Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR St. Asnaeni AM. Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected] ABSTRAK Perubahan sosial terjadi dalam pelembagaan sistem yang mengatur perilaku anggota masyarakat, sementara menekankan perubahan budaya di masyarakat ditandai dengan penggunaan alat tangkap modern yang menyebabkan perubahan dalam sistem nilai masyarakat lebih berorientasi pada nilai-nilai rasional dan komersial dari sistem nilai yang sudah ada sebelumnya (tradisional). Keberadaan alat-alat memancing yang modern membuat masyarakat nelayan mendapatkan tangkapan besar, tentu saja dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan alat tangkap tradisional, dan ini juga diduga sebagai penyebab masyarakat nelayan perubahan ekonomi, namun hal ini tidak terlihat secara penuh pada perikanan masyarakat di Barrang Lompo Island. Oleh karena itu, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses perubahan sosial ekonomi di masyarakat nelayan di Pulau Barrang Lompo? (Ii) Faktor-faktor apa dalam penentu sosial ekonomi dari perubahan masyarakat nelayan di Barrang Lompo? (Iii) Bagaimana dampak perubahan sosial ekonomi pada kehidupan masyarakat nelayan di pulau Barrang Lompo? Tujuan dari penelitian ini adalah (i) memahami proses perubahan sosial-ekonomi di pulau Barrang Lompo (ii) menjelaskan faktor-faktor penentu perubahan sosial-ekonomi di pulau Barrang Lompo masyarakat nelayan (iii) menganalisis dampak sosial-ekonomi perubahan pada kehidupan masyarakat nelayan di Pulau Barrang Lompo. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui pengurangan, menyajikan dan pengolahan data, dan kesimpulan. Verifikasi data dilakukan melalui kredibilitas, ketergantungan, dan mengkonfirmasi kemampuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) proses perubahan sosial di masyarakat nelayan di pulau Barrang Lompo ditandai dengan bangun dan ketersediaan infrastruktur seperti pulau, dermaga / pelabuhan, pusat kesehatan, sekolah dan aksesibilitas warga pulau menuju kota Makassar dan pulau-pulau sekitarnya (ii) faktor penentu perubahan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perubahan dalam masyarakat nelayan dari sistem nelayan tradisional dengan cara dan peralatan modern, sistem distribusi dan distribusi hasil tangkapan, kepemimpinan ekonomi dan pembangunan struktur ekonomi lokal dan (iii) dampak sosial-ekonomi dari perubahan masyarakat nelayan adalah pola peningkatan hidup yang fasilitas rumah tangga ke depan lebih dan semakin lengkap. Kata kunci: Sosial-Perubahan, Ekonomi, Komunitas, Nelayan ABSTRACT Social change occurs in the institutionalization of the system that regulates the behavior of members of the public, while emphasizing a cultural change in the society is characterized by the use of modern fishing gear causes changes in the value system of society is more oriented to rational values and commercial than the previously existing
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
73
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
value systems (traditional). The existence of the tools of modern fishing make fishing communities get bigger catch, of course with a shorter time compared to traditional fishing gear, and this is also suspected as the cause of economic change fishing communities, however this was not seen in full on fishing communities on the Barrang Lompo Island. Therefore, the issues raised in this study were (1) how the process of socioeconomic changes in fishing communities in Barrang Lompo island? (ii) What factors into socioeconomic determinants of changes in fishing communities on the Barrang Lompo? (iii) How the impact of socioeconomic changes on the lives of fishing communities in the Barrang Lompo island? The purpose of this study were (i) understand the process of socio-economic changes in Barrang Lompo island (ii) describe the determinant factors of socio-economic changes in the fishing communities Barrang Lompo island (iii) analyze the impact of socio-economic changes on the lives of fishing communities in Barrang Lompo island. This study used descriptive qualitative approach with the technique of collecting data through observation, interview and documentation. Data analysis was done through on reduction, presenting and processing data, and conclusion. Data verification is done through credibility, dependability, and confirm ability. The results showed that (i) the process of social change in fishing communities on the Barrang Lompo island characterized by waking and availability of infrastructure such island, dock/port, health centers, schools and accessibility of residents of the island towards the city of Makassar and the surrounding islands (ii) the determinant factor socio-economic changes relating to changes in fishing communities of the traditional fishing system to the ways and modern equipment, distribution systems and the distribution of the catch, economic leadership and the development of local economic structure and (iii) socio-economic impact of changes in fishing communities is the increasing pattern of life that is more forward household facilities and an increasingly complete. Keywords:
Social-Change, Economy, Community, Fisherman
PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan memiliki wilayah cukup luas dan potensi sumber daya alam sangat besar khususnya pada sektor perikanan. Potensi sumber daya alam ini perlu pengembangansecaraberkesinambungan (sustainable) sebagaimana tujuan pembangunan yakni untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama pada komunitas nelayan. Oleh karena itu, maka sudah sepantasnya potensi sumber daya alam laut ini perlu dikelola secara maksimal. Kegiatan penduduk memanfaatkan potensi sumberdaya laut telah lama digeluti sebagai mata pencaharian pokok, terutama masyarakat komunitas nelayan yang mendiami suatu wilayah pesisir pantai. Setiap masyarakat termasuk nelayan pasti mengalami perubahan. Perubahan dimaksud baik disengaja maupun tidak disengaja, atau menyenangkan dan tidak menyanangkan, menarik dan tidak menarik. Adapula sifatnya terbatas dan luas, serta ada perubahan yang sangat lambat dan sangat cepat. Perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dari perubahan budaya. Perubahan sosial (social change) dan perubahan budaya (cultural change) dapat dipisahkan untuk keperluan teori, tetapi tidak didalam kehidupan nyata. Perubahan sosial terjadi pada system pelembagaan yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat, sedangkan perubahan budaya menekankan pada perubahan sistem nilai. Perubahan masyarakat nelayan tradisional ke arah masyarakat maju ditandai dengan penggunaan alat tangkap
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
74
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
modern menyebabkan perubahan sistem nilai masyarakat lebih berorientasi kepada nilainilai rasional dan komersial ketimbang sistem nilai yang sebelumnya ada (tradisonal). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, perubahan sosial yang terjadi pada komunitas nelayan Pulau Barrang Lompo dipicu oleh adanya perubahan sistem nilai, dimana tidak ditemui lagi kebersamaan masyarakat di bibir pantai saat nelayan membawa hasil tangkap, karena hasil tangkap secara langsung didistribusikan ke tempat pelelangan ikan di Kota Makassar. Peralihan penggunaan alat tangkap tradisional kea lat tangkap modern. Keberadaan alat-alat penangkapan yang modern membuat masyarakat nelayan memperoleh hasil tangkap lebih besar, tentu saja dengan waktu yang lebih pendek dibandingkan alat tangkap tradisional, dan hal ini diduga pula sebagai penyebab terjadinya perubahan ekonomi komunitas nelayan. Meskipun demikian, teknologi modern tersebut tidak sepenuhnya dikembangkan oleh nelayan. Bersamaan dengan penggunaan alat-alat tangkap modern, nelayan dituntut untuk memahami cara penggunaan dan perawatannya sehingga dibutuhkan keterampilan khusus. Oleh karena itu, nelayan meningkatkan pengetahuannya melalui pendidikan atau pelatihan keterampilan baik secara formal maupun informal. Perubahan pola hidup dapat terlihat dari ketersediaan alat-alat teknologi (media elektronik) di dalam rumah. Melalui media tersebut masyarakat secara perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada, terlebih kemudahan aksesibitas ke Kota Makassar. Keberadaan sarana dan prasarana umum seperti dermaga sebagai tempat sandar perahu/kapal nelayan, memudahkan kegiatan operasional nelayan sebelum dan sesudah berlabuh. Dengan demikian, perubahan-perubahan yang terjadi pada komunitas nelayan Pulau Barrang Lompo di atas sangat dimungkinkan bersamaan dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat. Adanya perubahan ekonomi pada komunitas nelayan Pulau Barrang Lompo antara lain karena sistem penangkapan ikan dari cara-cara tradisional ke penggunaan alat tangkap modern dengan perlengkapan mesin bermotor, hubungan kerja yang bersifat individual ke hubungan kerja kelompok yang ditandai oleh pemberian modal kepemilikan perahu-perahu bermotor “Jolloro” oleh para juragan atau pemilik modal. Berdasarkan sistem kerja tersebut, maka ikut mempengaruhi sistem pembagian hasil tangkap nelayan, berikut pola distribusi hasil tangkapnya. TINJAUAN PUSTAKA Suatu sistem sosial pada dasarnya terbentuk dari interaksi antar individu yang berkembang menurut standar penilaian dan kesepakatan bersama, yaitu berpedoman pada norma-norma sosial. Menurut Lawang (dalam Abdulsyani, 2009:125) inti pada setiap sistem sosial adalah adanya hubungan timbal balik yang konstan. Konstan adalah pengulangan (repetisi) dari serangkaian tindakan sosial yang sebelumnya pernah ada dan bersifat sama. Dengan demikian, dalam sistem sosial terdapat prinsip-prinsip tertentu yang berhubungan dengan keberagaman anggapan tentang kebenaran, sehingga keseimbangan hubungan sosial kelompok dapat lebih terjamin. Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 1990: 304), perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig (dalam Basrowi, 2009:155) mengatakan bahwa, perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia, modifikasimodifikasi itu terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
75
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
Definisi lain dikemukakan Soemardjan (1991:305), yaitu: perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pendekatan yang digunakan para ahli ketika mereka menjelaskan perubahan sosial adalah pendekatan struktural, yakni memandang perubahan masyarakat dengan melihat perubahan struktur kelas di dalamnya (Nasikun, 1992). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Taneko (1990:45) bahwa, pada dasarnya perubahan dalam masyarakat menyangkut dua bentuk umum yakni 1) perubahan struktural dan 2) perubahan proses. Lebih lanjut, Taneko (1990:47) mengemukakan unsur-unsur dasar pokok dari struktur sosial suatu masyarakat terdiri atas: 1) kelompok-kelompok sosial, 2) lembaga-lembaga sosial atau institusi sosial, 3) kaidah-kaidah atau norma-norma sosial, 4) lapisan sosial atau stratifikasi sosial. Menurut Gordon (1986) bahwa nelayan adalah orang yang melakukan penangkap ikan baik di perairan laut ataupun di perairan umum dengan menggunakan seperangkat alat tangkap ikan. Nelayan sering didefenisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkap ikan di laut. Direktorat Jenderal Perikanan (2002:23), mendefenisikan nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Oleh karena itu, orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jarring atau mengangkat alat-alat perlengkapan ke dalam perahu/kapal tidak dikategorikan sebagai nelayan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Satori dan Komaria (2010:28), langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting social terjewantah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data dan fakta tentang perubahan sosial ekonomi pada komunitas nelayan dihimpun melalui informasi-informasi lisan para nelayan yang selanjutnya disebut sebagai informan. Data dan fakta tersebut selanjutnya dideskripsikan secara utuh untuk menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana perubahan sosial itu bisa terjadi, terutama komunitas nelayan di kelurahan Pulau Barrang Lompo kecamatan Ujung Tanah kota Makassar, yang sekaligus menjadi lokasi penelitian. Dalam penelitian kuantitatif dikenal populasi dan sampel, sementara pada penelitian kualitatif sebagai pengganti keduanya disebut unit analisis yaitu informan penelitian. Unit analisis selanjutnya memiliki kriteria tertentu sehingga data yang diperoleh tepat, kredibel dan representatif, dengan tidak menentukan besaran ukuran informan dengan menggunakan perhitungan statistik (Satori dan Komariah, 2010:47). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sumber data penelitian ini pada prinsipnya terdiri dari dua bagian, yaitu: a. Fokus Penelitian. Fokus penelitian adalah perubahan sosial ekonomi komunitas nelayan menyangkut hubungan kerja, pola hidup, pendapatan, mobilitas sosial sebelum dan sesudah masuknya teknologi motorisasi di Kelurahan Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar.
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
76
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
b. Deskripsi Fokus. Guna menghindari perbedaan interpretasi terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan pembatasan konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Perubahan sosial dalam hal ini adalah perubahan struktur masyarakat karena terjadinya perubahan sistem nilai, pola hidup dan kebudayaan di tengah-tengah komunitas nelayan pulau Barrang Lompo. 2) Perubahan ekonomi adalah perubahan kehidupan nelayan yang disebabkan oleh sistem penangkapan ikan, hubungan kerja atau pola kerja nelayan secara individu atau kelompok, sistem pembagian dan distribusi hasil tangkap, kepemimpinan ekonomi local dan lembaga investasi local seperti kelompok arisan, jasa utang, dan penitipan uang oleh para pemilik modal. 3) Komunitas nelayan dimaksudkan sebagai kumpulan/kolektifitas orang-orang yang beraktivitas (bermata pencaharian) sebagai penangkap ikan di Kekurahan Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Dalam penelitian kualitatif, instrumen kuncinya adalah peneliti. Peneliti harus memiliki sejumlah kecakapan atau kompetensi untuk melaksanakan suatu kegiatan penelitian. Oleh karena itu, peneliti seagai instrumen utama dalam penelitian perlu didukung oleh beberapa alat bantu untuk kelancaran kegiatan di lapangan. Dalam sebuah penelitian, peneliti umumnya menggunakan beberapa teknik untuk memperoleh data. Peneliti secara selektif memilih dan menggunakan teknik yang tepat sesuai arah penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka tiga teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi Mengamati aktivitas dan pola kehidupan nelayan, dengan terlebih dahulu menemtukan aspek-aspek yang akan diamati. b. Wawancara Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan yang ditemui dilokasi penelitian (tidak ditentukan). Wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dapat diungkap dari informan penelitian. c. Dokumentasi Dokumentasi sebagai salah satu teknik yang digunakan merupakan rangkaian kegiatan penelitian dalam rangka menunjang data penelitian sebagai sumber data sekunder, digunakan sejak awal penyusunan rencana penelitian, proses, dan akhir penelitian. Oleh karena itu, dokumentasi yang dimaksud terdiri dari: 1. Mengumpulkan sejumlah buku, artikel online, makalah, dan laporan hasil penelitian sebagai sumber bacaan/rujukan, digunakan sebagai acuan konsep kajian fokus masalah penelitian. 2. Melakukan pengambilan gambar saat peneliti bersama subyek/informan penelitian. 3. Mencatat hasil wawancara dengan para informan, dan mencatatnya kembali sebagai rekaman catatan kegiatan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu suatu upaya untuk mendeskripsikan secara menyeluruh fokus kajian penelitian melalui interpretasi peneliti (Satori dan Komariah, 2010:64). Dengan demikian, analisis data merupakan serangkaian langkah untuk mengurai data menjadi bagian-bagian (kategori dan subkategori) dari sumber data primer dan sekunder sebagai hasil penelitian.
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
77
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
Analisis data dilakukan secara berulang sampai peneliti memperoleh data yang akurat, dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) reduksi data (2) penyajian dan pengolahan data, dan 3) tahap penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009:98). Ketiga tahap tersebut dilakukan secara integratif untuk menentukan hasil akhir analisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu sifat yang mendasar dari masyarakat adalah dinamis, artinya masyarakat terus-menerus mengalami perkembangan, seiring dengan perkembangan warga masyarakatnya. Sesederhana apapun masyarakat, selalu terdapat penemuan-penemuan baru yang dapat semakin mempermudah upaya masyarakat dalam mempertahankan hidup. Hal ini berarti bahwa, masyarakat tumbuh menjadi semakin kompleks dan penuh dengan fungsi-fungsi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perkembangan masyarakat ini dapat terjadi dengan lebih cepat melalui proses inovasi ataupun proses difusi. Stratifikasi sosial di pulau ini lebih didasarkan pada tingkat kesejahteraan atau posisinya di bidang kenelayanan. Stratifikasi sosial yang mendasar adalah Punggawa dan Sawi. Punggawa adalah pemilik modal dan kapal, sedangkan Sawi adalah anggota kapal yang mengerjakan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan usaha kenelayanan di bawah koordinasi Punggawanya. Secara tradisi tidak mudah berubah status dalam stratifikasi sosial yang ada di masyarakat ini. Bila dahulu “kebangsawanan” seperti Nampak dalam pemilihan Gallarang maupun menjadi Punggawa, kini pemilikan modal lebih utama menjadi faktor penentu seseorang dalam stratifikasi sosial yang ada. Bentuk lain dari stratifikasi sosial adalah “gelar haji”. Pemilik gelar ini akan sangat dihormati pada acara-acara seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan acara-acara adat lainnya. Perubahan lain yang mencolok adalah banyaknya pendatang yang bekerja sebagai anak buah kapal maupun menikah dengan orang setempat. Banyaknya pendatang telah merubah juga cara pandang masyarakat dengan tidak begitu memperdulikan lagi perihal kebangsawanan. Dengan kata lain, stratifikasi sosial di pulau Barrang Lompo lebih dikaitkan dengan pemilikan modal. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Ketersediaan infrastruktur dermaga, puskesmas, sekolah, jalan raya, dan sarana ibadah merupakan wujud proses perubahan sosial ekonomi para komunitas nelayan di Pulau Barrang Lompo. 2. Peralihan penggunaan teknologi motorisasi menyebabkan perubahan hubungan pola kerja dari bersifat individual menjadi kerja kelompok, terutama pada aspek pembagian dan distribusi hasil tangkap, serta kepemimpinan ekonomi lokal yang dikuasai oleh para pemilik modal. 3. Dampak perubahan sosial ekonomi komunitas nelayan adalah ketidakmampuan nelayan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup dalam rumah tangganya, ditambah tidak adanya keterlibatan aktif kaum perempuan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga atas hasil tangkap yang diperoleh.
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
78
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 1 Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA Basrowi, M.S. (2005). Prosedur Penelitian (Suatu pendekatan atau Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Dahuri, Rokhmin. (1995). Pembangunan Sumber Daya Kelautan Secara Optimal dan Berkelanjutan Dalam Membangun Kepemimpinan Bahari sebagai kekuatan alternative, kompetitif dan kooperatif memasuki ke-abad 21. Direktorat Jenderal Perikanan. (2002). Buku Statistik Perikanan Indonesia. Davis, Kingsley, (1960). Human Society. New York: The Macmillan Company. (Online), (http://www.e-book.com/googleterjemahan, Diakses tanggal 15 Desember 2014). Lawang, Robert M.Z. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. (Jilid I). Jakarta: Gramedia. Mubyatro. (1998). Nelayan dan kemiskinan. Jakarta: Rajawali Press. Nasikun. (1992). Proses Perubahan Sosial di Desa Jawa. Yogyakarta: Rineka Cipta. Sigit. (1984). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo. Soemardjan, Selo. (1991). Perubahan Sosial Di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Sumitro. (1991). Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Taneko, B. Soleman. (1990). Struktur dan Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali. Wulansari, Dewi. (2009). Sosiologi Konsep dan teori.
ST. ASNAENI AM / PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
79