STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
PENGARUH PEJABAT YANG BERETIKA TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DI DALAM PELAYANAN PUBLIK.
Oleh : Satrias Djamaran, Drs., MM (Dosen Tetap STIE PPI) ABSTRAKSI
Etika merupakan suatu keharusan bagi seluruh personil yang terlibat dalam kegiatan organisasi baik pemerintah maupun swasta. Baik bagi personil yang terlibat dalam kegiatan organisasi binis maupun pemerintah karena akan mendapatkan kepuasan dari pemakai jasa yang ditawarkan oleh organisasi tersebut, apabila yang melayani punya etika.
STIE Putra Perdana Indonesia Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran dan penilaian serta pedoman bagi seorang pejabat public dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sangat penting guna dapat memberikan pelayan prima kepada customer. Pejabat yang beretika sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan. Diharapkan tulisan ini nantinya dapat memberikan sumbangan bagi pemangku kepentingan yang terlibat dalam kepentingan public. Karena hal ini sangat membantu bagi mereka yang ingin memberikan layanan yang prima dari produk public yang diciptakan.
Perkembangan dalam masyarakat saat ini banyak pejabat public yang melupakan etika mereka sebagai pejabat public. Hal ini berakibat pada menurunya pelayanan kepada public karena etika sudah menjadi barang langka di dalam diri para pejabat public. Etika gampang diucapkan tetapi sulit untuk terapkan, karena akan menyangkut kepada kepribadian personal. Agar etika ini bisa terlaksana dengan baik, para pemangku kepentingan public sebaiknya benar-benar memahami arti penting etika tersebut. Apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang mengakui adanya tuhan Yang Maha Esa. Seyogjanya yang merasa berketuhanan mempunyai etika dalam pergaulan hidup mereka.
STIE Putra Perdana Indonesia Kata kunci: etika dan moral, pejabat publik
A. PENDAHULUAN Kata-kata etika, etis, dan moral selalu kita kenal dalam kehidupan seharihari. Kata ini juga sering diucapkan oleh para intelektual. Tapi juga sering beredar di kalangan rakyat biasa. Bahkan di media massa juga sering muncul. Yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan kata etika tersebut atau mempergunakannya. Dalam dunia sekarang yang sudah modern ini, salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa apabila masyarakatnya mengerti dan mampu menerapkan etika itu dalam berbagai bidang kehidupan. Semangatnya untuk menciptakan suasana yang kondusif
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 29
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
bagi masyarakat dalam hal berbagai kehidupan. Kata pejabat sangat menarik untuk ditelisik sebagai suatu yang dapat menjadi barometer dalam pelayanan kepada masyarakat, apakah pejabat public itu dalam melayani masyarakat menerapkan proinsip-prinsip etika sesuai kaedah yang berlaku atau belum. Masyarakat akan merasa telayani atau terpuaskan bila berhubungan dengan pejabat public apabila harappan dan kenyataan dalam pelayan sesuai. Menurut pendapat para ahli bahwa mutu itu berkaitan dengan harapan dari pembeli dengan kenyataan yang didapatnya saat pembeli tersebut memiliki benda tersebut. Begitu juga masyarakat itu membeli suatu jasa dari pemerintah atau pejabat public, apabila masyarakat itu akan merasa puas apabila harapan dan kenyataan sesuai, tapi kalau sebaliknya maka masyarakat akan kecewa.
STIE Putra Perdana Indonesia Berkaitan dengan hal tersebut, maka para pejabat public tersebut dibekali dengan ilmu yang dapat membekali mereka bagaimana cara memberikan pelayan yang baik kepada pelanggan dalam hal ini tentunya masyarakat. Tidak lupa dijuga para pejabat public ini dibekali dengan pengetahuan tentang etika. Kalau semua ini sudah diberikan kepada para pemangku kebijakan public kemungkinan harapan pelanggan atau masyarakat akan tercapai. Harapan masyarakat tercapai berarti para pejabat public di republic ini sudah memahami tentang peranan mereka sebagai pelayan masyarakat, bukan orang yang harus dilayani oleh masyarakat. Juga para pejabat ini akan tahu cara melayani seorang majikan atau tuannya, karena masyarakat itu sejatinya adalah tuan-tuan yang harus dilayani. Kalau konsep ini dipahami seutuhnya oleh para pemangku kepentingan public di republic tercinta ini tidak aka nada diskriminasi dalam pemberian pelayan kepada masyarakat. Pejabatnya sudah paham tentang bagaimana dia harus melayani pelanggan atau masyarakat secara beretika.
STIE Putra Perdana Indonesia ETIKA DAN MORAL 1. Pengertian Etika: a. Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. b. Etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan normal moral. c. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia. d. Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran (FRANZ MAGNIS SUSENO). Yang memberi kita tentang bagaimana kita hidup adalah moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma atau ajaran moral tersebut. e. Etika adalah sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 30
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
f. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggunjawabkan, karena setiap tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dan selalu bersedia untuk mempertanggungjawabkannya. g. Kebebasan dan tanggungjawab adalah kondisi dasar bagi pengambilan keputusan dan tindakan yang etis, dengan suara hati memainkan peran yang sangat sentrl . 2. Pengertian Moralitas: Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun. Moralitas adalah tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret tantang bagaimana ia harus hidup, bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik, dan bagaimana menghindari perilaku yang tidak baik.
STIE Putra Perdana Indonesia AMORAL DAN IMMORAL Amoral diterangkan sebagai tidak berhubungan dengan konteks moral (Inggris). Immoral adalah sesuatu yang bertentangan dengan moralitas yang baik. Immoral dijelaskan sebagai tidak bermoral, tidak berakhlak (Indonesia). Moral sebaiknya diartikan sebagai netral (Latin) atau tidak mempunyai relevansi etis, perbuatan yang baik.
STIE Putra Perdana Indonesia ETIKA DAN ETIKET 1. Pengertian: Etika berarti moral. Etiket berarti sopan santun. Persamaannya adalah keduanya menyangkut perilaku manusia. Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
STIE Putra Perdana Indonesia EMPAT PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET 1. Etiket menyangkut cara atau perbuatan harus dilakukan manusia. Etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan ya atau tidak. InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 31
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Etika selalu berlaku, juga kalau tidak ada saksi. Etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Contohnya mencuri. 3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh makan dengan tangan. Etika lebih absolut, berupa larangan yang harus dilaksanakan oleh setiap orang. 4. Jika kita bicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja. Etika menyangkut manusia dari segi dari dalam. Contoh orang yang tampil sebagai musang berbulu ayam.
STIE Putra Perdana Indonesia 1. 2.
ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT MORALITAS: Ciri khas manusia: Banyak perbuatan manusia berkaitan dengan baik atau buruk, tapi tidak semua. Ada juga perbuatan yang netral dari segi etis. Moralitas merupakan fenomena manusia yang universal. Moralitas hanya terdapat pada makhluk manusia. Moralitas dalam arti yang sebenarnya tidak memegang peranan dalam hidup seekor binatang. ETIKA: Ilmu tentang moralitas: Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas. Juga tentang sejauh mana manusia berkaitan dengan moralitas. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Ada tiga cara untuk mempelajari moralitas: Etika Deskiptif: Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya, adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk. Mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu periode sejarah, ia tidak memberi penilaian. Etika deskriptif hanya melukiskan, ia tidak memberi penilaian. Contoh adat mengayau kepala di Suku Dayak primitif. Etika deskriptif dapat mempelajari pandangan-pandangan moral. Contoh komunis pada masa Uni Sovyet. Tokohnya adalah JEAN PIAGET (1896 - 1980) dari SWISS, LAWRENCE KOHLBERG (1927 – 1988) dari Amerika Serikat. Etika deskriptif termasuk ilmu pengetahuan empiris dan bukan filsafat.
STIE Putra Perdana Indonesia a.
STIE Putra Perdana Indonesia
Page 32
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
b. Etika Normatif; Ahli etika terlibat langsung melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian tentang perilaku manusia berdasarkan norma-norma. Martabat manusia harus dihormati dapat dianggap sebagai contoh tentang norma. Etika normatif dapat memberikan bahkan melarang suatu adat kebiasaan dari suku primitif. Etika normatif itu tidak deskriptif melainkan preskriptif (=memerintah), tidak melukiskan melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktek. Etika normatif dapat dibagi lebih lanjut dalam Etika Umum dan Etika Khusus;
STIE Putra Perdana Indonesia 1)
Etika Umum, memandang tema-tema umum, seperti; Apa itu norma etis? Jika ada banyak norma etis, bagaimana hubungan satu sama lain? Mengapa norma moral mengikat kita? Apa itu nilai dan apa kekhususan nilai moral? Dapat dipastikan bahwa manusia sungguh-sungguh bebas? Apakah yang dimaksudkan dengan hak dan kewajiban dan bagaimana kaitannya satu sama lainnya? Syarat-syarat mana yang harus dipenuhi agar manusia dapat dianggap sungguh-sungguh baik dari sudut moral? Temat-tema seperti itulah yang menjadi obyek penyelidikan etika umum.
STIE Putra Perdana Indonesia 2) Etika Khusus, berusaha merapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus. Etika khusus itu premis normatis dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai pada suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif. Etika khusus mempunyai tradisi panjang dalam sejarah filsafat moral, dan berkembangan menjadi etika terapan (applied ethics).
STIE Putra Perdana Indonesia c. Meta Etika, cara lain lagi untuk mempraktekkan etika sebagai ilmu adalah meta etika. Awalan meta- (YUNANI) mempunyai arti melebihi, melampui.
InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 33
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
Istilah ini diciptakan untuk menunjukkan yang dibahas di sini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dalam bidang moralitas. Meta etika seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi dari perilaku etis, yaitu taraf bahasa etis atau bahasa yang kita pergunakan di bidang moral. Meta etika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Meta etika mengarahkan perhatiannya kepada arti khusus dari bahasa etika itu. Meta etika ini dapat ditempatkan dalam rangka filsafat analitis dalam filsafat pada abad ke-20. Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai tugas terpenting bagi filsafat atau bahkan sebagai satu-satunta tugas. Filsafat ini mulai berkembang di Inggris awal abad ke-20 dengan tokohnya GEORGE MOORE. Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam meta etika adalah the is/ought question. Yang jadi persoalannya adalah ucapan normatif bisa diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu ada atau kalau sesuatu merupakan kenyataan (is: faktual), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought: normatif). Dengan menggunakan persitilahan logika dapat ditanyakan juga apakah dari dua premis deskriptif bisa ditarik suatu kesimpulan preskriptif. Kalau satu premis preskriptif dan premis lain deskriptif, kesimpulannya pasti preskriptif. Itu tidak menjadi masalah. Contohnya : a) Setiap manusia harus menghormati orang tuanya (premis deskriptif). b) Lelaki itu adalah orang tua saya (premis deskriptif). c) Jadi, lelaki itu harus saya hormati (kesimpulan preskriptif). d) Tetapi dua presmis deskriptif tidak pernah bisa membuahkan kesimpulan preskriptif. e) Kesimpulannya premis-premis preskriptif hanya dapat kesimpulan dari premis preskriptif juga. f) Kalau kita mendefenisikan pengertian-pengertian etis seperti norma, nilai, hak, dan keadilan, atau sebaiknya, usaha itu bisa digolongkan dalam meta etika.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Kesimpulan dari etika Sebagai Cabang Filsafat: Dalam studi tentang moralitas dapat dibedakan pendekatan non-filosofis dan pendekatan filosofis. Pendekatan non-flosofis adalah etika deskriptif. Pendekatan filosofis bisa sebagai etika normatif dan bisa juga sebagai meta etika atau etika analitis.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 34
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
Pendekatan normatif si peneliti mengambil suatu posisi ata standpoint moral; hal itu terjadi dalam etika normatif (bisa etika umum dan bisa juga etika khusus). Pendekatan non-normatif si peneliti tinggal netral terhadap setiap posisi moral: hal ini terjadi dalam etika deskriptif dan meta etika.
Hakikat Etika Filosofis; Etika sebagai ilmu melanjutkan kecenderungan kita dalam kehidupan seharihari. Etika dimulai bila kita merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapatpendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Etika dapat didefenisikan sebagai refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia. Tapi setiap refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia belum tentu adalah etika. Contohnya dalam psikologi istilah behavioral sciences (ilmu tentang perilaku). Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut normanorma atau dari sudut baik dan buruk. Segi normatif itu merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain yang juga membahas tingkah laku manusia. Etika termasuk filsafat dan malah dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Etika sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris. Cara berfikir filsafat dijalankan dengan cara non-empiris dan tidak membatasi diri pada pengalaman indrawi. Etika menyibukkan diri dengan segi normatif atau evaluatif: Apakah korupsi dapat dibenarkan atau tidak. Etika termasuk ke dalam cabang filsafat moral. Mahasiswa yang memperoleh nilai gemilang untuk mata ujian etika, belum tentu dalam perilakunya akan menempuh tindakan-tindakan yang etis. Sudah dari awal sejarah etika terdapat pandangan bahwa pengetahuan benar tentang bidang etis secara otomatis akan disusul oleh perilaku yang benar juga (intelektualisme, Socrates). Etika adalah refleksi tentang tema-tema yang menyangkut perilaku kita.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Peranan Etika Dalam Dunia Modern. Jika kita memandang situasi etis dalam dunia modern terdapat 3 ciri utama: 1. Kita menyaksikan adanya pluralisme moral. InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 35
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
2. Sekarang banyak timbul masalah etis baru yang dulu tidak terduga. 3. Dalam dunia modern tampak semakin jelas juga suatu kepedulian etis universal.
Moral Dan Agama. Agama mempunyai hubungan yang erat dengan moral. Dalam praktek hidup sehari-hari, motivasi kita yang terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah agama. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam aturan: 1. Aturan berbicara, kadang-kadang dengan agak mendetail, tentang makan dan minum yang diharamkan, puasa, ibadat, dsb. 2. Aturan yang lebih umum yang melampui kepentingan salah satu agama, seperti tidak boleh membunuh, berzinah, mencuri. Ajaran moral penting karena ajaran tersebut berasal dari Tuhan. Agama berbicara tentang topik-topik etis, pada umumnya dalam bentuk khotbah. Supaya kewajiban-kewajiban moral sungguh-sungguh mengikat, bukankah perlu diterima adanya Tuhan Maha Adil yang mengganjar yang baik dan menghukum yang jahat. Tokoh filsuf Prancis JEAN-PAUL SARTRE (1905 – 1980) seorang Ateis mengatakan manusia tidak bertanggungjawab kepada Tuhan melainkan pada dirinya sendiri. Moral Dan Hukum. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya. Hukum selalu diukur dengan normal moral. Hukum dapat meningkatkan dampak sosial dari moralitas. Hukum harus membatasi diri dengan mengatur hubungan-hubungan antarmanusia yang relevan. Perlu diperhatikan bahwa moral dan hukum tidak sama. Perbedaan Hukum dan Moral: 1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya, dituliskan dan secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab-kitab undang-undang. 2. Norma moral bersifat subyektif dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi-diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis atau tidak etis. 3. Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah manusia saja.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 36
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
4. Moral menyangkut juga sikap bathin seseorang disamping yang lahiriah. Perbedaan lain lagi adalah bahwa sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dari sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum sebagain untuk orang bisa dipaksakan. Norma-norma etis tidak bisa dipaksakan. Satu-satunya sanksi dibidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat. Norma moral tidak bisa di ubah dan dibatalkan. Moral tidak diputuskan dengan suara terbanyak.
STIE Putra Perdana Indonesia B. LINGKUNGAN ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie, 1987). Berdasarkan dari defenisi di atas jelaslah bahwa administrasi itu tidak bisa dilaksanakan secara individual atau perorangan. Di sini berlaku interaksi antara orang dan sejumlah perangkat yang dinamakan administrasi. Karena menyangkut orang atau manusia sebagai operatornya, maka tak pelak perlu sekali tingkah laku dari para pelaksananya agar tujuan organisasi tercapai. Tingkah laku itu akan berkaitan dengan apa yang dimaksud etika. Etika menurut beberapa ahli mendefenisikan sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
STIE Putra Perdana Indonesia Perilaku pelaksana kepentingan publik ini banyak berkaitan dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin beretika pelaku atau pelaksana kepentingan publik. Tetapi kenyataannya di masyarakat berbanding terbalik. Justru yang beretika adalah rakyat biasa yang tingkat pendidikannya rendah, sedang pejabat publik yang seharusnya menjadi contoh bagi rakyat tidak menunjukkan tingkat pendidikan yang mereka miliki dalam berperilaku dalam melayani dan bertindak dalam masyarakat.
Pada tingkat yang lebih tinggi, misalnya di DPR RI, yang seharusnya mereka memberikan contoh bagi masyarakat umum, baik dalam bersidang maupun dalam berperilaku sebagai anggota masyarakat, jauh dari yang diharapak. Misalnya Badan Kehormatan DPR RI yang menjadi contoh, justru mereka ini mendegradasi etika. Undang-undang tentang tata tertib anggota dewan diperbaharui, tetapi substansinya dihilang agar supaya anggota dewan bebas dalam bertindak. Ini sangat memprihatikan kita, karena kita berharap anggota DPR RI yang terhormat menjadi
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 37
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
panutan, kenyataannya mereka sendiri justru membuat keputusan yang bertolak belakang dengan keinginan masyarakat Indonesia dalam mengimplementasikan etika publik.
Etika itu hanya akan berlaku dalam ruang seminar, diklat, dan lemhanas, setelah keluar dari ruang tersebut etika bagi pejabat publik kita hanya sebagai pemanis bibir saja dalam berpidato di depan pendukung dan masyarakat luas. Sulit kiranya kita berharap akan mendapatkan pejabat publik yang sinkron perkataan dengan tindakannya. Mungkin pejabat yang seperti yang kita inginkan itu akan muncul dalam imajinasi kita agar terbebas dari lilitan dan himpitan hidup yang kian mendera hidup kita ini.
STIE Putra Perdana Indonesia Fenomena yang muncul dalam masyarakat sekarang ini adalah bagaimana bisa melindungi kerabat dan kolega atau anggota partainya. Demi menjaga hegomoni seseorang pejabat publik mampu mengorbankan etika yang harus dia miliki. Akibatnya perkembangan di masyarakat bawah atau akar rumput tentu akan mencontoh tingkah laku para pejabat tersebut. Perkembangan selanjutnya, kembali etika itu masuk dalam sebuah buku, yang disimpan di perpustakaan dan dipergunakan apabila dibutuhkan sebagai referensi sang pejabat kalau mau berpidato atau meresmikan suatu gedung atau yang lainnya. Menurut Abraham Maslow kenapa manusia bisa berbuat diluar kewajaran atau bisa wajar karena di dorong oleh sesuatu yang ada dalam diri manusia, yaitu motivasi. Secara garis besarnya tingkatan kebutuhan manusia menurut Maslow ada lima tingkatan yaitu: 1. Kebutuhan pisik 2. Kebutuhan keamanan 3. Kebutuhan sosialisasi 4. Kebutuhan keindahan 5. Aktualisasi.
STIE Putra Perdana Indonesia Menganalisis teori motivasi dari Maslow ini, maka bangsa Indonesia berdasarkan fenomena dan kenyataan di lapangan, maka masyarakat Indonesia masih berada pada level yang paling bawah yaitu, masih memikirkan akan kebutuhan pisik. Bisa jadi inilah yang melatarbelakangi maraknya korupsi dan perampokan uang rakyat oleh para pemangku jabatan di negeri ini.
STIE Putra Perdana Indonesia Hal ini juga berkaitan dengan rendah HDI bangsa Indonesia, karena sektor pendidikan belum menjadi fokus utama bagi pemerintah. Ini bisa dibuktikan dengan menduanya sifat pemerintah dalam menagani bidang pendidikan. Sebagai contoh, Mahkama Agung sudah membatalkan Ujian Nasional, tapi pemerintah ngotot tetap Page 38
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
melaksanakan hingga tahu pelajaran 2010/2011 ini. Di samping itu pemerintah katanya ingin memberantas buta huruf dengan wajib belajar 9 tahun, tapi di teingkat SD dan SMP pemerintah masing ngotot melaksanakan Ujian Nasional. Ada apa sebenarnya dengan pemerintah kita sekarang. Yang paling sedih adalah penghargaan pemerintah terhadap guru sangat memilukan, diberi gelar yang menurut hemat kami kurang tepat, yaitu “pahlawan tanpa tanda jasa”. Mantan Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla, sangat mengharga sekali untuk seorang loper koran, yang setiap pagi memberikan atau mengantarkan koran dagangannya kepada pelanggan diberi gelar yang sangat enak di denga, yaitu “pahlawan informasi”. Kenapa guru yang sangat berjasa mencerdaskan bangsa ini diberi gelar sepertinya tidak rela, atau kurang apresiasi dari pemerintah. Kalau menerut hemat kami apa tidak diberi saja gelar misalnya pahlawan pendidikan, kan lebih terhormat.
STIE Putra Perdana Indonesia Ini juga menyumbang terjadinya dekadensi moral para pejabat, karena menurut orang tua kita, kalawat terhadap guru. Guru yang makmur akan menghasilkan anak didik yang berkualitas, dan bermoral. Di bumi tercinta ini gurunya hanya cukup beri gelar pahlawan tanpa tanda jasa, dan gaji yang jauh dari kecukupan hidupnya. Sehingga tidak jarang guru yang mencari kerja sampingan, seperti menjadi tukang ojek, penggarap sawah orang, dan lain-lain.
Kita lihat negara tetantangga yang dulunya mengimpor guru dari Indonesia, Malaysia guru di sana sangat dihormati, baik dari segi gaji maupun kalau naik kendaraan umum, para guru mendapat prioritas tempat duduk di bus umum. Bagaimana di Indonesia? Gurunya hanya dihormati dalam kelas oleh muridnya, karena takut kalau tidak hormat bisa-bisa nilai rapornya tidak tuntas. Jadi di Indonesia guru itu hanya berfungsi di dalam kelas saja. Kenyataan di lapangan bisa kita lihat, kalau seorang murid bertemu dengan gurunya pada hari libur di pusat perbelanjaan, mereka tidak akan menegur sang guru, bahkan mereka seolah tidak kenal bahwa itu adalah guru mereka.
STIE Putra Perdana Indonesia Penyebab utamanya tetap berada di tangan pemerintah, karena pemerintah tidak mau menaikkan dan menggaji guru seperti di negara tetangga kita. Menurut hemat kami kalau guru makmur, ada kemungkinan mereka untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dan dapat membeli buku-buku bermutu bagi perkembangan pengetahuannya. Masalahnya para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan di Indonesia hanya sibuk untuk persiapan pemila 2014, sehingga luput untuk memperhatikan nasib guru.
STIE Putra Perdana Indonesia Implikasinya juga pada mereka yang merasa pintar dan pemangku jabatan publik ikut-ikutan untuk mengebiri para nasib para guru. Akibat lebih lanjutnya adalah akan muncul generasi yang tidak menghargai guru mungkin jauh lebih dari itu, InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 39
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
masyarakat akan melihat sesuatu dari materi saja. Tidak perlu mempunyai etika karena etika telah disimpang rapat-rapat di perpustakaan.
Perkembangan masyarakat Indonesia dewasa ini telah tersusupi oleh kepentingan materi saja. Sehingga seseorang dianggap berhail apabila dia bisa mengumpulkan harta materi dalam jumlah yang sangat besar. Tidak peduli sumbernya dari mana, yang penting pada saat itu mereka bisa menampilkan kepada masyarakat bahwa dia telah berhasil.
Sifat ini juga telah mendorong para pejabat publik di negeri ini, mereka berlombalomba mengumpulkan materi demi dianggap menjadi orang elit dalam politik dan masyarakat. Tidak jarang kita melihat kenyataanya di masyarakat, banyak para pejabat dengan sengaja mempertontonkan kekayaan yang mereka punya di tengah himpitan hidup rakyak Indonesia. Sebagai contoh kecil saja, kalau kita iseng datang ke DPR pusat, apa yang kita lihat pertama kali masuk area parkir? Jejeran kendaraan mewah milik para wakil rakyat terhormat. Kalau kita iseng dalam sehari duduk dipersimpangan jalan atau lampu merah baik di daerah maupun di pusat yang kita lihat adalah rakyat Indonesia dengan susah payah mencari uluran tangan dermawan hanya untuk sesuat nasi pada hari tersebut.
STIE Putra Perdana Indonesia Harapan kita sebagai rakyat biasa tercurah kepada wakil rakyat yang terhormat, apalagi setelah pulang dari Yunani dalam belajar etika. Kita berharap para pejabat publik tersebut bisa beretika lebih baik di dalam masyarakat dan memperjuangkan nasib rakyatnya. Ternyata di Indonesia itu lebih penting etiket dari pada etika. Etiket lebih berupa pemanis dari perilaku yang sesungguhnya, karena etiket tidak berlaku kalau sudah tidak ada saksi, tetapi etika berlaku di mana saja tanpa ada yang menyaksikannya, artinya berlaku mutlak.
STIE Putra Perdana Indonesia Kadangkala kata-kata etika ini hanya merupakan sebagai kata yang diucapkan saat guru, dosen, dan para pejabat saat akan berpidato atau memberikan seminar. Tetapi setelah ke luar dari ruang seminar atau kelas kata-kata etika tinggal dalam catatan peserta didik dan dalam dokumen para pejabat. Tidak ada lagi kesuaian antara ucapan dan tindakan. Kalau kaum pebisnis berkata bahwa kalau etika akan dipakai dalam bisnis, maka bisnis tersebut tidak akan maju bahkan mungkin gulung tikar. Itulah dilamatis dalam masyarakat kita yang kian mengideolakan hidup secara konsumerisme.
STIE Putra Perdana Indonesia Tidak heranlah sekarang kita lihat di televisi atau kita baca di majalah atau koran, banyak sekali tindakan para pejabat publik kita mempertontonkan kepada masyarakat tingkah laku yang dari segi etika sangat tidak bermoral. Penyebab sesungguhnya adalah hilang rasa malu di setiap individu orang Indonesia, sehingga Page 40
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
ini menyebabkan dekandesi moral baik di kalang masyarakat umum maupun di kalang para pejabat. Ditambah lagi tingkah atau pola perilaku masyarakat Indonesia yang bersifat paternalistik. C. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Masyarakat sangat mendambakan para pemangku jabatan untuk mempunyai etika. 2. Diharapkan para pejabat publik paham betul akan posisi yang mereka sandang saat menjalankan tugas. 3. Etika ini diharapkan menjadi acuan bagi seorang pejabat publik untuk melayani masyarakat, karena pejabat yang beretika akan membuat pelayan menjadi lebih cepat dan sempurna.
STIE Putra Perdana Indonesia Saran Saran dari penulis diantaranya: 1. Perlunya ditempelkan disetiap ruangan para pejabat dan aparatur tentang etika pegawai dalam melayani masyarakat. 2. Perlunya secara reguler diadakan pelatihan tentang etika pelayanan. 3. Perlunya diberikan reward and punishment bagi bagi yang melanggar atau yang tidak melaksanakan.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 6; Nopember 2012
Page 41
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mustaq, 2001, Etika Bisnis Dalam Islam, Pustaka Al Kautsar, Jakarta. Bartens, K, 2001, Etika,Buana Printing, Jakarta. ________, 2004, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogjakarta. Chandra, I Robby, 1995, Etika Dunia Bisnis, Kanisius, Yogjakarta. Hall, Calvin, 2000, Libido Kekuasaan Sigmund Freud, Tarawang, Yogjakarta. Ihromi, T.O, 1999, Pokok-Pokok Antroplogi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Karomi, 2009, Logika, Graha Imu, Jakarta. Mundiri, 1994, Logika, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Al Maliki, Ekky, 2001, Filsafat Untuk Semua, Pengantar Mudah Menuju Dunia Filsafat, Lentera Basritama, Jakarta. Amril, 2002, Etika Islam, Telaah Pemikiran Filsafat Moral Raghib Al-Isfahani, Pustaka Pelajar, Yogjakarta. Mahmoedin, AS, 1996, Etika Bisnis Perbankan,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Nasution, S, 1999, Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Ndraha Taliziduhu, 2010, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Rineka Cipta, Jakarta. Ruslan, Rosady, 2001, Etika Kehumasan Konsepsi & Aplikasi, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Siagian, P Sondang, 2008, Filsafat Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta Salam, Burhanudin, 1997, Etika Sosial Asan Moral Dalam Kehidupan Manusia, Rineka Cipta, Jakarta. Salam, Dhrama Setyawan, 2007, Manajemen Pemerintahan Indonesia, Djambatan, Jakarta. Suarajiyo, 2008, Filsafat Ilm dan Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta. Susesno, Fanz Magnis, 1989, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafata Moral, Kanisius, Jakarta.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 42
InoVasi Volume 6 ; Nopember 2012