STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA Siti Nutfah (Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract This study aims to analyze the feasibility of farm income durian and durian farm in the village of the District Lende Sirenja and development strategy durian farm in the village of the District Lende Sirenja. The population is farmers who carry out farming durian numbered 35 families. Sampling was done randomly (simple random sampling), the number of samples used as respondents as many as 35 families. Analysis of the data used is SWOT analysis to determine the durian farming development strategy and analysis QSPM to get the best strategy in the development of durian farming. SWOT analysis results show that the strategy of development of durian farm in the village Lende in the position of the quadrant I SO strategy (StrengthOpportunity) supports an aggressive strategy. Implementation of programs that can be applied include: (1) Optimizing the resource potential of land owned by the support of agro-climate, (2) Utilizing the motivation of farmers is high in order to increase the diversification of products processed durian, (3) Utilizing the flesh color yellow, taste sweet and fragrance to enhance the promotion of local durian in order to compete with local durian other, (4) Utilizing experience in support to farm durian Durian Horticulture Development Policy of the Ministry of Agriculture, QSPM Further analysis showed that the best strategy for the development of durian farm in the village of Lende is one strategy that is "Strategies to optimize the potential of land resources owned by the support of agro-climate" with a total value of attractiveness (TAS) amounted to 6,285 Keywords: Durian farming, strategy development, SWOT, and QSPM. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Subsektor yang saat ini tengah dikembangkan yakni subsektor hortikultura, hal ini karena hortikultura merupakan bagian dari pembangunan pertanian dibidang pangan yang ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan (Kementerian Pertanian Ditjen Hortikultura, 2013).
Durian (Durio zibethinus Murr) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai buah saja. Tanaman durian di habitat aslinya tumbuh di hutan belantara yang beriklim panas (tropis). Pengembangan budidaya tanaman durian yang paling baik adalah di daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan keadaan iklim basah dengan suhu udara antara 25-32°C, kelembaban udara (RH) sekitar 50-80 persen, dan intensitas cahaya matahari 45-50% (Wiryanta, 2008). Nama durian diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri, sehingga durian juga dikenal dengan sebutan "raja dari segala buah" (King of Fruit). Upaya
85
86 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
peningkatan produksi buah bermutu dalam jumlah yang mencukupi dapat dilakukan dengan peningkatan populasi tanaman buah serta peningkatan teknologi budidaya yang dilakukan. Selain itu guna menjamin produk buah yang aman dikonsumsi perlu dilakukan teknologi budidaya yang memperhatikan kelestarian lingkungan sesuai dengan SOP (Standart Operating Procedure) dan konsep budidaya Good Agriculture Practice (GAP), (Dinas Pertanian Yogyakarta, 2012). Peluang pasar durian di Indonesia masih menjanjikan, karena permintaan masyarakat terhadap buah ini masih begitu tinggi sehingga harga durian berkualitas dapat mencapai Rp 30.000,00/kg. Sementara untuk durian dengan kualitas biasa mencapai Rp 15.000,00/buah. Konsumsi durian di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 1.92 kg/perkapita/tahun (Trubus edisi 483, 2010). Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Indonesia ekspor durian Indonesia pada tahun 2008 hanya sebesar 2.161 kg. Sedangkan impor durian Indonesia pada tahun 2008 mencapai 23.148.588 kg. Perkembangan produksi durian di Indonesia disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Durian di Indonesia Tahun 2006 - 2010
Tahun
Produksi (Ton)
2006 2007 2008 2009 2010
747.848 594.842 602.694 797.798 491.179
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011
ISSN: 2089-8630
Tanaman durian di Propinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu komoditas unggulan selain tanaman Jeruk dan rambutan. Data jumlah tanaman durian menghasilkan, produksi dan produksi per pohon dari tahun 2009 sampai 2013 di Propinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel
2. Jumlah Tanaman Durian Menghasilkan, Produksi dan Produksi Per Pohon di Sulawesi Tengah Tahun 2009–2013.
Tahun
Tanaman Menghasilkan (Pohon)
2009 2010 2011 2012 2013
67.815 97.687 115.988 104.943 84.021
Produksi (Ton)
Hasil Per Pohon (Kg/Ha) 10.027 147,85 17.703 181,22 16.544 142,64 16.544,20 157,71 16.544,20 196,91
Sumber: Dinas Pertanian Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, 2014.
Kabupaten Donggala sebagai wilayah penelitian merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang mengembangkan tanaman durian selain tanaman jeruk, semangka dan rambutan, dan durian turut menempati posisi sebagai komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Donggala yang keberadaannya layak diperhitungkan. Data produksi buah di Kabupaten Donggala tahun 2013 dan 2014 disajikan pada tabel 3.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………87
Tabel 3. Data Produksi Buah di Kabupaten Donggala Tahun 2013 dan 2014. Nama Tanaman
Alpukat Duku/Langsat Durian Jeruk Siam Mangga Manggis Nangka Nenas Pisang Rambutan Salak Sukun
Jlh. Phn Menghasikan (Pohon)
4430 2911 8264 2892 8702 378 6904 7354 66236 4980 42027 1380
Tahun 2013 Produksi Produktivitas (Ku) (Kg/Phn)
2621 910 9887 1695 22009 86 7129 648 83403 1125 2581 1961
59,16 31,26 119,64 58,61 252,92 22.75 103,26 8,81 125,92 22,59 6,14 142,10
Jlh. Phn Menghasikan (Pohon)
3034 569 5216 707 11720 549 2502 5125 39458 7870 33805 755
Tahun 2014 Produksi Produktivitas (Ku) (Kg/Phn)
1769 264 3573 391 12749 173 3172 312 19505 3798 1917 491
58,31 46,40 68,50 55,30 108,78 31,51 126,78 6,09 49,43 48,26 5,67 65,03
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, 2014.
Desa Lende merupakan salah satu desa dari 14 (empat belas) desa di Kecamatan Sirenja yang jumlah tanaman durian terbanyak yakni 1.055 pohon dengan produksi 30,50 ton. Data jumlah tanaman dan produksi durian menurut desa di Kecamatan Sirenja disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Data Jumlah Tanaman dan Produksi Durian Menurut Desa Di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Tahun 2012. Desa
Ombo Tondo Dampal Jono Sipi Tg. Padang Balentuma Sibado Tompe Lompio Lende Lende Tovea UPT. Meva Ujumbou Jumlah
Jumlah Tanaman (Pohon) 125 155 151 189 225 145 73 175 47 133 1.055 65 27 31 2.596
Produksi (Ton) 50,9 50,3 40,1 45,3 47,1 45,5 37,3 48,7 40,5 35,10 30,50 25,90 497,2
Sumber: KCD Pertanian dan Peternakan Kec. Sirenja, 2013
Tanaman durian di Desa Lende merupakan durian lokal yang sudah ada sejak turun temurun dan dibudidayakan dilahan kering (kebun) namun pengelolaan usahataninya masih secara sederhana (tradisional), belum dikelola dengan teknologi budidaya yang baik dan benar yang mengacu pada prinsip Good Agricultural Practise (GAP). Hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa sejumlah 330 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Desa Lende, semuanya memiliki tanaman durian dengan jumlah yang bervariasi (5 pohon s.d. 10 pohon) setiap Kepala Keluarga (KK). Hal ini tentunya sangat berpotensi untuk dilakukan pengembangan usahatani durian dalam suatu kawasan pengembangan areal hortikultura tanaman durian lokal Lende. Usahatani durian yang dilakukan di Desa Lende memiliki luas lahan yang bervariasi antara 0,5 ha s.d. 7 ha, dengan kisaran umur tanaman antara 15 tahun s.d. 30 tahun. Hasil produksi durian dijual petani dalam bentuk buah dengan kisaran harga antara Rp. 5.000 sampai dengan Rp. 25.000 per buah. Namun ada pula yang menjual dengan sistim borongan (per pohon) dengan kisaran harga antara Rp. 200.000 sampai dengan Rp. 500.000 per pohon. Tingkat
88 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
pendapatan petani durian cukup menguntungkan baik. Permasalahan mendasar dalam pengembangan usahatani durian di Desa Lende yakni pada umumnya pola usahatani petani durian masih sistem multikultur (tanaman kakao, Pala dan Kelapa) dengan penerapan teknologi yang tradisional, sehingga perlu adanya upaya strategi untuk merubah pola usahatani yang multikultur menjadi sistem monokultur sebagai embrio pembentukan kawasan durian melalui penerapan teknologi pengelolaan usahatani durian yang mengacu pada prinsip Good Agricultural Practices (GAP) atau budidaya tanaman yang baik dan benar. Bertitiktolak dari pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui strategi pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. METODE Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melaksanakan usahatani durian di Desa Lende yang dibagi dalam 4 strata luas kepemilikan lahan dengan jumlah Kepala Keluarga sejumlah 35 KK. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2002), bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang, maka sebaiknya semua anggota terpilih, sehingga merupakan penelitian sensus. Namun jika jumlah populasi lebih dari 100 orang dapat diambil sampel acak sederhana dengan taraf kesalahan 10%, 15%, dan 20% dari populasi. Besarnya pengambilan sampel berdasarkan strata luas kepemilikan lahan disajikan pada Tabel 5.
ISSN: 2089-8630
Tabel 5. Pengambilan Sampel Berdasarkan Strata Luas Kepemilikan Lahan Strata Luas Jumlah Jumlah Kepemilikan Tanaman KK Lahan Produktif (Ha) (Pohon)
I II III IV
0,25 1,00 1,5 - 2,5 3,0 - 4,5 5,0 - 7,0 Jumlah
158 75 9 25
25 8 1 1
267
35
Pengambilan sampel tersebut dilakukan berdasarkan dari strata jumlah pohon produktif dilihat dari luas kepemilikan lahan. Teknik Pengambilan Sampel Metode penarikan sampel dilakukan secara Metode Sampling Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling Method) yang setiap stratum terwakili dalam sampel artinya pengambilan sampel dilakukan terhadap semua stratum dengan menggunakan prosedur sampling acak sederhana (Rahmatina, 2010). Berdasarkan data pengambilan sampel diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang dijadikan responden adalah sebanyak 35 KK. Teknik Analisis Data 1. Analisis Pendapatan Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani durian di Desa Lende dapat diketahui dengan melakukan analisis pendapatan yang menggunakan rumus :
π = TR – TC ………… (1) TR= Py x Y …………… (2) TC= FC+VC …………… (3) Keterangan: Π = Pendapatan Usahatani Padi Semi Organik. TR =Total revenue (total penerimaan usahatani padi semi organik)
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………89
TC=Total biaya usahatani padi semi organik (Rp) Py=Harga produksi usahatani padi semi organik (Rp) Y=Produksi usahatani padi semi organik (kg) FC=Biaya tetap usahatani padi semi organik VC=Biaya tidak tetap usahatani padi semi organik (biaya variabel) (Soekartawi, 2003) 2. Analisis SWOT Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal dan eksternal dengan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat strategis yakni kondisi wilayah, situasi, keadaan dan pengaruh-pengaruh yang mengelilingi dan mempengaruhi perkembangan dari waktu ke waktu. Secara struktur lingkungan strategis yaitu faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesesses) dan berupa lingkungan eksternal yang terdiri atas dua faktor strategis yaitu peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). 3. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internaleksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Strategi alternatif terbaik dapat ditentukan dari matriks tersebut yang dilihat dari nilai total TAS yang tertinggi. Sehingga dapat ditentukan apakan strategi I atau Strategi II atau Strategi III dan seterusnya, yang terbaik dalam upaya pengembangan usahatani durian.
Penentuan Strategi Pengembangan Usahatani Durian Menurut Rangkuti (2005) bahwa dalam perumusan pilihan strategi melalui analisis SWOT dengan mencocokkan faktor-faktor kunci yang paling berpengaruh baik faktor internal dan eksternal, akan menghasilkan empat set kemungkinan strategi, yaitu : 1) Strategi SO (Strength-Opportunies) atau kekuatan dan peluang, merupakan strategi yang dirumuskan dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada. 2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) atau kelemahan-peluang, merupakan strategi yang dirumuskan dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan agar dapat memanfaatkan peluang yang ada. 3) Strategi ST (Strength-Threats) atau kekuatan—ancaman, merupakan strategi yang digunakan dengan cara memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sambil mengantisipasi ancaman yang mungkin dihadapi. 4) Strategi WT (Weaknessis-threats) atau kelemahan-ancaman, merupakan strategi yang dirumuskan dengan cara mengurangi kelemahan sambil mengantisipasi atau meminimalisir ancaman yang timbul. Selanjutnya dibuat dalam matriks analisis SWOT yang digunakan untuk merumuskan asumsi-asumsi strategis yang dapat mendorong pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur Responden Responden petani durian yang berjumlah 35 orang memiliki umur yang bervariasi. Umur terendah adalah 21 tahun dan umur tertinggi adalah 67 tahun dan ratarata umur responden adalah mencapai 49 tahun (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan
90 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
bahwa semua responden petani durian di Desa Lende tergolong dalam usia kerja produktif (usia 15-64 tahun). Menurut Prijono (1995), bahwa struktur umur penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia 15 sampai 64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Selanjutnya Darmasetiawan dan Wicaksono (2012), menyatakan bahwa responden pada kategori usia produktif memungkinkan untuk melaksanakan suatu usahatani, walaupun pada kenyataannya umur berapapun tidak menghalangi untuk berusaha tani. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan petani maka diharapkan kinerja usahatani akan semakin berkembang. Responden petani durian di Desa Lende sebagian besar berpendidikan SD yakni sejumlah 20 jiwa atau sebesar 57,14% dan yang berpendidikan SMP sejumlah 8 jiwa atau sebesar 22,56%. Hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar petani durian di Desa Lende memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan bagi petani untuk menerima dan memahami suatu hal yang baru dalam berusahatani. Menurut Suzana, dkk. (2011) bahwa tingkat pendidikan seorang petani turut memberikan pengaruh terhadap pengelolaan usahataninya, semakin tinggi tingkat pendidikan petani diharapkan semakin mudah terjadi proses adopsi. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suatu usahatani. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka
ISSN: 2089-8630
semakin banyak pula biaya yang ditanggung petani untuk memenuhi segala kebutuhan hidup keluarganya. Sebagian besar responden petani durian di Desa Lende didominasi oleh petani dengan tanggungan keluarga antara 4 - 6 jiwa yaitu sebanyak 18 KK atau sebesar 51,43%, sedangkan sebesar 40% mempunyai jumlah tanggungan sebanyak 1 - 3 orang. Jumlah tanggungan keluarga rata-rata yang dimiliki responden adalah sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih dimungkinkan petani responden untuk menyisihkan pendapatannya sebagai tambahan modal usahataninya. Menurut Suzana dkk. (2011), jumlah anggota keluarga petani akan berpengaruh bagi petani dalam perencanaan dan pengambilan keputusan petani dalam hal usahataninya, karena anggota keluarga petani dapat merupakan sumber tenaga kerja dalam kegiatan usahatani terutama anggot yang produktif. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar kemampuannya dalam mengenal usaha yang digeluti. Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan tingkat usia petani karena menunjukkan lamanya petani tersebut bekerja sebagai petani. Semakin tinggi usia petani maka semakin lama pengalaman berusahataninya. Responden petani durian di Desa Lende yang memiliki pengalaman berusahatani antara 10‒20 tahun yaitu sebanyak 25 jiwa atau sebesar 71,43%, dan yang memiliki pengalaman berusahatani 21 ‒ 30 tahun berjumlah 8 orang atau sebesar 22,86% sedangkan yang memiliki pengalaman berusahatani 31 – 40 tahun berjumlah 2 orang atau sebesar 5,71%. Pengalaman berusahatani yang dimiliki petani responden rata-rata selama 18 tahun (Tabel lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden petani durian di Desa Lende telah berpengalaman
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………91
dalam menggeluti usahatani durian. Petani yang memiliki pengalaman yang cukup lama umumnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan petani yang baru saja menekuni usahataninya. Sehingga pengalaman usahatani menjadi salah satu ukuran kemampuan seseorang dalam mengelolah suatu usahatani. Hal ini sesuai dengan pendapat Nitisemito dan Burhan (2004), bahwa semakin banyak pengalaman maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh di bidang tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lama pengalaman usahatni, cenderung semakin memudahkan petani dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan usahatani yang dilakukannya. Penggunaan Input Produksi Luas Lahan Tanah merupakan salah satu faktor produksi utama dalam usaha tani. Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Banyak lahan-lahan pertanian yang sampai saat ini belum diusahakan secara optimal, sehingga jika diberikan sentuhan teknologi maka hal itu dimaksudkan agar lahan tersebut dapat menghasilkan produksi dan produktivitas yang maksimal. Semakin luas lahan usahatani maka semakin besar pula potensi produksinya, sebaliknya semakin sempit lahan usahatani maka semakin kecil pula produksi yang dihasilkan. Petani responden yang memiliki lahan sempit antara 0,25 ‒ 1,00 ha yaitu sejumlah 25 jiwa atau sebesar 71,43%, petani yang memiliki lahan antara 1,50 ‒ 2,50 ha yaitu 8 jiwa atau sebesar 22,87%, dan yang memiliki luas lahan antara 3,00 – 7,00 ha masing-masing sejumlah 1 jiwa atau sebesar 2,85%. Lahan yang diusahakan petani responden adalah lahan milik sendiri dengan luas rata-rata kepemilikan lahan petani responden adalah
seluas 1,30 ha. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani durian di Desa Lende memiliki luas lahan yang sempit. Kegiatan berusahatani, baik pada lahan yang sempit maupun lahan yang luas, petani harus dapat mengoptimalkan input produksi yang ada untuk menghasilkan produksi yang optimum dengan luas lahan yang tersedia. Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang tergantung pada musim. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja petani bersama anggota keluarganya. Rumah tangga tani yag umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sediri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. responden petani durian di Desa Lende, rata-rata penggunaan tenaga kerja paling banyak yakni 200 HOK untuk luasan lahan antara 0,25‒1,00 ha atau sebesar 71,43%, sedangkan rata-rata penggunaan tenaga kerja paling sedikit yakni 20 HOK untuk luas lahan 3,00 – 4,50 ha atau sebesar 2,85%. Pada umumnya petani responden menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga maupun dari luar keluarga, baik tenaga kerja borongan maupun tenaga kerja harian. Menurut Aliffiani (2013), bahwa faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja terlihat dari tersedianya tenaga kerja, tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan. Selanjutnya dikatakan bahwa setiap produksi diperlukan tenaga kerja yang memadai, jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai dengan tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Dalam usahatani, sebagian besar tenaga kerja berasal
92 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
dari tenaga kerja keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani, tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang. Analisis Pendapatan Penerimaan Usahatani Penerimaan dalam struktur usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produksi, sehingga penerimaan sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi yang diperoleh selama satu tahun. Rata-rata penerimaan responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 5.374.786. Biaya Usahatani Biaya adalah berbagai pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh petani selama satu tahun untuk memperoleh suatu hasil. Biaya usahatani menurut penggolongannya dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1. Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap, namun tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tersebut berupa biaya sewa lahan, pajak lahan, penyusutan alatalat pertanian dan biaya lain-lain (sumbangan). Rata-rata biaya tetap responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 307.036. 2. Biaya Variabel (variabel cost) adalah biaya yang relatif selalu berubah, tergantung dari jumlah harga input produksi yang digunakan dan sangat mempengaruhi besar kecilnya produksi. Biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja. Rata-rata biaya variabel responden durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 714.571. Rata-rata total biaya (Tetap dan Variabel) yang dikeluarkan responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 1.021.607.
ISSN: 2089-8630
Pendapatan Usahatani Pendapatan yang diperoleh petani dari suatu usahatani adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Rata-rata pendapatan responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 4.353.179. Rata-rata penerimaan usahatani durian sebesar Rp. 5.374.786 serta rata-rata pendapatan usahatani durian sebesar Rp. 4.353.179, dengan rata-rata total biaya pengeluaran sebesar Rp. 1.021.607. Sehingga R/C ratio yang diperoleh responden petani durian di Desa Lende adalah sebesar 5,26, dengan demikian dapat dikatakan bahwa usahatani durian sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Nilai R/C ratio 5,26 menggambarkan bahwa setiap 1 rupiah pengeluaran dalam usahatani durian tersebut akan menghasilkan 5,26 satuan penerimaan. Menurut Soekartawi (2003), jika nilai R/C ratio lebih dari 1 (R/C ratio > 1) maka usahtani tersebut menguntungkan secara ekonomis dan layak diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melihat hasil pendapatan dan perhitungan R/C ratio > 1 yang diperoleh dari usahatani durian, maka dapat dimungkinkan dilakukan untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Analisis SWOT Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan focus group discusson dapat diidentifikasi beberapa faktor lingkungan internal maupun eksternal yang dianggap paling berpengaruh dalam pencapaian tujuan pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) Kekuatan (Strengths) meliputi: 1. Potensi Sumber Daya Lahan dimiliki
Yang
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………93
Pengembangan usahatani durian di Desa Lende sangat memungkinkan untuk dilakukan pengembangan kawasan hortikultura durian karena didukung dengan potensi sumber daya lahan. Potensi lahan memiliki arti penting dalam pengolahan lahan dan pemanfaatan lahan. Lahan yang subur untuk pertanian, dapat menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi serta produksi tanaman pertanian yang lebih banyak. Faktor Potensi Sumber Daya Lahan yang dimiliki diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar. 2. Ukuran Buah Lebih Besar dari Durian Lokal Lainnya Durian termasuk genus Durio, tumbuh di pekarangan dan hutan. Keunggulan buah durian adalah rasanya disukai banyak orang. Jenis durian lokal di Desa Lende beragam, sehingga karakter buahnya juga bervariasi. Buah durian berukuran besar, dengan bobot 5 - 10 Kg, panjang 20 - 25 cm, dan diameter 15-20 cm. Bentuk buah bulat hingga lonjong. Ukuran buah durian di Desa Lende memiliki ukuran buah yang lebih besar dari ukuran buah durian lokal lainnya yang terdapat di Kecamatan Sirenja. Faktor ini menjadi kekuatan untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, sehingga faktor ukuran buah lebih besar dari durian lokal lainnya diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar. 3. Memiliki Warna Daging Buah Kuning, Rasa yang Manis dan Aroma Harum Daging buah bertekstur lunak dengan tingkat kekeringan yang berbeda. Warna daging buah kuning muda. Menurut Antarlina (2009), bahwa Warna daging yang semakin kuning menunjukkan semakin tingginya β-karoten yang merupakan provitamin A. Selain itu kekhasan durian lokal Desa Lende memiliki rasa yang manis dan aroma yang harum. Rasa daging buah manis-alkoholik dan beraroma khas. Faktor Warna Daging
Buah Kuning, Rasa yang Manis dan Aroma Harum merupakan kekuatan dalam upaya pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar. 4. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar kemampuannya dalam mengenal usaha yang digeluti. Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan tingkat usia petani karena menunjukkan lamanya petani tersebut bekerja sebagai petani. Semakin tinggi usia petani maka semakin lama pengalaman berusahataninya. Pengalaman petani dalam berusahatani durian di Desa Lende rata-rata 18 tahun. Kekuatan ini merupakan momentum sebagai salah satu kekuatan untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, yang diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar. 5. Motivasi Petani Tinggi Motivasi petani durian di Desa Lende sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan setiap kepala keluarga memiliki pohon durian 5 - 10 pohon/KK. Selain itu dari Pemerintahan Desa Lende mewajibkan setiap kepala keluarga untuk menanam 10 pohon durian. Motivasi petani untuk menanam durian adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan individu (pengalaman) yang telah dilakukan secara turun temurun. Kekuatan ini merupakan salah satu upaya untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, yang diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar. Kelemahan (Weaknesses) meliputi: 1. Usahatani Durian Yang Dilakukan Petani Masih Tradisional Usahatani durian di Desa Lende dalam pengelolaannya masih dilakukan secara
94 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
tradisional oleh pemiliknya. Pertanaman yang ada umumnya dalam bentuk kebun polikultur yang ditanam dengan tanaman lainnya (kelapa/kakao/pala) ataupun masih berada di hutan. Peluang untuk mengembangkan tanaman durian amat terbuka luas, asalkan pengelolaannya dilakukan secara optimal atau intensif. Usahatani durian yang dilakukan petani masih tradisional menjadi faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti. 2. Belum Adanya Kelompok Tani Durian Petani durian di Desa Lende masih berusahatani secara individu, belum membentuk suatu wadah kelembagaan atau kelompok tani. Hal ini tentunya merupakan faktor pembatas dalam pengelolaan usahataninya sehingga petani berada dipihak yang lemah. Petani jika berusahatani secara individu terus berada di pihak yang lemah karena petani secara individu akan mengelola usahatani dengan luas garapan kecil dan terpencar serta kepemilikan modal yang rendah. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan penguatan kelembagaan lewat kelompok tani karena dengan berkelompok maka petani tersebut akan lebih kuat, baik dari segi kelembagaannya maupun permodalannya. Belum adanya kelompok tani durian di Desa Lende menjadi faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti. 3. Akses Permodalan Terbatas Modal usahatani dapat dinyatakan sebagai faktor utama yang sangat perlu diperhitungkan oleh para petani dalam pengelolaan usahataninya. Usaha tani merupakan suatu usaha yang harus dibarengi dengan faktor-faktor produksinya, diantaranya faktor produksi yang paling signifikan adalah modal. Modal sangat diperlukan oleh petani dalam usaha taninya, namun modal sangat sulit didapatkan oleh para petani, karena pada dasarnya para petani adalah sebagian
ISSN: 2089-8630
masyarakat yang berekonomi sangat paspasan dan pengetahuan yang kurang. Hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa akses petani untuk memperoleh modal usahataninya belum terakses, walaupun pemerintah telah berupaya membantu petani untuk memperoleh modal usahatani melalui program PUAP, namun hal ini terutama karena para petani tidak mau menanggung resiko untuk mengembalikan pinjaman modal usahataninya. Keterbatasan akses modal usahatani ini merupakan faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti. 4. Rendahnya Kualitas SDM Petani Sumber daya manusia (SDM) petani durian Desa Lende masih tergolong rendah. Petani responden dari 35 orang menunjukkan bahwa sebesar 57, 14% atau 20 orang masih berpendidikan Sekolah Dasar, sedangkan 8 orang atau sebesar 22,86% berpendidikan SMP. Hal ini tentunya menyulitkan petani durian Desa Lende dalam memahami dan menerima suatu hal yang baru dalam berusahatani. Rendahnya Kualitas SDM petani merupakan faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti. 5. Belum Adanya Pelatihan Teknologi Penanganan Pasca Panen Durian Pada umumnya petani durian di Desa Lende belum pernah memperoleh pelatihan tentang Teknologi Penanganan Pasca Panen Durian. Hal ini dapat berpengaruh terhadap penguasaan teknologi pengolahan buah durian. Secara keseluruhan petani durian di Desa Lende menjual hasil durian dalam bentuk buah segar. Tidak ada petani yang melakukan optimalisasi olahan buah durian kecuali pembuatan dodol durian yang dilakukan secara sederhana dan hanya untuk dikonsumsi sendiri tidak untuk diperjualbelikan. Hal ini karena belum adanya pengetahuan petani tentang teknologi pengolahan hasil buah durian.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………95
Belum adanya Pelatihan Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Durian merupakan faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti. Evaluasi (EFAS)
Faktor
Strategi
Eksternal
Peluang (Opportunities) 1. Adanya Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian bahwa Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura menetapkan dua kategori komoditas dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan hortikultura berdasarkan Renstra Badan Litbang Pertanian dalam 2010-2014, yaitu : (1) Komoditas Utama, dan (2) Komoditas Potensial. Komoditas Utama merupakan komoditas prioritas penelitian dan pengembangan yang mencakup manggis, durian, jeruk, kentang, bawang merah, anggrek, dan krisan. Komoditas potensial adalah komoditas selain komoditas utama yang memiliki potensi dan peluang tinggi untuk dikembangkan. Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian merupakan peluang bagi upaya pengembangan usahatani durian di Desa Lende, sehingga diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar. 1. Kondisi Agroklimat Mendukung Usahatani Durian Kondisi agroklimat dan potensi wilayah sangat menentukan prioritas dan model pengembangan komoditas unggulan. Unsur-unsur iklim dalam mendukung usahatani durian antara lain curah hujan, penerimaan radiasi dan lama penyinaran matahari, kelembaban udara, suhu udara, ketinggian tempat dari permukaan laut. Desa Lende Kecamatan Sirenja sangat cocok untuk pertanaman durian dengan
dukungan curah hujan 1.742 mm/tahun, dan termasuk tipe iklim A dimana ratarata bulan basah sebanyak 9 bulan. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2010–2014 dapat diketahui sebaran curah hujan bulanan bervariasi, dengan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 272,1 mm dan ratarata curah hujan terendah adalah 95,7 mm yang terjadi pada bulan September. Sedangkan ketinggian tempat dari permukaan laut adalah 8 meter dengan didominasi pegunungan 60% dan dataran 40%. Kondisi agroklimat dalam mendukung usahatani durian merupakan faktor peluang dalam upaya pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar. 2. Dukungan dari Pemerintahan Desa Lende Tanaman durian di Desa Lende merupakan usahatani yang telah dilakukan secara turun temurun. Tanaman durian ditanam di kebun secara polykultur dengan tanaman kelapa, kakao dan tanaman pala. Hal ini tentunya menjadi tolok ukur secara sosial budaya dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Lende dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat Desa Lende. Hasil wawancara dengan Kepala Desa Lende bahwa setiap masyarakat di Desa Lende diwajibkan menanam 10 pohon durian setiap kepala keluarga, yang telah menjadi kewajiban secara sosial budaya masyarakat Lende. Sehingga Desa Lende terkenal dengan semboyan Desa DURIAN yang artinya Dinamis, Ulet, Ramah, Indah, Nyaman. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang bagi pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar. 3. Diversifikasi Produk Olahan Buah Durian Komoditas Durian menjadi salah satu buah primadona di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala,
96 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
dimana Durian dapat dijual secara langsung. Namun belum terdapat petani durian di Desa Lende yang melakukan atau membuat olahan buah durian dengan berbagai diversifikasi hasil produksi. Olahan buah durian hanya sebatas pembuatan dodol durian yang dilakukan secara tradisional dan hanya sebatas untuk dikonsumsi sendiri tidak diperjual belikan untuk dapat menambah pendapatan petani. Padahal kita ketahui buah durian dapat diolah dengan berbagai ragam hasil olahannya (diversifikasi olahan buah durian), antara lain: Dodol durian, Pancake durian, sirup durian, tepung biji durian, keripik biji durian, selai durian dan lain sebagainya. Salah satu faktor pembatas adalah rendahnya pengetahuan petani tentang teknologi pengolahan buah durian karena belum adanya pelatihan atau penyuluhan tentang penanganan pasca panen buah durian. Fenomena yang ditemukan adalah pada saat musim durian tiba yang biasanya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret hasil produksi durian melimbah. Namun, belum ada upaya dari petani untuk mengolah buah durian tersebut sebagai panganan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. Petani hanya menunggu pedagang yang datang membeli buah durian langsung dari kebun milik petani. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang bagi pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 2 yang berarti peluang yang cukup besar. 4. Komoditas Unggulan Daerah Kabupaten Donggala Tanaman durian merupakan salah satu tanaman buah-buahan unggulan di Kabupaten Donggala selain tanaman jeruk, semangka dan rambutan. Durian turut menempati posisi sebagai komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Donggala yang keberadaannya layak diperhitungkan. Pada tahun 2014 jumlah
ISSN: 2089-8630
pohon durian menghasilkan di Kabupaten Donggala sejumlah 5.216 pohon dan produksi 3.573 kuintal dengan produktivitas sebesar 68,50 kg/pohon. Peluang ini merupakan momentum sebagai salah satu peluang untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, yang diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar. Ancaman (threaths) 1. Persaingan Dengan Durian Lokal Lainnya Pesaing durian Lende adalah durian montong dan durian lokal lainnya dari Kecamatan Sojol dan daerah lainnya. Wilayah pemasaran durian montong yang lebih luas sehingga kerapkali orang lebih mudah mendapatkan durian montong. Durian lokal Lende selain bentuknya yang besar, daging buahnya warna kuning, aroma yang harum juga rasanya yang manis, memiliki ciri khas tersendiri dibanding durian lokal lainnya. Namun karena kurangnya promosi secara lebih luas (promosi hanya dilakukan dari mulut kemulut) sehingga menjadikan durian lokal Lende belum begitu dikenal luas masyarakat Kabupaten Donggala khususnya dan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya. Persaingan yang dimaksud adalah persaingan secara kompetitif (keunggulan bersaing) terhadap komoditi sejenis disuatu wilayah. Hal ini tentunya dapat memberikan keuntungan terhadap durian lokal Lende dalam persaingan yang tinggi dipasaran, yang memungkinkan durian lokal Lende dapat mendatangkan keuntungan yang tinggi dari proses penjualannya, sehingga secara tidak lansung memberikan peluang untuk peningkatan pendapatan petani durian di Desa Lende. Kondisi ini tentunya merupakan suatu ancaman bagi pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 1 yang berarti ancaman yang sangat berarti.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………97
2. Kehilangan Hasil Akibat Pencurian Durian di Desa Lende dikala menjelang panen diperhadapkan satu masalah yakni adanya pencurian buah durian. Sehingga disaat menjelang panen petani durian Desa Lende secara bergantian dalam satu keluarga melakukan penjagaan pohon durian baik di malam hari maupun disiang hari. Hasil wawancara dengan petani durian bahwa sudah sering terjadi kehilangan hasil buah durian yang sudah menjelang panen, hal ini tentunya dapat mempengaruhi hasil panen petani dan akibatnya akan menurunkan tingkat pendapatan petani durian. Menurut informasi petani durian bahwa kehilangan hasil akibat pencurian buah durian mencapai 25–50%. Pencurian buah durian tersebut lebih sering dilakukan pada malam hari dengan cara memanjat pohon durian. Terkadang sebagian petani memelihara anjing dikebun untuk membantu menjaga pencuri buah durian di malam hari. Kehilangan hasil akibat pencurian merupakan faktor ancaman yang diberi rating 2 artinya ancaman yang berarti. 3. Fluktuasi Harga Durian Umumnya petani durian di Desa Lende menjual durian dengan sistim ijon. Hal ini karena petani ingin segera mendapatkan hasil penjualannya dan petani tidak kesulitan dalam menunggu atau melakukan panen.Petani kesulitan menjual hasil panennya karena tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya petani menggunakan sistim tebang jual/ sistim ijon. Melalui sistim ini sebanyak 40% dari hasil penjualan panenan menjadi milik tengkulak. Harga durian lokal Lende pada saat panen berkisar antara Rp. 10.000–Rp. 75.000 per buah. Perbedaan harga durian dilihat dari ukuran atau berat buahnya. Ukuran atau berat buah 5–7 kg seharga Rp. 75.000 dan ukuran buah dibawahnya berkisar Rp. 10.000–Rp. 25.000 per buah. Harga durian tersebut merupakan harga
eceran ditingkat petani, berbeda dengan harga beli pedagang perantara secara borongan. Harga durian secara borongan Rp. 1.500.000 per pohon. Buah durian di Desa Lende bervariasi dalam bentuk, rasa, aroma dan warna daging buah. Petani durian di Desa Lende membagi klasifikasi buah durian berdasarkan penamaan petani setempat dengan harga yang berbeda-beda pula. Terdapat durian Kasumba seharga Rp. 13.000 per buah; durian Senyuman, Sarikaya, Panjavole, Kancil seharga Rp. 7.000 per buah; durian Lovuna, Mentega, Kapora, Badak seharga Rp. 10.000 per buah; durian Limbonga seharga Rp. 25.000 per buah; durian Lagaja seharga Rp. 60.000–RP. 75.000 per buah; durian Raja Rimba seharga Rp. 75.000–Rp. 100.000 per buah. Harga tersebut merupakan harga pembelian pedagang pengumpul ditingkat petani. Fluktuasi harga durian merupakan ancaman dalam pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 artinya ancaman yang cukup berarti. 4. Akses Jalan ke Lokasi Masih Sulit Hasil survey di lapangan menunjukkan bahwa akses jalan ke lokasi/lahan usahatani durian di Desa Lende masih sulit (jalan setapak), yang hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki. Hal ini tentunya sangat menyulitkan petani dalam pengangkutan hasil panen dari lokasi/ lahan durian ke tempat pengumpulan hasil produksi. Sehingga kemampuan petani dalam mengangkut hasil panen durian sangatlah terbatas dan terkadang petani durian melakukan sistem borongan pada pedagang pengumpul dari desa atau kecamatan, agar tidak menyulitkan petani dalam hal pengangkutan, namun secara tidak langsung mempengaruhi pendapatan petani durian karena nilai jual borongan lebih rendah dibanding nilai jual per buah. Akses jalan ke lokasi/lahan yang masih sulit merupakan ancaman dalam pengembangan usahatani durian, sehingga
98 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
diberi rating 2 artinya ancaman yang berarti. 5. Serangan Hama Penyakit Serangan hama penyakit yang mendominasi petani durian di Desa Lende adalah serangan hama penggerek batang dan penyakit busuk buah oleh Phytophthora maupun busuk buah pasca panen. Pada umumnya petani durian di Desa Lende menunggu panen durian jatuh ke tanah, namun ada beberapa petani yang
ISSN: 2089-8630
memasang jaring di bawah pohon durian. Serangan hama penyakit merupakan ancaman dalam pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 2 artinya ancaman yang berarti. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh pada faktor pada IFAS dan EFAS dibuat matriks gabungan IFAS dan EFAS sebagai dasar perumusan asumsi strategi matriks SWOT. Matriks IFAS dan EFAS dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks IFAS dan EFAS dalam Pengembangan Usahatani Durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.
IFAS Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi (SO) 1,92 + 1,54 = 3,46
Strategi (WO) 0,74 + 1,54 = 2,28
Ancaman (T)
Strategi (ST) 1,92 + 0,87 = 2,79
Strategi (WT) 0,74 + 0,87 = 1,61
EFAS
Nilai yang diperoleh dari hasil analisis IFAS dan EFAS tersebut selanjutnya dijabarkan dalam suatu Diagram Analisis SWOT.
Perumusan Asumsi Strategi Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS dan diagram analsis SWOT maka dapat dirumuskan asumsi strategi.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………99
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Potensi Sumber Daya Lahan 1. Usahatani yang dilakukan masih
E F A S F F
yang Dimiliki
tradisional
2. Ukuran Buah Lebih Besar dari 2. Belum adanya kelompok tani Durian Lokal lainnya
3. Memiliki Warna Daging Buah 3. Kuning, Rasa yang Manis dan 4. Aroma Harum 5. 4. Pengalaman Berusahatani 5. Motivasi Petani Tinggi
durian Akses Permodalan Terbatas Rendahnya kualitas SDM Petani Belum Adanya Pelatihan Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Durian.
F Peluang (O) Kebijakan 1. Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian 2. Kondisi Agroklimat Mendukung Usahatani Durian
1. Adanya
3. Dukungan dari Pemerintahan Desa Lende. 4. Diversifikasi Produk Olahan buah durian 5. Komoditas Unggulan Daerah Kab. Donggala
Ancaman (T)
Strategi SO 1. Mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat (S1, O2) 2. Memanfaatkan motivasi petani yang tinggi dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk olahan buah durian (S5, O4) 3. Memanfaatkan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma harum untuk meningkatkan promosi durian lokal agar bisa bersaing dengan durian lokal lainya (S3, O4) 4. Memanfaatkan pengalaman berusahatani durian dalam mendukung Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian (S4, O1)
Strategi WO durian dalam menunjang komoditas unggulan daerah Kab. Donggala (W1, O5) 2. Mengupayakan pembentukan Kelompok Tani durian melalui dukungan dari Pemerintah Desa Lende (W1, O3) 3. Meningkatkan kualitas SDM petani melalui dukungan dari Pemerintahan Desa Lende (W4, O3) 4. Mengupayakan Pelatihan Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Durian dalam rangka menunjang Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian (W5, O1)
Strategi ST
Strategi WT
1. Meningkatkan sistim Usahatani
1. Persaingan dengan 1. Mengoptimalkan potensi sumber 1. Meningkatkan sistim usahatani daya lahan yang dimiliki melalui Durian untuk mengantisipasi durian lokal lainya pembukaan akses jalan ke lahan serangan hama penyakit 2. Kehilangan hasil usahatani durian (S1, T4) (W1, T5) akibat pencuriian 2. Memanfaatkan ukuran buah lebih 2. Mengupayakan peningkatan 3. Fluktuasi Harga durian
4. Akses Jalan kelokasi Masih Sulit
5. Serangan Hama Penyakit.
besar dengan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma yang harum untuk meningkatkan promosi durian lokal agar bisa bersaing dengan durian lokal lainya (S2, T1) 3. Memanfaatkan pengalaman beruhatani untuk menekan serangan hama penyakit (S4, T5)
SDM petani untuk mengetahui fluktuasi harga pemasaran durian (W4, T2) 3. Mengupayakan peningkatan SDM petani untuk mengantisipasi serangan hama penyakit (W4, T5)
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.
Berdasarkan jumlah nilai skor yang diperoleh dan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal diketahui bahwa skor tertinggi berada pada kuadran I mendukung strategi agresif dengan nilai skor 3,46.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang digunakan adalah SO (Strength–Opportunity), maka ke 4 (empat) program tersebut akan diimplementasikan
100 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
dalam bentuk kegiatan dan sasaran kegiatan yaitu : 1. Mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat, akan diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan teknis tentang Standard Operating Procedure (SOP) budidaya durian dan GAP durian. Sasaran dari kegiatan pelatihan teknis tentang SOP budidaya durian dan Good Agriculture Practices (GAP) durian adalah petani durian di Desa Lende. 2. Memanfaatkan motivasi petani yang tinggi dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk olahan buah durian, akan diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan buah durian, kegiatan penyuluhan SDM tentang motivasi petani dalam berusahatani durian. Sasaran dari kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut adalah petani durian dan wanita tani Desa Lende. 3. Memanfaatkan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma harum untuk meningkatkan promosi durian lokal agar bisa bersaing dengan durian lokal lainya, akan diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan tentang peningkatan mutu dan hasil durian, kegiatan pelatihan sistim pemasaran durian, serta kegiatan promosi buah durian lokal. Sasaran dari kegiatan pelatihan dan promosi tersebut adalah petani durian, PPL, KCD dan aparat pemerintahan Desa Lende. 4. Memanfaatkan pengalaman berusahatani durian dalam mendukung Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian, akan diimplementasikan melalui kegiatan magang ke luar daerah pengembangan kawasan durian. Sasaran dari kegiatan magang tersebut adalah petani durian, PPL dan KCD Analisis Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah alat yang memungkinkan
ISSN: 2089-8630
para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya (Richard dkk., 2012). Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa prioritas strategi terpilih dengan Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6.285 adalah strategi mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat. Selanjutnya strategi yang kedua adalah strategi memanfaatkan motivasi petani yang tinggi dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk olahan buah durian dengan total nilai TAS sebesar 6.241, strategi yang ketiga adalah strategi memanfaatkan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma harum untuk melakukan persaingan dengan durian lokal lainya dengan total nilai TAS sebesar 6.188, dan strategi yang keempat adalah memanfaatkan pengalaman berusahatani durian dalam mendukung Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian dengan total nilai TAS sebesar 6.181. Hal ini menunjukkan bahwa strategi terbaik untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende adalah strategi 1 yakni “Strategi mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat” dengan total nilai daya tarik (TAS) sebesar 6.285. Strategi ini menjadi strategi terbaik karena dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki dan dukungan agroklimat diharapkan dapat mendukung kebijakan pengembangan hortikultura durian oleh Kementerian Pertanian, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai pendapatan petani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja…………101
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
UCAPAN TERIMA KASIH
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisa pendapatan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja diperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp. 4.353.179. Sedangkan R/C ratio yang diperoleh responden petani durian di Desa Lende adalah sebesar 5,26, sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani durian sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. 2. Berdasarkan hasil analisis SWOT maka strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usahatani durian adalah strategi S-O (Strength-Opportunities), dengan nilai skor sebesar 3,46 yang berada pada kudran pertama. 3. Hasil analisis QSPM diperoleh strategi S-O (Strength-Opportunities) yang terbaik dari empat program untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja yakni program ke-1 “Strategi mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat” dengan total nilai daya tarik (TAS) sebesar 6.285.
Ucapan terimakasih dan rasa hormat yang setinggi - tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Max Nur Alam, MS dan Ibu Dr. Lien Damayanti, SP., MP yang selalu memberi bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan artikel ini.
Rekomendasi 1. Peningkatan SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan tentang Pengelolaan usahatani durian sesuai SOP dan GAP durian. 2. Perhatian dan komitmen dari pemerintah daerah sangat diharapkan dalam pengembangan usahatani durian lokal. 3. Hasil dari penelitian strategi pengembangan usahatani durian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau sebagai langkah awal untuk melakukan pengembangan usahatani durian berbasis kawasan di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. 4. Membangun kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga penelitian untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek pemasaran durian lokal Lende.
DAFTAR PUSTAKA Aliffiani,U. 2013. Analisis Curahan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Antarlina S.S., 2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah-Buahan Lokal Kalimantan. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Buletin Plasma Nutfah Vol.15 No. 2 Tahun 2009. Hal. 85. Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Badan Litbang Pertanian, 2012. Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. Kementerian Pertanian – Jakarta. Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010. Produksi Buah-buahan di Indonesia. http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014. Darmasetiawan dan Wicaksono, 2012. Pengaruh Faktor Internal Petani Terhadap Peningkatan Mutu Tembakau di Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Jurnal Surya Agritama, Volume 1 Nomor 1, Maret 2012. Diterbitkan oleh Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012. Standard Operating Procedure (SOP) Durian Kabupaten Gunungkidul.
102 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
Kementerian Pertanian, 2013. Petunjuk Teknis Pengembangan Buah. Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta. Nitisemito dan Burhan, 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta. Prijono, 1995. Arah Kebijaksanaan Makro Pemerintah dalam Mengantisipasi Pasar Global. Makalah disampaikan pada Seminar Bisnis STIEIPWI. Jakarta, 31 Oktober 1995. Rahmatina, 2010. Prosedur Menggunakan Stratified Random Sampling Method Dalam Mengestimasi Parameter Populasi. Jurnal JEMI, Universitas Maritim Raja Ali Haja, Volume 1 No. 1 Desember 2010, Hal 79. Rangkuti, F., 2005. Analisis SWOT dan Balanced, PT. Gramedia, Jakarta.
ISSN: 2089-8630
Richard A. Purnomo S. Rudy S. dan Murty A., 2013. Strategi Perencanaan Dan Pengembangan Industri Pariwisata Dengan Menggunakan Metode Swot Dan Qspm (Studi Kasus Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Jurnal Rekayasa Mesin Volume 4 No. 2 Tahun 2013. Hal. 113. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suzana B., Dumais J. dan Sudarti, 2011. Analisis efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Di Desa Mopuya Uatara Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal ASE Volume 7 No. 1 Januari 2011, Hal. 5 Umar, 2003. Riset Strategi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wiryanta B..T Wahyu, 2008. Sukses Bertanam Durian. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.