. Untuk konfigurasi secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini. . Sistem kontrol SPEEDTRONICTM Mark V merupakan sistem kontrol digital yang berisi logic-logic kontrol, proteksi dan sequence pada operasi turbin baik itu gas turbine ataupun steam turbine. Sistem kontrol SPEEDTRONICTM Mark V menggunakan card-card multifungsi untuk pemrosesan sinyal kontrol. Steam Turbine pada dasarnya mempunyai 2 mode kontrol yaitu speed/load control dan inlet pressure control. Keberadaan steam turbine pada PLTGU digunakan untuk memaksimalkan steam yang dihasilkan dalam HRSG. Setpoint IPC bertujuan untuk menjaga minimum pressure dalam steam header, membatasi percepatan kecepatan aliran steam HRSG yang sedang dioperasikan, dan menjaga keseimbangan produksi steam di HP steam drum dengan steam yang keluar dari kedua main control valve.
Gambar Konfigurasi kontrol TMR Mark V
Pada konfigurasi TMR sendiri terdapat tiga buah modul kontrol
pemeliharaan lokal, baik itu pengamatan peralatan turbin, pengontrolan turbin, pengamanan turbin maupun pemasukan data baru ke kontrol panel. 3.4 Hardware Input-Output Mark V di desain untuk berhubungan langsung dengan peralatan turbin dan generator seperti : • magnetic speed pickup • servo dan LVDT/R • sensor vibrasi • thermocouples • Resistive Temperature Devices (RTD) IV. SISTEM KONTROL SPEEDTRONICTM MARK V SEBAGAI PENGENDALI STEAM PADA INLET PRESSURE CONTROL STEAM TURBINE GENERATOR (STG) 4.1 Pendahuluan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) merupakan pembangkit listrik gabungan antara Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Siklus pembangkit listrik gabungan (combined cycle powerplant) merupakan metode yang sangat efektif untuk pembangkitan listrik, dimana teknologi ini dapat memanfaatkan gas buang dari gas turbine / turbin gas (pembangkit primer) menjadi pembangkit pada steam turbine / turbin uap (pembangkit sekunder), sehingga teknologi ini menawarkan banyak keuntungan dari segi biaya operasional. High Pressure Steam (main steam) merupakan produk utama yang dihasilkan oleh HRSG (Heat Recovery Steam Generator), kemudian gabungan dari ketiga HP steam berkumpul menjadi satu untuk menggerakkan HP steam turbin. HP Steam yang keluar dari HP Steam Turbine tersebut karena masih mempunyai tekanan cukup tinggi (4,5 s/d 6 barg) bersama-sama dengan gabungan dari ketiga Low Pressure Steam, produk kedua yang dihasilkan oleh HRSG (Heat Recovery Steam Generator), diumpankan untuk menggerakkan LP steam turbin untuk menghasilkan daya listrik. Ketiga High Pressure steam yang berkumpul dalam HP Steam header menjadi komplek karena tambahan main steam yang bervariasi sehingga dapat mengakibatkan ketidakstabilan sistem. Pembangkitan sistem kombinasi pertama kali menggunakan formasi 1.1.1 yang berarti sistem pembangkit
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
dioperasikan oleh 1 buah Gas Turbine, 1 buah HRSG, dan produk steam dari HRSG tersebut akan menggerakkan 1 Steam Turbine. Dengan bertambahnya 1 buah Gas Turbine yang distart dan menyusul bertambahnya 1 HRSG pasangannya ikut distart maka formasi menjadi 2.2.1, begitu pula dengan dioperasikannya Gas Turbine dan HRSG yang ketiga maka formasi menjadi 3.3.1. HP steam yang keluar dari masingmasing HP Superheater HRSG merupakan HP superheater steam yang dimonitor keadaannya, yaitu keadaan temperatur, tekanan, dan laju aliran massa (flow) yang dijaga pada nilai tertentu. Gabungan dari ketiga HP main steam tersebut kemudian dibagi menjadi dua aliran pemasukan ke HP Steam Turbine dan mendapat perlakuan kendali steam pressure kembali yang sama pada kedua aliran pemasukan tersebut, yang dikenal Inlet Pressure Control (IPC) sebelum memasuki HP Steam Turbine agar sesuai dengan performansi yang diharapkan. Perlakuan kendali ini dalam rangka untuk mengatur karakteristik steam yang masuk ke HP steam turbin. Variabilitas tekanan (32 s/d 86 barg) dan suhu berdampak pada tenaga Steam Turbine yang selanjutnya berdampak langsung terhadap generator sebagai pembangkit listrik. Variabilitas tekanan dan suhu juga berdampak pada listrik yang dihasilkan dan kesalahan disini bisa menyebabkan kerusakan pada plant terutama pada Steam Turbine. Berbeda dengan strategi kendali steam dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana inlet pressure steam dikendalikan dengan load feedback. Kendali steam turbine dalam PLTGU Tambak Lorok terdapat berbagai mode kendali, speed/load control dan IPC, dimana dalam mode kendali IPC tidak ada load feedback. Sesuai dengan filosofi PLTGU, keberadaan steam turbine digunakan untuk memaksimalkan steam yang dihasilkan dalam HRSG. Setpoint IPC bertujuan untuk menjaga minimum pressure dalam steam header, membatasi percepatan kecepatan aliran steam HRSG yang sedang dioperasikan, menjaga keseimbangan produksi steam di HP steam drum dengan steam yang keluar dari kedua main control valve. Minimum header pressure ditentukan untuk mencegah ketidakseimbangan yang berlebih dengan jumlah HRSG yang operasikan dengan daya yang dihasilkan oleh Steam Turbine agar parameter proses dapat
dijaga agar tidak menimbulkan gangguan dan bahaya yang serius dalam proses. 4.1.1 Steam Turbine Steam Turbine pada PLTGU PT. Indonesia Power UBP Semarang adalah turbin kondensasi tanpa pemanasan yang dioperasikan secara bersamaan oleh satu hingga tiga buah gas turbine dan tiga buah Heat Recovery Steam Generator yang menjadi pasangannya. Gas turbine dan Heat Recovery Steam Generator tersebut bertugas memproduksi dan menyalurkan steam ke dalam steam turbine. Steam yang diproduksi kemudian diterima dan disalurkan ke steam turbine melalui dua buah main stop and control (V1) valves menuju high pressure turbine / turbin tekanan tinggi dan melalui satu buah low pressure admission stop and control valves ke LP vertical joint. Inlet Pressure Control (IPC) dan LP admission pressure control diaplikasikan pada proses ini demikian juga Inlet Pressure Limiter (IPL).
Gambar Skema steam turbine
Main control valve / katup kontrol utama dapat digunakan untuk pengoperasian mode speed/load control dan Inlet Pressure Control tetapi tidak secara bersamaan. Generator pada steam turbine harus tersinkronisasi dan mempunyai beban listrik yang cukup (dalam hal ini steam flow yang cukup) sebelum pressure dapat dikontrol oleh steam turbine. Maka pada kedua main control valve akan dioperasikan dalam speed/load control atau istilah lainnya dengan Mode MW setpoint diatas beban minimum (15 s/d 25MW). Setelah keadaan ini stabil, main control valve dipindah ke mode Inlet Pressure Control. Setelah keadaan (Temperatur, pressure dan flow) pada LP Steam telah memenuhi syarat pada Steam Turbine, maka single low pressure admission valve dioperasikan yaitu dengan membuka LP
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
Steam Stop Valve, dan setting LP Admission Control Valve dilakukan. Istilah disini adalah APC di-ON-kan.
Gambar Skema aliran uap
4.1.2 Steam Turbine Control Modes
Steam turbine / turbin uap pada dasarnya memiliki dua mode kontrol: 1. Speed/load control Pada mode ini sistem kontrol akan mampu mengendalikan kecepatan putaran dan beban pada Steam Turbine. Unit mulai beroperasi dan mulai berbeban awal saat berada pada mode speed/load control. Saat mode ini aktif, beban/daya yang dibangkitkan akan konstan sesuai dengan setting beban yang dikehendaki. Dalam mode ini inlet pressure bisa dikontrol oleh perangkat lain seperti steam bypass system. Sedangkan pada admission (LP Steam Control Valve) belum dioperasikan, atau hanya akan menjadi variabel yang tidak dikontrol, dan tidak akan mempengaruhi beban. Speed control akan selalu siap pula untuk mengambil alih kontrol Steam Turbine yang sedang dioperasikan bila terjadi overspeed. 2. Inlet Pressure Control (IPC) Pada mode ini sistem kontrol akan mampu mengendalikan inlet steam pressure dengan asumsi bahwa pengaturan frekuensi diambil alih oleh jaringan listrik atau perangkat yang lain. Saat mode ini aktif, inlet pressure akan relatif konstan selama main control valves / katup kontrol utama berada pada jangkauan operasi efektifnya. Dalam mode ini beban/daya yang dibangkitkan merupakan variabel yang tidak dikontrol yang nilainya berubah-ubah atau bervariasi sesuai produksi uap. Perubahan pada admission flow tidak akan mempengaruhi inlet pressure.
4.2
Inlet Pressure Control High pressure steam dengan kondisi masukan yang bervariasi dapat mengakibatkan ketidakstabilan sistem. Gabungan ketiga HP steam mendapat perlakuan kendali yang dikenal dengan Inlet Pressure Control (IPC) sebelum memasuki HP steam turbine agar sesuai dengan performansi yang diharapkan. Dimana dalam setpoint IPC bertujuan untuk menjaga minimum pressure dalam HP header dan mencegah ketidakseimbangan berlebih dengan operasi boiler. 4.2.1 Development of control signals Ketika IPC IN yang dipilih, KIPC_L dilewatkan menuju MAX select block, dan sinyal kontrol IPC akan sebanding dengan error tekanan selama nilainya lebih besar dari KIPC_L. Ketika IPC OUT yang dipilih, KIPC_H dilewatkan menuju MAX select block, dan IPC masuk mode off atau tidak digunakan / removed from service. Mengurangi nilai setpoint akan cenderung meningkatkan error, meningkatkan sinyal IPC (control valve / katup kontrol membuka) sehingga inlet flow akan naik dan inlet pressure akan turun.
Gambar Inlet Pressure Proportional + Lag Control
Pengaturan Inlet Pressure Control akan selalu berkaitan dengan speed/load control sehingga dalam pengolahannya perlu diperhatikan juga mengenai speed/load summer pada load control. Seperti yang ditunjukkan pada diagram Speed/Load Summer, sinyal kontrol TN_LD adalah fungsi dari speed error TNHE, load setpoint LDR_CMD, load limit setpoint LLR_CMD, Inlet Pressure Control demand IPC, dan Inlet Pressure Limiter demand IPL. Untuk kedua jenis mode kontrol, ketika unit tersinkronisasi maka speed error TNHE akan sama dengan nol.
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
Ketika dalam mode Speed/Load Control dan unit tersinkronisasi, jika sinyal LLR_CMD dan IPL lebih besar dari 100% (tanpa ada pembatasan) maka TN_LD hanya akan bergantung pada fungsi load setpoint LDR_CMD. Ketika dalam mode Inlet Pressure Control dan sinyal LDR_CMD lebih dari 100%, IPC akan bernilai minimum (100% atau dibawahnya) sehingga TN_LD hanya akan bergantung dari fungsi IPC.
Selama unit berada dalam mode IPC, produksi steam akan menentukan posisi main control valves. Bertambahnya steam flow / laju uap akan mengakibatkan bertambahnya beban pada turbin. Jika setpoint berada pada posisi tertentu, bertambahnya steam flow / laju uap akan menyebabkan valves terbuka lebih lebar. Dalam kondisi tersebut, inlet pressure akan bertambah besar. 4.3 IPC SUPPORTING PARTS Dalam pengoperasian Inlet Pressure Control ada beberapa bagian yang memiliki peranan penting. 4.3.1 Combined Stop and Control Valve
Gambar Speed/load summer
4.2.2 Inlet Pressure Control Operation Untuk operasi IPC dapat dikatakan bahwa high pressure steam / uap bertekanan tinggi yang bersumber dari boiler atau HRSG berada di bawah kendali tekanan steam turbine. Dengan kata lain, operasi IPC mengikuti operasi HRSG / HRSG-following mode. IPC bisa diaktifkan setelah memenuhi persyaratan bahwa turbin sudah mempunyai beban listrik yang cukup ( > 20% ) dengan beberapa ketentuan: 1. Unit terhubung paralel dengan perangkat lain yang sanggup menjaga frekuensi dan menyerap perubahan beban lokal. Dalam hal ini unit terhubung dengan jaringan listrik. 2. Mode IPC mengorbankan fungsi dari load control. Load setpoint harus dipindahkan ke nilai maximum setelah mode IPC aktif agar IPC dapat merespon maksimal terhadap inlet pressure demand. 3. Pengendali inlet pressure yang lain (boiler or HRSG control) harus dimatikan. Menjalankan dua sistem kontrol yang mencoba untuk mengontrol header pressure akan menyebabkan pressure menjadi tidak dapat diprediksi, terlebih apabila salah satu sistem kontrolnya mempunyai kontrol integral.
Combined stop and control valve digunakan pada Steam Turbine Generator untuk mengatur jumlah main steam yang masuk ke dalam HP turbine. Sesuai dengan namanya, combined valve ini terdiri dari 2 valve, yaitu stop valve (SV) dan control valve (CV) yang tergabung dalam satu casing dan satu dudukan. Walaupun valve ini tergabung dalam satu casing, pengoperasian baik mekanik maupun kontrol terpisah satu sama lain. Control valve dioperasikan dari valve casing bagian atas sementara stop valve dioperasikan dari bawah valve casing. 4.3.1.1 Control Valve Fungsi utama dari control valve adalah untuk mengatur kecepatan putaran dan beban speed/load control. Control valve merupakan proteksi awal terhadap turbine overspeed dan itu diatur oleh servo valve yang menerima sinyal dari sistem kontrol electrohydraulic. Sinyal kontrol, yang merepresentasikan posisi control valve, sangat berkaitan dengan overspeed. Ketika kecepatan putaran meningkat menuju nilai diatas normal, control valve dirancang untuk tertutup sepenuhnya. 4.3.1.2 HP Stop Valve HP stop valve disediakan hanya untuk perlindungan jika terjadi keadaan darurat. HP stop valve bertindak sebagai proteksi lanjutan jika terjadi kegagalan pada perangkat kontrol baik pada saat keadaan normal atau saat terjadi emergency. Sinyal yang menggerakkan stop valve berasal dari hidrolik, baik saat off (posisi valve tertutup) ataupun saat on (valve reset dan kemudian terbuka).
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
4.3.2 LVDT (Linear Variable Differential Transformer) LVDT digunakan sebagai sensor posisi dari aktuator hidrolik yang dikendalikan. Pada sistem pengendalian Inlet Pressure Control digunakan tiga buah LVDT yang terletak pada control pac 3 lvdt. Posisi fisik dari aktuator dideteksi oleh LVDT (Linear Variable Differential Transformer) dan diubah ke dalam sinyal tegangan yang diumpanbalikkan ke kontroler. Output dari LVDT adalah tegangan AC yang proporsional dengan posisi core dari LVDT.
Gambar Linear Variable Differential Transformer
4. Aktuator hidrolik sebagai penggerak dengan daya hidrolik untuk memposisikan perlengkapan mekanis Output dari kontroler memposisikan servo valve sehingga bisa mengalirkan minyak bertekanan tinggi ke salah satu dari dua sisi aktuator hidrolik. 4.3.3.1 Servo Valve Servo valve digunakan untuk mengendalikan arah dan besar pergerakan dari aktuator hidrolik suatu peralatan kontrol. Servo valve berfungsi sebagai interface antara sistem mekanis dan elektris dengan cara mengubah sinyal elektris menjadi pergerakan hidrolik. Berdasarkan sinyal input elektris ini, servo valve mengatur cairan hidrolik bertekanan tinggi ke aktuator. Kontrol TMR Mark V menggunakan tiga koil elektrik yang terisolasi pada torsi motor. Tiap koil dihubungkan ke salah satu dari tiga kontroler
Gambar Grafik hubungan LVDT output voltage dengan LVDT range of travel
4.3.3 Servo Valve Drive System Servo valve drive system / sistem pengendalian servo valve merupakan interface antara sistem kontrol Mark V dan aktuator hidrolik yang memposisikan peralatan mekanik. Pada prinsipnya, sistem ini membandingkan posisi aktual dari aktuator hidrolik dengan setpoint dan keluaran dari sinyal kontrol posisi yang mempertahankan kesetimbangan sistem. Sistem ini terdiri dari: 1. Kontroler Mark V 2. Servo valve untuk mengendalikan minyak hidrolik yang masuk ke aktuator 3. LVDT atau LVDR sebagai umpan balik posisi valve ke kontrol Mark V
Gambar Electrohydraulic Servovalve
4.3.3.2 Umpan balik posisi LVDT Posisi fisik dari aktuator dideteksi oleh LVDT (Linear Variable Differential Transformer) dan diubah ke dalam sinyal
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
tegangan yang diumpanbalikkan ke kontroler. Jika sistem belum setimbang (aktuator hidrolik tidak berada pada posisi setpoint), sinyal kontroler ke servo valve akan memposisikan valve di posisi yang seharusnya, mengembalikan kesetimbangan sistem dengan mereposisikan aktuator hidrolik.
3.
4.
5.
6.
7.
Gambar Type 4 Regulator Signal Flow Diagram
Regulator yang digunakan untuk mengatur umpan balik posisi diprogram melalui konfigurator TCQA I/O. Regulator yang digunakan memiliki tipe 49. Angka ”4” menunjukkan bahwa regulator ini mengendalikan posisi (dalam hal ini posisi main stop and control valve) dengan umpan balik posisi. Sedangkan angka ”9” ,yang merupakan sub tipenya, mempunyai arti ratarata dari 3 LVDT yang digunakan. Maka regulator tipe 49 mempunyai arti regulator pengontrolan posisi dengan cara mengumpanbalikkan posisi yang merupakan rata-rata dari ketiga LVDT yang digunakan. V. KESIMPULAN 1. SPEEDTRONICTM Mark V adalah suatu sistem kontrol dan proteksi yang telah dikembangkan oleh General Electric (GE) dengan menggunakan software dan hardware yang modern. 2. SPEEDTRONICTM Mark V menggunakan sistem TMR yang terdiri dari tiga buah processor control
core
VI. DAFTAR PUSTAKA Santoso, Junaidi. Laporan Kerja Praktek Sistem Kontrol SpeedtronicTM Mark V Sebagai Pengendali Turbin Pada Generator Turbin Gas (GTG). Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro: Semarang. 2006 Subroto, Samsu Haryo.SPEEDTRONICTM Mark V. 2007 Operator Manual Volume 1A. PT.PLN (Persero) Tambak Lorok Operation and Control System Volume 1. PT.PLN (Persero) Tambak Lorok Operation and Control System Volume 1A. PT.PLN (Persero) Tambak Lorok Maintenance and System Description Steam Turbine Volume 2. PT.PLN (Persero) Tambak Lorok Maintenance and System Description Steam Turbine Volume 2B. PT.PLN (Persero) Tambak Lorok SPEEDTRONICTM Mark V Control Description and Application.Volume I. 1993
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
BIODATA FX Ryan Kurniawan, adalah mahasiswa Teknik Elektro (S1) Universitas Diponegoro angkatan 2006 dengan mengambil konsentrasi Kontrol.
Semarang,
Agustus 2010
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Iwan Setiawan, ST. MT. NIP. 197309262000121001
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang