PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI SELATAN 2012
PENDAHULUAN Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat
berbentuk padat atau cair. Pupuk organik cair dan padat memerlukan proses fermentasi
dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut diolah dari bahan-bahan lokal yang tersedia disekitar kita
untuk
memudahkan
petani
dalam
mengaplikasikan
teknologi pembuatan pupuk organik cair dan padat dengan menggunakan dekomposer dari mikroorganisme lokal (MOL).
Pokok Permasalahan Adapun yang menjadi kendala rendahnya penggunaan pupuk organik adalah membutuhkan waktu lama untuk membuat pupuk organik. Kebanyakan petani lebih senang menggunakan pupuk kimia dengan alasan takut produksinya menurun akibat menggunakan pupuk organik. Oleh karena itu diperlukan pengkajian Pengolahan Pupuk Organik Cair dan Padat dari Limbah Ternak Yang Diperkaya dengan MOL serta Aplikasinya pada Tanaman
Metode Pelaksanaan Waktu dan Tempat : Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Amassangang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang. Penelitian akan berlangsung mulai bulan Februari – September 2012
Fokus Kegiatan : Model dan strategi pengembangan pertanian organik melalui pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai bahan baku mikroorganisme lokal (MOL) yang digunakan sebagai decomposer pada pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik padat dan cair. Peningkatan peluang ekspor produk-produk pertanian Sulawesi Selatan yang bebas residu bahan-bahan kimia berbahaya dengan cara peningkatan penggunaan pupuk organik
Peningkatan pendapatan petani dengan mengoptimalkan penggunaan pupuk organik yang secara tidak langsung turut membantu pemerintah mengurangi subsidi pupuk. Percepatan pemahaman akan pentingnya perbaikan kualitas tanah dengan penggunaan pupuk organik kepada petani
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan : 1. Konsultasi ke instansi terkait (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan Kab. Pinrang) 2. Identifikasi Kondisi Biofisik Wilayah 3. Penetapan Lokasi dan Petani yang terlibat dalam kegiatan 4. Sosialisasi 5. Pembuatan MOL 6. Pembuatan pupuk organik 7. Penerapan pupuk organik 8. Pengumpulan Data 9. Pembuatan Laporan Akhir 10. Seminar Hasil
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tabel. Realisasi Anggaran s.d Termin I
No
Uraian
Pagu Anggaran
Realisasi s.d Bulan Lalu 4
Ralisasi Bulan ini
-
Realisasi s.d bulan ini 5 6 24.428.000 24.428.000
7 65.168.000
6.476.500 6.476.500 14.000.000 14.000.000
2.637.500 36.400.000
1 1
2 Gaji upah
3 89.596.000
2 3
Bahan Perjalanan
9.114.000 50.400.000
-
4
Lain-lain
890.000
-
150.000.000
-
Jumlah
95.500
95.500
Sisa anggaran
794.500
45.000.000 45.000.000 105.000.000
Kegiatan yang sdudah dilaksanakan s.d Termin I: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Koordinasi dengan instansi terkait Survey lokasi Penetapan lokasi Penetapan petani pelaksana Pembelian bahan baku MOL Pembuatan MOL : mol dari nasi, mol sayuran, mol sabut kelapa, mol keong, mol usus ayam 7. Fermentasi MOL
PEMBUATAN BERBAGAI MACAM MOL (MIKRO ORGANISME LOKAL) SEBAGAI DECOMPOSER PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT
USUS AYAM
SABUT KELAPA
NASI BASI
KEONG MAS
LIMBAH SAYURAN
RENCANA TINDAK LANJUT Adapun rencana pelaksanaan pencapaian target kinerja selanjutnya adalah : 1. Pengamatan kualitas MOL yang sudah difermentasi 2. Pembuatan pupuk organik cair dan padat dengan decomposer dari MOL lokal 3. Fermentasi pupuk organic cair dan padat 4. Aplikasi ketanaman pangan dan hortikultura
PENUTUP 1. Petani di Desa Amassangang sangat antusias dengan teknologi ini karena mereka tidak lagi bergantung dengan pupuk kimia dengan adanya pengetahuan mengenai teknik pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik dengan menggunakan MOL lokal sebagai fermentor 2. Pembuatan MOL dengan bahan baku yang tersedia dilapangan akan memudahkan kepada pengguna untuk mengadopsi teknologi ini
TERIMA KASIH