Terbaik didalam peer group dan Menciptakan pertumbuhan bagi seluruh Stakeholder
Memberikan pelayanan terbaik kepada Nasabah dan mengembangkan bank, melalui karyawan yang profesional, berdedikasi tinggi dan memiliki integritas tinggi disertai dengan dukungan Teknologi Informasi yang handal
1
“TUMBUH DAN BERHASIL BERSAMA” merupakan komitmen bank kepada nasabah.
P.T. Bank Royal Indonesia adalah Bank Umum Non Devisa dengan kantor pusat di Jalan Suryopranoto No. 52 Jakarta Pusat.
Jumlah keseluruhan
kantor adalah 8 (delapan) kantor; yakni 1 (satu) kantor pusat, 1 (satu) kantor cabang dan 5 (lima) kantor cabang pembantu serta 1 (satu) kantor kas. Nama P.T. Bank Royal Indonesia resmi dipergunakan sejak Januari 1990, berdasarkan Akta No 68 tanggal 8 Januari 1990 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta. Awalnya P.T. Bank Royal Indonesia adalah P.T. Bank Pasar Rakyat Parahyangan yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum. Izin beroperasi diperoleh berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1090/KMK.013/1990 tanggal 12 September 1990.
2
Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, pertumbuhan P.T. Bank Royal Indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Selama Tahun 2010, Dewan Komisaris telah melakukan pemantauan dan penilaian atas faktor-faktor yang memengaruhi kinerja P.T. Bank Royal Indonesia, seperti penilaian terhadap Permodalan, Kualitas Asset, Likuiditas, dan Rentabilitas. Untuk memperkuat permodalan P.T. Bank Royal Indonesia, pemegang saham telah melakukan penyetoran modal, sehingga nilai CAR dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar sebesar
64 % jauh
melampaui target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Realisasi profil risiko secara keseluruhan bisnis Bank adalah Low cenderung Stabil. Penilaian kami terhadap kinerja Direksi dan jajaran manajemen dapat kami sampaikan bahwa Direksi dan jajaran manajemen telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan bank untuk mencapai tujuan bersama. Dewan Komisaris berkomitmen untuk tetap mengarahkan agar P.T. Bank Royal Indonesia mampu meningkatkan kinerja
dengan landasan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Dewan Komisaris selalu mengupayakan agar tata kelola perusahaan yang baik selalu diperhatikan dalam setiap langkah dan kebijakan P.T. Bank Royal Indonesia. Kedepan Dewan Komisaris akan terus mendorong manajemen P.T. Bank Royal Indonesia untuk melakukan penyempurnaan agar prinsip-prinsip
Good Corporate Governance dapat diterapkan secara lebih efektif.
3
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada stakeholder
bank, pemegang saham, nasabah dan
mitra usaha bank atas segala kerjasama yang telah terbina selama ini. Semoga kita semua dapat menjadikan Tahun 2011 sebagai tahun perkembangan dan kejayaan bagi P.T. Bank Royal Indonesia.
Jakarta, 31 Desember 2010
Ibrahim Soemedi Komisaris Utama
4
Pemegang saham dan stakeholder yang terhormat, Selama Tahun 2010 perkembangan perekonomian Indonesia cukup baik. Hal ini tercermin dari tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dalam Tahun 2010 yang mencapai 6.0 % jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan Tahun sebelumnya yang hanya mencapai 4.5 %. Demikian pula dengan pasar keuangan Indonesia mengalami peningkatan dana yang cukup besar yang berasal dari masuknya dana asing ke beberapa instrument
portfolio seperti Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi pemerintah maupun swasta serta saham. Hal ini mengakibatkan cadangan devisa pun mengalami peningkatan yang cukup tinggi ,sehingga pada Tahun 2010 cadangan devisa mencapai USD 96,2 miliar atau naik 45,5 % dibandingkan Tahun 2009. Namun pada Tahun 2010 tingkat inflasi yang disebabkan kenaikan harga pangan juga cukup tinggi yaitu mencapai 6,96 %. Tingginya inflasi tersebut diperkirakan akan mendorong kenaikan suku bunga di tahun mendatang. Derasnya arus dana asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan likuiditas di perbankan mengalami peningkatan. Hal ini juga terjadi di Bank Royal, dimana pada Tahun 2010 mengalami peningkatan dana pihak ketiga sebesar 25 % dibandingkan Tahun 2009, sehingga total dana pihak ketiga menjadi sebesar Rp 301,4 miliar pada Tahun 2010. Pada Tahun 2010 pemegang saham menyetor tambahan modal sebesar Rp 7,5 miliar sehingga total modal yang disetor pemegang saham mencapai Rp 100 miliar dan modal inti menjadi Rp 117,9 miliar.
5
Peningkatan dana pihak ketiga dan setoran modal dari pemegang saham mengakibatkan
total
asset Bank Royal bertumbuh sebesar 22 %
dibandingkan dengan Tahun 2009 atau menjadi sebesar Rp 433,7 miliar pada Tahun 2010. Namun pertumbuhan dana pihak ketiga dan asset tersebut tidak diikuti dengan pertumbuhan pemberian kredit, sehingga tingkat Loan to
Deposit Ratio (LDR) di Tahun 2010 hanya sebesar 50 %, lebih rendah dibandingkan Tahun 2009 yang mencapai 72 %. Rendahnya tingkat LDR tersebut disebabkan adanya pelunasan pinjaman beberapa debitur dalam jumlah yang cukup besar. Namun demikian pada Tahun 2010 Bank Royal berhasil menurunkan tingkat NPL Gross menjadi sebesar 0,23 % dan hal ini lebih baik dibandingkan Tahun 2009 yang tingkat NPL Gross nya sebesar 0,32 % Setoran modal yang dilakukan Pemegang Saham pada Tahun 2010 mengakibatkan tingkat kecukupan modal Bank Royal menjadi cukup tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan kecukupan modal / Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia. Pada Tahun 2010 CAR P.T. Bank Royal Indonesia mencapai 64 % .Hal ini memberikan keleluasaan kepada P.T. Bank Royal Indonesia untuk tumbuh dan berkembang pada Tahun 2011. Akhir kata, kami Direksi mengucapkan terima kasih kepada pemegang saham dan seluruh stakeholder Bank Royal atas semua dukungan, kepercayaan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini. Jakarta, 31 Desember 2010
Louis H Sjahlim Direktur Utama
6
Komisaris Utama, Sdr. Ibrahim Soemedi Menggeluti dunia perbankan sejak Tahun 1990, dengan menjabat sebagai Wakil Direktur Utama pada P.T. Bank Royal Indonesia.
Keinginan,
kemampuan dan dedikasi yang tinggi, menjadikannya mampu memahami kegiatan perbankan dan selanjutnya memutuskan untuk mengelola bank. Sejak Tahun 2003 menjabat sebagai Komisaris Utama pada P.T. Bank Royal Indonesia.
Komisaris Independen, Sdr. I Made Soewandi, S.H., M.H. Bergabung dengan P.T. Bank Royal Indonesia sejak Juni 2006. Karir di perbankan dimulai Tahun 1976 di Bank Panin. Tahun 1981 hingga Tahun 2002 bergabung dengan Bank Bali, dengan jabatan terakhir sebagai
Assistant Vice President Litigation and Special Assets Management. Berlatar belakang Magister Hukum Bisnis; telah mempraktekkan ilmunya menjadi penasihat Hukum Perusahaan sekaligus menjadi Dosen
di Universitas
Kristen Petra Surabaya pada Tahun 2000 sampai Tahun 2006.
Komisaris Independen, Sdr. Aziar Zain Setelah lulus program MDP pada Bank Umum Nasional Tahun 1985, selanjutnya berkarir di Bank Umum Nasional hingga Tahun 1987. Selanjutnya bergabung dengan Bank Duta hingga Tahun 2000, dengan jabatan terakhir sebagai Marketing Manajer pada cabang Tanah Abang. Pada Tahun 2001 bergabung dengan Bank Niaga. Sejak Tahun 2003 bekerja sebagai pihak independen yakni menjadi konsultan pada beberapa perusahaan.
7
Direktur Utama, Sdr. Louis Halilintar Sjahlim Karir diperbankan dimulai Tahun 1986 pada Bank Dagang Nasional Indonesia. Tahun 1990 – 1993 bergabung dengan Bank Arta Prima, Tahun 1994 – 1995 bergabung dengan Bank Artha Graha sebagai Kepala Divisi Operasi, selanjutnya bergabung dengan Bank Arta Media hingga Tahun 2002 dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Operasi. Pada Tahun 2002 hingga 2008 bekerja pada PT. Kageo Igar Jaya, Tbk. Sebelum bergabung dengan P.T. Bank Royal Indonesia menjabat sebagai Direktur Operasional pada Bank Mitraniaga. Pada bulan Desember 2009 bergabung di P.T. Bank Royal Indonesia sebagai Direktur Utama.
Direktur, Sdri. Diana Annarita Lulus dari Ohio University Amerika pada Tahun 1989. Memulai karir di dunia perbankan sejak Tahun 1990 pada Bank Arta Prima. Pada awal Tahun 1994 bergabung di P.T. Bank Royal Indonesia sebagai Pemimpin Cabang Pembantu, Berkat dedikasi dan kemampuannya, pada Tahun 2004 diangkat menjadi Direktur. Sebagian besar waktu diabdikan pada P.T. Bank Royal Indonesia hal tersebut merupakan bukti keinginannya memajukan P.T. Bank Royal Indonesia.
Direktur Kepatuhan, Sdri.Sabtiwi Enny Sulastri Memulai karir di perbankan sejak Tahun 1990. Bergabung di Bank Royal, pada Tahun 2010, Sebelumnya pernah bekerja pada beberapa bank swasta. Pengalaman kerja di perbankan dilaluinya disemua bidang operasional dan sebelum bergabung dengan P.T. Bank Royal Indonesia menjadi komite di beberapa bank swasta.
8
Kantor Pusat Kepala Divisi Operasional (Pjs),
Sdr. Richard Hermanto
Kepala Divisi Marketing dan Kredit (Pjs)Sdri. Riana S. N. Goenadi Treasury,
Sdri. Cia Jiu Na
S.K.A.I,
Sdr. Lylla Prasetyo Wibowo
Informasi Teknologi (IT),
Sdr. Ramli Sukmadja
Marketing,
Sdri. Rina Tri Trenggonowati
Kredit,
Sdri. Sjarida Djajakusuma
Accounting,
Sdri. Lie Jusarifah
Operation,
Sdr. Lim Kim Kie
Personalia,
Sdri. Siti Koesmawati
S.K.M.R
Sdr. Handy Setyawan
Kantor Cabang Pemimpin Cabang Surabaya (Pjs),
Sdri. Herawati Rahardjo
Kantor Cabang Pembantu Pemimpin Kelapa Gading,
Sdri. Poppy D. Koesoma
Pemimpin Hayam Wuruk,
Sdri. Riana S. N. Goenadi
Pemimpin Tangerang,
Sdr. Joseph Tjitra Kusuma
Pemimpin Mangga Dua,
Sdr. Antonius Kelly Garnadi
Pemimpin Lautze,
Sdr. Effendy Sandjaja
Kantor Kas Pemimpin Tanah Abang,
Sdri. Daisy Susiwati
9
Berdasarkan Akta No 68 tanggal 8 Januari 1990 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta modal dasar Bank
adalah
sebesar Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah) terbagi atas 500.000 (lima ratus ribu) saham dengan nilai nominal masing-masing saham sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). Pada Tahun 2007 terdapat perubahan modal yaitu berdasarkan Akta No. 80 tanggal 22 November 2007 yang dibuat dihadapan F.X. Budi Santoso Isbandi, S.H., Notaris di Jakarta, modal dasar Bank yang semula Rp. 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) menjadi Rp. 200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah) terbagi atas 2.000.000 (dua juta) saham dengan nilai nominal masing-masing saham sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). Guna memperkuat permodalan bank, pemegang saham telah melakukan beberapa kali penyetoran modal. Setoran modal terakhir sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh miliar lima ratus juta rupiah) telah dilakukan yaitu berdasarkan Akta No.114 tanggal 30 Juni 2010 yang dibuat dihadapan F.X. Budi Santoso Isbandi, S.H., Notaris di Jakarta sehingga setoran modal saat ini menjadi sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah), Adapun susunan pemegang saham Bank pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi sebagai berikut : Pemegang saham
Saham (Lembar)
Nominal (Rp)
%
Sdr. Amir Soemedi
50.000
5.000.000.000
5,00
Sdr. Ibrahim Soemedi
30.000
3.000.000.000
3,00
Sdr. Herman Soemedi
25.000
2.500.000.000
2,50
Sdri. Diah Soemedi
20.000
2.000.000.000
2,00
875.000
87.500.000.000
87,50
1.000.000
100.000.000.000
100,00
PT Royalindo Investa Wijaya Jumlah
10
Guna melihat kinerja manajemen dalam mengelola keuangan Bank Royal, kami menyajikan ikhtisar keuangan akhir Tahun 2010. Adapun data keuangan yang kami sajikan adalah berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Pendapat dari Akuntan Publik atas laporan keuangan adalah “Wajar”.
Aset dan Penempatan Dana Dalam Jutaan Rupiah
Perkiraan
2010
2009
Total Aset
Rp
433.664
Rp
354.367
Penempatan pada Bank Indonesia
Rp
80.721
Rp
18.020
Sertifikat Bank Indonesia
Rp
29.520
Rp
29.930
Penempatan pada Bank Lain
Rp
155.000
Rp
120.000
2.899
Rp
4.530
151.255
Rp
173.370
Giro pada Bank Lain Kredit yang Diberikan
Rp Rp
Total asset Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp 79.297 juta atau naik 22% dibandingkan dengan Tahun 2009. Sementara itu dana PT. Bank Royal Indonesia yang ditempatkan pada penempatan pada Bank Indonesia naik sebesar Rp 62.701 juta, sedangkan penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia turun sebesar Rp 410 juta.
11
Penempatan dana pada bank lain, merupakan penempatan dana pada beberapa bank swasta dengan total penempatan sebesar Rp 155.000 juta atau naik sebesar 29 %. Pada Tahun 2010, kredit yang diberikan mengalami penurunan sebesar Rp 22.115 juta sehingga total kredit pada akhir Tahun 2010 berjumlah Rp 151.255 juta.
Kredit per Sektor Ekonomi Jutaan Rupiah
Perkiraan
2010
2009
Industri
Rp
29.822
Rp
14.825
Konstruksi
Rp
2.798
Rp
496
Perdagangan
Rp
52.498
Rp
Lain-lain
Rp
44.808
Rp
15.575
Jasa
Rp
21.329
Rp
39.096
103.378
Bank dalam menyalurkan kredit ataupun bentuk investasi lain, selalu berpedoman pada prinsip kehati-hatian.
Hal tersebut dilaksanakan agar
kualitas kredit dan investasi lainnya tetap sehat dan lancar. Adapun pedoman kehati-hatian yang dipergunakan sebagai acuan adalah Peraturan Bank Indonesia dan Kebijakan Perkreditan Bank serta analisis 5 C, Working Investment, Interest Coverage Ratio, Debt Service Ratio dan analisis lainnya. Selain analisis kredit, bank
juga melakukan penilaian jaminan yang
12
disesuaikan dengan kriteria bank dan dilakukan pengikatan jaminan sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Bank
telah
membentuk
dan
mencadangkan
penurunan
nilai
kredit.
Perhitungan atas pembentukan cadangan penurunan nilai dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan kerugian yang telah dibukukan adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya kredit yang diberikan.
Penghimpunan Dana Masyarakat Dalam Jutaan Rupiah
Jenis
2010
2009
Giro
Rp
146.500
Rp
67.669
Tabungan
Rp
42.102
Rp
33.981
Deposito
Rp
112.811
Rp
138.430
Produk yang ditawarkan bank kepada masyakat terdiri dari tiga jenis, yakni giro, tabungan dan deposito. Adapun total penghimpunan dana dari masyarakat pada akhir Tahun 2010 berjumlah Rp 301.413 juta atau naik 25%. Pada Tahun 2010, dana masyarakat didominasi oleh Giro yakni 49%, sedangkan Deposito 38% dan tabungan 14 %. Untuk kemudahan nasabah dalam bertransaksi, bank ikut serta dalam jaringan ATM Prima.
13
Hasil Usaha Dalam Jutaan Rupiah
Perkiraan
2010
2009
Pendapatan Bunga
Rp
30.684
Rp
38.935
Beban Bunga
Rp
12.994
Rp
14.908
Pendapatan Bunga Bersih
Rp
17.690
Rp
24.027
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Rp
4.869
Rp
5.541
Pajak Penghasilan
Rp
1.201
Rp
1.565
Pajak Tangguhan
Rp
27
Rp
152
Laba Bersih
Rp
3.641
Rp
3.823
Pendapatan bunga berasal dari pinjaman
yang diberikan, surat-surat
berharga, penempatan dana pada bank lain; termasuk provisi dan komisi kredit atas pemberian kredit. Beban bunga merupakan biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank karena penempatan dana masyarakat kepada Bank Royal (dalam bentuk Giro, Tabungan maupun Deposito) dan pinjaman antar bank. Adapun besarnya pendapatan bunga pada Tahun 2010 dan 2009 yaitu masing-masing sebesar Rp. 30.684 juta dan sebesar Rp. 38.935 juta. Sedangkan beban bunga untuk Tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp. 12.994 juta dan sebesar Rp. 14.908 juta. Pendapatan bunga bersih pada Tahun 2010 sebesar Rp. 17.690 juta sedangkan Tahun 2009 sebesar Rp. 24.027 juta. Laba sesudah pajak Tahun 2010 dan Tahun 2009 masing-masing sebesar Rp. 3.641 juta dan sebesar Rp. 3.823 juta.
14
Ratio Keuangan Ratio keuangan dibawah ini merupakan gambaran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan P.T. Bank Royal Indonesia. Ratio Keuangan disajikan dengan membandingkan Tahun 2010 dan 2009.
Permodalan Ratio Capital Adequacy Ratio Aktiva Tetap terhadap Modal
2010
2009
64,49 %
44,00 %
3,83 %
2,63 %
Pada Tahun 2010 CAR mengalami kenaikan karena adanya tambahan Ekuitas yang terdiri dari Laba Ditahan dan penambahan modal disetor dari pemegang saham.
Aktiva Produktif Ratio
2010
2009
Aktiva Produktif Bermasalah
0,09 %
0,11 %
Non Performing Loan a. NPL Gross b. NPL Net
0,23 % 0,06 %
0,32 % 0,04 %
PPAP terhadap Aktiva Produktif
0,90 %
1,74 %
Ratio Aktiva produktif bermasalah sangat kecil, merupakan wujud dari pemberian kredit yang dilaksanakan secara hati-hati.
15
Loan to Deposit Ratio Ratio Loan to Deposit Ratio
2010
2009
50,18 %
72,21 %
Pada Tahun 2010, LDR mengalami penurunan menjadi 50,18 %. Menurunnya tingkat LDR tersebut disebabkan adanya peningkatan Dana Pihak Ketiga yang cukup besar pada Tahun 2010 dibandingkan dengan Tahun 2009 dan terdapat beberapa debitur yang melunasi pinjaman.
Rentabilitas Ratio
2010
2009
Return on Aset
1,25 %
2,61 %
Return on Equity
1,66 %
2,92 %
Net Interest Margin
5,31 %
7,75 %
BOPO
83,06 %
99,73 %
Bila dibandingkan dengan Tahun 2009, ratio rentabilitas Bank mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada Tahun 2010 tingkat LDR mengalami penurunan.
16
Kondisi kredit Ratio
2010
Lancar
2009
150.907 juta
172.814 juta
Dalam Perhatian Khusus
-----
-----
Kurang Lancar
-----
-----
Diragukan
191 juta
Macet Total
Kredit
141 juta
157 juta
415 juta
151.255 juta
173.370 juta
Kondisi kredit diatas mencerminkan Bank Royal sangat berhati-hati dalam mengelola kreditnya. Pada Tahun 2010 dari total kredit Rp 151.255 juta , kredit yang bermasalah berjumlah Rp 348 juta atau rasio NPL sebesar 0,23%. Pada saat ini bank memberikan kredit usaha kecil (KUK).
Penyaluran Kredit Usaha Kecil Ratio
2010
2009
Pemberian Kredit Usaha Kecil
Rp
4.385 juta
Rp
14.681 juta
Total Pemberian Kredit
Rp 151.255 juta
Rp
173.370 juta
Ratio KUK terhadap Total kredit
2,90%
8,47 %
17
P.T.
Bank
Royal
Indonesia
memiliki
komitmen
untuk
membangun
perekonomian Indonesia dan ingin ikut berperan serta dalam mendorong kemajuan perekonomian khususnya dalam bidang perbankan. Untuk mencapai
komitmen
tersebut,
P.T.
Bank
Royal
Indonesia
selalu
meningkatkan fungsi dan perannya sebagai lembaga intermediasi dengan melakukan penyaluran dana kepada pengusaha-pengusaha kecil dan menengah, dan memberikan pelayanan yang terbaik dalam perencanaan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Adapun kebijakan jangka menengah yang akan dilakukan manajemen untuk mengembangkan P.T. Bank Royal Indonesia antara lain : -
Memperluas jaringan kantor.
-
Ekspansi kredit dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
-
Melakukan investasi kedalam surat berharga secara selektif.
-
Pengembangan
produk
bank
dalam
rangka
mendukung
penghimpunan dana pihak ketiga. -
Pembinaan
dan
pengembangan
sumber
daya
manusia
yang
terencana dan berkesinambungan. -
Meningkatkan Teknologi Informasi agar dapat mendukung kegiatan operasional Bank yang lebih baik.
Kebijakan Jangka Pendek Kegiatan Tahun 2010 telah kami lewati dengan baik. Pada Tahun 2010 kami telah mulai memperkuat dasar-dasar P.T. Bank Royal Indonesia antara lain seperti perbaikan kebijakan dan prosedur, penggantian pejabat eksekutif,
18
pelatihan internal dan eksternal untuk mendukung kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah. Selain itu pemegang saham telah menambah modal sehingga posisi pada akhir bulan Desember 2010, modal inti P.T. Bank Royal Indonesia menjadi sebesar Rp. 117,9 miliar dan tingkat kecukupan modal sebesar 64 %. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka pada Tahun 2011 P.T. Bank Royal Indonesia akan memberikan layanan yang lebih baik lagi kepada para nasabah, melakukan ekspansi kredit dengan memperhatikan asas kehatihatian, menyusun dan melaksanakan program pelatihan karyawan yang lebih intensif,
merekrut
karyawan
yang
berkualitas
dan
berintegritas,
mensosialisasikan dan menanamkan budaya kepatuhan di setiap unit kerja dan pemahaman cara pengelolaan risiko. Kegiatan tersebut
diatas akan
menjadi prioritas utama P.T. Bank Royal Indonesia pada Tahun 2011.
Strategi yang dilaksanakan 1. Meningkatkan kinerja bank melalui berbagai kebijakan seperti melakukan ekspansi kredit, melakukan investasi dana ke dalam surat berharga, menghimpun dana dengan tetap memperhatikan komposisi dana pihak ketiga, meningkatkan profitabilitas bank dengan melakukan efisiensi terhadap biaya operasional dan meningkatkan fee based
income. 2. Meningkatkan sistem Teknologi Informasi yang dapat mendukung kebutuhan bank dan nasabah. 3. Meningkatkan dan menyempurnakan risk control system bank melalui penyempurnaan terhadap pedoman kerja yang telah ada dan menerapkan pelaksanaan pedoman kerja secara konsisten pada seluruh unit kerja.
19
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku utama dalam kegiatan operasional Bank. Kebijakan ini akan ditempuh melalui: a. Kebijakan dalam perekrutan karyawan yang memiliki pengalaman sesuai dengan kebutuhan Bank. b. Kebijakan dalam peningkatan pengetahuan dan kompetensi karyawan.
Sasaran yang dituju •
Meningkatkan LDR bank dengan mengoptimalkan seluruh tenaga marketing yang ada untuk meningkatkan pemberian kredit yang fokus pada usaha mikro, kecil dan menengah.
•
Menempatkan idle fund pada Time Deposit, SBI dan pembelian surat berharga jangka pendek.
•
Meningkatkan fee based income.
•
Melakukan efisiensi biaya operasional.
•
Meningkatkan Teknologi Informasi Bank antara lain dengan meningkatkan
Disaster Recovery Center (DRC) melalui penambahan kapasitas memori, penambahan hardware dan software, dan merubah sistem backup. •
Merekrut karyawan baru yang dibutuhkan untuk bagian-bagian tertentu.
•
Melakukan pelatihan karyawan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kerja karyawan.
•
Menyempurnakan
risk control system bank dengan memperbaiki
pedoman kerja yang telah ada, serta menerapkannya secara konsisten. •
Menerapkan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) di seluruh unit kerja.
20
Struktur Organisasi Ditengah tingkat persaingan usaha yang semakin tinggi, bank dituntut mampu menyediakan kualitas pelayanan yang optimal, salah satunya adalah dengan kecepatan dan ketepatan dalam memproses transaksi, pelayanan jasa dan pengambilan keputusan terhadap setiap permasalahan. Struktur organisasi yang ramping (slim & flat) dengan hirarki kewenangan yang pendek diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan nasabah akan hal tersebut.
Aktivitas Utama Sebagai
lembaga
intermediasi
dan
bagian
dari
penggerak
roda
perekonomian, P.T. Bank Royal Indonesia menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito, kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat yang berkepentingan dalam bentuk kredit maupun penanaman jangka pendek lainnya.
Teknologi informasi P.T. Bank Royal Indonesia telah melakukan perubahan teknologi sistem informasi sehingga dapat melayani nasabah melalui fasilitas on-line terhadap sistem transaksi di semua jaringan kantor cabang dengan menggunakan sistem TERADATA. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada nasabah P.T. Bank Royal Indonesia
karena
telah
melakukan
pengembangan
dan
peningkatan
pelayanan nasabah melalui fasilitas Kartu Debet Royal yang dapat digunakan untuk bertransaksi di merchant-merchant yang menggunakan logo PRIMA atau BCA.
21
Jenis Produk dan Jasa Pinjaman / Kredit
Simpanan
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
Rekening Giro / Koran
Kredit Kepemilikan Mobil (KPM)
Deposito Berjangka
Pinjaman Tetap (Fixed Loan)
Deposito On-Call
Pinjaman Royal Duta
Tabungan Royal Save
Kredit Multi Guna
Tabungan Royal Prima
Demand Loan
Jasa Lainnya Kliring Transfer Bank Garansi Bank Referensi L/C Lokal Pedagang Valuta Asing
22
Tingkat Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Suku Bunga/ Tahun
Jenis Giro
1,0 % -
4,0 %
Tabungan
2,0 %
-
5,0 %
Deposito
1 bulan
5,5 % -
9,0 %
Deposito
3 bulan
5,0 % -
8,0 %
Deposito
6 bulan
6,0 % -
7,0 %
Deposito
12 bulan
6,0 % - 11,0 %
Suku Bunga penempatan dana kepada Bank Indonesia dan antar bank
Penempatan Dana Jenis
Suku Bunga / Tahun
FASBI
5,5 % -
6,4 %
SBI
6,3 % -
6,7 %
Inter Bank Call Money
5,5 %
6,4 %
Kredit yang diberikan
-
12,0 % - 14,0 %
23
Kantor Pusat Jl. Suryopranoto No. 52 Jakarta Pusat 10130 Telpon
: 021-63864472 – 75
Faxsimile
: 021-63864476
Kantor Cabang Surabaya Jl. Bratang Binangun Blok A No. 26 Surabaya Telpon
: 031-5010611
Faxsimile
: 031-5010612
Kantor Cabang Pembantu Mangga Dua Jl. Mangga Dua Raya Grand Boutigue Blok A No. 2 Jakarta Utara 14430 Telpon
: 021-6122567 - 68
Faxsimile
: 021-62309168
Kantor Cabang Pembantu Lautze Jl. Lautze No. 12 AK Jakarta Pusat 10710
Telpon
: 021-3858917 – 18
Faxsimile
: 021-3456724
24
Kantor Cabang Pembantu Hayam Wuruk Jl. Hayam Wuruk No. 4 CX Jakarta Pusat 10120 Telpon
: 021-3842608, 3857462
Faxsimile
: 021-3857463
Kantor Cabang Pembantu Kelapa Gading Jl. Boulevard Raya Blok QJ I No. 6, Kelapa Gading Jakarta Utara 14240 Telpon
: 021-4534337 - 38
Faxsimile
: 021-4534336
Kantor Cabang Pembantu Tangerang Jl. Merdeka No. 99 A Tangerang Telpon
: 021-5524908
Faxsimile
: 021-5531169
Kantor Kas Tanah Abang Jl. Fachrudin Ruko Alfa (Auri Bukit) no 29 Tanah Abang Pasar Jakarta Pusat Telpon
: 021-31924535 021-3155437
25
Pemegang saham Sdr. Amir Soemedi
Pemegang Saham PT. Master Steel, Mfg Pemegang Saham PT. Pangeran Karang Murni Pemegang Saham PT. Pulogadung Steel
Sdr. Herman Soemedi
Pemegang Saham PT. Master Steel, Mfg Pemegang Saham PT. Pangeran Karang Murni Pemegang Saham PT. Pulogadung Steel
Sdr. Ibrahim Soemedi
Pemegang Saham PT. Pulogadung Steel
Sdri. Diah Soemedi
Pemegang Saham PT. Master Steel, Mfg
Dewan Komisaris Sdr. Ibrahim Soemedi
Merupakan salah satu Pemegang Saham PT. Bank Royal Indonesia.
Sdr. I Made Soewandi
Tidak mempunyai saham di Bank Royal Indonesia maupun di perusahaan lainnya.
Sdr. Aziar Zain
Tidak mempunyai saham di Royal Bank Indonesia maupun di perusahaan lainnya
26
Direksi Sdr. Louis Halilintar Sjahlim - Direktur Utama Tidak mempunyai saham di Bank Royal Indonesia maupun di perusahaan lainnya. Sdri. Diana Annarita - Direktur Tidak mempunyai saham di Bank Royal Indonesia maupun di perusahaan lainnya Sdri. Sabtiwi Enny Sulastri - Direktur Kepatuhan Tidak mempunyai saham di Bank Royal Indonesia maupun di perusahaan lainnya
27
Pada Tahun 2010 P.T. Bank Royal Indonesia telah melakukan pengukuran risiko sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Pengukuran risiko dilakukan atas 8 (delapan) jenis Risiko dengan 5 (lima) peringkat. Tahapan dalam perhitungan risiko dilakukan dengan; mengidentifikasi risiko, pengukuran risiko,
pemantauan
limit
risiko,
pengendalian risiko, dan
sistem informasi manajemen. Khusus dalam hal pengidentifikasian risiko dilakukan dengan mengetahui dan menetapkan seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional (cabang-cabang dan unit kerja operasional) yang berpotensi merugikan Bank. Untuk jenis-jenis risiko yang dapat dikuantifisir, identifikasi dilakukan dengan menganalisis data dan informasi yang tersedia dalam neraca (on balance maupun off balance), laporan-laporan serta data nasabah atau counterparty.
Untuk risiko-risiko
yang tidak dapat atau sulit dikuantifisir, identifikasi dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan berbagai permasalahan risiko (risk issues) oleh masing-masing cabang atau unit kerja melalui proses self assessment. Identifikasi risiko tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kondisi aktual namun juga terhadap hal-hal yang diperkirakan akan terjadi.
RISIKO KREDIT Risiko ini disebabkan antara lain karena faktor kegagalan pihak lawan (counterpart default) dalam memenuhi kewajibannya serta faktor recovery
rate yang terkait dengan tingkat kecukupan dan kelayakan agunan (marketability) yang digunakan untuk menjamin kredit yang diberikan.
28
•
Pengendalian faktor counterpart default dilakukan dengan menerapkan pemberian kredit atau penempatan dana secara selektif mengikuti prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat.
•
Analisis kelayakan calon debitur dilakukan secara ketat.
•
Keputusan pemberian kredit
dilakukan secara berjenjang dan
dilakukan oleh komite kredit untuk menjaga objektifitas keputusan yang diambil. •
Pemisahan penilaian agunan, analisis kredit, analisis legalitas, dan pengambil keputusan merupakan salah satu upaya meningkatkan kehati-hatian tersebut.
Pengelolaan Recovery Rate dilakukan melalui proses appraisal agunan secara teliti untuk mendapatkan tingkat kelayakan agunan yang memadai.
RISIKO LIKUIDITAS Risiko
ini
antara
lain
disebabkan
karena
faktor
ketidakseimbangan
(mismatch) antara asset dan liabilities, dikendalikan melalui rapat ALCO bersamaan dengan pengendalian risiko pasar. Pengendalian risiko likuiditas dilakukan dengan penataan struktur asset-
liabilities yang seimbang, pemeliharaan sumber-sumber dana termasuk line kredit yang diterima serta penjagaan likuiditas aset pada tingkat yang optimum.
RISIKO OPERASIONAL Faktor-faktor yang memengaruhi risiko operasional antara lain adalah kurang memadai atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem, kesalahan atau kelalaian manusia dan adanya problem eksternal yang memengaruhi operasional Bank.
29
Bank berupaya untuk mengantisipasi dan mengendalikan risiko yang berpotensi menimbulkan risiko operasional. Hal ini dicapai antara lain dengan memastikan bahwa karyawan memiliki kualifikasi yang memadai dan terlatih untuk menjalankan fungsinya masingmasing, kemudian memastikan seluruh aktivitas operasional dilakukan berdasarkan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan,
RISIKO PASAR Faktor-faktor risiko yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap rentabilitas bank adalah faktor risiko pasar yang meliputi risiko suku bunga. Untuk mengurangi risiko suku bunga ditetapkan strategi tidak mengenakan suku bunga pinjaman secara tetap (fixed rate) untuk jangka waktu yang panjang. Dalam hal penghimpunan dana, penentuan suku bunga dilakukan dengan memerhatikan batas maksimum suku bunga yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pemberian bunga khusus dilakukan secara selektif dengan memerhatikan berbagai manfaat yang akan diterima bank.
Risiko Hukum Risiko hukum adalah risiko atas kemungkinan timbulnya tuntutan hukum terhadap Bank akibat lemahnya kerangka hukum, kelalaian penerapan hukum dan peraturan dalam perjanjian atau kontrak. Oleh karena itu P.T. Bank Royal Indonesia senantiasa memastikan bahwa segala kegiatan dan hubungan kerja dengan pihak lain, selalu didasarkan pada aturan kerjasama yang dapat melindungi Bank di depan hukum.
30
Risiko Strategis Sebagai upaya untuk menghindari timbulnya risiko strategis, P.T. Bank Royal Indonesia selalu berupaya untuk melaksanakan strategi perusahaan sesuai dengan yang telah digariskan dalam Rencana Bisnis Bank.
Risiko Reputasi Risiko reputasi adalah risiko yang timbul atas persepsi negatif terhadap Bank, khususnya yang terkait dengan aktivitas Bank. Untuk mengantisipasi risiko reputasi, sekaligus meningkatkan pelayanan kepada nasabah, P.T. Bank Royal
Indonesia
selalu
menyelesaikan
pengaduan
dan
pertanyaan-
pertanyaan dari nasabah secara cepat. Selain itu P.T. Bank Royal Indonesia, juga terus berupaya meningkatkan sarana publikasi melalui website www.royalbank.co.id. yang selalu di-update.
Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan merupakan risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku. untuk menghindari timbulnya risiko tersebut, P.T. Bank Royal Indonesia berupaya memaksimalkan efektifitas pengendalian internal, antara lain dengan membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dan Satuan Kerja Kepatuhan (SKK). Pemeriksaan dilakukan oleh SKAI sesuai jadwal pemeriksaan atau surprise audit. Petugas Satuan Kerja Kepatuhan (SKK) mengevaluasi
dan
melaksanakan
sosialisasi
ketentuan
internal
dan
ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia.
31
Profil Risiko Profil risiko P.T. Bank Royal Indonesia
pada akhir Tahun 2010 secara
keseluruhan adalah Low dengan trend yang stabil. Dari delapan jenis risiko, terdapat 5 (lima) jenis risiko yang berada pada tingkat risiko yang Low to
Moderate dan 3 (tiga) jenis risiko yang berada pada tingkat risiko Low.
32
Tata Kelola Perusahaan P.T. Bank Royal Indonesia
menyadari akan pentingnya mengelola
perusahaan sesuai dengan apa yang dikenal sebagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Bank. Dalam jangka panjang dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. Tata kelola perusahaan yang baik merupakan tanggung jawab utama Dewan Komisaris dan
Direksi untuk melindungi dan
meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan stakeholder lainnya. P.T. Bank Royal Indonesia menerapkan lima prinsip utama dalam tata kelola perusahaan, yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), tanggungjawab (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness). Kelima prinsip ini dijalankan dalam kegiatan operasional seharihari oleh manajemen Bank. Informasi tentang kegiatan operasional Bank, kinerja keuangan yang dicapai dan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan lewat media dan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan. Hasil penilaian (self assessment) terhadap pelaksanaan Good Corporate
Governance yang dilaksanakan pada tahun ini merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi kesiapan penerapan
Good Corporate Governance sekaligus untuk menyusun langkah korektif maupun rencana tindak lanjut yang diperlukan.
33
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan wadah tertinggi dalam hirarki organisasi P.T. Bank Royal Indonesia. Wewenang RUPS antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi dan Dewan Komisaris, meminta
pertanggungjawaban
Direksi
dan
Dewan
Komisaris
atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya, menyetujui perubahan anggaran dasar, menyetujui dan mengesahkan laporan tahunan, menunjuk Akuntan Publik, serta memutuskan penggunaan laba.
Dewan Komisaris Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris antara lain : 1. Memastikan pelaksanaan GCG berjalan dengan baik. 2. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan memberi nasihat. 3. Mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank. 4. Dilarang terlibat dalam pengambil keputusan kegiatan operasional kecuali dalam penyediaan dana kepada pihak terkait, dana besar dan atau hal-hal lain yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar. 5. Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti hasil temuan dan rekomendasi dari auditor. 6. Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Selanjutnya memastikan bahwa Komite tersebut dapat menjalankan tugasnya secara efektif. 7. Menyelenggarakan rapat secara berkala minimal 4 (empat) kali dalam setahun dan diantaranya 2 (dua) kali rapat harus dihadiri lengkap oleh seluruh anggota komisaris.
34
Direksi Tugas dan tanggung jawab anggota Direksi antara lain : 1. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank. 2. Mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3. Melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 4. Menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Bank, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. 5. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. 6. Mengungkapkan kepada pegawai kebijakan Bank yang bersifat strategis di bidang kepegawaian. 7. Menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris. 8. Segala keputusan Direksi yang diambil sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi. Direktur
Kepatuhan
tidak
membawahi
kegiatan
operasional,
namun
bertanggung jawab untuk memastikan bank telah memenuhi seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menjaga agar kegiatan usaha Bank tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku, serta menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen dengan Bank Indonesia.
35
Komite dan Satuan Kerja a. Komite Dibawah Dewan Komisaris Dalam
melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawabnya,
Dewan
Komisaris dibantu oleh Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Komite-komite tersebut berada dibawah Dewan Komisaris yang bertugas untuk membantu Komisaris dalam melaksanakan fungsinya. Tugas dan tanggung jawab Komite masing-masing ditentukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. b. Satuan Kerja Dibawah Direksi Dalam
rangka
melaksanakan
prinsip-prinsip
Good
Corporate
Governance Direksi telah membentuk Komite Manajemen Risiko, Komite Teknologi Informasi, Komite ALCO (Assets and Liability
Committee), Satuan Kerja Audit Intern, Satuan Kerja Manajemen Risiko
dan
Satuan
Kerja
Kepatuhan.
Satuan
kerja
tersebut
melaksanakan fungsinya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
36
Perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh, namun tantangan yang dihadapi industri perbankan cukup besar. Dari sisi pendanaan, tingkat persaingan yang dihadapi P.T. Bank Royal Indonesia untuk memperoleh dana pihak ketiga (DPK) akan semakin ketat mengingat semakin luasnya jaringan dan bervariasinya produk bank – bank besar. Ekspansi kredit perbankan masih tergantung pada kinerja sektor riil. Pada saat ini permintaan akan kredit lebih banyak berasal dari kredit perorangan baik untuk usaha maupun untuk konsumsi. Bank-bank besar dan bank asing mulai terjun pada kredit retail, sehingga mengakibatkan persaingan semakin tinggi . Dari gambaran diatas terlihat tantangan di industri perbankan pada Tahun 2010 cukup tinggi. Hal tersebut menjadi pemacu manajemen P.T. Bank Royal Indonesia untuk menjalankan operasional bank secara efisien dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada nasabah serta menetapkan kebijakan suku bunga yang kompetitif. Namun pada sisi lain disadari peningkatan fungsi pengawasan, pengelolaan perbankan secara hati-hati serta penerapan manajemen risiko yang memadai harus lebih diperhatikan pula.
Sumber Daya manusia Sumber Daya Manusia (SDM) adalah elemen penting di dalam menciptakan nilai tambah suatu perusahaan. P.T. Bank Royal Indonesia selalu mengutamakan pembinaan dan pengembangan SDM secara terencana sebagai salah satu agenda utama setiap tahunnya.
37
Peningkatan kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia dilakukan antara lain melalui program pelatihan. Adapun program pelatihan yang pernah dilakukan pada Tahun 2010 antara lain : a. Pelatihan Internal •
Pelatihan APU-PPT
•
Service Excellent dan product knowledge
•
Pelatihan Risk awareness
•
Pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan transfer, RTGS, SKN dan perhitungan bunga
•
Pelatihan yang berkaitan dengan masalah kas
b. Pelatihan Eksternal • Pelatihan analisis kredit lanjutan • Workshop KPPM, Analisis dampak KPPM Bank dalam rangka implementasi PSAK 50 / 55 Revisi 2006 • Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko level 3 • Seminar Risk Based Audit Penerapan PSAK • Seminar PSAK 50 / 55 berkaitan dengan Manajemen Risiko • Seminar lanjutan PSAK 50 / 55 • Pelatihan Teradata berkaitan dengan penerapan PSAK 50 / 55
38
Jumlah karyawan PT. Royal Bank Indonesia pada Tahun 2010 sebanyak 132 orang. Komposisi karyawan berdasarkan jenjang manajemen sebagai berikut: Jenjang Manajemen
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
Komisaris
3
2%
Direksi
3
2%
Karyawan Kantor Pusat
60
46 %
Karyawan Cabang Surabaya
13
10 %
Karyawan Capem Lautze
7
5%
Karyawan Capem Hayam Wuruk
6
5%
Karyawan Capem Mangga Dua
6
5%
Karyawan Capem Tangerang
8
6%
Karyawan Capem Kelapa gading
7
5%
19
14 %
Karyawan Kantor Kas Tanah Abang Jumlah
Jenjang Pendidikan
132
Jumlah (orang)
100 %
Prosentase (%)
Strata 2 (S-2)
5
4%
Strata 1 (S-1)
57
43 %
Sarjana Muda (D-3)
8
6%
SLTA dan Sederajat
59
45 %
SLTP dan Sederajat
3
2%
Jumlah
132
100 %
39
Beberapa perubahan penting yang terjadi selama Tahun 2010 adalah : •
Adanya perubahan Manajemen, untuk lebih memantapkan arah kebijakan dan perkembangan di masa depan.
•
Adanya penunjukan Pjs Kadiv Operasional dan Pjs Kadiv Marketing dan Kredit untuk menggantikan pejabat lama yang mengundurkan diri
•
Terlaksananya pelatihan /workshop dibidang perkreditan, customer
service dan operasional bank. •
Penambahan modal disetor sebanyak Rp. 7,5 miliar sehingga modal disetor bank menjadi sebesar Rp 100 miliar.
40
Hal-hal penting yang diperkirakan terjadi pada Tahun 2010 adalah : •
Relokasi Kantor Kas Tanah Abang. Lokasi semula adalah Pusat Grosir Metro Tanah Abang, di relokasi ke Ruko Alfa ( Auri Bukit ) Tanah Abang Pasar.
•
Penyempurnaan terhadap kebijakan dan prosedur (SOP - System
Operating Procedure) secara menyeluruh, untuk meningkatkan dan memperkuat internal control system. •
Mengadakan sistem Disaster Recovery Center (DRC) secara online (hot
back – up) sebagai antisipasi terhadap kendala / permasalahan dalam system operasional yang mungkin terjadi dimasa mendatang •
Peningkatan pelayanan transaksi operasional dengan memperbaharui jalur (line) jaringan komunikasi data antar kantor secara bertahap.
•
Pre-concept kartu ATM berbasis chip sesuai arahan dan ketentuan dari regulator (Bank Indonesia).
•
Pemenuhan
Sertifikasi
Manajemen
Risiko
bagi
seluruh
jajaran
Manajemen yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia sebelum bulan Agustus 2011. •
Mengoptimalkan/memaksimalkan
keanggotaan
jaringan
ATM
Prima
sebagai kelebihan/nilai jual yang dimiliki Bank. •
Merekrut karyawan baru yang dibutuhkan untuk bagian-bagian tertentu.
•
Melakukan pelatihan karyawan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kerja karyawan.
•
Menerapkan pelaksanaan good corporate governance (GCG) diseluruh unit kerja
41
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 1. INFORMASI UMUM PERSEROAN a. Sejarah Singkat PT Bank Royal Indonesia (“bank”) yang sebelumnya bernama PT Bank Rakjat Parahyangan yang berkedudukan di Ciparay, Bandung, didirikan dengan akta notaris R. Soerojo Wongsowidjojo, SH., No.35 tanggal 25 Oktober 1965. Sesuai perubahan Anggaran Dasar No. 19 tanggal 21 Agustus 1982 yang dibuat oleh Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo, SH., nama Bank diubah menjadi PT Bank Pasar Rakyat Parahyangan. Akta pendirian Bank telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2-1092-HT.01.01.TH.82 tanggal 3 September 1982. Berdasarkan akta Notaris No. 68 tanggal 8 Januari 1990, status PT Bank Pasar Rakyat Parahyangan ditingkatkan menjadi Bank umum dan namanya diganti menjadi PT Bank Royal Indonesia, berkedudukan di Jakarta, dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No.C2-1007.HT.01.04.TH.90 tanggal 26 Pebruari 1990, dan dari Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan No. 1090/KMK.013/090 tanggal 12 September 1990 serta telah dimuat dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 4 September 1990 No.71 Tambahan No 3206/1990. PT Bank Royal Indonesia didirikan untuk waktu 75 tahun lamanya sejak Akta Pendirian PT Bank Pasar Rakyat Parahyangan disetujui oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 September 1982. Berdasarkan akta Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH., No.38 tanggal 15 Oktober 2003, PT Bank Royal Indonesia didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Bank telah mendapatkan izin usaha sebagai pedagang valuta asing dari Bank Indonesia berdasarkan surat No.30/182/UOPM tanggal 13 November 1997 dan telah diperpanjang berdasarkan Keputusan Direktur Perizinan dan Informasi Perbankan Bank Indonesia No.5/7KEP.Dir.PIP/2003 tanggal 24 Desember 2003. Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH., No.22 tanggal 8 Juli 2008. Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.AHU-57502.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 1 September 2008 tentang “Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan”. Kegiatan utama Bank adalah menjalankan usaha di bidang perbankan. Bank berkantor pusat di Jalan Suryopranoto, No.52, Jakarta Pusat, dan mempunyai 5 (lima) Kantor Cabang Pembantu yaitu di Lautze, Mangga Dua, Hayam Wuruk, Kelapa Gading, Tangerang, dan 1 Kantor Cabang Utama di Surabaya serta 1 Kantor Kas di Tanah Abang, Jakarta. Jumlah karyawan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebanyak 132 orang dan 144 orang. b. Komposisi Manajemen Bank Komposisi manajemen Bank per 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Independen Komisaris Independen
: : :
Dewan Direksi
Tahun 2010
Tahun 2009
Ibrahim Soemedi I Made Soewandi, SH., MH. Aziar Zain
Ibrahim Soemedi I Made Soewandi, SH., MH. Aziar Zain
Tahun 2010
Tahun 2009
Direktur Utama
:
Louis Halilintar Sjahlim
Bujung Rudijanto Hanani
Direktur Direktur Kepatuhan
: :
Diana Annarita Sabtiwi Enny Sulastri
Diana Annarita A. Salman Pohan
Halaman 5
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI Direksi bertanggung jawab atas penyusunan Laporan Keuangan PT Bank Royal Indonesia yang telah diselesaikan pada tanggal 31 Maret 2011. Kebijakan Akuntansi Utama yang diterapkan dalam penyusunan Laporan Keuangan PT Bank Royal Indonesia seperti dijabarkan dibawah ini: Indeks Kebijakan Akuntansi a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan b. Aset dan Kewajiban Keuangan c. Reklasifikasi Aset Keuangan d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r.
Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain Efek - efek Kredit yang Diberikan Aset Tetap Simpanan Imbalan Pasca Kerja Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga Pengakuan Pendapatan Provisi dan Komisi Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan Pajak Penghasilan Badan Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Berikut ini adalah kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan PT Bank Royal Indonesia yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan telah disajikan berdasarkan harga perolehan, kecuali untuk aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, aset dan kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan kontrak derivatif yang diukur berdasarkan nilai wajar. Laporan keuangan disusun berdasarkan akuntansi berbasis akrual. Laporan arus kas disusun menggunakan metode langsung dan arus kas dikelompokkan atas dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan investasi jangka pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang. b. Aset dan Kewajiban Keuangan 1) Aset Keuangan Bank mengklasifikasikan aset keuangannya dalam kategori: a) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, b) Aset keuangan tersedia untuk dijual, c) Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, dan d) Pinjaman yang diberikan dan piutang.
Halaman 6
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) b. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) 1) Aset Keuangan (lanjutan) Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut. Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. Pada posisi 31 Desember 2010 PT Bank Royal Indonesia memiliki aset keuangan dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo serta pinjaman yang diberikan dan piutang. a) Aset Keuangan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta Manajemen mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali: (1) Investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; (2) Investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia untuk dijual; dan (3) Investasi yang memiliki definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Pendapatan bunga dari investasi dimiliki hingga jatuh tempo dicatat dalam laporan laba rugi dan diakui sebagai “Pendapatan bunga”. Ketika penurunan nilai terjadi, kerugian penurunan nilai diakui sebagai pengurang dari nilai tercatat investasi dan diakui di dalam laporan keuangan sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). b) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi dipasar aktif, kecuali: (1) Yang dimaksudkan oleh Bank untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, serta yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; (2) Yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau (3) Dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dicatat di dalam laporan laba rugi dan dilaporkan sebagai “Pendapatan bunga”. Dalam hal terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN).
Halaman 7
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) b. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) 1)
Aset Keuangan (lanjutan) c) Pengakuan Entitas menggunakan akuntansi tanggal penyelesaian untuk mencatat transaksi aset keuangan yang lazim (reguler). Aset keuangan yang dialihkan kepada pihak ketiga tetapi tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan disajikan di dalam neraca sebagai “Aset yang dijaminkan”, jika pihak penerima memiliki hak untuk menjual atau mentransfer kembali. d) Penghentian Pengakuan Aset Penghentian pengakuan aset keuangan dilakukan ketika hak kontraktual untuk atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir, atau ketika aset keuangan tersebut telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset telah ditransfer (jika, secara substansial seluruh risiko dan manfaat tidak ditransfer, maka Bank melakukan evaluasi untuk memastikan keterlibatan berkelanjutan atas kontrol yang masih dimiliki tidak mencegah penghentian pengakuan). Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa.
2). Kewajiban Keuangan Bank mengklasifikasikan kewajiban keuangan dalam kategori: a) Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi b) Kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Pada posisi 31 Desember 2010 PT Bank Royal Indonesia hanya memiliki satu jenis kategori kewajiban keuangan yaitu yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Kewajiban keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Setelah pengakuan awal, Bank mengukur seluruh kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. c. Reklasifikasi Aset Keuangan Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke kategori instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan. Bank tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo (lebih dari jumlah yang tidak signifikan dibandingkan dengan total nilai investasi dimiliki hingga jatuh tempo), kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut: 1) Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian kembali dimana perubahan suku bunga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai wajar aset keuangan tersebut;
Halaman 8
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) c. Reklasifikasi Aset Keuangan (lanjutan) 2) Terjadi setelah Bank telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau Bank telah memperoleh pelunasan dipercepat; atau 3) Terkait dengan kejadian tertentu yang berada diluar kendali Bank, tidak terulang dan tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh Bank. Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya, dan pada keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi. d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing Bank menyelenggarakan pembukuannya dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi yang bersangkutan. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan mempergunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi tahun yang bersangkutan. e. Giro pada Bank Indonesia Sesuai dengan perubahan terakhir yakni Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Giro Wajib Minimum (GWM) dalam Rupiah terdiri dari GWM Primer sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Rupiah yang mulai berlaku tanggal 1 November 2010, GWM Sekunder sebesar 2,5% dari DPK Rupiah dan GWM Loan to Debt Ratio (LDR) yang mulai berlaku tanggal 1 Maret 2011. Sedangkan untuk GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 1,00% dari DPK dalam mata uang asing, serta Surat Edaran No.11/29/DPNP tanggal 16 Oktober 2009 tentang perhitungan GWM Sekunder dalam Rupiah. GWM Bank ditetapkan: •
GWM Primer dalam rupiah sebesar 8% dari DPK dalam rupiah, berlaku tanggal 1 November 2010
•
GWM Sekunder dalam rupiah sebesar 2,5% dari DPK dalam rupiah, berlaku tanggal 24 Oktober 2009.
Tata cara pemenuhan Giro Wajib Minimum berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010: −
Pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah dihitung dengan membandingkan saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya.
−
Pemenuhan GWM Sekunder dalam Rupiah dihitung dengan membandingkan jumlah SBI, SUN, SBSN dan/atau Exess Reserve setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya.
Halaman 9
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) f. Giro pada Bank Lain Giro pada Bank lain disajikan sebesar saldo giro setelah dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. g. Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Indonesia disajikan sebesar saldo penempatan setelah dikurangi bunga diterima dimuka. h. Penempatan pada Bank Lain Penempatan pada Bank lain disajikan sebesar saldo penempatan setelah dikurangi dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. i. Efek – efek Surat-surat berharga yang dimiliki terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI). j. Kredit yang Diberikan Berdasarkan PSAK 55/50 kredit dinyatakan sebesar nilai perolehan yang diamortisasi
(amortized cost) yaitu nilai wajar kredit yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif.
Kredit yang diberikan dihapusbukukan pada saat manajemen berpendapat bahwa kredit tersebut tidak tertagih lagi. Penghapusbukuan tersebut dilakukan dengan membukukannya sebagai pengurang rekening Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kredit, sedangkan penerimaan atas kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan. k. Aset Tetap Aset tetap dicatat berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan aset tetap dihitung dengan metode persentase tetap dari sisa harga buku (double declining balance method), kecuali bangunan yang disusutkan berdasarkan metode garis lurus (straight-line method), sesuai dengan taksiran masa manfaat aset yang bersangkutan sebagai berikut:
Bangunan Inventaris kelompok 1 Inventaris kelompok 2
Masa Manfaat Tahun
Kelompok
Per tahun (%)
20 1-4 4-8
Bangunan 1 2
5 50 25
Untuk aset tetap dengan sisa nilai buku di bawah Rp1.000.000 disusutkan seluruhnya dan dibukukan sebagai beban penyusutan tahun berjalan. Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aset tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Penyempurnaan atau penambahan dalam jumlah besar dikapitalisasi. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan yang bersangkutan dan keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aset tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Halaman 10
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) l.
Simpanan Giro, tabungan dan deposito dinyatakan sebesar nilai kewajiban Bank kepada nasabah/pihak ketiga. Giro merupakan simpanan nasabah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui cek, pemindahbukuan dengan bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya. Giro dinyatakan sebesar nilai kewajiban kepada pemegang giro. Tabungan merupakan simpanan nasabah yang penarikannya, hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati. Tabungan dinyatakan sebesar nilai kewajiban kepada pemilik tabungan. Deposito berjangka merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian dengan penyimpan/deposan. Deposito berjangka dinyatakan sebesar nilai nominal sesuai dengan perjanjian dengan deposan.
m. Imbalan Pasca Kerja Bank membukukan kewajiban estimasi manfaat karyawan sesuai dengan kebijakan Bank dan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 serta PSAK No. 24 (Revisi) yang merupakan penerapan PSAK No.24. (Revisi 2004 ) tentang Imbalan Kerja. Kewajiban imbalan pasca kerja dihitung dengan menggunakan tenaga ahli aktuaris independen. Biaya jasa kini diakui sebagai beban pada tahun berjalan. Besarnya amortisasi biaya jasa tahun lalu adalah biaya masa kerja lalu yang belum diakui dibagi nilai anuitas selama 4 tahun. Kewajiban transisi timbul atas masa kerja lalu pada waktu pertama kali menerapkan IAS No.19. n. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga Pendapatan dan beban bunga untuk semua instrumen keuangan dengan interest bearing dicatat dalam pendapatan bunga dan beban bunga di dalam laporan laba rugi menggunakan metode suku bunga efektif. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mengdiskontokan estimasi pembayaran atas penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi serupa lainya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi, provisi, dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan seluruh premi atau diskon lainnya. Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung penurunan nilai. 0
Halaman 11
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) o. Pengakuan Pendapatan Provisi dan Komisi Pendapatan provisi dan komisi diakui menggunakan basis akrual pada saat jasa telah diberikan. Pendapatan provisi atas komitmen memberikan pinjaman yang akan dicairkan (bersama-sama dengan biaya transaksi lain yang terkait langsung) diakui sebagai penyesuaian atas suku bunga efektif atas pinjaman yang diberikan. Pendapatan provisi atas pinjaman sindikasi diakui sebagai pendapatan ketika proses sindikasi telah selesai dan Bank tidak ambil bagian dalam pinjaman sindikasi atau telah mengambil bagian atas pinjaman sindikasi dengan suku bunga efektif yang sama dengan peserta lainnya. Pendapatan provisi dan komisi yang timbul dari negosiasi, partisipasi dalam negosiasi atas transaksi dengan pihak ketiga diakui pada saat penyelesaian transaksi yang mendasarinya. Portofolio dan jasa manjemen lainnya serta pendapatan jasa diakui berdasarkan kontrak yang berlaku, dan pada umumnya berdasarkan time apportionate. Pendapatan jasa wealth management, perencanaan keuangan dan jasa kustodian yang terus diberikan selama jangka waktu tertentu diakui secara berimbang sepanjang periode penyediaan layanan tersebut. Pendapatan yang dikaitkan dengan kinerja atau pendapatan komponen diakui ketika kriteria kinerja tersebut dipenuhi. p. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan Pada setiap tanggal neraca, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Kriteria yang digunakan oleh entitas untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut: 1) Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak debitur; 2) Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; 3) Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak debitur, memberikan keringanan (konsensi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut; 4) Terdapat kemungkinan bahwa pihak debitur akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; 5) Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan; atau 6) Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual terhadap kelompok aset tersebut, termasuk: a) Memburuknya status pembayaran pihak debitur dalam kelompok tersebut; dan b) Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atau aset dalam kelompok tersebut.
Halaman 12
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) 0
p. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan (lanjutan) Estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio diidentifikasi. Pada umumnya, periode tersebut bervariasi antara 3 dan 12 bulan, untuk kasus tertentu diperlukan periode yang lebih lama. Bank pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual, dan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak maka Bank memasukkan aset tersebut ke dalam aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jumlah penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat nilai kini aset keuangan dengan estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai diakui pada laporan laba rugi. Jika pinjaman yang diberikan atau investasi dimiliki hinggga jatuh tempo memiliki suku bunga variabel, maka diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku ditetapkan dalam kontrak. Sebagai panduan praktis, Bank dapat mengukur penurunan nilai berdasarkan nilai wajar instrumen dengan menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi. Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapusbuku dengan menjurnal balik Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Kredit tersebut harus dapat dihapusbuku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan dan efek-efek serta Obligasi Pemerintah (di dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang) diklasifikasikan kedalam “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). Jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur), maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. Pada tanggal 8 Desember 2009, Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran No.11/33/DPNP yang mengatur mengenai estimasi penurunan nilai kolektif kredit yang diberikan dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik. Bagi Bank yang belum dapat melakukan estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit yang diberikan secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55 (revisi 2006) dan PAPI, maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”. Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tetang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tersebut Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) yang dibentuk terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus dengan maksud menutup risiko kemungkinan kerugian. Halaman 13
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) p. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan (lanjutan) Tarif yang digunakan dalam pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif sekurang-kurangnya: 1) Cadangan Umum sekurang-kurangnya sebesar 1% dari Aktiva Produktif dengan kualitas lancar. 2) Cadangan Khusus sekurang-kurangnya sebesar: • 5% dari Aktiva Produktif dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan •
15% dari Aktiva Produktif dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan
•
50% dari Aktiva Produktif dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan
•
100% dari Aktiva Produktif dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan.
Perhitungan penyisihan penghapusan aktiva untuk tahun buku 2009 seluruhnya mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009. q. Pajak Penghasilan Badan
0
Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibeBankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibeBankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini. r. Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Bank melakukan transaksi dengan beberapa pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan pernyataan No.7 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut: (i) Perseroan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perseroan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); (ii) Perseroan asosiasi (associated companies);
Halaman 14
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) r. Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa (lanjutan) (iii) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perseroan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut; yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksi dengan perseroan pelapor; (iv) Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perseroan pelapor yang meliputi Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan satu tingkat di bawah Direksi dari perseroan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan (v) Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (iii) atau (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perseroan yang bersangkutan. Ini mencakup perseroan-perseroan yang dimiliki Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pemegang Saham Utama dari perseroan pelapor dan perseroanperseroan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perseroan pelapor. Seluruh transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan persyaratan dan kondisi yang sama, sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga telah diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan untuk masingmasing akun. 3. KAS Kas terdiri dari: 2010 Kas Suryopranoto Kas Mangga Dua Kas Hayam Wuruk Kas Lautze Kas Kelapa Gading Kas Tanah Abang Kas Tangerang Kas Surabaya Kas Valuta Asing Jumlah
2009
6.417.234.200
3.781.172.000
173.427.000 157.715.200 231.074.900 196.057.850 186.467.900 396.851.100 720.500.500 15.965.116
46.323.550 45.983.100 96.938.400 56.274.900 92.957.000 170.215.300 725.248.850 17.891.264
8.495.293.766
5.033.004.364
Saldo kas dalam tiap-tiap satuan valuta asing berikut penjabarannya ke dalam mata uang Rupiah terdiri dari : 2010 2009 1. Dollar Amerika Serikat (USD) (2010: USD35 dan 2009: USD285) 314.684 2.679.000 2. Dollar Singapura (SGD) (2010: SGD2.000 dan 2009: SGD2.000) ... 13.961.210 13.397.030 3. Dollar Hongkong (HKD) (2010: HKD500 dan 2009: HKD500) ........ 577.718 606.092 4. Poundsterling (GBP) (2010: GBP80 dan 2009: GBP80) ............. 1.111.504 1.209.142 Jumlah Kas Valuta Asing ........................... 15.965.116 17.891.264
Halaman 15
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 4. GIRO PADA BANK INDONESIA 2010 Giro pada Bank Indonesia Jumlah
2009
23.039.067.637
11.922.901.764
23.039.067.637
11.922.901.764
Sesuai dengan perubahan terakhir yakni Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, setiap Bank di Indonesia diwajibkan mempunyai saldo giro minimum di Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah ditambah cadangan minimum yang wajib dipelihara berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan/atau Excess Reserve sebesar 2,5% dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah. Jumlah GWM Utama dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp21.940 juta dan Rp11.325 juta. Jumlah GWM Sekunder dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp6.856 juta dan Rp5.662. Bank telah memenuhi GWM sekunder sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (lihat catatan 6 dan 7). Pada posisi 31 Desember 2010, Bank telah memenuhi giro wajib minimum yang harus disediakan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 5. GIRO PADA BANK LAIN 2010 PT PT PT PT PT
Bank Bank Bank Bank Bank
Panin Metro Express Central Asia Tbk. Artha Graha Central Asia Tbk. (ATM-Prima)
Subjumlah Cadangan kerugian penurunan nilai Jumlah Giro pada Bank Lain
2009
54.817.071 26.349.087 998.136.511 5.371.778 1.813.957.940
216.796.121 154.799.573 2.180.705.011 61.144.798 1.917.213.766
2.898.632.387 (28.986.324) 2.869.646.063
4.530.659.269 (45.306.593) 4.485.352.676
Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 tidak terdapat penempatan giro dalam mata uang asing dan pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut: 2010 Saldo awal 45.306.593 Cadangan kerugian penurunan nilai selama tahun berjalan 51.848.508 Koreksi kelebihan cadangan kerugian penurunan nilai selama tahun berjalan (68.168.777) Saldo akhir 28.986.324
2009 34.284.773 11.021.820 45.306.593
Halaman 16
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 6. PENEMPATAN PADA BANK LAIN DAN BANK INDONESIA 2010 57.700.000.000 (17.622.479) 57.682.377.521
2009 6.100.000.000 (3.047.968) 6.096.952.032
145.000.000.000 10.000.000.000 155.000.000.000 (1.550.000.000) 153.450.000.000 211.132.377.521
120.000.000.000 120.000.000.000 (1.200.000.000) 118.800.000.000 124.896.952.032
FASBI (1-7 hari) Diskonto yang belum diamortisasi FASBI – Neto
Call Money
Deposito Berjangka Jumlah Cadangan penurunan nilai Jumlah – neto Jumlah penempatan
Jangka waktu penempatan call money yaitu antara 1 hari sampai 15 hari (2010 dan 2009). Tingkat bunga per tahun untuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) adalah sebesar 5,50% sampai 6,35% (2010) dan 3% - 9,5% (2009), sedangkan tingkat suku bunga per tahun atas call money berkisar antara dan antara 5,55% sampai 6,45% (2010). Pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 tidak terdapat penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia dalam bentuk mata uang asing dan pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Perubahan penyisihan kerugian adalah sebagai berikut: Saldo awal Koreksi kelebihan cadangan kerugian penurunan nilai selama tahun berjalan Cadangan kerugian penurunan nilai selama tahun berjalan Saldo akhir
2010 1.200.000.000
2009 -
(2.422.735.161)
-
2.772.735.161 1.550.000.000
1.200.000.000 1.200.000.000
Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen Bank, kolektibilitas atas seluruh penempatan pada bank lain pada tahun 2010 dan 2009 digolongkan Lancar. Tidak terdapat dana yang diblokir atau belum dapat dicairkan pada bank bermasalah. FASBI tidak wajib membentuk penyisihan. 7. EFEK-EFEK Efek-efek yang dimiliki PT Bank Royal Indonesia seluruhnya dikategorikan dimiliki hingga jatuh tempo, terdiri atas: 2010 2009 Dimiliki hingga jatuh tempo: Sertifikat Bank Indonesia Diskonto yang belum diamortisasi Sertifikat Bank Indonesia – Neto
30.260.000.000 (740.407.189) 29.519.592.811
30.000.000.000 (69.633.464) 29.930.366.536
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Bank tidak wajib untuk melakukan penyisihan kerugian atas surat berharga berbentuk Sertifikat Bank Indonesia. Pada tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 tidak terdapat efek-efek pada pihak terkait dan dalam mata uang asing. Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen Bank, kolektibilitas atas efek-efek di atas digolongkan Lancar. Halaman 17
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 7. EFEK-EFEK (lanjutan) Klasifikasi efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo berdasarkan sisa umur sampai dengan saat jatuh temponya adalah sebagai berikut: 2010 2009 Lebih dari 1 bulan Diskonto yang belum diamortisasi
30.260.000.000 (740.407.189) 29.519.592.811
30.000.000.000 (69.633.464) 29.930.366.536
Tingkat bunga per tahun untuk Sertifikat Bank Indonesia adalah sebesar 6,30% - 6,70% (2010) dan 6,46% - 11% (2009). 8. KREDIT YANG DIBERIKAN Kredit yang diberikan berdasarkan jenis, sektor usaha, jangka waktu dan kualitas terdiri dari: 1). Jenis 31 Desember 2010 Lancar
Dalam Perhatian Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
Rupiah Rekening Koran
50.406.698.365
-
-
-
-
50.406.698.365
Angsuran Berjangka
24.080.934.416
-
-
-
-
24.080.934.416
Perumahan
5.027.399.268
-
-
-
-
5.027.399.268
Royal Duta
9.518.205.231
-
-
-
-
9.518.205.231
Kendaraan
504.089.031
-
-
-
-
504.089.031
Demand Loan
37.694.626.577
-
-
-
-
37.694.626.577
Multi Guna
23.516.543.894
-
-
-
-
23.516.543.894
158.256.000
-
-
191.081.771
157.364.215
506.701.986
150.906.752.782
-
-
191.081.771
157.364.215
151.255.198.768
(1.232.987.859)
-
-
(95.540.886)
(157.364.215)
(1.485.892.960)
149.673.764.923
-
-
95.540.885
-
149.769.305.808
Karyawan Jumlah Cadangan kerugian penurunan nilai Jumlah
31 Desember 2009 Lancar
Dalam Perhatian Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
Rupiah Rekening Koran
27.109.789.187
-
-
-
-
27.109.789.187
Angsuran Berjangka
8.942.429.057
-
-
-
-
8.942.429.057
Perumahan
6.263.794.179
-
-
8.248.914
-
6.272.043.093
Royal Duta
92.158.105.577
-
-
-
-
92.158.105.577
Kendaraan
1.721.123.622
-
-
-
-
1.721.123.622
Demand Loan
21.570.000.000
-
-
-
-
21.570.000.000
Multi Guna
14.750.233.296
-
-
133.151.401
210.474.487
15.093.859.184
298.573.891
-
-
-
204.047.365
502.621.256
172.814.048.809
-
-
141.400.315
414.521.852
173.369.970.976
(2.882.444.829)
-
-
(70.700.157)
(414.521.852)
(3.367.666.838)
169.931.603.980
-
-
70.700.158
-
170.002.304.138
Karyawan Jumlah Cadangan kerugian penurunan nilai Jumlah
Halaman 18
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 8. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 2). Sektor Ekonomi: 31 Desember 2010 Lancar
Dalam Perhatian Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
Rupiah Industri Kontruksi Perdagangan
29.821.505.365
-
-
-
-
2.798.540.367
-
-
-
-
29.821.505.365 2.798.540.367
52.498.165.614
-
-
-
-
52.498.165.614
Lain-lain
44.459.639.585
-
-
191.081.771
157.364.215
44.808.085.571
Jasa
21.328.901.851
-
-
-
-
21.328.901.851
150.906.752.782
-
-
191.081.771
157.364.215
151.255.198.768
(1.232.987.859)
-
-
(95.540.886)
(157.364.215)
(1.485.892.960)
149.673.764.923
-
-
95.540.885
-
149.769.305.808
Jumlah Cadangan kerugian penurunan nilai Bersih
31 Desember 2009 Lancar
Dalam Perhatian Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
Rupiah Industri Kontruksi Perdagangan
14.824.837.444
-
-
-
-
496.180.448
-
-
-
-
14.824.837.444 496.180.448
103.245.022.239
-
-
133.151.401
-
103.378.173.640
Lain-lain
15.152.360.179
-
-
8.248.914
414.521.852
15.575.130.945
Jasa
39.095.648.499
-
-
-
-
39.095.648.499
172.814.048.809
-
-
141.400.315
414.521.852
173.369.970.976
(2.882.444.829)
-
-
(70.700.157)
(414.521.852)
(3.367.666.838)
169.931.603.980
-
-
70.700.158
-
170.002.304.138
Jumlah Cadangan kerugian penurunan nilai Bersih
Dari jumlah tersebut, terdapat penyaluran kredit kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan PT Bank Royal Indonesia yakni: 2010 2009 PT Pulogadung Steel The Master Steel, MFG., Co. PT Pangeran Karang Yeremia Setiawan Pinjaman Karyawan Selasih Li Hsueh Pu Jumlah pihak hubungan istimewa Cadangan kerugian penurunan nilai Jumlah
845.529.211 5.305.089.652 184.267.803 31.870.000 9.518.205.231 152.259.473
941.830.820 7.974.068 2.518.161.705 260.000.000 26.390.000 -
16.037.221.370 (63.631.120)
3.754.356.593 (69.230.336)
15.973.590.250
3.685.126.257
Terdapat kredit senilai Rp7.970.614.693 yang dijamin dengan deposito berjangka.
Halaman 19
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 8. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 3). Jangka Waktu Klasifikasi kredit dilakukan berdasarkan perjanjian kredit dan sisa umur sampai dengan saat jatuh temponya adalah sebagai berikut: a). Berdasarkan perjanjian kredit 2010 Sampai dengan 1 tahun Di atas 1 tahun s.d. 2 tahun Di atas 2 tahun s.d. 5 tahun Lebih dari 5 tahun Jumlah
87.642.467.245 14.132.253.728 31.085.474.222 18.395.003.573 151.255.198.768
2009 136.954.686.299 8.441.734.714 20.439.251.757 7.534.298.206 173.369.970.976
b). Berdasarkan sisa umur jatuh tempo 2010 Sampai dengan 1 tahun Di atas 1 tahun s.d. 2 tahun Di atas 2 tahun s.d. 5 tahun Lebih dari 5 tahun Jumlah
101.623.551.767 15.715.361.537 25.871.352.368 8.044.933.096 151.255.198.768
2009 143.234.079.281 8.558.039.316 15.415.109.456 6.162.742.923 173.369.970.976
4). Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut: 2010 Saldo awal tahun Cadangan kerugian penurunan nilai selama tahun berjalan Penghapusbukuan Koreksi cadangan kerugian penurunan nilai Saldo akhir
3.367.666.838 (1.374.487) (1.880.399.391) 1.485.892.960
2009 1.137.763.780 2.229.903.058 3.367.666.838
Pembentukan dan perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai dilaksanakan sesuai ketentuan Bank Indonesia (Catatan 2p). Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan kerugian yang telah dibukukan adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya kredit yang diberikan. 5). Informasi penting lainnya: Informasi penting yang berkaitan dengan kredit yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Kredit yang diberikan dijamin dengan deposito, agunan yang diikat dengan akta pemberian hak tanggungan dan pemasangan hak tanggungan, dan jaminan lain yang umumnya diterima oleh Bank. Agunan berupa deposito per 31 Desember 2010 sebesar Rp27.607.966.829 dan 2009 sebesar Rp17.608.424.124.
Halaman 20
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 8. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) b. Kredit tetap dan rekening koran terdiri dari kredit modal kerja, pembelian barang-barang modal dan kredit konsumen (consumers’ loans) seperti kredit untuk pembelian rumah dan mobil. c.
Kredit kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp16.037.221.370 (2010) dan Rp3.754.356.593 (2009). Terdapat kredit senilai Rp7.970.614.693 yang dijamin dengan deposito berjangka.
d. Kredit kepada karyawan merupakan kredit untuk keperluan umum dengan bunga 0% s.d 7%. Kredit tersebut ditagih dengan memotong gaji setiap bulan. e. Tingkat bunga rata-rata per tahun dalam rupiah yaitu dan 13% pada tahun 2010 dan 12% - 18% pada tahun 2009. f.
Dalam laporan yang dibuat Bank kepada Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), tidak terdapat pelampauan dan pelanggaran BMPK per 31 Desember 2010 dan 2009.
9. ASET TETAP 2010 11.292.471.684 (6.708.981.427) 4.583.490.257
Harga Perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Rincian Aset Tetap adalah sebagai berikut: Saldo 1 Jan 2010
2009 10.695.337.885 (7.868.826.805) 2.826.511.080
31 Desember 2010
Penambahan
Pengurangan
Reklasifikasi
Saldo 31 Des 2010
2.239.163.734
Harga Perolehan: Tanah
-
-
-
2.239.163.734
Bangunan
4.991.644.025
-
-
(2.239.163.734)
2.752.480.291
Inventaris – Kelompok I
1.995.289.210
394.738.799
5.605.000
-
2.384.423.009
3.708.404.650
480.650.000
272.650.000
-
3.916.404.650
10.695.337.885
875.388.799
278.255.000
-
11.292.471.684
Inventaris – Kelompok II
Akumulasi Penyusutan: Bangunan
3.805.213.765
257.751.193
1.972.763.013
-
2.090.201.945
Inventaris – Kelompok I
1.564.345.707
374.390.550
112.092.955
-
1.826.643.262
Inventaris – Kelompok II
2.499.267.333
533.196.200
240.327.313
-
2.792.136.220
7.868.826.805
1.165.337.943
2.325.183.321
-
Nilai Buku
2.826.511.080
6.708.981.427 4.583.490.257
Halaman 21
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 9.
ASET TETAP (lanjutan) 31 Desember 2009 Saldo 1 Jan 2009
Penambahan
Pengurangan
Saldo 31 Des 2008
Reklasifikasi
Harga Perolehan: Bangunan
4.991.644.025
-
-
-
Inventaris – Kelompok I
1.830.685.755
164.603.455
-
-
4.991.644.025 1.995.289.210
Inventaris – Kelompok II
3.393.754.650
461.000.000
146.350.000
-
3.708.404.650
10.216.084.430
625.603.455
146.350.000
-
10.695.337.885
Bangunan
3.654.915.193
150.298.572
-
-
3.805.213.765
Inventaris – Kelompok I
1.379.395.036
184.950.671
-
-
1.564.345.707
Inventaris – Kelompok II
2.189.870.714
440.925.516
131.528.897
-
2.499.267.333
7.224.180.943
776.174.758
131.528.897
-
7.868.826.805
Akumulasi Penyusutan:
Nilai Buku
2.826.511.080
2.991.903.487
Pada tahun 2009, terdapat penambahan inventaris kelompok II yang terdiri dari pembelian 1 unit kendaraan roda empat senilai Rp191.000.000 dan Safe Deposit Box (SDB) senilai Rp270.000.000 Selain itu, terdapat pula pelepasan 1 unit kendaraan bermotor roda empat dengan nilai perolehan sebesar Rp146.350.000 yang telah rusak akibat banjir. Seluruh beban penyusutan Aset Tetap tahun 2009 dan 2008 dialokasikan ke Beban Umum dan Administrasi (catatan 22). Aset Tetap diasuransikan kepada pihak ketiga, yaitu seluruh bangunan kantor beserta isinya dan seluruh kendaraan, dengan nilai pertanggungan masing–masing sebesar Rp9.134.050.000 dan Rp1.136.500.000 (2010) serta Rp8.449.050.000 dan Rp2.237.500.000 (2009). Manajemen Bank berpendapat bahwa jumlah pertanggungan cukup untuk menutup kerugian yang mungkin terjadi di masa mendatang. Laba penjualan Aset Tetap untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2009 masingmasing sebesar Rp52.080.000 dan Rp79.500.000. 10. ASET LAIN-LAIN 2010 Uang muka pihak ketiga Uang muka pajak Bunga akan diterima Persediaan alat tulis kantor, barang cetakan, dan meterai Uang Jaminan Biaya yang ditangguhkan Aset pajak tangguhan Aset tidak berwujud Jumlah Aset Lain-Lain
2009
1.226.250.266 95.470.075 589.182.799
410.187.857 1.400.321.410
203.586.694 1.122.351.600 207.542.019 252.715.968 558.252.763 4.255.352.184
170.249.884 1.121.851.600 1.887.406.683 279.866.528 5.269.883.962
Perhitungan aset pajak tangguhan terdapat pada Catatan 14c. Halaman 22
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 11. GIRO 2010 Pihak ketiga Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Jumlah Giro
2009
26.919.603.341 119.580.747.576
14.312.305.584 53.356.760.376
146.500.350.917
67.669.065.960
Suku bunga jasa giro yang diberikan per akhir tahun 2010 dan 2009 adalah sebesar 1% - 4%. Tidak terdapat giro dalam mata uang asing dan giro dari bank lain. Pada tahun 2010 terdapat giro yang diblokir dan dijadikan jaminan kredit sebesar Rp13.520.616.708 dan 2009 tidak terdapat giro yang diblokir dan dijadikan jaminan kredit. 12. TABUNGAN 2010 Pihak ketiga Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Jumlah Tabungan
2009
40.250.010.579 1.852.202.914
32.614.724.373 1.365.967.703
42.102.213.493
33.980.692.076
Suku bunga tabungan tahun 2010 dan 2009 adalah sebesar 2% - 5%. Tidak terdapat tabungan dalam mata uang asing. 13. DEPOSITO BERJANGKA
Pihak ketiga Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Jumlah Deposito Berjangka
2010 92.444.852.484 20.366.192.008
2009 124.376.514.682 14.053.865.413
112.811.044.492
138.430.380.095
Klasifikasi jangka waktu deposito berjangka berdasarkan sisa umur sampai dengan saat jatuh tempo adalah sebagai berikut: 2010 2009 Sampai dengan 1 bulan Di atas 1 bulan s.d. 3 bulan Di atas 3 bulan s.d. 6 bulan Lebih dari 6 bulan Jumlah
107.009.810.686 5.223.425.664 550.000.000 27.808.142
133.510.351.179 1.895.028.916 25.000.000 3.000.000.000
112.811.044.492
138.430.380.095
Deposito berjangka yang diblokir dan dijadikan jaminan kredit sebesar Rp16.518.263.774 per 31 Desember 2010 dan Rp17.608.424.124 per 31 Desember 2009. Tingkat bunga untuk deposito berjangka 1 bulan sebesar 5,50% - 9,00% (2010) dan 6,00% 9,00% (2009), tingkat bunga deposito berjangka 3 bulan sebesar 5,00% - 8,00% (2010) dan 8% (2009), untuk deposito berjangka 6 bulan adalah sebesar 6,00% - 7,00% (2010) dan 7,00% (2009), sedangkan untuk deposito berjangka 12 bulan adalah sebesar 6,00% - 11,00% (2010).
Halaman 23
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 14. KEWAJIBAN SEGERA Kewajiban yang harus segera dibayar oleh Bank per 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2010 Hutang pajak Biaya-biaya masih harus dibayar Jumlah Kewajiban Segera a. Hutang Pajak Taksiran hutang pajak penghasilan badan Setelah dikurangi dengan pajak dibayar di muka sebesar Rp991.022.191 (2010) dan Rp922.216.829 (2009) Hutang pajak lainnya: PPh jasa giro/tabungan/deposito PPh 23 jasa pihak ketiga PPh Pasal 25 – Desember PPh Pasal 21 – Desember PPh Pasal 21 – SPT 1721 Jumlah
2009
470.017.055 343.025.796
1.100.815.631 158.548.841
813.042.851
1.259.364.472
2010
2009
210.049.924
643.679.543
227.269.606 3.838.625 28.858.900 -
251.164.998 7.399.615 6.629.063 70.950.000 120.992.412
470.017.055
1.100.815.631
b. Pajak Penghasilan Badan Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi dengan taksiran laba fiskal yang dihitung oleh Bank untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2010 2009 Laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi 4.868.627.360 5.541.152.032 Koreksi fiskal terdiri dari: Beda tetap: - Sumbangan 1.640.000 17.140.000 - Beban Lain-Lain 133.333.334 1.000.000 - Beban Jamuan Makan 17.721.714 46.506.125 - Beban Asuransi 5.259.058 4.382.078 - Beban Bahan Bakar 6.062.627 12.622.571 - Beban Pemeliharaan dan Perbaikan 6.324.902 7.981.874 - Beban Keamanan 73.955.600 53.959.390 - Beban Koran dan Majalah 9.512.400 9.153.000 - Beban Pemasaran 9.962.359 98.314.849 263.771.994 251.059.887
Halaman 24
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 14. KEWAJIBAN SEGERA (lanjutan) b. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan) 2010 Beda waktu: - Beban imbalan pascakerja
Taksiran Laba Fiskal Tahun Berjalan Dibulatkan
61.721.689 61.721.689
143.622.375 143.622.375
5.194.121.043 5.194.121.000
5.935.834.294 5.935.834.000
25% x 50% x 686.693.914 25% x 5.249.140.086 25% x 50% x 779.665.082 25% x 4.414.455.918
97.458.135 1.103.613.980 1.201.072.115
Dikurangi pajak dibayar di muka: - PPh Pasal 25 Pajak penghasilan terhutang
2009
991.022.191 210.049.924
96.137.148 1.469.759.224 1.565.896.372
922.216.829 643.679.543
Berdasarkan peraturan perpajakan Indonesia, PT Bank Royal Indonesia melaporkan pajak terhutang berdasarkan perhitungan sendiri (self assessment). Direktorat Jenderal Pajak dapat menghitung dan mengubah kewajiban pajak dalam batas waktu 10 tahun sejak tanggal terhutangnya pajak. c.
Pajak Penghasilan Tangguhan
2010 Dikreditkan ke laporan laba rugi
31 Desember 2009 Aset pajak tangguhan: Penyusutan Aset Tetap Imbalan Pascakerja Jumlah
279.866.528
(42.580.982) 15.430.422
(42.580.982) 295.296.950
279.866.528
(27.150.560)
252.715.968
2009 Dikreditkan ke laporan laba rugi
31 Desember 2008 Aset pajak tangguhan: Penyusutan Aset Tetap Imbalan Pascakerja Jumlah d. Penghasilan (Beban) Pajak Beban pajak penghasilan kini Manfaat pajak tangguhan Jumlah
31 Desember 2010
31 Desember 2009
158.389.000 273.236.246
(158.389.000) 6.630.282
279.866.528
431.625.246
(151.758.718)
279.866.528
2010 (1.201.072.115) (27.150.560) (1.228.222.675)
2009 (1.565.896.372) (151.758.718) (1.717.655.090)
Halaman 25
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 15. ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI Estimasi kerugian atas transaksi komitmen dan kontinjensi yang lazim dalam kegiatan usaha bank, dibentuk sebagai berikut: 2010 2009 Estimasi kerugian transaksi komitmen dan kontinjensi dari kegiatan usaha bank: - Bank garansi - Longgar Tarik Jumlah
5.000.000 468.787.124 473.787.124
1.480.000 1.116.734.619 1.118.214.619
Kualitas transaksi komitmen dan kontinjensi dalam kegiatan usaha bank yang mempunyai risiko kredit adalah sebagai berikut: 2010 Lancar Cadangan kerugian penurunan nilai Jumlah
2009
47.378.712.400 (473.787.124)
111.821.461.750 (1.118.214.619)
46.904.925.276
110.703.247.131
Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut: 2010 Saldo awal Cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk Koreksi kelebihan cadangan kerugian penurunan nilai Saldo Akhir
2009
1.118.214.619
1.007.282.183
1.648.060.861 (2.292.488.356)
110.932.436 -
473.787.124
1.118.214.619
16. KEWAJIBAN LAIN-LAIN 2010 Kewajiban imbalan pascakerja Bunga akan dibayar Provisi komisi diterima di muka Provisi pinjaman royal duta Titipan Lain-lain Jumlah Kewajiban Lain-Lain
2009
1.181.187.801 416.568.743 66.417.050 8.615.661.270 682.674.772
1.119.466.113 611.218.761 563.817.820 4.815.485 749.468.302
10.962.509.636
3.048.786.481
Pada tahun 2010, Titipan merupakan hutang atas titipan Astek sebesar Rp17.949.640 dan titipan PLN (listrik) sebesar Rp8.597.711.630 yang belum disetorkan dan Lain-lain merupakan kewajiban bagian umum, personalia, dan cadangan rupa-rupa.
Halaman 26
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 17. MODAL SAHAM Menurut akta notaris Misahardi Wilamata, SH., No.68 tanggal 8 Januari 1990 modal dasar Bank adalah sebesar Rp50.000.000.000 terbagi atas 500.000 saham dengan nilai nominal masingmasing sebesar Rp100.000 per lembar saham. Berdasarkan akta notaris Buntario Tigris, SH., SE., MH., No.83 tanggal 11 Mei 2005 pemegang saham Bank telah menyetujui jual beli saham Bank masing-masing milik Sdr. Muliadi Masli sebanyak 3.750 saham, Sdr. Ko Maraagung Nugroho sebanyak 3.750 saham, Sdr. Ko Kurnia Komara sebanyak 2.500 saham, dan Sdr. Ko Kartono Komara sebanyak 2.500 saham seluruhnya kepada Sdr. Amir Soemedi. Pada tahun 2007 terdapat perubahan modal menurut akta notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH., No.80 tanggal 22 November 2007 modal dasar Bank menjadi Rp200.000.000.000 terbagi atas 2.000.000 saham dengan nilai nominal masing-masing sebesar Rp100.000 per lembar saham. Berdasarkan Akta No.114 tanggal 30 Juni 2010, terdapat perubahan modal PT Royalindo Investa Wijaya sejumlah 75.000 lembar saham sebesar Rp7.500.000.000 dari Rp80.000.000.000 menjadi Rp87.500.000.000, sehingga susunan Pemegang Saham Bank pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: Pemegang Saham 31 Desember 2010 Sdr. Amir Soemedi Sdr. Ibrahim Soemedi Sdr. Herman Soemedi Sdr. Diah Soemedi PT Royalindo Investa Wijaya Jumlah
Pemegang Saham 31 Desember 2009 Sdr. Amir Soemedi Sdr. Ibrahim Soemedi Sdr. Herman Soemedi Sdr. Diah Soemedi PT Royalindo Investa Wijaya Jumlah
Saham (lembar)
Rp
50.000 30.000 25.000 20.000 875.000 1.000.000
5.000.000.000 3.000.000.000 2.500.000.000 2.000.000.000 87.500.000.000 100.000.000.000
Saham (lembar)
Rp
50.000 30.000 25.000 20.000 800.000 925.000
Nominal
Nominal
5.000.000.000 3.000.000.000 2.500.000.000 2.000.000.000 80.000.000.000 92.500.000.000
% 5,00 3,00 2,50 2,00 87,50 100,00
% 5,41 3,24 2,70 2,16 86,49 100,00
Halaman 27
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 18. PENDAPATAN BUNGA 2010 Pendapatan bunga berasal dari: Bank Indonesia Penempatan pada bank lain: - Jasa giro - Obligasi
2009
7.159.885.435
5.076.145.420
11.001.593 841.798.610 5.270.058.046
23.932.315 2.196.393.699
Pinjaman yang diberikan: - Pinjaman Rekening Koran - Pinjaman KPR - Pinjaman Royal Duta - Pinjaman Angsuran - Pinjaman Kendaraan - Pinjaman Overdraft - Pinjaman Demand Loan - Pinjaman Multiguna/KMG - Pinjaman Karyawan Provisi dan komisi kredit
5.229.833.440 745.780.627 4.966.250.993 2.075.564.828 127.368.629 14.142.192 1.653.791.522 2.574.023.132 15.180.730 1.292.872.359
4.267.442.225 1.349.083.960 20.322.177.752 1.352.213.523 268.843.808 98.430.420 1.977.283.723 1.990.437.110 14.025.073 2.555.153.106
Jumlah Pendapatan Bunga
31.977.552.136
41.491.562.134
- Call money
19. BEBAN BUNGA 2010 Beban bunga berasal dari: Penempatan pada bank lain:
- Call money
- Deposito Beban bunga - Pihak III bukan bank: - Jasa giro - Deposito berjangka - Deposit on call - Tabungan Jumlah Beban Bunga
2009
64.277.500 -
89.376.388 12.838.975
3.174.991.785 8.471.556.498 50.232.389 1.233.377.125
2.547.651.126 11.081.581.724 197.833.052 978.635.860
12.994.435.297
14.907.917.125
2010
2009
20. PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA
Penjualan buku cek/ giro/ setoran Lainnya Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
48.621.000 2.059.183.278
46.103.000 71.046.740
2.107.804.278
117.149.740
Halaman 28
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 21. BEBAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN 2010 Beban cadangan kerugian penurunan nilai kredit Beban cadangan kerugian penurunan nilai penempatan dana Jumlah Beban cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan
2009
518.517.873
2.229.903.057
430.318.659
1.211.021.820
948.836.532
3.440.924.877
22. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI
Penyusutan aset tetap : Bangunan Inventaris kantor/kendaraan Beban asuransi : Premi asuransi penjaminan pemerintah atas simpanan nasabah Kas Gedung Inventaris/Kendaraan
Pajak-pajak: Pajak bumi dan bangunan Pajak kendaraan Pajak reklame Pajak lainnya Perawatan dan perbaikan : Gedung kantor Kendaraan Komputer Inventaris kantor Lainnya Beban Administrasi : Administrasi warkat kliring Administrasi Jasa Arta Administrasi ATM-Prima Administrasi PLN
2010
2009
233.778.485 640.366.442 874.144.927
150.298.571 640.697.290 790.995.861
479.050.886 112.037.102 12.285.464 49.001.892 652.375.344
389.696.474 90.676.709 535.666 47.610.102 528.518.951
34.970.673 41.338.900 47.347.000 250.000 123.906.573
31.356.911 30.203.700 72.964.200 134.524.811
534.666.432 138.911.839 2.043.863.266 56.473.606 231.500 2.774.146.643
248.411.121 131.862.932 1.212.376.372 55.895.769 1.004.000 1.649.550.194
163.110.501 381.040 1.291.774.000 1.565.835 1.456.831.376
158.022.502 4.690.180 1.240.478.000 1.332.135 1.404.522.817
Halaman 29
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 22. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI (lanjutan) Biaya operasional lainnya : Listrik dan air Beban keamanan Telepon, teleks dan faksimili Beban imbalan pascakerja Transportasi & parkir Beban alat tulis dan cetakan Iklan/promosi Beban pemasaran Jasa akuntan/konsultan Beban perlengkapan kantor Beban pengurusan izin-izin Beban bahan bakar Sewa Beban pergaulan/jamuan makan Beban keanggotaan Beban money brokers Majalah dan koran Beban meterai Biaya buku Cek/Giro Biaya perjalanan dinas Beban outsourcing Beban lain-lain Jumlah biaya operasional lainnya Jumlah Beban Umum & Administrasi
390.841.546 73.955.600 511.504.465 211.721.689 46.781.579 382.690.990 89.778.800 39.849.435 140.850.000 44.349.674 17.700.000 234.127.719 734.820.394 177.217.143 47.100.000 11.052.604 9.512.400 10.063.836 1.410.000 27.908.200 486.320.952 218.997 3.689.776.024 9.571.180.887
303.861.148 53.959.390 518.575.965 215.892.376 45.472.429 462.125.387 50.219.575 393.259.395 67.126.923 121.554.001 23.237.141 227.888.491 574.429.927 465.061.249 46.150.000 22.905.274 9.153.000 8.377.600 1.210.000 29.058.700 421.643.447 6.035 4.061.167.453 8.569.280.087
23. BEBAN TENAGA KERJA 2010
2009
Gaji, THR/Bonus dan tunjangan Jamsostek Seragam karyawan Pendidikan dan Pelatihan
8.457.647.684 185.581.702 129.714.672
8.522.420.662 86.216.303 392.030.450
Jumlah Beban Tenaga Kerja
8.772.944.058
9.000.667.415
24. PENDAPATAN NON-OPERASIONAL LAINNYA 2010 Laba penjualan aset tetap Pendapatan selisih kurs Pendapatan koreksi cadangan penurunan nilai Lain - lain
2009
52.080.000 78.765
79.500.000 -
4.788.044.548 94.031.162 4.934.234.474
2.100.698 81.600.698
kerugian
Halaman 30
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 25. BEBAN NON-OPERASIONAL LAINNYA
Denda BI Sumbangan/souvenir Seragam Karyawan Lain-lain Jumlah Beban Non-Operasional Lainnya
2010
2009
10.000.000 1.640.000 34.675.000 169.190.893
1.200.000 17.140.000 100.098.600 1.000.000
215.505.893
119.438.600
26. TAGIHAN DAN KEWAJIBAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI
Pihak Terkait
31 Desember 2010 Pihak Tidak Terkait
Komitmen Kewajiban komitmen: Komitmen kredit yang belum ditarik Jumlah komitmen-bersih
(8.978.878.100) (8.978.878.100)
(37.899.834.326) (37.899.834.326)
(46.878.712.426) (46.878.712.426)
Kontinjensi Kewajiban kontinjensi: Garansi yang diterbitkan Jumlah kontinjensi-bersih Jumlah
(8.978.878.100)
(500.000.000) (500.000.000) (38.399.834.326)
(500.000.000) (500.000.000) (47.378.712.426)
Jumlah
Komitmen kredit yang belum ditarik bersifat uncommited. 31 Desember 2009 Pihak Tidak Terkait
Pihak Terkait
Jumlah
Komitmen Kewajiban komitmen: Komitmen kredit yang belum ditarik Jumlah komitmen-bersih
-
(111.132.105.236) (111.132.105.236)
(111.132.105.236) (111.132.105.236)
Kontinjensi Kewajiban kontinjensi: Garansi yang diterbitkan Jumlah kontinjensi-bersih Jumlah
-
(148.000.000) (148.000.000) (111.280.105.236)
(148.000.000) (148.000.000) (111.280.105.236)
Halaman 31
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 27. KEWAJIBAN IMBALAN PASCAKERJA Perhitungan aktuaria terakhir untuk akuntansi imbalan kerja berdasarkan peraturan perusahaan dilakukan oleh PT Dian Artha Tama tanggal 3 Maret 2011. Perhitungan yang dilakukan adalah untuk mengakui biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan berkenaan dengan imbalan pascakerja berupa penghargaan masa bakti, tabungan hari tua, cuti besar, dan tunjangan pemeliharaan kesehatan. Perhitungan rekonsiliasi aset program dan kewajiban estimasi imbalan pascakerja yang diakui di Neraca per 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2010 Nilai Kini Kewajiban Nilai Wajar Aset Program Nilai Kini Kewajiban yang Tidak Didanai Jasa lalu yang belum diakui Kerugian Aktuaria yang belum diakui Kewajiban Pascakerja
2009
1.026.529.045 1.026.529.045 (157.432.245) 312.091.001
640.097.951 640.097.951 (188.284.893) 667.653.055
1.181.187.801
1.119.466.113
Rekonsiliasi perubahan saldo kewajiban pascakerja untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut: 2010 2009 Saldo Awal Beban selama tahun berjalan Pembayaran selama tahun berjalan Saldo akhir
1.119.466.112 211.721.689 (150.000.000)
975.843.737 215.892.376 (72.270.000)
1.181.187.801
1.119.466.113
Beban imbalan pascakerja disajikan sebagai beban umum dan administrasi (Catatan 22). 28. TRANSAKSI-TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Dalam kegiatan usaha normal, Bank melakukan transaksi usaha dan keuangan dengan pihakpihak tertentu yang mempunyai hubungan istimewa. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Sifat hubungan istimewa
Transaksi
Debitur
Perusahaan dengan hubungan keluarga dengan pemegang saham Hubungan keluarga
Kredit
Giran
Perusahaan grup Pemegang saham Pihak-pihak terkait lainnya
Giro
Penabung
Direksi Pemegang saham Pihak-pihak terkait lainnya
Tabungan
Deposan
Komisaris
Deposito
Halaman 32
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 28. TRANSAKSI-TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) a. Kredit kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp16.037.221.370 (2010) dan Rp3.754.356.593 (2009). Terdapat kredit senilai Rp7.970.614.693 yang dijamin dengan deposito berjangka sebesar. b. Giro yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebesar Rp119.580.747.576 (2010) dan Rp53.356.760.376 (2009). c.
Tabungan yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebesar Rp1.852.202.914 (2010) dan Rp1.365.967.703 (2009).
d. Deposito berjangka yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebesar Rp20.366.192.008 (2010) dan Rp14.053.865.413 (2009). 29. JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.179/KMK.017/2000 tanggal 26 Mei 2000 dan Surat Keputusan Bersama Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional No. 32/46/KEP/DIR dan 181/BPPN/0599 tertanggal 14 Mei 1999 tentang “Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Pembayaran Bank Umum”, dinyatakan bahwa Pemerintah menjamin kewajiban bank umum meliputi giro, tabungan, deposito berjangka dan deposit-on-call, obligasi, surat berharga, pinjaman antar bank, pinjaman yang diterima, letters of credit, akseptasi L/C, swap mata uang dan kewajiban kontinjensi lainnya seperti bank garansi, standby letters of credit, performance bonds dan kewajiban sejenis selain yang dikecualikan dalam keputusan ini seperti pinjaman subordinasi dan kewajiban kepada direktur, komisaris, dan pihak terkait dengan Bank. Jaminan tersebut di atas berlaku untuk jangka waktu 2 tahun sejak tanggal 26 Januari 1998 sampai dengan tanggal 31 Januari 2000. Jangka waktu penjaminan tersebut telah dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.179/KMK.017/2000 pada tanggal 26 Mei 2000 yang menyatakan bahwa jangka waktu program penjaminan diperpanjang dengan sendirinya untuk jangka waktu enam bulan berikutnya secara terus menerus, kecuali apabila Menteri Keuangan mengumumkan pengakhiran dan atau perubahan Program Penjaminan dalam waktu enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Program Penjaminan tersebut untuk diketahui oleh umum. Atas penjaminan ini pihak Bank melakukan pembayaran premi kepada Pemerintah. Beban premi penjaminan Pemerintah yang dibayar selama tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp479.050.886 dan Rp389.696.474.
Halaman 33
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang dihitung oleh Bank per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar 64,72% dan 45,69%, yaitu: (Dalam jutaan rupiah) 2010 2009 Komponen Modal: A. Modal inti Modal disetor 100.000 92.500 Laba ditahan 16.107 12.105 Laba tahun berjalan (50%)* 1.820 1.912 117.927 106.517 B. Modal pelengkap Cadangan umum Kerugian Penurunan 1.717 2.996 Nilai (CKPN) Jumlah modal inti dan modal pelengkap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)* Rasio kewajiban penyediaan modal minimum * Tidak termasuk pajak tangguhan
119.644 185.529 64,49%
109.513 239.712 45,69%
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, rasio KPMM dihitung dengan tidak menyertakan efek pajak dari pajak tangguhan. 31. KUALITAS ASET PRODUKTIF Berikut ini adalah rasio Non-Performing Loan (NPL) dan rasio Kualitas Aset Produktif (KAP) pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008: 2010 2009 Rasio NPL (gross) 0,23% 0,32% Rasio KAP 0,09% 0,11% Rasio Kualitas Aset Produktif (KAP) merupakan rasio antara Aset yang Diklasifikasikan Tidak Produktif (AYDTP) dibandingkan dengan total Aset Produktif (AP). Aset yang Diklasifikasikan Tidak Produktif merupakan rata-rata tertimbang aset berdasarkan kolektibilitas. 32. PROFIL RISIKO A. Ringkasan Penilaian Profil Risiko Predikat risiko Bank Royal Indonesia pada triwulan ini secara keseluruhan adalah Low dengan trend yang stabil. Dari delapan jenis risiko, terdapat 5 (lima) jenis risiko yang berada pada tingkat risiko yang Low to Moderate dan 3 (tiga) jenis risiko yang berada pada tingkat risiko Low.
Halaman 34
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 32. PROFIL RISIKO (lanjutan)
Matriks Risiko Posisi Desember 2010 Bank Royal Indonesia
No.
Jenis Risiko
Desember 2010
September 2010
Tingkat Risiko
Trend
Tingkat Risiko
Trend
1
Risiko Kredit
Low to Moderate
Stabil
Low to Moderate
Stabil
2
Risiko Pasar
Low
Stabil
Low
Stabil
3
Risiko Likuiditas
Low to Moderate
Stabil
Moderate
Stabil
4
Risiko Operasional
Low to Moderate
Stabil
Low
Stabil
5
Risiko Hukum
Low
Stabil
Low
Stabil
6
Risiko Reputasi
Low
Stabil
Low
Stabil
7
Risiko Strategik
Low to Moderate
Stabil
Low to Moderate
Stabil
Low to Moderate
Stabil
Low to Moderate
Stabil
Low
Stabil
Low
Stabil
8 Risiko Kepatuhan Predikat Risiko Bank Secara Keselurahan
B. Tingkat Risiko dan Trend Risiko Tingkat risiko bulan Desember 2010, dibandingkan dengan tingkat risiko bulan September 2010 tidak berbeda yakni Low, adapun trend bulan September dengan bulan Desember cenderung stabil. 1. Risiko Kredit Pada triwulan ke- empat tahun 2010, peringkat Risiko Kredit adalah low to moderate dengan trend stabil, dengan penjelasan sebagai berikut: • Lima faktor penentu inheren risiko kredit adalah : Pertumbuhan kredit, Kecukupan CKPN, Kecukupan agunan, Kualitas asset dan Konsentrasi kredit. • Sistem pengendalian risiko kredit bank masih tergolong acceptable. Untuk hal ini manajemen telah melakukan perbaikan dengan mengevaluasi dan merevisi kebijakan/SOP perkreditan. • Selama triwulan keempat 2010, risiko kredit bermasalah terhadap total kredit (gross NPL) mengalami penurunan dan cenderung membaik. Adapun rasio Desember adalah sebesar 0,09% dan September 0,25%. Secara nominal, NPL juga cenderung mengalami penurunan yaitu : pada bulan Desember Rp 348 juta dan pada bulan September Rp 356 juta. • Ditinjau dari sisi konsentrasi kredit, rasio terbesar adalah 23,19% yaitu pada sektor ekonomi perantara keuangan. Hal ini masih dibawah ketentuan limit per sektor ekonomi bank. • Manajemen turut serta dalam pembuatan kebijakan dan Standard Operational Procedures (SOP) dan telah diimplementasikan secara konsisten. Bank tetap mengevaluasi dan mereview kebijakan dan prosedur internal. Kebijakan dan prosedur yang telah ada terdokumentasi dengan baik dan diimplementasikan secara konsisten.
Halaman 35
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 32. PROFIL RISIKO (lanjutan) 2. Risiko Pasar Pada kuartal keempat tahun 2010, Risiko Pasar pada tingkat risiko yang rendah dengan trend stabil, dengan penjelasan sebagai berikut : • Persentase rasiokredit bersuku bunga tetap terhadap total aset adalah sebesar 0,12%, yaitu pada KPM, sehingga jika terjadi fluktuasi suku bunga yang ekstrim tidak mempengaruhi bank secara signifikan. • Saat ini bank melakukan pemantauan atas volatility suku bunga berdasarkan Stop Out Rate (SOR) SBI tiga bulan, sehingga pada bulan September sampai dengan Desember 2010 volatility suku bunga hanya sebesar 0,20%. • Pada saat ini bank tidak mencadangkan dana atas fluktuasi nilai tukar. Hal ini karena bank memiliki saldo valas yang tidak signifikan/material. Sehingga jika terjadi perubahan nila tukar yang ekstrim sekalipun tidak akan mempengaruhi bank saat ini. 3. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas secara komposit berada pada tingkat risiko Low to Moderate dengan trend stabil, dengan penjelasan sebagai berikut : • Persentase rasio LDR bank saat ini sebesar 50,18% • Rasio likuiditas bank saat ini adalah sebesar 89,31% menunjukkan bahwa aset likuid bank saat ini cukup besar dan bank mampu melakukan ekspansi kredit yang cukup besar dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. • Rasio total kewajiban komitmen terhadap total aktiva likuid adalah sebesar 16,90% bahwa aktiva likuid bank jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kewajiban komitmennya. • Rasio KPMM bank pada akhir bulan September setelah dikurangi ATMR risiko kredit dan risiko operasional (BIA) adalah sebesar 63,77%. • Rasio presentase dana nasabah inti terhadap total dana pihak ketiga adalah sebesar 72,46%. 4. Risiko Operasional Pada Oktober – Desember 2010, profil risiko operasional berada pada peringkat risiko rendah dengan trend stabil. Pencapaian tersebut dapat terlihat berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : • Tidak terdapat kerugian keuangan karena internal fraud. • Tidak terdapat kerugian keuangan karena eksternal fraud. • Tidak terdapat kerugian keuangan akibat kerusakan aset fisik (karena force major). • Tidak terdapat kerugian keuangan akibat kegagalan system software, hardware dan system komunikasi.
Halaman 36
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 32. PROFIL RISIKO (lanjutan) 5. Risiko Hukum Pada triwulan keempat tahun 2010, profil risiko hukum berada pada peringkat risiko rendah dengan trend stabil, dengan penjelasan sebagai berikut : • Tidak terdapat biaya karena tuntutan hukum pada periode penilaian. • Tidak terdapat agunan yang tidak dapat dieksekusi akibat dari pengikatan kredit yang cacat hukum. 6. Risiko Reputasi Pada triwulan keempat tahun 2010, profil risiko reputasi berada pada tingkat risiko rendah dengan trend stabil, dengan penjelasan sebagai berikut : • Tidak terdapat publikasi media yang negatif terkait dengan keluhan nasabah dan fraud/rekayasa/pelanggaran ketentuan. • Tidak terdapat publikasi bahwa bank dan pihak terkait masuk black list. 7. Risiko Strategik Risiko strategik secara komposit untuk triwulan keempat tahun 2010 berada pada peringkat risiko low to moderate dengan trend stabil, dengan penjelasan sebagai berikut : • Rasio deviasi antara rencana bisnis bank dengan realisasi bisnis bank rata-rata adalah sebesar 30% dari aktiva produktif, DPK dan total aset bank. • Pencapaian target operasional bank dan pelayanan sudah cukup memadai, seperti adanya ATM, pelayanan Payroll dan jasa pelayanan penerimaan pembayaran PLN. • Tingkat keberhasilan/pencapaian dalam rencana pengembangan/penggunaan sistem baru saat ini sudah cukup baik, seperti penggunaan sistem pembayaran PLN maupun pada sistem pengembangan program PSAK 50/55. • Melaksanakan pertemuan Risk Management Committee bulan Desember 2010 untuk meningkatkan risk awarness, termasuk pertumbuhan dan kualitas dari portfolio pinjaman. • Me-review implementasi dan indikator risk control system (RCS) bank, berdasarkan evaluasi dari Bank Indonesia. • Bank terus meningkatkan kemampuan manajemen risiko likuiditas secara keseluruhan melalui pertemuan-pertemuan ALCO. • Melakukan review pada kebijakan operasional, serta meningkatkan kontrol operasional untuk meminimalkan kejadian/kerugian operasional. 33. KONDISI EKONOMI Indonesia masih mengalami masa memburuknya kondisi ekonomi yang berkelanjutan, yang ditandai oleh menurunnya kegiatan ekonomi, kesulitan likuiditas dan perubahan harga saham yang tidak stabil. Dampak memburuknya kondisi ekonomi Indonesia terhadap debitur Bank telah meningkatkan risiko kredit bermasalah dalam pinjaman yang diberikan. Langkah-langkah untuk perbaikan kondisi ekonomi, perpajakan, dan moneter harus diambil oleh Pemerintah dan pihak lainnya, tindakan/langkah tersebut adalah di luar kendali Bank.
Halaman 37
PT BANK ROYAL INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (dinyatakan dalam Rupiah penuh) 34. KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA Tidak ada peristiwa penting setelah tanggal neraca yang memiliki pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010. 35. PENERAPAN PSAK 50 /2006 DAN PSAK 55/2006 PSAK No. 50 (Revisi 2006), "Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan", berisi persyaratan penyajian dari instrumen keuangan dan pengidentifikasian informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan penyajian tersebut diterapkan terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan dimana aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus. Persyaratan ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain, informasi mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa datang yang terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk instrumen tersebut. PSAK No. 50 (Revisi 2006) ini menggantikan PSAK No. 50 "Akuntansi Investasi Efek Tertentu" dan diterapkan prospektif untuk laporan keuangan. PSAK No. 55 (Revisi 2006), "Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran", mengatur prinsip-¬prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak pembelian dan penjualan item non keuangan. Pernyataan ini, antara lain, memberikan definisi dan karakteristik terhadap derivatif, kategori dari instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan dari hubungan lindung nilai. PSAK No. 55 (Revisi 2006) ini menggantikan PSAK No. 55 "Akuntansi Instrumen Derivatif dan Akuntansi Lindung Nilai", dan diterapkan prospektif untuk laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia melalui surat No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008, tanggal 30 Desember 2008, mengumumkan perubahan tanggal efektif PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006), dari semula tanggal 1 Januari 2009 menjadi 1 Januari 2010. Penerapan lebih dini diperkenankan dan harus diungkapkan. Bank mengevaluasi dampak dari PSAK revisi tersebut terhadap penetapan nilai wajar kredit yang diberikan diatas Rp. 1.000.000.000 dikategorikan sebagai kredit individual serta penetapan tingkat materialitas provisi kredit diatas Rp. 10.000.000. Pada tanggal 27 Januari 2009, Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran Nomor 11/4/DPNP perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yaitu PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010.
Halaman 38