Presentasi – Kunjungan ke Bintan Oleh Khong Alice, Lim Loo Peng, Lena dan Mak Yuen Wan, Alicia Dialog Berita Sore pada Tanggal 28.02.2002 Alicia: Selamat sore. Sekarang jam enam tepat. Mari kita melihat cuaca di kota-kota Asia hari ini dulu...
KOTA
TEMPERATUR (DERAJAT)
Singapura
26-30
Kuala Lumpur
27-29
Bangkok
26-30
Jakarta
26-30
Tanjung Pinang
28-31
CUACA
Alicia: Sesudah laporan cuaca, mari menonton berita untuk hari ini. Pagi ini, ada beberapa mahasiswa yang sedang belajar Bahasa Indonesia di Singapura Universitas Nasional berkunjung ke Tanjung Pinang di Bintan. Tadi jam setengah sebelas pagi, mereka dan ibu gurunya naik tambungan berangkat ke sana dari terminal tambungan Tanah Merah. Acara mereka di sana adalah makan siang di Restoran Sangkuriang, mengunjungi pabrik-pabrik dan berbelanja di mal. Mari kita menyambung ke Tanjung Pinang dan berbicara dengan wartawati Mbak Lena yang di Mal Ramayana sekarang supaya kita bisa mengerti lebih banyak mengenai kunjungan mereka. Lena: Terima kasih Mbak Alicia. Selamat sore semua. Nama saya Lena. Hari ini, saya pergi ke Bintan, karena saya mendengar ada kira-kira tiga puluh mahasiswa dari
Singapura akan berkunjung ke Bintan hari ini. Mari kita mencoba mewawancarai salah satu mahasiswa. Hmmm...dari sini bisa melihat satu perempuan yang sedang jalan-jalan di Mal Ramayana. Biar saya berbicara dengan dia... Lena: Selamat sore Mbak. Nama saya Lena. Saya adalah wartawati dari CNA. Boleh saya bertanya, apa Anda mahasiswa dari Singapura? Alice: Ya betul. Apa yang bisa saya bantu? Lena: O, sekarang saya mau menginterviu satu mahasiswa dari Singapura, tentang perasaan dia terhadap Bintan sesudah berkunjung ke beberapa tempat di Bintan. Ini adalah “live” interviu, sekarang teman kerja saya, Mbak Alicia, di studio mendengarkan interviu ini. Kalau boleh, saya mau bertanya Anda, apakah Anda mau diwawancarai? Alice: Hmmm...sekarang saya juga tidak ada acara. Baiklah, Anda mau menanyakan apa? Lena: O, terima kasih banyak, Mbak, untuk menerima interviu ini. Siapa namanya? Alice: Nama saya Alice. Saya mahasiswa dari NUS di Singapura. Hari ini ibu guru saya mengantar saya dan teman-teman dari kelas Bahasa Indonesia ke Bintan untuk satu hari, supaya kami bisa mengunjungi tempat-tempat menarik di Bintan. Sesudah perjalanan ini, kami masih harus membuat laporan dan presentasi. Lena: O, begitu. Sampai sekarang, Anda sudah ke mana di Bintan? Alice: O, tempat pertama yang kami kunjungi adalah restoran Sangkuriang. Kami makan siang di sana. Makanan di sana enak sekali, khususnya kangkung sambal dan sotong goreng. Kami juga minum teh yang popular, namanya Teh Prendjak. Teh itu rasanya seperti mawar. Wah, saya makan sampai kenyang di sana. Sesudah itu, kami naik bis wisata ke pabrik tempe, pabrik bunga-bungaan, pabrik teh dan pabrik kecap, lalu kami pergi ke mal ini untuk berbelanja. Wah, susah ya, untuk berbelanja karena kami tidak senang memakai rupiah untuk membeli barang-barang. Mata uang Indonesia terlalu besar dan ada banyak angka. Lena: Ya betul. Kalau mau dibandingkan dengan Singapura, mata uang Indonesia benarbenar ada lebih banyak angka. Tapi orang Indonesia sudah biasa, dan mungkin karena itu ilmu pasti kami bagus ya? Haha...hmmm, Mbak Alice, diantara pabrik-pabrik yang sudah Anda kunjungi, pabrik apa yang paling menarik?
Alice: O, pasti adalah pabrik tempe, karena waktu kami sedang jalan-jalan di pabrik itu, kami bisa mencoba tempe yang baru dimasak! Wah, enak sekali! Lihat, di dalam foto itu, teman saya sedang makan tempe yang baru dimasak. Tempe itu tidak hanya enak, tapi harganya juga murah. Meskipun tempe itu enak dan murah, suasana di pabrik itu tidak baik, karena terlalu panas. Lihat foto ini. Kami membeli beberapa bungkus tempe supaya keluarga di Singapura bisa mencoba.
Lena: Mbak Alice, ini mana? Perempuan itu cantik sekali ya?
Alice: O, itu pabrik bunga-bungaan, adalah pabrik kedua yang kami kunjungi. Atasan pabrik itu ramah sekali. Pabrik itu besar, dan ada banyak pegawai yang sedang membuat bunga-bungaan. Tapi saya hanya melihat pegawai perempuan di sana. Mungkin atasan berpikir perempuan lebih hati-hati daripada laki-laki, jadi lebih cocok untuk pekerjaan itu.
Lena: Ya, saya setuju. Mbak Alice, itu apa?
Alice: O, itu mesin untuk menyetrika kain, dan mesin untuk membuat duan bungabungaan. Lihat, bunga-bungaan yang sudah lengkap berwarna-warni. Cantik sekali. Selain itu, harganya juga murah. Mbak, saya ingin tahu, pegawai di sana mendapat gaji berapa? Saya lupa bertanya kepada atasan tadi. Apa Mbak tahu?
Lena: Hmmm...saya kurang tahu. Mungkin teman kerja saya, Mbak Alicia, yang di studio sekarang tahu. Mbak Alicia? Apa Anda bisa menjawab pertanyaan Mbak Alice? Alicia: O, saya juga kurang tahu, tapi, sekarang di Indonesia ada undang-undang yang pandai sekali. Pengusaha-pengusaha harus mengikuti Upah Minimum, artinya mereka harus memberikan pendapatannya kepada pegawai mereka paling tidak 510,000 rupiah. Lena: Oya, seperti ini atasan yang tidak baik tidak bisa memberikan pendapatan yang terlalu kecil kepada pegawai. Alice: O, begitu. Bukan main pandainya pemerintah di sini. Lena: Tadi Anda berkata, sesudah jalan-jalan di pabrik bunga-bungaan, Anda pergi ke pabrik teh dan pabrik kecap. Bagaimana pabrik-pabrik itu? Alice: O, pabrik teh seperti pabrik bunga-bungaan, juga besar sekali, dan kebanyakan pegawai adalah perempuan. Teh yang dibungkus di sana adalah teh Prendjak, yang kami minum di Restoran Sangkuriang tadi. Saya senang sekali teh itu, jadi membeli dua bungkus, supaya bisa minum di Singapura. Saya kagum dengan pegawai di sana karena mereka bekerja dengan rajin. Hebat sekali. Saya dengan teman-temannya juga mewawancara dengan satu pegawai di sana. Nama dia Ani, dan dia sudah bekerja di sana enam bulan. Dia muda sekali, umurnya 20 tahun.
Lena: Ya, tentu muda sekali. Alice: Pabrik terakhir yang kami kunjungi adalah pabrik kecap. Di sana ada beberapa mesin untuk memasukkan kecap ke dalam botol yang dibuat dari gelas. Menurut pemandu wisata, botol gelas itu akan didaur-ulang sesudah kecap di dalam botol habis. Kalau mau dibandingkan dengan pabrik teh dan pabrik bunga-bungaan, pabrik kecap lebih kecil. Tapi saya juga berpikir pekerjaan di pabrik kecap lebih bahaya karena di sana ada banyak botol gelas, dan kalau tidak berhati-hati, pegawai akan terluka oleh gelas.
Lena: Kalau begitu, Mbak Alice ada saran apa kepada atasan pabrik kecap itu? Alice: Hmmm...pendapat saya, atasan itu seharusnya membeli asuransi untuk pegawai dia. Seperti ini kalau pegawai terluka tidak usah takut tidak ada uang untuk membayar ongkos doktor. Pegawai itu juga bisa bekerja dengan keselamatan. Lena: Ya, mungkin atasan itu sedang menonton interviu ini! Sesudah perjalanan di pabrik kecap, Anda datang ke mal ini? Alice: Ya. Sekarang sudah jam enam seperempat. Lihat, pemandu wisata kami kelihatan cemas, karena dia takut tidak bisa tiba terminal tambangan sebelum jam tujuh. Tapi teman kelas Vicki masih sedang membeli topi! Bagaimana ya? Lena: Wah, kalau begitu, saya tidak mau mengganggu Anda lagi. Saya mengharapkan Anda bisa kembali ke Bintan lagi. Terima kasih banyak untuk menerima interviu ini. Sampai bertemu lagi! Alice: Kembali. Mari. Lena: Di atas adalah interviu dengan satu mahasiswa dari universitas di Singapura. Laporan saya sudah selesai. Mari kita kembali ke studio. Alicia: Terima kasih Mbak Lena. Wah bukan main menarik sekali kunjungan mereka. Baiklah, berita ini akan sampai di sini dulu. Tapi jangan pergi jauh dari televisinya karena kami akan melanjutkan membaca lebih banyak berita yang juga menarik dan penting sesudah beberapa iklan. Terima kasih.