Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni 2015
Jumlah kontainer sebagai faktor padatnya jentik Aedes aegypti di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi 1
1.2
2
3
Irwandi Rachman , Septi Maharani , Suhermanto Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia 3 Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan, Jambi
ABSTRAK Latar Belakang: Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan jentik Aedes aegypti, karena semakin banyak kontainer yang tidak memenuhi syarat akan semakin banyak tempat perindukan vektor DBD dan akan semakin padat populasi Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jumlah konteiner positif jentik dan mengidentifikasi pegaruh konteiner controllable dan disposable terhadap kepadatan jentik di daerah endemis DBD, Kelurahan Mayang Mangurai Kota jambi. Metode: Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah yang berada di Kelurahan Mayang Mangurai yang berjumlah 90 rumah yang tersebar di 45 RT yang dipilih secara proportional random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan bivarat serta untuk melihat besarnya kekuatan hubungan menggunakan uji prevalence ratio dengan CI 95%. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan dari 90 rumah tangga yang di observasi didapatkan jumlah keseluruhan konteiner yaitu 888 dengan 81 (9,1%) konteiner positif jentik. berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan 58 (64,4%) memilkiki kepadatan jentik yang padat, controllable sites nya tinggi sebanyak 53 (58,9%), disposable sites nya tinggi sebanyak 48 (53,3%). Terdapat hubungan antara controllable sites (p=0,009; PR=1,55, CI 95%=1,08-2,23) dan disposable sites (p=0,007; PR=1,54, CI 95%=1,09-2,16) dengan kepadatan jentik Aedes aegypti. Kesimpulan: Ada pengaruh antara jumlah konteiner controllable sites dan disposable sites terhadap padatnya jentik Aedes aegypti di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi. Kata Kunci
: Aedes aegypti , Kepadatan jentik, Controllable sites, Disposable sites.
PENDAHULUAN Penular (vektor) utama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia adalah Aedes aegypti1. Aedes aegypti berkembang biak diberbagai jenis wadah (container) yang berisi air jernih yang terdapat di dalam rumah, misalnya bak mandi, gentong penyimpanan air di dapur, tandon air, dan vas bunga. Selain itu bendabenda diluar rumah yang terisi air hujan, misalnya ban bekas, gelas plastik, dan kotak plastik bekas, dan barang-barang bekas bangunan yang dibuang berserakan dapat digunakan oleh nyamuk Aedes sebagai tempat untuk berkembang biak2. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan jentik Aedes aegypti, karena semakin banyak kontainer yang tidak memenuhi syarat akan semakin banyak tempat perindukan vektor DBD dan akan semakin padat populasi Aedes aegypti3. Kondisi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp dapat diketahui dengan menggunakan indikator maya Index. Maya Index (MI) merupakan parameter
entomologis yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah sebuah area atau komunitas berisiko potensial sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. Maya Index membedakan tempat perkembangbiakan nyamuk menjadi kontainer yang dapat dikontrol (Controllable sites/CS) yaitu kontainer yang dikendalikan manusia, umumnya terdapat didalam rumah tangga yang digunakan dalam keperluan sehari-hari dan kontainer yang tidak dapat dikontrol (Disposable sites/DS) yaitu konteiner yang tidak digunakan dalam rumah tangga, dibuang atau disimpan dihalaman belakang rumah, namun berpotensi sebagai tempat genangan air sehingga nyamuk dapat berkembangbiak4. Kota jambi merupakan daerah yang endemis DBD berdasarkan data dari Dinas Kesahatan Kota Jambi di Kecamatan Kota baru jumlah kasus DBD tertinggi terjadi di Kelurahan Mayang Mangurai yaitu sebanyak 53 kasus5. Mayang mangurai merupakan salah satu daerah yang berada di kota jambi yang mengalami perkembangan bangunan
94
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni 2015
pemukiman yang cukup pesat sehingga banyak perumahan yang cendrung akan membuat tempat-tempat penampungan air. Beberapa penelitian telah menunjukkan keberadaan tempat penampungan air (breeding place) berhubungan dengan kejadian DBD 6,7 namun di Kota Jambi belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh jumlah kontiner terhadap kepadatan jentik Aedes aegypti oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah konteiner positif jentik dan mengidentifikasi pegaruh konteiner controllable dan disposable terhadap kepadatan jentik di Kelurahan Mayang Mangurai Kota jambi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunkan lembar Observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015, Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 rumah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling dari 45 RT di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square serta untuk melihat besarnya kekuatan hubungan menggunakan prevalence ratio dengan CI 95% yang dianalisis dengan menggunakakn softwere SPSS 18. Ukuran dan pengkategorian kepadatan jentik Aedes aegypti menggunakan cara visual dihitung menggunakan formula Conteiner Index (CI)8 dan untuk menghitung jumlah kontainer controllable sites mengguakan formula Breeding Risk Indicator (BRI), disposable sites menggunakan formula Hygiene Risk Indicator (HRI)4,9. HASIL Hasil observasi pada 90 rumah diperoleh jumlah konteiner sebanyak 888 dengan 81 (9,1%) konteiner positif jentik berdasarkan kategori konteiner controllable
sites yaitu 501 (56,4%) dengan jumlah konteiner positif jentik 51 (10%) dan konteiner disposbable sites sebanyak 387 (43,6%) dengan jumlah konteiner positif jentik 30 (8%). Berdasarkan jenis konteiner diperoleh konteiner controllable sites paling banyak ditemukan adalah ember yaitu 180 (35,9%) dengan frekuensi positif jentik paling banyak ditemukan pada bak mandi 14 (27,4%) dan vas/pot bunga memiliki persentase tertinggi untuk konteiner dengan jentik yaitu (28,5%) sementara untuk konteiner disposable sites paling banyak ditemukan adalah kaleng/plastik bekas yaitu 127 (32,8%) sekaligus memiliki frekuensi positif jentik paling banyak yaitu 10 (33,3%) dan ban bekas memiliki persentase tertinggi untuk konteiner dengan jentik yaitu (10,2%). (Tabel 1) Hasil analisis univariat mengenai gambaran frekuensi masing-masing variabel yaitu kepadatan jentik yang dihitung menggunakan rumus Conteiner Index (CI) kemudian di kategorikan padat jika CI > 5% sesuai dengan standar kepadatan jentik diperoleh kepadatan jentik yang padat yaitu 58 (64,4%) dan rumah yang kepadatan jentiknya tidak padat yaitu 32 (35,6%) sementara untuk kategori controllable sites, dan disposable sites diperoleh dari rumus HRI dan BRI kemudian ditaketorikan menjadi tinggi dan rendah yang diperoleh rumah yang controllable sites nya tinggi yaitu 53 (58,9%) dan rumah yang controllable sites nya rendah yaitu 37 (41,1%). Rumah dengan Disposable sites nya tinggi yaitu 48 (53,3%) dan rumah dengan disposable sites nya rendah yaitu 42 46,7%) (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,4% rumah ditemukan memiliki kepadatan jentik yang padat, rumah dengan controllable sites tinggi 58,9%, dan 53,3% rumah dengan disposable sites nya tinggi. Hasil analisis bivariat antara jumlah konteiner controllabel sites dengan kepadatan jentik berdasarkan uji statistik chisquare diperoleh p=0,009 (p < 0,05) dengan nilai PR=1,55 (CI 95%=1,08-2,23). Nilai yang didapatkan menunjukkan bahwa ada hubungan jumlah konteiner controllable sites dengan kepadatan jentik, untuk jumlah
95
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni 2015
Tabel 1. Distribusi jenis konteiner controllable sites dan disposable sites dan konteiner positif jentik di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015 Konteiner Controllable sites Bak Mandi Bak Wc Drum Gentong air Ember Vas / pot bunga Tempat minuman unggas Penampungan air kulkas Penampungan air dispense Disposable sites Ban bekas Botol bekas Kaleng Gerigen Tempurung kelapa
Frekuensi konteiner (n=888) (n=501) 98(19,6) 34(6,8) 147(29,4) 10(2,0) 180(36,0) 7(1,3) 10(2,0) 5(0,9) 10(2,0)
Frekuensi konteiner positif jentik (n=81) (n=51) 17(33,3) 2(3,9) 14(27,4) 2(3,9) 10(19,8) 2(3,9) 4(7,8) 0(0,0) 0(0,0)
(n=387) 78(20,2) 97(25,0) 127(32,8) 70(18,1) 15(3,9)
(n=30) 8(26,8) 7(23,3) 10(33,3) 3(10,0) 2(6,6)
Persentase (%) konteiner dengan jentik 17,3 5,8 9,5 20,0 5,5 28,5 40 0 0
10,2 7,2 7,8 4,2 13,3
Tabel 2. Analisis univariat kepadatan jentik, jumlah controlablle sites, dan disposable sites di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015 (n=90)
Persentase (%)
Kepadatan jentik Padat Tidak Padat
Varibel
58 32
64,4 35,6
Controllable sites Tinggi Rendah
53 37
58,9 41,1
Disposable sites Tinggi Rendah
48 42
53,3 46,7
Tabel 3. Hubungan jumlah controllable sites dan disposable sites terhadap kepadatan jentik vektor DBD di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015 Kepadatan Jenik Padat Tidak Padat n % n %
N
%
Controllable sites Tinggi Rendah
40 18
75,5 48,6
13 19
24,5 51,4
53 37
100 100
0,009
1,55
1,08-2,23
Disposable sites Tinggi Rendah
37 21
77,1 50,0
11 21
22,9 50,0
48 42
100 100
0,007
1,54
1,09-2,16
Variabel
konteiner disposable sites dengan kepadatan jentik diperoleh hasil uji statistik chi-square p=0,007 (p<0,05), dengan nilai PR = 1,54 (CI 95%=1,09-2,16). Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah konteiner disposable sites dengan kepadatan jentik (Tabel3).
p-value
Total
PR
CI 95% (LL-UL)
PEMBAHASAN Hasil observasi yang dilakukan di Kelurahan Mayang Manguruai didapatkan konteiner yang frekuensi jentiknya paling banyak adalah bak mandi jika dilihat dari karakteristiknya bak mandi merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan larva Aides aegypti karena tempatnya
96
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni 2015
terdapat di dalam rumah, cenderung lembab, volume air yang cukup besar dan memiliki air yang tenang apalagi jika jarang dikuras 10 hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yuhdihastuti, dkk (2005) yang menemukan larva positif paling banyak ditemui di konteiner dalam rumah yang digunakan untuk keperluan sehari-hari berupa bak mandi, tempayan/gentong11. Berdasarkan hasil pengamatan jenis kontainer controtable sites paling banyak ditemukan adalah ember dikarenakan sebagian besar masyarakat yang diobservasi rumahnya menyatakan bahwa di kelurahan mayang sering kesulitan air oleh karena itu masyrakat memiliki kebiasaan untuk menampung air dalam konteinerkonteiner seperti ember, baskom drum, dan lain-lain yang berfungsi untuk mengantisipasi sewaktu-waktu kekurangan air. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,009 hal ini membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara controllable sites dengan kepadatan Jentik dan nilai prvelance ratio (PR) 1,55 hal ini menunjukkan bahwa controllable sites tinggi berpotensi 1,55 kali untuk padatnya jentik Aedes Agypti dibandingkan dengan controllable sites rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahman, (2012), diwilayah kerja puskesmas Blora kab. Blora menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan Breeding place dan resting place dengan kejadian DBD7. Keberadaan kontainer air berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak kontainer yang memadai, maka akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat pula jentik nyamuk Aedes aegypti di dalam kontainer air tersebut12. Hasil pengamatan yang dilakukan untuk kontainer disposable sites yang paling banyak ditemukan di kelurahan mayang mangurai adalah kaleng/plastik bekas dan juga masih banyak ditemukan botol bekas dan ban bekas yang berserakan dihalaman rumah serta masih di dapatkannya rumah yang jarang di bersihkan yang memiliki potensi menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes sp. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh p-value sebesar 0,007 hal ini membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara disposable sites dengan kepadatan Jentik dan nilai prvelance ratio (PR) 1,54 yang menunjukkan bahwa disposable sites tinggi berpotensi 1,54 kali untuk padatnya jentik Aedes Agypti dibandingkan dengan disposable sites rendah. Banyaknya jentik yang terdapat pada kaleng/plastic bekas di Kelurahan Mayang mangurai dapat disebabkan karena banyak nya plastik bekas yang berserakkan di lingkungan sekitar rumah yang tidak dikendalikan secara benar (tidak di timbun/tidak dikubur), kondisi ini akan meningkat setelah hujan, Karena semakin banyak jumlah controllable sites yang dapat menampung air semakin besar pula peluang untuk menjadi tempat perindukan nyamuk. Sehingga sewaktu-waktu ketika hujan turun peningkatan tempat perindukan nyamuk juga semakin meningkat13 karena dapat menampung air dan menjadi tempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk yang menyebabkan angka kepadatan jentik tinggi. Banyak nya jumlah Disposable sites, terutama plastic bekas di Kelurahan Mayang Mangurai menunjukkan bahwa pelaksanaan PSN dikelurahan tersebut kurang maksimal. Hasil ini juga diperkuat dengan adanya penelitian dari Hasyimi, dkk yang mengatakan bahwa bejana yang ada airnya dalam bentuk apa saja yang ada diluar rumah seperti hal nya kaleng dan plastik bekas perlu dibersihkan atau dimusnahkan, karena merupakan tempat perindukan nyamuk14. Setidak-tidaknya satu minggu sekali bejana kecil yang ada diluar rumah harus dikontrol dan dibuang airnya kemudian di tanam atau ditelungkupkan hingga tidak dapat menampung air terutama pada musim penghujan. Untuk mengatasi dan menurunkan angka kepadatan jentik di Kelurahan Mayang mangurai hal yang dapat dilakukan masyarakat adalah Saran dalam penelitian melakukan kegiatan Pemerantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSNDBD) secara mandiri dan teratur guna mengurangi kepadatan jentik dan
97
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni 2015
keterlibatan warga sekitar dalam melakukan 7. kegiatan rutin/berkala yaitu membersihkan dan mengubur barang-barang bekas di lingkungan sekitar untuk memperkecil peluang barang-barang bekas/disposable sites yang dapat berpotensi mejadi tempat perindukan vektor. 8. . KESIMPULAN Terdapat pengaruh antara jumlah konteiner controllable sites dan disposable sites terhadap padatnya jentik di Kelurahan 9. Mayang Mangurai Kota Jambi baik konteiner controtable maupun disposable memiliki kekuatan hubungan yang hampir sama mempengaruhi tingginya kepadatan jentik Aedes aegypti. 10. DAFTAR PUSTAKA 1. Hariadhi, Soegijanto S. Pola Distribusi Serotipe Virus Dengue Pada Beberapa 11. Daerah Endimik di Jawa Timur Dengan Kondisi Geografis Berbeda dalam Demam Berdarah Dangue. edisi 2. Surabaya: Air langga University Press; 2008. 2. Soedarto. Demam Berdarah Dangue. Jakarta: CV Sagung Seto; 2012. 12. 3. Depertemen Kesehatan RI. Pencegahan dan Pemberantasan Dangue di Indonesia. Direktorat Jendral dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Depkes RI; 2005. 4. Lozano, et al. Gender Related Family 13. Head Schooling and Aedes Aegypti Larval Breeding Risk in Southern Mexico. Salud publica de Mexico. 2002; 44 (3): 237-242. 5. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Data 14. Jumlah Kasus DBD di Kota Jambi Tahun 2014. Jambi: Dinkes Kota Jambi; 2015. 6. Adyatma, dkk. Hubungan antara lingkungan fisik rumah, tempat penampungan air, dan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD di kelurahan Tindung Kec. Rappocini. Kota Makassar. Makassar: Universitas Hassanudin; 2010.
98
Abdul RD. Hubungan Kondisi lingkungan rumah dan praktik 3M dengan kejadian DBD Di wilayah kerja Puskesmas Blora Kabupaten Blora. Unnes Journal Of Public Health. 2012; Vol. 1 No. 2. Mentari, Masitha R, dan Hendri Astuty. Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009. Mardihusodo SJ. Manajemen Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dangue. Dalam Simposium Dangue Control Update. Pusat Kedokteran Tropis, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2005. Sungkar S. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia; 2002. Yudhastuti R, Vidiyani A. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer dan prilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue Surabaya. Jurnal kesehatan Lingkungan. 2005; 1 (2): 170-82. Widia EW, dkk. 2009. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Jurnal Vektora. 2011: Vol. 3 No.1. Supartha IW. Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Universitas Udayana; 2008. Hasyimi H dan Mardjan S. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada masyarakat pengguna air olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2004; 3(1): 37-42.