Vol. 4. No. 1, Januari 2014
Share Social Work Journal ISSN : 2339-0042-6
KEHIDUPAN SUKU LAUT DI BATAM: SEBUAH FENOMENA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PULAU BERTAM KOTA BATAM Oleh: Atik Rahmawati, M.Kesos.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI SUDUT PANDANG PERUSAHAAN Oleh: Meilanny Budiarti S., & Santoso Tri Raharjo
STRATEGI KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL DENGAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES REHABILITASI DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEROYO MAGELANG JAWA TENGAH Oleh: Sugiyanto
PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI PELATIHAN PERENCANAAN BISNIS UNTUK WIRAUSAHA PEMULA Oleh: Risna Resnawaty, Nurliana Cipta Apsari, Budhi Wibhawa dan Sahadi Humaedi
EFEKTIFITAS PROGRAM BINA KELUARGA BALITA Oleh: Resti Fauziah, Nandang Mulyana, Santoso Tri Raharjo
HAK ASASI MANUSIA DAN PEKERJAAN SOSIAL Oleh: Eva Nuriyah Hidayat
DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014
Share SocialWorkJournal
ISSN: 2339-0042-6
Jurnal Pekerjaan Sosial Departemen Kesejahteraan Sosial Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD
DEWAN REDAKSI Penanggung Jawab : Drs. Budi Wibhawa, MS. Ketua Dewan Redaksi: Dr. Santoso Tri Raharjo, S.Sos., M.Si Sekretaris : Drs. Nandang Mulyana, M.Si Mitra Bestari
:
Prof. Drs. Isbandi Rukminto Adi, Ph.D Dr. Dra. Sri Sulastri, M.Si. Dr. Edi Suharto Dr. Kanya Eka Santi, MSW.
Dewan Redaksi
:
Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos.,M.Si. Dr. Nunung Nurwati, dra., M.Si. Dra. Binahayati Rusyidi, MSW., Ph.D
Anggota dewan redaksi: Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW. Risna Resnawaty, S.Sos., MP. Heri Wibowo, S.Psi., MM . Layout dan Distribusi : Sahadi Humaedi, S.Sos., M.Si Meilany Budiarti S, S.Sos., SH., M.Si Alamat Penerbit/Redaksi : Laboratorium Ilmu Kesejahteraan Sosial (Lab Kesos) Gedung B FISIP-UNPAD Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor, Sumedang Telepon/Fax (022) 7796974, 7796416 dan e-mail :
[email protected] dan
[email protected]
ii
PENGANTAR REDAKSI
Share Volume 4 nomor 1 Januari 2014 ini menerbitkan enam artikel ilmiah yang merupakan hasil penelitian serta kajian beberapa penulis. Volume ini diawali dengan tulisan Atik Rahmawati, M.Kesos mengenai Kehidupan Suku Laut Di Batam: Sebuah Fenomena Kebijakan Pembangunan Di Pulau Bertam Kota Batam. Selanjutnya diikuti dengan artikel menyinggung mengenai CSR dari sudut pandang perusahaan yang ditulis oleh Santoso T. Raharjo dan Meilanny Budiarti. Berikutnya adalah artikel berjudul Strategi Komunikasi Pekerja Sosial Dengan Pasien Skizofrenia Dalam Proses Rehabilitasi Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah yang ditulis oleh Sugiyanto, selain itu juga ada artikel berdasarkan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh Risna Resnawaty, Nurliana Cipta Apsari, Budhi Wibhawa dan Sahadi Humaedi dengan judul Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui Pelatihan Perencanaan Bisnis Untuk Wirausaha Pemula. Dua penulis berikutnya masing-masing menyinggung mengenai Efektifitas Program Bina Keluarga Balita oleh Resti Fauziah, Nandang Mulyana, Santoso Tri Raharjo dan Hak Azazi Manusia berkaitan dengan Pekerjaan Sosial yang ditulis oleh Eva Nuriyah Hidayat Para pembaca dapat memperoleh informasi lengkap dan utuh tentang topik-topik tersebut di atas pada artikel jurnal edisi ini. Semoga informasi yang diperoleh dari artikel-artikel yang diterbitkan dalam edisi ini bermanfaat dan dijadikan rujukan yang berarti. Selamat membaca, Redaksi
iii
Share Vol. 4. No. 1, Januari 2014
Social
Work Journal
ISSN: 2339-0042-6
1.
KEHIDUPAN SUKU LAUT DI BATAM: SEBUAH FENOMENA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PULAU BERTAM KOTA BATAM Oleh: Atik Rahmawati 1 -12
2.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI SUDUT PANDANG PERUSAHAAN Oleh: Meilanny Budiarti S., & Santoso Tri Raharjo 13 – 29
3.
STRATEGI KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL DENGAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES REHABILITASI DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEROYO MAGELANG JAWA TENGAH Oleh: Sugiyanto 30 - 49
4.
PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI PELATIHAN PERENCANAAN BISNIS UNTUK WIRAUSAHA PEMULA Oleh: Risna Resnawaty, Nurliana Cipta Apsari, Budhi Wibhawa dan Sahadi Humaedi 50 - 58
5.
EFEKTIFITAS PROGRAM BINA KELUARGA BALITA Oleh: Resti Fauziah, Nandang Mulyana, dan Santoso Tri Raharjo
59 - 68
HAK ASASI MANUSIA DAN PEKERJAAN SOSIAL Oleh: Eva Nuriyah Hidayat
69 - 77
6.
PANDUAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK PENULIS
iv
78 - 80
KEHIDUPAN SUKU LAUT DI BATAM: SEBUAH FENOMENA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PULAU BERTAM KOTA BATAM Atik Rahmawati, M.Kesos.
1
Suku Laut (Sea Nomads) merupakan salah komunitas pribumi (indigenous people) yang mendiami wilayah perairan Kepulauan Riau dengan jumlah terbanyak berdasarkan pendataan Departemen Sosial (Depsos) RI 1988, sekitar 11,23% terkonsentrasi berada di wilayah perairan Batam, berada di sekitar Selat Malaka, Selat Philip, dan Laut Cina Selatan. Disebut sebagai Sea Nomads karena keberadaannya yang hidup nomaden dengan melakukan seluruh aktifitas kegiatan hidup tinggal di sebuah perahu atau sampan yang beratapkan sebuah Kajang. Hidup nomaden di Laut tentu saja mempunyai resiko hidup yang sewaktu-waktu dapat mengancam jiwa jika tiba-tiba cuaca buruk datang, disamping kurang keterjangkauan akan pelayanan sosial yang harusnya mereka dapatkan sebagai warga negara diantaranya pendidikan, kesehatan, perumahan. Hal ini juga mengingat bahwa sejak tahun 1973 Batam sebagai wilayah strategis daerah perbatasan negara tumbuh menjadi daerah Industri, perdagangan, galangan kapal, dan pariwisata yang mempunyai otoritas pengembangan wilayah. Pesatnya pembangunan di Batam tentu saja membawa pengaruh terhadap kehidupan Suku Laut, tak terkecuali dengan program pembangunan oleh Depsos RI terutama sejak tahun 1989 dengan penempatan mereka pada permukiman yang juga melibatkan unsur masyarakat setempat dalam hal ini Orsos Forum Komunikasi dan Konsultasi Sosial (FKKS) Batam yang berada di pulau Bertam-Kota Batam. Tulisan ini berusaha menggambarkan kehidupan Suku Laut yang telah mengalami perubahan hidup menetap yang berada di pulau Bertam-Kota Batam dengan menyajikan impact yang diakibatkan oleh adanya kebijakan pembangunan. Kata Kunci: Pemberdayaan, Dampak Kebijakan, Komunitas Adat, Suku Laut.
1
Penulis saat ini sebagai Staff Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember. Kritik, saran, dan masukan dapat disampaikan melalui
[email protected]. Tulisan ini merupakan hasil dan pengembangan dari tesis penulis di Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia dan telah disampaikan pada saat The 4th International Graduate Student Conference On Indonesia, October 30 – 31, 2012 dengan tema INDIGENOUS COMMUNITIES AND “THE PROJECTS OF MODERNITY” Graduate School Of Gadjah Mada University.
1
Bandung.4 Program ini menjadikan pulau
Pendahuluan
Bertam berubah menjadi pemukiman yang
Program PKAT Suku Laut2 di pulau
ramai dengan dibangunnya beberapa unit
Bertam merupakan program unggulan dari
rumah tambahan dan fasilitas pendukung5.
pemerintah dengan pelaksana program di
Mulai
bawah koordinasi Departemen Sosial dan
tugu perahu, sumur, yetti (dermaga), jalan
Kegiatan
setapak di darat yang telah disemenisasi,
Kesejahteraan Sosial (KKKS) Batam yang
jalan lingkar didarat, sampai dengan listrik
sebelumnya bernama Forum Komunikasi Dan
Konsultasi
Sosial
(FKKS)
tenaga surya.
Batam.
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT)
merupakan
salah
satu
Rumusan Masalah
bentuk Dengan dijadikannya pulau Bertam
kepedulian dan komitmen pemerintah dalam
sebagai proyek percontohan tidak membuat
mempercepat proses pembangunan pada
pulau Bertam tumbuh menjadi permukiman
mereka yang masih belum tersentuh proses pembangunan
nasional
berada
daerah-daerah
pada
yang
yang berkembang baik dari penambahan
umumnya yang
jumlah sarana dan prasarana maupun dari
sulit
jumlah warga suku laut yang menetap di
terjangkau3
pulau
Sebagai proyek percontohan, program
Menkokesra, dan
juga
diungkap
oleh
sebagai berikut:
Mensos,
Menristek;
seperti
hasil wawancara yang telah penulis lakukan
dari; pemerintah RI dalam hal ini Menteri Penerangan,
Bertam,
Sekretaris RT 20 pulau Bertam sebagaimana
ini melibatkan dukungan banyak pihak baik
Mendikbud,
yang
Dasar, masjid, ruang serba guna, monumen
kerjasama Depsos RI dengan organisasi Koordinator
rumah
1993, bangunan posyandu, gedung Sekolah
Suku Laut melalui peran serta masyarakat,
yaitu
pembangunan
dilaksanakan dari tahun 1988 hingga tahun
merupakan proyek percontohan pembinaan
sosial
dari
Dulu waktu pertamanya kali masuk pemukiman, banyak sekali bantuan yang datang, yang darinya pemerintah, K3S Batam (KKKS Batam), juga dari NEBA ada sembako, pembuatan rumah, termasuk jembatan yang sekarang sudah banyak lobang, juga dibuatnya tempat kesehatan juga dokter dan perawatnya, bangunan sekolah juga gurunya. Tapi sekarang jarang pemerintah datang, bantuan lebih banyak dari Bu Dar (yang dimaksud adalah Ibu Sudarsono, ketua KKKS Batam) tiap bulan ramadhan ada
non
pemerintah diantaranya FKKS Batam dan juga yayasan NEBA (Nedherland Batam) sebagai penyedia dana dari luar negeri; disamping juga dari unsur akademisi yaitu Universitas Indonesia dan Institut Teknologi
Suku Laut merupakan komunitas adat yang hidup menggembara di Laut, berdasarkan Literatur The National Museum of Singapore dalam Ringkasan Laporan pendataan Masyarakat Terasing di Daerah Perbatasan Riau oleh Direktorat Bina Masyarakat Terasing Depsos RI (1998) sebagian besar hidup di Kepulauan Riau. 3 (Direktorat PKAT, Depsos RI, hal.7). 2
4
Laporan Program FKKS Batam dan Pengarahan Menteri Sosial RI pada tanggal 21 Oktober 1998. 5 Arba dan Rahman. 2002. Menantang Gelombang Kehidupan Suku Laut di Pulau Bertam Perairan Batam.
2
sembako, buka puasa bersama, buat anak sekolah diberi seragam, sepatu. Bahkan sekarang banyak yang pergi ada yang kembali ke laut atau pindah ke belakang padang. Rumah tak ada sudah rubuh yang dipunya hanya sampan. Jadi sekarang tinggal 114 Jiwa. Kalau seperti ini terus bisa jadi Bertam makin sunyi (September, 2009).
Dari Kehidupan Nomaden di Laut menjadi Komunitas Yang Menetap di Pulau Bertam Kota Batam
Kehidupan
Pulau Bertam merupakan salah satu gugusan pulau yang ada di wilayah Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau tepatnya di Desa Kasu Kecamatan Belakang Padang
yang
harus
dijalani
yang berjarak dari pulau Batam sekitar 7 mil
Laut
terutama
setelah
dari pelabuhan Tanjung Uncang Batam atau
penempatan mereka di Bertam mengalami
10 mil dari pelabuhan Sekupang Batam.
berbagai persoalan baik dari segi ekonomi,
Secara geografis wilayah Kota Batam sendiri
sosial,
pendidikan.
mempunyai luas wilayah 1.570,35 km2, yang
Kehidupan nomaden komunitas Suku Laut
terdiri dari 186 pulau besar dan kecil dengan
dapat dilihat sebagaimana gambar dibawah
pulau terbesar yaitu pulau Batam dengan
ini:
luas 415 Km2 atau yang disebut sebagai
komunitas
Suku
kesehatan,
maupun
Bonded area sedangkan pulau-pulau kecil disekitarnya Hinterland
disebut
sebagai
daerah
termasuk
pulau
Bertam
didalamnya. Out put dari pelaksanaan program PKAT pada komunitas Suku Laut di pulau Bertam salah satunya adalah bermukimnya secara permanen komunitas suku laut di pulau Bertam-Kota Batam. Hidup secara permanen menyebabkan adanya perubahan
Gambar 1: Suku Laut Sesekali Mendarat untuk Melakukan Barter, dan Suku Laut Hidup Mengembara secara berkelompok di Laut.
hidup yang harus dijalani yang tentu saja sangat
berbeda
dengan
kehidupan
sebelumnya sebagai pengembara diperairan Kajian
ini
berusaha
menjawab
sekitar wilayah Batam.
pertanyaan tentang “Bagaimana Kebijakan
Berdasarkan
Pembangunan bagi Komunitas Suku Laut
menunjukkan
berdampak pada kehidupan Komunitas Suku
bahwa
hasil
penelitian6
mereka
cenderung
untuk memilih hidup stabil secara permanen
Laut di Pulau Bertam-Kota Batam ?”.
di
permukiman
dibandingkan
dengan
kehidupan sebelumnya yang mereka jalani. 6
Rahmawati, Atik. 2011. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT) studi pada Komunitas Suku Laut di Pulau Bertam Kota Batam. Universitas Indonesia.
3
Kecenderungan
pilihan
hidup
stabil
di
Terasing
(PKSMT).
Dalam
permukiman disebabkan diantaranya adalah
implementatif
terwujudnya
untuk
beberapa kali perubahan nomenklatur (tata
generasi
nama) dari awal kali pertama disebut dengan
keinginan
mempersiapkan
warga
masa
depan
program
mengalami
penerus terutama melalui pendidikan formal,
istilah
menjaga keselamatan jiwa keluarga karena
“Masyarakat
bisa terhindar dari bahaya keganasan cuaca
pada tahun 1992 disebut sebagai “Komunitas
laut,
serta
kondisi
beradaptasi
Terasing”
kemudian
hingga
kemudian
mulai
Adat Terpencil” sesuai dengan Kepres. RI
lingkungan
darat
No. 111 tentang “Pembinaan Kesejahteraan
sehingga tubuh akan mulai merasa sakit jika
Sosial KAT.
dalam waktu yang lama berada di lautan. Dengan
Terasing”,
yang
tubuh
dengan
“Suku
ini
tataran
stabil
serta merta, tetapi dengan melalui pengkajian
akan
dan evaluasi terhadap program sebelumnya.
berdampak pada ketenangan batin/ jiwa
Yang berarti bahwa dalam pelaksanaan
mereka
terdapat
secara
demikian
permanen
sehingga
kehidupan
Perubahan ini dilakukan tidak secara
yang
dijalani
dapat
merencanakan
pembaharuan
dan
perbaikan
kehidupan yang lebih baik bagi keluarga
metode dan penanganan. Demikian juga
khususnya bagi masa depan anak-anak
dengan perubahan nomenklatur “Masyarakat
melalui pendidikan. Pendidikan sebagai salah
Terasing” menjadi “KAT”. Perbedaan dapat
satu
dilihat
sarana
manusia,
bagi
peningkatan
manusia
yang
kualitas
berkualitas
dari
segi
pemberdayaan
komunitas
mengutamakan
perkembangan menyebutkan
bermanfaat
komunitas. sebagai
bagi
Adi
Modal
dimana
program PKAT lebih mengedepankan konsep
merupakan kekuatan sosial sebagai aset yang
pelaksanaan,
(bottom-up) aspirasi,
dengan
inisiatif,
dan
(2008)
partisipasi komunitas sasaran dalam setiap
manusia
kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan,
(human capital).
sampai tahap evaluasi, menumbuhkan sikap dan rasa percaya diri KAT untuk mengelola
Suku Laut di Pulau Bertam Kota Batam sebagai Komunitas yang “Sudah Diberdayakan” Landasan
Hukum
potensi
Bidang
Kesejahteraan
Sedangkan
dan
dalam
pemberdayaan
dirinya
guna
pelaksanaan
dikemas
dalam
PKSMT bentuk
pembinaan dan cenderung bersifat top down.
Pembangunan
Sosial
pada
geografis dan psikologis serta kemiskinan.
Program
Bertam-Kota Batam dilatarbelakangi oleh kebijakan
ada
melepaskan diri dari keterpencilan, hambatan
Pemberdayaan komunitas Suku Laut di pulau
disahkannya
yang
Kedua pendekatan diatas merupakan
Pola
pendekatan
penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial
karenanya
oleh Departemen Sosial RI melalui program
yang
bertolak
kecenderungan
belakang penggunaan
pendekatan top down atau bottom-up dalam
Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat
pelaksanaan program akan menimbulkan
4
efek yang berbeda pada komunitas sasaran,
terhadap pihak-pihak yang dianggap sebagai
Pressman dan Wilavsky dalam Parsons
target dari keputusan.
(2008: 468) mengungkapkan bahwa Model
Implementasi
kebijakan
pada
rasional top down berisi gagasan bahwa
komunitas Suku Laut tercatat berdasarkan
“implementasi
data
adalah
menjadikan
orang
Depsos
RI
tahun
tahun
2008
2006
yang
melakukan apa-apa yang diperintahkan, dan
dimutakhirkan
mengontrol urutan tahapan dalam sebuah
bahwa suku laut yang merupakan Komunitas
sistem”. Begitu juga yang diungkapkan oleh
Adat terpencil (KAT) berada di pulau Bertam
Kusumanegara dan Nugroho (2010) yang
Desa Kasu Kecamatan Belakang Padang
melihat bahwa pendekatan top down hanya
Kota Batam tercatat “sudah diberdayakan”,
terfokus
dengan pelaksanaan program dari awal
pada
urusan
birokrasi
untuk
1989/1990
sampai
menunjukkan
melaksanakan keputusan politik semata dan
tahun
mengesampingkan interaksi serta perasaan
1993/1994.
manusia. Lebih dalam Fermana (2009) dan
bahwa program yang semula cenderung
Parsons (2008) menyatakan bahwa dalam
bersifat top down (PKSMT) serta merta
relasi sosial yang koersif yang membahas
dikategorikan
tentang siapa objek keputusan, paradigam
bottom up (PKAT).
Pemutakhiran
sebagai
akhir
tahun
menunjukkan
program
bersifat
top-down gagal menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh
masyarakat
Pudarnya Tradisi Budaya Kesenian “Silat Jung dan Joget”.
karena
keputusannya yang bersifat tirani dan elitis. Suku laut merupakan bangsa yang
Dengan penekanan terlalu banyak dikenakan
maju (Neolithicum) bagian dari kelompok
pada definisi tujuan yang ditentukan dari
etnis (indigenous People) sebagai penduduk
atas, bukan pada peran pekerja di lapangan.
asli yang menempati wilayah perairan Batam
Hal ini tentu saja berbeda dengan penggunaan
pendekatan
sebagaimana
yang
mampu bertahan hidup selama berabad-
Bottom-Up,
diungkapkan
abad lamanya dengan nilai-nilai tradisi yang
oleh
diwariskan
Parsons (2008), Kusumanegara (2010), dan
melekat
Nugroho (2010) bahwa pendekatan bottomup
merupakan
preskriptif
serta
pendekatan
yang
mengedepankan
sudah
kebijakan
menjadi
publik
yang
suatu
menganut
model
sehingga
pada
nantinya
sehari-hari.
efektif membantu mereka untuk memiliki kendali nyata terhadap masyarakat mereka sendiri. Partisipasi budaya juga sebagai cara penting untuk membangun modal sosial,
demokrasi dirumuskan dari bawah (bottom up)
kehidupan
dan
memperkuat budaya pribumi/asli yang secara
unsur
keharusan
pada
turun-temurun
Pelibatan tradisi budaya komunitas dapat
lebih
desentralisasi dalam pelaksanaan program dan
secara
memperkuat masyarakat, dan menegaskan
lebih
identitas, sebagaimana diungkapkan oleh Ife
memungkinkan munculnya pemberdayaan
dan Tesoriero (2008). Demikian juga yang
5
diungkapkan Putnam dalam Suharto (2008:
durasi waktu kurang lebih 5 menit. Sehingga
98) bahwa “modal sosial tidak akan habis jika
pengeluaran keseluruhan warga untuk sekali
dipergunakan,
semakin
pergelaran Joget adalah {(2x60 menit)/5
meningkat. Rusaknya modal sosial lebih
menit} x Rp. 4.000,- x 10 penari, atau kurang
sering disebabkan bukan karena dipakai,
lebih Rp. 960.000,- dan selama 1 tahun maka
melainkan karena ia tidak dipergunakan”.
dapat terkumpul dana kurang lebih sebesar
melainkan
Yang terjadi pada komunitas Suku Laut
Rp. 3.840.000,-. Ife dan tesoriero (2008)
di pulau Bertam terkait aspek budaya saat ini
sendiri menyebutnya sebagai komodifikasi
adalah mulai pudarnya budaya tradisi dalam
budaya.
hal ini kesenian diantaranya Silat, Jung, dan joget
yang
semula
melembaga
Selain
dalam
itu
dampak
langsung
yang
bersifat negatif yang dapat dilihat dari aspek
kehidupan mereka sebagai media hiburan
budaya
tempat warga melepas lelah setelah seharian
ketergantungan
berada di laut mencari tangkapan ikan. Salah
bantuan.
satu tradisi yang masih ada pada saat ini
diakibatkan
adalah
juga
pelaksana terhadap komunitas Suku Laut,
mengalami pergeseran dari tata cara dan
akibatnya pelaksana program cenderung
peralatan yang digunakan. Jika sebelumnya
memanjakan warga dengan bantuan yang
Joget
bersifat
“Joget”
namun
merupakan
demikian
media
hiburan
gratis
adalah
munculnya
warga
Sifat
terhadap muncul
pandangan
(charity).
negatif
Program-program
komunitas Suku Laut pada saat ini berubah
yang
menjadi media hiburan yang bisa mendorong
programme)
warga
merupakan program yang kurang dapat
untuk
Pertunjukkan
berperilaku “Joget”
hidup
ataupun
(one
amal
shot
(charity)
dilihat manfaatnya dalam jangka panjang,
penari yang kesemuanya masih dalam usia
sebagaimana yang diungkap oleh Adi (2008).
remaja dan berasal dari luar pulau Bertam
Ketergantungan sendiri bukanlah merupakan
dengan
tujuan
musik
oleh
insidental
10
iringan
dilakukan
boros.
bersifat
Bertam
ketergantungan
karena
amal
sikap
modern
yang
dari
sebuah
kebijakan
publik
menghentak dan tidak ada ketentuan serta
sebagaimana pendapat Nugroho (2006: 22)
aturan
harus
bahwa kebijakan publik yang terbaik adalah
ini
mendorong setiap warga masyarakat untuk
dilakukan warga tiga bulan sekali sebagai
membangun daya saing masing-masing, dan
hiburan
bukan semakin menjerumuskannya ke dalam
baku
bagaimana
penari
badan.
Kebiasaan
menggerakkan
pelepas
lelah
setelah
seharian
mencari ikan. Karenanya biasanya dimulai
pola ketergantungan”.
dari jam 24.00 WIB setelah beberapa saat
Sifat ketergantungan ini di sebabkan
para warga pulang melaut dan berakhir pada
salah satunya karena pada saat proses
jam 02.00 WIB atau kurang lebih 2 jam.
pelaksanaan program warga terbiasa untuk
Untuk
menerima bantuan yang cenderung bersifat
sekali
goyang
warga
harus
mengeluarkan biaya Rp. 4.000,- dengan
amal,
6
akibatnya
ketika
terminasi
dilaksanakan
yang
menandakan
bahwa
menerima
bantuan
modal
usaha
program telah berakhir serta menandakan
pemberdayaan
pula bahwa segala pembangunan sarana
sebagaimana diungkap oleh
dan prasarana, bantuan yang diperoleh
Informan
warga juga terhenti. Dengan selesainya
Pemberdayaan
program PKAT untuk komunitas Suku Laut di
Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, Koperasi
Bertam,
dan Usaha Kecil Menengah Kota Batam.
maka
FKKS
bertanggung
tidak
jawab
keberlangsungan tersebut.
Batam
lagi
terhadap
ekonomi
untuk
yang
Hal
produktif, salah
merupakan
Kabid
Masyarakat
secara
Dinas
tidak
langsung
(sustainable)
program
menunjukkan
selanjutnya
program
pelaksanaan kegiatan sebelum terminasi
Untuk
bahwa
satu
dalam
evaluasi
pembangunan bagi warga Bertam akan
dilaksanakan,
pelaksana
disesuaikan dengan mekanisme penyaluran
mengikutsertakan
warga
program pembangunan dari pemerintah atau
mempertimbangkan
melalui
Sedangkan
komunitas sasaran. Adi (2008: 252) bahwa
mekanisme MUSRENBANG menghendaki
“Evaluasi sebagai proses pengawasan dari
adanya usulan akan perioritas kebutuhan
warga dan petugas terhadap program yang
warga yang berasal dari warga setempat
sedang
dengan prasyarat adanya proposal analisis
masyarakat
prioritas kebutuhan. Kondisi ini tentu saja
melibatkan
warga,
mempersulit
warga
Bertam,
keterlibatan
warga
disebabkan
mayoritas
warga
orang
tidak
MUSRENBANG.
tua
memiliki
hal
ini
khususnya
berjalan
belum
dan
kualitas
pada
kurang
SDM
dari
pengembangan
sebaiknya dilakukan
dengan
karena
dengan
diharapkan
akan
terbentuk suatu sistem dalam komunitas
kemampuan
untuk
melakukan
pengawasan
secara
membaca dan berhitung sehingga untuk
internal sehingga dalam jangka panjang
memenuhi prasyarat tersebut adalah suatu
diharapkan akan membentuk suatu sistem
hal yang sulit dilaksanakan.
dalam
Keadaan tersebut terjadi salah satunya juga
akibat
disfungsi
disebabkan
oleh
ketua
RT
yang
kesehatan
dan
fisik
masyarakat
yang
lebih
“mandiri”
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada”. Jika dalam pelaksanaan evaluasi tanpa melibatkan
komunitas
sasaran
akibat
pelaksana yang sudah tidak lagi dapat
selanjutnya dalam jangka panjang adalah
menjalankan kewajibannya sebagai Ketua
belum
Rukun
warga dan yang ada lebih cenderung pada
Tetangga.
Aparat
pemerintah
setempat yang kurang peduli dengan situasi dan
kondisi
warga
di
pulau
dapat
memunculkan
kemandirian
ketergantungan.
Bertam
Akibat
lebih
lanjut
menumbuhkan
menjadi
menjaga dan memiliki sarana dan prasana
penyelesaian.
Akibat
belum lebih
ada lanjut
yang
menunjukkan bahwa belum ada warga yang
diperoleh
kesadaran
kurang
menyebabkan permasalahan disfungsi ini berlarut-larut
sikap
yaitu
pada
saat
untuk
proses
pelaksanaan program. Hal ini dapat dilihat
7
dari kurang terjaga dan terawatnya sarana
terbuang di laut memicu adanya kebiasaan
dan prasarana hidup yang diperoleh warga
warga
Bertam diantaranya, kondisi rumah yang
sembarangan. Kebiasaan ini menyebabkan
mulai banyak yang lapuk bahkan beberapa
lingkungan menjadi kotor, karena sampah
telah roboh, jembatan (pelantar) dan yetti
yang dibuang tidak bisa terbawa arus laut
(dermaga) yang sudah mulai lapuk dan
sehingga pada saat air surut tiba, sampah
berlubang, modem sebagai alat listrik tenaga
masih tertinggal di kolong-kolong rumah
surya yang mulai rusak dan tidak bisa
tersangkut
digunakan, bangunan ruang serba guna yang
penyangga.
sudah roboh, ruang kesehatan yang mulai
yang
membuang
oleh
Kondisi
ini
sampah
pancang-pancang
secara
tidak
rusak tidak lagi digunakan, monumen perahu
menyebabkan
yang sudah tidak lagi berada ditempatnya,
sedangkan lingkungan merupakan salah satu
dan juga rumah yang dibangun di darat yang
modal
semuanya roboh tinggal puing-puing.
environmental capital sebagai aset komunitas
Adanya
sifat
ketergantungan
serta
pencemaran
langsung
yang
yang
oleh
Adi
lingkungan.
(2008)
mendukung
disebut
pengembangan
kualitas SDM yang rendah dan didorong oleh
masyarakat.
kurangnya perhatian pemerintah setempat
berakibat buruk pada kondisi kesehatan
terhadap
warga, atau dapat dikatakan merupakan
kebutuhan
warga
Bertam
menyebabkan munculnya mobilitas warga
Lingkungan
yang
tercemar
dampak negatif dari lingkungan.
Bertam yang dilakukan dengan pindah dari Menurunnya Hasil Tangkapan Berpengaruh Pada Pendapatan
permukiman Bertam ke tempat yang lain,
Yang
diantaranya ke pulau Lingga juga pulau Batam,
atau
juga
kembali
menjalani
Data
hasil
penelitian
menunjukkan
kehidupan sebagai Suku Laut yang nomaden
adanya polusi di perairan Batam yang
di lautan
diakibatkan
Kondisi
ini
dari
industri
perkapalan yang ada di sekitar pulau Batam.
menegaskan munculnya dampak negatif dari
Jarak yang relatif dekat antara pulau Batam
aspek
dari
dan pulau Bertam menyebabkan polusi yang
pelaksanaan program PKAT khususnya bagi
ada sampai pada perairan di pulau Bertam.
Komunitas Suku Laut yang ada di pulau
Akibat lebih lanjut dari polusi ini adalah
Bertam-Kota Batam.
berkurangnya
habitat
ikan
mempengaruhi
hasil
tangkapan
yang
tidak
limbah
langsung
budaya
secara
oleh
terjadi
akibat
Lingkungan Yang Semakin Tercemar Penggunaan
model
rumah
sehingga warga
Bertam, yang secara langsung berpengaruh semi
pada pendapatan.
permanen di darat dengan pancang-pancang
Mengingat pekerjaan utama mayoritas
kayu sebagai penyangga rumah serta model
warga Bertam adalah nelayan sehingga
Mandi Cuci Kakus (MCK) yang langsung
pendapatan mereka sangat tergantung pada
8
hasil
tangkapan
ikan.
Kondisi
ini
juga
(pulau
tetangga),
dimana
kepemilikan
menunjukkan bahwa dalam study kelayakan
pertama atas tanah ada pada warga Kasu
untuk menentukan lokasi permukiman yang
baru
dilaksanakan pada saat persiapan belum
permukiman warga Bertam. Seperti yang
mempertimbangkan kondisi lingkungan di
diungkapkan oleh Ife dan tesoriero bahwa Isu
sekitar pulau Bertam yang dapat berakibat
yang sering muncul diseputar masyarakat
terhadap kehidupan warga di masa yang
adat adalah tanah dan spiritualitas (2008).
datang.
sedikitnya
Pernyataan tersebut secara tidak langsung
tangkapan ikan di perairan Bertam dan
menunjukkan bahwa pelaksana kurang peka
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
dengan isu-isu sentral seputar komunitas
sebelum bermukim di Bertam membuat
adat
sebagian besar warga melakukan kegiatan
direncanakan dan diformulasikan, pelaksana
“Bertandang”.
program cenderung tidak mempertimbangkan
Dengan
semakin
Kegiatan bertandang dilakukan warga
mencari ikan di sekitar
akibatnya
menyusul
pada
didirikan
saat
program
aspek penilaian akan keberlanjutan kegiatan
selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk
kemudian
dari program yang dilaksanakan.
perairan Munculnya Sikap Mengharap Imbalan Tanpa Kerja Keras
kepulauan Riau dengan membawa serta
Akan
isteri juga anak mereka tak kecuali mereka Dampak tidak langsung dari program
yang masih dalam bangku sekolah. Akibat
PKAT pada Komunitas Suku Laut yang ada
dari kegiatan ini lebih lanjut anak menjadi membolos
sehingga
berpengaruh
di pulau Bertam adalah pemasukan sumber
pada
daya bagi Organisasi FKKS Batam serta
proses belajar mengajar.
perbaikan Kesadaran Hak Kepemilikan Tanah
pelaksanaan
menyangkut kepemilikan mayoritas
legalitas tanah warga
warga
Bertam
secara
hukum
sebagai yang
akibat
belum
manfaat
berlangsung.
pada
penambahan
pemasukan
terutama berasal dari kepercayaan lembaga/
memiliki
organisasi yang mempunyai tujuan yang sama sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan eksistensi organisasi.
warga yaitu bagian muka atau lokasi dimana
Namun
permukiman berdiri yang merupakan milik
demikian
bahwa
kegiatan
mempromosikan komunitas Suku Laut yang
sebagian warga Bertam dan hutan yang perkebunan
program
sumber daya bagi opersionalisasi kegiatan,
dari
pulau Bertam secara umum terbagi atas dua
terdapat
petugas
pelaksanaan program PKAT memberikan
Sertifikat Kepemilikan Tanah. Kepemilikan
didalamnya
dari
Keberhasilan FKKS Batam menyelesaikan
atas kepemilikan tanah yang didorong oleh kekhawatiran
hidup
pendamping (Community Worker) pada saat
Munculnya kesadaran warga Bertam
adanya
kualitas
ada di Bertam oleh FKKS Batam juga
karet
memicu munculnya sikap mengharap akan
merupakan milik warga dari pulau Kasu
9
imbalan tanpa kerja keras, yang disebabkan
lain
oleh adanya kesadaran warga Bertam bahwa
sebagai sea nomads.
dirinya mempunyai nilai jual tinggi yang dapat
atau
kembali
Deskripsi
menjalani
singkat
kehidupan
dampak
menghasilkan uang, atau dapat dikatakan
pelaksanaan program PKAT pada komunitas
memicu munculnya dampak negatif aspek
Suku Laut di pulau Bertam dapat dilihat
budaya.
sebagaimana gambar dibawah ini:
Kesimpulan Sebagai pengembangan
sebuah masyarakat,
model pelaksanaan
program PKAT pada komunitas Suku Laut di pulau
Bertam-Kota
kelemahan
mendasar
program
tidak
analisis
kebutuhan
komunitas
Batam yaitu
memiliki
pelaksanaan
mempertimbangkan
sasaran,
(need
pada
assessment)
disamping
juga
mengesampingkan aspek budaya, adat dan istiadat komunitas sasaran serta didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah ditunjukkan dengan tingkat buta huruf yang
tinggi
menyebabkan
Partisipasi
komunitas sasaran masih terbatas pada Partisipasi Material
Incentive Incentive)
(Participation pada
level
for fase
“menenangkan” atau masuk dalam kategori “tokenisme”7. Tokenisme dalam keadaan terburuk akan membuat orang-orang yang tak berdaya semakin tak berdaya dan terasing. Akibatnya saat ini komunitas suku laut yang ada di pulau Bertam menjadi kurang berkembang. Yang ditandai dengan adanya mobilitas warga baik pindah ke pulau
7
Tokenisme dalam Ife dan Tesoriero (2008) merupakan praktek memberikan kebaikan-hati secara resmi kepada wakil kelompok-kelompok khusus dalam masyarakat hanya untuk tujuan menghasilkan suatu penampilan yang jujur/adil.
10
Gambar 2. Skema Dampak Program PKAT pada Komunitas Suku Laut di Pulau BertamKota Batam Tidak Langsung-di Luar Suku Laut Bertam
- Mulai pudar bahkan hilang sebagian adat istiadat budaya (Jung, Silat & Joget) - Munculnya sikap ketergantungan akan bantuan - Mobilitas Warga (Menetap ditempat lain/ kembali nomaden
− − Suku Laut Bertam Pencemaran Lingkungan (membuang sampah sembarangan)
Budaya
− − Lingkungan
Dampak Program
+ Masukan sumber Daya FKKS/ KKKS Batam
Menurunnya Tangkapan ikan (pencemaran lingkungan)
− −
+
Ekonomi Personal/Spiritual
+ Bertandang (menambah pendapatan, anak tidak sekolah)
− −
+
Kahidupan Stabil di permukiman (terhindar cuaca yang mengancam jiwa, ↑ pendidikan anak, adapatasi kondisi tubuh)
Daftar Pustaka Adi,
Sosial &Politik
Munculnya kesadaran akan hak milik tanah (aspek keberlanjutan tidak diperhitungkan dalam rencana &formulasi pada saat pelaksanaan program)
Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI.
Isbandi Rukminto. (2008). Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. (2004). Profil Keberhasilan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pada 12 Provinsi. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Departemen Sosial RI.
Arba, Syarofin dan Rahman, Abdul. (2002). Menantang Gelombang Kehidupan Suku Laut Di Pulau Bertam Perairan Batam. Batam: Pustaka Dinamika.
Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development (Sastrawan Manullang, Nurul Yakin, M.
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. (2005). Pengembangan Model Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
11
Nursyahid, Penerjemah). Pustaka Pelajar.
Terasing Di Daerah Perbatasan Riau. Jakarta: Direktorat bina Masyarakat Terasing Ditjen BINKESOS- Departemen Sosial RI.
Yogyakarta:
Indihono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys. Jogyakarta: Gava Media.
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. (2002). Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2009 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil dan Keputusan Menteri sosial Republik Indonesia Nomor: 06/PENGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat TerpencilDerektorat Jenderal Pemberdayaan SosialDepartemen Sosial RI.
Nugroho D, Riant. (2006). Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang Model-Model Perumusan, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Suharto, Edi. (2008). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik-Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam mewujudkan Negara Kesejahteraan (welfare state) di Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Direktorat Pemberdaaan Komunitas Adat Terpencil. (2008). Data Persebaran Komunitas Adat Terpencil tahun 2006 yang Dimutakhirkan Tahun 2008. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
Direktorat Bina Masyarakat Terasing. (1987). Pola Pembinaan Kesejahteraan Sosial Suku Laut di Batam. Jakarta: Direktorat Bina Masyarakat Terasing Ditjen BINKESOSDepartemen Sosial RI. Direktorat Bina Masarakat Terasing. (1988). Ringkasan Laporan Pendataan Masyarakat
12
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI SUDUT PANDANG PERUSAHAAN Oleh: Meilanny Budiarti S. & Santoso Tri Raharjo
Abstrak Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bagian dari Corporate Responsibility sehingga diminta atau tidak dan ada aturan atau tidak terkait dengan pelaksanaan CSR, pihak perusahaan akan tetap melakukan kegiatan CSR kepada masyarakat lokal. Eksistensi perusahaan berpotensi besar mengubah lingkungan masyarakat, baik ke arah negatif maupun positif. Dengan demikian perusahaan perlu mencegah timbulnya dampak negatif, karena hal tersebut dapat memicu konflik dengan masyarakat, yang selanjutnya dapat mengganggu jalannya perusahaan dan aktifitas masyarakat. Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat berdirinya suatu kawasan industri, mengharuskan perusahaan untuk bertanggung jawab kepada publik khususnya masyarakat di sekitar wilayah perusahaan melalui aktivitas yang nyata sehingga dalam pelaksanaan kegiatan CSR, perusahaan harus berhati-hati dan dilakukan dengan cara-cara yang benar agar tidak memperkuat kondisi relasi ketergantungan dari masyarakat akan kehadiran perusahaan. Kata kunci: CSR, tanggung jawab sosial, perusahaan, persepsi perusahaan, masyarakat
A. PENDAHULUAN
Kegiatan-kegiatan
Masyarakat memiliki local wisdom
sosial
(corporate
tanggung
social
jawab
responsibility)
yang berbeda di setiap daerah, sehingga
perusahaan dengan demikian membutuhkan
program-program
pemahaman
perusahaan
tanggung
harus
jawab
disesuaikan
sosial dengan
yang
mengenai
kondisi
kondisi masyarakat setempat tersebut. Hal
dimana
kegiatan
tersebut
responsibility
sebagai
konsekuensi
baik
dan
mendalam
masyarakat
setempat
corporate
social
(CSR) perusahaan tersebut
keberadaannya perusahaan sebagai ‘agent
diwujudkan. Peran serta masyarakat dan
of
stakeholder menjadi penting untuk dilibatkan
development’
masyarakat.
Dengan
di
tengah-tengah
demikian,
sangat
dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut.
penting bagi perusahaan untuk mengetahui
Kegiatan CSR bagi masyarakat merupakan
kondisi-kondisi sosial budaya masyarakat
suatu proses yang bergerak dan bertalian
sekitar.
dengan
sumber-sumber
masyarakat,
13
yang
yang
saat
ini
ada
di
mulai
dimanfaatkan
secara
maksimal
oleh
masyarakat
perusahaan.
masyarakat.
aturan
atau
tidak
terkait
dengan B. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
pelaksanaan corporate social responsibility pihak
melakukan
perusahaan kegiatan
akan
CSR
tetap
Penerapan kegiatan corporate social
kepada
responsibility didasarkan pada banyak alasan
masyarakat lokal. Namun, pada praktiknya, CSR
yang
dilakukan
dan tuntutan, sebagai paduan antara faktor
oleh
internal
perusahaan masih banyak yang cenderung
konflik
antara
masyarakat
dan
eksternal.
Sebagaimana
dijelaskan lebih jauh oleh Frynas (2009) yang
ditujukan untuk ‘meredam’ munculnya gejolak atau
adanya
manusia, serta meningkatkan kesejahteraan
responsibility sehingga diminta atau tidak dan
program
adalah
mengurangi biaya, membangun sumber daya
merupakan salah satu bagian dari corporate
(CSR),
sini
pengurangan resiko, meningkatnya good will,
Di sisi lain, tanggung jawab sosial
ada
di
melihat bahwa pertimbangan perusahaan
dengan
untuk melakukan kegiatan CSR antara lain
perusahaan.
umumnya karena alasan-alasan berikut: Pelaksanaan otonomi daerah juga memunculkan harus
persoalan
dihadapi
tersendiri
oleh
1) Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan
yang
perusahaan
2) Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan image yang positif
multinasional di daerah. Seiring pula dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya
untuk
turut
serta
3) Bagian dari perusahaan
mengatur
penyelenggaraan negara, masyarakat mulai
strategi
bisnis
4) Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat setempat
ingin memperoleh manfaat dari keberadaan
Hal ini didukung oleh tuntutan penerapan
5) Bagian dari risk management perusahaan untuk meredam dan menghindari konflik sosial
konsep CSR baik secara lokal melalui
Terkait dengan batasan mengenai
berbagai aksi masyarakat, secara nasional
tanggung jawab sosial perusahaan atau
melalui
Corporate Social Responsibility (CSR) yang
perusahaan yang beroperasi di daerahnya.
legitimasi
hukum,
serta
iklim
perindustrian di seluruh penjuru dunia. Dalam
penerapan
CSR
dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda, sesuai
oleh
dengan
sudut
pandang
dan
perusahaan, perlu hati-hati dan cara-cara
pemahaman masing-masing mengenai CSR.
yang benar agar tidak memperkuat kondisi
Namun
relasi ketergantungan dari masyarakat akan
beberapa
kehadiran
memagari kajian mengenai CSR. Berikut
perusahaan.
Keuntungan-
demikian
perlu
definisi,
sebagai
keuntungan yang secara otomatis didapat
definisi
dari
Pemerintah Inggris:
pelaksanaan
kegiatan
CSR
bagi
14
CSR
yang
dikemukakan koridor
dikemukakan
dan
oleh
“The voluntary actions that business can take, over and above compliance with minimum requirements, to address both its own competitive interest and interests of wider society” (www.csr.gov.uk UK Government)
operations as well as their interactions with stakeholders”.(European Communities 2007) Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik inti bahwa CSR merupakan konsep sebagai berikut:
Lebih lanjut World Business Council and Sustainability memberikan
Development pengertian
1) Perusahaan harus mempunyai perhatian terhadap persoalan sosial dan lingkungannya 2) Berdasarkan prinsip sukarela 3) Kegiatan bisnis dan interaksi dengan pemangku kepentingan harus memperhatikan persoalan sosial dan lingkungan
(WBCSD),
tanggung
jawab
sosial perusahaan sebagai berikut: “The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”(WBCSD, 1999, Business Association)
Setidaknya ada 2 (dua) landasan berkenaan
dengan
corporate
social
responsibility (CSR) yaitu berasal dari etika bisnis (bisa berdasarkan agama, budaya atau
Pendapat tanggung jawab sosial lainnya dikemukakan dalam www.csrasia.com, sebagai berikut:
etika kebaikan lainnya) dan dimensi sosial dari
aktivitas
bisnis.
CSR
atau
sering
diartikan sebagai “being socially responsible”
“A company’s commitment to operating in an economically, socially, and environmentally sustainable manner while balancing the interests of the diverse stakeholders”(www.csrasia.com, social enterprise)
jelas
merupakan
suatu
cara-cara
yang
berbeda untuk orang yang berbeda dalam negara
yang
berbeda
pula.
Artinya
penerapan CSR di masing-masing negara harus disesuaikan dengan konteks sosial dan
Definisi-definisi tersebut menunjukkan
lingkungannya. Sehingga perlu kehati-hatian
adanya keragaman dalam mengartikan dan mengimplementasikan hingga
saat
ini
CSR, tidak
ada
dalam menerapkan konsep CSR dari negara-
sehingga,
negara maju di negara-negara yang sedang
terdapat
berkembang (Frynas, 2009).
kesepakatan mengenai batasan tanggung Blowfield
jawab sosial perusahaan (McWilliams, et.al,
dan CSR
Frynas
(2005)
sebagai
sebuah
dalam Radyati, M.R. & Nindita. 2008).
mengibaratkan
Namun demikian terdapat suatu pemahaman
‘payung’ bagi beragam teori dan praktek
yang sama di masyarakat Eropa mengenai
yang mengakui dan memahami persoalan-
CSR, sebagaimana pernyataan berikut:
persoalan berikut: 1) Bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan alam, yang terkadang lebih jauh lagi
“There is broad agreement in Europe on the definition of CSR as a concept whereby companies integrate social and environmental concerns – on a voluntary basis- into their business
15
sekedar memenuhi aspek legal dan pertanggungjawaban individual. 2) Bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab untuk berperilaku dengan siapa mereka melakukan bisnis. 3) Bahwa bisnis harus (perlu) mengelola hubungannya dengan masyarakat yang lebih luas, dengan alasan komersial atau untuk nilai tambah terhadap masyarakat.
jika dan hanya jika hal tersebut konsisten dengan penciptaan kesejahteraan. Kelompok teori ini dapat disebut instrumental theories karena mereka memahami CSR sebagai alat belaka untuk memperoleh keuntungan. 2) Kelompok kedua yang melihat kekuatan sosial dari perusahaan yang menjadi tekanan, khususnya dalam hubungannya dengan masyarakat dan tanggung jawabnya dalam arena politis berkaitan dengan kekuatan ini. Hal tersebut mengarahkan perusahaan untuk menerima tugastugas dan hak-hak sosial atau berpartisipasi dalam kerjasama sosial tertentu. Kita dapat menyebut kelompok ini dengan political theories. 3) Kelompok ketiga termasuk teori-teori yang mempertimbangkan bisnis seharusnya to integrate tuntutan sosial. Biasanya berpendapat bahwa bisnis tergantung pada masyarakat untuk kelanjutan dan pertumbuhannya, bahkan untuk keberadaan bisnisnya sendiri. Kelompok ini adalah integrative theories. 4) Kelompok keempat teori dari pemahaman hubungan antara bisnis dan masyarakat adalah penanaman nilai-nilai etis. Hal tersebut mengarahkan visi CSR dari suatu perspektif etis dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima tanggung jawab sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas pertimbangan lainnya. kelompok ini disebut dengan ethical theories
Sebagai konsep ‘payung’ maka menjadi hal yang lumrah ketika melihat banyak dan beragamnya pengertian dan pemahaman mengenai
CSR,
memunculkan
banyak
interpretasi mengenai CSR sebagaimana yang dikemukakan oleh Ameshi and Adi, 2007 dan dikutip oleh Frynas (2009:5), yaitu: 1) Etika dan moralitas bisnis 2) Akuntabilitas perusahaan 3) Corporate citizenship (perusahaan warga) 4) Bantuan dan pilantropi perusahaan 5) Perusahaan hijau dan pemasaran hijau 6) Manajemen keragaman 7) Tanggungjawab lingkungan 8) Hak asasi manusia 9) Rantai manajemen pembelian dan penyediaan yang bertanggungjawab 10) Investasi sosial yang bertanggung jawab 11) Perjanjian (kesepakatan) stakeholder 12) Keberlanjutan Sementara itu, Garriga & Mele (2004: 51-71) mencoba memetakan konsep-konsep
1.
CSR ke dalam empat kelompok besar,
Instrumental CSR Kelompok
sebagai berikut:
pertama,
kelompok
instrumental theories, menganggap bahwa
1) Kelompok pertama yang berasumsi bahwa perusahaan adalah instrumen untuk menciptakan kesejahteraan dan bahwa ini merupakan satu-satunya tanggung jawab sosial. Hanya aspek ekonomi dari interaksi antara bisnis dan masyarakat yang dipertimbangkan. Jadi sekiranya terdapat aktivitas sosial yang diterima,
CSR atau kegiatan sosial adalah sebuah alat untuk mencapai tujuan ekonomi yang pada akhirnya adalah menghasilkan kekayaan. Pendekatan
instrumental
theories
ini
didukung oleh pandangan yang diungkapkan oleh Friedman (1970) bahwa satu-satunya
16
tanggung jawab bisnis kepada masyarakat
Dalam tujuan the strategic goal of
adalah memaksimalkan profit untuk para
achieving
competitive
pemegang saham, sesuai dengan kerangka
perusahaan
fokus
hukum dan kebiasaan etika dari negara
mengalokasikan
tempat bisnis tersebut berada. Kelompok
mencapai tujuan sosial jangka panjang dan
teori ini kemudian banyak diakui dan diterima
menciptakan keuntungan yang kompetitif. Hal
oleh
banyak
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
perusahaan yang melakukan program CSR
Husted & Allen, 2000, yang dikutip oleh
dengan
ini.
Garriga & Mele (2004:54) “…focused on how
oleh
to allocate resources in order to achieve long-
Windsor (2001: hal. 226) bahwa “a leit-motiv
term social objectives and create competitive
of wealth creation progressively dominates
advantage”. Ada tiga pendekatan yang dapat
the managerial conception of responsibility”.
digunakan dalam mencapai tujuan tersebut,
perusahaan,
bahkan
menggunakan
Sebagaimana
Ada
yang
tiga
dasar
teori
diungkapkan
tujuan
ekonomi
context
yaitu
maximization
competitive
cause-related
advantages;
marketing.
Dalam
of
philanthropic
activities;
human,
organizational
and
physical
disruptive innovations (Garriga & Mele, 2004; Porter & Kramer, 2002; Christensen, et al., 2001; Christensen & Overdorf, 2000; Barney,
untuk menjawab tuntutan sosial yang akan
1991; Wernerfelt, 1984).
meningkatkan nilai para investor dimata masyarakat harus dilakukan, sedangkan jika tersebut
melalui
bottom of the economic pyramid melalui
tujuan
Mele (2004) menjelasan bahwa investasi
sosial
untuk
resources over time; dan strategies for the
dan
maximization of shareholder value, Garriga &
tuntutan
daya
dynamic capabilities melalui unique interplay
of
shareholder value; the strategic goal of achieving
sumber
bagaimana
natural resource-based view of the firm and
instrumental theories ini menurut Garriga & 53)
kepada
yaitu social investments in a competitive
yang
kemudian dapat diidentifikasi dari kelompok
Mele (2004:
advantages,
Cause-related marketing, merupakan
mengakibatkan
sebuah
proses
kegiatan
pemasaran
kerugian bagi perusahaan, maka investasi
perusahaan yang menghasilkan keuntungan
tersebut seharusnya ditolak. Konsep ini
melalui
memuat tujuan untuk pencarian nilai atau
menguntungkan yang sesuai dengan tujuan
value-seeking
values
perusahaan dan juga individual. Misalnya
maximization sebagai tujuan utamanya dan
dengan menjual produk dengan label bebas
pada saat yang bersamaan, tujuan ini
pestisida atau non-animal tested. Varadjan &
digunakan sebagai kriteria dalam transaksi
Menon
penting diantara para pemangku kepentingan
related marketing sebagai:
atau
long-term
(Jensen, 2000; Garriga & Mele, 2004).
adanya
(1988:60)
pertukaran
mendefinisikan
yang
cause-
The process of formulating and implementing marketing activities that are characterized by an offer from the
17
firm to contribute a specified amount to a designated cause when costumers engage in a revenueproviding exchange that satisfy organizational and invididual objectives.
Garriga & Mele (2004), yaitu Corporate
Tujuan dari cause-related marketing
pertama kali dikemukakan oleh Davis (1960).
dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan
Ia adalah orang pertama yang berpendapat
adalah
bahwa bisnis adalah institusi sosial dan
meningkatkan
Constitutionalism, Integrative Social Contract Theory dan Corporate Citizenship. Teori
pendapatan
Corporate
perusahaan dan penjualan atau hubungan
sehingga
konsumen
merk
kekuasaannya secara bertanggung jawab.
perusahaan melalui akuisisi dan asosiasi
Garriga & Mele (2004:55) mengungkapkan
dengan dimensi etika atau dimensi tanggung
bahwa Davis (1960) “was one of the first to
jawab sosial, sehingga menghasilkan situasi
explore the role of power that business has in
yang saling menguntungkan, dalam konteks
society and the social impact of this power”.
perusahaan dan sosial (Gerriga & Mele,
Kemudian Davis (1960) memperkenalkan
2004;
kekuatan bisnis sebagai sebuah elemen baru
dengan
Murray
membangun
&
Montanari,
1986;
Varadarajan & Menon, 1988). 2.
bisnis
Constitutionalism
harus
menggunakan
dalam debat mengenai CSR. Davis (1960) menekankan
Politik CSR
pada
pendapat
bahwa
tanggung jawab sosial bisnis tergantung Kelompok teori kedua yang dipetakan
pada kekuasaan sosial yang dimiliki bisnis
oleh Garriga & Mele (2004) adalah kelompok political
theories.
Kelompok
teori
tersebut. Hal ini kemudian diperkuat dengan
ini
yang diungkapkan oleh Davis (1967:48)
memusatkan perhatiannya pada bagaimana
“social responsibilities of businessmen arise
menggunakan tanggung jawab dari kekuatan
from the amount of social power that they
bisnis dalam arena politik. Yang dimaksud
have
dengan political theories, menurut Garriga &
and
interactions
approaches
and
focus
connections
the
on
of
business
and
its
CSR
yang
social
power
functional
role
of
business
and
sosial kekuasaan dimanifestasikan melalui peran fungsional bisnis dan manager dalam
inherent
masyarakat.
responsibility”. (sekelompok teori-teori dan pendekatan
of
managers”. Ini berarti bahwa tanggung jawab
between
business and society and on the power and position
equation
responsibility has to be understood through
Mele (2004:55) adalah “a group of CSR theories
….the
Teori integrative social contract theory
memusatkan
yang diungkapkan oleh Donaldson & Dunfee
perhatiannya pada interaksi dan koneksi
(1994, 1999) berawal dari pertimbangan
antara bisnis dan masyarakat dan pada
bahwa ada hubungan antara bisnis dan
kekuasaan dan posisi bisnis dan tanggung
masyarakat berdasarkan pada tradisi kontrak
jawab yang melekat pada bisnis tersebut).
sosial.
Ada tiga teori utama yang diungkapkan oleh
18
Kontrak
sosial
ini
kemudian
berimplikasi kepada
3.
beberapa kewajiban
Integratif CSR
tidak langsung dari bisnis untuk masyarakat
Kelompok
(Garriga & Mele, 2004; Prayogo, 2011). Lebih
teori
ketiga
yang
diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004)
lanjut, teori ini mengungkapkan sebuah
adalah
proses yang memberikan legitimasi kepada
kelompok
integrative
theories.
Kelompok ini berpendapat bahwa bisnis
kontrak yang terjadi diantara sistem industri,
sangat tergantung pada masyarakat untuk
departemen, dan ekonomi (Garriga & Mele,
menjaga
2004). Sementara itu, Prayogo (2011:74)
keberadaan,
keberlanjutan
dan
perkembangan bisnis tersebut. Integrative
mengungkapkan bahwa:
theories memandang pada bagaimana bisnis
Kontrak sosial merupakan kesepakatan yang bersifat “implicit” masyarakat memberikan legitimasi sosial (the right to exist) atas kehadiran korporasi dan sebaliknya manfaat ekonomi yang dihasilkan bisnis harus terdistribusi pula kepada masyarakat (in return for certain benefits).
mengintegrasikan
tuntutan
sosial
dan
biasanya fokus kepada mendeteksi, mencari dan memberikan respon kepada tuntutan sosial untuk mencapai legitimasi sosial, penerimaan sosial yang lebih tinggi dan prestige (Garriga & Mele, 2004). Pendekatan yang diurai dalam kelompok teori ini adalah
Sementara
itu,
teori
issues management, the principle of public
corporate
responsibility, stakeholder management dan
citizenship lebih memusatkan perhatiannya pada
hak-hak,
tanggung
jawab
corporate social performance (Garriga &
dan
Mele, 2004:58-59).
kemungkinan partnership dari bisnis dalam masyarakat.
Sebelumnya,
corporate
Issues management menurut Wartick
citizenship selalu dikaitkan dengan “a sense
& Rude (1986:124) diartikan sebagai “the
of belonging to a community” atau rasa
processes by which the corporation can
kepemilikan
identify, evaluate and respond to those social
kepada
sebuah
masyarakat
(Matten, et al., 2003; Wood & Lodgson,
and political
2002), sehingga sudah menjadi hal yang
significantly upon it”. Issues management
biasa diantara para manager dan pengelola
merupakan pelebaran dari konsep social
bisnis untuk melihat bahwa bisnis perlu
responsiveness yang muncul di tahun 1970-
memperhatikan masyarakat tempat bisnis itu
an
beroperasi. Oleh karena itu, menurut teori ini,
responsiveness
bisnis
warga
pentingnya untuk menutupi gap diantara apa
dalam
yang diharapkan oleh masyarakat kepada
dengan
dipahami
sebagai
keterlibatan
seperti
tertentu
masyarakat.
issues
(Sethi,
perusahaan
1975). ini
dan
apa
which may impact
Konsep menekankan
yang
social pada
perusahaan
lakukan secara aktual. Gap ini biasanya ada dalam
zona
yang
disebut
Ackerman
(1973:92) sebagai “zone of discretion (neither
19
regulated nor illegal nor sanctioned) where
Pendekatan ini berorientasi kepada para
the company receives some unclear signals
stakeholders atau pihak-pihak atau orang-
from the environment”. Ini berarti bahwa
orang
issues
management
menekankan
pada
dipengaruhi
oleh
proses
memberikan
respon
pihak
sebuah
perusahaan.
perusahaan sosial
terhadap
dan
bahwa
sebagai
potensi
munculnya
lingkungan
masalah-masalah
issues
berfungsi
dari
dan
dan
kebijakan
dan
atau praktik
Pendekatan
secara akademik di akhir tahun 1970-an. Di
atas
tahun 1978, Emshoff & Freeman (Garriga &
ancaman-ancaman
Mele, 2004: 59) mempresentasikan dua
juga
dini
mempengaruhi
Stakeholder management baru berkembang
management
peringatan
yang
kesempatan-
prinsip dasar yang memperkuat pendekatan
kesempatan, sehingga dapat meminimalisir
ini, yaitu achieving maximum cooperation
kejutan dari adanya perubahan sosial dan
between entire system of stakeholder groups
politik (Garriga & Mele, 2004).
and the objectives of the corporation; and efforts
Pendekatan the principle of public
multiple
responsibility pertama kali diungkapkan oleh Preston
&
Post
(1975,
1981).
in
dealing
stakeholders.
mencoba
Mereka
with
issues
affecting
Pendekatan
mengintegrasikan
ini
kelompok-
menekankan pada kegunaan kata “public”
kelompok dengan kepentingan-kepentingan
daripada “social”, untuk menunjukkan pada
perusahaan ke dalam pembuatan keputusan
pentingnya
proses
publik
managerial (Garriga & Mele, 2004). Di masa
dalam
awal munculnya pendekatan ini, banyak
mendefinisikan scope dari tanggung jawab,
korporasi yang ditekan oleh NGO, aktifis,
daripada pandangan personal-morality atau
masyarakat,
berdasarkan minat kelompok tertentu saja
bahwa aturan yang sesuai untuk melegitimasi perilaku manajerial dapat ditemukan dalam
2004:59).
Namun
sekarang,
tuntutan
stakeholder
&
Mele,
berbagai
sosial
melalui
dialog
membantu
menjawab
pertanyaan mengenai responsiveness dari
luas dari arah sosial yang terefleksikan dalam
perusahaan dalam menerima sinyal yang
opini publik, isu-isu yang muncul, kebutuhan dan
(Garriga
dengan beragam stakeholders. Dialog antar
perundang-undangan
tetapi juga mengandung pola yang sangat
formal
practices
berbagai
bahwa kebijakan publik tidak hanya berisi
hukum
corporate
perusahaan berusaha mencari jawaban dari
kerangka kebijakan publik yang relevan dan
akan
dan
kegiatan yang disebut sebagai responsible
dalam Garriga & Mele (2004) berpendapat
dan
media
kelompok-kelompok lainnya untuk melakukan
(Garriga & Mele, 2004:58). Preston & Post
aturan-autran
pemerintah,
kurang jelas dari lingkungan. Kaptein & Van
praktik-praktik
Tulder
dukungan atau implementasi.
(2003:208)
menambahkan
“this
dialogue not only enhances a company’s Pendekatan pendekatan
berikutnya
stakeholder
adalah
sensitivity
management.
20
to
its
environment
but
also
increases the environments understanding of
atau hal-hal yang perlu dilakukan untuk
the dilemmas facing the organization”.
mencapai masyarakat yang sejahtera.
Pendekatan performance
juga
corporate
social
merupakan
sebuah
Pendekatan normative
pertama
stakeholder
adalah
theory.
Teori
ini
pendekatan yang mencari legitimasi sosial.
menekankan pada perlunya referensi dari
Carroll
berbagai teori moral yang ada, seperti
(1979)
yang
memperkenalkan
pendekatan ini yang terdiri dari 3 elemen,
misalnya
yaitu definisi dasar dari tanggung jawab
Libertian, prinsip-prinsip keadilan, dan masih
sosial,
banyak lagi. Donaldson & Preston (1995: 67)
daftar
isu
yang
memunculkan
Kantian
moral
konsep
tanggung jawab sosial, dan filosofi dari
menyebutkan
respon terhadap isu-isu sosial (Garriga &
memiliki inti normative yang berdasarkan
Mele, 2004). Sementara itu, Wartich &
pada dua ide utama, yaitu “(1) stakeholders
Cochran (1985) menambahkan pendekatan
are
Carroll
bahwa
interests in procedural and/or substantive
corporate social involvement mengandung
aspects of corporate activity and (2) the
prinsip-prinsip
the
interests of all stakeholders are of intrinsic
process of social responsiveness and the
values”. Berdasarkan hal tersebut, maka
policy of issues management (Garriga &
dalam praktik CSR dengan menggunakan
Mele, 2004:60). Perkembangan terkini dari
pendekatan stakeholder teori, etika atau
pendekatan ini kemudian diungkapkan oleh
moral merupakan pusat dari praktik tersebut.
dengan
menyarankan
social
responsibility,
Wood (1991) yang menyebutkan bahwa
dan
hasil
with
legitimate
dasar bagi CSR (Cassel, 2001; Garriga &
dari
Mele, 2004). Kini, banyak tanggung jawab
perilaku perusahaan.
sosial yang dijalankan dikembangkan dengan menggunakan
4.
groups
theory
Hak Asasi Manusia telah diambil sebagai
prinsip-prinsip CSR, proses dari corporate responsivenesss
or
stakeholder
Pendekatan Universal Rights melalui
corporate social performance terdiri dari
social
persons
bahwa
teori,
manusia.
Etik CSR
pendekatan
Selain
hak
hak
asasi
asasi
manusia,
pendekatan ini juga mendasarkan pada hakKelompok memetakan
teori
terakhir
konsep-konsep
CSR
untuk
hak buruh dan juga perlindungan lingkungan.
adalah Pendekatan
ethical theories. Teori-teori yang tercakup
berkelanjutan atau sustainable development
dalam kelompok ini berperan sebagai perekat hubungan
diantara
masyarakat. prinsip-prinsip
Teori-teori yang
perusahaan ini
pembangunan
dimasukkan ke dalam kelompok ethical teori
dan
karena konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan
mengungkapkan
mengenai hal-hal yang benar untuk dilakukan
menyebutkan
bahwa
berkelanjutan
bertujuan
pembangunan untuk
menjawab
kebutuhan di masa kini tanpa mengancam
21
kemampuan
untuk
generasi
perusahaan, sebagaimana kelompok sosial
penerus untuk memenuhi kebutuhannya.
atau individual dalam masyarakat, harus
Istilah sustainable development muncul pada
berkontribusi untuk kebajikan umum, karena
tahun 1987 dalam “Brutland Report”. Pada
sudah menjadi bagian dari masyarakat.
awalnya,
Perusahaan
pembangunan
menitikberatkan namun,
World
Sustainable
development
pada
berkelanjutan
faktor
Business
lingkungan, Council
Development
menyebutkan
social,
melindungi
for
Garriga & Mele (2004:62):
“sustainable
and
untuk
cara, sebagaimana yang diungkapkan oleh
“….creating wealth, providing goods and services in an efficient and fair way, at the same time respecting the dignity and the inalienable and fundamental rights of the individual”.
requires the integration of
environmental,
berkontribusi
kebajikan umum dengan berbagai macam
(2002:2)
bahwa
dapat
economic
considerations to make balanced judgements for the long term”. Kaitannya dengan CSR adalah,
seperti
yang
diungkapkan
Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik
oleh
benang merah bahwa banyak teori-teori CSR
Wheeler, et al. (2003:17) bahwa
fokus kepada 4 aspek utama, sebagaimana
Sustainability is an ideal toward which society and business can continually strive, the way we strive is by creating value, creating outcomes that are consistent with the ideal of sustainability along social environmental and economic dimensions.
yang diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004:65) yaitu: (1) meeting objectives that produce long-term profits, (2) using business power in a responsible way, (3) integrating social demands and (4) contributing to a good society by doing what is ethically
Dengan demikian, secara etika, CSR
correct.
perusahaan harus menggunakan pendekatan “triple bottom line”, yaitu memasukkan aspek
Dalam tabel 2.1. dikemukakan secara
ekonomi, sosial dan lingkungan, sehingga akan
dapat
menjamin
ringkas mengenai teori-teori dan pendekatan-
keberlanjutan
pendekatan yang berkaitan dengan tanggung
perusahaan tanpa merusak keberlanjutan
jawab sosial perusahaan menurut Garriga
lingkungan dan masyarakat.
and Mele (2004). Tabel tersebut sekaligus merangkum
Pendekatan terakhir dalam kelompok
penjelasan-penjelasan
ethical theories adalah pendekatan common
sebelumnya, baik teori instrumental, teori
good (kebajikan umum). Pendekatan ini
politik, teori integratif dan teori etik mengenai
merupakan pendekatan klasik yang berakar
CSR
pada tradisi Aristotelian yang kemudian dijadikan referensi kunci untuk etika bisnis (Smith, 1999; Alford & Naughton, 2002; Mele, 2002). Pendekatan ini menyebutkan bahwa
22
Tabel 2.1
Corporate Social Responsibilities Theories and Related Approaches
Jenis Teori
Pendekatan
1. Intrumental theories (fokus pada pencapaian sasaran ekonomi melalui aktifitas sosial)
1. Maksimalisasi nilai shareholder 2. Strategi untuk keuntungan kompetitif
3. Caused-related
marketing
2. Political theories (fokus pada pemanfaatan tanggung jawab kekuatan bisnis dalam arena politik)
1. Konstitusionalisme perusahaan (Corporate
Beberapa Referensi Kunci
Maksimalisasi nilai jangka panjang Investasi sosial dalam konteks kompetitif
Friedman (1970), Jensen (2000)
Strategi berdasarkan pandangan sumber alami dari perusahaan dan dinamika kapabilitas perusahaan
Hart (1995), Lizt (1996
Strategi dari dasar piramida ekonomi
Prahalad and Hammond (2002), Hart and Christensen (2002), Prahalad (2003)
Pengakuan aktifitas sosial altruistik dimanfaatkan sebagai alat pemasaran
Varadarajan and Menon (1986), Murray and Montanari (1986)
Porter (2002)
and
Kramer
Tanggung jawab sosial bisnis muncul dari sejumlah kekuatan sosial yang mereka
Davis (1960, 1967)
2. Teori Kontrak Sosial Integrative (integrative social contract theories)
Asumsinya bahwa terdapat suatu kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat
Donaldson & Dunfee (1994, 1999)
3. Corporate (or
Perusahaan dipahami sebagaimana seorang warga dengan keterlibatan tertentu dalam komunitas
Wood & Lodgson (2002), Andriof & McIntosh (2001) Matten & Crane (in press)
constitutiona-lism)
business) citizenship
3. Integrative theories (fokus integrasi tuntutan sosial)
Penjelasan Singkat
1. Manajemen isu (issues management)
2. Tanggung jawab publik (public responsibility)
Proses-proses perusahaan merespon isu sosial dan politik yang mempengaruhinya.
Sethi (1975), Ackerman (1973), Jones (1980), Vogel (1986), Wartick and Mahon (1994)
Hukum dan adanya proses kebijakan publik diambil sebagai rujukan untuk kinerja sosial (social performance)
Preston and Post (1975, 1981)
23
Lanjutan tabel: Tabel 2.1 3. Manajemen Pemangku Kepentingan (stakeholder
Kesimbangan para pemangku kepentingan
Mitchell et.al. (1997), Agle and Mitchell (1999), Rowley (1997),
4. Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate social performance) 1. Teori Normatif Pemangku Kepentingan (Stakeholder
Mencari legitimasi sosial dan proses-proses untuk memberi respon yang tepat terhadap isu-isu sosial
Carrol (1979), Wartick and Cochran (1985), Wood (1991b), Swanson (1995)
Pertimbangan tugastugas yang tergadai dari perusahaan. Aplikasinya membutuhkan rujukan sejumlah teori moral
Freeman (1984, 1994), Evan and Freeman (1988), Donaldson and Preston (1995), Freeman and Phillips (2002), Phillips et al. (2003)
2. Hak-hak Azasi Universal
Kerangkanya berdasarkan hak-hak azasi manusia, hak buruh dan penghargaan lingkungan
The Global Sullivan Principles (1999), UN Global Compact (1999)
3. Pembangunan Berkelanjutan
Upaya mencapai pembangunan manusia berdasarkan pertimbangan saat ini dan generasi masa depan
World Commission on Environment and Development (Brutland Report) (1987), Gladwin and Kennelly (1995)
4. The Common
Berorientasi pada kebiasaan baik masyarakat
Alford and Naugghton (2002), Mele (2002) Kaku (1997)
management)
4. Ethical theories (fokus pada sesuatu yang baik untuk mencapai suatu masyarakat yang baik)
normative theories)
good
Sumber: Garriga & Mele, 2004: 63-64
. C. PERSEPSI PERUSAHAAN TERHADAP KEGIATAN CSR
langsung
masyarakat dan
tidak
berpengaruh
langsung
lingkungan
eksternal
yaitu
Eksistensi
perusahaan
selanjutnya
mengganggu
jalannya
dapat
perusahaan
dan
Pada dasarnya tidak ada perspektis
terhadap
teoritis atau metodologi kajian yang dapat
masyarakat.
menjelaskan
aktifitas
CSR
secara
besar
memuaskan menjawab semua pertanyaan
mengubah lingkungan masyarakat, baik ke
(Lockett et al.2006, p.12). Namun demikian
arah
terdapat
negatif
maupun
demikian
perusahaan
timbulnya
dampak
tersebut
dapat
berpotensi
yang
aktifitas masyarakat.
Keberadaan perusaaan di tengah lingkungan
masyarakat,
positif. perlu
negatif,
memicu
Dengan mencegah
karena
konflik
terdapat
dua
teori
dan
satu
perspektif yang berkembang saat ini dalam
hal
CSR sebagaimana yang diungkapkan oleh
dengan
Frynas (2009), yaitu:
24
1) Teori
Stakeholder:
reaksi
perusahaan
dalam
konteks
stakeholder
menekankan
atau
(perseorangan)
hubungan
eksternal.
ini
Sementara,
walaupun
pemikiran
pendekatan
2) Teori Institusional: menekankan daya
Teori
maju
dalam
dalam
mengatasi
persoalan
sosial dan kemasyarakat; maka CSR dapat
secara
(aturan).
lebih
dengan kewirausahaan sosial sebagai suatu
hubungan eksternal.
kelembagaan
yang
memandang kegiatan CSR. Dalam kaitan
yang sama, berdasarkan pada sifat
perusahaan
sebuah
dapat dipandang sebagai salah satu alternatif
dalam industri sejenis atau negara
adaptif
sebagai
perspektif, pendekatan Austrian Economic
berbeda dari perusahaan terhadap sosial
tertentu
energy.
menjelaskan respon strategis yang
tekanan-tekanan
perusahaan
mengeluarkan jutaan dolar dalam pembaruan
dengan
Teori
mengapa
sebagai sumber pemecahan masalah sosial
ini
tersebut.
menjelaskan mengapa perusahaan
Beberapa
pemikiran
Austrian
Economics mengenai CSR, adalah sebagai
dari negara atau industri berbeda
berikut:
dalam merespon tekanan sosial dan 1) Wawasan
lingkungan, dan mengapa di negara
manajemen
yang berbeda-beda dari perusahaan multinasional
yang
sama
strategi
memilih
harus
strategi CSR yang berbeda, sebagai
Austrian
dengan
Stakeholder
dan
Teori
eksternal
dan
sebuah sebagai
mengapa
sama
halnya
dengan
dengan
tindakan
berkenaan kemanusiaan
berdasarkan
‘external
sebagai
faktor
fundamental pembuatan keputusan.
dan
3) Perspektif
Austrian
menekankan
peluang ‘future’ dan kewirausahaan
menjelaskan pilihan strategi aktif dalam yaitu
investasi
economics
constrains’
lingkungan. Namun demikian gagal untuk
perusahaan,
perusahaan
sebagai
Austrian bukanlah
bagaimana respon perusahaan terhadap sosial
dalam
2) Pendekatan CSR yang berbeda dari
suatu
Institusional dapat membantu menjelaskan
kondisi
bahwa
harus diambil.
perspektif kewirausahaan.
tekanan
mengusulkan
putusan-putusan investasi lain yang
terhadap upaya strategi aktif CSR
Teori
strategi
dipandang
kompetitif,
Economics:
perspektif ini menyediakan wawasan
perusahaan
dan
suatu cara memperoleh keuntungan
keyakinan nasional.
dalam
CSR
keputusan
hasil dari pemberlakuan norma atau
3) Perspektif
ekonomi
aktif dalam mengidentifikasi masa
perusahaan
depan.
tertentu menggunakan CSR sebagai sebuah
4) Karakteristik utama keberhasilannya
senjata melawan persaingan perusahaan
‘capitalist
25
entrepreneurship’;
yaitu
bukan
pada
beraksi
kemampuan
kepada
mereka
sesuatu
atau
‘discover’ tuntutan eksternal, tetapi lebih
pada
dalam
kemampuan
membuat
mereka
keputusan
yang
berhasil tentang masa depan (Frynas, 2009; hal.19-20)
Dilihat dari uraian tersebut, konsepkonsep dari Austrian economics dapat lebih berkaitan sosial
di
dengan
upaya
Indonesia
penyelesaian
khususnya
permasalahan
kemasyarakatan.
kewirausahaan
Sudut
dalam
sosial
dan
pandang
kewirausahaan dalam CSR diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam membentuk strategi
perusahaan
memandang
permasalahan sosial dan lingkungan. Sebagai perbandingan dari ketiga perpektif teoritis, dapat dilihat dalam tabel berikut:
26
Tabel 2.2. Perbandingan Perspektif Teoritis Terhadap Strategi CSR Teori Institusional
Teori Stakeholder
Austrian View
Fokus Utama
Ketaatan pada aturan dan norma
Hubungan dengan faktor eksternal
Peran kewirausahaan
Determinan Strategi CSR
Hidup dengan konteks kelembagaan berbeda
Ketergantungan relative suatu perusahaan pada stakeholder
Tinjauan masa depan kewirausahaan
Lingkup untuk kebebasan aksi manajemen
Non-choice behavior
Pilihan perilaku terbatas
Pilihan perilaku yang substansial
Sumber: Frynas (2009: 122).
D. PENUTUP
Namun, masyarakat
Seluruh perusahaan dituntut untuk melaksanakan
kegiatan
CSR
tidak
yang menyangkut persyaratan administrasi,
pada khususnya. Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat
perusahaan
untuk
dengan
sinambung (sustainability). Persoalan teknis
pada umumnya dan pada komunitas sekitar
mengharuskan
bermitra
masyarakat terhenti di tengah jalan atau tidak
juga memberikan manfaat pada masyarakat
industri,
komitmen
CSR yang mengarah untuk pemberdayaan
modal atau pemegang saham, melainkan
kawasan
lain,
masih belum siap. Banyak program kegiatan
keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik
suatu
untuk
sisi
perusahaan dalam rangka kegiatan CSR
lagi
semata-mata bekerja untuk mendapatkan
berdirinya
di
pelaporan
manajemen
pengelolaan
dana
usaha
nampaknya
dan menjadi
kendala utama kelompok-kelompok usaha mikro
kecil
dan
menengah
(UMKM)
masyarakat.
bertanggung jawab kepada publik melalui aktivitas yang nyata.
SUMBER BACAAN:
Alford, H. & Naughton, M. 2002. Beyond the Shareholder Model of the Firm: Working toward the Common Good of a Business, in S.A. Cortright and M. Naughton (Eds) Rethinking the purpose of Business. Interdisciplinary Essays from the
Ackerman, R.W. 1973. How Companies Respond to Social Demands. Harvard University Review 51(4), hal. 88-98.
27
Catholic Social Tradition. Notre Dame: Notre Dame University Press.
Common Good. Notre Dame: University of Notre Dame Press.
Cassel, D. 2001. Human Rights Business Responsibilities in the Global Marketplace. Business Ethics Quarterly 11(2), hal. 261-274.
Prayogo, D. 2011. Socially Responsible Corporation: Peta Masalah, Tanggung Jawab Sosial dan Pembangunan Komunitas pada Industri Tambang dan Migas. Jakarta: UI Press.
Donaldson, T. & Dunfee, T.W. 1994. Towards a Unified Conception of Business Ethics: Integrative Social Contracts Theory. Academy of Management Review 19, hal. 252-284.
Preston, L.E. & Post, J.E. 1975. Private Management and Public Policy. The Principle of Public Responsibility. New Jersey: Prentice Hall.
Donaldson, T. & Preston, L.E. 1995. The Stakeholder theory of the Corporation: Concepts, Evidence and Implications. Academy of Management Review 20(1), hal. 6591. Davis, K. 1960. Can Business Afford to Ignore Corporate Social Responsibilities? California Management Review 2, hal. 70-76.
Radyati, M.R. & Nindita. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Yayasan Indonesia Business Links: Jakarta. Raharjo. Santoso Tri. 2013. Relasi Dinamis Antara Perusahaan Dengan Masyarakat Lokal (Studi Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Chevron Geothermal Indonesia, Ltd (CGI) Kepada Masyarakat Lokal Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut). Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung
Friedman, M. 1970. The Social Responsibility of Business is to increase its profits. New York Times Magazine, September 13th, pp. 32-33, 122, 126. Frynas, JG. 2009. Beyond Corporate Social Responsibility, Oil Multinationals and Social Challenges. Cambridge: Cambridge University Press.
Sethi, S.P. 1975. Dimensions of Corporate Social Performance: An Analytical Framework. California Management Review 17(3), 58-65.
Garriga, E & Mele, D. 2004. Corporate Responsibility Theories: Mapping the Territory. Journal of Business Ethic 53: 51-71
Smith, T.W. 1999. Aristotle on the Condition for and Limits of the Common Good. American Political Science Review 93(3), hal. 625-637.
Kaptein, M. & Van Tulder, R. 2003. Toward Effective Stakeholder Dialogues. Business and Society Review 108 (summer), hal. 203-225.
Wartick, S.L. & Rude, R.E. 1986. Issues Management: Corporate Fad or Corporate Function? California Management Review 29(1), hal. 124-132.
Lockett, A., Moon, J. & Wisser, W. 2006. Corporate social responsibility in management research: focus, nature, salience and sources of influence. Journal of Management Studies 43(1), hal. 115-136.
WBCSD. 2002. Corporate Social Responsibility. The WBCSD’s Journey. WBCSD. Wheeler, D., Colbert, B., & Freeman, R.E. 2003. Focusing on Value: Reconciling Corporate Social Responsibility, Sustainability and a Stakeholder Approach in a Network World. Journal of General Management 28(3), hal 1-29.
Matten, D., Crane, A. & Chapple, W. 2003. Behind deMask: Revealing the True Face of Corporate Citizenship. Journal of Business Ethics 45(1-2), hal. 109-120. Mele, D. 2002. Not only Stakeholder Interest. The Firm Oriented toward the 28
Windsor, D. 2001. The Future of Corporate Social Responsibility. International Journal of Organizational Analysis 9 (3), hal. 225-256. Wood,
Organizations. Business Ethics Quarterly, Ruffin Series, No. 3, hal. 59-94. Varadarajan, P.R., & Menon, A. 1988. Cause-Related Marketing: A Coalignment of Marketing Strategy and Corporate Philanthropy. Journal of Marketing 52(3), hal 58.
D.J. 1991. Corporate Social Performance Revisited. Academy of Management Review 16(4), hal. 691-718.
Wood, D.J. & Lodgson, J.M. 2002. Business Citizenship: From Individuals to
29
STRATEGI KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL DENGAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES REHABILITASI Studi di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah
Oleh: Sugiyanto Staf Pengajar Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Abstraction Research entitle sosial worker communications strategy with patient of Skizofrenia in course of rehabilitating to trace question on how communications strategy all sosial worker in course of rehabilitating to client at home Psychopath of Dr. Soeroyo Magelang Central Java. Research aim to know various applied communications strategy all sosial workers at home psychopath in course of rehabilitating, and knowing reaction of patient and also affect in each selected by strategy is sosial worker and also know Sosial Worker resistances in communicating to client. Process research by using method qualitative with case study locus, result of research show all ill sosial worker at home Dr. Soeroyo in communicating with patient at the time of process rehabilitate to use strategy fight against, going with the tide, persuasif, forcing, incognito, communications by bringing fact, and backward communications
Keyword : strategy, communications, sosial worker, rehabilitate.
Abstrak Penelitian berjudul strategi komunikasi pekerja sosial dengan pasien skizofrenia dalam proses rehabilitasi melacak pertanyaan bagaimana strategi komunikasi para pekerja sosial dalam proses rehabilitasi terhadap klien di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui berbagai strategi komunikasi yang diterapkan para pekerja sosial di rumah sakit jiwa dalam proses rehabilitasi, dan mengetahui reaksi pasien serta dampak pada setiap strategi yang dipilih pekerja sosial serta mengetahui hambatan-hambatan pekerja sosial dalam berkomunikasi terhadap klien. Proses penelitian dengan mengunakan metode kualitatif dengan lokus studi kasus, hasil penelitian menunjukan para pekerja sosial di rumah sakit Dr. Soeroyo dalam berkomunikasi dengan pasien pada saat proses rehabilitasi mengunakan startegi melawan, mengekor, persuasif, memaksa, menyamar, komunikasi dengan membawa fakta, dan komunikasi mundur. Kata kunci: strategi, komunikasi, pekerja sosial, rehabilitasi.
30
A. Latar belakang
menjadi misteri para ahli, oleh sebab itu skizofrenia sampai saat ini terus menerus
Skizofrenia adalah gangguan mental
menjadi kajian menarik dan tidak henti-
yang sangat berat, gejala skizofrenia tampak
hentinya
memunculkan
dalam perilaku seperti pembicaraan yang
berbagai
disiplin
kacau, halusinasi, delusi, gangguan kognitif
penelitian tersebut dijelaskan bahwa usaha
dan
untuk memahami dan mengatasi skizofrenia
persepsi.
Menurut
Gabbard
(1994)
ilmu
penderita skizofrenia cenderung mengalami
dari cara ilmiah, yang
gangguan
hingga
komunikasi,
minat
komunikasi
yang
penelitian yang
dari
ada.
Hasil
bersifat coba-coba
berbahau
tahayul
telah
menurun dan gangguan relasi personal,
dilakukan banyak orang, tetapi hasilnya
akibatnya penderita skizofrenia mengalami
sampai saat ini belum ditemukan cara yang
fungsi ketidakmampuan dalam
efektif untuk mengatasi skizofrenia.
menjalani
hidupnya. Pendapat senada ditegaskan Iman Merujuk pada masing-masing profesi
Setiadi (2006:3), bahwa penderita skizofrenia
di atas dalam rangka proses pertolongan
sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris
untuk penyembuhan dan atau mencegah
terputus relasinya dengan orang lain.
kekambuhan penderita atas penyakit tertentu Skizofrenia tidak hanya menimbulkan
maka mereka bekerja secara profesional.
rasa cemas dan penderitaan bagi individu
Dari berbagai profesi tersebut penelitian ini
penderitanya, tetapi juga bagi orang-orang
akan membidik salah satu profesi, yaitu
terdekat
dan
profesi
juga
pertolongan terhadap klien di sebuah rumah
terutama
masyarakat
di
keluarganya
lingkungan
sekitar
menerima resiko atas penderita tersebut.
diselesaikan
dalam
proses
Masing-masing profesi di rumah sakit
satu
bidang
jiwa memiliki fungsi yang berbeda-beda dan
tetapi
upaya
bekerja pada tahapan-tahapan yang berbeda.
penyembuhan atau mencegah kekambuhan
Karena bidikan dalam penelitian ini pekerjaan
memerlukan
keahlian
atau
dengan
sosial
sakit jiwa.
Upaya penyembuhan skizofrenia tidak dapat
pekerjaan
profesi,
disiplin
keahlian,
sosial maka sesuai dengan profesi dan
jiwa,
psikolog,
peranya
pekerja
psikiatri, perawat jiwa, ahli gizi, rohaniawan
berfungsi
dan
dan tidak kalah pentingnya peran pekerja
pengkondisian keberfungsian sosial setiap
sosial.
klien
diantaranya
berbagai dokter
ahli
hadir
dalam
sakit
bertanggungjawab
atas
klien,
keluarga
dan
bekerja bersama klien dan profesi lain
Haaga (1996) dan Foucault (2002) bahwa telah
rumah
diri
di
masyarakat, oleh sebab itu pekerja sosial
Hasil penelitian Neale, Davison dan
skizofrenia
terhadap
sosial
dengan fokus rehabilitasi sosialnya.
sejarah
manusia sejak jaman purba namun tetap
31
Pekerja sosial adalah orang yang
yang syarat nilai, karena kata sosial dalam
memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan
konteks ini merujuk pada kehidupan manusia
tertentu layaknya profesi lain yang memiliki
yang tidak dapat dipisahkan dari values yang
hak dan kewenangan atas pengetahuan dan
permanen dalam setiap pergaulan.
keterampilan
tersebut.
Thackeray
(1998:8),
Pekerjaan
Sosial
Skidmore
and
Ada
mendifinisikan
sebagai
suatu
untuk
melaksanakan
berbagai
upaya
guna
meningkatkan
kemampuan
orang
dalam
interaksi,
menyesuaikan
agar diri
orang
ilmu
dkk
(2010:42)
cenderung
menyelenggarakan
kajian
sosial
kekhasan
pemahamanan
dan
yang
keterampilan
Sosial
pada
semua
manipulasi
maka
manipulasi
tingkah
saat
ini
Skizofrenia,
dll.
Dalam
dunia
masalah
sosial
yang
dihadapi
makro), sebagai contoh dari hasil multi pendekatan
tetapi
lahirlah
model
penanganan
masalah sosial berbasis masyarakat atau
manipulasi dalam kontek praktek Pekerjaan Sosial
yang
dengan multi pendekatan (mikro, mezo dan
uang/korupsi,
sembakau/penimbunan,
Sosial
manusia pada dasarnya harus diselesaikan
sosial manipulasi bukan sebagai konotasi manipulasi
Pekerjaan
perkembangan ilmu Pekerjaan Sosial bahwa
dalam
makhluk sosial. Dalam kontek pekerjaan
seperti
kajian
Bencana, Pekerja Sosial Geriatri, Pekerja
memanipulasikan perilaku manusia sebagai
negatif
pada
Anak, Pekerja Sosial Urban, Pekerja Sosial
berbagai
terletak
berkembang
dikembangkan diantaranya Pekerja Sosial
pelayanan sosial. Sehingga pekerja sosial memiliki
pergeseran
lebih fokus dan locus. Beberapa contoh
adalah orang memiliki kewenangan keahlian dalam
ada
Pekerjaan Sosial dengan konsentrasi yang
situasi
pekerja
sosial
kajian mikro, mezo dan makro saat ini
kehidupannya secara memuaskan. Menurut Wibhawa,
pekerjaan
pendekatan dan kajian, dari pendekatan dan
dapat
dengan
mengapa
penelitian ini, sebab di dalam perkembangan
melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui proses
mendasar
fungsi pekerja sosial menjadi fokus dalam
bidang
keahlian yang memiliki kewenangan
alasan
dikenal dengan istilah rehabilitasi berbasis
laku
masyarakat (RBM). Agar lebih efektif maka
manusia, berarti mengubah perilaku manusia
penanganan
dalam kerangka tujuan praktek pekerjaan
masalah
skizofrenia
yang
menjadi sasaran garapan tidak saja penderita
sosial itu sendiri yaitu membantu klien untuk
tetapi
meningkatkan keberfungsian sosialnya.
minimal
ada
tiga
sasaran
yaitu
penderita, keluarga dan masyarakat sekitar
Satu hal yang perlu digarisbawahi
dimana
penderita
skizofrenia
bertempat
bahwa bidang garapan praktek Pekerjaan
tinggal, dan akan lebih luas lagi jangkauan
Sosial adalah aspek sosial dari kehidupan
masyarakat sekitar adalah stakeholder yang
manusia,
terdiri,
sebagai
konsekuensi
logisnya.
Pekerjaan Sosial menjadi sebuah profesi
32
pengurus
rukun
tetangga,
tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda,
pemerintah / masyarakat / pemerhati / polisi,
dan lain sebagainya.
dll masuk ke instalansi gawat darurat (IGD),
Mengingat
berbagai
pada tahap ini klien diperiksa oleh tim medis
variantnya
dan hasilnya jika tim medis merekomendasi
skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit
rawat jalan berarti klien kembali pulang, tetapi
Jiwa, maka para Pekerja Sosial di Rumah Sakit
Jiwa
harus
memiliki
jika rekomendasi tim medis rawat inap maka
keterampilan
klien masuk tahap unit perawatan intensif
berkomunikasi dan mampu berkomunikasi
(UPI), dari UPI klien masuk tahap rawat inap
sesuai dengan tingkat penderitanya, sebab
di
kemampuan komunikasi para Pekerja Sosial merupakan
salah
satu
mulai
dan pengawasan. Diagram 2 ditunjukan alur berfikir
Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang
strategi-strategi komunikasi yang dipilih oleh
sampai keluar/meninggalkan Rumah Sakit
pekerja sosial dalam proses rehabilitasi
dan
kepada klien.
rehabilitasi telah dinyatakan tuntas oleh tim
Strategi komunikasi
akan
terlihat pada setiap tahapan diantaranya
medis dan tim rehabilitasi digambarkan pada diagram 1.
klien
menentukan jenis latihan kerja, penempatan
mengambarkan alur klien masuk ke Rumah
penyembuhan
ini
akan mengikuti seleksi oleh psikolog untuk
penelitian ini ada dua fokus, fokus pertama
proses
tahap
rehabilitasi sosial). Di unit rehabilitasi klien
Alur atau kerangka berfikir dalam
karena
dan
mendapat perawatan ganda (medis dan
indikator
keprofesionalisme para pekerja sosial.
Jiwa
bangsal,
tahap persiapan yang terdiri dari resosialisasi
Secara ringkas bahwa klien
dan latihan kerja, tahap penempatan dan
masuk RSJ diantar keluarga / petugas
tahap pengawasan.
33
Diagram 1 Bagan klien/pasien masuk RSJ sampai pulang
Sedang
penelitian
sosial sesuai dengan tahapan pasien masuk
strategi komunikasi pekerja sosial dalam
RSJ dan dokter memutuskan pasien harus
proses rehabilitasi secara singkat di jelaskan
rawat inap, maka start keterlibatan pekerja
pada
ini
sosial dimulai sejak perjalanan pasien pada
mengambarkan secara singkat model-model
tahap rehabilitasi, pengawasan, penempatan
komunikasi yang harus dipilih para pekerja
dan mempersiapkan diri kepulangan pasien.
diagram
kerangka
nomor
pikir
2.
Diagram
34
Diagram 2. Strategi komunikasi
guna dapat dipelajari dan disebarluaskan B. Rumusan Penelitian
Masalah
dan
sebagai pembanding dan referensi penelitian
Tujuan
sejenis,
serta
bagi
rumah
sakit
hasil
penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi Penelitian ini melacak pertanyaan
dalam proses rehabilitasi yang terkait dengan
penelitian ”bagaimana strategi komunikasi
profesi pekerja sosial.
Pekerja Sosial dalam proses rehablitasi Atas itu penelitian ini diharapkan
terhadap klien di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
dapat memberi manfaat bagi rumah sakit,
Soeroyo Magelang Jawa Tengah?” dan tujuan
penelitian
berbagai
strategi
ingin
mengetahui:
komunikassi
khususnya pelayanan rehabilitasi, pasien dan
a).
keluarganya serta memberikan kontribusi
yang
bagi pengetahuan dan penelitian lain yang
diterapkan para pekerja sosial di Rumah
relevan.
Sakit Jiwa dalam proses rehablitasi, b). mengetahui reaksi pasien dan dampak pada setiap strategi yang dipilih pekerja sosial dan,
C. Metode Penelitian
c). mengetahui hambatan-hambatan pekerja sosial dalam berkomunikasi terhadap klien. Selanjutnya
penelitian
ini
Selama berproses dari pra observasi
diharapkan
bermanfaat dalam pengembangan
sampai menyusun laporan penelitian, peneliti
ilmu
membutuh waktu kurang lebih enam bulan.
pengetahuan kususnya strategi komunikasi
Subyek penelitian ini adalah para pekerja
para pekerja sosial yang efektif dan tepat
35
sosial
rumah
sakit
jiwa
dan
untuk
sedang yang didokumen/ditulis yang semua
kepentingan triangulasi peneliti melibatkan
diucapkan
karyawan non pekerja sosial yang ditugaskan
responden. Oleh karena itu peneliti tidak
di
berani mengatakan general/umum karena
bagian
rehabilitasi
sosial,
klien
dan
keluarga klien.
dilakukan/dijalankan
oleh
berlaku kasuistik, yaitu khusus di RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang Jawa Tengah
Dalam perjalanan penelitian peneliti menetapkan jenis penelitian yang diterapkan adalah
dan
diskriptif
(1989) mengajarkan salah
karakteristik
satu cara mengambil posisi dalam tradisi
Design”
penelitian kualitatif adalah terminologi studi
mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu:
kasus (case study) sebagai sebuah jenis
biografi,
theory
penelitian. Studi kasus diartikan sebagai
study, etnografi dan studi kasus. Salah satu
metode atau strategi dalam penelitian untuk
tradisi yang akan dikaji dalam penelitian ini
mengungkap
adalah studi kasus. Berdasarkan tahapan-
menjelaskan kedudukan penelitian kualitatif
tahapan yang dilakukan peneliti melalui
pada jenis studi kasus adalah spesifikasi
kajian filsafat dan terminology maka dalam
kasus dalam suatu kejadian baik itu yang
penelitian ini peneliti menetapkan metode
mencakup
kualitatif sebagai alat analisis, sehingga
ataupun suatu potret kehidupan.
kualitatif
dalam
kualitatif,
Creswel
”Research
fenomenologi,
grounded
penelitian ini tidak melakukan testing teori
kelompok
budaya
sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang
mengkontaminasi peneliti.
terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus”
Dalam penelitian ini data dikumpulan observasi,
Creswell
diungkapkan bahwa studi kasus adalah
teori sebagai guidance agar teori tidak
cara
individu,
tertentu.
Berdasarkan paparan di atas, dapat
dan atau menguji teori, tetapi menempatkan
dengan
kasus
dari
waktu
ke
waktu
melalui
studi
pengumpulan data yang mendalam serta
dokumentasi dan forum group discussion
melibatkan berbagai sumber informasi yang
(FGD), data yang diperoleh dilakukan analisis
“kaya” atas itu studi kasus diikat dalam
dan triangulasi untuk memperoleh data yang
konteks sebuah “sistem terikat” yaitu diikat
valid.
sebab
oleh waktu dan tempat sedangkan kasus
responden yang dipilih adalah pekerja sosial
dapat dikaji dari suatu program, peristiwa,
yang
aktivitas atau suatu individu.
Kredibilitas
terlibat
sangat
langsung
interview,
yang
akurat
dalam
proses
rehabilitasi, atas itu penafsiran fenomena
Stake
bukan peneliti tetapi yang menasirkan adalah responden/pekerja
sosial,
tugas
(1995)
menyatakan
bahwa
suatu studi kasus memerlukan verifikasi yang
peneliti
ekstensif melalui triangulasi dan member
hanyalah memformulasikan atas pernyataan
chek.
responden, selanjutnya peneliti mendokumen
Stake
menyarankan
triangulasi
informasi yaitu mencari pemusatan informasi
seluruh penafsiran responden/pekerja sosial
36
yang berhubungan secara langsung pada
jiwa
terpadu
dan
komprehensif;
2).
“kondisi data” dalam mengembangkan suatu
Melaksanakan
studi kasus. Triangulasi membantu peneliti
kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif; 3).
untuk memeriksa keabsahan data melalui
Mengembangkan
pengecekan dan pembandingan terhadap
mutu dan profesionalisme; 4). Menjadi model
data.
pelayanan, pendidikan, dan penelitian di
pendidikan dan penelitian
pelayanan berdasarkan
bidang kesehatan jiwa yang terpadu dan komprehensif
sakit
Soeroyo berada di Kabupaten Magelang Tengah,
nama
paripurna: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas dan
penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun
produktivitas hidup manusia. Rumah Sakit
program
Jiwa Prof Dr. Soeroyo Magelang memiliki
”Krankzinnige Ngesticht” yang artinya Rumah
sarana prasarana sebagai berikut: Gedung
Sakit Jiwa. Pada saat pembangunan awal
IGD, Gedung Poliklinik Terpadu, Gedung
telah dikonsep dengan dengan kapasitas
Perawatan Jiwa, Napza dan Umum (bedah,
1400 tempat tidur. Luas tanah yang dimiliki
Obsgin,
pada saat awal pembangunan 829.750 m2.
asrama,
oleh karena itu setiap bulan September
Mesin
Cuci,
ibadah (masjid dan musholla).
saat diteliti memiliki visi “Menjadi Pusat
Bentuk-bentuk layanan yang dimiliki
Pendidikan
RSJ Prof Dr. Soeroyo antara lain: a).
Kesehatan Jiwa Secara Holistik ditingkat
Pelayanan medis terdiri dari Pelayanan rawat
Nasional 2015 dan ASEAN 2018”, visi dalam
Genset,
meja, dll), Sarana untuk kesenian, Sarana
RSJ Prof Dr. Soeroyo Magelang pada
dijabarkan
IPAL,
raga (lapangan tenis, bulu tangkis, tenis
Prof. Dr. Soeroyo Magelang.
tersebut
penunjang
pengering, setrika, Instalasi gizi, Sarana olah
diperingati sebagai Hari Ulang Tahun RSJ.
dan
Peralatan
Instalansi Apotik, Ambulance, Gedung Diklat,
resmi digunakan mulai bulan September dan
Pelayanan
dll),
(laboratorium, Fisioterapi, Gigi, Rontgen),
Pada tahun 1923 ”Krankzinnige Kramat”
Unggulan
Corporate
sehat, mandiri melalui upaya kesehatan jiwa
Prof. Dr. Soeroyo di bangun pada masa
dalam
(Good
mandiri dalam rangka mencapai masyarakat
menjadi direktur rumah sakit tersebut. RSJ
Scholtens
baik
melaksanakan pelayanan kesehatan yang
pribumi dan beliau orang pertama kali yang
oleh
yang
Arah pengembangan rumah sakit:
Soeroyo
diambil dari nama seorang dokter jiwa
1916,
seni
Governance)
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr.
Jawa
pendekatan
budaya; 5). Melaksanakan tata kelola rumah
D. Hasil dan Pembahasan
Propinsi
melalui
misi:
jalan Poliklinik spesialis jiwa, kesehatan jiwa
1).
anak dan remaja, gigi, anak, Obsgin, syaraf,
Melaksanakan pelayanan prima kesehatan
Bedah, Penyakit dalam, Poliklinik Umum:
37
Poliklinik Psikologi dan Rawat Inap Jiwa dan
masuk rehabilitasi oleh psikolog, 5). Masuk
Umum; b). Pelayanan Penunjang, meliputi:
Unit Rehabilitasi kurang lebih 40 hari, sangat
Laboratorium klinik,
tergantung
Pemeliharaan
Farmasi,
Sarana
Dapur/Gizi,
Rumah
Sakit,
kondisi
klien,
6).
Seleksi
berdasarkan minat bakat dan pengalaman
Elektromedik/Fisioterapi dan Rontgen
untuk menentukan jenis rehabilitasi yang dipilih untuk penempatan. Unit rehabilitasi RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Gambaran Umum Unit Rehabilitasi
Magelang secara rutin melaksanakan fungsi
Berbagai jenis penderita gangguan
rehabilitasi setiap hari mulai pukul 08.00 -
jiwa yang ada di RSJ Prof. dr Soeroyo
11.30, kecuali rehabilitasi untuk penanganan
Magelang
khusus dan ada agenda khusus maka waktu
antara
Halusinasi,
lain
Delusi/waham,
Disorganized
pelaksanaan rehabilitasi dapat ditambah,
speech,
Disorganized behavior dan Simtom-simtom
sesuai
negatif.
pelaksanaan
Dalam
proses
rehabilitasi
jenis
dengan
kebutuhan.
rehabilitasi
rehabilitan
semua klien yang sudah mengikuti aktivitas di
kelamin.
rehabilitasi
selanjutnya dipisah lagi berdasarkan minat
yang dilakukan para pekerja sosial tidak berdasarkan
cluster
Untuk
jenis
satu
bentuk
gangguan
pemisahan
jenis
jenis
kelamin
pelaksanaan
rehabilitasi
pekerja sosial akan mendampingi rehabilitan
gangguan. Sumber yang sama menyebutkan salah
berdasarkan
rehabilitannya.
dasar rehab yang sama. Untuk itu proses
dibedakan
Dari
pisah
proses kegiatan
gangguan ini tidak dipermasalahkan sebab
semua dianggap telah memiliki
di
Dalam
sesuai dengan skill masing-masing dengan
psikosis
menggunakan setting, media dan fasilitas
ditambah dengan kreteria lain seperti jangka
yang tersedia di RSJ. Prof. dr. Soeroyo
waktu dan konsekuensi.
Magelang diantaranya: fasilitas lapangan
Seorang rehabilitan dengan sebutan
(bola volly, lapangan sepak bola dan tenis
lain klien atau pasien masuk ke dalam unit
meja), fasilitas kesenian (gamelan, wayang
rehabiltasi setelah melalui prosedur atau jalur
kulit,
sebagai berikut : 1). Pasien datang ke RSJ
pendukung
Prof. Dr. Soeroyo diantar oleh keluarga/Dinas
pertukangan, alat memasak, alat pertanian,
Sosial/rujukan dari intansi lain/masyarakat
alat bengkel dan las, serta alat permainan
/dll. Masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD),
psikotest.
mendapat tindakan dari tim medis (dokter
rehabilitasi dapat bervariasi seperti di sawah
dan perawat), 2). Unit Perawatan
Intensif
dan kebun, di musholla, di dapur, di kolam
(UPI) lebih kurang 3 hari, 3). Unit Bangsal
ikan, di lapangan, di dalam ruang bermain
tenang, satu sampai dua minggu (sangat
serta kadang kala di ajak keluar rumah sakit.
tergantung dari kondisi klien), 4). Seleksi
38
alat
musik
band,
seperti
Atas
itu
dll),
mesin
tempat
alat
kerja
jahit,
alat
pelaksanaan
1. Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia
pengetahuan (SDM) di unit
yang
berbeda-beda,
pekerjaan
sosial
khusus bidang pekerjaan sosial rehablitasi.
rehabilitasi ada 32 orang dengan kapasitas pendidikan
tentang
2. Model- Model Rehabilitasi
secara
Klien dengan jenis gangguan Delusi,
lengkap data dapat dilihat pada tabel 1.
Halusinasi,
Disorganized
speech,
Disorganized behavior dan Simtom-simtom negatif semua akan mengikuti
Tabel 1. Data SDM Unit Rehabilitasi berdasarkan Pendidikan No
Jenis Pendidikan
proses
rehabilitasi di unit rehabilitasi RSJ Prof. Dr. Soeroyo.
Jumlah
Model-model
rehabilitasi
yang
dikembangkan di RSJ Prof. Dr. Soeroyo
1
SMP/sederajat
2 orang
2
SMA
7 orang
3
SMPS Pekerjaan Sosial
4 orang
merupakan proses mengembalikan fungsi-
4
SMK non Pekerja sosial
12 orang
fungsi sosial klien, agar mampu berorientasi
4
Sarjana Psikologi
2 orang
5
Sarjana Sosial/sosiatri
6
Sarjana Keperawatan
Magelang
ada
Resosialisasi,
dua
jenis
aktivitas
1).
sosioterapi
terhadap dirinya sendiri, orientasi terhadap orang lain, orientasi terhadap
Pekerja
yaitu:
3 orang
waktu dan
orientasi tempat secara wajar dan dapat menyesuaikan diri kembali terhadap tuntutan
2 orang
norma sosial di lingkungannya. Aktivitas
Sumber : Data primer 2011
sosioterapi dilakukan secara bersama-sama atau bergantian dengan aktivitas lain dalam
Tabel 1 menunjukkan bahwa RSJ. Prof.
proses rehabilitasi. Tujuan sosioterapi: 1).
Dr. Soeroyo Magelang belum memiliki SDM
Mempercepat
setingkat sarjana yang murni lulusan Ilmu
proses
klien
dalam
penyesuaian psikososial, 2). Meyakinkan
Kesejahteraan Sosial/Pekerjaaan Sosial, dan
pada diri klien maupun lingkungan bahwa
SDM di rehabilitasi didominasi lulusan SMA
mereka memiliki kemampuan, potensi yang
dan SMK non Pekerjaan Sosial. Namun
dapat
demikian para pekerja di bagian rehabilitasi
dikembangkan,
3).
Meningkatkan
harga diri klien sehingga, klien termotivasi
telah mendapat berbagai macam pelatihan
memperoleh derajat kehidupan yang layak.
yang berkenaan dengan ketugasan sebagai pendamping klien dalam bidang pekerjaan
Bentuk aktivitas resosialisasi di RSJ
sosial. Disisi lain mereka bekerja telah
Prof Dr. Soeroyo Magelang antara lain: 1).
berpengalaman, namun demikian ada sisi
Terapi musik, terapi sport/olahraga, terapi
lain yang belum tersentuh oleh para pekerja
game/permainan, terapi religi, terapi lukis,
sosial
terapi dance, 2). Pameran hasil karya dalam
karena
keterbatasan
teori
dan
aneka terapi di atas, seperti: pameran hasil karya klien diantaranya pameran lukisan,
39
karya home industri, karya kerajinan, foto-foto
konsentrasi, kemampuan, komunikasi, daya
kegiatan dll, 3). Pekan olah raga dan pekan
ingat dan kemauan serta motivasi melalui
seni antar
berbagai kegiatan yang sesuai dengan diri
klien/rehabilitan, 4). Forum
komunikasi antar klien baik dalam
satu
pasien.
rumah sakit maupun dengan rumah sakit lain
Petugas terapi kerja di RSJ Prof dr.
dan pihak-pihak lain yang terkait, 5). Kegiatan sosialisasi
di
Penyuluhan
dalam
rumah
keluarga/forum
sakit,
Soeroyo Magelang terdiri dari Pekerja Sosial,
6).
Perawat Jiwa dan Psikolog yang bekerja di
komunikasi
unit
antara keluarga pasien dan 7). Perpustakaan
rehabilitasi
dan
telah
memperoleh
pelatihan kursus tentang terapeutik, serta
pasien
dibantu petugas lain yang berpengalaman Latihan
proses
dan berminat. Catatan penting dalam terapi
rehabilitasi klien diajarkan latihan kerja,
kerja adalah atas dasar rekomendasi tim
pelaksanaan antara klien putra dan putri
medis/resep
dipisah sesuai dengan minatnya. Bentuk-
kesediaan klien yang didasari oleh kesadaran
bentuk latihan kerja yang diajarkan antara
sangat ditumbuhkembangkan, jika kesadaran
lain: 1). Pasien putri meliputi: membuat telur
pasien rendah maka petugas berkewajiban
asin, membuat aneka kue/snack, menjahit,
melakukan
menyulam, dan membatik. 2). Pasien putera
kesadaran atau memotivasi klien secara
diajarkan: perikanan, pertanian, pertukangan,
individu/personal.
bengkel
las,
kerja,
ternak,
dalam
membuat
batako,
bukan
aktivitas
Setelah
menjilid, mensablon, membuat permainan
paksaan,
klien
maka
membangkitkan
mengikuti
aktivitas
resosialisasi dan latihan kerja maka pasien
anak, dll.
akan
Pelaksanaan terapi kerja rata-rata dua
diketahui perkembangan sosial dan
mental secara holistik, atas dasar hasil
sampai tiga minggu tergantung dari kondisi
perkembangan
klien. Tugas pokok pekerja sosial dalam
melanjutkan
pendampingan
ditetapkan oleh pihak rumah sakit secara
terapi
kerja
adalah
tersebut aktivitas
akan
yang
telah
lain
membangkitkan aktivitas positif klien melalui
individu
pekerjaan atau aktivitas lain seperti bermain,
Persiapan, tahap ini merupakan serangkaian
rekreasi, kesenian, yang semuanya bersifat
upaya untuk mempersiapkan klien agar
terapeutik.
selanjutnya
pekerja
Kegunaan adalah
kerja
dapat
1).
disalurkan
ke
Tahap
dalam
masyarakat (persiapan dikembalikan kepada
mengevaluasi perkembangan tingkah laku
keluarga) melalui kegiatan seleksi, evaluasi
klien secara teratur dan kontinyu untuk
dan uji kerja/work assessment. Aktivitas ini
mengetahui
dilaksanakan oleh tim dari berbagai profesi
efek
terapeutik
terapi adalah
memulihkan/meningkatkan
sebagai
bagi
berikut:
media
Makna
sosial
terapi
sebagai
pasien
yang
diberikan.
terapis
dapat
seperti
kembali
daya
okupasi
40
dokter, terapi,
psikolog, perawat
pekerja psikiatri,
sosial, dan
pembimbing sosial. Materi yang diperlukan
ketika klien dinyatakan sembuh/sehat berada
terdiri
pada keluarga/masyarakat, dalam tahap ini
dari:
hasil
pemeriksaan
dan
pengobatan tim medis. Hasil pemeriksaan
petugas
psikolog, Hasil perkembangan dan tingkah
monitoring
laku pasien dalam perawatan, hasil evaluasi
mengevaluasi
sosial dan hasil observasi dari akupasiterapi,
keberfungsian sosial klien dan penerimaan
2).
klien
masyarakat sekitar. Hal ini penting dilakukan
dipersiapkan melalui kegiatan seleksi, terapi
oleh pihak RSJ Prof dr. Soeroyo Magelang,
dan latihan kerja, maka langkah selanjutnya
mengingat pengalaman yang sudah dan
pihak rumah sakit membuat perencanaan
sering terjadi adalah pasien keluar dari
penempatan ke dalam keluarga dan atau
RSJ/penempatan kepada keluarga dalam
masyarakat.
dapat
waktu singkat (1-4 minggu) pasien kembali
secara bebas atau penuh (dilindungi dan
masuk RSJ kembali karena keluarga dan
dalam
usaha penempatan
lingkungan tidak mampu memperlakukan
sebagai tujuan akhir dari rehabilitasi yaitu
pasien sesuai dengan kebutuhannya, situasi
mengembalikan
dan
ini yang membuat klien kambuh dan keluarga
masyarakat sebagai warga masyarakat yang
merasa khawatir maka pasien dikirm kembali
mandiri
ke RSJ.
Tahap
Penempatan,
Penempatan
pengawasan),
klien
dan
setelah
tersebut
keluarga
berguna,
3).
Tahap
Pengawasan, pengawasan terhadap klien di
adalah sebagai berikut: a). Ketika klien
dinyatakan
klien
baru
masuk
di
RSJ
klien,
para
sosial,
penelitian
maka
ada
beberapa
menetapkan
informan
pendidikan
yang
Pekerjaan
Sosial yang jenjang pendidikannya Sarjana, Diploma dan SMK, sebab menurut hemat peneliti mereka dapat mewakili subyek yang
petugas
lain. Data informan dapat dilihat pada Tabel 2
evaluasi di bangsal ini adalah tim medis dan psikiater,
rehabilitasi dengan obyek penelitian
berlatarbelakang
minggu, tetapi tergantung dari situasi mental penderita
dinamika
unit
peneliti
maka
ini waktu yang diperlukan berkisar satu
penyebab
mana
klien,
Atas ini dari 32 subyek di unit rehabilitasi,
ditempatkan pada bangsal isolasi, di tempat
dan
mantan
kesamaan atau homogenitas dari informan.
boleh
mengikuti proses rehabilitasi. Sebagai tahap awal
sejauh
bersifat
adalah
pekerja
masuk rumah sakit dalam kondisi proses di belum
Sosial)
perkembangan
Subyek
dalam tiga tahap. Ketiga tahap tersebut
dan
(Pekerja
3. Informan
RSJ Prof dr. Soeroyo Magelang dilakukan
bangsal/
RS
b). ketika klien mulai mengikuti
proses rehabilitasi, tahap ini sebagai tahap penentu untuk melihat perkembangan atau kemajuan keberfungsian sosial dan mental sehingga perlu diawasi oleh psikolog, pekerja sosial, pedamping sosial, petugas terapis, c).
41
Tabel 2. Data Informan No Inisial Pendidikan 1 LS S-1 Sosiatri / Pekerjaan Sosial 2 HP S-1 Sosiatri / Pekerjaan Sosial 3 DD S-1 Sosiatri / Pekerjaan Sosial 4 MK SMK/ Pekerjaan Sosial 5 AG SMK/ Pekerjaan Sosial 6 TT SMK/ Pekerjaan Sosial
dan
tersebut dilanjutkan dengan ”didalam proses rehabilitasi kami/pekerja sosial mengunakan
P/L Masa Kerja P 29 tahun
strategi
15 tahun
klien yang suka tidak mentaati norma-norma
P
16 tahun
L
4 tahun
P
4 tahun
dalam proses rehabilitasi maupun melawan terhadap aturan-aturan yang diterapkan di bangsal. Dimana klien bertempat tinggal dalam keseharian, b). Strategi mengekor, strategi
ijazah
sosial ketika proses rehabilitasi dilakukan secara
Pekerjaan
Rehabilitasi
artinya ketika proses rehabilitasi berlangsung
Soeroyo
Sosial
memiliki
berjenjang
rasio bimbingan berkisar 1: 4. Artinya 1 pekerja sosial bertanggungjawab terhadap 4 klien. Pada proses inilah strategi komunikasi
SDM
persuasif diterapkan oleh para pekerja sosial,
pendidikan
sebab
sarjana ilmu Kesejahteraan Sosial hanya 1 orang
sedang
pendidikan
tiga
sarjana
orang ilmu
proses
ini
lebih
bermakna
dan
antusias klien kelihatan perkembangannya
berjenjang
Sosiatri
saat
pembimbing/pekerja sosial sekitar 20 orang,
unit
Sekolah Menengah Atas. Baru mulai tahun Unit
Pada
ada 70 sampai 80 orang pasien dengan
Magelang di dominasi oleh lulusan SMK dan
2008
kelompok/masal.
rehabilitasi berlangsung rata-rata satu hari
tahun 2003 dan lulus 2008. Atas informasi
Prof. Dr.
kepada
Strategi persuasif, strategi ini dipilih pekerja
melanjutkan studi ke jenjang sarjana baru
Rehabilitasi di RSJ.
diterapkan
bicara dengan arah yang tidak jelas, c).
(sekarang SMK), dan mereka berempat
di
khusus
suka bicara asal, sulit berhenti dan banyak
Sekolah
Sosial
ini
gangguan Disorganized speech, klien jenis ini
Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS) 4 tahun
Pekerja
a).
L
masuk menjadi PNS di RSJ. Prof dr. Soeroyo
SDM
berikut:
Strategi melawan diterapkan kepada klien-
bahwa informan LS, HP, dan DD ketika
informan
sebagai
15 tahun
Berdasarkan informasi para informan
mengunakan
komunikasi
L
Sumber : data primer 2011
Magelang
Simtom-simtom negatif”. Pernyataan
karena aktivitas dilakukan dengan model
yang
dinamika kelompok, d). Strategi memaksa
mengambil minat studi pekerjaan sosial.
strategi ini dipilih pekerja sosial ketika pekerja sosial berhadapan dengan klien gangguan Disorganized behavior. Strategi komunikasi
4. Strategi komunikasi pekerja sosial
memaksa cenderung diterapkan dalam kasus
Informan menyatakan bahwa selama
individual. Jadi setiap ada aktivitas sering
bekerja di RSJ ini jenis-jenis gangguan yang
terjadi satu atau dua klien yang melakukan
dialami klien antara lain ”Delusi, Halusinasi,
berlawanan atau aktivitas atas kehendak
Disorganized speech, Disorganized behavior
sendiri, bahkan malas-malasan. Klien yang
42
demikian agar mau bergabung dalam proses
Pernyataan informan lain cenderung
rehabilitasi dan aktivitas lain harus dipaaksa,
mengatakan ”untuk terapi kerja kami/pekerja
e). Strategi menyamar, strategi menyamar
sosial sering memilih/mengunakan model
cenderung
klien
komunikasi kelompok, sedang komunikasi
dan
personal cenderung untuk pendampingan
kecenderungan berbohong. Untuk masuk
yang bersifat personal, baik pada saat proses
dalam pikiran klien dan klien dapat menerima
rehabilitasi,
maksud pekerja sosial maka pekerja sosial
khusus di luar jam rehabilitasi. Selain model
seolah-olah tahu dan paham apa yang
atau strategi komunikasi di atas pekerja
dibicarakan dan kehendaki klien, walaupun
sosial pada situasi tertentu mengunakan
sebenarnya pekerja sosial tidak memahami
strategi
secara holistik, f). Strategi fakta Komunikasi
mengandai/perumpamaan, perwakilan dan
dengan
penugasan.
dipergunakan
berputar-putar
dalam
membawa
ketika
pembicaraan
fakta,
strategi
ini
penyeleksian
dan
bimbingan
komunikasi
Namun
demikian
rata-rata
diterapkan para pekerja sosial kepada klien
pekerja sosial tidak membedakan model
yang
komunikasi terhadap semua jenis klien baik
mengalami
gangguan-gangguan
simtom-simtom tertentu. Atas itu strategi ini
Delusi,
sangat variatif dan dinamis tergantung dari
Disorganized behavior dan
jenis-jenis
klien.
negatif. Hal diungkapakan karena komunikasi
Misalnya simtom akibat kehilangan anggota
sangat dipengaruh oleh situasi kondisi klien
keluarga, bencana, dll. Maka pekerja sosial
sendiri dan lingkungan dimana terjadi proses
harus pandai-pandai dan terampil dalam
komunikasi.
simtom
menghadapi
klien
yang
dialami
tersebut,
g).
Strategi
sosial)
sejarah/peristiwa-
sependapat
membuka atau mulai berbicara dari masa lalu
semua
klien
mau
keenam bahwa
diajak
responden klien
diajak
berkomunikasi ada yang senang, ada yang
sebelum masuk RSJ, kemudian dilanjutkan
menolak, ada yang apatis, dan
dengan aktivitas-aktivitas yang klien selalu
tidak
ingat, baik peristiwa yang menyenangkan, bahkan
tidak
berkomunikasi,
peristiwa yang menimba diri klien. Dengan
menyedihkan,
simtom-simtom
Menurut pendapat informan (pekerja
para pekerja sosial ketika klien sangat mengingat
Disorganized speech,
5. Reaksi Pasien
komunikasi mundur, strategi ini diterapkan
kesulitan
Halusinasi,
sama
Berdasarkan
peristiwa-peristiwa
sekali pengalaman
ada yang
merespon/acuh. reaksi
pasien
senang/menolak, apatis dan tidak konek
yang klien benci dll. Strategi ini dengan waktu
bukan berdasarkan jenis gangguan tetapi
yang cukup lama akan mengarah pada
berdasarkan lama tinggal, misalnya klien
pengungkapan sesuatu problem yang klien
lama, klien baru, klien tetap dan lain
rasakan dan ingin dipecahkan.
sebagainya. Klien baru cenderung tertutup dan klien lama bahkan sebagai pasien tetap
43
cenderung
lebih
suka
diajak
bicara.
dikirim oleh keluarga dan keluarga memberi
Pengalaman pekerja sosal pasien lama akan
data
banyak
tempat
gangguan mental maka pekerja sosial akan
tinggal/keluarga yang cuwek, tidak mengerti
lebih mudah melakukan pendekatan. Disisi
terhadap dirinya, memusuhi dll, sehingga
lain klien juga memiliki hambatan dalam
klien tidak betah tinggal bersama keluarga,
berkomunikasi diantaranya , menurut pekerja
klien memilih kembali ke RSJ dengan alasan
sosial ada beberapa pasien yang sulit diajak
teman banyak dan lebih senang.
komunikasi bahkan mereka sulit bicara, klien
cerita
kondisi
di
Bagi klien pendatang baru di RSJ Prof. Dr.
Soeroyo Magelang
cenderung
tentang
sebab-sebab
terjadinya
yang demikian ini rata-rata
dari situasi
latarbelakang
a).
yang
:
Lama
mengelendang di jalan., b). Kiriman tokoh
tertutup, sebab lingkungan ini merupakan
masyarakat karena klien ini oleh keluarganya
lingkungan baru bagi klien, belum tahu situasi
tidak diperhatikan dan sering menganggu
dan belum saling mengenal. Bahkan banyak
warga masyarakat., c). Klien kiriman tokoh
klien baru cenderung takut, memberontak
masyarakat karena klien ini oleh keluarganya
dan acuh. Atas itu maka klien baru selalu
dianggap sesuatu yang memlukan lalu di
diawali dengan bertempat tinggal dibangsal
pasung bertahun-tahun dan seringa terjadi
isolasi, selama di bangsal isolasi rata-rata
kecacatan
pasien belum mampu berkooperatif tetapi
pada
bagian
tubuh
tertentu,
misalnya kaki mengecil karena dipasung atau
sebaliknya melawan, berontak atau apatis.
tangan tidak mampu mengerakan
Setelah beberapa hari di bangsal isolasi
lama
pasien memahami dirinya dan lingkunganya
diikat.
mengalami
baru dipindah pada bangsal perawatan dan
Klien-klien tekanan
yang
mental
karena demikian
dan
batin
sehingga tertutup dan sulit berkomunikasi.
dibangsal ini pasien mulai dilibatkan dalam
Disisi lain ada beberapa klien yang merasa
proses rehabilitasi.
minder/takut untuk berbicara/mengemukakan pendapat karena selam di bangsal klien ini
6. Hambatan Komunikasi
sering di tekan oleh teman-teman nya sendiri. Pekerja
sosial
akan
kesulitan 7. Media komunikasi yang dipergunakan,
berkomunikasi kepada klien jika klien itu tidak diketahui
sebab-sebabnya
media alami dan non alami
mengalami
gangguan. Pasien yang demikian ini rata rata
Media komunikasi yang dipergunakan
pasien hasil garukan petugas keamanan atau
para pekerja sosial ketika berkomunikasi
pasien kirim instansi terkait, atau klien yang
dengan klien ada yang bersifat alami dan non
dalam waktu lama dipasung atau diasingkan
alami.
keluarganya, sehingga klien diminta oleh
aksesibilitas pekerja sosial kepada klien agar
warga masyarakat dari keluarganya dan
lebih mudah dan lebih cepat dalam memulai
dikirim ke RSJ. Tetapi bagi klien-klien yang
pembicaraan/komunikasi kepada klien rata-
44
Media
ini
berfungsi
sebagai
rata pekerja sosial memanfaatkan media atau
atau
alat sebagai role komunikasi. Media yang
seperti: cerita/dongeng, flim,
sering dan mudah digunakan sebagai media
permainan lainnya. Berdasarkan pengalaman
komunikasi adalah alat-alat permainan atau
para
alat
memudahkan
outbound
sederhana
seperti
bola,
disebut
alat
pekerja
peraga/alat
sosial klien
rekayasa, dan alat
media-media dalam
ini
membantu
holahope, catur, foto/lukisan, radio, dan alat
berkomunikasi terutama untuk mengawali
permainannya.
berkomunikasi.
Menurut pekerja sosial alat-alat ini akan
mudah
dan
Jam kerja para pekerja sosial di RSJ.
memori,
Prof dr. Soeroyo Magelang dibagi ke dalam
sehingga klien mulai berani unjuk bicara yang
berbagai aktivitas inti. Aktivitas ini terdiri dari
berawal dari merespon keberadaan dan
pekerjaan
keberfungsian media tersebut. Disamping itu
rapat, bimbingan dengan klien, home visit,
pekerja
memanfaatkan
case conference, dll. Atas itu para pekerja
komunikasi verbal melalui gerakan-gerakan
sosial di RSJ Dr. Soeroyo Magelang memiliki
tubuh yang dapat dimaknai sebagai bahasa
waktu rutin dan formal
tubuh. Dari gerakan/bahasa tubuh inilah
dengan klien, yaitu setiap hari kerja
pekerja sosial mulai merespon untuk mencari
pukul 08.00-11.30, waktu ini merupakan
makna
jadwal rehabilitasi, sehingga semua pasien
indrawi
klien
dan
sosial
apa
tersebut.
mempengaruhi
memancing
juga
arti/maksud
Dari
sini
reflek
8. Waktu Komunikasi
setiap
gerakan
pekerja sosial
administrasi,
koordinasi/rapat-
untuk bimbingan pada
akan
yang telah memenuhi standar rehabilitasi dari
memahami klien didalam merespon termasuk
bangsal di kirim ke unit rehabilitasi untuk
didalamnya
mengikuti proses rehabilitasi. Di luar jam
kecepatan
merespon,
benar
salahnya respon, fungsi respon dll.
rehabilitasi pekerja sosial diberi kebebasan oleh pihak rumah sakit untuk bertemu klien
Media lain yang dapat dimanfaatkan oleh
pekerja
sosiala
adalah
dalam
lingkungan
16.00, selain jam tersebut jika pekerja ada
Lingkungan alami seperti kebun/halaman
kepentingan dengan klien harus koordinasi
asrama/halaman ruang rehabilitasi, lapangan,
dengan pihak bangsal. Ketika pekerja sosial
kamar/bangsal tempat tinggal klien, binatang
berkomunikasi formal dengan klien diluar jam
yang ada disekitar lingkungan rumah sakit
rehabilitasi harus menjaga kode etik dan
seperti burung, ayam, ikan di kolam, dll.
diupayakan tidak menganggu klien yang lain.
Media non alami adalah media komunikasi yang sengaja diciptakan atau diadakan oleh untuk
proses
istirahat pasien adalah jam 13.00 sampai
lingkungan ini ada yang alami dan non alami.
sosial
membantu
penyembuhan pada jam-jam istirahat. Jam
dimana pekerja sosial mulai berkomunikasi,
pekerja
rangka
Disisi
lain
pekerja
sosial
boleh
memudahkan
melakukan komunikasi dan bimbingan ketika
komunikasi dengan klien, media non alami
ada acara-acara tertentu atau menyiapkan
45
acara tertentu, seperti latihan menari malam
sosial,
hari karena akan ada lomba atau pentas ke
menggelandang dan lama dipasung akan
luar rumah sakit, dll.
mengalami kesulitan berkomunikasi, akibat
klien
yang
lama
sulit berkomunikasi maka mereka merasa
9. Derajat kedekatan Jika
seperti
kedekatan
komunikasi
asing atau jauh dan cenderung tertutup.
ini
diklasifikasikan kedalam tiga kategori jauh,
c). Situasi pasien, makna situasi pasien disini
dekat
untuk
menyangkut beberapa hal, diantaranya latar
atau seberapa
belakang klien masuk RSJ, penyebab sakit
dan
sangat
dekat,
mengetahui seberapa jauh
maka
dekat komunikasi antar pekerja sosial dengan
klien,
klien sangat di pengaruhi oleh banyak faktor.
berkomunikasi, kondisi kesehatan fisik klien,
Faktor-faktor tersebut antara lain : a). jenis
latar belakang pendidikan,
pasien diantara pasien baru, pasien lama,
religius klien.
pasien tetap. Pasien baru cenderung jauh
memahami
lingkungan,
yang
bahkan
yang
diajak
ekonomi dan
pekerja
dengan terhadap
sosial
untuk
klien
akan
klien.
Hal
ini
tergantung dari tujuan pekerja sosial dalam
pertemuan sudah sering, sudah memahami sudah
para
berpengaruh
lama cenderung dekat karena frekuensi
dan
dipilih
berkomunikasi
mereka merasa kaget atau terasing. Pasien
lingkungan
kelamin
d). Setting/tempat berkomunikasi, tempat
karena mereka masih malu, tertutup dan dan belum
jenis
berkomunikasi, apakah komunikasi sekedar
berani
say hello, atau komunikasi dalam rangka
mengungkapkan hal-hal yang tidak disuka
memberikan terapi, atau komunikasi sebagai
dan berani meminta sesuatu. Pasien tetap
pengiriman informasi berkait dengan hal-hal
akan cenderung sangat dekat sebab pasien
tertentu, atau komunikasi dalam rangka
ini sering keluar masuk RSJ dan sudah hafal
mengingatkan atau memberikan sesuatu.
dengan para petugas serta paham akan lingkungan sehingga mereka beranggapan
Untuk itu setting komunikasi yang
RSJ sebagi rumah tempat tinggal sehingga
terkait dengan proses rehabilitasi biasanya
berkomunikasi dengan siapa saja lancar,
ada di arena ruang rehabilitasi, di bangsal, di
mudah dan akrab. Jenis pasien ini sering
halaman atau tempat lain. Sekali lagi ini
dimanfaatkan oleh petugas untuk mengorek
sangat tergantung dari tujuan yang ingin
atau mencari tahu tentang kondisi klien-klien
dicapai oleh seorang pekerja sosial. Sebab
baru yang mereka kenal dekat.
pekerja sosial selalu memegang prinsip dan kode etiknya, terutama tentang kerahasiaan
b). Latar belakang pasien, seperti penjelasan
situasi klien.
di atas pada nomor 4 dan 5 bahwa latar belakang atau asal usul klien masuk ke RSJ sangat
berpengaruh
terhadap
Dimanapun settingnya dan apapaun
kedekatan
tujuan berkomunikasi pekerja sosial selalu
komunikasi antara klien dengan pekerja
memperhatikan
46
prinsip-prinsip
komunikasi
sesuai yang tersirat dalam berbagai teori
disebabkan
seperti : a). proses simbolik, b). setiap
cenderung menyerang pada mental manusia.
perilaku mempunyai potensi komunikasi, c).
Akibat dari penyakit mental maka manusia
komunikasi
dapat mengalami stres berat, gangguan
mempunyai
dimensi
dimensi
hubungan,
berlangsung
d).
dalam
isi
dan
komunikasi
berbagai
ingatan
tingkat
Dalam
konteks ruang dan waktu, f). melibatkan
sejarah
ilmu
penyembuhan penyakit ini
sosial budaya semakin efektif komunikasi, i).
dengan
pengetahuan
telah dilakukan
dengan berbagai cara dari yang tradisional
bersifat nonsekuensial, j). bersifat prosesual k).
disebut
skizofrenia ada sejak jaman Nabi Adam,
sistemik, h). semakin mirip latarbelakang
transaksional,
yang
disebutkan bahwa jenis penyakit mental atau
predikasi peserta komunikasi, g). bersifat
dan
atau
skizofrenia.
kesengajaan, e). komunikasi terjadi dalam
dinamis
ketidaksadaran diri atau lalai
sampai dengan cara yang modern. Salah
bersifat
satu
Irreversible dan l). bukan panasea untuk
penyembuhan
modern
adalah
didirikannya rumah sakit khusus yang disebut
menyelesaikan berbagai masalah
dengan ”Rumah Sakit Jiwa”. Di dalam proses
Sisi lain di unit rehabilitasi ketika klien
penyembuhan
di
RSJ
setiap
pasien
melakukan proses rehabilitasi bersama para
mendapat perawatan ganda yaitu perawatan
pekerja
dan pengobatan medis serta perawatan
sosial
secara
otomatis
terjadi
berbagai komunikasi , untuk itu komunikasi
rehabilitasi
dalam
klien
lokusnya pada proses rehabilitasi sosial yang
dikelompokkan sesuai dengan jenis kelamin,
ditangani tim pekerja sosial. Secara khusus
bakat,
penelitian ini melihat strategi komunikasi para
praktek
rehabilitasi
kemauan/pilihan
dan
dibedakan
tempatnya sesuai dengan jenis keterampilan dan
latihan
kerja
yang
sesuai
sosial.
Dalam
penelitian
ini
pekerja sosial terhadap para klien.
dengan
Setelah dilakukan penelitian ternyata
keinginan klien. Serta dibimbing dan diawali
klien dikelompokan berdasarkan penyebab
oleh para instruktur yang terdiri dari pekerja
penyakit atau ganguan, diantaranya adalah
sosial dan pihak lain yang memiliki kapasitas.
delusi,
halusinasi,
disorganized
speech,
disorganized behavior dan simtom-simtom lain. Pekerja sosial dalam berkomunikasi
E. Penutup
dengan klien di RSJ Prof Dr. Soeroyo makluk
Magelang belum membedakan secara jelas
hidup omnivora dan makhluk sosial, sering
antara klien yang mengalami gangguan
mengalami disfungsi baik physical mamupun
mental satu dengan yang lainnya, sebab
non physical. Disfungsi physical disebut sakit
pekerja sosial menyakini bahwa keberhasilan
fisik
komunikasi
Manusia
dan
sebagai
disfungsi
golongan
non
physical
yang
47
sangat
dipengaruhi
oleh
latarbelakang klien, setting, media dan jenis
Peneliti
gangguannya, serta peran anggota keluarga.
menerapkan manajemen perwalian dalam proses rehabilitasi agar hasilnya lebih efektif,
ditentukan melalui proses seleksi, dimulai
lebih tepat dan berkesinambungan yang
dari tahap persiapan, resosialisasi, latihan
permanen,
kerja, penempatan dan pengawasan. Test
tim
rehabilitasi,
2).
berpendidikan
seleksi dilakukan oleh psikolog sebagai dari
rekomendasi
untuk RSJ antara lain: 1). Pihak RSJ perlu
Untuk mengikuti rehabilitasi klien akan
bagian
memberikan
Pekerja SMK
sosial
yang
SMA
perlu
dan
peningkatan jenjang pendidikan ke disiplin
sedang
ilmu yang mendukung proses rehabilitasi
resosialisasi, latihan kerja, penempatan dan
terutama
pengawasan dilakukan oleh tim pekerja
pendidikan
Sosial/Pekerjaan
sosial.
Kesejahteraan
Sosial
serta
sering
menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk SDM rehabilitasi mengingat sebagian besar
Strategi-strategi komunikasi yang dipilih para pekerja sosial dalam proses rehabilitasi
SDM
antara lain: strategi komunikasi mengekor,
kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial. Jika
melawan, menyamar, persuasif, memaksa,
perlu
fakta, dan strategi komunikasi mundur. Untuk
RSJ. Prof. dr. Soeroyo menyelenggarakan
terapi kerja model komunikasi yang paling
outsourcing., 3) Pihak RSJ khususnya unit
tepat adalah komuniasi kelompok, sedang
rehabilitasi
komunikasi personal tepat digunakan untuk
dipergunakan untuk proses rehabilitasi., 4).
pendampingan yang bersifat personal dalam
Menambah waktu (jam) rehabilitasi dan 5).
rangka
Pekerja sosial di beri kesempatan untuk
bimbingan
khusus
dengan
rehabilitasi
untuk
tidak
berlatarbelakang
mempersingkat
menambah
kesenjangan
fasilitas
yang
melakukan proses rehabilitasi dan bimbingan
menerapkan strategi komunikasi mengandai.
di bangsal. Reaksi pasien ketika proses rehabilitasi ------------------
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu reaksi terbuka/senang khusus untuk pasien yang
Daftar Pustaka
sudah lama tinggal di RSJ, rata-rata pasien Agus
baru cenderung menolak/apatis dan tertutup. Sedang hambatan komunikasi pekerja sosial pada saat rehabilitasi adalah menghadapi klien
yang
tidak
diketahui
Salim 2006, Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Brannen, Julia. 1997, Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Pusataka Pelajar Yogyakarta.
latar
belakang/penyebab sakit khususnya pasien kiriman/rujukan petugas lapangan seperti
Cohen, L., & Manion, L. (1994). Research methods in education (4th ed.). Cohen, L., & Manion, L. (1994). Metode penelitian dalam pendidikan (4th ed.).
kiriman polisi, hasil garukan Pol PP, dan klien yang lama di pasung oleh keluarganya.
48
London: Routledge.
Routledge.
London:
Mif.Baihaqi, 2007, Psikiatri : Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan, Aditama, Bandung.
Creswell, JW, 1998, Qualitative inquiry and research design: Choosing among five traditions,. Thousand Oaks, CA: Sage. Thousand Oaks, CA: Sage.
Mulyana, Dedy, 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Glen O, Gabbard, 1994, Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice, Washington, American Psychiatric Press.
Rahman Hakim, Budi, 2010, Rethinking Sosial Work Indonesia, RM Books, Jakarta Robert. K. Yin. (1989). Case Study Research Design and Methods. Washington: COSMOS Corporation
Huda, Miftachul, 2009, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Skizofrenia Keluarga,
Wibhawa, B., Raharjo, S.T., Santoso, M.B. 2010, Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial, Widya Pajajaran, Bandung.
John Jackson dan Lorraine Bosse-Smith, 2007, By The United Methodist Publishing House, Abingdon Press.
Zastrow, Charles, 2004, Ninth Edition : Introduction to Sosial Work and Sosial Welfare, Empowering People, George Williams College of Aurora University
Iman
Setiadi Arief, 2006, Memahami Dinamika Aditama, Bandung.
Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya .
49
PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL MELALUI PELATIHAN PERENCANAAN BISNIS UNTUK WIRAUSAHA PEMULA8
Oleh : Risna Resnawaty, Nurliana Cipta Apsari, Budhi Wibhawa dan Sahadi Humaedi9
ABSTRAK Pembangunan masyarakat saat ini berlandaskan paradigma bottom up, sebuah pemahaman pembangunan yang tidak hanya berangkat dari bawah, namun paradigma ini juga memiliki arti bahwa masyarakatlah yang mengendalikan pembangunan. Dalam kegiatan PKM ini, tim berusaha mengajak masyarakat untuk dapat mengenali, memahami kondisi-kondisi aktual dalam masyarakat; dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan PKM yang diawali dengan proses assessment bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi lokal yang ada di lingkungan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan potensi tersebut secara maksimal, selain itu dengan adanya PKM ini juga, kapasitas masyarakat dapat ditingkatkan terutama pengetahuan dan pemahaman mengenai wirausaha kepada masyarakat. Berdasarkan hasil pemetaan/assessment diketahui bahwa Desa Sukarasa tidak hanya memiliki potensi alam yang melimpah, namun didukung pula oleh sumber daya manusia yang terampil terutama dalam kerajinan tangan dan olahan makanan. Walaupun demikian kondisi kehidupan masyarakat, terutama pada aspek ekonomi belumlah memadai, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi kualitas SDM yang masih rendah dan infrastruktur desa yang juga belum memadai. Sebagai contoh masyarakat pelaku industri kerajinan tangan dan olahan makanan belum mampu untuk menghasilkan produk yang ‘berbeda’ dan berkualitas bagus sehingga memiliki nilai jual tinggi. Dengan pertimbangan dari berbagai kondisi tersebut, maka kegiatan PKM ini diarahkan pada aspek ekonomi dengan menyelenggarakan pelatihan yang bertemakan “Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui Pelatihan Perencanaan Bisnis Untuk Wirausaha Pemula”. Hasil dari kegiatan pelatihan tersebut, nampak bahwa warga lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan wirausaha, sebab masyarakat sudah memahami mengenai strategi usaha terutama mengenai pemasaran, dan masyarakat berharap kegiatan serupa dapat dilakukan kembali di Desa Sukarasa.
8
Pengabdian Kepada Masyarakat Program KKNM-PPMD Intergratif Periode Januari – April 2014, Dibiayai dari DIPA PNBP Universitas Padjadjaran, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat, No.: 01/UN6.R/KepPM/2014 9
Para Penulis adalah staf pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-UNPAD
50
PENDAHULUAN
Diharapkan dengan adanya program
Desa Sukarasa adalah salah satu dari
pelatihan bagi wirausaha pemula ini, dapat
beberapa desa yang ada di Kecamatan
membantu
meningkatkan
Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Dari segi
masyarakat
Dusun
potensi, Desa Sukarasa merupakan tipikal
Sukarasa,
Kecamatan
desa yang memiliki sumber daya alam yang
diharapkan
warga
sangat mendukung untuk aktivitas pertanian,
mental wirausaha sehingga masyarakat tidak
maupun aktivitas lainnya seperti pembuatan
bergantung pada orang lain dan mampu
kerajinan tangan ataupun olahan makanan
memberdayakan dirinya sendiri serta orang
dengan bahan baku yang bersumber dari
lain.
alam.
Warga
Desa
Sukarasa
memiliki
perekonomian
Saung
Seel,
Desa
Salawu.
masyarakat
Serta memiliki
Maksud dari kegiatan yang dilakukan
keterampilan antara lain dalam membuat
adalah
aneka makanan khas daerah dan membuat
pemahaman mengenai wirausaha kepada
anyaman (seperti wajit, opak, dan ranginang,
masyarakat.
dan boboko, besek, dll). Namun selama ini
masyarakat akan potensi ekonomi lokal yang
keterampilan tersebut belum dimaksimalkan
ada di dalam masyarakat dan membantu
menjadi
masyarakat
usaha
menghasilkan penghasilan
yang
uang
potensial
sebagai
keluarga.
untuk
penambah
Pengrajin
memberikan
pengetahuan
Meningkatkan
secara
dan
kesadaran
bersama-sama
guna
mencari pemecahan masalah melalui potensi
Desa
yang ada di masyarakat itu sendiri.
Sukarasa hingga saat ini hanya mampu
Sementara itu tujuan dari kegiatan
menjual makanan atau anyamannya ketika
tersebut
ada pesanan, misalnya jika ada warga yang
masyarakat
akan
Selain
pemahaman mengenai wirausaha kepada
daripada itu komunitas pengrajin tidak pernah
masyarakat, sehingga masyarakat mampu
menggeluti usaha pembuatan makanan atau
mengembangkan
anyaman kecuali untuk dikonsumsi sendiri.
pengetahuan
menyelenggarakan
Berdasarkan tersebut,
maka
hajatan.
gambaran diperlukan
adalah
meningkatkan
terutama
pengetahuan
usaha
mengenai
kapasitas
serta cara
dan
memiliki
pemasaran
situasi
yang efektif; agar masyarakat lebih sadar
penguatan
akan potensi ekonomi lokal yang ada di
ekonomi lokal melalui pelatihan bisnis bagi
lingkungan
wirausaha pemula yang dimaksud dengan
memanfaatkan
wirausaha pemula di sini bukan hanya
maksimal dan masyarakat termotivasi untuk
terbatas pada mereka yang belum memiliki
secara bersama-sama mencari pemecahan
usaha atau pun pengangguran, tetapi mereka
masalah
yang sudah memiliki usaha namun usahanya
masyarakat itu sendiri
tersebut belum stabil pun dapat terlibat dalam kegiatan penguatan tersebut.
51
masyarakat, potensi
melalui
potensi
sehingga tersebut
yang
dapat secara
ada
di
TINJAUAN PUSTAKA A.
yakni
masyarakat
Pendekatan bagaimana
dalam meningkatkan atau menumbuhkan masyarakat.
Wibhawa
berawal
pengorganisasian
dari
masyarakat
organizing) mengorganisasikan
bermakna
B.
sebagai
awal
konsep
development
community
proses
demi mendapatkan kesejahteraannya sendiri.
pada
masyarakat
yaitu
oleh
masyarakat
merupakan
community
sumber-sumber
mengumpulkan
dan
development
dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan masyarakat lokal. Tahap ini merupakan upaya agar intervensi
ada beberapa tahap terencana yang harus partisipasi
tahap
masyarakat karena pada dasarnya program
yang dimiliki. Untuk melakukan hal tersebut
dengan
sistem
mengidentifikasi masalah serta kebutuhan
kebutuhan
masyarakat akan kondisi yang lebih baik
dilakukan
oleh
proses community development. Assessment
community
mengoptimalkan
dibantu
tahap ini merupakan tahap penting dalam
dihargai serta didukung.
dengan
masyarakat
dengan assessment yang tepat sehingga
apapun bentuk partisipasinya harus diakui,
karena
adalah
Sebuah program yang baik diawali
orang akan membawa perubahan sehingga
hadir
development
pelaksana dan sistem kegiatan.
masalah tersebut penting dan tindakan setiap
development
community
community development harus dilakukan
harus mengetahui serta menyadari bahwa
Kesimpulannya,
terdapat beberapa tahapan
terminasi. Setiap langkah dalam proses
proses
community development untuk mendorong partisipasi
community
assessment, plan of treatment, treatment dan
Menurut Ife (2008), ada beberapa hal diperhatikan
melaksanakan
dalam
Wibhawa dkk (2010:111) langkah dalam
masyarakat agar melakukan suatu upaya
harus
agar
yang akan dijalani secara berurutan. Menurut
development bertujuan untuk mendorong
yang
masyarakat
Tahapan Assessment Community Development Dalam
dalam setting kondisi yang terus berubah. sejak
mendidik
kepada
pembangunan yang ada.
sebuah sistem untuk melayani warganya
Artinya,
memfokuskan
dapat terintegrasi kepada program-program
(community
masyarakat
ini
secara mandiri kemudian dengan sendirinya
konsep
yang
dapat
berdaya dalam memecahkan permasalahan
dkk
(2009:108) menjelaskan bahwa community development
ini
dapat terlibat dalam pemecahan masalah.
atau
Community development merupakan proses
kemandirian
proses
meningkatkan kapasitas masyarakat agar
Pengembangan Masyarakat Pengembangan
bagaimana
berjalan efektif dan tepat sasaran dalam
masyarakat
mencapai tujuan.
sebagai pihak yang paling memahami kondisi
Menurut Tropman dkk (1996), proses
mereka sendiri. Community development
ini terdiri dari beberapa kegiatan yakni
lebih menekankan kepada tujuan proses
assessment kebutuhan (need assessment),
52
identifikasi kebutuhan (need identification),
kemampuan seseorang, suatu organisasi
dan
atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-
analisis
(convergent
masalah analysis).
yang
memusat
Kebutuhan
dalam
tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu,
konteks ini ialah kesenjangan antara kondisi
Katty Sensions berpendapat bahwa : “Capacity building usually is understood to mean helping governments, communities and individuals to develop the skills and expertise needed to achieve their goals. Often designed to strengthen participant’s to abilities to evaluate their policy choices and implement decisions effectively, may included education and training, instutional and legal reforms, as well as scientific, technological and financial assistance”
yang seharusnya tercipta di masyarakat dan realitas yang terjadi. Need assessment ialah strategi yang dirancang untuk menyediakan data-data yang memungkinkan perencana untuk menentukan prioritas kebutuhan yang ada
di
masyarakat
serta
mengevaluasi
sumber daya yang ada secara sistematis. Dalam
melakukan
need
assessment,
diperlukan dua langkah operasional yakni need identification dan convergent analysis. C.
Dalam menjalankan capacity building, perlu
Capacity Building
mempengaruhi
Secara umum, kapasitas diartikan sebagai
kemampuan
menjalankan
peran
dan
individu
dimaksudkan
untuk
tertentu
berikut: 1. Membangun
yang
peningkatan
mengembangkan
(1977;6-22) berpendapat
pengembangan
dalam pengembangan kapasitas sebagai
penelitian
kemampuan individu dalam bidang tertentu. Grindle
proses
yang
(2003) menyebutkan lima elemen utama
menyelesaikan
building secara singkat diartikan sebagai strategi
elemen-elemen
kapasitas tersebut. Garlick dalam McGinty
dalam
masalah yang dihadapi. Sedangkan capacity
penerapan
diperhatikan
pengetahuan, keterampilan, dan
meliputi mewadahi
pengembangan,
dan
bantuan belajar.
bahwa
2. Kepemimpinan.
“capacity building is intented to encompass a
3. Membangun
variety of strategies that have to do with
jaringan,
meliputi
usaha
untuk membentuk kerjasama dan aliansi.
increasing the efficiency, effectiveness, and
4. Menghargai
responsiveness of government performance”.
komunitas
dan
mengajak
komunitas untuk bersama-sama mencapai
Dari pendapat tersebut, dapat kita
tujuan.
lihat bahwa ada 3 aspek yang penting di
5. Dukungan informasi, meliputi kapasitas
dalam sebuah pengembangan kapasitas,
untuk mengumpulkan, mengakses dan
yaitu efisiensi, efektifitas, dan bagaimana kita
mengelola informasi yang bermanfaat.
merespon performa yang dilakukan oleh pemerintah. Selanjutnya, Brown (2001:25)
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
mendefinisikan capacity building sebagai
A. Kerangka Pemecahan Masalah
suatu proses yang dapat meningkatkan
53
Pengabdian
kepada
masyarakat
building secara singkat diartikan sebagai
melalui program KKNM-PPMD Integratif ini
penerapan
diharapkan
dimaksudkan
memberikan
masyarakat
manfaat
terutama
pada
menyelesaikan
strategi
tertentu
untuk
mengembangkan
kemampuan individu dalam bidang tertentu.
permasalahan yang dihadapi. Syarat dari
Dalam
manfaat
diperhatikan
elemen-elemen
program yang tepat, baik tepat sasaran dan
mempengaruhi
proses
tepat
kapasitas tersebut.
suatu
jenis
tersebut
program
bantuan,
dapat
adalah
suatu
sehingga
program
berkelanjutan.
Dengan
arah,
dan
masyarakat
pelatihan, kegiatan ini melibatkan masyarakat
proses
terutama pelaku industri olahan makanan
masyarakat
dan kerajinan tangan sebagai peserta. Pada
menjadi lebih mandiri dan berkembang.
kegiatan pelatihan ini diharapkan masyarakat
Proses tersebut dapat di awali dengan
mampu
pengkajian kondisi potensi dan masalah
intervensi/pelaksanaan
serta
mengenai
cara
C. Khalayak Sasaran
program. Pada kegiatan PKM ini disepakati
Awalnya sasaran pelatihan ini adalah
bahwa tahapan intervensi ditujukan guna
kelompok-kelompok
pengembangan kapasitas melalui kegiatan
masyarakat
yang
menggeluti aktivitas industri kerajinan tangan
pelatihan.
dan olahan makanan, namun dengan seiring
Secara umum, kapasitas diartikan sebagai
pengetahuan
usaha
pemasaran yang efektif.
penting sebab akan menentukan tahapan yaitu
mengembangkan
memiliki
(assessment), tahap assessment ini amat
berikutnya
ditentukan
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan
atau pemberdayaan masyarakat merupakan
agar
dapat
dapat dimanfaatkan.
Kegiatan pengembangan masyarakat
akhir
sehingga
pada sumber daya lokal yang tersedia dan
dan permasalahan yang dimiliki masyarakat.
tujuan
Kepada
kegiatan selanjutnya dengan tetap merujuk
masyarakat dengan berdasar pada potensi
dengan
Pengabdian
kondisi potensi dan masalah di lingkungan
pada penyelesaian masalah yang dihadapi
proses,
pengembangan
Assessment ini bertujuan untuk mengkaji
suatu rencana intervensi untuk mendukung
sebuah
yang
assessment dan kegiatan pelatihan. Kegiatan
assessment yang akurat maka dapat disusun
dari
perlu
kegiatan, yaitu kegiatan kajian kondisi atau
lingkup
intervensinya terkendali. Setelah dilakukan
rangkaian
building,
Masyarakat ini dilakukan dengan 2 tahapan
profesi, assessment merupakan proses yang sifat,
capacity
Kegiatan
perlu dilakukan assesment. Dalam semua
ideal
proses
B. Realisasi Pemecahan Masalah
demikian sebelum dilaksanakannya program
secara
yang
kemampuan
menjalankan
peran
dan
individu
waktu
dalam
berjalan
sosialisasi
menyelesaikan
selama
rencana
persiapan
kegiatan
dan
nampaknya
banyak masyarakat yang ingin terlibat dalam
masalah yang dihadapi. Sedangkan capacity
54
sebagai peserta dalam pelatihan ini terutama
bertindak; (2) PRA lebih cocok disebut
warga
metode-metode
yang
kelontong,
memilki dengan
usaha/warung/toko
pendekatan-
khalayak
pendekatan (bersifat jamak) daripada metode
sasaran dalam kegiatan pelatihan ini tidak
dan pendekatan (bersifat tunggal); dan (3)
hanya masyarakat yang memiliki usaha
PRA memiliki beberapa teknik yang bisa kita
kerajinan tangan seperti anyaman (bilik,
pilih, sifatnya selalu terbuka untuk menerima
boboko,
cara-cara dan metode-metode baru yang
besek,
demikian
atau
dll) dan usaha olahan
makanan (wajit, opak, dan ranginang) juga masyarakat dirumah
yang
memiliki
masing-masing.
partisipasi
masyarakat
warung
kecil
Peran
atau
dalam
dianggap cocok. Jadi
pengertian
kegiatan
mendorong
masyarakat
desa/wilayah/lokalitas meningkatkan
D. Metode yang Digunakan
untuk
dan
di
suatu
turut
serta
menganalisis
pengetahuan mereka mengenai hidup dan
pelaksanaan
melalui
kondisi mereka sendiri agar mereka dapat
Pelatihan yang terbagi atas 2 kegiatan,
membuat rencana dan tindakan.Teknik PRA
antara lain: 1.
adalah
sekumpulan pendekatan dan metode yang
pelatihan ini adalah sebagai peserta.
Metode
PRA
yang akan digunakan yaitu: Diagram Sehari,
Assessment
(KajianAwal/Analisis
Peta Desa, Diagram Venn, Matriks Ranking,
Situasi).
dan FGD.
Salah
satu
metode
dalam
Assessment
adalah
PRA.
Waktu
Pelaksanaan
bulan
Januari
2014.
2. Pelatihan Perencanaan Bisnis untuk Wirausaha Pemula
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah penilaian/pengkajian/
penelitiaan
Metode pelaksanaan kegiatan yaitu
keadaan
menggunakan metode pelatihan, dengan
desa secara partisipatif. Maka dari itu,
dilengkapi alat bantu seperti papan tulis,
metode PRA adalah cara yang digunakan
kertas plano dan spidol whitboard. Dalam
dalam
melakukan
kegiatan pelatihan ini dipimpin oleh sorang
untuk
fasilitator dari Kota Tasikmalaya yaitu Bapak
atau
kondisi
Muhammad Fauzan Wahyu Noor, beliau
tertentu
dengan
adalah pendiri Paguyuban Pengusaha Muda
pengkajian/penilaian/penelitian memahami
keadaa
desa/wilayah/lokalitas
melibatkan partisipasi masyarakat. PRA
merupakan
metode
Tasikmalaya (PPMT) dengan dibantu satu dan
orang asistennya.
pendekatan pembelajaran mengenai kondisi
Pada kegiatan pelatihan ini fasilitator
dan kehidupan desa/wilayah/lokalitas dari,
memberikan materi dengan menjelaskan dan
dengan dan oleh masyarakat sendiri dengan
memberikan
catatan : (1) Pengertian belajar, meliputi
mengenai
kegiatan
mengenai strategi-strategi dalam pemasaran
menganalisis,
merancang
dan
55
contoh-contoh
sederhana
kewirausahaan
terutama
produk.
Selain itu dalam
ini,
terbiasanya untuk BAB di MCK. Sementara
fasilitator juga memberikan sesi tanya jawab
itu penyaluran air bersih masih terkendala
kepada
mengenai
oleh kemampuan warga dalam pengadaan
peluang
pipa air bersih. Kondisi Pertanian, Desa
para
pelatihan
peserta
permasalahan-permasalahan
dan
usaha.
Sukarasa merupakan wilayah desa dengan kondisi tanah yang subur, curah hujan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
cukup, dan lahan/areal pertanian yang cukup
A. Hasil Assessment Berdasarkan pemetaan
yang
Sukarasa,
aspek
dari
kegiatan
dilaksanakan
terutama
berbagai
luas. Di Desa Sukarasa juga berpotensi
hasil
di
mengenai
kehidupan
untuk dikembangkan sektor peternakan dan
Desa
perikanan air tawar, namun dengan kondisi
kondisi
potensi
masyarakat.
pertanian,
Desa Sukarasa adalah pemeluk Agama
warga
dan Jumat siang. Masalah yang muncul
mengenai
pengelolaan
pertanian,
sebagai pakan ternak, sementara warga
Kondisi
belum mampu untuk membuat pakan ternak
Pendidikan, sarana sekolah/gedung sudah
alternatif.
ada mulai dari pendidikan usia dini (PUAD)
Kondisi Ekonomi, warga memilki
hingga tingkat SLTA. Masalah yang muncul
keterampilan
adalah masih tingginya penduduk dengan
dalam
membuat
kerajinan
tangan berbahan bambu dan kayu, juga
latar belakang pendidikan dasar. Selain itu bangunan atau gedung sekolah masih ada yang perlu perbaikan.
membuat
beragam
tradisional
dengan
olahan bahan
makanan baku
yang
melimpah dari alam. Di Desa Sukarasa
Kondisi Kesehatan, Desa Sukarasa layanan-layanan
sudah ada kelompok simpan pinjam baik dari
kesehatan
hasil bentukan PNPM maupun swadaya yang
berupa Posyandu dan Puskesmas, sumber
dapat berfungsi sebagai lembaga keuangan
air bersih tersedia cukup, terdapat program
mikro di masyarakat. Sedangkan masalah
Jamkesmas untuk RTM dan RTSM. Masalah
yang muncul adalah pemasaran yang kurang
yang muncul adalah warga belum memahami manfaat
pertanian
makin sulitnya untuk mendapatkan rumput
dan ada juga beberapa mesjid/mushola yang
tentang
hasil
Kendala dalam sektor peternakan adalah
untuk mendapatkan air bersih untuk wudhu,
ada
diantaranya
harga pupuk yang mahal dan hama tanaman.
adalah masih ada mesjid yang kesulitan
sudah
ada
disebabkan masih minimnya pengetahuan
dilaksanakan secara rutin yaitu malam Jumat
perbaikan.
masih
terutama padi dirasakan masih kurang, hal
Islam, saat ini sudah ada pengajian yang
perlu
ternyata
beberapa masalah terkait dengan aspek
Kondisi Keagamaan, umumnya penduduk
kondisinya
tersebut
dari
Posyandu
maksimal untuk produk kerjinan tangan dan
dan
olahan makanan, sehingga usaha ini tidak
Puskesmas, warga juga belum memiliki
berkembang walaupun sudah ada lokasi-
perilaku hidup yang sehat, seperti belum
lokasi stretegis untuk memasarkan produk
56
tersebut. Warga juga belum memahami
disebabkan
secara mendalam mengenai strategi usaha
terbatas dan kurang sesuainya keterampilan
terutama
dengan lapangan pekerjaan.
pemasaran.
Kondisi
Sarana/Prasarana, keadaan sarana dan
oleh
Kondisi
lapangan
kerja
yang
Kelembagaan,
prasarana Desa Sukarasa memang sudah
pemetaan
ada akses untuk menuju Kantor Desa
kelembagaan pemerintah desa baik dari segi
maupun wilayah pemukiman warga, hanya
SDM
saja kondisi jalan yang kurang memadai,
memadai,
sebagian besar jalan sudah rusak, berlubang,
peningkatan kaulitas demikian juga dengan
belum
memiliki parit
kondisi bangunan memerlukan perbaikan-
(saluran air) sehingga ketika musim hujan
perbaikan sehingga dapat menimngkatkan
datang akan terjadi genangan air dan kotor
kualitas
oleh tanah. Sedangkan untuk sarana irigasi
sementara itu untuk kelompok tani/ternak
umumnya adalah irigasi non teknis yang
(Gapoktan) saat ini masih banyak warga
masih
sehingga
terutama petani dan peternak yang belum
mudah terjadi penyempitan dan longsor.
mengetahui manfaat adanya kelompok ini
Kondisi bangunan balai desa dan balai dusun
sehingga masih banyak warga yang belum
juga sudah banyak yang rusak, sehingga
tergabung
dengan
kelompok
tani/ternak
memerlukan perbaikan agar memadai untuk
tersebut.
Kondisi
lembaga
kesehatan
digunakan.
memang
sudah
diaspal dan tidak
berupa
Kondisi
selokan
tanah,
sarana
kondisi
bangunan
SDM
layanan
kondisi
perlu
kepada
ada
belum ada
masyarakat,
Posyandu
dan
Puskesmas, namun warga menilai bahwa
peranan
keberdaan posyandu dan puskesmas ini
penting dalam kehidupan bermasyarakat.
belum maksimal, hal ini disebabkan kualitas
Sementara nilai-nilai yang dianut oleh warga
SDM dari dua lembaga tersebut yang belum
antara lain saling membantu sesama, saling
memadai.
menolong,
masih
peduli,
posisi
maupun
bahwa
tokoh
masyarakat
Sosial,
menunjukan
hasil
memegang
dan
saling
percaya,
demikian juga dengan budaya gotong royong atau
kerjasama.
Seiring
B. Hasil Pelatihan
dengan
Hasil dari pelatihan ini masyarakat
perkembangan jaman, kondisi ini lambat laun terus
berubah
terutama
pada
menjadi lebih mengetahui tentang masalah-
kalangan
masalah
remaja dan pemuda. Pengaruh budaya luar
pemasaran,
dinilai dapat menggeser nilai-nilai budaya asli masyarakat
seperti
kenakalan
ini
diperparah
lagi
oleh
selain
modal itu
usaha
dan
masyarakat
juga
sangat antusias dengan acara pelatihan, hal
remaja,
ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan
pergaulan bebas, konflik dan sebagainya. Kondisi
seputar
yang di tujuakan kepada fasilitator seputar
makin
materi
tingginya anggka pengangguran terutama pada kalangan remaja dan pemuda yang
57
yang
telah
diberikan
tersebut,
masyarakat juga berharap agar diadakan
Cary, Lee. 1970. Community Development As A Process. Missouri. Univerity of Missouri Press. Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama Press. Ife, Jim. 2008. Community Development : Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Jogjakarta. Pustaka Pelajar. Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan untuk rakyat: memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Jakarta. CIDES Lewis, Judith A., 1991, Management of Human Services Programs. California Brooks/Cole Publishing Company Parsons, Ruth J., James D. Jorgensen, Santos H. Hernandez, 1994. The Integration of Social Work Practice. Wadsworth, Inc., California Rappaport, J., 1984. Studies in Empowerment: Introduction to the Issue, Prevention In Human Issue. USA. Skidmore, Rex A. Social Work Administration, Dcnamic Management and Human Relatiobship. Allyn and Bacon. A Simon & Schuster Company. USA. Suharto, Edi. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Spektrum Pemikiran. Lembaga Studi Pembangunan LSP-STKS Bandung.
kembali acara serupa di Desa Sukarasa. C. Rencana Keberlanjutan Program Merujuk pada hasil-hasil kegiatan PKM yang telah dilakukan, terutama kegiatan pelatihan
mengenai
kewirausahaan
nampaknya perlu diadakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas baik dalam
jenis
kemasan
produksi
hasil/produk
maupun tersebut,
dalam dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dari alam. Sehingga produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan. Kegiatan pelatihan tersebut dapat dibarengi
dengan
kelompok
usaha
kegiatan yang
telah
penguatan ada
atau
pembentukan kelompok baru dan dapat dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan guna
melihat
perkembangan
kelompok,
terutama usaha ekonomi kelompok. DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). FE UI. Jakarta.
58
EFEKTIFITAS PROGRAM BINA KELUARGA BALITA Oleh : Resti Fauziah, Nandang Mulyana, Santoso Tri Raharjo
FISIP Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor 45263
[email protected] Abstract : Effectiveness of Bina Keluarga Balita Programme Implementation. BKKBN develop a toddler family building program or BKB which aims to improve the comprehension and skills of parent in children nurture. The purpose of this study is to determine and describe the effectiveness of BKB program implementation. Study about effectiveness done to know the achievement of a family building program.This study conducted in Jamika Sub-district of Bojongloa Kaler Bandung with respondents are program implementor which consisting of cadre and parents become the participant. Data collected from respondents with questionnaire and supported by unstructured interviewing. The sampling method uses is proportional random sampling with a sample size of 60 respondents divided into two groups: cadre and program participants. Analysis techniques used descriptive quantitative then hypothesis tested using the formulas of T-Test and Z-Test. Hypothesis advanced by researcher says effectiveness toddler family building program implementing in Jamika Sub-district least 60 % of the ideal value. Thus if null hypothesis accepted, it means toddler family building program implementing in Jamika Sub-district already run effective or very effective. Keywords : BKB Programs, effectiveness, family building.
Abstrak: Efektifitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita. BKKBN mengembangkan program Bina Keluarga Balita (BKB) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan orang tua dalam pengasuhan anak balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektifitas pelaksanaan program Bina Keluarga Balita. Pengkajian efektitas dilakukan agar dapat mengetahui hasil pencapaian dari suatu program pembinaan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dengan responden penelitian ialah pelaksana program yang terdiri dari kader dan orang tua balita yang menjadi peserta. Pengumpulan data dari responden diperoleh melalui kuesioner serta didukung oleh wawancara tidak terstruktur. Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu kader dan peserta program. Teknik analisa data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan rumus uji-T dan uji-Z. Hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti berbunyi efektifitas pelaksanaan program Bina Keluarga Balita di Kelurahan Jamika paling rendah 60% dari nilai ideal. Dengan demikian bila hipotesis nol diterima maka pelaksanaan program Bina Keluarga Balita di Kelurahan Jamika sudah berjalan cukup efektif atau sangat efektif. Kata Kunci : Program BKB, Efektifitas, Pembinaan Keluarga.
59
PENDAHULUAN
permasalahan anak akibat perlakuan salah tersebut
Masalah kependudukan dan masalah
tentunya
pencegahan
dan
diperlukan
tindakan
penanganan
secara
sosial merupakan dua cakupan atau bidang
maksimal. Tindakan maksimal ini tidak akan
yang memiliki keterkaitan sangat erat. Indra
terwujud tanpa adanya peran serta keluarga.
(2010)
masalah
Pasalnya, keluarga merupakan satu unit yang
kependudukan misalnya laju pertumbuhan
memiliki peranan sangat mendasar dalam
penduduk yang terlalu cepat di suatu daerah
pengasuhan dan pendidikan anak karena
terutama daerah perkotaan akan berdampak
disanalah tempat utama anak menjalani
pada kemunculan masalah-masalah sosial
proses tumbuh kembang.
mengungkapkan
yang semakin rumit seperti meningkatnya jumlah
pengangguran
lahan
tua dalam melaksanakan kewajibannya yaitu
pekerjaan yang semakin berkurang. Laju
mendidik dan mengasuh anak merupakan
pertumbuhan penduduk yang cepat dan
aspek yang perlu diperhatikan. Masih adanya
dinamika masyarakat yang umumnya terjadi
perlakuan-perlakuan yang seharusnya tidak
pada daerah perkotaan ini melahirkan isu-isu
didapatkan oleh anak sebagai calon generasi
yang
kesejahteraan
unggul menjadi hal yang sangat disayangkan.
masyarakat salah satunya kesejahteraan
Keadaan tersebut menafsirkan bahwa untuk
anak. Demikian halnya diungkapkan oleh
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
BPPKB Kota Bandung (2011): “Terdapat
maka orang tua dan keluarga perlu memiliki
beberapa isu yang sejalan dengan dinamika
keterampilan
dan
dan perkembangan masyarakat perkotaan.
pengasuhan
anak.
Isu
dengan bidang
investasi keluarga yang paling berharga bagi
pemberdayaan perempuan yaitu rendahnya
setiap keluarga. Anak merupakan investasi
kesejahteraan dan perlindungan anak seperti
keluarga yang paling berharga bagi setiap
eksploitasi terhadap anak, penelantaran dan
keluarga. Dalam perkembangannya, anak
kekerasan
memiliki masa yang sangat membutuhkan
berkaitan
isu
yang
tersebut
karena
Tanggung jawab keluarga dan orang
dengan
berkaitan
terhadap didukung
anak.” oleh
Pernyataan
data
laporan
kapasitas Anak
dalam
merupakan
daya dukung keluarga yang memadai bagi
pelayanan terhadap anak dan perempuan
terpenuhinya
korban kekerasan BPPKB Kota Bandung
tersebut.
pada triwulan ke-IV tahun 2013 dimana kasus
tersebut disebut sebagai masa keemasan
terbanyak yaitu terjadi pada kategori usia 0-
atau golden age . periode golden age dapat
17 tahun dengan jumlah 29 kasus. Data
dikategorikan sebagai periode paling kritis
terbaru
dalam menentukan Sumber Daya Manusia
BPPKB
menggambarkan
Kota
pada
masa
maknanya,
masa
karena proses pertumbuhan berlangsung
terhadap anak masih kerap terjadi hingga
sangat cepat. Masa ini dapat diibaratkan
saat
sebagai sebuah fondasi dalam pembentukan
Dalam
perlakuan
Berdasarkan
anak
salah
ini.
bahwa
Bandung
hak-hak
mengurangi
jumlah
60
karakter anak. Dalam hal ini, maka keluarga
penjelasan
sebagai lingkungan sosial yang paling dekat
gambaran bahwa karakteristik program Bina
dengan anak memiliki peran yang sangat
Keluarga Balita memiliki kaitan yang cukup
penting dalam pembentukan generasi yang
erat dengan fungsi utama praktik pekerjaan
unggul dan berkualitas.
sosial pada sistem kesejahteraan anak.
Upaya
diperoleh
Selama ini pelaksanaan Program Bina
kesejahteraan keluarga itu sendiri dilakukan
Keluarga Balita telah dirintis sejak tahun 1984
pemerintah
terhadap
(BKKBN). Di Kecamatan Bojongloa Kaler,
Undang-Undang
pelaksanaan program Bina Keluarga Balita
nomor
melalui
pembinaan
Berdasarkan 52
Tahun
Perkembangan
kualitas
dapat
dan
keluarga.
peningkatan
tersebut
2009
Tentang
Kependudukan
mengalami penurunan yang ditandai dengan
dan
semakin
47,
kelompok yang ada di tiap-tiap Kelurahan.
dan
Jumlah balita di Kecamatan Bojongloa Kaler
pemerintah daerah menetapkan kebijakan
saat ini yaitu 8486 balita. Jumlah anggota
pembangunan keluarga melalui pembinaan
setiap satu kelompok BKB adalah 25 balita
ketahanan
dengan
Pembangunan
Keluarga
mengamanatkan
bahwa
dan
Pasal pemerintah
kesejahteraan
keluarga.
semakin
terbatasnya
jumlah
kategori umur 0-5 tahun. Kategori
Salah satu bagian dari program pembinaan
tersebut diklasifikasikan kedalam lima jenjang
ketahanan keluarga tersebut
Bina
umur diantaranya 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3
Keluarga Balita (BKB). Bina Keluarga Balita
tahun, 3-4 tahun, dan 4-5 tahun sehingga
(BKB) merupakan salah satu program yang
satu jenjang terdapat lima orang peserta
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
(BKKBN). ). Mengacu pada jumlah balita dan
dan keterampilan ibu dalam pengasuhan dan
jumlah RW di Kecamatan Bojongloa Kaler
pendidikan anak.
yang seluruhnya berjumlah 47 maka idealnya
ialah
setiap RW minimal memiliki satu atau dua HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok BKB. Namun saat ini kelompok BKB di Kecamatan Bojongloa Kaler hanya
Pembinaan meningkatkan
keluarga
peran
dalam
keluarga
upaya
berjumlah 5 kelompok bahkan tidak semua
untuk
kelurahan
memiliki
kelompok
BKB.
perlindungan anak dan pemenuhan kebutuhan
Koordinator KB Kecamatan Bojongloa Kaler
anak merupakan fungsi utama praktik pekerjaan
menjelaskan
sosial pada sistem kesejahteraan anak. Hal ini
mengenai pelaksanaan program BKB saat ini
seiring dengan pendapat Petr (2004) yang
diantaranya:
mengemukakan bahwa tiga fungsi atau tujuan
masyarakat mengenai program BKB, 2)
utama praktik pekerjaan sosial pada sistem
Kurangnya peran serta masyarakat terhadap
kesejahteraan anak diantaranya: perlindungan
program
anak, pemeliharaan atau pembinaan keluarga,
lapangan sangat terbatas. (Hasil Penelitian,
dan perencanaan jangka panjang. Berdasarkan
2014)
61
beberapa
1)
BKB,
permasalahan
Kurangnya
3)
Jumlah
pengetahuan
koordinator
Berangkat dari urgensi program Bina
baik, akan mengurangi kualitas Sumber Daya
Keluarga Balita dalam peningkatan kapasitas
Manusia kelak di kemudian hari.
pengasuhan orang tua dan keluarga terhadap
Mengacu pada Soetjiningsih (2012)
anak serta permasalahan program yang telah
perkembangan anak balita memerulukan
diungkapkan,
rangsangan/stimulasi yang
peneliti
bermaksud
untuk
berguna agar
mengkaji mengenai efektifitas pelaksanaan
potensi anak tersbebut dapat berkembang.
program Bina Keluarga Balita. Penelitian ini
Hal ini akan optimal bila interaksi sosial
menjadi
agar
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak
diperoleh informasi yang mendalam untuk
dalam tahap perkembangannya termasuk
perbaikan
Dengan
sejak
peneliti,
Berdasarkan penjelasan PN. Evelin dan
maka penelitian hanya dilakukan di salah
Djamaludin (2010) terdapat tiga kebutuhan
satu kelurahan yang memiliki dua kelompok
anak yang harus dipenuhi oleh orang tua dan
BKB yaitu Kelurahan Jamika Kecamatan
keluarga diantaranya: kebutuhan gizi (asuh),
Bojongloa
kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih),
penting
untuk
program
mempertimbangkan
Kaler.
dilakukan
kedepan. keterbatasan
Pengukuran
efektifitas
bayi
berada
dan
melihat dan menganalisis pencapaian tujuan
Kebutuhan gizi perlu dipenuhi secara tepat
dari program tersebut. Dalam pengukuran
dan berimbang agar tumbuh kembang fisik
efektifitas ini, peneliti meninjau aspek-aspek
dan
dari
ada
Kebutuhan emosi dan kasih sayang perlu
didalam pelaksanaan program yang dibagi
dipenuhi secara tepat agar anak tumbuh
menjadi dimensi input, proses, dan output.
cerdas
komponen
yang
biologis
stimulasi
kandungan.
program merupakan salah satu cara untuk
keseluruhan
kebutuhan
didalam
balita
secara
dini
berjalan
emosi
(asah).
optimal.
terutama
dalam
Secara konsep, balita merupakan
kemampuannya membina hubungan hangat
anak dengan karakteristik usia tertentu.
dengan orang lain. Kemudian pemenuhan
Demikian pula dijelaskan oleh Hanum bahwa
kebutuhan stimulasi dini secara baik dan
“Balita adalah bayi dan anak yang berusia
benar
lima tahun kebawah (Hanum Marimbi, 2010).
majemuk anak.
dapat
merangsang
kecerdasan
Karasteristik umur yang telah ditentukan
Hubungan anak dan orang tuanya
tersebut membedakan masa balita dengan
terutama ibu merupakan sebuah hubungan
masa lainnya dimana pada masa ini terjadi
yang memiliki kedekatan sangat erat. Hal ini
pertumbuhan yang sangat signifikan. Didalam
dapat
Soetjiningsih
dilakukan
(2012)
dijelaskan
bahwa
diciptakan antara
melalui ibu
dan
interaksi
yang
anak
dalam
pertumbuha dasar pada masa balita akan
kehidupannya sehari-hari. Fungsi ibu didalam
mempengaruhi
menentukan
kehidupan rumah tangga bersifat fleksibel
perkembangan selanjutnya. Sehingga setiap
dan sangat penting dalam menentukan taraf
penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
kesejahteraan keluarga. Namun, salah satu
terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan
yang menjadi fungsi utama yaitu memberikan
dan
62
pengasuhan
kepada
anak.
Orang
Tahun 2009 “Ketahanan dan kesejahteraan
tua
memiliki posisi dan tanggung jawab terbesar
keluarga
dalam hal pengasuhan anak. Seperti yang
memiliki keuletan dan ketangguhan serta
diungkapkan Sulystiorini (2007) bahwa dalam
mengandung kemampuan fisik-materil guna
melakukan tanggung jawabnya, orang tua
hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
dituntut untuk memelihara kesehatan anak,
keluarganya untuk hidup harmonis dalam
memberikan makanan bergizi, memberikan
meningkatkan
pendidikan
lahir dan batin.”
dan
menciptakan
lingkungan
psikososial yang kondusif.
adalah
kondisi
keluarga
kesejahteraan
yang
kebahagiaan
Ketahanan keluarga akan tercipta
Berdasarkan penjelasan yang telah
melalui nilai, keterampilan, dan pola interaksi
dikemukakan, maka pengasuhan anak yang
yang dimiliki oleh keluarga tersebut didalam
dilakukan oleh orang tua harus disesuaikan
menjalankan kehidupannya sehari-hari. Oleh
dengan
anak
karena itu pembinaan ketahanan keluarga
dan
dilakukan dengan tujuan agar keluarga dapat
anak
mengelola sumber daya yang tersedia dalam
potensi
tersebut.
tumbuh
Pendidikan,
keterampilan
dalam
kembang
pengetahuan, pengasuhan
merupakan hal utama yang perlu dimiliki oleh
lingkungan
orang tua terutama seorang ibu dalam
permasalahan
menunjang perkembangan anaknya. Melalui
mandiri.
Ketahanan
pengetahuan
dengan
keberfungsian
dan
keterampilan
yang
keluarga
dan
yang
menyelesaikan
dihadapinya keluarga
secara berkaitan
keluarga
dalam
dimilikinya tentang pengasuhan anak, maka
pembangunan kualitas sumber daya anak.
ibu dapat memberikan pengasuhan yang
Seperti hasil penelitian Sunarti (2008) yang
sesuai
menunjukkan bahwa ketahanan keluarga
dengan
kebutuhan
dan
proses
perkembangan anak balita. Kesesuaian inilah
mempengaruhi
yang
akibatnya mempengaruhi pertumbuhan dan
menunjukkan
bahwa
ibu
telah
memberikan pengasuhan yang berkualitas
pengasuhan
anak
dan
perkembangan anak.
kepada anak balitanya.
Dengan
Keluarga merupakan satuan terkecil
memiliki
demikian
ketahanan
keluarga
memberikan
yang makna
yang berada di lingkungan masyarakat.
bahwa
Sebagai satuan yang terkecil, interaksi dan
Sehingga keberfungsian keluarga tersebut
hubungan yang dilakukan akan lebih dekat
bertindak
dan intens.
Melalui proses belajar antar
mendorong peningkatan taraf kesejahteraan
anggota keluarga selama hidup bersama
keluarga yang pada akhirnya secara tidak
akhirnya
langsung
akan
menghasilkan
nilai-nilai,
keluarga tersebut telah berfungsi.
sebagai
faktor
berdampak
pada
yang
peningkatan
norma, dan kebudayaan. Sebuah keluarga
kesejahteraan
perlu
dapat
kesejahteraan anak sangat ditentukan oleh
pentingnya
keluarga dan kesejahteraan keluarga itu
didalam kehidupan. Berdasarkan UU. No. 52
sendiri sebagai tempat yang paling utama
memiliki
menjalankan
ketahanan fungsi-fungsi
agar
63
anak.
utama
Terwujudnya
dimana anak tumbuh dan berkembang. Oleh
mempelajari keterampilan pengasuhan yang
sebab
lebih efektif. Pekerja sosial keluarga bekerja
itu,
keluarga
dituntut
untuk
memberikan suatu tata kehidupan yang layak
dengan
anggota
keluarga
untuk
dan memadai bagi kebutuhan anak sesuai
meningkatkan kemampuan yang terintegrasi
dengan tahap perkembangannya. Melalui
dalam keharmonisan keluarga.
nilai, keterampilan, dan pola interaksi yang
Program pemberdayaan / pembinaan
diterapkan oleh keluarga sebagai gambaran
keluarga berangkat dari permasalahan sosial
bahwa keluarga tersebut memiliki ketahanan,
yang
maka
kesesuaian
pelaksanaan program dapat dikemukakan
pemenuhan kebutuhan anak sehingga secara
sebagai suatu pencapaian yang dihasilkan
linear
oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
akan
mendukung
berdampak
pada
peningkatan
kesejahteraan anak.
dihadapi
oleh
keluarga.
efektifitas
didalam program tersebut. Pendapat peserta
Peran pekerja sosial yang sangat vital
program dapat dijadikan sebagai ukuran
dan krusial yaitu pada sistem kesejahteraan
untuk menentukan efektifitas program. Hal
anak. Anak dan orang tua dalam sistem
tersebut dinyatakan oleh Kerkpatrick yang
kesejahteraan anak seringkali diketahui dari
dikutip oleh Cascio (1995) dalam Tulus
sistem lain seperti kesehatan mental dan
(1996) bahwa evaluasi terhadap efektifitas
pendidikan, pekerja sosial bekerja pada
program
setting
untuk
diantaranya melalui reaksi peserta terhadap
isu-isu,
program yang diikuti. Bermanfaatkah dan
kebijakan, dan praktik dalam kesejahteraan
puaskah peserta pelatihan terhadap program
anak. (Petr, 2004) Artinya, fokus pekerjaan
pelatihan merupakan pertanyaan-pertanyaan
sosial yaitu penyelarasan kebijakan dan
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
praktik yang dibutuhkan untuk meningkatkan
mengukur reaksi peserta terhadap program
kesejahteraan
pelatihan (Tulus,1996).
lain
memahami
yang
mengharuskan
benar
mengenai
anak.
Peningkatan
kesejahteraan anak itu sendiri dilakukan
pelatihan
dapat
dilakukan,
Konsep evaluasi memiliki keterkaitan
salah satunya melalui pemeliharaan dan
dengan
efektifitas
pembinaan keluarga.
bertumpu
pada
Pengasuhan adalah sebuah peran
dimana
hasil
dari
keduanya pelaksanaan
sebuah kegiatan atau program.
Demikian
yang menuntut dan mengharuskan sebuah
halnya penilaian dalam evaluasi menurut
tingkatan keterampilan yang penuh disertai
Carol H. Weiss dimaksudkan untuk mengukur
dengan dukungan sistem sosial yang kuat.
efek suatu program dalam mencapai tujuan
(Collins dkk., 2010) Bagaimanapun juga
yang
untuk sebagian besar orang, keterampilan
Katherine (2012), dalam beberapa tahun
pengasuhan tidak dapat didasari secara
terakhir teori perubahan pendekatan untuk
insting. Mengacu pada Collins, pekerjaan
mengukur efektifitas program telah banyak
sosial mempercayai bahwa orang tua dapat
dianut oleh penyedia dana, evaluator dan
64
telah
ditetapkan.
Mengacu
pada
manajer program sosial. Ada dua alat dalam
yang baik ketika keluarga berfungsi secara
pengukuran
optimal.
efektifitas
program
sosial,
diantaranya logic models yang mengkaji efektifitas
berdasarkan
Keluarga yang memiliki ketahanan
keseluruhan
akan dapat memberikan pencapaian hasil
komponen dan theories of change yang
positif bagi anak walaupun keluarga tersebut
mengkaji efektifitas berdasarkan perubahan
dalam keadaan beresiko tinggi. Misalnya
atau
telah
seorang anak yang tumbuh di lingkungan
pengukuran
tetangga yang beresiko tinggi (di lingkungan
efektifitas program sosial yang dikemukakan
kejahatan atau lingkungan pelacuran), tetapi
oleh
Katherin (2012), maka pendekatan
di kemudian hari ia dapat menjadi orang
untuk mengukur efektifitas ini cenderung
dewasa yang kontributif bagi masyarakat
menggunakan logic models dengan dimensi-
karena keluarga dari anak tersebut memiliki
dimensi yang digunakan yaitu input, proses,
ketahanan. Dengan demikian ketahanan dan
output.
kesejahteraan
keluarga
memberikan
kontribusi
hasil
diberikan.
dari
pelayanan
Melalui
dua
yang
alat
SIMPULAN
keduanya
dapat
penting
bagi
kesejahteraan anak. sebagaimana pendapat Michelle A. Johnson dan rekan-rekan (2006)
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan
pada
subbab
bahwa faktor-faktor yang secara signifikan
mengenai
mempengaruhi
ketahanan keluarga, bahwa keluarga yang
keselamatan
memiliki
kesejahteraan
ketahanan
pengasuhan anak.
dapat
mendukung
Didalam konteks yang
kesejahteraan anak,
anak
ketahanan
keluarga,
perlindungan dan pengasuhan anak, serta kemampuan
tercapai
keamanan terhadap anak-anaknya.
pembinaan kesejahteraan
pelaksanaan
ketahanan
program
keluarga
keluarga
dan
oleh
keluarga, kapasitas
sama, peningkatan ketahanan keluarga akan melalui
yaitu
keluarga
Berdasarkan
pihak
untuk
menjamin
pendapat
Johnson
(2006) dapat diidentifikasi faktor lain yang
pemerintah setempat dalam hal ini yaitu
mempengaruhi
Badan
kapasitas orang tua dan keluarga dalam hal
Pemberdayaan
Perempuan
dan
kesejahteraan
pengasuhan
yang memiliki ketahanan artinya keluarga
Kapasitas digambarkan melalui pemahaman
tersebut dapat berfungsi untuk mengelola
dan keterampilan ibu dalam mengasuh dan
sumber-sumber yang ada dalam rangka
mendidik
penyelesaian
terutama pada masa keemasan (balita) perlu
serta
pemenuhan
keluarganya.
yang
dihadapinya
kebutuhan
anggota
Konsekuensinya,
fondasi
anak
perlindungan
yaitu
Keluarga Berencana Kota Bandung. Keluarga
masalah
dan
anak
balitanya.
Setiap
anak.
anak
mendapatkan pola asuh yang baik agar kebutuhan-kebutuhan
dasarnya
dapat
pekerja sosial keluarga terletak pada prinsip
terpenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan
bahwa anak akan mendapatkan pengasuhan
berkembang secara wajar. Program Bina
65
Keluarga Balita dilaksanakan dengan tujuan
kegiatan dari mulai perencanaan hingga
utamanya
evaluasi.
yaitu
untuk
meningkatkan
pemahaman dan keterampilan orang tua
Output (hasil) merupakan keluaran
mengenai pengasuhan dan pendidikan anak.
yang dapat dicapai melalui penggunaan input
Melalui peningkatan pemahaman tersebut
pada proses. Output pelaksanaan program
diharapkan kapasitas pengasuhan anak yang
Bina
dimiliki oleh orang tua sekaligus keluarga
peningkatan pemahaman orang tua dalam
secara otomatis dapat meningkat.
hal pengasuhan anak, meningkatnya peran
Berdasarkan
tujuan
dan
manfaat
serta
program tersebut, maka diperlukan penilaian
Keluarga
masyarakat
Balita
dalam
dapat
berupa
kegiatan
Bina
Keluarga Balita.
efektifitas program agar dapat diketahui bagaimana hasil pencapaian program. Dalam mengkaji mengenai efektifitas program Bina DAFTAR PUSTAKA
Keluarga Balita diperoleh melalui kajian atas
Buku : Abdillah Hanafi dan Mulyadi Guntur Waseso. 1984. Penelitian untuk Mengevaluasi Efektifitas Program Kemasyarakatan. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya.
dimensi input, proses, dan output. Ketiga dimensi
inilah
yang
dijadikan
lingkup
penelitian untuk membatasi hal-hal apa saja yang dikaji dalam penelitian ini.
Agus Tulus, Moh. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku Panduan. Bappenas. 1992. Bab 19. Kependudukan dan Keluarga Berencana
Dimensi yang pertama adalah input (masukan). Input dari pelaksanaan program Bina Keluarga Balita dapat berupa fasilitas sarana
dan
prasarana
yang
BKKBN. _____. Operasional BKB.
mencakup
BKKBN. (2007). Buku Pegangan Kader Bina Keluarga Balita. Bandung.
seluruh peralatan yang dibutuhkan serta tempat
untuk
melaksanakan
kegiatan,
BKKBN. (1992). Buku Pegangan Kader KB. Jakarta.
peserta ialah para orang tua balita yang terlibat
didalam
kegiatan,
sumber
dana
BPPKB Kota Bandung. 2011. Sistimatika Memori Kerja.
dimana merupakan komponen penting untuk terselengaranya
program
Bina
Budiyono dan Wayan Koster. 2002. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Keluarga
Balita, dan yang terakhir kader bertindak sebagai penyebarluasan informasi mengenai
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
program dan pemberian materi. Dimensi kedua adalah proses dimana merupakan
aspek
menambah
kegunaan
komponen
yang
atau
telah
kegiatan dari
Collins Donald, Jordan Catheleen, and Heather Coleman. 2010. An Introduction to Family Social Work. USA: Brooks/Cole
yang
komponen-
disebutkan
Panduan
pada
Damanik,Juda.2008:4.Pengantar Pekerjaan Sosial.Jakarta:Direktorat Pembinaan SMK
dimensi input. Aspek dalam dimensi proses diantaranya metode penyuluhan dan proses
66
Jurnal, Hasil Penelitian, Artikel :
Jones, Charles O. 1994, Pengantar Kebijakan Publik Terjemahan Ricky Istamto. Jakarta: Roja Grafindo Persada.
A. Johnson, Michelle et all. 2006: 1. Family Assessment in Child Welfare Services: Instrument Comparisons. Bay Area Sosial Services Consortium and the Zellerbach Family Foundation Budi Santoso, Irawan. 2004. Evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berperspektif Gender (p2m-bg). Program Studi Ilmu Adiministrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret.
Kementrian Sosial, 2009. Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Mizrahi, Terry and Larry E Davis. 2008. Encyclopedia of Sosial Work 20th Edition.NASW Press: New York Moekijat, 1981. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju. Pamudji. 1985. Ekologi Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara.
Child Welfare Information Gateway. 2010. Pdf. Family Engagement melalui www.childwelfare.gov
Petr, Crhristopher G. 2004. Sosial Work with Children and Their Families. New York: Oxford University Press. PN.
DepKes RI, 2004. Sistem Nasional 2004, Jakarta.
Evelin dan Djamaludin. N (2010). Panduan Pintar Merawat Bayi & Balita. Jakarta : PT Wahyu Media.
Kesehatan
Gabriel A. 2008. Perilaku keluarga sadar gizi (kadarzi) serta hidup bersih dan sehat ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita di Desa Cikarawang, Bogor [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
S, Kasni Hariwoeryanto, Kebijakan Sosial dan Evaluasi Program Kesejahteraan Sosial, Karya Nusantara, Bandung, 1987.
Heryendi, Wycliffe Timotius. 2013. Efektifitas Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kecamatan Denpasar Barat. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Indra, Hendy. 2010. Masalah Kependudukan yang Berhubungan dengan Sosial. Program Studi Geografi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya manusia dan produktivitas. Bandung: CV Mandar Maju. Soekanto, Soedjono. 1989. Teori Sosiologi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Sondang P. Siagian, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Sosial, 2009. Rencana Strategis 2010-2014 Kementerian Sosial.
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Khaizu, Ingata. 2009. Upaya-Upaya Perlindungan Oleh Organisasi Sosial Keagamaan Lokal Bagi Anak yang Berada pada Pemukiman Rawan untuk Tereksploitasi Secara Ekonomi dan Seksual melalui www.lontar.ui.ac.id
Sugiyono, 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Main, Katherin. 2012. Program Design, A Practical Guide. United Way. Suharto, Edi. 2007. Menggagas Pelayanan Sosial yang Berkeadilan.
67
Website :
Sunarti, Euis. 2012. Keluarga Berencana dalam Konteks Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Ketahanan Keluarga melalui www.euissunarti.staff.ipb.ac.id
Azuar Juliandi, 2007. Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas, pdf melalui http://azuarjuliandi.com/elearning/ Fachrudin, Adi. Ketahanan Institusi Keluarga dan Kesejahteraan Anak dalam www.academia.edu
Rangga, Dayat. 2013. Pekerjaan Sosial Individu dengan Keluarga melalui www.dayatranggambozo.blogspot.com
68
HAK ASASI MANUSIA DAN PEKERJAAN SOSIAL Oleh: Eva Nuriyah Hidayat10 Abstrak Hak asasi manusia dan pekerjaan sosial merupakan suatu hal yang saling berkaitan, dimana pekerjaan sosial di dalam prakteknya mendasarkan etika pada hak asasi manusia. Dalam praktek pekerjaan sosial, permasalahan yang muncul adalah hak asasi manusia yang seperti apa yang dapat diterapkan sebagai etika praktek pekerjaan sosial. Oleh karena itu mahasiswa perlu dibekali dasar-dasar hak asasi manusia yang sesuai dengan sistem sosial masyarakat.
10
Disampaikan dalam Seminar “Social Work Students Sensitized Orientation on Human Rights”, yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD bekerja sama dengan Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia, pada tanggal 13 Desember 2012 di Gedung D Lt II FISIP UNPAD Jatinangor.
69
A. Pendahuluan Manusia sempurna
dari
Manusia juga hadir ke dunia dengan adalah
makhluk
aspek
penciptaan
mengemban
paling
sampai setelah kematiannya manusia harus tetap dihormati, dengan segala hak yang
rohani (sebagian menyebutnya menambah
dimilikinya. Sebagian hak-haknya merupakan
unsur nafsani), merupakan makhluk tertinggi
hak asasi (Hak Asasi Manusia-HAM)15. Inilah
ciptaan Allah yang merupakan citra ArRahman).
khalifah
Tuhan pun menanggungnya. Karena itu
terdiri atas unsur lahir dan batin, jasmani dan
(Suratir
sebagai
Tuhan yang dengan segala kelebihannya
dan
kedudukannya11. Ia adalah makhluk yang
Rahman12
amanah,
yang disebut hak asasi manusia yaitu hak-
Sebelum
hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia
kelahirannya telah didahului oleh perjanjian
dalam kandungan dan merupakan pemberian
primordial dengan Tuhan13, sehingga ia
Tuhan.
terlahir dengan berkeimanan dengan fitrah suci yang dengan bekal akal budi dan hati
Istilah hak asasi manusia bukan
nuraninya potensial berlaku lurus14.
hanya
istilah
masyarakat
yang barat
dipergunakan saja.
Ide
oleh untuk
memperjuangkan hak dan martabat, hak
11
Mengenai hal ini banyak ayat Al Qur-an ataupun Hadits Rasul yang bisa dirujuk. Salah satu yang terkenal adalah, “Sesungguhnya manusia diciptakan dalam sebaik-baik kejadian”. Qur-an S. At- Tien: 5. 12 Dalam Teologi Kristiani juga ada pandangan ini. Magnis Suseno misalnya menyebut “Manusia diciptakan oleh Allah menurut CitraNya” atau “Bahwa manusia diciptakan menurut citra Allah”. Lihat Franz Magnis Suseno. Kuasa & Moral. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. h. 14-15 13 Istilah perjanjian primordial adalah istilah yang ditemkan Prof Nurcholish Madjid, untuk menyebut perjanjian perjanjain Tuhan dengan segenap Roh sebagaimana dilukiskan dalam Qur-an, Surat Al A’raf (7) ayat 172-173. 14 Kesucian asal itu bersemayam dalam hati nurani (nurani, artinya bersifat cahaya terang), yang mendorongnya untuk senantiasa mencari, berpihak dan berbuat baik dan benar. Jadi setiap pribadi mempunyai potensi untuk benar(Qur-an S. Al Ahzab/33:4). Maka, untuk hidupnya, manusia dibekali akal pikiran, kemudian agama, dan terbebani kewajiban terus menerus mencari dan memilih jalan hidup yang lurus, benar dan baik. Karena itu diwajibkan mengerjakan shalat, yang didalamnya harus membaca al Fatihah. Dalam surat itu ada doa yang harus dihayati dengan sepenuh hati dann diaminkan, yaitu doa memohon jalan yang lurus. Mencari, menemukan, memahami dan mengikuti jalan yang lurus adalah perjalanan yang
untuk hidup, hak memperoleh keadilan, hak memperoleh kemerdekaan, hak memperoleh persamaan dan hak untuk memperoleh perlindungan merupakan hak-hak yang tidak hanya diperjuangkan oleh semua bangsa. Von Senger menyatakan bahwa di berbagai belahan dunia dan di berbagai kultur di dunia ini, istilah hak asasi manusia dikenal oleh
tidak kenal berhenti. Maka shalat yang mencakup doa tersebut juga tidak berhenti, terus menerus sepanjang hayat (Surat Al Fatihah: ayat 7). 15
70
Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijungjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia).
semua manusia, meskipun penamaannya
Indonesia tidaklah berbeda dengan
atau istilahnya berbeda.16
negara-negara Asia dan Afrika lainnya yang pernah mengalami kemajuan budaya, namun tidak mengalaminya pada periode yang sama dengan
B. Hak Asasi Manusia di Indonesia
negara-negara
barat
dalam
mengembangkan gagasan demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
HAM. Oleh karenanya, negara-negara Asia
bukanlah suatu wacana yang asing dalam pembentukan
bangsa.
Jauh
kemerdekaan, para founding fathers memperjuangkan
harkat
dan
dan Afrika, terkadang memiliki persepsi yang
sebelum
berbeda,
telah
para
pejuang
yang
antara negara dan masyarakat, manusia dan sesama manusia dan hak-hak masyarakat
RA. Kartini dalam surat-suratnya, Ki Hajar dan
pengalaman
berbeda tersebut terkait dengan hubungan
martabat
manusia ke arah yang lebih baik, misalnya
Dewantara,
dikarenakan
yang
yang
diperlawankan
dengan
hak-hak
individualistis.
memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Titik tolak
Bangsa
Indonesia
Hak
dalam
Asasi
Manusia
dengan
yang
memperjuangkan Hak Asasi Manusia adalah
berkesesuaian
Pasal
berdasarkan pemahaman bahwa bangsa
Universal Declaration of Human Right yang
Indonesia lahir dan memperjuangkan hak
menekankan pada dua aspek yang harus
dasar ini, terutama hak untuk merdeka. Dan
selalu
hal ini tidak hanya terbatas pada hak atas
terdapat prinsip-prinsip yang sangat terkait
kebebasan politik namun juga kebebasan
dengan
dari kemelaratan, kebodohan, ketidakadilan
individu, namun pada sisi lain, terdapat
sosial dan keterbelakangan ekonomi.
pernyataan terkait dengan kewajiban bagi
diseimbangkan.
hak-hak
29
Pada
dasar
dan
satu
dari
sisi,
kebebasan
individu terhadap masyarakat dan negara. Konsep Indonesia mengenai HAM
Implementasi
muncul dari dasar filsafat negara, Pancasila, terutama
dari
sila
keduanya
secara
adanya
hak individual dan kewajibannya terhadap masyarakat. Tanpa adanya keseimbangan,
kemudian terefleksi juga di dalam 4 sila yang
menuntut
hubungan yang saling seimbang antara hak-
yakni
kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
lainnya
HAM
hak komunitas secara keseluruhan tidaklah
bersama-sama
dapat
mensiratkan gagasan mengenai harkat dan
dikesampingkan,
hal
menciptakan ketidakstabilan
martabat manusia baik sebagai anggota
anarki,
masyarakat dan individu.
terutama
bagi
ini dan
dapat bahkan
negara-negara
berkembang. Di Indonesia, seperti di banyak negara berkembang lainnya, hak-hak individu
16
Von Senger. H. 1993. “From the Limited to The Universal Consept of Human Rights: Two Periods of Human Rights” in Schmale, Human Rights and Cultural Diversity. Hlm: 47.
adalah
seimbang
dengan
hak
dari
masyarakat. Budaya Indonesia berdasarkan
71
hukum kebiasaan para leluhurnya, selalu mengedepankan
hak
dan
Sejalan
kepentingan
dengan
pandangan
ini,
Indonesia mendukung penuh kebijakan yang
masyarakat dan bangsa. Namun demikian,
temuat
hal ini dilakukan tanpa meminimalkan hak-
mempromosikan
hak
dari
dalam konteks kerjasama internasional. Saat
kelompok-kelompok
ini telah terdapat beragam kovensi-konvensi,
dan
kepentingan-kepentingan
individu-individu
dan
minoritas.
Kepentingan
terakhir
yang
diperhitungkan
dari
kelompok
disebutkan atas
dalam
sama
prinsip
dalam
mengukur
Piagam
dan
deklarasi-deklarasi
selalu
dasar
di
PBB
yang
perlindungan
HAM
dan
pengertian
yang
mengimplementasikan
kerjasama
internasional
dan yang
musyawarah mufakat, yang terkandung di
dikembangkan oleh PBB sejak tahun 1945.
dalam sistem politik dan bentuk demokrasi
Indonesia
Bangsa Indonesia.
representasi dari pemulaan budaya universal
Indonesia
tidak
sejak
1991
ini
merupakan
terciptanya kerjasama internasional dalam isu HAM.
yang telah disepakati oleh negara-negara Indonesia
hal
atas HAM yang merupakan dasar bagi
bermaksud
mengusulkan konsep alternatif HAM, selain
PBB.
melihat
merupakan
Namun
demikian,
kerjasama
mensyaratkan
penghargaan
anggota Komisi HAM PBB, dan mengakui
internasional,
peran penting yang dapat dimainkan oleh
bagi kedaulatan yang setara dari negara-
institusi
negara dan identitas nasional dari suatu
nasional
mempromosikan
dan
dalam
rangka
melindungi
HAM,
bangsa.
Indonesia
oleh
karenanya,
Indonesia pada tahun 1993 membentuk
memegang pandangan bahwa kerjasama
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Oleh
internasional, tidak boleh dilakukan atas
karenanya
dasar
Indonesia
menerima
dan
tuduhan
yang
tidak
mendasar,
mengakui keabsahan universal dari HAM
pengkhotbahan yang hanya berdasar pada
dasar
kehendak
dan
kebebasan
dasar.
Namun
sendiri,
atau
pencampuran
demikian, Indonesia menekankan pada perlu
(intervensi) terhadap negara lain. Tidak ada
dilakukannya pengakuan yang luas terhadap
suatu negara atau sekelompok
kompleksitas dari isu HAM yang muncul
negara memegang peran sebagai hakim
dikarenakan kebergamaan yang luas, baik
maupun
dari sejarah, budaya, sistem nilai, lokasi
merupakan hal yang penting dan sensitif.
juri
atas
negara
lain,
negara-
hal
ini
geographis dan tahap-tahap perkembangan antara
negara-negara
karenanya, memiliki
di
dunia.
Oleh
seluruh negara-negara harus sensitifitas
dari
C. Pendidikan Hak Asasi Manusia di
menghadapi
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
kompleksitas dari Isu HAM yang muncul. HAM meluas
72
menjadi
bahan
diperbincangkan
yang di
kian
berbagai
kalangan masyarakat. Namun yang paling
pada berbagai universitas di Fakultas Hukum.
mendominasi
Khusus di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
perhatian
materi/subtansinya
pembahasan
berpusat
dunia
FISIP UNPAD, pendidikan hak asasi manusia
akademik, suatu tempat penggodokan calon
diberikan kepada mahasiswa dalam judul
pemimpin masa depan –sebagai dosen,
mata kuliah “Pekerjaan Sosial dan Hak Asasi
pengacara, konsultan, legal drafter, legislator,
Manusia”. Meskipun mata kuliah tersebut
pejabat, notaris, dan lain-lain- yang akan
berupa
memiliki tempat dan pengaruh tersendiri di
dilaksanakan pada tahun ini, namun terdapat
kalangan
hal-hal
masyarakat.
di
Titik
sentral
mata
kuliah
yang
pilihan
penting
dan
dari
baru
substansi
permasalahannya meliputi sejarah, teori-teori,
perkuliahan yang garis besar matakuliah ini
kandungan aturan hukumnya sampai pada
terbagi menjadi:
pelaksanaannya. Secara
1.
tentang
HAM,
meliputi sejarah, teori-teori, dan aturan-
kuliah HAM ini harus sejalan dengan tujuan
aturan HAM nasional dan internasional,
Pendidikan
yang
dengan materi ini diharapkan mahasiswa
tertuang dalam pasal Pasal 3 UU No. 20
dapat memahami konsep HAM secara
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
utuh.
Nasional
(UU
pengajaran
dasar
mata
Nasional
umum,
Pengetahuan
sebagaimana
Sisdiknas).
Pasal
3
2.
menyatakan,
Permasalahan-permasalahan
yang
melanggar HAM baik lokal, nasional maupun
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
yang
internasional. dibahas
Permasalahan
meliputi
kejahatan
genosida dan kejahatan kemanusiaan yang ada di masyarakat. Dengan materi ini diharapkan mahasiswa kritis terhadap permasalahan-permasalahan HAM yang dialami baik oleh individu, kelompok maupun masyarakat. 3.
Sistem sosial budaya masyarakat dan Hak Asasi Manusia, dengan materi ini
Berdasarkan hal itu, pengajaran ini
diharapkan
mahasiswa
memahami
secara umum untuk membekali mahasiswa
bahwa hak asasi manusia itu tidak
ilmu/pengetahuan tentang HAM yang meliputi
terlepas dari kultur budaya masyarakat.
sejarah,
teori-teori
(termasuk
ham
4.
Praktek pekerjaan sosial dan Hak Asasi
partikularistik-universal), kandungan aturan
Manusia, materi ini meliputi human rights
hukumnya sampai pada pelaksanaannya.
and human need, etics and human
Pengajaran tersebut, saat ini telah diberikan
rights, dan beberapa praktek
73
pekerja
sosial
di
lembaga-lembaga
nasional
menjadi tanggungjawab negara tetapi setiap
maupun internasional. Dengan materi-
orang,
materi tersebut diharapkan mahasiswa
organisasi masyarakat, lembaga swadaya
dapat lebih memahami praktek pekerjaan
masyarakat, perguruan tinggi, juga turut
sosial
mempunyai
serta
kesadaran calon
dapat
bagi
pekerja
martabat
menumbuhkan
mahasiswa sosial
akan
kemanusiaan
sehingga
sebagai
para
dalam
sosialisasi
harkat
hak
organisasi
untuk
dan
ikut
penegakan
politik,
melakukan hak
asasi
manusia.
pribadi,
memberikan
pertolongan ataupun intervesi
tidak
D.
melanggar hak-hak asasi manusia. Berkaitan
kelompok,
dengan
sosialisasi
Peluang dan Tantangan Bagi Praktek Pekerja Sosial
dan
Selaku
makhluk
individual
dan
penegakan hak asasi manusia telah ada
makhluk sosial, ia perlu berproses menuju
pengaturannya di dalam Pasal 100 Undang-
pencapaian jatidirinya. Dalam proses ini
Undang
termasuk melalui pendidikannya- ia akan
No.
39
Tahun
1999,
yang
menyatakan sebagai berikut :
mengalami berbagai benturan. Ada kalanya ia sanggup mengatasi, ada kalanya ia tak
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan,dan pemajuan Hak Asasi Manusia.
sanggup menghadapinya. Akibatnya banyak fakta
berbagai
yang dilakukan oleh individu maupun yang telah memegang jabatan. Berbagai bentuk pelanggaran yang diterima oleh korban baik yang dilakukan oleh
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga studi atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan Komnas HAM dapat pula melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai Hak Asasi Manusia. ketentuan bahwa
mengungkap
sederhana maupun kejahatan berat. Baik
Tahun 1999 menyebutkan,
menunjukkan
yang
pelanggaran oleh manusia, baik pelanggaran
Lebih lanjut Pasal 103 UU No. 39
Kedua
-
di
sosialisasi
aparat atau bukan, ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tahun 2008 mencapai jumlah 4900 kasus, dan sampai tahun 2009 data pelanggaran HAM yang dilaporkan ke Komnas HAM ini mengalami peningkatan yaitu mencapai 5300 kasus17. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat berbagai bentuk pelanggaran HAM ini tidak
atas, dan
penegakan hak asasi manusia tidak hanya 17
74
Laporan Komnas HAM 2009.
semuanya
mendapatkan
pelayanan
dan
Berbagai
advokasi yang maksimal. Kondisi
tersebut
menjadi
perlindungan. pelanggaran
untuk
(dalam
berat
pemerintah),
misalnya
dan masih banyak lagi kasus seperti
kasus
Marsinah,
perdagangan anak, dan lain-lain. Sederet
perilaku manusia dan lingkungan sosial serta
memperhatikan
ini
kemanusian
sosial mendasarkan intervensinya pada teori
dengan
hal
Trisakti,
meningkatkan kesejahteraannya. Pekerjaan
keadilan
manusia
Priok (1984), kasus Bulu Kumba, kasus
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
manusia
asasi
kejadian di Timor Timur (April 1999), Tanjung
serta lingkungannya pada tingkat individu,
asasi
hak
pelanggaran-
pembantaian masal pada tahun 1965-1970,
perubahan sosial dalam interaksi manusia
hak
Apalagi
(genosida) yang melibatkan para penguasa
penyelesaian
masalah, pemberdayaan dan mendorong
prinsip-prinsip
hak
yang belum mendapatkan pelayanan dan
suatu
Pekerjaan sosial sebagai sebagai profesi bantuan
pelanggaran
asasi manusia di Indonesia masih banyak
tantangan bagi profesi pekerjaan sosial.
pemberian
kasus
penanganan di atas belumlah mendapat
dan
penanganan yang berarti. Secara garis besar
faktor
masih jalan di tempat. Lembaga-lembaga,
budaya masyarakat.
baik lembaga negara seperti Komnas HAM maupun lembaga non pemerintah / LSM
Berdasarkan definisi tersebut maka hak asasi manusia merupakan dasar moral
hanya
praktek pekerjaan sosial baik level personal,
pelanggaran tanpa adanya
community
maupun
berarti dalam konteks penegakan HAM.
advokasinya.18 Hal-hal yang terkait dengan
Seperti yang disampaikan ELSAM (2007),
HAM ini adalah democracy, justice, feedom,
tidak adanya kemajuan penanganan HAM
equality and human dignity , menjadi prinsip-
adalah karena tidak koheren dan tidak
prinsip yang dijunjung oleh pekerja sosial.19
konsistennya instansi-instansi negara dalam
Berbicara mengenai hak asasi manusia
membuat
dalam profesi pekerjaan sosial tentu saja
penyebabnya
tidak terlepas dari konsep dan praktek
kesulitan
pekerjaan sosial.
Perspektif hak asasi
kebijakan yang telah dibuat dan institusi-
manusia menjadi hal yang ditekankan dalam
institusi yang seharusnya dibentuk untuk
pertolongan
mengimplementasikan kebijakan di bidang
development
individu
dalam
memperoleh
mampu
mencatat
kebijakan. yaitu
dalam
data-data
kemajuan yang
Ada
dua
pemerintah
hal sendiri
mengimplementasikan
HAM, tidak bisa dibentuk karena tidak
tujuan dari kesejahteraan sosial.
tersedianya
sarana
pembentukannya.
18
Ife, James William. 2001. Human Rights and Social Work. Toward Rights-Based Practice. UK: Cambridge University Press. 19 Schmale.W (ed). 1993. Human Rights and Cultural Diversity, Goldbach, Germany: Keip.
dan
Jikapun
prasarana institusi
itu
dibentuk, institusi itu tidak bisa bekerja dengan
baik
karena
tidak
dukungan dan sarana yang baik.
75
mendapat
Penulis mengambil contoh mengenai
sejauh manakah peran pekerja sosial dalam
hak pengungsi di Indonesia. Di tingkat
menghadapi
nasional,
manusia yang begitu banyak di Indonesia.
hak
dicantumkan
asasi
secara
pengungsi khusus.
tidak
Kebijakan,
Selain
program, pelayanan yang diberikan bagi
Berbagai organisasi non pemerintah (NGO)
orang termasuk kelompok masyarakat yang
perlindungan
yang
lebih
yang murni memperjuangkan HAM seperti
dan
ELSAM,
karena
permasalahan
Republik Indonesia tentang Badan Koordinasi Penanggulangan
Penanganan mengenai
Pengungsi
penanganan
Bencana dimuat
terhadap
yang
secara
serta
menangani
khusus
seperti
), masalah pengungsi (UNHCR ) dan lain-
yang
pengungsi
lain-lain,
dan lain-lain), masalah perempuan (UNIFEM
lain, masih memerlukan profesi pekerjaan
meliputi upaya pelayanan dan perlindungan kemanusiaan
dan
masalah anak (Save the Children, UNICEF,
dan
aturan
pengungsi
Kontras,
organisasi-organisasi
kekhususannya. Dalam Keputusan Presiden
Nasional
dihadapi,
HAM ini sebenarnya masih terbuka lebar.
ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap
perlakuan
yang
asasi
berkiprah di dalam penanganan masalah
umum dalam UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 5
memperoleh
tantangan
hak
sebenarnya peluang pekerja sosial untuk
pengungsi terkait hak asasinya dibuat secara
rentan
permasalahan
sosial.
yang
timbul akibat konflik yang terjadi di suatu daerah
termasuk
kegiatan
pencegahan, E. Penutup
tanggap darurat, penghapusan, pemindahan dan relokasi pengungsi. Pengungsi yang
Pendidikan Hak Asasi Manusia bagi
dimaksud dalam aturan ini lebih dikenal
mahasiswa
dengan istilah korban konflik atau korban
Sosial merupakan hal yang penting sebagai
bencana sosial. Dalam Kepres tersebut
dasar
belum diatur secara khusus penanganan dan
Dengan
pelayanan
korban
mahasiswa dapat lebih memahami praktek
Apabila
pekerjaan sosial serta dapat menumbuhkan
kebijakannya masih belum diatur, bagaimana
kesadaran bagi mahasiswa sebagai calon
membuat perlindungan terhadap hak-hak
pekerja
bagi pengungsi. Setelah diberikan sekedar
kemanusiaan para pribadi, sehingga dalam
bantuan, banyak sekali pengungsi korban
memberikan pertolongan ataupun intervesi
bencana alam ini diabaikan begitu saja.
tidak melanggar hak-hak asasi manusia.
pengungsi
kemanusiaan bencana
bagi alam.
Hal ini menjadi tantangan bagi pekerja sosial
dalam
pertolongan
dan
menjalankan pemberdayaan.
Jurusan
moral
praktek
mata
pekerjaan
Sudah
permasalahan
76
akan
dan
Kesejahteraan
pekerjaan
kuliah
sosial
Peluang
praktek
Ilmu
ini
diharapkan
harkat
martabat
tantangan
sosial
yang
hak
asasi
sosial.
praktek
menangani manusia
di
Indonesia masih terbuka lebar, khususnya
Schmale.W (ed). 1993. Human Rights and Cultural Diversity, Goldbach, Germany: Keip. Von Senger. H. 1993. “From the Limited to The Universal Consept of Human Rights: Two Periods of Human Rights” in Schmale, Human Rights and Cultural Diversity.
dalam organisasi-organisasi non pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA Ife, James William. 2001. Human Rights and Social Work. Toward Rights-Based Practice. UK: Cambridge University Press. Laporan Komnas HAM 2009.
77
PANDUAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK PENULIS JUDUL ARTIKEL (Huruf Kapital, Tahoma, 14 point, Bold, centered) (kosong, spasi tunggal) Penulis Pertama1, Kedua2, dan Ketiga3(12 point) (kosong, spasi tunggal) 1. Alamat instansi (Instansi,Fakultas, Universitas, alamat lengkap)(10 point) (kosong, spasi tunggal) (E-mail:
[email protected] (10 point, italic) (dua ketuk spasi tunggal) ABSTRAK (bold, 10 Point). Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Abstrak mencakup permasalahan, metode, dan temuan serta simpulan. Abstrak dalam bahasa Inggris, tidak lebih dari 200 kata. (kosong,spasi tunggal) Kata-kata kunci (Key words): Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words). (tiga ketuk spasi tunggal)
FORMAT NASKAH Artikel yang dimuat dalam jumal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau hasil-hasil penelitian pada masing-masing disiplin ilmu atau interdisiplin. Secara umum, sistematika artikel terdiri atas pendahuluan/introduksi yang menguraikan latar belakang dan permasalahan yang dikaji yang ditunjang oleh referensi yang relevan, metode, hasil dan pembahasan, dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metode dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu. Pendahuluan (Introduction) Dalam pendahuluan dikemukakan suatu permasalahan/ konsep/hasil penelitian sebelumnya secara jelas dan ringkas sebagai dasar dilakukannya penelitian yang akan ditulis sebagai artikel ilmiah. Pustaka yang dirujuk hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan untuk men"justifikasi" dilakukannya penelitian, atau untuk mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan mengapa topik penelitian dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan menyatakan tujuan penelitian tersebut. Metode (Methods), Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion) Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan jelas sehingga peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable and reproduceable). Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang disajikan untuk menginformasikan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Ilustrasi hasil penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar. Tabel dan grafik harus dapat dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil yang dikemukakan hanyalah temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian. Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil penelitian dengan teori, perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian lain yang sudah dipublikasikan. Pembahasan menjelaskan pula implikasi temuan yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya. Simpulan dan Saran (Conclusion and Suggestion) Simpulan merupakan penegasan penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Saran hendaknya didasari oleh hasil temuan penelitian, berimplikasi praktis, pengembangan teori baru (khusus untuk program doktor), dan atau penelitian lanjutan. Naskah ditulis dalam dua kolom pada kertas berukuran A4, dengan jarak antar kolom 1 cm. Panjang tulisan maksimal 4 - 8 halaman berspasi tunggal, termasuk daftar pustaka, gambar, tabel, dan lampiran. Setiap halaman memiliki margin atas 3.5 cm, margin bawah 2.5 cm margin kiri dan kanan 2 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar bentuk huruf Tahoma 10. Naskah juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris. Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat: Judul singkat (running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat (maksimal 14 kata). Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris). Nama penulis, afiliasi, dan alamat korespondensi (mis. E-mail).
78
Gambar dan Tabel Gambar yang akan ditampilkan dalam jumal adalah gambar hitam-putih. Bila menginginkan, penulis dapat menyertakan gambar berwama, namun penulis akan dikenai biaya pencetakan gambar berwama tersebut. Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut: Gambar 1., Gambar 2, dst. Tabel 1, Tabel 2, dst. Gambar dan tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu. Tabel berbentuk pivot table. Penulisan subjudul (heading) Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital, misal: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama dari setiap kata, misal: Sistem Pengelolaan Lingkungan Tradisional Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil kecuali huruf pertama dari setiap kata, misal: Sistem Kebun Talun UCAPAN TERIMA KASIH - Penulis dapat menuliskan ucapan terima kasih kepada individu, lembaga pemberi dana penelitian, dsb. Ucapan terima kasih ditulis sebelum Daftar Pustaka. DAFTAR PUSTAKA Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang dikutip atau yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam badan karangan dilakukan sebagai berikut: (1) Pengarang tunggal: Goldschmidt, W. 1992. The Human Career The Self in the Symbolic World. Cambridge: Black Well (2) Pengarang bersama: Corcoran, K. & Fischer, 1. 1987. Measure for Clinical Practice: a Source Book. New York:The Free Press. (3) Editor atau Penyunting: Koentjaraningrat (ed). 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia (4) Terjemahan: Scott, J.C. 2000. Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah. Terjemahan A. Rahman Zainuddin, Sayogyo dan Mien Joebhaar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. (5) Bab dalam buku: Fleishman, LA. 1973. Twenty Years of Consideration and Structure. Dalam Fleishman, LA. & Hunt, J.G.. (ed.). "Current Development in the Study of Leadership "Selected Reading, hIm. 1-37. Carbondale: Southem Illinois University Press. (6) Jumal: Persoon, G.A. 2002. Isolated Islanders or Indigenous People: the Political Discourse and its Effects on Siberut (Mentawai Archipelago, West-Sumatra). Antropologi Indonesia 68:25-39 (7) Rujukan elektronik: Boon, J. (tanpa tahun). Anthropology of Religion. Melalui,
[10/5/03] Kawasaki, Jodee L.,and Matt R.Raven. 1995. "Computer-Administered Surveys in Extension". Joumal of Extension 33 (June). E-Joumal on-line. Melalui [06/17/00] Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. 1998. Property rights, collective action and technologies for natural resource management: A conceptual framework. CAPRi Working Paper No.1. Washington DC, USA:Intemational Food Policy Research Institute. http://www.capri.cgiar.org/pdf/ca priwp01.pdf. (8) Sumber prosiding seminar: Fay, C., de Foresta, H., & Sirait, M. 1998. Progress towards recognizing the rights and management potentials of local communities in Indonesian statedefined forest areas. Paper presented at the
79
workshop on participatory natural resource management in developing countries, Mansfield College, Oxford, April 6–7. (9) Sumber disertasi/tesis: Zandbergen, P. 1998. Urban watershed assessment: Linking watershed health indicator to management. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmental Studies, University of British Columbia, Vancouver. Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambang
Sitasi/Kutipan - Running note atau footnote
Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI (Systeme Intemationale) Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama author-nya. Nama ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan pada penulisan yang pertama kali, selanjutnya dapat disingkat sesuai aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama daerah. Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis dengan bukan dengan huruf a.
80