PROFESIONALISME GURU DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 KOTA BOGOR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SITI KHOLIFAH 204018203278
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
Bismillaahirrohmaanirrohiim Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siti Kholifah
Nim
: 204018203278
Jurusan
: Kependidikan Islam
Fakutas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2011
.
Siti Kholifah
LEMBAR PENGESAHAN PROFESIONALISME GURU DI MAN 2 KOTA BOGOR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Siti Kholifah NIM: 204018203278
Dibawah bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Yefnelti Z, M.Ag NIP: 195311011982032001
Drs. Hasyim Asy`ari, M.Pd NIP: 196610091993031004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul “Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor” telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S1) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam.
Jakarta, 05 Desember 2011 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Tanggal
Tanda Tangan
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil NIP. 195605301985031002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. H. Mu`arif Sam, M.Pd NIP. 196507171994031005
.....
Penguji I Dr. Sururin, M.Ag NIP. 197103191998032001 Penguji II Drs. H. Masyhuri, A.M., M.Pd NIP. 195005181987031002
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa`i, M.A., Ph. D NIP.195910201986032001
ABSTRAK Siti Kholifah, Nim: 204018203278, Profesionalisme Guru Di MAN 2 Kota Bogor, Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan profesinya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya sebagai guru. Tujuannya agar dapat memenuhi kewajibannya, yaitu mengajar, mendidik, dan membimbing siswa. Untuk itu, guru senantiasa harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi sosial, pribadi, maupun profesional. Salah satunya dengan mengikuti berbagai program peningkatan profesionalisme guru dan tidak lupa untuk menerapkannya di lapangan atau dalam proses belajar mengajar maupun dalam penampilan serta sikapnya di lingkungan masyarakat. Karena sikap guru menjadi cerminan atau teladan bagi siswa dan masyarakat di sekitarnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor, dengan metode deskriptif analisis. Yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi seluasluasnya tentang variabel yang bersangkutan, sebagai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah 69. Namun, dalam hal ini kuesioner disebarkan kepada siswa karena mereka yang akan menilai para guru. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada kesimpulan bahwa tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor termasuk dalam kategori “cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase nilai ratarata skor penilaian berdasarkan variabel sebesar 68,33% yang menunjukkan cukup baik. Ini berarti para guru di MAN 2 Kota Bogor memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai pendidik.
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalaamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sang pemilik kerajaan langit dan bumi, Maha Berilmu dan Maha Mengetahui, yang memberikan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh manusia yang menyerukan kebenaran. Skripsi dengan judul “Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dr. Nurlena Rifa`i, M.A., Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan sekaligus ketua program studi Manajemen Pendidikan Drs. Mu’arif Sam M.Pd, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.
3.
Ibu Dra.Yefnelty Z, M.Ag, dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat serta motivasi kepada penulis.
ii
4.
Bapak Drs. H. Asep Encu, M.Pd, kepala sekolah MAN 2 Kota Bogor yang telah memberikan izin untuk meneliti di sekolah bersangkutan serta memberikan informasi berguna bagi penulis seputar Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor.
5.
Seluruh staf administrasi dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah banyak membantu penulis dalam proses birokrasi jurusan.
6.
Suamiku tercinta, Firman Syah, S.Sos.I yang senantiasa menyayangi sekaligus memotivasi sehingga penulis terus bersemangat.
7.
Kedua orang tuaku tercinta Almarhumah Ibuku Marhamah dan Ayahku Nasikin serta Ibu Sulastri yang telah memberikan segenap do’a, perhatian serta kasih sayangnya kepada penulis.
8.
Kakak dan Adikku tersayang Mas Ipul dan Bulloh, yang tidak bosanbosannya memberikan saran dan kritik serta motivasinya kepada penulis.
9.
Sahabat-sahabat KI-MP senasib seperjuangan terutama Susi, Alin, Amin, Ka Vita, dan Dewi doank. Makasih ya sob atas kebersamaan dan motivasinya.
10. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang bersifat membangun dan sangat berguna demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, khususnya bagi penulis pribadi. Aamiiin.
Wassalaamu ’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 10 Desember 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI Surat Pernyataan Penulis Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Panitia Ujian Abstrak .......................................................................................................
i
Kata Pengantar ...........................................................................................
ii
Daftar Isi .....................................................................................................
iv
Daftar Tabel .................................................................................................
vi
Daftar Lampiran .........................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
4
C. Pembatasan Masalah .............................................................
5
D. Perumusan Masalah ..............................................................
5
E. Manfaat Penelitian ................................................................
5
KAJIAN TEORI A. Pengertian Profesionalisme Guru ..........................................
6
B. Kompetensi Profesional Guru ...............................................
9
C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional ..............................
14
D. Ciri-Ciri Guru Profesional......................................................
17
E. Tugas dan Peran Guru ...........................................................
17
F. Kode Etik Profesi Guru .........................................................
21
G. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru ............................
21
1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru ..........................
22
2. Pembinaan Guru ..............................................................
25
3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Penunjang .................
27
iv
BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ..................................................................
29
B. Waktu dan Tempat ................................................................
29
C. Populasi dan Sampel .............................................................
29
D. Metode Penelitian ..................................................................
30
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
31
F. Instrumen Penelitian ..............................................................
31
G. Teknik Analisis Data .............................................................
34
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 2 Kota Bogor .................................
36
1. Sekilas Tentang MAN 2 Kota Bogor ......................................
36
2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 2 Kota Bogor ............................
37
3. Keadaan Guru MAN 2 Kota Bogor .........................................
38
4. Sarana dan Prasarana ...............................................................
41
B. Analisa Data ..........................................................................
42
1. Deskripsi Data .................................................................
42
2. Analisis dan Interpretasi Data .........................................
57
PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
61
B. Saran-Saran ...........................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Angket Untuk Siswa......................................... 32
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah.................. 33
Tabel 3
Kategori Penilaian............................................................................. 35
Tabel 4
Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor .......................................... 38
Tabel 5
Keadaan Guru Honorer MAN 2 Kota Bogor .................................... 40
Tabel 6
Guru Mengaitkan Materi Yang Diajarkan Dengan Pengalaman Siswa ................................................................................................. 42
Tabel 7
Cara Mengajar Guru Sesuai Dengan Kemampuan Siswa................. 43
Tabel 8
Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Yang Diajarkan Guru .................................................................................................. 43
Tabel 9
Referensi Yang Digunakan Tidak Hanya Dari Satu Sumber............ 44
Tabel 10 Guru Menjelaskan Materi Yang Tidak Dikuasainya Pada Pertemuan Berikutnya ......................................................................................... 44 Tabel 11 Penerapan Teknik Mengajar Secara Bervariasi ................................ 45 Tabel 12 Penerapan Teknik Mengajar Sesuai Karakteristik Siswa.................. 45 Tabel 13 Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Disertai Metode Tanya Jawab...................................................................................... 46 Tabel 14 Mengembangkan Alat/Media Belajar ............................................... 46 Tabel 15 Penerapan Alat/Media Belajar Sesuai Karakteristik Siswa .............. 47 Tabel 16 Guru Mengajukan Pertanyaan Kepada Siswa Pada Akhir PBM ...... 47 Tabel 17 Pelaksanaan Evaluasi Belajar............................................................ 48 Tabel 18 Pertanyaan Sesuai Dengan Topik Yang Telah Diajarkan ................. 48 Tabel 19 Guru Mengulas Kembali Soal-Soal Yang Tidak Dikuasai Siswa..... 49 Tabel 20 Keluwesan Guru Dalam Mengajar.................................................... 49 Tabel 21 Guru Menguasai Materi Yang Diajarkan.......................................... 50 Tabel 22 Guru Memiliki Pengetahuan Yang Luas........................................... 50 Tabel 23 Guru Berbagi Pengalaman Belajar Kepada Siswa ............................ 51 Tabel 24 Guru Terampil Dalam Mengajar....................................................... 51 Tabel 25 Guru Datang Tepat Waktu ................................................................ 52
vi
Tabel 26 Guru Mengucap Salam Pada Saat Masuk Kelas ............................... 52 Tabel 27 Membaca Doa Sebelum PBM Dimulai............................................. 53 Tabel 28 Pemberian Hadiah Kepada Siswa Yang Berprestasi......................... 53 Tabel 29 Menghukum Siswa Yang Tidak Disiplin.......................................... 54 Tabel 30 Guru Menjelaskan Materi Disertai Contoh-Contoh Pengalaman Siswa ................................................................................................. 54 Tabel 31 Guru Memberi Kebebasan Berpendapat Kepada Siswa ................... 55 Tabel 32 Memberikan Tugas Pekerjaan Rumah Yang Sesuai Dengan Topik . 55 Tabel 33 Guru Mensyaratkan Kebersihan Kelas Pada Saat PBM Berlangsung ...................................................................................... 56 Tabel 34 Penerapan Pola Tempat Duduk Siswa .............................................. 56 Tabel 35 Memantau Siswa Ke Setiap Sudut Kelas .......................................... 57 Tabel 36 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator..................... 58 Tabel 37 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Variabel...................... 59
vii
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Angket Penelitian Untuk Siswa
2.
Pedoman Wawancara
3.
Hasil Wawancara
4.
Skor Perhitungan Kuesioner Profesionalisme Guru Di MAN 2 Kota Bogor
5.
Surat Pengajuan Proposal Skripsi
6.
Surat Bimbingan Skripsi
7.
Surat Keterangan MAN 2 Kota Bogor
8.
Lembar Uji Referensi
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Oleh karenanya pendidikan selalu menjadi bahan pembicaraan atas maju atau mundurnya perkembangan suatu bangsa. Masa depan bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk mencerdaskan generasi muda. Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke-4, salah satu cita-cita kemerdekaan nasional Indonesia adalah keinginan untuk mencerdaskan bangsa. Semangat tersebut seharusnya memberikan spirit dan komitmen semua elemen bangsa, khususnya para penyelenggara negara, untuk menyatukan visi dan misi serta tekad dalam membangun mutu pendidikan nasional.1 Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan, karena harus didesain sedemikian rupa melalui perencanaan yang sistematis. Ketika berbicara pembelajaran, maka tidak bisa lepas dari peran dan fungsi guru, karena guru merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran. Mohammad Surya mengemukakan satu pandangan bahwa upaya mencapai 1
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), cet. I, h. 5
1
2
pendidikan berkualitas harus dimulai dengan guru yang berkualitas. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata, hanya menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.2 Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Dengan kesadaran tersebut, diharapkan guru akan senantiasa melaksanakan tugasnya secara baik dan benar. Guru profesional adalah guru yang berkemampuan dalam meminimalisir kesalahan-kesalahan. Hal ini biasa terjadi saat kegiatan belajar mengajar.3 Melalui sikap guru yang profesional tersebut, maka kompetensi guru dapat terwujud. Sebab, kompetensi sendiri dinilai penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya. Sebagaimana dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa kompetensi adalah keadaan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang memadai dalam suatu hal atau pekerjaan.4 Guru juga semestinya peka di setiap saat baik terkait sekolah, ilmu pengetahuan, maupun murid. Yakni tanggap terhadap perubahan-perubahan yang ada, baik di dalam maupun di luar lingkungan kelas dan sekolah. Pembaharuan ilmu pengetahuan ke depan harus terus ditingkatkan. Mengingat penemuan-penemuan tentang sesuatu yang baru akan terus berlangsung dan berkembang. Semua sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perkembangan zaman. Di sinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan kualitas pendidikannya, sehingga apa yang diberikan kepada siswa tidak tertinggal dengan perkembangan zaman. Dengan ini, nantinya apa yang menjadi cita-cita dunia pendidikan dalam menghasilkan prestasi belajar siswa secara baik dapat terwujud. 2
Mohammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. 1, h.4 3 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, Juli 2011), cet. I, h. 10 4 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Agustus 2010), cet. 5, h. 465
3
Seorang guru yang profesional dituntut sejumlah persyaratan minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai. Yakni pentingnya kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru yang ditempuh. Poin lainnya yaitu memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus.5 Guru sebagai agen pembelajaran, wajib memenuhi kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 8 yang menyebutkan bahwa: ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.6 Kualifikasi pendidikan guru dijenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah minimal D-4 atau S1. Artinya kelayakan profesi seorang guru baru dapat diakui apabila ia telah berlatar belakang pendidikan setingkat dengan D-4 atau S1.7 Setiap guru harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Dengan kompetensi tersebut, guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya. MAN 2 Kota Bogor yang terletak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor merupakan salah satu lembaga pendidikan yang peduli terhadap keberlangsungan proses pendidikan di lingkungan sekitar. Banyak siswa dari berbagai latar belakang lingkungan keluarga mengikuti proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pada akhirnya, mereka dapat memperoleh binaan, bimbingan, 5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 50 6 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, h. 88 7 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 47
4
serta didikan dari para guru. Sebagai lembaga pendidikan formal, MAN 2 Kota Bogor bermaksud memberikan layanan secara optimal terkait berbagai kegiatan kependidikan, terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya. Sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Berdasarkan data dan pengamatan yang diperoleh, terdapat beberapa kelemahan di MAN 2 Kota Bogor, yaitu: 1. Beberapa guru masih ada yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan minimum. 2. Kualifikasi dan latar belakang tidak sesuai dengan bidang tugas guru. 3. Kurang disiplin seperti guru terlambat saat masuk kelas. 4. Cara mengajar beberapa guru yang masih monoton. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, banyak upaya yang telah dilakukan oleh MAN 2 Kota Bogor. Caranya dengan meningkatkan kinerja para guru. Berdasarkan penjabaran yang di atas, penulis coba untuk melihat dan menggali lebih jauh bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor. Itu semua akan diaktualisasikan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul ”Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
penulis
mengidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor? 2. Apakah tingkat profesionalisme guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah memenuhi persyaratan? 3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses belajar mengajar? 4. Apa saja upaya yang dilakukan dalam meningkatkan profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor?
5
5. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat upaya peningkatan profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor? 6. Apakah sarana dan prasarana sebagai penunjang guru dalam pelaksanaan tugasnya sudah memadai?
C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah, maka Penulis akan membatasi penelitian ini pada: 1. Penerapan kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor. 2. Pemenuhan syarat profesional guru di MAN 2 Kota Bogor. 3. Pelaksanaan tugas guru dalam proses belajar mengajar. 4. Tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor.
D. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang ada, maka perumusan masalah yang penulis ambil adalah: Bagaimana profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk para pengelola sekolah MAN 2 Kota Bogor mengenai profesionalisme guru. 2. Bagi peneliti: sebagai bahan kelengkapan wawasan pengetahuan, keterampilan serta implementasi dari ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan dan aplikasinya dalam kenyataan lapangan. 3. Bagi pembaca: sebagai sarana kelengkapan khazanah ilmu pengetahuan terutama mengenai profesionalisme guru.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Profesionalisme Guru Agar dapat memahami hakikat profesionalisme guru, penulis akan terlebih dahulu menelaah hakikat profesi dan hakikat guru. Secara etimologi, “profesi” berasal dari istilah bahasa Inggris “profession” atau bahasa Latin “profecus”, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.8 Profesi yang demikian itu merupakan salah satu tanggung jawab sebagai pekerja guna menyukseskan sebuah pekerjaan. Tugas yang dapat dilaksanakan secara baik, maka akan lebih mudah dalam menatap masa depan. Sedangkan secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.9 Jadi, seseorang yang akan memegang suatu profesi harus memiliki pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi. Memiliki pengetahuan teoritis ditambah dengan keahlian khusus, dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan yang ditentukan atau dicita-citakan. 8
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20 9 Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 21
6
7
Menurut Kunandar, profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi serta penguasaan khusus yang mendalam. Seperti bidang hukum, militer, keperawatan, kependidikan dan sebagainya.10 Sedangkan menurut Moeliono, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.11 Dari beberapa pengertian profesi di atas, maka dapat dipahami bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan atau jabatan yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang telah diprogram secara khusus. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang. Untuk itu, memerlukan
suatu
persiapan
melalui
pendidikan
dan
pelatihan
yang
dikembangkan khusus. Selanjutnya kata profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terusmenerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.12 Mengenai definisi guru, dalam bahasa sansekerta, secara etimologis, gu berarti kegelapan dan ru adalah membebaskan diri. Artinya, guru adalah pembebas kegelapan menuju pencerahan. Dalam versi lain dikatakan, bahwa ‘Gu’ berarti kegelapan, dan ‘ru’ menghalau. Artinya, kata ‘guru’ lebih mangacu kepada orang yang menghalau kegelapan serta membawa lebih banyak pemahaman dan pencerahan.13 Di sinilah pentingnya peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa. Sukses tidaknya siswa, selain dari dirinya sendiri dalam memahami ilmu pengetahuan, juga tergantung guru dalam memberikan ilmu pengetahuan. Dalam falsafah lain, kita juga mengenal sehari-hari bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru. Yakni seseorang yang memiliki kharisma atau 10
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 45 11 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. 3, h. 13 12 Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 23 13 Website http://maksumpriangga.com/definis-kata-guru.html
8
wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru merupakan orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.14 Jadi, guru adalah orang dewasa yang berkewajiban mendidik dan membimbing peserta didik. Dituntut berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan. Sehingga dapat menjadi guru teladan bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Pasal 39 Ayat (2) yang berbunyi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Setelah kita mengetahui hakikat profesi dan guru maka dapat dipahami bahwa profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan profesinya. Secara terus-menerus, para guru mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya. Yaitu, untuk dapat memenuhi kewajiban dalam mengajar, mendidik dan membimbing siswa sekaligus dapat memperoleh penghasilan dari tugas yang diembannya itu. Komitmen berarti keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Komitmen guru untuk bersikap selaras antara perkataan dan perbuatan merupakan pekerjaan yang berat. Namun sikap seperti ini harus melekat pada guru, sehingga siswa akan dapat menemukan contoh nyata dari sosok guru yang mereka hadapi setiap hari di kelas. Guru profesional akan tercermin dalam penampilannya melaksanakan tugastugas. Ditandai dengan berbagai keahlian, baik dalam penguasaan materi maupun metode yang digunakan dalam mengajar. Keahlian dimaksud adalah keahlian yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus.
14
Hamzah, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15
9
Di samping keahliannya, sifat dan sikap guru profesional ditunjukkan dalam melaksanakan pengabdian. Memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, jujur, berwibawa, serta rasa kasih sayang terhadap sesama.
B. Kompetensi Profesional Guru Sebelum membahas lebih jauh tentang kompetensi profesionalisme guru, terlebih dahulu mengkaji hakikat kompetensi. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja tersebut.15 Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana dikemukakan sebagai berikut: Menurut Usman kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.16 Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya. Sehingga ia dapat melakukan perilakuperilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebaik-baiknya.17 Sedangkan menurut Abdul Majid, kompetensi ialah seperangkat tindakan intelijensia penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.18 Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak saat menjalankan profesi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap. Namun, yang penting adalah penerapannya dalam pekerjaan.
15
Hamzah, Profesi Kependidikan…, h. 62 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 14 17 Kunandar, Guru Profesional…, h. 52 18 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), cet. 3, h. 5 16
10
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas mengajar guru. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional untuk menjalankan fungsi guru. Artinya, guru bukan saja harus pintar, tetapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980), memberikan tiga dimensi umum (dasar) tentang kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.19 1. Kompetensi Kepribadian Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang mengutamakan budaya Bangsa Indonesia. Rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya.20 Menurut Wina Sanjaya, kompetensi pribadi mencakup antara lain: a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya. b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama. c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai, yang berlaku di masyarakat. d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru. Misalnya sopan santun dan tata krama. e. Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan serta kritik.21 Kompetensi kepribadian biasanya diidentikkan dengan kepribadian seseorang. Secara sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Dan kepribadian seorang guru dinilai penting karena guru merupakan cerminan perilaku bagi para siswa. Guru yang memiliki bekal kompetensi pribadi, akan dapat menjadi penuntun yang benar-benar dapat ditiru dan diteladani oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
19
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 45 20 Kunandar, Guru Profesional…, h. 56 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 18
11
2. Kompetensi Sosial Artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial. Baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Adapun yang mencakup kompetensi sosial antara lain: a. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional. b. Kemampuan mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. c. Kemampuan menjalin kerja sama, baik secara individual maupun kelompok.22 Seorang guru dituntut untuk mempunyai kepribadian utuh dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara baik. Juga memberikan contoh yang baik dalam sifat, sikap dan tutur kata. Karena bagaimana pun guru merupakan panutan dan suri tauladan bagi anak didik. Kemampuan sosial dinilai sangat penting. Sebab manusia bukan makhluk individu. Segala kegiatannya pasti dipengaruhi dan membutuhkan interaksi dengan orang lain. Maka dari itu sebagai makhluk sosial guru juga harus mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 3. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Memungkinkan guru membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.23 Secara umum, kompetensi profesional guru dapat diidentifikasikan ke dalam ruang lingkup sebagai berikut: a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan. Baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. b. Mengerti serta dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya. d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. 22 23
Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h.19 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 94
12
f. Mampu mengorganisasikan juga melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.24 Sementara itu, Soedijarto berpendapat bahwa kompetensi profesional guru meliputi: a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran. b. Mengembangkan program pembelajaran. c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran. d. Menilai proses dan hasil pembelajaran. e. Mendiagnosis
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan
proses
pembelajaran.25 Kompetensi profesional seorang guru merupakan dasar pijakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar. Dimana seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas untuk menguasai bidang studi yang diajarkan beserta metodologis. Yaitu, pengetahuan tentang konsep teoritik, memilih metode mengajar yang tepat, mampu menggunakan media pengajaran dan lain sebagainya yang berkaitan erat dengan kemampuan mengajar guru. Guru dapat menerapkan landasan filosofi. Berarti seorang guru harus mengerti dan memahami ilmu yang diajarkan kepada siswa dan mengetahui apa yang harus dicapai (tujuan) dari ilmu tersebut. Dan guru harus mengetahui serta dapat merealisasikan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Psikologi merupakan ilmu jiwa. Yakni, ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Guru dapat menerapkan landasan psikologis berarti seorang guru harus mengerti atau mempelajari kondisi kejiwaan siswanya. Seperti, kepribadian siswa, karakteristik atau sifat-sifatnya dan masalah-masalah yang sedang dihadapi siswa. Tujuannya agar guru dapat menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kemampuan atau kondisi siswa.
24
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), cet. 1, h. 135 25 Kunandar, Guru Profesional…, h. 57
13
Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosial. Guru dapat menerapkan landasan sosilogis. Berarti guru dapat menjalin hubungan dengan baik dan dapat menciptakan suasana yang akrab. Baik dengan kepala sekolah, sesama guru, siswa dan orang tua, termasuk juga dengan masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga suasana menjadi harmonis. Teori belajar adalah suatu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam setiap mata pelajaran. Seorang guru dalam menerapkan teori belajar harus sesuai dengan perkembangan siswa. Yaitu perubahan tingkah laku, kejiwaan atau karakteristik yang terjadi pada siswa dari tahap ke tahap. Metode pembelajaran adalah upaya atau cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran untuk tujuan pendidikan. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat digunakan untuk membantu mengoptimalkan hasil belajar. Seperti guru, buku pelajaran, alat atau media belajar, lingkungan dan sebagainya. Diagnosis merupakan istilah teknis yang diadopsi dari bidang medis. Artinya, upaya atau suatu proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejalagejalanya. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar berarti upaya mencari kelemahan atau latar belakang yang menyebabkan terhambatnya keberhasilan pembelajaran, serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya. Semua hal yang disebutkan di atas merupakan sesuatu yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi profesional guru. Kompetensi tersebut dapat berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan, sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan bermutu. Guru yang dapat atau mampu mengembangkan semua aspek kompetensi di atas dengan baik, niscaya ia tidak hanya memperoleh keberhasilan, tetapi juga memperoleh kepuasan atas profesi yang dipilihnya.
14
C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang. Modal guru dalam penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa belumlah cukup. Karena guru profesional harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru dan lain sebagainya. Menurut Kunandar yang dikutip dari Sidi (2003), mengatakan bahwa seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya.26 Semua itu tidak lain dalam rangka membantu kelancaran dari tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh guru. Apalagi terkait dengan masa depan anak didiknya dalam meraih masa depan. Pendapat lain, Oemar Hamalik mengatakan bahwa guru profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Memiliki bakat sebagai guru. Memiliki keahlian sebagai guru. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. Memiliki mental yang sehat. Berbadan sehat. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila. Guru adalah seorang warga negara yang baik.27 Dengan memenuhi itu semua, seorang guru dapat menjalankan tugas
mengajar secara baik dan profesional. Terlebih lagi, persyaratan yang sudah terperinci di atas selalu menjadi pegangan dan dijalani oleh guru.
26
Kunandar, Guru Profesional…, h. 50 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press,2006), cet. 2, h. 24 27
15
Sedangkan Uzer Usman menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang guru, yaitu: a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. b. Memiliki klien/objek layanan yang tetap. Seperti dokter dengan pasiennya dan guru dengan muridnya. c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.28 Ditambah dengan ketiganya yang merupakan bagian penting seorang guru, pendidikan di kelas diharapkan berhasil baik sesuai dengan cita-cita bangsa. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Guru menjelaskan bahwa guru harus: 1. Disiplin. 2. Berorientasi kualitas. 3. Rajin dan antusias. 4. Berpikir positif. 5. Fleksibel. 6. Rasional. 7. Etis. 8. Kompeten. 9. Strategi. Sedangkan menurut Wirawan, persyaratan profesi mencakup antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h.
Pekerjaan Penuh Ilmu Pengetahuan Aplikasi Ilmu Pengetahuan Lembaga Pendidikan Profesi Perilaku Profesional Standar Profesi Asosiasi Profesi Kode Etik Profesi.29 Pekerjaan penuh memiliki maksud bahwa suatu profesi merupakan
pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya agar masyarakat dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Contoh: masyarakat membutuhkan guru. Tanpa guru mereka tidak dapat mengembangkan wawasan pengetahuan. 28 29
Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 15 Wirawan, Profesi dan Standar Evaluasi, (Jakarta Uhamka Press, 2002), h.11
16
Ilmu pengetahuan berarti untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan atau sains tertentu. Aplikasi ilmu pengetahuan. Bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh harus dipraktekkan atau diterapkan secara terampil di lapangan. Lembaga pendidikan profesi. Ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk pekerjaan profesi berasal dari lembaga pendidikan tinggi yang khusus mengajarkan, menerapkan, dan meneliti serta mengembangkan ilmu tersebut. Perilaku profesional. Yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu ketika melaksanakan profesional. Artinya, bahwa penyandang profesi harus memiliki dan mempraktekkan perilaku profesional pada saat melaksanakan tugas. Asosiasi Profesi. Profesional mengorganisir diri dalam suatu organisasi profesi. Profesi merupakan organisasi inklusif yang beranggotakan hanya profesional bidang tertentu. Kode etik profesi adalah kumpulan norma-norma yang merupakan pedoman perilaku profesional dalam melaksanakan profesinya. Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian juga dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan fakultas keguruan lain di luar lembaga IKIP.
D. Ciri-Ciri Guru Profesional Dalam dunia pendidikan, selain beberapa syarat yang telah disebutkan, guru juga memiliki ciri-ciri profesional. Ciri-ciri yang dimaksud bertujuan agar guru mampu melaksanakan tugas kegiatan belajar mengajar secara benar dan baik. Yakni mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah maupun yang berhubungan dengan keputusan oleh pihak sekolah. Ciri-ciri profesional yang dimaksud seperti dikatakan Anwar Jasin yaitu: 1. Tingkat pendidikan spesialisnya menuntut seseorang melaksanakan jabatan (pekerjaan)-nya dengan penuh tanggung jawab, kemandirian mengambil
17
keputusan, mahir dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan. 2. Motif dan tujuan utama memilih jabatan adalah pengabdian kepada kemanusiaan. 3. Terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima menjadi pedoman perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan. 4. Terdapat semangat kesetiakawanan seprofesi (kelompok) misalnya dalam bentuk tolong menolong antara anggota-anggotanya, baik dalam suka maupun dalam duka.30
E. Tugas dan Peran Guru Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.31 Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti mendidik, mengajar dan melatih anak didik. Tugas guru di bidang kemanusiaan adalah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Hal ini dimaksudkan agar anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila. Abu Ahmadi mengelompokkan tugas guru sebagai profesi seperti berikut: 1. Tugas Educational (Pendidikan) Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan ”kepribadian” anak didik. Menjadi manusia yang mempunyai sopan santun tinggi, mengenal kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap sesama, rasa sosial berkembang, dan lain-lain. 30
Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd dan Dr. Ali Idrus, M.Pd, ME, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), h. 97 31 Syaiful Bahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta Rineka Cipta, 2000), h. 37
18
2. Tugas Instrucsional (Pengajaran) Di sini kewajiban pendidik dititikberatkan pada perkembangan kecerdasan dan daya intelektual anak didik. Menekankan perkembangan kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor, sehingga anak dapat menjadi manusia yang cerdas dan sekaligus terampil. 3. Tugas Managerial (Pelaksanaan) Pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaganya (kelas atau sekolah yang diasuh bagi guru), yaitu meliputi: a. Personal atau anak didik, yang lebih erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak. b. Material atau sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. c. Operasional atau tindakan yang dilakukan menyangkut metode mengajar, pelaksanaan mengajar, sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses belajar mengajar. Dan dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.32 Dari uraian tentang tugas guru di atas, dapat diketahui bahwa tugas guru tidak hanya berkecimpung dalam lembaga pendidikan saja, seperti mendidik, mengajar, dan melatih siswa, serta mengelola sarana dan prasarana yang berhubungan dengan belajar mengajar. Namun, seorang guru juga bertugas mendidik, mengajar masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan agar menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila. Di samping tugas-tugas yang begitu kompleks tersebut, guru juga memegang peranan yang strategis, terutama dalam upaya membentuk watakwatak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Menurut Sardiman peran-peran tersebut antara lain sebagai informator, organisator, motivator, direktor/pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator, mediator, dan evaluator.33 Peranan guru dapat dikatakan besar dalam membentuk kepribadian murid di sekolah. Karenanya, dalam memberikan suatu pengertian dan pelajaran semestinya guru memberikan contoh terlebih dahulu. Adapun menurut Wina Sanjaya, peranan seorang guru mencakup: 1. Guru sebagai sumber belajar. 2. Guru sebagai fasilitator. 32
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta Rineka Cipta, 2001), h. 242 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2008), h. 144 33
19
3. 4. 5. 6. 7.
Guru sebagai pengelola. Guru sebagai demonstrator. Guru sebagai pembimbing. Guru sebagai motivator. Guru sebagai evaluator.34 Informator. Yaitu guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain juga sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Organisator. Dalam hal ini guru memiliki kegiatan mengelola akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan kalender akademik, serta lainnya. Motivator. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya ini, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan turunnya prestasi di sekolah. Direktor/pengarah. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicitacitakan. Inisiator. Maksudnya, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Ide-ide ini harus kreatif dan dapat dicontoh oleh anak didik. Transmiter yang berarti dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. Fasilitator.
Guru
hendaknya
dapat
menyediakan
fasilitas
yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. Mediator. Dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya, dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah dan mengatur jalannya diskusi. Memberikan jalan keluar dari kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media. Evaluator. Berarti memberikan penilaian atas segala tindakan yang dilakukan anak didik, baik penilaian dalam belajar maupun kepribadian anak didik. 34
Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h. 21
20
Selain beberapa peran yang telah disebutkan oleh Wina Sanjaya di atas, menurut Trianto guru dan dosen juga berperan sebagai pemimpin pembelajar dan agen pembaharu. Sebagai pemimpin pembelajar berarti guru harus mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam proses pembelajaran serta menyeimbangkan pembebasan dan keterlibatan kelas. Sedangkan sebagai agen pembaharu berarti guru dan dosen dapat merubah atau memperbaiki kesenjangan yang terlibat antara nilai dan tujuan dengan pernyataan atau hasil yang dicapai. Demikianlah beberapa peran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan terlaksananya peranan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar. Agar mampu menciptakan keluaran atau lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
F. Kode Etik Profesi Guru Secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik.35 Dimana secara profesional, guru harus berpegang pada kode etik dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dapat terlaksana secara baik dan benar. Etik adalah sistem nilai-nilai yang menyatakan apa yang benar dan apa yang salah; apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.36 Karenanya, guru yang senantiasa berpedoman pada kode etik diharapkan senantiasa berjalan sesuai tatanan aturan secara benar. Sehingga tugas yang ada di sekolah dan selama di kelas dalam memberikan ilmu kepada para siswa secara profesional. Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan yang harus dilaksanakan oleh guru.37 Dari sinilah guru memiliki kedudukan sangat penting dan tanggung jawab yang besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Dengan ini, maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode etik agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman bagi 35
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi…, h. 151 Wirawan, Profesi dan Standar…, h. 16 37 Trianto, Tinjauan Turidis…, h. 167 36
21
guru untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi). Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik adalah untuk menjamin agar tugas pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.38 G. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani benda hidup, berupa anak-anak atau siswa dengan karakteristik yang tidak sama. Pekerjaan sebagai guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi setiap institusi pendidikan demi meningkatkan efektifitas kerja guru.
1.
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, perlu dibuat program
pengembangan tenaga guru melalui Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru (PPTG). Pada umumnya, PPTG dan tenaga kependidikan dimaksudkan agar guru mampu merespon perubahan dan tuntutan perkembangan iptek, kemajuan kemasyarakatan, termasuk perubahan sistem pendidikan serta pembelajaran secara mikro.39 Dari PPTG ini, terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan pendidikan dan kegiatan pelatihan. a) Pendidikan Secara umum pendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan secara sistematis, terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, serta sesuai dengan tingkatan masing-masing. Tujuannya guna menyampaikan, menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau
38
Udin S. Saud & Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h.75 39 Sudarwan, Inovasi Pendidikan…, h. 33
22
keterampilan
yang
dikehendaki.40
Dengan
berpedoman
pada
konsep
pendidikan tersebut, diharapkan dapat berjalan lancar sesuai visi dan misi. Sedangkan pendidikan pegawai adalah kegiatan pengembangan sumber daya manuasia untuk meningkatkan total dari pegawai di luar pada bidang pekerjaan atau jabatan saat itu.41 Jadi, pendidikan guru adalah kegiatan pengembangan guru untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimilikinya saat ini. Dalam hal ini, terdapat dua jenis pendidikan tenaga guru. Yaitu, pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan.42 1) Pendidikan Prajabatan Pendidikan prajabatan tenaga guru merupakan pendidikan persiapan mahasiswa untuk meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan
yang
diperlukan
dalam
pekerjaannya nanti. 2) Pendidikan Dalam Jabatan Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan selama masa pengabdiannya sebagai guru. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara formal seperti kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Atau pun dapat juga secara informal melalui media massa baik televisi, radio, koran, majalah, maupun publikasi yang lain. b) Pelatihan Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja
40
Agus M. Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 13 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. 3, h. 102 42 Sudarwan, Inovasi Pendidikan…, h. 34 41
23
pekerja dalam tugas yang diserahkan kepada mereka.43 Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan supaya pekerja dapat lebih luwes dan cermat saat melaksanakan tugas dan menyelesaikan kewajibannya sebagai karyawan. Ada dua tujuan program latihan karyawan. Pertama, latihan dan pengembangan yang dilakukan untuk menutup ”gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan.44 Pelatihan di sini sangat menentukan keberhasilan atau tidaknya pekerjaan yang diemban. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pekerja, sudah semestinya berbagai pelatihan senantiasa diperogramkan. Pelatihan-pelatihan yang dimaksud antara lain mencangkup: 1) Pelatihan-pelatihan untuk pelaksanaan program-program baru. 2) Pelatihan-pelatihan untuk menggunakan alat-alat atau fasilitas-fasilitas baru. 3) Pelatihan-pelatihan untuk para pegawai yang akan menduduki job atau tugas-tugas baru. 4) Pelatihan-pelatihan untuk pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru. 5) Pelatihan bagi pegawai-pegawai baru, dan sebagainya.45 Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan guru di lembaga formal bukan hanya berlangsung tiga atau lima tahun. Setelah menjabat, guru pun perlu menjalani pendidikan lagi. Seperti mengikuti penataran, lokakarya, seminar atau belajar sendiri melalui media massa baik televisi, radio, koran dan sebagainya. Selain itu, guru juga perlu mengikuti berbagai pelatihan, baik di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja. Di sisi lain, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) diadakan. Karena melalui PLPG inilah, guru akan lebih memaksimalkan kinerja yang selama ini sudah baik.
43
Hardjana, Training SDM…, h.12 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2001), cet. 15. h. 103 45 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya…, h. 101 44
24
Mohammad Saroni dalam karyanya Personal Branding; Guru Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru, mengatakan bahwa pendidikan profesi sangat penting untuk melihat kesesuaian antara bidang studi dengan latar belakang pendidikan guru, guna meningkatkan profesionalisme guru, standar kualitas guru yang senantiasa dikedepankan, pemenuhan standar kualitas guru, serta dalam rangka meningkatkan kompetensi guru.46 Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan kuliah, mengikuti kegiatan atau program pendidikan profesionalitas, dan belajar secara mandiri. PLPG yang diadakan harus dapat memberikan jaminan untuk terpenuhinya standar kompetensi guru. Adapun model dilaksanakan dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Juga disertai workshop Subject Specific Pedagogic (SSP) untuk mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran.47 Sebagaimana disebutkan dalam Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
(PLPG), Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional, bahwasannya tujuan dari diadakannya PLPG adalah untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi. Penyelenggaraan PLPG sendiri dilaksanakan oleh LPTK dalam jangka waktu kegiatan selama minimal 10 hari dan bobot 90 jam. Materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Materi tersebut dapat berupa buku, diktat, atau modul.48
2.
Pembinaan Guru Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mengharuskan 46
Mohammad Saroni, Personal Branding; Guru Meningkatkan Kualitas Dan Profesionalitas Guru, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I, h. 205 47 Website http://www.bahtiar.net/2011/01/sertifikasi-guru-2011-pendidikan dan-latihanprofesi-guru-plpg/ 48 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian pendidikan nasional, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), 2011
25
orang untuk terus belajar. Lebih-lebih bagi guru, yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Sedikit lengah dalam belajar, akan ketinggalan perkembangan, termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru. Menurut Gouzali Saidam, pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.49 Harapannya, para guru akan lebih memiliki inovasi yang bagus di masa akan datang. Konsep pendidikannya pun akan semakin lebih baik. Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama dalam wujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas, serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.50 Adanya pembinaan yang seperti ini dan dilakukan dengan kontinyu, tingkat profesionalisme guru dapat dipertahankan dan dikembangkan. Jadi, tujuan pembinaan guru untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan, terutama bercorak layanan profesional kepada guru dapat dilaksanakan. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.51 Artinya, pembinaan guru merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyempurnakan dan memberikan inovasi terhadap hasil kerja guru. Dalam hal ini proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dan hasil belajar demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun teknik-teknik pembinaan guru seperti disebutkan dalam Buku Pedoman Pembinaan Guru, yang dikeluarkan meliputi kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar kelas, penerbitan buletin 49
Gouzali Saidam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), cet. 2, h. 408 50 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 9 51 Imron, Pembinaan Guru…, h. 12
26
profesional, dan penataran.52 Kunjungan kelas, yaitu kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengunjungi ke setiap kelas pada saat guru mengajar di kelas. Pertemuan pribadi, yakni pertemuan antara kepala sekolah dengan guru untuk berdialog atau bertukar pikiran mengenai usaha peningkatan kemampuan profesional. Sedangkan rapat dewan guru, merupakan pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah. Pertemuan itu dipimpin oleh kepala sekolah atau seseorang yang ditunjuk olehnya untuk membicarakan segala hal bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan, terutama proses belajar mengajar. Sementara kunjungan antar sekolah, yaitu kunjungan yang dilakukan oleh guru-guru bersama kepala sekolah ke sekolah-sekolah lain. Tujuannya untuk belajar dari pencapaian keberhasilan serta menghindari kegagalan yang dialami oleh sekolah tersebut. Penerbitan buletin, yaitu selebaran berkala yang terdiri dari beberapa lembar berisi tulisan mengenai topik-topik tertentu terkait usaha proses belajar mengajar. Dan pembinaan dalam kelompok kerja, ialah pertemuan yang dihadiri oleh guru dan kepala sekolah untuk membicarakan suatu masalah. Terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar, kemudian mencari solusi.
3.
Penyediaan Sarana dan Prasarana Penunjang Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pengembangan profesi
guru, maka penyediaan sarana bagi kelancaran tugas-tugas profesi merupakan sesuatu yang sangat penting. Sehebat apa pun kualitas SDM tanpa ditunjang sarana yang memadai, tampaknya hasil maksimal akan sulit diharapkan. Oleh sebab itu, tersedianya sarana pendukung tidak dapat diabaikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan. Khususnya dalam proses 52
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 4, h. 176
27
kegiatan belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta peralatan dan media pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, dan sebagainya.53 Keduanya secara sekilas tidak ada hubungan. Namun, adanya keduanya dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Bila salah satu unsur di antaranya tidak ada, maka kurang lengkap dan mengakibatkan tidak sempurnanya sarana dan prasarana sekolah. Adapun menurut Departemen Agama sarana dan prasarana yang perlu diadakan meliputi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok mencangkup seperangkat peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan lengkap dengan petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis), dan buku-buku yang relevan. Sedangkan sarana penunjang terdiri dari peralatan atau perlengkapan kerja. Seperti alat tulis kantor (ATK), mesin ketik/komputer, filing kabinet, ruang kerja, serta sarana pendukung terkait tugas keprofesiannya.54 Lengkapnya sarana dan prasarana membuat semua pihak sekolah dapat melangsungkan belajar dengan baik dan terwujud pendidikan yang maju.
53
Fachrudin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 156 54 Trianto, Tinjauan Yuridis…, h. 149
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor? 2. Apakah guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah memenuhi syarat profesional? 3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses belajar mengajar? dan 4. Bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?
B. Waktu dan Tempat Penelitian tentang profesionalisme guru ini dilaksanakan di MAN 2 Kota Bogor, tepatnya di Jalan Raya Pajajaran No. 6 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari April hingga Mei 2011.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai persamaan pada karakteristik umum. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 2 Kota Bogor berjumlah 1400 siswa. Namun, karena keterbatasan
28
29
sumber daya yang dimiliki peneliti, maka dibatasi pada populasi terjangkau yaitu siswa kelas XI yang terbagi dalam 9 kelas. Seluruhnya berjumlah 400 siswa. Ditentukannya populasi terjangkau pada kelas XI, karena kelas X merupakan murid baru, sehingga belum mampu memberi penilaian terhadap guru. Sedangkan kelas XII tidak diizinkan oleh kepala sekolah karena khawatir mengganggu keseriusan belajar untuk menghadapi UN. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada. Atas pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana, maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa atau 15% dari total populasi.
D. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis. Secara bahasa, deskripsi menguraikan tentang suatu masalah secara jelas dan terperinci.55 Sedangkan analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.56 Metode deskriptif analisis adalah metode yang meneliti dan menemukan informasi seluas-luasnya tentang variabel mandiri. Di sini penulis berusahan mencari jawaban tentang seberapa besar prosentase guru profesional, seberapa baik kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan keprofesionalan guru, dan lain sebagainya. Penulis juga menggunakan kuantitatif untuk memperkuat pembuktian hipotesis. Yakni, suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.57 55
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Agustus 2010), cet. 5, hal. 184 56 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 44 57 Website www.wikipedia.org
30
Ini semua dilakukan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Sekedar menguatkan data yang ada. Data yang terkumpul mula-mula disusun, kemudian dikelompokkan, dijelaskan, dan dianalisis, kemudian diberikan interpretasi. Bila nantinya hasil analisis hipotesis meragukan, penulis akan melakukan in depth interview. Yakni mengulang pencarian dan pengumpulan data secara lebih mendalam dan detail.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut: a. Kuesioner atau Angket. Digunakan untuk memperoleh data tentang profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor. Angket disebarkan kepada siswa, karena dalam hal ini siswa yang menilai para guru. Angket berbentuk pernyataan, dimana responden hanya memilih jawaban paling tepat pada empat alternatif jawaban yang telah disediakan. b. Inteview atau Wawancara. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara terstruktur. Dimana peneliti sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada kepala sekolah MAN 2 Kota Bogor untuk mendapatkan informasi dan data pendukung secara langsung tentang profesionalisme guru. c. Dokumentasi. Digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan profesionalisme guru. Baik berupa visi dan misi sekolah, latar belakang pendidikan guru, sarana serta prasarana, dan lain sebagainya. Agar penulis memperoleh informasi secara mendalam.
F. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Artinya
31
lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, atau kuesioner. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah pedoman angket dan wawancara. Sebelum menggunakan pedoman angket atau wawancara, maka perlu dibuat suatu panduan/acuan yang digunakan yaitu kisi-kisi penelitian yang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Angket Untuk Siswa Variabel Profesionalisme Guru MAN 2
Dimensi a. Kompetensi Profesional Guru
Indikator 1) Menerapkan teori belajar
No.
Jml.
Item
Item
1,2,3
3
4,5
2
6,7,8
3
9,10
2
11,12
4
sesuai karakteristik siswa
Kota Bogor
2) Mengembangkan bidang studi yang diemban 3) Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi 4) Mengembangkan alat/media belajar 5) Melaksanakan evaluasi belajar siswa b. Syarat-Syarat Guru Profesional
1) Memiliki bakat sebagai
13,14 15,16
2
17,18
2
19
1
guru 2) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas 3) Aplikasi Ilmu pengetahuan
32
c. Tugas Guru
1) Tugas edukasional (membentuk kepribadian anak siswa)
20,21,
5
22,23, 24
2) Tugas instruksional (mengembangkan
25,26
3
27
kecerdasan dan daya intelektual siswa) 3) Tugas manajerial
28,29,
(mengelola kelas dan
3
30
sekolah
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah Dimensi a. Kompetensi Profesionalisme Guru b. Syarat-Syarat Guru Profesional c. Tugas Guru
Indikator - Melaksanakan Tugas
No. Item
Jml. Item
1,2,3,4
4
5,6
2
7,8,9
3
10,11,12
3
13,14
2
15
1
Profesional - Memenuhi Syarat Profesional - Melaksanakan Tugas Guru
d. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru
- Melaksanakan Pendidikan Dan Pelatihan - Melaksanakan Pembinaan Guru - Memenuhi Sarana Dan Prasarana
33
G. Teknik Analisis Data Dari data yang telah dikumpulkan selama penelitian, selanjutnya diolah untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Dalam pengolahan data ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1.
Editing Dalam mengolah data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Pada
tahap ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket harus diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran pengisian angket tersebut. Agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan dalam mendapatkan informasi, sehingga dapat diperoleh data yang akurat. 2.
Tabulasi Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item
yang penulis kemukakan. Selanjutnya dibuat suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket. Sehingga terlihat jawaban yang satu dengan responden yang lain. 3. Prosentase Setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban, setiap data perlu diprosentasekan. Angka prosentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban, dibagi dengan jumlah responden, dikalikan 100%. Adapun rumus yang digunakan seperti yang dikatakan Sudjana (2001: 129) yaitu: P=
F x 100%.58 N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Respoden 58
Nana Sudjana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 2001), h. 129
34
100% = Bilangan Tetap
Setelah didapat hasil prosentase dari angket yang telah disebarkan kepada siswa, maka untuk menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, perumusannya adalah sebagai berikut: Tabel 3 Kategori Penilaian No.
Prosentase
Penafsiran
1.
100%
Seluruhnya
2.
90% - 99%
Hampir Seluruhnya
3.
60% - 89%
Sebagian Besar
4.
51% - 59%
Lebih Dari Setengahnya
5.
50%
Setengahnya
6.
40% - 49%
Hampir Setengahnya
7.
10% - 39%
Sebagian Kecil
8.
1% - 9%
Sedikit Sekali
9.
0%
Tidak Sama Sekali
Instrumen atau kuesioner untuk siswa disusun dengan menggunakan skala likert seperti dibawah ini: A = Selalu B = Sering C = Kadang-Kadang D = Tidak Pernah
Ketentuan: Bila responden menjawab A, maka nilainya adalah 4 poin, Bila responden menjawab B, maka nilainya adalah 3 poin, Bila responden menjawab C, maka nilainya adalah 2 poin, Bila responden menjawab D, maka nilainya adalah 1 poin.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 2 Kota Bogor 1.
Sekilas Tentang MAN 2 Kota Bogor Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor adalah lembaga pendidikan
setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di bawah pengelolaan Kementerian Agama. MAN 2 Kota Bogor merupakan madrasah alih fungsi dari Pendidikan Agama Islam (PGAN) Bogor. Berdiri pada 1950 dengan nama Sekolah Guru Agama Islam (SGAI) berdasarkan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 277/C9 Tanggal 15 Agustus 1950. Selanjutnya pada 1951, SGAI berubah menjadi PGA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1951 dengan masa belajar 5 tahun. Kemudian pada 1953 dilakukan perubahan kembali dengan masa belajar 6 tahun. Pembagian kelas yang ada yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 4 lama belajar 4 tahun. Sementara kelas 5 hingga kelas 6 lama belajar 2 tahun. Kemudian, melalui keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1978 mengalami perubahan kembali menjadi PGAN 6 tahun. Yaitu, sekolah dinas yang menyelenggarakan Pendidikan Guru Agama sejak kelas 1 sampai dengan kelas 6. Dan pada 1978, Menteri Agama melalui Surat Keputusan Nomor 19 Tahun 1978 merubah PGAN 6 tahun menjadi PGAN 3 tahun. Menteri Agama RI juga megeluarkan Surat Keputusan dengan Nomor 64/1990 yang mana PGAN Bogor dialihfungsikan menjadi Madrasah Aliyah
35
36
Negeri Bogor II. Kemudian pada 27 Januari 1992 keluar Surat Keputusan Penyempurnaan bernomor 42 Tahun 1992 yang berisi Madrasah Aliyah Negeri Bogor II menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor (sekarang lebih dikenal MAN 2 Kota Bogor). Letak sekolah di Jalan Raya Pajajaran Nomor 06 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor.
2.
Visi, Misi, dan Tujuan MAN 2 Kota Bogor Visi MAN 2 Kota Bogor adalah “Terwujudnya madrasah yang berprestasi
dan istiqomah dalam akhlakul karimah”. Adapun misinya adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. b. Menumbuhkembangkan
budaya
berprestasi
kepada
seluruh
warga
madrasah melalui optimalisasi proses pembelajaran. c. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Islam agar menjadi insan yang berakhlakul karimah. d. Memelihara lingkungan yang sehat, kondusif dan harmonis. e. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan warga Madrasah dan stakeholder. Tujuan Satuan Pendidikan Madrasah Aliyah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan MAN 2 Kota Bogor antara lain: 1) Terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal selaras dengan potensi yang dimilikinya. 2) Penerapan penilaian hasil belajar peserta didik secara konsisten dan berkesinambungan. 3) Optimalisasi pelaksanaan program perbaikan dan pengayanaan (remedial teaching).
37
4) Optimalisasi penanaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Islam melalui keteladanan para pengelola madrasah. 5) Optimalisasi pelayanan terhadap peserta didik dengan melengkapi sarana dan prasarana proses pembelajaran.
3.
Keadaan Guru MAN 2 Kota Bogor Para pengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor berjumlah
69 orang. Terdiri dari 10 orang berkualifikasi S2 dan guru bina, berkualifikasi S1 berjumlah 57 orang dan sisanya 2 orang berkualifikasi D3. Sementara jumlah pegawai sebanyak 20 orang. Terdiri dari 13 orang tenaga administrasi, 3 orang satpam dan 4 orang petugas kebersihan. Tabel 4 Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor Nama
No
Pend. Terakhir
Jabatan
GMP
S2/ Pngmb. Kur
Kepsek
_
S1/ B. Arab
Guru
B. Arab
1
Drs. H. Asep Encu, M.Pd
2
Dra. Hj. Mudrichatun
3
Hj. Aisyah Yusuf, S.Ag
S1/PAI
Guru
A. Akhlak
4
Dra. Lina Rosmalina
S1/PAI
Guru
Matematika
5
Drs. Imron Rosyadi Amir
S1/Matematika
Guru
Matematika
6
Dra. Susiati Nasikin, M.Si
Guru
Matematika
7
Dra. Fauziah Said
Guru
Guru BP
8
Dra. Mia Immawaty
S2/Mtk. Terapan S1/Psikologi Pend. & Bimb. S1/Tadris IPA
Guru
Fisika
9
Drs. Ahmad Juhaedi
S1/PAI
Guru
Fiqih
10
Drs. Muhammad Ridwan
S1/B. Arab
Guru
B. Arab
11
Drs. Ruyani
S1/Tadris B. Ing
Guru
B. Inggris
12
Dra. Yeni Andriani
S1/Tadris B. Ing
Guru
B. Inggris
13
Drs. H. Atma
S1/Fil. Sos. Pend
Guru
Geografi
14
Dra. Baeti Suharti
S1/Tadris IPA
Guru
Fisika
15
Drs. Wahyu Sarwono
S1/Tadris IPS
Guru
Geografi
16
Dra. Linjarwati
S1/Bimb. Peny
Guru
Guru BP
38
S1/Tadris B. Ind
Guru
B. Indonesia
S2/Ekonomi
Guru
Ekonomi
Dra. Hj. Ruafni, M.Pd.I.
S2/Biologi
Guru
Biologi
20
Dra. Nani Sumarni, M.Si
S2/Pend. Biologi
Guru
Biologi
21
Dra. Sri Damayanti, M.Pd
S2/Pend. B. Ing
Guru
B. Inggris
22
Mukti Hikmah, S. Pd
S1/Pend. B. Ind
Guru
B. Indonesia
23
Drs. H. Eman Supriyatman
S1/Tadris Mtk
Guru
Matematika
24
Shofiyah Gumanti, S. Ag
S1/Pend. B. Arab
Guru
B. Arab
25
Teti Sugiharti, S.E.
S1/Ekon. Manaj
Guru
Ekonomi
26
H. Komarullah, S.Ag
S1/PAI
Guru
Fiqih
27
Suja, S.Pd
S1/Pend. Kimia
Guru
Kimia
28
Yani Maryani, S.Pd
S1/Pend. Biologi
Guru
Sosiologi
29
Dra. Suminar
S1/Tadris Mtk
Guru
Matematika
30
Sukaesih Nurliawati, S.Pd
S1/Pend. B. Ind
Guru
B. Indonesia
31
Wulan Rosidah S., S.Pd
S1/PMPKn
Guru
Pkn
32
Suhartini, S.Sn
S1/Seni
Guru
Kesenian
33
Jijah Dhilhijah, S.Ag
S1/Tadris B. Ing
Guru
B. Inggris
34
Lala Nurmala, S.Pd
S1/Pend. B. Ind
Guru
B. Indonesia
35
Yayat Supriyatna, S.Pd
S1/PMPKn
Guru
Pkn
36
Nurul Qodariah, S.Pd
S1/Pend. Biologi
Guru
Geografi
37
Sri Ningsih Nurhayati, S.E.
S1/Ekonomi
Guru
Ekonomi
38
H. Ade Rahman, S.Si, M.Pkim
S2/Pend. Kimia
Guru
Kimia
39
Idrus Sambasi, S.Pd, M.Pfis
S2/Pend. Fisika
Guru
Fisika
40
S1/Q. Hadist
Guru
Q. Hadist
S2/Akuntasi
Guru
B. Sunda
42
Dedeh Dhohiah, S.Ag Hj. Nurlaela Komalasari, S.E., M.M. Suhaemi, S.Ag
S1/PAI
Guru
43
Abdul Mukti, S.Ag
S1/PAI
Guru
Q. Hadist
44
Badriyah, S.Pd.I.
S1/PAI
Guru
SKI
45
Saripudin, S.Ag
S1/PAI
Guru
IPS Sejarah
17
Taufiq Qurrahman, S.Ag
18
Hj. Lela Solihah, S.E., M.M.
19
41
39
46
Kholilullah, S.Ag
S1/PAI
Guru
47
Hoerudin Mujahik, S.Ag
S1/BPI
Guru
48
Faujiah, S.Pd.I.
S1/PAI
Guru
SKI
49
Nurhayatus Sa’adah, S.Ag
S1/PAI
Guru
Q. Hadist
50
Dian Kardinah, S.Pd
S1/Pend. Ekon
Guru
IPS Sejarah
51
Badru Salam, S.Th.I.
S1/Tafsir Hadist
Guru
Q. Hadist
52
Efi Haryutsi, S.H.I.
S1/Syari’ah
Guru
SKI
53
Ikhwanul Aziz, S.Pd.I.
S1/PAI
Guru
A. Akhlak
54
Hartuti, S.E.
S1/Ekon. Manaj
Guru
Ekonomi
55
Siti Yulianah, S.E.
S1/Manajemen
Guru
56
Rida Nurul Istiqomah, S.Pd
S1/Tadris B. Ing
Guru
B. Inggris
57
Yayu Agustin Rahayu, S.Pd
S1/Bimb. Kons
Guru
Guru BP
58
Syarifah Nurjanah, A.Md
D2/PAI
Guru
A. Akhlak
59
Drs. Abdul Jamil
Guru
Kimia
60
Dra. Rahmawati
S1/Kimia S1/Psikologi Pend. Bimb
Guru
Guru Bp
Tabel 5 Keadaan Guru Honorer MAN 2 Kota Bogor 1
Retno Mujiarti, S.Pd, M.Si
S2
Guru
Biologi
2
Asep Syamsul Hidayat, S.Pd
S1
Guru
Sosiologi
3
H. Ukat Sukatma, S.Sos.I.
S1
Guru
Fiqih
4
Nurhasanah, S.Pd
S1
Guru
B. Perancis
5
Dudi Mahdi, S.Sos.I.
S1
Guru
Seni Budaya
6
Hendra Gunawan, S.Pd
S1
Guru
Olahraga
7
Aditya Sukma G., S.Kom
S1
Guru
TIK
8
Trimadya Arief H., A.Md
D3
Guru
TIK
9
Rika saraswati, S.Pd
S1
Guru
B. Perancis
40
Dari data guru yang menjadi pengajar MAN 2 Kota Bogor, ada beberapa guru dinilai belum sesuai antara latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diemban. Di antaranya, guru latar belakang PAI mengajar matematika, latar belakang filsafat sosiologi pendidikan mengajar geografi, pengajar sosiologi berasal dari pendidikan biologi, keluaran akuntansi yang mengajar bahasa sunda, guru berlatar belakang PAI dan pendidikan ekonomi mengajar IPS Sejarah.
4.
Sarana dan Prasarana a. Tanah dan Halaman Tanah sepenuhnya adalah milik Negara. Luas areal seluruhnya 7.206 M2 . Keadaan tanah MAN 2 Kota Bogor Status
: Milik Negara
Luas tanah
: 7.206 M2
Luas Bangunan
: 3.206 M2
Luas Halaman/taman
: 724,67 M2
Luas Lap. Olah raga
: 1.000 M2
Luas Kebun
: 500 M2
Lain – lain
: 1.775,33 M2
b. Gedung Sekolah Untuk memperkaya pengalaman belajar siswa, MAN 2 Kota Bogor memiliki bangunan sekolah. Pada umumnya, semua dalam keadaan baik sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan serta kreatifitas siswa. Adapun rincian fasilitas yang ada di sekolah sebagai berikut: 1) Gedung sekolah yang representatif dengan lingkungan kondusif. 2) Ruang Perpustakaan dan Ruang Baca. 3) Ruang Laboratorium Fisika, berstandar nasional. 4) Ruang Laboratorium Biologi, berstandar nasional. 5) Ruang Laboratorium Kimia, berstandar nasional.
41
6) Ruang Laboratorium Agama/Mushola sebagai sarana kegiatan praktek keagamaan. 7) Ruang Laboratorium Bahasa. 8) Ruang Laboratorium Komputer.
B. Analisa Data 1.
Deskripsi Data Data yang telah disebarkan kepada responden dan dikumpulkan kembali
untuk diolah oleh penulis dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi persentase. Maksud dari pengolahan data tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan penjelasan lebih akurat berdasarkan jawaban dari responden. Untuk memudahkan analisis data hasil penelitian tersebut, maka setiap item dibuatkan suatu tabulasi yang disesuaikan dengan jenis analisis data. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Lebih jelas dapat diperhatikan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 6 Guru Mengaitkan Materi Yang Diajarkan Dengan Pengalaman Siswa No. Soal
1.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
8
13,33%
Sering
13
21,67%
Kadang-Kadang
39
65%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 13,33% siswa yang menjawab selalu, 21,67% yang menjawab sering, dan 65% menjawab kadangkadang. Hal ini berarti bahwa menurut siswa sebagian besar guru pada saat mengajar kadang-kadang mengaitkan materi dengan pengalaman siswa. Namun hanya sebagian kecil guru saja yang dalam mengajar selalu mengaitkan materi dengan pengalaman siswa.
42
Tabel 7 Cara Mengajar Guru Sesuai Dengan Kemampuan Siswa No. Soal
2.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
4
6,67%
Sering
11
18,33%
Kadang-Kadang
45
75%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat diuraikan bahwa 6,67% siswa yang menjawab selalu, 18,33% menjawab sering, 75% menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Jadi menurut siswa sebagian besar guru kadangkadang mengajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka. Namun, sedikit sekali guru yang selalu mengajar sesuai dengan kemampuan belajar siswa. Tabel 8 Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Yang Diajarkan Guru No. Soal
3.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
4
6,67%
Sering
19
31,66%
Kadang-Kadang
37
61,67%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Hasil dari tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa 6,67% siswa menjawab selalu, 31,66% menjawab sering, 61,67% menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah. Ini menunjukan bahwa menurut siswa sebagian besar materi yang diajarkan guru kadang-kadang dapat dipahami oleh mereka. Namun, sedikit sekali siswa selalu paham atas materi yang diajarkan.
43
Tabel 9 Referensi Yang Digunakan Tidak Hanya Dari Satu Sumber No. Soal
4.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
I6
26,67%
Sering
32
53,33%
Kadang-Kadang
11
18,33%
Tidak Pernah
1
1,67%
60
100%
Jumlah
Dari hasil angket yang telah diprosentasikan tersebut, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menjawab selalu 26,67%, menjawab sering 53,33%, menjawab kadang-kadang 18,33%, dan siswa yang menjawab tidak pernah 1,67%. Dengan itu, menurut siswa lebih dari setengahnya guru sering menggunakan buku pelajaran selain yang dimiliki siswa. Tabel 10 Guru Menjelaskan Materi Yang Tidak Dikuasainya Pada Pertemuan Berikutnya No. Soal
5.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
8
13,33%
Sering
13
21,67%
Kadang-Kadang
29
48,33%
Tidak Pernah
10
16,67%
60
100%
Jumlah
Jadi, hampir setengahnya guru kadang-kadang menjelaskan kembali materi yang tidak dikuasai siswa pada pertemuan berikutnya. Namun, sedikit sekali guru selalu melakukan hal demikian. Dari sini dapat diketahui bahwa 13,33% siswa menjawab selalu, 21,67% menjawab sering, 48,33% menjawab kadang-kadang, dan 16,67% siswa menjawab tidak pernah.
44
Tabel 11 Penerapan Teknik Mengajar Secara Bervariasi No. Soal
6.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
16
26,67%
Sering
19
31,66%
Kadang-Kadang
24
40%
Tidak Pernah
1
1,67%
60
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 26,67% siswa menjawab selalu, 31,66% menjawab sering, 40% menjawab kadang-kadang, dan 1,67% siswa menjawab tidak pernah. Berarti hampir setengahnya guru kadang-kadang menggunakan teknik mengajar yang bervariasi. Namun, masih beberapa guru yang tidak pernah mengajar dengan teknik tersebut. Tabel 12 Penerapan Teknik Mengajar Sesuai Karakteristik Siswa No. Soal
7.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
4
6,67%
Sering
19
31,66%
Kadang-Kadang
36
60%
Tidak Pernah
1
1,67%
60
100%
Jumlah
Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang menjawab selalu 6,67%, menjawab sering 31, 66%, menjawab kadang-kadang 60%, dan yang menjawab tidak pernah 1,67%. Artinya, menurut siswa sebagian besar guru kadang-kadang mengajar dengan teknik yang mudah mereka pahami. Namun masih ada 1,67% guru mengajar dengan menggunakan teknik yang tidak mudah dipahami oleh siswa.
45
Tabel 13 Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Disertai Metode Tanya Jawab No. Soal
8.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
10
16,66%
Sering
21
35%
Kadang-Kadang
25
41,67%
Tidak Pernah
4
6,67%
60
100%
Jumlah
Menurut siswa, hampir setengah dari guru yang mengajar dengan metode ceramah disertai metode tanya jawab. Di sisi lain, masih ada beberapa guru yang tidak menyertai metode tanya jawab pada saat mengajar. Hal ini dapat diketahui dari hasil prosentase siswa yang menjawab selalu 16,66%, menjawab sering 35%, menjawab kadang-kadang 41,67%, dan siswa yang menjawab tidak pernah 6,67%. Tabel 14 Mengembangkan Alat/Media Belajar No. Soal
9.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
2
3,33%
Sering
15
25%
Kadang-Kadang
41
68,33%
Tidak Pernah
2
3,33%
60
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, menyatakan bahwa 3,33% siswa menjawab selalu, 25% menjawab sering, 68,33% menjawab kadang-kadang, dan 3,33% siswa menjawab tidak pernah. Jadi, menurut siswa sebagian besar guru kadang-kadang menggunakan media pelajaran pada saat mengajar. Dan, masih ada beberapa guru yang tidak pernah menggunakan media pelajaran pada saat proses belajar mengajar.
46
Tabel 15 Penerapan Alat/Media Belajar Sesuai Karakteristik Siswa No. Soal
10.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
12
20%
Sering
22
36,67%
Kadang-Kadang
22
36,67%
Tidak Pernah
4
6,66%
60
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diuraikan bahwa siswa yang menjawab selalu 20%, menjawab sering 36,67%, menjawab kadang-kadang 36,67%, dan yang menjawab tidak pernah 6,66%. Dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah guru yang ada menyesuaikan penggunaan media dengan karakteristik siswa. Sedikit sekali guru yang tidak pernah menyesuaikan media dengan karakteristik siswa. Tabel 16 Guru Mengajukan Pertanyaan Kepada Siswa Pada Akhir PBM No. Soal
11.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
7
11,67%
Sering
9
15%
Kadang-Kadang
41
68,33%
Tidak Pernah
3
5%
60
100%
Jumlah
Hasil prosentase di atas, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan kepada siswa pada akhir proses belajar mengajar. Walau demikian, masih ada beberapa guru yang tidak pernah mengajukan pertanyaan. Ini dapat diketahui dari hasil prosentase yang menyatakan bahwa siswa menjawab selalu 11,67%, menjawab sering 15%, menjawab kadang-kadang 68,33%, dan siswa yang menjawab tidak pernah 5%.
47
Tabel 17 Pelaksanaan Evaluasi Belajar No. Soal
12.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
12
20%
Sering
18
30%
Kadang-Kadang
28
46,67%
Tidak Pernah
2
3,33%
60
100%
Jumlah
Dapat diketahui bahwa 20% siswa menjawab selalu, 30% menjawab sering, 46,67% menjawab kadang-kadang dan 3,33% siswa menjawab tidak pernah. Jadi, hampir setengah guru yang ada kadang-kadang mengadakan ulangan setelah topik pelajaran selesai diajarkan. Di sisi lain, masih ada beberapa guru yang tidak pernah mengadakan ulangan setelah topik pelajaran selesai diajarkan. Tabel 18 Pertanyaan Sesuai Dengan Topik Yang Telah Diajarkan No. Soal
13.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
26
43,33%
Sering
26
43,33%
Kadang-Kadang
8
13,33%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Menurut siswa, sebagian besar guru jika memberikan pertanyaan dalam ulangan sesuai dengan topik yang telah diajarkan. Ini sesuai dengan tabel 17 hasil penelitian yang menyatakan bahwa 43,33% siswa menjawab selalu, 43,33% menjawab sering, dan 13,33% menjawab kadang-kadang.
48
Tabel 19 Guru Mengulas Kembali Soal-Soal Yang Tidak Dikuasai Siswa No. Soal
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
24
40%
Sering
16
26,67%
Kadang-Kadang
17
28,33%
Tidak Pernah
3
5%
60
100%
14.
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat diuraikan bahwa siswa yang menjawab selalu sebanyak 40%, menjawab sering 26,67%, mejawab kadang-kadang 28,33% dan siswa yang menjawab tidak pernah sebanyak 5%. Artinya, hampir setengah dari guru selalu menjelaskan kembali soal-soal yang tidak bisa dijawab oleh siswa. Namun masih ada beberapa guru yang tidak pernah mengulas kembali soal-soal tersebut. Tabel 20 Keluwesan Guru Dalam Mengajar No. Soal
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
32
53,33%
Sering
19
31,67%
Kadang-Kadang
4
6,67%
Tidak Pernah
5
8,33%
60
100%
15.
Jumlah
Lebih dari setengah guru selalu mengajar dengan luwes. Walau masih ada beberapa guru yang kadang-kadang kaku saat mengajar. Semua sesuai dengan hasil prosentase di atas yang menyatakan bahwa 53,33% siswa menjawab selalu, 31,67% menjawab sering, 6,67% menjawab kadang-kadang dan 8,33% siswa menjawab tidak pernah.
49
Tabel 21 Guru Menguasai Materi Yang Diajarkan No. Soal
16.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
12
20%
Sering
25
41,67%
Kadang-Kadang
23
38,33%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Tabel di atas menyatakan bahwa 20% siswa menjawab selalu, 41,67% menjawab sering, 38,33% kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar guru dapat menjawab pertanyaan yang diajukan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Tabel 22 Guru Memiliki Pengetahuan Yang Luas No. Soal
17.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
9
15%
Sering
25
41,67%
Kadang-Kadang
23
38,33%
Tidak Pernah
3
5%
60
100%
Jumlah
Dari hasil angket yang telah diprosentasikan, dapat diketahui bahwa siswa yang menjawab selalu sebanyak 15%, menjawab sering 41,67%, menjawab kadang-kadang 38,33%, dan siswa yang menjawab tidak pernah 5%. Jadi, hampir setengah guru sering mengajarkan pengetahuan yang tidak dirumuskan dalam materi pelajaran. Namun masih ada 5% guru yang tidak pernah melakukan hal yang demikian itu.
50
Tabel 23 Guru Berbagi Pengalaman Belajar Kepada Siswa No. Soal
18.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
9
15%
Sering
24
40%
Kadang-Kadang
26
43,33%
Tidak Pernah
1
1,67
60
100%
Jumlah
Hampir setengah dari guru kadang-kadang menceritakan pengalaman belajar pada saat mengajar. Di sisi lain, masih ada beberapa guru yang tidak pernah menceritakan pengalaman belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel 22 yang menyatakan bahwa 15% siswa menjawab selalu, 40% siswa menjawab sering, 43,33% menjawab kadang-kadang, dan 1,67% siswa menjawab tidak pernah. Tabel 24 Guru Terampil Dalam Mengajar No. Soal
19.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
9
15%
Sering
22
36,67%
Kadang-Kadang
28
46,67%
Tidak Pernah
1
1,66%
60
100%
Jumlah
Dari hasil prosentase tersebut, dapat diuraikan bahwa 15% siswa menjawab selalu, 36,67% menjawab sering, 46,67% menjawab kadang-kadang, dan 1,66% siswa menjawab tidak pernah. Ini menunjukan hampir setengah guru dapat menjelaskan materi secara terampil kepada siswa. Dan masih ada beberapa guru yang tidak terampil dalam mengajar.
51
Tabel 25 Guru Datang Tepat Waktu No. Soal
20.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
2
3,33%
Sering
14
23,33%
Kadang-Kadang
43
71,67%
Tidak Pernah
1
1,67%
60
100%
Jumlah
Hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa menjawab selalu 3,33%, menjawab sering 23,33%, menjawab kadang-kadang 71,67%, dan 1,67% siswa menjawab tidak pernah. Berarti, menurut siswa sebagian besar guru kadangkadang tidak datang tepat waktu. Walau masih ada beberapa guru yang tidak pernah datang tepat waktu. Tabel 26 Guru Mengucap Salam Pada Saat Masuk Kelas No. Soal
21.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
32
53,33%
Sering
16
26,67%
Kadang-Kadang
12
20%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Prosentase tersebut melihat bahwa 53,33% siswa menjawab selalu, 26,67% menjawab sering, 20% menjawab kadang-kadang dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah ada guru yang tidak mengucapkan salam pada saat masuk kelas. Jadi, menurut siswa lebih dari setengah guru yang ada selalu mengucapkan salam pada saat masuk kelas.
52
Tabel 27 Membaca Doa Sebelum PBM Dimulai No. Soal
22.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
45
75%
Sering
5
8,33%
Kadang-Kadang
10
16,67%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Tabel di atas menyatakan sebagian besar guru terlebih dahulu membaca doa bersama siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Ini dapat dilihat hasil prosentase yang menyatakan 75% siswa menjawab selalu, 8,33% menjawab sering, dan 16,67% menjawab kadang-kadang. Tabel 28 Pemberian Hadiah Kepada Siswa Yang Berprestasi No. Soal
23.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
7
11,67%
Sering
19
31,66%
Kadang-Kadang
21
35%
Tidak Pernah
13
21,67
60
100%
Jumlah
Menurut siswa, sebagian kecil guru kadang-kadang memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Namun, hanya sedikit dari guru yang selalu memberikan hadiah kepada siswa berprestasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 27 yang menyatakan bahwa 11,67% siswa menjawab selalu, 31,66% menjawab sering, 35% menjawab kadang-kadang, dan 21,67% siswa menjawab tidak pernah.
53
Tabel 29 Menghukum Siswa Yang Tidak Disiplin No. Soal
24.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
7
11,66%
Sering
22
36,67%
Kadang-Kadang
25
41,67%
Tidak Pernah
6
10%
60
100%
Jumlah
Berdasar tabel di atas, diuraikan bahwa siswa menjawab selalu 11,66%, menjawab sering 36,67%, menjawab kadang-kadang 41,67%, dan yang menjawab tidak pernah 10%. Semua ini menunjukan bahwa hampir setengah dari guru kadang-kadang menghukum siswa yang membuat keributan di kelas. Dan sisanya ada guru yang tidak menghukum siswa yakni 10%. Tabel 30 Guru Menjelaskan Materi Disertai Contoh-Contoh Pengalaman Siswa No. Soal
25.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
14
23,33%
Sering
22
36,67%
Kadang-Kadang
22
36,67%
Tidak Pernah
2
3,33%
60
100%
Jumlah
Dari hasil prosentase di atas, dapat diketahui bahwa 23,33% siswa menjawab selalu, 36,67% menjawab sering, 36,67% menjawab kadang-kadang dan 3,33% siswa menjawab tidak pernah. Lebih dari setengah guru yang ada menjelaskan materi disertai contoh-contoh pengalaman siswa. Namun, masih ada beberapa guru yang tidak pernah demikian.
54
Tabel 31 Guru Memberi Kebebasan Berpendapat Kepada Siswa No. Soal
26.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
23
38,33%
Sering
27
45%
Kadang-Kadang
10
16,67%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Dapat dinyatakan bahwa 38,33% siswa menjawab selalu, 45% menjawab sering, 16,67% menjawab kadang-kadang dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah. Artinya, hampir sebagian besar guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapatnya. Tabel 32 Memberikan Tugas Pekerjaan Rumah Yang Sesuai Dengan Topik No. Soal
27.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
31
51,67%
Sering
22
36,67%
Kadang-Kadang
7
11,66%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Lebih dari setengah guru jika memberikan tugas kepada siswa selalu sesuai dengan topik atau materi yang telah dibahas. Sebagaimana hasil prosentase yang menyatakan bahwa 51,67% siswa menjawab selalu, 36,67% menjawab sering, dan 11,66% siswa menjawab kadang-kadang.
55
Tabel 33 Guru Mensyarakan Kebersihan Kelas Pada Saat PBM Berlangsung No. Soal
28.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
24
40%
Sering
20
33,33%
Kadang-Kadang
16
26,67%
Tidak Pernah
-
-
60
100%
Jumlah
Menurut siswa, sebagian besar guru mengharuskan kebersihan kelas sebagai syarat utama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dapat diketahui dari hasil angket yang telah diprosentasekan menyatakan bahwa siswa menjawab selalu sebanyak 40%, menjawab sering 33,33%, dan sisa yang menjawab kadangkadang 26,67%. Tabel 34 Penerapan Pola Tempat Duduk Siswa No. Soal
29.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
2
3,33%
Sering
1
1,67%
Kadang-Kadang
27
45%
Tidak Pernah
30
50%
60
100%
Jumlah
Tabel di atas, dapat diuraikan bahwa 3,33% siswa menjawab selalu, 1,67% menjawab sering, 45% menjawab kadang-kadang, dan 50% siswa menjawab tidak pernah. Dengan kata lain, menurut siswa sebagian guru tidak pernah mengatur pola penempatan tempat duduk siswa, dan hanya beberapa guru saja yang selalu menerapkan pola tempat duduk siswa.
56
Tabel 35 Memantau Siswa Ke Setiap Sudut Kelas No. Soal
30.
Kategori Jawaban
F
P
Selalu
17
28,33%
Sering
18
30%
Kadang-Kadang
24
40%
Tidak Pernah
1
1,67%
60
100%
Jumlah
Angket yang telah diprosentasekan di atas, mengatakan bahwa 28,33% siswa menjawab selalu, 30% menjawab sering, 40% menjawab kadang-kadang dan 1,67% siswa menjawab tidak pernah. Hal ini memberi arti bahwa hampir setengah guru yang ada di sana memantau siswa dengan bergerak bebas ke setiap sudut kelas pada saat mengajar. Sebaliknya, masih ada beberapa guru yang tidak melakukan pemantauan pada saat mengajar.
2.
Analisis dan Interpretasi Data Dari pembahasan data hasil perhitungan statistik deskriptif itu, maka yang
perlu dibahas adalah nilai mean dan nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan gambaran dari variabel yang diteliti berdasarkan tanggapan responden. Untuk memberikan interpretasi dari prosentase hasil angket yang diperoleh, digunakan pedoman interpretasi sebagai berikut: a. Baik Sekali, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 80-100% b. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 70-79% c. Cukup Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 60-69% d. Kurang Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 50-59%59 Untuk menentukan prosentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah:
59
Website https://elearning.unpar.ac.id/course/info.php?id=51
57
•
Menentukan Nilai Harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan item pernyataan dengan skor tinggi.
•
Mengetahui Nilai Skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil nilai penelitian.
•
Menentukan kategori. Yaitu dengan menggunakan rumus:60 NS x 100% NH
Dari skor penilaian yang ada, maka dapat disajikan analisis deskriptif secara terperinci berdasarkan indikator penilaian. Tabel dapat dilihat berikut ini: Tabel 36 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator
Dimensi
Indikator
Kompetensi
Menerapkan Teori
Profesional
Belajar Sesuai
Guru
Karakteristik Siswa
Nilai
Nilai
Harapan
Skor
(NH)
(NS)
3 x 4 = 12
Mengembangkan Bidang Studi Yang
2x4=8
Diemban
437 : 60 = 7,28%
321 : 60 = 5,35
NS x 100% NH
Kategori
7,28 x 100% 12
Cukup
= 60,66% 5,35 x 100% 8 = 66,87%
Baik
Cukup Baik
Menerapkan Metode Pembelajaran
3 x 4 = 12
473 : 60 = 7,88
7,88 x 100% 12 = 65,67%
Cukup Baik
Yangg Bervariasi Mengembangkan Alat/Media Belajar
60
2x4=8
302 : 60 = 5,03
5,03 x 100% 8 = 62, 87%
Cukup Baik
Dwi Hartanti, “Penegakan Disiplin Siswa di SMP Yapia (Yayasan Pendidikan Islam AlHidayah) Ciputat,” Skripsi Kependidikan Islam, Manajemen Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38
58
Melaksanakan Evaluasi Belajar
4 x 4 = 16
Siswa Syarat-Syarat
Memiliki Bakat
Guru
Sebagai Guru
Profesional
= 6,12
2x4=8
Pengetahuan
321 : 60
2x4=8
= 5,35 159 : 60
1x4=4
= 2,65
Tugas Guru Tugas Edukasional
Tugas Instruksional
Tugas Manajerial
11,32 x 100% 16
Baik
= 70,75% 6,12 x 100% 8
Baik
= 76,5%
Pengetahuan Luas Aplikasi Ilmu
= 11,32 367 : 60
Memiliki Pengalaman Dan
679 : 60
5 x 4 = 20
3 x 4 = 12
3 x 4 = 12
842 : 60 = 14,03 565 : 60 = 9,42 454 : 60 = 7,57
5,35 x 100% 8
Cukup Baik
= 66,87% 2,65 x 100% 4
Cukup Baik
= 66,25% 14,03 x 100% 20
Baik
= 70,15% 9,42 x 100% 12
Baik
= 78,5% 7,57 x 100% 12 = 63,08%
Cukup Baik
Dari nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan indikator pada table di atas, dapat disimpulkan nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan variable penelitian sebagai berikut: Tabel 37 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Variabel Variabel
Dimensi
Profesionalisme
Kompetensi
Guru Di MAN Profesional 2 Kota Bogor
Guru
NH
NS
14 x 4
2212 : 60
= 56
= 36,87
NS x 100% NH 36,87 x 100% 56 = 65,84%
Kategori Cukup Baik
59
SyaratSyarat Guru Profesional
Tugas Guru
Rata-Rata
5x4
847 : 60
= 20
= 14,12
11 x 4 = 44
14,12 x 100% 20 = 70,6%
1861 : 60 31,02 x 100% 44 = 31,02 = 70,5%
30 x 4
4920 : 60
= 120
= 82
Baik
82 x 100% 120 = 68,33%
Baik
Cukup Baik
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor berkategori “Cukup Baik”. Hal ini menunjukan bahwa guru-guru di MAN 2 Kota Bogor memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjalankan tugas profesional sebagai pendidik. Namun, ini tentu saja kurang dianggap optimal jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan. Para guru harus senantiasa terus-menerus mengembangkan kompetensi, baik kompetensi paedagogik, pribadi, sosial, maupun kompetensi profesional. Tujuannya, agar guru tidak hanya ahli dalam mengajar dan mengelola pendidikan, tetapi juga mampu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik serta masyarakat sekitar.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dijelaskan
mengenai
Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor, maka dapat dipaparkan temuan sebagai berikut: 1. Kompetensi Profesional Guru Kompetensi
guru
merupakan
kompetensi
yang
berkenaan
dengan
kemampuan seorang guru dalam menyajikan pelajaran di dalam kelas. Dimana guru-guru MAN 2 Kota Bogor sudah menerapkan kompetensi profesional secara baik. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata skor penilaian yang berkategori “cukup baik” (65,84%). 2. Syarat-Syarat Guru Profesional Mengenai syarat-syarat guru profesional, guru-guru MAN 2 Kota Bogor sudah memenuhi syarat sebagai guru yang profesional dengan baik (70,6%). Nilai ini dapat diketahui bahwa sebagian besar guru: a. Memenuhi standar kualifikasi akademik, b. Mengemban bidang tugas sesuai dengan latar belakang pendidikan terakhir. Walaupun masih ada beberapa guru yang tidak sesuai, namun hal ini sudah dipertimbangkan secara matang oleh kepala sekolah. Yakni,
60
61
dengan menguji kompetensinya, apakah guru tersebut pantas untuk mengemban bidang tugas yang baru. c. Memiliki bakat sebagai guru (76,5%), d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas (66,87%), e. Menerapkan ilmu pengetahuan secara terampil (66,25%). 3. Tugas Guru Dalam
pelaksanaan
tugas-tugas
sebagai
pendidik,
pengajar
dan
pembimbing, guru-guru MAN 2 Kota Bogor juga sudah menjalankan tugas dengan baik (70,5%). Penjelasannya dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Tugas edukasional. Tugas ini berkenaan dengan pembentukan kepribadian siswa. Dari hasil prosentase nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan indikator, pelaksanaannya berkategori “baik” (70,15%). b. Tugas Instruksional. Merupakan tugas mengembangkan kecerdasan daya intelektual siswa. Dalam hal ini pelaksanaannya berkategori “baik” (78,5%). c. Tugas Manajerial. Tugas ini berkenaan dengan pengelolaan kelas. Pelaksanaannya berkategori “cukup baik” (63,08%). 4. Tingkat Profesionalisme Guru Dari hasil prosentase nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan variabel, dapat diketahui bahwa Tingkat Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor berkategori “cukup baik” (68,33%). Hal ini menunjukan bahwa guru-guru di MAN 2 Kota Bogor memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai pendidik.
B. Saran-Saran Setelah penulis mendapatkan penemuan di atas, maka penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang kiranya perlu disampaikan, demi kebaikan bersama, yaitu: 1. Kegiatan supervisi kunjungan kelas yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah hendaknya terus dilakukan agar perkembangan profesionalitas guru
62
dapat diketahui peningkatan atau penurunannya, serta dapat memberikan solusi atas kekurangan-kekurangan para guru dalam proses belajar mengajar. 2. Hendaknya para guru senantiasa menerapkan dan meningkatkan apa yang sudah didapatkan dari kegiatan pengembangan profesinya. Agar tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor semakin maju dan dapat merubah kategori cukup menjadi baik. Terlebih seperti hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala sekolah menyatakan bahwa kegiatan pelatihan dan pembinaan rutin dilaksanakan pada awal dan akhir semester. Kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan pengembangan kompetensi paedagogik, profesional dan kepribadian. Sedangkan kegiatan pembinaan berkaitan dengan informasi, teknik pelaksanaan tugas dan kedisiplinan. Hal ini kiranya menurut penulis sudah cukup untuk memperoleh hasil yang optimal dalam peningkatan profesional guru.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu dan Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001 Ardana, Komang dan Mujiati, Niwayan serta Utama, I Wayan Mudiartha, Manajemen SDM, Yogyakarta: Graha Ilmu, Edisi I, 2011 Arif Rahman, Masykur, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, Yogyakarta: Diva Press, Cet. I, Juli 2011 Arikunto, Suharsimi, Dr., Penilaian Program Pendidikan, Yogyakarta: Bina Aksara, 1988 Damin,
Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama, 2006 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), 2011 Djamrah, Bahri Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Handoko, Hani T., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, Cet. XV, 2001 Hardjana, M. Agus, Training SDM yang Efektif, Yogyakarta: Kanisius, 2001 Hartanti, Dwi, Skripsi Penegakan Disiplin Siswa di SMP Yapia (Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah), Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2010 Imron, Ali, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007
63
64
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. III, 2007 Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. I, 2007 Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat: Ciputat Press, Cet. III, 2005 Phoenix, Tim Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Cet. 5, Agustus 2010 Saidam, Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia: Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), Jakarta: Djambatan, Cet. II, 2000 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008 Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008 Saroni, Mohammad, Personal Branding Guru Meningkatkan Kualitas Dan Proesionalitas Guru, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, Cet. I, 2011 Saud, S. Udin dan Sutarsih, Cicih, Pengembangan Profesi Guru SD, Bandung: UPI Press, 2007 Saudagar, Fachrudin dan Idrus, Ali, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009 Sholeh, Ni`am Asrorun, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta:eLSAS, Cet. I, 2006 Soekidjo, Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2003 Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 2001 Surya, Mohammad, dkk., Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. I, 2010 Trianto dan Tutik, Titik Triwulan, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006
65
Uno, B. Hamzah, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 , Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2009 Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005 Wirawan, Profesi dan Standar Evaluasi, Jakarta: UHAMKA Press, 2002 Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. II, 2006 Website http://www.bahtiar.net/2011/01/sertifikasi-guru-2011-pendidikan-danlatihan-profesi-guru-plpg/ Website http://www.maksumpriangga.com/definis-kata-guru.html Website http://www.scribd.com/doc/73215456/37/Teknik-Analisis-Deskriptif Website http://www.elearning.unpar.ac.id/course/info.php?id=51 Website http://www.wikipedia.org
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Angket Penelitian Untuk Siswa Profesionalisme Guru Di MAN 2 Kota Bogor
Nama
:
Kelas
:
A. Petunjuk Pengisian 1) Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah ini. 2) Berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan. 3) SL: Selalu,
SR: Sering,
KD: Kadang-Kadang,
TP: Tidak Pernah
4) Tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah, tetapi yang ada merupakan pendapat atau kondisi yang anda rasakan.
B. Pernyataan-Pernyataan No. 1.
2. 3. 4.
5.
6. 7. 8. 9.
Pernyataan Pada saat mengajar, guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan pengalaman sehari-hari dan kehidupan nyata. Cara mengajar guru sesuai dengan kemampuan belajar saya. Materi yang diajarkan oleh guru dapat saya pahami dengan baik. Guru tidak hanya menjelaskan materi yang ada dalam buku pelajaran yang siswa miliki, tetapi juga dari buku pelajaran pelajaran lainnya. Jika ada materi yang tidak dikuasai oleh guru, maka guru berusaha mencari jawabannya kemudian diajarkan lagi pada pertemuan berikutnya. Pada saat mengajar, guru menggunakan teknik/cara mengajar yang bervariasi (bermacam-macam). Guru mengajar dengan teknik/cara yang mudah saya pahami. Jika guru mengajar dengan ceramah, diselingi pula dengan tanya jawab kepada siswa. Saat mengajar, guru menggunakan media/alat bantu pelajaran. Seperti alat-alat elektronik atau alat lainnya untuk memudahkan siswa dalam belajar.
SL
SR
KD
TP
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
26. 27. 28. 29.
30.
Media/alat yang digunakan oleh guru sesuai dengan kemampuan belajar saya. Pada akhir proses belajar mengajar, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa secara lisan maupun tulisan. Jika topik pelajaran sudah selesai diajarkan, maka guru mengadakan ulangan pada pertemuan berikutnya. Pertanyaan yang diberikan sesuai dengan topik atau materi yang telah diajarkan. Guru menjelaskan kembali pertanyaan atau soal-soal yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Guru tidak kaku dalam menjelaskan pelajaran di depan kelas. Guru menguasai materi yang diajarkan, sehingga apapun yang ditanyakan oleh siswa dapat dijawab dengan baik. Ilmu pengetahuan yang diajarkan guru tidak hanya materi pelajaran, tetapi juga pengetahuan-pengetahuan lain yang tidak dirumuskan dalam materi pelajaran. Dalam mengajar guru juga menceritakan pengalamanpengalaman belajarnya (guru) kepada siswa. Guru dapat menjelaskan materi secara terampil kepada siswa. Sebagai teladan yang baik, guru selalu datang tepat waktu. Guru mengucapkan salam pada saat masuk kelas. Sebelum kegiatan belajar dimulai, guru dan siswa membaca doa terlebih dahulu. Guru memberikan pernghargaan kepada siswa yang berprestasi. Guru memberikan hukuman kepada siswa yang membuat keributan di kelas. Ketika menjelaskan materi, guru memberikan contohcontoh nyata, baik dari pengalaman siswa maupun dari lingkungan sekitar. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapatnya. Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah sesuai dengan topik atau materi yang telah dibahas. Guru mengharuskan kebersihan kelas sebagai syarat utama proses belajar mengajar berlangsung. Untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan, guru menerapkan pola tempat duduk siswa. Pada saat mengajar, guru bergerak bebas ke setiap sudut kelas.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden
: Drs. H. Asep Encu, M.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bogor
Hari/Tanggal
:
1.
Menurut Bapak, bagaimana kualitas mengajar para guru di MAN 2 Kota Bogor?
2.
Metode apa saja yang digunakan para guru dalam mengajar?
3.
Apakah dalam mengajar para guru menggunakan media pelajaran?
4.
Apakah para guru selalu melakukan evaluasi pada saat akhir topik pelajaran?
5.
Bagaimana dengan kualifikasi pendidikan para guru di MAN 2 Kota Bogor?
6.
Apakah bidang studi yang diemban sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan para guru?
7.
Apakah para guru selalu datang tepat waktu pada saat masuk kelas?
8.
Apakah Bapak menganjurkan para guru untuk membaca doa terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai?
9.
Apakah pada saat mengajar para guru juga mengatur pola tempat duduk siswa?
10. Apakah sekolah ini sering mengadakan pendidikan dan pelatihan? 11. Berapa kali pendidikan dan pelatihan dilaksanakan? 12. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut? 13. Apakah ada pembinaan kompetensi bagi para guru? Kalau ada seperti apa? 14. Apakah Bapak senantiasa melakukan pengawasan kepada guru? 15. Bagaimana sarana dan prasarana di MAN 2 Kota Bogor?
HASIL WAWANCARA
Nama Responden
: Drs. H. Asep Encu, M.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bogor
Hari/Tanggal
:
1. Menurut Bapak, bagaimana kualitas mengajar para guru di MAN 2 Kota Bogor? Berdasarkan pengamatan saya, kualitas mengajar guru di sini baik. Hal ini dapat dilihat dari penguasaan dan penyampaian materi pelajaran. 2.
Metode apa saja yang digunakan para guru dalam mengajar? Sebagian guru mengajar menggunakan metode ceramah. Selebihnya, kadangkadang menggunakan metode diskusi, tanya jawab dan praktek.
3.
Apakah dalam mengajar para guru menggunakan media pelajaran? Ya. Sebagian besar guru kadang-kadang menggunakan media saat mengajar salah satunya dengan menggunakan infokus.
4.
Apakah para guru selalu melakukan evaluasi pada saat akhir topik pelajaran? Ada beberapa guru yang selalu melakukan evaluasi ketika topik pelajaran berakhir. Namun, ada pula guru yang kadang-kadang melanjutkan topik pelajaran berikutnya tanpa melakukan evaluasi kepada siswa.
5.
Bagaimana dengan kualifikasi pendidikan para guru di MAN 2 Kota Bogor? Sebagian besar guru di sini berkualifikasi pendidikan strata 1 dan 2 yang berstatus pegawai negeri. Hanya beberapa guru saja yang kualifikasinya masih diploma III.
6.
Apakah bidang studi yang diemban oleh guru sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan para guru? Ya. Sebagian besar guru mengemban bidang studi sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Walaupun masih ada beberapa guru yang bidang studinya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Namun, saya sudah mempertimbangkan secara matang melalui pengujian kompetensi, apakah guru tersebut pantas atau mampu untuk mengemban bidang studi yang baru.
7.
Apakah para guru selalu datang tepat waktu pada saat masuk kelas? Ya. Sebagian besar guru datang tepat waktu saat masuk kelas.
8.
Apakah Bapak menganjurkan para guru untuk membaca doa terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai? Ya pasti. Karena, sebagai cerminan sekolah Islam yang baik dan berakhlakul karimah.
9.
Apakah pada saat mengajar para guru juga mengatur pola tempat duduk siswa? Saya rasa para guru jarang melakukan hal demikian.
10. Apakah sekolah ini sering mengadakan pendidikan dan pelatihan guru? Ya. Yaitu pelatihan kompetensi paedagogik, profesional, dan kepribadian. 11. Berapa kali pendidikan dan pelatihan dilaksanakan? Pendidikan dan pelatihan seperti ini rutin dilaksanakan empat kali dalam satu tahun, di setiap awal dan akhir semester. 12. Apakah ada faktor yang mendukung dan menghambat dalam kegiatan tersebut? Program ini sudah direncanakan dan ditentukan waktu, dana serta tempatnya. Jadi, menurut saya tidak ada faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
13. Apakah ada pembinaan kompetensi bagi para guru? Kalau ada seperti apa? Ada. Yaitu, pembinaan mengenai informasi, teknik pelaksanaan tugas, dan kedisiplinan. Seperti halnya pelaksanaan diklat, pembinaan ini juga dilaksanakan rutin empat kali dalam setahun, yakni pada awal dan akhir semester. 14. Apakah Bapak senantiasa melakukan pengawasan kepada guru? Ya. Saya mengawasi para guru dengan cara pemantauan ke setiap kelas-kelas. Namun, pengawasan ini tidak secara rutin. 15. Bagaimana sarana dan prasarana di MAN 2 Kota Bogor? Sarana dan prasarana di sini menurut Saya sudah memadai. Di antaranya, gedung sekolah yang representatif, lingkungan yang kondusif, ruang perpustakaan dan ruang baca, ruang Laboratorium Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa, Komputer, serta agama atau mushola sebagai sarana kegiatan praktek keagamaan. Semua itu dalam keadaan dan berjalan normal serta berfungsi baik.