PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Progam Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Oleh Deri Risto NIM: 104114006
PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO Apapaun yang terjadi hari ini, bersabarlah, memang tidak mudah , tetapi bersabar akan menjadikanmu damai, dalam kesulitan, dan upayamu lebih lancar untuk tetap sukses walau pun ada masalah. Mario Teguh
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: Kepada Ayahku yang selalu memberi semangat, motivasi, dan doa restunya, kepada Ibuku yang sudah berada di Surga, kepada Kakekku yang selalu memberiku motivasi, serta kepada Nenekku yang sudah berada di Surga. Teman-teman angakatan 2010 yang memberi semangat, serta motivasi dalam proses pembelajaran. Kepada Maria Noviani Budi Hastuti yang selalu ada saat susah dan senang, serta membantu dalam proses pembuatan tugas akhir.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain. Kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Januari 2015 Penulis
Deri Risto
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Deri Risto
NIM
: 104114006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanataa Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Januari 2015
Yang menyatakan, Penulis
Deri Risto
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Progam Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan, perhatian, bantuan, dan dukungan tersebut selalu hadir dalam setiap langkah penulis, terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma. Dalam kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini. 1.
Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2.
Bapak Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini dan memberikan petunjuk serta masukan kepada penulis.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku Ketua Progam Studi Sastra Indonesia dan penguji yang dengan sabar serta perhatian dalam membantu proses penyusunan skripsi ini, dan segala masukan atau saran yang beliau sampaikan.
4.
Seluruh dosen Progam Studi Sastra Indonesia Drs. B. Rahmanto, M.Hum.; Drs. F X Santoso, M.S.; S.E Peni Adji, S.S. M.Hum.; Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum.; Dr. Yosep Yapi Taum, M.Hum.; Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U, M.A. yang telah memberikan bekal kepada penulis. Segenap karyawan fakultas sastra atas bantuannya selama ini.
5.
Kedua orang tua penulis, Sodig Rahayu dan Murtriyatini (alm) atas dukungan doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.
6.
Maria Noviani Budi Hastuti atas dukungan, doa, serta motivasi yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Skripsi ini mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Penulis
Deri Risto
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Risto, Deri, 2010. “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” Skripsi Strata 1 (S1). Progam studi Sastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Dalam skripsi ini dibahas tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa berdasarkan penandannya? Kedua, apa saja maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa?. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendiskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian dan Djoko Lodang. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat itu merupakan kalimat imperatif atau bukan.. Metode agih diterapkan dengan teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara sintaksis, serta membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan jenis dan maksudnya. Teknik baca markah digunakan untuk menunjukkan kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat imperatif yang tak berpenanda. Kalimat imperatif yang berpenanda dapat dibedakan menjadi tujuh jenis (i) kalimat imperatif yang berpenanda verba –a, (ii) kalimat imperatif berpenanda verba –en, (iii) kalimat imperatif yang berpenanda verba –na, (iv) kalimat imperatif yang berpenanda verba –ana, (v) Kalimat imperatif dengan penada perintah aja, (vi) kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, dan (vii) kalimat imperatif yang berpenanda verba mangga. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut, (i) kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba perbuatan, (ii) kalimat imperatif yang bersetruktur S-P, (iii) kalimat imperatif yang bersetruktur S-P-O, (iv) kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif. Maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa Ngoko dapat dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut, (i) kalimat imperatif yang mengandung maksud menyuruh, yang ditandai oleh verba –a, -en, -na, (ii) kalimat imperatif yang mengandung maksud melakukan tindakan secara berulang-ulang, yang ditandai oleh verba –ana, (iii) kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang, yang ditandai oleh verba –
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
aja, (iv) kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, yang ditandai oleh verba ayo, (v) kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan, yang ditandai oleh verba mangga.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Risto, Deri, 2010. “Imperative Sentences in Javanese Ngoko Dialect Yogyakarta”. Undergraduate thesis (S1). Indonesian Literature Department. Faculty of Literature, University of Sanata Dharma. This thesis discusses about imperative sentences in Javanese Ngoko. There are two problems that have been discussed in this study. The first problem is the kinds of imperative sentence in Javanese based on its signifier. The second question is about the meaning of Javanese’s imperative sentences. This research belongs to a descriptive research; it is a research that is done by describing the objects of the research based on their existing facts. There are three procedures of this research, they are: (i) data collection, (ii) data analysis, and (iii) the finding presentation. The researcher uses scanning methods for data collecting technique. For data collecting technique, the researcher also uses nonparticipant technique or scanning without conversation technique by analyzing or making notes based on the data in the form of imperative sentences in Javanese Ngoko in Risalah Penelitian and Joko Lodhang. The data analyzing technique of this research is by using identity and distributional methods. The identity method is used to analyze a sentence whether it is an imperative sentence or not. The distributional method is used by applying immediate constituent and markers analyzing technique. The immediate constituent analyzing technique is used to observe syntactically the imperative sentences in Javanese and to separate the imperative sentences in Javanese “ngoko” based on their kind and meaning. The marker analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of imperative sentences in Javanese ngoko. The findings of this research are as following explanation. First, there are two types of Javanese imperative sentence; they are imperative sentence with signifiers and without signifier. The imperative sentences using signifier can be differentiated into seven (7) kinds of sentence, they are: (i) Imperative sentences using verb a. (ii) imperative sentences using verb en. (iii) Imperative sentences using verb na. (iv) Imperative sentences using verb ana. (v) Imperative sentences using command aja. (vi) Imperative sentences using verb ayo, and (vii) Imperative sentences using verb mangga. While the imperative sentences without signifier can be categorized into four types, they are (i) imperative sentences using verb. (ii) Imperative sentences using S-P structures. (iii) Imperative sentences using S-P-O structures. (iv) Imperative sentences using passive verbs as predicates. The meaning that contains in Javanese “ngoko” can be differentiate into five kinds, they are (i) an imperative sentence that contains whole meaning, this kind of sentence is signed by these verbs: a, -en, -na. (ii) an imperative sentence that contains repeated actions meaning, this kind of sentence is signed by a verb ana. (iii) an imperative sentence that contains command meaning, this kind of sentence is signed by a verb aja. (iv) an imperative sentence that contains invitation meaning, this kind of sentence is signed by the verb ayo. (v) an imperative sentence that have excuse meaning, this kind of sentence is signed by the verb mangga. xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG
A.
Daftar Singkatan
S
: Subjek
O
: Objek
P
: Predikat
Ket
: Keterangan
B.
Daftar Lambang
*
: Untuk menyatakan bawha ujaran tersebut tidak gramatikal
#
: Tanda untuk mengakhiri suatu kalimat
2
: Nada sedang
3
: Nada tinggi
1
: Nada rendah
//
: Jeda fungsional antar kalimat
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii MOTTO .................................................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v PERYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... vii KATA PENGANTAR ..............................................................................................viii ABSTRAK ................................................................................................................ x ABSTRACT ............................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG .........................................xiii DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6 1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 7 1.6 Landasan Teori ..................................................................................................... 9 1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif ...................................................................... 9 1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif ...................................................................... 10 1.6.3 Pengertian Penanda ..................................................................................... 15 1.6.4 Pengertian Maksud ...................................................................................... 15
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.7 Metode dan Teknik Penelitian ............................................................................. 17 1.7.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 17 1.7.2 Metode Analisis Data .................................................................................. 17 1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ..................................................................... 19 1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 20
BAB II JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA............................................. 22 2.1 Pengantar .............................................................................................................. 22 2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda ...................................................................... 22 2.2.1 Kalimat Imperatif Tidak Berpenanda yang Terdiri Dari Verba Perbuatan . 23 2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P .......................... 24 2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O ...................... 24 2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berupa Verba Pasif Di- ............. 26 2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda .................................................. 26 2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –a ......................... 27 2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –en ....................... 29 2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –na ....................... 30 2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran -ana ...................... 31 2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Akhiran aja............................. 32 2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Ayo ............................ 34 2.3.7 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Mangga ...................... 36 2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –e ......................... 37
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA JAWA NGOKO DALEK YOGYAKARTA ............................................ 38 3.1 Pengantar .............................................................................................................. 38 3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan ...................................... 39 3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan .................................... 40 3.4 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan ........................................ 41 3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara Berulang-ulang ..................................................................................................... 42 3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan ........................ 43 3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan ................................. 44 3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah ......................................... 45 3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan ...................................... 45
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 46 4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 46 4.2 Saran ..................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 49 LAMPIRAN .............................................................................................................. 50
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Kalimat imperatif merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing respon yang berupa tindakan (Cook, 1969:49). Ramlan (1986:42-43) berpandangan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Jadi dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif membutuhkan stimulus dan respon. Stimulus ada pada pihak yang akan melakukan perintah atau pihak pertama, sedangkan respon ada pada pihak kedua atau pihak yang diajak berkomunikasi. Contoh kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai berikut.
(1) Tan, ‘Tan,
(2) Tut, ‘Tut,
mangana makanlah
njupuka ambilah
(3) Tri, ngombea ‘Tri, minumlah
sega dhisik! nasi dahulu’.
panci! panci’.
obat ben cepet mari obat biar cepat sembuh
watukmu! batukmu’.
Contoh (1), (2), (3) merupakan kalimat imperatif karena merupakan kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara. Kalimat (1) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara (Tan), agar melakukan tindakan, yaitu manggana sega dhisik! ‘makan nasi
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
dahulu’. Pada kalimat (2) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara (Tut), melakukan tindakan yaitu njupuka panci! ‘ambilah panci’. Pada kalimat (3) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara (Tri), agar melakukan tindakan ngombea obat ben cepet mari watukmu! ‘ minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’. Selain itu, kalimat (1), (2), dan (3) merupakan kalimat imperatif karena, memiliki pola intonasi sebagai berikut.
(1a)
Tan, 2 // ‘Tan,
mangana sega 2 3 2 // 3 makanlah nasi
dhisik! 2 3 # dahulu’.
(2b)
Tut, njupuka panci! 2 // 2 3 // 2 3# ‘Tut, ambilah panci’.
( 3c)
Tri, ngombea obat ben cepet mari 2 // 2 3 3 // 2 2 // 2 2 2 3 ‘Tri, minumlah obat biar cepat sembuh
watukmu! 2 3 # batukmu’.
Kalimat (1a) memiliki pola intonasi sebagai berikut. 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi), 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) kemudian tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat ). Kalimat (2b) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
(nada tinggi) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat). Kalimat (3c) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) tanda // (jeda antar kalimat) 1 (nada rendah) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) 2 (nada sedang) 3 (nda tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat). Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko belum banyak diteliti. Hal ini terbukti baru ada beberapa tulisan yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, tokoh ahli bahasa yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko diantaranya Herawati, Poerwodarminto, Antunsuhana, dan Wening Hendri Purnami. Kedua, menurut peneliti kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki fenomena kebahasaan yang unik untuk diteliti. Fenomena kebahasaan yang unik tersebut diataranya, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki bermacam jenis, memiliki pola intonasi kalimat yang sama, serta memiliki maksud yang berbedabeda. Ketiga, penelitian ini akan
menghasilkan
rumusan
kaidah kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang bermanfaat sebagai masukan penyusunan Tata Bahasa Jawa. Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya. Contoh jenis-jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya adalah sebagai beikut. (4) Mangga lungguh ndhisik! 2 3 // 2 3 // 2 3 # ‘Silahkan duduk dahulu’.
(5) Aja ngrokok nang kene!. 2 3 // 2 3 // 2 3# ‘Jangan merokok di sini’.
(6) Ndhene saiki!. 2 3 // 2 3 ‘Kesini sekarang.’ Kalimat (4) memiliki kebahasaan yang unik yaitu memiliki penanda perintah Mangga, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional anatar kalimat) 2 (nada sedang) 1 (nada rendah) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri suatu kalimat). Kalimat (5) memiliki fenomena kebahasaan fenomena yang unik yaitu memiliki penanda perintah Aja, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri suatu kalimat). Kalimat (6) memiliki fenomena kebahasaaan yang unik yaitu tidak memiliki penanda perintah, namun tetap memiliki pola intonasi seperti kalimat imperatif. Pola intonasi kalimat (6) adalah sebagai berikut. 2 (nada sedang) 3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
(nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2(nada sedang) dan tanda # (untuk mengakhiri suatu kalimat). Hal kedua yang dibahas dalam skripsi ini adalah maksud yang terkandung di dalam kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Contoh maksud yang terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai berikut. (7) Mangga, tindak ‘Silahkan, berangkat
(8) Jupukna gelas ‘Ambilkan gelas
(9) Aja turu ‘Jangan tidur
ndhisek!. dulu!.’
kae! itu!.’
nang kene!. di sini!.’
(10) Bungkusana permen kae!. ‘Bungskuslah permen itu!.’ Kalimat (7) merupakan kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk mempersilahkan seseorang, agar mitra bicara berangkat terlebih dahulu. Kalimat (8) merupakan
kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk memerintah
seseorang untuk mengambilkan gelas. Kalimat (9) merupakan, kalimat yang memiliki maksud untuk melarang seseorang agar tidak tidur disini!. Kalimat (10) merupakan, kalimat imperatif yang
memiliki
maksud untuk menyuruh
seseorang agar melakukan tindakan secara berulang-ulang yaitu membungkus permen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
1.2 Rumusan Masalah Secara umum permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Secara khusus, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1.2.1. Apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandannya? 1.2.2. Apa saja maksud yang ada di dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Secara khusus tujuan penelitian sebagai berikut: 1.3.1. Mendeskripsikan jenis- jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya. 1.3.2. Mendeskripsikan maksud kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko berdasarkan penanda perintah. Deskripsi ini mencakup
tentang jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dan maksud yang terkandung di dalam
kalimat
imperatif
dalam
bahasa Jawa ngoko. Hasil
penelitian ini memberikan manfaat praktis dan manfaat teoritis. Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini memberikan masukan dalam bidang kajian sintaksis dan pragmatik. Dalam bidang kajian sintaksis, deskripsi tentang kalimat imperatif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
dalam Bahasa Jawa ngoko memperkuat teori bahwa jenis kalimat ditentukan oleh pola intonasi dan penandanya. Dalam bidang kajian pragmatik, dekripsi tentang berbagai maksud yang dikandung dalam kalimat imperatif mengukuhkan teori bahwa, penggunaan kalimat dalam berkomunikasi dilatar belakangi oleh maksud penutur. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah, memberikan masukan dalam penyusunan Tata Bahasa Jawa. 1.5 Tinjauan Pustaka Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko telah dikemukakan antara lain oleh Herawati (2012), Wening Handri Purnami (2009) Poerwadarminto (1953:91-96) (dalam Herawati 2012:64), Antunsuhana (1956:3637) (dalam Herawati 2012: 64) dalam Risalah Penelitian, menguraikan kalimat perintah dari segi seluk beluk pembentukan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa. Herawati membagi jenis-jenis kalimat perintah menjadi delapan jenis yaitu kalimat perintah dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda – en, kalimat perintah dengan penanda perintah -na, kalimat perintah dengan penanda perintah –ana, kalimat perintah dengan penanda perintah aja, kalimat perintah dengan penanda perintah ayo, dan kalimat perintah dengan penanda perintah mangga. Wening Handri Purnami dalam penelitian yang berjudul Fungsi Kalimat Imperatif Wacana Hortatori Khotbah Jumat Agung dalam Bahasa Jawa menjelaskan kalimat imperatf dalam bahasa Jawa ngoko dari segi jenis-jenis kalimat imperatif. Beliau membagi kalimat imperatif menjadi sebelas jenis, yaitu kalimat imperatif dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
perintah –i, kalimat perintah dengan penanda perintah –en, kalimat perintah dengan penanda perintah –na, kalimat perintah dengan penanda perintah –ana, kalimat perintah dengan penanda perintah N-/-a, kalimat perintah dengan penanda perintah N-/-aken, kalimat perintah dengan penada perintah aja. Poerwadarminta dalam buku Sarining Paramasastra Djawa (1953:91-96), mengemukakan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko dari segi arti. Beliau memasukan kalimat perintah dalam jenis kalimat yang menerangkan perbuatan yang harus dilakukan. Beliau membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa menjadi lima bagian. (i) kalimat perintah aktif (pakon tumandang) kalimat jenis ini digunakan untuk menyuruh seseorang untuk melakukan suatu tindakan, (ii) kalimat perintah patrap dugunakan untuk menyuruh bagaimana cara harus bertindak. (iii) kalimat perintah pasif (pakon tanggap) mengacu pada sasaran perbuatan atau penderita, (iv) kalimat yang menyatakan niat akan melakukan suatu tindakan, dan (v) kalimat yang menyatakan suatu niat supaya terjadi. Antunsuhana dalam buku yang berjudul Reringkesaning Paramasastra Djawi II (1956:36-37), menjelaskan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko dari segi arti dan dari segi pemakaiannya. Beliau membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa menjadi dua jenis, yaitu (i) kalimat perintah aktif (pakon tanduk) dan (ii) kalimat pasif (ukara pakon tanggap). Kalimat perintah aktif merupakan kalimat yang digunakan apabila yang dipentingkan oleh penutur berupa tindakan dari orang yang disuruh. Kalimat pasif merupakan kalimat yang digunakan apabila yang dipentingkan adalah sesuatu yang dilakukan. Kalimat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
perintah yang harus dilakukan (kalimat pasif) ditandai dengan kata keterangan yang menyatakan suatu keharusan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko telah dibahas oleh beberapa ahli bahasa. Pembahasan tersebut meliputi jenis-jenis kalimat imperatif, serta pola intonasi. Namun, pembahasan yang dilakukan oleh para ahli bahasa belum menyentuh ke ranah maksud. Oleh karena itu peneliti akan membahas mengenai maksud yang terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya, serta pola intonasi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. 1.6 Landasan Teori Pada bagian landasan teori dipaparkan mengenai pengertian kalimat imperatif, jenis-jenis kalimat imperatif, pengertian maksud, serta pengertian penanda. 1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif Menurut Ramlan (1993:37) dalam bukunya yang berjudul Sintakis, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat imperatif atau yang disebut kalimat suruh merupakan kalimat yang mengaharapkan tanggapan berupa tindakan dari mitra wicara. Adapun ciri kalimat imperatif ialah sebagai berikut. Pertama memiliki pola intonasi 2 3 # atau 2 3 2 #. Angka 2 menunjuk nada sedang. Angka 3 menunjuk nada tinggi. Tanda # (pagar) merupakan kesenyapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
akhir. Tanda // merupakan jeda fungsional antar kalimat. Berikut contoh intonasi kalimat perintah dalam bahasa Jawa ngoko. (6) ‘Pergilah !’. [2] 3 # (7) ‘Baca buku itu !’. [2] 3 // [2] 1 # Kedua, dalam tulisan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!). Berikut contohnya. (8) ‘Pergilah !’. (9) ‘Baca buku itu !’.
1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif Ramlan
(1993:38-41)
dalam
bukunya
yang
berjudul
Sintaksis
mengemukakan empat jenis kalimat perintah. Pertama kalimat suruh yang sebenarnya. Kedua kalimat suruh persilahan. Ketiga kalimat ajakan. Keempat kalimat larangan. Kalimat suruh yang sebenarnya merupakan kalimat suruh yang ditandai oleh pola intonasi 2 3 # atau 2 3 2 #. Selain itu, apabila P-nya terdiri dari kata intransitif, bentuk kata verbal itu tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan perintah. S-nya boleh dibuang. Berikut contoh kalimat sururh yang sebenarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
(1) Lerenna! ‘Beristirahatlah’.
(2) Lungguha! ‘Duduklah’.
(3) Tekaa ‘Datanglah
kowe nang omahku! engkau ke rumahku’.
(4) Mangkata saiki wae! ‘Berangkatlah sekarang juga’.
Kalimat suruh persilahan merupakan kalimat yang ditandai dengan pola intonasi 2 3 2 #, serta ditandai dengan kata silahkan atau dipersilahkan yang diletakkan di awal kalimat. Berikut contoh kalimat sururh persilahan. (5) Mangga bapak lenggah tengriki! ‘Silahkan bapak duduk disini’.
(6)
Mangga Tuan mendet ‘Dipersilahkan Tuan mengambil
(7) ‘Mangga ‘Silahkan
buku piyambak!. buku sendiri’.
tindak omah kula!’. datang rumahku’.
(8) Mangga tindak rumiyen!. ‘Dipersilahkan berangkat dahulu’.
(9) Mangga ‘Silahkan
leren! beristirahat’.
Kalimat suruh ajakan hampir sama, dengan kalimat suruh yang sebenarnya. Kalimat suruh yang sebenarnya mengharapkan tanggapan atau respon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
dari orang yang diajak berbicara. Perbedaanya apabila kalimat suruh yang sebenarnya mengaharapkan tanggapan dari orang yang diajak berbicara, namun pada kalimat suruh ajakan tidak hanya mengharapkan tanggapan atau respon dari orang yang diajak berbicara, tetapi dari penuturnya. Jadi, kalimat suruh ajakan mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari pihak pertama atau penutur dan mitra bicara atau mitra tutur. Kalimat ajakan ditandai oleh pola intonasi 2 3 2 #, tetapi ditandai dengan kata-kata ajakan, seperti kata Ayo, yang diletakkan di awal kalimat. Partikel -lah dapat ditambahkan pada kedua kata itu, menjadi marilah dan ayolah. kalimat boleh di buang, boleh juga tidak. Sebagai contoh: (10)
Ayo, kita ‘Mari, kita
mangkat saiki!. berangkat sekarang’.
(11)
Ayo, ‘Mari,
sinau nang belajar ke
perpustakaan pusat!. perpustakaan pusat’.
(12)
Ayo, kita dolanan bal-balan!. ‘Mari, kita bermain sepak bola’.
(13)
Ayo, kita lungguh ‘Mari, kita duduk
nang di
ngarep! depan’.
Kalimat perintah atau kalimat suruh larangan merupakan kalimat yang ditandai oleh pola intonasi perintah. Selain ditandai oleh pola intonasi perintah, kalimat larangan juga ditandai oleh adanya kata jangan pada awal kalimat. Partikel lah pada kalimat larangan boleh ditambahkan untuk memperhalus larangan. Sebagai contoh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(14)
Aja kowe maca buku kuwi!. ‘Jangan kamu membaca buku itu’.
(15)
Aja kowe mangkat dewe! ‘Jangan kamu berangkat sendiri’.
(16)
Aja seneng nglarani atine uwong!. ‘Jangan suka menyakiti hatinya orang’.
13
Peneliti menggunakan teori dari Ramlan dikarenakan kalimat imperatif atau kalimat suruh yang akan dibahas dalam penelitian ini juga menganalisis mengenai kalimat suruh ajakan, kalimat suruh larangan. Jadi peneliti merasa bahwa teori Ramlan dirasa cocok apabila digunakan dalam penelitian ini. Selain Ramlan yang membahas kalimat imperatif ialah Rahardi (2010:7983). Ia membagi kalimat imperatif menjadi lima macam, yaitu kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian izin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan. a) Kalimat Imperatif Biasa kalimat imperatif biasa ialah, kalimat yang memiliki ciri-ciri (1) berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, (3) berpatikel pengeras – lah. Kalimat imperatif jenis ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat halus sampai dengan imperatif yang sangat kasar. Contoh. (17)
Di, jupuken pelem kae!. 2 2 3 2 3 # ‘Di, ambilah buah manga itu’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
b) Kalimat Imperatif Permintaan Kalimat imperatif permintaan ialah kalimat imperatif dengan kadar suruhan yang sangat halus. Kalimat imperatif suruhan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, sudilah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat. Contoh, (18)
Awakku ra penak, tulung ijenke sekolah!. ‘Badan saya tidak enak, tolong izinkan sekolah’.
c) Kalimat Imperatif Pemberian Izin Kalimat imperatif jenis ini, memiliki maksud untuk memberika izin dan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silahkan, biarlah, dan beberapa ungkapan lain yang bermakna mempersilahkan, seperti diperkenankan, dan diizinkan. Contoh. (19)
Mangga, mangan ndhisek!. ‘Silahkan makan dahulu’.
d) Kalimat Ajakan Kalimat imperatif ajakan biasanaya digunakan dengan penanda kesantunan ayo (yo), biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah. Contoh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(20)
15
Ayo Jok mangan bakso Dab supri’. ‘Mari Jok makan bakso Dab supri’
e) Kalimat Imperatif Suruhan Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong. Contoh. (21)
Ayo turu wae, Radit ditunngu suwi!. ‘Mari tidur saja, Radit ditunggu lama’.
1.6.3 Pengertian penanda Alat seperti afiks, konjungsi, preposisi dan artikel yang menyatakan ciri gramatikal atau fungsi kata atau konstruksi Kridalaksana (1993:161). Jadi, kalimat imperatif dalama bahasa Jawa ngoko memiliki afiks, diataranya afiks –a, -na, -en, -ana. Selain memiliki afiks, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki perposisi yaitu kata Mangga, dan kata Ayo. 1.6.4 Pengertian Maksud Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008:865) kata maksud diartikan sebagai (1) ‘yang dikehendaki atau tujuan’, (2) ‘niat atau kehendak’, (3) ‘makna dari suatu perbuatan, perkataan, peristiwa’. Brooks (1964:4) mengemukakan, maksud adalah hal yang dikehendaki, niat, atau tujuan seorang penutur berkomunikasi dengan mitra tutur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Bagi penutur, maksud erupakan kehendak yang dijadikan pangkal tolak melakukan komunikasi dengan mitra
tutur. Tuturan beserta informasi yang
dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi 2012:17). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud. Pertama, maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud bersifat subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik tolak penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud merupakan sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud berada dibalik tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat terikat konteks, yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada dalam konteks tertentu. ( Baryadi 2012:17). Maksud dapat diartikan makna kata. Bagi pembicara atau pendengar pada waktu pertututran terjadi. (Kridalaksana 2008:149). Maksud merupakan sesuatu yang diluar ujaran dilihat dari segi pengujar, orang yang berbicara. Di sini orangyang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri ( Chaer, 2009:37 ).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
1.7 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan melaui tiga tahap, yaitu pada tahap pertama pengumpulan data, tahap kedua analisis data, dan pada taha yang ketiga penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini. 1.7.1 Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Objek penelitian ini berada di dalam data berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu tabloid Djaka Lodang dan Risalah Penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kalimat, yang mengandung kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat-kalimat yang mengandung kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian pada kartu data (Sudaryanto, 1993:132-133). Data yang sudah terkumpul diklasifikasi berdasarkan kategorinya dan jenisnya. 1.7.2 Metode Analisis Data Langkah kedua adalah teknik analisis data. Setelah data diklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto,1993: 1314). Karena kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko menyangkut intonasi setiap kalimatnya, maka metode padan dipandang sebagai metode yang tepat. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat itu merupakan kalimat imperatif atau bukan. Jika kalimat tersebut sesuai dengan fungsi kalimat imperatif, maka kalimat tersebut dapat dianggap sebagai kalimat imperatif. (22)
Tan, mangana sega ‘ Tan, makanlah nasi
ndhisik!. dahulu’.
Kalimat (17) merupakan kalimat imperatif karena memiliki maksud untuk memerintah, menyuruh mitra tutur (Tan) agar melakukan tindakan yaitu mangana sega dhisik!. ‘Makanlah nasi dahulu!’. Dalam metode padan digunakan daya pilah sebagai pembeda reaksi dan kadar keterdengaran. Adapun kaitan dengan mitra wicara yaitu, dapat dibedakan reaksi yang bermacam-macam dari padanya disamping kadar keterdengaran olehhnya. Sebagai contoh. (23)
Jok, jupukna beras!. ‘Jok, ambilkan beras’.
Kalimat (18) memiliki reaksi yaitu mitra wicara (Jok) agar bertindak menuruti apa yang diucapkan oleh si pembicara. Selain itu kalimat (18) memiliki kadar keterdengaran keras dan bertekananan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Dalam penelitian ini juga digunakan metode agih, yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 13-15). Teknik yang dipakai dalam metode agih ini adalah teknik baca markah (BM) dan teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik baca markah (BM) digunakan untuk menunjukkan kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Dalam penelitian ini teknik BM diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara sintaksis. Dapat dilihat dari contoh berikut. (19) Tri, S ‘Tri,
ngombe P minum
obat!. O obat’.
Kalimat (19) merupakan kalimat imperatif, karena termasuk jenis kalimat imperatif yang tidak berpenanda dan memiliki struktur kalimat yaitu S-P-O. Teknik bagi unsur langsung (BUL) digunakan untuk membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan jenis dan maksudnya. Sebagai contoh kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko Tan, mangana sega dhisik! ‘Tan, makanlah nasi dahulu’!. Kalimat Tan mangana sega dhisik! ‘Tan makanlah nasi dahulu’! termasuk jenis kalimat imperatif yang berpenanda verba –a, serta tergolong dalam jenis kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk memerintah. 1.7.3. Penyajian Hasil Analisis Data Setelah tahap analisis data, selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
metode informal, yaitu dengan kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tanda, lambang, singkatan dan sejenisnya. Tanda yang digunakan meliputi tanda (*) Sudaryanto (1993:145). 1.8 Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disususn dalam empat bab. Bab pertama pendahulaun yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah yang ditemukan dalam dan penyajian hasil analisis data penelitian ini. Tujuan penelitian mendiskripsikan tujun diadakannya penelitian ini. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang diambil dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas kalimat imperatif dalam bahasa jawa. Metode penelitian menguraikan metode yang digunkan dalam penelitian. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam proposal ini. Bab kedua, mengenai pembahasan. Pada bab ini, peneliti mulai mengungkapkan jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandannya, serta maksud yang ada di dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Bab ketiga, mengenai maskud dalam kalimat imperatif. Pada bab ini, peneliti mengungkapkan maksud yang terdapat pada kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, serta mengungkapkan jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandannya. Bab keempat, mengenai penutup. Pada bab ini dibagi menjadi dua, yaitu kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan peneliti memberrikan kesimpulan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa jawa ngoko memiliki berbagai jenis berdasarkan penandannya. Pada bagian saran, peneliti memberikan rekomendasi apabila kalimat imperatif dalam bahasa jawa akan diteliti lebih lanjut, maka peneliti selanjutnya dapat menggunakan kajian semantik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA
2.1 Pengantar Berdasarkan ada tidaknya penanda, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif tidak berpenanda dan kalimat imperatif yang berpenanda. Kalimat imperatif tidak berpenanda adalah kalimat yang tidak mengandung penanda seperti mangan! ‘makan!’, bukak! ‘buka!’, dan jupuk! ‘ambil!’. Kalimat imperatif yang berpenanda adalah kalimat imperatif yang mengandung penanda seperti –a, -na, -en, -ana, aja, -ayo, mangga. 2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda Kalimat imperatif tak berpenanda adalah kalimat yang tidak memiliki penanda perintah. Kalimat jenis ini, tidak bisa lepas dari pola intonasi perintah, serta tetap memiliki maksud untuk memerintah, melarangan, dan mengajak. Selain itu kalimat imperatif yang tidak berpenanda hanya terdiri dari predikat dan tidak diikuti subjek, predikat dalam kalimat imperatif tidak berpenanda berupa verba perbuatan. Kalimat imperatif yang tidak berpenanda merupakan kalimat intransitif. Struktur kalimat yaitu, subjek (S) dan predikat (P). Subjek berupa orang kedua, sedangkan untuk predikat berupa verba perbuatan. Kalimat tidak berpenanda merupakan kalimat transitif, struktur kalimatnya terdiri dari subjek 22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
(S), predikat (P), dan objek (O). Kalimat imperatif tidak berpenanda merupakan verba pasif, struktur kalimatnya terdiri dari subjek (S) dan (P). Subjek berupa orang kedua, sedangkan perdikat (P) berupa verba pasif. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat, yaitu Pertama kalimat imperatif yang terdiri dari verba perbuatan. Kedua, kalimat imperatif yang bersetruktur S-P. Ketiga, kalimat imperatif yang berstruktur S-P-O. Keempat, kalimat imperatif yang terdiri dari verba pasif. 2.2.1 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berunsur Verba Perbuatan Kalimat jenis ini, merupakan kalimat imperatif yang berupa verba perbuatan. Sebagai contoh. (1) Lungguh, ndhisik Jok!. ‘Duduk dulu Jok’.
(2) Cepet tangi, aja turu wae ‘Cepat bangun, jangan tidur terus’.
(3) Cepet lunga, es males aku ro kowe!. ‘Cepat pergi sudah malas saya sama kamu’.
(4) Adus Dit, selak kawanen!. ‘Mandi Dit, keburu kesiangan’. Kalimat (1-4) merupakan kalimat imperatif yang tergolong kalimat berupa verba dasar. Namun kalimat (1-4) tidak bisa lepas dari pola intonasi kalimat perintah, karena apabila kalimat (1-4) tidak memiliki pola intonasi kalimat perintah maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
kalimat tersebut tidak tergolong kalimat perintah. kalimat (1-4) walaupun tidak disertakan penanda perintahnya, namun tetap memiliki maksud untuk menyuruh seseorang agar, seseorang tersebut melakukan tindakan. 2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P Kalimat jenis ini merupakan kalimat imperatif tak berpenada yang memiliki struktur subjek (S) dan predikat (P), kalimat ini juga tidak lepas dari pola intonasi kalimat perintah. Contoh: (5) Tase S ‘Tas
di jupuk! P di ambil’
(6)
Thiwule S ‘Tiwulnya ( thiwul ‘nama makanan’)
di pangan!. P di makan’.
Kalimat (5) dan (6) merupakan kalimat tanpa penanda perintah. Kalimat ini memiliki struktur subjek (S), dan predikat (P) atau yang sering disebut dengan kalimat intransitif. Subjeknya (S) berupa orang keduan dan predikat (P) berupa verba perbuatan. 2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang berstruktur subjek (S), predikat (P), dan objek (O). Contoh: (7) Ton, jupuk pelem iki!. S P O ‘ Ton, ambilkan buah mangga ini’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(8) Dit, S ‘Dit
(9) Tri, S ‘Tri,
(10)
gawe P buat
layangan! O layang-layang’.
ngombe P minumlah
Jok S ‘ Jok
25
wedang anget! O air (yang sudah direbus) hangat’.
mangan roti ndhisek P O makanlah roti dulu’.
Kalimat (7), (8), (9), dan (10) merupakan kalimat imperatif yang verbanya termasuk verba aktif transitif, karena dalam pemakainnya menuntut adannya peran penderita atau yang disebut dengan objek (O). kalimat (7), (8), (9), dan (10) merupakan kalimat imperatif tanpa penanda perintah, namun kalimat ini tetap tidak bisa lepas dari pola intonasi kalimat perintah. Seperti halnya kalimat imperatif yang merupakan penaggalan dari penanda perintah –a dan kalimat imperatif yang merupakan penanggalan dari penanda perintah –en. Jadi walaupun kalimat perintah diatas tidak disertakan penanda perintahnya, namun tetap kalimat diatas memiliki maksud untuk
menyuruh seseorang agar seseorang tersebut
melakukan tindakan untuk Jupuk pelem iki!. ‘mengambilkan buah mangga!’.(7). Dit, gawe layangan ‘Dit, buatkan layang-layang!’. (8). Tri, ngombe wedang anget!. ‘Tri, minumlah air hangat!’. (9). Jok mangan roti sek!. ‘ Jok makanlah roti dulu!’. (10).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berunsur Verba Pasif DiKalimat imperatif jenis ini merupakan kalimat yang tanpa diikuti penanda perintah, selain tidak diikuti penanda perintah kalimat ini memiliki verba pasif. Contoh: (11)
(12)
Kambil ‘Buah kelapa
kae itu
dijupuk!. diambil’.
Segane dipangan!. ‘Nasinya dimakan’.
Kalimat (11) dan (12) merupakan kalimat imperatif yang tanpa penanda perintah. Walaupun tidak disertakan perintah penandanya namun tetap memiliki maksud untuk menyuruh seseorang agar mengambilkan buah kelapa (11). Selain itu kalimat (12) juga memiliki maksud memerintah yaitu menyuruh seseorang agar memakan nasi. Kalimat (11) dan kalimat (12) merupakan kalimat pasif. Karena dalam pemakaiannya menuntut adanya peran penderita yang mengisi subjek (S). Contoh: (11a)
Jangane S ‘Sayurnya
dinehke P ditaruh
(12b)
Platarane S ‘Halamannya
dhuwur meja! Ket. tempat diatas meja’
disapu!. P disapu’.
2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kalimat imperatif yang berpenanda adalah Kalimat imperatif yang memiliki verba yang diberi imbuhan peritah dan kata tertentu. Imbuhan perintah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dalam kalimat imperatif meliputi imbuhan perintah –a, imbuhan perintah –na, imbuhan perintah –en, dan imbuhan perintah –ana. Selain mendapat imbuhan perintah, kalimat perintah juga mendapat imbuhan kata tertentu yang masih meiliki maksud untuk memerintah yaitu kata aja dan kata ayo. 2.3.1
Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –a Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –a adalah kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –a. Kalimat imperatif dengan penanda verba berakhiran–a dapat dibedakan menjadi dua yaitu, verba aktif berakhiran –a yang tidak berawalan –N (nasal) dan verba aktif berakhiran –a yang berawalan –N (nasal). Kalimat impeartif yang berpenanda verba berakhiran –a disebut juga kalimat aktif, karena kalimat dengan penanda perintah –a bisa juga menggunakan –N (nasal). Berikut ini contohnya. (i)
Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan –N (nasal).
Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan – N (nasal) adalah kalimat yang tidak memiliki awalan –N (nasal). Kalimat ini memiliki verba tak transitif karena dalam pemakaianya tidak menuntut kehadiran peran pelaku yang mengisi subjek (S), Nmun kehadiran objek (O) atau penderita wajib hadir. Sebagai contoh. (13)
Adola kambil!. P O ‘Jualah Buah kelapa’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
(14)
Tukua P ‘Belilah
beras !. O beras’.
(15)
Jupuka wedang!. P O ‘Ambilkan minum’.
(ii)
Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan –N (nasal).
Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan –N (nasal), merupakan
kalimat yang memiliki awalan –N (nasal). Kalimat ini
biasanya berupa verba aktif. Berikut ini contohnya. (16)
Tan mangana sega ndisik!. Tan makanlah nasi dahulu’.
(17)
Tut njupuka panci!. Tut ambilah panci’.
(18)
Tri ngombea obat!. Tri minumlah obat’.
Kalimat (16), (17), dan (18), merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba berakhiran –a yaitu, mangana ‘makanlah’ (16), njupuka ‘ambilah’ (18), ngombea ‘ambilah’ (17). Verba berakhiran –a pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (16), (17), dan (18) merupakan verba aktif transitif karena dalam pemakaiannya menuntut adanya peran pelaku yang mengisi subjek (S) dan peran penderita atau pasien yang mengisi objek (O). Dengan demikian, kalimat imperatif yang berpenanda akhiran –a itu memiliki struktur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
yang sama dengan kalimat aktif transitif, yaitu S-P-O. Hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut. (15a) Tan, mangana sega ndisik!. S P O Ket ‘Tan, makan nasi dahulu’.
(16b) Tut, njupuka panci!. S P O ‘Tut, ambil Panci’.
(17c) Tri, S ‘Tri,
ngombea P minum
obat!. O obat’.
2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –en Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en merupakan kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Kalimat jenis ini disebut kalimat pasif. Berikut ini contohnya (18)
Sis, pecahen asbak kuwi!. Ket P S ‘Sis, pecahkan asbak itu’.
(19)
Eko, Ket ‘Eko,
jupuken P ambilkan
tas kuwi!. S tasi tu’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.3
30
Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –na Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran –na adalah kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya berupa verba berakhiran –na. Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang berciri benefaktif, atau kalimat perintah yang memiliki kepentingan untuk orang yang menyuruh (penutur). Sebagai contoh. (20)
Nuk, tukakna ‘Nuk, belikan
Lombok!. Cabai’.
(21)
Tin, gawekna wedang!. ‘Tin, buatkan minum’.
(22)
Bukana lawang kae ton!. ‘Bukakan pintu itu ton’.
(23)
Bapak jupukna ciduk! Ayah ambilkan gayung’.
Kalimat (20), (21), (22), dan (23) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya (P) berupa verba berakhiran –na, yaitu tukakna ‘belikan’ (20), gawekna ‘buwatkan’ (11), bukakna ‘bukakkan’ (12), jupukna ‘ambilkan’ (13) verba berakhiran –na pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (20), (21), (22), dan (23) merupakan verba aktif intransitif, karena dalam pemakaiannya menuntut adanya pelaku yang mengisi subjek (S) dan peran penderita atau pasien yang mengisi objek (O). Dengan demikian kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –na memiliki struktur yang sama dengan kalimat aktif intransitif yaitu S- P- O. hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(20a) Nuk, O ‘Nuk,
tukakna P belikan
31
lombok!. S cabai.’
(21b) Tin, gawekna wedang!. O P S ‘Tin, buatkan minum’.
(22c) Ton, O ‘Ton,
bukakna P bukakan
lawang !. S pintu’.
(23d) Bapak jupukna ciduk! O P S ‘Ayah ambilkan gayung’
2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –ana Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –ana adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –ana. Berikut contohnya. (24)
Golekana seng jenenge joko, dekne nde utang ro aku!. ‘Carikanlah yang bernama Joko, dia punya hutang sama
saya’.
(25)
Tris, tumpukan buku kae ‘Tris, tumpukan buku itu
(26)
Tik, berase ‘Tik, beras itu
samakana!. sampulilah’.
pususana! bersihkanlah’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Contoh kalimat (24), (25), (26) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba berakhiran –ana yaitu, tulisana ‘tulisilah’ (24), golekana‘carikanlah’ (25), dan pususana ‘bersihkanlah’ (26). Verba berakhiran ana pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (24), (25), dan (26) merupakan verba pasif. Karena dalam pemakainnya memiliki makna untuk memerintah orang kedua. Sebagai contoh. (24a) Lis, temboke Ket S ‘Lis, t emboknya
(25b)
Tris, Ket ‘Tris,
bukumu S bukumu
(26c)
Tik, Ket ‘Tik,
berase S beras itu
tulisana!. P tulislah’.
samakana!. P sampulilah’ pususana! P bersihkanlah’.
2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Larangan Aja Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran aja adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba pasif karena dalam pemakainannya menggunakan verba kok dan makna kalimat dilakukan oleh orang kedua baik tunggal, maupun jamak. Sebagai contoh: (27)
Sepedhane ‘ Sepedanya
aja jangan
(28)
Bukune aja ‘Bukunya jangan
kokgawa!. kamu bawa’.
kokwaca kamu baca
saiki!. sekarang’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(29)
Rotine ‘ Rotinya
aja jangan
(30)
Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. ‘Jangan bermain, Mas” Swara saya masih tinggi’.
(31)
Aja nangis nang kene, Wi!. ‘Jangan menagis disini Wi’.
33
kokpangan!. kamu makan’.
Kalimat (27), (28), dan (29) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif, yaitu kokgawa ‘kamu bawa’ (27), kokwaca ‘kamu baca’ (28), kokpangan kamu makan’ (29). Verba pada kalimat (27), (28), dan (29) merupakan verba pasif. Karena dalam pemakaiannya menggunakan verba kok, serta maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan olah oleh orang kedua, baik tunggal, maupun jamak. Sedangkan pada kalimat (30) dan (31) merupakan kalimat imjperatif yang predikatnya berupa verba aktif yaitu nangis ‘menangis’ (31) dan dolanan ‘bermain’ (30). Walaupun kalimat (30) dan (31) merupakan verba aktif, namun dapat digolongkan ke dalam verba pasif, karena menyatakan perbuatan oleh orang kedua. Kalimat perintah pada jenis ini, merupakan kalimat perintah yang maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Sebagai contoh. (27a) Sepedhane aja S ‘ Sepedanya jangan
kok gawa!. P kamu bawa’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(28b) Bukune aja S ‘Bukunya jangan
(29c) Rotine S ‘ Rotinya
kok waca P kamu baca
aja
saiki!. Ket. sekarang’.
kok pangan!. P kamu makan’.
jangan
(30d) Aja
34
dolanan, Mas” P S ‘Jangan bermain Mas”
Swaraku
isih dhuwur!. Ket Swara saya masih tinggi’.
(31e) Aja
nangis nang kene, Wi!. P Ket S ‘Jangan menangis disini Wi’.
Kalimat
(27-31)
merupakan
kalimat
perintah
karena
maknanya
menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Selain memiliki intonasi perintah, kalimat (27-31) diberi penanda perintah aja. 2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Ajakan Ayo Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah ayo merupakan kalimat pasif, karena makna dari kalimat tersebut menunjuk kepada orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Di dalam bahasa Jawa ditemukan kailamat perintah dengan penada perintah ayo. Kalimat imperatif yang berpenanda ayo ditandai dengan kata ajakan yaitu kata ayo. Penanda perintah ayo dalam kalimat ini, tidak dapat dihilangkan. Perintah dalam kalimat ini, bertumpu pada penanda perintah ayo. Sebagai contoh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
(32)
Ayo, kita kabeh nonton ‘ Ayo, kita semua melihat
(33)
Ayo, ‘Mari,
(34)
Mangkat ndhisik ‘Berangkat dahulu
yo!. yuk’.
(35)
Ayo Her saiki ‘Mari Her sekarang
metu!. keluar’.
(36)
Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat!. ‘kalau begitu mari dicari, Wi. Ini sudah pukuletengah empat’.
(37)
Wi, ayo boncengan wae!. ‘Wi, mari boncengan saja’.
diangkat diangkat
bal-balan!. sepak bola’.
lemarine! almarinya’
Kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, merupakan kalimat pasif, karena mengacu pada orang pertama dan orang kedua. Dalam kalimat imperatif yang berpenanda ayo, pengisi subjek (S) dikenakan tindakan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam contoh berikut.
(32a) Ayo, kita
kabeh nonton Bal-balan!. S P O ‘Mari, kita semua melihat sepak bola’.
(33b) Ayo,
diangkat P ‘Mari, diangkat
(34c)
lemarine! S almarinya’.
Mangkat ndhisik yo Ton!’ O P S ‘Berangkat dahulu yuk Ton’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(35d)
Ayo ‘Mari
Her S Her
saiki P sekarang
36
metu!. keluar’.
(36e) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat! P P S Ket. Waktu ‘Kalau begitu mari dicari ,Wi. Ini sudah pukul setengah empat’.
(37d)
Wi, ayo boncengan wae!. S P ‘Wi, mari boncengan saja’.
2.3.7 Kalimat Imperatif yang berpenanda Kata Perintah Mangga Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah manga merupakan kalimat yang memiliki makna untuk memerintah pada orang kedua. Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran manga, merupakan kalimat pasif. Sebagai contoh:
(38)
(39)
Mangga,
Pak S ‘Silahhkan, Pak
Mangga, ‘Silahkan,
Bu S Bu
dikon P disuruh
madhang sikek! O Ket. Wkt makan terlebih dahulu’.
ditunggu P ditunggu
kene! Ket disini’.
Kalimat (38) dan (39) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga ‘silahkan’. Selain itu kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga ‘Silahkan’, merupakan kalimat yang verbanya pasif intransitif karena dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
pemakainnya menuntut adanya peran pernderita atau yang disebut dengan objek (O). 2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –e Kalimat imperatif yang berpenanda berakhiran –en merupakan kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Sebagai contoh. (40)
Aku ngelak banget, gaweke wedang!. ‘saya haus sekali, buatkan minum’.
(41)
Ton, aku jajakke bakso nang kantin!. Ton, saya belikan bakso di kantin’.
Pada kalimat (40) dan (41) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba berkhiran –e. kalimat (40) dan (41) merupakn kalimat aktif, karea dalam pemakainnya menuntut adanya peran pelaku pengisi (S) dan peran penderita pengisi (0).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA
3.1 Pengantar Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki beberapa maksud. yaitu Pertama, maksud untuk memerintah. Kedua, maksud untuk melarang. Ketiga, maksud untuk mempersilahkan, keempat, maksud untuk meyuruh secara berulang-ulang. Dan kelima, maksud untuk mengajak. Dalam bab ini akan dibahas maksud kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko mengandung maksud untuk menyuruh, melarang, menyuruh melakukan tindakan secara berulang-ulang, ajakan, serta maksud untuk mempersilahkan. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud menyuruh adalah kalimat imperatif dengan verba perintah –a, kalimat imperatif dengan penanda perintah –en, kalimat imperatif dengan verba perintah –na. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud untuk melakukan tindakan secara berulang-ulang adalah, kalimat imperatif dengan verba perintah –ana. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud untuk melarang adalah, kalimat imperatif dengan verba perintah –Aja ‘Jangan’. kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang memiliki maksud ajakan yaitu kalimat imperatif dengan verba perintah –Ayo ‘Mari’. 38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kalimat
imperatif
dalam
bahasa
jawa
yang
memiliki
maksud
39
untuk
mempersilahkan yaitu kalimat imperatif yang berpenanda verba perintah Mangga ‘Silahkan’. Bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang dijadikan tolak ukur melakukan komunikasi dengan mitra
tutur. Tuturan beserta informasi yang
dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya. ( Baryadi 2012:17 ). 3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan Kalimat imperatif yang mengandung maksud suruhan ialah kalimat imperatif dengan verba akhiran –a, kalimat imperatif dengan verba akhiran –en, kalimat imperatif dengan verba akhiran –na, dan kalimat imperatif dengan verba akhiran –ana. Contoh: (1) Tut njupuka panci!. ‘ Tut ambilah panci’.
(2) Tan mangana sega dishik!. ‘Tan makanlah nasi dahulu’.
(3) Ton, platarane supunen! ‘Ton, halamannya disapu’.
(4) Tri, aku ‘Tri, saya
jupukna wedang! diambilkan minuman’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Maksud dari kalimat (40) adalah menyuruh seseorang yang bernama Ton, untuk mengambilkan panci atau peralatan dapur. Dalam kalimat (41) mengandung maksud untuk menyuruh seseorang yang bernama Tan, untuk makan nasi terlebih dahulu. Maksud kalimat (42) adalah menyuruh seseorang yang bernama Ton, untuk menyapu halaman. Maksud kalimat (43) adalah menyuruh seseorang yaitu Tri untuk mengambilkan minum. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko yang mengandung maksud suruhan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran –a dan -en, yaitu Njupuka ‘ambilah’ (40). Mangana ‘makanlah’ (41). Sapunen ‘sapulah’ (42). Jupukna ‘ambilkan’ (43). 3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan Kalimat imperatif yang mengandung maksud larangan ialah kalimat imperatif dengan verba aja. Kalimat jenis ini memiliki maksud untuk melarang agar seseorang tidak melakukan sesuatu. Contoh: (5) Aja, mbuang sampah sembarangan! ‘Jangan, membuang sampah sembarangan.’
(6) Wedange aja diombe ‘Minumanya jangan diminum.’
(7) Aja ‘Jangan (8)
Aja ‘Jangan
dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. bermain, Mas” Swara saya masih tinggi!’. nagis nang kene, menagis disini
Wi!. Wi’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Pada kalimat (44) mengandung maksud, melarang seseorang agar tidak membuang sampah sembarangan. Pada kailmat (45) mengandung maksud melarang seseorang untuk tidak minum. Pada kalimat (46) mengandung maksud melarang seseorang agar tidak bermain-main. Pada kalimat (47) mengandung maksud melarang seseorang, agar tidak menangis. Kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang merupakan kalimat yang berpenanda verba – aja ‘jangan’. 3.4
Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan Kalimat imperatif yang mengandung maksud ajakan ialah kalimat
imperatif yang berpenanda verba Ayo ‘Mari’. Contoh: (9)
Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!. ‘ Mari, kita semua melihat sepak bola’.
(10) Ayo, diangkat ‘Mari, diangkat
lemarine! almarinya’.
(11)
Ayo, ‘Mari,
lungguh nang ngarep!. duduk di depan’.
(12)
Bali ndhisik yo!. ‘Pulang dahulu yuk’.
(13)
Ayo Her ‘Mari Her
saiki sekarang
metu!. keluar’.
(14)
Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki
wes
jam
setengah papat!.
‘Kalau begitu mari dicari , Wi. Ini sudah pukul setengah empat’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(15)
42
Wi, ayo boncengan wae!. ‘Wi, mari boncengan saja’.
Pada kalimat (48) mengandung maksud, mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk menonton pertandingan sepak bola. Pada kailmat (49) mengandung maksud mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk bersama-sama mengangkat almari. Pada kalimat (50) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk duduk di depan. Pada kalimat (51) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk pulang terlebih dahulu. Pada kalimat (52) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk keluar terlebih dahulu. Pada kalimat (53) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama dan seseorang yang bernama Wi, untuk mencari seseorang karena sudah pukul setengah empat. Pada kalimat (54) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama dan orang kedua untuk berboncengan saja. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang mengandung maksud ajakan adalah kalimat yang berpenanda verba –ayo. 3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara Berulang-ulang Kalimat imperif yang tergolong memiliki maksud menyuruh secara berulang-ulan ialah kalimat imperatif dengan penanda verba –ana Contoh: (16)
Duwitku nang ndi, golekana Ton!. ‘Uang saya dimana, carikanlah Ton’.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(17)
Tris, bukumu ‘Tris, bukumu
43
samakana!. sampulilah.’
Pada kalimat (55) mengandung maksud menyuruh seseorang yang bernama Ton, untuk membantu mencarikan uang. Pada kalimat (56) mengandung maksud menyuruh seseorang yang bernama Tris, untuk meberi sampul pada buku yang ia miliki secara berulang- kali. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang mengandung maksud menyuruh secara berulang-kali adalah kalimat yang berpenanda verba –ana yaitu golekana 'carikanlah' (55), samakana ‘sampulilah’ (56). 3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan Kalimat imperatif yang tergolong memiliki maksud untuk mempersilahkan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga ‘Silahkan’. Contoh: (18) Mangga, dikon mangan ndhisek! ‘Silahhkan, disuruh makan terlebih dahulu’.
(19) Mangga, ‘Silahkan,
Bu Bu
(20) Mangga, mas ‘Silahkan, mas
ditunggu ditunggu
mampir datang
nang kene! disini’.
omah kerumah
ku saya
sikek! dahulu’.
Pada kalimat (57) mengandung maksud untuk mempersilahkan orang kedua, orang ketiga baik tunggal maupun jamak agar makan terlebih dahulu. Pada kalimat (58) mengandung maksud untuk memepersilahkan kepada orang yang lebih tua (Bu) agar menunggu terlebih dahulu. Pada kalimat (59) mengandung maksud untuk mempersilahkan agar anak muda (Mas) berkunjung kerumah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
penutur. Kaliamat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko yang mengadung maksud mempersilahkan adalah kalimat yang berpenanda verba mangga. 3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan Kalimat imperatif yang mengandung maksud permintaan, merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –na, kata mbok…-na, tulung…-e, tulung…-a. Sebagai contoh: (21)
Aku, ngeleh tukokna maeman!. ‘Saya, lapar belikan makanan’
(22)
Aku pengen pelem, mbok opekna!. ‘Saya ingin buah mangga, tolong petikan’.
(23)
Radit mau endi, tulung golekke!. ‘Radit tadi mana, tolong carikan’.
(24)
Tulung der masakka, aku wes kaliren!. ‘ Tolong Der masak, saya sudah kelaparan’.
Pada kalimat (60) mengandung maksud permintaan yaitu, meminta mitra wicara agar membelikan makanan. Pada kalimat (61) mengandung maksud permintaan yaitu meminta mitra wicara agar memetikkan buah mangga. Pada kalimat (62) megandung maksud permintaan yaitu meminta mitra wicara agar mencari seseorang yang bernama radit. Pada kalimat (63) mgandung maksud permintaan, yaitu meminta mitra wicara (Der) agar segera masak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah Kalimat imperatif yang mengandung maksud marah merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en, -na. berikut contohnya. (25)
Panganen segane kuwi!. 2 3 2 3 2 3# ‘Makanlah nasi itu’.
(26)
Bukakna lawang!. 2 3 2 3 # ‘ Bukakkan pintu’.
Pada kalimat (64) megandung maksud marah, menyuruh menyuruh mitra wicara agar makan nasi. Pada kalimat (65) mengandung maksud marah, yaitu menyuruh mitra wicara agar membukakan pintu. 3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan Kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang mengandung maksud meminta bantuan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en, kata tulung. Berikut contohnya. (27)
Delo engkas ana amu, tulung disapu nggon ruang tamu!. ‘Sebentar lagi ada tamu, tolong disapu bagian ruang tamu’.
(28)
Aku mangkel karo Anton, jiweten!. ‘Saya jengkel sama Anton, cubitkan’. Pada kalimat (66) mengandung maksud permintaan, yaitu meminta tolong kepada Mitra wicara agar menyapu ruang tamu karena sebentar lagi aka ada tamu yang datang. Pada kalimat (67) mengandung maksud permintaan, yaitu meminta kepada mitra wicara agar segera mencubit Anton.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan tentang jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko pada bab II dan maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko pada bab III, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, bahwa kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat imperatif yang tak berpenanda. Kalimat imperatif yang berpenanda dapat dibedakan menjadi enam jenis Pertama, kalimat imperatif yang berpenanda verba –a. Kedua, kalimat imperatif berpenanda verba –en. Ketiga, kalimat imperatif yang berpenanda verba –na. Keempat, kalimat imperatif yang berpenanda verba – ana. Kelima, Kalimat imperatif dengan penada perintah aja. Keenam, kalimat imperatif dengan penanda perintah verba ayo. Ketujuh, kalimat imperatif dengan penanda perintah mangga. Kedelapan kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –e. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut., Pertama kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba perbuatan. Kedua, kalimat imperatif yang bersetruktur S-P. Ketiga, kalimat imperatif yang bersetruktur S-P-O. Keempat, kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif.
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Kedua, maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko. Maksud dapat dimengerti sebagai kehendak yang dijadikan tolak ukur untuk melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mirta tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi 2012:17). Maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut. Pertama kalimat imperatif yang mengandung maksud menyuruh, kalimat jenis ini ditandai oleh verba –a, en, -na. Kedua, kalimat imperatif yang mengandung maksud melakukan tindakan secara berulang-ulang, kalimat jenis ini ditandai oleh verba –ana. Ketiga, kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang, kalimat jenis ini ditandai oleh verba –aja. Keempat, kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, kalimat jenis ini ditandai oleh verba ayo. Kelima, kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan, kalimat jenis ini ditandai oleh verba mangga. Keenam, kalimat imperatif yang mengandung maksud bantuan, kalimat jenis ini ditandai oleh kata tulung dan penanda verba berakhiran –e. Ketujuh kalimat imperatif yang mengandung maksud permintaan kalimat jenis ini ditandai oleh berpenanda verba berakhiran –na, kata mbok…-na, tulung…-e, tulung…-a. Kedelapan kalimat imperatif yang mengandung maksud marah, kalimat jenis ini ditandai oleh verba berakhiran –en, -na.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
4.2 Saran Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko masih dapat diperluas lagi permasalahannya. Sebagai contoh, kalimat Imperatif dalam bahasa jawa krama dan krama inggil. Begitu pula dialek dapat diperluas tentang kalimat imperatif dalam bahasa jawa diluar dialek yogyakarta. .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
DAFTAR PUSTAKA Baryadi. Praptomo, I. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan (edisi revisi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Dendy, Sugono, dkk (editor). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Herawati. 2012. Risalah Penelitian. Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta. Kesuma, Jati, Mastoyo, Tri. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Jakarta: Carasvatibooks. Kridalaksana, Harimukti. 1993. Kamus Linguistik (edisi ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Purnami Hendri, Wening. 2009. Fungsi Kalimat Imperatif Wacana Hortatori Khotbah Jumat Agung Dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa. Rahardi, R. Kunjana. 2010. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Ramlan, M. 1983. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono. Riyadi, Slamet. 1993. “Kalimat Perintah dalam Bahasa Jawa”. Dalam Widyaparwa. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa, hlm. 63-106 Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
LAMPIRAN DATA
1. Ayo Her saiki metu!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:23) 2. Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat! (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33) 3.
Wi, ayo boncengan wae!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)
4. Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33) 5. Aja nagis nang kene, Wi!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33) 6. Tan mangana sega dhisik!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75) 7. Tut njupuka panci!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75) 8. Rin, ngombea obat, ben cepet mari watukmu!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75) 9. Lunga!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 78 ) 10. Pecahen asbak kuwi!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 84) 11. Lis temboke tulisana!. (Wiyaparwa, 40 Maret 1998: 91) 12. Tris bukumu samakana!. (Wiyaparwa, 40 Maret 1998: 91) 13. Mangga lungguh ndhisik! 14. Aja ngrokok nang kene!. 15. Ndene saiki!. 16. Ton, jupuk pelem iki!.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17. Dit, gawe layangan! 18. Tri, ngombe wedang anget! 19. Jok mangan roti sek!. 20. Mangga, dikon mangan sikek! 21. Mangga, Bu ditunggu nang kene! 22. Mangga, mas mampir omah ku sikek! 23. Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!. 24. Ayo, diangkat lemarine!. 25. Ayo, lungguh nang ngarep!. . 26. Bali ndhisik yo!. 27. Aja, mbuang sampah sembarangan! 28. Wedange aja diombe!. 29. Nuk, tukakna lombok!. 30. Tin, gawekna wedang!. 31. Bukana lawang kae ton!. 32. Bapak jupukna ciduk! 33. Lungguh! 34. Cepet tangi!. 35. Cepet lunga!. 36. Adus!.
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37. Tase di jupuk! 38. Thiwule di pangan!. 39. Jangane dinehke dhuwur meja! 40. Platarane disapu!. 41. Kambil kae dijupuk!. 42. Segane dipangan!. 43. Adola kambil!. 44. Tukua beras !. 45. Jupukna wedang!. 46. Tri ngombea obat!. 47. Sepedhane aja kokgawa!. 48. Bukune aja kokwaca saiki!. 49. Rotine aja kokpangan!. 50. Mangga, tindak rumiyen!. 51. Jupukna gelas kae!. 52. Aja turu nang kene!. 53. Bungkusana permen kae!. 54. Kowe tukua beras!. 55. Aku, tukokna sate!. 56. Jupukna kambil kae!. 57. Saponana, omah ngarep!.
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58. Aku,
ngeleh tukokna maeman!.
59. Aku pengen pelem, mbok opekna!. 60. Radit mau endi, tulung golekke!. 61. Aku, ngeleh tukokna maeman!. 62. Tulung der masakka, aku wes kaliren!. 63. Panganen segane kuwi!. 64. Aku mangkel karo Anton, jiweten!. 65. Delo engkas ana tamu, tulung disapu nggon ruang tamu!. 66. Duwitku nang ndi, golekana Ton!.
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
BIOGRAFI DERI RISTO (104114006) lahir di Bantul, 31 Maret 1992. Masuk Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma pada tahun 2010. Tugas akhir yang berjudul “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” mengantarkan penulis mendapatkan gelar sarjana. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penulis SD N 1 Gading (1997-2003), SMP N 1 Kretek (2003-2007), kemudian melanjutkan di SMA Steladuce 3 Ganjuran (2007-2010). Penulis saat ini tinggal di sebuah desa kecil yang
berada di selatan Yogyakarta, tepatnya di desa Temu, Donotirto,
Kretek, Bantul.