Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PENGURANGAN WAKTU RESPONS TIM KERJA PERAWATAN BANGKO – BALAM UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA KENDALI DAN TEORI BATASAN (STUDI KASUS: PERINTAH KERJA POMPA INJEKSI AIR FASILITAS BANGKO EXHANGE OIL RECOVERY) Agung Wisnu Mukti dan Budi Santoso Wirjodirdjo 1) Magister Management of Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected] and
[email protected] ABSTRAK Bangko utara merupakan salah satu lokasi produksi minyak mentah di Sumatera Light North Operation PT. Chevron Pacific Indonesia. Area ini merupakan salah satu area penting dalam keseluruhan operasi produksi minyak bumi PT. Chevron Pacific Indonesia. Saat ini proses produksi minyak bumi di lapangan minyak Bangko ditopang oleh proses pemulihan minyak bumi (Bangko Exchange Oil Recovery). Proses ini menggunakan air terproduksi bersama minyak bumi yang dipompakan kembali ke dalam formasi minyak dalam tekanan tinggi. Tekanan air ini akan mendorong minyak mentah untuk memasuki sumur produksi sehingga dapat lebih mudah untuk dipompakan ke permukaan. Sementara ini di Area Bangko proses injeksi memiliki peran penting oleh karenanya keseluruhan sistem pemulihan minyak bumi mengandalkan pompa injeksi air sebagai peralatan utamanya dimana terdapat 14 unit pompa injeksi air di dalam fasilitas pemulihan minyak bumi. Dari data proses perbaikan kerusakan pompa tahun 2007 sampai dengan 2012 ternyata dimungkinkan adanya peluang perbaikan kinerja tim perawatan pompa dalam hal waktu perbaikan pompa–pompa yang rusak dari sisi mekanik, instrumentasi ataupun kelistrikan. Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah peluang perbaikan kinerja tim perawatan dari aspek waktu perbaikan terhadap kerusakan mekanika, elektrik dan instrumen pompa injeksi air di fasilitas yang dirasakan penting dalam menjamin dukungan terhadap usaha peningkatan produksi minyak bumi. Dengan perbaikan kinerja tim perawatan dalam proses perbaikan sehingga dapat menjamin ketersediaan pompa untuk mendukung produksi minyak. Untuk dapat melakukan perbaikan atas kinerja tim perawatan maka langkah penting yang diperlukan adalah melakukan analisa terhadap data-data waktu daur hidup perintah kerja yang dimiliki oleh tim perawatan dan melakukan proses validasi atas data perintah kerja tersebut. Lebih lanjut berdasarkan data yang telah tervalidasi maka dilakukan proses peta kendali untuk dapat mengidentifikasi perintah kerja yang mengalami penyimpangan signifikan terhadap waktu daur hidup. Data ini selanjutnya diolah dengan menggunakan metode teori batasan dengan maksud mengetahui titik terlemah proses untuk mendapatkan penanganan lebih dalam proses pengurangan. Berdasarkan hasil analisa proses kontrol maka diperoleh hal-hal sebagai berikut; waktu maksimum daur hidup perintah kerja saat ini adalah 48 hari dengan rata-rata penyelesaian 14,7 hari. Kata kunci: daur hidup perintah kerja, pengurangan, peta kendali, pompa injeksi air, teori batasan ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PENDAHULUAN Sumatera Light North Operations (SLNO) sebagai salah satu tim penghasil minyak bumi utama dari keseluruhan operasi PT. Chevron di Sumatera. Kunci dari proses produksi di SLN adalah stasiun pengumpul minyak (Oil Gathering Station) dan Stasiun Exchanged Oil Recovery (EOR) Prinsip dasar dari EOR adalah membanjiri kembali reservoir dengan air bertekanan sehingga minyak berberat jenis lebih ringan akan terdesak masuk ke dalam sumur minyak. Produksi Primer
Aliran alami
Produksi sekunder
Pengangkatan buatan
Injeksi Air
Produksi tersier
Menjaga tekanan reservoir
Kimia
Pemanasan
Pelarutan
Surfactant
Injeksi/sirkulasi stimulus uap
CO2
Caustic
Uap/air panas
Gas Terlarut
Polymer
Pembakaran di tempat
Solvent (pelarut)
Lain – lain (microba, mekanis, eletrik)
Gambar 1 Diagram proses pemulihan minyak bumi
Pompa injeksi air sebagai salah satu peralatan kritis memerlukan perhatian serta perilaku khusus untuk menjaga kestabilan ketersediaannya. Kemampuan untuk segera menyelesaikan perintah kerja (Work Order) bersifat perbaikan terhadap kerusakan tidak terjadwal menjadi sangat penting. Penentuan standar waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan perbaikan serta usaha meningkatkan kecepatan penyelesaian menjadi titik penting operasi perawatan pompa injeksi. Salah satu parameter pengukuran aktifitas perawatan adalah respon time dalam menyelesaikan perintah kerja perbaikan. Proses ini dapat ditangkap dengan melihat siklus hidup perintah kerja. Saat ini tim perawatan di area Bangko – Balam Utara belum memiliki standar berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu daur hidup perintah kerja. Salah satu parameter pengukuran aktifitas perawatan adalah respon time dalam menyelesaikan perintah kerja perbaikan. Proses ini dapat ditangkap dengan melihat siklus hidup perintah kerja. Saat ini tim perawatan di area Bangko – Balam Utara belum memiliki standar berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu daur hidup perintah kerja.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Gambar 2 Peta Kontrol Siklus Hidup Perintah Kerja WIP BKO EOR
Gambar 2 menunjukkan tingginya tingkat variasi waktu penyelesaian perintah kerja. Tingginya variasi menjadi penyebab utama dalam tingginya nilai maksimal dan rata-rata waktu penyelesaian daur hidup perintah kerja. METODE Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas beberapa tahap, yaitu penelitian pendahuluan, identifikasi perintah kerja diluar batas kontrol dengan metode peta kendali, proses identifikasi subproses daur hidup perintah kerja yang bermasalah dengan menggunakan diagram pareto serta proses analisa akhir menggunakan teori batasan. Tahap Penelitian pendahuluan dilakukan dengan proses pengumpulan data dari sistem CMMS, pengolahan data dengan filtrasi menggunakan MS Excel untuk memisahkan data-data perintah kerja yang tidak relevan, serta proses titik awal batas atas serta rata-rata waktu daur hidup perintah kerja sesuai dengan data lapangan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara mengakses data CMMS, dan meninjau dari penelitian terdahulu yang relevan. Tahap Identifikasi Perintah Kerja Untuk menentukan data perintah kerja yang berada diluar peta kendali dan menjadikannya obyek penelitian menggunakan teori batasan maka proses peta kendali diulangi beberapa kali. Proses pengulangan ini pada akhirnya menghasilkan satu peta kendali dengan semua nilai waktu daur hidup proses kerja berada di dalam rentang kontrol sebagaima peta kendali berikut.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Gambar 3 Peta Kendali Ideal Waktu Daur Hidup Perintah Kerja
Proses analisa peta kendali menunjukkan bahwa nilai batasan maksimum ideal adalah 17,14 hari dan rata-rata adalah 5,25 hari untuk penyelesaian daur hidup perintah kerja. Disamping itu proses analisa menghasilkan 67 perintah kerja yang memiliki daur hidup diluar dari peta kendali ideal. Penentuan Titik Terlemah Proses Daur Hidup Perintah Kerja Untuk dapat melakukan analisa peta kendali maka diperlukan proses analisa menggunakan CMMS untuk mendapatkan proses terlemah dalam rangkaian proses penyelesaian daur hidup perintah kerja. Data-data proses CMMS kemudian dimasukkan kedalam diagram pareto sehingga menghasilkan diagram pareto sebagai berikut.
Gambar 4 Diagram Pareto Sub Proses Dalam Daur Hidup Perintah Kerja
Hasil diagram pareto menunjukkan beberapa sub proses dalam daur hidup yang mengalami waktu proses cukup besar. Proses review perintah kerja (status 80) Review dinyatakan selesai dan akurat (status 81) ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Proses pekerjaan dinyatakan selesai dan siap untuk direview (status 65) Proses permintaan dan pengadaan material atau suku cadang (status 40)
Teori Batasan Batasan sistem yang telah teridentifikasi kemudian di pecah kembali kedalam sub proses yang lebih kecil dengan menggunakan prinsip teori batasan. Proses review perintah kerja merupakan proses yang dilakukan oleh pemilik fasilitas atas kelengkapan pekerjaan, administrasi serta apakah pekerjaan yang dilakukan oleh tim perawatan sesuai dengan kebutuhan pemilik fasilitas. Proses terakhir dari daur hidup perintah kerja adalah proses validasi otomatis berbasis JDE. Pada dasarnya proses ini adalah pada saat sistem menunggu dalam rentang waktu tertentu untuk memberikan kesempatan kepada pengguna melakukan perbaikan terhadap data perintah kerja sebelum perintah kerja tersebut ditutup untuk kemudian dilakukan proses pembayaran oleh tim akunting. Pada proses status 65 dilakukan review mengenai kelengkapan data-data penyelesaian pekerjaan, kondisi pekerjaan di lapangan serta proses yang terjadi untuk menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai dilakukan untuk kemudian ditutup. Proses permintaan dan pengadaan material atau suku cadang dilakukan dengan melakukan proses identifikasi keperluan material dan suku cadang, untuk kemudian diperiksa ketersediaan untuk dilakukan proses pembelian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada status 80 kemungkinan terbesar terjadi keterlambatan terletak pada adanya jeda serta akurasi komunikasi antara operator fasilitas di lapangan dengan pemilik fasilitas sebagai pemberi persetujuan. Terdapat proses 2 proses pemeriksaan di dalam proses status 80. Proses pemeriksaan lapangan sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan operator melaporkan hasil kerja tim perawatan. Pemeriksaan administratif melalui sistem JDE dilakukan menggunakan sistem cek list mengenai kelengkapan data-data perintah kerja.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Informasi operator
Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan JDE
Perubahan status
Gambar 5 Sub Proses Didalam Status 80 Daur Hidup Perintah Kerja
Pada proses selanjutnya yang merupakan salah satu titik terlemah dalam proses daur hidup perintah kerja adalah pengadaan material. Pengadaan material dengan proses terlama adalah pengadaan material yang tidak direncanakan sebelumnya. Proses ini menggunakan formulir OO2 dalam prosesnya. Formulir ini akan memasukkan permintaan pengadaan ke dalam daftar permintaan yang akan ditenderkan kepada pihak ketiga bersama materialmaterial lainnya. Setelah didapatkan pemenang maka akan diadakan proses pengadaan baru dilakukan proses pengiriman menuju ke lokasi kerja. Salah satu proses vital dalam pengadaan material maupun suku cadang adalah proses transportasi dari pihak produsen material di kota-kota besar menuju ke lokasi kerja. Salah satu proses pengangkutan dimana sering terjadi kendala adalah pengangkutan material dari gudang penyimpanan di duri menuju ke lokasi kerja di Bangko utara. Proses ini menjadi kendala karena keterbatasan jumlah mobil serta truk pengangkut yang melayani proses angkutan dari duri menuju ke bangko. Proses pengangkutan dilakukan berjadwal setiap hari selasa, untuk itu apabila terdapat material atau suku cadang yang telah siap diangkut menuju lokasi diperlukan waktu tunggu untuk jadwal truk atau mobil pengangkut.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dianalisa menggunakan teori batasan maka didapatlah empat subproses utama yang menjadi penghambat keseluruhan proses.
Gambar 6 Diagram Penyebab Utama Terhambatnya Penyelesaian Perintah Kerja
Gambar 6 menerangkan mengenai proses-proses dimana terjadi hambatan untuk melakukan proses penyelesaian perintah kerja serta faktor-faktor yang berperan didalamnya. Berdasarkan parameter waktu maka didapatkan potensi percepatan didalam penyelesaian perintah kerja adalah sebagai berikut : a. Nilai pengurangan batas atas waktu daur hidup perintah kerja kerja 30.86 hari atau 64.3%. b. Nilai rata-rata pengurangan waktu daur hidup perintah kerja 9.45 hari atau 64.3%. Untuk mengurangi waktu daur hidup perintah kerja perlu dilakukan beberapa perbaikan oleh tim perawatan sebagai berikut. 1. Melakukan proses perpindahan status perintah kerja secara terjadwal untuk proses perintah kerja yang tidak berkaitan dengan pekerjaan fisik ataupun pengadaan material 2. Membangun metode komunikasi dengan pihak pemilik fasilitas serta operator di lapangan untuk memudahkan verifikasi hasil kerja. 3. Bekerja sama dengan tim material untuk mempercepat proses transportasi material dari gudang menuju tempat kerja. 4. Peningkatan kemampuan melakukan perencanaan kebutuhan material dan proses identifikasi serta persetujuan pembelian material. 5. Melakukan standarisasi proses perbaikan
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
DAFTAR PUSTAKA Aczel, A. D., & Sounderpandian, J. (1999). Complete Business Statistic. USA: International Edition. Beabout, B. A. (2006). STATISTICAL PROCESS CONTROL: AN APPLICATION IN AIRCRAFT MAINTENANCE MANAGEMENT. besterfield, d. h. (2003). Total Quality Management. Bunkley, N. (March 3,2008). Joseph Juran, "Pioneer in Quality Control, Dies". New York Times, 103. Chevron. (2011). SLN Operations SERIP Refreshing Training. Dr. Sony Sunaryo, M. (2011). Module Control Chart Variables. Surabaya. Holt, J. R. (2010). GAMES, PROJECT MANAGEMENT SYSTEMS THEORY TAUGHT THROUGH. Industrial Engineering. (2013). IENG 486 - Lecture 17. Kirkwood. (2006). Optimising Maintenance Performance: An Application of the Theory of Constraints. Minitab16. (2010). MINITAB ASSISTANT WHITE PAPER. Seber, C. a. (1988). Chance Encounters. US Airforce. (1996). Basic Tools for Process Improvement. workers Comp Services Conventry. (2005). Individual Moving Range (I-MR) Charts.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-36-8