PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: Kustanto 3105113
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2010
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal
Tanda Tangan
Drs. H. Soediyono, M.Pd. Ketua Sidang
__________
____________
Nasiruddin, M.Ag. Sekretaris Sidang
__________
____________
Dra. Miswari, M.Ag. Penguji I
__________
____________
Rosyidi, M.S.I Penguji II
__________
____________
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks Hal
: Naskah Skripsi A. n. Sdr. Kustanto
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Setelah saya mengadakan koreksi perbaikan seperlunya maka bersama ini saya kirimkan naskan skripsi saudara: Nama
: Kustanto
NIM
: 3105113
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dengan Judul
: Problematika Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Semarang, 16 Juni 2010 Pembimbing I
pembimbing II
Drs.Ahmad Suja’i, M.Ag NIP. 195110051976121001
Amin Farih, M.Ag NIP.197106142000031002
iii
MOTTO
Barang siapa yang dikehendaki Allah akan diberikan kebajikan dan keutamaan, niscaya diberikan kepadanya faham yang mendalam tentang hukum agama.
1
Hadis dari Muawiyah, yang Diriwayatkan oleh Imam Muslim, {lihat Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim Juz II, (Bairut Libanon: Darul Kutub Al-alamiyah, Tth), hlm. 719}.
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang saya cintai dan banggakan yang senantiasa mengiringi setiap langkah saya dalam menggapai citacita.
1. Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya yang penuh kesabaran, ketabahan dan ketulusan hati dan selalu mendoakan untuk kebahagiaan saya. 2. Paman, Bibi, dan Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan. 3. Adik Hida yang selalu menemaniku dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan warna dalam hidupku. 4. Segenap Komunitas Akrima Ngaliyan (Udin, Bambang, Amin, Anas, Didin, Masnur, Jono dll) yang banyak memberikan kenangan manis dan berjasa bagiku. 5. Teman-temanku Durrohim, Ilul, Tino, Alek, Ida, Hijriah, Agus dan paket PAI A angkatan 2005 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan semangatnya bagi saya pribadi.
v
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 16 Juni 2010 Deklarator,
Kustanto NIM : 3105113
vi
ABSTRAK
Kustanto (NIM. 3105113) Problematika Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. (2) Problem apa saja yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan sudah baik, ini dibuktikan dengan program rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru mata pelajaran Fikih sebelum melaksanakan pembelajaran. Guru mata pelajaran Fikih menyusun terlebih dahulu beberapa perencanaan pembelajaran, yang meliputi : a) Program tahunan, b) Program semesteran, c) Silabus dan RPP. Problematika yang dihadapi dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih antara lain : 1) Banyaknya peserta didik dalam satu kelas, yaitu mencapai 44 peserta didik, 2) Minimnya pengetahuan guru tentang KTSP, 3) Kurangnya sarana prasarana yang mendukung, seperti lahan rekreasi, ruang unjuk kerja, ruang perpustakaan yang masih satu ruang dengan ruang TU, 4) Sedikitnya perhatian orang tua peserta didik dan masyarakat, 5) Kurangnya waktu yang tersedia dalam pembelajaran Fikih. Adapun solusi untuk mengatasi problem-problem itu adalah 1) Pihak madrasah dapat menambah lagi ruang kelas bagi peserta didik, 2) Guru harus lebih banyak lagi mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai KTSP, baik itu mengenai kurikulum KTSP itu sendiri, model pembelajarannya maupun teknik evaluasinya, 3) Pihak madrasah seharusnya lebih banyak lagi menyediakan sarana prasarana untuk menunjang implementasi KTSP di madrasahnya, seperti ruang perpustakaan, ruang unjuk kerja, lahan untuk rekreasi. 4) Perlu adanya tambahan jam untuk mempelajari mata pelajaran Fikih, 5) Masyarakat dan orang tua peserta didik perlu dikenalkan dengan kurikulum KTSP. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Agar nantinya terwujud pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kehadirat beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya. Skripsi KURIKULUM
yang
berjudul
TINGKAT
"PROBLEMATIKA
SATUAN
PENDIDIKAN
IMPLEMENTASI PADA
MATA
PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTs MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN" disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis sampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. Marusudin Siregar, selaku wali studi yang mempunyai peran besarnya dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Drs Ahmad Suja'i, M.Ag, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Amin Farih, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
viii
6.
Maskun S.Ag, selaku Kepala MTs Miftahul Falah dan segenap guru serta staf terkait khususnya Bapak Muh Nur Hadi, A.Ma.pd yang telah bersedia menerima dan membantu penulis selama mengadakan penelitian.
7. Bapak dan Ibuku tersayang yang telah berkenan memberi motivasi, perhatian dan doa yang tulus bagi penulis selama menyelesaikan studi serta penyusunan skripsi ini. 8. Adik-adikku tersayang yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Teman-temanku terkasih yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada mereka penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain ungkapan terima kasih dan iringan doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan kalian semua dengan sebaik baik balasan. Penulis
menyadari
bahwa
penulisan
skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 16 Juni 2010 Penulis,
Kustanto NIM : 3105113
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK PENELITIAN ....................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
vi
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Penegasan Istilah ...............................................................
4
C. Rumusan Masalah ..............................................................
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
6
E. Kajian Pustaka ...................................................................
7
F. Metodologi Penelitian ........................................................
8
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)...................
13
1. Pengertian KTSP ..........................................................
13
2. Landasan KTSP ...........................................................
18
3. Tujuan KTSP ................................................................
18
4. Prinsip Pengembangan KTSP........................................
19
5. Standar Kompetensi Lulusan KTSP ..............................
20
6. Komponen KTSP..........................................................
21
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan..........
21
b. Struktur dan Muatan KTSP .......................................
22
x
c. Kalender Pendidikan .................................................
22
d. Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......
23
B. Fikih ...................................................................................
24
1. Pengertian Fikih............................................................
24
2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih ............................
26
a. Materi .......................................................................
26
b. Tujuan Pembelajaran Fikih .......................................
26
c. Metode Pembelajaran Fikih .......................................
27
d. Evaluasi ....................................................................
32
BAB III : IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN FIKIH DI MTS MIFTAHUL
FALAH
SAMBIREJO
WIROSARI
GROBOGAN A. Gambaran Umum MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan............................................................................
35
1. Letak Geografis ............................................................
35
2. Latar Belakang Historis ................................................
35
3. Visi, Misi dan Tujuan ....................................................
36
4. Struktur Organisasi ......................................................
37
5. Keadaan Peserta Didik ...................................................
38
6. Keadaan Guru, dan Karyawan.......................................
38
7. Sarana Prasarana ..........................................................
39
B. Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan ...................................
40
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan .............................
40
2. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan .......................................................
42
3. Proses Pembelajaran Fikih di Mts Miftahul Falah ........
46
4. Evaluasi Pembelajaran Fikih ........................................
49
xi
BAB IV : ANALISIS
PELAKSANAAN
KTSP
PADA
MATA
PELAJARAN FIKIH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA
DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO
WIROSARI GROBOGAN A. Analisis Implementasi KTSP .............................................
52
1. Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah ..............................................................
52
2. Analisis Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah.............................................................................
53
3. Analisis Proses Pembelajaran Fikih................................
54
4. Analisis Evaluasi Pembelajaran Fikih ............................
56
B. Problematika Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan Dan Upaya pemecahannya .........................................................
57
1. Problematika Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan...
57
a. Problem secara Umum ..............................................
58
b. Upaya pemecahan problem secara umum..................
60
c. Problem khusus PBM mata pelajaran Fikih KTSP dan upaya pemecahannya..........................................
62
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
65
B. Saran ..................................................................................
65
C. Penutup ..............................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Jumlah peserta didik MTs Miftahul Falah Tahun Ajaran 2009/2010 Tabel 2 : Data Kepala Madrasah dan Guru Berdasarkan Pendidikan Tabel 3 : Data Fasilitas Madrasah
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I
: Gambar Struktur Organisasi MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Fikih Kelas VII
Lampiran 2
: Pedoman Wawancara di MTs Miftahul Falah
Lampiran 3
: Pedoman Observasi dan hasil Observasi
Lampiran 4
: Kalender Akademik MTs Miftahul Falah
Lampiran 5
: Program Tahunan Mata pelajaran Fikih
Lampiran 6
: Program Semesteran Mata Pelajaran Fikih
Lampiran 7
: Silabus Mata pelajaran Fikih
Lampiran 8
: RPP mata pelajaran Fikih
Lampiran 9
: Rincian Kegiatan penelitian
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan bagi setiap satuan pendidikan, baik
pengelola maupun penyelenggara,
khususnya bagi guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu saat Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya, saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum. Dalam hal ini kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik, yaitu pusat kurikulum (puskur) sekarang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh tanah air Indonesia. Karena kurikulum dibuat secara sentralistik maka setiap satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/daerah,
karakteristik
daerah/sekolah,
sosial
budaya
masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik, sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. 3 Sesuai dengan pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: “pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan
2
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 4. 3 Ibid., hlm. 8.
1
ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan”.4 Maka dari itu kurikulum yang ada harus selalu dikembangkan sesuai dengan peraturan undang-undang. KTSP mempunyai karakteristik tersendiri dibanding dengan kurikulum sebelumnya. Karakteristik tersebut antara lain : pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta tim kerja yang kompak dan transparan.
5
Maka dari itu KTSP diharapkan mampu
memajukan kualitas pendidikan sekarang ini. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.6 Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian Kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Adapun secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama 3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. 7
4
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang Undangan RI Tentang System Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Undang-Undang R.I No.20 tahun 2003. (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), hlm. 113. 5 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 29-33. 6 Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarata: 2006), hlm. 5. 7 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 22.
2
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mewarnai rentang perjalanan pendidikan di negara kita. Terbukti dengan banyaknya madrasah yang berdiri di Indonesia sekarang. Di Jawa Tengah data bulan Mei tahun 2010 ada sekitar 7.367 buah madrasah, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA). Dari jumlah sebesar itu, 90,69 % adalah madrasah swasta dan selebihnya yaitu 9,31 % adalah madrasah negeri. 8 Salah satu upaya untuk menjadikan madrasah lebih berkembang dan maju adalah dengan cara memperbaiki kurikulum yang ada. KTSP merupakan kurikulum yang di gagas oleh pemerintah agar semua lembaga pendidikan dapat memaksimalkan potensi yang ada di lembaga tersebut. Hal ini seharusnya dijadikan satu peluang bagi lembaga pendidikan madrasah agar dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan. Dengan cara
memaksimalkan potensi yang ada mulai dari komite madrasah, guru, orang tua dan lingkungan sekitar. MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan merupakan salah satu MTs yang telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui berbagai hambatan yang tidak sedikit. Hal ini mengingat bahwa prasarana pendukung yang kurang maksimal, kesiapan siswa yang kurang dan minimnya informasi yang diperoleh oleh guru. Guru yang menjadi faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran mata pelajaran tertentu harus mampu merumuskan unsur-unsur pembelajaran dengan baik. Sehingga guru dalam melaksanakan profesinya harus berdasarkan pertimbangan profesional
9
(profesional judgment) secara
tepat dan baik. Hal ini mengingat guru tidak hanya sebagai pengajar atau sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik saja, akan tetapi dia
8
Www. Rekap Depag. Php. Htm. 23, Mei 2010. Profesional adalah sesuatu yang bersangkutan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya, Lihat Syafrudin Nurdin, M.Pd. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 13. 9
3
seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.10 Mata pelajaran Fikih adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum madrasah baik itu Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun pada Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ini sesuai dengan struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tertuang dalam standar isi. Di antara satu dari kelompok standar isi tersebut adalah mata pelajaran Fikih. Di MTs Miftahul Falah, mata pelajaran Fikih merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan. Akan tetapi dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Wirosari Grobogan ternyata masih banyak problem yang dihadapi baik yang dialami oleh siswa, pengajar maupun kepala sekolah. Dari berbagai problem di atas itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTs MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2009/2010.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari interpretasi dan kesalahpahaman pengertian batasan istilah, maka peneliti sampaikan batasan-batasan istilah sebagai berikut : 1. Problematika Problem adalah masalah atau persoalan sedang problematika adalah hal yang menimbulkan masalah atau hal yang belum dapat dipecahkan permasalahannya.11 Dalam hal ini berarti masalah apa saja yang dihadapi ketika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di implementasikan pada 10
Ibid., hlm. 7. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, ), hlm. 896. 11
4
mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. 2. Implementasi Pelaksanaan, penerapan implemen. Sedangkan implemen berarti alat, sistem atau aturan.12 Maka dari itu maksud implementasi di sini adalah, Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. 3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Adalah kurikulum operasional yang oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan.13 Dalam hal ini yang dimaksud adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. 4. Fikih Fikih adalah ilmu tentang hukum islam.14 Fikih berasal dari bahasa Arab yaitu:
Fikih menurut bahasa faham, Adapun definisi Fikih secara istilah adalah : 15
Artinya : Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliah, yang diusahakan memperolehnya dari dalil-dalil yang jelas (tafshili) Adapun Fikih sebagai mata pelajaran berarti Fikih adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik, untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya 12
Alex MA. Kamus Ilmiah Popular Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005), hlm.
240. 13
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Peratuaran Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2005), hlm. 5. 14 Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Op.cit., hlm. 316. 15 Abi Yahya Zakariya, Fathul Wahab, Juz 1, (Surabaya: Darkutub Islam), hlm. 3.
5
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.16 Dari penegasan istilah di atas, maka dapat diketahui dengan jelas bahwa penelitian akan diarahkan pada problematika implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tahun ajaran 2009/2010.
C. Rumusan Masalah Dalam penelitian, pokok masalah akan menentukan arah penelitian itu sendiri, rumusan masalah secara jelas akan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya sesuai dengan judul dan latar belakang. Peneliti dapat merumuskan pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 2. Problem apa saja yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Agar peneliti ini dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu dicanangkan tujuan yang hendak dicapai, adapun tujuan yang hendak peneliti capai dalam melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tahun ajaran 2009/2010.
16
Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004), hlm. 46.
6
2. Untuk mengetahui problem apa saja yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tahun ajaran 2009/2010. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan. 2. Manfaat Praktis Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan implementasi kurikulum Fikih
baik bagi sekolah,
termasuk guru, pengembang kurikulum, maupun untuk tujuan penelitian lebih lanjut.
E. Kajian Pustaka Terdapat beberapa karya/penelitian yang peneliti jumpai yang membahas tentang bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di sekolah. Di antaranya yaitu : Skripsi saudara Sutrisno (3101296) yang berjudul studi tentang pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran PAI di SMA Negeri 3 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian ini menghasilkan tentang bagaimana pelaksanaan KTSP di SMA N 3 Semarang, yang mana penelitian ini meliputi , tujuan, materi, standar kompetensi lulusan dan ruang lingkup KTSP serta evaluasinya. Peneliti berkesimpulan sudah cukup baik, walaupun masih kurang sempurna, maka dari itu disampaikan juga beberapa problematikanya serta upaya mengatasinya. Skripsi saudara M. Anwar (3102053) yang berjudul implementasi penilaian pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran PAI di SMA 1 Kendal, hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya model penilaiannya hanya selama ini hanya berbasis kelas saja, akan tetapi menurutnya itu sudah memberi gambaran tentang penilaiannya
7
secara holistik, walaupun kurang sempurna. Ini dapat memberikan satu gambaran
kepada
peneliti
tentang
bagaimana
seharusnya
penilaian
pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini dilaksanakan. Walaupun bukan pada mata pelajaran Fikih seperti yang penulis teliti. Penelitian yang dilakukan saudara Nawahib (3603034) yang berjudul Problematika penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Fikih dan solusinya, di MTs Miftahul Ulum Mranggen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya penerapan kurikulum berbasis kompetensi masih banyak menghadapi problem, problem itu meliputi, keadaan siswa yang terlalu banyak di mana satu kelas mencapai 66 siswa, dan minimnya informasi yang diperoleh oleh guru tantang kurikulum tersebut, sehingga dalam penerapannya masih banyak kekurangan, Serta media dan sarana prasarana yang kurang memadai. Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kemiripan judul yang diangkat dengan judul penelitian yang akan peneliti lakukan. Letak perbedaannya terletak pada titik permasalahan. Peneliti menitikberatkan pada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta problematikanya pada mata pelajaran Fikih.
F. Metodologi Penelitian Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data sesuai obyek yang dibahas. Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang ada kaitannya dengan penelitian yaitu : 1. Fokus Penelitian Peneliti memfokuskan pada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII serta problematikanya di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. .yang meliputi kurikulum, guru, siswa, kepala sekolah dan sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut, yang sedikit banyak menunjang kemajuan dalam proses belajar mengajar.
8
2. Jenis dan Pendekatan Dilihat dari jenisnya Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Mengingat tujuannya adalah untuk mendapat data di lapangan, maka penelitian ini tidak dapat dilakukan hanya di laboratorium, melainkan harus dilaksanakan di lapangan.17 Selain itu penelitian ini juga disebut dengan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lain yang tidak mengadakan perhitungan.18 Penelitian ini akan mengadakan
penelitian di lapangan tanpa
menggunakan prosedur analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan penelitian langsung di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan guna memperoleh data-data yang akurat mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan problematikanya pada mata pelajaran Fikih kelas VII. 3. Metode Pengumpulan Data Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut : a. Metode Wawancara Menurut Esterberg (2002), dalam Sugiyono “Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik.” Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. 19
17
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 159. Dr.Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 2. 19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. IV hlm. 317. 18
9
Metode ini digunakan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden. Salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subyek penelitian dengan tetap berpegang pada arah sasaran dan fokus penelitian. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan Wawancara semiterstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.20 Adapun fihak-fihak yang diwawancarai adalah sebagai berikut : 1) Kepala sekolah, materi wawancara seputar Gambaran umum MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. (sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, kondisi siswa, guru, dan staf, sarana prasarana,) dan
respon
sekolah terhadap
KTSP. 2) Waka Kurikulum, materi wawancara seputar kurikulumkurikulum sebelumnya, kurikulum yang sekarang diterapkan di sana, dan pelaksanaan KTSP, apa saja problem yang dihadapi dalam mengimplementasikan KTSP.. 3) Guru mata pelajaran Fikih, materi wawancara seputar materi mata pelajaran Fikih, respons terhadap pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih, bagaimana penyusunan perencanaan pembelajaran KTSP. b. Metode Dokumentasi Yaitu “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.21
20 21
Ibid., hlm. 320. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 6.
10
Teknik ini diarahkan untuk mengumpulkan berbagai informasi, khususnya untuk melengkapi data dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian mengenai pelaksanaan KTSP dan proses belajar mengajar mata pelajaran Fikih. Informasi
atau
data
yang
dikumpulkan
melalui
studi
dokumentasi antara lain : 1) Data tentang kurikulum mata pelajaran Fikih. 2) Data tentang kondisi lingkungan sekolah, data guru, staf tata usaha, siswa dan organisasi sekolah. 3) Data tentang (RPP) tertulis milik guru, program tahunan, semesteran, atau ulangan harian dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Fikih 4) Buku mata pelajaran Fikih, milik guru maupun siswa. c. Observasi (Pengamatan) Sutrisno Hadi (1986) menyatakan dalam bukunya Dr Sugiono bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.22 Ini berarti observasi adalah pengamatan langsung terhadap obyek yang akan kita teliti. Obyek yang akan kita amati adalah ketika guru mengajar, bagaimana kondisi pembelajarannya dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kurikulum yang ada. Metode
ini
digunakan
untuk
memperoleh
data
dan
mengumpulkan informasi mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. 4. Analisis Data Dalam analisis ini peneliti menggunakan tiga macam analisis yaitu reduksi data, display (penyajian data), dan verifikasi data atau kesimpulan, 22
Sugiyono, op.cit., hlm. 203.
11
fokus analisa data ini pada ruang lingkup kurikulum Fikih dan implementasinya serta problematikanya. a. Reduksi Data Langkah awal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap yang sudah terkumpul, reduksi data dilakukan dengan cara mengelompokkan
data
berdasarkan
aspek-aspek
permasalahan
penelitian, aspek-aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah : kurikulum Fikih, implementasi kurikulum dalam mata pelajaran Fikih serta problematikanya. b. Penyajian Data Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek dan penelitian, penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan aspek-aspek masalah penelitian ini, maka susunan penyajian datanya dimulai dari ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, implementasi (KTSP) pada mata pelajaran Fikih dan problematikanya. c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan, sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap, pertama menarik kesimpulan sementara, namun seiring dengan bertambahnya data, maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data ini selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan penelitian.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. Pengertian KTSP. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yakni ”currere” secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan batas Finish. Dalam dunia pendidikan pengertian tersebut dapat dijabarkan sebagai bahan ajar yang sudah ditentukan kapan dimulai dan kapan diakhiri yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.23 David Pratt dalam Curriculum Design and Development, mendefinisikan: “A Curriculum is an organized set of formal educational and or training intention”24 Artinya kurikulum adalah suatu bentuk satuan yang diorganisir dalam pendidikan formal atau pelatihan. Dr Muhammad Adnan Latief mengartikan kurikulum adalah suatu rancangan program pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian pengalaman belajar.25 Maka menurutnya tujuan dan pengalaman belajar menjadi aspek yang sangat penting dalam kurikulum yang ditentukan oleh keinginan, keyakinan, atau pengetahuan serta kemampuan anggota masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan tersebut. Hilda Taba seperti yang dikutip oleh Muhammad Ali mengartikan : A curriculum is a plan for learning, What is known about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of a curriculum. Kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh
23
Prof. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), hlm. 2. 24 David Pratt, Design and Development Curriculum, (New York: Harcourt Brace Javanovich Publishers, 1980), hlm. 4. 25 Muhammad Adnan Latif Dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum Untuk Abad ke-21, (Jakarta: Grasindo, 1994), hlm. 85.
13
karena itu konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.26 Sedangkan B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai "a sequence of potential experiences set u pin the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting". Mereka mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.27 Menurut Fatah Syukur kurikulum merupakan rencana pelajaran yang dipakai sebagai patokan dalam proses pembelajaran yang mengacu kepada tujuan suatu lembaga pendidikan. 28 Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah/madrasah. 29 Pandangan modern ini dapat juga diartikan kurikulum secara luas yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah/madrasah Oemar Hamalik menyatakan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yang berbeda, yakni tinjauan menurut pandangan lama dan tinjauan menurut pandangan baru. Pengertian kurikulum menurut pandangan lama merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk murid untuk memperoleh ijazah, sedangkan menurut pandangan baru merumuskan bahwa kurikulum bukan saja terdiri dari mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah, yaitu semua
26
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hlm. 7. 27 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.5. 28 Fatah Syukur, Dinamika Madrasah Dalam Masyarakat Industri, (Semarang, PKPI2PMDC, 2003), hlm. 136. 29 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 53.
14
pengalaman yang dengan sengaja disediakan oleh sekolah bagi para siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan.30 Sedangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa: “kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.31 Dari beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas hanya pada mata pelajaran saja, akan tetapi lebih luas dari pada itu meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar mengajar, cara evaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya. Maka secara umum, keberadaan kurikulum menggambarkan suatu rencana tentang jenis pengalaman-pengalaman belajar yang diharapkan dapat diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan atau sekolah tertentu. Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan, hendaknya kurikulum berperan dan bersifat antisipatif terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu sebagai alat pendidikan, kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lain. Salah satu komponen kurikulum adalah komponen isi. Komponen isi dan struktur program atau materi merupakan materi yang ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud
30
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 27.. 31 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, (Jakarta: Dharma Bhakti, 2003), hlm. 5.
15
biasanya berupa meteri bidang studi. 32 Maka dari itu kurikulum harus mengalami perubahan sejalan dengan perubahan zaman. Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi (2002) seperti yang dikutip Djoko Susilo: "Bahwa saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan. Di mana peraturan perundangundangan yang baru telah membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum seperti pembaharuan dan diservikasi".33 Dengan dasar itulah KTSP menjadi satu terobosan kurikulum yang diharapkan mampu membawa perbaikan dalam pendidikan nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu ide pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Dengan cara memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi satuan pendidikan untuk mengelola dan memaksimalkan potensi yang ada agar dapat meningkatkan kualitas
pendidikannya.
KTSP
dikembangkan
melalui
upaya
pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar di lingkungan masing-masing tingkat satuan pendidikan. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat15) di jelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi
32
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Jakarta: Media Pratama, 1999), hlm. 15. 33 Muhammad Djoko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 10.
16
serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).34 KTSP menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat, serta menjalin kerja sama yang erat antar sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik.35 KTSP mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan kurikulum- kurikulum sebelumnya. Karakteristik tersebut antara lain : a. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan. dengan tidak meninggalkan seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Melalui otonomi yang luas ini satuan pendidikan berhak mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. b. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi. Masyarakat dan orang tua murid diharapkan mempunyai partisipasi aktif bagi kemajuan sekolah, tidak hanya melalui bantuan keuangan akan tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan untuk merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. c. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional. Maksudnya dalam KTSP pengembangan dan pelaksanaan didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. kepala sekolah dan guru-guru diharapkan mempunyai tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil bersama serta pelaksanaannya. d. Tim kerja yang kompak dan transparan. Dalam KTSP keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari pihak-pihak yang terlibat dalam 34
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 20. 35 Muhammad Djoko Susilo, op.cit., hlm. 12.
17
pendidikan mulai dari dewan pendidikan, komite sekolah, dewan guru sampai pada pegawai sekolah.36
2. Landasan KTSP a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (19); pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 32 ayat (1), (2), (3); pasal 35 ayat (2); pasal 36 ayat (1), (2), (3); pasal 38 ayat (1), (2) b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); pasal 5 ayat (1), (2); pasal 6 ayat (6); pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); pasal 8 ayat (1), (2), (3); pasal 10 ayat (1), (2), (3), pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 14 ayat (1), (2), (3); pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); pasal 17 ayat (1), (2); pasal 18 ayat (1), (3) pasal 20. c. Standar Isi SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. d. Standar Kompetensi Lulusan SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.37
36
E. Mulyasa , op. cit., hlm. 29-31.
18
3. Tujuan KTSP Secara
umum
tujuan
diterapkannya
KTSP
adalah
untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Adapun secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk : a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan, mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia. b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. 38
4. Prinsip pengembangan KTSP KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama kabupaten / kota setempat untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi dan Standar kompetensi lulusan dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah. 39 KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
37
Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarata: 2006), hlm. 4. 38 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 22. 39 Khaeruddin Dan Mahfud Junaedi Dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Konsep Dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 80.
19
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. b. Beragam
dan
terpadu.
Kurikulum
dikembangkan
dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis.
Untuk itu semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Maksudnya pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk
menjamin
relevansi
pendidikan
dengan
kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya dunia kerja. e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum
mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, keilmuan
dan
mata
pelajaran
yang
bidang kajian
diajarkan
selalu
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ide inilah yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan kurikulum.
20
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.40
5. Standar Kompetensi Lulusan KTSP Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Rujukan untuk penyusunan standar– standar pendidikan lain, dan merupakan arah peningkatan kualitas pendidikan secara mendasar dan holistik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta merupakan pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran, serta mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.41 Standar kompetensi pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan pendidikan lebih lanjut. Pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedang pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.42
6. Komponen KTSP Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) antara lain : a. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan. 40
Badan Standar Nasional Pendidikan, Op.Cit., hlm. 5-7. E. Mulyasa , Op.Cit., hlm. 91. 42 Ibid., hlm. 92. 41
21
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan sebagai berikut : 1) Pendidikan
dasar,
tujuannya
adalah
meletakkan
dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya. 2) Pendidikan
menengah,
tujuannya
adalah
meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai dengan kejuruannya. 3) Pendidikan menengah kejuruan, tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya.43 b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut : kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
43
Khaeruddin Dan Mahfud Junaedi Dkk, op.cit., hlm. 84.
22
ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.44 Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan /atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. c. Kalender Pendidikan Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik madrasah,
kebutuhan
peserta
didik
dan
masyarakat,
dengan
memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam standar isi.45 Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kalender pendidikan adalah sebagai berikut : 1) Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. 2) Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran. 3) Minggu
efektif
belajar
adalah
jumlah
minggu
kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran. 4) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam setiap minggu, meliputi jumlah jam untuk setiap mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah dengan jam jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. 5) Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah 44
Muhaimin, Dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 50. 45 Khaeruddin Dan Mahfud Junaedi Dkk, Op.Cit., hlm. 90.
23
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum, termasuk hari-hari besar nasional dan hari libur khusus. 46 d. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Silabus adalah rencana pembelajaran dan atau kelompok mata pelajaran
tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.47 Silabus
merupakan
penjabaran
standar
kompetensi
dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.48 Berdasarkan silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi RPP yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswa. Pengembangan silabus pada dasarnya
merupakan upaya
melakukan analisis kompetensi ke dalam kompetensi dasar dan indikator-indikator, analisis materi ke dalam scop (ruang lingkup) dan sequence (urutan) materi, analisis belajar ke dalam jenis dan bentuk kegiatan belajar mengajar, dan analisis penilaian ke dalam jenis dan alat-alat penilaian, yang semuanya itu bermuara pada pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Silabus disusun berdasarkan standar isi, yang di dalamnya berisikan identitas mata pelajaran, standar
kompetensi
(SK)
dan
kompetensi
dasar,
materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian alokasi waktu dan sumber belajar.49
46
Muhaimin, Dkk op.cit., hlm. 330. Ibid., hlm. 112. 48 Mansur Muslih, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), hlm. 32. 49 Muhaimin, Dkk, op.cit., hlm. 335. 47
24
B. Fikih 1. Pengertian Fikih 50
Fikih menurut bahasa artinya faham. Maka secara harfiah Fikih dapat diartikan faham
seperti firman
Allah dalam surat At-taubah ayat 122 yang berbunyi :
(
:
)
Artinya : untuk mereka bertafaqquh dalam agama.51 Ialah : untuk mereka memahami dan mendalami segala hukum agama yang tidak terhingga macamnya52dan yang dimaksud oleh nabi Muhammad dalam sabdanya :
: :
: (
)
Artinya : Barang siapa yang dikehendaki Allah akan diberikan kebajikan dan keutamaan, niscaya diberikan kepadanya faham yang mendalam dalam hukum agama. (H.R Muslim) Maka kalimat yufaqqihhu diartikan yaitu diberikan kefahaman yang mendalam. Ini berarti kalimat Fikih tidak hanya terbatas pada hukumhukum Islam saja, akan tetapi lebih luas lagi segala aspek agama Islam.54 Adapun definisi Fikih secara istilah adalah : 55
50 51
Abi Yahya Zakariya, Fathul Wahab, Juz 1,(Surabaya: Darkutub Islam), hlm. 3. Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung : Diponegoro, 2004),
hlm. 206. 52
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 10. 53 Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim Juz II, (Bairut Libanon: Darul Kutub Al-alamiyah, Tth), hlm. 719. 54 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 11. 55 Abi Yahya Zakariya, loc. cit., Juz 1.
25
Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliah, yang diusahakan memperolehnya dari dalil-dalil yang jelas (tafshili). Dr Wahab Khalaf dalam bukunya Ushul al-Fiqh mengartikan Fikih sebagai berikut : Fikih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil secara detail, atau kodifikasi hukum-hukum syariat Islam tentang perbuatan manusia yang diambil berdasarkan dalil-dalil secara detail. 56 Adapun Fikih sebagai mata pelajaran berarti Fikih adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik, untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.57 2.Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih a. Materi Bahan/materi pengajaran adalah apa yang harus diberikan kepada murid, bisa berupa pengetahuan, sikap/nilai serta keterampilan apa yang harus dipelajari.58 Isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan pengetahuan terpilih dan diperbolehkan baik sebagai pengetahuan itu sendiri, maupun bagi siswa dan lingkungannya.59 Ruang lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam
56
menjaga
keserasian,
Dr. Abdul Wahab Khalaf, Ushulul Fikih (terj), (Bandung: Gema Risalah Pres, 1996),
hlm. 23. 57
Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004), hlm. 46. 58 Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar” dalam Chabib Toha dan Abd Mu’ti (Eds), PBM PAI di Sekolah dan Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Agama Islam, (Semarang: IAIN Walisongo Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 220. 59 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 127.
26
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia meliputi : 1) Aspek Fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara thaharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur. 2) Aspek Fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.60 Adapun standar kompetensi lulusan mata pelajaran Fikih kelas VII terlampir. b. Tujuan Pembelajaran Fikih di MTs Pembelajaran Fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami
pokok-pokok
hukum
Islam
dan
tata
cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna). Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam Fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam Fikih muamalah. (2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial.
Pengalaman
tersebut
60
diharapkan
menumbuhkan
ketaatan
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Di Madrasah, 2008, hlm. 53.
27
menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.61 c. Metode Pembelajaran Fikih Metode pembelajaran menurut Sudjana adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. 62 Oleh karena itu peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar sangatlah penting. Dengan adanya metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain tercipta interaksi edukatif. Metode mengajar itu dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicernakan oleh anak dengan baik. Oleh karena itu terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh. Dalam melihat cara atau metode ini guru dibimbing oleh filsafat pendidikan yang dianut guru dalam tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Di samping itu penting juga memperhatikan hakikat anak didik yang hendak dididik dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.63 Berikut beberapa variasi metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fikih: 1 ) Metode Ceramah. Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu
tertentu
(waktu
terbatas)
dan
tempat
tertentu
pula.
Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah. Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat
dan mendengarkan serta percaya bahwa
apa yang
disampaikan guru itu adalah benar. Murid mengutip ikhtisar ceramah
61
Ibid., hlm. 55. Nana Sujdana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet IV, 2000), hlm. 76. 63 Derektorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: 1982), hlm. 51. 62
28
semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.64 2) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan murid. Guru bertanya dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya dan guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan murid. Manfaat terpenting dari metode ini adalah guru dapat memperoleh gambaran
sejauh
mana
murid
dapat
mengerti
dan
dapat
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.65 3) Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara untuk mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan obyektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan obyektif dalam pemecahan suatu masalah.66 Metode diskusi ini sangat sesuai digunakan bilamana : a)
Materi yang disajikan bersifat low consensus problem artinya bahan yang akan disajikan tersebut banyak mengandung permasalahan yang tingkat kesepakatannya masih rendah.
b)
Untuk pengembangan sikap atau tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat afektif.
64
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 19. 65 Ibid., hlm. 20. 66 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputra Pres, 2002), hlm. 36.
29
c)
Untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sintesis, dan tingkat pemahaman yang tinggi. Ada beberapa jenis diskusi yang dapat dilakukan oleh guru
dalam membimbing siswa, antara lain : a) Whole Group Whole group merupakan bentuk diskusi kelas di mana para pesertanya duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya. b) Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang peserta, dan juga diskusi kelompok besar yang terdiri 7-15 orang peserta. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberikan kesempatan berbicara atau mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah. c) Buzz Group Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul. d) Panel Yang dimaksud panel di sini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu dan duduk dalam semi melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator. Biasanya dalam diskusi ini para audien tidak
30
turut
bicara,
namun
diperkenankan bicara.
dalam
forum
tertentu
para
audien
67
4) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.68 Biasanya seorang guru menunjuk salah satu siswa untuk memperlihatkan pada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya demonstrasi tentang tata cara memandikan mayat dengan cara menggunakan model atau boneka, tata cara haji, yang meliputi thowaf, sa'i dan lain sebagainya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode demonstrasi adalah : a) Rumuskan secara spesifik yang dapat dicapai oleh siswa b) Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan. c) Persiapan-persiapan
peralatan
yang
dibutuhkan
sebelum
demonstrasi dimulai, dan diatur sesuai skenario yang direncanakan. d) Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan69 5) Metode Drill Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari. Karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan lebih mudah difahami dan di aplikasikan dalam kehidupan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan metode drill, antara lain : Pertama; harus disadari bahwa pengertian belajar bukan bearti pengulangan
yang persis sama dengan apa yang telah dipelajari
67
Ibid., hlm. 40-41. Ismail. SM, op.cit., hlm. 20. 69 M. Basyiruddin Usman, op.cit., hlm. 46. 68
31
sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya sesuatu proses belajar dengan latihan siap adalah adanya situasi yang berbeda serta pengaruh latihan pertama, maka latihan kedua, ketiga dan seterusnya akan lain sifatnya. Kedua; situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi untuk mendapat respons dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri siswa akan timbul alasan untuk
memberi respons,
sehingga
menyebabkan dia
melatih
keterampilannya. Bagaimana situasi tersebut dapat diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut adanya perubahan respons, maka keterampilan siswa akan dapat lebih disempurnakan. Metode drill juga harus dimulai dari hal-hal yang mendasar agar siswa betul-betul mengerti apa yang telah dan akan dilakukannya agar diperoleh keterampilan yang diinginkan.70
6) Metode pemberian tugas dan resitasi Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara dalam proses pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lain yang cocok. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau secara kelompok.71 d. Evaluasi pembelajaran Fikih Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983: 220). Sedangkan menurut pengertian 70 71
Ibid., hlm. 55. Ismail. SM, op.cit., hlm. 20-21.
32
istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan untuk memperoleh kesimpulan.72 Penilaian atau evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa.73 Menurut Nana Sudjana pada umumnya ada tiga pokok evaluasi yaitu: 1) Segi tingkah laku, artinya segi yang menyangkut sikap, minat perhatian, dan keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar. 2) Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses mengajar. 3) Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri. Proses mengajar dan belajar perlu penilaian secara obyektif dari guru, akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai siswa. 74 Ada
beberapa
penyelenggaraan
prinsip
evaluasi
yang
perlu
pembelajaran,
diperhatikan
prinsip-prinsip
dalam tersebut
meliputi: 1) Prinsip integralitas : prinsip ini menghendaki bahwa rancangan evaluasi hasil belajar tidak hanya menyangkut teori, pengetahuan dan keterampilan saja, akan tetapi juga mencakup aspek-aspek kepribadian siswa. Seperti apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, proses adaptasi dan lain-lain. 2) Prinsip kontinuitas. Kontinuitas dalam evaluasi berarti guru secara kontinu membimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan
demikian
program-program
72
evaluasi
pembelajaran
M. Chabib Thoha, M.A, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 1996), hlm. 1. 73 M Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 3. 74 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik {Dalam Interaksi Eabtlsatij), (Jakarta: PT. Aneka Cipta, 2000), hlm. 213.
33
merupakan rangkaian dari bimbingan belajar siswa. Maka penilaian seharusnya dilakukan secara berkesinambungan. 3) Prinsip obyektivitas. Dengan prinsip ini hasil evaluasi harus dapat diinterpretasikan dengan jelas dan tegas. Jadi setelah diadakan evaluasi pembelajaran terhadap siswa, keadaan siswa dapat diketahui dengan jelas dibanding sebelum evaluasi. Dengan kata lain dapat diketahui hasilnya. Selain prinsip-prinsip evaluasi di atas ada beberapa kriteria evaluasi yang perlu dimiliki oleh guru, antara lain: 1) Validitas. Validitas atau ketepatan dalam evaluasi maksudnya, seorang guru harus benar-benar mampu dengan tepat menilai bidang yang mau dinilai. 2) Reabilitas. Artinya, evaluasi yang diadakan oleh guru kepada muridmuridnya harus dapat memberikan hasil yang konsisten, tetap tidak berubah-ubah. 3) Praktis. Yakni tindakan evaluasi mudah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektivitas, baik menyangkut masalah waktu, biaya, maupun tenaga.75
75
Ainurrafiq Dawam dan Ahmad Ta'arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren (Bandung: Listafariska Putra, 2005), hlm. 10-101.
34
BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN FIKIH DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN
A. Gambaran umum MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. 1. Letak Geografis Secara geografis MTs Miftahul Falah terletak di lingkungan pedesaan, tepatnya di Jl.Raya Purwodadi –Blora km 14,7 Desa Sambirejo Kec,Wirosari Kab, Grobogan, Propinsi Jawa Tengah dengan luas tanah 1000 m2 dan luas bangunan 400m2.76 Tempatnya cukup strategis sebab dekat jalan raya Purwodadi-Blora, yang dilewati oleh angkutan umum sehingga mudah untuk dijangkau dengan menggunakan angkutan dan bisa juga dengan menggunakan sepeda karena kebanyakan peserta didiknya dari kalangan pedesaan. Adapun lingkungan sekitarnya adalah : Sebelah Utara
: Terdapat jalan raya Purwodadi- Blora dan rumah warga
Sebelah Selatan : Area persawahan. Sebelah Timur
: Rumah warga.
Sebelah Barat
: Terdapat area perumahan warga.77
2. Latar Belakang Historis Madrasah
Tsanawiyah
Miftahul
Falah
merupakan
lembaga
pendidikan setingkat SLTP yang berada di bawah naungan yayasan AlMunawwarah. Berdiri pada tahun 1993 yang didirikan oleh tokoh masyarakat dan agama setempat terutama dari kalangan Nahdiyyin. 78 Berdirinya MTs Miftahul Falah tak terlepas dari kondisi masyarakat setempat yang mengalami salah satu guncangan moral yang sangat 76
Dokumentasi TU MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. Observasi Peneliti pada hari senin,18 Januari 2010 78 Wawancara dengan Kepala Madrasah Bpk. Maskun S.Ag di Ruang Kepala MTs Miftahul Falah pada tanggal 18 Januari 2010 77
35
mengkhawatirkan dengan terjadinya beberapa permasalahan yang sangat perlu untuk mendapatkan perhatian masyarakat setempat. Seperti dengan adanya kenakalan remaja yang semakin menjadi-jadi, di samping itu kondisi masyarakat setempat pada waktu itu mengalami degradasi di bidang kemajuan dalam berpikir untuk masa depan. Kemunduran yang dialami masyarakat Sambirejo pada waktu itu mendorong
hasrat
dan
minat
dari
masyarakat
setempat
untuk
meningkatkan taraf hidup mereka lewat jalur pendidikan, selain itu faktor yang lain ialah adanya kegundahan para tokoh agama di situ tentang mahalnya biaya pendidikan di sekolah formal yang ada pada waktu itu, Melihat kondisi masyarakat Sambirejo yang religius maka terdorong untuk mendirikan sekolah tersebut di bawah naungan Departemen Agama, sehingga dengan dorongan para Ustad dan Ulama pada waktu itu berdirilah MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.79 3. Visi, Misi dan Tujuan Visi: a. Terwujudnya Generasi yang memiliki iman dan takwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Misi: a. Mengembangkan fitrah peserta didik agar menjadi muslim yang berakhlak mulia, memiliki aqidah islam yang benar dan kuat serta memiliki wawasan islam yang luas. b. Mengembangkan potensi dasar peserta didik untuk berpikir kritis, obyektif, rasional dan sistematis. c. Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam mewujudkan keahlian dalam menghadapi era globalisasi. Tujuan: a. Menanamkan jiwa ijtihad dalam mengkaji dan mendalami Al-Qur'an dan Hadits sebagai bekal hidup.
79
Dokumentasi TU MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan
36
b. Menanamkan jiwa semangat disiplin, tertib, rajin, dan etos kerja yang tinggi. c. Menanamkan jiwa semangat tolong menolong, solidaritas sosial yang tinggi di masyarakat..80
4. Struktur Organisasi MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan STRUKTUR ORGANISASI MTs MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN.81 Komite Kepala ----------------------------------MTs.
Sie. Kurikulum
Wali kelas
Sie. Kepeserta didikan
Laboran
Sie. Sarpas
Perpustakaan
Koperasi
Tata Usaha
1.Bendahara. 2.Kepegawaian. 3.Tukang Kebon.
Ket : a. ------------------ ( Garis koordinasi) GURU MAPEL b. ( Garis komando ) Gambar 1 PESERTA DIDIK
5. Keadaan Peserta didik Jumlah keseluruhan peserta didik di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan dari kelas satu sampai dengan kelas tiga jumlah keseluruhan adalah 120 peserta didik, yang masing-masing terdiri
80 81
Ibid. Ibid.
37
dari kelas satu 42 peserta didik, kelas dua 39 peserta didik dan kelas tiga 39 peserta didik.82 Tabel 1 Daftar jumlah peserta didik MTs Miftahul Falah Tahun ajaran 2009/2010. NO
JUMLAH PESERTA DIDIK
KELAS
L
P
JUMLAH
1
VII
25
17
42
2
VIII
20
19
39
3
IX
26
13
39
71
49
120
JUMLAH TOTAL
Peserta didik MTs Miftahul Falah secara keseluruhan bertempat tinggal dengan keluarganya di rumah, dan untuk menuju ke sekolah kebanyakan menggunakan sepeda. 6.
Keadaan Guru dan Karyawan MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan Secara keseluruhan MTs Miftahul Falah memiliki 14 tenaga pendidik dan kependidikan yang terbagi menjadi 3 jabatan. 1 orang menjabat sebagai Kepala Madrasah,12 Guru, dan 1 Karyawan. Adapun data Guru dan Karyawan berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:83 Tabel 2 Data Kepala Madrasah, Guru dan karyawan Berdasarkan Pendidikan No 1
82 83
Pendidikan Terakhir SARJANA
Putra
Putri
Jumlah
5
3
8
Ibid Ibid.
38
2
D2
5 6
3
1
4
SLTA
1
1
2
PONPES
0
0
0
JUMLAH TOTAL
9
5
14
7. Sarana dan prasarana Tabel 3 Fasilitas pembelajaran di MTs Miftahul Falah diantaranya:84 NO. JENIS
JUMLAH
KETERANGAN
1
Ruang Kepala Madrasah
1
Baik
2
Ruang Tata Usaha
1
Baik
3
Ruang Guru
1
Baik
4
Ruang Kelas
3
baik
5
Ruang Perpustakaan
1
Baik
7
Ruang
Laboratorium 1
Baik
Komputer 9
Masjid
1
Baik
10
Kantin
1
Baik
12
Kamar Kecil/ WC
2
baik
13
UKS
1
Baik
14
Mebel
Peserta
didik/Meja 150
125 baik, 25 rusak85
Kursi
B. Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. 84 85
Ibid. Dokumentasi TU MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.
39
Pada pendidikan formal kurikulum merupakan hal yang sangat penting karena dalam setiap pendidikan formal kurikulum merupakan acuan yang dipakai dalam rangka melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena menghubungkan idealisme pendidikan dengan kenyataan pendidikan di lapangan. Karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah, maka dari itu kurikulum harus disusun dan dilaksanakan sebaik-baiknya.86 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang memberikan kebebasan bagi satuan pendidikan untuk dapat menyusun dan mengembangkan kurikulum itu sendiri, dengan cara menganalisa kelebihan dan kekurangan satuan pendidikan masing-masing. Memang bagi sekolah-sekolah yang sudah maju KTSP merupakan satu peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya agar dapat bersaing dengan sekolah-sekolah yang lain, karena tentunya sarana dan prasarana yang ada menunjang untuk melaksanakan hal tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan sekolah-sekolah standar / baru berkembang seperti MTs Miftahul Falah ini, di mana madrasah ini baru berdiri tahun 1993 dan merupakan madrasah yang belum mandiri, akan tetapi harus dapat menyesuaikan dengan kurikulum yang ada yang harus diterapkan pada semua sekolah maupun madrasah. Meskipun berat karena sarana dan prasarananya juga kurang mendukung akan tetapi bagaimanapun harus berusaha sekuat mungkin untuk dapat melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kemampuan peserta didik agar tidak ketinggalan dengan madrasahmadrasah lain yang lebih maju.87 Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh Kepala Madrasah serta diketahui oleh 86
Hasil wawancara dengan Bapak Maskun S.Ag kepala MTs Miftahul Falah pada Tanggal 18 Januarai. 87 Ibid.
40
komite Madrasah dan oleh Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah meliputi : a. Tujuan kurikulum KTSP di MTs Miftahul Falah Tujuan kurikulum KTSP di MTs Miftahul Falah adalah untuk meningkatkan
kompetensi
peserta
didik
dan
mengarahkan
pembelajaran sesuai dengan satuan madrasah masing-masing. Dalam hal ini adalah semua civitas MTs Miftahul Falah dan masyarakat sekitar dalam rangka memajukan pendidikan. b. Landasan KTSP di MTs Miftahul Falah Landasan diterapkannya KTSP adalah UU No 20 tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SNP) pasal 17 ayat 1 dan 2 dan pasal 49 ayat 1. Juga memuat pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan Standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sedang standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria c. Prinsip pengembangan KTSP di MTs Miftahul Falah KTSP di MTs Miftahul Falah dikembangkan berpusat pada pengembangan dan peningkatan kemampuan peserta didik baik segi kognitif, psikomotorik, dan afektif dalam menunjang kehidupannya. Selain itu KTSP di MTs Miftahul Falah juga dipersiapkan untuk mengatasi gejolak globalisasi yang semakin kuat yang menuntut kreatifitas dari seseorang untuk menghadapinya. Karena pada dasarnya pengembangan kurikulum dimaksudkan agar satuan pendidikan dapat mengikuti perkembangan teori pendidikan dan perkembangan zaman. d. Komponen KTSP di MTs Miftahul Falah
41
Komponen KTSP di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tersusun dalam bentuk tujuan, materi, proses pembelajaran dan rencana pembelajaran yang tertuang dalam RPP, Silabus, kalender pendidikan, dan perangkat kurikulum lainnya.88 Tidak kalah pentingnya dalam komponen kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Penilaian seperti ini dimaksudkan agar peserta didik dapat diketahui kemampuannya, baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya. Sehingga dalam penilaian guru tidak hanya melihat dari kemampuan kognitifnya saja. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yaitu pengumpulan hasil kerja peserta didik (Portofolio), hasil karya (produk), penugasan (Proyek), tes tertulis dan pengamatan terhadap kegiatan di kelas.89 2. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan MTs Miftahul Falah Sambirejo
Wirosari Grobogan telah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini pada tahun 2007. walaupun masih banyak kekurangan di sana-sini akan tetapi kepala madrasah yaitu Bapak Maskun dan para pengajar selaku penanggung jawab atas apa yang ada dalam madrasahnya selalu berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik bagi madrasah dan civitasnya.90 Dalam kurikulum pasti terdapat struktur kurikulum yang sesuai dengan tingkat masing-masing jenjang pendidikan. Antara lain kurikulum SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Struktur kurikulum MTs meliputi substansi/ mata pelajaran yang harus ditempuh selama tiga tahun yaitu dari
88
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum, Ibu Supriyanti S.Pd, pada tanggal 27 Januari 2010 89 Ibid 90 Ibid.
42
mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi. Kurikulum Fikih madrasah Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain: a. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi. b. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan
untuk
mengembangkan
dan
melaksanakan
program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.91 Adapun materi mata pelajaran Fikih kelas VII (diambil dari buku paket mata pelajaran Fikih kelas VII) adalah sebagai berikut : Semester I BAB I
: TAHARAH A. Pengertian Taharah B. Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya C. Hadas Kecil dan Tata cara Taharahnya D. Hadas Besar dan Tata cara Taharahnya
BAB II : SALAT FARDU DAN SUJUD SAHWI A. Pengertian Salat B. Syarat-syarat Salat C. Rukun Salat D. Sunnah Salat E. Hal-hal yang Membatalkan Salat F. Bacaan Salat G. Sujud Sahwi BAB III : AZAN, IQAMAH , DAN SALAT JAMAAH A. Ketentuan Azan dan Iqamah 91
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum, Ibu Supriyanti S.Pd, pada tanggal 27 Januari 2010
43
B. Ketentuan Salat Jamaah C. Makmum Masbuq D. Cara Mengingatkan Imam yang Lupa BAB IV : ZIKIR DAN DOA A. Pengertian Zikir dan Doa B. Tata cara Zikir dan Doa C. Bacaan Zikir dan Doa setelah Salat D. Praktek Zikir dan Doa Semester II BAB V
: SALAT JUM'AT DAN SALAT JENAZAH A. Ketentuan Salat Jum'at B. Ketentuan Khutbah Jum'at C. Cara Melaksanakan Khutbah dan Salat Jum'at D. Ketentuan Salat Jenazah E. Salat Gaib F. Tata cara Salat Jenazah dan Bacaannya
BAB VI : SALAT JAMA , QHASAR, DAN JAMA QASAR DAN SALAT DALAM KEADAAN DARURAT A. Pengertian Salat Jama' dan Qasar B. Macam-macam Salat Jama' C. Praktek Salat Jama', Qasar, dan Jama' Qasar D. Salat dalam Keadaan Sakit E. Salat Dalam Kendaraan F. Hikmah Keringanan dalam Salat BAB VII : SALAT SUNNAH MUAKAD DAN GHAIRU MUAKAD A. Ketentuan Salat Sunnah Muakkad B. Macam-macam Salat Sunnah Muakkad C. Ketentuan Salat Sunnah Ghairu Muakkad D. Macam-macam Salat Sunnah Ghairu Muakkad Dalam Implementasi KTSP, perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting yang perlu dilakukan oleh guru, adapun hal-hal yang
44
dilakukan Oleh guru mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Membuat program tahunan. Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran untuk setiap kelas, program ini di buat sebelum tahun ajaran baru dimulai. Karena nantinya program tahunan (prota) ini menjadi pedoman bagi pengembangan
program-program
berikutnya,
yaitu
program
semesteran, program harian dan program pembelajaran setiap pokok atau sub/bab mata pelajaran. b. Membuat program semesteran Program semesteran ini berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam satu semester. Program semesteran ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Program semesteran ini nantinya dibuat menjadi salah satu pedoman dalam pembuatan silabus. Silabus merupakan serangkaian kegiatan atau pengalaman belajar yang harus dilewati untuk mencapai ketuntasan belajar. Silabus yang disusun oleh guru mata pelajaran harus memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam peraturan Menteri Agama tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Fikih di MTs.92 Adapun contoh silabus di MTs Miftahul Falah terlampir. c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Sebelum proses belajar dilaksanakan seorang guru
terlebih
dahulu membuat rencana proses pembelajaran (RPP) yang tercantum dalam modul. Dengan RPP tersebut diharapkan proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran. RPP ini mencakup kompetensi dasar, Indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat/ 92
Hasil wawancara dengan Guru mata pelajaran Fikih, Bpk Muh Nur Hadi pada tanggal 26 Januari 2010
45
sumber belajar dan penilaian. RPP juga merupakan kewajiban seorang guru sebelum mereka mengajar.93 Selain membuat RPP guru juga membuat silabus terlebih dahulu, karena pada dasarnya penyusunan RPP itu berpedoman pada silabus. Adapun bentuk RPP yang ada di MTs Miftahul Falah, terlampir dalam lampiran. d. Membuat kalender pendidikan Pembuatan
kalender
pendidikan
disusun
atas
dasar
musyawarah dewan guru dan Kepala sekolah di MTs Miftahul Falah. Kalender pendidikan ini dibuat agar menjadi rambu-rambu bagi kepala madrasah dan dewan guru dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di madrasahnya dalam jangka satu tahun. Kalender pendidikan disusun agar guru dapat mengajar secara efektif dan efisien dalam menggunakan waktu pembelajaran sehingga dapat melaksanakan pembelajaran secara maksimal. 3. Proses pembelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Maka dari itu proses belajar mengajar merupakan jembatan penghubung antara tujuan pendidikan dan realitas pembelajaran yang ada. Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan sempurna dengan cara menggunakan beberapa metode pembelajaran yang bervariasi, agar tidak terjadi kebosanan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran, ada beberapa hal yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran, hal-hal tersebut adalah : a. Sebelum guru menyampaikan materi guru mengadakan pre-test terlebih dahulu untuk menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran materi yang akan disampaikan, selain itu juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemajuan dan ingatan peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. 93
Ibid
46
b. Guru mata pelajaran Fikih sebelum menyampaikan materi yang akan diajarkan terlebih dahulu menerangkan beberapa hal yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan tersebut. c. Guru dalam menyampaikan materi Fikih menggunakan beberapa metode pembelajaran, metode tersebut antara lain : 1) Metode ceramah, metode ini digunakan untuk menyampaikan materi yang baru dan belum pernah diajarkan. Selain itu metode ini dimaksudkan untuk menarik perhatian peserta didik terhadap guru mata pelajaran. 2) Metode tanya jawab, metode ini digunakan oleh guru untuk menguji kemampuan peserta didik tentang apa yang telah diajarkan tapi juga dapat menguji materi yang akan diajarkan, dalam pelaksanaannya guru
bisa bertanya dan peserta didik disuruh untuk menjawab
ataupun sebaliknya seorang peserta didik diminta oleh guru untuk bertanya dan gurulah yang menjawab.94 3) Metode diskusi, metode ini digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik dan melatih peserta didik untuk berlatih syaring dengan teman sebayanya tentang suatu materi. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, di mana setiap kelompok ditunjuk salah seorang untuk menjadi ketuanya, setelah itu seseorang yang telah ditunjuk sebagai ketua tersebut disuruh untuk menyampaikan apa yang telah diputuskan dalam diskusi tersebut. 4) Metode demonstrasi metode ini digunakan oleh guru untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu pada peserta didik. 5) Metode resitasi dan pemberian tugas. Metode ini digunakan agar peserta didik selalu belajar di rumah.95 d. Guru selalu menuntut peserta didik untuk selalu mengerjakan latihanlatihan soal yang telah ada dalam LKS. 94 95
Observasi dikelas pada tanggal 21 januari 2010. Observasi dikelas pada tanggal 28 januari 2010
47
e. Yang terakhir guru melakukan tes atau penilaian terhadap proses belajar mengajar yang telah berlangsung.96 Selain menggunakan beberapa metode dalam mengajar guru mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah juga menggunakan beberapa pendekatan, pendekatan tersebut antar lain : a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. sebagai sumber kehidupan. b. Pengamalan, mengondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran Fikih dalam kehidupan sehari-hari. c. Pembiasaan,
melaksanakan
pembelajaran
dengan
membiasakan
melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat dan bernegara yang sesuai dengan materi pelajaran Fikih yang dicontohkan oleh para ulama. d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Fikih dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran. e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. f. Fungsional, menyajikan materi Fikih yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang mengamalkan materi pembelajaran Fikih. Pendekatan lain yang juga digunakan guru dalam mengajar adalah pendekatan belajar Contextual Teaching And Learning atau yang biasa disebut dengan istilah CTL, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, serta 96
Ibid
48
mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun langkah-langkah penggunaan pendekatan CTL adalah sebagi berikut : a. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. b. Menciptakan belajar kelompok. c. Melakukan refleksi pada akhir pertemuan d. Melakukan penilaian yang memperhatikan tiga aspek yang dimiliki oleh peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.97 4. Evaluasi pembelajaran Fikih Evaluasi/Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar peserta didik berupa kompetensi yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengamalan. Standar yang digunakan oleh MTs Miftahul Falah dalam penilaian dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Penilaian secara kognitif yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah dilaksanakan dengan adanya pretes, postes dan ulangan harian. Dalam melaksanakan Evaluasi/ penilaian Guru mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah menilai seorang peserta didik dari tiga Ranah, ranah tersebut antara lain : a. Ranah Kognitif Penilaian pada aspek ini dilakukan dengan cara tes tertulis, tes secara lisan, ulangan harian dan lain-lain. Seperti tes ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Apabila dalam ulangan harian, ujian tengah dan akhir semester peserta didik tidak mampu mencapai ketuntasan belajar, maka dilakukan remedi
agar peserta
didik dapat mencapai ketuntasan belajar, di mana KKM (kriteria ketuntasan minimum) untuk mata pelajaran Fikih adalah 7,0. 97
Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Fikih, Bapak Nur Hadi pada Tanggal 28 Januari 2010
49
b. Ranah Afektif Kriteria yang dinilai dalam ranah ini meliputi : 1) Kehadiran 2) Kerajinan 3) Kedisiplinan98 c. Ranah Psikomotor Penilaian pada ranah ini dilakukan dengan cara melihat dan mengobservasi ketepatan dan semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Misalnya guru ketika menggunakan metode ceramah maka perhatian dan keantusiasan peserta didik menjadi salah satu aspek penilaian dalam ranah ini. Ketika peserta didik kurang paham dengan apa yang telah disampaikan oleh guru dan dia pun bertanya
maka
keberanian
peserta
untuk
mengungkapkan
ketidakpahamannya itu menjadi salah satu nilai plus baginya. Juga sebaliknya ketika guru memberi pertanyaan kepada peserta didik, maka ketepatan menjawab yang dilakukan oleh peserta didik dalam menjawab pertanyaan tersebut juga menjadi salah satu nilai tambah bagi dirinya. 99 Penilaian berbasis kelas terhadap ketiga ranah tersebut dilakukan secara proporsional sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik serta bobot setiap aspek dari setiap materi. Evaluasi diawali dengan tes awal yaitu untuk mengetahui mutu atau isi pelajaran yang telah diketahui oleh peserta didik. Selain itu dalam proses pembelajaran, seorang guru juga melaksanakan tes formatif untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah berlangsung.. Berdasarkan data yang kami peroleh guru mata pelajaran Fikih melaksanakan evaluasi pembelajaran dalam beberapa tahap, yaitu dimulai dengan ulangan harian,
98 99
Dokumentasi Rapor Kelas VII MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. Ibid
50
dilanjutkan dengan ulangan tengah semester dan yang terakhir ulangan umum. 100
100
ibid
51
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA
A. Analisis Implementasi KTSP Mata pelajaran Fikih 1. Analisis Kurikulum KTSP di MTs Miftahul Falah Kurikulum merupakan faktor terpenting dalam pendidikan, karena kurikulum sebagai alat untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan maksimal apabila kurikulum yang disusun tidak terlaksana dengan baik. Pelaksanaan kurikulum menjadi hal yang sangat penting karena
menjadi tolok ukur keberhasilan kurikulum itu
sendiri. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum di madrasah merupakan hal yang tak dapat ditinggalkan demi tercapainya tujuan pendidikan seperti termuat dalam kurikulum itu sendiri. Bila kurikulum yang disusun sudah baik dan dilaksanakan dengan baik pula maka tidak heran bila tujuan pendidikan akan tercapai dengan baik pula. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan satu terobosan kurikulum, di mana satuan pendidikan diberi kebebasan untuk menyusun dan mengembangkan sendiri kurikulum di madrasahnya. Pemerintah dalam hal ini BSNP hanya menetapkan acuan untuk penyusunan yang pengembangannya diserahkan langsung pada sekolah atau madrasah. Dengan demikian sekolah/madrasah mempunyai kewajiban untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran serta sistem evaluasinya agar dapat mengimplementasikan KTSP dengan baik. KTSP di MTs Miftahul Falah ditandai dengan adanya, 1) Tujuan kurikulum KTSP di MTs Miftahul Falah
yaitu untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik dengan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik lingkungan sekitar madrasah, 2) Landasan KTSP di MTs
52
Miftahul Falah, 3) Prinsip pengembangan KTSP di MTs Miftahul Falah, 4) Komponen KTSP di MTs Miftahul Falah. KTSP di MTs Miftahul Falah secara keseluruhan sudah baik. Akan tetapi masih perlu adanya perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh
kepala
madrasah
maupun
guru.
Agar
KTSP
ini
dapat
diimplementasikan secara maksimal maka perlu adanya kerja sama dari semua pihak. Di MTs Miftahul Falah keterlibatan orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar menjadi salah satu faktor penting dalam melaksanakan KTSP, karena kita tahu bahwa KTSP disusun dan dikembangkan sesuai dengan potensi, karakteristik budaya masyarakat sekitar madrasah. Maka tidak heran peran masyarakat sekitar juga sangat penting dalam implementasi KTSP. 2. Analisis Implementasi KTSP Pada Mata Pelajaran Fikih. Implementasi kurikulum merupakan proses aktualisasi kurikulum itu sendiri menjadi satu kegiatan nyata yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik. Implementasi kurikulum berarti proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru, dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan. Ini berarti guru memegang peranan yang sangat penting dalam mengimplementasikan kurikulum. Betapapun indah dan bagusnya tujuan atau cita-cita pendidikan yang tertuang dalam kurikulum formal, tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam kelas. Maka dari itu, implementasi kurikulum dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Proses implementasi kurikulum KTSP pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah ditandai dengan beberapa hal yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebelum guru melaksanakan pembelajaran guru terlebih dahulu menyusun seperangkat persiapan untuk mengajar. Seperti membuat prota, promes, RPP, Silabus yang semua itu disesuaikan dengan kalender pendidikan yang telah disusun bersama oleh kepala madrasah dan tim musyawarah guru.
53
Pada dasarnya Penerapan KTSP memungkinkan para guru untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai kurikulum serta hasil belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagai cermin penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu peserta didik perlu mengetahui kriteria pencapaian kompetensi yang akan dijadikan standar penilaian hasil belajar, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi, sebagai persyaratan melanjutkan penguasaan kompetensi
berikutnya.
Kriteria
tersebut
biasanya
dikembangkan
berdasarkan tujuan dan indikator kompetensi dasar yang harus dikuasai. Dalam implementasi KTSP mata pelajaran Fikih, madrasah mempunyai otonomi yang luas dalam menyusun dan merumuskan materi yang akan diajarkan. Kita tahu bahwa salah satu ciri dari KTSP adalah memberi otonomi yang seluas-luasnya kepada satuan pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, karakteristik daerah, kondisi sosial masyarakat setempat di mana satuan pendidikan itu berada. Maka tidak heran ketika satuan pendidikan dituntut untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada di sekitarnya. 3. Analisis Proses pembelajaran Fikih Pembelajaran adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan akan menjadi acuan dan tolok ukur keberhasilan proses pengajaran serta merupakan gambaran tentang perilaku yang diharapkan yang akan tercapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pengajaran. Pembelajaran Fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna). Maka dari itu pembelajaran Fikih sebenarnya tidak cukup hanya di kelas saja, karena pembelajaran Fikih hanya dua jam dalam seminggu, ini tidak akan cukup untuk membentuk pribadi peserta didik menjadi seorang muslim yang taat menjalankan syariat Islam secara
54
kaffah. Orang tua di rumah juga menjadi faktor yang penting kaitannya dengan hasil pembelajaran yang diperoleh oleh peserta didik. Proses pembelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah paling tidak sudah memperlihatkan kesungguhan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, ini terbukti sebelum guru mengajar guru harus membuat silabus dan RPP terlebih dahulu agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang memuaskan. Penyusunan RPP merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru agar pembelajaran berjalan sesuai skenario. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan materi dari dasar secara bertahap, kemudian guru mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kesimpulan itu merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah mempelajari dan mempraktekkan suatu materi, dengan begitu siswa akan benar-benar menguasai materi dengan baik. Pembelajaran seperti ini sesuai dengan teori konstruktivisme di mana secara bertahap peserta didik dituntut untuk menemukan sendiri kesimpulan dari materi yang telah diajarkan. Metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran Fikih dalam mengajarkan materi sudah variatif, seperti yang tercantum dalam bab tiga seperti metode diskusi, ceramah, demonstrasi dan tanya jawab. walaupun hanya beberapa metode saja yang dapat diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi Fikih. Akan tetapi setidaknya metode yang digunakan sudah variatif sehingga siswa tidak bosan dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selain guru menggunakan metode yang variatif,
guru
juga
menggunakan
pendekatan-pendekatan
pembelajaran. Pendekatan tersebut meliputi : keimanan,
dalam
pengalaman,
pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, keteladanan. Selain pendekatan di atas guru juga menggunakan pendekatan yang dinamakan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau biasa disebut dengan pendekatan CTL, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
55
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, serta mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran menjadi sangat penting bagi guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Apabila pendekatan di atas dilaksanakan dengan baik maka barang tentu pembelajaran akan berhasil dengan baik pula. Pendekatan CTL merupakan pendekatan yang sangat tepat dengan pembelajaran Fikih, di mana pendekatan ini bertujuan agar peserta didik mampu untuk mengaitkan apa yang mereka pahami dari materi yang telah disampaikan oleh guru dengan kehidupan sehari- hari mereka. Kita tahu bahwa memang meteri Fikih ditujukan agar peserta didik dapat
memahami pelajaran dan
mempraktekkannya dalam
keseharian mereka seperti materi melakukan thaharah, Salat wajib dll. Jadi guru hanya perlu menekankan betapa pentingnya materi Fikih ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. 4. Analisis Evaluasi pembelajaran Fikih Evaluasi/Penilaian merupakan salah satu komponen sistem pengajaran, pengembangan alat evaluasi merupakan bagian integral dalam pengembangan sistem pembelajaran. Penilaian berfungsi untuk memonitor keberhasilan proses belajar mengajar dan juga berfungsi memberikan umpan balik guna perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar lebih lanjut. Sebagai alat penilai hasil pencapaian
tujuan dalam
pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Karena evaluasi itu untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar dan juga sebagai umpan balik dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan, maka kemampuan guru dalam menyusun alat penilaian dan melaksanakan evaluasi merupakan bagian dari kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar secara keseluruhan. Cara yang digunakan oleh guru Fikih di MTs Miftahul Falah dalam mengambil nilai dengan mempertimbangkan tiga ranah yang ada pada peserta didik, ranah tersebut meliputi: ranah Kognitif, ranah Afektif dan
56
ranah Psikomotorik. Penilaian yang dilakukan oleh guru Fikih dengan mempertimbangkan ketiga ranah tersebut menjadi hal sangat baik, walaupun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru. Ini dikarenakan sedikit sekali waktu yang tersedia bagi guru untuk dapat memonitor peserta didiknya secara holistik, maka penilaian yang dilakukan oleh Guru mata pelajaran Fikih yang persennya paling banyak tentunya dari aspek kognitif, karena aspek inilah yang mudah sekali untuk diketahui. Selanjutnya penilaian itu disusun sebagai laporan perkembangan peserta didik baik bagi guru, orang tua, maupun peserta didik itu sendiri. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimum) maka diadakan remedi agar peserta didik mampu mencapai nilai minimum yang telah ditentukan oleh guru, sebaliknya bagi peserta didik yang telah mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan maka peserta didik dapat melanjutkan ke materi selanjutnya. Evaluasi sebenarnya tidak boleh hanya dengan mengukur kemampuan peserta didik dari segi kognitifnya saja. Akan tetapi lebih dari pada itu sikap/tingkah laku peserta didik seharusnya juga menjadi faktor terpenting dalam mengambil nilai.
B. Problematika Implementasi KTSP Pada mata pelajaran Fikih Kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan dan upaya pemecahannya. 1. Problematika Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih Kelas VII di MTs Miftahul Falah. Dari data-data yang diperoleh baik itu dari wawancara,101 observasi maupun dari dokumentasi yang penulis peroleh, dapat penulis analisis beberapa problem yang dihadapi oleh MTs Miftahul Falah dalam
101
Wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah, Waka Kurikulum dan Guru Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah selama penelitian di sana.
57
melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Fikih kelas VII. Problem-problem tersebut antara lain : a. Banyaknya peserta didik dalam satu kelas. Dalam KTSP sangat menekankan pembelajaran yang mengedepankan kompetensi peserta didik. Kemampuan peserta didik sangat diperhatikan satu per satu secara seksama. Karena dalam KTSP idealnya satu kelas tidak lebih dari 32 peserta didik. Akan tetapi di MTs Miftahul Falah jumlah peserta didik dalam satu mencapai 44 peserta didik. b. Guru kurang paham tentang KTSP. Guru adalah salah satu faktor terpenting dalam implementasi kurikulum, karena gurulah yang menyampaikan materi kurikulum yang telah disusun. Umumnya guru masih berpedoman pada kurikulum yang lama, banyak guru yang belum tahu tentang pembelajaran sistem KTSP. Ini terbukti ketika penulis melakukan observasi di kelas, dalam mengajar guru masih cenderung memaksakan target ajar bukan kemampuan peserta didik. Padahal dalam KTSP kompetensi peserta didik menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada metode pembelajaran klasik seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Guru belum menggunakan model pembelajaran KTSP seperti model pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Ketidakpahaman guru tentang bentuk-bentuk pembelajaran KTSP maka akan berdampak pula hasil belajar peserta didik. c. Sarana prasarana yang masih kurang dalam mendukung implementasi KTSP. Sarana dan prasarana ini meliputi media pembelajaran, bahan ajar, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi dll. Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung dalam pembelajaran, kaitannya
dengan
implementasi
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan. Implementasi KTSP pada mata pelajaran Fikih. Sesuai data yang kami peroleh, sarana prasarana yang ada di MTs Miftahul Falah sangat kurang memadai untuk mengimplementasikan KTSP.
58
Sarana yang kurang antara lain: alat untuk mengajar seperti alat peraga. Kurangnya media pembelajaran seperti media elektronik seperti (televisi, CD, radio, LCD) dll. Kurangnya bahan ajar, seperti buku yang menunjang untuk pembelajaran masih kurang sekali, di perpustakaan buku yang tersedia sangat terbatas bila di bandingkan dengan jumlah peserta didik yang ada di sana. Prasarana perlu di tambah adalah ruang perpustakaan, ruang perpustakaan di MTs Miftahul Falah masih satu ruang dengan ruang TU, ruang bengkel kerja, tempat berkreasi, instalasi daya dan jasa. Karena dalam standar sarana prasarana pasal 42 disebutkan, "Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat ibadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan". d. Waktu yang tersedia dalam pembelajaran Fikih masih kurang, Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak pada berkurangnya waktu yang tersedia bagi peserta didik untuk belajar di kelas, padahal dalam pembelajaran KTSP diharapkan dapat menciptakan pembelajaran secara tuntas (mastery learning). Dulu pembelajaran Fikih 2 jam dalam satu minggu yang kira-kira waktu pembelajarannya 90 menit, karena dalam KTSP ada pengurangan jam pelajaran, di mana satu jam pelajaran yang dulu itu 45 menit menjadi 40 menit.
Maka ketika jam pelajaran Fikih itu
dalam satu minggu 2 jam pelajaran maka waktu yang tersedia hanya 80 menit. Ini bisa dibayangkan dengan banyaknya materi yang harus diajarkan dan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa maka waktu 80 menit dalam satu minggu tentu tidak akan cukup.
59
e. Orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar madrasah masih kurang perhatian terhadap madrasah. Dalam KTSP masyarakat merupakan salah satu komponen yang mendukung dalam pengembangan kurikulum. Masyarakat di sekitar madrasah
diharapkan ikut serta
secara aktif dalam mengambil keputusan penyusunan, pengembangan dan
mengontrol kurikulum yang telah diterapkan.
Akan tetapi
masyarakat di sekitar MTs Miftahul Falah kurang antusias dalam menjalankan tugasnya sebagai pendukung dari implementasi KTSP. karena dalam KTSP peran masyarakat dan orang tua peserta didik merupakan salah satu ciri yang membedakan dengan kurikulumkurikulum sebelumnya. 2. Upaya pemecahan problematika Implementasi KTSP di MTs Miftahul Falah Dari beberapa Problematika di atas dapat peneliti tawarkan beberapa solusi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada, solusi tersebut antara lain : a. Hendaknya pihak madrasah lebih banyak lagi menyediakan ruang kelas untuk pembelajaran peserta didik, agar peserta didik dapat belajar dengan
nyaman. Dengan cara kepala sekolah mengajukan
proposal kepada pemerintah atau Dinas pendidikan setempat untuk penambahan lokal/kelas. Dengan adanya tambahan kelas untuk belajar maka guru akan lebih mudah mengetahui kemampuan peserta didik satu-persatu bila jumlah peserta didik dalam satu kelas tidak terlalu banyak. b. Guru harus lebih banyak lagi mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai KTSP, bagaimana model pembelajaran KTSP, penilaian KTSP dan hal lain yang berhubungan dengan KTSP. Karena guru adalah salah satu pilar penting dalam implementasi kurikulum. Gurulah yang nantinya akan merealisasikan apa yang telah disusun dalam kurikulum ke dalam pembelajaran. Dari pembelajaran inilah akan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan pendidikan atau tidak. Maka dari itu
60
peningkatan kemampuan dan SDM guru mutlak diperlukan agar kurikulum yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu hendaknya pemerintah setempat juga lebih giat lagi dalam menyosialisasikan KTSP di madrasah-madrasah, agar guru lebih siap untuk mengimplementasikan KTSP. c. Pihak madrasah seharusnya lebih banyak lagi menyediakan sarana prasarana untuk menunjang implementasi KTSP di madrasahnya. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang maksimal. Sarana yang perlu ditambah seperti penambahan alat peraga dalam pembelajaran, media elektronik (LCD, komputer, televisi, dll), dan media pembelajaran lainnya serta bahan atau buku-buku yang menunjang dalam pembelajaran mata pelajaran Fikih. Prasarana yang perlu ditambah yaitu ruang perpustakaan, seharusnya perpustakaan dibuat terpisah dengan ruang TU, ruang bengkel kerja, tempat berekreasi, instalasi daya dan jasa. Semua itu bisa dimulai dengan penambahan sarana terlebih dahulu yang lebih mudah untuk direalisasikan. Setelah itu pihak madrasah dapat ruang-ruang yang belum ada. Pihak madrasah dapat mengajukan bantuan kepada pemerintah/Dinas pendidikan setempat dalam rangka menambah sarana dan prasarana yang ada. d. Perlu adanya tambahan jam untuk mempelajari mata pelajaran Fikih. Guru sebagai pengajar dapat mengadakan les atau jam tambahan setelah jam pelajaran. Hal lain yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan cara memberi tugas dan PR kepada peserta didik agar dikerjakan di rumah. Orang tua peserta didik di rumah juga perlu mengontrol anak-anaknya agar lebih banyak belajar di rumah karena hakikatnya pembelajaran tidak terbatas hanya di ruang kelas saja. e. Masyarakat dan orang tua peserta didik perlu dikenalkan dengan kurikulum KTSP, agar nantinya masyarakat dan orang tua peserta didik dapat terlibat secara aktif untuk mengembangkan dan mengawasi KTSP. Dengan cara mengajak masyarakat dan orang tua peserta didik
61
untuk bermusyawarah bersama dengan pihak madrasah guna menyusun dan melaksanakan serta mengontrol kurikulum. Potensi dan karakteristik budaya yang ada di lingkungan sekitar madrasah dapat dikembangkan dengan cara memasukkan dalam salah satu struktur muatan kurikulum. .
62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih dan problematikanya yang telah peneliti jelaskan, dapat peneliti simpulkan dua hal : 1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah meliputi : materi mata pelajaran Fikih, metode pembelajaran Fikih, Pendekatan dan penilaian (hasil dan proses)
pembelajaran
Fikih.
Selain
itu
sebelum
melaksanakan
pembelajaran. Guru mata pelajaran Fikih juga menyusun terlebih dahulu beberapa perencanaan pembelajaran, yang meliputi : a) program tahunan, b) program semesteran, c) silabus dan RPP, d) dan kalender pendidikan. 2. Problematika yang dihadapi dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih antara lain : a) Banyaknya peserta didik dalam satu kelas. b) Minimnya pengetahuan guru tentang KTSP, c) Kurangnya sarana prasarana yang mendukung dalam implementasi KTSP seperti ruang perpustakaan, ruang unjuk kerja dan lahan rekreasi, d) Sedikitnya perhatian orang tua peserta didik dan masyarakat kepada madrasah, e) Kurangnya waktu yang tersedia dalam pembelajaran Fikih dalam sistem KTSP. B. Saran-saran Saran yang dimaksud adalah sebagai bahan pertimbangan bagi semua pihak dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. Agar nantinya pelaksanaan KTSP bisa berjalan dengan baik tanpa halangan. Saran-saran tersebut antara lain :
63
1. Peneliti menghimbau kepada pihak MTs Miftahul Falah hendaknya mau melengkapi sarana prasarana yang digunakan sehingga dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar dengan baik. 2. Peneliti juga menghimbau kepada pihak MTs Miftahul Falah agar lebih mempersiapkan guru-gurunya dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Agar dalam pelaksanaannya tidak ada kesenjangan dengan perencanaan yang ada. 3. Untuk pihak yayasan agar lebih memikirkan tentang kesejahteraan gurugurunya sehingga akan memperlancar kegiatan pembelajaran pula. 4. Kepada pihak yang lebih berkompeten agar selalu mengontrol terhadap pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di madrasah. Demikian kesimpulan dan saran-saran yang
penulis sampaikan.
Semoga untuk selanjutnya akan menjadi lebih baik. C. Penutup Dengan membaca Alhamdulillah, segenap puji dan syukur hanya kepada Allah, seiring dengan itu shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Dengan karunia dan rahmat-Nya peneliti dengan segala kekurangan dan keterbatasan telah menyusun skripsi ini. Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin menyusun skripsi ini dengan tentu saja dihadapkan oleh berbagai kendala, namun kendala itu lebih dominan sebagai akibat keterbatasan logika pemikiran dalam meneliti dan membandingkan atau mendeskripsikan apa yang tersurat dan tersirat dalam judul skripsi tersebut. Menyadari keadaan tersebut, peneliti berharap segala kekurangannya hendaklah dianggap sebagai awal dari sebuah usaha untuk menuju atau setidak-tidaknya
menghampiri
kata
“
sempurna”.
Penulis
sangat
mengharapkan kritik konstruktif dari semua pihak, guna perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan dan kelemahannya. Pada akhirnya
64
penulis berharap dengan segala kekurangan skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah khazanah pemikiran Islam.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Latif Muhammad Dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum Untuk Abad ke-21, (Jakarta: Grasindo, 1994). Alex MA. Kamus Ilmiah Popular Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005). Ali, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999). Ali, Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008). , Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996). Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarta : 2006). Dakir, Prof, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004). Dawam, Ainurrafiq dan Ahmad Ta'arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren (Bandung : Listafariska Putra, 2005). Derektorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : 1982). Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2004). Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004) . Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Peratuaran Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2005). Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik {Dalam Interaksi edukatif), (Jakarta: PT. Aneka Cipta, 2000). Khalaf, Abdul Wahab, Ushulul Fiqh (Terj), (Bandung: Gema Risalah pres 1996).
66
Hamalik, Oemar., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990). Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad, Pengantar Hukum Islam (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997). Idi, Abdullah Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Jakarta, Media Pratama, 1999). J. Moleong Lexy, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002). Junaedi Mahfud dan Khaeruddin Dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Konsep Dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Pilar Media, 2007). Muhaimin, Dkk, ,Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2008). Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosda Karya, 2007). Muslih, Mansur KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008). Nana Sujdana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet IV, 2000). Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004). Nurdin, Syafrudin M.Pd. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005). Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Di Madrasah, 2008. Pratt, David, Design and Development Curriculum, (New York: Harcourt Brace Javanovich Publishers, 1980). Purwanto, M Ngalim Prinsip-Prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001).
67
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Rofiq, Ahmad, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2001). Saoddih, Nana, Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung:: Remaja Rosdakarya, 1999). SM Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group 2008). Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008). Susilo, Djoko, Muhammad, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan Dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). Syukur, Fatah, Dinamika Madrasah Dalam Masyarakat Industri, (Semarang, PKPI2-PMDC, 2003). Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994). Thoha, M. Chabib M.A, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). Usman, M. Basyiruddin Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputra Pres, 2002). Www. Rekap Depag. Php. Htm. 23, Mei 2010. Zakariya, Abi Yahya Fathul Wahab, Juz 1, (Surabaya: Darkutub Islam, T. th.)
68
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Kustanto
Tempat/tanggal lahir
: Grobogan, 26 Oktober 1986
Alamat
: Sambirejo RT 04 RW 05 Wirosari Grobogan
Pendidikan Formal SD Negeri 2 Sambirejo
lulus tahun 1999
MTs Suniyah Selo
lulus tahun 2002
MAN Purwodadi
lulus tahun 2005
IAIN Walisongo Semarang
angkatan 2005
Pendidikan Non-Formal Pondok Pesantren Al-Faqih
lulus tahun 2002
Pondok Pesantren Al-Masyhuri
lulus tahun 2005
69
Suasana Belajar mengajar di MTs Mifathul Falah
70
Gedung sekolah MTs Miftahul Falah
71
Masjid MTs Miftahul Falah
72
73
Yayasa Garis kordinasi nna
Maskun S.Ag Garis komando
Suprianti
Wali kelas
Sie. Kesiswaan Kesiswaandidik
Laboran
Sie. Sarpas
Koperasi
GURU MAPEL
PESERTA DIDIK
Gamba
74
Perpustakaan
Tata Usaha
4.Bendahara. 5.Kepegawaian. 6.Tukang Kebon.
. Kelas VII, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan ketentuan taharah (bersuci)
1.1
Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara taharahnya ( bersucinya ) 1.2 Menjelaskan hadas kecil dan tatacara taharahnya 1.3 Menjelaskan hadas besar dan tatacara taharahnya 1.4 Mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas
2. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
3. Melaksanakan tatacara azan, iqamah ,salat jamaah
3.1
4. Melaksanakan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat
4.1
Menjelaskan tatacara salat lima waktu Menghafal bacaan-bacaan salat lima waktu Menjelaskan ketentuan waktu salat lima waktu Menjelaskan ketentuan sujud sahwi Mempraktikkan salat lima waktu dan sujud sahwi
Menjelaskan ketentuan azan dan iqamah 3.2 Menjelaskan ketentuan salat berjamaah 3.3 Menjelaskan ketentuan makmum masbuk 3.4 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa 3.5 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal 3.6 Mempraktikkan azan, iqamah, dan salat jamaah
75
Menjelaskan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat 4.2 Menghafalkan bacaan zikir dan doa setelah salat 4.3 Mempraktikkan zikir dan doa
b. Kelas VII, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Melaksanakan tatacara salat 1.1 Menjelaskan ketentuan salat wajib selain salat lima waktu dan khutbah Jumat 1.2 Mempraktikkan khutbah dan salat Jumat 1.2 Menjelaskan ketentuan salat jenazah 1.3 Menghafal bacaan-bacaan salat jenazah 1.4 Mempraktikkan salat jenazah 2. Melaksanakan tatacara salat jama , qhasar, dan jama qasar serta salat dalam keadaan darurat
2.1 Menjelaskan ketentuan salat jama , qashar dan jama qashar 2.2 Mempraktikkan salat jama , qashar dan jama qashar 2.3 Menjelaskan ketentuan salat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan 2.4 Mempraktikkan salat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan
3. Melaksanakan tatacara salat sunnah muakkad dan ghairu muakkad
2.1 Menjelaskan ketentuan salat sunnah muakkad 2.2 Menjelaskan macam-macam salat sunnah muakkad 2.3 Mempraktikkan salat sunnah muakkad 2.4 Menjelaskan ketentuan salat sunnah ghairu muakkad 2.5 Menjelaskan macam-macam salat sunnah ghairu muakkad 2.6 Mempraktikkan salat sunnah ghairu muakkad
76
HASIL OBSERVASI DI MTS MIFTAHUL FALAH No 1. 2.
Nama kegiatan
Ya
Tidak
Guru mengadakan apersepsi pretest ü Apersepsi pretest yang dilakukan berupa : a. Lisan ü b. Tertulis ü c. Perbuatan ü
3.
Guru menyampaikan kompetensi minimal yang harus
4.
dicapai di awal pembelajaran Fikih ü Metode yang digunakan dalam pembelajaran Fikih variatif ü
5. 6. 7.
Penjelasan materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari ü Memanfaatkan keseluruhan sumber belajar ü Siswa aktif dalam pembelajaran Suasana dalam kegiatan belajar mengajar ü
a. Tenang (kelas tidak ribut) b. Tertib (kelas tidak harus diam, tenang, tapi pembelajaran
ü
berjalan dengan lancar c. Dinamis (hidup, tidak pasif) 8.
Pembelajaran menekankan pada aspek kognitif, afektif, psikomotor.
9. 10.
Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL Pembelajaran menekankan pada tercapainya kompetensi tertentu
11.
Kompetensi professional guru a. Menguasai bahan pengajaran b. Menyusun rencana pembelajaran c. Melaksanakan rencana pembelajaran d. Menilai hasil dan proses pembelajaran yang dilaksanakan
12.
ü
Peran guru dalam proses pembelajaran
77
ü ü ü ü ü ü ü
a. Demonstrator ü b. Pengelola kelas ü c. Mediator dan fasilitator ü
13.
d. Evaluator ü Pembelajaran diakhiri dengan posttes ü
14.
Sistem pengujian menggunakan penilaian berbasis kelas ü
78
PEDOMAN WAWANCARA DI MTS MIFTAHUL FALAH
Kepala Sekolah 1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 2. Apa visi misi MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 3. Bagaimana kondisi guru dan staf di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 4. Bagaiman kondisi siswa MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 5. Bagaimana sarana dan prasarana MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 6. Sebagai kepala sekolah bagaimana respons sekolah terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
Waka kurikulum 1. Bagaimana kurikulum sebelum kurikulum yang sekarang ini diterapkan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 2. Kurikulum apa yang sekarang diterapkan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan? 3. Bagaimana tanggapan anda tentang kurikulum yang diterapkan tersebut? 4. Bagaimana penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah? 5. kendala apa yang dihadapi dalam penerapan KTSP khususnya pada mata pelajaran Fikih?
Guru mata pelajaran Fikih 1. Bagaimana Persiapan Bapak sebelum mengajar? 2. Bagaimana proses belajar mengajar yang bapak bangun dalam rangka melaksanakan KTSP?
79
3. Bagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Fikih? 4. Bagaimana bapak menentukan sumber belajar mata pelajaran Fikih? 5. Metode apa yang bapak terapkan dalam rangka melaksanakan kurikulum dalam proses belajar mengajar? 6. Pendekatan apa saja yang bapak gunakan dalam pembelajaran Fikih? 7. Bagaimana evaluasi yang dilakukan terkait dengan
kurikulum dan
pembelajaran? 8. Problem apa saja yang bapak hadapi ketika KTSP ini diterapkan dalam mata pelajaran Fikih?
80
Kegiatan Penelitian No
Waktu
Jenis Kegiatan
1
Survei lokasi Madrasah yang akan dijadikan objek Sabtu penelitian yaitu MTs 03/10/2009 Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.
2
Mengajukan izin penelitian Senin kepada kepala Madrasah 11/01/2010 Bapak Maskun S.Ag
3
Menemui Bapak Moh Nur Hadi untuk menanyakan Rabu 13/01/2010 kapan penelitian dapat dimulai.
4
Senin 18/01/2010
5
Kamis 21/01/2010
6
Jum'at 23/01/2010
7
Selasa 26/01/2010
8
Rabu 27/01/2010
Keterangan Diterima oleh kepala sekolah Bpk Maskun S.Ag dan dipersilahkan untuk menemui Moh Nur Hadi selaku guru pengampu mata pelajaran Fikih kelas VII Diizinkan untuk melakukan penelitian di MTs Miftahul Falah dengan catatan tidak mengganggu proses pembelajaran. Penelitian Dapat Dimulai Pada Hari Kamis tgl. 21 Januari 2010
Menanyakan Tentang Sejarah, Keadaan Siswa, Wawancara Dengan Kepala Guru, Pegawai, Tanggapan Madrasah Bapak Masku. Kepala Sekolah Terhadap S.Ag Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pembelajaran menggunakan Observasi proses beberapa metode, ceramah, pembelajaran Fikih kelas VII tanya jawab. Menggali data yang berkaitan TU memberikan beberapa data yang dibutuhkan untuk dengan penelitian di bagian melengkapi data penelitian. Tata Usaha Menanyakan Tentang Perencanaan Pembelajaran, Yang Meliputi Prota, Promes, Wawancara Dengan Guru Silabus Dan RPP Serta Mata Pelajaran Fikih Bpk Kalender Pendidikan , Serta Moh Nur Hadi Problem Apa Saja Yang Dihadapi Dalam Menerapkan KTSP Menanyakan Tentang Kurikulum Yang Diterapkan Sekarang Dan Sebelumnya di Wawancara dengan waka MTs Miftahul Falah, Kurikulum Ibu Supriyanti Bagaimana Kurikulum S.Pd, Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah, apa saja
81
yang menjadi kendalanya
9
10
11
12
Pembelajaran menggunakan Observasi proses beberapa metode, ceramah, Kamis pembelajaran Fikih Kelas VII tutor sebaya, dan resitasi 28/01/2010 untuk yang kedua kali serta penugasan. Kelas, laboratorium, Sabtu Observasi lingkungan Perpustakaan, masjid, 30/01/2010 Madrasah. lapangan olahraga dll. Tidak diperoleh karena kepala TU sedang ada acara Senin Meminta surat keterangan 1/02/2010 melakukan penelitian dan disarankan untuk lain waktu. Sabtu Meminta surat keterangan Mendapat surat keterangan 27/02/2010 melakukan penelitian melakukan penelitian
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Madrasah
: MTs Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/I
Pertemuan Ke-
: 1, 2, dan 3
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan ketentuan taharah Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan macam-macam najis dan tata cara taharahnya 2. Menjelaskan hadas kecil dan tata cara taharahnya 3. Menjelaskan hadas besar dan tata cara taharahnya 4. Mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas Indikator : 1. Dapat menyebutkan macam-macam najis dan tata cara taharahnya 2. Dapat menyebutkan hadas kecil dan tata cara taharahnya 3. Dapat menyebutkan hadas besar dan tata cara taharahnya 4. Dapat mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian hadas dan najis. 2. Siswa mampu menyebutkan macam-macam najis dan tata cara taharahnya. 3. Siswa mampu menjelaskan perbedaan antara hadas dan najis. II. Materi Pembelajaran 1. Macam-macam najis dan tata cara taharahnya 2. Hadas kecil dan tata cara taharahnya 3. Hadas besar dan tata cara taharahnya 4. Praktik bersuci dari najis dan hadas
83
III. Metode Pembelajaran 1. Tanya jawab 2. Diskusi 3. Penugasan 4. Tutor sebaya IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran untuk menarik perhatian siswa. b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjadi tutor sebaya dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an. c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi pembelajaran yang meliputi pengertian thaharah, hadas, najis, pembagian hadas dan najis serta tata cara taharahnya. b. Untuk menghilangkan kejenuhan, guru memberi kesempatan bertanya jawab kepada siswa. c. Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis, Hasil diskusi diberikan kepada guru. d. Guru membahas simpulan diskusi tentang perbedaan antara hadas dengan najis. 3. Kegiatan Penutup a. Untuk mengetahui kemampuan daya serap siswa, guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran yang telah dibahas. b. Guru menyimpulkan inti materi pembelajaran. V. Sumber Belajar 1. Buku Paket Fikih Kelas VII 2. LKS PAI Madrasah Tsanawiyah 3. Buku lain yang relevan
84
VI. Penilaian 1. Tes lisan 2. Tes praktek 3. Ulangan harian
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
85
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama madrasah
: MTs Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 4, 5, 6, dan 7
Alokasi Waktu
: 8 × 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan tata cara salat Fardu dan sujud sahwi Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan tata cara salat lima waktu 2. Menghafal bacaan-bacaan salat lima waktu 3. Menjelaskan ketentuan waktu salat lima waktu 4. Menjelaskan ketentuan sujud sahwi 5. Mempraktikkan salat lima waktu dan sujud sahwi Indikator : 1. Dapat menjelaskan tata cara salat lima waktu 2. Dapat menghafal bacaan salat lima waktu 3. Dapat menyebutkan batas-batas waktu salat lima waktu 4. Dapat menyebutkan ketentuan sujud sahwi 5. Dapat mempraktikkan salat lima waktu dan sujud sahwi I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat lima waktu. 2. Siswa dapat menghafal bacaan salat lima waktu. 3. Siswa dapat menyebutkan batas-batas waktu salat lima waktu. 4. Siswa dapat menyebutkan ketentuan sujud sahwi. 5. Siswa dapat mempraktikkan salat lima waktu dan sujud sahwi. II. Materi Pembelajaran 1. Tata cara salat lima waktu 2. Bacaan salat lima waktu dengan baik
86
3. Batas-batas waktu salat lima waktu 4. Ketentuan sujud sahwi 5. Praktik salat lima waktu dan sujud sahwi III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Tutor sebaya 4. Demonstrasi 5. Penugasan IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa sekitar materi pembelajaran sebagai upaya menarik perhatian. b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjadi tutor sebaya dalam membaca bacaan-bacaan salat lima waktu. c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. d. Siswa membentuk kelompok-kelompok kecil untuk persiapan diskusi atau tutor sebaya. 2. Kegiatan Inti a. menjelaskan tentang Guru tata cara salat lima waktu, bacaan salat lima waktu, dan ketentuan sujud sahwi. b.Guru memberikan contoh praktik salat lima waktu dan sujud sahwi di depan kelas. c. Untuk menghilangkan kejenuhan, guru menyampaikan selingan tanya jawab. d.Guru memberi kesempatan tutor sebaya untuk memperbaiki kesalahan dalam bacaan salat lima waktu. e. Siswa membuat catatan hal-hal yang dirasa penting untuk bahan tanya jawab. f. Siswa mempraktikkan salat lima waktu dan sujud sahwi dengan bimbingan guru.
87
3. Kegiatan Penutup a. Guru membuat simpulan uraian materi pembahasan. b. Guru memberi kesempatan tanya jawab tentang materi pembelajaran yang belum jelas. c. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai post tes. V. Sumber Belajar 1. Buku paket Fikih kelas VII 2. LKS Fikih Madrasah Tsanawiyah 3. Buku lain yang relevan
VI. Penilaian 1. Tes lisan 2. Tes praktek 3. Ulangan harian
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Madrasah
: MTs Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 8, 9, dan 10
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit
Standar Kompetensi Melaksanakan tata cara azan, iqamah, dan salat berjamaah Kompetensi Dasar
:
1. Menjelaskan ketentuan azan dan iqamah 2. Menjelaskan ketentuan salat berjamaah 3. Menjelaskan ketentuan makmum masbuk 4. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa 5. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal 6. Mempraktikkan azan, iqamah, dan salat jamaah
Indikator 1. Dapat menyebutkan ketentuan azan dan iqamah 2. Dapat menyebutkan ketentuan salat jamaah 3. Dapat menyebutkan ketentuan makmum masbuk 4. Dapat menyebutkan cara mengingatkan imam yang lupa 5. Dapat menyebutkan cara mengganti imam yang batal 6. Dapat mempraktikkan azan, iqamah, dan salat jamaah I. Tujuan Pembelajaran 4. Siswa dapat menyebutkan ketentuan azan dan iqamah. 5. Siswa dapat menyebutkan ketentuan salat jamaah. 6. Siswa dapat menyebutkan ketentuan makmum masbuk. 7. Siswa dapat menyebutkan cara mengingatkan imam yang lupa. 5. Siswa dapat mempraktikkan azan, iqamah, dan salat jamaah sesuai
89
sunah Rasulullah saw. II. Materi Pembelajaran 1. Ketentuan azan dan iqamah 2. Ketentuan salat jamaah 3. Ketentuan makmum masbuk 4. Cara mengingatkan imam yang lupa 5. Cara mengingatkan imam yang batal 6. Praktik azan, iqamah, dan salat jamaah III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Demonstrasi/peragaan 3. Tanya jawab 4. Tutor sebaya IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1
Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru
menyampaikan
beberapa
pertanyaan
sekitar
materi
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran. b.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sebagai persiapan diskusi.
c. Pada masing-masing kelompok, ada satu atau dua siswa yang ditugasi sebagai tutor sebaya. 2
Kegiatan Inti a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan tutor sebaya dalam melafalkan bacaan azan dan iqamah. b. Usai tutor sebaya, guru memberi tugas kepada siswa untuk mengumandangkan azan dan iqamah secara perlahan-lahan. c. Guru memperbaiki kesalahan bacaan yang terjadi pada diri siswa. d. Guru
menyampaikan
pertanyaan
sebagai
selingan
untuk
menghilangkan kejenuhan. e. Siswa mempraktikkan salat berjamaah yang diawali dengan azan
90
dan iqamah dengan bimbingan guru. f. Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami. 3
Kegiatan Penutup a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada hal-hal yang belum dipahami. b. Guru
menyimpulkan
uraian
materi
pembelajaran
dan
menyampaikan pesan agar semua siswa membiasakan salat lima waktu secara berjamaah. V. Sumber Belajar 1
Buku paket Fikih untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah
2
LKS Fikih Madrasah Tsanawiyah
3
Buku lain yang relevan
VI. Penilaian 1. Tes lisan 2. Tes praktek 3. Ulangan harian
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
91
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Madrasah
: MTs Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 11,12, dan 13
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit
Standar Kompetensi Melaksanakan tata cara berzikir dan berdoa setelah salat Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan tata cara berzikir dan berdoa setelah salat 2. Menghafal bacaan zikir dan doa setelah salat 3. Mempraktikkan zikir dan doa setelah zakat Indikator 1. Dapat menyebutkan ketentuan zikir dan doa setelah salat 2. Dapat menghafal contoh lafal zikir dan doa setelah salat 3. Dapat mempraktikkan zikir dan doa setelah salat I. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menyebutkan pengertian serta tata cara berzikir dan berdoa setelah salat. II. Materi Pembelajaran 1. Tata cara zikir dan doa setelah salat 2. Bacaan zikir dan doa setelah salat 3. Praktik zikir dan doa setelah salat. III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya-jawab 3. Tutor sebaya 4. Diskusi
92
IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru
menyampaikan
beberapa
pertanyaan
sekitar
materi
pembelajaran yang hendak dibahas untuk menarik perhatian siswa. b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk dipersiapkan menjadi tutor sebaya. c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tata cara zikir dan doa yang meliputi: pengertian zikir dan doa, adab berzikir dan berdoa, waktu-waktu ijabah untuk berdoa, sebab-sebab belum dikabulkannya doa, serta fadilah zikir dan doa. b. Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini dan mencatat hal-hal yang dirasa penting. 3. Kegiatan Penutup a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal-hal yang kurang jelas. b. Guru
menyimpulkan
uraian
materi
pembelajaran
dan
menyampaikan pesan agar semua siswa membiasakan berzikir dan berdoa setelah salat, terutama salat lima waktu. V. Sumber Belajar 1
Buku paket Fikih untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah
2
LKS Fikih Madrasah Tsanawiyah
3
Buku lain yang relevan
VI. Penilaian 1. Tes lisan 2. Tes praktek 3. Ulangan harian
93
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP) Nama Madrasah
: Mts Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/2
Pertemuan Ke-
: 1, 2, dan 3
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit
Standar Kompetensi Melaksanakan tata cara salat wajib selain salat lima waktu Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan salat dan Khutbah Jum’at 2. Mempraktikkan Khutbah dan salat Jum’at 3. Menjelaskan ketentuan salat Jenazah 4. Menghafal bacaan-bacaan salat Jenazah 5. Mempraktikkan salat Jenazah Indikator : 1. Dapat menyebutkan ketentuan salat dan Khutbah Jum’at 2. Dapat mempraktikkan Khutbah dan salat Jum’at 3. Dapat menyebutkan ketentuan salat Jenazah 4. Dapat menghafal bacaan-bacaan salat jenazah 5. Dapat mempraktikkan salat Jenazah I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menjelaskan ketentuan salat dan Khutbah Jum’at. 2. Siswa mampu mempraktikkan Khutbah dan salat Jum’at. 3. Siswa mampu menjelaskan ketentuan salat Jenazah. 4. Siswa mampu menghafal bacaan-bacaan salat Jenazah. 5. Siswa mampu mempraktikkan salat Jenazah. II. Materi Pembelajaran 1. Ketentuan salat dan Khutbah Jum’at 2. Praktik Khutbah dan salat Jum’at
95
3. Ketentuan salat Jenazah 4. Bacaan-bacaan salat Jenazah 5. Praktik salat Jenazah III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tutor sebaya 3. Tanya jawab IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran yang hendak dibahas untuk menarik perhatian siswa. b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk dipersiapkan menjadi tutor sebaya. c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. 2. Kegiatan Inti a. Guru menguraikan materi pembelajaran disertai dalil-dalilnya. b. Siswa mencermati uraian guru sambil mencataat hal-hal yang dirasa penting dan/atau hendak ditanyakan. c. Untuk menghilangkan kejenuhan, guru menyampaikan selingan tanya jawab. d. Guru memberi kesempatan tutor sebaya untuk memperbaiki bacaan salat Jenazah. e. Siswa mempraktikkan Khutbah, salat Jum’at, dan salat Jenazah. 3. Kegiatan Penutup a. Guru memberi kesempatan tanya-jawab hal-hal yang belum jelas. b. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran dengan pesan agar siswa membiasakan mengikuti salat wajib selain salat lima waktu (salat Jum’at dan salat Jenazah). V. Sumber Belajar 1. Buku paket Fikih Kelas VII 2. LKS Fikih Madrasah Tsanawiyah
96
3. Buku lain yang relevan VI. Penilaian 1. Tes Lisan 2. Tes praktek 3. Ulangan harian
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Madrasah
: Mts Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/2
Pertemuan Ke-
: 4, 5, 6, dan 7
Alokasi Waktu
: 8 × 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan tatacara salat jama', qasar, jama' qasar, dan salat dalam keadaan darurat Kompetensi Dasar 1
Menjelaskan salat Jama' dan Qasar
2
Mempraktikkan salat Jama' dan Qasar
3
Menjelaskan salat dalam keadaan darurat (saat bepergian, hujan, sakit, atau keperluan lain)
4
Mempraktikkan salat dalam keadaan darurat
Indikator : 1. Dapat menjelaskan pengertian salat Jama' dan Qasar 2. Dapat membaca dan mengartikan dalil naqli tentang hukum salat Jama' dan Qasar 3. Dapat menyebutkan sebab-sebab salat Jama' dan Qasar 4. Dapat menyebutkan salat yang boleh dijama' dan diqasar 5. Dapat menjelaskan perbedaan antara jama' takdim dan jama' takhir 6. Dapat mempraktikkan salat dalam keadaan darurat I. Tujuan Pembelajaran 1.Siswa mampu menjelaskan pengertian salat Jama' dan Qasar, dalil dalilnya, sebab-sebab dibolehkannya menjama' dan/atau mengqasar salat serta macam-macam salat Jama' dan Qasar. 2. Siswa mampu mempraktikkan salat Jama' dan salat Qasar secara berjamaah. 3. Siswa mampu mempraktikkan salat dalam keadaan darurat.
98
II. Materi Pembelajaran 1. Ketentuan salat Jama', Qasar, dan Jama' Qasar 2. Praktik salat Jama', Qasar, dan Jama' Qasar 3. Ketentuan salat dalam keadaan darurat 4. Praktik salat dalam keadaan darurat III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Tutor sebaya 4. Demonstrasi IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran yang hendak dibahas untuk menarik perhatian siswa. b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk dipersiapkan menjadi tutor sebaya. c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. d. Guru memotivasi siswa untuk memahami tata cara pelaksanaan salat dalam keadaan darurat. e. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok, misalnya kelompok A dan B atau kelompok putra dan putri. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tentang ketentuan salat Jama', Qasar, dan Jama' Qasar serta salat dalam keadaan darurat. b. Untuk menghilangkan kejenuhan, guru menyampaikan selingan tanya jawab. c. Siswa berlatih membaca dalil naqli tentang salat Jama' dan Qasar. d. Guru menyuruh siswa untuk mempraktikkan salat salat Jama', Qasar, dan Jama' Qasar serta salat dalam keadaan darurat (sakit atau dalam kendaraan) secara kelompok. Misalnya, dalam satu kelas dibagi dua kelompok, yaitu kelompok A dan B atau kelompok putra dan putri. e. Kelompok A mempraktikkan salat Jama' dan atau Qasar, sedangkan
99
kelompok
B
sebagai
pengamatnya.
Kelompok
B
bergantian
mempraktikkan salat Jama' dan atau Qasar, sedangkan kelompok A sebagai pengamatnya. Selesai praktik salat, siswa melaporkan kepada guru mengenai catatan-catatan yang dibuatnya selama mengamati kelompok lain. f. Guru memberikan komentar atau koreksi atas hasil pengamatan yang dilakukan dua kelompok. 3. Kegiatan Penutup a. Guru memberi kesempatan tanya-jawab hal-hal yang belum jelas mengenai pelaksanaan praktik salat yang telah dilakukan. b. Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran, guru menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai pos test terhadap beberapa siswa. V. Sumber Belajar 1. Buku paket Fikih 2. LKS PAI Madrasah Tsanawiyah 3. Buku lain yang relevan VI. Penilaian 1 Tes lisan 2 Tes praktek 3 Ulangan harian
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Madrasah
: Mts Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Fikih
Kelas/Semester
: VII/2
Pertemuan Ke-
: 8, 9, dan 10
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit
Standar Kompetensi : Melaksanakan tata cara salat sunah muakkad dan sunah gairu muakkad Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan salat sunah muakkad 2. Menjelaskan macam-macam salat sunah muakkad 3. Mempraktikkan salat sunah muakkad 4. Menjelaskan ketentuan salat sunah gairu muakkad 5. Menjelaskan macam-macam salat sunah gairu muakkad 6. Mempraktikkan salat sunah gairu muakkad Indikator : 1. Dapat menjelaskan menyebutkan salat sunah muakkad 2. Dapat menyebutkan macam-macam salat sunah muakkad 3. Dapat mempraktikkan salat sunah muakkad 4. Dapat menyebutkan ketentuan salat sunah gairu muakkad 5. Dapat menyebutkan macam-macam salat sunah gairu muakkad 6. Dapat mempraktikkan salat sunah gairu muakkad I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menjelaskan ketentuan salat sunah gairu muakkad. 2. Siswa mampu menjelaskan macam-macam salat sunah muakkad. 3. Siswa mampu mempraktikkan salat sunah muakkad. 4. Siswa mampu menjelaskan ketentuan salat sunah gairu muakkad. 5. Siwa mampu menjelaskan macam-macam salat sunah gairu muakkad. 6. Siswa mampu mempraktikkan salat sunah gairu muakkad. II. Materi Pembelajaran
101
1. Ketentuan salat sunah muakkad 2. Macam-macam salat sunah muakkad 3. Praktik salat sunah muakkad 4. Ketentuan salat sunah gairu muakkad 5. Macam-macam salat sunah gairu muakkad 6. Praktik salat sunah gairu muakkad III. Metode Pembelajaran 1. Demonstrasi/peragaan 2. Tutor sebaya 3. Tanya jawab 4. Ceramah IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi) a. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran yang hendak dibahas untuk menarik perhatian siswa. b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk dipersiapkan menjadi tutor sebaya. c. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. 2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi pembelajaran yang meliputi ketentuan salat sunah muakkad, macam-macam salat sunah muakkad, salat sunah gairu muakkad, dan macam macam salat sunah gairu muakkad beserta dalil-dalil yang relevan dengan materi pembelajaran. b. Siswa mencermati uraian guru sambil mencatat hal-hal yang dirasa penting dan/atau hendak ditanyakan. c. Untuk menghilangkan kejenuhan, guru menyampaikan selingan tanya jawab. d. Guru memberi kesempatan tutor sebaya untuk membenahi bacaan dan gerakan salat. e. Dengan bimbingan guru, siswa mendemonstrasikan salat sunah muakkad dan sunah gairu muakkad.
102
3. Kegiatan Penutup a. Guru memberi kesempatan tanya jawab hal-hal yang belum jelas. b. Guru menyampaikan pesan agar siswa rajin menunaikan salat sunah muakkad di rumah masing-masing. V. Sumber Belajar 1. Buku paket Fikih kelas VII 2. LKS Fikih Madrasah Tsanawiyah 3. Buku lain yang relevan VI. Penilaian 1. Tes lisan 2. Tes praktek 3. Ulangan harian
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN FIKIH
Kelas : VII/2 Oleh : Muh Nur Hadi A.Ma.pd
MTs Miftahul Falah Tahun 2009/2010 104
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Nama Madrasah Bidang Studi Kelas No.
Materi
1
Thaharah (Bersuci)
2
Berwudhu
3
Mandi Wajib
4
Haidh
5
Tayammum
6
Shalat lima waktu
7
Shalat dan Khutbah Jum’at
8
Shalat Berjama’ah
9 10
Shalat Jama’, Qashar dan Jama’ Qashar Shalat dalam keadaan darurat
11
Shalat Jenazah
12
Shalat sunah malam (lail)
13
Shalat ‘Idain
14
Shalat Dhuha
15
Shalat Taiyatul Masjid
: MTs.Plus Nurul Ikhlas : Fiqih : VII Kompetensi yang Diujikan Membiasakan bersuci (thaharah) dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Rasul Saw Membiasakan berwudhu sesuai tuntunan Rasul Saw. Memahami tata cara mandi wajib setiap berhadats besar Membiasakan bersuci setiap selesai haidh Memahami tata cara tayammum Membiasakan shalat lima waktu sesuai tuntunan Rasul Saw Memahami tata cara shalat dan khutbah Jum'at sesuai tuntunan Rasul Saw Membiasakan shalat berjamaah dalam setiap shalat lima waktu Memahami tata cara shalat jama', qashar dan jama qashar. Memahami tata cara shalat dalam keadaan darurat Memahami tata cara shalat Jenazah Membiasakan shalat sunah malam (lail) Memahami tata cara shalat ‘Idain Membiasakan shalat Dhuha Membiasakan shalat sunah Tahiyatul masjid
105
Bentuk Penilaian -
Tertulis Praktek
-
Tertulis Praktek
-
Tertulis
-
Tertulis
-
Tertulis Praktek
-
Tertulis Praktek
-
Tertulis Praktek
-
Tertulis Praktek
-
Tertulis Praktek Tertulis Praktek Tertulis Praktek
-
Tertulis
-
Tertulis
-
Tertulis Praktek Tertulis Praktek
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Nama Madrasah Bidang Studi Kelas No.
Materi
: MTs.Plus Nurul Ikhlas : Fiqih : VIII Kompetensi yang Diujikan
Bentuk Penilaian
Sujud syukur dan tilawah Dzikir dan do’a setelah shalat
Memahami tata cara sujud syukur dan tilawah Membiasakan berdzikir dan berdo’a setelah shalat
-
Tertulis Praktek Tertulis Praktek
3
Puasa
Memahami tata cara berpuasa
-
Tertulis
4
Zakat fitrah
-
Tertulis
5
Menginfaqkan harta di luar zakat
Memahami tata cara zakat fitrah Membiasakan menginfaqkan harta di luar zakat
6
Haji
Memahami tata cara Haji
7
Umrah
Memahami tata cara Umrah
-
Tertulis Praktek Tertulis Praktek Tertulis Praktek
8
Jenis-jenis binatang yang halal dan haram dimakan
-
Tertulis
9
Qurban dan aqiqah
-
Tertulis
1 2
Mengetahui jenis-jenis binatang yang halal dan haram dimakan Memahami tata cara berqurban dan aqiqah
Mengetahui, Kepala MTs.Plus Nurul Ikhlas
Koordinator Bid. Studi Fiqih
Dra.Hj.MUSYAYAROH
SOEKARNO, S.Pd
106
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Nama Madrasah Bidang Studi Kelas No.
Materi
1
Jual Beli
2
Utang-piutang, gadai dan borg
3
Upah, hiwalah dan luqatah
4
Riba
5
Pengurusan jenazah dan ziarah kubur
6
Pergaulan remaja
7
Jinayat, hudud dan diyat
8
Minuman keras
9
Pencurian dan lainnya
10
Zina
11
Undang-undang negara dan bela tanah air
12
Syari’at Islam dan kepemimpinan
13
Lingkungan hidup dan kepedulian sosial
: MTs.Plus Nurul Ikhlas : Fiqih : IX Kompetensi yang Diujikan Memahami jual beli sesuai syari’at Islam Memahami hukum Islam tentang utang-piutang, gadai dan borg. Memahami tata cara pelaksanaan upah, hiwalah dan luqatah
Bentuk Penilaian -
Tertulis
-
Tertulis
-
Tertulis
-
Tertulis Sikap Tertulis Praktek
-
Tertulis Sikap
-
Tertulis
-
Tertulis
-
Tertulis
Menjauhi perbuatan zina
-
Tertulis
Memahami undang-undang negara Memahami hukum Islam tentang kewajiban-kewajiban warga negara dan kewajiban dalam memilih pemimpin Membiasakan memelihara lingkungan dan berperilaku yang mencerminkan kepedulian sosial
-
Tertulis Sikap
-
Tertulis Sikap
-
Tertulis Sikap
Menjauhi perbuatan riba Memahami hukum Islam tentang pengurusan jenazah Memahami tata cara bergaul di kalangan remaja sesuai ajaran Islam Memahami hukum Islam tentang jinayat, hudud dan diyat Menjauhi meminum minuman keras Menjauhi perbuatan mencopet, menjambret, mencuri, menyamun, merampok dan merompak
107
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
: MTs Miftahul Falah : Fiqih : VIII/I : 6 x 40 menit
Nama Madrasah Mata Pelajaran Kelas/Smt Alokasi Waktu
I. Standar Kompetensi : Memahami tata cara sujud syukur, tilawah dan sahwi II. Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan pengertian sujud syukur, tilawah dan sahwi 2. Menjelaskan ketentuan-ketentuan sujud syukur, tilawah dan sahwi 3. Menghafal bacaan sujud syukur, tilawah dan sahwi 4. Mempraktekkan sujud syukur, tilawah dan sahwi III. Materi Pokok : Sujud syukur, tilawah dan sahwi Pertemuan 1 Indikator : 1. Menjelaskan pengertian sujud syukur, tilawah dan sahwi beserta dalilnya 2. Menjelaskan sebab-sebab sujud syukur, tilawah dan sahwi 3. Melafalkan bacaan dalam sujud syukur, tilawah dan sahwi Kegiatan Guru 1. Pendahuluan • Memberi salam • Menyapa dan mengabsen siswa • Melakukan appersepsi • Memulai pelajaran 2. Kegiatan Inti • Membantu siswa mengidentifikasi pengertian sujud syukur, tilawah dan sahwi • Membacakan dalil yang berkenaan dengan sujud syukur, tilawah dan sahwi • Mengidentifikasi penyebab sujud syukur, tilawah dan sahwi • Membacakan bacaan sujud syukur, tilawah dan sahwi • Tanya jawab tentang materi yang disampaikan 3. Penutup • Menyimpulkan materi bersama-sama • Memberitahukan tugas yang harus dilakukan oleh siswa di rumah • Melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari
108
Pertemuan 2 Indikator : • Melafalkan bacaan dalam sujud syukur, tilawah dan sahwi • Mendemonstrasikan sujud syukur, tilawah dan sahwi Kegiatan Guru 4. Pendahuluan • Memberi salam • Menyapa dan mengabsen siswa • Melakukan appersepsi • Memulai pelajaran 5. Kegiatan Inti • Mengelompokkan siswa • Memberikan tugas untuk masing-masing kelompok • Mendemontrasikan tata cara sujud syukur, tilawah dan sahwi • Setiap kelompok melakukannya dan kelompok yang lain mengamatinya • Menjelaskan perbedaan antara sujud syukur, tilawah dan sahwi 6. Penutup • Menyimpulkan materi bersama-sama • Memberitahukan tugas yang harus dilakukan oleh siswa di rumah • Melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari Pertemuan 3 Indikator : • Mendemonstrasikan sujud syukur, tilawah dan sahwi Kegiatan Guru 7. Pendahuluan • Memberi salam • Menyapa dan mengabsen siswa • Melakukan appersepsi • Memulai pelajaran 8. Kegiatan Inti • Melanjutkan kegiatan pada pertemuan kedua (praktek sujud syukur dan sujud sahwi) 9. Penutup • Menyimpulkan materi bersama-sama • Memberitahukan tugas yang harus dilakukan oleh siswa di rumah • Melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari
109
IV. Penilaian 1. Pertanyaan lisan 2. Ulangan harian 3. Tes perbuatan V.
Sumber Belajar : Buku Paket Fiqih MTs kelas 2 Drs. Amir Abyan, MA., dan LKS
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
110
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran : MTs Miftahul Falah : Fiqih : VII/I : 6 x 40 menit
Nama Madrasah Mata Pelajaran Kelas/Smt Alokasi Waktu
I. Standar Kompetensi Membiasakan bersuci (thaharah) dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan II. Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan bersuci (thaharah) 2. Membedakan antara hadats, najis dan kotoran 3. Mendemonstrasikan tata cara bersuci dari hadats, najis dan kotoran. III. Materi Pokok Tata cara thaharah Pertemuan I Indikator 1. Menjelaskan pengertian hadats, najis, kotoran dan dalilnya.. 2. Menjelaskan macam-macam hadats dan najis. 3. Mampu membedakan antara hadats, najis dan kotoran. Kegiatan Guru 1. Pendahuluan a. Memberi salam b. Menyapa dan mengabsen siswa c. Melakukan appersepsi d. Memulai pelajaran dengan basmallah 2. Kegiatan Inti a. Membantu siswa mengidentifikasi pengertian hadats, najis dan kotoran. b. Mengidentifikasi macam hadats berikut contohnya c. Mengidentifkasi macam-macam najis berikut contohnya d. Menjelaskan perbedaan antara kotoran dengan najis e. Mengklasifikasi antara hadats, najis dan kotoran f. Tanya jawab sekitar materi hadats, najis dan kotoran 3. Penutup a. Menyimpulkan materi bersama-sama b. Memberitahukan tugas yang harus dilakukan oleh siswa di rumah c. Melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajarinya.
111
Pertemuan 2 Indikator 1. Menjelaskan macam-macam alat yang dapat digunakan untuk bersuci 2. Menjelaskan macam-macam air. 3. Menjelaskan tata cara bersuci dari hadats, najis dan kotoran 4. Menjelaskan manfaat orang yang suka bersuci dari hadts, najis dan kotoran Kegiatan Guru 1
Pendahuluan a. Memberi salam b. Menyapa dan mengabsen siswa c. Melakukan appersepsi d. Memulai pelajaran dengan basmallah
2
Kegiatan Inti • Mengidentifikasi macam-macam alat yang dapat digunakan untuk bersuci dari hadats • Mengidentifikasi macam-macam alat yang dapat digunakan untuk bersuci dari najis • Mengidentifikasi macam-macam alat yang dapat digunakan untuk bersuci dari kotoran • Menjelaskan macam-macam air • Menjelaskan tata cara bersuci dari hadats sambil menyinggung kasuskasus yang suka terjadi • Mencontohkan tata cara bersuci dari macam-macam najis • Menjelaskan tata cara membersihkan kotoran • Menceritakan kisah akibat orang yang tidak suka bersuci dan hikmah bagi orang yang suka bersuci • Tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
3
Penutup a. Menyimpulkan materi bersama-sama b. Memberitahukan tugas yang harus dilakukan oleh siswa di rumah c. Melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajarinya
Pertemuan 3 Indikator 1. Mempraktekkan cara bersuci dari, hadats, najis dan kotoran. Kegiatan Guru 4. Pendahuluan • Memberi salam • Menyapa dan mengabsen siswa
112
• •
Melakukan appersepsi Memulai pelajaran dengan basmallah
5. Kegiatan Inti • Membantu siswa melaksanakan praktek bersuci dari hadats, najis dan kotoran. 6. Penutup • Menyimpulkan hasil praktek bersama-sama • Memberitahukan tugas yang harus dilakukan oleh siswa di rumah • Melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajarinya. VI. Penilaian 1. Pertanyaan Lisan 2. Kuis 3. Ulangan Harian 4. Ulangan perbuatan VII. Sumber/Media Belajar
: Buku Paket Fiqih Kelas I, Alat-alat bersuci, Kumpulan data/kasus siswa yang sembarang dalam bersuci dan LKS (Lembar Kerja Siswa).
Sambirejo,
Juli 2009
Mengetahui Kepala MTs Miftahul Falah
Guru Mata Pelajaran
Maskun S.Ag
Moh Nur HaRencana
113