i
KOSTU UM TOKOH H GAGAHA AN PRIA DALAM D TA ARI PANGIM MPEN DENGAN SUMBER IIDE BAJU TELUK BE ELANGA Prroyek Akhirr Diajjukan Kepadda Fakultas T Teknik Univversitas Negeeri Yogyakarta Untuk U Memeenuhi Sebaggian Persyaraatan Guna Memperoleh M G Gelar Ahli M Madya D3 Tekknik Busanaa
Oleh : Nur Wu ulan Rakhm mandari 0775141310333
PRO OGRAM ST TUDI TEKN NIK BUSAN NA JU URUSAN PE ENDIDIKAN TEKNIK K BOGA DA AN BUSANA A ULTAS TEK KNIK FAKU UNIV VERSITAS N NEGERI YOGYAKAR Y RTA 2011
ii
iii
Motto: Bukanlah seorang remaja bijak yang berkata ini bapak ibu saya, tetapi ini diri saya dengan prestasi. ( Muazin Fauzi ) Belajarlah dari kegagalan, kelak akan lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan berikutnya (Kahlil Gibran). Tersenyumlah meskipun terkadang senyum itu terasa berat dan menyakitkan, karena kegagalan adalah awal dari keberhasilan. ( Afrianda Syahputra )
iv
Proyek Akhir ini Kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan baik moril maupun materiil. Keluarga, Mas Yulma, Mbak Nana, Mas dedi, I’am, A’is yang memberi pengarahan, motivasi , dan dukungannya Afrianda Syahputra yang banyak membantu, memberikan penjelasan tentang sumber ide dan memberi motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proyek akhir Sahabat –sahabat, angkatan 2007, Rere, Tifa, Tatik, dan Kunik yang memberikan masukan, dan semangat. Almamaterku.
v
ABSTRAK KOSTUM GAGAHAN PRIA PADA TARI PENGIMPEN DENGAN SUMBER IDE BAJU TELUK BELANGA Oleh: Nur Wulan Rakhmandari 07514134033 Proyek akhir ini bertujuan untuk : 1) dapat mencipta disain Kostum tari tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan sumber ide “Baju Teluk Belanga” 2) dapat membuat kostum tari tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan sumber ide “Busana Teluk Belanga ”3) dapat menampilkan kostum tari tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dalam pertunjukan pergelaran “Kolaborasi SENDIKAR” dengan sumber ide “ BajuTeluk Belanga” Proses penciptaan desain kostum Gagahan Pria pada Proyek Akhir ini diawali dengan mengkaji tema, alur, karakter tokoh. Pada Tari Pangimpen ini bertemakan Percintaan. Alur yang digunakan yaitu alur maju. Memiliki karakter yaitu pemberani, tegas, dinamis dan romatis. Oleh karena itu penyusun mengambil sumber ide Baju Teluk Belanga dengan ciri khusus yang diambil adalah sampin yang direapkan pada celemek panggul. Untuk membuat desain yang sesuai penyusun menerapkan unsur – unsur dan prinsip desain. Sehingga desain kostum yang penyusun ciptakan berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek pangul. Proses pembuatan kostum ini melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap persiapan, yang terdiri dari pembuatan disain produksi, pengambilan ukuran, pembuatan pola kostum, perancangan bahan dan harga, penyiapan dan penyusutan bahan;(2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari peletakan pola pada bahan, pemotongan dan pemberian tanda pada jahitan, penjelujuran, pengepasan I, perbaikan, dan pengepasan II;(3) tahap evaluasi hasil meliputi : (a) mengevaluasi kesesuaian antara desain kostum dengan tema dan sumber ide yang sudah dipilih. ( b) kesesuaian pemilihan warna dan jenis bahan dengan desain, bahan dan warna tersebut. (c) Kesesuaian Sumber ide yang diambil yaitu Baju Teluk belanga mengambarkan karakter Tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen. Kostum tari Tokoh Gagahan Pria ditampilkan pagelaran Kolaborasi Sendikar yang melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap persiapan yang meliputi menampilkan Kostum Tari Pengimpen, penentuan anggaran serta penentuan waktu dan tempat penyelenggaraan pagelaran;(2) tahap pelaksanaan yaitu pagelaran seni tari dengan tema besar Kolaborasi Sendikar yang dilaksanakan di Stage Tari Tedjakusuma FBS UNY dengan kolaborasi mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Tata Busana dan Tata Rias dan Kecantikan angkatan 2007 serta mahasiswa Fakultas Seni Tari dan Bahasa jurusan Seni Tari angkatan 2006;(3) tahap evalusai semua kegiatan pagelaran berjalan lancar meskipun banyak kekurangan. Hasil Proyek Akhir berupa Kostum Tari Tokoh Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan sumber ide Baju Teluk Belanga yang terdiri dari tiga bagian yaitu : rompi dengan krah shanghai, celana panji dan sampin yang sudah dikembangkan serta jabot dan sampur yang dijepit pada ban pinggang sampin. Hiasan yang digunakan pada kostum tari ini ialah payet daun warna emas. Bahan yang digunakan adalah satin bridal pada rompi dan celana panji, satin manohara pada sampur, rompi dan ban pinggan, Kain panjang motif batik parang digunakan untuk sampin dan jabot. Kostum tari ini digunakan pada tarian Pengimpen dengan nomor urut 10 pada pagelaran seni tari dengan tema ”Kolaborasi Sendikar”. Diselenggarakan pada 4-5 Juni 2010 di Stage Tari Tedjakusuma Fakultas Bahasa dan Seni UNY.
vi
ABSTRACT COSTUME OF GAGAHAN PRIA ON PENGIMPEN DANCE BASED ON THE SOURCE IDEA OF TELUK BELANGA CLOTHING Nur Wulan Rakhmandari 07514134033
The objectives of this final project are : 1) to design of the figure of Gagahan Pria on Pengimpen Dance based on the source idea Teluk Belanga Clothing, 2) to create the dancing costume of Gagahan Pria on Pengimpen Dance based on the source idea Teluk Belanga Clothing, 3) to present the costume of Gagahan Pria on Pengimpen Dance in according to the theme of “SENDIKAR Collaboration”. The making process of this costume begins by learning the theme, plot, and character of the figures. Pengimpen Dance carries romantic theme and forward plot which has brave,firm,dynamic and romantic characteristics. Therefore, the writer takes the source idea of Teluk Belanga Clothing. The choosen special characteristic is sampin, which is applied on hipster apron. To create such a costume, the writer applies some elements and principles of design, and the results are a sleeveless top, panji pants, and hipster apron. The making of this costume is divided into three stages, namely: (1) Preparation, consists of making production design, measuring, making pattern, planning fabric and price, preparation and contraction fabric (=penyusutan bahan); (2) Implementation, consists of putting the pattern on fabric, cutting and marking on stitch, basting, fitting I, repairing, and fitting II; (3) Result evaluation concerning: (a) the accordance between costume design with theme and chosen source idea, (b) the accordance between colour and type of fabric with design,fabric and colour, (c) the accordance between the source idea, that is, Teluk Belanga Clothing which describes the characteristic of the figure of Gagahan Pria on Pengimpen Dance. The dance costume of Gagahan Pria performed in Kolaborasi Sendikar consists of three steps, namely: (1) Preparation, that is, performing the costume of Pengimpen Dance and planning budget, time and venue (2) Implementation, that is, dance performance with the main title Kolaborasi Sendikar held on Yogyakarta State University Tedjakusuma stage, by the students from Faculty of Tehnic majoring Design and Make-Up 2007 with those from Dance Art and Letters Faculty majoring Dance 2006; (3) Evaluation, that the event has well conducted despite imperfect. The results of the final project is the dance costume of Gagahan Pria Figure on Pengimpen Dance based on the source idea Teluk Belanga Clothing. They are in three pieces, namely: a vest with shanghai collar, panji pants, and modified sampin, jabot and sampur or scarf clipped on its belt. Decoration used in this costume is payet in golden leaves. The fabric are bridal satin for vest and panji pants, manohara satin for sampur, vest and belt, whereas long cloth in batik Parang motif is used for sampin and jabot. The costume is used on the dance show titled “Sendikar Collaboration” conducted at Tedjakusuma dance stage of the Faculty of Letters and Arts in Yogyakarta State University on 4 and 5 June 2010 with the consecutive number 10.
vii
KATA PENGANTAR
Sujud syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir dengan judul Kostum Gagahan Pria pada Tari Pengimpen dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga. Dalam penyusunan Laporan Proyek Akhir ini tentunya tidak lepas dari pihakpihak lain yang telah memberikan bantuan berupa materi maupun spiritual baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya kepada: 1. Prof Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd, M. A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Wardan Suyanto, Ed. D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Dr. Sri Wening, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Sri Widarwati, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 5. Sri Emy Yuli Suprihatin, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penyusun demi kesempurnaan Proyek Akhir ini.
Seluruh dosen pengampu yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun laporan Proyek Akhir ini yang dapat penulis tidak sebutkan satu persatu. Demikian laporan ini dibuat, semoga laporan Proyek Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Yogyakarta, Penyusun
Nur Wulan Rakhmandari
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Batasan Istilah ................................................................................. 3 C. RumusanMasalah .............................................................................. 5 D. Tujuan ............................................................................................... 5 E. Manfaat ........................................................................................... 6 BAB II. KAJIAN TEORI................................................................................. 8 A. KONSEP GARAPAN TARI........................................................... 8 1. PENGERTIAN TARI ............................................................... .. 8 2. JENIS – JENIS TARI ................................................................. 11 a. Tari Tradisional .................................................................... .. 11 b. Tari non tradisional .............................................................. . 12 3. KONSEP TARI PANGIMPEN .......................................... . 13 a.Karakteristik Tari Pangimpen ............................................... 13 b.Alur Cerita Tari Pangimpen .................................................. 14 c. Tema Tari Pangimpen............................................................. 15 d. Plot Adegan Tari Pangimpen.................................................. 15 e. Mode Penyajian Tari Pangimpen............................................. 16 f. Lighting Tari Pangimpen ......................................................... 17 B. SUMBER IDE ................................................................................. . 20 1. Pengertian Sumber Ide ............................................................... 21 a.Macam – macam Sumber ide .................................................. 21 b. Cara Pengambilan Sumber Ide .............................................. 21 2. Tari Pangimpen ........................................................................... 23 3. Sumber Ide Baju Teluk Belanga ................................................. 25 C. DISAIN ........................................................................................... 29 1. Unsur dan Prinsip Disain ........................................................... 30 a. Unsur Desain ........................................................................ 31 b. Prinsip-Prinsip Desain.......................................................... 48
ix
2. Desain Kostum. .......................................................................... a. Pengertian Desain Kostum ................................................... b. Penggolongan desain............................................................ c. Teknik Penyajian Gambar .................................................... 3. Desain Hiasan Kostum Tari ....................................................... 4. Desain Pelengkap Kostum Tari .................................................. D. Kostum Tari .................................................................................... 1. Pengertian Kostum Tari ............................................................. 2. Penggolongan Kostum Tari ....................................................... 3. Karakteristik Kostum Tari.......................................................... a. Model atau Siluet Kostum Tari ............................................ b. Bahan Kostum Tari .............................................................. c. Warna Kostum Tari .............................................................. d. Tekstur Bahan Kostum Tari ................................................. 4. Pola Kostum Tari ....................................................................... a. Pengambilan Ukuran ............................................................ b. Metode atau Sistem Pembuatan Pola kostum Tari ............... 5. Teknologi Kostum Tari .............................................................. a. Teknologi Penyambungan (Kampuh) .................................. b. Teknologi Interfacing .......................................................... c. Teknologi Facing ................................................................. d. Teknologi Interlining .......................................................... e. Teknoligi Lining ................................................................... 6. Teknologi Pengepresan .............................................................. E. PENCIPTAAN KOSTUM TARI TOKOH GAGAHAN PRIA DENGAN SUMBER IDE “ BAJU TELUK BELANGA”............. F. PENTAS TARI “ KOLABORASI SENDIKAR ” ..........................
59 60 61 64 69 72 75 75 76 77 78 79 80 82 83 84 87 90 90 92 92 93 93 94 96 108
BAB III. PROSES PEMBUATAN DAN GELAR SENI TARI ...................... 114 A. PROSES PEMBUATAN KOSTUM TARI .................................... 114 1. Persiapan .................................................................................... a. Pembuatan Gambar Kerja Kostum Tari ............................... b. Pengambilan Ukuran ............................................................ c. Pembuatan Pola Kostum Tari ............................................... d. Perancangan Bahan dan Harga............................................. e. Penyusutan Bahan ................................................................ 2. Pelaksanaan ................................................................................ a. Peletakan Pola pada Bahan................................................... b. Pemotongan dan Pemberian Tanda Jahitan.......................... c. Penjelujuran dan Penyambungan ......................................... d. Evaluasi Proses I .................................................................. e. Penjahitan ............................................................................. f. Evaluasi Proses II.................................................................. 3. Evaluasi Hasil ............................................................................
114 114 122 123 139 147 147 147 148 148 151 151 153 153
x
B. MENAMPILKAN KOSTUM TARI ............................................... 155 1. Persiapan .................................................................................... 155 a. Membentuk Panitia Pagelaran Tari ......................................... 155 b. Menentukan Tema ................................................................... 161 c. Menentukan Tujuan Pelaksanaan ............................................ 161 d. Menentukan Waktu dan Tempat Penyelenggaraan ................. 161 e. Menentukan Anggaran ............................................................ 162 2. Pelaksanaan ................................................................................ 163 3. Evaluasi Hasil ............................................................................ 165 C. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 167 a. Proses Penciptaan Kostum ................................................................ 167 b. Proses Pembuatan Kostum ................................................................. 168 c. Pelaksanaan Pagelaran Tari ................................................................ 169 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 173 A. KESIMPULAN ............................................................................... 173 B. SARAN ........................................................................................... 175 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 177
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kostum Klono Topeng ..................................................................
23
Gambar 2. Baju Teluk Belanga ........................................................................ 27 Gambar . Denah Panggung Gelar Seni Tari ” Kolaborasi Sendikar”............
109
Gambar 3. Sketsa Dersain Skala 1 : 6 .............................................................
101
Gambar 5. Gambar Presentasi Bagian Depan Skala 1 : 6 .............................. 102 Gambar 6. Gambar Presentasi Bagian Belakang Skala 1 : 6.. ......................... 103 Gambar 7. Disain Hiasan kemeja tanpa lengan dengan payet daun Bagian Depan Skala 1 : 6......................................................................................... 104 Gambar 8.Disain Hiasan kemeja tanpa lengan dengan payet daun Bagian Belakang Skala 1 : 6 ..................................................................... . 105 Gambar 9. Gambar Kerja kemeja tanpa lengan Bagian Depan Skala 1 :6....... 115 Gambar 10. Gambar Kerja kemeja tanpa lengan Bagian Belakang Skala 1: 6.. 116 Gambar11. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Depan Skala 1: 6 ................. 117 Gambar 12. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Belakang Skala 1 :6 .......... 118 Gambar 13.Gambar Kerja Celemek Panggul Bagian Depan Skala 1: 6 .........
119
Gambar 14. Gambar Kerja Celemek Panggul Bagian BelakangSkala 1 :6 ..... 120 Gambar 15.Gambar Kerja Hiasan Rompi Skala1: 6.......................................
121
Gambar 16. Gambar Pola Dasar Kemeja Pria Bagian depan dan Belakang Skala 1 : 6 .....................................................................................
124
Gambar 17. Pola Krah Shanghai Skala 1 : 6 ................................................... 126 Gambar 18 . Pola kemeja tanpa lengan Bagian Depan dan Belaka Skala 1: 6
127
Gambar 19. Mengubah Pola kemeja tanpa lengan bagian depan dan belakang 128 Gambar 20. Pola Celana panji bagian depan Skala 1 : 6.................................. 129 Gambar 21. Pola celana panji bagian belakang Skala 1 : 6 .............................. 130 Gambar 22. Pecah Pola celana panji bagian depan dan belakang ban pinggang dan kikik Skala 1 : 6............................................................................. 131 Gambar 23. Pola Celemek panggul susun I Skala 1 : 6 .................................. 132 Gambar 24. PolaCelemek Panggul susun II Skala 1 : 6 ................................... 133 Gambar 25. Pecah Pola Celemek Panggul susun I dan II Skala 1 : 6 .............. 135
xii
Gambar 26. Pecah Pola Jabot Skala 1 : 6 ......................................................... 136 Gambar 27. Pola Ban Pinggang Skala 1 : 6 ..................................................... 137 Gamabar 28. Pola Sampur Skala 1 : 6............................................................. 141 Gambar 28. Rancang Bahan Sampin dan Jabot Skala 1: 6 .............................. 142 Gambar 29. Rancang Bahan Kain Sampur dan ban pinggangSkala 1:6 .......... 143 Gambar 30. Rancang Bahan Furing Skala 1: 6 ............................................... . 144
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perancangan Bahan dan Harga .......................................................... 117 Tabel 2. Evaluasi Proses I ................................................................................ 150 Tabel 3. Evaluasi Proses II ............................................................................... 153
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Penari Tampak Depan Lampiran 2. Foto Penari Tampak Samping Lampiran 3. Foto Penari Tampak Belakang Lampiran 4. Foto Penari Bersama Desainer Lampiran 5. Foto Kolaborasi Penari Bersama Desainer
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Indonesia
adalah
negara
yang
kaya
dengan
keaneragaman
kebudayaan, salah satunya yaitu tari. Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Kesenian tari semakin berkembang dengan kreasi baru baik kostum maupun gerakan tari. Dalam kesenian tari yang ada di Indonesia ada 2 macam tarian yaitu tari tradisional dan tari non tradisional. Tari tradisional adalah tari yang memiliki sifat sifat kelanggengan dan ciri khas setiap gerakan tarianya. Gerak gerik tari tradisional memiliki susunan yang telah diatur dari hasil pemikiran yang jelas. Dalam setiap gerak gerik tarianya memiliki arti dan filosofi. Tari non tradisional adalah tari yang sudah berkembang dari pemikiran tarian terdahulu. Tari non tradisinal tidak memiliki filosofi atau sejarah. Kostum Tari adalah busana atau kostum yang dipakai untuk penari. Hubungan antar keduanya sangat berkaitan menurut Harry Bernstein, seorang ahli tari dari Universitas Adelphi, kesan tarian dapat ditingkatkan dengan unsur – unsur yang erat hubungannya. Kostum tari merupakan unsur dari sebuah tarian. Jika kita menonton sebuah tarian dan menghayatinya, maka
1
2
tarian itu merupakan kesatuan yang kostum tari termasuk didalamnya. Oleh sebab itu kostum tari sangat membantu tarian untuk menciptakan suatu karakter tertentu. Dalam menciptakan kostum tari tentunya penyusun harus menciptakan kostum tari yang nyaman dan sesuai dengan karakter penari. Selain itu penyusun juga harus melihat unsur gerak dari si penari. Apabila karakter penarinya berkarakter tegas, tentunya penyusun harus menciptakan kostum tari yang menggambarkan unsur tegas. Hal ini dikarenakan kostum tari dapat menyembunyikan kepribadian penarinya dan yang tampak adalah gambaran tokoh atau karakter dari penarinya. Oleh karena itu, untuk menciptakan kostum tari sebaiknya kita harus mengetahui tema dari tari yang akan dibawakan.Tari Pangimpen termasuk dalam tari kontemporer, kreasi baru serta drama tari karena tari Pangimpen merupakan gubahan Tari Klana Topeng yang diciptakan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Tari ini berceritakan tentang kisah percintaan antara Panji Klana Sewandana dengan Dewi Sekartaji. Alur yang terkandung dalam cerita ini adalah alur maju, dimana panji Klana Sewandana jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji, tetapi cinta itu hanyalah angan – angan, karena Dewi sekartaji tidak mencintai Panji Klana Sewandana. Dalam cerita ini tokoh Panji memiliki kepribadian pemberani dan tegas, sehingga karakter tersebut dapat dijadikan latar belakang dalam membuat desain kostum tari. Karya Proyek Akhir ini dibuat dengan tema “Kostum Tari”. Dalam tema tersebut penyusun dapat menyimpulkan bahwa kostum tari terdiri dari berbagai macam jenis, baik kostum tari Tradisional maupun Non Tradisional.
3
Disamping itu Indonesia memiliki beranekaragam tari daerah yang memiliki ciri khas masing- masing Hal tersebut menginspirasikan mahasiswa untuk menciptakan
suatu
karya
kostum
yang
kreatif
dan
inovatif
tanpa
menghilangkan ciri khas dari kostum tarian daerah tersebut. Dengan demikian karya Proyek Akhir dengan judul “Kostum Gagahan Pria dalam Tari Pangimpen dengan Sumber IdeBaju Teluk Belanga”, penyusun tertarik untuk menciptakan kostum tari Gagahan Pria karena memiliki batasan dari segi karakter baik sifat yang tegas, pemberani, dinamis dan romantis. Sumber ide yang diambil adalah sumber ide yang dapat menggambarkan karakter dari tokoh Gagahan Pria yaitu sifat tegas dan pemberani. Sumber ide diambil dari Baju Teluk Belanga, baju yang biasa dipakai oleh kaum melayu pria. Baju tersebut berupa songkok pada kepala, baju koko, sampin, dan celana panjang dengan motif pucuk rebung. Berdasarkan kajian diatas maka Tari Pangimpen termasuk dalam tari kontemporer, kreasi baru, dan drama tari. Pada Proyek Akhir ini penyusun tertarik mengambil Sumber Ide Baju Teluk Belanga dengan menerapkan bentuk sampin pada bagian lingkar panggul, dimana bentuk tersebut menggambarkan karakter tokoh Gagahan Pria yaitu tegas, pemberani, dinamis dan romantis
A. BATASAN ISTILAH Untuk memperjelas maksud dan tujuan dari penulisan laporan Proyek Akhir ini, maka penyusun merasa perlu memberikan batasan
4
pengertian dari setiap istilah yang akan digunakan dalam proyek akhir ini, meliputi : 1. Kostum Tokoh Gagahan Pria Kostum tari yang dikenakan oleh tokoh Gagahan Pria dalam Tari Pangimpen yang mempunyai karakter tegas, dinamis, pemberani, dan romantis. 2. Tari pangimpen Tari Pangimpen” merupakan karya tari yang bersumber pada Tari Klono Topeng Gaya Yogyakarta yang sudah dikembangkan menjadi tari kontemporer. Tari pangimpen ini mengisahkan tentang khayalan percintaan seorang raja yang sedang jatuh cinta pada seorang putri. Seperti halnya tari Klono Topeng yang bertemakan percintaan karya tari ini juga bertemakan percintaan. 3. Sumber Ide Sumber ide adalah segala sesuatu yang sebagai dijadikan sumber inspirasi bagi seorang desainer untuk menciptakan suatu gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif. 4. Baju Teluk Belanga Baju Teluk Belanga adalah salah satu busana yang termasuk Busana Adat Riau, Busana Adat Riau sering juga disebut Busana Melayu dalam Proyek Akhir ini dibatasi dengan busana yang dipakai oleh kaum pria terdiri dari tanjak atau songkok pada kepala, baju koko, mengenakan kalung dukuh, keris, pending, untuk ikat pinggang,
5
sampin yang panjangnya sampai diatas lutut, celana panjang pada bagian bawah memakai motif pucuk rebung, selop. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka penjelasan yang dimaksud judul tersebut adalah penyusun menciptakan kostum tari gagahan pria dengan mangambil sumber ide Baju Teluk Belanga yaitu cirri khusus dari sampin yang dikhususkan pada bentuk dari hasil lilitan sampin.
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam laporan proyek akhir ini, yaitu: 1. Bagaimana mencipta desain Kostum Gagahan Pria dengan sumber ide “Baju Teluk Belanga” ? 2. Bagaiamana membuat Kostum Gagahan Pria dengan sumber ide “ Baju Teluk Belanga”? 3. Bagaimana menampilkan kostum gagahan pria dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga pada pagelaran SENDIKAR ( Seni Pendidikan Karakter) ?
D. TUJUAN Sesuai dengan rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
6
1.
Dapat menciptakan desain Kostum Gagahan Pria dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga.
2.
Dapat membuat Kostum Gagahan Pria dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga.
3.
Dapat menampilkan Kostum Gagahan Pria dalam tari Pangimpen dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga dalam suatu pagelaran tari yang bertema “Kolaborasi SENDIKAR”.
E.
MANFAAT Adapun manfaat dari Proyek Akhir ini antara lain : 1. Bagi Penyusun a. Dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan kostum tari dan filosofinya. b. Dapat mengasah, dan menerapkan kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang dimiliki kedalam karya nyata yang dituangkan pada kostum tari. c. Dapat mendorong, memotifasi dan melatih agar lebih kreatif dalam menciptakan karya baru. d. Mencipta kostum maupun busana tidak hanya terpancang pada pagelaran ataupun fashion show. Akan tetapi dapat juga diapresiasikan dengan kolaborasi dengan seni tari.
7
2. Bagi Progam Studi a. Untuk memberikan referensi
kostum tari yang dapat dijadikan
inspirasi dalam mencipta desain dan karya baru. b. Melahirkan desainer-desainer yang handal sehingga mampu bersaing di dunia luar. c. Mensosialisasikan karya cipta mahasiswa Program Studi Teknik Busana, Universitas Negeri Yogyakarta kepada masyarakat dan dunia industri busana. d. Mengembangkan kostum tari menjadi lebih luas. 3. Bagi Masyarakat a. Memperoleh
wawasan
tentang
berbagai
macam
busana
dan
perkembanganya. b. Memperoleh informasi bahwa mahasiswa Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mampu menciptakan hasil karya kostum tari yang dapat diterima oleh pengamat mode maupun kalangan masyarakat. c. Dapat menjadi ide baru dalam mempertunjukkan busana tidak hanya diwujudkan dalam fashion show tetapi juga dapat diapresiasikan lewat pertunjukan tari – tarian atau pentas seni.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. KONSEP GARAPAN TARI Konsep dalam membuat kostum tari, hal yang sangat penting adalah memahami konsep sebuah tarian. Agar karakter tari yang diciptakan dapat sesuai dengan konsep tari yang di pentaskan. Secara umum karakter tari dapat dipahami melalui pengertian tari, jenis – jenis tari, dan konsep tari pangimpen. Berikut uraian secara rinci : 1. Pengertian Tari Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Tari juga bisa diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu. Tari merupakan salah satu unsur atau elemen kebudayaan dan juga merupakan perilaku estetis yang dimiliki oleh setiap manusia. Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins, 1990 : 2). Menurut Sunaryadi
9
( 2000 : 1 ) perbedaan bentuk tari sangat dipengaruhi oleh nilai- nilai sosial budaya yang berlaku pada komunitas masing- masing. Seni pada hakikatnya merupakan upaya dari manusia untuk mengintepretasikan kembali pengalaman hidupnya ( Jazuli, 1994 :14 ). Sebuah karya tari yang diciptakan manusia sebagai bentuk ekspresi budaya dan merupakan ungkapan sosialnya sehingga karya seni diciptakan oleh manusia, tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga untuk kebutuhan orang lain (Wadiyo, 2006 : 141). Menurut Sodjono ( 1996:6 ) tari adalah bentuk ciptaan manusia yang dapat menimbulkan perasaan tertentu pada seseorang. Bastom ( 1992 : 10) menyatakan bahwa tari berasal dari rasa indah yang terkandung dalam jiwa orang dilahirkan dengan perantaraan alat- alat komunikasi, ke dalam bentuk yang dapat dilengkapi oleh indera. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukan bahwa tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis yang diciptakan manusia sebagai bentuk ekspresi . Dalam proses penyelenggaraan tari terbagi hal- hal yang perlu diperhatikan diperoleh adalah : konsep garpan tari yang meliputi : jenis- jenis tari, konsep Tari pengimpen, alur cerita, tema, plot adegan, model penyajian dan lighting tari. Agar lebih jelas berikut ini akan diuraikan secara rinci:
10
2. Jenis – Jenis Tari Jenis jenis tari tidak banyak penggolongannya. Melalui media gerak tubuh manusia dipakai untuk mengungkapkan ide- ide, perasaan dan pengalaman sang seniman untuk menciptkan tari menjadi kreasi baru. Sehingga perkembangan kebudayaan Indonesia menjadi meningkat dengan keaneragaman jenis tari. Jenis jenis tari digolongkan menjadi dua macam yaitu tari tradisional dan tari non tradisional, yang akan penyusun uraikan dibawah ini : a) Tari Tradisional Tari Tradisional adalah tari yang memiiki sifat – sifat kelanggengan dan ciri khas disetiap gerakan tariannya. Gerak gerik tari tradisional memiliki susunan yang telah diatur dari hasil pemikiran yang jelas. Setiap gerakannya memiliki arti dan filosofi. Contoh Tari Tradisional yaitu : a) Tari Gebyok anting anting b) Tari Kecak Bali c) Tari KumbangYogyakarta d) Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta e) Tari Golek Ayun-Ayun Yogyakarta f) Tari Tepak Sumatra Selatan g) Tari Merak Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tari
tradisional adalah tari yang tidak dapat dirubah karena memiliki filosofi dan arti di setiap gerak geriknya. Sehingga kebudayaan tari tradisional perlu dilestarikan oleh generasi – generasi bangsa Indonesia.
11
b) Tari non Tradisional Tari non Tradisional adalah tari yang sudah berkembang dari pemikiran tarian yang terdahulu. Tari non tradisional tidak memiliki filosofi atau sejarah. Menurut perkembanganya tari non tradisional sudah dikembangkan menjadi dua yaitu tari kontemporer dan tari kreasi baru. Tari Kontemporer yaitu tari yang digarap sesuai perkembangan jaman pada saat ini. Contoh dari tari kontemporer adalah: a) b) c) d)
Tari wek-wek karya Didik nini towok Tari yapong karya Bagos Kussudihardjo Tari Wira Pertiwi karya Wiwik. Tari Pengimpen karya LintangWidati P dan Hermawan Sinung N.
Sedangkan Tari Kreasi Baru yaitu Tari yang tidak mengacu pada filosofi dan tidak bersumber pada tari tradsional.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tari non Tradisional adalah tari yang sudah dikembangkan tetapi tidak meninggalkan ciri khas tarian tersebut. Tari Pengimpen merupakan jenis tari kontemporer yang mengambil sumber ide dari Tari Klana Topeng gaya Yogyakarta, yang sudah dikembangkan menjadi tarian kontemporer sehingga gerakan tarian semakin bervariasi tanpa meninggalkan ciri khas tarian Klana Topeng Gaya Yogyakarta. Dalam pagelaran seni tari dengan tema ”Kolaborasi SENDIKAR”
12
3. Konsep Tari Pengimpen Konsep adalah suatu rencana atau susunan agar dalam berkarya nanti mempunyai gambaran yang jelas. Dalam konsep Tari Pengimpen ini bersumber
pada
Tari
Klana
Topeng
Gaya
Yogyakarta.
Dengan
mengembangkan gerak- gerak Tari Tradisional Gaya Yogyakarta yang sudah ada disesuaikan dengan ide garap dan kreatifitas penata tari, sehingga menjadi suatu bentuk karya tari yang dapat dinikmati. Ada 4 konsep Tari Pengimpen yaitu : a). Karakteristik Tari Pangimpen 1.
Tari pangimpen termasuk tipe tari dramatik. Tari Dramatik adalah Tari yang memusatkan perhatian pada sebuah kejadian atau peristiwa dengan memaparkan cerita. Begitu juga dengan Tari pangimpen. Tari Pangimpen memusatkan perhatian pada sebuah kejadian yaitu percintaan. Khayalan seorang raja yang sedang jatuh cinta dengan seorang putri.
2. Tari Pengimpen memiliki dua karakter yaitu karakter gagahan untuk putra dan alusan untuk putri. 3. Dalam garapan Tari Pengimpen memerankan dua tokoh yaitu Tokoh Panji dan Dewi Sekartaji, yang mana Tokoh Panji memiliki empat karakter yaitu tegas, pemberani, gagah, dan romantis. Sedangkan Dewi Sekartaji juga memiliki empat karakter yaitu anggun, lembut, rendah hati dan sabar yang diperankan oleh empat
13
penari Gagahan Putra dan empat penari Alusan Putri yang setiap penari memerankan satu karakter Panji dan Dewi Sekartaji. 4. Tari Pengimpen berjumlah 8 penari, yang terdiri dari 4 penari putri memerankan tokoh Alusan dan 4 penari putra memerankan tokoh Gagahan. 5. Orientasi pada garapan Tari Pengimpen merupakan garapanTari Kontemporer. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Konsep adalah Pembuatan rencana supaya dalam mencipta suatu ide mempunyai gambaran yang jelas. Konsep Tari Pengimpen bersumber dari Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta yang mengambil dua tokoh yaitu Panji dan Dewi Sekartaji yang diperan oleh empat tokoh Gagahan Putra dan empat tokoh Alusan Putri pada Tari Pengimpen. b) Alur Cerita Tari Pangimpen Alur adalah suatu cerita dari peristiwa keperistiwa lainya sehingga menimbulkan cerita yang utuh dan berkesinambungan. Dalam garapan Tari Pengimpen ini menggunakan alur maju. Alur maju adalah menceritakan garapan tari yang menggambarkan peristiwa atau cerita secara runtut dari awal sampai akhir. Dalam hal ini Tari Pengimpen menceritakan adegan awal, tengah dan akhir peristiwa yaitu dari peristiwa pemuda berkhayal bertemu dengan pujaan hati kemudian memadu kasih dengan pujaan hati dan akhir terbangun dari tidur dan terkejut serta merasa kecewa, marah dan sedih ternyata semua hanya hayalan saja.
14
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita adalah suatu peristiwa keperistiwa lainya sehingga menimbulkan cerita yang utuh. Alur cerita pada Tari Pengimpen menggunakan alur maju, yang menceritakan kisah percintaan dari awal, tengah dan akhir sehingga menjadi cerita yang utuh. c) Tema Tari Pengimpen Tema adalah pokok pikiran, gagasan utama atau ide dasar yang menjadi dasar pencitaan suatu tari. Tema yang diangkat dalam penggarapan Tari Pengimpen adalah tema pencintaan yang bersumber ide dari kisah Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta yaitu kisah percintaan Tokoh Panji dan Dewi Sekartaji. Kisah percintaan Panji Dan Dewi Sekartaji diperan oleh Tokoh Gagahan Putra dan Tokoh Alusan Putri dalam Tari Pengimpen. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa tema Tari Pengimpen merupakan tema pencintaan yang diperan oleh Gagahan Putra dan Alusan Putri. d) Plot Adegan Tari Pengimpen Plot adalah suatu urutan cerita dari suatu peristiwa keperistiwa lainya atau adegan cerita. Dalam garapan Tari Pengimpen ini terbagi dalam beberapa adegan, yaitu: a. Introduksi
: Khayalan atau halusinasi.
b. Adegan I
: Kegelisahan karena sedang kasmaran.
c. Adegan II
: Mimpi bertemu dengan pujaan hati.
15
d. Adegan III ending
: Kecewa, sedih, marah,karena semua hanyalah
mimpi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa plot adegan Tari Pengimpen menggambarkan sosok pemuda yang kasmaran
terhadap
kecantikan Dewi Sekartaji. Dalam plot adegan Tari Pengimpen ini terbagi menjadi 3 adegan yang berurutan. e) Mode Penyajian Tari Pengimpen Mode penyajian adalah segala sesuatu yang disajikan atau ditampilkan dari awal sampai akhir untuk dapat dinikmati atau dilihat didalamnya mengandung unsur- unsur nilai nilai keindahan yang disampaikan oleh pencipta kepada penikmat. Mode penyajian dalam garapan
Tari
Pengimpen
ini
menggunakan
mode
penyajian
representasional. Menurut Jazuli (1994 : 5) tari berdasarkan bentuk geraknya dibedakan menjadi dua yaitu Tari representasional dan tari non representasional. Tari representasional adalah tari yang menggambarkan sesuatu dengan jelas. Sedangkan tari non representasional adalah tari melukiskan sesuatu secara simbolis biasanya menggunakan gerakgerakan maknawi. Gerak maknawi adalah gerak-gerakan yang memiliki maksud atau arti dari melambangkan suatu hal. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa Mode penyajian adalah segala sesuatu yang disajikan atau ditampilkan dari awal sampai akhir untuk dapat dinikmati. Dalam Tari Pengimpen menggambarkan peristiwa secara jelas yaitu kisah percintaan Gagahan putra terhadap
16
Alusan Putri yang diceritaan dari awal sampai akhir cerita sehingga mudah dipahami oleh penonton. e) Lighting Tari Pengimpen Lighting atau pencahayaan sebuah pementasan adalah tata lampu atau pencahayaan yang dapat memperjelas suatu gerakan dan cerita. meliputi pementasan teater, tari, opera, ballet atau konsert boleh dipersembahkan di mana-mana saja. Menrut ( Riverra monarie ) Lighting atau pencahayaan adalah seperangkat penataan lampu untuk keperluan pementasan tari. Berfungsi untuk penerangan. penciptaan suasana atau untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan, yang diperlukan tidak hanya sekumpulan pemain dan penonton. Namun, kehadiran atau kewujudan elemen tambahan seperti set, properti dan pencahayaaan bukan saja akan memperkayakan lagi bentuk persembahan namun memperkayakan mutu persembahan pemain dan meningkatkan nilai estetika penonton yang menyaksikan pementasan tersebut. Pencahayaan merupakan salah satu elemen visual yang penting. Elemen pencahayaan dalam seni pementasan khususnya tarian, bertujuan untuk menerangi tubuh dan pergerakan penari, ia turut memainkan peranan sebagai agen dramatik dalam tarian, mengawal dan menarik perhatian, melakar dan membentuk image. Teknikal pencahayaan di dalam tarian tidaklah perlu serumit dalam pementasan teater. Keindahan dalam pementasan hanyalah satu elemen kecil dan bukan satu keutamaan dasar. Namun begitu pencahayaan dalam pementasan tarian mestilah dibuat secara teratur dan sistematik.
17
Pencahayaan tersebut tidak boleh dibuat sesuka hati dan sekadar untuk mencantikkan pentas dan persembahan saja. Beberapa tatacara tertentu yang perlu difahami dan dipatuhi adalah : 1. Fokus Fokus dapatlah dimaksudkan sebagai kemampuan pencahayaan yang dipancarkan untuk menarik perhatian penonton terhadap apa yang ingin ditonjolkan oleh penari. Ia boleh dilakukan dengan memberikan mood dan gabungan komposisi warna yang sesuai pada ruang atau penari yang mahu difokuskan. 2. Pergerakan Pergerakan melibatkan, perubahan cahaya yang menggambarkan pergerakan suasana dalam pementasan. Seperti terang dan gelap, perubahan waktu dan sebagainya. 3. Warna Penggunaan warna memberikan kesan yang besar kepada mood persembahan. Penggunaan warna memberikan interpretasi berbeda terhadap mood dan situasi yang digambarkan. Contohnya, warna biru yang melambangkan kesayuan. Pencahayaan amat penting untuk memberi gambaran situasi daripada masa kini ke masa silam. Menyinari gerak penari dan mempertajamkan ekspresi gerak dan tubuh penari.
Menambahkan
mood
dan
atmosfera
kepada
sesuatu
persembahan yaitu dengan permainan warna dalam pencahayaan pentas. Sebagai
contoh
warna
terang
menggambarkan
keceriaan
dan
18
keseronokan, warna sejuk menggambarkan sesuatu perasaan dan keadaan kemurungan. Low Lighting yang memberikan efek bayangbayang menggambarkan keadaan misteri dan seram. Selain itu, pencahayaan dapat mencipta komposisi dengan menunjukan pandangan mata penonton kepada elemen-elemen yang penting yaitu dengan penggunaan teknik pencahayaan fokus. Pencahayaan juga dapat mencipta dimensi terhadap objek di atas pentas. Sedangkan dalam garapan Tari Pengimpen menggunakan lighting berwarna merah dan kuning karena untuk mempertegas alur cerita dan warna maupun komposisi cahaya sesuai dengan kebutuhan konsep tari yaitu: a.) Lampu merah dengan efek cahaya redup akan memberi suasana romatis dan kasmaran. b.)
Lampu kuning dengan cahaya
redup akan memberi suasana
gelisah dan kecewa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa lighting adalah seperangkat penataan lampu untuk keperluan pementasan tari yang berfungsi untuk penerangan, penciptaan suasana atau untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan. Tari Pengimpen menggunakan lighting merah dan kuning
untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan.
Dengan demikian susunan konsep garapan Tari Pengimpen yaitu jenis tari, konsep Tari Pengimpen, alur cerita, tema, plot adegan, mode
19
penyajian dan lighting dalam pagelaran tari dengan tema ”Kolaborasi SENDIKAR”. B. SUMBER IDE Menciptakan karya atau Desain sebaiknya mengetahui tema, karakter yang akan dimunculkan untuk memperjelas menciptakan suatu karya. Ada beberapa pengertian secara umum tentang pengertian sumber ide yaitu: 1. Pengertian Sumber Ide Sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang untuk menciptakan desain ide baru (Sri Widarwati, 1996:58). Untuk mengembangkan mode Baju perlu adanya sumber ide. Sumber ide diperlukan untuk merangsang lahirnya suatu kreasi baru. Sumber ide dapat diambil dari benda-benda yang ada disekeliling kita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Untuk menciptakan kreasi baru dalam mencipta Baju. Menurut Widjiningsih, sumber ide merupakan langkah awal yang harus diperhatikan sebelum membuat sebuah desain. Sumber ide juga diartikan sesuatu atau sumber yang dapat merangsang lahirnya suatu kreasi (Widjiningsih, 2000). Dalam membuat hasil karya dengan pedoman pada sumber ide yang sudah ada berarti mengambil sebagian unsur yang terdapat pada sumber acuan untuk menciptakan karya baru. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa Sumber Ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang
untuk
menciptakan desain ide baru sehingga dapat merangsang lahirnya suatu kreasi.
20
a. Macam – macam Sumber Ide Secara garis besar sumber ide dalam menciptakan suatu desain Baju menurut Chodiyah dan Wisri (1982 : 72) dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1) Sumber ide Baju penduduk dunia termasuk pakaian - pakaian adat di suatu wilayah di dunia, contoh pakaian yang dijadikan sumber ide misalnya ceongsam (Cina), Kebaya (Jawa), kimono (Jepang). 2) Sumber ide dari peristiwa – peristiwa penting nasional maupun internasional, misalnya pakaian dari olimpiade, SEA Games, PON, hari kartini dan lain-lain. 3) Sumber ide dari benda-benda alam, misalnya bentuk dan warna pada flora dan fauna, bentuk bintang, bulan sabit, matahari. Berdasarkan macam – macam Sumber ide dalam mencipta desain busana ataupun kostum dapat mengambil salah satu dari macam – macam Sumber ide. b. Cara pengambilan Sumber Ide Dari
macam-macam
sumber
ide
tersebut
tidak
harus
mengambil secara keseluruhan, melainkan dapat mengambil bagianbagian tertentu yang dianggap penting yang menjadi ciri khas dan menarik untuk dijadikan sumber ide. Menurut Chodiyah dan Wisri A Mamdy (1998) sumber ide tersebut adalah : 1) Ciri khusus dari sumber ide, misalnya baju kimono dimana ciri khususnya terletak pada lengan dan kerah. 2) Warna dari sumber ide, misalnya warna dari bunga kamboja yang berwarna putih dan kuning. 3) Bentuk luar atau siluet dari sumber ide, misalnya bentuk burung merak. 4) Tekstur dari sumber ide, misalnya pakaian wanita Bangkok bahan yang digunakan dari bahan sutra.
21
Untuk mengembangkan sumber ide yang akan dituangkan dalam penciptaan Baju, hendaknya terlebih dahulu mengetahui detaildetail dari suatu ide yang akan dipakai. Suatu kreasi tidak terpancang dari syarat-syarat tertentu yang baku. Setiap orang akan mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap suatu sumber ide, tergantung dari mana segi penglihatanya. Oleh karena itu dengan sumber ide yang sama akan menghasilkan karya yang berbeda (Sri Widarwati, 1996 : 58). Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa cara pengambilan sumber ide itu dapat mengambil bagian-bagian tertentu yang dianggap penting yang menjadi ciri khas dan menarik untuk dijadikan sumber ide dan hendaknya terlebih dahulu mengetahui detail-detail dari suatu ide yang akan dipakai. Demikian dengan membuat kostum tari sebaiknya menentukan sumber ide untuk mengambil ciri khusus dari sumber ide tersebut, yaitu : a. Ciri khusus dari sumber ide yaitu motif dan bentuk. b. Warna dari sumber ide yaitu warna yang dapat menjadi simbol atau filosofi suatu Sumber Ide. c. Bentuk atau siluet dari sumber ide yaitu siluet A,H, I dan lainnya. d. Tekstur dari sumber ide yaitu halus dan tebal, misalnya bahan satin. Penjelasan di atas dapat dikemukan bahwa membuat kostum tari sebaiknya mempertimbangkan ciri khusus
yang diambil sebagai
22
sumber ide. Untuk penciptaan Kostum Tari Pengimpen untuk Tokoh Gagahan Pria dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga, pengambilan sumber idenya berdasarkan ciri khusus dari sumber ide tersebut yaitu bentuk dari sampin. 2.
Tari Pangimpen Tari adalah gerak tubuh yang bersinambung dalam suatu irama tertentu dan dalam suatu ruangan tertentu, dimana gerakan tersebut merupakan ungkapan rasa maupun bahasa. Sedangkan kostum adalah busana yang dikenakan dalam suatu pertunjukan atau pentas seni, busana tersebut dapat dikenakan dalam suatu pertunjukan kesenian, baik berupa drama atau tari yang dibawakan oleh satu atau lebih dari satu orang. Dalam menciptakan kostum tari, kita harus memperhatikan karakter dari tari yang akan dibawakan oleh penari, karena karakter merupakan ciri khas dari penokohan dalam tarian. Tari Pangimpen adalah tari kontemporer, hal tersebut dikarenakan tari Pangimpen bersumber pada tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta. Dengan mengembangkan gerak Tari Klana Topeng yang sudah ada disesuaikan dengan ide garap dan kreatifitas penata tarinya, sehingga menjadikan suatu karya tari yang dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat. Tari Klana Topeng yang bertemakan percintaan ini berceritakan tentang Panji Klana yang merupakan raja Lesanpura, ia jatuh hati kepada Dewi Sekartaji. Tetapi cintanya itu hanyalah angan- angannya
23
saja, karena Dewi Sekartaji telah menjadi permaisuri dari Panji Inu Kertapati, raja dari kerajaan Jenggala. Sehingga keinginan Panji Klana Suryawasesa untuk mendapatkan Dewi Sekartadji hanya khayalan saja.
Gambar 1. Kostum Tari Klono Topeng Gagah
24
3.
Sumber Ide Baju Teluk Belanga Dalam mengembangkan suatu rancangan Baju, perlu adanya sumber
ide. Dimana sumber ide itu diperlukan untuk merancang lahirnya suatu kreasi yang baru. Sumber ide yang diambil penyusun adalah Baju Teluk Belanga. Baju Teluk Belanga adalah salah satu Baju adat yang berada di Indonesia. Yaitu Baju melayu Riau. Dalam hal ini penyusun beranggapan bahwa Baju
suatu daerah harus dilestarikan, karena itu merupakan
warisan budaya bangsa. Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan aneka ragam kebudayaan daerah. Kebudayaan itu tersebar merata di seluruh propinsi di tanah air. Tiap-tiap daerah di Indonesia mempunyai budaya dan adat istiadat masing-masing. Baju adat merupakan salah satu jenis tradisi kebudayaan yang khas dari suatu daerah. Baju adat juga termasuk bagian dari adat istiadat daerah setempat. Bentuknya merupakan cerminan dari norma dan adat istiadat daerah bersangkutan. Memelihara keberadaan baju adat merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan daerah yang akan menjadi cikal bakal kebudayaan nasional Indonesia. Indonesia memiliki aneka ragam dan model baju adat. Baju - baju ini secara jelas akan tergambar pada berbagai acara resmi misalnya resepsi pernikahan. Meskipun demikian, tak sedikit dari para generasi muda yang enggan mengenakan pakaian adat di daerahnya. Alasannya tentu saja sederhana, tidak tren dan terkesan kampungan. Riau sebagai salah satu propinsi pusat peradaban melayu di tanah air juga memiliki baju adat yang cukup bervariasi. Desain baju adat Riau yang panjang dan hampir
25
menutupi tubuh si pemakai mencerminkan tradisi melayu sebagai kebudayaan yang diidentikkan dengan nilai-nilai keIslaman. Budaya melayu banyak mengadopsi kebudayaan Islam sebagai sumbernya. Salah satu contoh lain yang membuktikan kedekatan budaya melayu dengan nilai-nilai Islam adalah adanya huruf arab melayu. Tulisan arab melayu merupakan jenis tulisan melayu yang diukir menggunakan huruf-huruf arab, bacaan dan ejaannya tetap sama yakni melayu atau Indonesia. Dalam masyarakat Riau kepangkatan atau garis keturunan menjadi dasar pada perbedaan cara berBaju. Meskipun bentuk dan coraknya sama namun bahan pembuatannya benar benar berbeda. Kain sutera sangat biasa dijumpai oleh kaum bangsawan. Baju Teluk Belanga terdiri dari tanjak digunakan untuk menutup kepala, pada baju menggunakan baju koko, pelengkap Bajunya menggunakan kalung dukuh, keris pada bagian depan, pending untuk ikat pinggang, sampin dari bahan songket yang digunakan untuk menutupi celana hingga sebatas lutut, celana panjang pada bagian bawah menggunakan corak pucuk rebung, selop (Siti Dloyana Kusumah, 1997) Setiap lekaki Melayu, lebih-lebih para bangsawan, mengenal pakaian tradisional yang disebut sebagai Baju Teluk Belanga. Pada kesempatan lain, yaitu ketika bepergian, tentunya pakaian yang dikenakan beserta kelengkapannya tidak sama persis ketika berada di rumah. Namun, jika seseorang akan pergi jauh (keluar dari daerahnya) bukan baju kurung lagi yang dekenakannya, melainkan “Baju nasional”, sebagaimana orang-
26
orang dari golongan etnik (sukubangsa) lainnya di Indonesia. Baju koko tersebut dilengkapi dengan celana yang merupakan pasangannya. Baju koko dan celana panjang yang terbuat dari bahan yang sama atau satu sut (umumnya satin atau kilat barat). Sampin adalah kain sarung yang dililitkan di pinggang sebagaimana orang memakai sarung. Bedanya, jika tanpa celana panjang, sarung itu sampai ke pergelangan kaki. Akan tetapi, jika memakai celana yang merupakan pasangan baju atasan maka panjang sampin kurang lebih hanya sampai sebatas lutut. (www.kiwod.com/pakaian-bangsawan-khas-riau/) Untuk kaum pria yang belum menikah panjangnya diatas lutut, dan untuk kaum pria yang sudah menikah penggunaan sampin beberapa centimeter dibawah lutut. Sampin itu sendiri berada di luar baju koko, sehingga menutupi kedua saku bawah baju. "Sampin" adalah dari "sampingan" yang berarti sebuah "iringan" atau "aksesori", dari baju atau pakaian. ( Wikipedia. ) Dari Baju Adat Riau tersebut, maka penyusun merancang dan menciptakan Baju atau costume tari yang bertema Global “ Kostum Tari Kontemporer” dengan mengambil ciri khusus dari sumber ide yaitu bentuk dari sampin. Tetapi setelah mengalami perubahan desain dari Baju Adat menjadi Kostum tari. Penyusun merancang dan mengembangkan sumber ide Baju Teluk Belanga, dengan perkembangan secara bertahap. Kostum tari bagian mengenakan atasan Baju atasan yaitu Kemeja tanpa lengan. Namun pada dasarnya Tari Pangimpen yang mengacu pada Tari Klono Topeng. Kostum tari yang penyusun buat adalah pada atasan tidak mengenakan kostum hanya mengenakan sampur yang disilangkan di
27
badan. Dalam kostum tari ini penyusun mengembangkan menjadi kostum atasan yang tidak berlengan dengan bentuk menyilang. Sehingga terlihat seperti kaweng dalam ciri khas tari Gagahan Pria. Pada pinggang menggunakan
celemek
panggul.
Celemek
pengembangan dari sampin.
Gambar 2. Baju Teluk Belanga Sumber : de.academic.ru
panggul
adalah
hasil
28
C. DESAIN Dalam pembuatan atau merancang suatu model Baju, terlebih dahulu harus membuat desain Baju. Dalam memilih suatu desain Baju diperlukan pengetahuan, dan ketelitian agar dapat memilih desain yang tepat sesuai keinginan kita. Desain Baju merupakan bentuk mengekspresikan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk benda atau karya. Desain merupakan suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda yang dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur (Sri Widarwati, 1993 :2). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa desain adalah hasil akhir dari sebuah proses pemikiran atau ide kreatif yang dibuat berdasarkan susunan dari garis bentuk warna dan tekstur. Dalam pembuatan desain Baju pengetahuan mengenai unsur – unsur dan prinsip – prinsip desain perlu diketahui dan dipelajari ( Sri Widarwati, 1993 : 2). Menurut Widjiningsih ( 1992 : 2 ) desain adalah suatu rancangan gambar yang nantinya akan dilaksanakan dengan tujuan tertentu, yang berupa susunan garis, bentuk, warna, dan tekstur. Sedangkan menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 1) desain dapat diartikan rancangan sesuatu yang dapat diwujudkan pada benda nyata atau prilaku manusia yang dapat dirasakan, dilihat, didengar dan diraba. Menurut (Atisah Sipahelut & Petrussumadi, 1991 : 9) desain ialah pola rancangan yang menjadi dasar pembuatan suatu benda buatan. Atas dasar pengertian desain di atas dapat disimpulkan bahwa desain adalah rancangan yang tersusun dari garis,
29
bentuk, ukuran, warna, dan tekstur menjadi satu kesatuan yang menarik antara bagian yang satu dengan lainnya. Desain terbagi menjadi dua, yaitu desain struktur dan desain hiasan. Desain struktur adalah Desain yang berdasarkan bentuk, ukuran, warna, dan tekstur dari suatu benda, baik bentuk benda yang mempunyai ruang maupun gambaran dari satu benda. Desain hiasan adalah desain yang berfungsi untuk memperindah sautu benda. Desain hiasan dapat berupa garis, warna, atau bahan – bahan lain. Pada desain Baju hiasan ini dapat berupa krah, bordir , pita hias, biku, manik- manik, dan lain – lain. 1. Unsur dan Prinsip Desain Unsur-unsur desain Baju atau elemen-elemen desain yaitu segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyusun suatu rancangan. Agar desain yang akan dibuat menjadi indah dan sesuai dengan kegunaan, maka perlu cara penyusunan unsur – unsur tersebut. Selain itu juga harus mengetahui bagian bagian Baju dan pelengkap Baju agar dapat memilih dan menerapkannya didalam desain Baju yang baik, sehingga dapat tercipta Baju yang selaras serasi dan seimbang. Menurut Sri Widarwati (1993) ada beberapa unsur desain yang harus diketahui yaitu : Unsur-unsur dan prinsip-prinsip Desain adalah pengetahuan yang dapat digunakan oleh seorang desainer untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembuatan Desain (Chodiyah & Wisri A Mamdy, 1982: 48). Unsur dan prinsip desain Baju dengan kostum tari memiliki unsur dan prinsip yang sama dalam menciptakan suatu Baju yaitu:
30
a. Unsur Desain Unsur-unsur desain adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyusun suatu rancangan (Sri Widarwati, 2000 : 7). Unsur desain adalah unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain, sehingga orang
lain
dapat
membaca
desain
itu
(Atisah
Sipahelut
Petrussumadi,1991 : 24). Unsur-unsur Desain adalah unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan Desain, sehingga orang lain dapat membaca Desain itu (Atisah Sipahelut Petrussumadi 1991: 24). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur desain adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyusun dan mewujudkan suatu rancangan desain, sehingga orang lain dapat membaca desain tersebut. Adapun unsur-unsur dalam desain Baju adalah : 1) Garis Garis merupakan unsur yang tertua yang digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang. ( Sri Widarwati, 2000 : 7 ). Menurut Widjiningsih ( 1982 : 2 ) garis adalah unsur yang dapat digunakan untuk mewujudkan emosi, garis itu pula dapat menggambarkan sifat seseorang. Sedangkan menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 35 ) garis adalah himpunan atau kumpulan titik – titik yang ditarik dari titik yang satu ke titik yang lain sesuai dengan arah dan tujuan. Menurut Atisah Sipahelut Petrussumadi (1991 : 24) yang dimaksud dengan unsur garis ialah
31
hasil goresan dengan benda keras diatas permukaan benda alam (tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) atau benda buatan (kertas, papan tulis, dinding dan sebagainya). Menurut Sri Widarwati (2000 : 8-9) garis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : a) Garis lurus mempunyai sifat kaku, kokoh, keras, tetapi dengan arah garis yang berbeda akan memberikan kesan yang berbeda pula. b) Garis lengkung mempunyai sifat memberi suasana riang, luwes, lembut dan feminine. Sifat-sifat garis menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1986: 36): a) Garis lurus, memberi kesan kaku, kuat, tegas, dan gagah. b) Garis melengkung, memberi kesan lembut, indah, dan feminine. c) Garis vertical, memberi kesan melangsingkan, meninggikan, stabil, dan sifat agung. d) Garis horizontal, memberi kesan melebarkan, memendekkan, tenang dan tentram. e) Garis diagonal, memberi kesan lincah, gembira dan muda, garis diagonal yang mengarah horizontal memberi kesan menggemukkan dan garis diagonal yang mengarah vertical memberi kesan melangsingkan. Dalam desain Baju garis mempunyai fungsi sebagai berikut: a) Membatasi bentuk strukturnya (siluet). b) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model, contoh garis empire, garis princess, longtorso, yoke (pas). c) Menentukan periode suatu Baju (siluet periode empire, periode princess). d) Memberi arah dan pergerakan (Chodiyah dan Mamdy,1982 : 8). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa garis adalah hasil goresan benda keras diatas suatu permukaan yang digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan
32
seseorang. Sehingga Melalui garis yang diterapkan pada Bajunya. Dengan garis tersebut dapat diketahui pesan yang tertuang dalam karyanya sehingga selain sebagai hiasan, siluet sebuah Baju dapat diketahui oleh perancangnya. Menurut Sumaryono (1998 : 5) Garis adalah unsur tari memiliki arti dalam karakter penari yaitu sebagai berikut: a) Garis simetris memiliki karakter gerak halus dan lembut. b) Garis asimetris memiliki karakter gerak yang halus tetapi dinamis. c) Garis vertikal memiliki karakter kaku dan gagah. d) Garis harizonal digunakan untuk karakter raksasa atau jahat. e) Garis lengkung memiliki karakter gerak gemulai dan lembut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa garis adalah unsur tari memiliki arti dalam karakter penari. Kostum tari memiliki makna yang bertujuan menjelaskan karakter dalam suatu gerakan tari. Selain itu garis juga mempunyai sifat-sifat tertentu. Penerapan garis dapat ditemui pada penciptaan kostum yaitu garis hias, motif dan siluet yang berfungsi untuk menjelasan karekter penari. 2. Arah Arah adalah segala seuatu yang mengarahkan pandangan tertentu. Namun arah belum tentu terjadi karena garis. Contohnya kancing yang disusun sejajar arah horisontal sehingga membentuk seperti garis horisontal (Sri Emy Yuli S ). Setiap garis mempunyai arah, yaitu mendatar (horizontal), tegak lurus (Vertikal), dan miring ke kiri dan miring ke kanan (diagonal) (Sri Widarwati, 2000 : 8).
33
Arah merupakan kesan dari suatu benda, baik benda mati maupun benda hidup ( Atisah Sipahelut & Petrussumadi, 1991 : 25 ). Menurut (Arifah A. Riyanto, 2003 : 32) antara garis dan arah saling berkaitan, karena semua garis mempunyai arah yang vertikal, horizontal, diagonal dan lengkung. Menurut Widjiningsih (1982:4) sifat arah dibagi menjadi empat macam,yaitu: a) Arah mendatar (horizontal), memberi kesan tenang, tentram dan pasif. b) Arah tegak lurus (vertical), memberi kesan agung, kokoh, stabil, lincah dan berwibawa. c) Miring kekiri memberi kesan lincah, gembira, dan melukiskan gerakan perpindahan yang dinamis d) Miring kekanan memberi kesan lincah, gembira dan melukiskan gerakan perpindahan yang dinamis. Sedangkan menurut Sri Widarwati (1992: 8-9)
sifat arah
terbagi menjadi lima, yaitu: a) Arah garis tegak lurus (vertical) memberikan kesan kelurusan dan melangsingkan. b) Arah garis lurus mendatar (horizontal) memberikan kesan perasaan tenang, melebarkan dan memendekkan objek. c) Arah garis lurus miring memberikan kesan dinamis dan lincah. d) Arah garis miring mengarah horizontal memberikan kesan menggemukkan. e) Arah garis miring mengarah vertical memberikan kesan melangsingkan. Berdasarkan pendapat di atas penyusun menyimpulkan bahwa arah dan garis sangat berhubungan, karena garis lurus arah vertikal, horizonal dan diagonal, selain garis lurus juga terdapat garis
34
lengkung. Sifat arah diterapkan pada Baju memberikan kesan kepada pemakai. Sedang menurut (Sumaryono ,1998 : 5) arah adalah unsur yang memiliki arti yang menjelaskan karakter penari, yaitu : a) Arah diagonal pada peletakan motif bertujuan memperjelas karakter lembut pada gerakan tari. b) Arah vertikal pada garis lipit-lipit bertujuan memperjelas karaker gagahan pada gerakan tari. c) Arah lengkung pada draperi bertujuan memperjelas karakter gemulai dan feminim pada gerakan tari. Berdasarkan pendapat di atas, penyusun menyimpulkan bahwa arah adalah unsur yang memiliki arti yang menjelaskan karakter penari, yang diterapkan pada kostum tari yang memberi kesan pada penari. Penerapan arah dapat ditemui pada penciptaan kostum yaitu arah hias, motif
yang berfungsi untuk menjelasan karakter penari
melalui gerakan tari. 3) Bentuk Setiap benda mempunyai bentuk tersendiri. Begitu pula dengan Baju. bentuk – bentuk bagian Baju dan motif dapat menentukan berhasil tidaknya sebuah rancangan Baju. Dalam suatu desain khususnya desain Baju akan didasarkan pada beberapa bentuk yang biasanya bentuk geometris atau bentuk lainya sebagai variasai pada figure seseorang atau pada Baju (Arifah A Riyanto, 2003 : 38). Bentuk adalah suatu bidang yang ditarik garis yang tersusun dalam suatu ruang (Widjiningsih, 1982:5). Begitu pula dengan Baju. bentuk – bentuk bagian Baju
35
dan motif dapat menentukan berhasil tidaknya sebuah rancangan Baju. Unsur bentuk ada dua dimensi dan tiga dimensi. Bentuk dua dimensi adalah bidang datar yang dibatasi oleh garis, sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang bervolume yang dibatasi oleh permukaan. Bentuk-bentuk dalam Baju antara lain bentuk kerah, bentuk lengan, bentuk rok, bentuk saku, pelengkap Baju dan motif (Sri Widarwati, 1993: 10). Bentuk rok berdasarkan desainya dibagi menjadi beberapa macam yaitu : a) Rok suai Rok dengan bentuk yang paling sederhana tanpa ada pengembang pola. b) Rok pias Rok yang terdiri dari beberapa pias biasanya rok pias terdiri dari paisa 4, 6, 8, 10 dan seterusnya. c) Rok A line Rok yang memiliki bentuk menyerupai huruf A yaitu ramping pada bagian pinggang dan melebar pada bagian bawah. d) Rok draperi Rok yang terdapat draperi. Biasanya darperi terletak diatas pinggang, draperi bias didapat dengan cara pecah pola atau dengan cara draping. e) Rok kerut Rok yang terdapat kerutan. f) Rok lipit Rok lipit terdapat dua macam rok lipit hadap dan rok lipit searah. g) Rok balon Rok yang terdapat gelembung besar menyerupai balon. h) Rok balut
36
Rok yang hanya di balut saja. i) Rok bertingkat Rok yang mempunyai tingkatan. j) Rok susun Rok yang berbentuk susun. Berdasarkan bentuk desainnya lengan ada berbagai macam bentuk yaitu: a) Lengan suai / licin Lengan yang pas tanpa ada kerutan pada bahu. b) Lengan puff Lengan yang mengembang pada bagian atas dan bawah lengan dan pendek c) Lengan dolman Lengan yang mempunyai lengan agak kedalam dan longgar. d) Lengan balon Lengan yang bagian tengah mengembang menyerupai balon. e) Lengan peasant Lengan panjang tiga perempat, penuh dengan kerut pada bagian atas dan bawah. f) Lengan lonceng Lengan
yang
bagian
bawahnya
mengembang
sehingga
menyerupai lonceng. g) Lengan bishop Lengan licin pada bagian pangkal lengan dan pada bagian ujung menggembung, panjang lengan sampai pergelangan tsngan serta dilengkapi dengan manset. h) Lengan slit Lengan yang pada belahan pertengahan lengan memakai sehelai ban sempit pada garis bawah lengan.
37
i) Lengan cape Lengan berbentuk setengah lingkaran, dipasang tanpa kerut pada bagian kerah. j) Lengan kimono Lengan yang digunting setali dengan bagian bajunya. Dari beberapa pernyataan tentang bentuk diatas, dapat diketahui bahwa bentuk adalah perwujudan nyata suatu benda yang dapat dilihat atau dirasakan dan memiliki dimensi. Menurut Prapti Karomah (1986 : 15 ) bentuk garis leher berdasarkan desainnya dibagi menjadi beberapa macam yaitu : a) Leher bulat Garis leher dengan bentuk yang paling sederhana tanpa ada pengembang pola. b) Leher U Garis leher dengan bentuk U, yaitu adanya perubahan pola dengan penurunan garis leher 1,5 cm. c) Leher Segi empat Garis leher dengan bentuk segi empat, yaitu adanya perubahan pola dengan penurunan garis leher 1,5 cm dan mengurangi garis bahu 1 cm. d) Leher V Garis leher dengan bentuk huruf V. e) Leher hati( heart ) Garis leher dengan bentuk jantung hati. f) Leher mendatar (sabrina) Garis leher dengan bentuk datar, melewati leher sampai bahu. g) Leher tegak Garis leher yang garisnya dinaikkan sehingga bentuknya tegak pada leher. Menurut sifatnya bentuk dibedakan menjadi dua yaitu: a) Bentuk geometris, misalnya segitiga, kerucut, segiempat, trapesium, lingkaran dan silinder. b) Bentuk bebas, misalnya, bentuk daun, bunga, pohon, titik air, batu-batuan dan lain-lain (Sri Widarwati, 2000 : 10).
38
Menurut Arifah A. Riyanto (2003) bentuk dibedakan menjadi lima, yaitu: a) b) c) d) e)
Bentuk segi empat dan segi panjang. Bentuk segi tiga dan kerucut. Bentuk lingkaran dan setengah lingkaran. Bentuk yang mempunyai isi dan ruang. Bentuk sebagai hiasan.
Menurut penjelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk adalah suatu bidang yang ditarik garis yang tersusun dalam suatu ruang. Sedangkan bentuk yang diterapkan pada Baju antara lain bentuk kerah, bentuk lengan, bentuk rok, bentuk saku, pelengkap Baju dan motif. Selain itu bentuk terdiri dari bentuk dua dimensi yaitu bidang datar, bentuk tiga dimensi yaitu ruang yang bervolume dan bentuk geometris. Sedangkan unsur bentuk tari menurut Hadi ( 2003: 24) bentuk adalah salah satu aspek ruang yang selalu ada dalam tari. Bentuk seni sebagai cipta seniman merupakan wujud dari ungkapan isi, pandangan dan tanggapannya kedalam bentuk fisik yang dapat ditangkap indra. Bentuk adalah lahiriah tidak lebih dari suatu medium, yaitu alat untuk mengungkapkannnya dan menyatakan keseluruhan tari (Indriyanto, 1998/ 1999 : 119). Bentuk adalah organisasi dan kekuatan – kekuatan sebagai hasil struktur internal atau bagian tari ( Soedarsono,1998 : 45). Sedangkan menurut KBBI (1999 : 119), Bentuk adalah wujud yang ditampilkan yaitu: a) Bentuk motif bunga pada kostum memiliki karakter feminine yang menggambarkan karakter penari putri.
39
b) Bentuk motif ukir- ukiran pada kostum memiliki karakter gagah yang menggambarkan karakter penari putra. c) Bentuk motif kupu- kupu, burung merak memiliki karakter riang yang menggambarkan karakter penari anak- anak. Berdasarkan beberapa pendapat tentang unsur bentuk, maka dapat dikatakan bahwa bentuk adalah satu wujud dari tata Baju yang saling tergantung serta terkait satu sama lain, dan dapat ditangkap oleh indera sebagai media untuk mengciptakan arti yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Sedangan bentuk yang diterapkan pada kostum tari bisa dilihat dari bentuk hiasan,kerah, lengan dan bentuk kostum sehingga menggambarkan karakter pada penari. 4) Ukuran Desain dipengaruhi oleh ukuran, sehingga untuk memperoleh desain yang memperlihatkan suatu keseimbangan kita harus mengatur ukuran unsur yang digunakan dengan baik (Widjiningsih, 1982 : 4).Sedangkan menurut (Sri Widarwati, 1993 : 10). Ukuran merupakan suatu unsur yang perlu di perhitungkan dalam desain. Garis dan bentuk mempunyai ukuran yang berbeda, karena ukuran panjang atau pendeknya garis dan besar atau kecilnya bentuk menjadi berbeda. Biasanaya pada Desain Baju, ukuran garis dan bentuk mempunyai tingkatan. Ukuran ini harus diperhatikan karena mempengaruhi keseluruhan penampilan Baju yang dibuat. Agar memperoleh kesatuan Desain yang harmonis, diperlikan ukuran yang sesuai.
40
Baik sesuai antara bagian yang satu dengan yang lain pada Baju maupun sesuai terhadap ukuran pemakai. Ukuran yang kontras pada desain Baju dapat menimbulkan perhatian yang menghidupkan suatu desain, tetapi dapat pula menghasilakan ketidaksamaan apabila ukurannya tidak sesuai (widjiningsih, 1982:5). Ukuran pada Baju misalnya dipakai untuk mengukur panjang rok. Menurut Sri Widarwati (1993:10) ada lima ukuran panjang rok, yaitu: a) b) c) d) e)
Mini Kini Midi Maxi Longdrees
: rok yang panjangnya 10-15 cm diatas lutut. : rok yang panjangnya sampai lutut. : rok yang panjangnya 10-15cm dibawah lutut. : rok yang panjangnya diatas pergelangan kaki. : Gaun panjang.
Menurut pendapat Djati Pratiwi (2001: 60) ukuran panjang pendek rok dapat dibedakan menjadi beberapa ukuran yaitu : a) b) c) d) e) f)
Rok micro Rok mini Rok kini Rok midi Rok maxi
: : : : :
rok yang panjangnya sampai pangkal paha. rok yang panjangnya sampai pertengahan paha. rok yang panjangnya sampai batas lutut. rok yang panjangnya sampai pertengahan betis. rok yang mempunyai bentuk panjang sampai mata kaki. Rok floor : rok yang panjangnya sampai menyentuh lantai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran dapat mempengaruhi panjang pendeknya garis dan besar kecilnya bentuk, yang dapat menimbulkan perhatian dan menghidupkan suatu desain. Sedangkan ukuran pada kostum tari mempengarui teknik gerak dan karakter penari yaitu :
41
a) Rok pendek paha atau 10 diatas lutut yaitu menggambarkan karakter penari lincah dan riang. b) Rok panjang sampai lutut yaitu menggambarkan karakter penari yang gerakanya lincah dan gemulai. c) Rok panjang sampai pergelangan kaki menggambarkan karakter penari yang lembut dan anggun. Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa ukuran mempengarui karakter penari. Penerapan ukuran kostum tari pada panjang pendek ukuran pada mempengarui gerak tari dan sifat penari. 5) Nilai Gelap Terang / Value Nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang menunjukkan apakah warna mengandung hitam atau putih (Sri Widarwati 2000 : 10), nilai ini menunjukkan terang gelapnya corak warna yang digunakan dalam Baju. Baju kostum pada umumnya menggunakan warna gelap atau mencolok (warna terang berkilau). Suatu warna dikatakan gelap apabila warna tersebut cenderung kewarna hitam dan dikatakan terang apabila warna tersebut cenderung kewarna putih. Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditambahkan nilai gelap terang tidak hanya menunjukkan apakah warna mengandung hitam atau putih. Tetapi seberapa banyak suatu benda terkena cahaya yang juga akan mempengaruhi nilai gelap terangnya. Semakin banyak
42
terkena cahaya benda dapat terlihat terang dan sebaliknya semakin sedikit terkena cahaya benda akan kelihatan gelap. Sedangkan dalam tari kostum tari pada umumnya sama menggunakan warna gelap atau mencolok (warna terang berkilau), karena dalam hal gelap terang warna mampun komposisi cahaya sesuai dengan kebutuhan konsep tari. Beberap hal mempengarui nilai gelap terang dalam menari yaitu: a) Karakter misalnya warna bahan dan hiasan warna cerah melihatkan karakter
penari riang, sedangan warna gelap
melihatkan karakter penari gelisah, sedih, atau romatis. b) Cahaya atau lighting juga mempengarui nilai gelap terang pada bahan, yang menimbulkan kesan alur cerita. Misal
warna
bahan merah hati dengan cahaya kuning akan menimbulkan warna merah keunguan. Berdasarkan pendapat di atas penyusun menyimpulkan
bahwa
gelap terang pada pencahayaan akan mempengarui suasana atau peristiwa pada suatu agedan. Hal ini bisa lihat dari contoh di atas bahwa warna kostum tari akan pengarui karakter penari dan pencahayaan pada panggung juga memberi efek pada alur cerita. Penerapan pada kostum bisa dilihat dari hiasan dan pemilihan warna bahan sehingga memberi efek gelap terang dan komposisi cahaya sesuai dengan kebutuhan konsep tari.
43
6) Warna Warna menjadi sebagian dari pribadi manusia dimana terdapat pada lingkungan masyarakat dan budaya tertentu. Warna mempunyai apresiasi nilai – nilai estetika tertentu pula. Warna dapat menunjukkan identitas pribadi seseorang bukan suatu bangsa. Oleh sebab itu pemilihan warna dalam Baju mempunyai berbagai aspek yang harus diperhatikan. Sehingga tidak dapat dijadikan generalisasi bahwa warna Baju yang cocok bagi seseorang, cocok pula bagi orang lain. Warna membuat sesuatu kelihatan lebih indah dan menarik. Oleh karena itu dalam berbagai bidang seni rupa, pakaian, hiasan, tata ruang dan yang lain warna memegang peranan penting (Widjiningsih, 1982 : 6). Pemilihan kombinasi warna yang tepat akan memberikan kesan yang menarik meskipun Baju telah memiliki garis desain yang baik, tetapi bila pemilihan warna tidak tepat, maka akan Nampak tidak serasi atau kontras (Sri Widarwati,1993 : 12). Menurut Prang penggolongan warna dibagi menjadi lima, yaitu : a) Warna primer : adalah warna – warna yang tidak dapat dihasilkan dari campuran warna –warna lain. Warna primer ialah merah, biru, kuning. b) Warna sekunder : adalah warna yang dihasilkan dari percampuran antara warna primer, pencampuran warna ini menghasilkan warna ungu, hijau, jingga. c) Warna antara (intermedient) : ungu biru, hijau jingga, merah ungu, jingga kuning hijau.
44
d) Warna tersier : adalah campuran warna –warna sekunder. Yaitu biru kehijauan, ungu kebiruan, ungu kemerahan, hijau kekuningan, jingga kebiruan. e) Warna kwarter. Sedangkan menurut Arifah Ariyanto (2003), warna dapat dibedakan menjadi : a) Warna dingin, yaitu warna yang mengandung unsur hijau dan biru (hijau, biru hijau, biru ungu dan ungu). Warna ini memberikan kesan menjauh dan lebih kecil. b) Warna panas, yaitu warna yang mengandung unsur merah dan kuning (merah, merah jingga dan kuning) warna panas mempunyai sifat mendorong. Menurut Sulasmi Darmaprawira ( 2002 : 146 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penampilan, yaitu: 1) Efek Cahaya 2) Tekstur 3) Umur Pemakai 4) Ukuran Pemakai 5) Kepribadian Pemakai 6) Wajah Pemakai 7) Kesempatan Memakainya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa warna memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu pemilihan motif dan kombinasi warna dapat memberikan kesan gemuk atau kurus. Selain itu keindahan dalam suatu Baju sangat dipengaruhi oleh pemilihan kombinasi warna. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa warna adalah unsur
45
desain yang memegang peranan penting, karena membuat sesuatu berkesan lebih indah, menarik, baik dalam bidang seni, desain, pakaian, hiasan maupun tata ruang Konsep warna menurut Pajianto ( 2003 : 139) ada 4 arti yaitu sebagai berikut: a)
b) c) d) e)
Kuning: Berarti riang dan menarik, mendorong sistem saraf dan pikiran. Warna kuning menimbulkan muda, kuning merupakan salah satu elemen dari udara yang merupakan simbolisasi dari matahari, pasir dan kekuatan dalam pikiran. Hijau: Melambangkan pada rumput dan perpohonan memberi kesan tenang dan santai. Orange: Memberi kesan kehangatan jaminan membangkitkan pikiran emosional. Coklat: Memberi kesan kehidupan netralitas keintiman dan kesan tadisional serta kesuburan. Hitam : Berkesan elegan,kebijaksanaan, bersifat netral. Dalam konsep warna memiliki arti dan karakter dalam
menggambarkan suasana penari. Warna juga mempengarui lighting atau cahaya untuk memberi efek cahaya waktu pementasan yaitu : a) Warna kostum merah,emas dan coklat
dengan cahaya
warna merah memberi efek romatis, sedih dan gelisah. b) Warna kostum orange, hijau dan biru dengan cahaya warna kuning memberi efek riang dan lembut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
warna
memiliki
daya
tarik
tersendiri
yang
menggambarkan suasana penari. Selain itu keindahan dalam suatu kostum sangat dipengaruhi oleh pemilihan kombinasi
46
warna dan lighting atau cahaya karena membantu menambah daya tari dan menjelaskan kisah peran penari. 7) Tekstur Tekstur adalah sifat permukaan dari garis, bidang maupun bentuk (Widjiningsih, 1982 : 5). Sedangkan menurut (Enny Zuhni Khayati, 1997 :1). Tekstur merupakan sifat permukaaan dari suatu benda yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan. Sifat – sifat permukaan tersebut antara lain kaku, kasar, lembut, halus, tebal, tipis dan transparan (tembus terang), (Sri Widarwati, 1993 : 14). Garis, bidang dan bentuk mempunyai suatu tekstur atau sifat permukaan, selain dapat dilihat juga dapat dirasakan. Misalnya sifat permukaan yang kaku, lembut, kasar, halus, tebal ,tipis dan tembus terang (Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982 : 22). Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 47) Pemilihan tekstur hendaknya disesuaikan dengan model yang dirancang. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa tekstur adalah suatu garis, bidang atau bentuk yang dapat dilihat dan dirasakan yaitu lembut, kasar, kaku, tipis, tebal dan tembus terang pada permukaan pada bahan. Demikian dengan kostum tari unsur tekstur hendaknya disesuaikan dengan model yang dirancang karena terpengaruh dengan karakter penari, yaitu lembut, kasar, alus, tebal dan tipis.
47
Teksur pada kostum mencermin karakter penari sesuai dengan tokoh atau peran misalnya : a) Tekstur lembut digunakan untuk penari yang memiliki karakter alusan. b) Tekstur tebal digunakan untuk penari putra yang memiliki karakter gagah. c) Tekstur kasar dan kaku
untuk penari putra yang
memerankan karakter jahat . Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tekstur
hendaknya disesuaikan dengan model yang dirancang
karena terpengaruh dengan karakter penari. Penerapan tekstur pada kostum akan membantu dalam gerak dan peran atau karakter yang dimaikan pada suatu adegan. b. Prinsip Desain Suatu hukum kombinasi yakni bagaimana unsur unsur itu disusun atau dikombinasikan untuk mengahsilkan efek tertentu. prinsip
desain
adalah
suatu
cara
Prinsip-
menggunakan
dan
mengkombinasikan unsur-unsur desain menurut prosedur tertentu (Widjiningsih, 1982 : 11). Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 : 15). Prinsip desain adalah suatu cara untuk menyusun unsur-unsur sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek tertentu. Menurut Sri Widarwati (2000 : 15-21) prinsip-prinsip desain terdiri dari:
48
1) Keselarasan / Kesatuan Suatu obyek dikatakan selaras apabila dalam obyek tersebut adanya kesinambungan antara unsur – unsur, ide, tema. Misalkan dalam sebuah Baju yang memilki tema flora, maka akan tercetus ide tentang penggunaan warna – warna natural atau alam seperti hijau pada daun, kuning pada bunga matahari, tidak mungkin tercetus warna metalik. Penerapan warna dalam sebuah desian Baju, harus mempunyai ketertarikan atau kesinambungan. Jangan sampai menggunkan warna yang banyak dan saling kontras. Sehingga
menimbulkan
kesan
terlalu
ramai.
Keselarasan
merupakan asas yang paling penting diantara semua asas desain. Keselarasan adalah suatu asas dalam seni yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek dan ide-ide (Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982 : 25). Sedangkan keselarasan dalam pengertiannya yang pokok berarti kesan kesesuaian, antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang dipadukan, atau juga antara unsur yang satu dengan yang lainnya pada suatu susunan (komposisi) ( Atisah Sipahelut, 1991 : 19). Keselarasan adalah kesatuan diantara macam-macam unsur desain walaupun berbeda tetapi membuat tiap-tiap bagian itu kelihatan bersatu. Keselarasan atau keserasian dapat dicapai dengan tiga hal yaitu, keselarasan dalam garis dan bentuk, keserasian dalam
49
tekstur, dan keserasian dalam warna (Sri Widarwati, 2000 : 15-17). ). Keselarasan dalam suatu desain dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu : a) Keselarasaan Dalam Garis dan Bentuk Keselarasan dala garis dan bentuk pada Baju, misalnya bentuk kerah bulat dan bentuk saku membulat pada sudutnya. b) Keselarasan Dalam Tekstur Tekstur yang kasar tidak dapt dikombinasikan dengan tekstur yang halus. Pengkombinasian tekstur dalam model Baju harus serasi sehingga Baju lebih menarik. c) Keselarasan dalam Warna Keselarsan dalam warna akan dicapai dengan tidak menggunakan terlalu banyak warna. Pedoman yang lebih dari tiga warna bahkan dua sudah cukup. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikaji bahwa keselarasan adalah keserasian atau kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek dan ide-ide. Demikian dengan kostum tari keselarasan sangat penting karena kostum tari memiliki bagian yang harus menampilkan keserasiaan yaitu, kostum dengan perlengkapan tari yang sesuai dengan jenis tarianya. Misalnya tari
mengGagahan pria
menggunakan sampur untuk selempang. Keserasiaan juga bisa dilihat dari perlengkapan aksesoris dengan kostum dan properti dalam jenis tarian tersebut. Demikian dengan pembuatan kostum tari harus selaras pada memakainya misalnya :
50
a) Tekstur halus dengan dikombinasi dengan tekstur kilau akan memberi kesan gemulai. b) Warna gelap dikombinasi warna terang akan memberi efek cerah. c) Bentuk motif geometris memberi kesan tegas. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kostum tari akan kelihatan selaras jika yang menggunakan sesuai dengan kebutuhan dalam menari. Penerapan kesalaran pada kostum bisa dilihat pada pemilihan garis hias, bentuk, warna, tekstur dan motif sehingga akan memberi kesan yang indah dan serasi. 2) Perbandingan atau proporsi Perbandingan digunakan untuk menampakkan lebih besar atau lebih kecil dan memberikan kesan adanya hubungan satu dengan yang lain, yaitu pakaian dan pemakainya. Perbandingan yang kurang sesuai dalam berBaju akan kelihatan kurang menyenangkan (Sri Widarwati, 1993 : 17). Perbandingan adalah penyusunan unsur-unsur desain pada suatu desain Baju dengan perbandingan yang baik sehingga mencapai suatu keselarasan yang menyenangkan penglihatan dan perasaan serta memberi kesan yang lebih indah pada si penakai Prapti Karomah & Secilia Sawitri (1986:69) menurut Arifah A. Ariyanto proporsi pada suatu desain Baju yaitu cara mendapatkan unsurunsur atau bagian-bagian Baju yang berkaitan dengan jarak,
51
ukuran, jumlah, tingkatan, atau bidang pada suatu model Baju (2003:52). Pendapat lain mengatakan proporsi yaitu hubungan suatu bagian dengan bagian yang lain dalam suatu susunan (Widjiningsih, 1982:13). Menurut Widjiningsih (1993 ; 17), untuk memperoleh proporsi yang baik haruslah diperhatikan hal – hal sebagai berikut : a) Harus mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya memperoleh susunan yang menyenangkan. b) Harus dapat membuat perubahan dalam membuat perubahan dalam rupa sesuai dengan yang diinginkan supaya memperoleh ukuran dan bentuk yang baik. c) Supaya dipertimbangkan apakah ukuran itu dapat dikelompokkan bersama – sama dengan baik. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa perbandingan atau proporsi adalah cara menempatkan unsur – unsur dalam suatu susunan desain Baju yang menimbulkan suatu keselarasan yang menyenangkan dan memberi kesan adanya hubungan antara pakaian dengan pemakainya. Proporsi yang diterapkan pada suatu desain Baju dapat memberi kesan lebih tinggi, lebih pendek, lebih besar, atau lebih kecil pada penampilan seseorang (Arifah A. Ariyanto, 2003:52). Pada dasarnya relasi perbandingan proporsi pada Desain Baju dapat dilakukan pada satu atau semua dari empat tingkatan seperti dikemukakan oleh Marian L. Davis (1980: 243) pada bukunya Visual Design In Dress, yaitu:
52
a) Proporsi yang pertama, yaitu proporsi dalam suatu bagian memperbandingkan panjang ke lebar dalam satu benda segi empat atau rok. b) Proporsi yang kedua, yaitu proporsi diantara bagian- bagian dari suatu desain seperti proporsi dalam satu model rok dan blus. Proporsi diantara bagian- bagian dari suatu desain ini dapat pula berupa proporsi warna yang dikombinasikan dengan warna lain, atau bahan polos dengan bahan bercorak. c) Proporsi yang ketiga, yaitu proporsi dari keseluruhan bagian suatu desain, dapat dicontohkan dengan membandingkan keseluruhan Baju dengan adanya warna gelap dan terang polos dan bercorak,dan lain-lain. d) Proporsi yang keempat, yaitu proporsi dari tatanan Baju dengan pelengkapnya seperti adanya bentuk dan ukuran suatu desain yang melengkapinya saat dikenakan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa
perbandingan atau proporsi memiliki unsur desain perbandingan yang baik sehingga mencapai suatu keselarasan dalam bagianbagian Baju yang berkaitan dengan jarak, ukuran, jumlah, tingkatan, atau bidang pada suatu model Baju. Demikin dengan kostum tari perbandingan atau proporsi pada suatu desain akan memberi daya tarik tersendiri. Sehingga perbandingan baik warna, hiasan, garis pada kostum juga menentukan jenis peranan yaitu : a) Perletakan
warna, hiasan, garis,bentuk dan ukuran untuk
menentuk tokoh atau peran dalam tari. b) Peletakan sampur tinggi rendah yang berfungsi untuk jenis gerakan.
53
Perdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Perbandingan kostum tari akan memberi daya tarik baik kemampuan
atau jenis peran dalam tarian. Dalam penerapan
perbandingan pada kostum bisa dalam dilihat dalam pemilihan warna, hiasan, garis,bentuk dan ukuran. 3) Keseimbangan Keseimbangan adalah pengaturan unsur-unsur desain pada Baju secara baik sehingga nampak serasi pada si pemakai. Asas ini digunakan untuk memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan (Sri Widarwati, 1993 : 17). Ada dua macam untuk memperoleh keseimbangan yaitu simetris dan asimetris 1) Keseimbangan Simetris Jika unsur-unsur bagian kiri dan bagian kanan suatu desain sama jarakya dari pusat. 2) Keseimbangan Asimetris Jika unsur-unsur bagian kiri dan bagian kanan suatu desain tidak sama jaraknya dari pusat melainkan dengan diimbangi oleh suatu unsur lain. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa keseimbangan adalah pengaturan unsur-unsur desain pada Baju secara baik sehingga nampak serasi dan memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan pada si pemakai. 4) Irama / ( Rhytm ) Irama ( rhytm) pada suatu desain Baju merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian lainnya, yang dapat dirasakan dengan penglihatan (Arifah A.Riyanto, 2003 : 57). Menurut Sri Widarwati (2000 : 17), irama adalah pergerakan yang
54
dapat mangalihkan pandangan mata dari satu bagian kebagian lain. Sedangkan menurut Atisah Sipahelut Petrussumadi (1991 : 20) irama ialah untaian kesan gerak yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang dipadukan secara berdampingan dan secara keseluruhan dalam suatu komposisi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa irama adalah suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang dipadukan secara berdampingan dan secara keseluruhan dalam suatu komposisi yang dapat mengalihkan pandangan mata dari suatu bagian kebagian lain. Ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam desain Baju, yaitu: a) Pengulangan ( Repetition ) Pengulangan (repetition) dalam suatu desain Baju yaitu penggunaan satu unsur desain yang diletakkan pada dua atau beberapa bagian pada suatu desain Baju, seperti garis, bentuk, tekstur, ruang, warna dan corak (Arifah A.Riyanto, 2003 : 57). Menurut Sri Widarwati (2000 : 17) pengulangan adalah suatu cara
untuk
menghasilkan
irama
antara
lain
melalui
pengulangan garis misalnya lipit, renda, kancing, dan sebagainya. Sedangkan menurut Widjiningsih (1982 : 22) pengulangan secara teratur suatu bentuk pada jarak-jarak tertentu menciptakan pergerakan yang membawa pandangan mata dari suatu unit ke unit berikutnya.
55
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa pengulangan adalah penggunaan suatu unsur desain seperti garis, tekstur, ruang, warna dan corak untuk menghasilkan irama yang membawa pandangan mata dari suatu unit ke unit berikutnya. b) Radiasi Garis pada pakaian yang memancar dari pusat perhatian akan menghasilkan suatu irama yang dinamakan radiasi. Garisgaris radiasi pada Baju terdapat pada kerutan-kerutan yang memancar dari garis lengkung (Chodiyah dan Wisri A Mamdy, 1982 : 31). Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 64) radiasi adalah garis yang memancar dari pusat perhatian kesegala arah yang menghasilkan irama. Sedangkan menurut Widjiningsih (1982 : 19) radiasi yaitu sejenis pergerakan yang memancar dari titik pusat kesegala arah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukan bahwa radiasi adalah garis pada pakaian yang menghasilkan irama dan memancar dari pusat perhatian kesegala arah. c) Peralihan ukuran Pengulangan dari ukuran besar keukuran kecil atau sebaliknya akan menghasilkan irama yang disebut peralihan ukuran (gradation) (Chodiyah dan Wisri A Mamdy, 1982 : 32). Menurut Arifah A. Riyanto (2003 : 62) peralihan ukuran adalah
56
rangkaian yang berdekatan atau yang berdampingan serupa, yang sama bentuknya atau jaraknya berubah secara bertahap dari ukuran atau jarak yang sempit menjadi besar dalam suatu unit atau melebar. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 : 21) peralihan ukuran adalah pengulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peralihan ukuran adalah suatu rangkaian yang berdekatan yang berubah secara bertahap dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya sehingga menghasilkan irama. d) Pertentangan dan kontras Menurut Sri Widarwati (2000 : 21), pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar pada lipit-lipit atau garis hias adalah contoh pertentangan atau kontras. Kain berkotakkotak atau lipit-lipit juga merupakan contoh pertentangan. Menurut Widjiningsih (1982 : 10) pertentangan atau kontras merupakan kombinasi dari unsur-unsur yang tidak mempunyai persamaan atau bertentangan. Sedangkan menurut Chodiyah dan Wisri A Mamdy (1982 : 33) pertentangan atau kontras adalah pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar pada lipit-lipit atau garis luar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertentangan dan kontras adalah kombinasi dari unsur-unsur desain yang bertentangan.
57
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa irama (rhytm) pada suatu desain Baju merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian lainnya, yang dapat dirasakan dengan penglihatan. Penerapan pada Baju ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam desain Baju, yaitu: pengulangan, radiasi, peralihan uluran dan pertentangan serta kontras. Demikian dengan kostum tari rhytm atau irama yang memiliki tingkatan. Sedangakan menurut Had ( 2003: 62) bahwa irama adalah salah satu elemen estetis dalam tari yang sangat kuat. Sedangan irama dalam kostum tari bisa dihasilkan melalui berbagai macam cara yaitu: a) Warna cerah kewarna gelap atau sebaliknya. b) Jarak sampur tinggi rendah. c) Hiasan garis yang berlipit lipit, berkerut dan peletakan tinggi rendah hiasan ( payet , bordir dan motif). d) Draperi yang memiliki tingkatan tinggi rendah. e) Circle berkerut atau bergelombang. Berdasarkan penjelsan di atas dapat disimpulkan bahwa irama adalah salah satu elemen estetis dalam tari yang sangat
58
kuat. Sedangan penerapan irama pada kostum tari bisa berupa pemilihan warna bahan, motif, hiasan dan garis. 5) Pusat perhatian Desain Baju harus mempunyai satu bagian yang lebih menarik dari bagian-bagian lainnya, dan ini disebut pusat perhatian. Pusat perhatian pada Baju dapat berupa kerah yang indah, ikat pinggang, lipit pantas, kerutan, bros, syal, warna dan lain-lain. Pusat perhatian ini hendaknya ditempatkan pada suatu yang baik dari sipemakai. (Sri Widarwati, 2000 : 21). Dalam meletakkan pusat perhatian pada sebuah desain hendaknya disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, atau hanya satusatunya pusat perhatian (Arifah A. Riyanto, 2003 : 6). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian adalah suatu bagian yang lebih menarik dari bagian-bagian lainnya dalam suatu Baju. Pusat perhatian dapat terdiri dari pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga atau hanya satu-satunya pusat perhatian. Demikian dengan pusat perhatian pada kostum adalah suatu benda yang memiliki daya tarik lebih dari benda yang lain. Kostum tari pusat perhatian bisa dilihat dalam berbagai segi yaitu, hiasan, bentuk kostum, properti dan alur cerita sehingga
59
menjadi pusat perhatian penonton. Contoh tersebut bisa dijelaskan dibawah ini yaitu: a) Hiasan bisa berupa bordir, manik, payet yang diletakan pada bagian tertentu misalnya kerah, lengan dan lain- lain. b) Bentuk kostum misalnya kostum kelinci, burung merak dan kostum semar. c) Properti misalnya dibuat dengan emas yang diukir dan dikasih permata yang berwarna- warni. d) Alur cerita lucu, sedih dan romatis. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian adalah suatu benda yang memiliki daya tarik lebih dari benda yang lain. Penerapan pusat perhatian pada kostum tari bisa dilihat dalam berbagai segi yaitu, hiasan, bentuk kostum, properti dan alur cerita sehingga menjadi pusat perhatian penonton. 2. Desain Kostum Tari Desain kostum tari sebenar sama dengan Desain Baju yang memiliki arti sebagai proses rancangan bentuk dengan tujuan supaya benda yang dirancang mempunyai fungsi atau berguna serta mempunyai nilai keindahan. Desain dihasilkan melalui pemikiran, pertimbangan, perhitungan, rasa oleh karena itu lebih baik mengerti secara umum tentang pengertian Desain kostum tari yaitu :
60
a. Pengertian Desain Kostum Tari Kostum sering juga disebut dengan Baju Desain Baju adalah suatu rancangan atau gambaran suatu objek atau benda yang dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur. Desain ini meliputi desain stuktur yang berupa siluet dan tekstur hiasan yang hanya untuk memperindah (Sri Widarwati, 1993 : 3). Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa desain Baju adalah suatu rancangan gambar dibidang Baju yang berupa susunan garis, bentuk, warna dan tekstur Desain adalah suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda, dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur (Chodiyah & Wisri A Mamdy, 1982: 6). Sedangkan menurut Arifah A. Riyanto (2003: 1) Desain Baju yaitu rancangan model Baju yang berupa gambar dengan mempergunakan unsur garis, bentuk, siluet (silhouette), ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan menjadi Baju. Desain Baju ialah rancangan suatu gagasan di bidang pakaian yang memungkinkan orang mewujudkan bendanya (Z.D. Enna Tamimi 1982: 25). Desain kostum tari ialah rancangan Baju yang didalam bentuk dan fungsinya, memahami dan mengetahui nilai-nilai yang berkaitan dengan topik seperti nilai filosofi, historis, etis, estetik Bajulgerak dan nilai religi (Sri Kurniati, 2006: 2) Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa Desain Baju untuk sebuah kostum tari adalah rancangan atau
61
gambaran suatu Baju yang dibuat berdasarkan jenis tarian yang akan dimainkan, serta terdapat unsur nilai-nilai yang berkaitan dengan topik seperti nilai filosofi, historis, etis, estetik Baju/gerak dan nilai religi. b. Penggolongan Desain Kostum Tari Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982 : 2), terdapat dua macam Desain yaitu : 1) Desain Struktur Desain struktur adalah Desain berdasarkan bentuk, ukuran, warna dan tekstur dari suatu benda. Desain dapat berbentuk benda yang merniliki tiga ukuran (dimensi) maupun gambaran dari suatu benda dan dikerjakan diatas kertas. Menurut Arifah. A. Riyanto (2003: 71) yang dimaksud Desain structural pada Baju ialah suatu susunan garis, bentuk yang dipadukan menjadi suatu rancangan model Baju yang dapat berbentuk menjadi berbagai siluet. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000: 2) Desain struktur pada Desain Baju mutlak harus dibuat dalam suatu Desain dan disebut siluet. Berdasarkan garis yang digunakan dibedakan berbagai macam struktur dasar siluet model pakaian. Macam-macam siluet tersebut adalah Siluet A (gaun terusan dengan bagian badan yang ketat tetapi kemudian melebar ke bawah), I (gaun terusan dengan bentuk longgar dan lurus dari atas ke bawah), Y (gaun terusan dengan bagian badan sangat longgar tetapi roknya ketat), X (gaun terusan dengan bagian badan biasa, pinggang ketat dan bagian
62
bawahnya bermodel payung), H (Baju yang mempunyai garis luar lurus dari atas kebawah, ditengah dipotong oleh garis melintang dan bustle (gaun terusan yang pada bagian pantat besar dan turun ke bawah mengecil). Desain struktur adalah susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur dari suatu benda yang mempunyai ruang maupun gambaran dari suatu benda (Widjiningsih, 1982: 1). Bedasarkan pendapat di atas Penyusun menyimpulkan bahwa Desain struktur adalah suatu Desain Baju yang mutlak harus dibuat dalam suatu Desain melalui suatu susunan garis, bentuk, ukuran, warna dan tekstur dari suatu benda yang dipadukan menjadi suatu rancangan model Baju yang dapat berbentuk menjadi berbagai siluet. Adapun syarat-syarat Desain struktur meliputi: a) Bentuk sederhana dan indah. b) Disesuaikan dengan warnanya. c) Praporsi yang baik. d) Dibuat dari bahan yang sesuai. 2) Desain Hiasan Desain hiasan pada Desain Baju adalah bagian-bagian dalam bentuk struktur yang tujuannya untuk mempertinggi keindahan Desain strukturnya. Adapun syarat-syarat menurut (Widjiningsih 1992: 2) Desain hiasan meliputi: a) Penggunaan hiasan tidak berlebihan.
63
b) Letak hiasan mempertimbangkan dengan bentuk strukturnya. c) Memperhatikan efek-efek yang ditimbulkan dari latar belakang Desain struktur. d) Pola hiasan disesuaikan dengan bentuk badan. e) Hiasan harus sesuai dengan bahan Desain strukturnya. Desain hiasan juga dapat diartikan sebagai Desain dekoratif yaitu suatu Desain yang dibuat untuk memperindah Desain struktur baik sebagai hiasan saja maupun mempunyai fungsi ganda (Arifah. A. Riyanto, 2003 : 72). Menurut (Widjiningsih, 1982 : 1) Desain hiasan Baju merupakan bagianbagian dalam bentuk strukturnya yang dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas keindahan pada Baju. Pada Desain Baju hiasan dapat berbentuk krah, saku, renda-renda, pita hias, kancing-kancing, lipit-lipit, sulaman dan lain-lain. Desain hiasan adalah Desain yang berfungsi untuk memperndah suatu benda. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000: 2) yang dimaksud dengan Desain hiasan pada Baju adalah bagianbagian
dalam
bentuk
struktur
yang
tujuannya
untuk
mempertinggi keindahan Desain struktur. Menurut Arifah A. Riyanto (2003: 68), Desain Baju dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a) Desain Fungsional Desain fungsional yaitu Desain yang memperhatikan tentang manfaat dan penampilan dari Baju yang dipakai seseorang. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan ataupun dari bagianbagiannya. Contohnya Baju untuk sekolah, tidur, kerja, saku, lubang, kancing, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam membuat Baju perlu dipikirkan secara keseluruhan dari fungsi Baju tersebut dan bagian-bagiannya.
64
b) Desain Struktural Desain struktural adalah suatu susunan garis, bentuk, yang dipadukan menjadi suatu rancangan model Baju yang dapat berbentuk menjadi berbagai macam siluet, seperti A, S, H, I, Y dan bustle. c) Desain Dekoratif Desain dekoratif ialah suatu Desain yang dibuat untuk memperindah Desain strukturalnya baik hiasan saja maupun mempunyai fungsi ganda. Yang bersifat Desain dekoratif lebih dekat hubungannya dengan pengaruh visual atau penampilannya. Jadi, apabila hiasan tersebut dihilangkan tidak akan mempengaruhi struktur Desain Bajunya, seperti peletakkan renda pada bagian dada, lipit jarum, hiasan dengan berbagai teknik menghias (menyulam, terawang, bordir, aplikasi, dan lain-lain), bisban, kerah, quilting. Selain yang bersifat dekoratif saja, adapula yang berfungsi ganda, ialah bersifat dekoratif dan bersifat fungsional, misalnya kancing, smoke, kerutan dengan elastis atau benang karet, saku, manset. Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa Desain hiasan adalah suatu Desain atau bagian-bagian dalam bentuk struktur yang bertujuan untuk memperindah dan mempertinggi Desain struktur baik sebagai hiasan saja maupun mempunyai fungsi ganda. c. Teknik Penyajian Gambar Pada dasarnya teknik penyajian gambar desain Baju dengan kostum sama karena untuk mendapatkan suatu hasil karya yang baik, harus mengetahui teknik penyelesaiannya. Dalam desain Baju, yang dimaksud dengan teknik penyelesaian ialah cara menyelesaikan gambar desain Baju yang telah diciptakan diatas tubuh sehingga gambar tersebut dapat terlihat: 1) Bahan dan permukaan tekstil serta warna yang dipakai.
65
2) Hiasan pada pakaian yang dijahitkan seperti kancing, renda dan bisban. 3) Teknik penyelesaian desain Baju itu, misalnya lipit jarum, kantong yang ditempelkan dan kantong dalam (Chodiyah dan Wisri A.Mamdy, 1982 : 123). Sedangkan menurut Sri Widarwati (1996: 72), teknik penyajian gambar bertujuan untuk mengembangkan ide-ide dan menerapkannya pada kertas secepat mungkin. Teknik penyajian gambar dibagi menjadi lima, yaitu 1) Design Sketching Maksud design sketching atau mengambar sketsa ialah untuk mengembangkan ide-ide dan menerapkannya pada kertas secepat mungkin. Dalam design sketching ini kita harus dapat mengembangkan style dengan cara kita sendiri. Dalam design Sketching kita harus dapat mengembangkan style sesuai dengan kreatifitas dan imajinasi kita sendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar sketsa menurut Sri Widarwati (1993) adalah : a) gambar sketsa harus jelas, tidak menggunakan detail-detail yang tidak berguna. b) Dapat dibuat langsung diatas kertas c) Sikap lebih variasi, memperlihatkan segi- segi yang menarik dari desain d) Menggambar semua detail dalam kertas e) Tidak menghapus apabila timbul ide baru f) Memilih desain yang disukai
66
2) Production Sketching Production sketching ialah suatu sketsa yang akan digunakan untuk tujuan produksi suatu Baju. Production sketching dimaksudkan untuk membantu para pembuat pola dalam menjalankan tugasnya. Jadi seorang pembuat pola harus bisa membaca sketsa dan menganalisa dari sketsa desain yang ada. 3) Presentation Drawing Presentation drawing adalah suatu sajian gambar atau koleksi yang ditunjukkan kepada pelanggan atau (buyer). Oleh karena itu dalam penyajian dan pengaturannya (lay out) harus memperhatikan hal-hal berikut: a) Membuat sketsa desain dengan teliti pada kertas. b) Membuat sheet bagian belakang (back view). Digambarkan diatas proporsi tubuh atau digambar sebagai (flat). c) Beri sedikit keterangan tentang detail pakaian. d) Menempelkan contoh bahan pada sheet, jangan terlalu besar cukup 2 ½ cm x 2 ½ cm. 4) Fashion Ilustration Fashion Ilustration adalah suatu sajian gambar fashion yang dimaksudkan untuk tujuan promosi suatu desain. Seorang fashion illustrator bertugas membuat suatu ilustrasi untuk suatu promosi sesuatu desain dan biasanya bekerja untuk suatu majalah, koran, buku dan lain-lain. Untuk fashion illustration
67
menggunakan proporsi tubuh 9 X atau 10 X tinggi kepala. Dalam hal ini kaki dibuat lebih panjang. 5) Three Dimention Drawing Three dimention drawing merupakan suatu sajian gambar yang
menampilkan
ciptaan
desain
Baju
dengan
bahan
sebenarnya. Dibuat dalam tiga kenampakkan (tiga dimensi). Gambar ini umumnya digunakan untuk mempromosikan bahan baru dari suatu industri tekstil, biasanya berupa gambar proporsi tubuh dengan menghadap kedepan, luwes dan menarik. Bagian gambar yang tidak diselesaikan dengan bahan tetap harus diselesaikan dengan menggunakan cat air. Sedangkan bagian pakaian
diselesaikan
dengan
menggunakan
kain
yang
sesungguhnya dengan cara diselipkan pada bagian sisi-sisinya. Pada bagain yang menonjol diberi kapas. Pada bagian belakang kertas diberi kertas lain untuk menutupi kampuh atau sisa bahan. Dari lima macam teknik penyajian gambar yang dijelaskan diatas menggunakan tiga teknik penyajian dalam laporan ini. Penyajian gambar pertama berupa desain sketching, dimana terdapat
desain
bagian-bagian
Baju
yang
kemudian
dikembangkan menjadi satu kesatuan dalam suatu desain kostum tari. Penyajian gambar kedua berupa production sketching yaitu berupa gambar kerja Baju dan gambar kerja hiasan Baju. Penyajian gambar ketiga berupa presentation drawing dengan
68
mengambar bagian depan dan belakang Baju, dari sajian gambar ini dijelaskan bagian-bagian dari kostum tari yang dirancang. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian gambar adalah cara menyelesaikan gambar desain Baju sesuai keinginan dengan mengembangkan ide-ide dan menerapkannya pada kertas dengan secepat mungkin. Adapun langkah-langkah dalam menggambar tiga dimensi adalah sebagai berikut : a) Menggambar desain busana diatas proporsi tubuh yang lengkap b) Menyelesaikan gambar (memberi warna). c) Memotong pada bagian-bagian tertentu, misalnya pada panjang bahu sampai batas panjang lengan atas dan bawah, sisi badan kanan dan kiri. Untuk bagian lubang leher, lubang lengan dan batas bawah rok tidak dipotong. Bagian ini diselesaikan dengan penyelesaian jahitan yang gesungguhnya. d) Menggunting bahan sesuai model ditambah beberapa cm untuk penyelesaian jahitan. e) Menjahit dan menyelesaikan kerung leher, lubang lengan, bagian bawah rok dan melengkapinya sesuai model. f) Memberi lem pada bagian-bagian yang nantinya tertutup bahan g) Menempelkan kapas sebagian agar tidak mengenai bahan h) Memasukkan bahan pada bagian yang terpotong kemudian lem pada bagian buruk (sebaliknya)
69
i) Memasukkan sejumlah kapas agar berkesan timbul dan tampak lebih menarik. Penambahan kapas menyesuaikan bentuk tubuh dan model. j) Memberi lapisan kertas yang kuat untuk menutupi dan merapikan sajian gambar pada bagian buruk. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa teknik penyajian gambar model busana dapat digambar lengkap dengan proporsi tubuh, dapat pula tidak, dengan penyajian gambar lengkap yang terdiri dari sketsa gambar, model bagian muka, belakang diberi warna atau corak sesuai bahan yang direncanakan beserta contoh bahannya. 3. Desain Hiasan Kostum Tari Menurut Sri Widarwati (1993: 2), Desain hiasan adalah Desain untuk memperindah Desain struktur. Menurut Chodiyah (1980: 5) mendefinisikan Desain hiasan Baju ialah Desain yang berfungsi untuk memperindah suatu Baju. Sedangkan menurut (Enny Zuhni Khayati, 1998: 17) yang dimaksud Desain hiasan Baju atau garniture Baju adalah segala sesuatu yang dihiaskan pada Baju agar Baju tersebut nampak indah. Penempatan dan pemilihan
garniture
yang
tepat
akan
menunjang
dan
meningkatkan mutu serta keharmonisan penampilan Baju secara keseluruhan. Sementara menurut Sri Widarwati (2000: 1) yang
70
dimaksud dengan Desain hiasan yaitu Desain yang berfungsi untuk memperindah Desain strkturnya. Menurut Widjiningsih (1982: 2) untuk menciptakan Desain hiasan yang baik haruslah memenuhi syarat: a. Penggunaan hiasan secara terbatas (tidak berlebihan) b. Letak hiasan harus disesuaikan dengan bentuk strukturnya c. Latar belakang dapat memberikan efek kesederhanaan dan keseluruhan terhadap Desain tersebut d. Pada hiasan harus disesuaikan dengan badannya e. Hiasan harus sesuai dengan bahan Desain strukturnya dan sesuai dengan pemeliharaannya. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998: 18) secara garis besar dilihat dari bahannya hiasan Baju digolongkan menjadi: (a) Hiasan dari benang; (b) Hiasan dari kain; (c) Hiasan dari logam; (d) Hiasan dari kayu: (e) Hiasan dari plastic; (f) Hiasan dari bahan istimewa; (g) Macam-macam renda. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih hiasan Baju menurut Enny Zuhny Khayati (1998: 17-18) adalah: a. b. c. d. e.
Hiasan Baju harus sesuai dengan nuansa dan karakter Baju pokoknya. Hiasan Baju juga harus sesuai dengan karakteristik pemakainya. Harus disesuaikan dengan suasana dan kesempatan pakainya. Disesuaikan dengan kondisi fisik yang ingin ditonjolkan melalui hiasan tersebut. Disesuaikan dengan kondisi keungan keluarga.
Berdasarkan jenisnya hiasan Baju dapat dibedakan menjadi: a.
Hiasan dari benang, meliputi macam-macam tusuk hias, sulaman, renda, benang (rumbai), dan macam-macam bordir.
b.
Hiasan dari kain, berupa:
71
1. Patch Work, adalah hiasan dari kain yang dipotong-potong menurut motif atau bentuk kemudian diselesaikan dengan menyambung bagian-bagian motif menjadi bentuk yang utuh (Enny Zuhni Khayati, 1998). 2. Inkrustasi adalah meletakkan secamping kain pada kain lain bagian buruknya dengan menggunakan tusuk hias (Widjiningsih, 1982: 87). 3. Aplikasi, adalah hiasan dari kain dengan cara meletakkan secarik kain di atas bahan utama pada bagian baiknya (Prapti Karomah, 1990). Teknik ini diselesaikan dengan tiga cara, yaitu: a.
Diselesaikan dengan tusuk feston.
b.
Aplikasi relief / corsage.
c.
Aplikasi dengan sum.
c.
Hiasan dari logam
d.
Hiasan dari plastik/mika
e.
Hiasan dengan manik-manik renda
f.
Hiasan istimewa
g.
Breading, yaitu hiasan berupa tali
h.
Ribbing, yaitu sejenis bahan dari tricon (kaos) yang biasanya digunakan sebagai hiasan dan detail Baju
i.
Hiasan prada, yaitu usaha atau rekayasa manusia untuk mendapatkan warna kuning keemasan atau putih keperakan
72
pada proses pewarnaan atau pencelupan kain batik atau tekstil kerajinan j.
Hiasan manik-manik, merupakan butiran atau lempengan yang pada bagian tengahnya memiliki lubang kecil yang berfungsi untuk melekatkan barang atau kain yang dihias.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa jenis hiasan Baju itu bermacam- macam yang bertujuan untuk memperindah dan mempertinggi nilai ekonomi dari benda yang dihiasnya. Sedangkan
hiasan
manik-manik pada kostum tari dapat
memberikan citra anggun dan menarik perhatian. Pemilihan dan penyusunan warna yang tepat dan serasi akan menimbulkan kesan indah dan eksklusif. 4.
Desain Pelengkap kostum Pelengkap busana adalah segala sesuatu yang dikenakan dari ujung rambut sampai ujung kaki setelah mengenakan busana pokok. Untuk melengkapi dalam berbusana baik yang mempunyai fungsi bagi si pemakai (milineris) maupun yang hanya sebagai hiasan (assesoris), (Prapti Karomah, 1990 : 1). Pelengkap busana dapat berupa sepatu tumit tinggi, tas, gelang, kalung, cincin, giwang, jam ,topi, kaca mata dan sebagainya. Accessories kostum yaitu pakaian yang melangkapi bagian bagian Baju yang bukan pakai dasar. Demikian dengan pelengkap Baju (Accessories) adalah semua yang kita tambahkan pada Baju setelah mengenakan gaun, rok dan blus dan kebaya dan lain-lain. Walaupun
73
kelihatannya
kecil
dan
kurang
berarti,
pelengkap
Baju
dapat
memperbaiki atau memperindah si pemakai. Pakaian yang sederhana dapat kelihatan lebih menarik (Chodiyah dan Wisri A.Mamdy, 1982 : 4546). Menurut Prapti Kharomah dan Sicilia Sawitri, (1998) pelengkap adalah semua benda yang kita tambahkan atau kita pakai setelah benda pokok. Tujuannya adalah untuk memperindah penampilan (dress up). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa pelengkap Baju adalah semua benda besar atau kecil yang digunakan untuk melengkapi penampilan dalam berBaju baik yang bersifat praktis atau untuk menambah keindahan saja. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000 : 33), ditinjau dari fungsinya pelengkap Baju dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Pelengkap Baju praktis, yaitu semua pelengkap Baju yang disamping mempunyai
fungsi
untuk
memperindah
penampilan,
tetapi
mempunyai fungsi khusus untuk melindungi tubuh sipemakai, misalnya: sepatu, topi, kacamata dan tas. b. Pelengkap Baju estetis, yaitu pelengkap Baju yang hanya memenuhi fungsi memperindah Baju yang dikenakan. Yang termasuk pelengkap Baju estetis yaitu: 1) Perhiasan seperti: kalung, gelang, cincin, anting-anting, peniti, bros, tusuk konde, giwang. 2) Selendang atau syal, ikat pinggang yang tidak sewarna dengan Baju.
74
Dalam tari Accessories sangat penting karena antara aksesoris dengan properti memiliki berbedaan yang tidak bergitu jelas. Karena seringkali yang disediakan untuk properti tetapi digunakan untuk aksesoris atau sebaliknya. Hal untuk membedakan antara aksesoris atau properti jika suatu aksesoris yang dikenakan oleh pemeran apabila tidak digunakan untuk membantu acting maka tetap desebut sebagai aksesoris, tetapi kalau barang itu digunakan untuk membantu permainan maka disebut dengan properti. Macam – macam aksesoris tari terdiri dari berbagai bagian yaitu: 1) Bagian kaki misalnya gelang kaki 2) Bagian pinggang sabuk timah dan stagen. 3) Bagian tangan gelang tangan dan cincin (supe). 4) Bagian kuping anting- anting, giwang dan grompolan. 5) Bagian leher kalung ulur. 6) Bagian rambut mahkotah, cundhuk mentul, iket kodhok bineset dan gelung. Sedangakan properti untuk menari berupa keris, tombak, sampur dan kipas. Dari berberapa contoh di atas aksesoris dan properti berfungsi sebagai pelengkap dalam kostum tari. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa accessories sangat penting karena antara aksesoris dengan properti memiliki berbedaan yang tidak bergitu jelas karena dalam seni tari accessories mempunyai dua fungsi yaitu sebagai hiasan atau pelengkap tari.
75
D. Kostum Tari Dalam kostum tari memilki makna atau arti yang berbeda- beda namun memiliki fungsi sama yang akan dijelaskan dalam pengertian kostum tari dibahwa ini. 1.Pengertian Kostum Tari Kostum tari adalah kostum atau busana yang dipergunakan untuk para penari dalam melaksanakan tariannya. ( Drs. Onong Nugraha ). Seorang penari juga dapat menyampaikan karakter dari tarian yang ditarikannya melalui warna dan corak busana. Kostum tari dalam aspek sebuah tarian juga penting sehingga kostum juga mendapat perhatian dari penata tari. Kostum dan assesorisnya atau pelengkap busananya bukan hanya penting untuk ungkapan tarian, tetapi juga ikut berperan dalam mencapai asas – asas yang terpenting dari tarian itu yaitu bentuk khayali dari suatu tokoh peran. Untuk menghayati suatu tokoh peran dalam tarian selain ditujukan kepada bahasa geraknya juga pada kostum tariannya. Sehingga keikutsertaan kostum tari dalam tarian merupakan saham terbesar pada suatu pagelaran tari atau seni pertunjukan tari. Kostum tari adalah alat yang dipakai untuk menutupi bagian- bagian tubuh sesuai dengan norma masyarakat berlaku. Pemakai Baju dalam tari lebih pada pertimbangan keindahan sesuai dengan kebutuhan penarinya ( Cahyono, 2006 : 242 ). Menurut Suparjan ( 1982 : 114 ) bahwa kostum harus enak dipakai, tidak mengganggu gerak tari, menari sedap dipandang mata, dan bila perlu murah harganya serta mudah didapat. Fungsi kostum adalah untuk mendukum tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan dalam suatu
76
sajian tari ( Juzali, 1994 : 17 ). Sedangkan menurut La Mery ( 1965 : 17 108 ) adalah Baju yang dirancang dan dipakai khusus oleh penari untuk keperluan pementasan tari. Berdasarkan pendapat diatas bahwa kostum tari adalah
Baju yang dirancang
yang digunakan penari yang enak
dipakai , tidak terganggu gerak tari dan dalam menari pertimbangkan keindahan didalam pementasan tari. 4. Penggolongan Kostum Tari Menurut buku teaterku ( 24 : 2010) kostum tari adalah tipe atau macam
–macam
kostum
sesuai
dengan
pengaturan
Baju
dan
pemakaiannya kostum tari yang digolongkan menjadi 4, yaitu: a. Kostum Historis Kostum Historis adalah kostum yang sesuai dengan periode atau zaman. Kita dapat tahu tipe-tipe kostum tersebut berdasarkan tahun pireodenya. Contohnya : 1) Kostum kerajaan Majapahit 2) Kostum Yunani dan kostum Mesir dan lain- lain. b. Kostum Tradisional Kostum Tradisional adalah kostum yang merupakan penggambaran karakter secara spesifuk, simbolik, disylisasi dari setiap negara / daerah. Contoh: 1) Kostum Kunti 2) Kostum Dewi sekartaji dan Panji dan lain- lain
77
c. Kostum Nasional Kostum Nasional adalah kostum dari suatu negara / daerah yang mempunyai ciri khas tertentu. Contoh : 1) Baju India ( kain sari). 2) Baju Batak (Ulos) 3) Baju Arab (gamis ) dan lain- lain. d. Kostum Kontemporer Kostum Kontemporer adalah jenis kostum yang sesuai dengan zaman
dan
masa
yang
sedang
berlangsung
dan
mengikuti
perkembangan desain mode. Contoh : rajutan, jeans, tangtop dan lainlain. Kostum Kontemporer juga bisa diartikan dengan Kostum yang sudah melalui berbagai tahap dan perkembangannya. Kostum Kontemporer juga memiliki ide pemikiran yang telah berkembang dan mengikuti trend. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa kostum tari adalah Baju yang dikenakan kehidupan masyarakat yang terlihat dalam peran dan karakter masing –masing. kostum tari bermacam – macam kostum sesuai dengan pengaturan Baju dan pemakaiannya. 3. Karakteristik Kostum Tari Kostum tari dan riasan, adalah merupakan salah satu penunjang dalam pementasan tari yang harus diperhatikan, baik Desain, warna, nilai tekstur bahan, cara pemakaian, serta kepraktisan. Dalam pemakaianya, perlu diperhatikan juga karakteristik dari penari yang akan menggunakan
78
kostum tari tersebut, sehingga tidak mengganggu gerak dan memberikan kenyamanan pada sipemakai. Untuk membuat kostum tari harus diperhatikan tentang karakteristik kostum tari, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan bahan, model, warna, tekstur, serta assesoris. Maka kostum tari harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Model atau Siluet Kostum Tari Siluet adalah bagian luar atau keseluruhan dari pakaian (Prapti Karomah, 1990 : 15). Siluet adalah bentuk luar bayangan dari benda. Siluet busana adalah bentuk luar dari busana (Sicilia Sawitri, 1998 : 93). Siluet kostum tari sama diartikan dengan siluet sebuah Baju. Siluet Baju ada bermacam-macam baik berupa gaun, rok, blus, celana dan sebagainya masing-masing mempunyai bentuk yang bervariasi (Widjiningsih, 1994: 70). Menurut Arifah A Riyanto (2003: 132) siluet adalah garis sisi luar atau garis sisi bayangan luar dari sebuah model Baju atau pakaian. Sedangkan menurut Chodiyah (1982), siluet pada Baju dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, siluet dasar (A, X, I, H, Y) dan siluet gabungan (misalnya antara X dan I, H dan X). Sedangkan siluet pada kostum tari menentukan bentuk kostum dan sifat penari. 1) Siluet A bentuk kostum yang bagian badan yang ketat tetapi kemudian melebar kebawah, sifat penari yang anggun serta alus. 2) Siluet X bentuk kostum yang bagian badan biasa, pinggang ketat dan bagian bawahnya bermodel payung, sifat penari yang riang.
79
3) Siluet I bentuk kostum dengan bentuk longgar dan lurus dari atas kebawah, sifat penari yang lincah. 4) Siluet H bentuk kostum yang mempunyai garis lurus dari atas kebawah dan ditengah dipotong oleh garis melintang ,sifat penari tegas. 5) Siluet Y bentuk kostum yang bagian atasannya banyak detail dan pada bawahan hanya menggunakan celana. Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa siluet adalah bentuk luar atau garis sisi bayangan luar dari suatu Desain kostum tari yang menjelaskan sifat penari. Sehingga bentuk siluet pada kostum tari menentukan karakter penari dan juga mempengaruhi dalam gerak tari. b. Bahan Kostum Tari Pemilihan bahan yang akan digunakan untuk kostum tari harus memperhatikan segi kenyamanan bahan yang akan dipakai. Karena ketidaknyamanan penari dengan kostum yang akan dibuat dapat sangat mengganggu. Hendaknya memilih jenis bahan untuk kostum yang nyaman tidak terlalu tebal, tidak kasar, sehingga tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menyerap keringat. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kostum tari biasanya dipilih bahan bahan yang tidak mewah yang diutamakan adalah bahan yang digunakan pada saat menari dapat memberi efek yang bagus. Bahan – bahan yang biasanya dikenakan adalah bahan yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu mewah. Contoh bahan yang digunakan adalah satin,
80
sifon, silk , satin, beledu, kain renda, chiffon, lame, sutera, dan bahan yang dapat memberi efek tertentu pada penari. (Riverra Monarie). Bila menggunakan bahan yang bermotif sebaiknya dipilih motif yang sesuai dengan makna yang terkadung dari isi cerita tarian yang akan dimainkan agar tidak menghilangkan unsur kebudayaannya, bila ingin memakai kain yang ringan melangsai maka harus dilapisi lapisan atau furing yang menyerap keringat dengan warna yang senada atau kontras. Menurut Sri Kurniati (2006: 45) kostum tari tradisional biasanya menggunakan bahan yang menarik, dan sesuai dengan jenis tarian yang akan disajikan. Sedangkan jenis bahan kostum tari juga menggambarkan jenis tarian daerah yaitu: 1) Bahan kain songket identik jenis tarian Sumatera. 2) Bahan kain batik identik jenis tarian Jawa. 3) Bahan kain sasirangan identik dengan jenis tarian Kalimantan. 4) Bahan kain poleng identik jenis tarian Bali. 5) Bahan kain ulos identik jenis tarian Batak dan lain – lainya. Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa jenis bahan itu berbagai macam dan menentukan jenis tarian berasal. Bahan kostum tari haruslah menggunakan bahan-bahan yang baik, menarik dan sesuai dengan penempatannya sehingga kelihatan istimewa. c. Warna Kostum Tari Pemilihan warna dalam kostum tari juga berperan penting dalam perwujudan karakter atau tokoh yang akan ditarikan Dalam pemilihan warna juga harus dicermati apakah warna yang dipilih termasuk dalam
81
warna primer, sekunder, ataupun tersier. Namun tidak ada salahnya jika penata kostum mempunyai eksperimen dalam penggabungan warna pada kostum tari. “Sebaiknya seorang perancang kostum tari harus berani bereksperimen.” Pendapat ( Riverra Monarie). Dalam pemilihan warna kostum tari juga memikirkan lighting atau pencahayaan pada saat pentas Karena warna kostum tari juga menimbulkan efek pencahayaan yang juga berperan penting. Untuk tari tarian yang banyak menggunakan
gerakancepat atau gerak
gerakan dengan tempo sedang pilihan bahan yang sedikit kaku dapat menjadi pilihan. Terlebih lagi banyak bahan bersifat kaku yang memiliki banyak pilihan warna dan corak menarik. Menurut Sri Kurniati (2006 :13) Untuk kesempatan tari tradisional warna bahan yang digunakan adalah warna cerah tetapi lembut atau warna yang agak gelap tetapi tidak mencolok. Pada kesempatan saat penyambutan tokoh pemimpin warna bahan yang digunakan adalah warna yang cerah, berkilau dan menarik. Sedangkan pada kesempatan saat pementasan atau pertunjukan seni menggunakan warna bahan yang cerah, mencolok, dan menarik perhatian orang banyak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa warna kostum tari disesuai dengan jenis tarian, alur cerita dan tempat pementasan.
82
d. Tekstur Bahan Kostum Tari Setiap bahan memiliki sifat bahan berbeda beda sehingga harus berhati hati dalam memilih bahan untuk kostum tari. Namun pada dasarnya sifat bahan hanya terbagi menjadi dua yaitu kaku dan lentur. Jika bahan bersifat lentur maka membuat seolah olah bahan tersebut mengikuti gerak gerik kita diatas panggung dan membuat efek tersendiri. Pada setiap gerakan tertentu seperti misalnya berputar, menggerakan tangan, atau kaki, dsb. Tekstur kaku membuat efek tegas pada penari. Tekstur kaku bisa kita jumpai pada satin bridal. Tekstur adalah keadaan permukaan suatu benda baik benda alam maupun buatan (Atisah Sipahelut dan Petrussumadi, 1991: 17). Menurut Sri Widarwati (2000: 14) tekstur merupakan sifat permukaan benda yang dapat dilihat, dan dirasakan sifat-sifat permukaan tersebut antara lain: kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis dan tembus terang (transparan). Sedangkan menurut Enny (Zuhni Khayati, 1998: 45) tekstur bahan untuk Baju khusus biasanya lembut, licin, berkilau tidak kaku, dan tidak tebal dan juga memberikan rasa nyaman pada saat dipakai. Menurut Sri Kurniati (2006 :13) Untuk kesempatan tari tradisional saat upacara keagamaan tekstur bahan yang digunakan adalah lembut dan halus, kostum tari tradisional saat penyambutan tokoh masyarakat merupakan kostum yang paling mewah, terutama bagi wanita. Bahan yang digunakan bertekstur lebih tebal tetapi lembut, Sedangkan pada kesempatan saat pementasan atau pertunjukan seni
83
menggunakan bahan yang pada umumnya bertekstur halus, bersifat ringan, melayang Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa tekstur bahan Baju kostum tari adalah keadaan permukaan suatu benda baik benda alam maupun buatan yang dapat dilihat dan dirasakan. 4. Pola Kostum Tari Pola kostum merupakan suatu potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju atau busana ketika bahan digunting (Porrie Muliawan, 1992). Pola juga dikatakan jiplakan bentuk badan seseorang yang biasanya dibuat dari kertas (Z.D. Enna T, 1982 : 133). Dari beberapa keterangan tentang pola, dapat diketahui bahwa pola adalah jiplakan bentuk badan yang dipakai sebagai pedoman ketika memotong bahan baku untuk dijadikan busana. Terdapat berbagai macam pola untuk membuat busana seperti pola badan, pola lengan, pola rok, pola celana, dan pola kulot. Kita dapat membuat berbagai macam busana dengan menggunakan metode pola yang kita pilih dan kita dapat mengembangkan pola sesuai dengan desain busana yang diinginkan. Dalam membuat kostum atau Baju langkah pertama yaitu mengambil ukuran untuk membuat pola sesuai dengan bentuk tubuh penarik yaitu :
84
a. Pengambilan Ukuran Untuk memperoleh pola busana yang pas dan cocok dengan model memerlukan ukuran bagian tubuh model secara tepat dan akurat. Setiap system atau metode pembuatan pola konstruksi memiliki jenis kebutuhan tentang ukuran yang berbeda – beda. Sebelum melakukan pengukuran, model yang hendak diambil ukuranya harus menggunakan peter ban yang diikatkan pada bagian – bagian tertentu dalam tubuh, hal ini dimaksudkan agar ukuran yang diperoleh akurat selain itu atribut busana yang membuat tubuh bertambah besar sebaiknya di tanggalkan. (Porrie Muliawan, 1989 : 2). Dalam pengambilan ukuran
teknik Baju dengan teknik kostum
memiliki persamaan yang dibutuhkan dalam pembuatan kostum tari rancangan penyusun adalah sebagai berikut. Ukuran – ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan pola kostum tari dengan sumber ide Busana teluk Belanga adalah : 1) Ukuran untuk pola badan a) Lingkar leher Diukur sekeliling batas leher dengan meletakkan jari telunjuk di lekuk leher. b) Lingkar badan Diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui pucak dada, ketiak, letak sentimeter pada badan belakang harus datar dari ketiak sampai ketiak. Diukur badan dahulu kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari.
85
c) Lingkar pinggang Diukur sekeliling pinggang pas dahulu kemudian ditambah 1 cm atau diselakan 1 jari. d) Lingkar panggul Diukur sekeliling bawah yang terbesar ditambah 2 cm sebelah atas puncak pantat dengan centimeter datar. Diukur pas kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari. e) Tinggi panggul Diukur dari bawah ban peter pinggang sampai dibawah ban centimeter di panggul. f)
Panjang punggung Diukur dari tulang leher yang menonjol di tengah belakang lurus ke bawah sampai ban peter pinggang.
g) Lebar punggung Diukur 9 cm di bawah tulang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan kiri sampai batas lengan kanan. h) Panjang sisi Diukur dari batas ketiak ke bawah ban peter pinggang dikurangi 2 atau 3 cm.
86
i)
Lebar muka Diukur 5 cm dibawah lekuk leher atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan yang kanan sampai batas lengan yang kiri.
j)
Panjang muka Diukur dari lekuk leher di tengah muka ke bawah sampai di bawah ban peter pinggang.
k) Tinggi dada Diukur dari batas ban peter pinggang tegak lurus ke atas sampai di puncak buah dada. l)
Panjang bahu Diukur pada jurusan di tengah belakang daun telinga dari batas leher ke puncak lengan atau bahu yang terendah.
m) Ukuran uji / ukuran kontrol Diukur dari tengah muka di bawah ban peter serong melalui puncak buah dada ke puncak lengan terus serong ke belakang pas bawah ban peter. n) Panjang celana Diukur dari batas pinggang sampai bawah kaki yang dikehendaki.
87
b. Metode/ Sistem Pembuatan Pola Kostum Didalam pembuatan busana diperlukan pola. Dalam pembuatan busana dikenal ada dua cara pembuatan pola busana, yaitu secara draping dan secara kontruksi (Widjiningsih, 1994 : 3). Draping adalah cara membuat pola ataupun busana dengan meletakkan kertas tela sedemikian rupa diatas badan seseorang yang akan dibuatkan busananya dengan bantuan jarum pentul (Widjiningsih, 1994 : 3). Untuk mendapat bentuk yang sesuai dengan bentuk tubuh diperlukan lipit pantas. Untuk cara yang kedua adalah pola kontruksi. Yang dimaksud dengan pola kontruksi yaitu pola yang dibuat berdasarkan ukuran-ukuran
yang
diambil
dari
bagian-bagian
badan
yang
diperhitungkan secara sistematis. Berdasarkan ukuran-ukuran ini kemudian dibuatlah gambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok, lengan, krah, dan sebagainya (Widjiningsih, 1994 : 3). Didalam pola kontruksi, kemudian berkembanglah menjadi bermacam-macam system, yaiti system JHC meyneke, system Charmant, system Muhawa, system Sho-en, system Dress Making, dan system praktis. Saat membuat pola busana, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti: 1) Sewaktu mengambil ukuran harus benar – benar tepat dan cermat. Model diikat dengan peter ban pada beberapa bagian
88
tubuh. Model harus berdiri dengan tegap janagn sampai membungkuk. 2) Cara menggambarkan lengkung – lengkung pola pada busana harus luwes, seperti menggambar kerung lengan, kerung leher, garis panggul dll. 3) Perhitungan yang dilakukan harus cermat dan teliti sesuai dengan rumus, agar hasil yang diperoleh benar. Metode pembuatan pola Baju dan kostum memiliki metode pembuatan pola sama yang terdiri dari dua macam yaitu : 1) Draping Meletakkan sehelai kain muslin atau kertas dilangsaikan pada boneka jadi, dengan membuat beberapa lipit pada bahan jiplakan bentuk badan ini menjadi bentuk dasar pola Baju yang disebut memulir atau draping (Porrie Muliawan, 1989: 2). Sementara menurut Sicilia Sawitri (1994 : 19) draping adalah pembuatan pola atau Baju langsung pada badan atau paspop dengan menggunakan kertas stella atau kain coba. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa draping adalah cara membuat pola ataupun Baju yang langsung dikenakan pada boneka atau pun tubuh manusia. 2) Konstruksi pola Konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara matematis
89
dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka belakang, rok, lengan, kerah, dan sebagainya (Widjiningsih 1994 : 3). Menurut Djati Pratiwi (2001 : 16) pola konstruksi adalah pola yang dibuat dengan konstruksi bidang datar/flat pattern, pola ini merupakan pengembangan dari pola yang dibuat dengan konstruksi padat/boneka. Sistem pola konstruksi ini dapat membuat pola untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kontruksi pola adalah pola yang dibuat dengan kontruksi bidang datar atau Flat pattern berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara matematis dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan depan belakang, rok, lengan, kerah dan sebagainya. Untuk mendapat hasil pola kontruksi yang baik harus dikuasai hal-hal berikut ini antara lain: a) Cara pengambilan macam-macam ukuran yang dilakukan secara cermat dan tepat dengan menggunakan peter ban sebagai alat penolong sewaktu mengukur dan mengambil pita pengukur untuk mengukur. b) Cara mengambar bentuk tertentu seperti garis leher, garis kerung lengan dan yang lain harus lancar dan luwes. c) Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam kontruksi dilakukan secara cermat dan tepat (Widjiningsih, 1994).
90
Berdasarkan penjelasan di atas Penyusun menyimpulkan bahwa kontruksi pola adalah pola yang dibuat dengan kontruksi bidang datar berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara matematis dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan depan belakang, rok, lengan, kerah dan sebagainya. 5. Teknologi Kostum Tari Teknologi busana atau kostum merupakan salah satu cara atau teknik yang digunakan dalam pembuatan busana agar hasilnya pas dan nyaman dipakai. Didalam pembuatan kostum Teknologi Busana dan kostum memiliki teknik sama dalam proses menjahit.Teknologi Baju terdiri dari: a. Teknologi Penyambungan (Kampuh) Kampuh adalah kelebihan jahitan atau tambahan jahitan untuk menghubungkan dua bagian dari Baju yang dijahit. Misalnya menghubungkan bahu depan dan bahu belakang, sisi depan dengan sisi belakang (Nani Asri Yulianti, 1993 : 4). Kampuh adalah jahitan yang terdiri dari satu bagian atau lebih dari pakaian (Soekano, 2000). Menurut Nanie Asri Yulianti (1993 : 4-9). Kampuh terdiri dari dua macam yaitu : 1) Kampuh buka Kampuh buka adalah kelebihan jahitan yang dihubungkan dua bagian dari Baju yang dijahit secara terbuka. Macam-macam kampuh buka antara lain:
91
a) Kampuh buka diselesaikan dengan obras b) Kampuh buka diselesaikan dengan dijahit tepi c) Kampuh buka diselesaikan dengan dirompok d) Kampuh buka diselesaikan dengan digunting zig-zag e) Kampuh buka diselesaikan dengan tusuk balut dan tusuk feston Pemilihan kampuh didasari pada jenis kain yang digunakan, sistem penjahitan, dan desain Baju. 2) Kampuh tutup Kampuh ini disebut kampuh tutup karena kelebihan jahitan dari dua bagian kain yang tidak terbuka tetapi menjadi satu. Macam-macam kampuh tutup antara lain: a) Kampuh balik Kampuh balik ini biasanya digunakan pada pakaian anak, pakaian dalam wanita, pakaian dewasa wanita yang terbuat dari bahan tembus terang dan lenan rumah tangga. Keuntungan dari penggunaan kampuh balik ini adalah kuat dan rapi. Macam-macam kampuh balik antara lain: (1) Kampuh balik biasa (2) Kampuh balik semu (3) Kampuh balik yang diubah (digeser)
92
b) Kampuh pipih Kampuh pipih digunakan untuk pakaian bayi, pakaian pria dan pada tempat-tempat yang harus pipih. Lebar jahitan 1cm, jadi ½ atau ¾ cm. c) Kampuh perancis Kampuh ini untuk menghubungkan dua bagian kain dengan satu kali setikan . kampuh ini digunakan untuk bahanbahan yang tipis seperti poplin. Lebar kampuh 1cm, jadi ½ cm atau ¾ cm. d) Kampuh sarung Kampuh sarung dipakai untuk menyambung bahan berkotak, untuk menjahit pakaian yang dipakai bolak-balik, untuk garis lengkung pada model pakaian. Kampuh ini pada bagian baik terdapat satu jalur setikan (Nanie Asri Yulianti 1993 : 6-9). b. Teknologi Interfacing Interfacing (lapisan dalam) yaitu sepotong bahan pembentuk biasanya dipotong sama serupa dengan lapisan singkap dan pakaiannya (Goet Poespo, 2005 : 59). Menurut Radias Saleh dan Aisyah Jafar (1991 : 101), interfacing terdiri dari dua jenis yaitu: 1)
Interfacing yang berperekat, cara merekatkannya dengan mengunakan seterika panas hingga menempel.
93
2) Interfacing tidak berperekat, pada bagian buruk bahan diberi tusuk atau setikan penahan, (pembantu). c. Teknologi Facing Lapisan singkap (facings) dipergunakan pada penyelesaian pinggiran kasar atau tiras. Lapisan singkap bisa dipotong baik pada lajur benang yang sama dengan bagian yang harus dilapisi atau dengan bahan berlajur benang serong (kumai) (Goet Poespo, 2005 : 68). Bahan yang digunakan untuk facing menurut Nanie Asri Yulianti (1993) adalah: 1) Sewarna dengan bahan pokok. 2) Berbeda warnanya dengan bahan Baju, perlu diingat kombinasi warna harus sesuai dengan Bajunya. d. Teknologi Interlining Interlining (lapisan antara) yaitu sepotong bahan pembentuk dipotong sama serupa dari bagian sebuah desain dan dipergunakan diantara suatu bahan pelapis (lining) dan bagian dari desain. Yang dikontruksikan terpisah dan digabungkan dengan tusuk flanel (catch stitch) pada lapisan singkap (facing) pakaiannya sebelum bahan pelapis dijahitkan kedalam. Ini diperlukan untuk kehangatan sekalian sebagai pembentuk (Goet Poespo, 2005 : 60). e. Teknologi Lining Lining (bahan pelapis) yaitu sepotong atau potongan-potongan bahan pembentuk yang sebagian atau keseluruhan menutupi bagian
94
dalam dari pakaian. Yang dipotong dari bagian-bagian pola yang nantinya akan menutupi dan dikontruksikan secara terpisah dari pakaiannya dan digabungkan pada bagian kampuh yang pokok, seperti garis pinggang. Diselesaikan pada sisi bawah sekalian membentuk pakaiannya (Goet Poespo, 2005 : 60). Contoh bahan yang digunakan dalam lining ini antara lain sutera, crepe, satin yang halus, sutera taffeta, rayon, asahi, abute, erow dan sebagainya. Penyelesaian lining ada dua macam, yaitu: 1) Pemasangan lining dengan teknik lepas Pemasangan lining dengan teknik lepas yaitu bahan lining dan bahan utama diselesaikan tersendiri pada bagian-bagian tertentu, yaitu pada bagian kampuh sisi-sisi Baju, kupnat kemudian bahan utama dan bahan lining disatukan. 2) Pemasangan lining dengan teknik lekat Pemasangan lining dengan teknik lekat yaitu bahan utama dan bahan lining dijahit secara bersama-sama. 6. Teknologi Pengepresan Penyetrikaan adalah proses melicinkan pakaian yang kusut dan berkerut serta lembab setelah dicuci dan dijemur, dan uap sebagai pembantu membentuk pakaian agar rapi. Ada tiga tingkatan dalam proses penyetrikaan atau pengepresan yaitu : sebelum pemotongan, sebelum penjahitan, yang disebut under pressing, dan setelah pakaian selesai dijahit yang disebut dengan final pressing. Teknik pengepresan dilakukan agar busana atau jahitan yang dihasilkan rapi, maka setelah dijahit harus
95
dipress dengan cara disetrika. Alat-alat pengepresan antara lain : iron, iron board (papan setrika), wooden clapper (kayu penekan), needle board (papan jarum), sleeve board (papan lengan), press mit, seam roll, tailor’s ham (bantalan pengepresan). Pengepresan merupakan suatu cara agar kampu-kampuh terlihat lebih pipih dan rapi. Pengepresan dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan menggunakan setrika dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan kostumnya. Ada tiga tingkatan dalam proses penyeterikaan atau pengepresan yaitu: sebelum pemotongan, selama penjahitan yang disebut under pressing. (Sicilia Sawitri, 1997). Kunci untuk memperoleh suatu “penampilan ahli” adalah menyetrika bahan setiap mulai menjahit kemudian disetrika lagi bilamana pakaian sudah selesai dijahit (Goet Poespo, 2005 : 21). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi pengepresan adalah suatu cara untuk merapikan bahan Baju sebelum dijahit dan memipihkan kampuhkampuh setelah proses penjahitan untuk memperoleh hasil akhir yang baik dan rapi. Dalam pembuatan
kostum tari rancangan penyusun,
teknologi pengepresan dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan suhu sedang dan bantuan air yang disemprotkan pada permukaan bahan agar mendapatkan hasil akhir yang lebih baik. Kostum tari menggunakan teknologi pengerpesan untuk merapikan kostum supaya kelihat indah.
96
E. PENCIPTAAN KOSTUM TARI TOKOH GAGAHAN PRIA DENGAN SUMBER IDE ”BAJU TELUK BELANGA” Dalam proses penciptaan kostum tari diawali dengan mendisain kostum agar diperoleh sebuah hasil kostum tari yang sesuai. Dalam mendisain kostum penyusun harus mengkaji tema dari tari pangimpen. Tari Pangimpen bertemakan percintaan, yaitu mengisahkan tentang seortang raja yang sedang jatuh cinta kepada seorang putri. Setelah mengkaji tema alur yang digunakan adalah alur maju, alur maju adalah alur yang diceritakan runtut dari awal sampai akhir. Tokoh yang dimunculkan adalah Gagahan Pria yang mempunyai karakter tegas, dinamis, pemberani dan romantis. Setelah mengkaji tema, alur cerita dan karakter yang akan dimunculkan penyusun mengkaji sumber ide. Sumber ide yang penyusun ambil adalah baju Teluk Belanga dengan mengambil cirri khusunya yaitu bentuk dari sampin. Untuk memperkuat karakter yang akan dimunculkan maka penyusun juga menerapkan unsur – unsur dan prinsip desain pada kostum tari sehingga dalam pembuatan karya baru harus memperhatikan sumber ide yang akan dipergunakan dengan mempertimbangkan prinsip dan unsur dessain agar karyua atau desain yang diperoleh baik. Sesuai dengan tema gelar kostum tari yang akan diselenggarakan yaitu “ Kostum Tari Kontemporer” dengan mengambil tema khusus “ Tari Pangimpen” dimana kostum tari ini mengambil cirri khusus dari baju Teluk Belanga yang sudah dikembangkan dan merupakan salah satu etnik nusantara yang perlu dilestarikan dan mempunyai karakterisitik dan daya tarik yang hebat. Kostum Tari Pangimpen yang diciptakan penyusun mengambil cirri
97
khusus dari sumber ide yaitu Baju Teluk belanga dengan mengambil bentuk dari sampin. Sampin adalah kain yang dililitkan di pinggang kemudian penyusun kembangkan menjadi bentuk sampin yang sudah berpola. Kostum tari yang penyusun buat terdiri dari 3 bagian yaitu kemeja tanpa lengan, celana bentuk panji,dan celemek panggul dari batik motif parang gurdho. Celemek panggul adalah produk jadi dari pengembangan bentuk sampin. Dari penuangan ide tersebut perancang menciptakan sebuah desain kostum tari bersiluet H yang terdiri dari busana atasan atau kemeja tanpa lengan menggunakan krah shanghai pada bawahan mengguanakn celana bentuk panji dengan panjang sampai lutut, pada bagian bawah celana menggunakan elastic lebar 2 ½ cm, pada celemek panggul menggunakan kain batik motif parang gurdho pada tingkatan ke dua mengguankan bahan satin berwarna merah hati, pada tengah sampin penyusun kembangkan memakai jabot dengan bahan batik motif parang gurdo, pada panggul sisi kanan dan kiri pinggang terdapat sampur dengan panjang sampai mata kaki dijepit pada bagian ban pinggang sampin. Bahan yang dipergunakan untuk kemeja tanpa lengan adalah satin bridal warna merah hati dengan kombinasi satin emas begitu juga dengan celana menggunakan bahan dan warna yang sama dengan kemeja tanpa lengan. Pada sampin dan jabot menggunakan batik motif parang gurdho yang menjadi cirri khas dari Penari gagahan Pria, pada sampur yang terletak disisi kanan kiri menggunakan bahan satin emas.
98
Dalam menciptakan kostum tari ini penyusun menerapkan unsur dan prinsip desain agar memperoleh desain kostum tari yang serasi. Penerapan garis lengkung ini diterapkan pada kemeja tanpa lengan dan sampur, garis lengkung pada kemeja tanpa lengan ini memberi kesan romantis. Selain garis lengkung juga menggunakan garis lurus vertical pada Jabot dan bentuk dari sampin sehingga terkesan tegas dan gagah. Unsur arah menjadi salah satu penyeimbangan dalam penciptaan kostum tari. Unsur arah yang digunakan dalam penciptaan kostum tari ini adalah arah diagonal pada hiasan kemeja tanpa lengan memberikan kesan dinamis dan arah horisontal pada hiasan belakang kemeja tanpa lengan. Pemakaina unsur bentuk dalam pembuatan kostum tari ini adalah pada bagian krah menggunakan krah shanghai sehingga terkesan tegas dan berani seperti karakter seorang raja. Unsur ukuran pada kostum tari ini adalah pada celana dengan menggunakan umuran midi yaitu ukuran panjang celana 10 cm di bawah lutut. Kostum tari ini menggunakan nilai gelap terang atau value pada kostum atasan mengarah pada warna gelap yaitu merah marun dan pada sampur mengarah ke warna cerah yaitu warna emas. Dalam penciptaan sebuah kostum unsur warna juga juga berperan penting dalam menciptakan hasil karya kostum tari yang selaras serasi dan seimbang dengan tokoh yang akan ditarikannya, agar busana ini dapat memancarkan karakterisitik yang akan ditampilkannya. Tidak hanya itu saja pemilihan kombinasi warna yang tepat akan memberikan kesqan yang menarik, penerapan unsur warna yang penyusun pakai adalah warna primer yaitu terdiri dari warna merah dan
99
kuning ( emas ) warna warna tersebut merupakan warna yang belum mengalami pencampuran warna. Selain mempertimbangkan unsur desain untuk mencipta sebuah desain kostum tari juga mempertimbangkan prinsip prinsip desain. Prinsip keserasian atau keslarasan pada kostum ini dapat terlihat pada keserasian dalam warna pada perpaduan antara warna merah marun dan warna emas dimana warna tersebut terlihat serasi. Prinsip perbandingan pada kostum tari ini terlihat pada bahu yang ditinggikan sehingga memunculkan karakter tegas dan gagah sesuai dengan tarian yang akan ditarikan yaitu Gagahan Pria, tidak hanya dilihat dari segi penampilan tetapi penyusun menggunakan warna merah marun untuk memberi kesan pemberani dan tegas, seperti halnya karakter dalam tarian tersebut. Keseimbangan yang diterapkan dalam mencipta kostum tari ini adalah simetris karena pada kemeja tanpa lengan dibuat menyilang dengan jarak yang sama antara keduanya, begitu juga dengan sampur yang memiliki ukuran dan panjang yang sama. Prinsip Irama penyusun terapkan pada pengulangan hiasan payet yang disusun membentuk mengikuti bentuk kemeja tanpa lengan. Irama pertentangan pada pertemuan antara garis lurus dan lengkung pada Jabot. Pusat Perhatian ( Center Of Interest ) penyusun terapkan pada Jabot yang ditambah dengan hiasan prada. Kostum Tari Gagahan Pria ini akan dituangkan dalam desain sketching, presentation drawing, desain hiasan dan pelengkap kostum. Desain sketching digambar dentgan proporsi yang baik tampakdepan dengan penyelesaian
100
menggunakan marker hitam. Presentation drawing digambar bagian muka dan bagian belakang dengan penyelesaian mix media.
101
Gambar 4. Sketsa Disain Kostum Tokoh Gagahan Pria Skala 1 : 6
102
Krahh shanghai Kanccing logam m diam meter 2 cm kemeeja lengaan
tanpa
Ban pinggang. Celemek panggul tingkat I Sam mpur
Celemek ngkat panggul tin II
Jaabot
.Celanaa panji
maanset
G Gambar 5. Gambar G Preseentasi Kostuum Tokoh Gaagahan Pria (taampak depann) Skala 1 : 6
103
Krah Shanghai Kemeja lengan
tanpa
Celemek panggul susun I Celemek panggul susun II
Celana panji
manset Sampur
Gambar 6. Gambar Presentasi Kostum Tokoh Gagahan Pria ( Tampak Belakang ) Skala 1 : 6
104
Hiassan Payet daun dipasang beerjajar meengikuti ben ntuk dari kemeeja tanpa leengan.
Gambar 7. Desain Hiasan Kostum Tokoh Gagahan Pria Bagian Depann Skala 1 : 6
105
. Hiasan Payet daun dipasang berjajar mengikuti bentuk dari kemeja tanpa lengan.
Gambar 8. Desain Hiasan Kostum Tokoh Gagahan Pria Bagian Belakang Skala 1 : 6
106
Memberikan M “p prada“pada baagian motiff batik paarang gurdhoo pada saampin
Gambar 9. Desain Hiasan Kostum Tokoh Gagahan Pria Bagian Depann Skala 1 : 6
107
Pemberian hiasan “Prada” pada bagian belakang sampin.
Gambar 10. Desain Hiasan Kostum Tokoh Gagahan Pria Bagian Belakang Skala 1 : 6
108
F. PENTAS SENI ”KOLABORASI SENDIKAR Kolaborasi Produksi Gelar Koreografi 2010 ” Kolaborasi SENDIKAR ( Seni Pendidikan Karakter)” Kegiatan Gelar Koreografi merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk menumbuhkan berbagai kreativitas dalam melestarikan keanekaragaman seni budaya yang digarap bagus melalui kemilau sentuhan imajimasi, edukatif, ekspresi, kerampilan, berkreasi dan berkarya dalam seni pertunjukan yang mendidik. Gelar Koreografi sendiri mempunyai tujuan antara lain: 1. Sebagai sarana hiburan dan pengetahuan baik untuk para pengamat mode maupun masyarakat umum. 2. Memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kolaborasi antara Jurusan Tata Baju Yogyakarta.
dengan Pendidikan Seni tari Universutas Negeri
Melatih
para
mahasiswa
dalam
berorganisasi
dan
berhubungan dengan dunia luar, khususnya mengenai penyelenggaraan gelar koreografi. 3. Memberi bekal pengetahuan pengalaman serta kreativitas berkarya untuk menggembangkan gagasan dalam konteks budaya. Sebelum menampilkan Kostum Gagahan Pria pada Tari Pengimpen yang harus memperhatian dalam tataan panggung yaitu:
109
1.Tempat Pentas Suatu pertunjukan apapun bentuk selalu menentukan tempat atau ruang untuk menyelenggarakan pertunjukan tersebut. Pertunjukan adalah klasi atau karena yang akan dipergunakan untuk membawakan suatu pertunjukan atau pementasan. Pola panggung ” Kolaborasi SENDIKAR”
A
B1
B2 C
Gambar 9. Gambar Denah Panggung Gelar ” Kolaborasi SENDIKAR”
Keterangan menurut kode huruf yaitu: A : Panggung pentas bentuk persegi panjang. B1 danB2 : Tempat musik atau iringan rawitan C : Tempat duduk penonton dan tamu undangan 2.Tata Lampu atau Lighting Tata lampu adalah seperangkat penataan lampu untuk keperluan pementasan. Menurut Hadi ( 2003 : 92 ) adalah pener tata cahaya sangat mendukung suatu bentuk pertunjukan tari. Fungsinya untuk penerangan,
110
penciptakan suasan atau untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan. Hal – hal yang mempengaruhi peneran pada penari yaitu : a) Alur cerita atau kisah, warna yang digunakan pada penerang atau cahaya yang digunakan pada Tari Pengimpen merah dan kuning, yang menggambarkan cinta yang membara. b) Kostum tari, warna yang digunakan yaitu warna merah hati, emas dan putih. Hal ini mempengaruhi kecahayaan untuk memperkuat alur cerita atau kisah cerita. c) Tata rias adalah hal yang paling penting peka dihadapan penonton, karena biasanya penonton sebelum menikmati tarian selalu memperhatikan wajah penari baik untuk mengetahui tokoh atau peran yang dibawakan maupun untuk mengetahui penarinya Jazuli (2002 : 19). Fungsi lampu dengan tata rias sangat penting karena akan mempengaruhi suatu karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat akspresi dan untuk menambah daya tarik penampilan. Tata rias penari putra dan putri adalah tata rias wajah dan rambut. Rias wajah yang digunakan pada Tari Pengimpen yaitu rias korektif yaitu rias yang hanya mempertegas garis- garis wajah saja, karena Tari Pengimpen menggunakan properti topeng yang menggunakan warna dasar emas yang berarti bersifat kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu. Tata rias rambut penari putra hanya diberi gel sedangkan putri tidak disanggul akan tetapi dengan
111
rambut kerinting gadul yang ditambah rambut pasang yang berwarna emas dan hiasan rambut lainya. 3. Iringan dan Musik Iringan dan musik adalah musik sangat penting dalam mendukung sebuah penyajian tari. Musik dalam tari bukan hanya sekedar sebagai iringan saja tetapi juga sebagai pelengkap tari yang sangat berkaitan, yang dapat memberi suasana yang diinginkan dan mendukum alur cerita. Musik yang digunakan adalah Tari Pengimpen diiringi gending “Bendrong” dan perawit lainya. 4. Tata Suara Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi untuk tujuan musik untuk iringan tari. Tata suara pada Tari Pengimpen menggunakan musik iringan tari menggunakan alat musik yang langsung dimainkan. Dalam penyelenggaraan pagelaran ” Kolaborasi SENDIKAR ”juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak diantara lain yaitu: 1. Program non sponsor Program non sponsor yaitu pagelaran Busana dilakukan dan ditanggung oleh pihak penyelenggara sendiri tanpa bekerja dengan pihak lain.
Keuntungan
penyelenggaraan
dengan
cara
ini
adalah
penyelenggaraan dapat menggunakan bahan tekstil, pemilihan warna menurut desain dan tidak terikat dengan pihak manapun. Kekurangan dari program ini adalah semua biaya penyelenggaraan pagelaran Baju ditanggung oleh pihak penyelenggara.
112
2. Program sponsor Program
sponsor
yaitu
penyelenggaraan
pagelaran
Baju
dilaksanakan bersama antara pihak desainer dengan pihak lain, baik itu sponsor tunggal maupun sponsor bersama. Keuntungan dari program sponsor ini adalah penyelenggara tidak boleh menolak jenis barang yang diberikan oleh pihak sponsor. Penyelenggaraan” Kolaborasi SENDIKAR ”meliputi tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan yang dilakukan adalah menentukan tema. Tema Kolaborasi Produksi Gelar Koreogrfi 2010 yang dilakukan adalah Kolaborasi Sendikar yang menggunakan sumber ide tertentu sesuai keinginan desainer
kemudian ciri khusus kostum diangkat dan
diaplikasikan untuk trend. Pembentukan panitia sebagai persiapan menurut Sri Ardianti Kamil,1998 yaitu: 1.
Ketua panitia yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan gelar seni.
2.
Wakil ketua panitia yaitu orang yang membantu ketua dari penyelenggaraan gelar seni.
3.
Sekretaris dan humas yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap semua undangan, surat menyurat dan segala hal yang berhubungan dengan masyarakat.
4.
Bendahara yaitu orang yang berfungsi membuat anggaran biaya serta membukukan segala pengeluaran dan pemasukkan uang dalam penyelenggaraan dan pagelaran tari.
113
5. Announcer yaitu orang yang bertanggung jawab atas gelar Baju, biasanya menerangkan sebagai Master of Ceremony (MC). 6. Penanggung jawab peragawati dan ruang rias yaitu orang yang mengurus segala hal yang berhubungan dengan peragawati. 7. Penanggung jawab ruangan yaitu orang yang mengurus segala hal, keperluan teknis penyelenggaraan gelar Baju seperti lighting, sound system, dokumentasi dan lain-lain. Panitia yang dibentuk dalam pagelaran seni dengan tema “Kolaborasi Sendikar” terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, sie sponsorship, sie perlengkapan, sie dekorasi, sie publikasi/humas, sie dokumentasi, sie percetakan, sie juri/penerima tamu, sie sound lighting, sie peragawati, sie acara, sie make up, sie keamanan, dan sie konsumsi . Pagelaran sanggar tari “Kolaborasi Sendikar” dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan sponsor yang mendukun acara tersebut.
114
BAB III PROSES PEMBUATAN DAN MENAMPILKAN KOSTUM TARI
A. PROSES PEMBUATAN KOSTUM Perencanaan adalah faktor penting dalam proses pembuatan kostum tari diperlukan suatu perencanaan agar tujuan dan karakterisitik kostum tari dapat tercapai. Langkah-langkah dari perencanaan dalam proses pembuatan kostum tari dengan sumber ide Baju Teluk Belanga antara lain : 1. Persiapan Persiapan yaitu langkah awal setelah proses prencanan. Persiapan dimaksud untuk mempermudah produksi yang akan dijalankan sehingga dapat terlaksana dengan baik dan terorganisir. Adapun langkah - langkah yang dibutuhkan didalam tahap persiapan ini, meliputi : a. Pembuatan Gambar Kerja Kostum Tari Pembuatan gambar kerja Kostum Tari dilengkapi dengan gambar kerja hiasan kostum, dan gambar kerja pelengkap kostum. pembuatan gambar – gambar ini dilakukan untuk mengetahui lebih detail bagian – bagian yang akan dibuat, mulai dari ukuran, hiasan dan pelengkap yang digunakan, selain itu juga untuk mempermudah proses pembuatan sehingga kostum tari yang dihasilkan bermutu tinggi dan sesuai dengan keinginan
115
12 cm 3,5 cm 26 cm 34 cm
m 8 cm
8 cm
8 cm
70 cm
Gambar 9. Gambar K Kerja Kemejaa Tanpa Lenggan Bagian Depann
116
3,5 cm 45 cm 25 cm
82 cm
8 cm
Gambar 10. Gambar Kerja Kemeja Tanpa Lengan Bagian Belakang
117
70 cm
70 cm
62 cm
60 cm 49 cm
4 cm
40 cm
Gambar 11. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Depan
118
70 cm
5 cm
70 cm
60 cm
49 cm
40 cm
Gambar12. Gambar Kerja Celana Panji Bagian Belakang
119
27 cm m
70 cm 1 cm 15
8 cm 60 cm 85 cm
96 cm 85 cm m
G Gambar 13. Gambar G Kerrja Celemek Panggul Baagian Depan
120
8 cm
27 cm 27 cm
35 cm
85 cm 8 cm 8 cm 95 cm
Gambar 14. Gambar kerja Celemek Panggul Bagian Belakang
121
Kancin ng Hias warrna emas n dengan diameteer 2cm
Pada tepi – tepi rompi dihiaas dengan payyet yang mengeelilingi rompi. Hiassannya terbuat darii payet berbentuk daun d warna emass. Dengan pannjang 0,5 cm.
Jarak antaraa payet satu dengann yang lainnya adallah 0,3 cm
Gam mbar 15. Gam mbar Kerja Hiasan Rom mpi
122
b.
Pengambilan ukuran Pengambilan ukuran disesuiakan dengan model kostum tari yang akan dibuat. Dalam pengambilan ukuran juga harus teliti sesuai dengan ukuran penari, jangan lupa tubuh model penari di beberapa bagian diikat dengan peterban dan sikap model penari tegap. Dalam mengambil ukuran diperlukan alat berupa meteran yang digunakan dalam bentuk cm. 1) Ukuran – ukuran yang digunakan dalam pembuatan kemeja tanpa lengan meliputi : a) Lingkar leher
: 45 cm
b) Lingkar badan
: 82 cm
c) Panjang muka
: 39 cm
d) Lebar muka
: 34 cm
e) Panjang punggung
: 47 cm
f) Lebar punggung
: 39 cm
g) Lingkar pinggang
: 70 cm
h) Panjang bahu
: 12 cm
i) Lingkar kerung lengan
: 44 cm
2) Ukuran – ukuran yang digunakan dalam membuat celemek panggul susun 1 dan susun 2 : a) Lingkar pinggang
: 70 cm
b) Lingkar panggul
: 86 cm
c) Tinggi panggul
: 19 cm
123
d) Panjang celemek panggul susun 1
: 27 cm
e) Panjang celemek panggul susun 2
: 35 cm
3) Ukuran – ukuran yang digunakan dalam membuat celana panji a) Lingkar pinggang
: 70 cm
b) Lingkar panggul
: 86 cm
c) Lingkar pesak
: 70 cm
d) Lingkar lutut
: 40 cm
e) Panjang celana
: 62 cm
f) Tinggi duduk
: 28 cm
a. Pembuatan pola kostum tari Merupakan langkah pengembangan dari pola dasar menjadi pola sesuai dengan yang diinginkan. Untuk memperoleh pola dasar yang baik, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Mengambil ukuran dengan cermat dan teliti, serta menggunakan peterband sebagai alat penolong. 2) Dalam menggambar bentuk lengkung harus luwes. Hal ini bisa dibantu dengan penggunaan pengaris lengkung. Garis lengkung diperlukan pada saat membuat kerung lengan, kerung leher dan garis panggul. 3) Perhitungan pecahan dari ukuran garus cermat dan teliti. Setelah pola dasar (skala 1 : 6) dibuat, langkah selanjutnya adalah pecah pola untuk mendapatkan pola kostum tari yang diinginkan.
124
Dalam pembuatan p K Kostum Tarii Pangimpenn dengan Sumber S ide Baju Telluk Belangaa, menggunkkan pola daasar dan pecah model yang dibbuat adalah pola dasar kemeja untuuk pembuattan kemeja tanpa len ngan, pola celemek paanggul susunn 1 dan sussun 2, pola dasar celaana pria untuuk pembuataan celana pannji.
Gam mbar 16. Polla Dasar Kem meja Skalaa 1 : 6 Sumber : M.H M Wancikk
125
Keterangan Pola Kemeja bagian depan dan belakang Pola bagian Depan 1. A A’
: A – A’ = 2 cm
2. A – A”
: 4 cm
3. A – B
: 1/6 Lingkar Leher + ½ cm
4. A – C
: 1/6 Lingkar Leher + 1 ½ cm
5. A” – D
: ½ Lebar punggung + 1cm
6. B – E
: Panjang kemeja
7. A’ – F
: ½ Lingkar kerung lengan
8. F – G
: ¼ Lingkar badan
9. C -C’
: E – E’ = 1 ½ cm
Bagian Belakang Kutip pola bagian depan tanpa lidah bahu naik 4 cm, titik bahu tertinggi bagian belakang ditarik garis lurus Tengah Belakang ( TB ) dan diturunkan 2 ½ cm, kemudian dibuat lengkung leher belakangnya.
126
Gambar 177. Pola Krah Shanghai Skala 1 : 6
K Keterangan pembuatan pola krah shhanghai : A–B
: 3,5 cm
A–C
: ½ lingkar leher.
B–D
: sama deengan AC
C–D
: Sama deengan AB
A ABCD dibuaat garis lurus dihubungkkan membenttuk persegi panjang. p C – C’
: masuk 1 cm
C – C” C’
: naik 1 cm c
D – D’
: naik 1 cm c
A – C’ – C”
: dihubun ngkan membbentuk garis lengkung.
B – D’
: dihubun ngkan membbentuk garis lengkung.
127
Bagian Depan
Bagian Belakang
Gambar 18. Pola Kemeja Tanpa Lengan Bagian Depan dan Belakang Skala 1:6
128
Gambar 19. Pola Kemeja tanpa Lengan Bagian Depan dan Belakang dan pola krah shaghai Skala 1 : 6
129
Gambbar 20. Pola Celana panjji Bagian Deepan Skala 1 : 6 ( Sum mber : Soekarrno )
130
Gam mbar 21. Pola Celana pannji Bagian Belakang B dann ban pinggaang Skala 1 : 6 ( Sum mber : Soekarrno )
131
mbar 22. Pecah Pola cellana Panji baagian depan dan belakan ng. Gam Ban pinnggang, dan kikik. Skala 1 ; 6
132
Gambar 23. Pola Celemek Panggul Susun I Skala 1 ; 6
133
Gambar 24. Pola Celemek Panggul Susun II Skala 1 ; 6
134
Keterangan Pembuatan Pola Celemek Panggul :
A – A’
: turun 1 ½ cm
A’ – A”
: keluar 8 cm
A–B
: ¼ lingkar pinggang + 1cm
A–C
: tinggi panggul
C–D
: ¼ lingkar panggul + 1 cm
Buat garis lurus dari B ke D A–E
: panjang rok
A” – E
: digaris lurus
D–F
:C_E
E – E’
: masuk 6 cm
F – F’
: keluar 4 cm
F’ – F”
: naik 2 cm
Digaris lengkung dari E’ sampai F” menyinggung pertengahan garis F G–H
: ¼ lingkar pinggang – 1cm
G – G’
: turun 1 ½ cm
Diberi garis lengkung dari G – H G–I
: tinggi duduk
I–J
: ¼ lingkar panggul – 1 cm
Di garis lurus dari H ke J G’ – K
: panjang rok
K–L
:I–J
L – L’
: keluar 4 cm
L’ – L”
: 3 cm
135
Gambar 255. Pecah Polaa Celemek Panggul P Susuun I dan II Skala 1 : 6
136
Gambbar 26. Pola Jabot J Skala 1 ; 6
K Keterangan P Pembuatan JJabot : A–B
: 48 cm m
A-C
: 60 cm m
B–C
: dihubbungkan meembentuk gaaris lengkkung.
137
Gambar 27. Pola Ban pinggang Skala 1 : 6
Ketereangan pola ban pinggang : A–B
: 9 cm
A–C
: ½ Lingkar pinggang + 1 cm
B–D
: sama dengan AC
ABCD dihungkan membentuk persegi panjang
138
Gambarr 28. Pola Saampur Skala 1; 6
Keterangan Pembuatan pola K p sampurr : A–B
: 50 cm
A-C
: 100 cm
B–D
: 60 cm
D–C
: dihubun ngkan membbentuk garis lengkun
139
b. Perancangan Bahan Dan Harga Marancang bahan adalah merancang seberapa cukupnya bahan yang diperlukan untuk suatu model tertentu sekaligus dapat mengetahui letak potongan-potongan yang diperlukan sesuai dengan modelnya (Nanie Asri Y, 1990 : 22). Sedangkan menurut Djati Pratiwi (2001 : 79), yang dimaksud dengan membuat rancangan bahan dan harga adalah memperkirakan banyaknya keperluan atau kebutuhan bahan pokok dan bahan pembantu serta biaya untuk mewujudkan sebuah busana. Selanjutnya Djati Pratiwi mengemukakan bahwa tujuan dari merancang adalah untuk memahami suatu model dengan tepat dan cepat sekaligus dapat memperhitungkan banyaknya bahan dan biaya yang diperlukan dalam pembuatan busana. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa merancang pada dasarnya adalah proses perancangan untuk membuat suatu busana supaya diketahui sberapa banyaknya bahan dan perkiraan biaya yan diperlukan didalam pembuatan busana. Adapun cara merancang bahan yaitu : 1. Menyiapkan pola dan kertas payung dengan ukuran skala 1 : 6 2. Meletakkan pola diatas kertas payung dan menghitung banyaknya bahan yang diperlukan ntuk tiap pola, lengkap dengan kampuh dan kelimnya.
140
3. Mengukur berapa banyaknya bahan yang diperlukan. Dalam merancang bahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Arah serat kain atau serat benang harus sesuai dengan arah serat pada busana atau pola. 2) Pola diletakkan pada bahan dimulai dari bagian – bagian busana yang paling besar, sedang dan terakhir bagian yang kecil. 3) Untuk bahan yang bermoti sebaiknya diperhatikan arah atas dan arah bawah motif serta tidak merusak motif dan motif tetap hidup. Keuntungan yang dapat diperoleh dari merancang bahan dan harga adalah : 1) Mengetahui banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat busana, sehingga dapat menghemat bahan dan harga karena telah diperhitungkan secara cermat. 2) Rancangan bahan digunakan sbagai pedoman pada waktu meletakkan pola pada bahan sebenarnya, sehingga lebih efektif dan efisien. 3) Menghemat waktu dalam meletakkan pola yang sebenarnya yaitu pola besar karena sudah diketahui urutan letak pola seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. 4) Kemungkinan kesalahan arah serat kecil sekali.
141
Gambar 29. Rancangan Bahan kemeja tanpa lengan dan celana Skala 1 : 6
Keterangan Rancangan Bahan Nama Bahan
: Satin bridal
Panjang kain
: 150 cm
Lebar Kain
: 170 cm
142
Gambar 30. Rancang Bahan Sampin dan Jabot Skala 1:6
Keterangan Nama Bahan
: Batik Motif Parang Gurdho
Panjang kain
: 215 cm
Lebar Kain
: 115 cm
143
Gambar 31. Rancang Bahan Sampur Skala 1:6 Keterangan Nama Bahan
: Satin Manohara
Panjang kain
: 100 cm
Lebar Kain
: 150 cm
144
Gambar32. Rancang Bahan Sampin dan Jabot Skala 1: 6
Keterangan Nama Bahan
: satin silk
Panjang kain
: 125 cm
Lebar Kain
: 115 cm
145
Gambar 33. Rancang Bahan Furing Skala 1:6
Keterangan Nama Bahan
: Erro
Panjang kain
: 100 m
Lebar Kain
: 115 cm
146
d. Perancangan Bahan dan Harga
Tabel.1. Perancangan Harga Jumlah yang diperlukan
Harga satuan (RP)
1. Kain satin Bridal
150 cm
Rp. 27.000
Rp. 30.500
2. Kain satin silk
100 cm
Rp. 38.000
Rp. 38.000
3. kain batik motif
150 cm
Rp. 32.000
Rp. 32.000
1. Kain Ero
100 cm
Rp. 10.000
Rp. 10.000
2. Kain satin biasa
200 cm
Rp.
11.000
Rp. 22.000
1. kancing jamur
2 buah
Rp.
3.000
Rp.
3.000
2. Kancing kait
1 pasang
Rp.
500
Rp.
500
3. Benang jahit
2 buah
Rp.
2.000
Rp.
2.000
4. Mori Gula
1 meter
Rp. 11.000
Rp. 11.000
5. Viselin
1 meter
Rp.
Rp.
6. Kain keras
1 meter
Rp. 10.000
Rp. 10.000
7. Elastik
2 meter
Rp.
1.5 00
Rp.
3.000
1. payet daun
1 ons
Rp
7.000
Rp
7.000
2. Prada
Gliter
Rp 50.000
Nama bahan
Jumlah (RP)
A. Bahan pokok
B. Bahan tambahan
C. Bahan pembantu
5.000
5.000
D. Pelengkap busana
Total
Rp 50.000
Rp.238.500
147
c. Penyusutan bahan Penyusutan
bahan
dilakukan
sebelum
bahan
dipotong,
penyusutan dilakukan bertujuan supaya tenun lurik tidak akan menyusut setelah dijadikan sebuah busana ketika nantinya akan mengalami proses pencucian. Proses penyusutan ini tidak rumit yaitu dengan cara kain direndam di dalam air selama 2 - 4 jam, kemudian di angkat dan dijemur atau diangin-anginkan hingga kering lalu disetrika. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan langkah selanjutnya dari proses perencanaan. Dalam proses pelaksanaan ini banyak hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dibuat agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada beberapa hal yang dilaksanakan dalam proses pembuatan kostum tari dengan sumber ide Baju Teluk Belanga antara lain : a. Peletakan pola dan bahan Meletakan pola di atas bahan adalah menyusun pola-pola busana yang sudah dibuat di atas bahan yang akan digunakan yang sudah disiapkan sesuai dengan arah serat kain tersebut. Meletakan pola di atas bahan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum memotong kain. Untuk mempermudah dalam proses pemotongan bahan maka kain dilipat menjadi dua sehingga diperoleh bagian kanan dan kiri, kecuali untuk bahan-bahan yang harus mengepaskan atau menyamakan motif maka akan lebih mudah jika dipotong perlembar.
148
Untuk mempermudah dan menghemat waktu saat peletakan pola sebaiknya melihat/mencontoh pada rancangan bahan yang sudah dibuat. Pada saat penataan pola ini tidak boleh lupa diberi tanda kampuh terlebih dahulu supaya mudah dalam proses pemotongan kain. b. Pemotongan dan pemberian tanda jahitan Setelah meletakan pola di atas bahan maka selanjutnya adalah memotong bahan. Pemotongan bahan sesuai dengan batas kampuh yang telah dibuat, pada saat memotong bahan sebaiknya bahan tidak digeser-geser supaya arah serat bahan tersebut tetap lurus. Setelah semua bahan terpotong maka dilanjutkan dengan memberi tanda jahitan pada bahan dengan menggunakan rader dan karbon, warna karbon yang digunakan sebaiknya yang mempunyai warna dekat dengan warna kain tersebut supaya kain yang digunakan tidak terkesan kotor. c. Penjelujuran dan penyambungan Setelah pola terpotong semua, pola disambung sampai terbentuk menjadi busana. Tetapi penyambungan tidak dengan stik mesin, melainkan dengan tusuk jelujur dengan tangan. Hal ini dilakukan agar bila
terjadi
kesalahan
memperbaikinya.
pada
pengepasan
I
mudah
untuk
149
Adapun langkah-langkah penjelujuran adalah sebagai berikut : 1) Penjelujuran kemeja tanpa lengan : a)
Menjelujur potongan pada kerung lengan dengan potongan bagian depan.
b)
Menjelujur potongan bahan ke tiga pada bagaian tengah muka.
c)
Mennyambung kerah dengan lapisan kerah
d)
Menyambung sisi bagian atas dan bawah.
e)
Menyatukan dengan pelapis.
f)
Menjelujur krah
2) Penjelujuran Celana Panji : a)
Menjelujur lingkar pesak bagian tengah muka ( TM )
b)
Menjelujur lingkar pesak bagian Tengah Belakang ( TB ).
c)
Menjelujur sisi.
d)
Menyatukan tengah muka dan tengah belakang.
e)
Memasang elastik pada lutut. Menjelujur sisi bagian depan dan belakang
f)
Membuat ban pinggang yang dilapisi elastik.
g)
Menyambung dan menjelujur ban pinggang dan celana.
3) Penjelujuran celemek panggul dengan batik motif parang gurdho a)
Menyambung perbagian 1 dan 2
b)
Menjelujur sisi kanan dan kiri perbagian.
c)
Menyambung dengan furing.
d)
Menjahit Jabot
150
e)
Menyatukan celemek panggul 1 dan 2 yang sudah diberi furing dengan ban pinggang.
d. Evaluasi Proses I (Pengepasan I) Pengepasan I merupakan pengepasan kostum tari yang sudah jadi pada tubuh model ( penari ) tetapi masih dalam bentuk jelujuran. Pengepasan I bertujuan untuk mengetahui jatuhnya kostum pada tubuh model. Adapun evaluasi ataupun kekurangan yang dialami pada pengepasan I adalah : Tabel. 2. Evaluasi Proses I Aspek yang diamati Celana panji
Keseluruhan kostum
Hasil pengamatan
Cara mengatasi
Lingkar pesak yang Menambah lingkar terlalu sempit. pesak menjadi 70 dan penambahan kikik. Kurang Hiasan Menambah hiasan payet pada kostum tari agar terlihat menarik.
e. Penjahitan Yang perlu diperhatikan dalam proses menjahit adalah setiap kali selesai menjahit harusmelakukan pengepresan. Adapun langkahlangkah dalam menjahit kostum Tari Pangimpen dengan sumber ide Baju teluk belanga adalah sebagai berikut : 1) Menjahit bahan utama kostum tari sebagai berikut : a) Langkah Menjahit kemeja tanpa lengan pada bahan utama : i.
menjahit potongan – potongan pada bagian muka.
151
ii.
Menjahit sisi bagian belakang dan depan
iii.
Menjahit kerah dan menyambungnya dengan lapisan krah
iv.
mengelim seluruh bagian kemeja tanpa lengan.
b) Langkah menjahit celana pada bahan utama : i.
Menyambung kikik dan lingkar pesak bagian tengah muka ( TM )
ii.
Menjahit lingkar pesak bagian Tengah Belakang ( TB ).
iii.
Menjahit dan menyambung sisi luar celana.
iv.
Menjahit dan menyambung sisi dalam celana.
v.
Pada celana bagian bawah diberi elastik.
vi.
Membuat ban pinggang dengan elastik.
vii.
Menyambung ban pinggang dan celana.
c) Langkah menjahit celemek panggul pada batik motif parang gurdho pada bahan utama : i.
MenyambungCelemek panggul perbagian 1 dan 2
ii.
Menjahit sisi celemek panggul perbagaian.
iii.
Membuat ban pinggang.
iv.
Menjahit jabot dengan furing.
v.
Menyatukan ban pinggang, jabot dan celemek panggul.
2.) Menjahit linning kostum tari dengan urutan sebagai berikut :
152
a). Langkah Menjahit Lining keneja tanpa lengan : i. Menjahit potongan – potongan pada bagian muka. ii. Menjahit sisi bagian belakang dan depan iii. Menjahit kerah dan menyambungnya dengan lapisan kerah b). Langkah menjahit celana bentuk panji : i.
Menjahit kikk dan lingkar pesak bagian tengah muka ( TM )
ii. Menjahit lingkar pesak bagian tengah belakang ( TB ) iii.
Menjahit dan menyambung sisi luar celana.
iv.
Menjahit sisi dalam celana
v.
Mengelim bagain bawah celana.
c). Langkah menjahit lining celemek panggul : i.
Menyambung celemek panggul perbagian 1 dan 2.
ii.
Menjahit sisi kanan dan kiri celemek panggul perbagian.
d) Pemasangan asesoris/ornamen : i. Pemasangan payet dengan teknik tusuk jelujur pada sekeliling kemeja tanpa lengan untuk mempertegas bentuk dari kemeja tanpa lengan itu sendiri. ii. Penambahan prada pada sampin untuk mempertegas dan memperjelas motif dari batik motif parang gurdho.
153
f. Evaluasi Proses II Pada saat pengepasan II, kostum tari sudah dijahit dengan mesin dan sudah dipasang 70 % hiasan-hiasan dan pelengkapnya. Adapun kekurangan atau evaluasi dalam pengepasan II adalah : Tabel.3. Evaluasi Proses II Aspek yang diamati
Hasil pengamatan
Hiasan pada Kostum
Hiasan belum semua terpasang Hiasan pada batik Batik belum motif parang gurdho menggunkan prada.
Cara mengatasi Melanjutkan mempayet. Diberi prada motif.
pada
3. Evaluasi hasil Evaluasi hasil dilakukan setelah proses pembuatan kostum tari dengan sumber ide ”Baju Teluk Belanga”. Tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan hasil akhir keselurahan busana dengan konsep disain yang diciptakan. Adapun hasil evaluasi adalah sebagai berikut : a) Kostum tari sudah sesuai dengan tema Tari Pangimpen yang mengandung tema percintaan. b) Kostum tari sudah sesuai dengan karakter dari Tokoh Gagahan Pria, yaitu karakter gagah dan tegas yang diterapkan pada bentuk celemek panggul bagian depan. Bentuk lengkung dari celemek panggul bagian belakang mengesankan karakter romantis.
154
c) Kostum tari sudah sesuai dengan sumber ide yang diambil, yaitu sumber ide Baju Teluk Belanga dengan mengambil dari ciri khususnya yaitu bentuk dari sampin. d) Kostum tari sudah sesuai dengan unsur dan prinsip desain yang diterapkan. e) Kostum tari sudah sesuai dengan gambar kerja kostum. f) Kostum tari sudah sesuai dengan gambar hiasan kostum. g) Kostum tari sudah sesuai dengan proses pembuatan pola. Dari pola dasar, mengubah pola dasar dan pecah pola kostum. h) Rancangan bahan sudah sesuai dengan kebutuhan pembuatan kostum tari. i) Pemberian tanda pola harus tepat pada garis pola,karena sangat berpengaruh terhadap siluet dari kostum yang akan dibuat. j) Kostum tari sudah sesuai dengan proses penjahitan dan penyelesaian kostum. k) Evaluasi yang diamati dari penciptaaan kostum tari rancangan penyusun antara lain ; 1. Lingkar pesak yang terlalu sempit. 2. Kurang Hiasan. 3. Batik belum menggunkan prada.
155
B. MENAMPILKAN KOSTUM TARI Penampilan kostum merupakan suatu ajang yang diselenggarakan untuk memperkenalkan produk – produk kostum yang dihasilkan. Pagelaran tari kali ini yaitu menampilkan kostum tari yang dilaksanakan dengan adanya kolaborasi antara Program Studi Pendidikan Teknik Busana, Program Studi Teknik Busana, Program Studi Teknik Rias dan Kecantikan dan Program Studi Pendidikan Seni Tari. Pelaksanaan pagelaran tari meliputi beberapa tahap, yaitu : persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. 1. Persiapan Persiapan yang dilakukan untuk menyelenggarakan pentas tari dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” antara lain : a. Membentuk Panitia Pagelaran Tari Pembentukan panitia bertujuan agar pagelaran tari dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Panitia dalam pagelaran tari dengan tema “kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” terdiri dari mahasiswa pendidikan seni tari, pendidikan teknik busana, teknik busana dan tat arias. Organisasi pada pagelaran tari yang terbagi dalam beberapa seksi
dimana
dalam
perlindungan
Universitas
Negeri
Yogyakarta menggunakan stuktur panitia. Kegiatan dibentuk dari mahasiswa yang mengikuti pagelaran tersebut. Fungsi
156
panitia adalah memberikan saran atau keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi antar bagian atau seksi.
Sebelum
menentukan
struktur
kepanitiaan
perlu
mengetahui syarat – syarat sebagai berikut : 1) Setiap anggota diberitahu apa yang menjadi tugas dan kedudukan dalam proses pengambilan keputusan atau dalam memecahkan masalah. 2) Setiap
anggota
disadarkan
akan
keterikatan
untuk
menjalankan tugasnya dalam kepanitiaan sampai selesai. 3) Anggota panitia hendaknya dilatih bekerjasama dalam suatu proses kegiatan dan memiliki hubungan antar pribadi yang baik. 4) Anggota
panitia
merupakan
suatu
tim yang
sama
kedudukannya untuk menyelesaikan tugas masing – masing. 5) Ketua panitia harus memiliki jiwa kepemimpinan, mampu menggerakkan kerjasama antar anggota - anggotanya. 6) Bantuan dan dukungan hendaknya diberikan oleh pimpinan yang akan mengatur pelaksanaan keputusan yang telah dibuat panitia. 7) Anggota harus mampu memupuk hubungan baik antar satu anggota dengan anggota lainnya.
157
Adapun susunan kepanitiaan pagelaran tari dan tugas, wewenang serta tanggung jawab personal terdiri dari : 1) Pimpinan produksi a) Penanggung jawab umum jalannya kepanitiaan b) Mengatur dan mengarahkan gerak arah kepanitiaan c) Optimalisasi sumber daya yang ada d) Mengambil kebijakan yang bersifat internal dan eksternal tentang kepanitiaan 2) Pimpinan artistik a) Membantu pimpinan produksi dalam mengatur dan menjalankan kepanitiaan b) Mengkoordinasi jalannya kepanitiaan kepada setiap sie 3) Sekretaris a)
Mengatur
administrasi
dan
kerumahtanggaan
kepanitiaan b)
Membuat
proposal
kegiatan
yang
nantinya
dipresentasikan sebelum dicetak c)
Menentukan kebijakan terkait administrasi
d)
Pembuatan laporan pertanggungjawaban kepengurusan
e)
Pengelolaan dan pendampingan administrasi setiap kegiatan.
158
4) Bendahara a) Menentukan kebijakan keuangan organisasi secara internal maupun eksternal b) Pengelolaan keuangan kepanitiaan secara umum dan menyeluruh c) Mengatur keuangan secara seimbang dan seefisien mungkin d) Pembuatan
laporan
keuangan
kepanitiaan
secara
menyeluruh 5) Stage Manager a) Mengatur keadaan panggung b) Bertanggung jawab atas jalannya acara 6) Sie Sponsorship a) Mencari chanel sponsor b) Menjalin kerjasama dengan sponsor c) Memahami dan bertanggung jawab kontrak kerja dengan sponsor d) Mengatur deadline kerja “dipresentasikan” e) Bertanggungjawab terhadap ucapan terima kasih 7) Sie perlengkapan a) Mensurvei
tempat
pelaksanaan
kegiatan
terperinci mengenai tempat acara berlangsung
dengan
159
b) Pengadaan fasilitas – fasilitas guna mendukung kelancaran kegiatan c) Menjadi fasilitator untuk peminjaman alat dengan jurusan 8) Sie konsumsi a) Mensurvei tempat pembuatan makanan b) Memesan makanan dan snack dengan penawaran menu c) Mengatur snack atau makanan pada saat acara d) Mengatur lay out pengaturan makanan 9) Sie lighting a) Mengatur pengadaan lighting b) Mengkoordinasi orang – orang yang menjalankan lighting 10) Sie sound sistem a) Mengatur pengadaan sound sistem b) Menjadi koordinator dan bertanggung jawab terhadap penggunaan sound sistem 11) Sie publikasi a) Bertanggung jawab atas pempublikasian acara b) Mempublikasikan
acara
ke
berbagai
media
masyarakat. 12) Sie humas a) Mencetak proposal, pamphlet, leaflet dan undangan
dan
160
b) Menjadi fasilitator dengan jurusan c) Bertanggungjawab terhadap open promo 13) Sie rias dan busana a) Memfasilitasi perlengkapan rias b) Memfasilitasi perlengkapan kostum tari c) Mensinkronkan schedule acara 14) Sie dokumentasi a) Mencari sponsor untuk dokumentasi b) Mensurvei video 15) Sie keamanan a) Mengamankan jalannya acara b) Bertanggungjawab terhadap tempat parker c) Menjadi fasilitator dengan petugas keamanan dan memfasilitaskan kebutuhan 16) Sie MC dan among tamu a) Mencari seseorang yang akan dijadikan MC dan among tamu b) Mengkoordinasi kepada MC dan among tamu dalam menjlankan tugasnya b. Menentukan Tema Tema yang diambil dalam pagelaran tari kali ini adalah “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” yang bertujuan untuk menciptakan suatu karya seni yang lebih
161
variatif, inovatif dan berkualitas sesuai dengan bidang masing – masing yang disatukan dalam suatu wadah yaitu pagelaran tari sehingga tercipta kolaborasi yang baik dan sempurna. c. Menentukan Tujuan Pelaksanaan Tujuan dari pagelaran tari dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Tari)”, antara lain : 1)
Memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang hasil karya mahasiswa pendidikan seni tari,pendidikan teknik busana, teknik busana dan tata rias.
2)
Menumbuhkan kreatifitas dan profesionalisme mahasiswa dalam membuat suatu karya
3)
Menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang seni pertunjukan
4)
Memberi bekal pengetahuan pengalaman serta kreativitas berkarya untuk mengembangkan gagasan dalam konteks budaya
d. Menentukan Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Pagelaran tari dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter) ”diselenggarakan dalam tiga tahapan, dengan rincian waktu dan tempat sebagai berikut : 1)
Gladi kotor Hari / tanggal
: Kamis, 03 Juni 2010
Waktu
: 18.30 WIB - selesai
162
Tempat
: Stage Tedjakusuma FBS, Universitas Negeri Yogyakarta
2)
Gladi bersih Hari / tanggal
: Jum’at, 04 Juni 2010
Waktu
: 18.30 WIB - selesai
Tempat
: Stage Tedjakusuma FBS, Universitas Negeri Yogayakarta
3)
Pentas Hari / tanggal
: Sabtu, 05 Juni 2010
Waktu
: 18.30 WIB - selesai
Tempat
: Stage Tedjakusuma FBS, Universitas Negeri Yogyakarta
e. Menentukan Anggaran Penyelenggaraan pagelaran tari 2010 ini agar berjalan lancar maka setiap mahasiswa dikenakan iuran. Untuk mengurangi besarnya iuran maka panitia menggunakan sponsorship dan proposal. Selain itu penentuan anggaran memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam menentukan harga. Pagelaran tari tahun ini diselenggarakan secara kolaborasi, sehingga iuran yang dikeluarkan oleh masing – masing kelompok berbeda. Akan tetapi untuk iuran wajib mahasiswa semua disamakan sebagai dana utama dalam pagelaran tari
163
tahun 2010 ini sebesar @ Rp. 125.000,00. Sedangkan iuran dalam kelompok tari Pangimpen setiap mahasiswa dibebani @ Rp.140.000,00. Selain itu ditambah dengan biaya – biaya ketidak hadiran sebesar Rp.10.000,00 – Rp.20.000,00 dan biaya tiket sebesar @ Rp.10.000,00. Adapun sponsor dalam pagelaran tari 2010 ini antara lain : 1) Flicker clothing 2) Sanggar seni Sendratasik PRADNYA WIDYA 3) RRI Yogyakarta 4) Kecrek Sanggar Seni Kolaborasi 5) Sanggar Busana FT UNY 6) Kimia Farma 7) Gendhis “Griya Kebaya” 8) B’Mentik rias pengantin dan catering 9) KOPMA UNY 10) Kedaulatan Rakyat 11) Salon Toppo 2. Pelaksanaan Pelaksanaan pagelaran tari dengan tema “Gelar kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” diselenggarakan pada hari sabtu tanggal 5 Juni 2010, acara ini dimulai pada pukul 18.30 WIB yang bertempat di Stage Tedjakusuma FBS, Universitas Negeri Yogyakarta. Agar acara pagelaran tari ini dapat berjalan
164
lancar maka panitia mempersiapkan semua perlengkapan dan mengadakan breaving sebelum hari “H”. Adapun susunan acara pagelaran tari dengan tema “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)” adalah sebagai berikut : 1) Doa bersama 2) Opening 3) Gong I a.) Semua panitia siap ditempat b.) Pengrawit pembuka stanby sudah ditempat 4) Gong II a.) Gamelan bunyi b.) Pembukaan oleh MC 5) Pertunjukan “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter) a.) Profil mahasiswa Program studi Pendidikan Teknik Busana, Teknik Busana, Tata Rias dan Kecantikan nomor 1–6 b.) Garapan tari penyaji 1-6 6) Gong III a.) Istirahat 7) Pertunjukan “Gelar Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”
165
a.) Profil mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Busana, Teknik Busana, Tata Rias dan Kecantikan nomor 7 – 12 b.) Garapan tari penyaji 7 – 12 8) Penutup 3. Evaluasi Evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui kekurangan dan hambatan yang ada pada pagelaran tari. Adapun evaluasi tersebut meliputi : a. Evaluasi Persiapan 1) Kurangnya koordinasi antara panitia Fakultas Teknik dengan panitia Fakultas Bahasa dan Seni. 2) Terjadinya pembagian dana atau iuran yang kurang adil antara pihak Fakultas Teknik dengan Fakultas Bahasa dan Seni. 3) Kurang adanya keterbukaan antara panitia dari pihak Fakultas Teknik dengan pihak Fakultas Bahasa dan Seni. b. Evaluasi Pelaksanaan 1) Kurang terkoordinirnya para desainer pada saat menunggu untuk tampil ke panggung
166
2) Kolaborasi penampilan kostum tari yang kurang adil, karena pihak Pendidikan Seni Tari yang lebih ditonjolkan. 3) Tempat acara yang kurang bersih dan kurang nyaman 4) Penayangan slide show foto – foto detail kostum yang gagal ditampilkan. c. Evaluasi Hasil 1) Banyaknya penari yang mengalami kesurupan 2) Acara kolaborasi berjalan dengan baik sesuai waktu yang telah dijadwalkan. 3) Terlaksananya Kolaborasi yang bertempat di stage Tedjakusuma Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
167
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam menciptakan kostum harus ada keterkaitan antara disain kostum tari dengan batasan karakter dari TokohGagahan Pria. Oleh karena itu, untuk menciptakan disain kostum, penyusun harus mempelajari tahapan dari proses penciptaan disain, proses pembuatan kostum, dan pelaksanaan pagelaran tari. a. Proses Penciptaan Kostum Dalam proses penciptaan kostum tari, penyusun perlu mengkaji terlebih dahulu langkah – langkah dari penciptaan desain kostum tari antara lain: mengkaji tema tari Pangimpen, tari ini termasuk dalam tema tari percintaan. Selanjutnya yang perlu dipelajari adalah alur cerita, alur cerita dalam tari Pangimpen adalah alur maju, alur maju adalah cerita yang dibawakan secara berurutan dari awal sampai akhir. Dalam tari Pangimpen ini menceritakan tentang seseorang yang sedang merasakan jatuh cinta. Selain mengkaji tema dan alur, penyusun juga harus memahami karakter tokohGagahan Pria, karakter tersebut antara lain sikap gagah, pemberani, tegas, dan romantis. Selain itu, penyusun harus mempelajari sumber ide yang akan diambil. Penyusun mengambil sumber ide baju teluk belanga dengan mengambil cirri khususnya yaitu bentuk dari sampin karena unsure bentuk dari sampin bagian depan mengesankan tegas dan gagah. Bentuk lengkung dari celemek panggul mengesankan romantis. Sehingga sumber ide ini sesuai dengan karakter yang akan dimunculkan. Dalam pembuatan kostum tari penerapan unsur – unsur dan prinsp desain sangatlah penting untuk memperkuat karakter dari tokoh Gagahan Pria. Penyusun menerapkan unsur garis,
168
bentuk, ukuran, nilai gelap terang, warna dan tekstur. Sedangkan prinsip yang diterapkan antara lain : prinsip keselarasan, proporsi, keseimbangan, irama dan pusat perhatian. Setelah mengkaji proses penciptaan, penyusun menuangkannya dalam sebuah desain gambar, antara lain: design sketching, presentation drawing tampak muka dan belakang. Desain yang penyusun ciptakan berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek panggul. Bahan yang digunakan adalah satin bridal dan satin Manohara Hiasan yang digunakan berupa hiasan payet dengan warna emas pada bagian sekeliling badan mengikuti bentuk dari kostum atasan, sehingga mempertegas bentuk dari kostum tersebut. Celemek panggul menggunakan hiasan prada pada motif batik untuk mempertegas motif dari batik itu sendiri.
b. Proses Pembuatan Kostum Tahap awal dalam proses pembuatan kostum berupa tahap persiapan yang meliputi pembuatan gambar kerja kostum, gambar kerja hiasan kostum dan gambar kerja pelengkap kostum, pengambilan ukuran, pembuatan pola kostum, perancangan bahan dan harga dan pembuatan pola sebenarnya. Setelah tahap awal disetujui oleh dosen pembimbing,maka tahap selanjutnya adalah meletakkan pola pada bahan utama, proses pemotongan bahan, dan pemberian tanda pada pola. Tahap terakhir yaitu penjahitan dan penyelesaian. Maka hasil dari pembuatan kostum penyusun berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek panggul. Bahan yang digunakan adalah satin bridal dan satin Manohara. Hiasan yang digunakan berupa
169
hiasan payet dengan warna emas pada kostum atasan dan prada pada celemek panggul. Dalam tahap - tahap tersebut terkadang mengalami kendala, baik kekurangan pada kostum keseluruhan, kekurangan tersebut dapat berupa kurang teliti dalam pengambilan ukuran, bentuk desain yang kurang bagus, dan kekurangan lainnya, maka perlu diadakan evaluasi yaitu pengepasan I dan pengepasan II. Dalam pengepasan I, kostum tari yang dikenakan penari masih berupa jahitan jelujuran tangan, dalam pengepasan ini penyusun mendapat kendala pada pesak celana terlalu sempit, maka untuk mengatasinya adalah dengan menambah lingkar pesak menjadi 70 cm dan penambahan kikik. Kendali terakhir adalah kurangnya hiasan cara mengatasinya dalah penambahan prada pada celemek panggul. Hal tersebut dilakukan sebelum pengadaan pengepasan II. Setelah melalui pengepasan I, kostum tari tersebut dilanjutkan dengan pengepasan II. Dalam pengepasan II ini kostum tari telah melalui hasil akhir, sehingga tidak ada lagi perbaikan jahitan. Pengepasan II ini tentunya dinilai oleh para dosen penguji, karena sudah merupakan hasil akhir dari proses pembuatan kostum.
c. Pelaksanaan Pagelaran Tari Pagelaran tari adalah cabang kebudayaan yang memiliki nilai etika dan estetika dari suatu pagelaran. Pegelaran tari dapat dicapai apabila ditunjang oleh unsure lain dari pagelaran yaitu kostum, rias serta dekorasi. Unsur
170
tersebut dapat menghasilkan suatu karya yang indah, kreatif, berkarakter, dinamis dan inovatif. Kostum Tokoh Gagahan Pria dalam tari Pangimpen dengan sumber ide Baju Teluk Belanga, ditampilkan dalam pagelaran tari yang bertema “ Kolaborasi SENDIKAR (Seni Pendidikan Karakter)”, yang diselenggarakan melalui tiga tahapan, antara lain : 1. Gladi Kotor pada hari Kamis 3 Juni 2010 2. Gladi Bersih pada hari Jumat 4 Juni 2010 3. Pentas pada hari Sabtu 5 Juni 2010 Pagelaran tersebut diselenggarakan di Stage Tedjakusuma FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam pagelaran tersebut garapan tari Pangimpen ditampilkan pada sesi ke-9. Panitia pagelaran tersebut adalah mahasiswa Fakultas Teknik Busana, Tata Rias Kecantikan dan mahasiswa Fakultas Seni tari Universitas Negeri Yogyakarta.
d. Evaluasi Akhir Evaluasi akhir dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau hambatan dan keberhasilan dari proses penciptaan kostum sampai dengan pelaksanaan pagelaran. Evaluasi akhir dari pembuatan Kostum Gagahan pria dalam Tari Pangimpen dengan Sumber Ide Baju Teluk belanga antara lain:
171
1. Evaluasi Proses Penciptaan Kostum a. Kendala dalam menciptakan desain kostum, untuk mengatasi kendala tersebut penyusun perlu mengadakan observasi pada saat penari melakukan latihan. b. Kostum tari sudah sesuai dengan sumber ide yang diambil oleh penyusun yaitu Baju Teluk Belanga. c. Penerapan unsur – unsur dan prinsip desain sudah sesuai dengan kostum tari. d. Kostum tari sudah sesuai dengan gambar kerja kostum dan hiasan kostum. e. Rancangan bahan sudah sesuai dengan kostum tari. f. Kostum tari sudah sesuai dengan proses pembuatan kostum. 2. Evaluasi Proses Pembuatan Kostum a. Terdapat kendala pada saat dilakukan evaluasi proses I dan evaluasi proses II yang meliputi : 1. Bagian Celana lingkar pesak kurang panjang. 2. Kurangnya hiasan prada. 3. Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi ini dilakukan secara keseluruhan, dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai penyelenggaraan pagelaran. Evaluasi tersebut diantaranya :
172
a. Kurangnya koordinasi antara mahasiswa Fakultas teknik Busana dan Tata Rias dengan pihak Fakultas Seni Tari pada saat persiapan pagelaran. b. Kurangnya rasa keterbukaan antara mahasiswa Fakultas tekni Busana dan Tata Rias dengan pihak Fakultas Seni Tari. c. Fasilitas
dan
sarana
yang
kurang
memadai
di
tempat
diselenggarakannnya pagelaran tari. d. Tempat pagelaran yang kurang bersih dan nyaman. e. Koordinasi perancang kostum dengan penari yang kurang baik. f. Perlengkapan dan dekorasi panggung yang digunakan pada saat pagelaran sudah cukup baik. g. Koordinasi panitia pada saat pagelaran sudah cukup baik. h. Tema dan waktu penyelenggaraan pagelaran sudah sesuai dengan rencana. i. Pagelaran berlangsung dengan lancar dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
173
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan dalam pembuatan Kostum Gagahan Pria dalam tari Pangimpen dengan sumber ide Baju Teluk Belanga, penyusun dapat menyimpulkan : 1.
Dalam proses penciptaan desain kostum, terlebih dahulu adalah mengkaji: a) tema Tari Pangimpen, dimana Tari Pangimpen termasuk tema tari erotik,b) alur cerita dalam Tari Pangimpen adalah alur maju, alur maju adalah cerita yang dibawakan secara berurutan dari awal sampai akhir, c) memahami karakter tokoh Panji Klono Suryawasesa, karakter tersebut antara lain sikap yang gagah, pemberani, tegas dan romantis. d) mempelajari dan memahami sumber ide yang akan diambil yaitu Sumber Ide Baju Teluk Belanga dengan mengambil cirri khusus dari bentuk lilitan sampin yang diterapkan pada celemek panggul. Sehingga hasil jadi desain kostum Gagahan Pria yang penyusun ciptakan terdiri dari kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek panggul.
2. Pembuatan Kostum Gagahan Pria dalam Tari Pangimpen dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga dibuat melalui beberapa tahap. Tahap awal dimulai dengan persiapan yang meliputi pembuatan desain kerja, pengambilan ukuran, pembuatan pola kostum, perancangan bahan dan harga, serta pemilihan bahan kostum tari. Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan yang meliputi peletakan pola pada bahan, pemotongan bahan,
174
pemberian tanda jahitan, penjelujuran, Evaluasi I, penjahitan, dan Evaluasi II.
Evaluasi akhir atau keseluruhan dilakukan mulai dari proses
pembuatan kostum tari sampai hasil akhir dari kostum tersebut. Kostum yang dihasilkan berupa kemeja tanpa lengan, celana panji dan celemek panggul. Bahan yang digunakan adalah satin bridal dan satin Manohara. Hiasan yang digunakan berupa hiasan payet dengan warna emas pada bagian sekeliling kemeja tanpa lengan, selain itu diterapkan pula hiasan prada pada motif batik parang gurdho. 3. Penyelenggaraan pagelaran tari ini melalui beberapa tahap, yaitu: a) tahap persiapan, antara lain : pembentukan panitia: pembentukan panitia di lakukan oleh mahasiswa Seni Tari FBS, penentuan tema: pagelaran tari ini bertema “Kolaborasi SENDIKAR”, penentuan anggaran : dilakukan sesuai ide garap masing – masing kelompok, penentuan tempat dan waktu, b) tahap Pelaksanaan ; kostum tari ditampilkan dalam suatu pagelaran tari yang diselenggarakan pada tanggal 3 sampai 5 Juni 2010, bertempat di Stage Tedjokusuma FBS, Universitas Negeri Yogyakarta. Pagelaran di selenggarakan melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik Busana dan Tata Rias Kecantikan, berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta. Kostum Gagahan Pria dengan Sumber Ide Baju Teluk Belanga ditampilkan dalam tarian garapan pada sesi ke-9. Dalam kepanitiaan tersebut penyusun menjadi seksi sponsor dari pihak Fakultas Teknik. Tahap berikutnya berupa evaluasi keseluruhan dari
175
pagelaran tari tersebut. Evalusi tersebut terdiri dari evaluasi persiapan sampai pelaksanaan pagelaran.
B. SARAN 1. Dalam menciptakan desain, ada beberapa langkah yang disarankan. Pertama mencari informasi dan referensi sebanyak-banyaknya tentang sumber ide yang akan diciptakan. Kedua mempelajari referensi dan mencermati setiap bagian yang akan menjadi perencanaan penciptaan disain. Ketiga, menentukan sumber ide yang bersangkutan dengan tema. Keempat, karakteristik dari sumber ide tersebut harus dipelajari terlebih dahulu agar proses pembuatannya dapat berjalan lancar dan tidak banyak mengalami kendala. Selanjutnya, dilanjutkan dengan proses penciptaan disain yang sesuai dengan tema yang diambil. 2. Pada proses pembuatan kostum tari ini terdapat kendala pada perbedaan pendapat antara penyusun dan koreografi dalam desain hiasan. Sehingga penyusun harus mencari titik tengah untuk mencapai kesepakatan. Maka disarankan agar kostum dan hiasan dapat tercipta dengan baik perlu adanya komunikasi yang baik dengan koreografi, supaya tercipta Kostum tari yang sesuai dengan karakter dan tokoh yang diperankan dalam suatu tarian. 3. Pemilihan tempat dan waktu penyelenggaraan pagelaran seni tari juga perlu diperhatikan demi terwujudnya tujuan dan pagelaran seni tari dan dalam proses penyelenggaran pagelaran seni tari, komunikasi yang baik harus dibina dengan baik antar semua komponen yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan baik antar dosen pembimbing maupun antar panitia penyelenggara sehingga konflik dan permasalahan dapat diatasi
176
dengan baik. Dalam proses penyelenggaraan ini terdapat indikator keberhasilan yaitu harus disiplin dan bertanggung jawab hal ini perlu dilakukan dengan tegas agar mudah dalam mengkoordinir.
177
DAFTAR PUSTAKA
Arifah A. Riyanto. 2003. Desain Busana. Bandung : Yapemdo Chodiyah dan Wisri. A. Mamdy.1982. Disain Busana Untuk SMKK/SMTK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Endang Bariqina. 1990. Disain Menghias Kain. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Enny Zuhni Khayati. 1998. Teknik Pembuatan Busana III. Yogyakarta : FPTK IKIP Yogyakarta Goet Poespo. 2005. Panduan Teknik Menjahit. Yogyakarta: Kanisius . 2000. Aneka Rok Bawah. Yogyakarta: Kanisius Marmien Sardjono. 1995. Rias Pengantin Gaya Yogyakarta. Yogyakarata : Kanisius M.H.Wancik. 2000. Bina Busana II. Jakarta : Gramedia Pustaka utama Nani Asri Yulianti. 1993. Teknologi Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Neni Triana. 2002. Job Sheet Pola Busana Wanit., Bogor: SMK N 3 Bogor Onong Nugroho. Komposisi Tari ,Yogyakarta :
Akademi Seni Tari Yogyakarta
Porrie Muliawan. 1997. Analisa Pecah Model Busana Wanita. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Prapti Karomah. 1990. Tata Busana Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri.1998. Pengetahuan Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Sicilia Sawitri,dkk. 1997. Tailoring. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Soedarsono.1978.Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta : ASTI Yogyakarta Soekarno. 2002. Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sri Ardianti Kamil. 1986, Fashion Design. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sri Widarwati. 2000. Desain Busana I. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta . 2000. Desain Busana II. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Sri Wisdiati. 1993. Sejarah Perkembangan Mode Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
178
Soekarno & lanawati Basuki. 2004. Panduan Membuat Disain ilustrasi Busan., Jakarta : Kawan Pustaka Widjiningsih. 2000. Kontruksi Pola Busana. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta .1986. Desain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
179
180
Lam mpiran 1. Footo Penari Taampak Depaan
181
Lam mpiran 2. Fotto Penari Tam mpak Sampiing
182
mpiran 3. Foto Penari Tam mpak Belakaang Lam
183
mpiran 4. Foto Penari Berrsama Desainer Lam
184
Lampiran 5. Foto Kolaaborasi Penaari Bersama Desainer