2017
Sistem Keuangan & Etika Keuangan Sebuah Sketsa sebagai Pengantar
Subagyo
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM)
subagyo.id
Artikel ini merupakan sebuah sketsa kasar yang dipergunakan sebagai pengantar diskusi mahasiswa pada matakuliah Pasar Keuangan (Financial Market). Sebagai suatu pengantar, artikel ini akan membahas terlebih dahulu mengenai sebab ekonomi mengapa dalam sebuah sistem ekonomi diperlukan keberadaan sistem keuangan. Selanjutnya akan dibahas tentang Sistem Keuangan (Financial System) beserta sub-sistem yang dimiliki-nya. Tiga sub-sistem tersebut adalah Institusi Keuangan (Financial Institution), Pasar Keuangan (Financial Market) dan Instrumen Keuangan (Financial Instrument/Financial Assets). Pada bagian akhir, dibahas mengenai urgensi keberadaan etika dalam Pasar Keuangan atau Sistem Keuangan secara keseluruhan. Etika menjadi titik krusial dalam Sistem Keuangan untuk menjamin bahwa sistem keuangan mesti memiliki kredibilitas, integritas sehingga menjadi sebuah sistem yang tidak hanya dipercaya namun memiliki kontribusi positif bagi sistem ekonomi dan tidak malah “menyakiti” banyak orang, memperbesar ketidakpastian, melahirkan ketidakstabilan dan krisis. Pada sisi etika, dibahas baik dalam tataran teoritis maupun tataran praktis, dengan mengulas Market Code of Conduct atau Brown Book versi II yang diterbitkan oleh Indonesia Foreign Exchange Market Commitee (IFEMC). Market Code of Conduct ini merupakan adopsi dari The International Code of Conduct and Practice for the Financial Markets yang diterbitkan oleh ACI The Financial Markets Association. Pada bagian akhir, dicontohkan Code of Ethics Governing Financial Market Activities in the Philippines.
Pengantar Perusahaan setiap saat dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian yang seringkali terjadi adalah adanya ketidaksesuaian arus kas (mismatch cash flow). Pada suatu waktu tertentu, perusahaan bisa dihadapkan pada kondisi dimana ia memperoleh aliran kas masuk (cash inflow) lebih dahulu daripada arus keluar (cash outflow) yang mesti dilakukan. Situasi ini membawa konsekuensi finansial, yaitu adanya dana yang menganggur (idle). Dana idle jika dibiarkan akan menimbulkan konsekuensi opportunity cost dan kemungkinan adanya penurunan nilai tukar terhadap barang dan jasa atau mata uang lain. Karena itu, aset tersebut perlu diinvestasikan, yang disesuaikan dengan tujuan serta jangka waktu penempatan dana. Pada waktu yang lain, kemungkinan perusahaan mengalami kondisi sebaliknya. Yaitu ia harus mengeluarkan kas terlebih dahulu atau melakukan cash outflow terlebih dahulu disaat aliran kas masuk (cash inflow) masih akan diterima dimasa mendatang. Situasi ini juga membawa konsekuensi finansial berupa kekurangan kas (lack of liquidity) yang harus segera dipenuhi. Kekurangan likuiditas akan menimbulkan implikasi yang besar bagi kinerja dan reputasi suatu bisnis. Keadaan mismatch cash flow tidak hanya terjadi dari segi waktu, namun seringkali juga terjadi dari sisi jumlah. Misalnya, jumlah kas masuk (cash inflow) lebih besar daripada arus kas keluar (cash outflow) atau sebaliknya. Mismatch ini akan memiliki konsekuensi finansial seperti adanya opportunity cost, potensi penurunan nilai tukar karena ada kelebihan kas (pada kondisi CIF > COF), subagyo.id
2
dan ada situasi kekurangan kas (pada konsisi CIF < COF). Manajer keuangan harus segera menemukan solusi untuk mengatasi ketidakpastian akibat adanya mismatch cash flow ini. Saat terjadi mismatch, dalam kondisi adanya kekurangan kas maka manajer keuangan harus mampu mencari dana yang menjadi talangan (bridging) yang bisa menjembatani atas kondisi mismatch. Sedangkan saat ada kelebihan kas atau dana idle maka manajer keuangan harus bisa menempatkan dana menganggur tersebut agar bisa menghasilkan keuntungan sehingga (setidaknya) bisa mengatasi risiko penurunan nilai tukar aset itu terhadap barang dan jasa atau mata uang lain. Usaha ini bisa dalam jangka panjang maupun jangka pendek tergantung pada mismatch yang terjadi. Tentunya kondisi mismatch ini tidak hanya dialami oleh satu perusahaan, namun hampir semua perusahaan mengalaminya. Bahkan individu juga mengalami masalah yang serupa. Bagaimana solusi yang bisa dilakukan ? Pihak yang memiliki kelebihan dana harus bertemu langsung dengan pihak yang kekurangan dana untuk menemukan solusi atas persoalan finansial mereka. Hal inilah yang disebut dengan metode pembiayan langsung atau direct finance. (Siamat, 2005: 11). Direct Finance akan terjadi jika pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus units/ultimate lender) bertemu langsung dengan pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit units/ultimate borrower) tanpa melalui perantara atau pihak ketiga. Pertemuan ini dilandasi oleh kepentingan finansial atau financial interest dari masing-masing pihak. Pihak surplus berharap agar kelebihan dana yang dimilikinya dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan sehingga nilai tukarnya tidak menurun, sedangkan pihak deficit mengharapkan memperoleh dana untuk menutupi kekurangan dana atau likuiditasnya. Bisa jadi, financial interest yang mendasari mereka bertemu tidak sekedar sebagai upaya bridging dan offset dana. Banyak pula yang melakukan pertemuan itu, jika misalnya pihak deficit dihadapkan pada kebutuhan dana untuk membiayai rencana investasi tertentu. Apa peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang baik atau besar jika rencana investasi tersebut dilakukan. Namun pada saat itu, ia tidak memiliki dana yang cukup. Maka ia menemui pihak surplus untuk melakukan negoisiasi dengan harapan kepentingan finansial antar mereka dapat bertemu. Namun, bentuk pembiayaan langsung (direct finance) ini memiliki kelemahan, natara lain: Pertama, dibutuhkan adanya kebutuhan dan harapan yang sama dan bersamaan (coincidence of wants) mengenai jumlah dana, tingkat bunga dan jangka waktu. Kedua, pemilik dana (surplus units/ultimate lender) harus bersedia menerima surat utang atau IOU (I Owe You) yang dikeluarkan peminjam. Ketiga, Pemilik dana dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi karena tidak ada regulasi yang menjamin kepastian hukum atas hubungan finansial mereka. Keempat, membutuhkan biaya transaksi (transaction cost) yang biasanya relatif besar termasuk biaya informasi (information cost) untuk saling bertemu satu sama lainnya. (Siamat, 2005: 11) Berkembangnya bisnis dalam suatu negara dan antar negara, juga memberikan tuntutan akan keberadaan mekanisme dan instrumen pembayaran yang lebih baik, kredibel serta aman. Menuntut pula manajemen risiko yang lebih baik, karena dengan berkembangnya bisnis maka berkembang pula risiko bisnis dalam sisi variasi maupun besaran potensi, karena itu perlu ada penyediaan subagyo.id
3
alternatif-alternatif manajemen risiko. Disisi lain, berkembangnya bisnis juga melahirkan potensi ketidakstabilan, padahal kestabilan merupakan kebutuhan bagi berkembangnya bisnis dan ekonomi serta kestabilan merupakan hak publik. Dengan beberapa penyebab yang telah terpapar diatas, maka kebutuhan akan keberadaan suatu sistem yang mampu menyediakan solusi atas financial interest bagi pelaku bisnis baik surplus units/ultimate lender dan deficit units/ultimate borrower akan kebutuhan likuiditas, kredit, manajemen risiko, mekanisme serta instrumen pembayaran dan lain-lain yang aman, kredibel dan baik menjadi mutlak diperlukan. Itulah yang mendorong lahirnya suatu sistem yang disebut dengan Sistem Keuangan (Financial System).
Sistem Keuangan (Financial System) Sistem keuangan merupakan bagian integral dalam sistem ekonomi. (Siamat, 2005: 2). Mengutip Rose (2005), Siamat (2005:1) mengatakan bahwa Sistem Keuangan (Financial System) diartikan sebagai kumpulan institusi, ketentuan perundangan, peraturan-peraturan dan teknik dimana suratsurat berharga diperdagangkan, tingkat bunga ditetapkan dan jasa-jasa keuangan (financial services) dihasilkan serta ditawarkan ke seluruh dunia. Dari pengertian sistem keuangan tersebut, dapat ditarik makna bahwa dalam suatu sistem keuangan terdapat beberapa unsur sebagai berikut: Pertama, sistem keuangan merupakan kumpulan institusi. Artinya di dalam sistem keuangan terdapat berbagai institusi dengan peran dan fungsi yang berbeda-beda. Ada institusi yang bertindak sebagai otoritas misalnya Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan lain-lain, ada Institusi Keuangan Perbankan, Institusi Keuangan Bukan Bank, Perusahaan Efek, Bursa Efek, Emiten, Investor dan lainlain. Keberadaan institusi ini dibutuhkan salam suatu sistem keuangan. Kedua, dalam sistem keuangan terdapat kumpulan perundang-undangan dan peraturan. Keberadaan perangkat perundangan-undangan dan peraturan ini digunakan untuk menjamin kepastian hukum antar pihak, menetapkan syarat, hak, kewajiban, sanksi, mekanisme dan prosedur dalam melakukan emisi dan transaksi di dalam sistem keuangan. Termasuk didalamnya adalah ketentuan-ketentuan terkait dengan etika. Ketiga, dalam sistem keuangan terdapat kumpulan teknik, yang berarti adanya perangkat, bisa sarana dan prasarana. Keempat, dalam sistem keuangan tingkat bunga ditentukan melalui mekanisme pasar dan Kelima, jasa-jasa keuangan termasuk didalamnya adalah instrumen keuangan dengan berbagai macam bentuk dan variasi ditransaksikan. Sistem keuangan menjadi bagian integral dari suatu sistem ekonomi, dikarenakan sistem pembayaran dan intermediasi tidak akan mungkin terlaksana tanpa sistem keuangan. Tugas utama sistem keuangan dalam perekonomian modern adalah memindahkan dana dari penabung kepada peminjam yang membutuhkan dana untuk membeli barang atau jasa serta melakukan investasi sehingga perekenomian dapat tumbuh. (Siamat, 2005: 1). Dan sistem keuangan menentukan tingkat suku bungan kredit (cost of credit) dan besarnya jumlah kredit yang tersedia. Apabila tingkat bunga kredit naik lebih tinggi dan jumlah loanable funds yang tersedia terbatas, maka total pengeluaran (spending) akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. (Siamat, 2005: 1)
subagyo.id
4
Mengutip Rose (2000), selanjutnya Siamat (2005: 2-4) mengatakan bahwa sistem keuangan dalam perekonomian modern memiliki sekurang-kurangnya 7 fungsi pokok sebagai berikut: Pertama, Fungsi Tabungan (Savings Function), sistem keuangan menyediakan mekanisme dan instrumen tabungan. Kedua, Fungsi Kekayaan (Wealth Function), instrumen keuangan menyediakan cara yang baik untuk menyimpan kekayaan, yaitu menahan nilai aset yang dimiliki, sampai dana tersebut dibutuhkan untuk dibelanjakan. Ketiga, Fungsi Likuiditas (Liquidity Function), kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan, dapat dikonversi menjadi kas atau uang tunai di pasar keuangan dengan risiko kecil. Dengan demikian, pasar keuangan menyediakan likuditas bagi penabung pemilik instrumen keuangan yang sedang membutuhkan uang tunai. Keempat, Fungsi Kredit (Credit Fuction), pasar keuangan menyediakan kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi atau investasi. Kredit merupakan pinjaman yang disertai janji untuk membayar kembali di masa yang akan datang. Kelima, Fungsi Pembayaran (Payment Function), sistem keuangan menyediakan mekanisme pembayaran dan alat untuk melakukan pembayaran (medium of exchange). Keenam, Fungsi Risiko (Risk Function), sistem keuangan menyediakan proteksi. Ketujuh, Fungsi Kebijakan (Policy Function). Sistem keuangan menjadi alat utama bagi otoritas untuk melakukan kebijakan guna menstabilkan ekonomi dan mempengaruhi inflasi.
Institusi Keuangan (Financial Institution) Institusi Keuangan (Financial Institution) merupakan salah satu sub-sistem keuangan. Institusi atau lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk aset keuangan (financial assets) atau tagihan (claims) dibandingkan dengan aset non-keuangan (non financial assets). Lembaga keuangan terutama memberikan kredit dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Lembaga keuangan disebut juga sebagai lembaga intermediari keuangan (financial intermediary) karena fungsi pokoknya melakukan intermediari antara unit defisit dan unit surplus. (Siamat, 2005: 4) Dari paparan diatas, ada 3 hal yang bisa dicirikan dari lembaga keuangan, yaitu: Pertama, aset atau kekayaan yang dimiliki memiliki struktur dimana lembaga keuangan memiliki aset keuangan (financial assets) atau tagihan (claims) lebih besar jika dibandingkan dengan aset non-keuangan (non financial assets). Atau jika menggunakan klasifikasi yang lebih longgar, maka pada lembaga keuangan komposisi aktiva lancar (current assets) lebih besar dari daripada aktiva tetap (fixed assets). Kedua, Lembaga keuangan terutama memberikan kredit dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Ketiga, memiliki fungsi pokok sebagai lembaga intermediari yang menghubungkan antara deficit units dan surplus units. Ciri ini menebalkan makna bahwa lembaga uang harus selalu memposisikan dan mengusahan fungsi pokoknya sebagai lembaga intermediari. Lembaga keuangan bisa dikatagorikan atas dasar kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat secara langsung. Atas dasar itu, lembaga keuangan dibedakan atas: Lembaga Keuangan Depository (Financial Depository Institutions) dan Lembaga Keuangan Non Depositori (Non Depository Financial Institutions). (Siamat, 2005: 4) Lembaga Keuangan Depositori menjalankan kegiatan penghimpunan dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposits), seperti giro, tabungan, simpanan berjangka, subagyo.id
5
menerbitkan sertifikat deposito dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta dana yang terhimpun tersebut dikeluarkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Yang termasuk dalam katagori ini adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga Keuangan Non Depositori adalah semua lembaga keuangan yang kegiatan usahanya tidak melakukan penarikan dana secara langsung sebagaimana halnya yang dilakukan oleh lembaga depositori atau perbankan. Lembaga ini seringpula disebut dengan Non Bank Financial Institutions. (Siamat, 2005: 5). Lembaga Keuangan Bukan Bank di Indonesia: Perusahaan Asuransi, Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Dana Pensiun, Peruasahaan Efek dan Reksada Perseroan. (Siamat, 2005: 33) Sedangkan Lembaga Keuangan Non Depositori dapat dikelompokkan dalam: Pertama, Contractual Institutions, adalah lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, misalnya polis asuransi bagi perusahaan asuransi dan program pensiun bagi dana pensiun. Kelompok lembaga keuangan non bank yang masuk katagori ini adalah perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, asuransi sosial, jamsostek dan dana pensiun. Kedua, Investment Institutions, adalah lembaga keuangan yang usahanya sangat terkait dengan kegiatan di pasar modal, baik sebagai penyediaa jasa-jasa dalam transaksi di pasar modal maupun melakukan investasi langsung untuk kepentingan portofolionya. Dalam kelompok ini adalah perusahaan efek (securities company) dan investment company. Perusahaan efek, menyediakan jasa penjamin emisi (underwriter), perantara (brokerage), pelaku perdagangan (dealer) dan pengelola investasi (investment management). Sementara itu, perusahaan investasi umumnya melakukan kegiatan dalam reksadana. Dibeberapa negara, kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan efek dan investment company ini sering juga disebut sebagai kegiatan investment bank. Ketiga, Finance Companies adalah lembaga keuangan yang memiliki bidang usaha dan menyediakan beberapa jenis pembiayaan. Perusahaan pembiayaan di Indonesia, menurut peraturan yang berlaku, melakukan usaha pembiayaan dalam bidang sewaguna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen dan kartu kredit. Karena perusahaan ini menawarkan berbagai jenis pembiayaan, maka sering juga disebut dengan multi finance company. Lembaga keuangan non depositori lainnya adalah pegadaian. (Siamat, 2005: 5). Peran Lembaga Keuangan, baik Lembaga Keuangan Depositori maupun Non Depositori adalah sebagai berikut (Siamat, 2005: 6-7): Pertama, Pengalihan Aset (Assets Transmutation). Lembaga keuangan depositori memiliki aset dalam bentuk piutang kepada debitur. Piutang tersebut pada dasarnya adalah kredit yang diberikan kepada deficit units dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan dengan peminjam. Lembaga keuangan dalam membiayai aset tersebut dananya diperoleh dengan menerima simpanan dari penabung yang jangka waktunya dapat diatur menurut kebutuhan penabung. Lembaga keuangan pada dasarnya hanyalah mengalihkan kewajibannya (financial liabilities) menjadi aset (financial assets) dengan waktu jatuh tempo sesuai keinginan nasabah dan debitur. Bagi penabung simpanan merupakan aset finansial (financial assets), sedangkan bagi bank merupakan utang (financial liabilities). Sedangkan proses pengalihan kewajiban finansial oleh lembaga keuangan menjadi aset finansial disebut transmutasi kekayaan atau assets transmutation. Kedua, Realokasi Pendapatan (Income Realocation). Dalam kenyataannya, banyak individu memiliki penghasilan yang memadai dan menyadari bahwa kelak mereka akan pensiun sehingga penghasilannya otomatis akan berkurang. Untuk menghadapi masa-masa tersebut, mereka subagyo.id
6
menyisihkan dan merealokasikan penghasilannya untuk persiapan menghadapi masa yang akan datang. Ketiga, Transaksi (Transaction). Sekuritas sekunder yang diterbitkan lembaga intermediasi keuangan merupakan bagian dari sistem pembayaran. Rekening giro atau tabungan tertentu yang ditawarkan bank pada prinsipnya dapat berfungsi sebagai uang. Dengan demikian, peran lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi adalah untuk memberikan jasa-jasa untuk mempermudah transaksi moneter. Selanjutnya Siamat (2005: 10-12) mengatakan bahwa pangalihan dana atau transfer dana dari penabung kepada peminjam dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: Pembiayaan langsung (Direct Finance), Pembiayaan Semi Langsung (Semidirect Finance) dan Pembiayaan Tidak Langsung (Indirect Finance). Metode pembiayaan langsung atau direct finance terjadi apabila penabung (ultimate lender) bertemu langsung dengan peminjam (ultimate borrower) dan menukarkan dananya dengan aset finansial tanpa ada bantuan dari pihak ketiga. Klaim yang timbul dari transaksi ini merupakan sekuritas primer (primary security) karena pengalihan surat-surat berharga tersebut langsung dari peminjam kepada pemilik dana. Kelemahan yang dimiliki: Dibutuhkan adanya keinginan atau kebutuhan yang bersamaan (coincidence of wants) mengenai jumlah dana, tingkat bunga dan jangka waktu. Pemilik dana harus bersedia menerima surat utang atau IOU (I Owe You) yang dikeluarkan peminjam. Pemilik dana dihadapkan pada risiko yang tinggi. Membutuhkan biaya transaksi (transaction cost) yang biasanya relatif besar termasuk biaya informasi (information cost) untuk saling bertemu satu sama lain. Metode pembiayaan semi langsung. Adalah transaksi pinjam meminjam uang yang melibatkan perantara pedagang efek. Fungsi perantara pedagang efek ini dilaksanakan oleh perusahaan efek atau securities company atau juga disebut investment bank. Keterlibatan securities company dapat mengurangi biaya transaksi dan biaya informasi, memperbaiki dan meningkatkan kemampuan likuiditas dan pemasaran surat-surat berharga yang tercipta dari proses intermediasi. Metode pembiayaan tidak langsung. Pembiayaan ini dilakukan dengan bantuan lembaga intermediasi keuangan. Peran utama lembaga intermediasi dalam sistem keuangan adalah melayani penabung dan peminjam dengan cara yang lebih kompleks dibandingkan jasa broker dan dealer. Lembaga intermediari disatu pihak menerbitkan sekuritas sekunder (secondary securities) kepada penabung dan di pihak lain menerima surat utang dari peminjam yang disebut dengan sekuritas primer (primary securities). Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga interediasi keuangan dapat berupa rekening giro, simpanan, polis asuransi jiwa, saham, anuitas atau unit penyertaan reksadana. Umumnya instrumen-instrumen ini memiliki tingkat risiko gagal bayar (default risk) yang sangat rendah.
Pasar Keuangan (Financial Market) Pasar Keuangan merupakan sub sistem dari Sistem Keuangan. Pasar Keuangan merupakan media, tempat, sarana, prasarana, mekanisme dan sistem yang mempertemukan pihak-pihak yang memiliki financial interest dalam kegiatan emisi dan transaksi instrumen keuangan.
subagyo.id
7
Setidaknya terdapat 4 peran pasar keuangan, yaitu: Pertama, mentransfer dana dari surplus units ke deficit units. Kedua, menyediakan mekanisme dalam proses penentuan harga aset keuangan (price discovery), Ketiga, menawarkan likuiditas kepada pelaku pasar, Keempat, mengurangi biaya transaksi. (Siamat, 2005: 20) Pasar keuangan memfasilitasi unit defisit dalam melakukan pembiayan, sebaliknya bagi unit surplus, pasar keuangan menjadi sarana untuk beriinvestasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pasar keuangan merupakan jantung dari sistem keuangan. Pasar keuangan mengumpulkan simpanan dan mengalokasikannya, serta menetapkan tingkat bunga dan harga-harga aset keuangan (financial assets). (Siamat, 2005: 20) Menurut Siamat (2005: 21) terdapat 2 pihak yang berpartisipasi dalam pasar keuangan, yaitu: Pertama, investor/surplus units/ultimate lender yang berpartisipasi sebagai pemasok atau penyedia dana dan peminjam/deficit units/ultimate borrower sebagai peserta yang memasuki pasar untuk mendapatkan dana atau pinjaman. Peserta pasar keuangan yang aktif melakukan transaksi di psar keuangan adalah: pemerintah, bank sentral, lembaga keuangan, perusahaan besar dan individu. Berdasarkan pada jangka waktu jatuh tempo (maturity), Pasar Keuangan dibedakan atas Pasar Uang (Money Market,yang mentransaksikan instrumen keuangan dengan jatuh tempo jangka pendek dan Pasar Modal (Capital Market), yang mentransaksikan instrumen keuangan dengan dengan jatuh tempo jangka panjang.
Pasar Uang (Money Market) Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 18/11/PBI/2016 tentang Pasar Uang, memberikan bahwa pasar uang adalah bagian dari sistem keuangan yang bersangkutan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam atau pendanaan berjangka pendek sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang Rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem pembayaran. Siamat (2005: 23) memberikan pengertian bahwa pasar uang adalah pasar untuk kredit berjangka pendek, yaitu satu tahun atau kurang, dimana investor mendapatkan bunga atau diskonto. Pasar Uang pada prinsipnya merupakan sarana alternatif bagi lembaga-lembaga keuangan, perusahaan non keuangan dan perserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas kelebihan likuditasnya. (Siamat, 2005: 441) Pasar Uang atau Money Market adalah suatu tempat (abstrak/OTC) yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower bank) dengan pihak yang meminjamkan dana (lender bank) untuk melakukan transaksi pinjam meminjam dana dengan bunga dan selama jangka waktu tertentu (kurang dari satu tahun). (IBI, 2013: 79) Dari pengertian diatas, beberapa unsur yang ada dalam Pasar Uang adalah: Pertama, pasar uang adalah bagian (sub sistem) dari sistem keuangan. Kedua, pasar uang adalah pasar abstrak, dimana transaksi dilaksanakan secara Over The Counter (OTC), yaitu melalui dealing room suatu bank dengan sarana komunikasi, antara lain Reuters Dealing Management System (RDMS), telepon, teleks dan faks. Ketiga, bersangkutan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam atau pendanaan berjangka pendek, yaitu satu tahun atau kurang. Keempat, semua instrumen yang ditransaksikan subagyo.id
8
adalah instrumen utang (debt instrument) yang dapat berdenominasi Rupiah atau valuta asing. Kelima, investor di pasar uang mendapatkan bunga atau diskonta atas penempatan dana yang dilakukannya. Keenam, sebagai media pemenuhan kebutuhan dana jangka pendek. Ketujuh, sebagai media penempatan dana atas kondisi kelebihan likuiditas. Kedelapan, memiliki peran dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem pembayaran. Pasar Uang dibutuhkan karena banyaknya perusahaan serta individu yang mengalami arus kas yang tidak sesuai antara inflows dan outflows. (Siamat, 2005: 441). Pasar Uang membantu peserta mengatasi ketidakpastian keuangan. Pasar Uang membantu menalangi (bridging) akibat adanya selisih pengaturan waktu pembayaran dan penerimaan yang terjadi. Umumnya debitur yang cash flow-nya sulit diproyeksi sangat tergantung pada peran pasar uang untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Sementara kreditur memanfaatkan sarana pasar uang untuk meng-offset arus dana yang tidak merata dengan menyediakan suatu cara untuk penempatan dana yang bersifat sementara. (Siamat, 2005: 23) Instrumen Pasar Uang yang diperdagangkan di Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar uang (SBPU), Sertifikat Deposito, Commercial Paper, Call Money, Repurchase Agreement,Banker’s Acceptance, Promisorry Notes. (Siamat, 2005: 443)
Pasar Modal (Capital Market) Pasar Modal (capital market) adalah pasar untuk instrumen berjangka waktu panjang. (Siamat, 2005: 24). Sedangkan dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Surat berharga yang diterbitkan dan diperdagangkan dalam pasar ini terdiri dari instrumen utang yang memiliki tenor melebihi satu tahun dan saham. Instrumen utang yang paling banyak diterbitkan atau diperdagangkan dalam pasar modal dilihat dari volumenya adalah obligasi, terutama obligasi negara (treasurry bonds) dan obligasi korporasi (corporate bonds). (Siamat, 2005: 24). Dari pengertian diatas, maka unsur-unsur yang melekat pada pasar modal adalah: Pertama, pasar yang mentransaksikan intrumen keuangan jangka panjang, yang bisa berbentuk instrumen utang dan instrumen ekuitas (saham). Kedua, dalam pasar modal terdapat aksi korporasi berupa penawaran umum , yaitu proses penerbitan dan penawaran instrumen keuangan jangka panjang. (Ketiga), di pasar modal ada aktivitas transaksi perdagangan instrumen keuangan jangka panjang. Keempat, ada lembaga penunjuang pasar modal , yaitu Biro Admistrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat dan Pemeringkat Efek dan Kelima, terdapat profesi penunjang pasar modal, yaitu Notaris, Akuntan Publik, Penilai dan Konsultan Hukum. Secara lebih detail, Struktur Pasar Modal Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini:
subagyo.id
9
Sumber: Bursa Efek Indonesia di idx.co.id
Instrumen Keuangan (Financial Instrument) Instrumen keuangan merupakan sub-sistem keuangan bersama dengan Institusi Keuangan (Financial Institution) dan Pasar Keuangan (Financial Market). Instrumen keuangan disebut juga sebagai Aset Keuangan (Financial Assets) (Financial Assets) yang memiliki klaim keuangan (financial claims) berupa pendapatan yang diperoleh oleh pemilik aset dimasa mendatang. Dimana bentuk financial claim-nya tergantung pada masing-masing instrumen. Sesuai dengan perkembangan ekonomi dan bisnis, variasi bentuk instrumen keuangan juga mengalami perkembangan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sarana investasi yang hampir boleh dikatakan bebas risiko. Membeli SBI sama saja dengan membeli surat hutang yang dikeluarkan negara. SBI hanya diperuntukkan bagi lembaga keuangan atau bank. Investor secara pribadi tidak mungkin dapat berinvestasi di SBI kecuali mereka membeli reksadana yang menanam dananya di SBI. (Arifin, 2002: 52) Sertifikat Deposito merupakan simpanan yang diterbitkan dengan jangka waktu 1, 3,6 dan12 bulan. Sertifikat Deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat, tanpa mencamtumkan nama subagyo.id
10
pemilik deposito. Sertifikat Deposito dapat diperjualbelikan kepada pihak lain. Pembayaran bunga Sertifikat Deposito dapat dilakukan di muka setiap bulan atau pada saat jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai. (IBI, 2013: 48) Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan oleh Bank Indonesia serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh berbeda dengan Treasurry Bill, yaitu surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah. Karena diterbitkan Bank Indonesia, peringkat SBI merupakan instrumen investasi yang likuid dan aman untuk investasi serta tidak perlu rujukan dari lembaga pemeringkat. SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat (scriptless) dengan penyelesaian transaksi 1 hari (one day settlement). Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta dengan transaksi terkecil di pasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1 miliar. Jangka waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6,12 bulan. Metode perdagangannya dilakukan dengan sistem lelang dan non lelalng. Lelang dilakukan secara periodik, misalnya tiap Rabu dengan sistem ABS (Autmatic Bidding System) dari Bloomberg yang bersifat online real time. Tingkat suku bunga SBI dijadikan rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tigkat suku buga deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan. (Rahardjo, 2003: 43) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbutkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjual-belikan dengan diskonto. SBI dipergunakan sebagai instrumen kebijakan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan konstraksi moneter. (p. 455) SBI diterbitkan dan ditawarkan dengan sistem lelang. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI secara tidak langsug mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR). SOR adalah tingkat bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang. Selanjutya SOR, dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya. (Siamat, 2005: 456)
Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), adalah surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonti yang ditunjuk oleh BI. Sama halnya dengan SBI, disamping sebagai piranti pasar uang juga merupakan istrumen Operasi Pasar Terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh Bank Indonesia dengan menetapkan tigkat diskonto SBPU. SBPU dapat dibagi sebagai berikut: Surat Sanggup (Aksep/Promes), dapat berupa: Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu dan Surat Sanggup yang diterbitkan bank dalam rangka pinjaman antar bank. Surat Wesel, yang dapat berupa: Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank. Surat Wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu. (Siamat, 2005: 458) Bank Draft adalah wesel yang dikeluarkan oleh bank kepada nasabahnya dan dapat diperjual belikan. (IBI, 2013: 58) Promissory Notes (PN) merupakan surat hutang yang umurnya maksimum 270 hari. (Manurung, 2006: 21) subagyo.id
11
Promissory Note (PN). Instrumen ini diterbitkan oleh perusahaan atau kalangan perbankan dengan perjanjian untuk membayar sejumlah dana yang diterima pada periode tertentu. Kharakteristiknya adalah bahwa instrumen ini diperdagangkan dengan harga diskon, tidak ada jaminan. Jangka waktu jatuh tempo berkisar sampai 1 tahun, tidak perlu pemberian peringkat dan penerbitannya tidak harus tercata di bursa. (Rahardjo, 2003: 43)
Sertifikat Deposito Sertifikat Deposito merupakan simpanan yang diterbitkan dengan jangka waktu 1, 3,6 dan12 bulan. Sertifikat Deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat, tanpa mencamtumkan nama pemilik deposito. Sertifikat Deposito dapat diperjualbelikan kepada pihak lain. Pembayaran bunga Sertifikat Deposito dapat dilakukan di muka setiap bulan atau pada saat jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai. (IBI, 2013: 48) Sertifikat Deposito. Atau Negotiable Certifikate of Deposit (CDs) adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertfikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. (Siamat, 2005: 446) Negotiable Certificate of Deposit (NCD). Instrumen ini sangat agus bagi invetor yang mengingkan dananya tersimpan cukup aman di bank serta mendapatkan tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Struktur dan kondisi CD biasanyamempunyai jangka waktu 1 bulan samai 1 tahun. Jenis mata uangnya menggunakan rupiah sedangkan kalender perdagangnya bisa berdasarkan 360 hari atau 365. Metode penawarannya langsung kepada pihak investor atau nasabah bank. Penerbitan NCD tidak perlu dicatatkan ke bursa serta tidak perlu diberi peringkat. Banyak sekali manfaat keuntungan melakukan investasi pada NCD karena fleksibilitas jumlah nominalnya serta periode jatuh temponya yang relatif pendek sehingga cukup likuid. (Rahardjo, 2003: 41)
Commercial Paper Commercial Paper (CPs) merupakan surat hutang yang umurnya maksimum 270 hari. (Manurung, 2006: 21) Sedangkan Rahardjo (2003: 40) memberikan pengertian bahwa commercial paper adalah surat utang yang sangat praktis bagi kalangan perusahaan yang membutuhkan dana karena setelah diterbitkan instrumen ini cukup likuid dan mudah diperdagangkan. Surat utang jangka pendek ini mempunyai kisaran jatuh tempo sampai dengan 270 hari. Tingkat suku bunganya berbentuk fixed rate dan menerapkan pola diskon di depan. Biasanya surat ini diterbitkan oleh perusahaan, bank atau pihak yang membutuhkan dana kepada investor yang mempunyai kelebihan dana. Biasanya surat ini diterbitkan oleh perusahaan, bank atau pihak yang membutuhkan dana kepada investor yang mempunyai kelebihan dana. Jenis mata uang penerbitan bisa berbentuk Rupiah atau US $. CPs tidak perlu tercatat di bursa seperti obligasi. Proses pemberian peringkat oleh lembaga rating tetap diperlukan untuk memberikan informasi yang transparan kepada calon investor. Biasanya metode penerbitan dan penjualannya tidak harus melalui penawaran umum tetapi langsung kepada calon investor.
subagyo.id
12
Commercial Paper pada dasarnya merupakan suatu promes yang tidak disertai dengan jaminan (unsecured promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Dengan demikian CPs merupakan promes dimana penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Jangka waktu jatuh tempo berkisar mulai beberapa hari sampai 270 hari. Penjualan CPS dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit. Penerbitan CPs dapat dilaukan secara langsung (direct placement) kepada investor ataupun secara langsung (indirect investor) dengan menggunakan jasa perantara. (Siamat, 2005: 445) CPs diterbitkan tidak menggunakan penjamin emisi karena mekanisme penjualnnya pada prinsipnya dapat dilakukan secara langsung kepada investor. Namun demikian banyak penerbit karena alasan tertentu menggunakan arranger. Arranger ini umumnya adalah bank-bank umum yang berfungsi sebagai perantara antara investor dengan penerbit. Arranger sama sekali tidak bertanggung jawab atas tidak terjualnya CPs yang diterbitkan dan tidak bertanggung jawab kerugian investor akibat penerbit CPs default. Atas jasa ini, bank mendapatkan arranger fee. Selain sebagai arranger, bank dapat bertindak sebagai agen pembayar (paying agent), dan atas jasa ini bank juga mendapat paying agent fee. (Siamat, 2005: 445) CPS, bisa berbentuk bearer note (wesel bayar atas unjuk) dan promissory note (surat sanggup bayar). Bearer Note adalah surat utang atas unjuk bertenor antara 7 sampai 160 hari, sedangkan promissory note adalah surat utang denga tenor 1,3,6 atau 9 bulan. Kedua surat utang ini bisa diterbitkan dalam denominasi rupiah atau valuta asing dengan mekanisme diskonto. (Cahyana, 2004: 101) Penerbitan CPs dengan Private Placemen. (Cahyana, 2004: 105)
Call Money Call Money atau Pasar Uang Antar Bank yang sering disebut dengan interbank call money market merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan pasar uang. Pada dasarnya merupakan kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek. (Siamat, 2005: 458) Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar bank berdasarkan prinsip syariah baik dalam Rupiah maupun valuta asing. Sedangkan Instrumen PUAS adalah instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh Bank Syariah maupun Unit Usaha Syariah (UUS) yang digunakan sebagai sarana transaksi di PUAS. (PBI 9/5/PBI/2007)
Repurchase Agreement (Repo) Repurchase Agrement (REPO) yaitu surat hutang yang diterbitkan sebuah lembaga atau perusahaan. Surat ini mempunyai jaminan yang besarnya lebih tinggi dari nilai surat hutang tersebut. Dalam hal ini pemegang REPOs lebih aman dari investor yang memegang Commercial Paper (CPs) dan Promissory Note (PN). (Manurung, 2006: 25) Repurchase Agreement. Seringpula disebut dengan Repo, adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kebali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu. Surat-surat subagyo.id
13
berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CDs, CPs. (Siamat, 2005: 453).
Banker’s Acceptance Banker’s Acceptance adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ’accepted” diatas wesel tersebut dan memprosesnya. Dengan demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan hak bersyarat untuk membayar sebesar nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin ekspotir dan investor dalam pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default). Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, dimana jangka waktu yang paling umum adalah 90 hari. (Siamat, 2005: 449)
Medium Term Note (MTN) Medium Term Note merupakan insrumen yang cocok untuk perusahaan yang membutuhkan utang. Instrumen ini diperkenalkan oleh Merrill Lynch pada tahun 1981. Penerbitan MTN diupayakan untuk memnuhi kebutuhan para pelaku pasar uang dan investor obligasi jangka panjang. Jangka waktu jatuh tempo berkisar antara 1 sampai 5 tahun. Penerbitan MTN bisa menggunakan mata uang berbentuk Rupiah atau US $. Jenis tingkat suku bunga bisa diberikan dengan metode diskon atau zero coupon. Metode pembayaran kupon dengan metode interest bearing, kuartalan atau semesteran. MTN tidak perlu dicatakan di bursa serta tidak perlu diberi peringkat. Penawaran kepada investor dilakukan secara private placement. (Rahardjo, 2003: 41)
Asset Backed Securities (ABS) Asset Backed Securities . Surat utang ini diterbitkan dengan jaminan piutag dagang. Jangka waktu jatuh temponya berkisar antara 1 sampai 5 tahun. Tingkat suku bunga bisa berbentuk fixed dan floating rate. Pembayaran suku bunga dilakukan dengan diskon harga pembelian. Penerbitan ABS ini bisa dilakukan dengan cara private placement dan bisa melalui penawaran umum. Instrumen ini tidak harus dicatatkan di bursa dan tidak harus melalui proses pemberian peringkat. (Rahardjo, 2003: 42)
Promissory Note (PN) Promissory Note diterbitkan oleh perusahaan atau kalangan perbankan dengan perjanjian untuk membayar sejumlah dana yang diterima pada periode tertentu. Kharakteristiknya adalah bahwa instrumen ini diperdagangkan dengan harga diskon, tidak ada jaminan. Jangka waktu jatuh tempo berkisar sampai 1 tahun, tidak perlu pemberian peringkat dan penerbitannya tidak harus tercata di bursa. (Rahardjo, 2003: 43)
subagyo.id
14
Floating Rate Note (FRN) Floating Rate Note diterbitkan dengan tingkat suku bunga mengambang, pada dasanya secara umum kharakteristiknya tidak jauh berbeda dengan obligasi. Penyesuain tingkat suku bunganya dilakukan secara berkala, bisa periodik dalam jangka enam bulan sekali serta terikat pada aturan indeks pasar uang. Mekanisme penerbitannya tidak harus tercatat di bursa serta bisa ditawarkan dengan metode private placement. (Rahardjo, 2003: 43)
Saham Saham merupakan instrumen keuangan yang bersifat penyertaan atau ekuitas (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 5). Saham merupakan bukti keikutsertaan dalam kepemilikan suatu perusahaan. (Siamat, 2005: 24). Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Dengan membeli saham perusahan, berarti Anda mengivestasikan modal/dana yang nantinya akan digunakan oleh pihak manajemen untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. (Tambunan, 2008: 1). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam RUPS. (Gibranata, 2011: 3) Sebagai instrumen ekuitas, saham memiliki kharakteristik sebagai berikut: Pertama, dividen dibayarkan sepanjang perusahan memperoleh laba, memiliki hak suara dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) – one share one vote. Kedua, memiliki hak terakhir (junior right/residual claim) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidiasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. Ketiga, memiliki tangung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan hak untuk mengalihkan sahamnya. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 8) Investasi pada saham memiliki beberapa keuntungan, antara lain: dividen, capital gain, saham bonus yang merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari Agio Saham. Agio Saham merupakan selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melaukan penawaran umum di pasar perdana. (Fakhruddin & Hadianto: 8) Risiko atas investasi saham sebagai berikut: tidak mendapat dividen, capital loss, perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, saham di-delist dari bursa (delisting), saham di suspend. (Fakhruddin & Hadianto: 11) Klasifikasi Saham Berdasarkan Cara Peralihan Hak, saham dipilah menjadi: Pertama, Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindah tagankan. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut maka dia diakui sebagai pemiliknya dan berhak ikut hadir dalam RUPS. Kedua, Saham Atas Nama (Registeres Stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dimana cara peralihanya ada prosedur tertentu. (Fakhruddin & Hadianto: 12)
subagyo.id
15
Berdasarkan Hak Tagih atau Klaim, saham dibedakan atas: Pertama, Saham Biasa (Common Stocks), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Kedua, Saham Preferen (Prefered Stocks), merupakan saham yang memiliki kharakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Saham preferen serupa dengan saham biasa karena, mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo serta mendapat dividen. Saham preferen serupa dengan obligasi karena: ada kalim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. (Fakhruddin & Hadianto: 13) Berdasarkan Kinerja Saham, saham dipilah menjadi: Pertama, Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam mebayar dividen. Kedua, Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Ketiga, Growth Stocks (Well-Known), yaitu saham-saham yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejelnis yang mempunyai reputasi tinggi. Keempat, Growth Stocks (Lesser Known), yaitu saham yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri seperti growth stocks. Kelima, Speculative Stocks, yaitu saham perusahaan yang tidak biasa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiiki kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. Keenam, Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun siatuasi bisnis secara umum. (Fakhruddin & Hadianto: 14). Ketujuh, Cummulative Preferred Stock, apabila pada satu tahun buku tertentu perusahaan tidak mampu membayarkan dividen bagi pemegang saham preferen, perusahaan akan mengamulukasikannya dan mencatatnya sevagai utang dividen (dividend payable) yang harus dibayarkan pada tahun berikutnya. Kedelapan, Convertible Prefrred Stock, emiten memberikan kesempatan untuk menukar saham preferen menjadi saham biasa secara proporsional dengan rasio tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu. (Tambunan, 2008: 5). Kesembilan, Saham Bernilai (Value Stocks) adalah sahamsaham yang mempunyai harga di pasar lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrisik atau nilai buku perusahaan yang bersangkutan. Artinya, investor akan mendapatkan capital gain bila membeli saham-saham yang termasuk jenis ini. Karena setiap saham secara umum akan bergerak naik atau turun mendekati nilai intrisik dari saham tersebut. (Manurung, 2004: 17). Kesepuluh, Aggresive Stocks adalah saham-saham yang mempunyai risiko tinggi dimana saham ini mempunyai mempunyai beta diatas 1. Artinya, saham ini akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari kenaikan pasar bila pasar naik dan megalami peurunan yang tajam jika pasar turun. (Manurung, 2008: 35). Kesebelas, Defensive Stocks, adalah saham yang harganya tidak terpengaruh oleh fluktuasi iklim perekonomian. (Tambunan, 2008: 27). Keduabelas, Speculative Stocks, adalah saham yang tidak mampu secara konsisten menghasilkan laba, namun memiliki prospek yang baik dimasa menadatang. Biasanya, perusahaan seperti ini adalah perusahaan yang baru beroperasi atau sedang mengembangkan produk baru yang berprospek cerah. Ketigabelas, Junk Stocks, emiten yang subagyo.id
16
memiliki saham ini biasanya tidak memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Utangnya banyak dan tidak memiliki produk yang berprospek cerah. (Tambunan, 2008: 33).
Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat berisi kontrak antara antara pemberi pinjaman (dalam hal ini investor) dengan yang diberi pinjaman (issuer). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemiliki kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 15) Obligasi dikenal memberikan pendapatn tetap, yaitu berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah yang tetap pada waktu yang telah ditetapkan, misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan atau satu tahun sekali. Obligasi juga mendapat penghasilan dari capital gain, yaitu selisih antara harga penjualan dengan harga pebelian. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 15) Bunga merupakan penghasilan utama dari obligasi. Pendapatn dari bunga obligasi ini tidak dapat dibatalkan ole penerbit. Bahkan dalam keadaan emiten mengalami pailit, pemegang obligasi mendapat hak lebih dulu untuk dilunasi semua haknya, termasuk bunga. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 15). Instrumen obligasi merupakan instrumen investasi pendapatan tetap (fixed income securities). Obligasi termasuk kelompok investasi berpendapatn tetap sebab jenis pendapatan keuntungan yang diberikan kepada investor obligasi didasarkan pada tingkat suku bunga yang telah ditentukan sebelumnya menurut perhitungan tertentu. Tingkat pendapatan tersebut bisa berbentuk tingkat suku bunga tetap (fixed rate) dan tingkat suku bunga mengambang (variable rate).(Rahardjo, 2003: 2) Tujuan Penerbitan Obligasi Mendapatkan jumlah dana tambahan yang fleksibel. Dengan menerbitkan obligasi maka perusahaan diharapkan mampu mendapatkan tambahan dana yang disesuaikan dengan kebutuhan. Jumlah besar kecilnya dana obligasi bisa disesuaikan dengan kinerja perusahaan misalnya jumlah aliran kas perusahaan, jumlah utang yang ada, serta kemampuan pembayaran bunga obligasi, dan pelunasan pokok obligasi pada saat jatuh tempo, juga disesuaikan dengan prospek dari industri bisnis perusahaan dimasa mendatang. Dibandingkan dengan mengajukan pinjaman dana ke bank, keputusan besarnya pinjaman biasanya disesuaikan dengan nilai jaminan (callateral) yang dimiliki perusahaan. Mendapatkan pinjaman dengan suku bunga fleksibel. Pihak perusahaan yang menerbitkan obligasi akan mendapatkan dana tambahan dengan tingkat suku bunga yang lebih fleksibel. Proses penentuan tingkat suku bunga obligasi ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan perusahaan serta memperhatikan kondisi tingkat suku bunga di perbankan. Dibandingkan dengan meminjam dana dari perbankan, penentuan tingka suku bunganya biasanya cenderung berpihak pada kepentingan kreditur (bank). Mendapatkan alternatif pembiayaan melalui pasar modal. Perusahaan yang kesulitan melakukan pinjaman melalui perbankan bisa mencari alternatif pendanaan melalui pasar modal dengan menerbitkan obligasi sejumlah dana yang dibutuhkan. (Rahardjo, 2003: 11)
subagyo.id
17
Struktur Obligasi Prinsipal adalah nilai utang atau jumlah pokok pinjaman (kewajiban) yang harus dibayar kembali pada saat jatuh tempo serta dipisahkan dari jumlah pendapatan bunga. Secara umum istilah prinsipal dalam obligasi bisa dinamakan dengan nilai nominal obligasi (face value) yang tercantum dalam sertifikat obligasi tersebut. (Rahardjo, 2003: 15) PAR. Adalah nilai 100% dari harga nominal obligasi. Harga 100% atau at PAR, yaitu harga obligasinya sama dengan nilai nominal obligasi. At PAR, biasanya karena bunga bank = coupon rate. Harga < 100% atau at Discount yaitu harga obligasinya dibawah par atau di bawah nilai nominal. At DISCOUNT biasanya karena bunga bank > coupon rate. Harga > 100% atau at PREMIUM yaitu harga obligasinya diatas par atau diatas nilai nominal. At PREMIUM biasanya dikarenakan bunga bank < coupon rate. (Rahardjo, 2003: 19) Risiko Investasi Obligasi. Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi adalah sulitnya memperkirakan perkembangan suku bunga. Padahal harga obligasi sangat tergantung dari perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 17) Disamping risiko perkembangan suku bunga yang sulit dipantau, pemegang obligasi juga menghadapi risiko capability, pelunasan sebelum jatuh tempo. Dalam obilgasi ada credit rating, yaitu skala risiko dari seua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu oblgasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 18) Disamping risiko tersebut, obligasi juga memiliki risiko sebagai berikut: Pertama, Interest Rate Risk, yaitu risiko utama yang dihadapi investor, karena kenaikan tingkat bunga akan menurunkan harga obligasi dan tingkat bunga menurun menaikkan harga obligasi. Risiko ini juga sering disebut dengan market risk. Kedua, Reinvestment Risk, yaitu risiko yang harus dihadapi akibat investasi atas bunga yang diperoleh melalui strategi re-investment yang dijalankan. (Manurung, 2006: 6), Ketiga, Call Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor dimana penerbit obligasi mempunyai hak untuk membeli kembali (call) atas obligasi tersebut. Keempat, Default Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor atau pemegang obligasi karena obligasi tersebut tidak dapat mebayar obligasi pada saat jatuh tempo. Kelima, Inflation Risk, yaitu risiko yang dihadapi investor yang diakibatkan inflasi seingga arus kas yang diterima oleh investor bervariasi dalam kemampuan membeli (purchasing power). Keenam, Exchange Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor akibat adanya perubahan nilai tukar, biasanya risiko ini akan diketemukan pada obligasi yang bedenominasi valuta asing. Ketujuh, Liquidity Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor dalam rangka dapat menjual obligasi tersebut dipasar. Ukuran likuiditas dapat diperhatikan dari selisih antara nilai beli dan jual dari obligasi tersebut dan Kedelapan, Volatility Risk, yaitu risiko yang dihadapi investor karena obligasi tersebut dikaitkan dengan opsi yang tergantung pada tingkat bunga. (Manurung, 2006: 9) subagyo.id
18
Klasifikasi Obligasi Obligasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam katagori. Katagori-katagori tersebut antara lain: Berdarkan Masa Jatuh Tempo, obligasi dibedakan atas: Pertama, Obligasi Berjangka (Term Bond), yaitu obligasi yang memiliki satu tanggal jatuh tempo yang cukup panjang dan Kedua, Obligasi Serial (Serial Bond), yaitu obligasi yang memiliki serangkaian tanggal jatuh tempo. Berdasarkan Kupon Pembayaran, obligasi dipilah menjadi: Pertama, Obligasi Diskon (Discount Bond), yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan harga pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon lebih rendah dari obligasi keluaran baru. Kedua, Obligasi Premium (Premium Bond), yaitu obligasi dengan harga pasar lebih tinggi dair nilai par dan memberi kupon lebih tinggi dari obligasi keluaran terbaru. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 19) Berdasarkan Penarikan, obligasi dibedakan atas: Pertama, Freely Callable, artinya penerbit obligasi dapat menariknya setiap waktu. Kedua, Non Callable, artinya penerbit obligasi tidak dapat menariknya sebelum jatuh tempo, Ketiga, Defered Call, penerbit obligasi dapat menariknya hanya setelah suatu jangka waktu tertentu (umumnya 5 sampai 10 tahun). (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 19) Berdasarkan Jenis Jaminan (Collateral), obligasi dikatagorikan dalam: Pertama, Obligasi Senior (Senior Bond), yaitu obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung oleh tututan/hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit obligasi, seperti: Obligasi Hipotik (Mortgage Bond), yang dijamin dengan real assets, sertifikat Trust Peralatan (Equipment Trust Certificate), yang didukung dengan mesin/peralatan, seperti pada perusahaan kereta api dan penerbangan. Kedua, Obligasi Yunior (Yunior Bond), yang hanya dijamin dengan janji penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan waktu, seperti: Tanda Utang (Debenture), yaitu tuntutan atau hak atas penghasilan penerbit setelah hak dari obligasi lain dan Ketiga, Obligasi Penghasilan (Income Bond atau Revelnue Bond), yaitu utang yang bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit mencapai jumlah tertentu. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 20) Berdasarkan Pemegang Obligasi, obligasi dibedakan atas: Pertama, Obligasi Atas Nama (Registered Bond), yang dikeluarkan kepada pemilik tertentu, dan nama pemegang obligasi secara formal terdaftar pada penerbit dan bunga dibayar otomastis kepada pemilik tersebut. Kedua, Obligasi Atas Unjuk (bearer Bond), dimana pemegangnya dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak mendaftar nama-nama pemilik dan bunga dibayar berdasarkan kupon. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 20) Bedasarnya Penerbit Obligasi, obligasi dipilih atas: Pertama, Obligasi Pemerintah (Treasury Bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan pemerintah guna membiayai pembangunan. Kedua, Obligasi Instansi (Agency Bond), yaitu obligasi yang diterbitkan oleh instansi milik pemerintah seperti BUMN dan lainlain. Ketiga, Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, yang dibedakan atas: Obligasi Umum (General Obligation Bond), yang dijamin penuh oleh penerbit dan Obligasi Penghasilan (Revenue Bond), yang dijamin dengan proyek yang memberikan penghasilan, misalnya proyek jalan tol. (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 21).
subagyo.id
19
Keempat, Obligasi Perusahaan (Corporate Bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan perusahaan atau perseroan dalam rangka memenuhi struktur permodalan. Obligasi perusahaan menjadi menarik karena memberikan kupon yang relatif lebih tinggi. Sifat umum obligasi yang diterbitkan perusahaan adalah: bunga dibayarkan tengah tahunan, dikeluarkan sebagai obligasi berjangka dengan satu tanggal jatuh tempo, jatuh tempo antara 20 sampai dengan 30 tahun dengan penarikan yang ditangguhkan setelah 5 tahun. Kelima, Obligasi Insitusional (Institusional Bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh berbagai institusi swasta yang tidak mencari laba (nirlaba). Obligasi ini dikeluarkan sebagai obligasi seial dengan jatuh tempo yang relatif pendek (kurang dari 15 tahun). (Fakhruddin & Hadianto, 2001: 22) Berdasarkan Kupon Obligasi, obligasi dibedakan menjadi: Pertama, Obligasi Kupon Tetap (Fixed Coupon), yaitu obligasi yang mempunyai tingkat bunga sama dari awal sampai jatuh tempo. Kedua, Obligasi Kupon Mengambang (Floating Coupon), yaitu kupon obligasi ditentukan berdasarkan tingkat bunga tertentu dan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Isanya kupon bunga obligasi ditentukan sekali dalam enam bulan sebelum kupon sebelumnya jatuh tempo. Patokan kupon tersebut merupakan rata-rata tingkat suku bunga dari deposito di beberapa bank dan ditambah premi. Ketiga, Obligasi Kupon Nil (Zero Kupon Bond), yaitu obligasi yang tidak membayar kupon bunga sampai jatuh tempo, dimana pemegang obligasi memperoleh kupon bunga sekaligus dimana obligasi tersebut dibeli dengan harga diskon. Selisih harga pembelian obligasi dengan nilai jatuh tempo merupakan kupon obligasi selama periode investasi dan dapat juga disebut sebagai imbal hasil yang diperoleh investasi dalam obligasi tersebut. (Manurung, 2006: 5) Kupon Obligasi Kupon obligasi memiliki beberapa bentuk, yaitu: Pertama, Fixed Rate. Investor mendapatkan pembayaran suku bunga tetap. Kedua, Floating Rate. Tingkat suku bunga dihitung berdasarkan variabel relatif dari rata-rata tingkat suku bunga deposito (perbankan). Jadi tingkat kupon akan lebih fleksibel pabila mengikuti fluktuasi dari naik turunya bunga deposito. Ketiga, Variable Rate. Penentuan kupon obligasi dievaluasi secara berkala memakai perhitungan atau referensi interest rate yang telah ditentukan sebelumnya. Keempat, Zero Coupon. Memiliki kharakteristik tidak memberikan pembayaran kupon atau nilai kuponnya nol dengan memberikan harga diskonto. (Rahardjo, 2003: 20) dan Kelima, Adapula Obligasi dengan Bunga Tetap Berjenjang (Step-up/Stepdown Rate), yaitu obligasi bunga tetap tetapi namun nilai absolutnya berjenjang. (Cahyana, 2004: 140)
Reksadana (Mutual Fund) Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi uang telah mendapat ijin. (Pratomo & Nugraha, 2002: 33). Reksadana dapat terdiri dari berbagai macam instrumen surat beharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang atau campuran dari instrumen-instrumen diatas. Reksadana muncul karena umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada surat-surat berharga diatas. Kesulitan yang dihadapi Pemodal antara lain adalah perlunya melakukan berbagai analisa dan mmonitor kondisi pasar secara terus menerus yang sangat subagyo.id
20
menyita waktu. Kesulitan lain adalah diperlukan dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat berharga diatas. (Pratomo & Nugraha, 2002: 34) Di Inggris, reksadana dikenal dengan nama Unit Trust, di Amerika Serikat disebut Mutual Fund dan di Jepang dengan nama iInvestment Trust. Di negeri jiran, Malaysia, negara bekas jajahan Inggris, Unit Trust diterjemahkan menjadi Amanah Saham. (Cahyono, 2000: 16) Kharakteristik Reksadana, Pertama, reksadana sebagai produk investasi. (Cahyono, 2000: 41). Kedua, reksadana adalah produk masal. Artinya produk investasi reksadana dirancang untuk semua kalangan investor, mulai dari investor kecil sampai investor besar (lembaga). (Cahyono, 2000: 45). Ketiga, menyerahkan kontrol kepada pihak lain. Keempat, tidak kebal risiko. (Cahyono, 2000: 46) Kelebihan Reksadana, Pertama, terjangkau tanpa dominasi. Kedua, sangat likuid. Unit Penyertaan reksadana sangat likuid, kapanpun anda mau menjual kembali unit penyertaan yang anda pegang, maka reksadana wajib wajib membelinya. Untuk Reksadana Tertutup, likuiditas sahamnya sama dengan instrumen pasar modal lainnya, yakni tergantung kepada ada atau tidaknya pembeli karena reksadana tertutup tidak wjib membeli sahamnya dari investor. Ketiga, terdiversifikasi secara otomatis, dikelola oleh profesional dan murah, kemudahan dalam alokasi aset, lebih aman dan diatur lebih ketat, keterbukaan, bisa memenuhi banyak kebutuhan investasi (Cahyono, 2000: 49) Reksadana memberikan banyak manfaat dan kelebihan, antara lain: Pengelolaan investasi yang profesional oleh Manajer Investasi yang sudah berpengalaman serta administrasi investasi yang dilakukan oleh bank Kustodian. Melalui reksadana, investor memberikan kepercayaan kepada Manajaer Investasi dan Bank Kustodion untuk mengelola dananya, sehingga ia terbebas dari pekerjaan menganalisa, memonitor serta melakukan administrasi yang rumit. Diversifikasi investasi yang sulit dilakukan sendiri karena keterbatasan dana, namun dapat dilakukan oleh reksadana melalui dukungan dana dari sekian banyak investor yag berkumpul dalam satu wadah. Hasil investasi reksadana bukan merupakan objek pajak. Likuiditas tinggi dan dana investasi yang dibutuhkan relatif kecil (Pratomo & Nugraha, 2002: 35) Dalam reksadana, manajer Investasi bertanggung jawab dalam kegiatan investasi, yang meliputi analisa dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan investasi,memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. (Pratomo & Nugraha, 2002: 42) Sementara Bank Kustodian bertindak sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta administrator reksadana. Manajer Investasi adalah perusahaan, bukan perorangan, yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek milik nasabah. Untuk melakukan kegiatan usahanya, perusahaan manajer investasi harus memperoleh ijin untuk melakukan kegiatan sebagai manajer investasi. (Pratomo & Nugraha, 2002: 42) Terdapat 2 bentuk hukum reksadana, yaitu reksaana berbentuk Perseroan Terbatas dan reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Reksadana Perseroan Terbatas akan menerbitkan saham yang dapat dibeli oleh investor. Dengan memiliki saham pada Perseroan Terbatas Reksadana, investor memiliki kepemilikan atas PT tersebut. Sementara reksadana KIK tidak menerbitkan saham, tetapi subagyo.id
21
menerbitkan Unit Penyertaan. Dengan memilikiUnit Penyertaan Reksadana KIK, investor mempunyai kepemilikan atas kekayaan bersih reksadana KIK tersebut. (Pratomo & Nugraha, 2002: 44) Selain perbedaaan dalam bentuk hukum, dari sifat operasionalnya, reksadana juga dibedakan antara reksadana Terbuka (open-end) dan Reksadana Tertutup (closed-end). Perbedaan utama antara Reksadana Terbuka dan Reksadana Tertutup adalah dalam hal mekanisme transaksi jual beli saham/ Unit Penyertaan oleh investor, dimana: Pada reksadana Terbuka jual beli saham/Unit Penyertaan reksadana dilakukan antara reksadana (manajer investasi) dengan investor, tanpa melalui bursa dan pada reksadana Tertutup jual beli saham setelah penawaran umum perdana, jual beli dilaukan melalui bursa antara investor dengan investor lainnya. (Pratomo & Nugraha, 2002: 45) Reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sementara reksadana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka. (Pratomo & Nugraha, 2002: 45) Reksadana KIK adalah kontrak yang dibuat oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer ivestasi diberi wewenang untuk menglola portofolio kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi KIK. (Pratomo & Nugraha, 2002: 47) Dana yang terkumpul dari banyak investor yang kemudian akan dikelola dan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam suatu portofolio investasimenjadi kekayaan reksadana dan menjadi milik investor secara kolektif. (Pratomo & Nugraha, 2002: 47) Dalam reksadana KIK hanya ada satu kontrak yang disebut sebagai KIK. Fungsi KIK mirip dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. KIK mengatur tugas dan tangung jawab masing-masing pihak (manajer investasi dan bank kustodian), tujuan dan jenis investasi yang akan dilaukan, tata cara transaksi, biaya-biaya, hakpemegang Unit Penyertaan sebagai investor, dan aturan serta ketentuan lainnya yang menyangkut pengelolaan Reksadana KIK tersebut. (Pratomo & Nugraha, 2002: 47) Nilai Aktiva Bersih (NAB) per Unit Penyertaan (NAB/Unit) merupakan besaran penting dalam reksadana. (Pratomo & Nugraha, 2002: 50). Hal ini dikarenakan, Pertama, NAB/Unit merupakan harga beli per Unit Penyertaan yang harus kita bayar,ika kita ingin berinvestasi dengan membeli Unit Penyertaan reksadana. Ia sekaligus menjadi harga jual per Unit Penyertaan jika kita ingin menjual Unit Penyertaan reksadana yang kita miliki. Kedua, perubahan NAB/Unit memberikan indikator kinerja investasi suatu reksadana. (Pratomo & Nugraha, 2002: 51) Jenis Reksadana: Reksadana memiliki beberapa bentuk, yaitu: Pertama, Reksadana Pasar Uang, RDPU didefinisikan sebagai reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek Pasar Uang. Kedua, Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT), adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang. (Pratomo & Nugraha, 2002: 71). Ketiga, Reksadana Saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). (Pratomo & Nugraha, 2002: 72). Kelima, Reksadana Campuran, dapat melakukan investasi baik pada efek hutang atau ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel. (Pratomo & Nugraha, 2002: 74) subagyo.id
22
Banyak investor lembaga menggunakan RDPU sebagai tempat untuk memarkir dana dalam jangka pendek sebelum dana tersebut diinvestasikan di tempat lain. Mengapa? Pertama, karena likuiditas. UP RDPU sering dikatakan sebagai instrumen yang setara dengan kas (cash equivalent) seperti halnya simpanan di bank. Kedua, RDPU menjanjikan hasil investasi yang lebih tinggi daripada simpanan di bank. (Cahyono, 2000: 72) Portofolio RDPU adalah penempatan dana pada rekening koran, penempatan dana pada negotiable certificate deposits (NCD), deposito, commercial paper/ promissory notes, repurchase agreement (REPOs), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang jangka panjang tetapi mempunyai periode tersisa tinggal kurang dari 1 tahun. (Manurung, 2008: 18) Reksadana terproteksi adalah sebuah reksadana yang nilai pokoknya terproteksi bila dicairkan pada akhir periode perjanjian. Terproteksinya nilai pokok investasi karena struktur investasi yang membuat nilai pokok tidak mengalami penurunan. Investor yang melakukan pencarian sbelum periode perjanjian akan mengalami kerugian karena reksadana ini tidak membuat nilai pokok dari awal investasi sama dengan pada akhir periode investasi. (Manurung, 2008: 37) Exchange Traded Fund (ETF) merupakan reksadana yang diperdagangkan di bursa. Investor melakukan pembelian melalui broker yang terdaftar di bursa. Investor juga harus menghubungi broker untuk menjual ETF. (Manurung, 2008: 41) Risiko yang kemungkinan timbul saat investasi pada reksadana adalah: Pertama, risiko menurunnya nilai UP, Kedua, risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik, Ketiga, risiko likuiditas, Keempat, risiko wanprestasi dan Kelima, risiko yang berkaitan dengan peraturan. (Cahyono, 2000: 53)
Sekuritas Derivatif (Derivative Securities) Sekuritas Derivatif adalah sebuah sekuritas yag nilainya tergantung pada aset lain yang lebih elemnetr atau aset yang emndasarinya (underlying asset). (Sembel & Fardiansyah, 2002: 1). Derivative biasanya digunakan untuk dua tujuan, yaitu spekulasi (mencari keutungan) dan hedging (lindung nilai). (IBI, 2013: 86) Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market. Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya. subagyo.id
23
Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka miliki. Kontrak Berjangka Forwards Forwards pada dasarnya adalah suatu perjanjian untuk membeli atau menjual suatu aset dengan harga tertentu untuk penyerahan dimasa depan. Forward adalah kontrak yang spesifikasinya tergantung kesepakatan antara pihak yang terlibat dan tidak diperdagangkan di bursa yang terorganisasi. Pada dasarnya ada dua pihak yang terlibat dalam kontrak. Pihak pertama adalah pihak yag menyetujui untuk membeli aset, dikatakan sebagai pemegang posisi beli (long position). Pihak kedua adalah pihak yang setuju untuk menjual aset tersebut, dan dikatakan sebagai pemegang posisi jual (short position). (Sembel & Fardiansyah, 2002: 14) Nilai kontrak bagi kedua pihak pada saat kontrak dimulai haruslah sama dengan nol. Jadi harga tertentu harus diputuskan sehingga kondisi yang membuat kedua belah pihak tidak untung dan tidak rugi akan berlaku. Harga yang telah ditentukan tersebut disebut dengan harga penyerahan (delivery price). Pada saat kontrak dimulai, besarnya delivey price harus sama dengan harga forward (forward price) dari aset yang diperjual-belikan. Forward price biasa diartikan sebagai harga dari aset tertentu untuk oenyerahan saat kontrak jatuh tempo (maturity date) dimasa depan. Delivery price akan selalu sama sampai kontrak jatuh tempo, tetapi forard price akan sama dengan spot price (harga pasar dari aset). (Sembel & Fardiansyah, 2002: 14) Kontrak Berjangka Futures Futures contract adalah kkontrak standar antara dua pihak untuk membeli (long position) atau menjual (short position) suatu aset dengan harga tertentu (delivery price) untuk penyerahan dimasa depan melalui mekanisme bursa yang terorganisasi. Kedua belah pihak yang terlibat tidak akan emngetahui satu sama lain. Bursa akan membuat mekanisme khusus untuk menjamin bahwa kedua belah pihak tidak akan cidera janji. (Sembel & Fardiansyah, 2002: 16) Sebagai jaminan dari kedua pihak, bursa mewajibkan kedua pihak untuk mendepositkan sejumlah uang berdasarkan jumlah posisi yang diambil masing-masing pihak, baik pada posisi long maupun posisi short. Caranya dengan membuka rekening pada broker yang telah memiliki ijin untuk berdagang future contracts ini. Margin ini biasanya dalam bentuk kas, sertifikat deposito, dan surat berharga lainnya. Pada dasarnya ada dua jenis margin, initial (original) margin dan maintenance Ivariation) margin. (Sembel & Fardiansyah, 2002: 16) Initial Margin, adalah margin yang harus dibayar sebelum kontrak dibeli. Jumlahnya akan tergantung pada volatilitas dari aset yang diperdagangkan ataupun ditentukan oleh bursa yang bersangkutan. Maintenance Margin, adalah hasil dari mekanisme mark to market. Jika futures price turun, maka pemegang posisi long akan rugi dan sebaliknya jika futures price naik, maka pemegang posisi short akan rugi. Untung dan rugi ini akan dihitung setiap hari yang akan menambah atau megurangi saldo rekening investor. Inilah yang disebut dengan mekanisme mark to market. Oleh karena itu, jika rekening yang ada sudah melewati batas minimum tertentu, pihak yang memegang posisi juga diwajibkan untuk menambah margin. Batas minimum margin inilah yang disebut dengan maintenance margin. (Sembel & Fardiansyah, 2002: 17) subagyo.id
24
Opsi adalah kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang kontrak untuk membeli (call options) atau menjual (put options) suatu aset tertentu dengan harga tertentu (strike price/exercise price atau harga patokan) dalam jangka waktu tertentu. Pemegang opsi diharuskan membayar premi dari opsi dan inilah yang sesungguhnya kerugian yang akan diderita oleh investor. Dalam opsi terdapat potensi untung rugi yang tidak simetris, the power of lererage (artinya cukup membayar premi opsi, investor praktis menguasai saham yang nilainya berlipat ganda dari premi opsi tersebut). (Sembel & Fardiansyah, 2002: 60). Opsi merupakan hak dari seseorang melakukan sesuatu. Dalam dunia pasar modal, opsi didefinisikan sebagai hak untuk (membeli/call atau menjual / put) saham. Sebagai satu hak, pelaksanannya sangat tergantung pada kehendak pemodal atau manajer keuangan. Biasanya, opsi diterbitkan dalam bentuk surat oleh seseorang atau badan usaha yang ingin mencari dana segar ataupun menghindar risiko perubahan harga saham di bursa (hedging). Pada surat tersebut tertera hakdari pemodal atau manajer keuangan untuk membeli atau menjual saham dengan harga tertenti atau pada tanggal sebelum exercise date / tanggal jatuh tempo. (Gunawan, 2003: 16) Swap adalah transaksi finansial antara dua pihak yang sepakat untuk bertukar arus kas selama periode tertentu yangtelah ditetapkan. Sebuah swap bisa juga digunakan pada struktur keuangan yang bervariasi, tingkat bunga, kurs, jangka waktu dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan manajemen aset dan utang. (Sembel & Fardiansyah, 2002: 111) Waran (Warrant), adalah hak (bukan kewajiban), yang dimiliki oleh pemegangnya untuk membeli saham biasa perusahaan pada harga pelaksanaan (exercise price) dan jangka waktu yang sudah ditentukan. Waran umumnya diberikan secara garatis sebagai sweetener atau pemanis. (p.16) Beberapa perusahaan, emmberikan waran saat IPO atau right issue, agar investor menambah modal atau investasinya pada perusahaan tersebut. (Tambunan, 2008: 17) Bukti Right Selain melalui IPO, saham juga diterbitkan melalui proses right issue. Right Issue merupakan hak bagi pemegang saham membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Invstor tidak terikat untuk harus membelinya. Biasanya harga yang ditawarkan lebih murah daripada harga saham yang berlaku saat ini. (Hin, 2002: 39) Right Issue merupakan upaya emiten untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Dengan pengeluaran saham baru itu berarti investor harus mengeluarkan uang untuk membeli right issue. Kemudian uang ini akan meningkatkan modal perusahaan. (Hin, 2002: 39) Perusahaan emiten yang mengeluarkan right issue ini biasanya menawarkan terlebih dahulu pada pemegang saham karena porsi kepemilikannya akan menurun. (Hin, 2002: 39) Warrant Sejumlah peruahaan menerbitkan warrant (surat hak beli saham dengan harga tertentu) kepada pemegang saham, biasanya sebagai bonus atau penarik. Contohnya pada saat IPO atau right issue.
subagyo.id
25
Setiap warrant memberikan hak kepada pemegang warrant untuk mengkonversi warrant menjadi saham dengan harga tertentu. Warrant memiliki masa berlaku minimal 3 tahun dan pelaksanaan hak minimal 6 bulan setelah warrant diterbitkan. (Hin, 2002: 40) Warrant diterbitkan oleh emiten yang sahamnya telah tercatat di bursa. Harga pelaksanaan hak atas warrant maksimal 125% dari harga saham terakhir pada hari diputuskannya penerbitan warrant oleh RUPS emiten. (Hin, 2002: 40) Swap merupakan transaksi pembelian dan penjualan sejumlah mata uang tertentu secara simultas pada dua tanggal (value date) tertentu. Kedua transaksi itu dilakukan dengan bank lain yang sama. Pembelian dan penjualan dilakukan dengan pihak yang sama. (IBI, 2013: 79) Beberapa Jenis Produk Turunan yang diperdagangkan di BEI (idx.co.id) adalah: Kontrak Opsi Saham (KOS) OPTION adalah kontrak resmi yang memberikan Hak (tanpa adanya kewajiban) untuk membeli atau menjual sebuah asset pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Option pertama kali secara resmi diperdagangkan melalui Chicago Board Exchange (CBOE) pada tahun 1973 KOS (Kontrak Opsi Saham) adalah Efek yang memuat hak beli (call option) atau hak jual (put option) atas Underlying Stock (saham perusahaan tercatat, yang menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan Strike Price (harga yang ditetapkan oleh Bursa untuk setiap seri KOS sebagai acuan dalam Exercise) tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu. Call Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Sebaliknya, Put Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Opsi tipe Amerika memberikan kesempatan kepada pemegang opsi (taker) untuk meng-exercise haknya setiap saat hingga waktu jatuh tempo. Sedangkan Opsi Eropa hanya memberikan kesempatan kepada taker untuk meng-exercise haknya pada saat waktu jatuh tempo.
subagyo.id
26
Adapun karakteristik opsi saham yang diperdagangkan di BEI adalah sebagai berikut (idx.co.id) : Tipe KOS Satuan Perdagangan Masa Berlaku Pelaksanaan Hak (exercise) Penyelesaian Pelaksanaan Hak Margin Awal WMA (weighted moving average) Strike Price
Automatic exercise
Call Option dan Put Option 1 Kontrak = 10.000 opsi saham 1,2 dan 3 bulan Metode Amerika (Setiap saat dalam jam tertentu di hari bursa, selama masa berlaku KOS) Secara tunai pada T+1, dengan pedoman: • call option = WMA – strike price • put option = strike price – WMA 10% dari nilai kontrak adalah rata-rata tertimbang dari saham acuan opsi selama 30 menit dan akan muncul setelah 15 menit berikutnya adalah harga tebus (exercise price) untuk setiap seri KOS yang ditetapkan 7 seri untuk call option dan 7 seri untuk put option berdasarkan closing price saham acuan opsi saham diberlakukan apabila: 110% dari strike > call option, jika WMA price 90% dari strike price < put option, jika WMA • Senin – Kamis
:
Sesi 2: 13.30 – 16.00 WIB
Jam Perdagangan KOS • Jum’at Jam Pelaksanaan Hak Premium
Sesi 1: 09.30 – 12.00 WIB
:
Sesi 1: 09.30 – 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 – 16.00 WIB • Senin – Kamis : 10.01 – 12.15 dan 13.45 – 16.15 WIB • Jum’at : 10.01 – 11.45 dan 14.15 – 16.15 WIB diperdagangkan secara lelang berkelanjutan (continuous auction market)
KONTRAK BERJANGKA INDEKS EFEK (KBIE) LQ45 Futures Kontrak Berjangka atau Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu underlying (dapat berupa indeks, saham, obligasi, dll) di masa mendatang. Kontrak indeks merupakan kontrak berjangka yang menggunakan underlying berupa indeks saham. LQ45 Futures menggunakan underlying indeks LQ45, LQ45 telah dikenal sebagai benchmark sahamsaham di Pasar Modal Indonesia. Di tengah perkembangan yang cepat di pasar modal Indonesia, indeks LQ45 dapat menjadi alat yang cukup efektif dalam rangka melakukan tracking secara keseluruhan dari pasar saham di Indonesia.
subagyo.id
27
Spesifikasi Kontrak LQ45 Futures: Underlying Multiplier Periode Kontrak
: : : :
Indeks LQ45 Rp. 500.000 per poin indeks Kontrak Bulanan (Spot Month) Kontrak Bulanan Kedua (Second Month) Hari Senin s/d Kamis : Sesi 1: 09.15 – 12.00 WIB
Jam Trading Sesi 2: 13.30 – 16. 15 WIB Hari Jumat Last Trading Day Margin Awal
: :
:
Sesi 1: 09. 15 – 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 – 16. 15 WIB
Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak IDR 3.000.000/ kontrak
Mini LQ45 Futures Mini LQ45 Futures adalah kontrak yang menggunakan underlying yang sama dengan LQ45 Futures yaitu indeks LQ45, hanya saja Mini LQ45 Futures memiliki multiplier yang lebih kecil (Rp 100 ribu / poin indeks atau 1/5 dari LQ45 Futures) sehingga nilai transaksi, kebutuhan marjin awal, dan fee transaksinya juga lebih kecil. Produk Mini LQ45 Futures ditujukan bagi investor pemula dan investor retail yang ingin melakukan transaksi LQ45 dengan persyaratan yang lebih kecil. Dengan demikian Mini LQ45 dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran investor retail yang baru akan mulai melakukan transaksi di indeks LQ45 Spesifikasi Kontrak Mini LQ45 Futures: Underlying Multiplier Periode Kontrak
:
Indeks LQ45
: :
Jam Perdagangan
:
Rp. 100.000 per poin indeks Kontrak Bulanan (Spot Month) Kontrak Bulanan Kedua (Second Month) Hari Senin s/d Kamis : Sesi 1: 09.15 – 12.00 WIB Sesi 2: 13.30 – 16. 15 WIB Hari Jumat
Last Trading Day Margin Awal
: :
:
Sesi 1: 09. 15 – 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 – 16. 15 WIB
Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak 4% dari nilai kontrak
LQ45 Futures Periodik Kontrak yang diterbitkan pada Hari Bursa tertentu dan jatuh tempo dalam periode Hari Bursa tertentu.
subagyo.id
28
Spesifikasi Kontrak LQ45 Futures Periodik: Underlying Multiplier Periode Kontrak Jam Perdagangan
: : : :
Indeks LQ45 Rp.500.000,Kontrak Periodik Harian (2 Hari Bursa) Senin-Kamis : sesi I : 09.15-12.00 WIB sesi II : 13.30-16.15 WIB Jum'at
:
sesi I : 09.15-11.30 WIB sesi II : 14.00-16.15 WIB
: :
Fraksi Harga Margin Awal
0,05 poin indeks IDR 3.000.000/ kontrak
Mini LQ45 Futures Periodik Kontrak yang diterbitkan pada Hari Bursa tertentu dan jatuh tempo dalam periode Hari Bursa tertentu. Spesifikasi Kontrak Mini LQ45 Futures Periodik: Underlying Multiplier Periode Kontrak Jam Perdagangan
: : : :
Indeks LQ45 Rp.100.000,Kontrak Periodik Harian (2 Hari Bursa) Senin-Kamis : sesi I : 09.15-12.00 WIB sesi II : 13.30-16.15 WIB Jum'at
:
sesi I : 09.15-11.30 WIB sesi II : 14.00-16.15 WIB
Fraksi Harga Margin Awal
: :
0,05 poin indeks 4% dari nilai kontrak
Japan (JP) Futures Produk ini memberikan peluang kepada investor untuk melakukan investasi secara global sekaligus memperluas rangkaian dan jangkauan produk derivatif BEI ke produk yang menjadi benchmark dunia. Dengan JP Futures memungkinkan investor menarik manfaat dari pergerakan pasar jepang sebagai pasar saham paling aktif setelah pasar AS. Spesifikasi Kontrak JP Futures: Underlying Multiplier Periode Kontrak
: : :
Jam Perdagangan
:
Dow Jones Japan Titan 100 Rp 50.000 per poin indeks 2 kontrak Bulan Kuartal terdekat (Bulan Kuartal adalah Mar, Jun, Sep dan Des) Sesi 1: 09.15 – 12.00 WIB Senin s/d Kamis : Sesi 2: 13.30 – 16.15 WIB Jumat
Last Trading Day Margin Awal
: :
:
Sesi 1: 09.15 – 11.30 WIB
Sesi 2: 14.00 – 16.15 WIB Hari Kamis kedua setiap Bulan Kontrak 4% dari nilai kontrak
subagyo.id
29
ETF atau Exchange Traded Fund secara sederhana dapat diartikan sebagai Reksa Dana yang diperdagangkan di Bursa. ETF merupakan Kontrak Investasi Kolektif, yaitu Unit Penyertaannya dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa seperti saham. Sebagaimana halnya reksa dana konvensional, dalam ETF terdapat pula Manajer Investasi, Bank Kustodian. Salah satu jenis ETF yang akan dikembangkan di pasar modal Indonesia adalah Reksa Dana Indeks. Indeks yang dijadikan underlying adalah Indeks LQ45. Perbedaan antara ETF dengan Reksa Dana Open Ended Fitur Perdagangan Minimum Investasi
ETF Reksa Dana Open - Ended Diperdagangkan di Bursa Efek selama jam Melalui MI atau Agen Penjual bursa Tidak ada
Khusus Reksa Dana ETF LQ45 mengikuti trend kenaikan / penurunan indeks LQ45 Harga & juga terdapat premium / discount atas Bid / Offer untuk disesuaikan dengan permintaan pasar Pengumuman Ditampilkan secara berkesinambungan Harga oleh Bursa Efek selama jam perdagangan Hampir semua ETF mempunyai market Market Making maker (Liquidity Provider) Beberapa ETF memiliki option dan atau Efek Derivatif futures atas underlying berupa indeks atau ETF itu sendiri
Bervariasi (masing-masing RD)
Ditentukan oleh NAB RD
Diumumkan satu kali oleh MI berdasarkan perhitungan NAB Tidak ada Tidak ada
Keunggulan yang dimiliki oleh ETF adalah Unit Penyertaan (UP) diperdagangkan di BEI sehingga lebih likuid, subscription dan redemption hanya diperbolehkan untuk Dealer Partisipan dan Sponsor, gangguan redemption yang dapat mempengaruhi NAB jauh lebih kecil, portofolio dalam saham lebih transparan (saham LQ45), Tren kenaikan NAB mengikuti kenaikan Indeks LQ45 dan minimum jumlah investasi nasabah jauh lebih kecil .
Valuta Asing/Valas (Foreign Exchange) Secara sederhana, kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Jadi, kurs menunjukkan harga suatu mata uang jika ditukarkan dengan mata uang lain. (Hidayat, 2005: 9) Pasar Valas atau Foreign Exchange Market (FX Market) atau pasar valas adalah suatu pasar keuangan yang memperdagangkan atau mentransaksikan berbagai valuta asing (foreign currency). Harga yang terbentuk di pasar valas merupakan hasil dari permintaan (demand) dan penawaran (supply) valas. (Hidayat, 2005: 2) Jenis Pasar Valas adalah sebagai berikut: Pertama, Spot Market, adalah pasar dimana transaksi pembelian dan penjualan valas dilakukan berdasar nilai tukar yang terjadi pada saat transaksi (spot rate). Kedua, Forward Market adalah pasar dimana transaksi pembelian dan penjualan valas subagyo.id
30
dilakukan berdasarkan kurs forward. Kurs forward adalah kurs yang ditetapkan pada saat sekarang, namun diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Ketiga, Futures Market, adalah bentuk khusus dari pasar forward dimana transaksi pembelian dan penjualan valas dilakukan pada suatu bursa resmi. Transaksi yang dilakukan di bursa futures merupakan transaksi yang telah distandarisasi oleh suatu regulasi atau aturan tertentu. (Hidayat, 2005: 5) Kelebihan perdagangan valas: 24-hours Trading, likuiditas, rendahnya biaya transaksi, potensi keuntungan pada Rising dan Falling Price, Margin Trading. Beberapa risiko: Exchange rate Risk dan Country Risk. (Hidayat, 2005: 7) Bid Ask Dalam transaksi, harga beli dan harga jual suatu valas dinyatakan dalam kuotasi bid/ask atau bid/offer. Bid adalah tingkat harga dimana pedagang valas bersedia untuk membeli, sedangkan ask/offer adalah tingkat harga dimana pedagang valas bersedia untuk menjual. Kuotasi bid/ask bersifat resiprokal, artinya pembelian suatu valas akan diikuti dengan penjualan valas lain. Bid adalah tingkat harga dimana kita dapat menjual base currency (dan pada saat yang sama membeli counter currency), sedangkan ask adalah tingkat harga dimana kita dapat membeli base currency (dan pada asat yang sama menjual counter currency). (Hidayat, 2005: 13) Spread dan PIP Selalu terdapat selisih antara kurs bid dan ask dimana bid selalu lebih rendah dari ask. Selisih antara bid dan ask itu disebut spread. Perbedaan ini terjadi dikarenakan bank atau pedagang valas akan mencari keuntungan dengan menjual valas dengan harga yang lebih tinggi pada saat membeli. (Hidayat, 2005: 14) Besarnya spread antara bid dan ask ditunjukkan dengan satutan pip atau point. Untuk USD/JPY, i pip adalah dua angka desimal dibelakang koma, sedangkan untuk kurs valas lainnya (non JPY), 1 pip adalah empat angka desimal di belakang koma. (Hidayat, 2005: 14) Valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang dipergunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. (Hady, 2001: 15) Hard Currency, mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Soft Currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. (Hady, 2001: 15) Direct Quotation, adalah sistem yang menyatakan nilai mata uang suatu negara (domestic currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk satu unit valas (foreign currency). Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai donestic currency di depan dan unit foreign currency-nya di belakang. Contoh: di Indonesia, Rp. 13.300 = Rp. 1
subagyo.id
31
Indirect Quotation, adalah sistem yang menyatakan nilai valas (foreign currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk satu unit domestic curency. Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai foreign currency di depan dan unit domestic currency di belakang. Contoh: di Indonesia, US$ 0.00 = Rp. 1 (Hady, 2001: 19)
Etika dalam Pasar Keuangan Pada Pasal 13 PBI Nomor 18/11/PBI/2016 tentang Pasar Uang diatur mengenai penerapan prinsip kehati-hatian. Ayat (1), Pelaku Pasar yang menerbitkan Instrumen Pasar Uang dan/atau melakukan transaksi di Pasar Uang wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Ayat (2), Prinsip kehati-hatian sebagaimana dimkasud pada ayat (1) mencakup paling kurang: a. Etika transaksi dan market of code of conduct atau pedoman lain yang sejenis, b. Transparansi dan keterbukaan informasi, c. Perlindungan konsumen, d. Mekanisme penyelesaian sengketa (dispute resolution). Ayat (3), Pelaku pasar yag menerbitkan instrumen Pasar uang, selain menerapkan prinsipkehati-hatian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga mempertimbangkan risiko sistemik Pelaku Pasar yang menerbitkan Instrumen Pasar Uang terhadap industri Pelaku Pasar. Dalam Pasal 79 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, adanya larangan untuk memuat keterangan yang tidak benar tentang Fakta Material. Pasal 90, larangan secara langsung atau tidak langsung: a. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan sarana dan atau cara apapun; b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain, c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material. Pasal 91, dilarangan melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga di Bursa Efek. Seperti dikatakan oleh Koslowski & Shionoya (1993: 1) bahwa “The Business of business is not only business. It is doing business in an ethically defensible way. The economy does not serve to realise the economical only, it must serve to the realisation oh the good. The Business of Business is Ethical Business”, maka kegiatan di pasar keuangan tidaklah semata masalah uang namun bagimana pasar keuangan menjadi “suporter” dalam upaya pencapaian kebaikan. The Business of Business is Ethical Business kedengaran indah. Fairness merupakan prinsip etis yang sangat penting (Heath, 2010: 163), fair deal, fair profit, fair wage, fairly represent (financial statement), fair to all applicants, fair on level playing field”. Fair dan fairness telah menjadi terma yang populer dalam ranah etis, fairness akan selalu diperlukan dalam Pasar Keuangan tidak hanya sebagai jargon tapi secara substansi menjadi pedoman perilaku dan gaya hidup dari pelaku-pelaku di Pasar Keuangan. Pasar Keuangan dan secara keseluruhan Sistem Keuangan mesti menjadi sistem dan lembaga yang dapat dipercaya publik karena integritas, kredibilitas, profesionalitas. Agar Sistem Keuangan dapat berkontribusi positif bagi perekonomian suatu negara dan tidak malah melahirkan ketidakpastian, ketidakstabilan dan bencana finansial berupa krisis keuangan. Karena itu, Pasar dan Sistem Keuangan mesti memiliki pedoman etik agar dapat membangun kesadaran etis agar dapat tumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya menjadi gaya hidup. (Sili, 2016: 207) ACI The Financial Market Association merupakan asosiasi internasional non profit dan non politik dari profesional yang bergerak di bidang pasar keuangan. Pada bulan November 2013, ACI The subagyo.id
32
Financial Market Association menerbitkan The Model Code: The International Code of Conduct and Practice for the Financial Market. The Model Code tersebut berjargon “Strong Focus on Governance – Ethical and Moral Standards”. Pada tahun 2014, Indonesia Foreign Exchange Market Commitee (IFEMC) menerbitkan juga Market Code of Conduct edisi pertama sebagai acuan best market practice bagi para pelaku pasar. Dokumen ini disebut juga dengan “Brown Book”. Selanjutnya pada bulan Agustus 2016, IFEMC kembali menerbitkan Market Code of Conduct edisi kedua dengan mengadopsi The Model Code ACI The Financial Market Association dengan penyesuaian untuk pasar Indonesia. Dokumen revisi ini disebut dengan “Brown Book Versi II”. Penerbitan Market Code of Conduct (MCoC) ini bertujuan untuk mengatur perilaku serta meningkatkan disiplin dan integritas pelaku pasar dan merupakan standar minimum perilaku yang dapat dijadikan acuan market best practices bagi pelaku pasar. Cakupan Market Code of Conduct (MCoC) adalah: Pertama, pelaku pasar, yaitu institusi perbankan, money broker (termasuk voice broker) yang mempunyai ijin bertransaksi di pasar keuangan. Kedua, manajemen senior, yaitu dewan komisaris, dewan pengawas, dewan direksi serta anggota pimpinan pelaku pasar yang memiliki fungsi pengawasan institusi scara keseluruhan sebagai Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Good Corporate Governance serta bertindak mewakili Principal dan Money Broker. Ketiga, manajemen, yaitu pimpinan satuan kerja front, back dan midle offices dan memiliki fungsi pengawasan atas karyawan yang terlibat atas transaksi pasar keuangan secara langsung secara harian. Keempat, pasar keuangan, yaitu pasar valuta asing, pasar uang, pasar modal, pasar surat utang di Indonesia termasuk derivatif-nya. Market Code of Conduct (MCoC) Edisi Kedua (Brown Book Versi II) berisi tentang Bab I. Jam Kerja, Bab II. Masalah Utama Perusahaan, Bab III. Front Office, Bab IV. Middle Office, Bab V. Back Office, Bab VI. Penggunaan Teknologi dan Keamanan Umum dan Materi Tambahan. Namun, yang menarik adalah apa yang dilakukan oleh Bank Sentral Philipina, yang menerbitkan Code of Ethics Governing Financial Activities in the Philippines secara lebih detail dan lebih dalam secara substansial tetapi juga operasional. Karena pertimbangan tersebut, maka artikel ini menyajikan menerbitkan Code of Ethics Governing Financial Activities in the Philippines dalam bentuk tabulasi sebagai berikut:
Code of Ethics Governing Financial Market Activities in the Philippines A. Professionalism 1 Knowledge of The Law
2
Indenpendence and Objectivity
Member must understand and comply with all applicable laws, rules and regulations of any goverment, regulatory organization, or professional association governing their activities. Member must not knowingly pasrticipate nor assist in any violation of such laws, rules or regulations. Members must use reasobale care and judgment to achieve and maintain independence and objectivity in their professional activities. Members must not offer, solicit, nor subagyo.id
33
accept any gift, entertainment, benefit or compensation that reasonably could be expected to compromise their own independence and objectivity. 3
4
Misrepresentation
Misconduct
B. Integrity of Capital Markets 1 Insider Information/Material Nonpublic Information
2
Market Manipulation
C. Duties to Clients 1 Integrity, Prudence and Care
2
Fair Dealing
A Misrepresentation is any untrue statement or omission of a fact or any statement that is otherwise false or misleading. Members must not knwingly make any misrepresentation relating to investment analysis, recommendations, actions and other professional activities. Member must not knowingly misrepresent nor give a false impression in oral representations, advertising (whether in the press or through brochures), electronic communications, or written materials statement about performance of the financial institution either know or should have that the misreprentation was being made. Members must not engage in any act involving dishonesty, fraud, or deceit or commit any act that reflects adversely on their professional reputation, integrity and competence. Member must also ensure that their overa;; conduct and demeanor are appropriate with respect to highest standard of profesionalism as adhered to bu their institution, and by the banking industry as a whole. Members should not, with intent or through negligence, profit or seek to profit from insider information and material nonpublic information that could affect the value of a investment. Member should likewise not assist anyone with such information to make a profit for themselves, their firm or their clients. Financial institutions must not engage in practices that distort prices or artificially inflate trading volume with the intent to mislead market participants.
Financial institutions must act with reasonable care and exercise prudent judgment in their dealing with their clients. Investment advisors must act for the benefit of their clients and place the interest of the latter above their own. Financial institutions must deal fairly and objectively with all clients. A member should act honestly, fairly and in the best interest of his client and for the integrity of the market. Where a member advices or acts on behalf of a client, it shall ensure at all times that any representations or other communications made and information provided to the client are accurate and not misleading.
subagyo.id
34
3
Clients Suitability
Members must consider the needs, circumstances and objectives of the client when determining the appropriateness and suitability of a given investment or course of investment action.
4
Diligence abd Reasonable Basis
In fulfilling its duties to clients, a financial institution should exercise due skill, care and diligence its dealings with existing and potential clients. In particular, when providing advice to client, he shall acr diligenly and ensure that his advice and recommendations in relation to clients are based on through analysis and take into account available alternatives.
5
Disclosure of Information and Communication to Client/Public
In addition to obtaining information from clients under its suitability review process, among others, financial insitutions are required to make adequate disclosure of material information in its dealings with clients. Members should provide clients with adequate information about the firm particularly the financial condition of the business upon request. Furthemore, a financial institution should make adequate disclosure of relevant material information in its dealing with its clients, including information about risk, needed by the client to make informed decisions.
6
Preservation of Confidentiality
Financial institutions must keep information about former, current and prospective clients confidential unless: The information concerns illegal activities on the part of the client; Disclosure is required by law; and The client permit disclosure of the information.
7
Conflict of Interest
Member shoul avoid conflicts of interest and when they cannot be avoided must make full and fairdisclosure of all matters that chould reasonably be expected to impair their indepedence and objectivity or interfere with respective duties to their clients and their employer.
8
Dealing for Personal Account
Management should ensure that adequate safeguards are established with regard to dealing for personal account, to prevent conflict of interest or insider dealing in any form. These safeguards should also reflect the need to preserve confidentiality with respect to non-public price sensitive information and to ensure that no action is taken by a member, which might adversely affect the interest of the institution’s clients.
9
Priority of Transactions
Investment transactions for clients and employers must have priority over invesment transaction in which a member is the beneficial owner. Furthermore, a member shall handle orders of clients fairly and in the order in which they are received.
subagyo.id
35
D. Duties to Market Counterparties 1 Knowledge of Trading Financial institutions must ensure that only qualified member Conventions are allowed to trade. Members should be trained and knowledge on the standard trading conventions of the product they are trading, which they are expected to adhere to at all times 2
Firmness of Price Quotation and Deals
Members should be guided by the principle of “Dictum Meum Pactum” translated as “My Word is My Bond”. Price with are quoted members should be taken as firm unless otherwise qualified (e.g. under reference). Members should also honor all their closed or “done” transactions.
Daftar Pustaka Arifin, Ali, Membaca Saham, Andi, Yogyakarta, 2002 Cahyana, Jaka E., Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004 Cahyono, Jaka A., Cara Jitu meraih Untung dari Reksa Dana, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000 Fakhruddin, M dan M. Sopian Hadianto, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Buku Satu, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001 Gibranata, Ian, The Detective of Stock, YLT Publishing, Surabaya, 2011 Gunawan, Itjang D, Transaksi derivatif, Hedging dan Pasar Modal, Grasindo, Jakarta, 2003 Hady, Hamdy, Valas Untuk Manajer, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001 Heath, Eugene, Fairness in Financial Markets, dalam Boatright, John R (Ed), Finance Ethics: Critical Issues in Theory and Practice, John Wiley & Sons, New Jersey, 2010 Hidayat, Taufik, Trading Valas via Internet, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005 Hin, L Thian, Panduan Berinvestasi Saham, Elex Media Computindo, Jakarta, 2002 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013 Koslowski, Peter and Y Shionoya, The Good and The Economical: Ethical Choices in Economics and Management, Springer-Verlag, Germany, 1993 Manurung, Adler Haymans, Reksadana Investasiku, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2008
subagyo.id
36
______________________, Strategi Memenangkan Transaksi Saham di Bursa, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004
______________________, Dasar-dasar Investasi Obligasi, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha, Reksadana: Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002 Rahardjo, Sapto, Panduan Investasi Obligasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003 Sembel, Roy dan Tedy Fardiansyah, Sekuritas Derivatif: Madu atau Racun?, Salemba Empat, Jakarta, 2002 Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2005 Sili, Eduardus Bayo, Perlindungan Investor Obligasi di Pasar Modal Melalui Pendekatan Etika Bisnis Bagi Penerbit Obligasi, Jurnal Hukum & Pembangunan 46 No. 2 (2016): 196-213 Tambunan, Andy Porman, Menilai Harga Wajar Saham, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008 The Money Market Association of the Philippine (MART), Code of Ethics Governing Financial Market Activities In the Philippines, 2010 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal PBI Nomor 18/11/PBI/2016 tentang Pasar Uang PBI Nomor 9/5/PBI/2007 tentang pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah www.bsp.gov.ph/downloads/regulations/attachments/2010/cl013.pdf www.bi.go.id www.ojk.go.id www.idx.co.id
Penulis adalah Penjaga Portal subagyo.
id
for tiwi & alam
subagyo.id
37