PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA BANGUNJAYA SEJAK TAHUN 1980-AN
SITTI HADIJAH
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun 1980-an adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Sitti Hadijah NIM I34090123
ABSTRAK SITTI HADIJAH. Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun 1980-an. Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi yang diawali dengan pembangunan yang terjadi pada tahun 1985 di Desa Bangunjaya memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan adalah perubahan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Desa Bangunjaya yaitu pada aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat serta tingkat kesejahteraan masyarakat. Perubahan pada aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat adalah perubahan pada sistem pemerintahan, meningkatnya keberagaman mata pencaharian, perubahan stratifikasi sosial, adanya kelompok-kelompok sosial baru, serta pergeseran nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Disamping itu, perubahan pada tingkat kesejahteraan adalah adanya perbedaan kondisi pendidikan, kesehatan, dan pendapatan saat tahun 1980-an dan saat penelitian dilakukan menurut persepsi masyarakat. Sikap masyarakat terhadap perubahan sosial sebagian besar bernilai positif. Sikap masyarakat terhadap perubahan sosial memiliki hubungan yang positif dengan karakteristik responden yang meliputi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Hubungan yang negatif ditunjukkan dari sikap masyarakat terhadap perubahan sosial dengan karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, dan status sosial. Kata kunci: perubahan struktural dan kultural, perubahan tingkat kesejahteraan, dan sikap masyarakat
ABSTRACT SITTI HADIJAH. Social Change of Rural Community in the Village of Bangunjaya since in 1980’s. Supervised by RILUS A. KINSENG. The result showed that modernization that began with the construction which going on in 1985 in the village of Bangunjaya an impact on people's lives. The effect is the change in aspects of community life in the village Bangunjaya the structural aspects and the cultural community and the public welfare. Changes in aspects of structural and cultural changes in the society is the system of government, the increasing diversity of livelihoods, changes in social stratification, the new social groups, as well as a shift in values and norms that exist in society. In addition, changes in the level of welfare is the difference in the condition of education, health, and income in 1980’s and the time the study was conducted according to public perception. Public attitudes towards social change mostly positive value. Public attitudes towards social change has a positive relationship with respondent characteristics including education level and income level. A negative relationship was indicated from public attitudes toward social change with respondent characteristics including age, gender, and social status. Key words: structural and cultural changes, changes in the level of welfare, and public attitudes
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA BANGUNJAYA SEJAK TAHUN 1980-AN
SITTI HADIJAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun 1980-an Nama : Sitti Hadijah NIM : I34090123
Disetujui oleh
Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun 1980-an”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Muslimin, (Alm) Ibunda Hj. Megawati, dan saudara-saudara saya yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, dukungan dan kasih sayang untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan masukan dan bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen beserta staf KPM atas ilmu yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Bangunjaya khususnya masyarakat Kampung Cimpag atas kesediaan waktunya dalam memberikan informasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman KPM 46 atas kebersamaannya selama di KPM. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman APD atas kebersamaannya selama di asrama yang memberi warna berbeda di kehidupan kampus. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi yang membacanya.
Bogor, Juli 2013 Sitti Hadijah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
2
Tujuan Penelitian
3
Kegunaan Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
5
Konsep Perubahan Sosial
5
Level Perubahan Sosial
6
Sumber Perubahan Sosial
7
Identitas Perubahan Sosial
7
Pengertian Sikap
8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
8
Kerangka Pemikiran
8
Hipotesis Penelitian
9
Definisi Konseptual
10
Definisi Operasional
11
METODE PENELITIAN
15
Pendekatan Penelitian
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Teknik Pengumpulan Data
16
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
17
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
19
Kondisi Geografis Desa Bangunjaya
19
Kondisi Demografis Desa Bangunjaya
20
Infrastruktur Desa Bangunjaya
21
Gambaran Aktivitas Pertanian
22
Potensi Lokal Kampung Cimapag
24
PERUBAHAN STRUKTURAL DAN KULTURAL PADA MASYARAKAT DESA SEJAK TAHUN 1980-AN Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya
25 25
Dinamika Pemerintahan Desa
29
Ragam Mata Pencaharian
32
Stratifikasi Sosial
35
Kelompok-Kelompok Sosial
37
Norma dan Nilai
39
PERUBAHAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA SEJAK TAHUN 1980-AN
43
Tingkat Pendidikan
43
Tingkat Kesehatan
45
Tingkat Pendapatan
46
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
49
Karakteristik Responden
49
Sikap Masyarakat terhadap Perubahan Sosial
51
Hubungan antar Sikap terhadap Perubahan Sosial dengan karakteristik Individu
52
SIMPULAN DAN SARAN
57
Simpulan
57
Saran
58
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
97
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tingkat analisis perubahan sosial Definisi operasional Luas pemanfaatan lahan di Desa Bangunjaya tahun 2012 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bangunjaya Jumlah penduduk yang sekolah dan yang tidak sekolah menurut tingkat usia di Desa Bangunjaya Mata pencaharian penduduk Desa Bangunjaya tahun 2012 Sarana peribadatan Desa Bangunjaya tahun 2012 Fasilitas perekonomian Desa Bangunjaya tahun 2012 Persentase jumlah responden menurut perubahan tingkat pendidikan masyarakat Persentase jumlah responden menurut perubahan tingkat pendidikan keluarga Persentase jumlah responden berdasarkan perbedaan tingkat kesehatan keluarga Persentase jumlah responden berdasarkan perbedaan tingkat pendapatan keluarga Jumlah responden menurut tingkat usia dan kelas sosial masyarakat Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dan kelas sosial masyarakat Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan Jumlah responden menurut tingkat pendapatan dan kelas sosial masyarakat Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara status sosial dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase responden antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap perubahan sosial
6 11 19 20 20 21 22 22 44 44 46 47 49 50 50 51 52 53 54 55 56
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka pemikiran Sejarah desa dan dinamikanya Dinamika pemerintahan desa Perubahan ragam mata pencaharian Perubahan lapisan pada stratifikasi sosial masyarakat Perubahan nilai dan norma pada masyarakat
9 28 31 35 37 42
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Peta Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Kuesioner Kerangka sampling Dokumentasi Hasil uji korelasi Rank Spearman Hasil uji perbedaan Chi-Square Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa
61 62 64 86 89 92 95
1
PENDAHULUAN Bagian pendahuluan membahas landasan pemikiran dari penulisan skripsi ini. Landasan pemikiran tersebut dipaparkan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta yang mendukung terhadap perubahan sosial masyarakat desa. Kemudian permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian dipaparkan dalam perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan terhadap permasalahan-permasalahan dalam penelitian. Sementara kegunaan penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.
Latar Belakang Berbicara tentang desa maka gambarannya berupa komunitas kecil, pertanian, dan lokalitas baik tempat tinggal maupun pemenuhan kebutuhan (Rahardjo 2004). Desa-desa di manapun cenderung memiliki karakteristik tertentu yang sama. Namun, jika ada ciri umum maka adapula ciri khusus. Oleh karena itu, satu kebijakan atau penetapan keputusan yang bersifat seragam dan berlaku untuk semua memiliki pengaruh dan hasil yang berbeda-beda pula menyesuaikan dengan karakteristik atau ciri khusus tadi. Pengkajian secara spesifik terhadap desa tertentu atas suatu peristiwa tertentu akan memberikan hasil yang berbedabeda. Pembangunan merupakan salah satu unsur penting dari suatu tanda adanya sebuah perubahan. Pembangunan Indonesia sejak tahun 1980-an hingga kini mengalami perubahan yang baik, meskipun pembangunan Indonesia seringkali mengalami pasang-surut. Pembangunan daerah di Indonesia sejak tahun 1969, telah membawa banyak kemajuan dalam peningkatan kualitas hidup yang ditunjukkan dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup. BPS menuliskan IPM di Jawa Barat pada tahun 1990 mencapai 41.8 dan pada tahun 2012 mencapai 73.19. IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 73.19 poin tersebut dengan pencapaian indikator komposit pada indeks pendidikan mencapai 82.75 poin, indeks kesehatan mencapai 72.67 persen dan indeks daya beli 64.17 persen.1 Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup manusia khususnya di Jawa Barat. Hal yang lumrah bahwa tingkat pembangunan dan perkembangan ekonomi satu daerah berbeda dengan daerah lain. perbedaan ini antara lain karena perbedaan topografi, sumberdaya alam, kegiatan ekonomi serta jumlah penduduk. Bagaimana dengan tingkat pembangunan dan perkembangan ekonomi dalam satu lingkup daerah. Kondisi idealnya adalah data secara makro di tingkat daerah ini juga diikuti dengan kondisi pembangunan di tingkat desa. 1
Dikutip dari tulisan IPM Jabar Naik, Gubernur Mengaku Belum Puas, diterbitkan harian Antara Jawa Barat, Jum’at 22 Maret 2013 http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/42742/ipm-jabarnaik-gubernur-mengaku-belum-puas [diunduh pada tanggal 17 Juni 2013]
2
Pembangunan di Era Orde Baru dengan kebijakan pembangunannya yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I-VI ternyata mengalami ketimpangan pembangunan. Hal tersebut ditandai dengan tercetusnya Undang-Undang No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah. Dalam aplikasinya otonomi daerah cukup banyak memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan, tetapi tidak sedikit pula pengaruh negatif yang ditimbulkan. Hasil penelitian yang dilakukan Yulian (2008) mengenai kajian pembangunan daerah dan kemiskinan pedesaan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 4 tahun semenjak otonomi daerah dilaksanakan, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara dari data yang dihimpun secara makro menunjukkan penurunan. Namun di tingkat mikro, program penanggulangan kemiskinan seperti Santunan Warga Tidak Mampu (SWTM) yang digagas pemerintah daerah dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang digagas oleh pemerintah pusat justru saling tumpang tindih dan belum berhasil membawa orang miskin untuk lebih sejahtera. Otonomi daerah dimana pemerintah daerah mendapatkan mandat dalam pengambilan keputusan terkait dengan pembangunan daerah berimplikasi pada masuknya “orang luar” dengan tujuan memajukan masyarakat daerah. Fakta hasil penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2011) mengenai dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek sosial-ekonomi dan ekologi masyarakat menunjukkan bahwa keberadaan perusahaan memberikan pengaruh positif pada pendapatan Kota Samarinda dan peluang berusaha masyarakat. Namun, kondisi tersebut hanya dirasakan oleh segelintir orang saja. Salah satu kegagalan pembangunan di tahun 1980-an yang masih merupakan bagian dari era orde baru adalah keputusan yang terpusat pada pemerintah pusat. Partisipasi atau peran aktif dari masyarakat kurang mendapat tempat dalam proses pembangunan. Reformasi pun menjadi momentum perubahan arah pembangunan yang tidak lagi hanya berasal dari pemerintah pusat melainkan berasal juga dari masyarakat. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat menjadi bagian penting dalam pembangunan. Sikap masyarakat terhadap adanya pembangunan sebagai wujud adanya perubahan dapat menjadi tanda bahwa apakah pembangunan memang berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Fakta-fakta penelitian yang telah dipaparkan memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu 1980-an hingga kini terdapat sejumlah perubahan di masyarakat. perubahan yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung dalam proses yang panjang. Secara makro pembangunan tiap tahunnya mengalami peningkatan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah pembangunan secara makro di tingkat daerah tersebut juga diikuti dengan pembangunan di tingkat mikro yakni di tingkat pedesaan. Selanjutnya bagaimana dengan sikap masyarakat terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, Perubahan sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut menjadi penting dan menarik untuk dikaji.
Masalah Penelitian Perubahan yang terjadi di tingkat makro sejak tahun 1980-an idealnya juga menggambarkan perubahan yang serupa pada tingkat mikro, dalam hal ini
3
setidaknya satu atau dua aspek yang serupa di tingkat pedesaan. Penelitian ini mengkaji perubahan sosial pada masyarakat Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg khususnya Dusun 04 dan Dusun 05. Berdasarkan hal ini muncul beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1. Aspek-aspek apa pada kehidupan masyarakat Desa Bangunjaya yang mengalami perubahan dan aspek-aspek apa pula yang relatif tidak mengalami perubahan? 2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial atau sumber perubahan sosial tersebut? 3. Bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut dan bagaimana hubungan sikap tersebut dengan karakteristik individu masyarakat Desa Bangunjaya?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis aspek-aspek pada masyarakat yang mengalami perubahan maupun aspek-aspek yang relatif tidak mengalami perubahan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial atau sumber perubahan. 3. Menganalisis sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut dan hubungan antara sikap tersebut dengan karakteristik individu masyarakat Desa Bangunjaya.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang memiliki minat dalam studi perubahan sosial di pedesaan, Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai perubahan sosial pada aspek-aspek kehidupan masyarakat di tingkat desa dengan karakteristik tertentu dan sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut. 2. Bagi masyarakat Dapat memberikan gambaran kepada masyarakat untuk mengetahui aspekaspek kehidupan sosial masyarakat apa saja yang telah mengalami perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan. 3. Bagi pemerintah Dapat menjadi gambaran bahwa peristiwa-peristiwa di tingkat daerah yang menunjukkan perubahan dengan adanya pembangunan juga sebaiknya diikuti atau dibuktikan di tingkat desa.
4
5
TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menjelaskan acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat antara lain konsep perubahan sosial, level perubahan sosial, sumber perubahan sosial, identitas perubahan sosial, pengertian sikap, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap. Disamping itu, bagian ini juga memaparkan kerangka pemikiran dari penelitian ini, hipotesis penelitian, definisi konseptual, dan definisi operasional.
Konsep Perubahan Sosial Teori Perubahan Sosial (Social Change Theory) Comte (1798-1857) dikutip Salim (2002) menjelaskan konsep Social Static (bangunan struktural) dan Social Dynamics (dinamika struktural). Social static berbicara tentang struktur yang memuat pengelompokkan masyarakat berdasarkan kelas-kelas tertentu sedangkan social dynamic membahas dinamika dari struktur yang berubah atau proses perubahan kelas-kelas masyarakat dari satu masa ke masa yang lain. Perubahan sosial ada pada dinamika struktural dimana isu perubahannya meliputi bagaimana kecepatannya, arahnya, bentuknya, agennya (perantara) serta hambatan-hambatannya. Horton dan Hunt (1984) menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. Perubahan sosial antara lain meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, penurunan kadar rasa kekeluargaan dan informalitas antar tetangga karena adanya perpindahan orang dari desa ke kota, dan perubahan peran suami sebagai atasan yang kemudian menjadi mitra. Menurut Vago (1989) perubahan sosial dikonseptualisasikan sebagai proses terencana atau tidak terencana, perubahan kualitatif atau kuantitatif dalam fenomena sosial yang dapat digambarkan dalam enam bagian secara kontinum yang tersusun saling berhubungan sebagai komponen analisis. Perubahan sosial oleh Vago (1989) juga dianggap sebagai proses modernisasi yang menjelaskan bahwa modernisasi dimulai dari tiga cara, yaitu: 1. Modernisasi merupakan hasil dari industrialisasi pada sebuah negara, yang membawa perubahan sistem nilai, tingkah laku, adat, orientasi baru pada produksi, dengan motivasi untuk mendukung terealisasinya industrialisasi. 2. Modernisasi merupakan hasil spontan yang merupakan bentuk kontak antara kebudayaan produk pembangunan dengan masyarakat yang kurang membangun. 3. Modernisasi merupakan akibat perencanaan ekonomi pemerintah. Dengan demikian proses modernisasi memerlukan waktu yang lama, yang mengikuti proses pembangunan ekonomi dan industri. Pencapaian tingkat ekonomi dan stabilitas ekonomi negara dan proses industrialisasi merupakan prasyarat untuk menuju masyarakat yang modern.
6
Level Perubahan Sosial Vago (1989) memandang bahwa perubahan sosial dapat dilihat dari identitas perubahan, tingkatan, level, arah, besaran dan laju perubahan. Identitas perubahan adalah fenomena sosial tertentu yang sedang mengalami transformasi seperti perilaku, sikap, pola interaksi, struktur kewenangan, laju produktivitas. Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik. Pada tingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi. Pada tingkat mikro terjadi perubahan interaksi perilaku individual. Perubahan juga memiliki tingkatannya masing-masing sesuai dengan bentuk dan proses perubahan yang terjadi. Secara lebih terperinci level-level perubahan sosial dan bentuk perubahannya dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 1 Tingkat analisis perubahan sosial Tingkat Analisis Global
Wakil Kawasan Studi Organisasi internasional, ketimpangan internasional Lingkaran kehidupan, Peradaban
Wakil unit-unit studi GNP, data perdagangan
Inovasi ilmiah, kesenian dan inovasi lain-lain, institusi social Kebudayaan material dan Teknologi, ideologi, nilaiKebudayaan Kebudayaan non material nilai Sistem stratifikasi, Pendapatan. kekuasaan, Masyarakat struktur, demografi, kejahatan gengsi, peranan, tingkat migrasi, tingkat pembunuhan Sistem stratifikasi, Pendapatan. kekuasaan, Komunitas struktur, demografi, kejahatan gengsi, peranan, tingkat migrasi, tingkat pembunuhan Ekonomi, pemerintahan, Pendapatan keluarga, pola Institusi agama, perkawinan, keluarga, pemilihan umum, jemaah pendidikan gereja dan masjid, tingkat perceraian, proporsi penduduk di perguruan tinggi Stuktur, pola interaksi, struktur Peranan, klik persahabatan, Organisasi kekuasaan, produktivitas administrasi, tingkat produksi Tipe interaksi, komunikasi Jumlah konflik, kompetisi Interaksi atau kedekatan, identitas keseringan dan kejarangan partisipasi interaksi Sikap Keyakinan mengenai Individu berbagai persoalan, aspirasi Sumber: Lauer (1993) Peradaban
7
Sumber Perubahan Sosial Menurut Soekanto (2000), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan antara lain, yaitu: 1. Bertambahnya atau berkurangnya penduduk 2. Penemuan-penemuan baru (Inovasi) 3. Pertentangan atau konflik masyarakat 4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat 5. Bencana alam 6. Peperangan 7. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Vago (1989) dalam tulisannya menganalisis beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Faktor-faktor perubahan meliputi teknologi, ideologi, kompetisi, konflik, politik dan ekonomi, serta tegangan struktur. Sumber-sumber perubahan ini dalam banyak hal saling berhubungan. Soekanto (2000) memandang bahwa perubahan sosial sebagai sebuah proses, perubahan sosial membutuhkan saluran-saluran perubahan, yaitu saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, bergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa tertentu. Saluran pemerintahan tercermin dalam studi Hefner (1999) yang memperlihatkan tentang dinamika kehidupan sosial masyarakat Tengger yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan politik pada zaman kolonial hingga era kemerdekaan. Kebijakan-kebijakan rezim yang berkuasa pada saat itu menyebabkan perubahan pola budaya yang mengalami akulturasi akibat terbukanya akses informasi dan transportasi. Sementara itu, perubahan yang terjadi melalui saluran ekonomi telah nampak sejak era revolusi industri.
Identitas Perubahan Sosial Vago (1989) dengan pemahamannya mengemukakan bahwa perubahan memiliki identitasnya sendiri. Identitas menurut Vago adalah “apa yang berubah” dari suatu masyarakat, seperti stratifikasi sosial, kelompok-kelompok sosial, sistem pemerintahan, dan lain sebagainya. Dimensi-dimensi identitas yang mengalami perubahan sosial dapat dikategorikan menjadi perubahan struktural dan kultural. Polak (1966) yang dikutip Rahardjo (2004) berpendapat bahwa antara kebudayaan dan struktur terdapat korelasi fungsional. Artinya, antara kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan saling mendukung dan membenarkan. Perubahan struktur sosial dan kultur juga dipaparkan dalam hasil studi yang dilakukan oleh Yulianto (2010) yang menunjukkan bahwa perkembangan industri perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap perubahan masyarakat lokal. Penulis membahas hasil dari penelitian dengan mendeskripsikan perubahan struktur sosial meliputi stratifikasi sosial, sistem kepemimpinan, diferensiasi sosial; perubahan nilai budaya dan kelembagaan meliputi kohesivitas masyarakat desa, sistem kelembagaan, norma/nilai adat masyarakat; perubahan
8
tingkat kesejahteraan: tingkat pendapatan, konsumsi penduduk, kondisi perumahan; dan hubungan tingkat kesejahteraan dengan perubahan sosial meliputi hubungan perubahan sistem kepemimpinan dengan tingkat kesehatan, hubungan perubahan mata pencaharian dengan peningkatan pendidikan, hubungan peningkatan pendapatan terhadap melemahnya nilai budaya tradisional.
Pengertian Sikap Menurut Sarwono (1999) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Ketika sikap telah terbentuk maka sikap tersebut akan sulit diubah. Psikolog sosial memandang sikap sebagai hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Baron dan Byrne 2004).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Walgito (2002) yang dikutip Mulyandari (2006) mengatakan bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor internal itu merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. b. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktorfaktor tersebut yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau sekelompok orang yang mendukung sifat tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap itu dibentuk.
Kerangka Pemikiran Perubahan pasti terjadi baik dalam level tertentu, jangka waktu tertentu, dan besaran tertentu. Kurun waktu 1980-an hingga kini, secara makro yakni di tingkat daerah terlihat banyak perubahan. Bagaimana dengan perubahan secara mikro di tingkat desa. Secara kualitatif, penelitian ini menganalis aspek-aspek pada masyarakat yang mengalami perubahan disertai aspek-aspek yang relatif tidak mengalami perubahan. Penelitian juga menganalisis sumber atau faktorfaktor penyebab perubahan sosial. Analisis terhadap perubahan sosial dimulai sejak tahun 1980-an hingga saat penelitian berlangsung. Penelitian ini juga menguji hubungan antara karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat
9
pendapatan dengan sikap individu terhadap perubahan sosial melalui pendekatan kuantitatif. Pengujian sikap dilakukan karena sikap merupakan bagian dari respon terhadap perubahan sosial di tingkat individu dengan memungkinkan adanya hubungan. Disamping itu, pendekatan kuantitatif juga dilakukan dalam mengukur kesejahteraan masyarakat, meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan masyarakat sebagai identitas perubahan yang dihimpun berdasarkan opini masyarakat. Pembangunan, interaksi dengan pihak luar Masyarakat Desa
Perubahan Sosial
Sumber Perubahan Kebijakan/Program Teknologi baru
Identitas Perubahan
Obyektif Perubahan struktur dan kultur: Mata pencaharian Stratifikasi sosial Kelompok sosial Sistem pemerintahan Nilai-nilai Norma
Sikap terhadap Perubahan Sosial
Subyektif Perubahan Kesejahteraan Masyarakat: Tingkat pendidikan Tingkat kesehatan Tingkat Pendapatan
Karakteristik Individu: Usia Jenis Kelamin Status Sosial Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan
Gambar 1 Kerangka pemikiran Keterangan: Hubungan
Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini meliputi hipotesis pengarah dan hipotesis uji. Hipotesis pengarah dalam penelitian ini adalah sejak era orde hingga kini terdapat perubahan sosial yang cukup signifikan pada masyarakat Desa Bangunjaya.
10
Perubahan sosial ini terutama bersumber dari kegiatan pembangunan dan interaksi dengan pihak luar. Sementara hipotesis uji dalam penelitian ini antara lain: 1. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan usia individu 2. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan jenis kelamin individu 3. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan status sosial individu 4. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendidikan individu 5. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendapatan individu 6. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan di tahun 1980-an dan saat penelitian berlangsung 7. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kesehatan di tahun 1980-an dan saat penelitian berlangsung 8. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendapatan di tahun 1980-an dan saat penelitian berlangsung
Definisi Konseptual
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini antara lain: Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat sejak tahun 1980-an. Perubahan struktur dan kultur adalah perubahan pola-pola hubungan dan kebiasaan masyarakat meliputi perubahan mata pencaharian, stratifikasi sosial, kelompok sosial, sistem pemerintahan, nilai-nilai, dan norma. Mata pencaharian adalah pekerjaan yang saat ini banyak atau umumnya dilakukan oleh masyarakat. Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Dasar kriteria yang umumnya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan dalam masyarakat yaitu kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Kelompok sosial adalah gabungan sejumlah individu dengan membentuk sejumlah aturan untuk mencapai tujuan bersama. Sistem pemerintahan adalah tata aturan dalam mengatur dan menjalankan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nilai-nilai adalah konsepsi-konsepsi yang terdapat dalam fikiran sebagian besar warga masyarakat yang dijadikan orientasi dalam bertindak. Norma adalah peraturan yang disertai sanksi sebagai faktor pendorong untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu.
11
Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel dijelaskan dalam Tabel 2 berikut: Tabel 2 Definisi operasional Kategori Variabel Uraian Sikap terhadap Kecenderungan individu dalam perubahan sosial memberikan respon atau menanggapi perubahan sosial di masyarakat pada tahun 1980-an. Sikap ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari empat tingkatan jawaban yaitu: a. sangat setuju (skor 4) b. setuju (skor 3) c. tidak setuju (skor 2) d. sangat tidak setuju (skor 1) Dalam mengukur indikator sikap, responden diminta untuk memilih atau menjawab pilihan pada setiap pernyataan Sikap tentang sikap masyarakat terhadap perubahan sosial yang terjadi di desa. Pilihan jawaban tersebut merepresentasikan suatu skala yang mempunyai nilai dari positif sampai negatif. Hasil dari pengambilan data kemudian akan dilakukan pemberian skor sebagai berikut: Skor minimum = 9 Skor maksimum = 36 Sikap negatif jika nilai skor berada pada interval 9<x≤22 Sikap positif jika nilai skor berada pada interval 23<x≤36. Usia Satuan waktu yang mengukur selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Karakteristik usia ini diberi skor berdasarkan data yang didapat di lapangan, yang dibagi dalam tiga kategori Karakteristik berdasarkan data responden sebagai Individu berikut: a. Tua: jika umur responden >47 tahun (kode 3) b. Sedang: jika umur responden 40-47 tahun (kode 2) c. Muda: jika umur responden <40
12
Jenis kelamin
Status sosial
Tingkat pendapatan
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
Perubahan kesejahteraan masyarakat
tahun (kode 1) Sifat biologis responden sebagaimana yang tercantum dalam kartu identitas yang dimiliki responden. a. Laki-laki (kode 2) b. Perempuan (kode 1) Posisi yang dimiliki dan diakui oleh masyarakat setempat. Karakteristik ini dibagi dalam dua kategori berdasarkan data responden sebagai berikut: a. Atas: jika responden termasuk sebagai aparat pemerintahan, tokoh masyarakat, dan guru. (kode 2) b. Bawah: jika responden termasuk sebagai petani, buruh tani, buruh lepas, IRT (kode 1) Ukuran taraf hidup seseorang yang dilihat dari jumlah penghasilan dalam satu bulan. Faktor ini diberi skor berdasarkan data yang didapat di lapangan, yang dibagi dalam tiga kategori berdasarkan hasil data responden sebagai berikut: a. Tinggi: jika tingkat pendapatan > Rp1 000 000 (kode 3) b. Sedang: jika tingkat pendapatan Rp500 000 – Rp1 000 000 (kode 2) c. Rendah : jika tingkat pendapatan < Rp500 000 (kode 1) Jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden, dengan penggolongan sebagai berikut: a. Tinggi: SMA-PT (kode 3) b. Sedang: SMP (kode 2) c. Rendah: SD (TT)-SD (kode 1) Perubahan kondisi pendidikan formal baik dari segi jumlah yang bersekolah maupun dari segi infrastruktur sekolah yang diukur berdasarkan lingkup masyarakat dan lingkup keluarga responden sejak tahun 1980-an hingga kini. Ukuran perubahan diketahui dengan cara responden memilih skala 1-10 pada pertanyaan yang akan diberikan kepada responden. Skala tersebut merepresentasikan kondisi sebenarnya yang bertingkat dari yang paling baik hingga yang paling buruk. Kemudian akan
13
Tingkat kesehatan
Tingkat pendapatan
dilakukan penggolongan sebagai berikut: a. Sangat signifikan: perubahan skala sebesar >3 tingkat (kode 1) b. Signifikan: perubahan skala sebesar ≤3 tingkat (kode 2) c. Tidak signifikan: tidak ada perubahan skala (kode 3) Perubahan kondisi kesehatan dari segi kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan, yang diukur berdasarkan lingkup keluarga responden sejak tahun 1980-an hingga kini. Ukuran perubahan diketahui dengan cara responden memilih skala 1-10 pada pertanyaan yang akan diberikan kepada responden. Skala tersebut merepresentasikan kondisi sebenarnya yang bertingkat dari yang paling baik hingga yang paling buruk. Kemudian akan dilakukan penggolongan sebagai berikut: a. Sangat signifikan: perubahan skala sebesar >3 tingkat (kode 1) b. Signifikan: perubahan skala sebesar ≤3 tingkat (kode 2) c. Tidak signifikan: tidak ada perubahan skala (kode 3) Perubahan kondisi peningkatan pendapatan yang diukur berdasarkan lingkup keluarga responden sejak tahun 1980-an hingga kini. Ukuran perubahan diketahui dengan cara responden memilih skala 1-10 pada pertanyaan yang akan diberikan kepada responden. Skala tersebut merepresentasikan kondisi sebenarnya yang bertingkat dari yang paling baik hingga yang paling buruk. Kemudian akan dilakukan penggolongan sebagai berikut: a. Sangat signifikan: perubahan skala sebesar >3 tingkat (kode 1) b. Signifikan: perubahan skala sebesar ≤3 tingkat (kode 2) c. Tidak signifikan: tidak ada perubahan skala (kode 3)
14
15
METODE PENELITIAN Metode penelitian menggambarkan pendekatan penelitian yang diterapkan di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data. Pendekatan penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan untuk penelitian mulai penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik pengumpulan data memaparkan cara yang digunakan dalam menggali data dan informasi kepada responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data merupakan pemaparan cara mengolah data yang diperoleh dari hasil pengambilan data dan informasi yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih dalam mengenai bagaimana proses perubahan sosial yang terjadi sejak tahun 1980-an hingga penelitian dilakukan, bagaimana faktor-faktor atau sumber perubahannya, aspekaspek apa saja yang mengalami perubahan dan aspek-aspek apa pula yang tidak mengalami perubahan, serta bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial yang terjadi. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang secara partisipatif, dan penelusuran dokumen. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan karakteristik individu, meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Disamping itu, pendekatan kuantitatif juga digunakan dalam mengukur perbedaan kondisi sejak tahun 1980-an hingga kini pada aspek kesejahteraan responden yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan. Data kuantitatif diperoleh melalui metode survei, yaitu pengambilan data dari responden yang merupakan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner (Singarimbun 1989).
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perubahan sosial masyarakat seak tahun 1980-an dilakukan di Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Penelitian difokuskan pada Dusun 04 dan Dusun 05. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada lingkup dusun dalam desa. Pemilihan
16
lokasi penelitian yaitu Dusun 04 dan Dusun 05 dilakukan secara sengaja (purposive). Lokasi ditentukan berdasarkan pertimbangan ketertarikan dalam menganalisis sejauh mana pembangunan yang terjadi di tingkat daerah atau perkotaan juga diikuti pembangunan di tingkat pedesaan. Pemilihan lokasi yang lebih spesifik disebabkan oleh lokasi tersebut adalah dusun yang paling tertinggal dibanding dusun-dusun lainnya. Kajian penelitian menjadi menarik bahwa di tengah pembangunan yang terus meningkat, masih ada daerah-daerah yang mengalami ketertinggalan pembangunan. Alasan ini yang menjadi landasan penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Lokasi penelitian selanjutnya disebut Kampung Cimapag yang meliputi Dusun 04 dan Dusun 05. Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan selama 1 bulan, dimulai pada bulan Maret-bulan April 2013. Dalam kurun waktu tersebut peneliti mengumpulkan semua data dan informasi yang dibutuhkan dan digunakan dalam penyusunan skripsi.
Teknik Pengumpulan Data Penentuan responden dilakukan dengan mengambil populasi dari masyarakat Dusun 04 dan Dusun 05, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg. Unit analisis penelitian ini adalah individu dan masyarakat. Unit individu untuk menganalisis sikap terhadap perubahan sosial dengan karakteristik individu. Sedangkan unit masyarakat untuk menganalisis identitas perubahan baik obyektif maupun subyektif. Teknik pengambilan sampel pada pendekatan kuantitatif dilakukan melalui teknik pengambilan sampel acak distratifikasi (stratified random sampling) dengan membuat kerangka sampling terlebih dulu. Metode sampel acak distratifikasi dipilih untuk menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil sampel secara acak (Singarimbun dan Effendi 2008). Populasi dalam penelitian ini meliputi masyarakat Dusun 04 dan Dusun 05 berjumlah 915 yang dikelompokkan ke dalam masyarakat kelas menengah keatas dan masyarakat kelas menengah ke bawah (Lampiran 3). Sampel yang diambil secara acak berjumlah 40 responden dengan masing-masing 20 responden untuk kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah. Dasar pelapisan sosial berdasarkan hasil wawancara adalah unsur kekayaan. Umumnya masyarakat menilai pelapisan sosial berdasarkan tingkat pendapatan dan kepemilikan harta-benda seperti rumah, pohon buahbuahan dan pohon kayu baik itu hasil tanam sendiri atau hasil gadai, serta lahan sawah. Pembuatan kerangka sampling dilakukan di awal sebelum memilih responden. Sehubungan dengan proses pemilihan kepala desa yang baru saja berlangsung maka daftar nama pemilih menjadi acuan dalam membuat kerangka sampling. Penyeleksian responden yang dianggap sesuai kriteria dan penggolongan responden berdasarkan kelas menengah atas dan menengah bawah dibantu oleh RT dan Jaro. Pada awalnya kerangka sampling tersebut untuk mengacak responden. Dalam penerapan di lapang, responden dipilih secara accidental. Hal ini disebabkan responden yang bersangkutan sulit untuk ditemui, jarak rumah responden yang berjauhan dan akses yang cukup sulit.
17
Responden ini bertindak sebagai bagian penting dalam mengumpulkan data melalui pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik individu dan sikap terhadap perubahan sosial (Lampiran 2). Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur sikap masyarakat terhadap perubahan sosial dengan menggunakan skala likert. Selain itu, pendekatan kuantitatif juga digunakan dalam menghimpun data perubahan identitas secara subyektif atau melalui persepsi masyarakat desa setempat terkait perubahan tingkat kesejahteraan meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan. Teknis pelaksanaannya dengan membuat skala dengan rentang nilai 1-10 sebagai representasi nilai yang menggambarkan kondisi sebenarnya. Effendi (1989) dalam tulisannya prinsip-prinsip pengukuran dan penyusunan skala menyebut metode ini sebagai prinsip isomorfisme atau persamaan bentuk yang artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan “nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Informasi terkait aspek-aspek apa saja yang mengalami perubahan disertai yang tidak mengalami perubahan dihimpun melalui pendekatan kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih melalui teknik non-probability sampling. Informan yang dipilih adalah pihak-pihak yang memiliki informasi mengenai dinamika kehidupan sosial masyarakat setempat seperti kepala desa, tokoh agama, jaro dan pihak lainnya yang dianggap memiliki informasi penting terkait dengan perubahan sosial di Kampung Cimapag meliputi aspek mata pencaharian, stratifikasi sosial, kelompok sosial, sistem pemerintahan, nilai-nilai, dan norma.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data hasil kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program microsoft excel dan SPSS 16.0 for Windows. Kemudian dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi Rank spearman untuk data yang bersifat ordinal (Lampiran 5). Langkah awal proses pengujian ini yaitu dengan memberikan skor pada setiap pernyataan tentang sikap terhadap perubahan sosial di dalam kuesioner, setelah itu hasil skor setiap pernyataan dirata-ratakan dan dibuat pengkodean. Setelah pengkodean selesai, selanjutnya dilakukan uji Rank Spearman dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows. Uji Rank Spearman untuk menuji hubungan assosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono 2008). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap masyarakat terhadap perubahan sosial dengan karakteristik individu masyarakat meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Data hasil kuesioner juga diolah dengan menggunakan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square (Lampiran 6). Uji Chi Square untuk menguji hipotesis komparatif sampel independen bila datanya berbentuk nominal (Sugiyono 2008). Analisis data dengan pengujian ini untuk menguji perbedaan kondisi aspek tingkat kesejahteraan responden meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan di tahun 1980-an dan saat penelitian
18
dilakukan. Hasil pengukuran tingkat kesejahteraan responden yang diukur dengan menggunakan skala 1-10 kemudian akan dibuat pengkodean dan dianalisis. Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan dengan empat tahap meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dalam bentuk deskriptif, dan penarikan kesimpulan. Tahap pengumpulan data yaitu proses beradaptasi terhadap masyarakat dan melakukan pengumpulan data penelitian. Tahap reduksi data, yaitu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Tahap penyajian data yaitu penyajian informasi untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Tahap penarikan kesimpulan yaitu penarikan kesimpulan dari data yang dianalisis.
19
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bagian ini membahas lokasi penelitian yang terdiri atas gambaran umum mengenai kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi infrastruktur desa, dan potensi lokal. Gambaran umum tersebut penting untuk diketahui sebagai pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambaran umum mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Kondisi demografis digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik penduduk di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat usia, dan mata pencaharian. Kondisi infrastruktur desa menggambarkan keadaan sarana dan prasarana masyarakat desa, dan terakhir potensi lokal untuk menggambarkan sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat setempat.
Kondisi Geografis Desa Bangunjaya Desa Bangunjaya terletak antara 20°-22° LS adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Desa bangunjaya merupakan wilayah hasil pemekaran dari Desa Rengasjajar dengan luas kawasan 1 420 732 ha. Desa Bangunjaya terdiri atas 5 Dusun, 13 Rukun Warga (RW), dan 39 Rukun Tetangga (RT). Kelima dusun tersebut antara lain Dusun 01 terdiri atas Kampung Cibungur dan Kampung Cijujung; Dusun 02 terdiri atas Kampung Nanggung; Dusun 03 terdiri atas Kampung Sentuk dan Kampung Gosali; Dusun 04 terdiri atas Kampung Cimapag Barat; dan terakhir Dusun 05 terdiri atas Kampung Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang. Desa Bangunjaya memiliki batas-batas administratif dengan masingmasing batas Desa Ciomas di sebelah utara, Desa Banyuresmi di sebelah selatan, Desa Rengasjajar di sebelah timur, dan Desa Argapura di sebelah selatan. Desa Bangunjaya memiliki letak yang jauh dari pemerintah Kecamatan Cigudeg. Orbitasi jarak tempuh dari pemerintah Desa Bangunjaya ke Kecamatan Cigudeg adalah 15 km, ke pemerintah Kota Bogor 175 km. Kondisi topografi Desa Bangunjaya terletak pada ketinggian antara 100150 mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Bangunjaya adalah hutan dengan kemiringan 20°-35°. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Bangunjaya digunakan secara produktif. Pemanfaatan lahan atau penggunaan tanah berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya tahun 2012 sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Tabel 3 Luas pemanfaatan lahan di Desa Bangunjaya tahun 2012 No. Pemanfaatan lahan Luas (ha) Perkampungan Hutan Negara Sawah Perkebunan/pertanian Hutan rakyat (Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)
38 173 239 936 1247
20
Pertanahan di Desa Bangunjaya juga banyak digunakan untuk kepentingan umum, seperti jalan raya, pemukiman, masjid, tempat penguburan dan lain sebagainya.
Kondisi Demografis Desa Bangunjaya Desa Bangunjaya memiliki keadaan demografis yang termasuk dataran tinggi dan berpegunungan. Sepanjang perjalanan menelusuri Desa banyak terdapat pohon-pohon kayu. Hutan yang lebat oleh pohon-pohon masih dapat dijumpai di Desa Bangunjaya. Disamping itu sepanjang jalan Desa Bangunjaya terdapat perkebunan sawit. Perkebunan sawit tersebut adalah milik PTPN VIII. Ada juga sebuah perusahaan tambang batu yang letaknya di Kampung Cibungur Desa Bangunjaya. Penduduk Desa Bangunjaya seluruhnya terdapat 8 731 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 4 608 jiwa dan perempuan sebanyak 4 123 jiwa. Kepala Keluarga (KK) terdiri atas 2 209 yang tersebar di 39 Rukun Tetangga (RT). Berikut jumlah penduduk Desa Bangunjaya menurut tingkat pendidikan. Tabel 4 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bangunjaya tahun 2012 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) 1 Tidak tamat SD 159 2 Tamat SD dan/atau SMP 1888 3 Tamat SMA 144 4 Tamat Akademi/PT 18 (Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012) Bantuan Operasional Sekolah yang menjadi salah satu program pemerintah dalam mencapai wajib belajar 9 tahun sudah sampai di tingkat dusun. Namun, kondisi dilapang masih saja ditemukan anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Adapun jumlah penduduk yang sekolah dan yang tidak sekolah menurut tingkat umur ditunjukkan pada Tabel 5 berikut: Tabel 5 Jumlah penduduk menurut tingkat usia dan status pendidikan di Desa Bangunjaya tahun 2012 No. Tingkat Usia Status pendidikan Jumlah (Orang) 1 7-12 tahun Yang bersekolah 1285 2 7-12 tahun Yang tidak bersekolah 35 3 13-15 tahun Yang bersekolah 548 4 13-15 tahun Yang tidak bersekolah 93 (Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012) Pada umumnya, penduduk Desa Bangunjaya bergerak di sektor pertanian. Berikut data demografi ekonomi atau jenis mata pencaharian penduduk Desa Bangunjaya.
21
Tabel 6 Mata pencaharian penduduk Desa Bangunjaya tahun 2012 No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) 1 Petani 1252 2 Buruh tani 1521 3 Buruh swasta 826 4 Pegawai negeri 16 5 Buruh pengrajin 112 6 Pedagang 125 7 Usaha lain-lain 243 (Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012) Berdasarkan data Tabel 6 terlihat bahwa mata pencaharian dominan pada penduduk Desa Bangunjaya adalah sebagai buruh tani. Buruh tani disini tidak sepenuhnya buruh tani. Masyarakat kebanyakan masih memiliki lahan sawah dengan ukuran yang sempit. Mata pencaharian sebagai buruh tani dilakukan untuk memenuhi penghasilan per bulan yang tidak dapat dipenuhi dengan mengandalkan hasil dari panen padi saja.
Infrastruktur Desa Bangunjaya Sarana dan prasarana di Desa Bangunjaya belum begitu memadai dan belum tersebar merata. Berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya, sarana pendidikan untuk SD ada 4 buah, sedangkan sampai saat ini belum ada bangunan sekolah untuk tingkat SMP dan SMA di seluruh dusun yang ada di Desa Bangunjaya. Kurangnya fasilitas pendidikan ini membuat anak-anak di Desa Bangunjaya mengalami kesulitan dalam menuntut ilmu. Apabila anak-anak tersebut ingin meneruskan pendidikannya setelah lulus Sekolah Dasar (SD), mereka harus ke desa sebelah yang jaraknya cukup jauh. Selain itu, tidak semua dusun terdapat TK/PAUD. Dusun 04 dan Dusun 05 tidak terdapat TK/PAUD. Sarana kesehatan berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya terdapat posyandu sebanyak 6 buah dan klinik umum 2 buah. Ketidakmerataan pelayanan kesehatan yang tetap terjadi akibat kader posyandu dan bidan desa yang jarang berkunjung ke setiap dusunnya membuat masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Data monografi desa mencatat terdapat dokter praktek swasta 2 orang, bidan desa 3 orang dan kader posyandu 35 orang. Dari data ini dapat dilihat bahwa kesulitan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atas kesalahan para pekerja di bidang kesehatan, melainkan sumberdaya manusia yang bekerja di sektor kesehatan jumlahnya masih terbilang minim. Bidan desa yang jumlahnya hanya 3 orang dengan kondisi jarak antar dusunnya yang jauh dan minim akses transportasi membuat bidan desa kesulitan untuk menjangkau keseluruhan desa hingga sudut-sudut desa. Sarana peribadatan di Desa Bangunjaya cukup memadai. Warga Desa Bangunjaya yang mayoritas beragama Islam membuat sarana peribadatan lengkap mulai dari tempat pengajian (majlis taklim) hingga tempat ibadah untuk shalat berjamaah.
22
Tabel 7 Sarana peribadatan Desa Bangunjaya tahun 2012 No. Sarana Jumlah (buah) 1 Pondok pesantren 2 Masjid 3 Mushola 4 Majlis taklim (Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)
9 10 20 27
Perekonomian Desa Bangunjaya pada umumnya digerakkan dari sektor pertanian. Disamping itu, data menunjukkan bahwa perekonomian desa juga digerakkan oleh sektor jasa dan perdagangan. Tabel 8 Fasilitas perekonomian Desa Bangunjaya tahun 2012 No. Fasilitas Perekonomian Jumlah 1 Matrial/Bahan bangunan 1 buah 2 Gesekan kayu 4 buah 3 Warung 76 buah 4 Toko 6 buah 5 Sarang wallet 2 buah 6 Bengkel 5 buah 7 Tempat cucian mobil/motor 5 buah 8 Pembuat sepatu bola dll 1 buah (Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012) Akses antar dusun di Desa Bangunjaya cukup sulit untuk dijangkau. Sarana dan prasarana baik kesehatan, pendidikan, dan fasilitas perekonomian yang tidak tersebar merata membuat masyarakat harus menempuh jalan desa yang berbatu atau belum diaspal. Disamping itu tidak semua dusun dilalui oleh angkutan umum, masyarakat yang berada di dusun yang tidak terjangkau angkutan umum mau tidak mau menggunakan jasa transportasi ojeg yang biaya perjalanannya lebih mahal.
Gambaran Aktivitas Pertanian Kondisi geografis Kampung Cimapag baik itu Kampung Cimapag Barat, Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang yaitu daerah pegunungan membuat sistem pertanian mereka juga berbeda. Masyarakat umumnya menanam padi pada lahan yang bertingkat-tingkat atau sistem terasering. Salah satu warga yang berperan sebagai ketua kelompok tani menyebutnya sawah tagel. Kampung Cimapag sebagian besar adalah masyarakat asli. Oleh karena itu, masyarakat asli Kampung Cimapag umumnya memiliki lahan minimal 1 ha. Namun, kini luasan kepemilikan lahan mulai berkurang. Luasan kepemilikan lahan saat ini berkisar kurang dari 1 ha. Masyarakat menggunakan satuan “petak” dalam perhitungan kepemilikan lahan. Luas satu petak lahan sawah setiap petakannya berbeda-beda. Ada yang besar dan ada yang kecil. Masing-masing warga memiliki 2-3 petak. Jika menggunakan ukuran ha maka masing-masing
23
warga memiliki lahan sawah kurang lebih ¼ ha. Kalaupun ada yang memiliki lahan lebih, lahan mereka umumnya terpencar-pencar. Sistem pertanian khususnya pertanian padi-sawah pada masyarakat Kampung Cimapag tidak terlepas dari adanya hubungan patron-klien yang dikenal dengan nyeblok. Pembagian hasil produksi antara “Bapak-Anak buah” atau pemilik dan buruh adalah dengan membagi hasil beras yang didapatkan dengan perbandingan masing-masing 4:1. Ukuran yang digunakan dalam pembagian beras ini adalah bakul (Lampiran 4). Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam tanam padi seperti membeli obat menjadi tanggung jawab pemilik sawah. Metode pertanian yang efektif untuk mengurangi jumlah serangan hama seperti yang diyakini oleh salah satu petani adalah menanam padi secara serentak. Kebanyakan petani mengetahui prinsip ini. Namun, kondisi kesiapan modal dari masing-masing petani berbeda-beda. Sehingga pemandangan di sawah yang dapat dijumpai adalah ada yang baru tanam, sudah tanam, sedang panen, dan pasca panen. Pertanian padi-sawah membutuhkan air yang cukup untuk mendapatkan hasil yang baik. Pada umumnya pertanian padi mengandalkan air irigasi untuk mengairi sawah. Hal ini berbeda pada lahan sawah Kampung Cimapag yang pengairan sawahnya mengandalkan mata air sebagai sumbernya. Masyarakat memanfaatkan kelimpahan air dari mata air untuk mengairi sawah dengan memanfaatkan bambu sebagai penghubungnya (Lampiran 4). Aktivitas membajak sawah di Kampung Cimapag masih tradisional. Petani di Cimapag masih menggunakan kerbau sebagai alat bajaknya atau dikenal dengan ngegaru (Lampiran 4). Saat observasi dilakukan, tidak ditemukan adanya petani yang menggunakan traktor untuk membajak sawahnya. Alasannya adalah biaya sewa traktor yang mahal dan lahan sawah warga yang sempit sehingga penggunaan traktor malah akan meningkatkan biaya produksi dan masyarakat akan mengalami kerugian. Sektor pertanian disamping pertanian padi-sawah, yang juga menjadi aktivitas masyarakat Kampung Cimapag adalah sektor peternakan. Pada masyarakat Cimapag dikenal istilah Maparo. Maparo adalah sistem bagi hasil yang berlaku antara pemilik hewan ternak dan penggembala hewan ternak. Sistem maparo antara pemilik dan penggembala ini adalah membagi hasil ternak dengan pembagian yang sama. Misal, saat klien diberi tanggung jawab untuk memelihara sepasang kerbau dan kemudian diperoleh dua anak kerbau maka satu anak kerbau akan menjadi hak patron dan satunya lagi menjadi hak klien. Maparo dianggap memiliki potensi yang cukup baik dalam meningkatkan ekonomi. Dalam jangka waktu satu tahun, aktivitas di sektor peternakan ini mampu memperlihatkan hasilnya. Metode yang digunakan dalam sistem pertanian masyarakat cenderung tidak berubah. Penyuluhan pertanian untuk di Dusun 05 pernah ada bahkan pernah mendapatkan bantuan pertanian seperti bibit. Berbeda halnya dengan di Dusun 04, baik penyuluhan maupun bantuan pertanian tidak pernah ada. Berdasarkan informasi yang didapatkan dan observasi yang dilakukan, hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan kelompok tani. Di dusun 05 kelompok tani ada dan berjalan baik sedangkan di Dusun 04 tidak ada kelompok tani yang menggerakkan pertanian sawahnya.
24
Potensi Lokal Kampung Cimapag Desa Bangunjaya terdiri atas 5 Dusun. Berbeda dari dusun-dusun lainnya, Dusun 04 dan Dusun 05 memiliki nama kampung yang hampir sama yakni Kampung Cimapag. Perbedaannya terletak pada kata kedua dari nama kampung tersebut. Dusun 04 terdiri atas Kampung Cimapag Barat dan Dusun 05 terdiri atas Kampung Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang. Antara dusun 04 dan Dusun 05 jaraknya cukup jauh. Perjalanan menuju Kampung Cimapag akan melewati perkebunan sawit yang cukup luas, pohon-pohon kayu dan sebuah perusahaan pertambangan yang dimiliki oleh pihak swasta yang lokasinya cukup jauh dari perkampungan. Berbeda dari dusun lainnya, jalanan menuju Dusun 04 dan Dusun 05 atau Kampung Cimapag rusak. Kondisi jalan belum diaspal dan jika hujan turun maka jalanan menjadi berlumpur. Cara untuk menjangkau kampung-kampung tersebut adalah dengan menggunakan jasa ojeg. Jalanan menuju Dusun 05 dari Dusun 04 melewati pohon-pohon dan kali yang belum ada perumahan disekitarnya. Kondisi tersebut membuat jalanan di malam hari gelap gulita disebabkan masih belum adanya penerangan. Potensi lokal yang ada di kampung Cimapag yakni di sektor pertaniannya atau dari sistem agroforestri yakni penggunaan lahan dengan mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (ada juga dengan hewan seperti) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan. Jenis-jenis tanaman yang menjadi andalan adalah jenis buah-buahan seperti duren, mangga, manggis, rambutan, pisang, pepaya, pete, dan cengkeh. Disamping itu, tanaman kayu yang saat ini pembudidayaannya mulai berkembang adalah pohon sengon atau masyarakat mengenalnya dengan pohon jeng-jeng. Hewan ternak juga banyak ditemukan di Kampung Cimapag. Masyarakat banyak yang beternak ayam, kambing, domba, atau kerbau. Meskipun usaha ternak yang dilakukan terbilang skala kecil. Aktivitas sektor pertanian dengan pengelolaan secara tradisional yang telah menjadi kontribusi ekonomi utama bagi warga Kampung Cimapag dalam pemenuhan kebutuhan primer hingga tersier.
25
PERUBAHAN STRUKTURAL DAN KULTURAL PADA MASYARAKAT DESA SEJAK TAHUN 1980-AN
Bagian ini menjelaskan sumber perubahan atau faktor-faktor yang menyebabkan perubahan beserta identitas perubahan atau faktor-faktor yang mengalami perubahan, dalam hal aspek-aspek struktural dan kultural pada masyarakat Kampung Cimapag. Perubahan dilihat dari batasan waktu tahun 1980an hingga penelitian dilakukan. Upaya untuk menerangkan perubahan sosial adalah dengan melakukan pendekatan perspektif materialistik yang mendorong terjadinya perubahan. Perspektif materialistik menganggap bahwa faktor ekonomi dan teknologi sebagai penyebab utama perubahan sosial dan budaya. Disamping itu, ada juga peran pemimpin dalam proses perubahan di Kampung Cimapag. Pada bagian ini terpaparkan sejarah singkat desa dan dinamikanya, sistem pemerintahan, jenis-jenis mata pencaharian, stratifikasi sosial, kelompokkelompok sosial, norma dan nilai di masyarakat.
Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya Desa Bangunjaya merupakan wilayah hasil pemekaran. Awalnya Desa Bangunjaya masuk ke dalam wilayah Desa Rengasjajar. Pada tahun 1980 atas pertimbangan pertambahan jumlah penduduk yang tinggi maka keputusan melakukan pemekaran desa pun diambil. Hal ini sebagai upaya tindakan efektif dalam mencapai pemerataan kesejahteraan. Kepemimpinan Desa Bangunjaya pertama kali diduduki oleh Pak HBL yang menjabat sebagai lurah sementara, didampingi oleh Pak SHR sebagai sekretaris desa. Kemudian pada tahun 1982, desa dipimpin oleh Pak SKN seorang pemimpin yang dipilih langsung oleh warga dengan masa jabatan selama 8 tahun. Ini menjadi awal masyarakat Desa Bangunjaya melaksanakan “pesta” demokrasi. Tahun 1990 saat masa jabatan berakhir, Pak SHR ditunjuk sebagai pejabat sementara selama 3 tahun, dan di tahun 1993 jabatan sementara dipegang oleh Pak RB. Pada tahun yang sama dilaksanakan kembali pemilihan kepala desa, terpilih Pak HSN dengan masa jabatan selama 8 tahun. Tahun 2001 masa jabatan Pak HSN berakhir dan Kepala Desa yang baru terpilih adalah Pak SRPN yan menjabat selama 6 tahun. Tahun 2007 sebelum dilaksanakan kembali pemilihan kepala desa. posisi lurah sementara dijabat oleh Pak JN. Kepemimpinan Desa Bangunjaya periode 2007-2013 diduduki kembali oleh Lurah SRPN. Desa Bangunjaya terdiri dari 5 Dusun, setiap dusunnya dipimpin oleh seorang Kepala Dusun atau dikenal dengan sebutan jaro. Dalam satu dusun terdapat beberapa RW dan RT, setiap RW dan RT-nya dipimpin oleh ketua RW dan ketua RT. Sistem pemerintahan di Desa Bangunjaya berdasarkan urutan tingkatan kewenangannya adalah lurah, jaro, ketua RW, dan ketua RT. Masingmasing memiliki tugas dalam melaporkan dan melayani masyarakat di kawasan kewenangan diberikan. Pemilihan langsung jaro, ketua RW, dan ketua RT di salah satu dusun di Desa Bangunjaya tepatnya Dusun 04 baru terjadi di tahun 2008. Sebelum tahun 1985, kondisi jalan Kampung Cimapag meliputi akses jalan menuju Dusun 04 dan Dusun 05 dimana lokasi penelitian difokuskan masih dalam
26
keadaan rusak parah. Akses ke pasar dilakukan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 5 Km. Disamping itu, penerangan listrik untuk Kampung Cimapag juga belum ada. Memasuki tahun 1985 baru ada pembangunan jalan. Tahun 1985 menjadi momentum perubahan bagi pembangunan Desa Bangunjaya. Pembangunan jalan sebagai wujud adanya peningkatan teknologi membawa perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan masyarakat Kampung Cimapag. Pembangunan jalan berdampak pada peningkatan kemampuan akses masyarakat ke luar desa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aktivitas masyarakat menjadi lebih efektif dan efisien. Masyarakat menjadi lebih mudah untuk menjual hasil pertaniannya ke pasar dan membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga. Masyarakat yang sakit menjadi lebih cepat menuju puskesmas atau rumah sakit. Hubungan antar desa menjadi lebih baik karena jangkauan antar desa menjadi lebih mudah dicapai, dan berbagai kemudahan lainnya. Pembangunan jalan dilakukan secara gotong royong. Masyarakat menyebutnya dengan padat karya, memasang batu setiap hari dimulai dari pukul 07.00-16.00 WIB. Hingga kini perbaikan jalan hanya dilakukan sebatas tambalsulam. Jalan hanya dibenarkan sekedarnya sehingga kondisi jalan yang baik tidak bertahan lama. Kondisi jalan di Kampung Cimapag juga semakin diperparah oleh keberadaan perusahaan tambang. Mobil-mobil berkapasitas besar membuat jalan yang hanya di tambal-sulam tersebut tidak mampu menahan beban dan jalan pun menjadi bertambah rusak. Pembangunan jalan yang berdampak pada peningkatan kemampuan akses masyarakat yang mempengaruhi pembangunan pedesaan dan aspek-aspek kehidupan masyarakat desa kemudian menjadi terbatas karena kondisi jalan yang kualitasnya tidak mengalami peningkatan hingga kini. Kondisi jalan yang buruk mau tidak mau berimplikasi pada tingkat pembangunan di pedesaan. Adanya rencana pembangunan perusahaan tambang di Desa Bangunjaya tepatnya di Kampung Cibungur mulai diketahui masyarakat pada tahun 2010. Orang-orang yang berkepentingan membangun perusahaan tambang mulai melakukan penjajakan lokasi dan pendekatan kepada warga setempat. Pihak perusahaan tambang memerlukan waktu satu tahun untuk meyakinkan warga dalam melakukan transaksi pembebasan lahan. Pada tahun 2011 perusahaan tambang berdiri di atas lahan yang tadinya adalah lahan sawah, daratan, dan tebing. Proses berdirinya perusahaan tambang tersebut berjalan lancar tanpa menimbulkan konflik. Konflik justru baru terjadi setelah perusahaan tambang didirikan. Konflik terjadi karena perusahaan tambang menyalahi aturan batasan lahan. Disamping itu, keberadaan perusahaan tambang juga membuat jalan semakin rusak. Hingga kini perusahaan tambang tersebut masih berjalan, namun dengan kondisi yang memprihatinkan. Menurut masyarakat setempat, hasil galian tambang hanya mendapatkan batu yang memiliki nilai jual rendah. Keberadaan pertambangan di desa seharusnya punya pengaruh pada peningkatan pembangunan, namun yang terjadi di Desa Bangunjaya tidaklah demikian. Perusahaan tambang tidak membawa perubahan yang maju. Perubahan malah bersifat mundur, hal ini dibuktikan dari bentang alam yang berubah dan infrastruktur jalan yang semakin rusak menjadi penghambat pembangunan. Perkembangan pedesaan tidak hanya diperlihatkan dari adanya pembangunan jalan dan masuknya pertambangan. Pada tahun 2002 masyarakat
27
Kampung Cimapag mulai mendapatkan aliran listrik. Kondisi listrik saat itu belum stabil. Alat-alat elektronik yang mereka beli dalam jangka waktu yang singkat rusak karena tegangan listrik yang naik-turun. Pada tahun 2008, jaro yang baru terpilih melakukan pembenahan listrik. Makan waktu kurang lebih 9 bulan untuk melakukan perbaikan kestabilan listrik tersebut. Pada tahun 2009 barulah listrik stabil dengan proses yang cukup menegangkan, prosesnya hampir terjadi demonstrasi warga. Adanya listrik di satu sisi membuat aktivitas warga di malam hari menjadi lebih produktif. Adanya penerangan listrik membuat anak-anak dapat belajar membaca kitab suci Al-Qur’an di malam hari. Anak-anak dapat belajar di malam hari dengan penerangan lampu yang lebih baik, dan lain sebagainya. Meskipun di sisi lain adanya listrik membuat warga menjadi konsumtif terhadap barang-barang elektronik seperti kulkas dan TV. TV sedikit banyak membawa pengaruh pada tingkah laku masyarakat, seperti masyarakat yang menjadi semakin konsumtif dalam mengikuti perkembangan teknologi, para remaja mengikuti cara berpakaian yang ditampilkan artis-artis di televisi, acara sinetron yang kurang mendidik menjadi tontonan di rumah, dan sebagainya. Perubahan tingkah laku masyarakat ini secara tidak langsung menggeser norma dan nilai yang ada di masyarakat. Perkembangan pedesaan dari kemajuan teknologi yang ditandai dengan adanya pembangunan jalan, pertambangan, dan aliran listrik membawa pengaruh pada kondisi perekonomian masyarakat. Dahulu, mata pencaharian yang banyak dilakukan oleh masyarakat setempat adalah kuli babat dan mengandalkan penghasilan yang diperoleh dari menanam buah-buahan. Komoditas yang menjadi potensi desa adalah Pisang, Picung, dan Durian. Untuk komoditas pisang dapat memberikan penghasilan Rp100 000/bulan. Komoditas pete dengan harga Rp15000 dan komoditas Picung dengan harga Rp 25/buah. Saat komoditaskomoditas ini memasuki musim panen, warga pada umumnya menjualnya tidak langsung ke pasar. Transportasi yang sulit dan mahal membuat warga tidak melakukan transaksi jual-beli langsung di pasar. Transaksi jual-beli komoditas pertanian yang baru saja dipanen dilakukan di dalam kampung. Disamping alasan jarak pasar yang jauh, masyarakat memilih melakukan transaksi kepada orang yang memberikan hutang sebelumnya. Hal ini menyebabkan penjualan hasil bumi tersebut dibayar seadanya dan cenderung lebih rendah dari harga pasar. Kondisi ini hingga kini belum memiliki perubahan yang signifikan. Masyarakat tetap melakukan transaksi di dalam kampung dengan nilai jual yang rendah. Kondisi perekonomian masyarakat bisa dikatakan kekurangan. Salah satu kondisinya adalah ketika ada sebuah kelurga yang salah satu anggota keluarganya sakit dan harus menjalani pengobatan di rumah sakit maka biaya pengobatan yang mahal akan dibayar dengan menjual atau menggadaikan lahan atau pohon yang dimiliki. Harga gadai 1 pohon terkadang lebih rendah dari hasil pohon saat panen. Contoh kasus 1 pohon durian yang digadaikan seharga Rp500 000 sebenarnya memiliki nilai bisa mencapai Rp1 000 000 ketika panen tiba. Saat panen tiba maka warga yang tadinya memiliki pohon tersebut justru menjadi pekerja kuli ikat. Pekerja kuli ikat tugasnya mengikat buah durian untuk menghindari jatuhnya buah ketika sudah matang. Gambaran umum masyarakat Kampung Cimapag di awal telah dipaparkan bahwa ukuran kaya dan miskin dilihat dari kepemilikan benda fisik seperti lahan,
28
pohon, dan rumah. Sehubungan dengan hal tersebut maka sistem gadai ini membawa pengaruh pada tingkat kemiskinan di Kampung Cimapag. Masyarakat yang mayoritas awalnya memiliki lahan minimal 1 ha kini sudah mulai berkurang. Masyarakat saat ini rata-rata kepemilikan lahannya kurang dari 1 ha. Masyarakat yang tadinya memiliki lahan beserta pohon-pohon kemudian kepemilikannya tidak lagi hanya dipegang oleh satu orang tetapi dalam satu lahan kepemilikan dan penguasaan terhadap setiap asetnya (pohon) menjadi berbeda-beda Perkembangan teknologi, kondisi perekonomian yang relatif belum meningkat, serta kebutuhan yang terus meningkat mempengaruhi masyarakat menjadi lebih peka terhadap aktivitas-aktivitas yang memiliki potensi mendatangkan keuntungan ekonomi. Pada tahun 2009 masyarakat Kampung Cimapag mulai menaruh minat pada budidaya tanaman kayu. Masyarakat Kampung Cimapag tertarik untuk menanam kayu karena tanaman kayu seperti sengon cepat panen dan sekali panen bisa mendatangkan banyak uang. Berbudidaya tanaman kayu diketahui warga melalui informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut. Warga melakukan praktek menanam kayu tanpa dibekali pengetahuan dalam menanam tanaman kayu. Masyarakat sudah mengenal jualbeli kayu sejak senso atau alat potong kayu mulai masuk ke desa pada tahun 1993. Dulu pohon karet yang banyak dibudidaya warga. Namun kini jenis budidaya tanaman kayu mulai bergeser menjadi jenis sengon/jeng-jeng dan aprika. Berdasarkan sejarah singkat desa yang telah terpaparkan, tahun 1985 yang menjadi awal mula pembangunan jalan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan desa. Periode di tahun 1980-an ini menjadi momentum besar bagi perubahan Desa Bangunjaya, meskipun perubahan terjadi secara lambat dan tidak menyeluruh kepada setiap aspek-aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan jalan telah membuat akses masyarakat keluar-masuk desa menjadi lebih mudah sehingga teknologi mulai masuk dan perekonomian desa pun mulai tumbuh. Periode ini pula sebagai periode modernisasi yang merupakan fokus dari penelitian ini. • Desa Bangunjaya menjadi wilayah hasil pemekaran 1980
1985
• Awal mula pengerasan jalan • Pembangunan meningkat, akses keluar masuk desa menjadi mudah
• • 2000-an • •
(2002) listrik masuk (2008) pemilihan aparat pemerintah tingkat dusun secara langsung (2009) budidaya tanaman kayu meningkat (2011) perusahaan tambang masuk Gambar 2 Sejarah desa dan dinamikanya
29
Dinamika Pemerintahan Desa Susunan organisasi pemerintah Desa Bangunjaya adalah Kepala Desa sebagai pimpinan tertinggi. Desa Bangunjaya terdiri dari beberapa dusun, Kemudian dalam satu dusun terdiri atas beberapa RW. Pemimpin di tingkat dusun adalah Kepala Dusun atau Kadus atau masyarakat setempat menyebutnya jaro. Kadus sudah ada semenjak dahulu. Syarat seseorang ditunjuk menjadi seorang kadus adalah warga asli dusun setempat, memiliki kemampuan ekonomi, berilmu dalam hal ini ilmu gaib, berwibawa, dipandang oleh masyarakat, dan punya keberanian. Kedudukan sebagai kadus ditentukan melalui musyawarah yang dilakukan oleh orang-orang tertentu saja seperti tokoh agama di dusun tersebut. Setelah musyawarah dilakukan maka hasil dari musyawarah akan diumumkan melalui pengeras suara masjid. Kondisi warga Kampung Cimapag hingga tahun 1998 masih tidak paham dengan pemerintahan desa. Jika ada seseorang yang berpenampilan rapi dan pandai berbicara maka masyarakat akan cenderung untuk menghindari kontak dengan orang tersebut. Padahal orang tersebut bisa jadi bukanlah bagian dari pemerintahan. Hal ini berdasarkan pernyataan salah satu warga pendatang di Kampung Cimapag. “Jika ada orang baru yang berpenampilan rapi dan pandai berbicara sedikit saja, masyarakat langsung akan menghindar. Dianggap orang pemerintah.” (JRMN, aparat pemerintah desa) Masyarakat cenderung “mengikuti” apapun yang diputuskan oleh kadus tanpa mengetahui keuntungan atau kerugiannya. Masyarakat tidak peduli dengan pentingnya kepemilikan KTP, masyarakat tidak peduli dengan pentingnya memiliki Akta Lahir, masyarakat tidak peduli dengan pentingnya memiliki Kartu Keluarga, dan hal ini diperparah dengan aparat-aparat perangkat desa yang tidak mempedulikan situasi masyarakat tersebut. Ketidakpedulian aparat pemerintah ternyata bukan semata-mata karena mereka tidak ingin masyarakat menjadi tertib administrasi sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) melainkan karena para ketua RW dan ketua RT-nya tidak memiliki pengetahuan bagaimana mengurus hal-hal tersebut. Masyarakat yang ditunjuk menjadi kadus, ketua RW, dan ketua RT hanya sebatas formalitas tanpa ada pengetahuan yang menyertainya. Memasuki tahun 2008, untuk pertama kalinya dilakukan pemilihan langsung kadus. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa sudah tidak ada lagi orang pribumi yang termasuk orang berpengaruh di dusun setempat. Begitupun juga dengan RW, RT, dan Amil yang awalnya ditunjuk kemudian dipilih langsung oleh masyarakat. Masyarakat Kampung Cimapag menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam pemilihan perangkat dusun. Gaji triwulan sebesar Rp300 000 untuk RW dan RT pun mulai ada di pertengahan tahun 2008. Hal ini sedikit banyak membawa perubahan pada pemerintahan desa. Memasuki tahun-tahun berikutnya kecenderungan para RT dan RW ingin mempertahankan posisinya. Saat penelitian dilakukan dan terjadi pemilihan RW dan RT, ada salah seorang RT yang tidak menerima posisinya digantikan oleh orang lain. Kejadian tersebut membuat pengangkatan RT baru sempat terhambat. Padahal status sebagai RW dan RT dulunya dianggap status yang tidak diinginkan dan memberatkan. Bentuk-
30
bentuk keinginan akan kedudukan yang disertai keuntungan ekonomi mulai muncul di masyarakat. Perangkat desa yang tela terpili cenderung untuk tidak mau meninggalkan posisinya. Fenomena ini menjadi pembuktian bahwa masyarakat sedang mengalami perubahan menuju masyarakat yang materialistik. Perubahan yang terjadi dalam pemerintahan Desa Bangunjaya disamping dipengaruhi oleh unsur materialistik juga dipengaruhi oleh adanya peran aktor. Aktor disini adalah jaro JRMN yang menjadi kadus pertama yang bukan pribumi dan dipilih secara langsung. Aktor ini memiliki pengetahuan tentang desa yang tidak kalah dari warga asli Kampung Cimapag. Aktor memiliki latar belakang sebagai salah satu penggerak serikat pekerja yang berada di salah satu perusahaan di Tangerang. Sebelumnya aktor ini juga memiliki pengalaman belajar di Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Pada tahun 2007, aktor memutuskan untuk menetap di Kampung Cimapag setelah perusahaan tempat dirinya bekerja tutup. Latar belakang yang menyertai aktor ini yang menjadi nilai tambah dalam aksi kepemimpinannya serta cara-cara pengambilan keputusan. Akhir 2007, aktor diangkat menjadi ketua RW 10 oleh tokoh masyarakat. Melalui perannya yang baru sebagai ketua RW maka aktor ini melakukan pendekatan personal kepada warga di wilayahnya dengan mendatangi satu per satu. Pendekatan personal dilakukan kurang lebih 1 bulan, hasilnya diketahui bahwa warga banyak yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Hasil penelusuran lebih lanjut terkait temuan ini diketahui bahwa warga tidak paham pentingnya kepemilikan KTP. Aparat desa setempat tidak melakukan pemberitahuan, begitupula ketua RW dan ketua RT pun tidak punya inisiatif untuk membantu menyadarkan warganya untuk memiliki KTP. Disamping itu, alasan lainnya adalah warga merasa berat untuk membuat KTP yang seharga Rp50 000 belum terhitung biaya transportasi menuju kantor desa. Tahun 2008, terjadi pemberhentian Jaro A Dusun 04. Jaro A dianggap tidak amanah sehingga diadakan Musluba (Musyawarah Luar Biasa) yang dihadiri para tokoh masyarakat yakni para kiai. Hasil Musluba adalah memberhentikan jaro A dan mengangkat jaro JRMN sebagai kepala dusun baru. Hal ini tidak serta merta diterima oleh tokoh. Tokoh meminta untuk melakukan pemilihan secara demokrasi yaitu pemilihan langsung oleh warga. Hal ini untuk mengetahui tingkat kepercayaan warga kepada jaro yang baru. Hasilnya sama, jaro JRMN terpilih menjadi Kepala Dusun 04. Jaro JRMN menjabat sebagai kepala dusun selama 2 tahun. Perubahan yang telah dilakukan dalam kurun waktu tersebut antara lain 90% masyarakat memiliki KTP, dari yang awalnya hanya 20% warga yang punya KTP. Kemudian aktor membantu warga dalam pembiayaan RS dengan menggunakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Adanya SKTM sangat membantu masyarakat yang tidak mampu membayar biaya RS. Perubahan lainnya adalah program pemerintah terkait subsidi gas 3 kg yang awalnya tidak masuk ke desa kemudian atas peran tokoh gas 3 kg berhasil masuk ke desa. Sistem demokrasi membawa perubahan besar pada masyarakat Kampung Cimapag. Kebebasan menyampaikan pendapat menjadikan masyarakat tidak lagi hanya menerima dengan pasrah keputusan orang-orang yang diberi mandat sebagai perwakilan suara rakyat. Masyarakat Desa Bangunjaya pun tidak ketinggalan dengan era demokrasi ini. Tahun 2007 terjadi demonstrasi warga yang
31
berujung pada pembakaran kantor desa. Hal ini disebabkan ketidakpuasan warga atas terpilihnya kembali kepala desa yang telah menjabat satu periode sebelumnya. Isu demonstrasi yang diusung adalah BLT (Bantuan Langsung Tunai). Rencana masyarakat untuk melakukan aksi diketahui oleh kepala desa dan diberikan izin. Para penggerak aksi meminta jaro JRMN sebagai orang yang punya pengalaman aksi untuk ikut serta dalam rencana aksi warga. Jaro JRMN memberikan syarat untuk melakukan aksi dengan cara yang benar yakni memberikan surat pemberitahuan yang ditujukan kepada kantor desa dan kepolisian. Namun, anjuran tersebut tidak diikuti. Demonstrasi pun berjalan tanpa ada pengawasan dari aparat hukum. Aksi berlangsung tiba-tiba, dengan massa aksi yang jumlahnya besar. Suasana demonstrasi menjadi anarkis, pihak desa mencoba untuk menghalangi warga. Situasi menjadi semakin tidak terkontrol dan aksi pembakaran desa pun tidak terelakkan. Demonstrasi yang dilakukan kebanyakan tidak melibatkan aparat desa. Aksi tersebut digerakkan oleh warga desa yang massanya berasal dari hampir semua dusun kecuali Dusun 02 karena Dusun 02 adalah dusun dimana lurah berasal. Aksi pembakaran kantor desa ini menyebabkan aktivitas di kantor desa hingga kini belum dapat berjalan dengan baik. Pemilihan secara langsung aparat pemerintah di tingkat desa beserta perangkat di tingkat dusun serta bentuk penolakan masyarakat dalam aksi demonstrasi menjadi wujud adanya dinamika pemerintahan di Desa Bangunjaya. Masyarakat desa yang awalnya pasif dan tidak paham dengan pemerintahan, kemudian menunjukkan perubahan. Periode terjadinya kesadaran demokrasi di masyarakat desa dikatakan terlambat. Hal ini mengingat bahwa pemerintah pusat telah memberikan kebebasan memilih kepala desa sejak pemerintah mengeluarkan UU No.5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa yang tertuang dalam Pasal 5 Ayat 1 (Lampiran 7). Terlepas dari waktu munculnya demokrasi, pemahaman yang dapat ditarik adalah keputusan pemerintah di tingkat pusat tidak serta merta diterjemahkan oleh pemerintah di tingkat daerah. Ada rentang waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya. Pada saat masyarakat di tingkat pedesaan baru menerjemahkan apa itu demokrasi, masyarakat di perkotaan telah menjalankan demokrasi. Sudut pandang ini menjadi salah satu faktor pembeda tingkat pembangunan di pedesaan dan perkotaan.
Hingga tahun 2007 hanya 20% warga yang memiliki KTP 2008, pemilihan langsung jaro diikuti pemilihan ketua RW, ketua RT, Amil, Ketua Pemuda 2 tahun pencapaian jaro terpilih yakni 90 % warga punya KTP, adanya SKTM, subsidi gas 3 Kg 2007, terjadi demonstrasi warga yang berujung pembakaran desa Gambar 3 Dinamika pemerintahan desa
32
Ragam Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat Kampung Cimapag umumnya bergantung pada sektor pertanian. Petani di Kampung Cimapag dahulu memiliki lahan minimal 1 ha untuk setiap keluarga. Perubahan luas kepemilikan lahan mulai terjadi pada tahun 2002. Rata-rata luas kepemilikan lahan saat ini adalah kurang dari 1 ha untuk setiap keluarga. Kepemilikan lahan yang sempit ini membuat kebutuhan warga menjadi kurang terpenuhi. “Alasan warga menjual lahan, pertama faktor kebutuhan. Contoh musim paceklik, usaha kesana kesini sulit, kebutuhan makan mendesak, punya utang, lahan digadai, gak bisa bayar utang, akhirnya tanah dilepas atau dijual. Kedua, jika ada yang meninggal butuh uang. Contoh mertua meninggal, butuh uang ± 26 juta untuk 1 minggu, akhirnya jual lahan atau jual pohon. Ketiga, memenuhi keinginan anak untuk beli motor.” (JRMN, Aparat pemerintah desa) Buruh tani di Kampung Cimapag sudah ada sejak tahun 1989. Masyarakat sudah mulai berorientasi pada uang, sistem gotong royong dalam pertanian pun semakin memudar. Buruh tani di Kampung Cimapag umumnya tidak sepenuhnya tidak memiliki lahan. Pekerjaan buruh tani dilakukan ketika lahan sendiri telah digarap dan saat menunggu hasil panen, para buruh tani akan bekerja di lahan orang lain. Hasil kerja sebagai buruh tani dapat berupa beras untuk kebutuhan makan sehari-hari atau dalam bentuk uang untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Perubahan sistem gotong royong menjadi sistem upah pada hubungan yang terbangun dalam aktivitas pertanian diduga terjadi setelah masyarakat mulai terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan kebutuhan ekonomi yang meningkat. Pembangunan jalan pada tahun 1985 yang membuat akses keluar masuk desa menjadi meningkat adalah salah satu penyebabnya. Bentuk-bentuk komersialisasi yang sudah masuk dalam kehidupan masyarakat nampak dari adanya diferensiasi (keragaman) mata pencaharian. Diferensiasi di sektor pertanian terlihat pada ragam buruh tani menurut kepentingannya. Ngegaru atau membajak sawah merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga yang memiliki kerbau. Petani yang ada di Kampung Cimapag tidak semuanya memiliki kerbau sendiri untuk membajak sawahnya. Petani yang tidak memiliki kerbau akan meminta jasa ngegaru kepada petani lainnya yang memiliki kerbau. Jasa ngegaru ini juga mulai ada sejalan dengan munculnya buruh tani. Disamping itu, aktivitas di sektor pertanian lainnya yang menjadi sumber tambahan pendapatan warga adalah nandur atau menanam padi dan ngoyos atau mengambil rumput yang tumbuh di sekitar tanaman padi. Nandur dan ngoyos biasanya dilakukan oleh para Ibu Rumah Tangga. Adapula ngoret atau memangkas rumput yang tumbuh menutupi dinding-dinding batu petakan sawah. Ketika panen tiba, para buruh tani akan bekerja dari pagi hari hingga malam hari, dimulai dari proses memotong batang padi hingga ngirik atau melepaskan biji padi dari batang padi. Saat panen, buruh tani yang dipekerjakan sedikitnya ada tiga orang. Hasil atau upah yang didapatkan dari pekerjaan ini
33
biasanya berupa padi itu sendiri. Pekerjaan-pekerjaan tersebut biasanya dalam sehari kerja yakni dari pagi hingga sore mendapatkan upah Rp50 000. Upah ini adalah upah bersih, pemilik lahan biasanya menyediakan minum dan makan untuk pekerja buruh tani. Perkembangan ragam mata pencaharian di sektor pertanian khususnya untuk buruh tani dimanfaatkan juga oleh para wanita yang berperan sebagai IRT. Para IRT yang berinisiatif untuk menambah penghasilan keluarga mengambil bagian untuk menjadi buruh tani khususnya sebagai buruh tani nandur atau ngoyos saat tanam padi dan/atau buruh tani ketika panen padi tiba. Disamping itu, ada juga IRT yang membuka warung kecil-kecilan di rumah untuk menambah penghasilan keluarga. Akses keluar masuk desa yang kini dapat ditempuh membuat para IRT berinisiatif untuk membuka warung yang barang dagangannya didapatkan langsung dari pasar. Mata pencaharian warga yang mengandalkan sektor pertanian lainnya adalah komoditas cengkeh. Buah cengkeh untuk 1 kg memiliki nilai Rp150 000. Harga ini sangat jauh berbeda dibandingkan dulu, yang 1 kg-nya seharga Rp2 500. Cengkeh memiliki musim panen yang lama. Musim panen cengkeh paling cepat dalam kurun waktu 3 tahun dan biasanya 5 tahun. Pohon cengkeh tidak semua warga memilikinya. Ada beberapa warga yang membolehkan orang lain untuk mengambil cengkeh atau lebih tepatnya memungut cengkeh yang berserakan di tanah. Baik anak-anak maupun orangtua sangat antusias untuk memungut dan mengumpulkan cengkeh. Cengkeh tersebut akan dihargai Rp10 000 untuk ukuran 1 gelas besar dan Rp5 000 untuk ukuran 1 gelas kecil. Harga penjualan cengkeh ini mampu membuat seorang anak bangun pagi-pagi untuk segera mengumpulkan cengkeh sebelum matahari terbit dan waktunya untuk berangkat sekolah. Kemudian sepulang sekolah anak-anak akan memulai lagi untuk mengumpulkan cengkeh. “Kalo musim cengkeh, anak-anak disini pada rajin bangun pagi, berangkat jam 5 pagi terus pulang jam 6 pagi. Malah ada anakanak yang lebih milih mungut cengkeh daripada berangkat sekolah”. (PPH, Pemuda) Pernyataan ini juga menunjukkan sebuah kondisi bahwa anak-anak jika dihadapkan pada pilihan memungut cengkeh di hutan atau duduk belajar di sekolah maka akan ada yang memilih memungut cengkeh yang bernilai upah. Bentuk komersialisasi perlahan merambah pola pikir anak-anak di Kampung Cimapag. Komersialisasi juga nampak pada pilihan pemuda di Kampung Cimapag untuk bekerja keluar kampung. Pekerjaan yang biasa dilakukan adalah kerja bangunan. Warga menyebut kerja bangunan tersebut dengan istilah BCA (Bangunan Can Anggeus, artinya bangunan belum jadi). Usia pemuda yang memilih kerja BCA ini mulai dari 12 tahun. Usia ini adalah usia remaja yang memasuki masa-masa belajar di tingkat SMP. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang dan dorongan dari pengalaman pemuda desa lainnya yang telah bekerja menjadi faktor pendorong meningkatnya minat bekerja di sektor buruh harian ini. Pekerjaan sebagai BCA di beri upah Rp55 000/hari. Upah ini belum termasuk uang makan sehingga upah tersebut merupakan upah harian kotor.
34
Para pemuda desa memiliki pola pemilihan jenis pekerjaan yang mengikuti musim. Saat musim cengkeh tiba, para pemuda ini memilih untuk bekerja sebagai kuli petik cengkeh. Saat musim cengkeh tiba para pemuda akan pulang ke kampung halaman mereka-Kampung Cimapag-meninggalkan aktivitas mereka sebagai kuli bangunan untuk menjadi kuli petik cengkeh. Upah yang diperoleh sebesar Rp30 000/hari bersih. Mereka yang memetik cengkeh diberikan makan dan minum saat bekerja oleh pemilik pohon cengkeh. Upah yang diterima antara pekerjaan sebagai BCA dan pekerjaan sebagai kuli petik cengkeh jika dibandingkan keuntungannya maka pekerjaan kuli petik cengkeh lebih untung dibanding pekerjaan BCA. Hal ini yang mendorong para pemuda untuk kembali mencari nafkah di kampung halaman. “Pemuda di kampung sini kerja BCA-nya di satu lokasi ada 6-10 orang. Kalo musim cengkeh, kita lebih milih pulang ke kampung. Uangnya lebih banyak dibanding kerja buruh bangunan.” (WDYT, Pemuda) Sumber pendapatan lainnya adalah membuat gula aren. Tidak banyak warga yang melakukan hal ini, sehingga harga gula aren cukup mahal menurut warga sekitar. Satu gulungan gula aren terdiri dari enam butir. Satu gulungannya senilai Rp8 000. Gula aren ini hanya diproduksi dalam skala kecil, sehingga hasil produksinya pun tidak banyak. Produksi gula aren hanya sebatas dijual pada tetangga dan digunakan sendiri. Masyarakat Cimapag terbiasa untuk melakukan berbagai hal secara mandiri. Kegiatan yang tidak membutuhkan ijazah dan hanya membutuhkan tenaga dan keseriusan untuk berlatih cenderung akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri tanpa meminta bantuan dari orang luar. Kegiatan membangun rumah misalnya tidak menggunakan bantuan atau tenaga dari luar melainkan bantuan yang mengandalkan kerabat atau tetangga sekitar. Dahulu gotong royong membangun rumah dilakukan secara sukarela tanpa ada imbalan. Memasuki tahun 2000, prinsip kerja bukan lagi gotong royong melainkan prinsip komersialisasi dalam bentuk upah harian. Besarannya tidak tetap, pada umumnya Rp50 000/hari. Peran pembangunan dari adanya kemajuan teknologi juga diikuti dengan peningkatan kondisi perekonomian warga yang berprofesi sebagai tengkulak. Pekerjaan di sektor perdagangan yakni sebagai tengkulak sudah ada sejak dulu. Pada tahun 1980-an jumlah tengkulak masih sedikit dan kebanyakan tengkulak tersebut menjual komoditas pisang yang berasal dari dalam Kampung Cimapag. Terdapat kurang lebih 9 orang yang saat itu berprofesi sebagai tengkulak dengan cara memanggul barang dagangannya menuju pasar. Memasuki tahun 1990-an, tengkulak di Kampung Cimapag jumlahnya menjadi kurang lebih 12 orang dengan jenis komoditas yang bervariasi seperti pisang, durian, pete. Barang dagangan diperoleh tidak hanya dari lingkup Kampung Cimapag melainkan juga lingkup antar kota. Perjalanan menuju pasar juga tidak lagi dengan dipanggul tetapi dengan menggunakan kendaraan roda empat. “Pak U yang kerjanya sebagai tengkulak sekarang pemasukannya tinggi. Bisa punya 2 mobil, bisa renovasi rumah, bisa buka
35
lapangan kerja, bisa sekolahin anak sampe perguruan tinggi.” (JRMN, Aparat pemerintah desa) Pemaparan tersebut menunjukkan adanya perubahan pada beberapa aspek mata pencaharian dalam hal keragaman jenis pekerjaan yang semakin bertambah. Perubahan ini belum diikuti dengan perubahan pada jenis pekerjaan dari yang sebelumnya ada, hilang, kemudian muncul yang baru. Warga setempat masih tetap menjadikan sektor pertanian sebagai tumpuan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hingga penelitian dilakukan, umumnya warga masih bermatapencaharian sebagai petani. Perubahan yang nampak dari aspek mata pencaharian adalah masyarakat sudah mulai menampakkan bentuk komersialisasi yang ditunjukkan dari adanya buruh tani, pemuda usia sekolah yang lebih memilih bekerja, dan munculnya buruh lepas dalam kegiatan membangun rumah. Hal ini terjadi seiring dengan pembangunan yang terjadi secara perlahan-lahan.
Gambar 4 Perubahan ragam mata pencaharian
Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial atau sistem pelapisan masyarakat menurut Sorokin (1959) seperti dikutip Soekanto (2002) sebagai suatu pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Sedangkan dasar dan inti lapisan masyarakat itu adalah tidak adanya keseimbangan/ketidaksamaan dalam pembagian hak, kewajiban, tanggung jawab, nilai-nilai sosial dan pengaruhnya antara anggota-anggota masyarakat. Stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu hirarki sistematis yang terkait dengan kedudukan/status serta peranan. Berbicara tentang status dalam masyarakat Desa Bangunjaya khususnya Kampung Cimapag diantaranya terdapat status sebagai jaro, ketua RW, ketua RT, ketua pemuda, Amil yang kesemuanya
36
itu memiliki perana sebagai “pelayan” masyarakat dan warga dengan berbagai peranan berdasarkan profesi masing-masing. Nilai sosial seseorang yang bekerja pada pemerintahan di kalangan warga Desa Bangunjaya cukup besar, meskipun yang bekerja di pemerintahan belum berstatus resmi yakni pegawai negeri. Seseorang yang menjabat sebagai aparat pemerintah-Jaro, Ketua RW, Ketua RT-di kalangan kerabat dan teman-temannya tidak lagi dipanggil dengan namanya saja akan tetapi ditambahi dengan gelar jabatannya. Menyebut seseorang sebagai “Pak Jaro A” atau “Pak RW B” atau “Pak RT C” yang menunjukkan sebuah penghormatan atas jabatan yang dimiliki seseorang tersebut. Bahkan panggilan yang menyertakan status tersebut tetap melekat di diri orang tersebut meskipun dia tidak lagi menjadi bagian dari pemerintah desa. Namun, panggilan tersebut tidak serta merta berlaku pada istri dari aparat pemerintah. Stratifikasi sosial muncul karena adanya kedudukan yang memberikan perbedaan dalam mengakses atau memiliki sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Kemampuan akses terhadap sesuatu yang memiliki pengaruh sosial lebih besar akan berkorelasi dengan kedudukan dalam lapisan yang lebih tinggi pula. Ukuran atau dasar yang umumnya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Hasil observasi lapang dan wawancara mendalam didapatkan gambaran bahwa ukuran yang dijadikan dasar dalam stratifikasi sosial pada masyarakat Kampung Cimapag adalah ukuran kekayaan. Kekayaan disini adalah pendapatan tinggi dan memiliki aset berupa rumah, tanah serta pepohonan yang banyak. Seseorang yang memiliki unsur kekayaan ini yang menduduki lapisan tertinggi dibandingkan yang lainnya bahkan kepala dusun atau tokoh masyarakat sekalipun. Stratifikasi sosial pada masyarakat Kampung Cimapag diduga mengalami perubahan. Perubahan tersebut terletak pada pergeseran unsur dalam ukuran kekayaan. Sistem gadai yang telah berlangsung sejak lama dan masih terus terjadi hingga kini membuat ukuran kekayaan masyarakat Kampung Cimapag yang umumnya bekerja sebagai petani ini tidak lagi hanya berdasarkan unsur luas kepemilikan tanah melainkan juga berdasarkan unsur jumlah kepemilikan dan penguasan atas pohon. Seiring dengan pembangunan desa yang mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan akses jalan menuju ke dalam dan ke luar desa semakin mudah maka unsur dalam ukuran kekayaan kemudian bertambah, yakni unsur kepemilikan jumlah uang atau pendapatan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa warga lebih menghormati seseorang yang pendapatannya tinggi, tanah luas dan pohon banyak dibandingkan aparat pemerintah ataupun tokoh agama. “Warga disini lebih menghormati dan sungkan sama warga yang punya pendapatan tinggi, tanah luas, pohon banyak, dibandingkan dengan aparat pemerintah ataupun tokoh agama sekalipun yang tidak punya apa-apa.” (JRMN, Aparat pemerintah desa) Perubahan stratifikasi pada masyarakat Kampung Cimapag ini bukan melibatkan kelompok atau golongan masyarakat yang terlihat jelas. Perubahan lapisan lebih cenderung melibatkan individu yang pergerakannya tidak nampak
37
jelas dan membutuhkan waktu lama untuk menyimpulkan adanya perubahan startifikasi sosial. Individu yang tadinya tidak memiliki rumah dan pepohonan, namun berkat kerja keras mengumpulkan uang maka individu ini mampu membeli rumah, tanah, dan pohon hasil gadai. Individu ini kemudian kedudukannya di mata masyarakat akan meningkat. Dasar stratifikasi sosial masyarakat Kampung Cimapag adalah ukuran kekayaan. Strata yang terdapat dalam stratifikasi sosial masyarakat Kampung Cimapag yang teridentifikasi secara umum adalah masyarakat kelas menengah ke atas (lapisan atas) dan masyarakat kelas menengah ke bawah (lapisan bawah). Perubahan strata mulai muncul sejak tahun 1990-an, adanya profesi sebagai tengkulak yang kini pendapatannya meningkat mempengaruhi perubahan strata. Stratifikasi sosial masyarakat Kampung Cimapag kini dikenal adanya golongan masyarakat kaya (Atas). Kelompok ini jumlahnya masih sangat kecil sehingga pengaruhnya belum besar dalam perkembangan kehidupan masyarakat Kampung Cimapag secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan lapisan startifikasi sosial dari yang awalnya terdapat 2 lapisan yakni lapisan atas dan lapisan bawah kemudian dengan adanya masyarakat kaya maka lapisan startifikasi sosial bergeser menjadi 3 lapisan yakni lapisan bawah, menengah, dan atas. Atas Atas Menengah Bawah
Bawah
Gambar 5 Perubahan lapisan pada stratifikasi sosial masyarakat Keterangan: bergeser menjadi
Kelompok-Kelompok Sosial Pada masyarakat Kampung Cimapag terdapat beberapa kelompok yang memiliki kepentingan berbeda-beda. Kelompok-kelompok sosial yang ada di Kampung Cimapag berbeda dengan kelompok-kelompok yang ada di desa-desa lainnya. Jika sebuah desa kondisi idealnya memiliki kelompok PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) maka di Kampung Cimapag sampai saat penelitian dilakukan tidak ditemukan adanya kelompok PKK. Terlepas dari ada tidaknya kelompok yang menurut pemerintah seharusnya ada dan berjalan di desa, Kampung Cimapag memiliki beberapa kelompok yang sedikit banyak punya andil dalam dinamika perkembangan masyarakat. Kelompok Cimrin adalah salah satu kelompok yang ada di Kampung Cimapag Barat, Dusun 04. Cimrin adalah gabungan orang-orang yang memiliki
38
kebiasaan beraktivitas di jalanan atau bisa dikatakan kelompok premanisme. Kelompok ini memiliki aktivitas berupa pengajian bergilir yang dilakukan setiap hari Kamis malam. Ada juga aktivitas membersihkan makam dengan memungut iuran sebesar Rp2 000/bulan untuk setiap keluarga. Kelompok ini juga membuat koperasi dengan mengumpulkan uang kas yang berasal dari pembuatan batako dan pembebasan lahan. Pada tahun 2012, FORCI Development dari Fakultas Kehutan IPB melakukan penjajakan ke Kampung Cimapag dalam rangka melakukan pendekatan kepada masyarakat sebagai langkah awal pengembangan model lembaga keuangan mikro usaha hutan rakyat. Pendekatan yang dilakukan cukup memakan waktu yang lama dan proses yang cukup panjang. Hingga kemudian pertemuan antara FORCI dan kelompok Cimrin di sebuah bangunan SD menghasilkan sebuah kesepakatan untuk melakukan kerjasama. Hal ini yang membuat kelompok Cimrin beralih menjadi sebuah kelompok tani usaha hutan rakyat. Adanya kerjasama ini membuat kelompok tani Cimrin berinisiatif untuk melakukan pengukuhan sebagai kelompok tani hutan rakyat ke BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Perubahan status Kelompok Cimrin dari kelompok sosial menjadi kelompok hutan rakyat menunjukkan adanya dinamika kelompok. Kelompok tani Cimrin saat ini sudah memiliki unit penyemaian dan unit penanaman. Jenis pohon yang ditanam merupakan jenis pohon Sengon atau masyarakat mengenalnya dengan pohon jeng-jeng. Jenis pohon ini memiliki masa panen yang cukup cepat yakni antara umur 4-5 tahun. Pemilihan penanaman jenis pohon ini tidak ditentukan oleh pihak FORCI melainkan pihak kelompok tani sendiri yang menentukan. Unit penyemaian menghasilkan benih sengon yang diperjualbelikan kepada warga setempat. Hal ini membuat masyarakat yang ingin membeli benih sengon tidak perlu mencari hingga keluar desa. Kelompok Cimrin kini telah memasuki 1 tahun semenjak menjadi kelompok tani hutan rakyat. Dari segi peningkatan pendapatan dari adanya kegiatan unit penyemaian dan unit penanaman kelompok tani Cimrin sudah merasakan keuntungannya, yakni dari hasil penjualan penyemaian benih. Fakta penting dari keberadaan kelompok tani Cimrin ini adalah masyarakat menjadi memiliki akses langsung dalam memperoleh benih yang diinginkan dan anggota kelompok tani khususnya mendapatkan pengalaman dan pengetahuan terkait bagaimana menjalankan suatu kelompok dengan berasaskan pencapaian tujuan bersama dan pengambilan keputusan oleh kelompok itu sendiri sebagai cara untuk mencapai tujuan. Keseriusan anggota kelompok tani terlihat dari aktivitas rabuan yakni membersihkan lahan unit penanaman secara bersama-sama dan juga kesediaan anggota untuk melakukan ngariung atau diskusi di malam hari minimal 1 kali dalam seminggu. “Sekarang masyarakat di Kampung Cimapag jika ingin membeli benih tidak harus keluar desa. FORCI sangat membantu masyarakat disini. Setidaknya Kampung Cimapag jadi punya kelompok tani hutan rakyat. Warga yang lain pun jadi tertarik untuk mengetahui kegiatan kelompok tani” (AJD, petani)
39
Kelompok lainnya adalah kelompok majlis ta’lim yaitu sebuah kelompok keagamaan yang memberikan tambahan ilmu tentang agama islam. Baik di dusun 04 maupun dusun 05 terdapat kelompok majlis ta’lim. Dusun 04 dan dusun 05 masing-masing memiliki 3 kelompok majlis ta’lim. Kegiatan keagamaan ini rutin diadakan satu kali setiap minggunya dengan waktu yang berbeda-beda di setiap majlis. Kelompok ini adalah kelompok pengajian untuk para ibu di Dusun 04 dan dusun 05. Partisipasi para ibu untuk menghadiri majlis ta’lim cukup tinggi. Majlis ta’lim sudah ada di masyarakat semenjak tahun 1990-an dan hingga kini masih terus aktif. Majlis ta’lim dijalankan atas motivasi untuk membangun syiar islam. Penggerak majlis ta’lim ini adalah para tokoh agama di kalangan masyarakat.
Norma dan Nilai Perubahan pada aspek-aspek struktural meliputi dinamika pemerintahan, ragam mata pencaharian, pergeseran stratifikasi sosial, dan dinamika kelompok sosial dipengaruhi oleh pembangunan desa yang mengalami peningkatan serta akses keluar masuk desa yang semakin mudah. Perubahan pada aspek struktural ini baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perubahan kultur masyarakat setempat, meliputi norma dan nilai yang dianut masyarakat. Dalam jangka waktu tertentu dan besaran intensitas perubahan tertentu pengaruh perkembangan pedesaan yang disebabkan kemajuan teknologi dan penngkatan kebutuhan ekonomi akan mempengaruhi pola pikir, gaya hidup serta kebiasaan masyarakat. Umumnya setiap keluarga di Kampung Cimapag memiliki aset berupa lahan, pohon, dan rumah. Norma yang dianut masyarakat kampung Cimapag dalam hal aturan pembagian warisan, yang dalam kasus ini warisan yang dimaksud adalah tanah dalah pembagian yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dengan pembagian 1:2. Misal, dalam satu keluarga memiliki sebidang lahan seluas 3 ha. Keluarga ini memiliki 3 anak, 2 orang anak laki-laki dan 1 perempuan. Jika lahan ini diwariskan maka pembagiannya sebesar 1 ha untuk masing-masing anak laki-laki dan ½ ha untuk anak perempuan. Disamping itu, aturan pembagian warisan lainnya adalah rumah bagi mereka yang menjadi anak bungsu dalam sebuah keluarga. Aturan ini sudah menjadi aturan turun temurun dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan hingga penelitian dilakukan. Kepercayaan-kepercayaan terhadap hal-hal gaib juga masih mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Cimapag. Pemuda kampung saat musim durian biasanya memilih kegiatan untuk mengumpulkan uang dengan cara mulung durian. Mulung durian tidak dilakukan secara individu melainkan dilakukan secara berkelompok. Kelompok mulung durian ini “beroperasi” dengan berangkat malam dan pulangnya di pagi hari. Mereka memercayai bahwa di dalam hutan tempat mereka memulung durian ada makhluk-makhluk ghaib yang harus dihindari seperti Deh, Lauh, dan Mata Seribu. Oleh karena itu, masyarakat punya aturan main tertentu ketika memasuki dan mengakses sumberdaya yang ada di hutan. Perubahan pada aspek norma dan nilai tidak terjadi secara signifikan. Masyarakat masih tetap memegang nilai-nilai yang diajarkan oleh para tetua kampung.
40
Perubahan kultur masyarakat mulai nampak pada tahun 2005, perkembangan teknologi dalam hal ini kepemilikan motor menjadi tren atau gaya hidup modern di kalangan remaja di Kampung Cimapag. Kemudian tren penggunaan Hp merambah masyarakat Kampung Cimapag pada tahun 2008. Pada tahun 2011 akhir muncul rental Playstation (Ps) di Kampung Cimapag. Keberadaan atau masuknya teknologi motor, Hp dan Ps ini berdampak pada perubahan perilaku pemuda-pemudi yang menjadi malas membantu orangtua di sawah atau hutan, malas belajar, dan malas beribadah. Kemajuan teknologi ini semakin meluas pada kondisi ekonomi masyarakat. Anak-anak yang berusia remaja menuntut kepemilikan terhadap barang-barang teknologi tersebut yang berdampak pada pengorbanan aset yang dimiliki keluarga. Para remaja ini tidak menuntut haknya untuk mendapatkan pendidikan melainkan menuntut haknya untuk mendapatkan motor atau Hp. Hal ini menunjukkan Pola pikir para remaja yang lebih mementingkan gaya hidup yang konsumtif dibandingkan menuntut ilmu. Jika kondisi ekonomi keluarga mereka mampu maka hal itu bukanlah menjadi masalah. Tuntutan ini menjadi masalah jika kondisi ekonomi keluarga tidak mampu. Permintaan anak-anak mereka untuk membeli motor misalnya bisa berdampak pada keputusan keluarga untuk berhutang dengan jaminan aset seperti pohon. “Kalo ada anak yang mau beli motor, mereka akan minta ke orang tuanya. Kalo orang tuanya mampu sih tidak masalah. Yang jadi masalah kalo orang tuanya tidak mampu dan anaknya tidak mau pengertian. Terpaksa orang tuanya gadaikan pohonnya.” (APH, Petani) Anak-anak di Kampung Cimapag tidak sepenuhnya mengikuti kemajuan teknologi. Anak-anak hingga remaja masih tetap memiliki aktivitas yang bersifat tradisional di Kampung Cimapag. Permainan kolecer atau kincir angin yang terbuat dari kayu adalah salah satu permainan yang disenangi oleh anak-anak di Kampung Cimapag. Disamping itu, ada juga permainan bebedilan atau pistolpistolan yang terbuat dari bambu dengan menggunakan peluru dari buah daroak. Gaya hidup yang berkembang di Kampung Cimapag adalah gaya hidup konsumtif. Tidak hanya anak muda atau para remaja yang menuntut kepemilikan teknologi. Para orang tua juga cenderung memilih kepemilikan teknologi dibandingkan menyekolahkan anak-anak mereka. Seperti yang sudah terpaparkan bahwa masyarakat kampung Cimapag saat musim tertentu maka pendapatannya menjadi besar. Pendapatan yang besar ini kemudian diikuti dengan pembelanjaan barang-barang elektronik seperti kulkas dan TV. Saat wawancara dilakukan, masyarakat mengaku tidak punya uang untuk melanjutkan pendidikan anaknya, tapi saat melihat keadaan di dalam rumah, kulkas dan TV ada. Gambaran ini menjelaskan bahwa nilai-nilai masyarakat akan pentingnya pendidikan masih sangat kurang. Masyarakat lebih memilih punya harta benda berupa barang yang nyata di rumah daripada menyekolahkan anak-anak mereka yang hasilnya ilmu pengetahuan yang tidak nyata. Hal ini diperkuat dari pernyataan salah satu warga seperti berikut.
41
“Kalo lagi musim warga disini pada bisa beli barang-barang untuk di rumah. Beli lemari, beli kulkas, atau beli TV. Kalo untuk pendidikan, anak-anak di Dusun 04 sini saja yang lulus SMA tidak sampe 5 orang. Orang-orang disini mikirnya kurang ke pendidikan.” (EDH, guru ngaji) Anak-anak usia SD juga mendapatkan pengaruh gaya hidup konsumtif yang tinggi. Dalam sehari anak-anak bisa menghabiskan uang Rp5 000-10 000 untuk jajan setiap harinya. Jika diambil angka terendah jajan anak setiap hari maka dalam sebulan jajan anak bisa mencapai Rp150 000. Pendidikan lagi-lagi menjadi hal yang tidak penting bagi masyarakat Kampung Cimapag, terlihat dari keberadaan sekolah agama yang didirikan oleh salah satu warga pendatang yang tergerak untuk menyebarkan ilmu agama. Sekolah agama yang didirikan hanya berjalan 3 bulan dan setelah itu tidak aktif lagi. Sekolah agama tersebut melakukan penarikan iuran sebesar Rp3 000/bulan. Iuran tersebut jarang dibayarkan tepat waktu bahkan ada saja yang tidak membayar, selain itu anakanak di Kampung Cimapag cepat bosan dalam hal belajar. Hal ini menyebabkan sekolah agama tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. “Disini pernah ada sekolah agama. Anak-anak setelah dapat pendidikan formal di sekolah, siang harinya bisa dapat pelajaran agama disini. Tapi sayang hanya jalan 3 bulan setelah itu bubar. anak-anak cepet bosan. Bapak-ibunya juga tidak ngedukung, iuran Rp3 000/bulan saja berat sekali dibayarkan. Padahal tiap hari anakanaknya bisa jajan.” (EDH, guru ngaji) Masyarakat Kampung Cimapag tingkat kebersamaannya masih tinggi. Hal ini dibuktikan dari kebiasaan masyarakat dalam melakukan makan bersama atau papadangan yang masih melekat di masyarakat. Papadangan adalah makan bersama di salah satu rumah warga kemudian warga yang lain akan berkumpul di rumah tersebut, dengan masing-masing membawa satu-dua jenis makanan untuk saling melengkapi. Biasanya hal ini dilakukan diantara warga yang rumahnya saling berdekatan. Salah satu tradisi masyarakat Kampung Cimapag yang saat ini telah memudar adalah ngehuma. Ngehuma adalah tanam padi di hutan dengan cara terlebih dulu menanancapkan kayu ke lahan sawah kemudian benih padi siap di tanam. Sekarang tradisi ini sudah tidak lagi dilakukan oleh petani di Kampung Cimapag. Penyebab dari memudarnya tradisi ini tidak diketahui secara pasti. Pemaparan ini menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Cimapag telah mengalami perubahan kultur yakni life style (gaya hidup) yang konsumtif. Pembangunan desa yang membuat kemajuan teknologi sampai ke desa dan keinginan akan kepemilikan teknologi menjadi salah satu faktor penyebabnya, meskipun ada juga kultur masyarakat yang relatif tidak mengalami perubahan.
42
Aturan pembagian warisan tidak berubah
Kepercayaan terhadap hal-hal ghaib masih ada dalam kehidupan masyarakat
Permainan tradisional yang masih belum ditinggalkan
Papadangan yang masih melekat di masyarakat
Gaya hidup konsumtif yang tinggi
Perubahan perilaku pemuda-pemudi akibat masuknya teknologi
Ngehuma yang sudah lama ditinggalkan
Gambar 6 Perubahan nilai dan norma pada masyarakat
43
PERUBAHAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA SEJAK TAHUN 1980-AN
Bagian ini memaparkan penilaian masyarakat terhadap perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat Kampung Cimapag sejak tahun 1980-an. Perubahan dilihat dari perbedaan keadaan dulu (saat tahun 1980-an) dan kini (saat penelitian dilakukan). Pada bagian ini akan dipaparkan perubahan di tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan. Perubaan pada tingkat kesejateraan di ketiga aspek tersebut merupakan kondisi yang dinilai responden, diukur menggunakan skala 1-10. Perbedaan kondisi saat orde baru dan saat penelitian dilakukan juga dijelaskan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Tingkat Pendidikan Sektor pendidikan di Kampung Cimapag hingga saat ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Baik di Dusun 04 maupun Dusun 05 bangunan sekolah yang ada hanya Sekolah Dasar (SD). Bangunan sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada. Program Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat tentu saja sampai di sekolah. Namun, bagaimana jika ada BOS namun bangunan sekolah sendiri tidak ada. “Kalo mau lanjut sekolah ke SMP jaraknya jauh. Emang sih ada bantuan dari pemerintah jadi biaya SMP gratis. Tapi, kami tidak punya biaya untuk transportasi dan keperluan sekolah seperti baju.” (ARM, IRT) Pernyataan ini menunjukkan bahwa anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah setelah lulus SD harus menuju ke desa lainnya yang jaraknya cukup jauh. Menurut data Podes (Potensi Desa) Bangunjaya tahun 2011 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), lembaga pendidikan untuk tingkat SMP/sederajat dan tingkat SMA/sederajat baik negeri maupun swasta tidak ada. Jarak terdekat yang harus ditempuh dari desa menuju SMP dan SMA sejauh 5 Km. Jarak tempuh ini membutuhkan biaya perjalanan. Hal ini yang membuat para orangtua di Kampung Cimapag memilih tidak melanjutkan sekolah anak-anak mereka. Ketidakberadaan infrastruktur bangunan sekolah untuk SMP ini juga mendorong Masyarakat Cimapag untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke pesantren. Bagian ini menganalisis perbedaan antara kondisi tingkat pendidikan sejak orde baru dan saat penelitian dilakukan, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat keluarga. Berikut persentase jumlah responden yang mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat sejak orde baru dan saat penelitian dilakukan.
44
Tabel 9 Persentase jumlah responden menurut perubahan tingkat pendidikan masyarakat Perubahan tingkat pendidikan masyarakat Jumlah responden (%) Menurun 0 Meningkat 92.5 Tetap 7.5 Total 100 Berdasarkan tabel 9, jumlah responden yang menilai pendidikan masyarakat sejak orde baru hingga kini meningkat sebesar 92.5%. Perubahan kondisi pendidikan tetap sebesar 7.5% dan perubahan kondisi pendidikannya menurun sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai perbedaan tingkat pendidikan masyarakat sejak tahun 1980-an hingga kini berupa perubahan yang positif atau meningkat. Signifikansi perbedaan tingkat pendidikan saat orde baru dan saat penelitian diuji menggunakan SPSS uji Chi-Square (Lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis terlihat bahwa signifikansi (Asymp Sig 2-tailed) adalah 0.002. Signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan tingkat pendidikan masyarakat sejak tahun 1980-an dan kini saat penelitian dilakukan. Selanjutnya tabel berikut menunjukkan persentase jumlah responden yang mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap berdasarkan tingkat pendidikan keluarga sejak orde baru dan saat penelitian dilakukan menurut persepsi para responden. Tabel 10 Persentase jumlah responden menurut perubahan tingkat pendidikan keluarga Perubahan tingkat pendidikan keluarga Jumlah responden (%) Menurun 2.5 Meningkat 92.5 Tetap 5 Total 100 Berdasarkan tabel 10, jumlah responden yang menilai kondisi pendidikan keluarga sejak orde baru hingga kini yang meningkat sebesar 92.5%. Perubahan kondisi pendidikan tetap sebesar 5% dan perubahan kondisi pendidikannya menurun sebesar 2.5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perbedaan kondisi tingkat pendidikan keluarga sejak tahun 1980-an hingga kini. Perbedaan tersebut berupa perubahan yang positif atau meningkat. Signifikansi perbedaan tingkat pendidikan saat orde baru dan saat penelitian dilakukan, diuji menggunakan SPSS uji Chi-Square (Lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis terlihat bahwa signifikansi (Asymp Sig 2-tailed) adalah 0.001. Karena signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak, artinya menurut para responden, terdapat perbedaan tingkat pendidikan keluarga responden saat tahun 1980-an dan saat penelitian dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara saat pengambilan data dilakukan, pendidikan anak-anak di Kampung Cimapag kini lebih baik dibandingkan dengan
45
kondisi pendidikan dulu saat para orangtua menempuh pendidikan. Ukuran “baik” menurut responden adalah anak-anak di Kampung Cimapag telah mampu menempuh pendidikan hingga tingkat SMP. Hal tersebut disebabkan anak-anak dapat bersekolah si SMP terbuka yang menggunakan gedung SD N Cimapag. SMP terbuka sudah berjalan selama 5 tahun. Keberadaan SMP terbuka ternyata tidak diikuti dengan kualitas SMP terbuka. Berdasarkan observasi yang dilakukan, proses belajar-mengajar di SMP terbuka dimulai pada pukul 13.00 WIB dan berakhir pada pukul 14.00 WIB atau paling lama pukul 15.00 WIB. Jadwal pelajaran siswa di SMP terbuka terdapat 3-4 mata pelajaran dalam sehari. Faktanya, jadwal pelajaran tersebut tidak berjalan dengan baik, dalam sehari siswa SMP terbuka hanya belajar 1-2 mata pelajaran. “Alhamdulillah sekarang sudah ada SMP di kampung kami. Tapi, anak-anak pulang sekolahnya cepat. Berangkat jam 1 pulang jam 2. Paling lama jam 3. Katanya sih gurunya gak ada.” (RHYN, orangtua siswa SMP terbuka) Jumlah guru yang kurang dan ketidakhadiran guru menjadi faktor yang membuat proses belajar-mengajar masih belum berjalan dengan baik. Hal ini menyebabkan kualitas pendidikan di Kampung Cimapag masih kurang baik.
Tingkat Kesehatan Kondisi tingkat kesehatan masyarakat Kampung Cimapag berdasarkan observasi yang dilakukan masih kurang baik. Jarak puskesmas yang jauh dari Kampung Cimapag, kader bidan yang tidak berada di Kampung Cimapag, dan posyandu yang tidak rutin dilaksanakan menjadi faktor kualitas kesehatan di Kampung Cimapag masih kurang baik. “Disini gak ada bidan, kader juga gak ada. Posyandu kadang 2 bulan baru ada. Kadang juga 3 bulan baru ada. Kalaupun ada posyandu, anak-anak kadang hanya ditimbang berat badan saja. Ibu-ibu disini jadi malas bawa anak mereka ke posyandu.” (EDH, IRT) Bagian ini menganalisis perbedaan antara tingkat kesehatan sejak orde baru dan saat penelitian dilakukan menurut persepsi para responden, dalam hal ini di tingkat keluarga. Pada tabel berikut menunjukkan persentase jumlah responden yang mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap berdasarkan tingkat kesehatan keluarga sejak orde baru dan saat penelitian dilakukan menurut persepsi para responden.
46
Tabel 11 Persentase jumlah responden berdasarkan perbedaan tingkat kesehatan keluarga Perubahan tingkat kesehatan keluarga Jumlah responden (%) Menurun 0 Meningkat 72.5 Tetap 27.5 Total 100 Berdasarkan tabel 11, jumlah responden yang memiliki kondisi kesehatan keluarga sejak orde baru hingga kini yang meningkat sebesar 72.5%. Perubahan kondisi kesehatan tetap sebesar 27.5% dan perubahan kondisi kesehatannya menurun sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai perbedaan kondisi tingkat pendidikan keluarga sejak tahun 1980-an hingga kini berupa perubahan yang positif atau meningkat. Signifikansi perbedaan tingkat kesehatan saat orde baru dan saat penelitian dilakukan, diuji menggunakan SPSS uji Chi-Square (Lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis terlihat bahwa signifikansi (Asymp Sig 2-tailed) adalah 0.161. Signifikansi < 0.05 maka H0 diterima, artinya menurut para responden, tidak terdapat perbedaan tingkat kesehatan keluarga responden saat tahun 1980-an dan saat penelitian dilakukan. Hasil observasi diperoleh gambaran bahwa tingkat kesehatan di keluarga masih kurang baik. Hal ini disebabkan tenaga medis seperti kader dan bidan yang jarang masuk ke Kampung Cimapag serta jarak tempuh menuju sarana kesehatan seperti puskesmas yang cukup jauh. Menurut data Podes (Potensi Desa) Bangunjaya tahun 2011 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Sarana Rumah Sakit dan puskesmas tidak ada, jarak terdekat menuju Rumah Sakit adalah 34 Km dan jarak menuju Puskesmas adalah 1 Km. Terdapat Posyandu dengan jumlah sarana 7 unit. Tenaga kesehatan yang tinggal di Desa untuk dokte wanita sebanyak 1 orang dan bidan sebanyak 1 orang. Jumlah tenaga medis ini sangat kurang mengingat terdapat 5 dusun dalam satu desa dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Tingkat kesehatanjuga punya nilai yang lebih baik, hal ini berdasarkan kemampuan masyarakat untuk membayar biaya pengobatan. Masyarakat dulu mengalami kesulitan dalam membayar biaya pengobatan yang jumlahnya tidak sedikit. Saat salah satu anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan biaya yang tinggi, keluarga tersebut mau tidak mau menggadaikan pohon atau aset keluarga lainnya untuk menebus biaya pengobatan. Bantuan pengurangan biaya pengobatan seperti Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) belum dimiliki masyarakat Kampung Cimapag. Sejak tahun 2008 masyarakat telah memiliki Jamkesmas yang dibagikan oleh aparat pemerintah di tingkat dusun. Kepeilikan Jamkesmas sangat membantu masyarakat dalam meringankan biaya pengobatan.
Tingkat Pendapatan Masyarakat Kampung Cimapag pada umumnya memiliki pekerjaan di sektor pertanian. Sektor jasa dan perdagangan juga turut membuat variasi pekerjaan di Kampung Cimapag. Bagian ini menganalisis perbedaan antara
47
tingkat pendapatan sebelum otonomi daerah dengan pendapatan sesudah otonomi daerah di tingkat keluarga menurut persepsi para responden. Pada tabel berikut menunjukkan jumlah responden dalam skala nilai kesehatan keluarga sebelum otonomi daerah dan sesudah otonomi daerah. Tabel 12 Persentase jumlah responden berdasarkan perbedaan tingkat pendapatan keluarga Perubahan tingkat pendapatan keluarga Jumlah responden (%) Menurun 22.5 Meningkat 60 Tetap 17.5 Total 100 Berdasarkan tabel 12, jumlah responden yang memiliki kondisi pendapatan keluarga sejak orde baru hingga kini yang meningkat sebesar 60%. Perubahan kondisi pendapatan tetap sebesar 17.5% dan perubahan kondisi pendapatannya menurun sebesar 22.5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perbedaan kondisi tingkat pendapatan keluarga sejak tahun 1980-an hingga kini berupa perubahan yang positif atau meningkat. Signifikansi perbedaan tingkat pendapatan saat orde baru dan saat penelitian dilakukan, diuji menggunakan SPSS uji Chi-Square (Lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis terlihat bahwa signifikansi (Asymp Sig 2-tailed) adalah 0.000. Signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak, artinya menurut para responden, terdapat perbedaan tingkat pendapatan keluarga responden sejak tahun 1980-an dan saat penelitian dilakukan. Tingkat pendapatan keluarga dari pengambilan data responden saat orde baru dan saat penelitian dilakukan umumnya memiliki perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengambilan data, terdapat hasil yang menarik yaitu ada responden yang menilai bahwa kondisi tingkat pendapatan bernilai negatif. Maksud dari tingkat pendapatan bernilai negatif adalah tingkat pendapatan saat orde baru lebih rendah dibandingkan dengan kondisi tingkat pendapatan saat penelitian dilakukan. Hal tersebut disebabkan nilai tukar atau harga komoditas saat ini. “Dulu, pendapatan sebesar Rp100 000 bisa membeli beras, lauk, bumbu-bumbu dapur, dan masih ada sisa untuk ditabung. Tapi sekarang uang Rp100 000 boro-boro nabung, uang segitu hanya bisa beli beras dan lauk seadanya.” (SRD, ketua RW) Kenaikan pendapatan warga yang juga diikuti kenaikan harga komoditas membuat masyarakat merasa tidak ada perbedaan tingkat pendapatan dulu dan sekarang. Berdasarkan observasi, tingkat pendapatan masyarakat meningkat disebabkan kemampuan warga menjual aset berupa pohon kayu sejak mesin senso atau mesin pemotong kayu masuk ke Kampung Cimapag pada tahun 1993. Jenis pohon kayu yang dijual adalah jenis pohon buah-buahan seperti pohon durian yang memiliki masa tumbuh lama. Harga jual kayu yang tinggi membuat masyarakat merasa tingkat pendidikan mereka kini lebih baik.
48
Hasil observasi ditemukan bahwa peningkatan pendapatan mulai dirasakan masyarakat ketika masyarakat telah mengenal transaksi jual-beli kayu. Pohon yang dijual tersebut adalah pohon yang diwariskan keluarga yang membutuhkan waktu yang lama untuk bisa ditebang. Uang hasil penjualan kayu kemudian digunakan untuk membayar hutang, merenovasi rumah, dan belanja kebutuhan sehari-hari. Ketika uang tersebut habis maka tidak ada lagi pendapatan yang dapat diandalkan. Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kemudian dipenuhi dengan bekerja sebagai buruh tani. Ketika masyarakat memulai kembali menanam pohon buah maka membutuhkan waktu yang lama untuk dapat memperoleh pendapatan dari panen buah tersebut. Tingkat pendapatan yang meningkat juga dipengaruhi oleh akses jalan yang kini lebih baik. Masyarakat menjadi lebih mudah menuju pasar dan melakukan hubungan keluar desa.
49
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
Bagian ini memaparkan jumlah responden menurut karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Responden dalam penelitian ini dibagi kedalam kelas menengah keatas dan kelas menengah kebawah. Pada bagian ini juga memaparkan hasil analisis uji korelasi/hubungan antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat terhadap perubahan sosial. Sikap terhadap perubahan sosial yang dimaksud adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh responden terhadap perubahan kehidupan sosial budaya masyarakat.
Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang menetap di Dusun 04 dan Dusun 05. Sampel ini selanjutnya disebut masyarakat Cimapag. Penelitian ini mengambil 40 responden yang terdiri dari 20 masyarakat kelas menengah kebawah dan 20 masyarakat kelas menengah keatas. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Usia digolongkan menjadi tiga kategori yaitu <40 tahun, 40-47 tahun, dan >47 tahun. Pada tabel berikut menunjukkan jumlah responden berdasarkan tingkatan usia responden dan kelas sosial masyarakat Kampung Cimapag. Tabel 13 Jumlah responden menurut tingkat usia dan kelas sosial masyarakat Jumlah responden menurut tingkat usia Kelas sosial Total <40 tahun 40-47 tahun >47 tahun 20 Menengah keatas 10 7 3 20 Menengah kebawah 8 7 5 40 Total 18 14 8 Berdasarkan tabel 13, sebagian besar responden terdapat pada tingkatan umur <40 tahun, yaitu 10 responden kelas menengah keatas dan 8 responden kelas menengah kebawah. Disusul pada tingkatan umur 40-47 tahun terdapat 14 responden, masing-masing 7 responden baik untuk responden kelas menengah keatas maupun responden kelas menengah kebawah. Terakhir pada tingkatan umur >47 tahun terdapat 8 responden, 3 responden kelas menengah keatas dan 5 responden kelas menengah kebawah. Apabila ditinjau dari segi pendidikan, umumnya responden di Kampung Cimapag sempat mendapatkan pendidikan formal. Berikut tabel yang menunjukkan tingkat pendidikan di kalangan masyarakat cimapag.
50
Tabel 14 Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dan kelas sosial masyarakat Jumlah responden menurut ingkat pendidikan Kelas sosial Total SD (TT) SMP SMA – PT – SD Menengah keatas Menengah kebawah Total
14 19 33
2 1 3
4 0 4
20 20 40
Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di tingkat SD baik itu yang tamat maupun yang tidak tamat (TT) sebesar 33 responden. Responden kelas menengah keatas sebanyak 14 dan responden kelas menengah kebawah sebanyak 19. Responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 3 orang, 2 responden kelas menengah keatas dan 1 responden kelas menengah kebawah. Tingkat pendidikan SMA-PT terdapat 4 responden, kesemuanya tergolong masyarakat kelas menengah keatas. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kampung Cimapag masih tergolong rendah. Pendidikan sebagai salah satu unsur pembangunan menjadi hal yang mempengaruhi keterlambatan pembangunan di Kampung Cimapag. Responden pada penelitian ini memiliki pekerjaan yang cukup beragam. Pada tabel berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Petani 15 37.5 Buruh tani 3 7.5 Buruh lepas 3 7.5 Guru 3 7.5 PNS 1 2.5 Sopir 1 2.5 Guru ngaji 2 5 Pedagang/Tengkulak 2 5 Wiraswasta 1 2.5 Pemilik usaha (warung) 1 2.5 Ibu Rumah Tangga 7 17.5 Tidak memiliki pekerjaan 1 2.5 Total 40 100
Tabel 15 memperlihatkan bahwa jenis pekerjaan responden cukup beragam dan kuantitas yang berbeda-beda. Dari 40 responden, teridentifikasi 12 jenis pekerjaan. Proporsi jumlah responden dari setiap pekerjaan antara lain: 37.5% petani; 17.5% ibu rumah tangga, 7.5% buruh tani, buruh lepas, dan guru; 5% guru ngaji dan pedagang/tengkulak; serta 2.5% PNS, sopir, wiraswasta, dan tidak memiliki pekerjaan. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai petani.
51
Responden penelitian ini memiliki tingkat pendapatan yang beragam. Responden dengan pendapatan Rp0 sampai pendapatan di atas Rp1 000 000, yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut. Tabel 16 Jumlah responden menurut tingkat pendapatan dan kelas sosial masyarakat Tingkat pendapatan Kelas sosial Total 500 000-1 000 <500 000/bulan >1 000 000/bulan 000/bulan 20 Menengah 2 14 4 keatas 20 Menengah 20 0 0 kebawah 40 Total 22 14 4 Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 22 responden yang memiliki tingkat pendapatan
Rp1 000 000/bulan, terdapat 4 responden dari kelas menengah keatas. Responden kelas menengah keatas yang memiliki pendapatan
Sikap Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Arus modernisasi yang masuk ke Kampung Cimapag berdampak pada perubahan sosial pada kehidupan masyarakat Kampung Cimapag. Aspek-aspek kehidupan masyarakat meliputi aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat serta tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pemaparan pada bagianbagian sebelumnya bahwa aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat meliputi sistem pemerintahan, stratifikasi sosial, kelompok-kelompok sosial, serta nilai dan norma mengalami perubahan dengan tingkat signifikansi yang berbedabeda. Begitupun pada tingkat kesejahteraan, yakni tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan menunjukkan adanya perubahan yang
52
ditunjukkan dari perbedaan kondisi saat orde baru dan saat penelitian dilakukan menurut persepsi masyarakat. Perubahan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat ini berimplikasi pada masyarakat sebagai aktor utama yang berada dalam dinamika kehidupan di Kampung Cimapag. Pada bagian ini menganalisis bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut. Sikap masyarakat yang dimaksud disini adalah respon masyarakat yang bersifat positif maupun negatif yang ditunjukkan dalam pernyataan yang diberikan terkait perubahan sosial tersebut. Berdasarkan hasil survey menggunakan kuesioner dari 40 orang responden, responden yang memiliki sikap positif sebesar 62.5% dan responden yang memiliki sikap negatif sebesar 37.5%. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat menyadari bahwa perubahan sosial akibat modernisasi telah membawa perubahan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat desa.
Hubungan antara Sikap terhadap Perubahan Sosial dengan Karakteristik Individu Usia Bagian ini merupakan pemaparan analisis hubungan antara usia individu dengan sikap masyarakat terhadap perubahan sosial dari adanya modernisasi. Tabel berikut menunjukkan jumlah dan persentase sikap masyarakat terhadap perubahan sosial menurut tingkat usia responden. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase sikap terhadap perubahan sosial Usia Total Positif Negatif <40 tahun 10 (55.6%) 8 (44.4%) 18 (100%) 40-47 tahun 12 (85.7%) 2 (14.3%) 14 (100%) >47 tahun 3 (37.5%) 5 (62.5%) 8 (100%) Total 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40 (100%) Tabel 17 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat usia <40 tahun, persentase yang bersikap positif terhadap perubahan sosial di masyarakat kampung Cimapag sebesar 55.6% dan responden yang bersikap negatif sebesar 44.4%. Pada tingkat usia 40-47 tahun, persentase responden yang bersikap positif sebesar 85.7% dan yang bersikap negatif sebesar 14.3%. Pada tingkat usia >47 tahun, persentase responden yang bersikap positif sebesar 62.5% dan yang bersikap negatif sebesar 37.5%. Tidak terdapat kecenderungan responden menentukan sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan tingkat umur. Pada lampiran 5 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik SPSS Rank Spearman dengan menguji hubungan antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel usia responden. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel usia
53
adalah sebesar 0.953. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpha (0.10 = 10%) maka terima H0, artinya ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel usia. Sikap positif atau negatif terhadap perubahan sosial memiliki hubungan yang negatif (tidak searah) dengan karakteristik usia masyarakat. Perbedaan usia berhubungan negatif terhadap pembentukan sikap. Masyarakat yang memiliki usia tergolong tua (>47 tahun) tidak selalu memiliki sikap yang positif terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Begitupun dengan masyarakat yang memiliki usia tergolong muda (<40 tahun) tidak selalu memiliki sikap negatif terhadap perubahan sosial.
Jenis Kelamin Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap perubahan sosial. Pada Tabel 18 berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap perubahan sosial masyarakat Kampung Cimapag. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase sikap terhadap perubahan sosial Jenis kelamin Total Positif Negatif Laki-laki 18 (62.1%) 11 (27.5%) 19 (100%) Perempuan 7 (63.6%) 4 (36.4%) 11 (100%) Total 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40 (100%) Tabel 18 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki sikap positif terhadap perubahan sosial sebesar 62.1% dan 27.5% memiliki sikap negatif. Responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki sikap positif terhadap perubahan sosial sebesar 63.6% dan 36.4% memiliki sikap negatif. Tidak terdapat kecenderungan responden menentukan sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan jenis kelamin. Pada lampiran 5 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik SPSS Rank Spearman dengan menguji hubungan antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel jenis kelamin responden. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel jenis kelamin adalah sebesar 0.929. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpha (0.10 = 10%) maka terima H0, artinya ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel jenis kelamin. Sikap positif atau negatif terhadap perubahan social memiliki hubungan yang negatif dengan karakteristik jenis kelamin masyarakat. Pembentukan sikap ini berhubungan dengan pengaruh yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Jenis kelamin laki-laki tidak serta merta diikuti dengan sikap positif terhadap perubahan sosial, begitupun dengan jenis kelamin perempuan tidak diikuti dengan sikap negatif terhadap perubahan sosial.
54
Status Sosial Bagian ini menganalisis hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan status sosial masyarakat. Pada tabel berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan status sosial masyarakat. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara status sosial dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase sikap terhadap perubahan sosial Status sosial Total Positif Negatif Tinggi 11 (64.7%) 6 (35.3%) 17 (100%) Rendah 14 (60.9%) 9 (39.1%) 23 (100%) Total 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40 (100%) Tabel 19 menunjukkan bahwa responden yang berstatus sosial tinggi, yakni para aparat pemerintah, tokoh masyarakat, guru memiliki sikap positif terhadap perubahan sosial sebesar 64.7% dan 35.3% memiliki sikap negatif. Responden yang berstatus sosial rendah yakni petani, IRT memiliki sikap positif terhadap perubahan sosial sebesar 60.9% dan 39.1% memiliki sikap negatif. Tidak terdapat kecenderungan responden menentukan sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan status sosial. Pada lampiran 5 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik SPSS Rank Spearman dengan menguji hubungan antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel status sosial responden. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel status sosial adalah sebesar 0.810. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpha (0.10 = 10%) maka terima H0, artinya ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel status sosial responden. Sikap positif atau negatif terhadap perubahan social memiliki hubungan yang negatif dengan karakteristik status sosial masyarakat. Pembentukan sikap ini berhubungan dengan pengaruh yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Status sosial yang tinggi tidak serta merta diikuti dengan sikap positif terhadap perubahan sosial, begitupun dengan status sosial yang rendah tidak diikuti dengan sikap negatif terhadap perubahan sosial.
Tingkat Pendidikan Bagian ini memaparkan hasil analisis hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendidikan responden. Pada tabel berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendidikan responden.
55
Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase sikap terhadap Total Tingkat Pendidikan perubahan sosial Positif Negatif SMA – PT 4 (100%) 0 (0%) 4 (100%) SMP 3 (100%) 0 (0%) 3 (100%) SD (TT) – SD 18 (54.5%) 15 (45.5%) 33 (100%) Total 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40 (100%) Tabel 20 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan SD (TT)-SD memiliki sikap positif terhadap perubahan sosial sebesar 54.5% dan 45.5% memiliki sikap negatif. Responden dengan tingkat pendidikan SMP memiliki sikap positif sebesar 100% dan responden dengan tingkat pendidikan SMA-PT memiliki sikap positif sebesar 100%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA-PT memiliki 0% untuk sikap negatif terhadap perubahan sosial. Terdapat kecenderungan responden menentukan sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan tingkat pendidikan. Pada lampiran 5 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik SPSS Rank Spearman dengan menguji hubungan antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel tingkat pendidikan responden. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel tingkat pendidikan adalah sebesar 0.025. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpha (0.10 = 10%) maka tolak H0, artinya ada korelasi yang positif antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel tingkat pendidikan responden. Sikap positif atau negatif terhadap perubahan sosial berhubungan dengan karakteristik tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi diikuti dengan sikap positif terhadap perubahan sosial, begitupun dengan tingkat pendidikan yang semakin rendah diikuti dengan sikap negatif terhadap perubahan sosial.
Tingkat Pendapatan Bagian ini memaparkan analisis hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendapatan responden. Pada tabel berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendapatan responden.
56
Tabel 21 Jumlah dan persentase responden antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap perubahan sosial Jumlah dan persentase sikap terhadap perubahan sosial Tingkat Pendapatan Total Positif Negatif Rp1 000 000 4 (100%) 0 (0%) 4 (100%) Total 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40 (100%) Tabel 21 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendapatan Rp1 000 000 memiliki sikap positif terhadap perubahan sosial sebesar 100%. Terdapat kecenderungan responden menentukan sikap terhadap perubahan sosial berdasarkan tingkat pendapatan. Pada lampiran 5 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik SPSS Rank Spearman dengan menguji hubungan antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel tingkat pendapaan responden. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel tingkat pendapatan adalah sebesar 0.046. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpha (0.10 = 10%) maka tolak H0, artinya ada korelasi yang positif antara variabel sikap terhadap perubahan sosial dengan variabel tingkat pendapatan responden. Sikap positif atau negatif terhadap perubahan sosial berhubungan dengan karakteristik tingkat pendapatan masyarakat. Tingkat pendapatan yang semakin tinggi diikuti dengan sikap positif terhadap perubahan sosial, begitupun dengan tingkat pendapatan yang semakin rendah diikuti dengan sikap negatif terhadap perubahan sosial.
57
SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini memaparkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kampung Cimapag. Kesimpulan akan menjelaskan mengenai sumber perubahan sosial, aspek-aspek kehidupan sosialbudaya masyarakat yang mengalami perubahan disertai yang tidak mengalami perubahan, aspek-aspek kesejahteraan masyarakat, serta hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap perubahan sosial. Bagian ini juga memaparkan saran yang menurut penulis menjadi penting sebagai bahan pertimbangan bagi seluruh stakeholder yang berperan dalam peningkatan pembangunan dan kualitas hidup masyarakat Kampung Cimapag.
Simpulan Perubahan sosial pada masyarakat Desa Bangunjaya sejak tahun 1980-an ditunjukkan dengan tingkat pembangunan desa. Pembangunan desa umumnya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan peningkatan ekonomi. Disamping itu, adapula peran pemimpin dalam proses pembangunan. Faktor-faktor perubahan atau identitas perubahan terdiri atas aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat desa. Perubahan pada aspek struktural meliputi: (1) Perubahan dinamika pemerintahan, perubahan terjadi pada semakin meningkatnya partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam pemilihan pemimpin desa beserta perangkat desa. (2) Perubahan ragam mata pencaharian, perubahan terlihat dari adanya diferensiasi atau keragaman jenis mata pencaharian yang ada di desa. Semakin beragamnya jenis pekerjaan terjadi di sektor pertanian yang nampak pada jenisjenis buruh tani berdasarkan jenis kebutuhannya serta perubahan pada profesi tengkulak yang kini semakin meningkat skala usahanya. (3) Perubahan stratifikasi sosial, perubahan terlihat pada munculnya lapisan sosial atas pada stratifikasi sosial masyarakat. Skala usaha tengkulak yang meningkat membuat kelompok masyarakat ini dinilai sebagai golongan masyarakat kaya yang masuk pada lapisan atas. Dasar stratifikasi sosial yang kemudian berkembang adalah kepemilikan lahan, pohon, dan ditambah dengan uang (tingkat pendapatan). (4) Perubahan kelompok sosial, tergambarkan pada perubahan fungsi kelompok dari kelompok sosial menjadi kelompok hutan rakyat. Perubahan pada aspek-aspek struktural ini kemudian diikuti dengan perubahan pada aspek kultural yakni perubahan pada nilai dan norma di masyarakat. Perkembangan teknologi dan peningkatan ekonomi masyarakat yang masuk ke desa mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin konsumtif serta perubahan perilaku masyarakat. Pada aspek kultural ini juga terdapat hal-hal yang relatif tidak berubah seperti nilai kebersamaan di masyarakat. Penilaian masyarakat terhadap perubahan tingkat kesejahteraan meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan saat tahun 1980-an dan saat penelitian dilakukan menunjukkan adanya perbedaan. Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat pendidikan. Hal ini disebabkan infrastruktur sekolah yang semakin baik serta tingkat lulusan SD dan SMP yang meningkat. Begitupun dengan tingkat pendapatan, terdapat perbedaan
58
yang signifikan disebabkan adanya pembangunan jalan membuat akses keluar masuk desa menjadi mudah sehingga aktivitas perekonomian menjadi meningkat. Tingkat kesehatan perbedaannya tidak signifikan, sarana dan prasarana yang tidak memadai serta jumlah tenaga medis yang kurang menyebabkan pelayanan kesehatan masyarakat hingga kini relatif tidak berubah signifikan. Hubungan antara sikap masyarakat terhadap perubahan sosial masyarakat desa umumnya bersifat positif. Hasil uji Rank Spearman menunjukkan karakteristik individu yang memiliki hubungan yang positif terhadap sikap yakni tingkat pendidikan dan Tingkat pendapatan. Faktor usia, jenis kelamin, dan status sosial memiliki hubungan yang negatif dengan sikap terhadap perubahan sosial. Perubahan sosial pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Desa Bangunjaya khususnya Kampung Cimapag menunjukkan perubahan yang lambat. Hal ini disebabkan oleh pembangunan di Kampung Cimapag belum berkembang dengan pesat. Kondisi geografis, akses perjalanan menuju pusat kota yang jauh, infrastruktur pendidikan, kesehatan dan transportasi yang kurang memadai serta kesadaran untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi faktor-faktor penyebab ketertinggalan pembangunan di Kampung Cimapag.
Saran Hal yang dapat dijadikan masukan pada stakeholder yang berperan dalam kemajuan masyarakat Kampung Cimapag dalam menerima arus modernisasi antara lain: 1. Aparat pemerintah desa di tingkat dusun meliputi jaro, ketua RT, ketua RW, Amil, pemuda desa dituntut untuk memiliki peran aktif sebagai penyalur dan mediasi masyarakat kepada pemerintah daerah. 2. Masyarakat Desa Bangunjaya lebih berperan aktif dalam menanggapi peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan desa. Masyarakat harus bisa memilih mana yang baik dan dibutuhkan dan mana yang baik namun tidak dibutuhkan. Dalam hal ini terutama tingkat konsumtif masyarakat yang tinggi perlu dikurangi dan dialihkan pada aspek yang lebih penting yakni peningkatan tingkat pendidikan anak. Kesadaran meningkatkan kualitas pendidikan sangat berperan dalam pembangunan desa yang lebih baik kedepannya. 3. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur di bidang kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
59
DAFTAR PUSTAKA Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi sosial. Edisi kesepuluh. Jilid 1. (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Djuwita R) Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Social Psychology/Tenth Edition. 307 hal. Djohan D. 2003. Menyoal revisi UU otonomi daerah. Di dalam: Piliang IJ, Ramdani D, dan Pribadi A, editor. Otonomi daerah evaluasi dan proyeksi. Jakarta (ID): Divisi Kajian Demokrasi Lokal Yayasan Harkat Bangsa. 384 hal. Effendi S. 1989. Prinsip-prinsip pengukuran dan penyusunan skala. Di dalam: Singarimbun M dan Effendi S, editor. Metode penelitian survai. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. 336 hal. Hefner RW. 1999. Geger Tengger: perubahan sosial dan perkelahian politik. Wisnuhardana A dan Ahmad I, penerjemah. Yogyakarta (ID): LKiS. Terjemahan dari: The Political Economy of Mountain Java. Horton PB, Hunt CL. 1984. Sosiologi. Jilid 1 & 2. Ram A dan Sobari T, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Sociology. Lauer RH. 1993. Perspektif tentang perubahan sosial: Edisi kedua. Jakarta (ID): Rineka Cipta. 510 hal. Mulyandari. 2006. Sikap dan perilaku mahasiswa terhadap penggunaan ponsel: kasus mahasiswa departemen komunikasi dan pengembangan masyarakat, Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 80 hal. Pertiwi HD. 2011. Dampak keberadaan perusahaan pertambangan terhadap ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat di era otonomi daerah: kasus Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahardjo. 2004. Pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. 238 hal. Salim A. 2002. Perubahan sosial: sketsa teori dan refleksi metodologi kasus Indonesia. Yogyakarta (ID): Tiara Wacana Yogya. 318 hal. Sarwono SW. 1999. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta (ID): Balai Pustaka. 412 hal. Singarimbun M. 1989. Metode dan proses penelitian. Di dalam: Singarimbun M dan Effendi S, editor. Metode penelitian survai. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. 336 hal. Sarwono, Wirawan S. 1999. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta (ID): Balai Pustaka. Soekanto S. 2002. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. 465 hal. Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung (ID): Alfabeta. 334 hal. Vago S. 1989. Social Change. New-Jersey (ID): Prentice-Hall. 419 hal. Yulian BE. 2008. Dialektika pembangunan desa, otonomi daerah dan kemiskinan: Kasus Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
60
Yulianto EHA. 2010. Perubahan sosial masyarakat akibat masuknya perkebunan kelapa sawit di Desa Samuntai Kecamatan Iong Ikis Kabupaten Paser [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
61
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor
62
Lampiran 2 Kuesioner
Nomor Responden Tanggal Survei Tanggal entri data
KUESIONER PENELITIAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA BANGUNJAYA SEJAK TAHUN 1980-AN
Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Usia RT/RW: Dusun:
Alamat Pendidikan Terakhir Pekerjaan Pendapatan
Rp
Pengukuran sikap terhadap perubahan struktur dan kultur masyarakat No
Pernyataan
1.
Saya merasa Kampung Cimapag kini lebih maju Masyarakat kini menjadi lebih materialistis atau berorientasi pada uang Pemborong kayu masuk ke desa kami masyarakat menjadi sejahtera Berbudidaya tanaman kayu lebih menguntungkan Saya melihat bahwa warga desa kami lebih individualis
2. 3. 4. 5.
S STS
TS
T S
S SS
S
63
6. 7. 8. 9.
Pemerintah desa saat ini lebih cepat tanggap terhadap kesulitan atau keluhan masyarakat desa Pelayanan kesehatan dapat diperoleh dengan mudah Pendidikan di desa kami dapat diperoleh oleh semua kalangan baik yang mampu ataupun kurang mampu Saya mendukung keterbukaan desa kami dalam menerima program/kegiatan dari luar yang bertujuan membangun desa kami
Pengukuran perubahan kesejahteraan masyarakat Tingkat Pendidikan 1. Bagaimana kondisi pendidikan keluarga Bapak/Ibu dulu (sejak orde baru) dan kini (saat penelitian dilakukan)? 2. Bagaimana kondisi pendidikan masyarakat di desa ini dulu (sejak orde baru) dan kini (saat penelitian dilakukan)? Dulu: 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kini:
Tingkat Kesehatan Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat di desa ini dulu (sejak orde baru) dan kini (saat penelitian dilakukan)? Dulu: 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kini:
Tingkat Pendapatan Bagaimana kondisi pendapatan masyarakat di desa ini dulu (sejak orde baru) dan kini (saat penelitian dilakukan)? Dulu: 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kini:
64
Lampiran 3 Daftar kerangka sampling Kerangka sampling masyarakat kelas menengah keatas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jenis kelamin
Nama MAMAT ARIS SUGIANTO SUPARMAN ABDUL MAJID AS SARIP UTRA SOBARI A.SUKIRMAN BBS UDIL HOTIB ATIN DADI KASA JAMAL UTG SITI PATIMAH EMI MARYANAH SANIMAH MAS'AMAH NYAI MASTINI ELIN SANI ENOK NINGSIH APENDI UANG HASAN ENDING GINO HRM K. PARDI SAHADI KAMSA OLEH M. RPI
L L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L
Dusun 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kampung Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
65
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
AMSIR IYM IKAH IJAH RUMSI MINTARSIH NURHASANAH HAMSAH AMAH EMUN MARMUNAH JUPIAH TUTI SARKIN SAPRUDIN ADING MARJAYA ADE PRIHATIN UBD BADRU PARDI H. AHMAD MADSA'I AHMAD RASIDIN OPLAY SNS AWANG GUNAWAN AGUS SETIAWAN LOMRI H.MUHAMAD EMBIK SUBANDI SARNI HOLISAH SARIAH UNIK UMYATI ROSMINI HJ. SARIYAH NURYANAH HOLIS ARSIH HJ. AMINAH
L P P P P P P P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
P P P L L L L L L L L L L L L L
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
L L L L L P P P P P P P P P P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
66
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
IKOM KOMARIAH MARHANAH SARMIN ADUN MINTARJA JUMYATI IBAD JEJEN SAIDIH SARKAWI SUKARDI HJ. SITI SAWINAH LASMINI YANI EEM RIKA RUSNIA MURNI HJ. EDEH NURZAKIAH USIH ANAH IDOH MADHARI RAIS M.RUYANI SBN H.SANUDIN SULAIMAN JOHAN SUPANDI SUBADRI HAMBALI UD SDK IWAN NUDIN ETIK SUKAESIH MUSLIHAT SARIAH HJ. SUAMAH EDAH HAMDAH
P P L L L L L L L L L P P P P P P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
P P P P L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
67
122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163
ENTIN EUIS HAMSIAH NANI ATI HJ. SITI ECP H.SADERI AMINAN ADAM ISKANDAR UDIN SAMSUDIN LUKMAN NURHAKIM SAPRUDIN HENDRA USU EMUY MUTIAH HJ.EMIN SITI NURAENI FATIMAH DEWI MAHARANI ISAH H. NAWAWI UCI LATIP SAHARI H. MANSUR SUPARDI H. MAFTUH LUKMAN IMING SAMAAN SIDIK ABAS BUDING BADRI SANUDIN SARPU ARSUDIN ABH RHM SAFEI
P P P P P P L L L L L
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
L L L L P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir
68
164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204
HDY AMINAH MINAH NENENG MIMIN ENAY MUMUN RUYANAH ENDANG RUMDAYAH UNIK NURSITI SITI PATIMAH SAROH AO ELIS PURWATI BUBUN YANTO MUMUH IMAM SUBAWEH SAHIB WAWAN YADI HARYADI JUNAEDI M.ROHMATUL BAHRI WAWAN ASRI IKBAL SAPUTRA WAHYU HIDAYAT SAHARI TGR UMAR ODIK RIJALI.NP UWEN SAON ALIAH NINAH ENGKUN BEDAH MURNI ETI YAYAH
L P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir
P P P P P P P L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir
L L L L L L L L L L P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir
69
205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245
EHA HARYANI SUAMAH MINTARSIH YATI ANI SUHAENI UNAY G. UMAR SRD H. UKAT ABDUL MUID ASMAN ROUP ROHID APIH APRIANSYAH UDIN AMBARUDIN GOZALI DIDIN DIDIN MUHTADIN M.KASDI SUPRIYADI KH. AHMAD SYAHID HASAN PAKIH SADELI MUIZ UBD BABAN AJID DIDIN JAENUDIN JJT ROHATI MARSIH IYOK UNAY MARLINA OOY NURHANAH SANI YATI HJ. SAMI SITI ROHANAH
P P P P P P L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah
L L L L L
5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah
L
5
Kp. Cimapag Tengah
L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah
70
246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288
KURSIAH JUNAH ASMITI SAMSIAH JASINI IYOS H. ATOK UKAY SUKARYA HERI SATIAWAN IDUS BUBUN SADAM SAOD UJUL CEMONG APIP PUDIN H. AMONG ANTON SITI SOPIYAH IJAH IIS ENJUH YOYOH ENI SANI AENI EBAH YATI RUKIYAH SUMYATI RUHAYA AYUMI ARMI SAROH UKI SIMIN JONI ISKANDAR MUHAMMAD.M.A IDIK SIBLI USUP IPAD CACU
P P P P P P L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
71
289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331
IDIM PADLI BACON ERWIN ADNAN H. NAWAWI H. UKAT SARUDIN SAMIN ABDUL MANAP IPAD SARIYAH ENING IYOH IDA NAYA ATIK IRAWATI ENTIN EMIK URNI EBAH EMUN UUM OMAH HJ. ODAH ROHEMAH SAMSIAH EEM IKAH H. UUM H. SARWIYAH SAROH SATIAH SITI ROHILAH INANG EMPIS H. AMUNG SUNARYA ROSID SUHENDI ALEK ADE
L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
72
332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361
EMIS H.SAPRI ADE IRAWAN SARUDIN ADAB H. ATOK H. AJAT ATMA HJ. SAUNAH HJ. APOH ADAH NURHATI ROHEMAH II SITI MAESAROH ROSIDAH SAROH RUKMI HJ.SAUNAH NENENG USNIAH EROH SANTI IDAH PIAH HJ. UWAT HJ. SAONAH ENGKUN EDAH ADAH
L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
Kerangka sampling masyarakat kelas menengah kebawah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama SALEH BUSTOMI OMANG SOLEH M.DIMYATI DAWIS DD SAYUTI SANUSI
Jenis Kelamin L L L L L L L L L
Dusun 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kampung Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
73
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
MAHPUDIN SAEP YUSUP ASEP SAR'ID UJANG UCI EEP SAEPUDIN UDIN ADE UYUN MUNAH HAYATI NURSANAH EMONG SAWATI YETI SAROH ROHANAH SOLEHA HENI SADIAH NUR FATIMAH ENAH YANTI IGOM MASUM SAMSUDIN MUNIR ROYADI M.SYARIFUDIN MUKRI JUDIN BAEHAKI SARJUKI UDIN HAMDAN ISMAIL SURYADI OLEH R. UPN BAWEH WIWIT SUBADRI
L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
74
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
LUKMAN ANDRI MARJUKI AMSOR APIP ARM IMAS DIG ENAH AMS UWIK MASITOH JUBAEDAH NINGRUM SUANI LILIS FATIMAH SARMANI IYAH UMRIAH ENOH ATMA SAEPUDIN SAN OJIK ATO ADG USMAN ANA ARDI EMAN SRN SUANDI TURSIN AMAMAH NURHATI IYOH JUNARIAH NUNUNG ANAH EMH SURNAH ASMALA SAEMI AGUS
L L L P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P L
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
75
96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
SARDI SUANDI ASLAN WARSA EMAN SARWIDI ACEP PRIATNA ATM BONA BAHRUDIN ATOD ASUDIN UKAR ADE SUTEJA SATIBI MUHIDIN JAJAT SURO PAKEL ANDRI SUYAMAN UDING EMOT YAYAH AAM ASINAH UNIK SANAH ONAH ENTI HANAH RUSNAH ATIT YANAH IMI ANWAR NURPALAH ASDI SUMA SUPIAN HAMDI ENDANG SUNANDAR DADAY
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
L L L L L
4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
L L
4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
76
137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179
SUDIN SAPUDIN DIRMAN SARUDIN IDIS JAMUDI ULIS ROHIM SAYADI ASJAYA NURIAH MURNAH SAHATI NINING ENIH JAOJAH SURNETI HULASOH UNAH DEDE PATIH HOMSAH SITI ENCEP AMN SARTA ANANG SANAM SAMAAN EMUS MARDI SANIMIN YANI SAPRIA SOPIAN WAWAN AHMAD ABDU ROHMAN DIAN SUHENDRI SAEPULOH ISAK NURLELAH SUIYAM
L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat
77
180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222
SARPAH SRH ADAH CICIH UJU HINDUN SUANAH MARIYAM SURNI MARNAH PITRIAH AAN ANDRIANI UNAH MUDRIK HARDI SUHERMAN MUSA HOLID WAHYU SURJAYA AJI ADOL MAMAT JAMA USUP TONO MA'SUM SUPANDI ANWAR JAMSURI SALMAN ACU UDS TARWIDI MAMUR TULUS WAHYUDI ENJEN JUMHADI PURKON OMAN MUHAMAD SAENI ATIH SANI
P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L P P P
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Barat Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir
78
223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265
SARTI ACIH SUKAYAH INIK RUMSINAH UUM SITI JUNAH YANAH OMAH ANI HAMSAH EROS UNUNG NYAI HASANAH WETI HASANAH JUJU SUHANAH SUDIN IPRAS AGUS SETIAWAN ALI AZHARI HOLILI SAHRUDIN HAERUDIN MULYANA SUKRON APEN ASDI ATIN AMUNG SUKANDI EDI SOMAD EMUS VIAN IKMALUDIN ARHADI APUDIN DEDI DESAH
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir
79
266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307
ENDANG SURYANA OPIK AWALUDIN HEDI BUDIMAN EEP SETIAWAN MU'MIN DEDI SUSANTO IKOM IKN AMAH MAEMUNAH YATI MINI TITIN ENI ETH YANI HEDAROH JARSIH MAMAH RUSMIATI WIWI WINARSIH ATIK SITI HODIJAH JUHATI SITI ROHIMAH SUNTIAH BEDAH NASMAH AAS AAM TATI ANDI ABR IYUS SAPRUDIN APUD M.YUSUP DADANG ADENI MAD TONI DONI
L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Hilir Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah
80
308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350
ABD.ROJAK HERWANA YUSUP JAMALUDIN UJANG ENAP DEDIH ANDI IDAYYUDIN MUHRON UPRIANA SAYADI H. BASUNI IJA MUHAMAD MISRA SARIP UA UPAH MAMAN MAIL NASIR IYAN ADIN ASEP ACEP SAIDAH USMI AMAH ROHENI UUN EEN ENONG ESIH PUPUN SASTI ERUM EMI AMN ANIH EMUN ENI ONIK ONIH
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah
81
351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393
SANAH ATI DEWI EMAH ENIH JANAH ITA EMOT NURMAH MARHUNAH SARWI AMIT SUMITRA DAENURI ERIK IRPAN ABDUL AZIS USEP SUPRIADI PUDIN HOLIL NURSAID TOHA USMAN SUPIAN EPUL USUP APIPUDIN DEDE RODI ADHARI MAWAL MEMED NURDIN SUGAN DEDEM KOSASIH SAMI ICIH SANI MIMIN RUMI ANAH TIAH ERSIH
P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah
82
394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435
UUN SUHA SURYATI MIROH JUJU OJAH UNAY YANTO UTIS SUTISNA SUPRIYANTO ASEP UKAR ULUNG YUNUS MAULANA MULYANA MAHPUDIN PU'AD SANUDI UKAN UUS SUSENO JAMIN WAHID UCI SUDIN IPAN EDI IWAN IIM EDI MULYANA SULAEMAN ACEP ADIK SUANDI ABD.ROJAK SAJA INONG AJID ANDRI JAMIL ARIP KURNI
P P P P P P P L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Tengah Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
83
436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477
SUKANDI SARMIN SAPEEN BODONG SAIMAN AL BUKHORI EPAN OBET RANDI MADYANA ROHANAH JURIAH ELA ASMINAH AAN NURHIMAH AAS ANI TUTI JANAH DIONG NENI ENAH SARWI IPAT ERUM ACIH UPI UUN IKAH AAN UMI SPI TATI UCI JAJA INDRI JAMIL HABUDIN ATO ARMAN OTO TATANG
L L L L
5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
84
478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518
MUHAMAD PALAH SUANDI UKAT DIDI KUSNADI SUANDI HERMAN ALUD DADEN SUJONO ASEP ADABI DIDI ARDIANSAH SUKIMAN TTS JAJA MIPTAHUDIN UDIN ADIK USUP SUBANDI AKUB UAN JUMAN OPIK SAEPULOH JALA HENDRA ANDI CECEP MAMAT SAMIN AJO SANIR OCI ADANG SA'ANAH ULUNG DAYAT UDIN UCOK UMIN CECEP UWAT
L L L L L L L L L L L L L
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
85
519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554
JAETUNAH KAYAH SATIAH ISAH SANI ANAH ENAH ENEM MATMAWATI IPAT IKAH PIPIH ISAH OMI MARYANI RUMINAH ARMINAH SAMSIAH IDAH ANAH SUMINAR IPAH ENENG ROHAYATI AI SARNAH NUNGHANI EMUT ERUM ELIH UWAT NANI UMAMAH UUM MINAR HENI HAEM EMN SARTI
P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
P P P P P P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
P P P P P P P P P P P P P P P P
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang Kp. Cimapag Girang
86
Lampiran 4 Dokumentasi
Kampung Cimapag
SD N Cimapag
Pertanian di Kampung Cimapag
Ngoret atau membersikan rumput
Ngegaru atau membajak sawah
Petani sedang menyebar pupuk
87
Panen padi
1 bakul padi yang telah dipanen
Warga yang sedang menggiling beras
Ngirik atau memisahkan butir padi
Bambu untuk mengairi sawah
Kantor Desa Bangunjaya
88
Jembatan dari Dusun 04 menuju Dusun 05
Anak yang sedang bermain kolecer
Pengajian majlis ta’lim
Anak yang sedang bermain bebedilan
Aktivitas kelompok tani Cimrin
Agroforestri di kampung Cimapag
89
Lampiran 5 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman
Hasil uji SPSS Rank Spearman hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan jenis kelamin responden.
Correlations Sikap terhadap
Jenis
perubahan sosial Spearman's rho
Sikap
terhadap
perubahan sosial
Correlation Coefficient
1.000
-.014
.
.929
40
40
Sig. (2-tailed) N
Kelamin
Correlations stratifikasi Spearman's rho stratifikasi Correlation Coefficient
1.000
.343*
.
.015
50
50
.343*
1.000
.015
.
50
50
Sig. (2-tailed) N sikap
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Jenis Kelamin
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
sikap
-.014
1.000
.929
.
40
40
90
Hasil uji SPSS Rank Spearman hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan usia responden.
Correlations Sikap terhadap perubahan sosial Spearman's rho
Sikap
terhadap
perubahan social
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Usia .010
.
.953
40
40
-.010
1.00 0
.953
.
40
40
N
Hasil uji SPSS Rank Spearman hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan status sosial responden.
Correlations Sikap terhadap
Status
perubahan sosial Spearman's rho
Sikap perubahan social
terhadap
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Status Sosial
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Sosial
1.000
.039
.
.810
40
40
.039
1.000
.810
.
40
40
91
Hasil uji SPSS Rank Spearman hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendidikan responden.
Correlations Sikap terhadap
Tingkat
perubahan sosial Spearman's rho
Sikap
terhadap
perubahan sosial
Correlation Coefficient
1.000
.355*
.
.025
40
40
.355*
1.000
.025
.
40
40
Sig. (2-tailed) N Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Pendidikan
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil uji SPSS Rank Spearman hubungan antara sikap terhadap perubahan sosial dengan tingkat pendapatan responden.
Correlations Sikap terhadap
Tingkat
perubahan sosial Spearman's rho
Sikap
terhadap
perubahan sosial
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pendapatan *
1.000
.317
.
.046
40
40
.317*
1.000
.046
.
40
40
92
Lampiran 6 Hasil Uji Perbedaan Chi-Square
Hasil uji SPSS Chi-Square perbedaan antara tingkat pendidikan masyarakat saat tahun 1980-an dan tingkat pendidikan masyarakat saat penelitian dilakukan.
Frequencies Tingkat Pendidikan Masyarakat Observed N Tidak signifikan
Expected N
Residual
3
13.3
-10.3
Signifikan
18
13.3
4.7
Sangat Signifikan
19
13.3
5.7
Total
40
Test Statistics Tingkat Pendidikan Masyarakat 12.050a
Chi-Square Df
2
Asymp. Sig.
.002
a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 13,3.
Hasil uji SPSS Chi-Square perbedaan antara tingkat pendidikan keluarga saat tahun 1980-an dan tingkat pendidikan keluarga saat penelitian dilakukan.
Frequencies Tingkat Pendidikan Keluarga Observed N Tidak signifikan
Expected N
Residual
2
13.3
-11.3
Signifikan
18
13.3
4.7
Sangat signifikan
20
13.3
6.7
Total
40
93
Test Statistics
Tingkat Pendidikan Keluarga 14.600a
Chi-Square Df
2
Asymp. Sig.
.001
a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 13,3.
Hasil uji SPSS Chi-Square perbedaan antara tingkat kesehatan keluarga saat tahun 1980-an dan tingkat kesehatan keluarga saat penelitian dilakukan.
Frequencies Tingkat Kesehatan Keluarga Observed N
Expected N
Residual
Tidak signifikan
11
13.3
-2.3
Signifikan
19
13.3
5.7
Sangat signifikan
10
13.3
-3.3
Total
40
Test Statistics
Tingkat Kesehatan Keluarga Chi-Square
3.650a
Df Asymp. Sig. a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 13,3.
2 .161
94
Hasil uji SPSS Chi-Square perbedaan antara tingkat pendapatan keluarga saat tahun 1980-an dan tingkat pendapatan keluarga saat penelitian dilakukan.
Frequencies Tingkat Pendapatan Keluarga Observed N Tidak Signifikan Signifikan Sangat signifikan Total
Expected N
Residual
7
13.3
-6.3
27
13.3
13.7
6
13.3
-7.3
40
Test Statistics
Tingkat Pendapatan Keluarga Chi-Square
21.050a
Df Asymp. Sig. a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 13,3.
2 .000
95
Lampiran 7 Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA BAB II DESA Bagian Kedua Pemerintah Desa Pasal 3 (1) Pemerintah Desa terdiri atas: a. Kepala Desa; b. Lembaga Musyawarah Desa. (2) Pemerintah Desa dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Perangkat Desa. (3) Perangkat Desa terdiri atas: a. Sekretariat Desa; b. Kepala-kepala Dusun. (4) Susunan organisasi dan tatakerja Pemerintah Desa dan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. (5) Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (4) baru berlaku sesudah ada pengesahan dari pejabat yang berwenang. Bagian Ketiga Kepala Desa Paragrap Satu Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Pasal 5 (1) Kepala Desa dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk Desa Warganegara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 17 (tujuhbelas) tahun atau telah/pernah kawin. (2) Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tatacara pencalonan dan pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah, sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
96
(3) Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2), baru berlaku sedudah ada pengesahan dari pejabat yang berwenang. Pasal 6 Kepala Desa diangkat oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas nama Gubernur Kepala Derah Tingkat I dari calon yang terpilih. Pasal 7 Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Bagian Kelima Dusun Pasal 16 (1) Untuk memperlancar jalannya pemerintahan Desa dalam Desa dibentuk Dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. (2) Kepala Dusun adalah unsur pelaksana tugas Kepala Desa dengan wilayah kerja tertentu. (3) Kepala Dusun diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa. (4) Syarat-syarat pengangkatan dan pemberhentian Kepala Dusun diatur dalam Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
97
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Pare-pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Juni 1991 dari pasangan Muslimin dan Megawati. Penulis merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu SDN Inpres Nabarua (1996-2002), SMPN 1 Nabire (2002-2005), SMAN 1 Nabire (2005-2008), dan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2009-sekarang). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga terlibat sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Komunikasi Kelompok tahun ajaran 2011/2012 dan mata kuliah Sosiologi Umum tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai organisasi. Pengalaman organisasi penulis sebagai sekretaris divisi community development HIMASIERA 2011, anggota divisi community development FORCES IPB 2011-2012. Penulis juga mendapatkan amanah sebagai anggota divisi Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Asrama tahun 2011 serta ketua Asrama Putri Darmaga (APD) pada tahun 2012. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis yaitu usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan yang berhasil didanai DIKTI pada tahun 2011, PKM bidang pengabdian masyarakat pada tahun 2012 dan menjadi salah satu karya tulis yang ikut serta di PIM (Pekan Ilmiah Mahasiswa) tingkat IPB, serta PKM bidang penelitian pada tahun 2013. Penulis juga terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Sobat Bumi Pertamina Foundation pada tahun 2012 yang diberikan pada 17 PTN di seluruh Indonesia. Penulis menaruh minat yang tinggi pada bidang ilmu sosial, sains, dan sastra. Penulis juga memiliki ketertarikan yang tinggi pada isu-isu pendidikan, lingkungan, dan pengembangan masyarakat.