1
Perubahan Penggunaan Lahan di Delta Barito, Kalimantan Oleh: Deasy Arisanty1
1
Dosen Pendidikan Geografi, Fakultas keguruan dan Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, email
[email protected]
Abstrak Delta Barito merupakan salah satu delta yang terdapat dibagian selatan Pulau Kalimantan. Delta ini merupakan delta yang potensial yang dijadikan sebagai areal pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan di Delta Barito selama periode 1862-2008, 2)Untuk menganalisis penyebab perubahan penggunaan lahan di Delta Barito selama periode 1862-2008. Penelitian ini menggunakan peta topografi tahun 1862 dan tahun 1946. Selain itu, digunakan citra Landsat tahun 1985, tahun 1997, tahun 2004 dan tahun 2008. Peta dianalisis dengan menggunakan system informasi geografi (SIG) untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Delta Barito. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan tahun 1862 adalah hutan. Pertanian mulai ada pada tahun 1946. Pertanian dan permukiman semakin luas tahun 1985, tahun 1997, tahun 2004, dan tahun 2008.
Kata kunci: Perubahan penggunaan lahan, Delta Barito
2
I.
PENDAHULUAN Delta pertama kali dikenalkan oleh Herodutus untuk menjelaskan deposit
yang berbentuk segitiga di muara Sungai Nile (Davis, 1978; Ritter, et al., 1995; Bird, 2008). Delta merupakan deposit sedimen di muara sungai yang ditranspor oleh sungai dan didistribusikan kembali oleh tenaga laut (Davis, 1978; Summerfield, 1991; Van Maren, 2004; Bird, 2008). Bentuk delta tergantung pada tenaga yang mendominasi dalam pembentukan delta tersebut. Delta yang didominasi oleh tenaga sungai akan membentuk dua tipe delta yaitu delta kaki burung dan atau delta tipe lobate (Ritter, et.al.,1995). Delta yang didominasi oleh tenaga gelombang akan membentuk delta dengan tipe arcuate dan cuspate ( Ritter, et.al., 1995; Gupta, 2007). Delta yang didominasi oleh tenaga pasang surut akan membentuk estuary (Gupta, 2007). Bagian tubuh delta dapat dibagi menjadi subaqueous dan subaerial. Subaqueous adalah bagian dari delta yang berada dibawah permukaan air laut yang didominasi oleh pengaruh marin, sedangkan subaerial adalah bagian dari delta yang berada diatas permukaan air laut (Davis, 1978; Ritter, et al., 1995; Gupta, 2007; Bird, 2008). Delta Barito merupakan delta yang berkembang di muara Sungai Barito. Delta ini merupakan delta dengan tipe lobate. Tenaga yang mendominasi dalam pembentukan dan perkembangan delta tersebut adalah sungai. Delta Barito termasuk delta maju. Delta Barito dibatasi oleh Sungai Kapuas Murung dibagian barat, Sungai Barito dibagian timur, Sungai Pulau Petak di bagian utara dan Laut Jawa di bagian selatan. Terdapat Saluran Irigasi di Delta Barito yang digunakan untuk pertanian dan sarana trasnportasi. Saluran irigasi di Delta Barito adalah Anjir Talaran, Anjir Serapat, dan Anjir Tamban (Djuwansah, 1985). Peta Delta Barito terdapat pada Gambar 1.
3
Barito Delta Administration Map 200000
220000
240000
260000
9700000
9700000
180000
N
W
E
Ku rip an
S
4
8
km 9680000
9680000
0
Tabu ka n Ma ra bah an
Leg end Prov inc e Bo un dary
Ka pua s Mu ru ng
Su bdis tric Bo und ary Irrig ation c han nel
Su bdis tric s o f B arito D e lta
Pu lau Pe ta k Ka pua s Hilir
Ba ra m bai W an ara ya 9660000
9660000
R iv e r
Ka pua s Tim u r Be law ang
An jir P as ar
9640000
An jir M ua ra
Me k ars a ri
N
9620000
9620000
Tam ba n
9640000
So urc e: 1. B arito Ku ala A dm inist ration M a p, sc a le 1: 250 .00 0 2. K ap ua s Ad m inis tration M ap, sc a le 1: 250 .00 0 3. R upa B um i Ind one s ia M a p (T o po grap hic m a p), sc a le 1:2 50 .00 0
Se lat
Ka pua s ku ala 0
200
400 km
Tabu nga nen
9600000
9600000
By : D ea sy A ris a nty 10/3 06 413 /S G E/ 187
F ac u lty o f G e ogra phy Ga djah M a da U niv ers ity Yo gy ak art a
180000
200000
Barito Delta 220000
240000
260000
Gambar 1. Peta Delta Barito
Tipe iklim di Delta Barito menurut klasifikasi Schmid-Fergusson adalah tipe B dengan curah hujan rata-rata adalah 1800-2200 mm/tahun. Musim hujan terjadi pada bulan November-April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober. Kecepatan angin tertinggi di Delta Barito terjadi pada bulan September sedangkan kecepatan angin terendah di Delta Barito terjadi pada bulan Juni. Bentuklahan yang terdapat di Delta Barito terdiri atas bentuklahan asal proses fluvial, bentuklahan asal proses marin dan bentuklahan organik yang dihasilkan oleh pembusukan tumbuhan. Bentuklahan asal proses fluvial terdiri atas tanggul alam berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung, dan lumpur; dan danau tapal kuda berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur. Bentuklahan fluvial terdapat di sepanjang 4
Sungai Barito, Sungai Kapuas Murung dan Sungai Pulau Petak. Bentuklahan asal proses marin terdiri atas rataan pasang surut berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur; dan beting gisik berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur. Bentuklahan ini berkembang di pesisir Delta Barito. Bentuklahan organik terdiri atas cekungan antiklinal gambut berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur; dan sayap antiklinal gambut berbatuan kerikil, pasir, debu, lempung dan lumpur. Bentuklahan ini berkembang dibagian tengah Delta Barito. Delta Barito telah mengalami perkembangan selama periode 1862-2008. Perkembangan tersebut disebabkan adanya proses sedimentasi dan erosi selama kurun waktu tersebut. Delta Barito telah mengalami sedimentasi terjadi intensif selama periode 1862-1997 terjadi perubahan penggunaan lahan. Delta Barito mengalami erosi selama periode 1997-2004 dan akresi terjadi lagi selama periode 2004-2008 (Arisanty, dkk, 2012). Delta Barito telah dijadikan sebagai daerah pertanian sejak Repelita ke I (1969/1970-1973-1974). Proyek pasang surut telah dilaksanakan di Delta Barito sejak tahun 1972. Proyek tersebut telah membuka lahan padi sawah dan menempatkan transmigran dibeberapa lokasi transmigrasi. Lokasi pertanian yang dibuka pertama pada proyek tersebut adalah Lupak dan Jelapat dengan luas area sekitar 457 ha dan 1300 ha (BAPPENAS, 2009). Pertanian yang intensif terjadi di Delta Barito pada tahun 1995. Delta Barito dijadikan sebagai lahan sejuta hektar untuk pertanian. Area pada Delta Barito yang digunakan dalam proyek tersebut adalah 227,100 ha (Notohadiprawiro, 2006). Proyek tersebut telah menyebabkan terjadinya kerusakan pada lahan (Noor, 2001). Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan di Delta Barito selama periode 1862-2008 2. Untuk menganalisis penyebab perubahan penggunaan lahan di Delta Barito selama periode 1862-2008.
5
II.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan peta dan citra untuk mengidentifikasi perubahan
penggunaan lahan di Delta Barito. Adapun rincian dari sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Peta topografi tahun 1862 2. Peta topografi tahun 1946 3. Citra Landsat tahun 1985 4. Citra Landsat tahun 1997 5. Citra Landsat tahun 2004 6. Citra Landsat tahun 2008 Peta dan citra tersebut diinterpretasi untuk menentukan penggunaan lahan setiap tahun. Peta di buat dengan menggunakan software Arcview 3.2. dan pengolahan citra dengan menggunakan software ENVI. Penggunaan lahan di Delta Barito terdiri atas pertanian, hutan rawa-rawa, dan permukiman. Hasil dari analisis peta dan citra tersebut dihitung untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Delta Barito selama kurun waktu 1862-2008.
III.
HASIL PENELITIAN Perubahan penggunaan lahan dan peta penggunaan lahan di Delta Barito
terdapat pada Tabel 1, Gambar 2 dan Gambar 3. Tabel 1. Perubahan penggunaan lahan tahun 1862-2008 Penggunaan lahan Tahun Pertanian Hutan rawa 1862 2,198.36 1946 32.05 2,259.77 1985 459.81 2,047.27 1997 1,381.39 1,245.18 2004 1,494.98 993.48 2008 1,936.41 752.52
6
Permukiman 25.24 39.03 43.09 46.86
Gambar 2. Grafik perubahan penggunaan lahan periode 1862-2008
LAND USE MAP OF BARITO DELTA IN YEAR 1946
LAND USE MAP OF BARITO DELTA IN YEAR 1862 200000
200000
250000
9700000
9700000
9
0
6
12 km
18 km
Legend
Legend
9680000
9680000
0
240000
River Irrigation Channel
River Swampy Forest
Swampy Forest Agriculture
9640000
9640000
9650000
9650000
250000
7
200000
240000
9600000
9600000
9600000
9600000
200000
LAND USE MAP OF BARITO DELTA IN YEAR 1997
LAND USE MAP OF BARITO DELTA IN YEAR 1985
12 km
Legend River
0
6
12 km
Legend
9680000
9680000
6
240000
9680000
0
200000
240000
9680000
200000
River
Irrigation Channel
Irrigation Channel
Swam py F orest
Swampy Forest
Agriculture
Agriculture
Settlem ent
Settlement
9640000
9640000
9640000
9640000
200000
240000
200000
LAND USE MAP OF BARITO DELTA IN YEAR 2004 200000
200000
12 km
0
River
6
240000
12 km
9680000
Legend
9680000
6
LAND USE MAP OF BARITO DELTA IN YEAR 2008
240000
9680000
Legend River
Irrigation Channel
Irrigation Channel
Swampy Forest
Swampy Forest
Agriculture
Agriculture
Settlement
Settlement
9640000
9640000
9680000
0
240000
9600000
9600000
9640000
9640000
200000
240000
200000
240000
Gambar 3. Peta Penggunaan lahan Delta Barito Tahun 1862-2008 8
IV.
PEMBAHASAN Penggunaan lahan di Delta Barito terdiri atas lahan pertanian, hutan rawa-
rawa dan permukiman. Lahan pertanian ditemukan pada bentuklahan rataan pasang surut, cekungan antiklinal gambut, punggung antiklinal gambut, beting gisik, danau tapal kuda, dan tanggul alam. Pertanian yang terdapat di Delta Barito adalah sawah, perkebunan karet, perkebunan nanas, perkebunan semangka, peternakan, perkebunan kelapa sawit, dan tambak. Sawah ditemukan pada bagian tengah delta, sedangkan perkebunan nanas, perkebunan kelapa sawit terdapat di bagian utara delta. Tambak dan perkebunan semangka ditemukan dibagian pantai. Permasalahan pertanian di bagian timur delta adalah masuknya air laut ketika terjadi pasang tinggi yang menyebabkan kerusakan pada tanaman. Hutan dapat ditemukan di bagian tengah delta, bagian tengah delta dan sedikit di bagian utara delta. Hutan dibagian selatan delta adalah hutan mangrove. Hutan yang dibagian tengah delta dan bagian utara delta adalah hutan rawa. Hutan mangrove dibagian timur pantai banyak yang mengalami kerusakan. Hutan mangrove di bagian tengah pantai masih dalam kondisi alami. Permukiman terdapat di sepanjang sungai dan sepanjang saluran irigasi. Permukiman paling banyak di sepanjang sungai karena budaya Kalimantan yaitu budaya sungai, sehingga sungai dijadikan sebagai jalur transportasi dan dijadikan sebagai sumber kehidupan masyarakat di Kalimantan. Permukiman semakin meluas di Delta Barito karena dibangunnya jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Permukiman tidak hanya disepanjang sungai saja, tetapi juga disepanjang Jalan Trans Kalimantan tersebut. Penggunaan lahan tahun 1862 yang dominan adalah hutan rawa. Tahun 1946 mulai terdapat saluran irigasi sehingga pertanian di Delta Barito mulai dilaksanakan. Penggunaan lahan tahun 1946 adalah hutan rawa dan pertanian. Permukiman dan pertanian semakin meningkat luasannya pada tahun 1985, 1997, 2004 dan tahun 2008. Adanya program transmigrasi dan program sejuta hektar dari pemerintah telah membuka hutan rawa di Kalimantan dan semakin memperluas lahan pertanian di 9
Delta Barito. Akibatnya adalah lahan hutan semakin berkurang mulai dari periode 1985-2008.
V.
KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan lahan di Delta Barito selama periode 1862-2008 mengalami perubahan. 2. Pertanian dan permukiman semakin bertambah luasnya selama periode 18622008 3. Hutan semakin sedikit karena adanya aktivitas pertanian yang semakin meningkat 4. Program transmigrasi dan pembukaan lahan sejuta hektar telah menyebabkan lahan pertanian bertambah luas.
VI.
UCAPAN TERIMAKASIH Artikel ini merupakan bagian dari disertasi di Program Doktor Ilmu Geografi,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penulis mengucapkan terimakasih kepada tim promotor yang telah membimbing dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada asisten lapangan yang telah membantu dalam melaksanakan survei lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Arisanty, D., J. Sartohadi, Muh. A. Marfai, D.S. Hadmoko, The longterm morphodynamic of Barito Delta. Journal of Environmental Science and Engineering B, Vol 1. No 10, pp 1196-1202 BAPPENAS, 2009. Dokumen Perencanaan dan Pelaksanaan Repelita I Tahun 1969/70 1973/74 (online), 29 January 2009, http://www.bappenas.go.id/node/42/1701/repelita-i-tahun-196970---197374/, access 25 December, 2012. Bird, E.C.F. 2008. Coastal Geomorphology: An Introduction. Second Edition. John Wiley and Sons Ltd., England Davis, R.A. Jr. 1978. Coastal Sedimentary Environment. Springer-Verlag, New York. 10
Djuwansah, M.R. 1985. Sedimentologi, vegetasi dan pedologi di Delta Barito. Laporan Penelitian. Lembaga Geologi dan Pertambangan Nasional, LIPI, Jakarta Gupta, A. 2007. Large Rivers Geomorphology Management. John Wiley & Sons Ltd, England. ISBN 978-0-470-84987-3. Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. KANISIUS. Yogyakarta. Notohadiprawiro, T. 2006. Proyek Pengembangan ”Lahan Gambut Sejuta Hektar” Keinginan dan Kenyataan. Seminar Nasional WALHI, Jakarta. Ritter, D.F., R.C. Kochel, J.R. Miller. 1995. Process Geomorphology. Third Edition. Wm.C. Brown Communication Inc., United States of America Summerfield, M.A. 1991. Global Geomorphology. An introduction to the study of landform. John Wiley and Sons Inc., New York. Van Maren, D.S. 2004. Morphodynamics of the Cyclic Prograding Delta: the Red River, Vietnam. Dissertation. Royal Dutch Geographical Society/Faculty of Geosciences, Utrecht University, the Netherland.
11