-14
YusliW dkk. :
JuvenH L.bl-L.bi. •..•....
PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (BODDAERT, 1770) DENGAN JENIS PAKAN BERBEDA DI DESA BELAWA, KABUPATEN CIREBON (The growth of the J uvenil Softshell Turtle, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) Based on Various Feed in Belawa Village, Cirebon District) Yusli Wardiatno(l), Mirza Dikari Kusrini(2), Novalia Rahmi(3) dan Ali Mashar(l) (I) Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK - IPB (2) Departemen KSH, Fakultas Kehutanan, IPB (3) Alumni PS Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK - IPB
ABSTRAK Populasi penyu air tawar yang dikenal sebagai labi-labi di Desa Belawa, atau "Kura-kura Belawa", terus mengalami penurunan karena berkurangnya laban kehidupan, penurunan kualitas babitat hidupnya, dan adanya penangkapan serta pengambilan telurnya secara liar. Untuk itu diperlukan upaya konservasi kura-kura Belawa melalui penangkaran. Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Untuk memperoleh basil penangkaran yang maksimal dipcrlukan makanan yang sesuai kebutuban hidup labi-Iabi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis pakan yang paling disukai juvenil labi-labi dan mengkaji pertumbuhannya yang diberi pakan berbeda. Dari basil penelitian pendahuluan didapatkan jenis pakan yang disukai juvenillabi-labi yaitu pakan A (cacahan filet dagingikan Iele) dengan rata-rata pertambaban bobot 3,67 gram/dua bulan, pakan B (cacahan ikan asin) sebesar 3,33 gramldua bulan dan pakan F (cacahan lele campur kangkung) sebesar I gramldua bulan Dari basil penelilian utama didapatkan perubaban PLK tertinggi pada ___ pakan A (cacahan daging ikan Iele) sebesar 0,87 cm/dua bulan, perubahan LLK tertinggi pada pakan B (cacahan -daging ikan lele campur kangkung) sebesar 0,6 cm/dua bulan, dan perubaban bobot tertinggi pada pakan D (cacahan daging ikan lele, campur cacahan daging ikan asin, campur kangkung) sebesar 23,33 gramldua bulan.
Kata kunci: labi-Iabi, pertumbull3Il, pakan, Belawa
ABSTRACT The population of softshell turtle, Amyda cartilaginea is present in Belawa Village which known as .. "Kura-kura Belawa" has been decreasing due to the the decrease of its living area, illegal catching and egg collection. It is therefore needed an effort to conserve the population through domestication. Food is one of main factor affecting the growth of the turtle. In order to obtain an optimal result from the domestication effort, the information about appropriate feed for the turtle is needed. The aims of the research were to reveal the approprate feed for the softshell turtle and to study its growth due to various feed. The preliminary research showed that the turtle liked feed A (minced meat of catfish) with the mean growth of 3.67 gltwo months, feed B (salty-preserved fish) with the mean growth of 3.33 gltwo months, and reed (fillet of the catfish mixed with kangkung) with the mean growth of 1.00 gltwo months. While in the main research the feed A (fillet of the catfish) brought about the increasing of the curved-carapace length of 0.87 cm/two months, while feed B (minched meat of the catfish mixed with kangkung) brought about the increasing of curved-carapace wide of 0.6 em/two months, and for the most ineresing weight was due to reed D (minched meat of the catfish mixed with fillet of slaty-preserved fish and kangkuug) with 23.33 gltwo months. Keywords: the softshell turtle, growth, feed, Belawa
LATAR BELAKANG Labi-labi merupakan salah satu satwa air yang masuk kedalam komoditas perikanan. Dari sekitar 30 jenis labi-labi yang ada di dunia, 21 jenis diantaranya terdapat di Indonesia, dan 6 jenis telah dilindungi undang-undang, yaitu Chitra indica, Batagur baska, Carettochelys insculata dan Or/ilia borneensis berdasarkan SK Mentan No. 3271KptslUml5/1978; Elseya novaeguinea dan Chelodina novaeguinea berdasarkan SK Mentan No. 716IKptslUmlI0/1980 (Anonimus 1995; Samedi dan Iskandar 2000). Jenis labiJurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Journal of Tropical Fishenes (2009) 3(2): 1 -14
Yusli W .• dkk. : Petfumbuhan JuvenH
Lab~Labi .•..•...•
labi yang belum dilindungi undang-undimg dan tidak tennasuk dalam daftar Appendix I CITES, dapat diperdagangkan seeara terbatas dengan terlebih dahulu mendapat ijin dari Menteri Pertanian (Anonimus 1995). Status labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) di alam adalah rawan (IUCN 2006) dan tidak dilindungi (CITES 2004) sehingga labi-labi tersebut banyak dipeljualbelikan, baik seeara legal maupun illegal, dan masuk dalam perdagangan kura-kura di Asia dengan skala internasional (van Dijk et af. 2000). Hal ini tidak terlepas dari permintaan labi-labi yang tinggi dari negara-negara Asia Timur Utara, seperti China, Hongkong, dan Taiwan, terutama sebagai makanan (daging dan telur), obat tradisional China, dan sebagai hewan peliharaan (Chen et af. 2000; Compton 2000; Lau dan Shi 2000). Namun demikian, dari daftar CITES terbaru 2008, Amyda cartifaginea masuk ke dalam Appendix II, dengan kuota perdagangan dari Indonesia 25.200 (CITES-listed species database.htm)" Labi-labi yang diperdagangkan di China berasal dari Indonesia, terutama dari Medan, Riau dan Palembang sebagai pengeskpor utama(Shepherd 2000). Di Indonesia labi-labi dikonsumsi sebagai makanan dan obat-obatan oleh beberapa golongan atau suku tertentu, seperti komunitas China (Samedi dan Iskandar 2000). Labi-labi jenis Trionyx cartilagineous Boddaert sinonim dengan Amyda cartifaginea yang terdapat di areal wisata maupun di kolam masyarakat, lebih dikenal dengan sebutan "Kura-kura Belawa". Jenis labi-labi memiliki ciri khas bentuk eekung pada bagian tulang belakang pada labi-labi dewasa (Kusdinar 1995; Kusrini et af. 2007). Areal wisata di Desa Belawa merupakan salah satu sarana untuk melestarikan kura-kura Belawa seeara insitu dan eksitu yang sekaligus juga merupakan laboratorium hidup yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi (Kusdinar 1995). Menurut Priyono et af. (1999) populasi kura-kura Belawa semakin menurun, dan saat ini hanya mencapai 88 ekor, tersebar di beberapa kolam dan perairan Sungai Cikuya. Ukuran panjang tubuh kura-kura Belawa jantan antara 32,9-66,9 em dan yang betina 26,4-68,7 em dengan jumlah telur 5-11 butir per sarang (Kusdinar 1995). Namun dari hasil penelitian terbaru (Kusrini et af. 2007) ditemukan kura-kura Belawa sejumlah 220 ekor dengan ukuran panjang tubuh rata-rata jantan 68,75 em dan yang betina 69,55 em dengan jumlah telur antara 3-14 per sarang. Jumlah tersebut diduga lebih besar lagi dikarenakan masih banyak individu yang terlihat muneul ke pennukaan air kolam dan belum tertangkap pada saat penelitian. Namun demikian, populasi kura-kura Belawa masih teraneam karena adanya pembukaan areal baru untuk pemukiman penduduk sehingga berkurangnya lahan alami sebagai ruang gerak kura-kura, kualitas kolam yang buruk karena masuknya air eueian dan sampah ke dalam kolam, penangkapan dan pengambilan telur kura-kura secara liar (Kusrini et af. 2007). Untuk mempertahankan kelestarian dan kelangsungan hidup kura-kura Belawa dibuat penangkaran dan menjaga lingkungannya. Makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup, seperti pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil penangkaran yang maksimal diperlukan pakan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan hidup labi-labi tersebut, yaitu melalui pemberian jenis pakan yang berbeda pada juvenillabi -labi dalam habitat buatan, sehingga diharapkan juvenil tersebut mampu bertahan hidup hingga dewasa dengan kondisi yang baik dan sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan juvenil labi-labi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengelola tentang pakan yang disukai dan baik untuk menunjang kelangsungan hidup labi-labi mulai dari fase juvenil hingga dewasa. Jurusan Perikanan. Faperfa-UNPAR
Vusli W.o d~ :.Pettumb~!Uln JwenHL.b~L.bi.. ;.. ;...
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di sekitar obyek wisata Belawa, Desa Belawa Kelurahan Cipejeuh, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dilakukan awal November 2007 sampai akhir Januari 2008 melalui dua tahap. Tahap pertama adalah penelitian pendahuluan untuk mengetahui pakan yang disukai juvenil labi-Iabi pada bulan November 2007. Tahap kedua adalah penelitian utama mulai Desember 2007 sampai Ianuari 2008. .-
"
.
: ... : .... : ...... '.:': -. ': : .....
-
'.
.
..
.. :.
,
.... ..-.:: ::~
lADAIIOIW1D~A1<E1IIII . ' : .-::.-: • :'-'.::" .:.... .-
. .' .. r..vc;;!--o< .'...
...
'
'.'
. ' . , .. .' . .... ' ."
'.
.
"
'
. . '.' ... .. '. . .. ... "
..
'
'
~~
u
Keteranga 000
vP C)
(::..:..,
pemukidi'man ~ ~ Peman an 1 - 31 Kolam Taman Wiiatti.E Ladang dan Kebun
Lokasi Ditemukan KuraKolam - Kolam = Areal Pemancingan Umum
Gambar 1. Denah lokasi penelitian (Diambil dari Kusrini et al. 2007) Penelitian Pendahuluan Rewan uji yang digunakan yaitu 21 ekor juvenil labi-Iabi Amyda cartilaginea dengan kisaran panjang lengkung karapas 6,0-8,9 em dan kisaran bobot tubuhnya 22-75 gram. Pakan yang diujieoba terdiri dari pakan A (eaeahan daging ikan Iele), B (eaeahan daging ikan asin jenis peda layang), C (pelet ikan), D (irisan ubi), E (irisan singkong), F (eaeahan daging ikan Iele dicampur kangkung dengan proporsi 50%:50%) dan G (pelet ikan dieampur kangkung dengan proporsi 50%:50%). Pakan diberikan sekali sehari pada pukul 10.00-11.00 WIB sebanyak 10% dari bobotjuvenil per ekor. Penelitian Utama Rewan uji yang digunakan pada penelitian utama yaitu 12 ekor juvenil labi-Iabi Amyda cartilaginea dengan kisaran panjang 6,1-9,3 em dan bobot tubuh 22-89 gram. Pemberian pakan dilakukan sehari dua kali dengan jenis pakan hasil penelitian pendahuluan sebanyak 20% dari bobot juveniI per ekor, dimana 10% diberikan pada pagi hari antara pukul 05:30 sid 07:30 WIB dan 10% Iagi diberikan pada sore hari antara puku115:30 sid 17:30 WIB. Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Joumalof Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
Yusli W., dkk.: PettumbuhBn JuvenH
LBb~L.bl ...•.....
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi ukuran panjang lengkung karapas (PLK) dan lebar lengkung karapas (LLK) dalam satuan centimeter (em) yang diukur dengan menggunalcan penggaris, tali ukur, dan data bobot juvenil labi-Iabi dalam satuan gram (Gambar 2). Pengambilan data tersebut dilakukan tiga hari sekali sebelum pemberian palcan pada penelitian pendahuluan, sedangkan pada penelitian utama pengambilan data dilakukan lima hari sekali sebelum pemberian pakan.
Gambar 2. (a) Pengukuran panjang lengkung karapas (PLK); (b) pengukuran lebar lengkung karapas (LLK); dan (c) Pengukuran bobot tubuh .".,.
Analisis Data Sebelum dilakukan pengolahan data PLK, LLK, dan berat, terlebih dahulu dilakukan uji normal it as untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau bukan dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences for Windows release 13 (SPSS 13.0) (Uyanto 2006), dimana Ho=data berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan H,= data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal, dengan ex = 0,05. Jika P-vallie < ex (0,05) = tolak Ho , maka gunakan uji Kmskal-Wallis yang diolah dengan program SPSS 13.0, dan jib P-vallie > ex (0,05) = gagal tolak Ho, maka gunakan uji F (Uyanto 2006). Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan juvenil labi-Iabi dihitung dengan rumus (Huisman 1987 ill Effendi
[0 :~ -
1997): a = 1]x 100 , dimana: ex = Laju pertumbuhan harian individu (%); Wt = Bobot juvenil labi-Iabi pada akhir penelitian (g); Wo = Bobot juvenile labi-Iabi pada awal penelitian (g); dan t = Waktu selama dilakukan penelitian (hari). Efisiensi pakan Efisiensi pakan dihitung berdasarkan rumus: EPJWt+D)-Wo xl00 , dimana: EP = F
Efisiensi pakan (%); Wt = Bobot juvenil pada akhir penelitian (g); Wo = Bobot juvenil pada awal penelitian (g); D = Bobot total juvenil yang mati selama penelitian (g); dan F = Jumlah total makanan yang diberikan (g) (NRC 1977 in Effendi, 1997)
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Journal of Tropical Fish_lies (2009) 3(2): 1 -14
Yusli W., dkk. : Pertumbuhan Juvenff Lab;..Labi........ .
Hubung;ln Panjang Karapas dan BobofTubuh Hubungan panjang karapas dan bobot tubuhjuvenil dihitung dengan rumus: W= aLb, dimana W = bobot tubuh juvenil labi-Iabi (g); L = panjang lengkung karapas juvenil labilabi(cm); a = konstanta; dan b = koefisien pertumbuhan. Bila nilai b = 3, maka pertumbuhan panjang karapas seimbang dengan pertambahan berat tubuhnya (isometrik) dan bila nilai b 3 (allometrik), maka pertumbuhan panjang lebih cepat (b < 3, allometrik negatif) atau lebih lambat (b > 3, allometrik positif) dadpada berat (Effendie 1979).
*
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan Data hasil pengukuran parameter pertumbuhan labi-Iabi selama penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 3. 2,0
~
1,5
E
~
:.: ,..,
1,0
~
0,5
'"
0,0
,.., 1
B
A
C
D
F
E
G
Perlakuan
(a) 1.2 1,0
E
""'"
0,8
Ii
0,6
~ ~
0,4 0,2 0.0 A
B
D
C
P e ria k u a n
(b)
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
E
F
G
Joumal of Tropical Fishenes (2009) 3(2): 1 -14
Yusli W., dkk. : Pertumbuhan JuvenB L.bl-Labl•••••..•.
10
ee
~
~
':!"
..•
5 0 ·5
~
·10
'"
·15 A
8
c
o
E
F
G
Pedakuan PakaD
(c) Gambar 3. Pertambahan rata-rata PLK (a); LLK (b); dan bobot (c) labi-Iabi per ekor per satu bulan pengamatan pada penelitian pendahuluan
Dari Gambar 3 diketahui rata-rata pertambahan PLK tertinggi terdapat pada perlakuan pakan A, yaitu 0,73 emlbulan, sedangkan rata-rata terendah terdapat pada pakan G, yaitu 0,03 emlbulan. Rata-rata LLK tertinggi terdapat pada perlakuan pakan A dan pakan B, yaitu 0,93 emlbulan dan rata-rata terendah pada perlakuan pakan D, yaitu 0 emlbulan. Pertambahan bobot tertinggi terjadi pada perlakuan pakan A dan terendah pada perlakuan pakan B, sedangkan penurunan tertinggi terdapat pada perlakuan pakan C hingga G dan penurunan terendah terdapat pada perlakuan pakan F. Dari hasil uji normalitas diperoleh bahwa nilai P-value dari PLK = 0,027, LLK = 0,019, dan bobot = 0,02 < a, dimana a = 0,05 yang menunjukkan bahwa data pertumbuhan berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal sehingga analisis statistik yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, labi-Iabi yang diberi Pakan A memiliki ratarata pertambahan bobot terbesar, sedangkan penurunan terbesar teIjadi pada perlakuan pakan E. Hal ini mengindikasikan bahwa labi-Iabi lebih menyukai pakan leIe atau ikan asin. Menurut Mudjiman (2000), tingkat konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh bau dari pakan itu sendiri. Bau daging ikan lele, ikan asin dan daging ikan leIe eampur kangkung lebih beraroma dibandingkan dengan pelet ikan, ubi, singkongdan pelet ikan eampur kangkung. Selain itu, kemungkunan kandungan protein yang dikandung leIe dan ikan asin juga mempengaruhi pertumbuhannya (Iihat Tabell). T a b e11 K andungan glZl tlap 100 grampakan pereobaan. Kandungan Gizi Air (gram) Protein (gram) 19,91 77,99 1 lkan leIe Ikan asin peda layang 30,0 60,0 2 68,50 Ubi jalar merah 1,80 3 52,50 Singkong 1,20 4 3,00 89,70 5 kangkung .. Sumber: (BudlJanto 2008; Enoch et al. 1973; Hardlansyah 1988; Slbaram et al.1985; Slamet et al. 1980) No.
JenisPakan
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Yusli W., dkk. :
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
Pertumb~h.n
Juveni/
L.b~L.bl ..•......
Be!dasarkan nilai pertumbuhan diperoleh bahwa pakan yang disukai juvenil labi-Iabi adalah pakan A, yaitu eaeahan daging ikan lele. Pakan kedua yang disukai juvenil labi-Iabi yaitu pakan B, terdiri dari eaeahan daging ikan asin, dan selanjutnya pakan F, yaitu singkong. Perbedaan pertambahan dan penurunan bobot ini selain diduga oleh bau yang berbeda, dapat pula diduga oleh aktivitas pergerakanrtya yang kurang aktif sehingga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat konsumsi pakan dan pertambahan bobot tubuhnya. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis didapatkan bahwa nilai P-value (PLK) = 0,013 dan nilai P-value bobot = 0,012, keduanya lebih keeiI dari a = 0,05 (P-value < a) yang menunjukkan bahwa perbedaan jenis pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap PLK dan bobot tubuh juvenil labi-Iabi, sedangkan untuk LLK niIai P-value = 0,062 lebih besar dari a = 0,05 (P-value > a) yang menunjukkan bahwa.perbedaan jenis pakan tidak seeara nyata berpengaruh terhapat LLK labi-Iabi. Penelitian Utama
Pertumbuhan Juvenil Labi-labi Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data PLK dan bobot mempunyai nilai P-vallie < a = 0,05, baik untuk uji Lilliefors (Kolmogorof-Smirnov) maupun uji Shapiro-Wilk sehingga disimpulkan bahwa data tersebut tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Sedangkan untuk data LLK terlihat pada perlakuan (B) dimana nilai P-value = 0,16725> a = 0,05 untuk uji normalitas Shapiro-Wilk dan P-vallie = 0,04376 < a = 0,05 untuk uji Lilliefors (Kolmogorof-Smirnov) dimana uji Lilliefors ini sebagai koreksi dari nilai yang lebih signifikan. Oleh karenanya disimpulkan bahwa data pertumbuhan (PLK, LLK, dan bobot) juveniI Iabi-Iabi tidak terdistribusi normal dan uji statistika selanjutnya menggunakan uji non-parametrik yaitu dengan uji Kruskal-Wallis. Pertambahan PLK, LLK dan bobot labi-Iabi selama penelitian disajikan pada Gambar 4. 1,2
E
1,0
~
0,8
~
..J
'"S j
~
'"
0,6 0,_ 0,2 0,0 A
B
C
Perlakuan
(a)
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
D
YusJi W.o did<. : Pettumbuhan JuvenH
Joumal of Tropical Fish_nes (2009) 3(2): 1 -14
Lab~L.b; .........
1.2 1.0
E
~
0.8
~
..l ..l
~
~
0 •• 0.4 0.2 0.0
·A
c
B
D
Perlakuan
(b) 3 5 ~
e
E $ '0 .D 0
'S"
30 2 5 2 0 I 5 I 0
~
5
~
0
S
A
C
B
D
Perlakuan
(c)
Gambar 4. Pertambahan rata-rata PLK (a), LLK (b) dan bobot (c) per ekor per dua bulan pengamatan. [Keterangan: A: cacahan daging ikan lele, B: cacahan daging ikan lele carnpur kangkung, C: cacahan daging ikan asin, D: cacahan daging ikan lele campur kangkung campur daging ikan asin campur kangkung]
Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan PLK tertinggi terdapat pada pemberian pakan A yaitu sebesar 0,87 cmldua bulan, dan rata-rata yang sama yaitu sebesar 0,5 cmldua bulan pada pemberian pakan B, pakan C, dan pakan D. Namun demikian dad hasil uji Kruskal-Wallis Test didapatkan nilai P-value (PLK) sebesar 0,275 dimana nilai tersebut lebih besar dad nilai u = 0,05, yang berarti perbedaanjenis pakan tidak secara nyata mempengaruhi pertumbuhan PLK juvenillabi-Iabi. Pertambahan rata-rata LLK tertinggi pada perlakuan pakan B yaitu 0,6 cmldua bulan, diikuti pakan A dengan nilai rata-rata pertambahan 0,5 cmldua bulan, selanjutnya pakan D dengan nilai rata-rata 0,4 cmldua bulan, dan perlakuan pakan C dengan nilai rata-rata terendah yaitu 0,2 cmldua bulan. Dad hasil uji Kruskal-Wallis Test diketahui bahwa nilai P-value (LLK) = 0,485 > u = 0,05 sehingga disimpulkan bahwa dad jenis pakan yang diujicoba tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap LLK juvenillabi-Iabi. Pertambahan bobot rata-rata tertinggi terdapat pada pemberian pakan D dengan nilai rata-rata 23,33 gramldua bulan, diikuti rata-rata tertinggi kedua pada pakan A, yaitu 19,33 gramldua bulan, selanjutnya pertambahan sebesar 18,67 gramldua bulan pada pakan B, dan
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
Yusli W., did<. : Pertumbuhan JuvenH
Lab~Labi. .. .•....
8,33 wamldua bulan pada pemberian pitkan C dengan nilai rata-rata bobot terendah. Namun dari hasil uji Kruskal-Wallis Test dapat dilihat bahwa untuk nilai P-value (bobot) = 0,074 > IX = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis pakan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap bobot tubuh juvenillabi-Iabi. Dari data perubahan bobot juvenil labi-Iabi didapatkan laju pertumbuhan harian yang disajikan pada Tabel 2. Analisis statistik terhadap laju pertumbuhan harian juvenil labi-labi, menunjukkan hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (P>0,05). TabeI 2. Laju pertumbuhan harian juvenil labi-labi (%) pada masing-masing perlakuan untuk setiap ulangan pada penelitian utama Ulangan 1 2 3 Rata-rata
A 0,2449 0,7447 0,5543 0,5146
Perlakuan (pakan) B C 0,5831 01591 0,8022 0,2660 0,6396 0,2587 0,6749 0,2279
D
0,5315 0,8103 0,2583 0,5334
HasH penelitian utama memperlihatkan bahwa labi-Iabi yang diberi pakan A (cacahan daging ikan Ie\e) memiliki nilai rata-rata pertambahan PLK tertinggi yaitu 0,87 crnldua bulan. Sementara untuk LLK hasil yang diperoleh pada penelitian utama diketahui bahwa LLK pada perlakuan pemberian pakan B (eaeahan daging ikan lele earn pur kangkung) memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 0,6 ernldua bulan dan pakan C (caeahan daging ikan asin) memberikan pengaruh terendah dengan nilai rata-rata yaitu 0,2 crnldua bulan. Rata-rata PLK dan LLK tersebut < 1 em dikarenakan karakteristik dari jenis Amyda cartilaginea yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat (van Dijk 2000) dan termasuk hewan yang berumur panjang (Woolsey 2006) serta waktu penelitian yang relatif singkat. Selanjutnya pertambahan bobot tubuh juvenil labi-labi diperoleh hasil bahwa pertambahan bobot tertinggi rata-rata terdapat pada perlakuan dengan pemberian pakan D (eaeahan daging ikan lele eampur daging ikan asin eampur kangkung), yaitu 23,33 grarnldua bulan dan pertambahan bobot terendah pada pakan C, yaitu 8,33 grarnldua bulan (eaeahan daging ikan asin). Hubungan PanjanIJ - Bobot Lobi-labi Bobot dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang (Effendie 1997). Hubungan panjanghobot tuhuh diduga hampir mengikuti pola hukum kubik yang menggambarkan bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada setiap hewan sebenarnya berbeda-beda dikarenakan bentuk dan panjang tiap hewan tersebut berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya (Effendie 1997). Gambar 5 ini memperlihatkan hubungan panjang lengkung karapas dengan bobot dari masing-masing juvenillabi-labi yang diberi jenis pakan berbeda.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Yusli W.o dkk. : Pertumbuhan JuvenH Labl-L.bl..•.•....
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
PakanA 1,90 1,80 Log 1,70 Bobot 160 ,
'0
o
1,50
o
=36 R Sq Linear = 0,949 Y = 2,76927x - 0,76291
N
o
1,40
o
1,30 0;80
0,85
0,90
0,95
LogPLK
PakanB
1.70 o o o o
1.60
o
o 0 0
o
Log 1.50 Berat o
1.40
N =36 R Sq Linear = 0,493 Y = 4,057498122x - 1,84652982 o
o o
1.30
0.78 0.79 0.80 0.81
0.82
0.83
0.84 0.85
0.86
LogPLK
Pakan C 2,00 1,90 1,80 Log Bobot 1,70 1,60 1,50
o
N =36 R Sq Linear = 0,948 Y = 2,570229313x - 0,62209309
o
o
1,40 0,80
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
0,85
0,90 LogPLK
0,95
1,00
Yusli W., dkk. : Pertumbuhan JuvenH L.b~L.bl... .••••.
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
PakaoD 1,90 1,80
o o
Log Bobot 1,70
o
8 o
1,60
o o
=36 N R Sq Linear = 0,725 Y = 2,59589x - 0,600395
o
1,50 0,84
0,86 0,88
0,90
0,92
0,94 0,96
LogPLK
Gambar 5. Kurva hubungan panjang-bobot juvenil labi-Iabi, Amyda cartilaginea dengan pemberian pakan berbeda (pakan A: cacahan daging ikan lele, pakan B: cacahan daging ikan Iele campur kangkung, pakan C: cacahan daging ikan asin, pakan D: cacahan daging ikan Iele campur cacahan ikan asin dan kangkung) Nilai b > 3 menggambarkan kondisi juvenil labi-Iabi yang gemuk karena pertambahan bobot tubuh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan PLK, sedangkan jika nilai b < 3, maka hasil yang didapat menunjukkan bahwa juvenil labi-Iabi cenderung memiliki kondisi tubuh yang kurus karena pertambahan PLK lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobotnya. Dari hasil anal isis statistik terlihat bahwa tidak ada perbedaan nyata laju pertumbuhan yang dilihat berdasarkan PLK, LLK atau bobot hewan uji yang diberi pakan berbeda. Bila dilihat uji t pada analisis regresi berpasangan terlihat bahwa tidak ada perbedaan nyata untuk semua pasangan kecuali untuk pasangan pakan B dan pakan C. Oleh karena itu diduga bahwa ke-4 jenis makanan yang diujicobakan pada juvenil labi-Iabi tidak secara spesifik berbeda dalam hal kandungan gizi, walaupun pada penelitian ini nilai kandungan gizi dari setiap pakan tidak dilakukan analisa secara mendalam. Dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil labi-Iabi pakan merupakan unsur terpenting yang harus terpenuhi, dimana pakan tersebut akan diproses dalam tubuh dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan membangun jaringan dan daging, sehingga pertumbuhan ikan akan teIjamin. Kecepatan laju pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya, apabila jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungan tidak mendukung, dapat dipastikan pertumbuhan akan terhambat (Khairuman dan Amri 2002). Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan dihitung berdasarkan jumlah makanan yang dimakan juveniI labi-Iabi selama penelitian pada setiap perlakuan dan ulangannya, seperti yang disajikan pada Tabel3.
Jurusan Periimnan, Faperta-UNPAR
Yusli W •• dkk. : Pertumbuhan JuvenH Labi-Labl•.•..•...
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
Tabel 3" Efisiensi pakan dengan proporsi rnakanan 20% per berat per ekor pada rnasingrnasing ulangan setiap perlakuan (dalarn %) Ulangan 1 2 3 Rata-rata
Perlakuan A 8,4088 25,1177 17,8082 17,1116
B 20,9877 27,1605 21,7391 23,2958
C 5,3191 8,4541 8,8889 7,5541
D 18,2829 26,9815 8,4746 17,9130
Keterangan: A: cacahan daging ikan lele, B: cacahan daging ikan lele campur kangktmg, C: cacahan daging ikan asin, D: cacaban daging ikan lele campur kangktmg campur daging ikan asin campur kangktmg
Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai rata-rata efisiensi pakan terbesar yaitu pada perlakuan pakan B sebesar 23,2958 %, nilai ini didapat karena kisaran yang harnpir sarna di tiap ulangan perlakuan B. Secara berurutan hasil yang diperoleh untuk rata-rata efisiensi pakan setelah perlakuan B, yaitu pada perlakuan D dengan rata-rata efisiensi pakan sebesar 17,9130 %, dirnana terdapat kisaran yang cukup beragarn diantara ketiga ulangannya, se1anjutnya nilai efisiensi pakan dari per1akuan A sebesar 17,1116 % dengan kisaran yang cukup beragarn antara ketiga ulangan tersebut. Sedangkan nilai rata-rata efisiensi pakan yang paling rendah yaitu dengan perlakuan pakan C sebesar 7,5541 % dirnana kisaran antara setiap ulangannya cukup beragarn. Nilai efisiensi pakan dari setiap perlakuan berpengaruh terhadap nilai konstanta perturnbuhan, dirnana semakin besar nilai efisiensi pakan, sernakin besar pula nilai konstanta pertumbuhannya, hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pakan yang paling besar, yaitu pada pemberian B sebesar 23,2958 % dengan nilai konstanta pertumbuhan sebesar b = 4,057498 yang berarti bahwa semakin banyak pakan yang .dimakan.oleh juvenillabi-labi, maka semakin besar pertambahan bobot tubuhnya sedangkan jika dilihat pada perlakuan C dengan nilai efisiensi pakan paling kecil yaitu 7,5541 % dengan nilai konstanta pertumbuhan sebesar b = 2,570229, berarti pakan yang dimakan lebih sedikit sehingga pertambahan bobot tubuh juvenillabi-labi menjadi rendah. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pakan yang disukai dan baik bagi pertumbuhan juvenil labi-labi adalah yang rnengandung protein, yakni daging ikan lele. Untuk penelitian kedepan, perlunya diupayakan lanjutan penelitian berdasarkan variasi kandungan nutrisi pakan sehingga kebutuhan pakan yang tepat bagi perturnbuhan labi-labi dapat diketahui. Selain itu, upaya .IJenelitian genetika mesti dilakukan untuk lebih rnemperjelas status endemik (berdasarkan kepercayaan penduduk) dapat dibuktikan. UCAPAN TERIMA KASm Penelitian in dibiayai oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu kegiatan swakelola tahun anggaran 200612007. Pengambilan data dibantu oleh Sdri. Eny dan Sdri. Nuryani Widagti. Kerarnahtarnahan Kepala Desa dan Warga Desa Belawa juga merupakan salah satu faktor yang rnempengaruhi kelancaran penelitian ini.
Jurusan Perikanan, Faperfa-UNPAR
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
Yusli W., dkk. : Pertumbuhan JuvenH L.bi-L.bi. •.•....•
PUSTAKA
Budijanto
S.
2008.
Tinggalkan
Tepung
Impor, Pilihlah Tepung Lokal. diakses pada tanggal 08 Agustus
httQ;llww\\',t>~d.!.!Iipte.k,coI11Lpi.!ib.t>_t;rj.!a.p..!!pli.!J-=1.~:z,
2008, pkl. 09:59 WIB. Chen, T. H, H. C. Lin HC, dan H. C. Chang. 2000. Current Status and Utilization of Chelonians in Taiwan. Chelonian Research Monographs 2. Compton, J. 2000. An Overview of Asian Turtle Trade. Chelonian Research Monographs 2. [CITES] Convention on international trade in endangered species of wild fauna and flora. 2004. Amendments to appendices i and ii of cites thirteenth meeting of the conference of the parties bangkok (thailand), 2 - 14 october 2004. Bangkok. Amida cartilagenea proposal. pdf. Diakses pada tanggal 03 September 2007. [Ditjenkan] Direktorat Jenderal Perikanan. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Dan Pengelolaan Labi-Iabi. Direktorat Bina Sumber Hayati, Jakarta. Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara. Hal 92 105. Enoch M. 1973. Hand-out on Analized ofLokal Food Sources in Bogor. Nutrition Research Institute, Semboja Unit. Bogor. '-[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2006. Red List oj Threatened Species: Amyda cartilaginea. http://www.iucnredlist.or~/search/details.php/ 1181/all, diakses pada tanggal 02 September 2007, pkl16:54 WIB.
[wCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2006. Red List Categories and Criteria (version 2.3). http://www.iucnredlist.org/info/categories criteria 1994#categories, diakses pada tanggal 02 September 2007, pkl16:S4 WIB. Khairuman dan K. Amri. 2002. Membllat Pakan Ikan Konsllmsi. Jakarta: PT Agro Media Pustaka. Kusdinar, A. 1995. Telaah Beberapa Aspek Bioekologi Kura-kura Belawa (Trionyx cartilaginous Boddaert) Di Belawa, Cirebon, Jawa barat. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Kusrini, MD, Y. Wardiatno, A. Mashar dan N. Widagti. 2007. Upaya Konservasi Satwa Langka: Kura-kura Belawa (Amyda cartilaginea, Boddaert 1770). Laporan Penelitian. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Lau, M dan H. Shi. 2000. Conservation and Trade of Terrestrial and Freshwater Turtle and Tortoises in the People's Republic of China. Chelonian Research Monographs 2. Mudjiman, A. 2000. Makanall Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Priyono, A., M.D Kusrini dan A. Kusdinar. 1999. Kajian Aspek Bioekologi Dan Konservasi Kura-kura Belawa (Amyda cartilaginea). Prosiding Seminar Nasional Konservasi Keanekaragaman Amfibia dan Reptilia di Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Journal of Tropical Fisheries (2009) 3(2): 1 -14
Yus" W., dkk. : Petlumbuhan JuvenH
L8b~L8b/ •..•..••.
SamediJian D.T. Iskandar. 2000. Freshwater turtle and tortoise conservation and utilization in Indonesia. Chelonian Research Monographs 2: 106 - I I I. and Riau, Indonesia: A case study. Chelonian Research Monographs 2. Shepherd, CR. 2000. Export of live freshwater turtles and tortoises from North Sumatra and Riau, Indonesia: A case study. Chelonian Research Monographs 2. Sibarani S, Faisal A dan Ratna M. 1985. Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (analisis Zat Gizi Makanan Jadi). Jurusan Gizi Masyarakat dan sumberdaya Keluarga, Fak.Pertanian, IPB. Bogor. Slamet DS dan Tarwotjo. 1980. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Dalam Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 4, 1980. Pusat Penelitian Gizi, Unit Semboja. Bogor. Species 2000. Amyda cartilaginea Boddaert 1770. In: Catalogue of Life: Annual checklist 2007. http://www.catalogueotlife.org/.diaksespadatanggaI02September2007.pkl 17:13 WIB. Uyanto, S. S. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Kedua. Yogyakarta : Penerbit Graha I1mu. VAN
Dijk, P. P. 2000. The status of turtle in Asia. Chelonian Research Monographs 2.
VAN
Dijk P. P, B.L. Stuart, dan SGJ. Rhodin(Eds). 2000. Asian Turtle Trade. Chelonian Research Monographs 2.
Woolsey H. 2006. Massachusetts' Forestry Conservation Management Practices For Wood Turtle. http://w\V1N.mass.gov/dtV:ele/dnv/nhesp!woodturtcmp606.pdt: diakses pada tanggal 26 Mei 2008, pkI 20: I 7 WIB.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR