RINGKASAN Pengajaran bahasa Mandarin pada balita Pengajaran adalah keahlian yang biasa digunakan didalam pendidikan mengajar, tahap penyaluran pengetahuan antara pengajar kepada muridnya, pengajar menjelaskan dan murid menjawab, termasuk seluruh alat peraga yang dipakai pada saat kegiatan pengajaran. Dari hasil penelitian pada tanggal 11 - 25 Juni 2007,
telah menyebarkan 50 buah
kuisioner yang dibagikan di 13 tempat kursus bahasa Mandarin di Jakarta Barat dari hasil penelitian analisa dapat dibagi menjadi beberapa bagian : 1. Kemampuan yang harus di kuasai terlebih dahulu oleh balita dalam mempelajari Bahasa. Balita dalam mempelajari bahasa pertama-tama dimulai dari mendengar: dimulai dari hanya dapat mendengar nada tapi tidak mengerti arti ― mendengar dengan mengunakan kesadaran ― mengerti sedikit-sedikit ― mengerti sebagian ― mulai memiliki reaksi untuk berbicara ― dapat mengerti secara keseluruhan. Dibawah ini adalah tabel hasil penelitian mengenai kemampuan apa yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh balita dalam mempelajari bahasa :
Tabel 1 Kemampuan balita dalam mempelajari bahasa Kemampuan
Jumlah
%
Mendengar
38
76 %
Berbicara
12
24 %
Membaca
0
0%
Menulis
0
0
Jumlah keseluruhan
50
100 %
Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam pengajaran bahasa, para pengajar sebagian besar memilih menguasai kemampuan mendengar terlebih dahulu dengan alasan ; mendengar adalah cara berkomunikasi yang paling dasar jika sudah bisa mengerti maka akan timbul ketertarikan di bidang lainnya (berbicara,membaca,menulis) setelah bisa mendengar baru dapat mengerti apa yang diucapkan dan diajarkan oleh pengajar. Sebagian pengajar memilih menguasai kemampuan berbicara terlebih dahulu dengan alasan
setelah bisa berbicara baru dapat berkomunikasi, murid yang belajar bahasa
harus memiliki kemampuan berbicara, orang tua murid merasa bahwa anak mereka sudah memiliki kemajuan jika dapat berbicara dengan menggunakan bahasa mandarin, karena balita suka meniru orang dewasa berbicara maka balita akan lebih senang mempelajarinya.
2. Data pengajar Diagram 1 Usia pengajar
6% 2% 20-30 tahun 30-40 tahun 40 tahun keatas 92%
Diagram 2 Jenis kelamin pengajar
20% wanita laki-laki 80%
Diagram 3 Tingkat pendidikan pengajar
Tamat SMP
0% 46%
Tamat SMU
54% Tamat perguruan tingi
Dari hasil penelitian sebagian besar pengajar balita
ditempat kursus bahasa
Mandarin paling banyak berusia antara 20 -30 tahun, penulis berasumsi ini dikarenakan pendidikan bahasa Mandarin di Indonesia yang sempat dilarang dari tahun 1966-1998 sehingga setelah tahun 1998 baru mulai banyak orang-orang usia muda yang
belajar
dan menjadi pengajar Mandarin, jadi sebagian besar orang-orang yang bisa berbahasa Mandarin adalah berusia antara 20 - 30 tahun. Jenis kelamin pengajar yang paling banyak adalah wanita, karena
wanita lebih memiliki rasa ketertarikan terhadap
anak-anak, wanita dianggap lebih dapat mengerti sifat anak-anak dan juga lebih sabar. Pendidikan pengajar kebanyakan lulusan perguruan tinggi, sebagian lagi adalah lulusan SMU. 3.
Segi Kurikulum Diagram 4 Pembagian kelas berdasarkan umur
36% Ada Tidak ada 64%
Tabel 2 Waktu belajar Setiap minggu berapa kali pertemuan
Jumlah
%
Sekali
7
14 %
Dua kali
38
76 %
Tiga kali
5
10 %
Empat kali
0
0%
-
-
-
50
100 %
Durasi belajar
Jumlah
%
30 Menit
0
0%
45 menit
5
10 %
60 Menit
23
46 %
75 Menit
15
30 %
90 Menit
7
14 %
Jumlah total
50
100 %
Jumlah total
Dari hasil penelitian ada sebagian tempat kursus tidak ada pembagian kelas berdasarkan umur, sehingga menimbullkan kesulitan bagi pengajar dalam proses
mengajar. Balita pada tingkat umur yang berbeda tidak dapat menggunakan metode pengajaran yang sama, seperti balita pada usia 3-4 tahun mereka belum seharusnya mendapatkan latihan menulis, sedangkan balita pada usia 5 tahun sudah dapat diberikan materi latihan menulis yang sederhana. Ketidaksamaan ini harusnya harus ada pembagian kelas berdasarkan umur agar tidak timbul masalah dalam proses belajar mengajar. Waktu belajar sebagian besar adalah seminggu 2 kali dengan durasi antara 60-75 menit, bagi balita waktu belajar tidak boleh terlalu panjang agar mereka tidak merasa bosan.
4. Segi pengajaran Diagram 5 Pelatihan pengajar baru sebelum mengajar
36% iya tidak 64%
Sebelum mengajar pengajar seharusnya mendapatkan pelatihan mengenai cara
mengajar balita. Dari hasil penelitian sebagian besar tempat kursus memberikan pelatihan kepada pengajarnya sebelum mulai mengajar, tapi ada juga sebagian tempat kursus yang tidak melakukannya sehingga menimbulkan masalah dalam segi pengajaran, jika pengajar tidak mengerti cara mengajar anak-anak yang baik dan benar maka apa yang akan di ajarkan pun tidak akan tersampaikan dengan baik. Diagram 6 Apakah pengajar mengerti psikologi pada balita
24% iya tidak 76%
Dari hasil penelitian, sebagian besar para pengajar mengerti mengenai psikologi belajar pada anak usia balita, menurut mereka penting untuk mengetahui psikologi belajar pada balita dengan alasan : karena merupakan syarat yang paling dasar dalam pengajaran, dapat membantu mereka untuk memilih materi dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dapat membantu pengajar untuk mencapai tujuan belajar, dapat menjalin hubungan baik antara pengajar dan murid.
5. Metode pengajaran 5.1 Gambar atau benda nyata : Melalui gambar atau benda nyata, balita dapat mendapatkan perasaan pengetahuan yang sebenarnya, yang akrab. 5.2 Cerita : Dengan cerita balita dapat lebih mudah menerima dan
mengenal
banyak hal. Cerita merupakn cara yang memiliki arti dan penjelasan dalam kegiatan pengajaran . 5.3 Permainan : Bermain adalah kegiatan yang paling disukai oleh anak-anak. Menggunakan permainan dalam belajar bahasa Mandarin dapat menciptakan lingkungan belajar bahasa yang menarik, menyenangkan dan juga dapat mencapai kelancaran dalam berbahasa. 5.4 Bernyanyi : Nyanyian dapat memperkaya pengetahuan balita, dengan nyanyian mereka akan mendapatkan kesenangan dan pengetahuan sekaligus aktivitas belajar dan menciptakan lingkungan percakapan yang alami.
Tabel 3 Metode pengajaran Medode pengajaran
Jumlah
%
yang paling sering
Metode pengajaran
Jumlah
%
18
36 %
yang paling efektif
digunakan Gambar / benda nyata
16
32 %
Gambar / benda nyata
Cerita
13
26 %
Cerita
12
24 %
Permainan
11
22 %
Permainan
6
12 %
Nyanyian
7
14 %
Nyanyian
10
20 %
Pertunjukan
3
6%
Pertunjukan
4
8%
Jumlah total
50
100 % Jumlah total
50
100 %
Dari hasil penelitian didalam pengajaran bahasa Mandarin pada balita metode yang paling banyak digunakan dan yang paling efektif adalah dengan menggunakan gambar atau benda nyata. Cara kedua yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan cerita, dengan cerita anak-anak akan lebih tertarik dan mudah menerima apa yang akan disampaikan oleh pengajar. Sedangkan metode yang paling efekif setelah gambar adalah nyanyian karena kebanyakan tempat kursus pasti akan menggunakan metode ini.
Balita dalam belajar biasanya mengandalkan intuisi dan penghayatan. Cara pengajar yang
beranekaragam, suasana belajar yang aktif dan dekat dengan kehidupan
sehari-hari mereka mudah menimbulkan sikat positif dalam belajar dan menarik perhatian mereka dalam belajar bahasa asing. Diagram 7 Apakah pengajar sudah menggunakan metode pengajaran yang beranekaragam, aktif dan menarik
38% Sudah 62%
Belum
6. Hubungan antara pengajar dan murid di dalam kegiatan pengajaran Dalam kegiatan pengajaran hubungan baik antara pengajar dan pelajar adalah hubungan yang sangat penting, dengan terciptanya hubungan yang baik maka kegiatan belajar mengajar pun akan tercapai dengan baik. Selain hubungan yang baik, pengajar harus memiliki sikap sabar dalam mengajar balita. Dikarenakan bahasa Mandarin merupakan bahasa asing maka bagi balita lebih sulit untuk dipelajari maka pengajar
harus dengan sabar untuk mengajar mereka.
Diagram 8 Hubungan antara pengajar dan murid
18% iya tidak 82%
Tabel 4 Hambatan dalam diri pengajar Hambatan
Jumlah
%
Tidak sabaran
20
40 %
Kurangnya kreatifitas
13
26 %
Tidak mudah berteman dengan anak-anak
7
14 %
Tidak suka dengan anak-anak
6
12 %
Lain-lain
4
8%
50
100 %
Jumlah total
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pengajar sudah menjalin hubungan baik dengan pelajarnya. Pada waktu mengajar balita, pengajar dapat menemui hambatan
yang timbul dari diri mereka sendiri, dari hasil penelitian hambatan terbesar yang mereka temui adalah sikap tidak sabaran terhadap pelajarnya, padahal menjadi seorang pengajar anak-anak sikap sabar sangatlah dibutuhkan untuk membantu pelajar keluar dari kesulitan mempelajari bahasa asing. Tidak perduli baik didalam kelas maupun diluar kelas pengajar harus
tetap sabar terhadap pelajarnya. Kedua adalah kurangnya
kreatifitas pengajar. Ketiga adalah pengajar tidak mudah berteman dengan anak-anak. Keempat adalah pengajar sendiri tidak menyukai anak-anak. Yang lain-lain mereka memiliki jawaban sendiri yaitu pengajar tidak mengerti psikologi belajar pada anak balita.
7. Tujuan balita dalam mempelajari bahasa 1. Dapat berkomunikasi dengan orang lain 2. Dapat mengerti percakapan sehari-hari 3. Dapat dengan jelas mengungkapkan apa yang dipikirkan 4. Suka mendengar dan membaca cerita yang berbahasa Mandarin 5. Dapat mengerti dan berbicara dengan menggunakan bahasa Mandarin
Diagram 8 Apakah pengajar memiliki tujuan mengajar
24% iya tidak 76%
8. Masalah yang timbul didalam proses pengajaran bahasa Mandarin pada balita dan solusinya. Didalam proses pengajaran bahasa, pengajar pasti akan menemui masalah, berdasarkan hasil penelitian dibawah ini adalah conto-contoh masalah yang
timbul
didalam proses pengajaran : 1. Pengajar tidak mengerti psikologi anak sehingga sulit mengontrol pelajarnya ketika dikelas. 2. Materi yang digunakan sulit atau tidak sesuai dengan kemampuan balita. 3. Karena bahasa Mandarin merupakan bahasa asing sehingga bag balita lebih sulit untuk dipelajari.
4. Tidak dapat menciptakan suasana yang aktif sehingga membuat murid merasa bosan. 5. Ada sebagian tempat kursus tidak ada pembagian kelas berdasarkan umur sehingga pelajar merasa kesulitan. 6. Kurangnya kreatifitas pengajar.
Dari hasil penelitian juga didapatkan cara menyelesaikan masalah yang timbul didalam pengajaran bahasa Madarin pada balita, seperti di bawah ini : 1. Sebelum mengajar, pengajar seharusnya mendapatkan pelatihan dan pengetahuan mengenai cara mengajar dan psikologi balita. 2. Memilih materi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan balita. 3. Dikarenakan bahasa Mandarin adalah bahasa asing maka dari itu pengajar harus lebih sabar dalam menyampaikan materi. Usahakan untuk selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Mandarin dengan murid. 4. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aktif, dan menarik perhatian balita dalam belajar.
5. Setiap tempat kursus harus ada pembagian kelas pada tiap tingkat umur yang berbeda agar metode pengajaran yang dipakai bisa disesuaikan dengan kemampuan balita. 6. Pengajar harus terus belajar, mengikuti pelatihan mengenai cara mengajar balita, para pengajar dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan agar menjadi pengajar yang lebih baik.