Studi Kasus hal 122 Albertsons Mempengaruhi Sikap Karyawan Albertsons adalah sebuah perusahaan obat dan bahan makanan yang sangat besar. Perusahaan ini memiliki 2400 supermarket, dan merek Osco dan Sav-on nya menjadikan toko tersebut perusahaan obat terbesar kelima di AS, pada tahun tertentu, jumlah penjualan di took-tokonya dapat mencapai 1.4 Miliyar. Albertsons bersaing dalam bisnis yang ketat. WallMart, khususnya,berangsur-angsur menghabiskan saham pasarnya. Dengan pendapatan yang sedikit dan laba yang menurun, perusahaan tersebut memperkerjakan Larry Johtson untuk membalik bisnis tersebut. Johtson datang ke Albertsons dari General Electric. Ketika berada di GE, Jhontson bertemu dengan seorang ahli pelatih bernama ED Foreman. Foreman membuat dirinya disayang oleh Jhontson ketika akhirnya memperkerjakan Foreman untuk membantu dirinya menghadapi sebuah masalah serius. Pada saat itu, Jhontson telah dikirim ke Paris untuk memperbaiki divisi GE Medical System di Eropa. Divisi tersebut membuat CT-scan. Selama dekade sebelumnya, empat eksekutif telah didatangkan untuk membalik keadaan divisi tersebut dan berusaha membuatnya menguntungkan. Semuanya gagal. Jhontson merespon tantangan tersebut dengan memulai beberapa perubahan penting, ia melakukan sejumlah penambahan, menutup pabrik-pabrik yang tidak efisien dan memindahkan pabrik-pabrik ke negara-negara Eropa Timur untuk memanfaatkan biaya tenaga kerja yang lebih rendah. Kemudian, ia membawa Ed foreman untuk mengubah pasukan. “Setelah kita mendapatkan Ed,” kata Jhonston”.”orang-orang mulai menjalani kehidupan mereka secara berbeda. Mereka pergi kerja dengan semangat dalam langkah mereka.”Dalam tiga tahun, divisi tersebut mendatangkan laba tahunan sebesar $100 juta. Jhontson memberikan pujian besar atas haluan ini untuk Foreman. Apakah rahasia Foreman? Ia memberikan pelatihan motivasi dan sikap. Ini adalah sebuah contoh program utama Foreman disebut Succesful Life Course. Program ini berlangsung tiga hari dan dimulai pada pukul 6 setiap pagi. Hari pertama dimulai dengan bab dari selebaran isnpirational, yang diikuti dengan peregangan seperti yoga yang berlangsung selama 12 menit. Kemudian para partisipan menaiki sebuah bukit, menyanyikan, “Aku tahu aku bisa,aku tahu aku bisa. “Kegiatan ini diikuti dengan makan pagi dan kemudian berbagi ceramah tentang sikap, diet , dan olahraga. Namun, secara keseluruhan, fokus utama dari program ini adalah sikap. Kata Foreman, “Adalah sikap, bukan kecerdasan Anda, yang menentukan posisi Anda.” Bagian-bagian lain dari program tersbut meliputi pelukan kelompok, aktivitas tim, dan olahraga relaksasi pengendalian pikiran. Jhontson sangat yakin dengan program Foreman. “Sikap positif adalah sau-satunya hal terpenting yang bisa mengubah sebuah bisnis, “Kata Jhontson. Ia menanggap program Foreman sebagai jembatan penting yang menghubungkan karyawan dengan pelanggan: “Kami berada dalam bisnis pemeliharaan dan penambahan pelanggan. “Dengan begitu banyak pembeli yang menuju tokonya, Johntson mengatakan ini “memberi banyak peluang untuk layanan pelanggan. Kami harus menyemangati rekan-rekan. “Untuk membuktikan
kesediaannya melakukan tindakan yang sesuai dengan perkataannya, Johntson telah memberikan $10 juta untuk pelatihan ini. Pada akhir tahun 2004, 10.000 Manajer telah mengambil kursus tersebut. Kemudian, mereka melatih sebanyak 190.000 “rekan” Albertsons, dengan bantuan tape dan buku. Foreman menyatakan programnya berhasil. Ia menyebutkan keberhasilan di prusahaan-perusahaan seperti Allstate, Milliken & Co., dan Abbott Labs.”Tujuannya adalah meningkatkan kesejahtraan mental, fisik dan emotional, “katanya. “Kita sebagai individu menentukan keberhasilan hidup kita sendiri. Pikiran-pikiran positif menghasilkan tindakan positif.”
Pertanyaan dan jawaban 1. Jelaskan logika bagaimana kursus foreman yang berlangsung selama 3 hari bisa mempengaruhi profitabilitas Albertsons secara positif? Jawab: 2. Johnston berkata, “Sikap positif adalah satu-satunya hal terpenting yang bisa mengubah sebuah bisnis.” Menurut anda, seberapa valid dan umum pernyataan ini? Jawab: 3. Jika menjadi Johnston, apa yang bias anda lakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari investasi sebesar $10 juta dalam program pelatihan foreman? Jawab: 4. Apabila anda seorang karyawan Albertsons, bagaimana perasaan anda ketika mengalami kursus foreman? Jawab: Jawaban: 1. Jelaskan logika bagaimana kursus foreman yang berlangsung selama 3 hari bisa mempengaruhi profitabilitas Albertsons secara positif? Jawab: Sejujurnya inti dari program kursus tersebut adalah sikap. Sikap anda menentukan posisi anda. Sikap ini dibentuk dari kegiatan kursus selama 3 hari. Terkadang perusahaan yang pailit tentu membuat pikiran karyawan was-was dan khawatir akan nasib dari karyawan tersebut, apakah akan mendapatkan surat pemutusan hubungan kerja ataukah mereka akan digaji serendah mungkin karena perusahaan tak cukup membayar beban gaji yang tinggi, foreman berusaha untuk membangkitkan sikap karyawan yang tangguh dalam menghadapi krisis dan berpikir optimis akan hari depan perusahaan dan nasib karyawan. Karyawan merasa memiliki perusahaan tersebut sehingga mereka akan bekerja sama dalam satu tim agar tercapailah goal yang mereka inginkan (bangkit dari keterpurukan) dan mendapatkan profitabilitas yang positif. 2. Johnston berkata, “Sikap positif adalah satu-satunya hal terpenting yang bisa mengubah sebuah bisnis.” Menurut anda, seberapa valid dan umum pernyataan ini? Jawab: Menurut kelompok kami, seberapa valid pernyataan “Sikap positif adalah satusatunya hal terpenting yang bisa mengubah sebuah bisnis” sangatlah tinggi. Bahkan hal tersebut tidak hanya dalam dunia bisnis. Di mana saja ketika kita selalu bersikap positif dan berpikir positif (positive thinking), maka hal positif akan terpancar dari dalam diri kita dan akan tertransfer kepada hal-hal disekitar kita. Oleh karena itu, penting untuk berpikir dan bersikap positif terutama dalam dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, seperti yang telah dicerikatan pada kasus diatas, salah satu hal yang diajarkan foreman dalam programnya adalah membiasakan untuk menyanyi atau mengucapkan ‘aku tahu aku bisa”. Secara tidak langsung kata-kata tersebut
memotivasi diri para karyawan sehingga memacu diri mereka untuk bekerja dan menimbulkan situasi yang kondusif dalam bekerja. Mereka menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang sebenarnya diinginkan pelanggan sehingga para karyawan dapat sukses.
3. Jika menjadi Johnston, apa yang bisa anda lakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari investasi sebesar $10 juta dalam program pelatihan foreman? Jawab: Jika kami menjadi Johnston, yang akan kami lakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari investasi sebesar $10 juta dalam program pelatihan foreman adalah sebagai berikut :. - Menanyakan kepuasan para peserta pelatihan seperti dari kualitas materi, tempat pelatihan, instruktur pelatihan. - Mengukur apakah proses pelatihan tersebut dapat diterapkan oleh peserta pelatihan dalam kegiatan sehari-hari ataupun untuk kemudian waktu - Memotivasi kembali para karyawan seperti yang dilakukan pada program foreman - Menilai kinerja para karyawan peserta pelatihan tersebut dalam periode waktu tertentu, apakah ada perbedaan kinerja sebelum dan sesudah pelatihan, apakah menjadi lebih baik atau malah sebaliknya. 4. Apabila anda seorang karyawan Albertsons, bagaimana perasaan anda ketika mengalami kursus foreman? Jawab: Apabila kami adalah karyawan Albertsons, perasaan kami ketika mengalami kursus foreman tersebut adalah merasa lebih percaya diri dan merasa mempunyai mental yang lebih kuat atau tahan uji. Kami merasa bahwa diri kami memiliki potensi yang sangat luar biasa yang dapat kami kembangkan seperti orang lain yang telah sukses lebih dahulu dari kami sehingga kami pun bisa sukses seperti mereka. Selain itu, secara emosional kami akan lebih sadar dan merasakan manusia makhluk social, maka kami wajib berkerja sama dalam satu tim, saling memahami, dan menyeimbangkan sikap antar anggota tim agar dapat mencapai tujuan yang maksimal.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks