PERTAMBAHAN BOBOT BADAN CEMPE DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU SAPI DI PETERNAKAN KAMBING PERAH RANTIANG AMEH
LAPORAN TUGAS AKHIR
OLEH:
SAHAJA DATUTDUR NBP :1201372041
PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
1
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN CEMPE DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU SAPI DI PETERNAKAN KAMBING PERAH RANTIANG AMEH
LAPORAN TUGAS AKHIR
OLEH :
SAHAJA DATUTDUR NBP :1201372041
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
2
LAPORAN TUGAS AKHIR
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN CEMPE DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU SAPI DI PETERNAKAN KAMBING PERAH RANTIANG AMEH
OLEH:
SAHAJA DATUTDUR NBP : 1201372041
Menyetujui :
Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Dosen Pembimbing
Ir. Setya Dharma, M.Si NIP. 196010061987031003
Ir. Ramond Siregar, MP NIP. 196104111988111001
Mengetahui : Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ir. Gusmalini, M.Si NIP. 195711101987032001
3
LAPORAN TUGAS AKHIR
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN CEMPE DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU SAPI DI PETERNAKAN KAMBING PERAH RANTIANG AMEH
OLEH:
SAHAJA DATUTDUR NBP : 1201372041
Telah diuji dan dipertahankan di Depan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Pada Tanggal 6 Juli 2015
TIM PENGUJI No
Nama
Jabatan
1
Debby Syukriani, S.Pt, MP
2
Muthia Dewi, S.Pt, M.Sc
Anggota
3
Ir. Ramond Siregar, MP
Anggota
Tanda Tangan
Ketua
4
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN CEMPE DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU SAPI DI PETERNAKAN KAMBING PERAH RANTIANG AMEH
Oleh: Sahaja Datutdur (Dibawah Bimbingan: Ir. Ramond Siregar, MP) RINGKASAN Sehubungan dengan tingginya harga jual susu kambing, maka sebaiknya induk kambing pada masa laktasi dikhususkan sebagai ternak perah saja, sehingga susu yang diproduksinya dapat dijual guna meningkatkan pendapatan peternak, sedangkan anaknya cukup diberi air susu sapi. Pemisahan induk dengan cempe akan dapat merangsang induk untuk menghasilkan air susu secara maksimal (Sodiq dan Abidin, 2007). Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dilaksanakan selama 77 hari mulai tanggal 16 Maret sampai 30 Mei 2015, di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh Kecamatan Canduang Kabupaten Agam. Metode yang digunakan untuk mengukur pertambahan bobot badan (PBB) cempe sebanyak 22 ekor yang terdiri dari 11 ekor yang diberi air susu sapi dengan umur 3-5 minggu, dan 11 ekor cempe yang menyusu pada induk dengan umur 4 minggu. Pemberian air susu sapi dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi pukul 08.00 WIB, dan sore pukul 16.00 WIB. Kegiatan pengamatan dan pengambilan data PBB cempe dilakukan selama 7 minggu. Rataan pertambahan bobot badan harian (PBBH) cempe betina yang diberi air susu sapi adalah 0,075 kg/ekor/hari, dan yang menyusu pada induk 0,137 kg/ekor/hari, sedangkan cempe jantan yang diberi air susu sapi 0,080 kg/ekor/hari, dan yang menyusu pada induk 0,138 kg/ekor/hari. Tingginya PBBH cempe yang menyusu pada induk dibandingkan cempe yang diberi air susu sapi disebabkan oleh perbedaan jumlah air susu yang dapat dikonsumsi. Bila bersama induk cempe dapat setiap saat menyusu terutama pada waktu sedang lapar, sementara cempe yang dipisah dari induk akan memperoleh air susu dalam jumlah yang terbatas serta kandungan nilai gizi air susu sapi tidak sebaik susu induknya.
Kata kunci : Cempe, PBB, air susu kambing, air susu sapi.
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “PERTAMBAHAN BOBOT BADAN CEMPE DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU SAPI DI PETERNAKAN KAMBING PERAH RANTIANG AMEH” ini dengan baik. Penyusunan laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan pendidikan diploma III di Program Studi Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Dengan selesainya laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan moril material, memberikan nasihat serta dukungan kepada penulis. 2.
Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
3. Ibu Muthia Dewi S.Pt, M.Sc selaku Ketua Program Studi Peternakan. 4. Bapak Ir. Ramond Siregar, MP selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mendidik penulis selama tiga tahun. 5.
Ibu dan Bapak dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
6.
Bapak Ir. Amrizal selaku Ketua di Kelompok Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh.
6
7.
Bapak Febryon Tri Intano S.Pt selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan, masukan dan nasihat kepada penulis.
8.
Pak De, Bu De, Abang Jejen, Kakak Ica, Oon, Pak Can beserta Istri, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan PKPM.
9.
Saudari Dea Karlita, Yasnimar, Rahmat ilahi dan Fatrisben sebagai sahabat tim (PKPM) di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh.
10. Teman-teman Program Studi Peternakan angkatan 2012 yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis. 11. Semua pihak yang telah terlibat dan ikut serta membantu penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Tanjung Pati, Agustus 2015
Sahaja Datutdur
7
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN ...........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................
v
I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Tujuan ..........................................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
4
2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE) .................................................. 2.2 Cempe .......................................................................................... 2.3 Air susu sapi ................................................................................. 2.4 Pertambahan Bobot Badan ...........................................................
4 5 6 7
III. METODE PELAKSANAAN..............................................................
8
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................... 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 3.2.1 Alat ............................................................................................ 3.2.2 Bahan ........................................................................................ 3.3 Pelaksanaan .................................................................................. 3.3.1 Manajemen pemeliharaan cempe a. Kebersihan kandang ............................................................... b. Penyediaan air susu sapi ........................................................ c. Pemberian air susu sapi .......................................................... 3.3.2 Parameter pengamatan ............................................................. 3.3.3 Metode pengumpulan data .......................................................
8 8 8 9 9 9 9 9 10 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
12
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
18
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 5.2 Saran ............................................................................................
18 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
19
LAMPIRAN................................. ..............................................................
20
II.
8
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perbandingan komposisi air susu sapi, air susu kambing dan ASI .............. .
7
2. Pemberian air susu sapi untuk umur 2 minggu sampai 4 bulan ...................
10
3. Pertambahan bobot badan cempe betina yang diberi air susu sapi .............
12
4. Pertambahan bobot badan cempe jantan yang diberi air susu sapi ..............
13
5. Pertambahan bobot badan cempe betina yang menyusu pada induk ...........
13
6. Pertambahan bobot badan cempe jantan yang menyusu pada induk ...........
13
7. Rataan PBBH cempe betina dan jantan yang diberi air susu sapi ...............
14
8. Rataan PBBH cempe betina dan jantan yang menyusu pada induk ............
14
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Foto kegiatan dikandang ................................................................................ 20 2. Profil perusahaan. ........................................................................................... 22 3. Struktur organisasi perusahaan ................................................................ ....
23
4. Tata letak perusahaan .... ........................................................................... ....
22
5. Daftar riwayat hidup ................................................................................. ....
25
10
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu ke waktu meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan. Kambing merupakan salah satu komoditi ternak yang ikut berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan hewani. Kambing dapat dikembangkan sebagai produk unggulan disektor peternakan terutama ternak perah yang menghasilkan susu, khasiat susu kambing ini telah disadari oleh sebagian masyarakat Indonesia berkhasiat dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti: asma, alergi, ganguan pencernaan, berfungsi untuk bahan kosmetik dan meningkatkan pertumbuhan tulang bagi anak-anak balita (Asih, 2004). Kambing perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan produk bernilai tinggi, seperti: daging, kulit dan susu.
Selain itu fesesnya juga bisa
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Usaha ternak kambing perah dapat dijadikan sebagai ternak alternatif diversifikasi usaha peternakan selain sapi, karena terbatasnya daerah yang sesuai untuk pengembangan sapi perah di Indonesia (Mulyono, 2013). Salah satu jenis kambing penghasil susu yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah Kambing Peranakan Etawa (PE). Pada tahun 2012 konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 14,6 liter per kapita pertahun. Malaysia dan Filipina mencapai 22,1 liter per kapita pertahun, Thailand 33,7 liter per kapita pertahun, dan India mencapai 42,08 liter per kapita pertahun. Saat ini pasokan susu dalam negeri pada tahun 2012 hanya mampu memenuhi 20 persen 11
stok susu atau sekitar 700.000 ton dari kebutuhan. Jika kondisi tersebut tidak dibenahi dengan membangun sebuah sistem agribisnis yang berbasis peternakan, maka Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor, (Puslitbangnak, 2012). Dengan demikian, produksi air susu kambing dapat menjadi bagian dari usaha peningkatan produksi susu dalam negeri.
Terlebih lagi konsumsi susu
kambing di Indonesia, disamping untuk perbaikan stamina tubuh, juga diyakini mempunyai khasiat medis (Ashari dkk, 2000).
Air susu kambing ini sangat
eksklusif karena ketersediaannya sangat terbatas, sehingga harganya lebih tinggi dibandingkan dengan air susu sapi yaitu antara Rp 40.000 sampai 50.000 untuk setiap liternya. Sehubungan dengan tingginya harga jual susu kambing tersebut, maka sebaiknya induk kambing pada masa laktasi dikhususkan sebagai ternak perah saja, sehingga air susu yang diproduksinya dapat dijual guna meningkatkan pendapatan peternak, sedangkan anaknya cukup diberi air susu pengganti. Pihak Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh memilih memisahkan anak kambing dari induknya, dan mencari alternatif terbaru untuk menggantikan air susu induk dengan air susu sapi. Atas dasar beberapa pertimbangan yaitu, air susu kambing ini masih sangat eksklusif karena ketersediaannya masih sangat terbatas, sehingga harganya menjadi relative lebih tinggi dibandingkan dengan air susu sapi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak (Sodiq dan Abidin, 2007). Menurut Sutama (2010), air susu sapi murni sebagai pengganti air susu induk memberikan penampilan anak kambing yang tidak berbeda dengan anak yang menyusu pada induknya. Mengandung zat nutrisi yang sangat berguna bagi
12
kesehatan dan pertumbuhan cempe, mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal dan mudah dicerna (AAK, 1995). Pemisahan induk dengan cempe akan dapat merangsang induk untuk menghasilkan air susu secara maksimal, karena dengan dipisah, induk juga akan lebih leluasa/tenang saat induk tersebut sedang makan atau sedang istirahat. Karena saat pemisahan anak dengan induk, adalah saat dimana induk menghimpun tenaga baru lagi untuk memproses/menghasilkan air susu baru kembali. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1.
Mampu mengenali lingkungan dan mempelajari semua jenis kegiatan yang dilaksanakan di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh.
2.
Menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan membandingkan serta mengaplikasikan di lapangan.
3.
Mengetahui pertumbuhan cempe yang diberi air susu sapi di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh.
4.
Mengetahui manajemen pemeliharaan anak kambing (cempe) yang baik dan benar mulai dari penanganan saat kelahiran, sampai lepas sapih diantaranya, pemberian pakan, air susu sapi, serta manajemen kesehatan.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE) Terbentuknya Kambing Peranakan Etawa (PE) di Indonesia diawali dengan adanya impor beberapa rumpun kambing (Jamnapari/Etawa, Edelgeit, Angora dan Kasmir) oleh pemerintah Belanda, dan disebarkan di beberapa pusat pembibitan kambing seperti di Cirebon, Bogor, Cianjur, Karawang, Bandung, Pangarasan (Sumatera Barat), Banyumas, Pekalongan, Kedu, Surakarta, Yogyakarta dan Sumbawa.
Nampaknya hanya kambing Etawa yang dapat
bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik, dan persilangannya dengan kambing lokal (Kacang) menghasilkan kambing yang dikenal sekarang dengan nama kambing PE, (Yulianto, 2012). Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil perkawinan silang antara kambing Etawa dengan Kambing Kacang (lokal) Indonesia, yang ciri-ciri dan kemampuan produksinya berada diantara kambing Etawa dan kambing lokal (Djannah, 1984) Menurut Cahyono (1998), Kambing PE memiliki warna bulu yang bervariasi (coklat, hitam, putih, dan perpaduan dari ketiga warna tersebut). Memiliki daun telinga panjang yakni sekitar 18-30 cm, tinggi badan mencapai 76100 cm, ukuran bobot badan sekitar 40 kg untuk jantan dewasa dan 35 kg untuk betina dewasa, kambing PE juga memiliki bulu agak panjang dan lebih tebal yang terdapat pada bagian atas dan bagian leher serta bagian pundaknya sedangkan pada betina hanya dibagian garis belakang paha. Menurut Setiawan dan Tanius (2005) kambing PE memiliki kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5-3 liter/ekor/hari. Produktivitas biologis kambing PE cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Devendra, 1994). Jumlah 14
anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. 2.2 Cempe Pemisahan induk dengan cempe akan dapat merangsang induk untuk menghasilkan air susu secara maksimal. Selama proses pemisahan anak dengan induk, usahakan induk diberi makanan cukup. Karena saat pemisahan anak dengan induk, adalah saat dimana induk menghimpun tenaga baru lagi untuk memproses/menghasilkan air susu baru kembali. Proses pengisian kantong puting biasanya memerlukan waktu 6 jam. Semakin banyak dan bergizi makanan yang diberikan keinduk, maka semakin cepat pula proses pengisian air susu induk ke putting (Sodiq dan Abidin, 2007). Cempe adalah anak kambing dari lahir sampai usia 6 bulan. Cempe umur 1 sampai 3 hari sejak kelahirannya diberi susu colostrum dari sang induk. Colostrum biasanya dikeluarkan oleh induk kambing mulai induk melahirkan dan berlangsung selama satu minggu. Colostrum merupakan cairan bewarna kuning pekat, banyak mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh cempe yang baru dilahirkan. Colostrum juga berfungsi membersihkan sisa-sisa bahan makanan yang terdapat disaluran pencernaan. Colostrum memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin A, vitamin B, protein dan mineral (Sodiq dan Abidin, 2007). Selain itu colostrum mengandung antibodi yang dapat mencegah adanya infeksi dan bekerja sebagai laxantia yang membantu pencernaan dan mengeluarkan muconium (tahi gagak). Muconium ini merupakan tempat yang subur bagi perkembangan macam-macam bakteri. Pada umumnya kotoran hitam 15
(moconium) dikeluarkan selang 2 jam setelah cempe untuk pertama kalinya menyusu pada induknya. Cempe mencapai usia 3 bulan sebaiknya sudah disapih/dipisah dan tidak menyusu lagi pada induknya. Dengan demikian induk kambing dapat dipersiapkan untuk dikawinkan, apabila kesehatan induk telah pulih seperti sediakala. Setelah anak kambing berumur lebih dari seminggu, air susu yang diberikan dapat berupa air susu dari induknya (bukan colostrum) maupun diganti dengan air susu sapi, ini berkaitan dengan alasan ekonomi (karena harga susu kambing relatif lebih mahal, maka sebagai peternak kita memilih untuk menjualnya) (Ashari, 2000). 2.3 Air susu sapi Air susu merupakan hasil pemerahan sapi/hewan menyusui lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan makanan yang mengandung sumber zat-zat makanan yang penting. Air susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan anak yang baru dilahirkan. Air susu sapi juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna karena didalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal dan mudah dicerna (AAK, 1995). Air susu sapi murni sebagai pengganti susu induk memberikan penampilan anak kambing yang tidak berbeda dengan anak kambing yang disusui oleh induknya, (Sutama 2010). Semua susu hewan mamalia mengandung zat nutrisi yang sangat berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan anak, komposisi dari masing-masing hewan mamalia berbeda-beda, antara air susu kambing, air susu sapi, dan ASI (Setiawan dan Tanius, 2005).
16
Tabel 1. Perbandingan komposisi air susu sapi, air susu kambing, dan Air susu ibu. Komposisi Kimia Air Susu Sapi Protein (g) 3,3 Lemak (g) 3,3 Karbohidrat (g) 4,7 Kalori (g) 61 Fosfor (g) 93 Kalsium (g) 19 Magnesium 13 Besi (g) 0,05 Natrium (g) 49 Kalium (g) 152 Vitamin A (IU) 126 Thiamin (mg) 0,04 Riboflavin (mg) 0,16 Niacin (mg) 0,08 Vitamin B6 (mg) 0,04 Sumber: Setiawan dan Tanius (2005).
Air Susu Kambing 3,6 4,2 4,5 69 111 134 14 0,05 50 204 185 0,05 0,14 0,28 0,05
Air Susu Ibu 1 4,4 6,9 70 14 32 3 0,03 17 51 241 0,014 0,04 0,18 0,01
2.4 Pertambahan Bobot Badan Kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat makanan yang terdapat dalam pakan menjadi daging yang telah ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pertambahan bobot badan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan bobot badan setiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya. Menurut Sutama (2008), pertambahan bobot badan cempe yang diberi air susu pengganti adalah 0,068 kg/ekor/hari dan 0,073 kg/ekor/hari untuk betina dan jantan. Aka (2008) melaporkan bahwa PBBH anak yang menyusu pada induk adalah 0,120 kg/ekor/hari dan 0,139 kg/ekor/hari untuk betina dan jantan.
17
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan selama 77 hari mulai dari tanggal 16 Maret sampai 30 Mei 2015. Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh Kecamatan Canduang Kabupaten Agam. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan selama kegiatan PKPM adalah, box sebagai kandang cempe, sapu lidi, selang air, timbangan, tali, spuit, buku, pena, karung, sekop plastik, ember, kompor gas, teko, literan susu, sendok penggaduk, panci stainless, termometer, kalkulator dan dot. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan selama kegiatan PKPM adalah cempe sebanyak 22 ekor yang terdiri dari 11 ekor yang diberi air susu sapi, dengan umur 3-5 minggu, dan 11 ekor cempe yang menyusu pada induk umur 4 minggu, dan air susu sapi.
18
3.3 Pelaksanaan 3.3.1 Manajemen Pemeliharaan Cempe a. Kebersihan kandang Kandang dibersihkan setiap pagi hari menggunakan sapu lidi dengan menyapu lantai kandang dan membersihkan feses yang ada dilantai kandang sampai bersih, kemudian membersihkan bagian bawah kandang dengan cara disemprot dengan slang air, tujuan agar kandang cempe menjadi bersih dan terbebas dari penyakit. b. Penyediaan air susu sapi 1. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti: kompor gas, panci stainless, panci tempat susu, literan susu, teko, sendok penggaduk, timbangan, ember, termometer dan susu sapi. 2. Menghidupkan kompor 3. Air susu sapi sebanyak 5,5 liter air dimasukkan kedalam panci dipanaskan sambil diaduk hingga suhu mencapai 30ºC. 4. Susu yang telah dipanaskan dipindahkan dalam panci tempat susu 5. Selanjutnya air susu dimasukkan dalam botol susu.
c. Pemberian air susu sapi Cempe yang berumur 1 sampai 3 hari diberikan colostrum yang berasal dari induknya, umur 4 sampai 13 hari cempe diberikan air susu induk. Umur 14 sampai 20 hari diberi susu pengganti dan 3 minggu berikutnya sampai 3 bulan
19
cempe diberi air susu sapi, dan ditempatkan di kandang kelompok. Setiap cempe diberi air susu sapi dua kali sehari, yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul 16.00 WIB. Tempat yang digunakan untuk memberikan air susu sapi pada cempe yaitu dengan menggunakan botol plastik dengan prosedur pemberian sebagai berikut: Prosedur pemberian air susu sapi, 1. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti: box, panci tempat susu, literan susu, dot, ember, air susu sapi dan cempe. 2. Air susu dalam panci dipindahkan dalam literan susu. 3. Air susu dimasukkan dalam dot sesuai kebutuhan (250-500 ml) 4. Cempe dikeluarkan satu persatu dari dalam box dan diberi air susu 5. Cempe yang sudah diberi air susu dimasukkan kedalam box yang lain 6. Peralatan yang digunakan dicuci. Tabel 2. Pemberian air susu sapi umur 2 minggu hingga 4 bulan Umur (hari) 15-30 31-60 61-90 91-120
Pemberian susu pengganti Pagi (cc)
Sore (cc)
250 500 500 300
250 500 500 300
Sumber: Rantiang Ameh, (2015) 3.3.2 Parameter Pengamatan Pada pemeliharaan ternak kambing pertambahan bobot badan merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai. Pertambahan bobot badan pada ternak kambing merupakan cerminan kualitas diri dan nilai biologis pakan yang diberikan kepada ternak, untuk mengetahui pertambahan bobot badan kambing 20
di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh dilakukan dengan cara menimbang bobot badan kambing dengan menggunakan timbangan yang dilakukan seminggu sekali selama 7 minggu pengamatan, dan data selanjutnya dirata-ratakan sehingga diperoleh data PBBH, penimbangan dilakukan pagi hari sebelum ternak diberikan susu. Penimbangan bobot badan cempe yang menyusu pada induk dilakukan pada umur 4 minggu, sedangkan cempe yang diberi air susu sapi pada umur 3 minggu. 3.3.3 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dilakukan satu kali seminggu yaitu dengan mengukur bobot badan cempe dengan cara penimbangan menggunakan timbangan. Perhitungan data dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan bantuan buku, pena dan kalkulator.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan pada umumya dinyatakan dengan mengukur kenaikan bobot badan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan harian, Pertumbuhan prasapih merupakan peningkatan bobot badan sejak lahir sampai saat sapih yang dipengaruhi oleh bobot lahir, tipe kelahiran, tipe pemeliharaan dan jenis kelamin cempe (Hardjosubroto 1994).
Pertumbuhan kambing dibagi
menjadi dua tahapan periode sebelum sapih dan periode setelah sapih. Pertumbuhan sebelum sapih (prasapih) merupakan periode penting karena cempe masih mendapat pengaruh material dari induknya dalam bentuk perawatan maupun air susu. Berikut ini data pertambahan bobot badan cempe yang diberi air susu sapi dan cempe yang menyusu dengan susu induknya selama 7 minggu pengamatan. Tabel 3. Pertambahan bobot badan cempe betina yang diberi air susu sapi No
Bobot Badan Perminggu (kg)
Kambing
Awal
1
2
3
4
5
6
PBB (kg)
PBBH (kg)
1. Betina
3,5
3,9
4,5
5
4,5
5,5
6,5
3
0,71
2. Betina
3,5
4
4,5
4
4,5
5,5
6
2,5
0,69
3. Betina
4
4,5
5,5
6,5
6
6,5
7,5
3,5
0,83
4. Betina
4,5
5
6
6,5
7
6,5
7,5
3
0,71
5. Betina
5,5
6
7
7,5
7
7,9
9
3,5
0,83
6. Betina
5
5,5
6,5
7
6
7
8
3
0,71
3,08
0,075
Rataan
Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).
22
Tabel 4. Pertambahan bobot badan cempe jantan yang diberi air susu sapi No Kambing 1. Jantan 2. Jantan 3. Jantan 4. Jantan 5. Jantan Rataan
Bobot Badan Perminggu (kg) Awal 1 2 3 4 5 3,5 4 4,5 4 5 6 4 4,5 5 5,5 6,5 6 4 5 5,5 5 6 6,5 4 5 5,5 6 5,5 6,5 4 5 5,5 6 5,5 6,5
6 7 7 7,5 7,5 7,5
PBB (kg) 3,5 3 3,5 3,5 3,5 3,4
PBBH (kg) 0,83 0,71 0,83 0,83 0,83 0,080
Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).
Tabel 5. Pertambahan bobot badan cempe betina yang menyusu pada induk No Kambing 1. Betina 2. Betina 3. Betina 4. Betina 5. Betina 6. Betina Rataan
Awal 7 7 7 7,5 7,5 7,5
Bobot Badan Perminggu (kg) 1 2 3 4 5 8 9 9,9 10,5 11,5 8 9 10 10,5 11,5 8 8,9 9,5 10,5 11,5 8,5 10 11 12 12,5 8,5 10 10,5 12 13 8,5 9 10 11 12
6 12,5 12,5 13 13,5 13,5 13
PBB (kg) 5,5 5,5 6 6 6 5,5 5,75
PBBH (kg) 0,131 0,131 0,143 0,143 0,143 0,131 0,137
Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).
Tabel 6. Pertambahan bobot badan cempe jantan yang menyusu pada induk Bobot Badan Perminggu (kg)
No Kambing
Awal
1
2
3
4
5
6
PBB (kg)
PBBH (kg)
1. Jantan 2. Jantan 3. Jantan 4. Jantan 5. Jantan
7 7,5 8 8 7,5
8 8,5 9 9 8,5
9 9,5 10 10 9
10 10,5 11 11 10,5
11,5 11 12 11,5 11,5
12,5 12 13 12,5 12,5
13,5 13 14 13,5 13,5
6 5,5 6 5,5 6
0,143 0,131 0,143 0,131 0,143
5,8
0,138
Rataan Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).
23
Tabel 7. Rataan PBBH cempe betina dan jantan yang diberi air susu sapi No
Kambing
Rataan PBBH (kg)
Diberi air susu sapi 1 Betina 0,075 2 Jantan 0,08 Sumber : Hasil perhitungan PBB (2015).
Menyusu pada induk 0,137 0,138
4.2 Pembahasan Dari hasil PKPM menunjukkan bahwa rataan PBBH cempe betina yang diberi air susu sapi lebih rendah dibandingkan cempe betina yang menyusu pada induk masing-masing adalah 0,075 kg/ekor/hari, dan 0,137 kg/ekor/hari. Hal ini karena rata-rata bobot lahir cempe betina yang menyusu pada induk lebih tinggi, dibandingkan cempe betina yang diberi air susu sapi. PBBH yang diperoleh di Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh lebih tinggi dari yang dikatakan Sutama dan Aka (2008) bahwa, PBBH cempe betina yang diberi air susu pengganti dan yang menyusu pada induk adalah 0,069 kg/ekor/hari dan 0,120 kg/ekor/hari. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa cempe yang memiliki bobot lahir tinggi mempunyai potensi yang besar untuk tumbuh lebih cepat, dibandingkan cempe yang memiliki bobot lahir rendah, serta daya tahan tubuh cempe yang memiliki bobot lahir tinggi akan lebih baik dibandingkan pada cempe yang memiliki bobot lahir rendah, sehingga dapat dikatakan apabila bobot lahir tinggi maka akan mempercepat bobot sapih. Ini terbukti karena cempe betina yang diberikan air susu sapi kurang agresif dan sering terlihat murung dibandingkan cempe yang menyusu pada induk.
24
Cempe jantan yang diberi air susu sapi dan yang menyusu pada induk PBBH adalah 0,080 kg/ekor/hari dan 0,138 kg/ekor/hari. PBBH yang diperoleh untuk cempe yang diberi air susu sapi lebih tinggi dari yang dikatakan oleh (Sutama, 2008) adalah 0,073 kg/ekor/hari, sedangkan cempe yang menyusu pada induk PBBH yang diperoleh sedikit lebih rendah dari yang dikatakan Aka (2008) yaitu 0,139 kg/ekor/hari. Tingginya PBBH cempe jantan dibandingkan yang betina, baik yang diberi air susu sapi maupun yang menyusu pada induk, menurut Setiawan dan Tanius (2005), bahwa jenis kelamin juga sangat menentukan perbedaan kecendrungan pertumbuhan bobot badan (avarage daily gain), anak kambing jantan PBBH cendrung lebih tinggi dibandingkan anak yang betina. Tingginya PBBH cempe yang menyusu pada induk dibandingkan cempe yang diberi air susu sapi, disebabkan oleh perbedaan jumlah air susu yang dapat dikonsumsi. Bila bersama induk cempe dapat setiap saat menyusu terutama pada waktu sedang lapar, sementara cempe yang dipisah dari induk akan memperoleh air susu dalam jumlah yang terbatas serta kandungan nilai gizi air susu pengganti tidak sebaik air susu induknya. Setiawan dan Tanius (2005) menyatakan bahwa air susu kambing mempuyai komposisi nutrisi yang hampir sama dengan air susu sapi dan ASI kecuali kandungan Niacin dan beberapa mineral (Ca, P, Na dan K), dimana mineral ini berfungsi dalam mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, serta membantu pembentukan sel-sel darah dalam jaringan.
Kandungan Protein,
Lemak, Kalori, Vitamin A dan B6 pada air susu kambing lebih tinggi dibandingkan pada air susu sapi, sehingga PBB anak yang menyusui pada induk
25
lebih tinggi dari pada yang diberi air susu sapi. Air susu kambing mempunyai karakteristik yang khas dan kandungan gizi yang lebih unggul dibandingkan air susu sapi. Jennes (1980) menyatakan bahwa air susu kambing memiliki molekul lemak susu yang jauh lebih kecil dibandingkan air susu sapi sehingga lebih mudah dicerna tanpa menimbulkan diare karena air susu kambing cukup potensial untuk perbaikan nutrisi dan untuk menunjang pertumbuhan anak.
Kandungan gizi
dalam susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan anak serta membantu menjaga keseimbangan proses metabolisme. Pemisahan anak dari induk setelah melahirkan dan kemudian diberi air susu sapi dalam dot dua kali sehari, menunujukkan pertumbuhan yang lebih lambat (75 dan 80 gram/ekor/hari), dari anak yang tetap menyusu pada induknya (137-138 gram/ekor/hari). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan anak yang berumur satu bulan sangat bergantung pada air susu induk, kualitas air susu dan kuantitas air susu yang dikonsumsi (Ashari dkk, 2000). Cempe yang mengkonsumsi air susu induk lebih higienis karena cempe langsung menyusu pada puting induknya, jadi kontaminasi dari udara luar tidak akan terjadi. Sebaliknya apabila cempe yang diberi air susu sapi maka kehigienisannya akan berkurang karena proses yang dilalui susu agak panjang, mulai dari pemerahan secara manual, kemudian air susu disimpan dalam frezeer dan dipanaskan. Hal ini akan mengakibatkan air susu terkontaminasi lebih tinggi serta kandungan gizi dari air susu tersebut juga akan berkurang.
26
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa hal-hal yang berpengaruh terhadap PBB cempe yaitu bobot lahir, tipe kelahiran, tipe pemeliharaan dan jenis kelamin cempe. Setiawan dan Tanius (2005) menyatakan bahwa jumlah cempe tipe kelahiran tunggal menghasilkan bobot lahir yang lebih tinggi dibandingkan tipe kelahiran kembar atau dengan kata lain ada kecenderungan bahwa semakin banyak cempe dilahirkan per kelahiran maka rataan bobot lahir akan makin kecil.
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya, PBBH cempe betina yang diberi air susu sapi adalah 0,075 kg/ekor/hari, dan yang menyusu pada induk dan 0,137 kg/ekor/hari. Cempe jantan yang diberi air susu sapi 0,080 kg/ekor/hari, dan yang menyusu pada induk adalah dan 0,138 kg/ekor/hari. 5.2 Saran Disarankan kepada para peternak ruminansia, khususnya ternak kambing, sebaiknya frekuensi pemberian air susu sapi sebagai susu pengganti anak/cempe dilakukan 3 kali sehari, dengan pemberian sedikit demi sedikit tetapi berulang kali sesuai dengan kebiasaan cempe yang sering menyusu bila bersama induk, sehingga penyerapan gizi lebih sempurna dan PBB yang dihasilkan lebih optimal.
28
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kasinus. Yogyakarta. Aka, R. I. Gede, S. Budisatria dan N. Ngadiono. 2008. Kinerja Induk Kambing PE Pada Pola Pemeliharaan Sistem Kandang Kelompok dan Kandang Individu di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Volume 32 (3). Ashari, T. IK Sutama. E, Juarini. O, Priyanto. 2000. Potensi Susu Kambing dan Masalah Penggembangannya. https://www.google.com/search?q=potensi+susu+kambing+dan+masalah+ pengembagannya+pdf&ie. Diakses pada tanggal 2 juli 2015 Asih. 2004. Manajemen Ternak Perah. UNRAM Press. Mataram. Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Cara Meningkatkan Bobot dan Analisa Kelayakan Usaha. Kasinus. Yogyakarta. Davendra, C. dan M. Burn. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB. Bandung. Djannah, D. 1984. Beternak Kambing. CV. Yasaguna. Jakarta. Harjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan. PT. Grasindo. Jakarta. Cetakan 1 Jennes, R. 1980. Composition and characteristic of goat milk, http://journal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/2 20/219. Diakses pada tanggal 2 juli 2015. Mulyono, S. 2013. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Pusat Penilitian dan Pengembangan Peternakan (PUSLITBANGNAK), Akademisi, Industri dan Pengamat dibidang Persusuan, 2012. Http://ditjennak.pertanian.go.id/berita-337-bersama-membangun-persusuanNasional diakses pada tanggal 21 juni 2015. Setiawan, T. dan Tanius, A. 2005, Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya Bogor. Sodiq, A. dan Abidin, Z. 2007. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat obat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. Sutama, IK. T. Kostaman, IG. M. Budiarsana and D. Priyanto. 2008. Pre-Weaning Growth Performace Of Peranakan Etawa (PE) Goat On Different Of Rearing Management System. Sutama, IK. 2010. Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Penebar Swadaya.Jakarta
29
DAFTAR LAMPIRAN
`1. Foto kegiatan dikandang
a. Susu dalam frezeer
b. Susu yang telah dipanaskan
c. Peralatan yang digunakan
d. Pemindahan susu dalam dot
30
e. Cempe
h. Cempe yang menyusu dengan induk
i. Pemberian Colostrum
f. Pemberian susu pengganti
g. Penimbangan BB cempe
j. Pemerahan
31
2. Profil perusahaan
Sejarah berdirinya Peternakan Kambing Perah Rantiang Ameh, dimulai dengan usaha pribadi, dengan jumlah populasi awal yaitu 20 ekor, (18 ekor betina dan 2 ekor jantan). Kemudian muncul keinginan dari masyarakat sekitar untuk ikut dalam peternakan ini, sehingga terbentuklah kelompok tani dengan anggota awal 15 orang, yang diresmikan pada bulan Desember 2010, dengan nama Kelompok Tani Rantiang Ameh. Sekarang jumlah populasi ternak kambing menjadi 125 ekor, dengan luas lahan 1 Ha (yang terdiri dari : 1. Bangunan kandang
yaitu
kandang
laktasi/tunggal,
kandang
induk
dan
kandang
pejantan/ganda, kandang cempe, dara, dan pedaging. 2. Bangunan labor, 3. Mes empat kamar) dan total pekerja 4 orang yaitu : pemerah, penyedia pakan, labor, dan pembersih kandang.
32
STRUKTUR ORGANISASI
33
4. Tata letak perusahaan
34
5 Daftar riwayat hidup Penulis bernama lengkap “Sahaja Datutdur” dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1994 di Kubu Langsat. Sekarang saya berdomisili di Air Panjang Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman. Penulis merupakan anak ke dua dari 4 bersaudara, dari pasangan Khairul (Ayah) dan
Nurcahaya
(Ibu).
Penulis
memulai
pendidikan di sekolah dasar SD N 29 Kuamang pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Panti dan tamat pada tahun 2009. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Panti dan tamat pada tahun 2012. Tahun 2012, penulis melanjutkan kejenjang perkuliahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh dan diterima di Program Studi Peternakan.
35