang menyenangkan.. Penataan meja disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga membuat siswa merasa nyaman dalam belajar. Jika siswa merasa aman maka mereka akan lebih berani mengambil resiko dan lebih banyak belajar ( BOBBI DePORTER, 1999:47) b) Melihat relevansi atau kesesuaian Siswa akan merasakan bahwa matematika akan menjadi hidup dan penting
ketika mereka menyaksikan dan mengaplikasikannya dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
kehidupan mereka sehari-hari. Para siswa harus melihat relevansi apa yang mereka pelajari dengan komitmen pada kehidupannya.
Oleh karena itu,
pada setiap awal pembelajaran, guru hendaknya menyampaikan manfaat dari materi yang akan diajarkan dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. c) Kekuatan sugesti Harapan seorang siswa adalah faktor penting dalam menentukan hasil pendidikannya. Para guru harus terus menerus menanamkan sugesti positif untuk sukses. Penting sekali bagi siswa untuk memahami bahwa belajar itu sendiri adalah proses untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Perkataan guru diharapkan mampu menimbulkan kesan yang dapat memacu belajar siswa, memilih perkataan yang menimbulkan citra positif, memacu pelajaran dan meningkatkan komunikasi. (http://www.scribd.com)
2. A adalah Acquiring The Information (Memperoleh Informasi) Dalam belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap fakta-fakta dasar subyek pelajaran yang dipelajari melalui cara yang paling sesuai dengan pembelajaran inderawi yang di suka. Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda. Pemberian informasi merupakan cara penyampaian materi kepada siswa dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan dan cocok untuk semua gaya belajar . Ada beberapa strategi dalam memperoleh informasi agar lebih mudah yaitu: a. Dapatkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang suatu obyek yang dimaksudkan .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Otak atau pikiran mampu merasakan keseluruhan dan sebagian dari suatu hal secara bersamaan. Misalnya dalam membaca sebuah buku, cobalah membuka sekilas-sekilas seluruh halamannya, catatlah hal-hal yang penting, berhentilah sejenak, kemudian baca cepat suatu bagian yang benar-benar menarik perhatian. Inilah cara efektif untuk mulai belajar. b. Kembangkan gagasan inti. Setiap subyek pasti memiliki gagasan inti. Dengan memahami gagasan inti, segala sesuatunya yang lain akan mudah dimengerti. c. Buat sketsa dari apa yang telah diketahui Dalam memulai proses belajar perlu membuat beberapa catatan tentang apa yang telah diketahui yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari. d. Bagi materi menjadi bagian-bagian kecil. Banyak siswa yang gagal sebelum memulai belajar karena merasa apa yang sedang dilakukan sangat membebani. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan membagi apa yang sedang dipelajari ke dalam bagian-bagian kecil. Dengan mendapatkan informasi bagian per bagian akan memperoleh sukses kecil yang berkesinambungan tanpa tekanan mental. e. Bertanyalah terus Dengan mempertanyakan terus apa yang belum diketahui akan membuat pikiran tetap fokus, dengan mencari dan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun akan menjaga ketertarikan terhadap subyek yang dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
f . Kenali gaya belajar sendiri. Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar lebih cepat dan mudah. 3. S adalah Searching out the Meaning (Menyelidiki Makna) Menanamkan informasi pada memori dengan secara seksama mengeksplorasi bahan subyek yang bersangkutan. Penyelidikan makna bertujuan untuk menghidupkan informasi, menjadikannya mudah diingat, mengubahnya dari pengetahuan permukaan menjadi pemahaman yang mendalam, mengaitkan yang baru dengan yang sudah diketahui dan menjadikan semua dapat digunakan dan bermakna bagi siswa. (ONLINE www.braingym.org). 4. T adalah Triggering the Memory (Memicu Ingatan) Ada banyak hal yang harus diingat dalam suatu subyek tertentu. Materi subyek itu terpateri dalam memori jangka panjang Pengulangan suatu materi sangat penting agar materi yang telah dipelajari dapat diingat oleh siswa. Belajar dengan cara melibatkan indra pendengaran, penglihatan, berbicara dan bekerja, serta yang melibatkan emosi-emosi positif akan membuat memori menjadi kuat. 5. E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui) Para siswa jelas perlu menilai apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana strategi belajar mereka bekerja dengan baik. Langkah Exhibiting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Untuk mengetahui bahwa siswa telah paham dengan apa yang dipelajarinya bisa dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, dengan menguji diri sendiri. Buktikan bahwa dia memang betul-betul telah mengetahui suatu subyek dengan pengetahuan yang mendalam, bukan hanya luarnya saja. Kesalahan menunjukkan dimana dan kapan melakukan usaha yang lebih besar. Itu berarti bahwa evaluasi harus sering dilakukan dan dalam bentuk yang memberikan umpan balik yang operasional. 6. R adalah Reflecting (Merefleksikan) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari, respon terhadap pengetahuan yang baru atau gambaran terhadap kegiatan dan pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi merupakan hal penting yang perlu
dilakukan
di
akhir
pembelajaran
untuk
membantu
siswa
menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. (http://www.educ.are ). Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat siklus model Accelerated Teaching sebagai berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Gambar 2.1 Langkah-langkah Model Accelerated Teaching
c. Setting Cooperative Learning
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena dengan pembelajaran kooperatif siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama. Menurut Slavin ( 2005:4) “ Belajar kooperatif merupakan metode belajar yang mana siswa bekerja dalam suatu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan”. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Selanjutnya Slavin
mengemukakan dua alasan mengapa menggunakan
pembelajaran kooperatif : 1. Beberapa
hasil
penelitian
membuktikan
bahwa
penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapatmeningkatkan
kemampuan
hubungan
sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. 2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir dan memecahkan masalah Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala : 1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam belajar 2. Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. 3. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain. 4. Jika
guru
menghendaki
untuk
mengembangkan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
commit to user
kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
5. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siwa dan menambah tingkat partisipasi mereka. 6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
2. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap, yaitu : 1. Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utamanya adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. 2. Belajar dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. 3. Penilaian. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
4. Pengakuan Tim Pengakuan Tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif. 3.1. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Keunggulan Pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya adalah : i. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan
kemampuan
berpikir
sendiri,
menemukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain. ii. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan. iii. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. iv. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. v. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. vi. Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit, jadi akan lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri. (ELAINE B. JOHNSON, 2002:164)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
3.2. Kelemaham pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki keterbatasan diantaranya : 1) Kemungkinan akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. 2) Adanya kesan negatif pada diri siswa mengenai kegiatan kerjasama atau belajar berkelompok. 3) Banyak siswa tidak senang disuruh bekerjasama dengan orang lain. 4) Siswa yang kurang mampu akan merasa minder jika ditempatkan dalam satu group dengan siswa yang pandai. (Wina Sanjaya ; 2006:248) Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Accelerated Teaching dengan setting cooperative learning adalah pembelajaran dengan model yang di dalamnya terdapat unsur-unsur koordinasi siswa ke dalam kelompok belajar, saling ketergantungan positif, diskusi kelompok, presentasi kelompok, tanggung jawab perseorangan dan evaluasi, dimana siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. d. Penerapan Model Accelerated Teaching dengan
setting
cooperative
learning Adapun
penerapan
model
Accelerated
Teaching
dengan
cooperative learning dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pendahuluan Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah : Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
commit to user
setting
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
a). Menyiapkan lingkungan belajar yang positif dengan menata ruangan yang memudahkan siswa untuk bergerak bebas, mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok, musik, menambahkan poster atau pesan yang menggugah semangat. (B.Dipamo and RFS Job ). b).Memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas dan memberikan sugesti positif akan manfaat materi Trigonometri. 2. Inti Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah : Acquiring The Information (Memperoleh Informasi) a). Memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan b).Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang diajarkan. Searching out the Meaning (Menyelidiki Makna) a) Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan membagikan LKS kepada siswa. b) Meminta siswa untuk mengerjakan LKS dan berdiskusi bersama anggota kelompoknya c) Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Triggering the Memory (Memicu Ingatan) a). Memberikan kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja dari kelompok masing-masing;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
b). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau berkomentar kepada kelompok yang melakukan presentasi; c). Memberikan penguatan dan penegasan pada hasil presentasi. Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui) Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan dalam LKS secara individual 3. Penutup Reflecting (Merefleksikan) Memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kesimpulan tentang apa saja yang telah dipelajari. e. Penerapan Model Accelerated Teaching Tanpa Setting Cooperative Learning Adapun penerapan model accelerated teaching tanpa setting Cooperative Learning dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pendahuluan Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah : Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran) a). Menyiapkan lingkungan belajar yang positif dengan menata ruangan yang membuat siswa merasa nyaman, menambahkan poster atau pesan yang menggugah semangat. b). Memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas dan memberikan sugesti positif akan manfaat materi Trigonometri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2. Inti Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah : Acquiring The Information (Memperoleh Informasi) a). Memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan b). Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang diajarkan. Searching out the Meaning (Menyelidiki Makna) a). Membagikan LKS kepada siswa. b). Meminta siswa untuk mengerjakan LKS c). Membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Triggering the Memory (Memicu Ingatan) a). Memberikan kesempatan salah satu siswa untuk mempresen- tasikan hasil kerja b). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau berkomentar kepada siswa yang melakukan presentasi; c). Memberikan penguatan dan penegasan pada hasil presentasi. Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui) Memberikan pertanyaan (soal) kepada siswa dan menunjuk siswa secara acak untuk menjawabnya. 3. Penutup Reflecting (Merefleksikan) Memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kesimpulan tentang apa saja yang telah dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri siswa yang menyebabkan munculnya tingkah laku ke arah tujuan. Motivasi dibedakan atas motivasi yang berasal dari dalam diri siswa dan motivasi yang berasal dari luar siswa. Siswa yang termotivasi dari dalam ia akan melakukan tugas-tugas pembelajaran dengan senang hati dan selalu ingin mempelajari bahan-bahan pelajaran. Sedangkan siswa yang termotivasi dari luar ia harus mendapatkan dorongan dari luar untuk mencapai tujuan pembelajaran, misalnya selain ingin mendapatkan nilai yang bagus, seseorang belajar giat karena ia juga ingin memperoleh hadiah, penghargaan dari orang lain, dan karena merasa dihargai maka siswa memberikan respon yang positif. Menurut Marpaung (2002), respon tidak dapat dipisahkan dengan stimulus atau rangsangan. Stimulus muncul akibat seseorang telah mengikuti serangkaian proses atau kegiatan yang dapat ditangkap oleh indra manusia atau respon merupakan aksi dalam diri seseorang karena adanya reaksi dari luar, sehingga seseorang baru dapat memberikan penilaian atau pendapat. Dari beberapa pendapat di atas, jelas bahwa respon siswa terhadap pembelajaran dapat diartikan sebagai tanggapan siswa terhadap serangkaian proses atau kegiatan belajar mengajar. Adapun komponen-komponen yang dapat menimbulkan stimulus antara lain: sikap siswa terhadap mata pelajaran, komponen pembelajaran dan minat mengikuti kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Iskap Riyadi (2006)
dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembelajaran
Aritmatika Sosial Dengan Model Accelerated Teaching Ditinjau Dari Respon Belajar Siswa”. Hasil penelitian ini adalah prestasi belajar Aritmatika Sosial kelompok siswa yang diajar dengan Model Accelerated Teaching cenderung lebih tinggi dibanding kelompok siswa yang diajar dengan
metode
konvensional dan prestasi belajar Aritmatika Sosial kelompok siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai respon rendah. 2. Tri Susilowati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning dan Model
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning Sub Pokok Bahasan Operasi
Bilangan
Bulat”.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
pembelajaran dengan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal Operasi Bilangan Bulat dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Dari hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti di atas, terdapat persamaan obyek dan tujuan penelitian dengan yang diteliti. Dalam penelitian ini obyek yang digunakan adalah cara penyajian materi dengan model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Accelerated Teaching dan respon siswa pada pembelajaran. Yang membedakan adalah subyek dan materi pokok bahasan.
C. Kerangka Berpikir 1). Kaitan antara penggunaan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning terhadap prestasi belajar Trigonometri Model Accelerated Teaching adalah suatu model mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara alamiah dengan menggunakan teknik-teknik belajar yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka akan merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, efektif dan cepat. Melalui proses dalam tahapan-tahapan siklis yaitu : Mulai masalah-masalah → mendapatkan keadaan pikiran yang benar → memperoleh informasi → menyelidik makna → memicu memori → memamerkan apa yang diketahui → merefleksikan. Hal ini akan membuat siswa terlibat secara aktif, sehingga sangat
dimungkinkan
para
siswa
akan
mampu
menemukan
dan
mengembangkan sendiri fakta maupun konsep. 2). Kaitan respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar Matematika Respon siswa terhadap pembelajaran merupakan reaksi / tanggapan siswa terhadap serangkaian proses atau kegiatan belajar mengajar.yang diungkapkan dengan pernyataan setelah mendapat reaksi dari luar ( materi, buku, lembar kerja siswa ) yang sangat dipengaruhi oleh : sikap siswa terhadap mata pelajaran, pendapat siswa terhadap komponen dan perangkat pembelajaran serta aktivitas siswa terhadap proses belajar mengajar. Ditinjau dari materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Trigonometri dan tahapan-tahapan belajar Trigonometri itu sendiri, relevan dengan komponen-komponen yang mempengaruhi stimulus . Hal ini dapat diduga bahwa prestasi belajar Trigonometri dipengaruhi oleh tinggi rendahnya respon siswa pada pembelajaran. 3). Kaitan respon siswa pada pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika Metode pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar Trigonometri. Tingkat respon siswa terhadap proses pembelajaran juga berpengaruh terhadap prestasi belajar Trigonometri. Penggunaan Model pembelajaran Accelerated Teaching menuntut siswa secara aktif, begitu juga tingkat respon siswa dipengaruhi oleh komponen aktifitas siswa . Di samping itu masih terdapat komponen respon siswa terhadap pembelajaran lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Kaitan antara pembelajaran dengan model Accelerated Teaching dan respon siswa pada
pembelajaran diduga dapat meningkatkan
prestasi belajar
matematika. D. Hipotesis Dalam penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti atau merupakan dugaan yang belum diteliti kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning akan memberikan prestasi belajar lebih baik pada materi pokok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Trigonometri daripada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. 2.
Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai respon sedang atau rendah dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon sedang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai respon rendah pada materi pokok Trigonometri.
3.
Perbedaan prestasi belajar matematika dari masing-masing cara penyajian materi konsisten pada masing-masing kategori respon siswa pada pembelajaran dan prestasi belajar dari masing-masing kategori respon siswa pada pembelajaran konsisten pada cara penyajian materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara ilmiah yang digunakan dalam pengumpulan data yang kemudian dianalisis. Pada bab ini akan dibahas Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis Penelitian, Desain penelitian, Populasi dan Sampel , Teknik Pengambilan Data A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan dengan sengaja untuk mengusahakan timbulnya variabel-variabel bebas dalam hal ini adalah pembelajaran Model Pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning, Model Pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning dan respon siswa pada pembelajaran. Untuk selanjutnya dilihat pengaruhnya terhadap variabel lain yaitu prestasi belajar sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini ditentukan kelas-kelas yang dikenai perlakuan. Oleh karena itu dibuat kelas eksperimen dan kelas kontrol pada masing-masing
sampel.
Pada
kelas
eksperimen
digunakan
menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching
perlakuan
dengan setting
Cooperative Learning, sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Pada akhir eksperimen, kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika. Hasil pengukuran atau data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, sehingga jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil pengukuran tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dianalisis dan dibandingkan tabel uji statistik yang digunakan. Karena dalam memberikan
perlakuan
tidak
memungkinkan
untuk
mengontrol
dan
mengendalikan semua variabel yang relevan, kecuali beberapa dari variabel tersebut di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Seperti
yang
dikemukakan
Budiyono
(2003:82-83),
tujuan
penelitian
eksperimental semu adalah untuk memperoleh semua informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan menggunakan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. 1. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Tabel. 3.1 Desain Penelitian Faktor (B) Faktor (A)
Respon Siswa
Pendekatan Pembelajaran
Accelerated
Teaching
Tinggi (b1 )
Sedang (b2 )
Rendah (b3 )
ab11
ab12
ab13
ab21
ab22
ab23
dengan
setting Cooperative Learning (a1 )
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning (a 2 ) Keterangan: A : Model Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
a1: Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan
setting Cooperative
Learning a2: Model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa
setting Cooperative
Learning B : Respon Siswa b1 : Respon kategori tinggi b2 : Respon kategori sedang b3 : Respon kategori rendah
ab11 : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching dengan
setting
Cooperative Learning dengan respon tinggi
ab12 : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching dengan
setting
Cooperative Learning dengan respon sedang ab13 : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching dengan
setting
Cooperative Learning dengan respon rendah
ab21 : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning dengan respon tinggi
ab22 : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning dengan respon sedang ab23 : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning dengan respon rendah Pada awal sebelum mulai perlakuan, terlebih dahulu mengecek keadaan kemampuan awal sampel yang akan dikenai perlakuan, baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui apakah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Data yang digunakan nilai ulangan harian kelas X semester genap. Kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan model pembelajaran. 2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dengan urutanurutan kegiatan yang akan dilakukan adalah : a. Melakukan observasi Observasi SMA meliputi observasi obyek penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimiliki. b. Memilih kelas mana yang akan digunakan untuk penelitian dan kelas untuk uji coba instrumen meliputi validitas dan realibilitasnya. c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan. d. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan model pembelajaran Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning e. Mengambil data dengan melakukan tes f. Mengambil hasil yang diperoleh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Teras, SMA Negeri 1 Simo, SMA Negeri 1 Banyudono, dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
semester genap tahun pelajaran 2008/2009 . Sedangkan uji coba dilaksanakan di SMA Negeri Ngemplak - Boyolali. 2. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal serta mengajukan penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai akhir Januari 2009 b. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini penulis melaksanakan penelitian pada bulan Pebruari 2009 sampai dengan awal bulan Mei 2009 c. Tahap penyelesaian Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian, yang dimulai pada bulan Mei 2009
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1.. Populasi Suharsimi Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri di Boyolali tahun ajaran 2008/2009.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2). Sampel Suharsimi Arikunto (2002:109) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi, karena selain membutuhkan beaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sampel yang mewakili seluruh siswa kelas X SMA Negeri di Boyolali tahun ajaran 2008/2009 adalah : a. Kelas Eksperimen, kelas X masing-masing 1 kelas dari SMA Negeri 1 Teras, kelas X-1 sebanyak 40 siswa, SMA Negeri 1 Simo kelas X-4 sebanyak 36 siswa dan SMA Negeri 1 Banyudono kelas X-3 sebanyak 36 siswa . Jadi total siswa kelas eksperimen pada penelitian ini adalah 112 siswa. b. Kelas kontrol, siswa kelas X masing-masing 1 kelas dari SMA Negeri 1 Teras, kelas X-2 sebanyak 42 siswa, SMA Negeri 1 Simo kelas X-6 sebanyak 40 siswa dan SMA Negeri 1 Banyudono kelas X-2 sebanyak 33 siswa. Jadi total siswa kelas kontrol pada penelitian ini adalah 115 siswa. 3. Teknik pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster
random
sampling, yaitu dengan cara pengelompokan sekolah berdasarkan ranking dari nilai hasil Ujian Akhir Nasional mata pelajaran matematika SMA Negeri se-Boyolali tahun 2007/2008 menjadi tiga kelompok yaitu kelompok atas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
kelompok sedang dan kelompok bawah. Kemudian dari masing-masing sampel yang terpilih, kelas yang ada di sekolah sampel diambil secara acak untuk mendapatkan masing-masing dua kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga akhirnya Sehingga akhirnya di dapatkan enam kelas yaitu tiga kelas eksperimen dan tiga kelas kontrol. Kemudian dari masing-masing kelompok secara random diambil satu sekolah, kelompok atas terwakili SMA Negeri 1 Teras, kelompok sedang terwakili SMA Negeri 1 Simo
dan kelompok rendah terwakili SMA Negeri 1
Banyudono. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : a). Diambil 2 kelas dari 6 kelas di SMA Negeri 1 Teras dengan cara acak dan terpilih kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen sejumlah 40 siswa dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol sejumlah 42 siswa. b). Diambil 2 kelas dari 6 kelas di SMA Negeri 1 Simo dengan cara acak dan terpilih kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen sejumlah 36 siswa dan kelas X-6 sebagai kelompok kontrol sejumlah 40 siswa. c). Diambil 2 kelas dari 5 kelas di SMA Negeri 1 Banyudono dengan cara acak dan terpilih kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen sejumlah 36 siswa dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol sejumlah 33 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tabel 3.2 Rata-rata nilai UN Matematika SMA No
Nama Sekolah
Rerata
Kelompok
1.
SMA N 1 Boyolali
8,27
Atas
2.
SMA N 1 Musuk
8,17
Atas
3.
SMA N 1 Teras
7,70
Atas
4
SMA N 1 Simo
7,27
Sedang
5.
SMA N 1 Nogosari
7,20
Sedang
6..
SMA N 3 Boyolali
7,10
Sedang
7.
SMA N 2 Boyolali
6,81
Rendah
8.
SMA N 1 Banyudono
6,77
Rendah
Sumber data di atas diperoleh dari data hasil Ujian Nasional 2008 Berdasarkan prosedur di atas diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti Tabel 3.3 Tabel 3.3 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas No
Kelompok
Nama Sekolah Eksperimen
Kontrol
1.
Atas
SMA N 1 Teras
40
42
2.
Sedang
SMA N I Simo
36
40
3.
Rendah
SMA N 1 Banyudono
36
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dengan adanya variabel dapat ditentukan teknik analisis data yang digunakan. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002 : 96) Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diamati yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas yaitu model pembelajaran dan kategori hasil tes respon siswa pada pembelajaran a). Model Pembelajaran i). Definisi operasional yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan selama proses pembelajaran matematika untuk materi pokok Trigonometri. ii). Kategori Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning pada kelas eksperimen dan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning pada kelas kontrol. iii). Skala pengukuran Nominal dengan dua kategori pendekatan pembelajaran model
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning iv). Simbol :
dengan i = 1, 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
b). Respon siswa pada pembelajaran i). Definisi operasional yaitu tingkat respon siswa pada proses pembelajaran materi pokok Trigonometri. Tingkat respon siswa yang diukur menggunakan angket respon siswa yang meliputi komponen-komponen : sikap siswa terhadap materi pembelajaran, pendapat siswa terhadap komponen pembelajaran serta minat siswa mengikuti pembelajaran. ii) Skala pengukuran Skala interval yang diubah dalam skala ordinal dalam kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Skala interval yang diubah dalam skala
ordinal
yang terdiri tiga kategori yaitu kelompok tinggi, dengan skor lebih dari
+ 0,5s dan kelompok sedang dengan skor
- 0,5s
+ 0,5s. Sedangkan kelompok rendah dengan skor kurang dari (
= rataan skor respon dan s = simpangan baku ).
iii). Kategori : skor angket respon siswa pada pembelajaran matematika iv). Simbol :
dengan j = 1, 2, 3
2. Variabel Terikat adalah Prestasi Belajar Siswa i). Definisi operasional prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika. ii). Kategori Nilai tes prestasi belajar matematika materi pokok Trigonometri. iii). Skala pengukuran : Interval
; iv). Simbol : Y
commit to user
- 0,5s
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematik dan standar. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1). Metode Dokumentasi Menurut Budiyono (2003:54) “Metode Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang ada”. Suharsimi Arikunto (2002 : 135) berpendapat bahwa dokumentasi dari asal katanya documen yang artinya barang-barang yang tertulis. Jadi metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan nilai ulangan harian siswa mata pelajaran matematika kelas X SMA. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan awal tentang prestasi belajar matematika dari sampel sebelum dikenai perlakuan dan untuk menguji keseimbangan. 2). Metode Angket Budiyono (2003:47) berpendapat bahwa, ”metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek peneliti, responden atau sumber data dan jawaban diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
pula secara tertulis”. Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon siswa pada pembelajaran matematika. 3). Metode Tes Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan kepada subyek penelitian. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item soal. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda, tingkat kesukaran.Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri di Boyolali semester genap pada materi pokok Trigonometri.
F. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data tentang prestasi
belajar matematika dan angket respon
siswa pada pembelajaran. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengetahui validitas instrumen tes tersebut. Pada penelitian ini uji coba tes dilakukan di SMA Negeri Ngemplak- Boyolali pada siswa kelas X-4 tahun pelajaran 2008/2009.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
a). Tes Prestasi Tes prestasi menggunakan tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda dengan lima jawaban yang tersedia. Tiap soal mempunyai bobot yang sama, yaitu 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. b). Angket Respon Siswa Pada Pembelajaran Angket dalam penelitian ini memuat pertanyaan-pertanyaan tentang respon siswa pada pembelajaran yang berupa soal pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban. Pemberian skor menggunakan skala Likkert, untuk item positif adalah tidak menjawab diberi skor 0, jika menjawab a (sangat setuju) diberi skor 5, b (setuju) diberi skor 4, c (ragu-ragu) diberi skor 3, d (tidak setuju) diberi skor 2 dan e (sangat tidak setuju) diberi skor 1. Sedangkan untuk item negatif menjawab a (sangat setuju) diberi skor 1, b (setuju) diberi skor 2, c (ragu-ragu) diberi skor 3, d (tidak setuju) diberi skor 4, e (sangat tidak setuju) diberi skor 5 serta skor 0 jika tidak menjawab. Data yang diperoleh digunakan untuk mengukur respon siswa pada pembelajaran matematika. 2. Uji Coba Instrumen Setelah dilaksanakan uji coba, kemudian dilakukan analisis butir soal tes dan angket sebagai berikut: 2.1.Tes Prestasi Tes prestasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar matematika. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui kualitas item soal tes. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. a). Analisis Instrumen 1). Uji Validitas Isi Untuk instrumen, supaya tes mempunyai validitas isi harus diperhatikan hal-hal berikut: i). Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan. ii). Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan. iii). Materi palajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dipahami oleh tester. (Budiyono, 2003:58) Untuk menilai apakah tes mempunyai validitas isi, biasanya penilaian dilakukan oleh pakar atau validator. Jadi dalam penelitian ini suatu butir soal dikatakan valid jika sudah dilakukan penilaian oleh validator. Validatornya adalah Sulasno S.Pd Guru matematika SMA Negeri 3 Boyolali dan Khaerul Anwar S.Pd, Ketua MGMP matematika Boyolali. Pemilihan kedua validator tersebut atas pertimbangan guru tersebut adalah guru pemandu mata pelajaran matematika SMA di Boyolali. 2. Uji Reliabilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif
dengan setiap jawaban benar skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Sehingga untuk menghitung tingkat
reliabilitas digunakan rumus
Kuder-
Richardson dengan KR-20, yaitu: 2 ⎛ n ⎞⎛⎜ st − pi qi r11 = ⎜ ⎟ st2 ⎝ n − 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟⎟ ⎠
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen p i : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i qi : 1- p i s t2 : variansi total Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11>0,70). (Budiyono, 2003:70) b. Analisis Butir Soal 1). Daya Pembeda Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok siswa yang kurang pandai. Kalau kelompok siswa yang pandai menjawab soal tersebut lebih banyak maka soal itu mempunyai daya beda positif artinya mempunyai daya beda yang baik. Kalau terjadi sebaliknya maka soal itu mempunyai daya beda negatif . Soal demikian perlu kembali atau direvisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Dalam menentukan daya beda soal peserta tes diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal
digunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson rx y =
(n ∑
n∑ XY − X
2
−
(∑
X
( ∑ X )( ∑ Y ) ) ). ( n ∑ Y − (∑ Y ) 2
2
2
)
Keterangan : rxy : indeks daya pembeda untuk butir ke-i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen) X : skor untuk butir ke-i Y
: skor total ( dari subyek uji coba) (Budiyono, 2003: 65)
Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. 2). Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus: P
=
Keterangan :
P : Indeks kesukaran B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar Js : Jumlah seluruh peserta tes (Suharsini Arikunto, 2002:250)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ P < 0,70. 2.2. Angket 1) Validitas isi Budiyono (2003:39) mengatakan bahwa,”untuk menilai apakah suatu angket instrumen mempunyai validitas yang tinggi, biasanya dilakukan melalui expert judgment”. Jadi untuk menilai apakah angket valid penilaian dilakukan oleh pakar. Dalam penyusunan dan pengembangan berbagai tes ataupun angket, pengujian validitas suatu instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya seringkali dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana kesesuaian antara hasil ukur instrumen tersebut dengan hasil instrumen lain yang sudah teruji kualitasnya atau dengan ukuran-ukuran yang dianggap dapat menggambarkan aspek yang diukur tersebut secara reliabel. Dalam hal ini, instrumen yang telah teruji validitasnya atau ukurannya yang dianggap tepat telah berlaku sebagai kriteria validitas (Saifuddin Anwar, 1992:141-142). 2) Konsistensi internal Konsistensi internal menunjukkan adanya korelasi positif antara skor masing-masing butir angket tersebut. Artinya butir-butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk menghitungnya digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
r xy =
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
(n∑ X 2 − (∑ X ) 2 )(n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 )
dengan: r xy = indeks konsistensi internal untuk butir tes ke-i n = cacah subjek yang dikenai tes X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y = skor total (dari obyek uji coba) Butir soal angket dipakai jika r xy ≥ 0,3.
(Budiyono, 2003:65)
3) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha, adanya rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut: 2 ⎛ n ⎞⎛⎜ ∑ si r 11 = ⎜ ⎟ 1− 2 st ⎝ n − 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Dengan: = indeks relalibilitas instrumen n = banyaknya butir instrumen s i2 = variansi butir s t2 = variansi total Instrumen dikatakan reliabel jika
r 11 > 0,7.
(Budiyono, 2003: 70)
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada awalnya dilakukan uji keseimbangan dan uji beda rerata dengan menggunakan analisis uji-t.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Kemudian
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang (kesamaan rerata) antara kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua kelompok sampel tersebut. Kemudian uji ini juga untuk mengetahui perbedaan rerata kemampuan awal dari setiap kategori respon belajar siswa. Langkah –langkahnya sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : µ1 = µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama) H1 : µ1 ≠ µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda) b. Taraf signifikansi (α ) = 0,05 c. Statistik uji yang digunakan :
t=
(X sp
sp
1
− X2
)
1 1 + n1 n 2
~ t(n1+n2-2)
2
( n − 1) s1 + ( n 2 − 1) s 2 = 1 n1 + n 2 − 2
2
2
Keterangan : t
: t hitung, t(n1+n2-2)
X 1: mean dari sampel kelompok eksperimen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
X 2: mean dari sampel kelompok kontrol
n1
:
ukuran sampel kelompok eksperimen
n2
:
ukuran sampel kelompok kontrol
: variansi kelompok eksperimen : variansi kelompok kontrol : variansi gabungan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol = 0 ( sebab tidak dibicarakan selisih rataan ) d. Daerah Kritik DK =
|
,
,
e. Keputusan uji H0 ditolak jika t ∈ DK f. Kesimpulan 1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima. 2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas populasi digunakan iji Lilliefors . Alasan dipilih uji Lilliefors karena uji ini dapat digunakan untuk sampel yang kecil. Prosedur uji Lilliefors : 1. Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal 2. Statistik Uji L = Maks |F(zi) – S(zi)| dengan : F(zi) = P(Z|Z
) ; Z ~ N(0,1)
= zi : skor terstandar untuk xi ;
s: variansi
S(zi): proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi xi: skor item 3. Taraf Signifikansi (α ) = 0,05 4. Daerah Kritik (DK) DK = { L| L > L α ; n } 5. Keputusan Uji H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik 6.
Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 ditolak (Budiyono, 2004:170)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Variansi dalam penelitian ini diambil dari variansi nilai prestasi belajar matematika untuk kelas pembelajaran ( kelas eksperimen dan kelas kontrol ) dan variansi skor respon siswa pada pembelajaran. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut : c. Hipotesis H0 : σ 12 = σ 22 = ... = σ k2 (variansi populasi homogen) k= 2;
k : metode pembelajaran
k= 3;
k : kategori respon belajar siswa
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen) d. Statistik Uji yang digunakan :
χ2 =
2,203 (f logRKG c
k
∑
fj log sj2 )
j =1
dengan :
χ 2 ~ χ 2 (k − 1) c = 1+
⎡ 1 1⎤ 1 ⎢∑ − ⎥ ; 3( k − 1) ⎣⎢ f j f ⎥⎦
∑ SS RKG = ∑f
(∑ X ) −
2
j
;
j
SS j = ∑ X j
k: banyaknya populasi
commit to user
2
j
nj
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
k = 1, 2 ;
k : metode pembelajaran,
k = 1, 2, 3 ;
k : kategori respon belajar siswa
f
: derajad kebebasan RKG = N – k
N
: cacah semua pengukuran
fj
:
derajad kebebasan untuk sj : nj – 1
j = 1, 2, ..., k nj
:
cacah pengukuran pada sampel ke-j
e. Taraf signifikansi
= 0,05
f. Daerah Kritik (DK)
{
2 2 2 DK= χ | χ > χ α ,k −1
}
g. Keputusan uji H0 ditolak jika χ 2 hitung terletak di daerah kritik h. Kesimpulan Populasi-populasi homogen jika H0 diterima Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak (Budiyono, 2004: 176-177)
3. Pengujian Hipotesis 3.1. Tahap 1 ( Uji Anava Dua jalan ) a. Model Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Untuk menguji variabel bebasnya yaitu efek baris (Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Learning dan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning) dan efek kolom
( respon tinggi, sedang dan
rendah ) digunakan model sebagai berikut : X ijk = µ + α i + β j + (αβ ) ij + ε ijk
dengan : X ijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ
: rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
αi =
= efek baris ke-i pada variabel terikat
βj =
= efek baris ke-j pada variabel terikat
(αβ )ij = = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ε ijk : deviasi data amatan
terhadap rataan populasinya (µ ij ) yang
berdistribusi normal rataan 0 dan variansi σ 2 i : 1, 2; 1 = model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
cooperative Learning 2 = model pembelajaran Accelerated Teaching
tanpa setting
cooperative Learning j: 1, 2, 3 : 1= Respon belajar tinggi 2= Respon belajar sedang 3= Respon belajar rendah k: 1, 2, ..., nij : dengan nij = banyaknya data amatan pada sel ij (Budiyono, 2004:228)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
b.
Prosedur Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama, yaitu :
1. Hipotesis H0A: αi = 0 untuk setiap i = 1,2 (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat) H1A: paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat) H0B: βj = 0 untuk setiap j= 1,2,3,4 (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) H1B: paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) H0AB: (αβ )ij = 0 untuk setiap i =1,2 dan j = 1,2,3,4 (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) H1AB: paling sedikit ada satu
(αβ )ij
yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat) (Budiyono,2004:211)
2. Komputasi i. Notasi dan tata letak data Notasi dan tata letak data dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 3.4 Data Amatan , Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi Respon Siswa Model Pembelajaran Tinggi (b1)
Sedang (b2)
Rendah (b3)
n11
n12
n13
∑X
Accelerated
__
Teaching dengan
X 11
a1
setting cooperative
∑X
learning
Accelerated
2
setting cooperative a2
learning
nij
; SS ij =
13
__
__
X 13 2
12
∑X
2 13
C11
C12
C13
SS11
SS12
SS13
n21
n22
n23
∑X
21
∑X
22
23
__
__
__
X 21
X 22
X 23
∑X
(∑ X ij ) 2
∑X
12
X 12
∑X
11
∑X
Teaching tanpa
Dengan Cij =
∑X
11
∑X
2 21
2 22
∑X
2 23
C21
C22
C23
SS21
SS22
SS23
∑X
2 ij
− C ij
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Tabel 3.5 Rataan dan Jumlah Rataan Faktor b
b1
b2
b3
Total
a1
ab11
ab12
ab13
A1
a2
ab21
ab22
ab23
A2
Total
B1
B2
B3
G
Faktor a
1). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut: nij = ukuran sel ij ( sel pada baris ke-I kolom ke-j ) = cacah data amatan pad sel ij = frekuensi sel ij nh
= rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
pq 1 ∑ i , j n ij
N = ∑ n ij = banyaknya seluruh data amatan i, j
2
SS ij = ∑ X ijk2 k
⎞ ⎛ ⎜ ∑ X ijk ⎟ ⎠ = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij −⎝ k nij
= rataan pada sel ij
AB ij
A i = ∑ AB ij = jumlah rataan pada baris ke-i i
B j = ∑ ABij = jumlah rataan pada baris ke-j j
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
G = ∑ ABij = jumlah rataan semua sel i, j
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:
(1) = G
2
pq
(4) = ∑ j
2
(3) = ∑ A i
(2 ) = ∑ SS ij ;
;
i
i, j
B 2j p
q
;
(5) = ∑ (AB)ij 2
;
i, j
2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu: JKA = n h { (3) – (1) } JKB = n h { (4) – (1) } JKAB = n h { (1) + (5) – (3) – (4) } JKG
= (2)
JKB
= n h { (4) – (1)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG Dengan: JKA = jumlah kuadrat baris JKB = jumlah kuadrat kolom JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom JKG = jumlah kuadrat galat JKT
= jumlah kuadrat total
3). Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah dkA = p – 1
;
commit to user
dkB = q – 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
dkAB = (p – 1) (q – 1)
;
dkG = N – pq
dkT = N – 1 4). Rataan kuadrat RKA =
JKA dkA
;
RKAB =
RKB =
JKB dkB
;
RKG =
JKAB dkAB
JKG dkG
5). Statistik Uji a) Untuk H0A adalah Fa =
RKA yang merupakan nilai dari variabel random RKG
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan b) Untuk H0B adalah Fb =
N – pq.
RKB yang merupakan nilai dari variabel random RKG
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq. c) Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N – pq. 6). Taraf Signifikansi (α ) = 0,05 7). Daerah Kritik a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fα; p – 1, N – pq } b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fα; q – 1, N – pq } c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > Fα; (p – 1)(q – 1) , N – pq } 8). Keputusan Uji ditolak jika
DK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
ditolak jika
DK
ditolak jika
DK
9). Rangkuman Analisis Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan JK
dk
RK
Fhit
Ftabel
Baris (A)
JKA
p–1
RKA
Fa
Ftabel
Kolom (B)
JKB
q–1
RKB
Fb
Ftabel
JKAB
(p – 1) (q – 1)
RKAB
Fab
Ftabel
Galat (G)
JKG
N – pq
RKG
-
-
Total
JKT
N–1
-
-
-
Sumber
Interaksi (AB)
(Budiyono, 2004: 229-233)
3.2. Tahap 2 ( Uji Scheffe / Uji Komparasi Ganda)
Uji Scheffe atau Uji Komparasi Ganda dilakukan apabila Ho ditolak dan variabel bebas dari kategori. Jika
yang ditolak tersebut minimal terdiri dari tiga
ditolak tetapi variabel bebas dari
yang ditolak tersebut
terdiri atas dua kategori maka untuk melihat perbedaan pengaruh antara kedua kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji Komparasi ganda perlu dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel bebas. Langkah-langkah dalam menggunakan Metode Sceffe’ adalah sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. 2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
3) Menentukan taraf signifikansi (α ) = 0,05. 4) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut. a) Komparasi rataan antar baris tidak perlu karena hanya ada 2
metode / pendekatan. b) Komparasi rataan antar kolom
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah: F.i −. j =
(X
.i
− X.j
)
2
⎛ 1 1 ⎞⎟ + RKG ⎜ ⎜n ⎟ ⎝ .i n . j ⎠
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = { F | F > (q – 1)Fα; q – 1, N – pq } Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rataan antar kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang komparasi ganda rataan antar baris hanya dengan mengganti baris menjadi kolom. c) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah sebagai berikut. Fij − kj =
(X
ij
− X kj
)
2
⎛ 1 1 ⎞⎟ RKG ⎜ + ⎟ ⎜n ⎝ ij n kj ⎠
dengan: Fij− kj
= nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj X ij = rataan pada sel ij
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
X kj = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n ij = ukuran sel ij n kj = ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = { F | F > (pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq } d) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah sebagai berikut. Fij−ik =
(X
ij
− X ik
)
2
⎛ 1 1 ⎞⎟ + RKG ⎜ ⎜n ⎟ ⎝ ij n ik ⎠
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = { F | F > (pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq}. 5) Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda. 6) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada. (Budiyono, 2004:214-215)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini dilaporkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa-siswa kelas X SMA Negeri 1 Teras, SMA Negeri 1 Simo dan SMA Negeri 1 Banyudono yang masing-masing 1 kelas dari sekolah-sekolah tersebut dijadikan kelas eksperimen dengan pendekatan pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning
dan 1 kelas sebagai kontrol
dengan pendekatan pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Adapun hasil penelitian berupa data hasil uji coba
instrumen, hasil diskripsi data, teknik analisa data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMA Negeri Ngemplak- Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa. A. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa pada pembelajaran sebanyak 40 butir soal berisi pertanyaan-pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Siswa cukup memilih dengan cara member tanda silang pada lembar jawab yang tersedia. Draf kisi-kisi dan butir angket dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebelum angket respon siswa pada pembelajaran diujicobakan, untuk melihat validitas dikonsultasikan pada guru mata pelajaran yang mempunyai pengalaman sebagai guru matematika di tingkat SMA dan konsultan MGMP matematika SMA di Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6, Lampiran 7 dan Lampiran 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Selanjutnya untuk mengetahui konsistensi internal dan reliabilitas angket diujicobakan. Adapun hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 40 butir soal ada 32 butir soal yang memenuhi kriteria, yaitu mempunyai konsistensi internal untuk tiap butir soal
0,3 dan nilai reliabilitasnya
= 0,781 yang menunjukkan reliabilitas yang tinggi, sedangkan 8 butir soal tidak memenuhi kriteria yaitu nomor 9, 11, 13,15, 18, 19, 21 dan 23 karena mempunyai konsistensi internal
< 0,3. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 9. Tabel 4.1 Hasil Analisis Konsistensi Internal Butir Angket
No
konsistensi
No
konsistensi
No
No
konsistensi internal
internal
internal
internal
konsistensi
1.
0,395
11.
0,080
21.
0,000
31.
0,320
2.
0,360
12.
0,349
22.
0,373
32.
0,337
3.
0,437
13.
0,059
23.
0,103
33.
0,467
4.
0,375
14.
0,301
24.
0,403
34.
0,410
5.
0,428
15.
0,187
25.
0,317
35.
0,333
6.
0,341
16.
0,422
26.
0,335
36.
0,488
7.
0,341
17.
0,458
27.
0,329
37.
0,346
8.
0,352
18.
0,100
28.
0,559
38.
0,382
9.
0,102
19.
0,093
29.
0,449
39.
0,480
10.
0,323
20.
0,394
30.
0,305
40.
0,379
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
2. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa
Hasil uji coba tes prestasi belajar siswa, dari 30 butir soal berisi pertanyaan-pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Siswa cukup memilih dengan cara memberi tanda silang pada lembar jawab yang tersedia. Draft kisi-kisi dan butir soal dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13. Sebelum draft tes prestasi belajar diujicobakan, untuk melihat validitas isi, dikonsultasikan guru mata pelajaran yang mempunyai pengalaman sebagai guru matematika di tingkat SMA dan konsultan MGMP matematika SMA di Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Untuk mengetahui Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat kesukaran butir tes prestasi diujicobakan pada kelas yang sama dengan kelas uji coba angket respon siswa pada pembelajaran dengan pertimbangan bahwa kelas uji coba mempunyai kesamaan karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Jumlah soal tes uji coba adalah 30 butir soal dengan 5 alternatif pilihan jawaban yaitu a, b, c, d, dan e. Adapun waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut adalah 90 menit. Butir tes dibuat berdasarkan silabus mata pelajaran matematika kelas X dan dapat dilihat pada Lampiran 1. a). Hasil uji coba tes prestasi belajar siswa, dari 30 butir soal yang diujicobakan ada sebanyak 27 soal mempunyai konsistensi internal atau daya pembeda yang baik, sehingga tes prestasi mampu membedakan anatar siswa yang pandai dan yang kurang pandai. Sedangkan 2 soal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
lainnya yaitu nomor 6 dan 7 tidak memenuhi kriteria untuk tingkat kesukaran karena P < 0,3 maka soal dinyatakan sukar sehingga soal harus dihilangkan dan 2 soal lainnya yaitu nomor 8 dan 10 tidak memenuhi untuk tingkat kesukaran karena P > 0,7 maka soal dinyatakan mudah sehingga harus dibuang.
Data hasil perhitungan
daya beda ada pada Lampiran 16 dan Lampiran 17. Tabel 4.2 Ringkasan Daya Beda Butir Soal
No
Daya Beda
No
Daya Beda
No
Daya Beda
1.
0,484
11.
0,443
21.
0,451
2.
0,399
12.
0,332
22.
0,392
3.
0.336
13.
0,486
23.
0,438
4.
0,365
14.
0,429
24.
0,446
5.
0,436
15.
0,435
25.
0,420
6.
0,188
16.
0,590
26.
0,435
7.
0,395
17.
0,394
27.
0,023
8.
0,187
18.
0,439
28.
0,486
9.
0,486
19.
0,484
29.
0,434
10
0,518
20.
0,626
30
0,562
b). Hasil perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika adalah = 0,837. Dengan demikian
> 0,7 sehingga soal tes
reliabel. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
c). Data hasil perhitungan tingkat kesukaran pada Lampiran 17 dan dirangkum dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.3 Ringkasan Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat
Tingkat
Tingkat
No
No
No
Kesukaran
Kesukaran
Kesukaran 1.
0,632
11.
0,579
21.
0,368
2.
0,579
12.
0,316
22.
0,632
3.
0,605
13.
0,684
23.
0,632
4.
0,526
14.
0,684
24.
0,316
5.
0,526
15.
0,421
25.
0,684
6.
0,289
16.
0,605
26.
0,421
7.
0,237
17.
0,500
27.
0,421
8.
0,816
18.
0,684
28.
0,684
9.
0,684
19.
0,316
29.
0,579
10.
0,816
20.
0,605
30.
0,500
Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran antara 0,30 s.d 0,70 dipandang sebagai tingkat kesukaran yang memadai. Atas dasar tersebut maka dari 30 butir soal yang tidak baik ada 3 butir soal yaitu nomor 6, 8 dan 27. Dengan memperhatikan daya beda ada 4 butir soal yang tidak memenuhi kriteria daya beda yaitu nomor 6, 7, 8 dan 10. Maka soal yang dipakai untuk penelitian ada 25 butir .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini meliputi data prestasi belajar siswa kelas X dan respon siswa pada pembelajaran. Data-data tersebut dideskripsikan sebagai berikut :
1. Data Prestasi Belajar Trigonometri a. Data Prestasi Belajar Trigonometri dengan Pendekatan Pembelajaran Model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
Data prestasi belajar pada materi pokok Trigonometri siswa-siswa kelompok eksperimen yaitu siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Teras, Kelas X-5 SMA Negeri Simo dan kelas X-3 SMA Negeri 1 Banyudono dengan pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning pada Lampiran 20. Berdasarkan Lampiran 20 tersebut diperoleh
nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 36. Sehingga jangkauan dari data itu adalah 56.. b. Data Prestasi Belajar Trigonometri dengan Pendekatan Pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning
Data prestasi belajar pada materi pokok Trigonometri siswa-siswa kelompok kontrol yaitu siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Teras, Kelas X-6 SMA Negeri Simo dan kelas X-2 SMA Negeri 1 Banyudono dengan pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Berdasarkan Lampiran 20 tersebut diperoleh nilai tertinggi 92
dan nilai terendah 32. Sehingga jangkauan dari data itu adalah 60.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Selanjutnya ukuran pemusatan yang meliputi mean
, median, modus
dan ukuran penyebaran yang meliputi jangkauan (R) dan standar deviasi (s), yang dirangkum dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Trigonometri Siswa Kelas X
Ukuran Pemusatan
Ukuran Penyebaran
Model Pembelajaran
Standar Mean
Median
Modus
Jangkauan Deviasi
Accelerated Teaching dengan setting Coope
67,071
68
68
56
10,951
60,661
60
60
60
13,031
rative Learning Accelerated Teaching tanpa setting Coope rative Learning
2. Data Respon Siswa Pada Pembelajaran
Data respon siswa terhadap pembelajaran pada penelitian ini didapat dari angket yang dibagikan kepada siswa. Data skor angket dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu respon tinggi, respon sedang dan respon rendah. Dari 40 butir soal angket,untuk mengelompokkan siswa dengan respon rendah jika memperoleh skor kurang dari atau sama dengan 105,8087 ; siswa dengan respon sedang jika memperoleh skor lebih dari 105,8087 dan kurang dari 114,8025, dan siswa dengan respon tinggi jika memperoleh skor lebih dari atau sama dengan 114,8025. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 227 siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
yang terdiri dari 112 siswa kelompok eksperimen dan 115 siswa kelompok kontrol, terdapat 77 siswa mempunyai respon tinggi, 84 siswa mempunyai respon sedang dan 66 siswa mempunyai respon rendah. Secara rinci disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Siswa Dengan Respon Tinggi, Sedang dan Rendah
Respon Siswa
Model Accelerated Teaching
Model Accelerated Teaching
dengan setting Cooperative tanpa Learning
setting
Cooperative
learning
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Presentase
Tinggi
40
35,71
37
32,17
Sedang
39
34,82
45
39,13
Rendah
33
29,46
33
28,69
Jumlah
112
100
115
100
Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa untuk kelompok siswa dengan pendekatan pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning yang mempunyai respon tinggi sebanyak 40 siswa, mempunyai respon sedang sebanyak 39 siswa dan mempunyai respon rendah sebanyak 33 siswa. Sedangkan untuk kelompok siswa dengan pendekatan pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning yang mempunyai respon tinggi sebanyak 37 siswa, mempunyai respon sedang sebanyak 45 siswa dan mempunyai respon rendah sebanyak 33 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
C. Hasil Analisa Data
Dari deskripsi data yang berupa data respon siswa pada pembelajaran dan data tentang prestasi belajar matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dilakukan analisis data. Sebelum dilakukan uji hipotesis dan anava dua jalan dengan sel tak sama terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampelsampel penelitian memenuhi uji pendahuluan untuk melakukan uji keseimbangan dan uji anava. 1. Uji Prasyarat Analisis
Pada penelitian ini digunakan beberapa uji persyaratan teknis analisis variansi antara lain: uji normalitas dan uji homogenitas yang hasil komputasinya akan disampaikan pada uraian berikut : a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Ada 5 kali uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan Uji Liliefors untuk : i). Uji normalitas pada data yang terkait model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning
ii). Uji normalitas pada data yang terkait model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning
iii).Uji normalitas pada data yang terkait Respon Belajar Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
iv). Uji normalitas pada data yang terkait Respon Belajar Sedang v). Uji normalitas pada data yang terkait Respon Belajar Rendah Dari analisis hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang ditunjukkan pada Lampiran 21.a ;
= 0,078430225 dan
,
= 0,083719131,
;
sedangkan daerah kritik DK = { L | L > 0, 083719131 }. Ini berarti DK, sehingga
tidak ditolak, yang berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Dari analisis hasil belajar siswa kelompok kontrol yang ditunjukkan pada Lampiran 21.b ;
= 0,0685986 dan
,
;
= 0,08262,
sedangkan daerah kritik DK = { L | L > 0,08262 } . Ini berarti DK, sehingga
tidak ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan uji normalitas yang ditunjukkan pada Lampiran 21.c1, data hasil belajar siswa berdasarkan respon tinggi adalah = 0,0715827 dan
,
= 0,100969071, sedangkan daerah kritik
;
DK = { L | L > 0,100969071 }. Ini berarti
DK, sehingga
tidak
ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan
uji normalitas yang
ditunjukkan pada
Lampiran 21.c2 data hasil belajar siswa berdasarkan respon sedang adalah = 0,0791806
dan
,
;
= 0,096670525, sedangkan
kritik DK = { L | L > 0,096670525 }. Ini berarti
daerah
DK, sehingga
tidak ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Dari hasil perhitungan uji normalitas yang ditunjukkan pada Lampiran 21.c3, data rendah
hasil
adalah
belajar siswa
= 0,09821767 dan
berdasarkan ,
;
respon
= 0,10905906,
sedangkan daerah kritik DK = { L | L > 0,10905906}. Ini berarti DK, sehingga
tidak ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
b.
Uji Homogenitas
Dalam penggunaan analisis variansi adalah bahwa populasipopulasinya harus homogen. Untuk mengetahui apakah sampel-sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen ( mempunyai variansi – variansi yang sama ). Uji Homogenitas yang dilakukan dua kali yaitu uji homogenitas pada data yang terkait dengan model pembelajaran dan uji homogenitas pada data yang terkait dengan respon siswa pada pembelajaran. Digunakan metode Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Lampiran 22.a data hasil belajar siswa berdasarkan model pembelajaran adalah 3,841 dan
= 3,36504 ; sedangkan daerah kritik DK = { DK, sehingga
3,841 }, berarti
,
|
;
= >
tidak ditolak yang berarti
populasi-populasinya homogen. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Lampiran 22.b, data hasil belajar siswa berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran adalah
,
;
= 5,991 dan
= 2,1951 ; sedangkan daerah
commit to user
kritik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
DK = {
|
> 5,991 }, berarti
DK, sehingga
tidak ditolak
yang berarti populasi-populasinya homogen. 2. Uji Keseimbangan
Setelah
uji
prasyarat
terpenuhi
selanjutnya
dilakukan
uji
keseimbangan dengan satatistik uji t. Uji keseimbangan digunakan untuk melihat apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan kelas yang seimbang atau mempunyai kemampuan awal sama. Data yang akan diuji berupa nilai ulangan harian matematika kelas X semester genap pada siswa kelompok eksperimen ditunjukkan
dan kelompok kontrol. Dari hasil perhitungan yang
pada Lampiran 21 diperoleh
daerah kritik DK = { t | t < - 1,96 atau berarti
DK, sehingga
.
t > 1,96 } dan
;
= 1,96, sedangkan = 0,87651999. Ini
tidak ditolak, ini berarti rata-rata kemampuan
awal siswa kelompok eksperimen dan kemampuan awal kelompok kontrol sama.
3. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Uji Hipotesis
Setelah Uji Prasyarat Anava terpenuhi dilakukan Uji Anava Dua Jalan dengan sel tidak sama. .Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Lampiran 23, analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikan = 0,05 dapat dilihat dalam tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama Sumber
JK
dk
RK
2347,31
1
2347,31
16,7138
3,84
ditolak
Respon (B)
1555,52
2
777,76
5,5380
3,00
ditolak
Interaksi (AB)
190,25
2
95,25
0,67768
3,00
diterima
Galat (G)
35130,7
221
140,441
-
-
-
Total
46219,733
226
-
-
-
-
p
Model Pembelajaran (A)
Untuk hasil perhitungan anava dua dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. a). Dari hasil rangkuman analisis variansi dua jalan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 di atas di dapat untuk
= 16,7138 dan
= 3,84. Sedangkan daerah kritik
adalah DK = { F | F > 3,84 } , sehingga
DK, jadi H
ditolak.
atau ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikatnya atau dengan kata lain terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Ini berarti ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar materi Trigonometri siswa kelas X SMA Negeri Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
b).Dari Tabel 4.6 hasil rangkuman anlisis variansi dua jalan di atas didapat bahwa = 5,5380 dan
= 3,0. Sedangkan daerah kritik untuk
DK = { F | F > 3,00 } , sehingga
DK, sehingga
adalah
ditolak. Berdasarkan
hal tersebut, terdapat perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikatnya atau dengan kata lain terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa dengan respon tinggi, sedang dan rendah. Ini berarti ada pengaruh respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar pada materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali. c). Dari hasil rangkuman analis variansi dua jalan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 di atas didapat untuk
= 0,67768 dan
= 3,00. Sedangkan daerah kritik
adalah DK = { F | F > 3,00 }, sehingga
DK, jadi
tidak
ditolak atau tidak ada interaksi antara efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikatnya, dengan kata lain perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diberi pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dengan pembelajaran model Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning berlaku sama (konsisten) pada
masing-masing respon siswa terhadap pembelajaran dan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan respon tinggi, respon sedang dan respon rendah berlaku sama (konsisten) untuk tiap-tiap model pembelajaran.
b. Hasil Uji Komparasi Ganda
Dari hasil analisis variansi dua jalan diperoleh keputusan ditolak, maka diadakan uji lanjut anava ( uji komparasi ganda ) dengan metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Scheffe’ yang bertujuan untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom. Hal ini berarti tidak semua kategori tingkat respon siswa pada pembelajaran memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Trigonometri. Pada kasus ini, uji komparansi ganda dilakukan karena efek antar kolom terdiri dari tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah, sehingga mana yang secara signifikan mempunyai rerata yang berbeda Hasil uji komparansi ganda antar kolom menggunakan metode Schaffe disajikan dalam bentuk Tabel 4.7. Perhitungan selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 24. Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Komparasi Ganda Komparasi
Statistik Uji F
Keputusan Uji
p
2,4861
6,00
Tidak ditolak
> 0,05
10,6984
6,00
Ditolak
< 0,05
3,3243
6,00
Tidak ditolak
> 0,05
Dari rangkuman Tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa : a.
tidak ditolak karena
= 2,4861 < 6,00. Ini berarti siswa dengan respon
belajar tinggi memberikan prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan respon belajar sedang. b.
diitolak karena
= 10,6984 > 6,00. Ini berarti siswa dengan respon
belajar tinggi memberikan prestasi yang tidak sama dengan siswa dengan respon belajar rendah. Dari rataan marginalnya yaitu rataan prestasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
siswa dengan respon tinggi 66,72 dan rataan prestasi belajar siswa dengan respon rendah 60,30 menunjukkan bahwa rataan prestasi belajar siswa dengan respon tinggi lebih tinggi dari pada rataan prestasi belajar dengan respon rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan respon tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan respon belajar rendah. c.
tidak ditolak karena
= 3,3243 < 6,00. Ini berarti siswa dengan respon
belajar sedang memberikan prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan respon belajar rendah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi ( Anava ). Dari kesimpulan atau hasil penelitian maka perlu dilakukan komparasi ganda atau uji lanjut pasca anava, yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.8 Rataan masing-masing data hasil penelitian Respon
Rataan
Pembelajaran Tinggi
Sedang
Rendah
Marginal
68,9
67,1795
64,7272
66,9355
64,5405
60,9777
55,8787
60,4656
66,7202
64,0786
60,3029
63,7005
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning Rataan Marginal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, diperoleh
= 16,7138 > 3,84 =
, sehingga
DK, jadi
ditolak. Ini
berarti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa
setting Cooperative Learning pada materi pokok Trigonometri. Dari Tabel 4.8 menunjukkan rataan marginal baris
= 66,9355 > 60,4656 =
, ini berarti
bahwa rataan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning lebih tinggi dibandingkan
dengan rataan prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian dan mungkin disebabkan oleh faktor antara lain siswa tertarik dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning sehingga mudah mengikuti pembelajaran matematika,
anak
dapat
mengungkapkan
ide
atau
gagasan,
dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan bailk dan adanya kesesuaian dengan pembelajaran ini pada materi pokok Trigonometri. Dengan demikian dapat disimpulkan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning memberikan prestasi belajar lebih baik pada materi Trigonometri dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
pada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. 2. Hipotesis Kedua
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, = 5,5380 > 3,00 =
diperoleh
, sehingga
DK, terlihat bahwa
ditolak. Ini berarti tidak semua respon siswa pada pembelajaran memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Trigonometri. Karena
ditolak maka diperlukan uji lanjut anava yaitu uji
komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 24. Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 1 dan 2 pada Tabel 4.6 diperoleh
= 2,4861 < 6,00 = 2
, sehingga
tidak ditolak,
Artinya siswa yang mempunyai respon tinggi dan yang mempunyai respon sedang secara siginfikan memiliki prestasi belajar yang sama. Meskipun dilihat dari rataan marginalnya berbeda, tetapi perbedaan tersebut secara signifikan tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jadi dapat disimpulkan siswa dengan respon tinggi memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan respon sedang pada materi pokok Trigonometri. Untuk uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 3 pada Tabel 4.6 diperoleh
= 10,6984 > 6,00 = 2
, sehingga
ditolak, berarti siswa
yang mempunyai respon tinggi dan siswa yang mempunyai respon rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Perbedaan rataan marginalnya, rataan siswa dengan respon tinggi 66,7202 lebih tinggi dari pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
siswa dengan respon belajar rendah dengan rataan 60,3029 secara signifikan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok Trigonometri. Hal ini mungkin disebabkan siswa dengan respon tinggi memang tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau karena sering latihan soal-soal sehingga lebih cepat untuk berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih rendah. Sedangkan siswa dengan respon belajar rendah mungkin karena tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga kurang latihan soal-soal sehingga lebih lambat untuk berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih tinggi. Dengan demikian prestasi belajar siswa dengan respon tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan respon rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa dengan respon tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan respon rendah pada materi pokok Trigonometri. Untuk uji komparasi ganda pada kolom 2 dan 3 pada Tabel 4.6 diperoleh
= 3,3243 < 6,00 = 2
, sehingga
tidak ditolak, berarti
siswa yang mempunyai respon sedang dan yang mempunyai respon rendah secara siginfikan memiliki prestasi belajar yang sama. Meskipun dilihat dari rataan marginalnya berbeda, tetapi perbedaan tersebut secara signifikan tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jadi dapat disimpulkan siswa dengan respon sedang memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan respon rendah pada materi pokok Trigonometri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh = 0,67768 < 3,00 = DK maka
, sehingga
bukan anggota daerah kritik. Karena
diterima. Karena
uji lanjut anava. Dengan diterimanya
diterima maka tidak diperlukan berarti tidak terdapat interaksi
maka dapat disimpulkan bahwa untuk perbedaan prestasi belajar matematika dari masing-masing cara penyajian materi konsisten pada masing-masing kategori respon siswa dan prestasi belajar dari masing-masing kategori respon siswa konsisten pada cara penyajian materi. Artinya siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning mempunyai
prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing
kategori respon siswa pada pembelajaran. F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor yang tidak diperhitungkan dan ini merupakan keterbatasan dalam penelitian, sehingga diharapkan tidak terjadi persepsi yang salah dalam penggunaan hasilnya. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain : 1. Populasi pada penelitian ini hanya mengambil siswa kelas X SMA Negeri se Boyolali dan tidak melibatkan SMA Swasta. Di samping itu pengambilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
sampel juga mungkin masih kurang baik sehingga kurang bisa mewakili populasinya. 2. Cara penyajian materi pada penelitian ini terbatas pada penggunaan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning sehingga mengabaikan cara penyajian materi yang lain. Padahal masih banyak cara penyajian materi yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya materi pokok Trigonometri. 3. Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan sekali masih ada kerja sama, sehingga akan berakibat data untuk nilai prestasi belajar pada penelitian ini menjadi kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket motivasi belajar siswa kemungkinan masih banyak siswa yang mengisi angket kurang jujur, sehingga berakibat pembagian kelompok motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah kurang akurat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis hasil penelitian serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning pada materi
pokok Trigonometri menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning.
2. Respon siswa pada pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Trigonometri. Prestasi belajar siswa yang mempunyai respon tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai respon sedang, prestasi belajar siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada yang memiliki respon rendah dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon sedang sama dengan prestasi belajar siswa yang mempunyai respon rendah. 3. Prestasi belajar matematika dari masing-masing cara penyajian materi berlaku konsisten/ sama pada masing-masing kategori respon siswa pada pembelajaran dan prestasi belajar matematika dari masing-masing kategori respon siswa berlaku konsisten/ sama pada masing-masing cara penyajian materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
B. Implikasi Hasil penelitian 1. Implikasi Teoritis
Dari kesimpulan di atas bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Trigonometri. Hal ini menunjukkan secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan cara penyajian materi pada materi pokok Trigonometri pada khususnya dan materi pokok yang lain pada umumnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian secara teoritik untuk memilih dan mempersiapkan cara penyajian pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran atau materi pokok, sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik guru dan karakteristik siswa. Ditinjau dari nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada materi pokok Trigonometri, ternyata siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning mempunyai nilai rata-rata
yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
model
pembelajaran
Accelerated
Cooperative Learning
commit to user
Teaching
tanpa
setting
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Dengan kata lain siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning
memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
daripada
mengikuti
siswa
yang
pembelajaran
matematika
model
pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan atau mengoptimalkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dapat meningkatkan respon
siswa pada pembelajaran matematika. Secara teoritis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan respon siswa pada
pembelajaran
matematika
khususnya
dengan
menggunakan
pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa yang respon belajarnya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang respon belajarnya rendah. Secara umum siswa yang respon belajarnya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang respon belajarnya rendah. Hal ini dikarenakan jika seorang siswa yang mempunyai respon belajar yang tinggi maka dalam melakukan aktivitas belajar tentunya akan lebih optimal baik kuantitas maupun kualitas, yang pada akhirnya akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
menunjang
optimalnya
prestasi
belajar
siswa.
Jadi
guru
harus
memperhatikan tentang respon siswa pada pembelajaran sebagai salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam proses belajar matematika sehingga dapat memberikan perlakuan yang tepat untuk siswa yang mempunyai respon belajar tinggi, sedang maupun rendah.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih cara penyajian materi yang tepat, efektif dan efisien serta memperhatikan respon siswa pada pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok Trigonometri. C.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa saran yang ditujukan pada guru mata pelajaran, siswa dan kepala sekolah yaitu : 1. Kepada guru mata pelajaran matematika
a. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika, hendaknya guru lebih banyak melibatkan keaktifan siswa, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator saja. Misalnya dengan memilih dan menggunakan cara penyajian materi yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa, seperti pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
yang
menggunakan
model
Accelerated
Teaching
dengan
setting
Cooperative Learning.
b. Cara penyajian materi dengan menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning merupakan salah satu alternatif cara penyajian materi yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, oleh karena itu hendaknya guru mau mencoba cara penyajian materi tersebut untuk mengajarkan materi pokok matematika, selanjutnya mau melakukan refleksi untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. 2. Kepada siswa
a. Sebaiknya siswa selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru tentang materi yang disampaikan dan memahami dengan baik ringkasan materi pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
b. Sebaiknya siswa mengikuti dengan aktif dan berpikir secara kritis pada saat mereka berdiskusi dengan kelompok, selalu menghargai penjelasan, pendapat, pertanyaan atau jawaban yang disampaikan oleh siswa lain pada saat pembelajaran. 3. Kepada kepala sekolah
a. Hendaknya kepala sekolah menyarankan kepada guru matematika agar dalam memberikan pembelajaran dapat memperoleh hasil yang optimal harus memilih cara penyajian materi yang mengaktifkan siswa, salah satu cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
penyajian materi yang dapat dipilih adalah menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
b. Agar proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dapat berjalan
dengan baik dan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal, sebaiknya kepala sekolah menyediakan suatu ruangan yang dapat digunakan sebagai tempat diskusi, sehingga setiap akan digunakan tidak perlu lagi menata meja dan kursi.
commit to user